WARTA PTM
Topik Utama
Nadiem Anwar Makarim meluncurkan kebijakan Merdeka Belajar di kantor Kemendikbud, Senayan, Jakarta, Jumat (24/1/2020). dok. www.kemdikbud.go.id
Telisik Jargon “Kampus Merdeka”
A
wal tahun ini, tatanan dalam dunia pendidikan dikejutkan dengan adanya kebijakan baru yang digadang oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Nadiem Anwar Makarim. Terdapat 4 kebijakan yang dibawa yaitu sistem akreditasi perguruan tinggi; hak belajar tiga semester di luar prodi; pembukaan prodi baru dan; kebebasan bagi PTN Badan Layanan Umum (BLU) dan Satuan Kerja (Satker) untuk menjadi PTN Badan Hukum (PTN BH). Kebijakan ini sontak mendapatkan dukungan dan tak jarang mendapat catatan dari berbagai pihak. Guna menelisik lebih dalam mengenai Kampus Merdeka, kali ini Warta PTM telah mewawancarai beberapa narasumber di antaranya Dr Ir Gunawan Budianto MP selaku Rektor UMY, Prof Dr Ir Ali Agus, DAA DEA sebagai Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof
4
Warta PTM
Edisi Maret-Juni 2020
Dr Sofyan Anif, MSi selaku Rektor UM Surakarta, Fathul Wahid, PhD selaku Rektor Universitas Islam Indonesia, dan Prof Dr Saiful Deni SAg MSi selaku Rektor UM Maluku Utara.
Apa Itu Kampus Merdeka? “Mengacu pada Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang mestinya sebagai acuan dasar kebijakan Pendidikan Tinggi di Indonesia, tidak ditemukan istilah Kampus Merdeka,” papar Ali menjawab arti dari Kampus Merdeka. Berangkat dari UU tentang pendidikan tersebut, ia menyimpulkan Kampus Merdeka merupakan spirit merdeka dalam penyelenggaraan pendidikan di perguruan tinggi. Melalui Kampus Merdeka, PT yang selama ini sarat beban administrasi akan disederhanakan atau bahkan dibebaskan dalam beberapa hal terkait beban adminstrasi agar
para birokrat kampus tidak terbelenggu berbagai aturan, serta mahasiswa pun memiliki kebebasan dalam memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang diminatinya. Kampus Merdeka adalah suatu jargon kebijakan dan program ‘debirokatisasi kampus’ agar perguruan tinggi lebih leluasa dan fleksibel mengembangkan IPTEKS bahkan mengejar ketertinggalan dari bangsa-bangsa lain agar bisa bersaing dan memenangkan persaingan melalui peningkatan kualitas SDM dan IPTEKS. Sependapat dengan hal tersebut, Sofyan menambahkan Kampus Merdeka adalah pemberian otonomi yang lebih kepada perguruan tinggi (mahasiswa dan dosen) dalam proses pembelajaran dengan meggunakan kultur yang lebih inovatif, sehingga diharapkan mampu menghasilkan SDM yang unggul, mandiri, serta memiliki karakter Pancasilais.