4 minute read

PTMA di Era Tatanan Baru

Next Article
Prestasi Mahasiswa

Prestasi Mahasiswa

Pasca diterapkannya PSBB di beberapa daerah, Indonesia memasuki era tatanan baru pada beberapa sektor. Dengan menerapkan protokol kesehatan, rumah ibadah, tempat wisata, pusat perbelanjaan mulai diaktifkan kembali termasuk pada sektor pendidikan. Guna memberikan panduan pembelajaran yang lebih jelas menjelang pelaksanaan tahun ajaran dan tahun akademik baru 2020/2021, Kemdikbud bersama tiga kementerian lainnya, yaitu Kementerian Agama, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian Dalam Negeri menyusun panduan penyelenggaraan pembelajaran. Lantas bagaimana tanggapan Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah mengenai tatanan baru dalam pendidikan serta bagaimana tahapan persiapannya?

Reporter Warta PTM telah melakukan wawancara bersama beberapa narasumber yang terdiri dari Drs Jazim Ahmad MPd selaku Rektor UM Metro, Dr H Jamaluddin S Sos MSi selaku Rektor UM Sindenreng Rappang, Dr H Mubarak MSi selaku Rektor UM Riau, Dr Hidayatullah MSi selaku Rektor UM Sidoarjo, dan Prof Dr H Bambang Setiaji selaku Rektor UM Kalimantan Timur.

Advertisement

Tatanan Baru Hadapi Covid-19

Awal Juli lalu, media Indonesia diramaikan dengan gagasan baru mengenai penerapan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB). Hal ini memunculkan beberapa cuitan berupa dukungan dan juga penolakan. AKB atau era tatanan baru merupakan salah satu skenario untuk mempercepat penanganan Covid-19 dalam bentuk perubahan perilaku. Mengacu pada hal ini, Drs Jazim Ahmad mengungkapkan kegiatan yang dimaksud adalah adanya perbedaan aktivitas secara normal yang dibarengi dengan penerapan protokol kesehatan. Singkatnya, hal ini bertujuan untuk mengaktifkan kembali beberapa sektor agar tetap menjaga perekonomian masyarakat.

Sependapat dengan hal tersebut, Dr Jamaluddin memaparkan adaptasi kebiasaan baru berarti menjaga aktivitas produktif meskipun di tengah situasi yang tidak biasa dengan tetap memperhatikan kebutuhan lingkungan, bertindak cepat, dan berpikir jauh ke depan. Dalam tahapan ini, manusia dituntut untuk hidup seimbang dengan tetap produktif dan berupaya menekan penyebaran Covid-19. Dr Mubarak juga sangat menyayangkan jika saat ini masih banyak masyarakat yang kurang peduli dan menganggap kebiasaan baru dengan protokol kesehatan merupakan hal yang biasa. “Lupa memproteksi diri, terlalu antipati, atau bahkan lupa untuk produktif karena terlalu lama di rumah. AKB semestinya menjadi kesadaran bagi masyarakat. Ya, di dunia ini kita sebagai manusia memang harus seimbang. Dunia dan akhirat seimbang. Ilmu dan akhlak seimbang dan seterusnya,” ujarnya.

Dua Sisi Konsep New Reality

Berbeda dengan pendapat sebelumnya, mengusung konsep new reality, Dr Hidayatullah berpendapat saat ini dunia pendidikan memasuki keadaan dan kenyataan yang baru. Baik pembelajaran, diskusi, seminar, hingga rapat dan pertemuan diadakan secara virtual. Kebiasaan ini memiliki kelebihan dan kekurangan dari berbagai sisi. Ia mengungkapkan beberapa hal positif yang diperoleh yaitu adanya kesadaran dalam pembiasaan hidup sehat yang menjadi sebuah kebutuhan. “Kebiasaan untuk mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, memakai masker, hand sanitizer, menjaga jarak, dan selalu membersihkan serta mensterilkan fasilitas kerja telah menjadi budaya baru di kampus,” ungkap Dr Hidayatullah. Selain itu, setiap orang dipaksa untuk meningkatkan inovasi serta kreativitas dalam berbagai bidang. Seperti menyesuaikan desain kurikulum dan pelaksanaan pembelajaran, perubahan pola pelayanan kampus, dan sistem informasi dan manajemen berbasis IT yang semakin dikuatkan.

Singkatnya, Dr Jamaluddin memberikan istilah ini dengan “The Power Of Kepepet” yang berarti jika tidak adanya persiapan yang matang terhadap perubahan yang terjadi akan menjadi bumerang baru bagi sivitas akademika ke depannya. Sependapat dengan hal tersebut, Dr Hidayatullah mengungkapkan tidak semua kampus siap dengan konsep Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Hal ini terlihat dari dosen dan mahasiswa yang belum terbiasa berinteraksi dengan teknologi, minimnya kesediaan jaringan di beberapa daerah, serta adanya keterbatasan kuota internet yang menyebabkan pembengkakan pada keuangan kampus.

Namun, Dr Mubarak justru melihat kondisi krisis ini sebagai tantangan menjadi lebih baik dari segi sistem, infrastruktur, dan kemampuan SDM. Era revolusi 4.0 yang awalnya hanya sebagian implementasinya, ternyata dengan adanya pandemi justru menjadikan warga dunia benar–benar melakukan kegiatan utamanya di dalam jaringan. “Tantangan kita saat ini, dunia pendidikan harus beradaptasi dengan itu semua. Menyelaraskan mindset, biaya, teknologi dan kemampuan SDM nya secara bersamaan. Mengubah mindset mayoritas masyarakat bahwa kuliah itu harus offline,” jelas Dr Mubarak.

Skenario Tatanan Baru

Membangun kepercayaan adalah skenario paling utama yang dilakukan oleh UM Sindenreng Rappang. Sangat penting untuk meyakinkan dosen, mahasiswa, masyarakat, persyarikatan Muhammadiyah, dan pemerintah bahwa tindakan serta program yang UM Sindenreng Rappang laksanakan adalah untuk kebaikan bersama. Langkah pertama yang dilakukan ialah dengan menyehatkan institusi, seluruh program yang telah disusun dalam kalender akademik harus tetap berjalan. Kemudian melakukan inovasi sistem, sistem yang ada harus terus lebih baik dari sebelumnya dengan menempatkan kegiatan akademik pada “platform technology”. Lalu memperhatikan sumber daya manusia, dengan menjamin kepastian bahwa dosen dan mahasiswa mendapatkan hak-haknya sesuai dengan kewajibannya. Kegiatan perkuliahan, pembimbingan skripsi dan tesis menggunakan LMS. Terakhir ialah manajemen finansial, melibatkan dosen Penasihat Akademik untuk mengidentifikasi mahasiswa yang menjadi bimbingannya apabila ada yang terkena dampak ekonomi dari Covid-19.

Sementara untuk mengantisipasi penurunan jumlah pendaftar mahasiswa di era tatanan baru ini, UM Sidoarjo merubah pola promosi menjadi seratus persen online. Website, media sosial, radio, baliho dioptimalkan untuk kegiatan promosi. Semua fakultas dan program studi digerakkan untuk menyelenggarakan workshop guru BK secara online, temu tokoh dan alumni secara online, atau pun webinar yang melibatkan semua kalangan di dalam dan luar negeri. Publikasi program beasiswa yang diberikan untuk mahasiswa baru juga ditingkatkan. “Dengan langkah-langkah yang kami lakukan tersebut, alhamdulillah pada bulan Juni 2020 perolehan mahasiswa baru Umsida mengalami peningkatan dibandingkan dengan bulan Juni 2019,” tutup Dr Hidayatullah.[] APR, GTA

This article is from: