6 minute read

Mimbar Lingkungan

Next Article
Mimbar Puisi

Mimbar Puisi

Mimbar Lingkungan Sungai Sekayam

Tercemar Akibat PETI

Advertisement

Oleh Dodoy

”Sungai Sekayam merupakan andalan air bersih satusatunya bagi masyarakat pada beberapa kewcamatan di Kabupaten Sanggau. Namun, dewasa ini sungai Sekayam berubah mejadi tempat beroperasinya PETI, yang tentunya sangat berpengaruh pada kualitas air. Ini dikarenakan dampak dari Penambangan Emas Tanpa Ijin (PETI) di beberapa titik pada hulu sungai Sekayam.”

Arif

Kadiv Litbang organisasi penggiat alam bebas, Jelajah Rimba Sekayam (Jeram).

Saat era 70’an, sungai Sekayam merupakan akses utama masyarakat menuju daerah perhuluan hingga ke Kecamatan Entikong yang mana kala itu jalur darat masih sulit ditempuh bahkan memakan waktu yang cukup lama untuk tiba di kota Sanggau, bagi masyarakat di perhuluan. Tidak hanya sebagai akses bagi pedagang dan jalur transfortasi masyarakat, sungai Sekayam juga sebagai kubutuhan hidup seperti kebutuhan memasak, minum, mandi, mencuci dan kakus (MCK) serta mencari ikan. Namun dewasa ini sungai Sekayam sudah tidak lagi menjadi jalur tarnsfortasi masal, mengingat akses melalui jalur darat sudah terbuka lancar bagi mobilitas masyarakat untuk menghubungkan satu daerah ke daerah lain nya.

Dengan terbuka akses tersebut, menjadikan sungai Sekayam sedikit dilupakan, bahkan untuk kebutuhan konsumtif masyarakat sudah terpenuhi oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) seperti minum, cuci dan kakus (MCK). Namun demikian hal tersebut tidak banyak membantu masyarakat, selain kendala kurang lancarnya suplay PDAM ke masyarakat, mengakibatkan sungai Sekayam dilirik kembali untuk memenuhi kebutuhan mereka. Hingga hari ini sungai Sekayam masih dibutuhkan masyarakat. meski demikain, masyarakat yang mengandalkan sungai sekayam haruslah berhati-hati, ini dikarenakan sudah marak penambangan emas tanpa ijin (PETI) di bantaran sungai.

Menurut UU No 7 tahun 2004 dan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907 tahun 2002, disebutkan bahwa air bersih (clean water) adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Merujuk pada peraturan tersebut, ada hal yang harus diperhatikan seperti kualitas air Sekayam, dampak yang diakibatkan oleh penambangan PETI, serta kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan air barsih terus meningkat, dengan masih mengandalkan sungai Sekayam, termasuk bahan baku PDAM. ”Sungai Sekayam merupakan andalan air bersih satu-satunya bagi masyarakat pada beberapa kecamatan di Kabupaten Sanggau, namun dewasa ini sungai Sekayam berubah menjadi tempat beroperasinya PETI, yang tentunya sangat berpengaruh pada kualitas air. Ini dikarenakan dampak dari penambangan emas tanpa ijin (PETI) di beberapa titik pada hulu sungai Sekayam.” kata Arif, Kadiv Litbang organisasi penggiat alam bebas, Jelajah Rimba Sekayam (Jeram).

Dengan melihat maraknya aktifitas PETI di bantaran sungai Sekayam, Arif melalui organisasinya mengadakan kegiatan pada tahun 2009 untuk mengetahui seberapa besar dampak dan kadar logam berat yang dihasilkan limbah PETI tadi, sehingga sample air pun diambil dari beberapa titik, seperti di Muara Bongo (anak sungai tempat aktivitas PETI), muara Pos dan sekitaran mesin PDAM. Kemudian sample tersebut dibawa ke Unit Laboratorium Kesehatan, Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, untuk diteliti.

Dari hasil laboratorium, jelas sungai Sekayam yang selama ini menjadi andalan masyarakat telah dinyatakan positif terkontaminasi oleh logam berat jenis Merkuri dengan kadar ≤ 0,20, ukuran tersebut menandakan bahwa besar atau kecil nya jenis yang tersebar di sungai Sekayam merupakan bencana atas kehidupan mahluk hidup, ini dikarenakan aktifitas yang terus berlanjut serta penggunaan air raksa untuk melarut emas menjadi satu dan memisahkan dari kotoran seperti pasir dan batu. Kemudian air raksa tersebut atau lebih dikenal dengan bahasa kimianya adalah merkuri (logam berat) dibuang di sungai Sekayam setelah digunakan (limbah), ini terbukti dari hasil riset yang dilakukan oleh organisasi penggiat alam bebas Jeram pada tahun 2009, dampak ini yang mengancam kehidupan biota sungai seperti ikan bahkan mencemari air yang jadi andalan masyarakat.

Perlu kita ketahui bahwa sumber daya air merupakan hal yang sangat vital bagi kehidupan makhluk hidup di muka bumi ini, termasuk bagi manusia. Terjadinya pencemaran merupakan ancaman serius mesti diwaspadai, air adalah sebagai sumber kehidupan tidak dapat dipungkiri bahwa hal tersebut sangat penting bagi kelangsungan hidup, persoalan air juga jangan dipandang sebelah mata terutama air bersih yang aman untuk dikosumsi oleh manusia.

Dewasa ini kebutuhan air sangat meningkat terutama air bersih, hal ini dikarenakan sumber air bersih hampir sulit didapatkan, terlebih saat kemarau tiba. Sebagian masyarakat untuk mendapatkan air bersih sendiri masih mengadalkan air hujan, terutama untuk kegunaan makan dan minum.

Disamping itu Arif juga menjelaskan bahwa selama ini upaya pemerintah kecamatan Sekayam dinilai belum mampu untuk menghentikan aktivitas Peti tersebut secara total, meskipun telah beberapa kali dilakukan mediasi untuk mencari solusi antara pekerja, pemilik dan pemerintah kecamatan, namun terus menemui jalan buntu. Karena jika aktivitas yang seakan dibiarkan tersebut terus berlanjut tanpa ada tindakan yang pasti, maka dalam jangka panjang pula masyarakat harus siap dengan konsekwensi yang akan diterima, seperti rusaknya ekosistem air, darat, serta menjadi ancaman serius terhadap krisis air bersih untuk kehidupan mendatang atau seperti kasus Teluk Buyat di Indo-

Dinas Kesehatan, melalui Kepala Unit Laboratorium, Dra. Siti Yulianti yang bernomor PM.00.04B352 tertanggal 24 Juli 2009, hasil pemeriksaan air sebanyak 3 sampel secara kimia dengan nomor laboratorium 815/357AB dengan hasil seperti tebel dibawah ini.

Tabel Hasil Pemeriksaan air bersih

No Parameter Satuan Kadar Maks *) Kelas Mutu Air **) Hasil Metode I II III IV

1 Merkuri Ppb 1 1 2 2 5 ≤ 0,20 AASHVG

*) Kadar maksimum sesuai dengan PERMENKES RI No.416/Menkes/Per/IX/1990

Sumber : Unit Laboratorium Kesehatan, Pemerintah Prov Kalbar, Tahun 2009

**) Kelas mutu air berdasarkan lampiran PP RI No.82 Tahun 2001, tanggal 14 Desember 2001 yaitu Kelas I Air untuk air baku, air minum dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama Kelas II Air untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan mangairi pertanaman Kelas III Air untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, untuk mengairi pertanaman. Kelas IV Air untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama.

*) Kadar maksimum sesuai dengan PERMENKES RI No.416/Menkes/Per/IX/1990

Sumber : Unit Laboratorium Kesehatan, Pemerintah Prov Kalbar, Tahun 2009

nesia serta Minamata di Jepang ucapnya.

Tidak hanya Arif yang mengungkapkan hal tersebut, warga Desa Balai karangan lainnya yang masih mengkosumsi sungai Sekayam sebagai keperluan sehari-hari seperti mandi, mencuci juga mengeluhkan hal serupa. ”Kita harapkan pihak terkait untuk terus berkoordinasi mengatasi masalah sungai Sekayam ini” terang Ismail warga dusun Balai karangan dua. Ismail menyatakan hal tersebut perlu koordinasi lintas instansi sehingga dapat mencari jalan penyelesaian secepatnya. Harapan tersebut sangat beralasan karena kebutuhan air bersih sendiri jelas semakin sulit. Dengan kondisi banyak nya PETI di bebarapa titik pada bantaran sungai Sekayam menyebabkan masyarakat berasumsi negatif sehingga perlu dilakukan pengujian laboratorium oleh dinas terkait secara berkala.

“Kami sebagai masyarakat mengharapkan ada penyelesain persoalan sungai Sekayam saat ini sehingga air Sekayam menjadi bersih dan layak untuk dikosumsi, karena kondisi sekarang memang memprihatinkan,” ucap Ajis warga Balai karangan lainnya yang sudah merasakan kesulitan untuk mendapatkan air bersih.

Air bersih sendiri hanya mengandalakan air hujan jika hujan tak kunjung turun dalam waktu yang cukup lama maka sangat sulit untuk mendapatakan air bersih, dengan sulitnya untuk mendapatkan air bersih memaksa sejumlah masyarakat untuk membuat penampungan khusus sebagai antisipasi ketika hujan tidak turun dalam waktu lama terutama saat kemarau tiba.

Saya sendiri sudah menyiapkan penampungan khusus untuk menampung air hujan sehingga saat kemarau tiba jadi tidak begitu sulit untuk mendapatkan air bersih, karena mau mengandalakn sungai Sekayam sudah tidak memungkinkan untuk diminum lagi, tambah Ajis. Meski telah dilakukan bebarapa kali penertiban dan himbauan dari pihak Kepolisian Sektor Sekayam bagi pekerja PETI untuk menghentikan aktifitasnya di bantaran sungai Sekayam, serta memasang himbauan untuk menghentikan aktifitas PETI, namun masih juga tidak ditanggapi oleh pekerja dan pemilik mesin, buktinya menjamur mesin-mesin dompeng di sungai Sekayam hingga hari ini, dan yang terparah adalah di wilayah hukum Polsek Entikong, persis di perhulauan sungai Sekayam sekitar 2 jam perjalanan terdapat 30 mesin dompeng yang beroperasi, ini terbukti saat tim melakukan perjalanan ke perhuluan dengan menggunakan speed boat pada bulan Agustus lalu.

Meskipun terjadi ”kucing-kucingan” antara pekerja dan aparat penegak hukum. Namun upaya represif dan prefentif pihak Kepolisian mendapat apresiasi dari masyarakat. ”Kita apresiasi atas kinerja pihak Kepolisian yang mendatangi mesin secara langsung dan memberi himbauan untuk menghentikan aktifitas PETI di sungai Sekayam, mengingat sungai Sekayam bukanlah wilayah penambangan rakyat (WPR) dan tentunya berdampak kepada masyaraat secara luas yang menggunakan sungai Sekayam sendiri.” Kata Aris Haryono, akademisi di Balai karangan.

Himbauan: Baliho yang memuat himbauan Polres Kabupaten Sanggau Terkait Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI).

This article is from: