3 minute read

Mimbar Pembaca

Next Article
Mimbar Puisi

Mimbar Puisi

PELAYANAN BIROKRASI FKIP UNTAN RUMIT DAN PERLU PERBAIKAN SIKAP PEGAWAI

Terimakasih kepada Mimbar Untan telah memfasilitasi saya untuk menyampaikan sedikit keluh kesah.

Advertisement

Saya Alumni FKIP Untan, ingin menyampaikan kepada Stake Holder sebuah kritik tentang pelayanan akademik. Proses birokrasi di Fkip terasa rumit ditambah sikap beberapa oknum yang sok dan terkadang kurang mendidik dengan menghardik. Ingin dihormati tapi sikap tak patut di hormati. Apalagi itu adalah kampus pendidikan seyogyanya lebih bersikap bersahabat bukan sikap gangster. Mana Pendidikan Karakternye? Terkadang tidak singkron antara perintah dosen dengan kemauan akademik meski sudah ada nota tertulis, sehingga membingungkan.

Saran, untuk proses birokrasiharus di buat buku panduan yang jelas atau kalau FKIP tak punya uang cukup menggunakan mading khusus proses birokrasi. Kalau masih jelas proses birokrasi, saya akan jelaskan misalnya urusan LIRS, Urusan Persyaratan KKN/PPL, Urusan Seminar/ Sidang, Urusan Penyerahan Skripsi/ atau pengambilan Ijazah dan tetek bengek lainnya.

Kalau tidak mampu melayani urusan birokrasi mahasiswa, kami-kami almuni bisa kok menggantikannya. Anggaplah mahasiswa itu seorang manusia yang memerlukan bantuan. Saling tolong Menolong itu baik. Kami tahu latar belakang pegawai di FKIP Untan Itu dan bagaimana bisa bekerja di situ.

Hidup seperti Roda. Bisa jadi mahasiswa yang dilayani dan di ajari, lebih tinggi kedudukannya dari pada orang yang dibutuhkannya saat menjadi mahasiswa. Bisa jadi mahasiswa itu nanti menjadi seorang Gubernur, atau bahkan Presiden, kalau Bupati sudah ada dari FKIP Untan seperti Bg Gidot Bupati Bengkayang.

Semoga ini terbaca oleh mereka dan proses pelayanan birokrasi di FKIP semakin Baik. Aaamin.

Salam Irwan Kurniawan, S.Pd FKIP P. Ekonomi 2007

FASILITAS FKIP TIDAK MEMADAI

Terimakasih kepada Mimbar Untan yang telah bersedia memuat tulisan saya.

Saya mahasiswa FKIP, menurut saya, sekarang FKIP sudah ada kemajuan yaitu dengan bertambahnya gedung baru. Namun lokal kelas FKIP masih kurang, Sehingga masih ada prodi atau mahasiswa FKIP yang kuliah di Untannet atau di MKU. Kemudian fasilitas di setiap kelas masih ada yang rusak. Seperti kipas angin dan infocus. Proses belajar menjadi agak terganggu. Kebersihan di FKIP juga belum terjaga dan tertata rapi. Kendala lain yaitu minimnya air bersih. Terkadang WC dan mushola tidak ada air.

Yosi Yuhastami mahasiswa FKIP 2011

RUANGANKU SEMPIT, DOSENKU MANA?

Sebelumnya saya ucapkan terima kasih kepada mimbar untan yang telah menyediakan rubrik surat pembaca untuk para mahasiswa yang ingin mengutarakan opininya mengenai masalah-masalah yang dialami di dalam dunia perkuliahan di Universitas Tanjungpura. Saya mahasiswa fisip yang sudah berada di semester delapan cukup merasa prihatin sekali dengan kondisi universitas tanjungpura saat ini. Begitu banyak hal-hal yang cukup memprihatinkan di sistem civitas akademika untan, salah satunya mengenai fasilitas dan tenaga pengajar di masing-masing fakultas, misalnya di fisip, karena saya mahasiswa fisip jadi sedikit banyak mengetahui keadaan disana. Hal baru yang cukup memprihatinkan saat ini ialah mengenai tenaga pengajar yang ada di Fisip yang sangat minim sekali. Hal ini kami rasakan pada saat kuliah, beberapa dosen mengatakan kepada kami mereka sangat kewalahan mengatur jadwal mengajar yang begitu banyak, sedangkan dosennya kurang. Ada seorang dosen yang membuat kesepakatan dengan kami untuk mengajar dua minggu sekali disebabkan memiliki jadawal mengajar yang bersamaan dan bentrok pada kelasa dan prodi yang berbeda.

Kurangnya tenaga pengajar atau dosen bukan permasalahan satu-satunya, fasilitas seperti ruangan kelas juga menjadi hambatan proses belajar, bagaimana tidak, dengan penambahan prodi baru otomatis akan memerlukan ruangan yang lebih juga, namun kenyataannya tidak, ruang kelas tidak pernah bertambah, alhasil satu kelas di isi oleh lebih dari enam puluh mahasiswa yang secara otomatis tidak akan membuat proses belajar berlangsung efektif, belum lagi perubahan waktu belajar yang awalnya masuk pagi menjadi siang hingga sore semakin mengurangi semangat belajar mahasiswa serta ruangan yang panas, dan jumlah kursi yang kurang semakin membuat permasalahan menjadi komplit. Saya mewakili mahasiswa fisip sangat mengharapkan kesadaran berbagai pihak untuk lebih mempertimbangkan kualitas pendidikan perguruan tinggi bukan kuantitasnya. Setidaknya jika ada program pertambahan prodi setiap tahunnya maka harus diimbangi dengan fasilitas yang layak. Jangan sampai hanya untuk mengejar nama baik sepihak mahasiswa menjadi korban tanpa menikmati kualitas yang baik.

Mahasiswa Fisip 2010

This article is from: