2 minute read

Octopus, Mengolah Sampah Jadi Berharga

menurutnya, meskipun di Spanyol banyak Spanyol, titik-titik

pengumpulan sampah,

Advertisement

manajemen limbah yang namun termasuk pendidikan di dalamnya

mengenai pemilahan sampah masih kurang sehingga meskipun banyak titik pengumpulan sampah namun masyarakat tidak tahu di tempat sampah yang manakah sampah mereka harus dibuang, padahal pemisahan sampah merupakan kunci utama sebelum sampahsampah anorganik seperti plastik dapat didaur ulang, hal ini dikarenakan daur ulang setiap bahan berbeda prosesnya, misalkan plastik, terdapat 7 jenis plastik: PET, HDPE, PVC, LDPE, PP, PS, dan plastik jenis lain, masing-masing jenis memiliki titik leleh yang berbeda sehingga harus dipisah. Untuk sampahsampah elektronik dan B3 juga memiliki penanganan yang berbeda.

Sehingga, menurut Ali, meskipun manajemen sampah di Spanyol juga masih memiliki kekurangan, namun ada baiknya jika di Indonesia terdapat lebih banyak tempat sampah dan fasilitas pengumpulan sampah, sehingga masyarakat tidak bingung dimana membuang sampah dan dapat mengurangi pembuangan sampah sembarangan. Melihat kondisi ini, tentunya kita bisa belajar apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak, menurut Ali, dengan kondisi manajemen sampah di Indonesia, banyak hal yang dipelajarinya namun utamanya ada dua, yaitu: (1) hal yang paling fundamental dalam upaya manajemen sampah adalah dengan investasi pada SDM melalui pendidikan sehingga dapat meningkatkan kesadarannya, namun sayangnya hal ini malah yang jarang diperhatikan, (2) Jika pemerintah daerah maupun pusat tidak membuat aturan yang tegas, tidak peduli berapa banyak LSM dan inisiatif sektor swasta yang ada, sangat sulit bagi sistem untuk meningkat secara substansial.

Jika berbicara mengenai pekerjaan hijau, menurut Ali, tidak hanya di Indonesia saja yang potensinya tinggi, di seluruh dunia pekerjaan hijau semakin dikenal, di Spanyol dan Eropa pekerjaan hijau juga mulai diperbincangkan selama 5 tahun terakhir walaupun masih merupakan hal yang baru, dan sekarang perusahaan-perusahaan berupaya mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang berkelanjutan, contohnya adalah kebijakan ESG (Environmental, Social and Corporate Governance) dan laporan keberlanjutan tahunan.

Jika berbicara khususnya mengenai Bali yang mana sektor utama ekonominya berbasis pariwisata, mungkinkah pariwisata yang berkelanjutan akan lebih menguntungkan? Tentunya Bali memiliki potensi pariwisata berkelanjutan yang tinggi, namun sayangnya saat ini keberlanjutan atau hal-hal yang ramah lingkungan merupakan strategi marketing yang bagus, jadi kita harus bisa membedakan mana yang benar-benar ramah lingkungan dan ‘green washing’ .

Ali tentunya menyadari bahwa melawan perubahan iklim, serta mengarahkan anak muda agar lebih ramah lingkungan dan terjun ke pekerjaan hijau atau pekerjaan yang berkelanjutan merupakan suatu langkah besar yang membutuhkan strategi global, yang berarti pemerintah, swasta, dan organisasi harus memiliki kebijakan keberlanjutan yang selaras.

Nevy Widya Pangestika

Mengolah Sampah Jadi Berharga

Rendahnya kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah plastik dengan baik menjadi masalah yang belum kunjung bisa terpecahkan. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyebut ada sekitar 67,8 juta ton timbunan sampah pada tahun 2020. Sedangkan The National Plastic Action Partnership (NPAP) mengatakan ada sekitar 4,8 juta ton per tahun sampah plastik di Indonesia tidak terkelola dengan baik seperti dibakar di ruang terbuka (48%), tak dikelola layak di tempat pembuangan sampah resmi (13%) dan sisanya mencemari air dan laut (9%). Sedangkan berdasarkan data dari Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali, 50% dari total timbunan sampah di Bali dihasilkan oleh Kabupaten Denpasar, Badung, dan Gianyar. Sekitar 20% dari sampah tersebut merupakan sampah plastik.

This article is from: