FRI VOL XX/10 2025

Page 1


FOODREVIEW INDONESIA

Keamanan

Pangan Segar: Tantangan implementasi standar

Pangan Segar:

Keamanan, MUTU & Preferensi Konsumen

Amina Biogenik

pada Pangan Segar

Asal Hewani:

Pembentukan, Pencegahan

dan Metode Deteksi

KEAMANAN PANGAN

DARI HULU:

Membangun Daya Saing dan Reputasi Pangan Indonesia

WORLD FOOD DAY 2025

“HAND IN HAND FOR BETTER FOODS AND A BETTER FUTURE”

KEAMANAN PANGAN DARI HULU: Membangun Daya Saing dan Reputasi Pangan Indonesia

Pangan yang lebih baik selalu berawal dari sistem yang lebih baik—dan sistem yang baik hanya dapat dibangun dari fondasi yang kuat dari hulu. Keamanan dan mutu pangan yang dikonsumsi masyarakat sangat ditentukan oleh bagaimana pangan segarnya (bahan bakunya) dibudidayakan, ditangani, dan didistribusikan. Dari ladang hingga dapur, dari nelayan hingga industri, setiap tahap menentukan apakah pangan tersebut akan menjadi sumber gizi yang menyehatkan atau justru menimbulkan risiko bagi kesehatan.

Keamanan pangan oleh karena itu bukan sekadar urusan dapur industri, melainkan dasar bagi daya saing dan reputasi pangan Indonesia. Di tengah melimpahnya hasil pertanian dan hortikultura, Indonesia dihadapkan pada tantangan besar: memastikan bahwa setiap produk pangan yang dihasilkan tidak hanya bergizi, bermutu dan berlimpah, tetapi—yang utama dan pertama—harus aman, sehingga dapat dipercaya oleh konsumen, baik di dalam negeri maupun di pasar global. Itulah hakikat reputasi pangan.

Dalam era perdagangan yang semakin terbuka, salah satu kunci transformasi dari produksi menuju reputasi adalah standardisasi. Standar bukan sekadar dokumen teknis, melainkan bahasa universal yang menyatukan pelaku usaha, regulator, dan konsumen dalam memahami makna keamanan dan mutu pangan. Melalui standar, produk Indonesia dapat disejajarkan, dibandingkan, diakui, dan akhirnya memperoleh reputasi di tingkat internasional.

Peringatan Hari Pangan Sedunia 2025, 16 Oktober, yang mengusung tema “Hand in Hand for Better Food and a Better Future”, mengingatkan kita bahwa masa depan pangan yang lebih baik hanya bisa dibangun di atas fondasi pangan yang lebih baik. Dan pangan yang lebih baik menuntut kolaborasi dan integritas seluruh elemen sistem pangan. Kolaborasi lintas sektor—antara petani, industri, akademisi, dan pemerintah—harus berlandaskan prinsip ilmiah bahwa keamanan pangan adalah prasyarat pangan itu sendiri, bukan pilihan tambahan.

Kasus keracunan pangan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi pengingat penting bahwa selama ini kita masih sering mengabaikan prasyarat dasar keamanan pangan. Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan pangan akibat program MBG ini harus menjadi alarm bagi setiap insan pangan, bahwa prasyarat pangan bergizi adalah keamanan. Hanya pangan yang aman yang dapat benar-benar menghantarkan zat gizi yang dikandungnya untuk dimanfaatkan tubuh. Karena itu, sistem manajemen keamanan pangan harus berjalan menyeluruh, mencakup semua mata rantai pangan—sejak hulu: budidaya dan panen, penanganan dan distribusi, hingga penyajian di tingkat

konsumsi. Pedoman internasional dari Codex Alimentarius, CXC 1:1969 (yang telah diadopsi Indonesia menjadi SNI), menegaskan bahwa keamanan pangan adalah tanggung jawab bersama seluruh aktor di setiap rantai pangan.

Edisi FoodReview Indonesia kali ini menyoroti beragam inisiatif nyata yang memperkuat fondasi tersebut. Melalui artikel tentang penerapan standar keamanan pangan segar, penguatan sistem pengawasan lintas lembaga, hingga inovasi pangan dan reformulasi untuk kesehatan konsumen, edisi ini menunjukkan satu benang merah: upaya kolektif untuk menegakkan integritas sistem pangan nasional. Dari peran lembaga standardisasi dan pengawasan seperti BSN, Badan Pangan Nasional, dan BPOM, hingga kiprah akademisi dan industri yang ditampilkan melalui LKST IPB University, PATPI, dan ajang Fi Asia 2025, semuanya mengarah pada tujuan yang sama—menjadikan keamanan pangan sebagai fondasi daya saing dan reputasi Indonesia di pasar global. Inisiatifinisiatif tersebut membuktikan bahwa transformasi pangan Indonesia tidak cukup hanya dengan meningkatkan produksi, tetapi harus ditopang oleh standardisasi yang kuat, inovasi yang relevan, dan kolaborasi yang berkelanjutan.

Upaya-upaya tersebut selaras dengan agenda nasional untuk memperkuat sistem jaminan keamanan pangan berbasis standar dan praktik yang baik. Melalui penerapan Good Agricultural Practices (GAP), Good Handling Practices (GHP), dan sertifikasi, Indonesia meneguhkan komitmen menuju sistem pangan yang aman, transparan, dan diakui dunia. Dengan pendekatan ini, nilai tambah produk tak lagi ditentukan oleh volume semata, tetapi oleh keamanan, konsistensi mutu, dan ketertelusuran—tiga pilar kepercayaan yang menopang daya saing jangka panjang.

Dari ladang dan sawah, dari kolam, laut, hingga kandang, lalu berakhir di meja makan—keamanan, daya saing, dan reputasi harus terjamin di setiap titik mata rantainya. Itulah arah baru pangan Indonesia.

Semoga edisi FoodReview Indonesia ini menjadi pemicu kolaborasi untuk mewujudkan pangan yang lebih baik— pangan yang aman, inovatif, dan berdaya saing—serta mendorong tumbuhnya industri pangan segar Indonesia yang tangguh menuju masa depan yang lebih baik.

Purwiyatno Hariyadi https://phariyadi.foodreview.co.id/

daftar isi

OVERVIEW

30 Keamanan Pangan Segar: Tantangan Implementasi Standar

Keamanan pangan merupakan fondasi bagi ketahanan pangan sekaligus perlindungan kesehatan masyarakat. Produk pangan segar, yang menjadi komponen utama konsumsi masyarakat Indonesia, menuntut sistem pengawasan yang lebih tangguh di tengah meningkatnya konsumsi dan perdagangan global. Penguatan kapasitas, regulasi, dan koordinasi lintas sektor menjadi kunci untuk mengatasi tantangan penerapan standar keamanan pangan segar di Indonesia.

38 Pangan Segar: Keamanan, Mutu & Preferensi Konsumen

Penguatan Rantai Pasok

48

Pangan Segar Indonesia dengan Inovasi Teknologi

54

Daging Segar di Indonesia: Peluang, Tantangan, & Inovasi Kemasan Berbasis Teknologi Modern

ASOSIASI

60

GAPMMI Hadiri US Dairy Sustainability Conference

Pemimpin Umum: Suseno Hadi Purnomo | Pemimpin Redaksi: Purwiyatno Hariyadi | Wakil Pemimpin Redaksi: Nuri Andarwulan Redaktur Pelaksana: Himma Ellisa | Pemimpin Perusahaan: Pratomodjati | Wakil Pemimpin Perusahaan: Hindah Muaris

Staf Redaksi: Fitria Bunga Yunita | Sales, Advertising & Activities: Tissa Eritha

Digital Marketing: Fetty Fatimah | Business Development: Andang Setiadi | Desain & layout: Yanu Indaryanto

IT dan Website: Gugun Hendi Gunawan | Keuangan: Kartini, Padmawati Zainab

Penerbit: PT Media Pangan Indonesia

Alamat PT Media Pangan Indonesia: Jl Binamarga II No. 23, Baranangsiang, Bogor Timur 16143 Telepon: (0251) 8372333, (0251) 8322732 | +62 811 1190 039 | Fax: (0251) 8375754

Website: www.foodreview.co.id | E-mail: redaksi@foodreview.co.id, marketing@foodreview.co.id ISSN: 1907-1280

KEAMAN AN DAN MUTU

Amina Biogenik

pada Pangan Segar

Asal Hewani:

62

Pembentukan, Pencegahan

dan Metode Deteksi

Pangan segar asal hewani seperti daging dan ikan merupakan sumber protein bernilai tinggi, tetapi mudah rusak bila penanganannya kurang tepat. Salah satu indikator penting keamanan dan mutu pangan ialah amina biogenik, yaitu senyawa yang terbentuk dari asam amino akibat aktivitas mikroorganisme, yang dapat bersifat toksik sekaligus mencerminkan tingkat kesegaran bahan.

REGULASI

70

Standardisasi Mangga Indonesia: Kunci Daya Saing di Pasar Global

Indonesia diberkahi dengan kondisi geografis dan iklim tropis yang merupakan habitat sempurna bagi tanaman buahbuahan unggulan, termasuk mangga. Kombinasi curah hujan yang seimbang, sinar matahari melimpah, dan tanah subur menjadikan Indonesia sebagai salah satu produsen mangga utama dunia. Potensi besar ini perlu diimbangi dengan upaya menjaga mutu, standardisasi, dan konsistensi pasokan agar mangga Indonesia mampu bersaing di pasar global.

fungsional.........

segar.................

segar hewani....

segar nabati.....

Redaksi menerima tulisan atau berita seputar teknologi dan industri pangan. Artikel sebaiknya disertai dengan foto pendukungnya dikirim via email redaksi atau pos. Redaksi berhak menyunting naskah sejauh tidak mengubah isinya. Tulisan yang dimuat akan mendapat imbalan menarik.

Asosiasi Sensori Indonesia

Dear FoodReview Indonesia, Saya seorang yang memiliki minat dan ketertarikan di bidang sensori pangan. Apakah bisa dibantu informasi terkait asosiasi untuk sensori di Indonesia. Terima kasih.

Farah Medan

Jawab:

Untuk asosiasi sensori, Anda dapat bergabung di Asosiasi Sensori Indonesia atau ASENSINDO. Perkumpulan ini memiliki ruang lingkup untuk mengembangkan metode sensori pada sektor pangan dan nonpangan, mengembangkan standardisasi metode sensori pada sektor pangan dan nonpangan serta melakukan sertifikasi kompetensi terkait sensori. Lebih lengkap terkait ASENSINDO, silakan mengunjungi laman mereka pada https://asensindo.org/

Akses dan Frekuensi Baca Majalah Berlangganan

Kepada FoodReview Indonesia

Mohon informasinya, apabila saya telah berhasil berlangganan di Pustaka Pangan, apakah majalah digital hanya dapat diakses atau dibaca satu kali saja?

Terima kasih atas penjelasannya.

Asih

Bandung

Jawab:

Akses terhadap majalah yang telah Anda beli melalui layanan berlangganan berbayar di Pustaka Pangan dapat dibaca dan diakses berulang kali. Demikian halnya dengan fitur unduh (download); Anda diberikan keleluasaan untuk mengunduh majalah edisi tersebut setelah pembelian berhasil, untuk memastikan kenyamanan Anda dalam membaca kapan pun dibutuhkan. Terima kasih.

Informasi Biaya Berlangganan Majalah FoodReview Indonesia Digital

Kepada FoodReview Indonesia

Mohon diinformasikan, berapakah biaya yang diperlukan untuk berlangganan Majalah

FoodReview Indonesia Digital dalam kurun waktu satu tahun? Terima kasih.

Andi

Makassar

Jawab:

Terima kasih atas minat Anda terhadap Majalah FoodReview Indonesia Digital. Saat ini, biaya untuk berlangganan digital selama satu tahun (mencakup 12 edisi majalah) adalah sebesar Rp200.000. Untuk memulai proses berlangganan, Anda dapat melakukan registrasi akun terlebih dahulu di platform kami melalui www.pustakapangan.com (disarankan diakses melalui PC atau laptop). Setelah registrasi berhasil, Anda dapat melanjutkan ke proses pembelian langganan tahunan.

KIRIMKAN KOMENTAR atau pertanyaan Anda ke Forum FOODREVIEW INDONESIA Jl Binamarga II No. 23, Baranangsiang, Bogor Timur 16143 atau melalui whatsapp: +62 811-1190-039, email redaksi@foodreview.co.id Cantumkan nama lengkap, alamat dan nomor telepon Anda. Semua surat yang masuk akan diedit terlebih dulu dengan tanpa mengubah maknanya.

Majalah cetak edisi 2016-2020 masih bisa diperoleh melalui loka pasar kami seperti Shopee (Media Pangan Indonesia) & Tokopedia (Toko Kulinologi). Silakan ketik ‘Majalah FoodReview’ pada kolom pencarian. Sedangkan untuk ketersediaan edisi-edisi tertentu silakan menghubungi 0811 1190 039.

Aturan Baru Impor Ubi Kayu dan Produk Turunannya

Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengumumkan penerapan kebijakan baru yang secara signifikan membatasi impor komoditas ubi kayu (singkong) dan produk turunannya, seperti tepung tapioka. Aturan ini tertuang dalam Permendag 31 Tahun 2025, yang disahkan pada Jumat, 19 September. Kebijakan ini merupakan tindak lanjut arahan Presiden yang bertujuan menyeimbangkan kebutuhan bahan baku industri dengan perlindungan bagi sektor pertanian domestik.

Menteri Perdagangan, Budi Santoso menegaskan bahwa penerbitan Permendag ini bertujuan utama untuk menjaga kebutuhan industri, melindungi petani dalam negeri, sekaligus menjamin kepastian pasokan bahan baku strategis nasional. “Penerbitan Permendag ini dilakukan sesuai arahan Bapak Presiden. Tujuannya, untuk menjaga kebutuhan

industri, melindungi petani dalam negeri, sekaligus menjaga kepastian pasokan bahan baku strategis nasional,” ujarnya dalam siaran pers Kementerian Perdagangan beberapa waktu lalu.

Pengetatan ini

diimplementasikan melalui mekanisme Persetujuan Impor (PI). Aturan ini menetapkan bahwa PI hanya dapat diberikan kepada importir pemegang Angka Pengenal Impor Produsen (API-P).

Selain itu, impor diwajibkan memenuhi persyaratan berupa Rekomendasi Teknis dari Kementerian Perindustrian atau Neraca Komoditas (NK) jika telah tersedia. Pengawasan komoditas ini kini dilakukan secara ketat di pabean (border).

Mendag Budi Santoso juga menambahkan bahwa Kemendag mendorong agar ubi kayu dan produk turunannya masuk ke dalam NK ke depannya. Hal ini memastikan kebijakan impor disesuaikan dengan kebutuhan nasional, kapasitas produksi dalam negeri, dan potensi kekurangannya. Ia berharap langkah ini dapat menjamin perlindungan terhadap petani singkong tetap terjaga sementara kebutuhan industri terpenuhi. Permendag 31 Tahun 2025 ini akan mulai berlaku dalam kurun waktu 14 hari sejak tanggal diundangkan. Fri-35

To advertise & be a seminar sponsor, contact us and book your 2025 schedule : Ms. Tissa Eritha - tissa@foodreview.co.id Mr. Andang Setiadi - andang@foodreview.co.id

https://linktr.ee/foodreview.co.id

Rangkaian Kegiatan HUT PATPI ke-58 di

Samarinda, Kalimantan Timur

Perhimpunan Ahli Teknologi

Pangan Indonesia (PATPI) yang merupakan wadah organisasi dari akademisi, peneliti, dan ahli teknologi pangan, tahun ini memasuki usia yang ke-58. Dalam kaitannya dengan momen tersebut, PATPI melakukan serangkaian kegiatan yang dipusatkan di Cabang Samarinda, Kalimantan Timur.

Kegiatan diawali dengan malam tasyakuran pada tanggal 28 September 2025, Annual Meeting dan Focus Group Discussion Soybean Food Product Development pada tanggal 29 September 2025, dan The 3rd International Conference on Food Technology & Nutrition (ICFTN) pada tanggal 30 September 2025 yang diselenggarakan secara hibrida dengan tema Biodiversity, Food Technology, and Nutrition: Key to Future Food Security.

Acara The 3rd ICFTN dibuka oleh

Wakil Gubernur Kalimantan Timur, Seno Aji, yang menekankan perlunya upaya mendukung kemandirian pangan dan meningkatkan nilai tambah pada komoditas nasional khususnya

komoditas unggulan di Kalimantan Timur seperti kelapa sawit, rumput laut, serta kakao. Kegiatan ini mengundang enam pembicara utama yang berasal dari dalam dan luar negeri yaitu Kepala

Badan Gizi Nasional yang diwakili oleh

Dr. Ir. Tigor Pangaribuan (Deputi Sistem dan Tata Kelola), Prof. Ts. Dr. Sharifuddin

Md Shaarani (Universiti Sains Islam Malaysia), Prof. Lu Jing (Beijing Technology and Business University), Pavinee Chinachoti, Ph.D. (Presidentelect IUFoST), Prof. Andi Noor Asikin (FPIK Universitas Mulawarman), dan Prof Mohamed Najim (Universiti Islam Sultan Sultan Sharif Ali, Brunei Darussalam). Pembicara menjelaskan tentang pentingnya teknologi pangan dan inovasinya dalam menghadapi tantangan-tantangan masa depan hingga penguatan keanekaragaman sumber daya lokal menuju kemandirian pangan nasional. Selain itu, aspek dan tantangan mengenai kehalalan serta 3D Food Printing juga tidak luput dibahas di dalam forum.

Kegiatan ini dihadiri oleh peserta dari seluruh cabang PATPI dari Aceh hingga Papua dan juga peserta umum dari berbagai daerah di Indonesia maupun mancanegara. Rangkaian kegiatan diakhiri dengan kunjungan ke lokasi IKN Nusantara yang diisi dengan acara penanaman kopi Liberika dan diskusi dengan Deputi OIKN, Dr. Mirna. Fri-33

Prof. Dr. Ir. Purwiyatno

Hariyadi, Msc

Departemen Ilmu dan Teknologi

Pangan, Fakultas Teknologi

Pertanian, IPB University & SEAFAST Center, IPB University

Registration:

5th November 2025 Wednesday

13.00-16.00 WIB

Fundamentals of Heat Processing in Food Industr y

Applications of Advanced Heating Technologies in Food Processing

Challenges and Future Trends: Optimizing Energ y Consumption in Food Processing

Pangan Nusa 2025: Kuliner Lokal Mendunia

Pangan Nusa 2025 adalah subpameran yang diselenggarakan dalam Trade Expo Indonesia (TEI) ke-40 pada 15-18 Oktober di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD. Pangan Nusa 2025 menampilkan 186 pelaku usaha kuliner dan pangan kemasan dari berbagai wilayah di Indonesia. Produkproduk yang dipamerkan merupakan produk pilihan dengan kualifikasi siap menembus pasar global. Tidak hanya itu, Pangan Nusa juga memperkenalkan lima restoran Indonesia terpilih untuk mempromosikan Indonesia melalui kuliner. Kelima restoran berlokasi di lima kota dunia, yakni Tokyo, Jepang; Sydney, Australia; Amsterdam, Belanda; London, Inggris; dan New York, Amerika Serikat. Restoran yang diperkenalkan merupakan aktivasi tindak lanjut dari Program Rasa Rempah Indonesia (S’RASA). Program yang diinisiasi oleh enam kementerian ini menjadi bukti nyata komitmen pemerintah untuk mempromosikan produk dan kuliner Indonesia di pasar global.

“Pangan Nusa adalah panggung bagi para pelaku usaha kuliner dan pangan lokal untuk memperkenalkan kekayaan rasa dan budaya daerahnya kepada dunia. Bukan sekadar kuliner, tetapi

juga diplomasi rasa Indonesia ke pasar global,” ujar Menteri Perdagangan Budi Santoso dalam siaran pers Kementerian Perdagangan.

Pangan Nusa juga menjadi wadah bagi pelaku usaha kuliner dan pangan kemasan untuk naik kelas. Beragam kegiatan dirancang khusus, termasuk gelar wicara (talk show) inspiratif, penjajakan bisnis (business matching) yang mempertemukan pelaku usaha dengan buyer baik dalam maupun luar negeri, dan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dagang dengan ritel modern, toko oleh-oleh, dan buyer mancanegara. Sebagai bentuk apresiasi pada gelaran, Pangan Nusa memberikan penghargaan UKM Pangan Award bagi pelaku usaha kuliner yang telah terkurasi dan menang dalam penjurian. Penghargaan ini menjadi bentuk pengakuan atas kerja keras pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lokal yang menghasilkan produk kuliner berkualitas dan berdaya saing global yang menjadi kebanggaan Indonesia. Selain itu, Pangan Nusa juga menghadirkan wisata gastronomi, yakni wisata destinasi kuliner, seperti Jakarta, Yogyakarta, Sumatera Barat, dan Bali. Fri35

BPOM Permudah UMK untuk Cetak ING Mandiri

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) terus memperkuat komitmennya dalam mendukung

Usaha Mikro dan Usaha Kecil (UMK) di sektor pangan olahan, terutama dalam pemenuhan regulasi pelabelan gizi. Berdasarkan Peraturan BPOM No. 31

Tahun 2018, Peraturan BPOM No. 26

Tahun 2021, dan Peraturan BPOM No. 16 Tahun 2020, semua pangan olahan, termasuk yang diproduksi oleh UMK, wajib mencantumkan Informasi Nilai

Gizi (ING)—yaitu daftar kandungan Zat

Gizi dan Non Gizi sesuai dengan format yang dibakukan. BPOM menyadari bahwa UMK seringkali memiliki

keterbatasan dalam melakukan analisis laboratorium untuk membuktikan kandungan gizi.

Oleh karena itu, melalui Peraturan

BPOM No. 16 Tahun 2020 yang diperkuat dengan Keputusan Kepala

BPOM No. HK.02.02.1.2.12.21.494 Tahun 2021, ditetapkan bahwa UMK TIDAK HARUS melakukan analisis laboratorium untuk mencantumkan ING. Ketentuan ini berlaku untuk 163 jenis pangan olahan yang telah diatur deskripsi, nilai kandungan gizi per 100 gram, dan takaran sajinya, seperti abon cakalang, bakso ikan, hingga keripik singkong. Namun, jika produk UMK tidak termasuk dalam 163 jenis pangan yang diatur, pencantuman ING tidak wajib, tetapi jika UMK memilih untuk mencantumkannya, mereka harus melakukan uji laboratorium mandiri.

Untuk memfasilitasi implementasi kebijakan ini secara cepat dan akurat, BPOM telah mengembangkan “Aplikasi Cetak ING Mandiri” yang dapat diakses melalui laman tabel-gizi.pom.go.id. Aplikasi berbasis web ini membantu UMK menghitung dan mencetak tabel ING dalam format Vertikal, Tabular, atau Linear hanya dengan memasukkan Takaran Saji dan Berat/Isi Bersih produk. Langkah ini menunjukkan upaya BPOM untuk memfasilitasi UMK agar produk mereka dapat memenuhi standar pelabelan dan meningkatkan daya saing di pasar. Fri-35

Eriez X8 Metal Detectors

The Eriez X8 Metal Detector is a reliable, easy-to-use solution for detecting small ferrous, non-ferrous, and stainless steel metal contaminants. Its base package features an intuitive, large touchscreen interface, simple setup and reporting, multiple communication ports (USB and Ethernet), and a standard high-pressure washdown design for added durability.

Sophisticated Software

The X8 is built with advanced software that offers easy setup, operation, and reporting through its user-friendly graphical interface. This makes it simple to manage and monitor your metal detection process.

Setup and Operation

The Eriez X8 comes with factory pre-set settings tailored to your products, based on actual testing and

provided application data. Adding new products or adjusting parameters is straightforward. Key features include:

z Four password-protected levels of access

z Auto setup and product learning

z Easy adjustment of product boundaries and rejection settings

z One-touch log reporting

z Eight fields of data recorded on a large flash drive

z Multiple communication ports (USB and Ethernet)

z Logs and tracks rejects, on/off statuses, faults, warnings, product and setting changes, operator changes, and more

The X8 Metal Detector provides an efficient and effective way to ensure your products are free from metal contaminants, enhancing both quality control and your brand’s reputation.

Akselerasi Komersialisasi Pangan Fungsional: Peran Sentral LKST IPB dalam Hilirisasi Riset

Lembaga Kawasan Sains & Teknologi (LKST) IPB University bekerja sama dengan FoodReview Indonesia sukses menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) pada 13 Oktober 2025, yang berfokus pada “Pangan Fungsional: Tren Pengembangan Inovasi Produk Pangan untuk Industri dan Start-up/ UKM.” Acara ini bertujuan memetakan strategi komersialisasi riset di tengah tuntutan pasar yang semakin masif terhadap produk yang menyehatkan. Dalam sambutan pembukaannya, Kepala LKST IPB University, Prof. Dr. Erika Budiarti Laconi, MS menegaskan bahwa FGD ini adalah upaya mencari masukan untuk mengoptimalkan fasilitas dan layanan STP IPB, termasuk

Intelectual Property (IP) IPB University. “Kami berupaya memproteksi IP IPB University menjadi produk inovasi yang berdampak. Artinya ada impact-nya, untuk itu kita lakukan FGD,” ujarnya, sembari menjelaskan bahwa ekosistem LKST atau Science and Technology Park (STP) IPB kini akan dilengkapi dengan Gedung Inkubator Bisnis Halal untuk mendukung hilirisasi.

Prof. Dr. Rokhani Hasbulla sebagai Wakil Kepala Bidang Inkubator Bisnis dan Kemitraan Industri LKST IPB University pada FGD ini menyampaikan peran/fungsi, fasilitas dan layanan STP IPB untuk mendukung pengembangan inovasi pangan fungsional yang dapat digunakan oleh para inovator, startup,

industri, dan masyarakat. "STP IPB saat ini dilengkapi dengan fasilitas lini produksi minuman, roti/rerotian, pastri, biskuit, dan laboratorium,” ungkapnya. Fasilitasi atau layanan STP IPB mulai dari riset pengembangan produk inovasi, perlindungan IP, inkubasi bisnis, sampai komersialisasi inovasi. Diskusi kemudian menyentuh aspek formulasi, di mana Guru Besar Dept. Ilmu dan Teknologi

Pangan, IPB University, Prof. Dr. C. Hanny

Wijaya menekankan bahwa produk fungsional harus memiliki bukti ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan secara fisiologis, bukan sekadar klaim. Beliau juga menantang industri, “Permasalahan terbesar dari kita saat ini adalah seringkali melihat pasar yang tren, bukan menciptakan atau meramal pasar yang akan datang sehingga menjadi tren,” imbuhnya.

Aspek pasar dan konsumen juga menjadi sorotan. Direktur Bogor

Life Science & Technology (BLST), Luhur Budijarsa memaparkan hasil riset segmentasi konsumen yang dibagi menjadi tiga kelompok utama, dari Active Life hingga Golden Life,

menunjukkan bahwa minat konsumen telah bergeser ke manfaat kesehatan spesifik. Senada, Pemimpin Umum FoodReview Indonesia sekaligus konsultan industri pangan, Suseno Hadi Purnomo menegaskan bahwa permintaan pangan fungsional lahir dari kebutuhan masyarakat akan solusi kesehatan terintegrasi. Untuk mendukung proses ini, perwakilan dari Balai BPOM di Bogor, Eva Nikastri meyakinkan bahwa BPOM berkomitmen penuh dengan memberikan dukungan melalui fasilitasi standar, pendampingan izin edar (jemput bola), dan mitigasi novel food untuk mempermudah hilirisasi produk. Secara keseluruhan, FGD ini menggarisbawahi bahwa kunci sukses pangan fungsional di Indonesia adalah kolaborasi riset, kemampuan industri untuk menciptakan tren baru, dan pemanfaatan fasilitas dan layanan LKST IPB University sebagai hub (penghubung) pentaheliks (akademisi, bisnis, pemerintah, masyarakat, dan media) dalam mengakselerasi produk riset menjadi komoditas pasar yang berdampak nyata. Fri-35

Fi Asia Thailand 2025: A Game-Changer with Record Global Reach and Business Transactions

Bangkok, Thailand — Fi Asia 2025 concluded with unprecedented success, demonstrating its continued role as an indispensable platform for anyone in the food ingredients industry in Asia and beyond. Building on the momentum of Fi Asia Thailand 2023, this year’s edition saw international participation rise by an astonishing 40%, with total attendees of 23,750 reaffirming its growing global appeal and influence.

Transforming Opportunities into Results

Over three dynamic days, Fi Asia 2025 generated an impressive more than THB 3.4 billion in business value, underlining its significance as a vital catalyst for industry growth. The event provided unparalleled opportunities for exhibitors and buyers to connect directly with key decision-makers, accelerating

collaborations that unlock new market expansion potential across regional and international markets.

“Our collaboration with Fi Asia has been long-standing and truly valuable. Since 2010, Fi Asia has provided a strong platform for Indonesia’s food and beverage industry to explore innovations, share knowledge, and connect with global partners. Food ingredients are essential for our industry’s growth, so this collaboration plays a key role in driving progress.”

Fi Asia’s impact extends beyond business deals. It serves as a bridge linking local expertise with global players, firmly positioning Asia as a central hub in the worldwide food

ingredients ecosystem. The event also reinforces Thailand’s well-deserved reputation as “Kitchen of the World,” showcasing its rich culinary heritage alongside industry innovation.

Future-Focused

Fi Asia 2025 further strengthened its role as a thought leader with enhanced conference content, innovation challenges, and leadership forums designed to shape the future of food ingredients in Asia. These initiatives empower stakeholders with the knowledge and insights necessary to navigate emerging trends and challenges.

Looking ahead, Fi Asia is committed to continue driving industry development through strategic partnerships with government bodies, academic institutions, and industry associations. These collaborations aim to elevate standards, support SMEs, and champion the use of local ingredients—fostering a more resilient and sustainable food ingredients sector.

“Our partnership with Fi Asia has been truly impactful. Together, we’ve organized seminars, launched new initiatives, and created opportunities for ASEAN members to connect and share knowledge. When we move forward as one, ASEAN becomes stronger linking not only within the region but also to markets such as the US, China, and Europe. Through collaboration, we can truly position ASEAN as the world’s food hub.”

Visit Limlurcha

Vice Chairman, Thai Chamber of Commerce Chairman, Thai Future Food Trade Association

Shaping the Future of Food Ingredients Together

Informa Markets, the event organiser, reiterates its long-term commitment to providing business platforms that enable companies to promote their products and accelerate growth. By analysing and forecasting industry trends, Informa helps stakeholders stay ahead in rapidly evolving markets.

“Innovation and success come from partnership,” said Rungphech (Rose) Chitanuwat, Regional Portfolio Director ASEAN. “By combining diverse talents and embracing new ideas, we broaden perspectives, spark innovation, and continue to lead the food ingredients industry into the future.”

Fi Asia Thailand 2025 attracted a vibrant crowd of global industry leaders eager to explore new business opportunities and innovations in food ingredients

Tren Ingridien Pangan Terbaru di Fi Asia dan Vitafoods Asia 2025

Pameran dagang terkemuka

Food Ingredients Asia (Fi Asia) dan Vitafoods Asia 2025 sukses dilaksanakan pada 17-19 September 2025 di Queen Sirikit National Convention Center (QSNCC), Bangkok, Thailand. Pameran ini berfokus menampilkan bahan baku untuk industri nutrasetikal, suplemen kesehatan dan diet serta aneka bahan fungsional. Dihadiri oleh lebih dari 36.000 pelaku industri mulai dari produsen, pembeli kunci ( key buyer ), hingga pakar gizi, pameran ini menjadi platform krusial untuk membangun kolaborasi strategis, bertukar wawasan terkini, dan secara kolektif memperluas jangkauan pasar global.

Direktur Portofolio Regional ASEAN di Informa Markets, Rungphech Chitanuwat mengatakan ada banyak inovasi dan teknologi mutakhir yang dihadirkan dalam pameran ini. “Inovasi atau tren dapat membentuk masa depan industri pangan, untuk itu kami memberikan banyak referensi yang sesuai dengan preferensi masingmasing di tiap negara,” ungkapnya

dalam upacara pembukaan Food Ingredients Asia (Fi Asia) dan Vitafoods Asia 2025.

Meski tren dan inovasi dapat berbeda di tiap negara, Rungphech menambahkan bahwa pada umumnya, tren healthy food masih sangat kuat di ASEAN. Indonesia banyak mengembangkan produk rendah garam dan lemak, sedangkan Filipina fokus pada produk untuk kecantikan, produk untuk weight management banyak dikembangkan di Vietnam, sedangkan Thailand fokus pada produk untuk kesehatan syaraf.

Selama tiga hari pameran berlangsung, Fi Asia dan Vitafoods Asia 2025 membuktikan bahwa platform ini tidak hanya sekadar pameran, tetapi juga menawarkan insight terbaru agar industri pangan dapat tetap unggul dalam menghadapi kondisi pasar yang semakin dinamis dan kompetitif. Tim FoodReview Indonesia berkesempatan langsung untuk meliput beberapa tren dan inovasi yang dibawa oleh produsen ingridien pangan, berikut adalah beberapa insight tersebut. Fri-12

Potensi Warna Biru untuk Produk Pangan

Miguel Bieldres, Marketing Manager

APAC GNT Singapore Pte., Ltd

Meski tidak sepopuler warna lainnya, warna biru pada tahun ini dan beberapa tahun mendatang diprediksi terus diminati oleh konsumen. Marketing Manager APAC

GNT Singapore Pte., Ltd., Miguel Bieldres menuturkan bahwa warna biru terutama dari sumber alami dapat diperoleh dari sayuran dan buahbuahan. “GNT memiliki rangkaian blue shade alami yang terbuat dari spirulina. Tak hanya untuk minuman, blue shade ini dapat diaplikasikan untuk berbagai produk seperti mi instan, snack coating, permen keras dan lunak juga kukis,” tuturnya. Preferensi konsumen yang kini mengarah ke segmen healthy food, menuntut produsen melakukan adaptasi strategis dengan produk yang relevan. Rangkaian pewarna alami

GNT dapat mendukung produsen untuk menciptakan produk yang alami, menyehatkan dan dengan klaim clean label.

Tekstur Berlapis untuk Kepuasan Bersantap

Stretchy Mochi-Filled Cookie

Studi dari Ingredion’s 2024 texture research menyatakan bahwa 60% konsumen lebih menyukai produk pangan dengan beragam tekstur dan rasa. Bahkan saat ini, tekstur dikatakan lebih penting daripada rasa. “Inovasi pada tekstur dapat menciptakan pengalaman multisensoris dan meningkatkan kepuasan terhadap suatu produk pangan,” kata Senior Director, Sales & Technical Service, Texture & Healthful Solutions, ASEAN, Ingredion, Rohit Tipnis. Untuk memberikan pengalaman tersebut, Ingredion memiliki prototipe berupa milk tea zero sugar dengan topping moci atau kukis cokelat (30% reduced cocoa yang diisi moci chewy). Inovasi dengan tekstur berlapis seperti prototipe inilah yang ditawarkan oleh Ingredion untuk mewujudkan ide inovatif dengan menghadirkan pengalaman bersantap luar biasa serta membantu produsen memenuhi preferensi konsumen.

Ekstrak Ragi dan Protein

George Zhang, Senior Sales Manager Asia Pacific Division, Angel Yeast

Ekstrak ragi kini telah melampaui fungsi awalnya sebagai ingridien untuk kebutuhan produk panggang (baking). Senior Sales Manager Asia Pacific Division, Angel Yeast, George Zhang mengatakan bahwa ekstrak ragi dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan rasa alami, mengurangi penggunaan natrium dan membuat cita rasa produk pangan lebih beraroma (flavorful). “Selain ekstrak ragi, kami juga memiliki beberapa jenis produk lain seperti protein yeast yang cocok digunakan sebagai protein masa depan yang aman dan mudah diaplikasikan,” imbuh Zhang. Jenis protein ini dapat digunakan untuk energi/protein bar, sport nutritional drink, serta pangan ringan hingga daging olahan. Solusi protein serbaguna dan berkelanjutan ini ideal bagi produsen yang ingin berinovasi di sektor pangan nabati dan fungsional.

Ragam Rasa Pedas Konsumen ASEAN

Betty Juliana Tan, Vice President of Specialty Flavours & Ingredients, McCormick Asia-Pacific

Konsumen

ASEAN memiliki preferensi masing-masing akan rasa pedas. Vice President of Specialty Flavours & Ingredients, McCormick Asia-Pacific, Betty Juliana Tan mengungkapkan bahwa konsumen Thailand menyukai kombinasi rasa pedas dan umami, sedangkan konsumen Indonesia menyukai kombinasi rasa pedas manis. Sementara itu, konsumen Vietnam menyukai kombinasi rasa pedas dan asam. “Preferensi rasa pedas yang berbeda itu lah yang kami tangkap sebagai peluang dengan beberapa prototipe seperti keripik kentang dengan bumbu mala, spicy Korean jigae; hidangan korokke dengan campuran wasabi dan matcha; serta spicy smokedfree butter sauce yang terbuat dari paduan jahe, kimchi, topokki dan seafood,” ungkapnya. Sebagai ahli dan leader untuk spicy flavour, McCormick ingin memberikan rasa yang lebih kompleks serta memuaskan dan tidak sekadar rasa pedas yang berasal dari cabai.

Tren Produk Pangan Rendah Gula & Garam

Lucky Mulkan Syarief, Southeast Asia Regional Sales Manager Ogawa Flavors and Fragrance (Singapore) Pte. Ltd.

Penerapan

kebijakan sugar tax di sejumlah negara Asia Tenggara kini menuntut produsen melakukan reformasi formulasi produk. Tantangan utamanya adalah menghadirkan produk yang rendah gula, menyehatkan, namun tetap memiliki daya tarik sensoris yang tinggi. Southeast Asia Regional Sales Manager Ogawa Flavors and Fragrance (Singapore) Pte. Ltd, Lucky Mulkan Syarief menyampaikan bahwa produk rendah garam akan segera menyusul sebagai tren pasar utama. “Kami memiliki kemampuan dalam menjembatani kesenjangan antara tuntutan kesehatan dan kenikmatan cita rasa. Solusi kami meliputi inovasi produk rendah atau tanpa gula—seperti minuman teh hijau siap saji dengan profil rasa superior—hingga beragam solusi rasa unik dan menarik untuk produk rendah garam,” ungkapnya.

Ekstrak Ragi: Reformulasi dengan

Biaya Efisien

Kevin Law, Business Manager Biospringer

Salah satu tantangan dalam reformulasi produk pangan adalah biaya produksi. Padahal, ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk tetap menghasilkan produk rendah gula, garam, dan lemak tanpa mengkhawatirkan biaya produksi.

“Ekstrak ragi dapat menjadi solusi inovatif mengatasi kendala biaya tersebut. Ingridien ini memungkinkan produsen melakukan reformasi formulasi tanpa mengorbankan profil sensoris produk, sementara pada saat yang sama mampu mengoptimalkan biaya operasional secara signifikan,” ucap Business Manager Biospringer, Kevin Law. Kapabilitas ekstrak ragi dalam efisiensi biaya terbukti melalui serangkaian klaim aplikatif Biospringer di Fi Asia 2025, seperti pengurangan bubuk keju hingga 50% tanpa mengurangi karakter rasa akhir, pengurangan konten daging hingga 25% untuk produk olahan seperti sosis dan pengurangan garam hingga 30% pada pangan ringan dan lemak hingga 15% pada mayones. Solusi ini memposisikan ekstrak ragi sebagai mitra kunci untuk inovasi produk yang menyehatkan sekaligus hemat biaya.

Enzim untuk Inovasi

Produk Susu Nabati

Fransiska Vania Cendrawati, Strategic Marketing Business Development Div. Amano Enzyme Inc.

Sebagai alternatif pengganti susu sapi, susu nabati atau plant based milk banyak dicari konsumen. Namun sayangnya, susu nabati cenderung memiliki after taste yang kurang disukai. Untuk membantu produsen pangan mengatasi hal ini, penggunaan enzim dapat menjadi solusi. Strategic Marketing Business Development Div. Amano Enzyme Inc., Fransiska Vania Cendrawati menawarkan solusi menyeluruh untuk pengembangan produk berbasis tanaman di setiap tahapan. Hal ini mencakup solusi penggunaan enzim untuk memecah masalah yang kerap dihadapi produsen saat inovasi produk susu berbahan nabati seperti tekstur susu yang terlalu cair, beany flavour, gritty texture, dan bitter taste.

Solusi Alami untuk Mengganti Sukrosa

Andrew Tan, Food Application Technologist BENEO (kiri) & Manager Nutrition Communication Asia-Pacific BENEO, Alvin Surya Tjahyo (kanan)

Konsumen kini tidak hanya ingin produk yang alami, tetapi juga aktif memilih produk yang dapat menjaga kesehatan. Manager Nutrition Communication Asia-Pacific BENEO, Alvin Surya Tjahyo membenarkan hal itu. “Saat ini trennya adalah konsumen mengurangi konsumsi gula dan mencari produk dengan tingkat gula yang lebih rendah,” tuturnya. Menjawab hal tersebut, BENEO menawarkan isomaltulosa sebagai pengganti sukrosa. Isomaltulosa memiliki rasa manis alami, indeks glikemik rendah, bersifat non-kariogenik, dan memberikan respons gula darah yang lebih rendah dan lebih stabil. Selain itu, ada serat fungsional dari akar chicory yang mempunyai bukti ilmiah dari puluhan tahun untuk mendukung kesehatan saluran pencernaan. Ingridien fungsional dari BENEO ini kemudian diaplikasikan menjadi produk inovatif yang dikembangkan oleh Food Application Technologist BENEO, Andrew Tan seperti flavoured prebiotic water dan brokies (brownie kukis), crunchy noodle snack dan permen kenyal di Fi Asia 2025.

Buah

Jagua,

Alternatif Sumber

Warna Biru Alami yang Tahan Panas

Soo,

Oterra

Warna biru kini mulai

diakui sebagai elemen strategis

dan primadona baru dalam palet formulasi produk pangan.

Posisi ini tidak hanya didorong oleh daya

tarik visualnya yang

unik, tetapi juga oleh fungsinya sebagai

warna primer yang esensial untuk menciptakan berbagai turunan warna lainnya. Head of Regional Marketing and Deployment Oterra Singapore Pte., Ltd., Carel Soo, hal ini mendorong pergeseran tren dalam inovasi pigmen alami. Oterra, sebagai pemimpin penyedia pewarna alami, secara resmi memperkenalkan solusi biru terbarunya pada Fi Asia 2025. Pewarna biru ini bersumber dari buah Jagua yang berasal dari Kolombia, menawarkan alternatif yang berbeda dan unggul dari spirulina. Keunggulan utama pewarna alami berbasis buah Jagua ini adalah stabilitasnya yang teruji terhadap panas dan tingkat pH, menjadikannya sangat ideal untuk berbagai aplikasi pangan. Selain itu, pigmen ini telah mendapatkan persetujuan Codex Alimentarius, menegaskan standar keamanannya secara global. Inovasi ini hadir sebagai solusi tepat waktu untuk menggantikan pewarna buatan.

Niko N. Songko, B2B Sales Manager PT Santos Premium Krimer

Sebagai produsen krimer terkemuka di Indonesia, Santos Premium Krimer (SPK) hadir di Fi Asia 2025. B2B Sales Manager PT Santos Premium Krimer, Niko N. Songko menyebutkan beberapa produk andalan yang dibawa adalah regular creamer (kadar lemak: 28–35%); foaming creamer yang ideal untuk instan 3in1 cappuccino; cold soluble creamer yang larut dengan mudah di air dingin maupun suhu ruang cocok untuk minuman instan, serta vegan creamer yang bebas dari kandungan bahan hewani sehingga cocok untuk diet berbasis nabati; dan whipping cream powder untuk keperluan topping dan dekorasi kue. Krimer ini dapat diaplikasikan untuk beragam produk, seperti untuk kopi dan teh, produk susu, pengganti susu, hingga minuman fungsional. Menurut Niko, semua produk dirancang untuk memberikan kinerja optimal, rasa yang konsisten, serta fungsionalitas tinggi sesuai kebutuhan produsen global.

Solusi Krimer Inovatif

Inovasi Flavor Air Kelapa Buatan

Erwin Febryanto (kiri), Indonesia Sales Manager TFF

Permintaan ekspor yang tinggi untuk kelapa utuh (bulat), terutama dari Tiongkok, membuat petani di Indonesia lebih tertarik menjual kelapa utuh untuk ekspor karena harga internasional yang lebih menguntungkan. Hal ini menyebabkan kebutuhan pasar domestik tidak terpenuhi. Industri pengolahan kelapa, khususnya di segmen minuman, menghadapi tantangan signifikan yang menuntut alternatif formulasi yang berkelanjutan dan efisien. Thai Flavour and Fragrance Co.,Ltd (TFF) hadir sebagai mitra strategis dengan menawarkan solusi inovasi rasa terkini. Indonesia Sales Manager TFF, Erwin Febryanto menuturkan bahwa perusahaan berkomitmen membantu industri mengembangkan produk air kelapa dengan tingkat gula yang lebih rendah dan yang lebih penting, tanpa ketergantungan pada real coconut water. Langkah ini memberikan fleksibilitas formulasi yang krusial bagi produsen di tengah isu ketersediaan dan biaya bahan baku.

Rempah Kualitas Ekspor dari Lampung

Rempah Indonesia seperti lada, vanila, kayu manis, cengkeh, pala, kapulaga, jahe, dan kunyit telah memikat pasar global. Tidak hanya memberikan cita rasa unik pada masakan tetapi juga memiliki khasiat obat. Salah satu penyedia rempah berkualitas yang juga hadir dalam Fi Asia 2025 adalah Nekaboga. Chairman of Nekaboga, Robert Halim mengungkap perusahaanya konsisten menyediakan produk dan layanan berkualitas. Nekaboga memasok rempah-rempah, herbal, juga aromachemical (senyawa aromatik), minyak atsiri yang diproduksi oleh unit bisnis lain bernama Nekaroma untuk permintaan pasar lokal juga global. Telah ada sejak 30 tahun lalu, saat ini perusahaan yang berlokasi di Lampung ini telah mendapatkan sertifikasi FSSC 22000.

Robert Halim, Chairman of Nekaboga

Solusi Pengembangan Produk Ramah Lingkungan

Marketing Specialist KH Roberts, Roxanne Kam mengungkapkan bahwa keberlanjutan menjadi topik yang mulai diperhatikan oleh industri. Hal ini seiring dengan meningkatnya kesadaran konsumen terhadap jejak karbon yang mereka tinggalkan setelah mengonsumsi pangan. Pertimbangan seputar keberlanjutan juga berperan

berfokus pada keberlanjutan adalah suatu keniscayaan, namun bukan tanpa hambatan. Ketika ingridien nabati dan organik diintegrasikan dalam formulasi, produsen kerap menghadapi tantangan sensoris yang signifikan. Tantangan ini meliputi tampilan produk yang kurang menarik, kemunculan aroma off-flavor (langu) yang kuat, hingga tekstur produk yang berpasir atau tidak ideal. Menanggapi kompleksitas teknis tersebut, KH Roberts, dengan pengalaman lebih dari lima dekade di produksi flavor dan aroma, menawarkan solusi strategis. Perusahaan memposisikan diri sebagai mitra inovasi untuk memastikan bahwa pengembangan produk yang berorientasi keberlanjutan tetap unggul secara citarasa. Solusi yang ditawarkan

dirancang khusus untuk mengatasi kelemahan sensoris bahan baku nabati sekaligus mengangkat daya tarik produk ramah lingkungan.

» Anemia di Indonesia

» Anemia Defisiensi Besi: Masalah Gizi Global yang Masih Terabaikan

» Pola Makan Gizi Seimbang: Kunci Pencegahan Anemia Defisiensi Besi

» Intervensi Gizi & Gaya Hidup

» Resep Olahan Bahan Pangan Zat Besi

INFO GAPMMI

z PT GAPMMI Karya Pangan Kembali berkolaborasi dengan Ed-Sen

Consulting untuk menyelenggarakan

Coffee Talk Session Foreplan. Foreplan adalah salah satu alat unggulan untuk optimalisasi omzet dan profit. Dalam pertemuan tersebut dikupas secara tuntas cara memanfaatkan

Foreplan: Demand Forecasting AI untuk memprediksi penjualan, mengoptimalkan inventaris dan membuat Keputusan bisnis yang lebih cerdas.

z Pengurus GAPMMI berperan aktif pada Lokakarya Naskah Kademik

Fortifikasi Gula Dengan Vitamin D dan C+D yang diselenggarakan oleh

Pergizi Pangan.

z Ketua Umum GAPMMI, Adhi S.

Lukman memberikan sambutan dalam acara business meeting yang diadakan oleh ITPC Chennai, India. Pada pertemuan yang digelar secara daring tersebut hadir pula beberapa perwakilan dari KBRI New Delhi, KJRI Mumbai serta pengusaha dari kedua belah pihak.

z Ketua Bidang Kebijakan Publik

GAPMMI, Johan Muliawan, didampingi oleh anggota timnya, Hami Setiyawan, melakukan perkenalan dan audiensi dengan Ketua Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) yang baru, Frida Adiati.

z Pengurus GAPMMI bidang Peningkatan Kapasitas dan Pendukung Industri, Prof. Dr. Rahmawati, ST, M.Si, dikukuhkan sebagai Guru Besar di Universitas Sahid.

z GAPMMI hadir pada Pembukaan pameran JIPREMIUM yang diselenggarakan di JICC, Jakarta. Pada kesempatan tersebut, anggota GAPMMI juga turut berpartisipasi menjadi peserta pameran yang berlangsung selama 4 hari.

JIPREMIUM adalah pameran produk premium yang menampilkan dan menjual berbagai produk berkualitas tinggi baik dari Indonesia maupun luar negeri. Pameran ini bertujuan untuk membantu jenama lokal Indonesia dan perusahaan

Lokakarya Naskah Kademik Fortifikasi Gula
Dengan Vitamin D dan C+D
GAPMMI hadir pada Pembukaan pameran JIPREMIUM

Ketua Umum GAPMMI, Adhi S. Lukman hadir dalam pamera Fi Asia Thailand 2025

internasional memperluas jangkauan pasar mereka.

z GAPMMI membawa delegasi UMKM

mengikuti pameran Fi Asia Thailand 2025 di Bangkok, Thailand. Pada kesempatan tersebut, Ketua Umum

GAPMMI, Adhi S. Lukman juga hadir sebagai salah satu narasumber pada diskusi panel “Scalling Halal Insurance: Practical Strategies from Indonesia for Global Application”.

z Pengurus GAPMMI bidang Kebijakan

Publik, Hermawan, menghadiri rapat koordinasi Kemenko Perekonomian RI terkait kebutuhan industri pangan olahan membahas tindak lanjut usulan larangan pembatasan ubi kayu dan produk turunannya di kantor Menko Perekonomian.

z Ketua Bidang Regulasi Teknis

GAPMMI, Susan, menjadi narasumber pada diskusi panel “Moving Forward with FOP Labeling in Southeast Asia” yang diselenggarakan oleh ILSI Southeast Asia, di Kuala Lumpur, Malaysia.

The 4th Seminar on “Indonesia Economic Outlook 2026

z Ketua Umum GAPMMI, Adhi S. Lukman hadir menjadi narasumber pada acara The International Packaging Conference yang diselenggarakan di Yogyakarta.

z Anggota GAPMMI, PT Fruit-ING Indonesia meraih penghargaan sebagai “Perusahaan Industri Makanan dan Minuman Halal

Terbaik”, yang diserahkan pada pameran Halal Indonesia International Industry Expo. Selain itu, penghargaan juga diberikan kepada anggota

GAPMMI yang lain, PT. Otsuka Indah Amerta.

z Pengurus GAPMMI Bidang

Keberlanjutan dan Dampak Sosial menghadiri rapat EPR & Recycle Content Kemasan Pangan, oleh Dit. Mintemgar Kemenperin.

z Pengurus GAPMMI, Yunawati Gandasasmita menjadi narasumber pada The 4th Seminar on “Indonesia Economic Outlook 2026”, yang diselenggarakan oleh Supply Chain Indonesia. Fri-27

Keamanan Pangan Segar: Tantangan implementasi standar

oleh Yusra Egayanti & Luvita Nur Amalina

Direktorat Perumusan Standar Keamanan dan Mutu Pangan Badan Pangan Nasional; Anggota PATPI DKI Jakarta

Keamanan pangan merupakan fondasi bagi ketahanan pangan sekaligus perlindungan kesehatan masyarakat. Produk pangan segar, yang menjadi komponen utama konsumsi masyarakat Indonesia, menuntut sistem pengawasan yang lebih tangguh di tengah meningkatnya konsumsi dan perdagangan global. Penguatan kapasitas, regulasi, dan koordinasi lintas sektor menjadi kunci untuk mengatasi tantangan penerapan standar keamanan pangan segar di Indonesia.

Berdasarkan data Survei Sosial

Ekonomi Nasional (Susenas) tahun

2024, pengeluaran per kapita untuk komoditas pangan segar mencapai sekitar 55% dari total pengeluaran makanan, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan konsumsi makanan dan minuman jadi yang sebesar 31%.

Komoditas pangan segar rentan terhadap kontaminasi biologi, fisik, dan kimia karena tidak melalui proses pengolahan atau minimal proses. Di sisi lain, pergerakan pangan segar yang sangat cepat dan luas, semakin menekankan pentingnya pemenuhan keamanan pangan. Keamanan pangan sangat penting dalam menjamin kualitas kehidupan masyarakat agar setiap orang dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Sebagaimana dinyatakan dalam sidang WHO tahun 2018 yang menetapkan World Safety Day, dan mulai diperingati sejak tahun 2019, There is no food security without food safety, hal ini menekankan bahwa keamanan pangan sangat penting untuk

mencapai ketahanan pangan.

Sistem penjaminan keamanan pangan nasional dibangun atas 5 (lima) pilar sesuai dengan FAO/WHO National Food Control System. Pilar tersebut mencakup adanya regulasi/ standar, sistem dan kelembagaan keamanan pangan, inspeksi keamanan pangan, laboratorium pengujian, serta komunikasi/peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) baik SDM pengawas, masyarakat maupun pelaku usaha. Salah satu pilar penting yaitu adanya regulasi/standar terkait keamanan pangan.

Di Indonesia, standar terkait keamanan pangan diamanahkan di dalam undang-undang kepada kementerian dan lembaga yang berwenang. Standar mempunyai dua mandat yaitu untuk melindungi konsumen sekaligus mengawal praktik perdagangan pangan yang adil dan berkelanjutan. Standar tersebut dapat digunakan sebagai acuan bagi pelaku usaha dan masyarakat dalam memilih,

Sumber:www.shutterstock.com

mengolah, serta mengedarkan pangan segar, baik sebagai bahan baku industri maupun untuk konsumsi langsung. Standar pangan mencakup aspek keamanan, mutu, gizi, label dan iklan pangan yang dituangkan dalam bentuk ukuran ataupun parameter teknis sebagai indikator pemenuhan standar.

Namun, dalam penerapan standar di lapangan masih terdapat sejumlah tantangan. Tantangan tersebut tidak hanya berkaitan dengan aspek teknis, tetapi juga dengan kapasitas pelaku

usaha di setiap mata rantai pasok, mulai dari pelaku budidaya (petani, peternak dan nelayan) sebagai produsen primer, sarana pengolah primer (misal: penggilingan padi), pedagang pasar tradisional dan modern, importir, termasuk kesiapan pendukung lainnya.

Penerapan praktik baik di sepanjang rantai pangan

Upaya menjamin keamanan pangan harus dilakukan sejak hulu sampai ke hilir (from farm to fork)

dengan menerapkan praktik baik sepanjang rantai pasok. Esensi dari penerapan praktik baik dalam penjaminan keamanan pangan terletak pada penerapan langkah-langkah pencegahan yang konsisten sejak tahap produksi hingga konsumsi. Prinsip ini menegaskan keamanan pangan harus dibangun melalui praktik budidaya, penanganan, pengolahan, penyimpanan dan distribusi.

Di rantai hulu, penerapan praktik

GAP (Good Agricultural Practices)

membantu petani memastikan setiap tahap produksi berjalan sesuai standar keamanan, mencakup penggunaan sarana produksi secara tepat, pengendalian pestisida dan residu, pengelolaan air irigasi, sanitasi peralatan, dan dokumentasi proses produksi. Berdasarkan data hasil Sensus Pertanian (2023), dari sekitar 15,5 juta rumah tangga usaha pertanian tanaman pangan, sebagian besar masih beroperasi secara tradisional, sehingga perlu penguatan dalam penerapan GAP. Sebanyak 21,93% petani di Indonesia berada pada rentang usia produktif 19–39 tahun yang berpotensi menjadi tantangan dalam penerapan praktik pertanian yang baik di sektor hulu selain keterbatasan pengetahuan, pendampingan teknis, serta akses terhadap sumber daya pendukung.

Selain itu, kesiapan pelaku usaha di sektor hilir dalam menerapkan praktik baik juga perlu ditingkatkan agar sistem keamanan pangan terjaga secara menyeluruh. Penerapan praktik baik oleh pelaku usaha menjadi faktor penting dalam menjaga mutu dan keamanan pangan, diantaranya melalui industri penggilingan padi yang berperan sebagai mata rantai penting dalam ketahanan pangan nasional, khususnya untuk komoditas beras yang menjadi pangan pokok bagi lebih dari 270 juta penduduk Indonesia. Berdasarkan data BPS (2020), terdapat lebih dari 169 ribu unit penggilingan padi tersebar di seluruh Indonesia, namun sekitar 95% adalah penggilingan padi skala kecil dan 4%

adalah peggilingan padi skala menengah. Pada umumnya penggilingan padi skala kecil mempunyai kapasitas produksi yang kecil dengan peralatan sederhana. Selain itu masih perlu didorong untuk penyediaan fasilitas produksi dan penyimpanan yang memadai untuk dapat memenuhi standar, khususnya penerapan cara penanganan pangan yang baik (Good Handling Practices/ GHP).

Tidak hanya pada industri penggilingan padi, di tahap distribusi

juga menghadapi tantangan serupa dalam menjaga keamanan pangan. Sebagai penghubung antara produsen ke konsumen akhir, pihak yang terlibat dalam distribusi juga bertanggung jawab untuk memastikan bahwa produk tetap aman dari kontaminasi selama proses penyimpanan, transportasi, dan penjualan. Pasar tradisional sebagai salah satu pusat distribusi pangan segar di Indonesia juga memainkan peran vital. Menurut data Kementerian Perdagangan tahun 2024, terdapat lebih

dari 17.000 pasar tradisional yang aktif di seluruh Indonesia. Keberadaan pasar tradisional menyediakan akses mudah terhadap komoditas pangan segar seperti sayuran, buah-buahan, daging, dan beras. Meskipun demikian, pasar tradisional perlu disiapkan agar dapat menjaga kualitas produk yang dijual, seperti kondisi sanitasi yang memadai, pengelolaan lingkungan yang optimal, dan fasilitas penyimpanan yang sesuai. Maka untuk mendukung penerapan praktik baik khususnya cara distribusi

atau cara ritel pangan yang baik juga perlu meningkatkan kesadaran setiap pihak yang terlibat pada jalur ritel/ distribusi terhadap keamanan pangan, sehingga pasar tradisional tidak hanya menjadi pusat aktivitas ekonomi, tetapi juga sumber pangan yang aman bagi konsumen untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Meningkatnya permintaan pasar untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri melalui pangan impor turut menjadi fokus dalam menjaga keamanan pangan nasional. Menurut data BPS tahun 2024, Indonesia mengimpor lebih dari 780 ribu ton buah-buahan, 900 ribu ton sayuran, 18 juta ton serealia, serta 248 ribu ton daging dan produk hewani. Jaminan pangan aman dengan pemenuhan standar keamanan pangan menjadi tantangan lain dalam menjaga keamanan pangan menjadi tantangan lain dalam menjaga keamanan produk pangan impor yang beredar di Indonesia.

Ekspor komoditas unggul Indonesia juga perlu mendapat perhatian dalam penerapan praktik keamanan pangan agar mutu dan daya saing produk Indonesia di pasar global tetap terjaga. Sepanjang tahun 2024 hingga Oktober 2025, berdasarkan data EU RASFF (European Union Rapid Alert System for Food and Feed) terdapat 27 notifikasi produk pangan ekspor dari Indonesia di beberapa negara Uni Eropa karena masalah keamanan dan mutu pangan. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa penjaminan keamanan pangan di Indonesia perlu terus dilakukan

perbaikan. Upaya tersebut penting agar produk dari Indonesia tidak hanya aman untuk dikonsumsi, tetapi juga dapat bersaing di pasar internasional. Perbedaan standar antarnegara merupakan salah satu tantangan dalam lalu lintas ekspor-impor pangan. Upaya komunikasi standar baik di regional maupun global menjadi faktor penting dalam mengantisipasi hal tersebut

Pilar lainnya dalam National

Food Control System yaitu dukungan laboratorium pengujian yang bersifat lintas sektor sehingga memerlukan pendekatan kolaboratif. Akses terhadap fasilitas laboratorium pengujian pangan juga relatif masih terbatas. Secara umum, dinas yang menangani urusan pangan di wilayah masih terbatas yang memiliki fasilitas laboratorium pengujian pangan. Fasilitas pengujian pangan di Indonesia masih perlu

diperkuat. Kondisi ini menjadi tantangan bagi sebagian pelaku usaha dalam memanfaatkan layanan pengujian secara optimal. Karena itu, peningkatan infrastruktur laboratorium dan efisiensi sistem pengujian menjadi langkah penting untuk memperkuat jaminan keamanan pangan nasional.

Pemanfaatan Jejaring Laboratorium Pengujian Pangan Indonesia (JLPPI) perlu terus diperkuat agar dapat mendukung pemenuhan standar keamanan pangan. Di Indonesia terdapat beberapa laboratorium pengujian pangan yang terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN), yang dapat dijadikan referensi untuk melakukan pengujian produk pangan secara akurat. Informasi lengkap mengenai hal ini bisa dilihat langsung pada situs resmi KAN sebagai jaminan kualitas dan standar pengujian yang diakui secara nasional.

Penguatan jejaring keamanan pangan

Untuk mengatasi tantangan keamanan pangan yang kompleks di Indonesia, diperlukan strategi kebijakan yang tidak hanya mendukung pelaku usaha dari tingkat hulu hingga hilir, tetapi juga mendorong potensi ekonomi sektor pangan. Pertama, perlu dilakukan pendampingan intensif dan berkelanjutan bagi pelaku usaha dalam penerapan GAP. Melalui pendampingan ini, pelaku di sektor pertanian diharapkan mampu menghasilkan produk pangan yang tidak hanya berkualitas tinggi, tetapi juga aman untuk dikonsumsi masyarakat.

Di sisi lain, peningkatan fasilitas laboratorium menjadi prioritas penting, terutama di daerah sentra produksi dan distribusi pangan. Laboratorium yang terakreditasi dan terhubung dalam jejaring nasional akan mempercepat proses pengujian serta mempercepat deteksi risiko keamanan pangan.

Upaya tersebut harus diiringi dengan penguatan koordinasi lintas sektor, baik antara pemerintah pusat dan daerah, maupun dengan pelaku usaha guna memastikan setiap rantai pasok pangan segar memenuhi standar keamanan yang telah ditetapkan. Dengan sinergi yang kuat melalui Jejaring Keamanan Pangan Nasional (JKPN), keamanan pangan Indonesia dapat dijaga sekaligus memperkuat daya saing produk Indonesia di pasar global.

Referensi:

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan

Badan Pusat Statistik (BPS). Ringkasan Eksekutif Pemutakhiran Data Usaha/Perusahaan Industri Penggilingan Padi 2020.

Badan Pusat Statistik (BPS). Sensus Pertanian Tahap I 2023. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (Kemendag RI). Satu Data Perdagangan. Pasar Berdasarkan Provinsi Tahun 2024.

Badan Pusat Statistik (BPS). Ringkasan Eksekutif Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk Indonesia Maret 2024.

Badan Pusat Statistik (BPS). Data Ekspor Impor Nasional.

Pangan Segar:

Keamanan, MUTU & Preferensi Konsumen

Oleh Sri Mulyani dan Anang M. Legowo

Program Studi Teknologi Pangan

Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro

Pangan segar —baik hewani maupun nabati— adalah sumber gizi utama yang menopang kesehatan masyarakat. Namun di balik perannya yang vital, pangan segar bersifat mudah rusak dan menuntut penanganan cermat agar keamanan, mutu, dan preferensi konsumen tetap terjaga.

Produk hewani kaya protein berkualitas tinggi karena asam amino esensialnya, zat besi dan vitamin larut lemak, sedangkan buah dan sayuran merupakan sumber serat pangan, vitamin, mineral dan senyawa bioaktif antioksidan. Kombinasi keduanya terbukti dapat berkontribusi dalam pencegahan malagizi, penyakit degeneratif dan peningkatan kualitas kesehatan. Namun demikian, karakteristik kedua jenis pangan segar (fresh food) tersebut mudah rusak (perishable)

menyebabkan stabilitas mutu selama penyimpan dan distribusi menjadi salah satu isu krusial. Kerusakan fisik, kimia, maupun mikrobiologis dapat

terjadi dengan cepat jika penanganan pascapanen dan pengolahan tidak tepat.

Selain itu, pangan segar rentan terhadap kontaminasi patogen seperti

Salmonella, Eschericia coli, maupun cemaran kimia seperti pestisida dan bahan kimia lainnya. Secara global standar keamanan pangan sudah diterapkan untuk menjamin perlindungan konsumen, namun implementasinya di tingkat produsen dan pelaku usaha masih terdapat keterbatasan. Pada kasus

seperti ini, inovasi teknologi pengemasan, penggunaan antimikroba alami dan penerapan praktik

penanganan yang baik (good handling practices) dapat dijadikan solusi untuk menjaga keamanan pangan segar.

Dalam satu dekade terakhir, terjadi perubahan signifikan pada pola konsumsi masyarakat terhadap pangan

segar. Di pasar modern seperti swalayan dan e-commerce, tuntutan terhadap produk pangan segar tidak hanya segar

Tabel 1. Perbandingan aspek stabilitas daging segar dan pangan segar nabati

Aspek Stabilitas

Daging Segar Pangan Segar Nabati

Risiko utama kerusakan Mikrobiologis & oksidatif Fisiologis & enzimatik

Proses dominan selama penyimpanan

Dampak kerusakan

Strategi utama stabilisasi

Pertumbuhan bakteri, oksidasi lemak

Bau tengik, slime, perubahan warna (brown/greenish)

Pendinginan, pembekuan, MAP, antimikroba

secara fisik, tetapi juga jaminan keamanan, ketertelusuran dan label seperti organic, free-range atau pesticide-free. Sementara itu, di pasar tradisional kesegaran visual dan sensoris masih menjadi pertimbangan utama. Perbedaan tersebut mengindikasikan bahwa preferensi konsumen terhadap pangan segar semakin kompleks dan beragam, tergantung tingkat edukasi, literasi serta

budaya konsumsi. Ditinjau dari aspek stabilitas, keamanan dan preferensi konsumen tersebut, diperlukan pemahaman yang komprehensif dan interdisipliner untuk mengembangkan sistem produksi dan distribusi pangan segar yang berkualitas, aman dan sesuai ekspektasi konsumen masa kini, sehingga daya saing pangan segar meningkat di pasar domestik maupun global.

Respirasi, pelayuan, perubahan warna

Pelayuan, kecokelatan, kehilangan kerenyahan

Pengendalian kelembaban & suhu, pelapisan edible coating, atmosfer terkendali

Karakteristik stabilitas pangan

segar hewani vs nabati

Stabilitas pangan segar yang dimaksud adalah kemampuan pangan segar tersebut mempertahankan mutu fisik, kimia dan zat gizi serta sensoris selama penyimpanan dan distribusi. Sifat biologis dan komposisi kimia yang berbeda antara pangan segar hewani dan nabati sangat menentukan stabilitasnya (Tabel 1). Ditinjau dari komposisi kimianya, daging segar memiliki kadar air yang tinggi (6575%), kaya protein, lemak dan zat gizi yang mudah tercerna. Kondisi tersebut menyebabkan daging rentan terhadap pertumbuhan mikroorganisme pembusuk dan patogen seperti

Salmonella, Listeria monocytogenes dan Escherichia coli. Selain itu, keberadaan lemak menjadikan rentan terhadap proses oksidasi yang dapat terlihat dari perubahan warna daging, bau dan aroma tidak sedap. Proses proteolitik enzimatis maupun mikrobiologis dapat mempercepat degradasi protein yang menyebabkan kemampuan protein daging untuk mengikat air menurun,

sehingga akan menyebabkan drip loss (keluar cairan daging) atau tingginya cooking loss. Fenomena ini menurunkan preferensi maupun nilai gizi daging. Oleh karena itu stabilitas dagin segar sangat tergantung pada kontrol suhu dingin baik chilled maupun beku, pengemasan termodifikasi serta implementasi bahan pengawet alami dan antibakteri.

Pangan segar nabati seperti sayuran dan buah-buahan bersifat sebagai jaringan hidup yang masih terjadi respirasi setelah proses panen. Respirasi menyebabkan degradasi fisiologis, seperti pelayuan, perubahan warna akibat pencokelatan enzimatis, hingga pelunakan tekstur. Meskipun pangan segar nabati memiliki kadar air yang tinggi dan bervariasi, namun lebih rendah risiko kontaminasi terhadap patogen. Adapun tantangannya adalah stabilitasnya terhadap kehilangan kelembapan, perubahan warna, kerusakan mekanis serta pertumbuhan kapang. Selain itu beberapa sayuran dan buah sensitif terhadap suhu rendah yang ekstrim, sehingga dapat menyebabkan chilling injury. Chilling injury adalah kerusakan fisiologis pada bahan pangan yang disimpan pada suhu di atas titik beku (0-15°C). Beberapa gejala chilling injury antara lain perubahan warna (browning), misalnya pada pisang, apel, pir, tekstur menjadi berair atau lunak, percepatan pembusukan saat dikeluarkan dari suhu dingin dan pitting (cekungan kecil ada kulit, biasa terjadi pada timun dan paprika).

Keamanan produk

hewani dan nabati

Pangan segar mempunyai risiko kontaminasi jauh lebih tinggi dibandingkan pangan olahan. Terdapat perbedaan yang signifikan tentang risiko keamanan pangan hewani dan nabati, sehingga pendekatan pengendaliannya juga berbeda. Produk hewani segar seperti daging, susu, ikan dan telur tergolong pangan dengan risiko tinggi karena kandungan protein dan air yang tinggi, sehingga merupakan media ideal untuk pertumbuhan bakteri patogen. Beberapa kasus kontaminasi Salmonella, Campylobacter, Listeria monocytogenes dan Escherichia coli 0157:H7 menyebabkan foodborne illness. Selain itu, produk hewani juga rentan

cemaran kimia seperti residu antibiotik, logam berat, serta hormon pertumbuhan yang berasal dari pakan dan lingkungan. Oleh karena itu penanganan pascapanen meliputi proses pemotongan, penyimpanan dingin dan distribusi menentukan keamanan pangan produk hewani. Kesalahan pada rantai dingin (cold chain) dapat meningkatkan risiko kontaminasi secara eksponensial.

Secara umum, produk nabati mempuyai risiko kerusakan mikrobiologis yang lebih rendah dibandingkan produk hewani, namun tetap berpeluang terjadinya kontaminasi patogen. Misalnya dari air irigasi, pupuk organik dan kontaminasi silang saat distribusi. Pada umbi dan bijibijian berisiko kontaminasi mikotoksin

akibat pertumbuhan kapang. Selain itu terdapat residu pestisida dan bahan kimia pertanian yang berdampak pada kesehatan dalam jangka panjang.

Usaha pengendalian keamanan pangan produk hewani dapat dilakukan melalui pengendalian sanitasi penyembelihan, higienitas alat, pengawasan penggunaan obat hewan, serta penerapan HACCP berbasis mikrobiologis, sedangkan untuk produk nabati melalui penerapan Good Agricultural Practices (GAP), sanitasi pascapanen, pencucian dengan desinfektan food grade, serta pengawasan residu kimia. Edukasi konsumen juga diperlukan untuk menghindari kesalahan penyimpanan dan penyiapan pangan yang berisiko terjadinya kontaminasi silang, terutama jika disimpan tanpa pemisahan.

Dengan demikian keamanan produk hewani dan nabati ditentukan oleh risiko inheren dari bahan pangan dan sistem pengendalian sepanjang rantai pasok. Pengetahuan tentang perbedaan karakteristik risiko menjadi dasar merancang kebijakan dan teknologi penjaminan mutu yang efektif dan spesifik sesuai jenis produk.

Preferensi konsumen terhadap produk hewani vs nabati

Faktor sensoris, psikologis, budaya dan nilai-nilai sosial sangat mempengaruhi preferensi konsumen terhadap pangan segar. Pada kasus pangan hewani dan nabati, terdapat dinamika yang menarik, keduanya

memiliki citra dan ekspektasi yang berbeda bagi konsumen. Produk hewani, khusunya daging segar secara sosial dipercaya merupakan pangan yang mahal, berkualitas dan berkelas.

Atribut yang paling menentukan keputusan pembelian daging segar adalah warna, tekstur, kesegaran visual dan aroma. Sebagai contoh, daging merah cerah (cerry) dianggap lebih segar dibandingkan yang warnanya merah gelap atau kecokelatan. Walaupun warna gelap daging, disebabkan proses oksidasi mioglobin yang tidak menurunkan nilai gizi, namun kriteria warna menjadi salah satu indikator kesegaran daging. Konsumen juga cenderung menyukai daging yang bertekstur kenyal, tidak lembek, tidak berlendir maupun berair dan beraroma alami tidak amis serta tidak beraroma menyengat. Namun demikian, beberapa tahun terakhir terdapat pertimbangan khusus terhadap preferensi konsumen seiring berkembangnya nilai-nilai sosial

masyarakat. Misalnya, meningkatnya permintaan daging free-range, antibioticfree, grass-fed ataupun produk hewani bersertifikat halal dan dapat ditelusuri (traceable).

Warna alami, tingkat kematangan, kerenyahan dan kesan alami tanpa bahan tambahan pangan merupakan beberapa atribut yang mempengaruhi preferensi tanaman segar. Pada umumnya, konsumen akan memilih buah dan sayur yang mulus dan seragam, namun perubahan nilai-nilai sosial masyarakat seperti tren baru ugly produce movement akan menimbulkan pola preferensi yang berbeda. Ugly produce movement adalah gerakan yang mendorong pemanfaatan buah dan sayuran yang bentuknya tidak sempurna, tetapi layak konsumsi dan bernilai gizi baik.

Bentuk yang tidak sempurna dari produk, misalnya bentuknya bengkok, terlalu kecil atau besar, warna tidak seragam atau permukaaan tidak mulus.

Tren gaya hidup sehat, vegetarianisme dan plant-based diet mendukung preferensi terhadap tanaman segar, sedangkan label organic, pesticide-free dan hydroponic-grown memberikan nilai jual yang tinggi karena rasa aman dan kesan eksklusif.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa preferensi konsumen terhadap produk hewani lebih bersifat emosional dan tradisional sedangkan untuk produk nabati bersifat fungsional dan lifestyle-driven. Meskipun demikian, pangan segar baik hewani maupun nabati membutuhkan transparansi informasi dan jaminan mutu, melalui sistem pelabelan, sertifikasi, dan teknologi digital, seperti QR code untuk pelacakan asal produk. Untuk itu, pelaku usaha dapat merancang kebijakan dengan diferensiasi yang tepat. Usaha meningkatkan preferensi konsumen untuk produk hewani membutuhkan pendekatan yang menekankan kepercayaan, keamanan dan etika

produksi yang standar, sedangkan untuk produk nabati memerlukan pendekatan penceritaan (storytelling) tentang kesegaran, keberlanjutan dan gaya hidup sehat.

Strategi meningkatkan

stabilitas dan keamanan

pangan segar

Produsen dan pelaku rantai pasok pangan segar harus mampu menjaga stabilitas dan keamanan pangan segar tanpa mengorbankan preferensi konsumen, sehingga produknya tetap kompetitif di pasar modern. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat dilakukan dengan mempertimbangkan persepsi dan ekspektasi konsumen terhadap pangan segar: 1. Manajemen rantai dingin

Untuk produk hewani, sistem pendinginan dan pembekuan yang konsisten dari pascapanen hingga ke konsumen mampu menghambat pertumbuhan mikroba dan

memperlambat reaksi oksidasi, sedangkan untuk produk nabati, pendinginan yang moderat dapat digunakan untuk menghambat proses respirasi tanpa menyebabkan chilling injury. Teknologi transparansi rantai dingin melalui IoT dan sensor digital dapat lebih meningkatkan kepercayaan konsumen.

2. Kemasan aktif dan cerdas

Teknologi Modified Atmosphere

Packaging (MAP) pada daging dapat memperpanjang umur simpan melalui kontrol oksigen dan karbondioksida sekaligus mempertahankan warna daging. Edible coating berbasis polisakarida dan protein mampu menghambat respirasi, menjaga kelembapan dan oksidasi pada

sayuran dan buah. Inovasi smart label, misalnya indikator kesegaran dapat membantu konsumen memantau kualitas kesegran produk secara real time.

3. Implementasi antimikroba dan antioksidan alami

Ekstrak herbal rosemari, kayu manis, bawang putih atau asam askorbat dapat digunakan sebagai bahan marinasi sekaligus antimikroba dan antioksidan pada daging. Bahanbahan tersebut dapat meningkatkan stabilitas mikrobiologi maupun oksidatif daging segar.

4. Implementasi sistem jaminan mutu dan ketertelusuran

Sistem jaminan mutu seperti penerapan HACCP, GMP, GAP,

sertifikasi halal, sertifikasi organik dapat meningkatkan kepercayaan konsumen. Penggunaan QR code untuk ketertelusuran asal produk juga akan meningkatkan rasa aman konsumen sehingga meutuskan untuk membeli produk.

5. Edukasi konsumen dan transparansi pelabelan Persepsi visual dan informasi pada kemasan seringkali menentukan preferensi konsumen. Oleh karena itu penting juga edukasi untuk konsumen yang akan mempengaruhi persepsi dan preferensi. Strategi komunikasi yang jujur dan berbasis data ilmiah merupakan awal investasi untuk menciptakan persepsi positif konsumen yang akan meningkatkan preferensi produk.

Perlunya pendekatan terintregrasi dan sinergis

Arti penting penyediaan pangan segar yang baik akan memberikan manfaat baik bagi konsumen, produsen, dan pemangku kepentingan yang terkait. Pangan segar, baik hewani maupun nabati berkontribusi terhadap pemenuhan gizi dan peningkatan kesehatan masyarakat. Namun, sifatnya yang mudah rusak menyebabkan stabilitas dan keamanan pangan perlu dikendalikan selama penyimpanan dan distribusi sehingga tidak menurunkan preferensi konsumen. Untuk itu diperlukan pendekatan terintegrasi meliputi manajemen rantai dingin, inovasi kemasan, pemanfaatan bahan alami, penerapan jaminan mutu dan edukasi konsumen.

Adanya sinergi antara teknologi, regulasi dan komunikasi tersebut dapat menjadikan pangan segar sebagai komoditas bernilai tinggi, aman, berkualitas sesuai ekspektasi konsumen. Kajian ini memberikan peluang untuk penelitian tentang eksplorasi model optimasi rantai pasok yang mampu memperkuat ketahanan gizi, keamanan pangan dan daya saing pangan segar di pasar lokal, nasional, maupun global.

Referensi:

EFSA. 2019. Scientific opinion on pesticide residues in fruits and vegetable.

Khalid, M.A, Niaz, B, Saeed, F., Afzaal, M., Islam, F., and Husaine, M. 2022. Edible coatings for enhancing safety and quality attributes of freshproduce: A comprehensive review. International Journal of Food Properties, 25 (1) : 1817-1847

Toldra, F. 2017. Lawrie’s Meat Science (8th.ed.). Elsevier

penguatan Rantai pasok Pangan Segar indonesia dengan inovasi teknologi

Oleh Tina Nurkhoeriyati

Program Studi Teknologi Pangan

Fakultas Teknik

Universitas Bina Nusantara

Pangan segar, mulai dari daging, ikan, sayuran, hingga buah, menjadi pilar utama dalam pola konsumsi masyarakat Indonesia. Lebih dari sekadar sumber gizi, sektor ini menopang rantai pasok pertanian, memperkuat ekonomi, dan membentuk daya saing perdagangan. Kini, pertumbuhan pasar pangan segar menuntut sistem distribusi yang lebih cerdas dan tangguh, dengan inovasi teknologi sebagai kuncinya.

Proyeksi menunjukkan pasar pangan segar Indonesia akan mengalami dinamika pertumbuhan pada 2025–2029. Dari 12,58% pada tahun 2025, akan naik hingga 16,50% pada tahun 2028, kemudian sedikit terkoreksi ke 15,76% pada 2029 (6Wresearch, 2025). Data Statistik Indonesia 2022 juga menunjukkan tren konsumsi yang meningkat. Misalnya, konsumsi ikan segar dan udang naik dari 0,33 menjadi 0,35 kg per kapita per minggu antara 2020–2021. Konsumsi ayam, pisang, bawang merah, dan sayuran pun terus menunjukkan pertumbuhan stabil. Pada 2021, ekspor ikan segar Indonesia mencapai lebih dari 55 ribu ton dengan nilai USD 118 juta, menegaskan daya saing yang tidak hanya bertumpu pada pasar domestik tetapi juga internasional.

Namun demikian, peningkatan konsumsi dan ekspor tersebut belum sepenuhnya diimbangi dengan efisiensi sistem logistik dan pascapanen.

Tantangan seperti fluktuasi suhu selama distribusi, keterbatasan fasilitas cold storage, dan kerusakan produk akibat penanganan yang kurang tepat

masih sering terjadi, terutama di sentra produksi luar Jawa. Kondisi ini menegaskan pentingnya penguatan sistem distribusi nasional, penerapan teknologi pascapanen yang sesuai dengan karakteristik komoditas, serta pembangunan infrastruktur penyimpanan modern yang mampu menjaga mutu pangan segar dari produsen hingga konsumen (Nugroho, 2024).

Klasifikasi dan regulasi

pangan segar

Dengan klasifikasi yang jelas, dinamika pasar segar dapat diatur lebih baik. Pedoman Klasifikasi Pangan Segar yang diterbitkan oleh Badan Pangan Nasional (2023) menjadi acuan penting bagi pengelolaan pangan segar. Pangan segar asal tumbuhan dikelompokkan ke dalam serealia, umbi, kacang, sayur, buah, rempah, dan bahan penyegar; sedangkan pangan segar asal hewan mencakup ikan, unggas, mamalia,

invertebrata, amfibi dan reptil. Ada pula pangan segar dari alga dan mikroalga. Aturan ini juga menegaskan bahwa pangan segar dapat berupa: (1) pangan tanpa pengolahan, baik yang dapat langsung dikonsumsi maupun tidak; (2) pangan yang mengalami pengolahan minimal seperti pencucian, pengupasan, pendinginan, pembekuan, pemotongan, pengeringan, penggaraman, pencampuran, penggilingan, atau pelapisan; serta (3) pangan yang diberi tambahan bahan tambahan pangan. Dengan klasifikasi ini, produsen lebih mudah memenuhi standar dan sertifikasi, distributor dapat mengatur rantai pasok sesuai karakteristik produk, sementara konsumen terlindungi lewat label yang lebih jelas dan akurat.

Selain itu, Peraturan Badan Pangan

Nasional No. 2 Tahun 2024 (Peraturan Badan Pangan Nasional Republik

Indonesia Nomor 2 Tahun 2024 tentang Pengawasan Terhadap Pemenuhan Persyaratan Keamanan, Mutu, Gizi,

Label, dan Iklan Pangan Segar, 2024) hadir sebagai instrumen hukum yang mengikat pelaku usaha dalam memenuhi persyaratan keamanan, mutu, gizi, label, dan iklan pangan segar. Regulasi ini menekankan pendekatan berbasis risiko, penggunaan laboratorium terakreditasi, serta keterlibatan masyarakat dalam pengawasan.

Kehadiran regulasi yang selaras dengan standar internasional seperti Codex Alimentarius juga membuka peluang ekspor produk segar Indonesia agar lebih kompetitif di pasar global.

Keamanan dan mutu pangan segar

Ancaman nyata terhadap keamanan pangan segar berasal dari kontaminasi biologis, kimia, maupun fisik. Kasus internasional, seperti cemaran E. coli pada kecambah di Jerman (European Food Safety Authority, 2011) dan Listeria monocytogenes pada apel di Amerika Serikat (Angelo et al., 2017), menjadi pelajaran penting bahwa pangan segar, meskipun alami, tetap rentan terhadap risiko kesehatan. Di Indonesia, penyimpanan pascapanen yang kurang memadai sering memicu terbentuknya mikotoksin pada jagung, akibat panen sebelum waktunya, keterlambatan pengeringan, serta kondisi penyimpanan yang tidak baik (Bidang Keamanan

Pangan Segar, 2019).

Selain aspek keamanan, mutu pangan segar juga menjadi faktor penting. Mutu dapat dilihat dari sifat sensoris (warna, aroma, penampakan, tekstur), maupun dari aspek fisik dan kimia, termasuk kandungan gizi.

Penurunan mutu pada produk segar asal tanaman bisa terjadi karena suhu penyimpanan terlalu rendah (chilling injury), kelembapan terlalu rendah, suhu terlalu tinggi, kadar oksigen rendah atau karbon dioksida tinggi, hingga kerusakan akibat benturan. Untuk mengatasinya, dapat diterapkan teknologi seperti pendinginan bertahap, pengaturan kelembapan ruang penyimpanan, aerasi yang baik, kontrol atmosfer ruang penyimpanan, hingga penggunaan kemasan yang mampu meredam guncangan (Bidang Keamanan Pangan Segar, 2019). Adapun penurunan mutu pada produk segar asal hewan, bisa berupa kondisi mikrobiologis yang merupakan faktor kunci penentu mutu sekaligus keamanan produk segar hewani.

Penerapan Good Agricultural Practices (GAP) sejak hulu, Good Distribution Practices (GDP) dalam distribusi, serta Good Consumption Practices (GCP) di tingkat konsumen menjadi fondasi penting. Sementara itu, sistem manajemen berbasis Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP)

memberikan pendekatan menyeluruh guna memastikan keamanan pangan segar dari hulu ke hilir (International Finance Corporation, 2020).

Teknologi pengolahan minimal dan bahan tambahan pangan

Teknologi pengolahan minimal kini berkembang pesat untuk menjaga pangan segar tetap aman, bergizi, dan menarik. Teknik seperti pengemasan atmosfer termodifikasi (Modified Atmosphere Packaging/MAP) yang memungkinkan produk segar hadir dengan tampilan, rasa, dan tekstur alami, sekaligus memenuhi permintaan konsumen akan produk yang praktis namun tetap bermutu (Berdejo et al., 2023). Bahan tambahan pangan juga mendukung mutu dan keamanan produk segar dengan pengolahan minimal. Antioksidan alami seperti asam tanat menurunkan ketengikan pada daging giling, sementara antimikroba alami seperti minyak esensial oregano dan ekstrak biji anggur membantu mencegah pertumbuhan L. Monocytogenes pada filet unggas (Berdejo et al., 2023).

Dengan kombinasi teknologi dan bahan tambahan pangan yang tepat,

daya simpan dapat ditingkatkan tanpa mengorbankan mutu gizi maupun sensoris, sehingga produk tetap segar hingga sampai ke tangan konsumen.

Teknologi baru dalam deteksi kesegaran dan mutu pangan segar

Perkembangan teknologi digital membawa perubahan besar dalam cara menilai kesegaran pangan segar. Salah satunya adalah sistem berbasis analisis warna RGB yang dikombinasikan dengan algoritma support vector machine. Metode ini mampu memberikan penilaian kesegaran daging ayam secara cepat dan real-time (Sutarman et al., 2023). Selain itu, teknologi intelligent/ smart packaging seperti film berbasis kitosan yang dapat digunakan untuk pemantauan kematangan buah pisang (Pramitasari et al., 2025).

Dengan dukungan regulasi, teknologi, dan distribusi yang efisien, Indonesia berpeluang memperkuat posisi pangan segar tidak hanya untuk pemenuhan gizi domestik, tetapi juga daya saing global.

Referensi http://foodreview.co.id/pdf/Referensi_Overview.pdf

To advertise & be a webinar contact us and book your 2024

To advertise & be a webinar sponsor, contact us and book your 2024 schedule :

To advertise & be a webinar sponsor, contact us and book your 2025 schedule :

Ms. Tissa Eritha - tissa@foodreview.co.id

Ms. Tissa Eritha - tissa@foodreview.co.id

Ms. Tissa Eritha - tissa@foodreview.co.id

Mr. Andang Setiadi - andang@foodreview.co.id

Mr. Andang Setiadi - andang@foodreview.co.id

Mr. Andang Setiadi - andang@foodreview.co.id

PELUANG, TANTANGAN, & INOVASI KEMASAN BERBASIS TEKNOLOGI MODERN Daging Segar DI INDONESIA:

Oleh Yuli Witono

Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember, Ketua Bidang II Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia dan Presiden FANRes International Network

Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk terbesar di dunia yaitu mencapai lebih dari 270 juta jiwa. Dengan padatnya populasi tersebut, maka kebutuhan terhadap pangan kian meningkat khususnya pangan segar atau fresh food.

Kategori pangan segar yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia yaitu daging sebagai sumber hewani. Konsumsi daging seringkali menjadi indikator kualitas gizi serta perkembangan ekonomi sosial dan budaya sebuah negara. Dalam satu dekade terakhir, tren konsumsi daging di Indonesia menunjukkan peningkatan yang menandakan adanya

potensi pasar bagi industri daging segar. Kenaikan konsumsi daging disebabkan oleh meningkatnya gaya hidup masyarakat khususnya perkotaan. Konsumsi daging dan pangan segar bukan sekadar memenuhi kebutuhan gizi, melainkan sebagai gaya hidup sehat dan modern bagi sebagian masyarakat khususnya menengah ke atas. Selain itu, peningkatan konsumsi daging

menandakan pergeseran preferensi konsumen (dari protein nabati ke hewani) yang mengindikasikan kenaikan kesadaran gizi.

Di tengah meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pola pangan seimbang, Indonesia dihadapkan dengan polemik besar yaitu belum memenuhinya ketersediaan produksi daging dalam negeri. Akibatnya Indonesia melakukan impor, baik dalam bentuk daging beku ataupun sapi hidup. Salah satu pemasok utama sapi ke Indonesia yaitu Australia. Walaupun demikian, impor daging masih menjadi polemik dan perdebatan banyak kalangan khususnya menyangkut isu kualitas, harga, dan kemandirian pangan nasional. Semakin tinggi tingkat impor, maka dikhawatirkan terjadi pelemahan peternakan lokal karena adanya persaingan pasar sehingga dapat mengancam ketahanan pangan nasional. Di samping itu, dengan meningkatnya impor daging maka terjadi volatilitas harga yang mengakibatkan fluktuasi harga daging berdasarkan nilai tukar, situasi pasar internasional dan kebijakan pengekspor (Wati K., 2018). Sedangkan untuk daging ayam, Indonesia relatif swasembada dengan kondisi surplus mencapai 0,12 juta ton.

Konsumsi daging di Indonesia tak terlepas dari faktor agama dan budaya. Mayoritas penduduk Indonesia adalah Muslim, sehingga daging yang dikonsumsi harus memenuhi standar halal. Hal ini menjadi faktor penting yang dapat mempengaruhi rantai pasok daging mulai dari rumah

potong hingga distribusi ke konsumen. Berdasarkan segi ekonomi, harga daging cukup sensitif karena berkaitan dengan ketersediaanya. Lonjakan harga menjelang perayaan besar seperti Idulfitri selalu menjadi isu nasional. Hal ini menandakan bahwa daging berkaitan dengan berbagai aspek mulai dari pemenuhan gizi, dimensi politik, sosial hingga budaya.

Tantangan penanganan

pangan segar

Daging merupakan kategori pangan segar yang rentan terhadap kerusakan akibat mikroorganisme. Kerusakan ini disebabkan oleh karakteristik utama daging yang mengandung protein, lemak dan air sehingga ideal bagi pertumbuhan mikroorganisme. Oleh karena itu, penanganan daging dari hulu hingga hilir perlu diperhatikan untuk menjaga

kualitas dan keamanan pangan. Namun dalam proses penanganan tersebut, terdapat beberapa tantangan seperti:

a. Pengaplikasian rantai dingin kurang optimal

Kendala utama dalam penanganan pangan segar di Indonesia yaitu kurang optimalnya pengaplikasian rantai dingin atau cold chain sehingga berdampak pada menurunnya mutu daging saat pengiriman.

Idealnya, daging harus disimpan dan didistribusikan menggunakan suhu rendah. Namun faktanya, sebagian besar daging didistribusikan pada suhu ruang. Berdasarkan laporan

Kementerian Perdagangan, hanya sebagian kecil rumah potong hewan yang dilengkapi dengan fasilitas pendingin memadai dan terintegrasi. Penggunaan truk berantai dingin lebih banyak diaplikasikan pada perusahaan besar atau ekspor.

b. Kontaminasi mikroba dan keamanan pangan

Kontaminasi mikroba dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya suhu penyimpanan dan tingkat higienitas yang rendah. Rumah Potong Hewan (RPH) sebagian besar masih belum memenuhi standar sanitasi sehingga kontaminasi mudah terjadi. Selain itu, di pasar tradisional daging biasanya dipajang pada meja terbuka sehingga memperbesar risiko kontak dengan tangan konsumen, serangga dan debu.

c. Standarisasi dan regulasi

Indonesia mempunyai aturan terkait penanganan daging segar seperti

Standar Nasional Indonesia (SNI) maupun Peraturan Menteri Pertanian (Permentan Nomor 11 Tahun 2020) terkait persyaratan teknis rumah potong hewan. Namun faktanya, secara implementasi masih kurang maksimal. Selain itu pengawasan terhadap pasar tradisional tergolong lemah sehingga banyak terjadi praktik penjualan dan penyimpanan daging di suhu ruang.

Perbedaan di pasar modern dan tradisional

Terdapat perbedaan penanganan daging segar antara pasar modern dan tradisional dari segi penyimpanan, kemasan, harga hingga persepsi konsumen. Di pasar modern seperti hypermarket atau pasar swalayan, daging dijual dengan kemasan higienis menggunakan teknologi

kemasan vakum, modified atmosphere packaging (MAP) atau tray sealed. Daging disimpan pada suhu dingin agar terhindar dari kontaminasi mikroorganisme. Sedangkan di pasar tradisional, daging dijual terbuka tanpa pengemasan dan hanya ditutupi plastik sederhana sehingga sangat rawan terjadi kontaminasi (Maharani et al., 2021). Berdasarkan segi harga, kedua pasar ini mempunyai perbedaan yang cukup signifikan. Perbedaan harga disebabkan oleh adanya biaya tambahan untuk kemasan, penyimpanan, dan penanganan.

Inovasi teknologi modern pangan segar

Di era globalisasi saat ini, inovasi teknologi kemasan menjadi salah satu

kunci untuk menciptakan pangan dengan karakteristik segar, bergizi, aman dan berkelanjutan. Paradigma konsumen terus bergeser kepada peningkatan kualitas dan keamanan pangan sehingga mendorong industri untuk mengembangkan berbagai inovasi khususnya di bidang kemasan pangan segar. Negara-negara maju telah menerapkan teknologi kemasan yang mampu mendeteksi kualitas serta melacak asal usul bahan pangan. Inovasi tersebut mampu meningkatkan daya simpan produk pangan khususnya pangan segar dan membangun kepercayaan konsumen.

Inovasi teknologi kemasan modern yang diterapkan oleh beberapa negara maju meliputi smart packaging (freshness indicators dan time temperature indicator), active packaging (oxygen

scavenger dan antimicrobial packaging), modified atmosphere packaging dan edible coating. Penerapan inovasi kemasan modern memerlukan biaya yang cukup besar sehingga berdampak pada meningkatnya harga jual sebuah produk. Potensi adopsi kemasan modern yang dapat diterapkan di Indonesia meliputi kemasan vakum dan MAP, edible coating serta aspek berkelanjutan secara digital menggunakan QR Code. Sedangkan terkait teknologi lainnya, masih memerlukan kajian lebih lanjut, investasi besar dan regulasi yang lebih matang.

Penerapan teknologi tepat guna di tingkat UMKM

Keterbatasan modal usaha untuk akses teknologi yang standar bagi UMKM

daging segar maupun produk-produk olahan daging menjadi tantangan klasik yang perlu diatasi. Penulis memberikan pandangan yang konkret dan praktis untuk dapat diterapkan oleh industri skala UMKM diantaranya ialah: (1) melalui penggunaan penyimpanan dingin kolektif (shared cold storage) yang bisa difasilitasi oleh para operator pasar tradisional atau koperasi pedagang pasar; (2) penerapan sanitasi dan prinsip higienitas yang baik dan ketat dalam proses penanganan daging sejak dari persiapan pemotongan hewan, termasuk sanitasi alat dan para pekerjanya; sampai pada penyimpanan dan pemanfaatannya; (3) penerapan teknologi hurdle yakni kombinasi perlakuan yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba dan kontaminasi, yang dimulai dengan penerapan kombinasi perlakuan yang paling ringan (sederhana) seperti kombinasi di antara perlakuan suhu rendah, kelembaban, aktivitas air, pH rendah, atmosfer termodifikasi khususnya pengemasan dan pengawet alami (Hasani et al., 2022).

Referensi:

Maharani, A.I., Sari, A.F. and Advinda, L., 2021. Kualitas mikrobiologi daging sapi dari Swalayan Mini Review. In Prosiding Seminar Nasional Biologi, 1 (2), pp. 624634.

Wati, K., 2018. Dampak Volatilitas Harga Daging Sapi terhadap Industri Pengolahan Daging Sapi di Indonesia. Jurnal Pangan, 27(1), pp. 9-22.

Hasani, E., Csehi, B., Tóth, A., Dalmadi, I. and Kenesei, G., 2022. Development of innovative hurdle systems using minimal processing techniques for meat preservation. Journal of Hygienic Engineering & Design, 41, pp. 103-111.

Gabungan Produsen

Makanan Minuman Indonesia

GAPMMI Hadiri US Dairy Sustainability Conference

GAPMMI dan USDEC menandatangani MoU untuk memperkuat kerja sama bilateral & multilateral

Ketua Umum GAPMMI, Adhi S. Lukman, didampingi oleh beberapa Ketua Bidang GAPMMI

seperti Johan Muliawan (Ketua Bidang Kerjasama Luar Negeri), Arief Susanto (Ketua Bidang Keberlanjutan dan Dampak Sosial), Indrayana (Sekretaris Umum GAPMMI) dan Andrew Saputro (Ketua Bidang Kerja Sama dan Promosi), turut ambil bagian dalam U.S. Dairy Sustainability Conference yang digelar di Conrad Orchard Singapore. Acara ini mempertemukan pemangku kepentingan dari berbagai negara untuk membahas masa depan produk susu berkelanjutan di Asia Tenggara.

Dalam sesi panel “Sustainability Market Perspectives”, Adhi menyoroti pentingnya inovasi dan kolaborasi lintas sektor untuk menjawab tantangan gizi dan keberlanjutan. Ia menegaskan

bahwa kemitraan strategis seperti MoU antara GAPMMI dan USDEC menjadi kunci dalam memperkuat pasokan bahan baku susu dan mendukung transformasi industri pangan Indonesia.

Konferensi ini juga menghadirkan diskusi mendalam tentang jejak lingkungan industri susu AS, praktik pertanian berkelanjutan, solusi pemrosesan inovatif, serta pendekatan gizi yang berfokus pada kesehatan. Para pembicara dari sektor akademik, industri, dan peternakan berbagi pengalaman nyata dalam menerapkan teknologi dan strategi keberlanjutan. Kegiatan ditutup dengan sesi refleksi dan resepsi jejaring, memperkuat komitmen bersama untuk membangun sistem pangan yang tangguh dan berkelanjutan. GAPMMI menilai forum ini sebagai momentum penting untuk

memperluas kerja sama internasional dan memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global produk susu.

GAPMMI dan USDEC

tandatangani MoU untuk perkuat perdagangan susu berkelanjutan

Di sela-sela konferensi, Gabungan Produsen Makanan Minuman Indonesia (GAPMMI) dan U.S. Dairy Export Council (USDEC) resmi menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk memperkuat kerja sama bilateral dan multilateral dalam perdagangan produk susu yang berkelanjutan antara Indonesia dan Amerika Serikat.

Kesepakatan ini mencakup kolaborasi dalam penetapan standar internasional, pertukaran pengetahuan untuk produksi berkelanjutan, serta kampanye gaya hidup sehat berbasis gizi susu. MoU juga membuka jalan bagi komunikasi bersama yang menyoroti manfaat gizi dan ekonomi dari produk susu, sekaligus mempererat hubungan dagang kedua negara. Kesepakatan ini juga melanjutkan momentum kerja sama USDEC dengan KADIN pada Mei 2025. GAPMMI menilai kemitraan ini sebagai langkah strategis untuk mendukung sistem pangan yang tangguh dan berkelanjutan. Fri-27

Sekretariat GAPMMI

ITS Office Tower Lt. 8 Unit 16, Nifarro Park

Jl. Raya Pasar Minggu KM. 18, Jakarta Selatan 12510

Telp/Fax. (021) 29517511; Mobile. 08119322626/27

Hp. 08156720614

Email: gapmmi@cbn.net.id

Website: www.gapmmi.id

Amina Biogenik pada Pangan Segar Asal Hewani: Pembentukan, Pencegahan

dan Metode Deteksi

Oleh Meta Mahendradatta

Fakultas Teknologi Pertanian

Universitas Hasanuddin, Makassar

PATPI Cabang Makassar

Pangan segar asal hewani seperti daging dan ikan merupakan sumber protein bernilai tinggi, tetapi mudah rusak bila penanganannya kurang tepat. Salah satu indikator penting keamanan dan mutu pangan ialah amina biogenik, yaitu senyawa yang terbentuk dari asam amino akibat aktivitas mikroorganisme, yang dapat bersifat toksik sekaligus mencerminkan tingkat kesegaran bahan.

Sebagaimana tercantum dalam

Undang-Undang Nomor 18 tahun

2012 tentang Pangan, BAB I, Pasal 1, Angka 5, mutu pangan adalah nilai yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan dan kandungan gizi pangan. Sedangkan keamanan pangan menurut Undang-Undang Pangan, BAB I, Pasal 1, Angka 36, adalah kondisi dan upaya untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi. Maka sedemikian pentingnya menjaga keamanan pangan bahan segar maupun bahan siap saji dan siap santap.

Bahan segar menjadi titik awal pentingnya perhatian terhadap keamanan pangan mengingat kondisinya yang belum tersentuh praktik pengolahan. Ditinjau dari sumbernya, bahan segar dapat berasal dari hewani dan nabati. Kedua jenis bahan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda namun keamanannya menjadi hal utama yang harus dipertimbangkan. Tulisan ini mengkaji bahan segar asal hewani yaitu daging dan ikan terutama bahaya pembentukan senyawa amina biogenik.

Amina biogenik

Amina biogenik diidentifikasi sebagai penanda penting untuk evaluasi kerusakan produk hewani seperti ikan dan daging. Mekanisme pembentukannya dalam bahan pangan

tersebut diawali dengan pemecahan protein oleh enzim proteolitik dari mikroba menjadi peptida yang lebih kecil, dan akhirnya menjadi asam amino bebas yang dapat digunakan sebagai substrat. Selanjutnya asam amino bebas tersebut diubah oleh enzim dekarboksilase bakteri melalui reaksi dekarboksilasi, yaitu pelepasan gugus karboksil dari molekul asam amino, menghasilkan amina biogenik. Proses dekarboksilasi ini dipengaruhi oleh ketersediaan asam amino bebas yang meningkat akibat hidrolisis protein oleh enzim mikroba, serta kondisi lingkungan

seperti suhu, pH, dan aktivitas mikroba. Amina biogenik terpenting yang ditemukan dalam bahan pangan adalah histamin, tiramin, putresin, kadaverin, feniletilamin, agmatin, triptamin, serotonin, spermidin, dan spermin (Claudia dan Ana, 2019). Reaksi pembentukan amina biogenik, dalam hal ini adalah histamin, dapat dilihat pada Gambar 1.

Keamanan bahan pangan segar asal hewani

Penting untuk mengendalikan dan memantau amina biogenik tidak hanya

untuk alasan toksikologi dan kesehatan, tetapi juga karena senyawa ini dapat berperan penting sebagai indikator mutu dan/atau daya terima pada beberapa jenis pangan. Mutu pangan mengacu pada karakteristik utama yang berkaitan dengan keamanan, zat gizi, ketersediaan, kemudahan, integritas, dan kesegaran. Konsumsi histamin diidentifikasi sebagai penyebab utama beberapa kasus keracunan pangan setiap tahun. Selain itu, kadaverin, putresin, dan tiramin diakui sebagai komponen yang memperkuat efek keracunan histamin. Penumpukan amina

biogenik dalam ikan segar dan produk perikanan terutama disebabkan oleh pertumbuhan bakteri yang memiliki aktivitas dekarboksilase asam amino, yang dipermudah oleh kondisi higienis yang buruk dan kurangnya pengendalian suhu yang ketat selama penyimpanan (Zakariya et al., 2023).

Pembentukan amina

biogenik dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berhubungan dengan bahan baku (komposisi, pH, kekuatan ion, dan lain-lain.), mikroorganisme (aktivitas dekarboksilase terutama berasal dari Enterobacteriaceae, Pseudomonadaceae, Micrococcaceae, bakteri asam laktat, dan lain-lain.), proses pengolahan, serta kondisi penyimpanan (segar, diasinkan, difermentasi, didinginkan, atmosfer dimodifikasi, dan lain-lain.).

Selain itu, amina biogenik juga bersifat tahan panas. Dengan kata lain, sekali amina biogenik terbentuk, sangat sulit untuk dihancurkan melalui proses selanjutnya (pasteurisasi, pemasakan, dan lain-lain.), sehingga jika sudah ada dalam bahan baku, maka amina biogenik tersebut akan tetap ada dalam produk akhir. Karena berperan penting sebagai indikator kualitas dan/atau kelayakan pangan maka kadarnya harus dikendalikan guna memastikan tingkat mutu dan keamanan pangan yang tinggi. Bahan pangan dengan kadar amina biogenik, sering kali tampak secara organoleptik “normal”, di mana kadar

Gambar 1. Reaksi pembentukan histamin dari asam asimo histidine bebas (Mahendradatta, 1997)

yang tidak dapat diterima dan beracun tidak terdeteksi sebelum diolah dan dikonsumsi, sehingga konsumen tidak dapat menolak produk berdasarkan parameter sensoris.

Pencegahan kontaminasi bakteri pembentuk amina biogenika

Terdapat beberapa metode untuk menghambat atau mengurangi amina biogenik pada produk hewani segar, dan telah diperoleh hasil yang baik.

(1) Perlakuan suhu rendah. Bakteri penghasil amina tumbuh lebih lambat pada suhu rendah; aktivitas dekarboksilase asam amino menurun dan reaksi dekarboksilasi melemah. Oleh karena itu, teknologi penyimpanan suhu rendah memegang peranan penting dalam menghambat produksi amina biogenik.

(2) Penggunaan bahan alami, seperti polifenol (asam carnosic, procyanidin, quercetin, dan resveratrol) untuk memperlakukan filet ikan nila (Oreochromis niloticus) dalam kondisi setengah beku, thyme dan oregano dapat menghambat produksi putresin, kadaverin, tiramin, dan feniletilamina serta memperpanjang masa simpan filet ikan mas (Cyprinus carpio). Demikian juga polifenol teh secara signifikan menghasilkan pembentukan amina biogenik 30–46% lebih rendah daripada sampel kontrol. Senyawa fenolik menghambat amina biogenik dari patogen dan bakteri pembusuk. Namun demikian, perlu dilakukan penelitian mengenai keamanan produk alami yang diaplikasikan pada produk perikanan untuk memastikan tidak berpengaruh terhadap kesehatan manusia.

Tabel 1. Rangkuman Jenis Metode Deteksi Amina Biogenik

(Ting Ding dan Yanlei Li, 2024)

Metode Deteksi Amina Biogenik Keunggulan Kelemahan

High Performance

Liquid Chromatography

Liquid Chromatography Mass Spectrometry

Ion Chromatography

Capillary Electrophoresis

Thin Layer Chromatography

Gas Chromatography

Deteksi Langsung

Electrochemical Biosensor

Sensitivitas tinggi, presisi, akurat. Perlakuan awal yang kompleks.

Cepat, sederhana, siap beroperasi. Proses preparasi sampel cepat, tanpa derivatisasi.

Kecepatan analisis tinggi, sensitivitas tinggi.

Perlakuan awal sederhana, stabilitas baik.

Kapasitas pemisahan kolom tinggi.

Pengoperasian mudah, biaya rendah, efisiensi tinggi.

Pemisahan dan analisis cepat. Penggunaan sampel lebih sedikit.

Deteksi cepat untuk beberapa amina biogenik yang berbeda. Deteksi singkat, biaya rendah.

Tanpa proses derivatisasi. Tahap purifikasi dan pengonsentrasian sederhana.

Sensitivitas tinggi, reprodusibilitas baik.

Sederhana, cepat, sensitif. Terdeteksi secara online.

Deteksi tak langsung

Colorimetric Technology

Nuclear Magnetic Resonance

Sensitivitas dan selektivitas baik. Cepat dan sederhana. Biaya rendah.

Pengoperasian sederhana dan kecepatan analisis tinggi.

Penggunaan sampel sedikit, sensitivitas dan akurasi tinggi.

Identifikasi kualitatif dan analisis kuantitatif secara bersamaan.

Perlakuan awal sampel cepat dan sederhana.

Karena sifat kolom HILIC maka spermin dan spermidine tidak dapat dipisahkan.

Peralatan dan instrumen besar dan mahal.

Tidak nyaman untuk dibawa. Sulit untuk deteksi real-time di lapangan.

Limit deteksi relatif tinggi. Reprodusibilitas pemisahan rendah.

Presisi rendah. Keterulangan buruk.

Pengoperasian rumit.

Instrumen besar dan mahal. Tidak dapat mendeteksi realtime.

Enzim yang digunakan disaring dari alam, sulit disimpan, tidak dapat digunakan kembali. Biaya tinggi.

Mendeteksi sedikit amina biogenik.

Rentan terhadap gangguan dari senyawa lain.

Limit deteksi tinggi, akurasi rendah.

Peralatan dan instrumen mahal.

Sangat terbatas dalam praktiknya.

Immunoassay Method

Near Infrared Spectroscopy

Selective Culture Medium

Polymerase Chain Reaction

Spesifisitas kuat, sensitivitas tinggi. Limit deteksi rendah, biaya rendah.

Pengukuran cepat, nondestruktif. Menganalisis beberapa komponen. Tanpa perlakuan awal dan konsentrasi tinggi.

Sederhana dan cepat.

Sulit mendeteksi amina biogenik yang berbeda. Produksi antibodi yang sulit. Mudah terjadi reaksi silang, hasil positif palsu.

Peralatan besar dan mahal Tidak bisa mendeteksi secara real-time.

Ketidakmampuan mendeteksi kandungan amina biogenik secara akurat.

(3) Perlakuan tekanan ultra-tinggi menggunakan air sebagai media untuk memberikan tekanan sebesar 100–1000 MPa pada produk pangan, membunuh mikroorganisme dalam bahan pangan, menonaktifkan aktivitas enzim, mengurangi reaksi dekarboksilasi, dan menurunkan produksi amina biogenik.

(4) Pengemasan bahan seperti pengemasan vakum, pengemasan dengan atmosfer termodifikasi (modified atmosphere packaging) dan pengemasan aktif untuk mempertahankan kesegaran dan kualitas bahan pangan, mengendalikan produksi amina biogenik, serta memperpanjang umur simpan bahan. Telah diteliti pengaruh penambahan hidrogen molekul (H2) ke dalam atmosfir termodifikasi terhadap pembentukan amina biogenik pada

ikan air tawar dan laut, yaitu ikan trout pelangi dan ikan kembung, yang disimpan pada suhu 4°C selama 15 hari.

Deteksi kandungan amina biogenik pada bahan segar asal hewani

Amina biogenik merupakan salah satu kategori utama senyawa berbahaya dalam bahan pangan hewani sehingga metode deteksinya sangat penting untuk menjamin keamanan pangan. Dalam hal ini, berbagai teknik deteksi amina biogenik telah dikembangkan, yang memainkan peran tak tergantikan dalam memastikan keamanan bahan hewani tersebut (Paramasivam, 2023).

Rangkuman jenis metode untuk mendeteksi amina biogenik beserta keunggulan dan kelemahannya dapat dilihat pada Tabel 1.

Referensi

Ting Ding & Yanlei Li. 2024. Biogenic amines are important indices for characterizing the freshness and hygienic quality of aquatic products: A review., LWTFood Science and Technology 194,115793.

Zakaria H. Elbayoumi, Elshimaa E. Dawod, Riyad R. Shawish. 2023. Occurrence and control of biogenic amines in fresh fish and products of fish. Journal of Advanced Veterinary Research 13, 6; 936-940

Claudia Ruiz-Capillas & Ana M. Herrero. 2019. Impact of biogenic amines on food quality and safety. Foods 8, 62; doi:10.3390/foods8020062.

Abimannan Arulkumar, Spiros Paramithiotis & Sadayan Paramasivam. 2023. Biogenic amines in fresh fish and fishery products and emerging control. Aquaculture and Fisheries 8; 431–450.

Mahendradatta, M. 1997. Schnellverfahren zur Bestimmung von Histamin in Lebensmitteln, Papierflieger, Clausthal-Zellerfeld.

Standardisasi Mangga indonesia: Kunci Daya Saing di Pasar Global

Oleh Nur Arti Permatasari

dan Theista Savanty

Badan Standardisasi Nasional

Indonesia diberkahi dengan kondisi geografis dan iklim tropis yang merupakan habitat sempurna bagi tanaman buahbuahan unggulan, termasuk mangga. Kombinasi curah hujan yang seimbang, sinar matahari melimpah, dan tanah subur menjadikan Indonesia sebagai salah satu produsen mangga utama dunia.

Potensi besar ini perlu diimbangi dengan upaya menjaga mutu, standardisasi, dan konsistensi pasokan agar mangga Indonesia mampu bersaing di pasar global.

Pada tahun 2022, produksi nasional mencapai lebih dari 4 juta ton, menempatkan Indonesia produsen terbesar setelah India (World Population Review, 2023). Namun, di pasar ekspor global, nama Indonesia belum sepopuler para pemain lama seperti Meksiko, India, Peru, Thailand, dan Ekuador. Negara tersebut telah lebih dulu memperkuat penjenamaan, logistik, dan sertifikasi, sementara Indonesia masih kerap menghadapi tantangan dalam menjaga konsistensi mutu (CNBC Indonesia, 2025).

Meski memliki volume produksi yang tinggi, tidak otomatis membuka jalan ke pasar global. Konsumen internasional menuntut buah dengan mutu seragam, aman, dan sesuai standar. Di sinilah peran standardisasi untuk menjaga kualitas buah mulai dari panen hingga sampai di meja konsumen. Varietas mangga Indonesia, seperti gedong gincu, harum manis, golek, dan manalagi, telah teruji keunggulannya dari segi cita rasa dan memegang preferensi kuat di pasar domestik. Namun, di tingkat global, tantangan utama justru terletak pada aspek teknis, seperti:

» Ketidakseragaman mutu, terkait ukuran dan tingkat kemanisan yang sering berbeda antarkebun;

» Kerentanan pascapanen, karena kesalahan kecil dalam penanganan dapat menyebabkan buah cepat memar atau rusak;

» Persyaratan ketat dari negara tujuan, seperti Jepang dan Eropa, yang memberlakukan batas residu pestisida (MRL) ketat serta menuntut konsistensi kualitas dari waktu ke waktu.”

Selain itu, kondisi sistem penyimpanan dan distribusi produk dengan suhu terkontrol (rantai dingin atau cold chain) belum tersebar merata di seluruh wilayah. Tidak hanya itu, sistem promosi ke pasar internasional juga belum optimal sehingga ekspor Indonesia masih didominasi ke arah pasar terdekat seperti Singapura. Lalu bagaimana

menjamin mutu mangga di dalam negeri sekaligus menjembatani pasar global? Solusinya tentu saja tidak instan, perlu penerapan standar dari hulu ke hilir.

SNI 3164:2024 – Mangga

Saat ini, telah tersedia SNI 3164:2024 tentang Mangga yang disusun dengan mengacu pada standar internasional yaitu Codex Standard for Mangoes (CXS 184-1993, Rev.2005) dan Asean Standard for Mango (ASEAN Stan 2:2006, Rev.1-2012). Standar ini secara spesifik mengatur kelas mutu (Super, I, dan II), rentang ukuran, pengemasan, pelabelan, dan higiene. Prinsip utamanya adalah buah harus utuh, segar, bebas hama dan penyakit, serta aman dari residu pestisida dan cemaran logam. Ketentuan keseragaman ukuran dan toleransi mutu tentu dapat membantu petani dan pelaku usaha menjaga konsistensi produknya. Penerapan SNI ini berpotensi besar membantu petani maupun pelaku usaha untuk memenuhi persyaratan yang berlaku internasional. Tidak hanya itu, banyak ritel di Eropa dan Jepang mewajibkan penerapan

GLOBALG.A.P. (Integrated Farm Assurance/IFA). GLOBALG.A.P IFA merupakan sertifikasi pertanian global yang menetapkan kriteria ketat untuk menjamin metode pertanian yang aman dan etis. Ruang lingkupnya mencakup keamanan pangan, perlakuan yang baik terhadap pekerja, kesehatan hewan, hingga minimalisasi dampak lingkungan melalui pengelolaan sumber daya vital seperti air dan energi. Intinya, sertifikasi ini menawarkan sebuah panduan

menyeluruh bagi para petani dan produsen. Kerangka kerja ini membantu mereka memperbaiki cara kerja secara signifikan, yang pada akhirnya membuka peluang lebih besar untuk menjelajahi pasar internasional. Dapat disimpulkan bahwa GLOBALG.A.P menekankan pada ketertelusuran, manajemen risiko, higiene pekerja, dan praktik budidaya berkelanjutan, empat aspek yang kini menjadi “bahasa umum” konsumen internasional (GLOBALG.A.P., Integrated Farm Assurance (IFA). Kendala lain yang umum dihadapi adalah pada proses penanganan

pascapanen, yaitu kualitas buah cenderung menurun dengan cepat setelah panen. Untuk itu, Pedoman Good Handling Practices (GHP) Hortikultura dari Kementerian Pertanian (2022) menjadi acuan penting, mulai dari tahap pengumpulan, pembersihan, sortasi, grading, pengemasan, penyimpanan, hingga distribusi, untuk menekan potensi kehilangan hasil panen dan menjaga kesegaran produk lebih lama. Dengan kata lain, mutu harus tetap terjamin di sepanjang rantai distribusi.

SNI 3164:2024 tentang Mangga juga merujuk pada Codex Code of

Practice for Packaging and Transport of Fresh Fruit and Vegetables (CXC 441995). Standar ini menekankan bahwa kemasan bukan hanya untuk estetika, melainkan berfungsi melindungi mutu produk. Persyaratan yang diatur antara lain penggunaan bahan kemasan yang bersih, foodgrade, kuat untuk menahan benturan; adanya ventilasi (seperti karton berlubang atau peti plastik berpori) agar udara mengalir dengan baik; dan pengendalian suhu serta kelembapan selama pengiriman. Di lapangan, praktik ini telah mulai didukung dengan adanya fasilitas

collecting house di sentra-sentra seperti

Sumedang dan Majalengka, lengkap dengan sortasi, grading, hingga cold storage, sebelum buah siap masuk pasar domestik atau ekspor. Akses ekspor ke pasar Jepang untuk varietas gedong gincu menjadi salah satu contoh nyata. Berdasarkan informasi dari Barantin (Badan Karantina Indonesia, 2025), prosesnya telah memasuki tahap lanjut, dengan persyaratan utama meliputi bebas residu pestisida, registrasi kebun, dan rumah kemas yang terverifikasi. Pelajaran pentingnya adalah untuk masuk ke pasar premium, standar harus

dipenuhi tanpa kompromi dimulai dari kebun hingga tahap pengemasan.

Penutup

Badan Standardisasi Nasional memilik peran strategis melalui kegiatan standardisasi, yaitu menyusun dan telah menetapkan SNI 3164:2024, Mangga. SNI ini telah dirumuskan oleh Komite Teknis 65-15 Hortikultura dengan anggota Komite Teknis yang mewakili pemerintah, pelaku usaha, pakar dan konsumen. Penerapan SNI 3164:2024, dan implementasi GAP/GHP, serta bila diperlukan sertifikasi pihak ketiga

seperti GLOBALG.A.P., dampaknya akan

terasa nyata yaitu mutu produk terjaga, kepercayaan konsumen meningkat, dan akses pasar semakin meluas.

Tak hanya itu, Peraturan Menteri

Pertanian Nomor 22 Tahun 2021 tentang Praktik Hortikultura yang Baik, menjadi payung kebijakan untuk budidaya dan pascapanen hortikultura. Dengan ekosistem ini, Indonesia telah memiliki modal lengkap: varietas unggul, volume produksi besar, rasa khas, dan yang tak kalah penting ”kualitas yang terstandar”. Selain itu, untuk lebih menjangkau pasar ekspor yang luas tentu diperlukan

inovasi dan strategi pemasaran yang lebih dinamis.

Ke depan, penguatan mutu perlu diiringi inovasi dan strategi pemasaran yang lebih dinamis agar mampu menjangkau pasar ekspor yang lebih luas. Ketika SNI yang selaras dengan standar internasional dipadukan dengan ketertelusuran GLOBALG.A.P. dan disiplin penerapan GHP, produk yang ditawarkan bukan lagi sekadar mangga, melainkan jaminan mutu bertaraf internasional.

Inilah momentum bagi Indonesia untuk meneguhkan posisi mangga di segmen premium dunia. Sudah saatnya beralih dari kebanggaan angka produksi menuju lompatan kualitas yang berkelanjutan dan berdampak nyata. Dengan langkah bersama antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat, Indonesia dapat tampil bukan hanya sebagai produsen besar, tetapi juga sebagai pemimpin dalam mutu mangga global.

Referensi

World Population Review, Mango Production by Country. Available online: https://worldpopulationreview.com/ country-rankings/mango-production-by-country CNBC Indonesia, Indonesia: Raksasa Mangga yang Terlupakan Dunia. Available online: https://www.cnbcindonesia.com/resear ch/20250626115159-128-644122/indonesia-raksasamangga-yang-terlupakan.

Badan Karantina Indonesia. 2025. Percepatan Akses Mangga Gedong Gincu ke Jepang (persyaratan bebas residu, registrasi kebun & rumah kemas).

Kementerian Pertanian RI, Pedoman Pelaksanaan Penerapan Good Handling Practices (GHP) Komoditas Hortikultura (2022)

GLOBALG.A.P., Integrated Farm Assurance (IFA) – Fruit & Vegetables: Principles & Criteria

MINI DIREKTORI

PT REL-ION STERILIZATION SERVICES

Eliminasi Bakteri Patogen, Sterilisasi, Polimerisasi

021-88363728, 021-8836 3729 021-88321246

yayuk@rel-ion.co.id www.rel-ion.com

GNT Group B.V.

EXBERRY® is the leading brand of Coloring Foods for the food and beverage industry. Coloring Foods are made from fruits, vegetables, and edible plants using a physical manufacturing process processed with water.

+65 6659 4180

info-singapore@gnt-group.com

www.exberry.com

PT Alfascale Indonesia

Sole Agent and Service Center of OHAUS in Indonesia. At Alfascale, we offer OHAUS products and provide calibration, maintenance, repairs, and expert support to ensure lasting precision.

(021) 45841415

marketing@alfascale.co.id

https://www.qode.bio/alfascaleid/ home

PT. Mitra Kualitas Abadi (Catalyst Consulting) Training, Consulting, Assesment/audit, Mystery Shopping Provider 021-3952 4220

+62 813-8250-7245

info@catalystconsulting.id www.catalystconsulting.id Catalyst Consulting consulting.catalyst Catalyst Consulting

IFF

We create superior flavor, fragrance, food ingredient, and bioscience solutions rooted in science, inspired by nature and perfected through expertise and passion.

+65 9845 7580

https://www.iff.com

https://www.instagram.com/iffinc

https://www.linkedin.com/company/ iff/

http://www.youtube.com/@IFF

PT. Brenntag

We are your food and nutrition partner for innovative and sustainable solutions

Graha Pratama Building, 17th Floor, Jl. M.T. Haryono Kav. 15 12810 Jakarta Selatan Indonesia

brenntag.com

BENEO Asia Pacific Pte. Ltd.

+65-6778-8300

contact@beneo.com

10 Science Park Road

#03-21 / 22 / 23 / 24 117684 Singapore

PT KH ROBERTS INDONESIA

At KH Roberts, we leverage our deep expertise in flavour science and strong understanding of consumers’ needs to craft future flavours that deliver delight to consumers around the world.

021 87900778 / 021 89700723

info.id@kh-roberts.com

www.kh-roberts.com

https://www.linkedin.com/company/kh-roberts/

Eriez Australia

Established in 1942, Eriez is a global leader in separation technologies. Our commitment to innovation has positioned us as a driving market force in several key technology areas, including magnetic separation, metal detection and material handling equipment.

+613 8401 7400

www.eriez.com

INSPIRE FOOD BUSINESS

SFood Processing & Machinery

ektor pangan global saat ini menghadapi tuntutan masif untuk mencapai volume produksi yang tinggi, sembari secara ketat menjamin efisiensi, konsistensi, dan keamanan produk. Di sinilah peran sentral teknologi pemrosesan dan mesin pangan menjadi salah satu penentu aspek keberhasilan. Peningkatan kebutuhan akan mesin canggih didorong oleh standar regulasi keamanan pangan yang semakin ketat, upaya minimisasi galat manusia, serta kebutuhan untuk mencapai skala ekonomi yang optimal dalam persaingan harga global. Namun, penerapan dan scaling up teknologi seringkali dihadapkan pada tantangan investasi modal yang besar, kompleksitas operasional, dan kebutuhan adaptasi menuju Industri 4.0. Tantangan ini justru membuka peluang besar bagi inovasi melalui automasi cerdas, integrasi sensor berbasis AI, dan pengembangan sistem pemrosesan berkelanjutan. Oleh karena itu, pemahaman mendalam mengenai solusi permesinan dan strategi implementasinya sangat dibutuhkan. FoodReview Indonesia edisi mendatang akan membahas topik ini secara komprehensif untuk mendukung pelaku industri dalam mencapai efisiensi maksimal dan daya saing global.

Pemasangan iklan, pengiriman tulisan atau berita seputar teknologi dan industri pangan, silakan hubungi:

FOODREVIEW INDONESIA

telepon (0251) 8372333 | +62 811 1190 039

email: redaksi@foodreview.co.id & marketing@foodreview.co.id Cantumkan nama lengkap, alamat, email dan nomor telepon Anda.

TO RECEIVE YOUR

If you have a friend or colleague who would be interested in receiving FoodReview Indonesia, please feel free to share the latest issue, and our special digital subscription offer with them today.

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.