
6 minute read
Kelompok Wanita Tani Permata Nusa Dua Memaksimalkan Pengelolaan Lingkungan hingga Potensinya bagi Perekonomian Keluarga
from Jaga Bumi Zine
by actglobalcic
Bermula dari hobby mengumpulkan barang bekas di bawah pohon, Radit dan teman-temannya memiliki ide untuk membuat sistem pembuangan sampah yang terstruktur. “Pokoknya gimana caranya supaya sampah itu tidak sampai ke landfill” ucap Radit kepada Act Global. Aplikasi Octopus murni dibuat anakanak Indonesia dengan beragam keahlian dan memiliki kepedulian tinggi terhadap masalah sampah di Tanah Air pada tahun 2020 di Makassar. Sekarang Octopus sudah memiliki lebih dari 35.000 pengguna aplikasi dan lebih dari 8.000 pelestari.
Octopus adalah sebuah aplikasi online untuk mengelola sampah plastik, yang mana setiap jenis plastik memiliki point tersendiri yang jika dikumpulkan bisa ditukar dengan voucher diskon makanan, minuman, atau pulsa. Octopus tidak menentukan syarat minimal jumlah plastik yang bisa ditukar, berapapun jumlahnya pasti akan dijemput oleh pelestari. Selain menguntungkan pelanggannya, aplikasi ini juga memberdayakan pelestari atau pemulung sehingga bisa mendapatkan penghasilan hampir jutaan setiap bulannya. Jadi selain memiliki value untuk menyelamatkan lingkungan, Octopus juga membantu dalam segi perekonomian. Sekitar 134 mantan karyawan hotel di Bali dan Makasar mendapat penghasilan dari menjadi pelestari di Octopus.
Advertisement
Menurut Radit, hal menantang selama mengelola Octopus adalah ketika mendapat komentar-komentar negatif mengenai sistemnya yang online. “Banyak yang bilang susah lah, ribet lah, hanya karena sistemnya online dan membutuhkan handphone. Padahal kan kalau di masa sekarang rasanya handphone bukan hal yang asing lagi ya buat masyarakat. Tapi syukurnya sekarang banyak yang mulai menerima, banyak yang menggunakan. Susahnya di situ sih. Kalau senangnya, ya ketika target sampah per bulan ternyata melebihi ekspektasi awal. ” ucap Radit ketika ditanya susah senang mengelola Octopus.
Sebenarnya target utama Octopus adalah anak-anak muda yang peduli akan lingkungan, tetapi tidak sedikit juga orang tua yang ikut menggunakan aplikasi ini yang menandakan semakin tinggi kesadaran masyarakat akan kesehatan lingkungan. Saat ini, Octopus memiliki 3 mobile apps, yaitu untuk pengguna (consumers), pelestari (waste collectors), dan pebisnis produksi sampah (checkpoints). Pertama. Aplikasi untuk customer atau konsumen (ibu rumah tangga/masyarakat) yang akan mengumpulkan sampah kemasan dan diserahkan ke pelestari (pemulung) dengan mendapatkan insentif sesuai dengan nilai sampah yang terkumpul. Kedua. Aplikasi untuk pelestari, yang akan mengambil barang dari konsumen selanjutnya dijual ke checkpoints. Ketiga. Aplikasi untuk checkpoints (bank sampah/pengepul). Pihak ini akan membeli sampah dari pelestari dan dijual ke Industri yang telah bekerja sama dengan Octopus.
Pada pertengahan Juli 2021, Octopus berhasil mengumpulkan 9,9 juta produk sampah dari para pengguna. Yang membanggakan, salah satu pelestari Octopus meraih penghasilan sejumlah 10,4 juta rupiah dalam satu bulan pada Oktober 2020. Saat ini, Octopus telah hadir di Makassar, Badung (Bali), Gianyar (Bali), Denpasar, dan Bandung. Octopus berharap di masa mendatang dapat mengelola 1 miliar sampah kemasan yang telah digunakan konsumen, umumnya botol plastik atau kertas kemasan, menjadi materi yang dapat didaur ulang dan digunakan kembali.
Chika Mega Kusuma Wardhani 19
Kelompok Wanita Tani Permata: Memaksimalkan Pengelolaan Lingkungan hingga Potensinya bagi Perekonomian Keluarga.
Permasalahan ekonomi dan lingkungan menjadi dua hal yang berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Tantangan ekonomi dalam menciptakan lapangan kerja dan pemenuhan kebutuhan hidup sejalan dengan tantangan yang diakibatkan oleh kerusakan lingkungan yang terjadi. Hal inilah yang mendorong Kelompok Wanita Tani Permata Nusa Dua dalam menjalankan program kegiatan dan menciptakan gebrakan sehingga menjadikan Kelompok Wanita Tani Permata Nusa Dua sebagai garda terdepan dalam memaksimalkan peluang ekonomi dan pengelolaan lingkungan Permata. Kelompok Wanita Tani Permata Nusa Dua telah dikukuhkan pada tanggal 17 November 2014 dan hingga saat ini produktif beraktivitas dengan menjalankan berbagai misi, diantaranya membuat fasilitas edukasi bercocok tanam dan pengolahan hasil kebun kepada masyarakat terutama anak-anak sekolah, meningkatkan kesejahteraan anggota dengan mengembangkan pengolahan 20

hasil kebun yang kemudian dipasarkan, selalu berusaha untuk membuat olahan yang inovatif berbahan lokal dengan cita rasa internasional, hingga mengajak anggota KWT berkebun di pekarangan rumah masing-masing. Sampai saat ini, berbagai prestasi telah diraih oleh KWT Permata, diantaranya: meraih Juara I Kategori Tanaman Pangan dalam Lomba KWT Tingkat Kabupaten Badung tahun 2015, Juara II dalam Lomba Kuliner Festival Budaya Pertanian di Kabupaten Badung tahun 2016, Juara Favorit B2SA dalam Lomba Pangan Lokal Tingkat Provinsi Bali tahun 2017, Juara III dalam Lomba Cipta Menu tingkat Provinsi Bali 2018, dan Juara III dalam Lomba Pangan Lokal tingkat Provinsi Bali tahun 2018.

Ditemui di kediamannya, Ni Wayan Leri selaku Ketua Kelompok Wanita Tani Permata Nusa Dua sekaligus kepala lingkungan Permata menyampaikan bahwa terbentuknya KWT Permata dilatarbelakangi oleh keinginan agar memiliki legalitas dan izin usaha kelompok. Berangkat dari hal tersebut, adanya ambisi untuk dapat melakukan kegiatan berkebun di lahan banjar bersama ibu-ibu di lingkungan Permata Nusa Dua, menanam berbagai sayuran dan rempah-rempah, hingga mengolah hasil kebun tersebut menjadi dorongan bagi Ni Wayan Leri untuk terus terpacu memaksimalkan potensi dan peran sumber daya alam yang ada dalam mengelola lingkungan Permata Nusa Dua. Adapun indikator yang keberhasilan program KWT yang dijalani adalah didasarkan pada konsisten dan daya kreatif yang dimiliki oleh anggota KWT Permata.
“Harus konsisten dalam membuat dan melaksanakan setiap kegiatan, walau kadang ada hambatan namun tetap semangat. Selalu kreatif dalam membuat terobosan baru, baik itu dalam hal bercocok tanam maupun dalam pengolahan hasil pangan dan selalu menjadi contoh untuk masyarakat dengan sabar dan tanpa mengenal putus asa” jelasnya.

Terlahir dari keluarga petani dan nelayan, membuat
Ni Wayan Leri terbiasa dengan berkebun. Ni Wayan Leri memiliki minat yang tinggi dalam bercocok tanam terlebih lagi menanam tanaman yang bermanfaat seperti tanaman pangan dan bereksperimen membuat olahan yang unik. Dengan minatnya itu kemudian dengan dukungan dari anggota KWT dalam menjalankan semua kegiatan, menjadi suatu kebanggaan dan kepuasan tersendiri baginya hingga KWT dapat meraih kesuksesan.
“Dengan modal sumber daya manusia, saya dan anggota KWT, sampai saat ini sudah cukup berhasil mengumpulkan berbagai penghargaan, baik tingkat kabupaten maupun provinsi. Sungguh menyenangkan dan itu adalah penyemangat saya. Selain itu, dengan berkebun, lingkungan tampak hijau dan anggota atau warga dapat memanfaatkannya” , jelasnya.
Selain aktif dalam kegiatan KWT Permata, Ni Wayan Leri juga menuturkan bahwa menjadi suatu hal yang penting saat ini dalam mengelola dan mengumpulkan sampah rumah tangga. Melalui hal tersebut, salah satu kegiatan rutin yang dilakukan di lingkungan Permata adalah kegiatan Plastic Exchange yaitu aktivitas penyetoran sampah plastik sisa rumah tangga yang telah dipilah dan kemudian ditukarkan dengan beras sesuai dengan ketentuan yang telah berlaku.

“Masyarakat datang bawa plastik yang sudah mereka kumpulkan dan pilah, mereka harus pilah, jika tidak, masuk kategori terendah. Jadi, jika mereka pilah sesuai dengan daftar yang sudah kami berikan, ditimbang, lumayan dapat beras daripada dibuang begitu saja, lingkungan bersih dari sampahsampah itu” , tutur perempuan yang lahir dan besar di Nusa Dua ini.
Ni Wayan Leri menyampaikan bahwa saat ini kita sudah tidak bisa terlepas dari plastik karena makanan yang dikemas dengan plastik akan lebih tahan lama, awet, dan higienis. Sehingga, dengan masifnya produksi sampah plastik ditambah plastik yang dihasilkan tidak dapat dihancurkan, maka perlu pengelolaan dan dikumpulkan sebagaimana mestinya. Begitu juga dengan sampah organik rumah tangga yang harus dikelola dan diperhatikan.
“Semua orang punya kesibukan, namun bagaimana cara kita membagi waktu. Di dapur sisihkan 1 ember untuk kompos kemudian ditimbun pakai tanah sedikit. Lalu plastik, kertas, koran, buat beberapa kantong di dapur, gantung langsung terpisah, usahakan dikumpulkan. Untuk sisa makanan, dikelola oleh petugas jemput sampah harian“ , jelas perempuan kelahiran 22 September 1970 ini.
Saat ini sektor lingkungan menjadi suatu hal yang perlu diperkenalkan kepada generasi muda. Hal ini pula yang telah dilakukan KWT Permata melalui kegiatan-kegiatan sosialisasi dan pelatihan yang dilakukan bersama anak-anak untuk memperkenalkan kebiasaan berkebun. Menurut Ni Wayan Leri, potensi anak muda terjun dalam dunia Green Jobs atau pekerjaan hijau ini sangatlah bagus karena anak mudalah yang seharusnya berada di garda terdepan untuk menghijaukan bumi, salah satu rekomendasi Ni Wayan Leri adalah melalui kegiatan Plastic Exchange.
