PENTIGRAF Haikal menghembuskan napasnya kasar tatkala ia mendapati Laras, adiknya sedang bersama mama dan papanya. Padahal hari ini dia memenangkan lomba melukis di sekolahnya, ia hendak mengatakan itu namun batal karena melihat Laras sedang sedih dihibur oleh kedua orang tuanya karena nilai matematikanya menurun. Selalu saja seperti itu, Haikal seperti transparan dimata mereka Seminggu berlalu, Laras berhasil membawa medali perunggu karena menang lomba matematika. “Haikal bahkan membawa medali emas di lomba seni lukis, kenapa kalian nggak sebahagia ini waktu itu?” keluhnya saat mama dan papanya mengajak keluar untuk makan malam merayakan selebrasi Laras. Sekarang Haikal menangis tersedu-sedu siapa sangka bahwa malam itu dia terakhir kali melihat wajah bahagia adiknya. Haikal menatap makam adiknya nanar. “Selamat tinggal adikku manis, Larasati Kirana” kata Haikal sambil tersenyum dalam tanda tanya.
Sagara menatap Lean, saudara kembarnya yang sedang asik membuat proposal dies natalis sekolah. Sebenarnya Sagara juga ingin membantu tapi dia enggan. “Jangan lupa istirahat, Le” kata Sagara sambil merebahkan tubuhnya di kasur siang itu. Lean hanya membalas Sagara dengan senyuman Sagara dan Lean adalah sepasang kembar yang memiliki sifat nyaris sama. Namun ada satu perbedaan, mereka seperti tiga dalam dua. Lean dengan sikapnya yang ramah dan disukai banyak orang, Sagara dengan hati sedingin es namun mempunyai senyuman sehangat matahari, namun seperti vampir di mata orang lain Sagara menatap pantulan dirinya dibalik kaca dalam toilet rumah sakit itu, dia menatap tidak percaya. “Bukannya aku cuma tidur di kamar yang sama dengan Lean? Kenapa mereka bilang aku membunuh Lean?” tanya Sagara. “Karena kamu memiliki aku” jawab Sagara yang berada di balik kaca dengan seringaian seperti serigala
36
SPIRIT 10 Edisi VI - Januari 2021