2 minute read

Berkebun dan Bersenang-senang Bersama Jiwa Community Garden

“Plastic Exchange berjalan dengan baik semua orang suka. Itu bagus, selain kita berhubungan dengan alam menanam dan menghijaukan, bagaimana dengan sampahnya? Kan harus ada yang mengurus. Ada yang bilang plastik di rumah sedikit, tapi plastik tidak boleh dibakar karena menyebabkan polusi dan penyakit. Sehingga kita di Permata berusaha apa yang bisa kita lakukan untuk alam, untuk kelanjutan planet bumi ini, kita lakukan. Saya sangat bersyukur sebagai ketua KWT dan Kepala lingkungan, sehingga ada power sedikit untuk menggerakkan masyarakat“ , tuturnya dengan penuh semangat dan harapan. Di penghujung perbincangan kami, Ni Wayan Leri menyampaikan apa yang Ia harapkan kedepannya untuk KWT Permata, Ia mengatakan,

“Hope is the last. Harapan saya sebagai ketua ingin kelompok semakin maju sampai ke masing-masing anggota jadi mereka bisa membantu di rumah masing-masing. Untuk makan sehari-hari memang hampir tidak membeli, karena memetik dari pekarangan sendiri, sehingga sudah ada tanaman, sehingga mereka bisa memenuhi kebutuhan dan meringankan beban keluarga” .

Advertisement

Dewa Ayu Agung Utami Sawitri

25

Berkebun dan Bersenangsenang Bersama Jiwa Community Garden

Bukankah ketika kita melakukan sesuatu harus berdasar pada satu poin penting yang tidak boleh ditinggalkan? Karena kepuasan jelas-jelas tidak bisa dijadikan parameter yang saklek. Alhasil, melakukan sesuatu tanpa poin ini akan sangat menyebalkan.

Iya, hal tersebut adalah bersenang-senang.

Inilah yang mendasari didirikannya Jiwa Community Garden. Komunitas ini berlokasi di Canggu, tepatnya di desa Tumbak Bayuh, Mengwi, Kabupaten Badung, Bali. Komunitas ini menggarap sebidang tanah untuk berkebun dan bersenangsenang. Dan bukankah juga berkebun dengan teman-teman serta kerabat dan keluarga merupakan pelarian yang menyenangkan dari layar monitor yang sepanjang minggu menyilaukan mata. Selain itu, berkebun juga bisa mengurangi stres serta memberi kesempatan untuk beraktivitas di luar rumah. Mendapatkan pengetahuan baru mengenai cara menanam buah dan sayuran organik juga bukan hal yang buruk, kan? 27

Act Global mendapat kesempatan untuk mewawancarai Krishna Chieppa selaku salah satu pendiri komunitas ini. Krishna mengatakan komunitas ini Ia dirikan pada Oktober 2020. Krishna sendiri mempunyai energi yang menggebu-gebu pada isu-isu lingkungan dan keberlanjutan. Dirinya merupakan seorang pengusaha bisnis hijau. Keluarganya juga mengelola Serenity Eco Guesthouse. Dia percaya bahwa masa depan Bali adalah pariwisata yang berkelanjutan. Tak hanya mengelola Jiwa Community Garden, Krishna juga memulai Compost Heroes (layanan penjemputan sampah organik) pada Juni 2020 saat Bali mengalami krisis sampah TPA.

Motivasinya sendiri datang dari kesadaran untuk terus melestarikan filosofi Tri Hita Karana: hubungan antara manusia dengan Higher Being, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam. Adapun makna di balik nama komunitas yang Ia bangun tersebut adalah untuk menghormati mendiang pemilik tanah, I Made Jiwa.

Selain untuk bersenang-senang, Jiwa Community Garden mempunyai fokus untuk memberikan contoh bagaimana lahan yang tidak terpakai dapat diubah menjadi fasilitas pengomposan yang berfungsi dengan optimal, atau dijadikan kebun organik yang produktif dan atau pusat pembelajaran praktik berkebun Permakultur.

Program utama yang dilakukan oleh Jiwa Community Garden saat ini adalah sesi berkebun setiap Sabtu pertama dan ketiga setiap bulan. Aktivitas ini dilakukan pada pukul 3 sore. Saat ini, Jiwa memiliki 80+ orang yang terlibat secara langsung atau tidak langsung. Ada yang menjadi sukarelawan atau ikut langsung berpartisipasi dalam kegiatan komunitas. Seandainya kamu berada di Bali, kamu juga bisa bergabung untuk berkebun di luar sesi taman setiap Senin-Jumat dari pukul 8 pagi hingga 3 sore. Menyenangkan bukan?

Tidak hanya akan berhenti pada program-program reguler yang telah terlaksana, Komunitas Jiwa selanjutnya mempunyai ide untuk membangun sekolah berkebun Permakultur dan kafe coworking space. Terbuka untuk umum dan menawarkan harga lokal untuk memastikan penduduk lokal dan ekspatriat merasa diterima.

This article is from: