4 minute read

Adaptasi Kebiasaan Baru di Ranah Pendidikan

Next Article
Prestasi Mahasiswa

Prestasi Mahasiswa

Sabtu (20/6), melalui webinar “Merdeka Belajar, Kampus Merdeka di Era New Normal” yang diselenggarakan oleh Universitas Sulawesi Tenggara, pelaksana tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Ir Nizam, MSc, DIC, PhD, menyampaikan paparan terkait kebijakan-kebijakan Kemdikbud dalam menghadapi Adaptasi Kebiasaan Baru di perguruan tinggi. Tiga kebijakan yang dikeluarkan oleh Kemdikbud ialah mengenai pelaksanaan tahun akademik baru, pelaksanaan proses pembelajaran, serta penggunaan fasilitas atau layanan kampus. Menggarisbawahi hal tersebut, Nizam berharap kampus tidak menjadi klaster baru dalam penyebaran pandemi Covid-19. Kesehatan dan keselamatan sivitas akademika serta masyarakat harus menjadi prioritas.

Rubrik ini akan membahas mengenai bagaimana strategi PTMA dalam menghadapi adaptasi kebiasaan baru. Hal-hal apa saja yang sudah disiapkan menghadapi adaptasi kebiasaan baru.

Advertisement

Adaptasi Kebiasan Baru di PTMA

Menghadapi adaptasi kebiasaan baru, Dr H Jamaluddin, SSos, MSi selaku rektor UM Sidenreng Rappang menjelaskan kampusnya sangat mengutamakan standar kesehatan dalam proses akademik dan non akademik. Protokol kesehatan seperti menjaga jarak, penyediaan sarana cuci tangan, alat pengukur suhu badan, hand sanitizer, penggunaan masker, dan sebagainya sangat diperhatikan. “Salah satu contoh implementasinya adalah pembekalan KKN secara bertahap dengan jumlah yang hadir di kampus hanya 15 - 20 orang saja, pelaksanaan KKN pun berbasis aplikasi KKN From Home,” tambah Dr Jamaluddin.

Hal senada pun dipaparkan oleh Rektor UM Sidoarjo Dr Hidayatullah, MSi, standar protokol kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah akan selalu dimaksimalkan. Kebersihan dan sterilisasi semua ruangan di UM Sidoarjo diperhatikan secara berkala. UM Sidoarjo juga secara periodik melakukan pemantauan kondisi kesehatan mahasiswa, dosen, dan karyawan dengan mengisi form yang telah ditempel di Sistem Informasi UM Sidoarjo. Setelah itu, pihaknya menindaklanjuti hasil temuan kondisi kesehatan mahasiswa, dosen, dan mahasiswa yang perlu penanganan lebih lanjut oleh tim UCCC.

Sementara itu, UM Metro bahkan memiliki SOP New Normal yang telah dibuat oleh tim gugus tugas Covid-19. SOP tersebut berisikan SOP Protokol Kesehatan di Lingkungan Kampus, SOP Kegiatan Akademik/Perkuliahan, SOP Kegiatan Administrasi dan Pelayanan Kampus, SOP Masuk Lingkungan Kampus, SOP dalam Melaksanakan Tugas Kedinasan, SOP Perjalanan Dinas, SOP di Luar Lingkungan Kampus, hingga SOP Kegiatan Ibadah Shalat di Masjid/Mushola Kampus. “Sivitas akademika diharapkan bertanggung jawab untuk disiplin dalam menjalankan segala aktivitas sesuai dengan SOP yang telah dibuat,” tegas Drs Jazim Ahmad, MPd selaku Rektor UM Metro.

Infrastruktur Pendidikan Jarak Jauh

Sesuai kebijakan dari Kemdikbud, selama masa adaptasi kebiasaan baru, proses pembelajaran di kampus diutamakan menggunakan metode daring. Diterangkan oleh Prof Dr H Bambang Setiaji selaku Rektor UM Kalimantan Timur bahwa kampusnya diuntungkan dengan persiapan teknologi informasi yang sudah disiapkan sejak awal, sehingga mampu menghadapi pandemi seperti sekarang ini. “Jauh sebelum Covid-19 hadir, UMKT telah melakukan pelatihan bagi para dosen dalam penggunaan sistem daring, sehingga saat ini hampir seluruh SDM sudah dapat mengoperasikan sistem yang telah dibuat,” jelas Prof Bambang.

Dr H Mubarak MSi selaku Rektor UM Riau mengungkapkan hal yang serupa. Sebelum Covid-19 merajalela, sistem atau teknologi yang sudah ada tersebut hanya menjadi support tools. Di masa seperti ini, perannya bergeser menjadi media utama karena interaksi fisik sudah dibatasi. Sejak tahun 2015, Learning Management System (LMS) di UM Riau sudah tersedia. Mulai tahun 2017, banyak dosen yang berhasil mendapatkan hibah dari Kemenristekdikti untuk penyusunan materi blended learning. Sejak itu lah blended learning sudah digunakan di lingkungan UM Riau. “Saya kira hal itu menjadi sangat membantu segenap sivitas akademika UM Riau untuk cepat beradaptasi dengan sistem teknologi di masa seperti ini. Istilahnya, kami sudah mengenal tapi intensitas penggunaannya ketika itu masih rendah,” ujar Dr H Mubarak.

Tidak berbeda dengan PTMA lain, UM Sidoarjo telah mengembangkan Sistem Informasi Manajemen yang mengintegrasikan semua proses yang ada di kampus 1, 2, dan 3, mulai dari PMB, kemahasiswaan, kepegawaian, akademik, keuangan, penelitian dan pengabdian masyarakat, sampai dengan sistem penjaminan mutu internal. Jaringan SIM UMSIDA dikembangkan dengan mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan dan keamanan data dan proses informasi. Saat ini Umsida memiliki 2 server. Dalam rangka memberikan kestabilan dan menghindari kemacetan sistem informasi, maka akan menambah lagi pembelian 2 server baru untuk back up. Sehingga ketika ada masalah di server utama, maka proses layanan akademik dan non akademik tetap bisa berjalan secara normal dengan serverback up itu.

Sementara itu, UM Sindenreng Rappang justru memanfaatkan potensi kerja sama dengan PTMA lain. Dr Jamaluddin menyatakan penggunaan LMS sudah dilakukan sejak tiga tahun lalu melalui bantuan kerja sama IT dengan UM Surakarta. “Bahkan kami juga telah bekerja sama dengan UM Kalimantan Timur atas bimbingan Rektor Prof Bambang Setiadji mengembangkan model LMS dengan Open Learning Global (M) Sdn Bhd,” tambah Dr Jamaludddin. Lebih lanjut ia melihat program ICT kampus adalah hal yang utama, tentu dengan upaya dukungan finansial yang diarahkan ke pengembangan jaringan infrastruktur serta pelatihan dosen, pegawai, dan mahasiswa.

Dampak Ekonomi dan Solusinya

Adanya aksidential pandemi menyerang aspek ekonomi yang berdampak tidak hanya pada instansi atau perusahaan namun juga individu. Tak sedikit mahasiswa yang mengeluh dari dampak ekonomi baik di perguruan tinggi negeri dan swasta. Sama halnya dengan UMRI, Dr Mubarak menyadari betul hal itu. Seperti PTMA pada umumnya, UMRI turut memberikan bantuan pulsa kuota bagi mahasiswa aktif dan membebaskan biaya cuti bagi mahasiswa. “Kami juga membebaskan biaya SPP semester berjalan untuk mahasiswa yang sudah lulus ujian komprehensif, serta menyepakati pengurangan 30% biaya SPP semester berjalan untuk mahasiswa yang sudah menyelesaikan seluruh mata kuliah dan sedang melaksanakan TA pada semester Ganjil 2020/2021,” paparnya.

Berbeda dengan UMRI, Dr Hidayatullah dan tim terlebih dahulu melakukan survey sebagai langkah utamanya. Selama dua bulan pembelajaran daring berlangsung survey dilakukan untuk mengetahui keadaaan kesehatan dan kondisi ekonomi mahasiswa. “Dari hasil survey ini kami dapat mengambil kebijakan untuk memberi bantuan sosial kepada mahasiswa, dosen luar biasa, karyawan kontrak dan part time,” ujarnya. Selain itu, Umsida juga memberikan bantuan kuota, perpanjangan waktu pembayaran serta beasiswa on going pada mahasiswa semester 3, 5, dan 7 yang terdampak pandemi dengan syarat belum menerima beasiswa dari mana pun.

Di akhir, Jamaludin mengungkapkan bahwa UM Sindenreng Rappang turut membantu mahasiswa untuk terlibat dalam program magang kewirausahaan baik dalam dan di luar kampus. “Tentu bekerja sama dengan masyarakat dan pemerintah setempat sekaligus menjadi bahan bagi mahasiswa dalam kegiatan dharma pengabdian kepada masyarakat, jadi mereka belajar berwirausaha sambil terbantu dari sisi pembayaran SPP,” paparnya. []GTA,APR

This article is from: