SINARHARAPAN.NET WEEKLY 22 MEI 2021

Page 1

EDISI: SABTU - MINGGU, 22-23 MEI 2021

1

www.sinarharapan.net

EDISI

SABTU MINGGU

22-23 MEI 2021

www.sinarharapan.net

Tiga Strategi Kemenparekraf Tingkatkan Daya Saing Pelaku Ekraf di Yogyakarta SHNet, Jakarta - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, menjabarkan tiga strategi Kemenparekraf dalam meningkatkan daya saing bagi pelaku ekonomi kreatif, khususnya di Yogyakarta di tengah pandemi Covid-19 dan perlambatan ekonomi. Hal tersebut disampaikan Menparekraf usai berdialog dengan pelaku ekonomi kreatif Daerah Istimewa Yogyakarta di Puri Mataram, Desa Tridadi, Kabupaten Sleman. “Pertama adalah peningkatan keterampilan. Apa yang kita dengar dari para pelaku jelas, kita harus memastikan bahwa Kemenparekraf memberikan keterampilan yang diperlukan untuk era baru dari segi pemasaran ekonomi kreatif berbasis online sampai ke pembuatan konten,” ujar Sandiaga. Di masa pandemi ini perkembangan ekosistem digital begitu pesat. Oleh karenanya, melalui scale up SDM Kemenparekraf diharapkan pelaku ekraf dapat memanfaatkan platform digital untuk memperluas jangkauan konsumen. Kedua adalah menyiapkan program yang berbasis keadilan. Sektor pariwisata dan ekonomi kreatif ini bukan menjadi masalah di tengah pandemi, tapi harus mampu menghadirkan solusi, dengan memberdayakan masyarakat sekitar, sehingga dapat menciptakan peluang usaha dan lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya, karena sektor ini memiliki multiplier effect. “Bagaimana sekarang pariwisata dan ekonomi kreatif itu tidak eksklusif tapi justru hadir untuk masyarakat yang selama ini tertekan oleh pandemi Covid-19. Selain itu, Kemenparekraf juga membuka peluang bagi para pelaku ekonomi kreatif pemula, yang baru memulai usahanya,” ucapnya. Dan terakhir, Sandiaga menjelaskan bahwa Kemenparekraf dalam waktu

Dok. Biro Komunikasi Kemenparekraf

MENPAREKRAF SANDIAGA SALAHUDDIN UNO SAAT BERKUNJUNG KE PURI MATARAM, DESA TRIDADI, SLEMAN, YOGYAKARTA

dekat akan meluncurkan dana hibah pariwisata. Hal ini mempertimbangkan potensi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yang sangat luas, sebanyak 34 juta masyarakat yang menggantungkan hidupnya di sektor ini. Sedangkan, sebesar 97 persen lapangan pekerjaan di Indonesia bergerak di industri UMKM,

dan 70 persen pelaku UMKM atau artisan tersebut bergerak di bidang parekraf. Sehingga, program ini harus tepat manfaat dan tepat sasaran. “Yang ketiga adalah menyiapkan bantuan-bantuan yang tepat sasaran. Tidak boleh kita lengah karena sebentar lagi akan diluncurkan dana hibah pariwisata. Kita akan memastikan dana hibah pariwisata maupun bantuan-ban-

tuan lain dan program-program lain dari Kemenparekraf itu menyasar pada masyarakat yang betul-betul membutuhkan,” jelasnya. Dalam acara tersebut, Menparekraf Sandiaga, didampingi oleh Deputi Bidang Ekonomi Digital Dan Produk Kreatif Kemenparekraf/Baparekraf Neil El Himam, Direktur Pemasaran Ekraf Kemenparekraf/Baparekraf Yuana Rochma Astuti, dan Direktur Utama Badan Otorita Borobudur Indah Juanita, berkesempatan melihat tenanttenant ekonomi kreatif DIY seperti Pie Salak Chooby (kuliner), Berkah Keramik Hias (kriya), Kalani Woods (fesyen), Kurnia Lurik Jaya (fesyen), Omah Kreatif Dongaji (fesyen batik), Agemanjiwa (fesyen ecoprint), Pasar Ndelik Puri Mataram (kuliner), serta Sekna dan Geprania (kuliner). (Stevani Elisabeth)


www.sinarharapan.net

EDISI: SABTU - MINGGU, 22-23 MEI 2021

2

Menparekraf Tinjau Pengrajin Perak “Salim Silver” di Kota Gede SHNet, Yogyakarta - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, kembali melakukan kunjungan kerja ke Yogyakarta. Agenda pertama yaitu meninjau salah satu pengrajin perak yang bernama Salim Silver, yang terletak di Kota Gede, Yogyakarta. Menparekraf didampingi oleh Deputi Bidang Ekonomi Digital Dan Produk Kreatif Kemenparekraf/Baparekraf Neil El Himam, Direktur Industri Kuliner, Kriya, Desain, dan Fesyen Kemenparekraf/ Baparekraf Yuke Sri Rahayu, Direktur Utama Badan Otorita Borobudur Indah Juanita Pemilik Salim Silver Jewelry Priyo Salim, melihat berbagai macam hasil para pengrajin perak berupa cincin, gelang, hingga kalung dan cara pembuatan perhiasan perak tersebut. Salim Silver di Kota Gede merupakan salah satu pusat perak yang terkenal di Indonesia. Dari peninjauan tersebut, Menparekraf menilai bahwa pandemi Covid-19 memacu pelaku ekonomi kreatif khususnya para pengrajin perak untuk meningkatkan skill dari dua hal. Pertama, adaptasi dengan digitalisasi, mulai dari menjual produk melalui online hingga menciptakan konten. Kedua, Menparekraf melihat ini sebagai bentuk dari ekonomi yang berkeadilan, karena artisan atau UMKM menyentuh banyak sekali lini kehidupan masyarakat yang terdampak karena Covid-19. “Tadi saya mendengar cerita pada puncaknya Salim Silver ini membuka lapangan kerja

Dok. Biro Komunikasi Kemenparekraf

MENPAREKRAF SANDIAGA SALAHUDDIN UNO MENGUNJUNGI TOKO PERAK “SALIM SILVER” KOTA GEDE, YOGYAKARTA

bagi 60 orang, namun sekarang turun menjadi 16 orang. Jadi kita melihat satu peluang baru, terutama di masa depan berkaitan dengan B2C, dari Salim Silver langsung ke _customer_ dengan penciptaan konten-konten yang menarik melalui platform digital. Sehingga bisa membantu menjual hasil dari Salim Silver ini ke target-target pasar yang selama ini belum kita jelajahi,” kata

Menparekraf. Menparekraf mengatakan setelah mampu menghadirkan konten yang menarik, ia ingin membuat sebuah exhibition atau expo berbasis virtual. “Setelah situasi pandemi sudah kondusif kita bisa membawa ke pameran- pameran bertaraf internasional,” ujarnya. Disamping itu, ia juga menceritakan sebagai tanda kelulusan pada saat bersekolah di

Amerika, para mahasiswa diberikan sebuah cincin yang disebut cincin almamater. Hal ini dilakukan sebagai bentuk buah tangan bagi para lulusan sekaligus dukungan terhadap ekonomi kreatif di Amerika kala itu. Langkah tersebut tentunya bisa diimplementasikan untuk memajukan produk artisan ekonomi kreatif lokal. Sebelumnya, Kemenparekraf melalui Deputi Bidang Ekonomi Digital Dan Produk Kreatif telah menginisiasi program Aksilirasi (Aksi Selaras Sinergi), untuk memberikan pendampingan bagi pelaku ekraf dalam menciptakan pro-

duk kreatif unggulan di subsektor seni musik, seni pertunjukan, seni rupa, dan penerbitan. Dan Salim Silver Jewelry ini sebagai salah satu pelaku ekraf di Yogyakarta yang pernah mengikuti program inkubasi Aksilirasi pada tahun 2020. “Harapan kita bahwa program yang kita usung bisa tepat sasaran kepada masyarakat yang betul-betul membutuhkan. Dan Salim Silver ini sudah tiga generasi, jadi membutuhkan sekali keberpihakan program pemerintah,” katanya. Seperti diketahui, kerajinan tangan memiliki kontribusi yang cukup besar ke dalam PDB (Pendapatan Domestik Bruto) sebesar 14,9 persen, dengan nilai ekspor 6,4 miliar US Dollar. Selain itu, terdapat 700,000 unit usaha dan telah menciptakan lapangan kerja bagi 1,32 juta masyarakat Indonesia. Pemilik Salim Silver Jewelry Priyo Salim menuturkan situasi pandemi ini berinovasi dan dengan platform digital sangat diperlukan untuk memasarkan produk melalui media sosial. “Seperti yang sudah dikatakan oleh Menteri, memang kita perlu solusi untuk memperluas pasar, jadi tidak hanya mengandalkan pasar lokal atau pasar offline tapi kita mencoba memasuki pasar online,” kata Priyo. Setelah meninjau pengrajin perak Salim Silver, Menparekraf langsung bergerak menuju kawasan Candi Borobudur untuk menghadiri #FestivalJoglosemar yang diinisiasi oleh Kementerian Perindustrian dalam upaya mendukung kampanye nasional Bangga Buatan Indonesia. (Stevani Elisabeth)


EDISI: SABTU - MINGGU, 22-23 MEI 2021

www.sinarharapan.net

3

Hendardi: Kisruh 75 Pegawai KPK Tidak Boleh Sandera KPK Jakarta- Untuk mengakhiri kontroversi yang merugikan agenda pemberantasan korupsi, langkah-langkah nyata bisa ditempuh. Hendardi, Ketua SETARA Institute menyampaikan kepada pers di Jakarta, Jumat (21/5). “Pertama, Jokowi konsisten mendukung penegakan UU 19/2019 yang disetujuinya pada 2019 silam dengan menjamin independensi KPK mengatur dirinya sendiri karena KPK adalah self regulatory body; atau bisa mengeluarkan Perppu pembatalan UU 19/2019, sehingga kisruh alih status ini tidak terjadi dan tidak menyandera pimpinan KPK,” ujarnya. Kedua menururnya, KPK bersama badan terkait menjelaskan ihwal TWK dan mencari solusi-solusi yang tidak kontroversial termasuk kemungkinan pemberian penugasan-penugasan khusus selama 75 pegawai KPK belum beralih status dan/atau memberikan kesempatan tes susulan. “Ketiga, bagi 75 pegawai KPK melakukan upaya hukum sesuai dengan mekanisme yang tersedia,” tegasnya. Hendardi menjelaskan, Kontroversi alih status pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menjadi aparatur sipil negara (ASN) belum berakhir usai Presiden Jokowi, setelah menerima informasi dari orang-orang di sekelilingnya, menyampaikan sikapnya perihal 75 status pegawai KPK yang tidak lolos Tes Wawasan Kebangsaan (17/5). “Pernyataan Jokowi yang bersayap dan tidak tegas menggambarkan keraguan sikapnya

Ist

HENDARDI

terkait politik hukum pemberantasan korupsi,” tegasnya. Menurut Hendardi, bagi 75 pegawai KPK penyataan Jokowi ini adalah “pembelaan” nyata atas mosi yang disampaikannya di ruang publik terkait dengan protes hasil TWK. “Sementara bagi pimpinan KPK, pernyataan Jokowi bisa jadi ditafsir sebagai bentuk teguran dan inkonsistensi Jokowi dalam menjalankan amanat UU No. 19/2019 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi,” jelasnya. Menurut Hendardi, publik bisa memahami bahwa alih status pegawai KPK menjadi

ASN adalah mandat revisi UU KPK, dimana Jokowi dengan 50% kewenangan yang dimilikinya Jokowi telah menyetujui revisi. Publik juga bisa mencatat bahwa pemerintah yang dipimpin Jokowi menyetujui hak inisiatif DPR yang mengusulkan revisi UU KPK. Akan tetapi, setelah produk hukum itu selesai dan dijalankan oleh pimpinan KPK, di tengah kontroversi tes TWK, Jokowi tampak cuci tangan. “Pimpinan KPK hanya menjalankan mandat UU KPK dan UU ASN serta peraturan perundang-undangan lain yang

mengatur tata cara menjadi ASN. Oleh karena itu wajar jika oleh sebagian kalangan Jokowi dianggap basa basi,” jelasnya. Ihwal alih status 75 pegawai KPK sebenarnya menurut Hendardi secara normatif bisa diselesaikan melalui jalur-jalur yang tersedia dari mulai menggugat produk-produk administrasi negara yang dikeluarkan KPK maupun melalui Ombudsman terkait dugaan maladministrasi, sebagaimana sudah dilakukan oleh 75 pegawai KPK. “Akan tetapi amplifikasi di ruang publik menjadikan isu ini bergeser menjadi narasi

mematikan KPK, padahal masih terdapat lebih dari 1.000 insan KPK lain di dalam institusi ini,” katanya. Pengabaian TWK dalam proses seleksi dan/atau alih status ASN, yang oleh sebagian pihak dianggap sebagai variabel tidak penting, juga bisa dianggap mengabaikan fakta-fakta intoleransi dan radikalisme yang sudah banyak bersarang di tubuh institusi-institusi negara, pemerintahan dan di tengah masyarakat. “Mandat lolos TWK itu melekat pada calon ASN, siapapun dan dimanapun institusinya,” tegasnya.(op-11)


www.sinarharapan.net

EDISI: SABTU - MINGGU, 22-23 MEI 2021

SinarHarapanNet adalah sebuah wadah jejaring informasi yang dimotori para jurnalis Sinar Harapan yang bernaung di bawah Perkumpulan Sinar Harapan. Wadah ini lahir dari niat dan keinginan untuk meneruskan visi, nilai, dan semangat untuk terus mencari, menemukan, menebar, menumbuhkan, memupuk dan mengembangkan harapan secara terus menerus. Perkumpulan ini bukan saja sebagai wadah bagi yang pernah bekerja di Sinar Harapan, tetapi juga merupakan tempat berkumpulnya jaringan Sinar Harapan dari berbagai latar belakang profesi dan aktivitas. Wadah ini juga terbuka untuk siapapun yang memiliki semangat dan merindukan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang. Perkumpulan ini memilih media publikasi sebagai wadah untuk menyebarkan dan memelihara harapan akan masa depan. Harian Sinar Harapan Net hadir menjawab kebutuhan akan informasi harian yang jernih, terpercaya, dan membangkitkan harapan. Kami mendukung tujuan global pembangunan berkelanjutan bagi kemaslahatan umat manusia dan planet bumi, sustainable development goals (SDGs); mengedepankan jurnalisme damai (peace journalism); menganut prinsip-prinsip pewartaan bermartabat; serta mendorong terciptanya sinergi positif dalam berjejaring. Perwujudan dukungan kami terhadap SDGs antara lain dalam bentuk penerapan tanggung jawab sosial di sepanjang rantai nilai (value chain) kami, termasuk penerapan efisiensi sumber daya dan energi dalam setiap aktivitas kami, mulai dari perencanaan, proses produksi hingga pemasaran dan distribusi. PENGELOLA AWAK REDAKSI: Tutut Herlina (Pemimpin), Ario Widiyanto, Aju, Daniel Duka, Gerald Pelapelapon, Herry Suroso, Inno Jemabut, Maya Handini, Nonnie Rering, Stevani Elizabeth, Wheny Hari Muljati, Marcelinno Pratama, Victor Simanjuntak. KONTAK: 021-28541720 ALAMAT: Office Tower Eightyeight@ Kasablanka 9A Floor, Jln. Casablanca Raya Kav.88 Jakarta Selatan 12870 EMAIL: redaksi@sinarharapan.net

4

Ilmuwan Temukan ‘Mata Rantai yang Hilang’ di Balik Bahasa Manusia Pertama SHNet, Jakarta - Sebuah studi baru telah menunjukkan, untuk pertama kalinya, bahwa manusia mengenali makna yang dimaksudkan dari vokalisasi ikonik - suara dasar yang dibuat oleh orang untuk mewakili objek, entitas, dan tindakan tertentu - terlepas dari bahasa yang mereka gunakan. Vokalisasi ini, seperti meniru mendengkur untuk menunjukkan tidur, atau menderu untuk menunjukkan harimau, dapat memainkan peran penting dalam perkembangan bahasa manusia pertama, menurut para peneliti. Penemuan ini kontras dengan asumsi sebelumnya bahwa isyarat dan isyarat fisik mendorong perkembangan bahasa manusia. “Orang-orang di seluruh dunia, apa pun latar belakang bahasa atau budaya mereka, sangat pandai menebak arti dari vokalisasi yang berbeda ini,” kata penulis senior Marcus Perlman, ahli bahasa di University of Birmingham di Inggris, kepada Live Science. “Ini bisa berdampak besar pada bagaimana bahasa lisan mulai dikenal.” Vokalisasi ikonik Dalam sebuah eksperimen online, para peneliti mengekspos 843 peserta, yang berbicara dalam 25 bahasa berbeda di antara mereka, pada vokalisasi ikonik yang mewakili 30 makna yang akan menjadi kunci bagi kelangsungan hidup manusia purba. Para peserta kemudian harus mencocokkan suara dengan salah satu dari enam kata, termasuk makna yang dimaksudkan. Makna yang dimaksudkan untuk vokalisasi dikelompokkan menjadi enam kategori utama: entitas bernyawa (anak, pria, wanita, harimau, ular, rusa), entitas mati (pisau, api, batu, air, daging, buah), tindakan (mengumpulkan, memasak, bersembunyi, memotong, menumbuk, berburu, makan, tidur), properti (kusam, tajam, besar, kecil, baik, buruk), pembilang (satu, banyak) dan demonstratif (ini, itu). Peneliti memperoleh vokalisasi ini melalui kontes online di mana, sebagai imbalan atas hadiah, orang dapat

mengirimkan suara dasar yang mereka rasa paling baik mewakili kata-kata yang berbeda. Setiap orang yang mengirimkan vokalisasi berbicara bahasa Inggris. Dalam percobaan tersebut, orang-orang secara akurat mengidentifikasi makna vokalisasi ini rata-rata 64,6% dari waktu. Vokalisasi yang paling dikenal adalah untuk “tidur”, yang diidentifikasi orang dengan akurasi 98,6%. Yang paling tidak dapat dikenali adalah demonstratif “itu,” dengan akurasi 34,5%, meskipun masih jauh di atas 16,7% (satu dari enam) yang diharapkan secara kebetulan. Secara umum, orang memahami vokalisasi tindakan dan entitas lebih baik daripada properti dan demonstratif. “Suara yang dapat dikenali [tindakan dan entitas] ini mungkin terkait dengan makna ini di berbagai budaya,” kata Perlman. “Di tempat lain, mungkin ada lebih banyak variabilitas mengenai apa tepatnya suara itu.” Dari 25 bahasa yang digunakan oleh peserta, penutur dari 20 bahasa menebak dengan benar arti dari setiap vokalisasi, penutur dari empat bahasa melakukannya untuk semua kecuali satu vokalisasi dan penutur bahasa lainnya melakukannya untuk semua kecuali dua. Penutur bahasa dengan akurasi terendah adalah penutur bahasa Thailand dengan rata-rata 52,1% dan penutur bahasa dengan kinerja terbaik adalah penutur bahasa Inggris dengan rata-rata akurasi 74,1%. Dalam percobaan lapa-

ngan kedua yang lebih kecil yang hanya melibatkan 12 vokalisasi paling dasar, orang-orang yang menggunakan bahasa lisan tanpa sistem penulisan formal, seperti Palikúr Pribumi dari hutan hujan Amazon - juga mendemonstrasikan pemahaman vokalisasi dengan menunjuk ke gambar arti yang benar setelah mendengarnya. Mereka berhasil menjelaskan artinya tanpa petunjuk tertulis atau lisan, jauh di atas apa yang diharapkan secara kebetulan. Tautan hilang Hingga saat ini, para peneliti berasumsi bahwa bahasa manusia berkembang melalui penggunaan gerakan ikonik - seperti menggoyangkan lengan untuk meniru gerakan ular - dan sinyal fisik lainnya, kata Perlman. Setelah berkomunikasi dengan gerak tubuh, manusia purba kemudian secara bertahap menambahkan kata-kata yang diucapkan yang akan menggantikan sinyal fisik ini, menurut teori ini. “Itu masuk akal,” kata Perlman. “Jika Anda pergi ke negara di mana Anda tidak berbicara bahasanya, cara intuitif untuk berkomunikasi adalah dengan memberi isyarat apa yang Anda coba ungkapkan.” Namun, kemampuan kami untuk menafsirkan arti vokalisasi ikonik menunjukkan bahwa manusia mungkin tidak memerlukan gerakan fisik untuk membuat kata-kata. Sebaliknya, vokalisasi mungkin menjadi blok ban-

gunan pertama bahasa, dan gerakan fisik mungkin telah ditambahkan ke kata-kata individu sesudahnya, kata Perlman. Namun, tidak semua peneliti setuju dengan gagasan ini. “Argumen yang lebih menarik untuk peran representasi ikonik dalam evolusi bahasa berasal dari gerakan manual,” kata Michael Corballis, psikolog yang mengkhususkan diri dalam evolusi bahasa di University of Auckland di Selandia Baru, kepada Live Science. “Bahasa isyarat memiliki elemen ikon yang lebih jelas daripada ucapan.” Meskipun, “ada bukti yang semakin meningkat tentang komponen ikonik dalam ucapan manusia,” kata Corballis. Pada kenyataannya, perkembangan bahasa pertama akan memakan waktu ratusan atau bahkan ribuan tahun, dan sepertinya bahwa kombinasi vokalisasi dan gerakan memainkan peran, kata Perlman. “Kami memiliki tangan dan suara,” kata Perlman. “Dan kita telah berkomunikasi dengan keduanya selama jutaan tahun.” “Saya setuju bahwa asal multimodal adalah yang paling masuk akal,” kata Michael Arbib, pakar bahasa dan ahli saraf komputasi di University of Southern Carolina, kepada Live Science. “Entitas tertentu memiliki suara khas yang mendukung penggunaan simbolisme suara untuk asal mereka, sedangkan banyak entitas lainnya lebih ramah terhadap pantomim.” (Ina)


EDISI: SABTU - MINGGU, 22-23 MEI 2021

www.sinarharapan.net

5


www.sinarharapan.net

EDISI: SABTU - MINGGU, 22-23 MEI 2021

6

Kemendikbudristek Salurkan Beasiswa Vokasi SHNet, Kediri -- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) bekerja sama dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) menyalurkan program beasiswa gelar dan non-gelar pendidikan vokasi. Program yang ditujukan untuk guru, dosen, siswa, dan mahasiswa ini bertujuan untuk menyiapkan SDM unggul vokasi menghadapi transformasi pendidikan. Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat (BKHM) Sekretariat Jenderal Kemendikbudristek menyampaikan hal ini dalam keterangannya kepada media, Jumat (21/5). BKHM menyampaikan, Direktur Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri, Ahmad Saufi mengatakankan bahwa transformasi dan relevansi pendidikan vokasi ini menjadi tantangan di tengah kemajuan teknologi dan industrialisasi yang pesat. Melalui program kolaboratif inilah, Kemendikbudristek, yaitu Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi berupaya menyelesaikan persoalan pembangunan SDM yang masih dihadapi. Persoalan tersebut antara lain: 1) Keterbatasan SDM vokasi dalam mengakses program-program beasiswa pengembangan pendidikan vokasi; 2) kualifikasi dan kompetensi SDM vokasi yang perlu terus diselaraskan dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri; 3) skill set dan life skill SDM vokasi yang perlu diperbarui sehingga dapat relevan di tengah perubahan industri yang cepat, dan 4) pemenuhan jumlah tenaga pendidik vokasi yang perlu ditambah untuk memenuhi kebutuhan guru dan dosen vokasi yang produktif. “Bagaimana menciptakan insan vokasi yang sesuai kebutuhan DUDI dan akses yang selama ini belum terlihat, melalui program beasiswa vokasi dapat menjawab janji Presiden untuk meningkatkan SDM vokasi agar lebih unggul,”ujar Ahmad Saufi saat diskusi dengan media di Jakarta, pada Jumat (21/5). Sementara itu, Direktur Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi, Beny Bandanadjaja, mengatakan lewat program beasiswa ini, guru dan dosen vokasi dapat mengenyam pendidikan lanjutan di perguruan tinggi, baik dalam dan luar negeri. Harapannya, lanjut Benny dapat tercipta pengajar vokasi yang memiliki pemahaman dan pengetahuan lebih terhadap dunia vokasi.

SHNet/Ist

Diskusi terkait Program Beasiswa Gelar dan Non-Gelar Pendidikan Vokasi, di Jakarta, pada Jumat (21/5)

“Sehingga mereka dapat membuat pendidikan vokasi di Indonesia makin maju. Apalagi selama ini masih banyak pengajar vokasi yang tidak memiliki background pendidikan vokasi,” kata Beny. Bersama LPDP, Beny mengatakan bahwa beasiswa vokasi ini akan lebih mudah dijangkau dan meyakini program ini berbeda dibandingkan beasiswa LPDP pada umumnya. “Kalau sebelumnya yang ditangani LPDP itu kan cakupannya sangat luas, satu Indonesia, mencakup seluruh kementerian. Untuk kali ini tidak, kita fokus di Kemendikbudristek. Sehingga, kita sudah paham para pendaftar dan tahu kualitas mereka. Ini akan membuat penyaringan menjadi tidak terlalu ketat,” ujarnya. Benny melanjutkan, program beasiswa vokasi ini menjadi terobosan pertama dan terbaru di Kemendikbudristek. Skema kerja sama dengan LPDP ini membuat penyaringan pemburu beasiswa menjadi lebih mudah, karena telah disepakati beasiswa hanya dikhususkan untuk pendidikan vokasi. “Skema ini pun baru pertama kali dibuat. Kita kerja sama dengan LPDP selaku penyandang dana, tapi persyaratan seleksi dilakukan oleh Kemendikbudristek. Ini yang membuat kesempatan bersaing tidak terlalu sulit, akses ke LPDP makin mudah. Karena yang berhak menerima itu kami sudah paham,” tutur Beny. Beasiswa pendidikan vokasi yang dibuka pada tahun 2021 ini terdiri atas program gelar dan non-gelar. Untuk program

gelar, beasiswa yang disediakan adalah Beasiswa S-1/D-4 Calon Guru SMK. Skema pembiayaan ini bertujuan meningkatkan kuantitas dan kualitas guru SMK yang memiliki kualifikasi, khususnya pada mata pelajaran produktif. Melalui program ini diharapkan terjadi percepatan dalam pemenuhan guru SMK yang relevan dengan dinamika industri masa depan. Sementara itu, Beasiswa Pendidikan Bergelar bagi dosen dan calon dosen Perguruan Tinggi Penyelenggara Pendidikan Vokasi (PTPPV) terbagi atas beasiswa studi lanjut jenjang S-2, jenjang S-3, serta joint/dual degree S-3 bagi dosen PTPPV. Skema beasiswa ini merupakan terobosan pada pendidikan vokasi karena selama ini belum pernah ada beasiswa khusus yang ditujukan untuk dosen vokasi. Beasiswa ini diharapkan mampu menjadi jawaban mengatasi masalah regenerasi dosen PTPPV dengan kualifikasi mumpuni, memiliki daya saing internasional, serta relevan dengan kebutuhan pembangunan industri. Tujuh Program Beasiswa Non-Gelar Selain dua program beasiswa gelar, setidaknya masih ada tujuh program non-gelar yang ditawarkan. Program non-gelar ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dan skills SDM bidang vokasi melalui pendanaan pada jangka waktu tertentu. Pertama adalah Bridging Course Vokasi yang merupakan program peningkatan kemampuan Bahasa Inggris bagi dosen dan non-dosen calon penerima

beasiswa LPDP guna mengakses pendidikan lanjut bidang vokasi di perguruan tinggi di luar negeri. Program selanjutnya adalah Kampus Merdeka Vokasi, sebuah program khusus bagi mahasiswa vokasi dalam rangka meningkatkan keterampilan dan soft skills untuk memasuki dunia kerja dan menumbuhkan kewirausahaan. Program ini juga merupakan bentuk implementasi dari merdeka belajar yang digaungkan oleh Kemendikbudristek. Program non-gelar yang ketiga adalah Magang Dosen dan Tenaga Kependidikan PTPPV. Kegiatan magang terdiri atas magang dosen di perguruan tinggi lain, magang dosen di industri, serta membuka kesempatan bagi tenaga kependidikan untuk magang di perguruan tinggi vokasi. Tujuan dari program ini adalah memperluas wawasan dosen dan tenaga kependidikan sehingga meningkatkan profesionalitas serta kemampuan dalam melaksanakan tugas sehari-hari. Program ini juga mampu meningkatkan pengalaman industri dosen serta merajut jembatan yang kokoh antara dosen dengan dunia industri maupun dengan perguruan tinggi lainnya. Berikutnya adalah Program Sertifikasi Profesi Dosen dan Tenaga Kependidikan PTPPV. Kepemilikan sertifikat profesi ini merupakan salah satu bentuk penjaminan mutu atas kompetensi yang dimiliki oleh SDM pendidikan vokasi. Sertifikasi juga merupakan suatu pengakuan dari asosiasi profesi dan industri terkait kompetensi dosen dan tenaga kependidikan di vokasi. Di-

harapkan melalui program ini masyarakat dan industri selaku pemangku kepentingan memiliki keyakinan terkait kualitas dan relevansi yang dimiliki oleh para pendidikan dan tenaga kependidikan di PTPPV. Kelima, adalah Program Riset Keilmuan Terapan Dalam Negeri – Dosen PT Vokasi yang menyediakan pembiayaan yang berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan demand driven industri. Program ini merupakan program yang menjadi ciri khas dari gaya riset pada pendidikan vokasi sekaligus program terobosan untuk membangun ekosistem riset terapan bagi pembangunan di masa depan. Tujuan besar dari riset ini adalah menjadi solusi bagi permasalahan ekonomi dan sosial baik industri ataupun masyarakat. Dengan program ini, PTPPV dapat menemukan kebutuhan yang diharapkan oleh para pemangku kepentingan. Kehadiran PTPPV pun dapat dirasakan secara langsung, baik oleh indutsri maupun masyarakat di sekitarnya. Program non-gelar lainnya adalah Program Project Based Learning/Praktik Kerja Lapangan Bersertifikat Bagi Siswa SMK (Dalam Negeri dan Luar Negeri) dan Program Project Based Learning/Magang Bersertifikat Guru SMK (Dalam Negeri dan Luar Negeri). Siswa SMK perlu diberi kesempatan yang luas untuk mendapatkan pengalaman kerja dan meningkatkan kompetensi teknisnya melalui pembelajaran secara langsung di industri, baik di dalam maupun di luar negeri. Begitu pula guru SMK kesempatan untuk meningkatkan kompetensi teknis langsung dari dunia industri, baik di dalam dan di luar negeri. Dampak dari penyelenggaraan program ini diharapkan mampu meningkatkan kompetensi teknis guru SMK agar lebih mampu melihat permasalahan secara luas, menganalisis, serta mencari alternatif atau solusi untuk memecahkan permasalahan di industri sehingga mampu menjadi solusi atas pengembangan metode pembelajaran bagi guru SMK. Informasi beserta pendaftaran Program Beasiswa Pendidikan Vokasi untuk Program Beasiswa Calon Guru SMK, Beasiswa S-2/S-3 Dosen/Calon Dosen, Bridging Course, PBL bagi Siswa dan Guru SMK, dan Riset Keilmuan Terapan, dapat diakses calon peserta melalui laman https://beasiswa.vokasi. kemdikbud.go.id/. (whm/sp)


EDISI: SABTU - MINGGU, 22-23 MEI 2021

www.sinarharapan.net

7

Kasus Kebocoran Data 297 Juta Penduduk Harus Diusut SHNet, Jakarta - Ketua MPR Bambang Soesatyo meminta Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama perangkat Polri seperti Bareskrim dan Direktorat Tindak Pidana Siber serta Badan Siber dan Sandi Negara menginvestigasi tuntas dugaan kebocoran data 297 juta penduduk Indonesia. Dugaan kebocoran data tersebut berasal dari data peserta jaminan sosial kesehatan yang dikelola BPJS Kesehatan. Data penduduk Indonesia tersebut dijual di forum peretas Raid Forums pada 12 Mei 2021. “Kebocoran data tersebut bukan persoalan main-main, bukan persoalan kecil namun sangat serius,” kata Bambang Soesatyo dalam keterangannya di Jakarta, Jumat. Dia menilai, di era teknologi informasi saat ini data merupakan kekayaan nasional yang patut dijaga. Menurut dia, kedaulatan data menunjukan kedaulatan sebuah bangsa bahkan Presiden Joko Widodo menegaskan, data adalah “new oil”, yaitu lebih berharga dari minyak. “Selain ada kepentingan ekonomi yang tidak proper, kebocoran data tersebut menyangkut keamanan privasi warga negara Indonesia. Sekaligus menunjukkan perangkat hukum keamanan siber kita tidak kuat,” ujarnya. Ia mengatakan selain kejadian tersebut, tren kejahatan siber juga semakin meningkat misalnya berdasarkan laporan kepolisian hingga November 2020, terjadi sebanyak 4.250 laporan kejahatan siber.

“Pada tahun 2019 jumlahnya mencapai 4.586 laporan, sedangkan pada tahun 2018 sebanyak 4.360 laporan,” katanya. Menurut dia, selain kebocoran data, kejahatan siber memiliki ragam jenis, antara lain penipuan daring, penyebaran konten provokatif, pornografi, akses perjudian, pemerasan, peretasan sistem elektronik perbankan, intersepsi ilegal, hingga pengubahan tampilan situs dan gangguan sistem manipulasi data. Politisi Partai Golkar itu mengutip data Pusat Operasi Keamanan Siber Nasional BSSN mencatat pada Januari-November 2020 terdapat 423 juta serangan siber ke Indonesia. Data tersebut, menurut dia, meningkat tajam pada tahun 2019 yang berjumlah 290,3

juta, sedangkan pada tahun 2018 sebanyak 232,4 juta jiwa. Sementara itu, anggota Komisi I DPR Sukamta meminta pemerintah segera menginvestigasi kasus dugaan kebocoran data 297 juta penduduk Indonesia yang diduga berasal dari data peserta jaminan sosial kesehatan yang dikelola BPJS Kesehatan. “Langkah investigasi itu agar menjadi jelas apa sumber kebocoran tersebut, dan apakah benar website BPJS Kesehatan yang berhasil dibobol atau sistem informasi lain yang diretas,» kata Sukamta di Jakarta, Jumat. Dia menilai langkah-langkah mitigasi harus dilakukan agar data yang sudah terlanjur bocor tadi dihentikan penyebaran-nya dan dimusnahkan. Menurut dia, pemerintah juga harus memiliki antisipasi

efek dari bocornya data tersebut, apakah setelah ini akan ada “serangan” lain di dunia maya yang bisa mengguncang ketahanan siber. “Dan harus ada langkah-langkah ke depannya agar hal seperti ini tidak terjadi lagi. Ini penting untuk digarisbawahi karena sepertinya akan ada lagi kasus-kasus kebocoran data yang lebih parah dari sebelumnya,” ujarnya. Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI itu menilai salah satu langkah yang urgen untuk dilakukan adalah penyelesaian pembahasan RUU Pelindungan Data Pribadi (PDP). Dia menjelaskan pembahasannya RUU PDP memang sedang stagnan karena ada perbedaan pandangan dalam hal penentuan bentuk otoritas Pelindungan data pribadi, apakah lembaga independen

atau dikelola oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo). “Seharusnya, kasus dugaan bocornya data BPJS Kesehatan ini menjadi tamparan bagi kita semua, bahwa bentuk otoritas yang paling tepat adalah lembaga independen,” ujarnya. Sukamta menilai bagaimana jadinya jika badan publik yang karena kelalaiannya menyebabkan terjadinya kegagalan pelindungan data pribadi karena itu aneh kalau badan publik menghukum sesama badan publik. Poin tersebut harus segera ditemukan kesepakatannya, agar upaya pelindungan data pribadi bisa segera memiliki payung hukum yang kuat terhadap badan private, masyarakat termasuk juga badan publik. (Victor)


www.sinarharapan.net

EDISI: SABTU - MINGGU, 22-23 MEI 2021

8

Menikmati Pasar Malam Jembatan Ampera, Palembang SHNet, Jakarta – Bantaran Sungai Musi merupakan tempat favorit masyarakat Palembang, ibukota Provinsi Sumatera Selatan, yang selalu ramai di malam hari. Masyarakat Palembang mengenalnya dengan nama Plaza Kuto Besak, yaitu lahan luas di depan Benteng Kuto Besak yang dijadikan pasar malam. Wisata Pasar Malam Sungai Musi sudah ramai mulai pukul empat sore. Semakin malam, pasar akan semakin ramai oleh wisatawan. Hal tersebut tidak mengherankan, mengingat di pasar malam ini dijajakan beragam kuliner khas Palembang, seperti pempek, lenggang, dan tekwan. Tempat yang ditawarkan juga beraneka ragam, dari yang lesehan hingga menikmati makanan di atas perahu. Jauh sebelum Jembatan Ampera dibangun dan Pasar Malam Sungai Musi didirikan, Sungai Musi menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan orang Palembang dan wilayah lainnya di Sumatera Selatan. Mereka telah lama beraktivitas di sepanjang Sungai Musi dan atas perahu sejak Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7. Sungai Musi membentang sejauh 750 kilometer dari selatan ke utara. Sungai ini membelah Sumatra Selatan jadi dua dan melewati kota Palembang dengan kelebaran yang berbeda-beda. Keberadaan Sungai Musi sangat penting sebagai urat nadi perekonomian. Melalui sungai ini, orang-orang di wilayah hulu di pedalaman pergi ke hilir di pesisir dengan naik perahu untuk berdagang dan berinteraksi seperti dikutip dari IndondonesiaKaya. Sungai Musi menghidupkan jejaring perdagangan. Sebab, jaringan utama transportasi di Sumatera Selatan terbentuk dari anak Sungai Musi yang berjumlah sembilan sehingga disebut Batanghari Sembilan. Sungai Musi juga berperan membuka hubungan Sumatra Selatan dengan wilayah luar. Sungai Musi menjadi tempat bertemunya perahu pedagang dari hulu dengan kapal-kapal dari pesisir Sumatera. Titik pertemuan ini berada di kota Palembang sekarang. “Dukungan dari Sungai Musi itulah yang menjadikan Palembang pernah menjadi pusat Kerajaan Sriwijaya pada abad VII,” catat Ida Farida dkk dalam “Peran Sungai Musi Dalam Perkembangan Peradaban Islam di Palembang” termuat di Jurnal Sejarah Peradaban Islam, Volume 3 Nomor 1, Juli 2019. Peran Sungai Musi masih bertahan ketika Kesultanan Islam Palembang Darussalam berdiri pada pertengahan abad ke-16. Bahkan sejumlah pasar muncul di simpul-simpul pertemuan antara anak sungai dan sungai. Masa ini pula orang-orang Eropa

mulai berdatangan ke Palembang. Mereka punya sebutan khusus untuk Palembang: “Venesia dari Timur”. “Ditujukan untuk menggambarkan keterikatan penduduk terhadap lalulintas perairan sambil melukiskan kesibukan perahu dayung dan kapal yang berlalu-lalang melewati Sungai Musi,” ungkap Melisa dalam “Ampera dan Perubahan Orientasi Ruang Perdagangan Kota Palembang 1920-an1970-an” termuat di Lembaran Sejarah, Volume 9 Nomor 1, 2012. Perahu-perahu dari hulu membawa aneka rupa barang dagangan. Kebanyakan hasil bumi seperti sayurmayur dan buah buahan. Sebagian mereka membuat rumah rakit untuk menetap beberapa hari di Sungai Musi. Rumah ini dibangun mengapung di sungai dengan kayu petanang yang ringan tapi tahan terhadap air. Atapnya terbuat dari daun nipah. “Selain sebagai tempat tinggal, rumahrumah rakit ini berfungsi sebagai toko atau warung yang menyediakan segala kebutuhan khusus,” lanjut Melisa. Dari pembuatan rumah rakit inilah istilah pasar terapung berasal.

Setelah Kesultanan Palembang Darussalam runtuh, pemerintah kolonial Belanda memegang kendali atas wilayah Palembang. Mereka mulai mengubah kebudayaan masyarakat Palembang dari kebudayaan sungai ke kebudayaan darat dengan membangun sejumlah jalan. Makmun Abdullah dkk dalam Kota Palembang Sebagai Kota Dagang dan Industri menyebut pembuatan jalan darat memudahkan komunikasi. Tapi akibat pembangunan jalan, aktivitas perdagangan di Palembang menjadi terpecah dua: darat dan sungai. Pemerintah kolonial juga mulai membangun pasar-pasar di darat. Caranya dengan menguruk beberapa bagian anak Sungai Musi di beberapa tempat, antara lain di Sungai Tengkuruk. Akibatnya pasar terapung menghilang di wilayah ini. Saat Presiden Sukarno memerintah pada 1965, sebuah rencana baru tentang pengembangan kota Palembang muncul. Salah satunya pembangunan jembatan yang menghubungkan wilayah hulu dan hilir. Jembatan ini disebut Jembatan

Bung Karno. Pada masa Orde Baru namanya berubah jadi Jembatan Ampera. Kehadiran Jembatan Ampera mengubah wilayah di pinggiran Sungai Musi yang berada dekat jembatan. Wilayah di sekitar benteng Kuto Besak mulai dibeton. Di sinilah kelak pasar baru berdiri menggantikan pasar apung. Listrik pun mulai dipasang di sekitar wilayah jembatan. Aliran listrik membuat Palembang lebih terang pada malam hari. Palembang berkembang pesat berkat kehadiran Jembatan Ampera. Berbagai aktivitas perdagangan berlangsung lebih lama daripada sebelumnya. Pasar yang tadinya tutup pada sore hari, mulai tetap buka hingga malam hari. Maka muncullah pasar malam di sekitar Jembatan Ampera dan Benteng Kuto Besak. Barang dagangan di pasar malam berbeda dari pasar pagi atau siang hari. Pasar malam tak hanya menjual makanan, tapi juga pakaian dan berbagai macam kebutuhan rumah tangga modern. Bahkan sekarang, pasar malam ini dilengkapi dengan penjual pernak-pernik berupa kaos bertemakan Palembang, gantungan kunci, hingga cincin perak. Tidak hanya itu, tersedia pula banyak permainan anak, sehingga anak-anak tidak akan pernah bosan untuk berlamalama di tempat ini. Mengunjungi Pasar Malam Sungai Musi seperti menguak kearifan lokal masyarakat Palembang. Hilir-mudik ketek, barisan para pemancing di bantaran sungai, kuliner khas, serta senyum dan sambutan hangat masyarakat Palembang menjadi satu di pasar malam ini. Tidak heran jika banyak orang merekomendasikan Pasar Malam Sungai Musi sebagai salah satu tempat yang wajib dikunjungi ketika melancong ke Palembang. (maya han)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.