Koran Kampus UKDW Edisi Oktober 2025

Page 1


UKDW Yogyakarta

UKDW Yogyakarta @ukdwyogyakarta

Alamat Redaksi: Kantor Biro IV UKDW Gedung Hagios Lantai 1

Jl. dr. Wahidin Sudirohusodo 5-25, D I Yogyakarta

Koran Kampus UKDW korankampus@staff ukdw ac id

B E R I T A U T A M A

Dies Natalis ke-63 Duta Wacana

mengangkat tema “Inovasi, Kolaborasi, Transformasi”, yang menjadi pilar pengembangan civitas academica. Perayaan tahun ini menghadirkan rangkaian kegiatan, antara lain UKDW Sadar Sampah, Pameran Potret Budaya, Diseminasi Doktor, Talkshow Mental Health, Family Gathering & Fun Run, Mitra Gathering, serta Ibadah & Upacara Puncak Dies Natalis.

Ibadah syukur Dies Natalis digelar di Auditorium Koinonia UKDW pada Jumat, 31 Oktober 2025, dengan nuansa Melayu sebagai penghargaan terhadap kekayaan budaya lokal dari salah satu sinode pendukung UKDW, yaitu Sinode Gereja Kristen di Sumatera bagian Selatan (GKSBS) Firman disampaikan oleh Pdt. Dono Wahyono, S.Si., M.A., Ketua Majelis Pimpinan Sinode (MPS) GKSBS. Dalam khotbahnya, Pdt. Dono mengangkat kisah orang lumpuh dan sahabatnya dalam Markus 2:1-5 Kisah ini menyoroti kebersamaan, tanggung jawab, dan kasih yang mendalam Saat menghadapi kerumunan yang menghalangi, para sahabat itu mengambil risiko demi kesembuhan, menunjukkan tekad dan iman yang besar. Yesus merespons dengan positif, mengakui iman yang diwujudkan melalui tindakan nyata, keberanian, dan ketekunan.

Berkomunikasi dengan Hati Mencipta Harmoni

UKDW Merayakan Dies Natalis: Inovasi, Kolaborasi, dan Transformasi untuk Masa Depan

Kehadiran kerumunan yang menghalangi jalan menjadi pengingat bahwa transformasi diperlukan agar manusia tidak egois, melainkan memberi diri untuk kebaikan bersama Kolaborasi memungkinkan kita mengangkat yang lemah, mengatasi hambatan, dan mewujudkan tujuan bersama. Dari sini, dukungan dan inovasi lahir ketika kita bergerak bersama, membuka jalan baru, dan membawa perubahan positif.

“Setiap langkah kecil yang kita lakukan dengan keberanian, kasih, dan kerja sama dapat menjadi berkat bagi kehidupan orang lain. Selamat berinovasi, berkolaborasi, dan bertransformasi!”

Dalam laporannya, Ketua Panitia Dies Natalis ke-63 Duta Wacana, dr Ida Ayu Triastuti, MHPE, menekankan bahwa rangkaian kegiatan menyoroti kesehatan yang komprehensif, mencakup lingkungan, mental, dan fisik, melalui pendekatan inovatif dan kolaboratif Civitas diajak menjaga kesehatan lingkungan melalui sosialisasi UKDW Sadar Sampah dan belajar memilah sampah dengan tepat Untuk kesehatan mental, UKDW bekerja sama dengan Our Daily Bread Ministries (ODBM), memberikan penguatan resiliensi mental. Sementara itu, kesehatan fisik dijaga melalui fun run yang melibatkan civitas dan masyarakat umum.

Selain itu, terdapat kegiatan Ruang Riung,

pameran seni yang menyoroti pentingnya desain inklusif sebagai jembatan antara keberagaman kemampuan manusia dan ruang hidup yang berkeadilan.

Menutup laporannya, dr. Ida menegaskan, “Inovasi mengajarkan kita berpikir kreatif, Kolaborasi menanamkan nilai kebersamaan, dan Transformasi membawa kita pada perubahan nyata.”

Hadir dalam acara tersebut Drs Kadri Renggono, M.Si, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah Kota Yogyakarta, yang membacakan sambutan dari Wali Kota Yogyakarta. UKDW diharapkan memiliki sinergi berkelanjutan dengan Pemerintah Kota Yogyakarta untuk menumbuhkan dan menjadikan Yogyakarta sebagai kota yang sehat, cerdas, sejahtera, dan berbudaya.

Dalam Orasi Ilmiah, I Made Andi Arsana, S.T., M.E., Ph.D., menekankan pentingnya kolaborasi antara manusia, sains, dan cinta untuk menghadapi tantangan zaman Ia menyoroti peran kecerdasan buatan (AI) sebagai alat untuk mendorong kemajuan, bukan kemalasan, serta menegaskan bahwa masalah kompleks di Indonesia membutuhkan pendekatan multidisiplin, interdisiplin, dan transdisiplin Kolaborasi transdisiplin memungkinkan ilmu pengetahuan peduli terhadap isu sosial dan humaniora, mem-

persempit sekat antar disiplin, dan membuka jalan bagi solusi nyata.

Andi Arsana menambahkan, “Saya merasa suasana tadi sangat positif. Hal ini membuat saya menyampaikan pemikiran saya dengan nyaman ” UKDW, menurutnya, menjadi wadah inovasi, kolaborasi, dan pengembangan masyarakat melalui nilai Pancasila, semangat ekumenis, dan visi membangun bangsa yang berkelanjutan Orasi ini menegaskan bahwa cinta dan sains harus berjalan berdampingan, saling menguatkan untuk menghasilkan inovasi yang berdampak bagi masyarakat, bangsa, dan dunia.

D a l a m k e s e m p a t a n i t u , D r - I n g

Wiyatiningsih, S T M T , Rektor UKDW, menyampaikan perkembangan universitas, mencakup fasilitas, capaian dosen dan mahasiswa, internasionalisasi, hilirisasi penelitian, profil lulusan, program beasiswa, serta kemitraan yang terjalin Dr -Ing Wiyatiningsih juga memaparkan progress pengembangan Kampus 2 dan rumah sakit pendidikan di Sedayu yang menjadi bagian dari visi pengembangan UKDW ke depan. Acara ini juga diwarnai penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Global Learning Lab International, terkait penyelenggaraan program leadership untuk peningkatan kapasitas sumber daya manusia. [mpk]

11
Taat Membuka Jalan Favo
Doc. Panitia
Doc. Panitia
Doc. Panitia
Doc. Panitia Doc. Panitia
Menempa Diri untuk Karier: Kisah Jelita Br Sitanggang dari Kampus menuju HR Development
RUMI DAY 2025 UKDW: Menyelami Keheningan Lintas Iman, Merajut Makna dari Puisi hingga Taizé

2 Profil Bulan Ini

Ketika memasuki ruang kerja barunya

di sebuah perusahaan properti dan real estate di Pemalang, Jelita Br Sitanggang merasakan campuran antusiasme dan tanggung jawab besar. Sebagai lulusan Program Studi Manajemen konsentrasi Manajemen Sumber Daya Manusia UKDW Yogyakarta yang baru saja diwisuda pada 2 Agustus 2025, ia tahu bahwa dunia profesional menuntut lebih dari sekadar nilai akademik.

Namun Jelita datang tidak dengan tangan kosong Ia membawa sesuatu yang membentuk kepercayaan dirinya sejak awal yaitu pengalaman organisasi yang kelak menjadi jembatan menuju karier HR Development yang kini ia geluti.

Keahlian yang dibutuhkan di dunia HR, mulai dari memimpin tim, mengelola waktu, hingga membangun komunikasi efektif, bukanlah sesuatu yang ia pelajari hanya dari teori kelas. Justru, kemampuan itu tumbuh dari pengalaman langsungnya selama aktif berorganisasi di kampus.

Pengalaman pertama yang mengubah cara pandangnya mengenai kepemimpinan datang pada 2022, ketika ia terpilih sebagai Mahasiswa Pendamping Pengenalan Bisnis (MAPEN PBIS). Di sana, ia memimpin satu kelompok mahasiswa baru dalam rangkaian kegiatan yang menuntut koordinasi intensif, mulai dari survei UMKM hingga kegiatan lapangan selama dua hari.

Tantangan itu membuat Jelita belajar cepat. Ia bukan hanya bertanggung jawab mengarahkan tim, tetapi juga memastikan semua berjalan efektif, mulai dari membagi tugas hingga mempresentasikan hasil survei. Kelompoknya meraih peringkat pertama dalam presentasi UMKM, sebuah pencapaian y a n g m e n e g u h k a n k e m a m p u a n k epemimpinannya.

“Di situ saya pertama kali sadar bahwa saya mampu memimpin dan bekerja dengan berbagai karakter,” ujarnya. Keterampilan itu menjadi modal awal yang langsung relevan ketika ia terjun ke dunia HRD.

Mengasah Kompetensi Profesional Pada 2023, Jelita memperluas perannya melalui berbagai organisasi seperti Unit Kegiatan Kebudayaan (UKKb) Ikatan

Mahasiswa Batak Duta Wacana (IMBADA), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Bisnis, hingga Kelompok Studi Manajemen

Sumber Daya Manusia (KS MSDM). Setiap organisasi memberikan pengalaman berbeda, tetapi semuanya bermuara pada penguatan kemampuan profesionalnya.

Di UKKb IMBADA, ia mengasah ketelitian melalui administrasi. Di BEM, ia melatih

m

Sementara di Kelompok Studi MSDM, yang ia pimpin selama dua periode, Jelita belajar menyusun strategi, memimpin program pengembangan anggota, serta mengevaluasi kinerja tim.

Dalam kelompok studi inilah ia merasakan peran yang paling dekat dengan dunia HR yaitu merancang program, mengelola dinamika tim, dan memastikan setiap anggota mendapatkan ruang untuk berkembang.

“Peran sebagai ketua kelompok studi benarbenar melatih saya melihat orang sebagai individu dengan potensi Ini sangat membantu saat saya bekerja di HR,” tuturnya.

Saat Pengalaman Menentukan Peluang

Ketika memasuki proses rekrutmen sebagai fresh graduate, Jelita dihadapkan pada pertanyaan yang sangat umum: pengalaman apa yang paling berharga?

Ia tersenyum ketika mengenang momen itu. “Hampir semua yang saya sampaikan di wawancara adalah pengalaman organisasi Dari organisasi, saya belajar bagaimana mengatur tim, mengelola konflik, mengambil keputusan, dan menyelesaikan pekerjaan tepat waktu Itu yang dicari perusahaan,” katanya.

Pengalamannya memimpin, berkoordinasi lintas divisi, menyusun kegiatan, hingga mengelola administrasi menjadi bukti nyata bahwa ia sudah terbiasa bekerja dalam struktur profesional, bahkan sebelum resmi masuk dunia kerja.

Hal inilah yang menurutnya menjadi alasan kuat mengapa perusahaan memberikan kepercayaan kepadanya untuk menempati posisi di HR Development.

Fondasi Karier yang Dibangun Sejak Bangku Kuliah

Kini, ketika sudah memasuki dunia kerja, Jelita merasakan bahwa pengalaman

organisasinya bukan hanya membantu pada tahap rekrutmen, tetapi juga mempengaruhi cara ia bekerja setiap hari. Mulai dari memahami dinamika hubungan antarindividu, memimpin rapat kecil, mengelola pengembangan karyawan, hingga menyusun dokumentasi HR, semua terasa familiar baginya. “Banyak hal yang saya lakukan di kantor ternyata sudah pernah saya alami di organisasi,” jelasnya. Pengalaman tersebut membuat transisi dari kampus ke dunia profesional menjadi lebih mulus. Ia tidak lagi asing dengan tekanan pekerjaan, tenggat waktu, ataupun koordinasi lintas unit.

Pesan untuk Mahasiswa: Karier Dimulai dari Sekarang

Bagi Jelita, perjalanan karier tidak dimulai saat seseorang menerima kontrak kerja pertama. Karier dimulai jauh lebih awal yakni

di kampus, di ruang organisasi, di rapat kecil yang sering dianggap remeh, hingga di proyek-proyek mahasiswa yang sekilas tampak sederhana.

Karena itu, ia mendorong mahasiswa untuk tidak takut berorganisasi. “Organisasi bukan penghambat kuliah Justru di sana kita belajar banyak hal yang tidak diajarkan di kelas,” tegasnya Keseimbangan antara akademik dan organisasi, menurutnya, adalah kunci agar mahasiswa lulus tepat waktu sekaligus memiliki kompetensi yang dicari dunia kerja.

Kisah Jelita menjadi bukti bahwa pengalaman organisasi dapat menjadi fondasi yang kuat untuk memasuki dunia professional, bahkan bisa menjadi faktor pembeda di tengah persaingan karier yang semakin ketat. (Jelita Br Sitanggang S.M., Alumni Fakultas Bisnis, Program Studi Manajemen, tahun lulus 2025)

PENANGGUNG JAWAB : Pdt. Wahju Satria Wibowo, Ph.D.

PIMPINAN REDAKSI : Dr. Phil. Lucia Dwi Krisnawati, S.S., M.A. Dr. Paulus Widiatmoko, M.A.

WAKIL PIMPINAN REDAKSI : Anna Iritasari.

Dari Organisasi ke Dunia Kerja
Doc. Pribadi

Universitaria

UKDW dan Pemkab Sleman Perkuat Sinergi Melalui Program “Sleman Pintar”

Universitas Kristen Duta Wacana

(UKDW) Yogyakarta menandatangani Nota Kesepahaman dengan Pemerintah Kabupaten Sleman dalam program Sleman Pintar yang bertujuan memperluas akses pendidikan tinggi bagi masyarakat Sleman. Penandatanganan kerja sama ini dilaksanakan pada Rabu, 22 Oktober 2025, bertempat di Pendopo Rumah Dinas Bupati Sleman, dan dihadiri oleh pimpinan berbagai perguruan tinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Bupati Sleman, H. Harda Kiswaya, S.E., M Si , menyampaikan bahwa kerja sama antara pemerintah daerah dan perguruan tinggi merupakan langkah strategis dalam membangun sumber daya manusia yang unggul dan daerah yang berdaya saing “Kesepakatan ini bukan sekadar formalitas, tetapi wujud nyata sinergi untuk membangun Sleman melalui ilmu pengetahuan dan

inovasi,” ujarnya.

Melalui program Sleman Pintar, Pemkab Sleman berupaya membuka kesempatan bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu agar

dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi Bupati menegaskan pentingnya pelaksanaan beasiswa secara tepat sasaran, transparan, dan adil, sehingga manfaatnya

benar-benar dirasakan oleh masyarakat yang membutuhkan.

Rektor UKDW, Dr -Ing Wiyatiningsih, S.T., M.T., menyambut baik kerja sama ini dan menyatakan komitmen UKDW untuk mendukung program Sleman Pintar melalui penyediaan beasiswa dampingan, pendampingan akademik, pengembangan soft skills, dan pembinaan karier bagi mahasiswa penerima beasiswa “UKDW berkomitmen hadir bukan hanya sebagai penyelenggara pendidikan, tetapi juga mitra strategis pemerintah daerah dalam membangun manusia yang berintegritas, tangguh, dan berdampak bagi masyarakat,” ungkapnya.

Kerja sama ini diharapkan menjadi langkah awal menuju sinergi berkelanjutan antara Pemkab Sleman dan UKDW dalam bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. [lia]

UKDW Tuan Rumah Konas PRB & MAPI, Fokus pada Keadilan Iklim & Pengurangan Risiko Bencana

Seruan bagi gereja-gereja untuk terlibat

aktif dalam merespons krisis iklim dan bencana mengemuka dalam Ibadah Pembukaan Konsultasi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dan Mitigasi Adaptasi Perubahan Iklim (MAPI) yang berlangsung di Gereja Kristen Jawa (GKJ) Gondokusuman, pada Rabu, 15 Oktober 2025.

Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Pdt. Darwin Darmawan, melalui pemukulan gong sebagai tanda dimulainya pertemuan nasional. Mengusung tema “Meneguhkan Kemandirian Oikumenis untuk Keadilan Iklim dan Pengurangan Risiko Bencana”, acara ini menghimpun sekitar 200 peserta dari berbagai sinode gereja, lembaga kemanusiaan, perguruan tinggi, serta mitra ekumenis nasional dan internasional.

Sebagai tuan rumah, Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) memainkan peran strategis dalam menghubungkan dunia akademik dengan gerakan keumatan yang peduli terhadap krisis iklim dan kebencanaan. Melalui Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), Dr. Freddy Marihot Rotua Nainggolan, UKDW menegaskan pentingnya forum ini sebagai ruang berbagi kearifan lokal dan pengalaman komunitas dalam menghadapi ancaman

bencana.

“Di sinilah kesempatan kita untuk berbagi dan menyampaikan pengalaman lokal. Setiap daerah memiliki cara unik untuk bertahan dalam situasi sulit, dan dari sinilah kita bisa saling belajar dan memperkaya pendekatan dalam mitigasi bencana dan perubahan iklim,” ungkapnya.

Keterlibatan UKDW mencerminkan komitmen dunia pendidikan dalam mendukung kerja-kerja kemanusiaan dan keadilan ekologis. Kolaborasi antara universitas dan gereja dinilai sebagai langkah penting untuk memperkuat kapasitas lokal, menghasilkan riset yang kontekstual, serta membangun advokasi publik yang berdampak.

Tema Konsultasi Nasional ini sejalan dengan salah satu fokus akademik UKDW, khususnya dalam bidang kebencanaan Program Studi Magister Arsitektur UKDW, misalnya, telah merancang kurikulumnya agar lulusannya memiliki kompetensi dalam manajemen risiko bencana, baik di bidang arsitektur maupun dalam kajian lintas disiplin lainnya.

Selain itu, UKDW juga memiliki Centre for Disaster Risk Management and Sustainable Development (CDRMSD), sebuah pusat studi yang bertujuan membangun laboratorium kolaboratif untuk menghasilkan riset dan solusi nyata atas berbagai tantangan

kebencanaan dan pembangunan berkelanjutan. Pusat studi ini menggunakan pendekatan multidisipliner yang kontekstual dan terkini dalam menjalankan misinya. Dalam sambutannya, Pdt Darwin Darmawan menggarisbawahi bahwa gereja perlu menjadi ruang mendengar bagi umat yang terpinggirkan, sekaligus menjadi agen perubahan dalam mewujudkan keadilan dan kepedulian terhadap ciptaan Ia berharap hasil dari Konsultasi Nasional ini tidak berhenti pada tataran wacana, tetapi berkembang menjadi “living theology”, teologi yang hidup dan bertumbuh dari pengalaman nyata umat “Kita ingin gereja sungguh berjalan bersama Tuhan dan masyarakat Indonesia untuk menghadirkan kedamaian, keadilan, dan keutuhan ciptaan,” tegasnya. Kepala Biro PRB PGI, Pdt Shuresj Tomaluweng, menambahkan bahwa kemandirian oikumenis bukan berarti gereja berjalan sendiri, melainkan membangun daya dan solidaritas dari dalam tubuh Kristus yang majemuk. Hal senada juga disampaikan oleh perwakilan Mission21, Pdt Ratna Lesawengen, yang menekankan pentingnya kemandirian gereja dan lembaga mitra dalam menghadapi realitas bencana yang makin nyata.

Suara masyarakat terdampak juga mendapat ruang dalam forum ini. Salah satunya

disampaikan oleh Bapak Aris Parjiyo dari Kelompok Tani Kerjo Sembono, yang membagikan refleksi atas pengalamannya selama lebih dari empat dekade menghadapi dampak perubahan iklim terhadap hasil pertanian. Ia menyambut baik keterlibatan gereja dan lembaga pendidikan seperti UKDW dalam membangun kerja sama yang nyata untuk mendukung ketahanan petani dan masyarakat akar rumput.

Konsultasi Nasional ini juga diisi dengan talkshow dan diskusi paralel yang membahas berbagai topik strategis seperti teologi diakonia ekumenis, kolaborasi gereja dunia akademik, serta model advokasi keadilan iklim yang inklusif dan adil gender PGI berharap hasil pertemuan ini tidak berhenti pada dokumen, melainkan menjadi komitmen bersama untuk membangun jejaring solidaritas dan budaya siaga bencana di tingkat jemaat.

Kegiatan yang berlangsung pada 15–17 Oktober 2025 ini terselenggara atas kerja sama PGI dengan UKDW, JAKOMKRIS, dan berbagai lembaga mitra seperti Sinode GKJ, ADRA Indonesia, Obor Berkat Indonesia (OBI), Pelkesi, YEU, YCWS, Wahana Visi Indonesia, Rebana Indonesia, Act Alliance, serta mitra internasional seperti UEM, Kerk in Actie, dan Mission 21. [mpk]

Doc. Panitia
Doc. Panitia
Doc. Panitia
Doc. Panitia
Doc. Pribadi

Universitaria 4 Universitaria

Mitra Gathering UKDW: Bergerak Bersama Menuju Pendidikan Kristiani yang Berdampak

Universitas Kristen Duta Wacana

(UKDW) Yogyakarta menyelenggarakan Mitra Gathering 2025 bertema “Bergerak Bersama Menuju Pendidikan Kristiani yang Berdampak”, pada Jumat (24/10) di Malioboro Ballroom, Hotel New Saphir Yogyakarta Kegiatan ini menjadi momentum penting bagi UKDW untuk memperkuat jejaring dan kolaborasi dengan mitra pendidikan, gereja, serta lembaga pemberi beasiswa.

Rektor UKDW Dr.-Ing. Wiyatiningsih, S.T., M T dalam sambutannya menyampaikan rasa syukur atas dukungan para mitra yang selama ini turut berkontribusi dalam perjalanan UKDW. Dalam rangka Dies Natalis ke-63, UKDW menegaskan komitmennya untuk terus berkolaborasi dalam mewujudkan pendidikan yang relevan dan berdampak bagi masyarakat.

“Kami tidak bisa berjalan sendiri Duta Wacana berdiri dan berkembang karena kerja sama para mitra. Jika ada yang dibutuhkan, silakan berkomunikasi. Kami sangat terbuka untuk bergerak bersama,” ujar Rektor.

Ia menambahkan bahwa tema kegiatan sejalan dengan arah kebijakan pemerintah untuk menghadirkan perguruan tinggi yang berdampak. “Kami berharap mendapat wawasan dan masukan untuk menyelenggarakan pendidikan yang lebih aktual dan menjawab tantangan zaman,” tambahnya.

Sesi pertama menghadirkan Wulanningrum, M.Pd. dari Majelis Pendidikan Kristen di

Indonesia (MPK) sebagai narasumber, dengan Assoc. Prof. Dr. Dermawan Waruwu, S.Th., M.Si. (Dosen Fakultas Kependidikan dan Humaniora UKDW) sebagai moderator. Wulanningrum menegaskan bahwa pendidikan Kristiani berpusat pada Allah dan berorientasi pada pemulihan gambar dan rupa Allah dalam diri manusia. Pendidikan yang berdampak adalah pendidikan yang melahirkan transformasi hati dan hidup sebagai murid Kristus.

“Pendidikan Kristen bukan hanya tentang transfer ilmu, tetapi integrasi iman dan pembelajaran. Ketika anak-anak mengalami perjumpaan dengan Allah, di sanalah perubahan sejati terjadi,” jelasnya.

Ia juga menyoroti tantangan pendidikan di era digital serta pentingnya kolaborasi antara sekolah, gereja, orang tua, dan masyarakat sebagai bentuk nyata koinonia dan missio Dei dalam memulihkan dunia melalui pendidikan.

Sesi kedua menghadirkan Dr. Parmonangan Manurung, S.T., M.T., IAI. (Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni, Informasi, dan Inovasi) dan Pdt. Wahju Satria Wibowo, Ph.D. (Wakil Rektor Bidang Pengembangan Kapasitas SDM, Promosi, dan Jejaring).

UKDW juga menyediakan berbagai jenis beasiswa sebagai bentuk komitmen UKDW untuk mengantarkan para mahasiswa menjadi lulusan yang berkualitas dan berdampak bagi orang banyak “Selain memberikan beasiswa, UKDW juga membekali mereka de-

ngan pendidikan karakter, pelatihan, dan menempatkan mereka di asrama,” ungkapnya. Dr. Parmonangan memaparkan berbagai capaian dan prestasi yang telah diraih oleh mahasiswa Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Prestasi tersebut tidak hanya di bidang akademik, tetapi juga di bidang nonakademik UKDW berhasil meraih peringkat unggul dalam Simkatmawa 2024, dan belum lama ini UKM Duta Voice memenangkan tiga medali emas dalam kompetisi paduan suara internasional.

Selain itu, UKDW juga menyediakan berbagai jenis beasiswa sebagai wujud komitmen universitas untuk mengantarkan mahasiswa menjadi lulusan yang berkualitas dan berdampak bagi masyarakat luas. “Selain memberikan beasiswa, UKDW juga membekali mahasiswa dengan pendidikan karakter, pelatihan, serta menempatkan mereka di asrama,” ungkapnya.

Sementara itu, Pdt. Wahju menekankan pentingnya kemitraan untuk mendukung tridarma perguruan tinggi. “Kami tidak bisa hidup tanpa mitra Seperti kata Mother Teresa, I can do things you cannot, you can do things I cannot; together we can do great things. Bersama mitra, kita dapat melakukan hal-hal besar,” ujarnya.

Perwakilan Persatuan Wanita Kristen Indonesia (PWKI) DIY, Christiana Tri Wulan, S.Pd., mengungkapkan bahwa PWKI telah lama menjalin kerja sama dengan UKDW, khususnya melalui Fakultas Bisnis, dalam

kegiatan pendampingan pengelolaan keuangan rumah tangga.

“Masih banyak bidang lain yang dapat dijajaki untuk kerja sama, terutama dalam bidang teknologi karena kami masih memiliki keterbatasan di area tersebut. Kami berharap UKDW dapat mendampingi kami dalam proses digitalisasi di lima cabang DPD PWKI DIY. Kami juga ingin mengetahui prosedur kerja sama yang perlu ditempuh,” ujarnya. Menanggapi permintaan dari DPD PWKI DIY terkait pendampingan digitalisasi bagi lima cabang organisasi, UKDW membuka peluang kerja sama melalui mekanisme MoU dengan Rektorat UKDW. Selain itu, UKDW juga membuka peluang kerjasama dalam bidang lain.

Dalam kesempatan ini, UKDW juga memberikan apresiasi kepada lima lembaga pemberi beasiswa, yaitu Compassion Indonesia, Bank BPD DIY, Sinode GKJ, Sinode GKJW, dan Sinode GKP, atas dukungan berkelanjutan bagi mahasiswa UKDW.

Acara ditutup dengan pembagian doorprize dan sesi ramah tamah yang mempererat hubungan antara UKDW dan para mitra Melalui kegiatan ini, UKDW menegaskan kembali komitmennya untuk bergerak bersama menghadirkan pendidikan Kristiani yang berdampak, membentuk generasi berkarakter, berintegritas, dan siap menjadi berkat bagi masyarakat. [mpk]

Kebersamaan di Candi Sojiwan, Penguatan Karakter

Penerima Beasiswa melalui Program Pendampingan 2025

Universitas Kristen Duta Wacana

(UKDW) menegaskan komitmennya dalam pengembangan karakter dan tanggung jawab akademik mahasiswa penerima beasiswa melalui penyelenggaraan Pendampingan Penerima Beasiswa 2025 pada Sabtu, 25 Oktober 2025. Program yang melibatkan mahasiswa dari berbagai skema beasiswa ini menjadi agenda penting universitas dalam memperkuat kualitas penerima bantuan pendidikan. Kegiatan yang berlangsung di Candi Sojiwan dan Resto Jangan Ndeso Sampaan tersebut dirancang untuk menghadirkan proses pembelajaran, refleksi, dan kebersamaan dalam semangat Duta Wacana.

Dalam pembukaan kegiatan di Candi Sojiwan, Wakil Rektor III UKDW, Dr Parmonangan Manurung, S T , M T , IAI , menyampaikan bahwa beasiswa bukan sekadar dukungan finansial, tetapi mandat untuk menjaga integritas, kinerja akademik, dan kontribusi sosial. “Beasiswa bukan hanya bentuk bantuan finansial, tetapi juga tanggung jawab untuk terus berkembang, berprestasi, dan berbagi kebaikan”, ujarnya. Pernyataan ini menjadi kerangka utama pendampingan yang menekankan pembinaan karakter, kedisiplinan, dan kesiapan mahasiswa sebagai agen perubahan.

Program pendampingan mencakup sejumlah sesi inti yang berfokus pada penguatan nilai, pengembangan relasi antar

penerima beasiswa, serta peningkatan kemampuan kerja sama dan kepemimpinan.

Sesi grounding atau pradaksina dipimpin oleh Pdt. Nani Minarni, S.Si., M.Hum., di pelataran Candi Sojiwan Peserta diajak berkeliling candi sambil merenungkan beban pribadi yang kemudian dilepaskan sebagai simbol pembaruan diri Kegiatan ini mendorong peserta untuk berpijak pada rasa syukur dan kesadaran spiritual dalam menjalani studi dan kehidupan sehari-hari.

Kegiatan berlanjut dengan sesi interaktif BINGO yang dibawakan oleh Jitendrio

Doc. Panitia

Wardhana, S.Psi., M.A. Melalui permainan ini, para peserta diajak saling mengenal satu sama lain dengan cara yang menyenangkan, menggali potensi diri, serta menumbuhkan rasa percaya diri dan empati. Sesi ini menjadi ruang untuk membangun koneksi antar penerima beasiswa sekaligus memperkuat rasa memiliki sebagai bagian dari keluarga besar UKDW.

Suasana semakin semarak melalui kegiatan team building yang mencakup permainan estafet kelereng dan estafet bola Peserta bekerja sama dalam kelompok untuk

menyelesaikan tantangan yang menuntut koordinasi dan sportivitas. Gelak tawa dan antusiasme peserta mencerminkan nilai kebersamaan yang terus tumbuh dalam komunitas UKDW.

Salah satu momentum penting kegiatan ini adalah penandatanganan simbolis SK Kontrak Beasiswa di Resto Jangan Ndeso Sampaan. Penandatanganan oleh perwakilan enam kategori beasiswa KIP-K, UKDW Scholarship, Talenta, LPDP, ADik, dan

komitmen bersama antara universitas dan mahasiswa dalam menjaga standar akademik dan etika selama masa studi.

Program ditutup dengan sesi refleksi terstruktur yang dipandu para fasilitator Melalui refleksi ini, mahasiswa menyampaikan capaian pemahaman dan komitmen baru terhadap tanggung jawab mereka sebagai penerima beasiswa. Banyak peserta menilai program ini memperkuat motivasi dan mendorong mereka untuk lebih aktif berkontribusi dalam komunitas kampus.

Dengan penyelenggaraan pendampingan ini, UKDW kembali menegaskan bahwa investasi beasiswa bukan hanya pemberian dukungan biaya pendidikan, tetapi juga dukungan secara emosional dan spiritual serta pembentukan karakter dan kesiapan generasi muda untuk menjawab tantangan akademik maupun sosial. [Vio]

Doc. Panitia
Doc. Panitia
Doc. Panitia
Doc. Panitia
Doc. Panitia
Doc. Panitia
Doc. Panitia

Universitaria

Mahasiswa UKDW Bangun Semangat Toleransi dan Dialog Lintas Iman di Era Digital

Lima mahasiswa Universitas Kristen

Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta mengambil peran aktif dalam Program Peningkatan Kapasitas Mahasiswa Lintas Iman untuk Dialog Antaragama dan GEDSI yang diselenggarakan oleh tujuh perguruan tinggi berbasis agama, yaitu UIN Sunan Kalijaga, UNU, UKDW, UMY, USD, Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Jawa Dwipa, dan Sekolah Tinggi Agama Buddha Syailendra. Sebagai tindak lanjut dari rangkaian workshop dan

atihan

lah berlangsung pada Mei–Juni 2025, perwakilan UKDW mengadakan Talkshow dan Pelatihan Dialog Lintas Iman pada 20 September 2025 di Ruang Seminar Harun, UKDW. Kegiatan ini menjadi wujud nyata komitmen lima mahasiswa UKDW yakni Yosafat Febby Aleno Yahya, Ahmad Mawaidi Kasim, Natasha Wahyuningsih, Theresia MM. M a n a l u , d a n R i z k i N u r j a n a h , y a n g sebelumnya telah mengikuti Workshop dan Pelatihan GEDSI (Gender Equality, Disability, and Social Inclusion). Mereka kini melanjutkan pembelajaran tersebut dengan mengimplementasikan nilai-nilai inklusivitas dan dialog lintas iman di lingkungan kampus. Melalui program ini, para mahasiswa berupaya menciptakan ruang aman bagi semua pihak untuk saling belajar, memahami perbedaan, serta menumbuhkan semangat toleransi, kesetaraan, dan perdamaian di

tengah keberagaman Pentingnya kegiatan perjumpaan dan berdialog antar iman di kalangan orang muda lahir atas keprihatinan terhadap meningkatnya fenomena intoleransi dan polarisasi sosial di tengah masyarakat yang majemuk. Merujuk data dari SETARA Institute mencatat adanya 260 peristiwa pelanggaran kebebasan beragama di tahun 2024, meningkat dari 217 kasus pada 2023. Situasi ini menunjukkan bahwa tantangan dalam menjaga kerukunan dan saling percaya masih sangat nyata. Di sisi lain, media sosial ya

memperkuat bias dan kesalahpahaman antar kelompok jika tidak digunakan secara kritis. Berangkat dari kenyataan tersebut, kegiatan ini dirancang sebagai ruang dialog dan pelatihan bagi mahasiswa lintas agama untuk memperkuat keterampilan berdialog secara damai, saling memahami perbedaan, dan membangun jejaring lintas iman di era digital.

narasumber, yaitu Vania Sharleen Setyono, M Si , Teol , yang membawakan topik “Dinamika Intoleransi dan Tantangan Sosial dalam Interaksi Lintas Agama di Indonesia”,

Userta oleh Romo Dr. Martinus Joko Lelono, Pr , M Hum dengan topik “Perspektif Teoritik tentang Peran Media Sosial dalam Membangun Relasi Lintas Iman.”

interaktif, diikuti peserta dari berbagai latar belakang agama, termasuk mahasiswa UKDW, Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma, Srikandi Lintas Iman, YIPC, dan komunitas Buddhis, yang bersama-sama mengeksplorasi pentingnya dialog lintas iman di tengah arus informasi digital Kegiatan ini dibagi menjadi tiga sesi utama, yakni Sesi 1: Getting to Know, Sesi 2: Siapa Kita dan Kawan Kita (Mengembangkan Dialog Lintas Agama Secara Digital), dan Sesi 3: Membuat Rencana Aksi dan Penutup (Memahami dan Mengadvokasi Rekan Sebaya tentang GEDSI).

Salah satu peserta, Jerianto Pulung, mahasiswa Studi Humanitas UKDW, membagikan pengalamannya, “Acaranya seru dan hangat! Pesertanya beragam, mulai dari mahasiswa, ibu-ibu, hingga dosen, jadi terasa seperti belajar lintas generasi sambil main games yang bikin akrab. Aku jadi paham kalau dialog lintas iman itu tentang saling memahami tanpa harus menyamakan keyakinan.” Kegiatan ini diharapkan dapat terus menumbuhkan relasi lintas iman yang sehat dan inklusif, serta memperkuat budaya damai di lingkungan kampus. [Yosafat Yahya]

2R: Ruang Riung Hadir di UKDW Merayakan Seni, Dialog, dan Kemanusiaan

niversitas Kristen Duta Wacana

(UKDW) Yogyakarta menjadi tuan rumah pameran dan talkshow 2R: Ruang Riung, forum seni dan dialog lintas budaya yang mengusung semangat keberagaman, perdamaian, serta kemanusiaan. Acara penutupan pameran berlangsung di Ruang Seminar Pdt. Dr. Harun Hadiwijono, Gedung Hagios UKDW, pada Jumat, 24 Oktober 2025.

Kegiatan Ruang Riung merupakan hasil kerja kolaboratif antara Indika Foundation, UKDW, Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta, dan KAICIID Fellowship Program Penyelenggaraan di UKDW melibatkan Pusat Studi dan Pengembangan Perdamaian (PSPP) serta Pusat Studi Disabilitas dan Desain Inklusif (PSDDI) di bawah koordinasi Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM UKDW) Kegiatan ini juga melibatkan kelompok perempuan pegiat perdamaian lintas iman yang tergabung dalam Srikandi Lintas Iman (SRILI).

Melalui kerja lintas disiplin ini, pusat-pusat studi menghadirkan pameran seni yang menyoroti pentingnya desain inklusif sebagai jembatan antara keberagaman kemampuan manusia dan ruang hidup yang berkeadilan. Pameran yang berlangsung sejak tanggal 19 Oktober 2025 menampilkan karya-karya yang mengedepankan aksesibilitas, partisipasi, dan empati, sekaligus mengusung nilai-nilai universal, kemanusiaan, dan religius Lukisan, foto, video, hingga puisi yang

dipamerkan merupakan karya pilihan dari para seniman, pegiat keberagaman, dan masyarakat dari berbagai wilayah di Pulau Jawa.

Talkshow bertajuk “Kanvas Jadi Ruang Dialog: Menggerakkan Rasa untuk Bumi dan Sesama” menghadirkan dua narasumber perempuan inspiratif yaitu Arahmaiani, seniman Indonesia yang dikenal melalui karya-karyanya yang kritis terhadap isu kemanusiaan dan lingkungan, serta Winta T. Satwikasanti, M Sc , Ph D , dosen Desain Produk UKDW.

Dalam paparannya, Arahmaiani mengajak peserta memandang seni tidak hanya sebagai medium estetika, melainkan juga sebagai ruang refleksi dan aksi dalam menjaga keseimbangan antara manusia, alam, dan spiritualitas. “Di Plateau Tibet, saya belajar bagaimana menjaga lingkungan bukan sekadar tanggung jawab sosial, tetapi bagian dari spiritualitas dan cara hidup yang harus dilestarikan demi masa depan,” ungkapnya.

Sementara itu, Winta menegaskan bahwa seni menjadi ruang reflektif bagi jiwa yang merdeka “Seni mengajarkan kita untuk melihat lebih dekat dan menghargai kehidupan dari sudut pandang yang berbeda. Jiwa yang merdeka adalah jiwa yang mau merunduk sejajar dengan semut, menyadari bahwa apel yang tampak diam ternyata bergerak, digerakkan oleh kebersamaan,” tuturnya.

Acara dipandu oleh Dr.-Ing. Sita Yuliastuti Amijaya, S.T., M.Eng., Ketua PSDDI UKDW, dan dihadiri peserta dari berbagai kalangan. Kehadiran interpreter bahasa isyarat menegaskan komitmen penyelenggara terhadap keberagaman dan aksesibilitas bagi semua.

Selain pameran dan talkshow, sebelumnya kegiatan Ruang Riung juga menghadirkan workshop “Craft Your Tea, Craft Your Story”, oleh tim SRILI yang mengajak peserta meracik teh sesuai suasana hati. Kegiatan ini menjadi sarana refleksi dan ekspresi diri

Salah satu peserta, Lani, mahasiswa Program Studi Humaniora UKDW, mengaku terinspirasi oleh kegiatan ini. “Talkshow hari ini sangat membuka wawasan saya tentang seni, perdamaian, dan keberagaman. Semoga kegiatan seperti ini terus berlanjut,” ujarnya. melalui medium keseharian yang sederhana namun bermakna.

Kegiatan kolaboratif antara Indika Foundation, perguruan tinggi, dan aktivis komunitas ini merupakan advokasi perdamaian lintas agama yang mencerminkan komitmen bersama untuk memperkuat ekosistem pendidikan tinggi yang berpihak pada inklusivitas, sekaligus memperluas dialog kreatif lintas iman, budaya, dan generasi. Ruang Riung diharapkan menjadi wadah berkelanjutan bagi seniman dan masyarakat untuk menyajikan serta menghayati kebersamaan melalui karya seni. [Yosafat Yahya]

Doc. Panitia
Doc. Panitia
Doc. Panitia
Doc. Panitia

Di balik setiap harmoni yang indah,

Universitaria

Pada kategori Mixed Choir, PSM Duta Voice membawakan lagu O Magnum Mysterium (komposisi Kevin A Memley) serta Fajar dan Senja (komposisi Ken Steven). Sementara pada kategori Folksong, mereka m

Sebagai bagian dari persiapan, PSM Duta Voice juga menggelar konser pra-kompetisi serta memberikan persembahan pujian di dua gereja sebagai latihan mental sekaligus permohonan doa restu.

PSM Duta Voice tampil dalam tiga kategori, yaitu Mixed Choir, Folksong, serta Pop and Jazz, dan berhasil meraih medali emas di ketiganya. Tim yang terdiri dari 34 penyanyi, satu konduktor, dan satu pianis ini berhasil mencuri perhatian dewan juri melalui penampilan vokal yang solid, ekspresif, dan penuh penghayatan.

(aransemen Poedji Soesila) dan Benggong (aransemen Ken Steven). Pada kategori Pop and Jazz, dua lagu yang dibawakan adalah Mencintaimu (aransemen Romadon Nur Huda) dan Crazy Little Thing Called Love (aransemen Kirby Shaw).

tersimpan kisah panjang penuh perjuangan Kisah ini pula yang dialami oleh Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Duta Voice, salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta, yang berhasil menorehkan prestasi gemilang pada ajang 5th International Bandung Choral Festival (IBCF) 2025. Kompetisi berskala internasional ini diselenggarakan oleh Bandung Choral Society pada 9–12 Oktober 2025 di Universitas Katolik Parahyangan, Bandung. Capaian ini merupakan hasil dari proses latihan panjang, intensif, dan penuh dedikasi. Selama masa persiapan, para anggota mengorbankan waktu istirahat dan liburan demi mencapai performa terbaik Mereka juga menghadapi berbagai tantangan, mulai dari menjaga stamina, menghafal enam lagu, hingga menyelaraskan ekspresi dan makna dari setiap lagu.

“Tidak perlu menjadi singa di atas panggung, cukup menjadi kucing anggora yang menarik perhatian para juri,” ujar Romadon Nur Huda, pelatih PSM Duta Voice. Ungkapan ini mencerminkan filosofi mereka yaitu tampil dengan kesederhanaan, namun tetap memikat dan penuh makna. PSM Duta Voice membuktikan kualitas mereka lewat raihan medali emas dalam salah satu ajang paduan suara paling bergengsi ini.

Mengusung slogan “Sing from your heart”, PSM Duta Voice membuktikan bahwa bernyanyi bukan sekadar keterampilan teknik, tetapi juga ungkapan jiwa dan hati. Melalui performa yang tulus dan penuh penghayatan, mereka menunjukkan kualitas

Tradisi Bertemu Inovasi:

Mengusung tema “Jejak Perak,

Inspirasi Futuristik: dari Tradisi ke Inovasi”, Kemantren Kotagede kembali menyelenggarakan Festival Perak yang ke-2 setelah sukses menyelenggarakan festival serupa di bulan Mei lalu. Festival yang mempertemukan Pengrajin Perak dengan berbagai pemangku kepentingan mulai dari akademisi, investor, hingga pamong praja ini diharapkan mampu untuk membangkitkan

serta melestarikan citra Kotagede sebagai sentra kerajinan perak.

Festival Perak #2 resmi dibuka pada Kamis, 23 Oktober 2025, oleh Mantri Pamong Praja Kemantren Kotagede, Komaru Maarif. Dalam sambutannya, Komaru menyampaikan lima langkah strategis untuk membangkitkan kejayaan kerajinan perak Kotagede. Langkah tersebut meliputi pengolahan basis data dan pembangunan sistem informasi produk perak, pembentukan paguyuban Pamukti Kriyo Mataram, pelatihan bagi generasi muda, revitalisasi desain produk, serta penyelenggaraan Festival Perak sebagai ajang promosi dan kolaborasi para pengrajin.

Peran aktif Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) dalam mendukung terlaksananya usaha ini ditunjukkan dengan kolaborasi dalam pengembangan ekatalog

pemasaran digital produk para pengrajin Ketua tim pengembang sekaligus dosen

Sistem Informasi UKDW, Yetli Oslan, me ny amp ai kan b ah w a e K a

diharapkan dapat meningkatkan visibilitas produk kriya logam di pasar lokal maupun global “Kami berharap eKatalog Teko Perakku mampu mendorong transformasi digital pelaku usaha kecil sekaligus menjadi wadah kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dan masyarakat,” ujarnya. Selain itu, dikembangkan juga sistem Augmented Reality (AR) yang memungkinkan konsumen mencoba produk perak secara virtual Kepala Program Studi Sistem Informasi UKDW, Halim Budi Santosa, menjelaskan bahwa eKatalog bertujuan untuk mendigitalisasi katalog produk kerajinan perak, sedangkan AR Virtual TryOn membantu pembeli memastikan kecocokan produk “Melalui dua aplikasi ini, kami berharap UKDW dapat berkontribusi dalam revitalisasi industri perak Kotagede,” ujarnya saat peluncuran dua aplikasi tersebut dalam

Perjalanan PSM Duta Voice tidak berhenti di sini. Prestasi ini menjadi batu loncatan sekaligus pemicu semangat untuk terus berlatih dan berkompetisi di ajang-ajang paduan suara bergengsi lainnya, baik di dalam maupun luar negeri. [nanda] yang mampu bersaing di tingkat internasional.

Tak berhenti disini, UKDW melalui Program Studi Desain Produk turut berkontribusi dalam berbagi pengetahuan dan teknik fotografi untuk meningkatkan daya tarik visual produk perak Kepala Prodi Desain Produk (Despro) UKDW, Winta T. Satwikasanti, menyampaikan bahwa dukungan Despro difokuskan pada regenerasi di kalangan pemuda. “Ke depan, akan digelar pelatihan design thinking, kreasi produk, dan kewirausahaan desain di sekolah-sekolah Kotagede. Revitalisasi harus dimulai sejak usia muda,” ujarnya saat pembukaan Festival Perak #2. Dengan peluncuran 2 aplikasi digital serta pelatihan peningkatan kapasitas pengrajin dalam fotografi produk, UKDW berperan aktif dalam upaya memulihkan kejayaan Kotagede sebagai sentra kerajinan perak Indonesia. [ldk]

Karya Mahasiswa UKDW Jadi Perhatian dalam Pameran Kriya Terbesar Asia Tenggara

Dua mahasiswa Desain Produk

Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta, Vanessa Alvenia Hartono dan Shania Agustine Kartika Dewi Abiel Utomo, memperkenalkan karya inovatif mereka dalam ajang INACRAFT October 2025 di Jakarta Convention Center (JCC) Pada kesempatan tersebut, produk rancangan keduanya mendapatkan tanda tangan langsung dari Menteri Usaha Kecil Menengah (UMKM) Republik Indonesia, Maman Abdurrahman, sebagai bentuk apresiasi terhadap kreativitas generasi muda. Produk inovatif yang dipamerkan merupakan luaran dari Mata Kuliah Praktik Desain Produk Industri (PDPI) Karya tersebut dikembangkan melalui program magang dan kerja sama dengan HomLiv, brand kitchenware dan tableware kayu lokal yang berfokus pada produk rumah tangga fungsional dan estetik. Lewat kolaborasi ini, para mahasiswa terlibat langsung dalam proses perancangan industri, mulai dari riset pengguna, eksplorasi bentuk, hingga produksi dan presentasi karya di INACRAFT 2025.

Momen penandatanganan terjadi pada 2 Oktober 2025, saat Menteri UMKM menghadiri pembukaan INACRAFT October Vol. 4. Pameran kriya terbesar di Asia Tenggara yang digelar oleh Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (ASEPHI) itu berlangsung pada 1–5 Oktober 2025 dan menjadi wadah penting bagi pelaku industri kreatif, pengrajin, serta desainer muda untuk menampilkan karya terbaik berbasis budaya

Indonesia.

International Handicraft Trade Fair (INACRAFT) dikenal sebagai pameran kerajinan tangan terbesar dan paling bergengsi di Indonesia dan Asia Tenggara. Setiap tahunnya, ribuan pengrajin, UMKM, dan desainer dari berbagai daerah memamerkan produk unggulan berbasis kearifan lokal, mulai dari tekstil, kulit, logam, hingga material daur ulang. Selain menjadi ajang promosi, INACRAFT juga berfungsi sebagai sarana edukasi dan kolaborasi antara UMKM, pemerintah, dan institusi pendidikan.

Dalam ajang tersebut, Vanessa dan Shania menampilkan produk hasil eksplorasi desain yang berfokus pada pengembangan budaya

Nusantara. Karya mereka mengangkat nilai lokal melalui pendekatan visual dan naratif yang modern, menghadirkan cara baru untuk memperkenalkan warisan budaya Indonesia kepada generasi muda Setiap detail dirancang untuk merepresentasikan kekayaan tradisi dengan sentuhan kontemporer yang relevan dengan gaya hidup masa kini. Pendekatan ini sejalan dengan semangat UKDW dalam menumbuhkan desainer muda yang kreatif, adaptif, dan berkomitmen menghidupkan kembali identitas budaya Indonesia melalui karya desain. Menurut Vanessa, apresiasi dari Menteri UMKM menjadi pengalaman berharga “Kesempatan memperkenalkan karya kami di

hadapan Bapak Menteri menjadi momen tak terlupakan Tanda tangan tersebut kami anggap sebagai bentuk penghargaan terhadap upaya kami mengangkat nilai budaya lokal melalui desain,” ujarnya.

Shania menambahkan bahwa keikutsertaan di INACRAFT membuka wawasan baru tentang potensi desain lokal di pasar nasional dan internasional “Kami melihat banyak pelaku UMKM yang berjuang dengan kreativitas tinggi. Hal itu memotivasi kami untuk terus berinovasi dan menjembatani dunia akademik dengan industri kreatif Indonesia,” katanya.

Partisipasi mahasiswa Desain Produk UKDW di INACRAFT 2025 menjadi bukti bahwa inovasi dan keberlanjutan dapat berjalan beriringan. Melalui karya mereka, Vanessa dan Shania tidak hanya menunjukkan kemampuan akademik, tetapi juga komitmen untuk berkontribusi pada pengembangan ekonomi kreatif nasional. Dengan capaian tersebut, UKDW memperkuat reputasinya sebagai kampus yang mendorong mahasiswanya berpikir kritis, berkarya nyata, dan siap bersaing di tingkat nasional Dukungan berbagai pihak, termasuk pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UMKM, menjadi sinyal positif bahwa kolaborasi antara dunia pendidikan dan industri kreatif akan terus berkembang demi masa depan desain Indonesia yang lebih berkelanjutan. [vah&sak]

Festival Perak #2.
Doc. Pribadi
Doc. Pribadi
Doc. Panitia

Prodi Desain Produk

Mahasiswa Desain Produk UKDW

Raih Dua Penghargaan di Ajang IIDSA 2025

Program Studi (Prodi) Desain Produk

Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) kembali menorehkan prestasi pada ajang Indonesia Industrial Design Student Award (IIDSA) ke-6 yang digelar pada 9–11 Oktober 2025 di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Bali.

Mengusung tema “Designing with Evidence, Innovating with Insight”, IIDSA menjadi ajang tahunan bergengsi berskala nasional yang mempertemukan mahasiswa Desain Produk dari berbagai perguruan tinggi d i I n d o n e s i a K o m p e t i s i y a n g diselenggarakan Forum Program Studi Desain Produk Indonesia (ADPII) ini bertujuan mendorong mahasiswa merancang solusi desain berbasis riset, empati, dan dampak sosial.

Tahun ini, sebanyak 27 program studi

Desain Produk berpartisipasi, masing-masing mengirimkan maksimal tiga karya terbaik untuk dikurasi oleh dewan juri nasional. Dari UKDW, dua karya dinyatakan lolos kurasi dan berhasil menjadi pemenang di kategori berbeda.

Karya pertama berjudul Light from Waste, hasil Tugas Akhir mahasiswa angkatan 2020, Hana Mulyana. Lampu hias ini dibuat dari limbah keramik yang diolah menjadi elemen dekoratif bernilai estetika sekaligus fungsional Karya tersebut menyoroti isu lingkungan serta potensi material sisa sebagai

sumber inovasi desain baru. Light from Waste berhasil meraih penghargaan terbaik dalam kategori “Craft-Based Design Solution.”

Karya kedua, Gelas Ukur Inklusif, dirancang oleh Vanessa Alvenia Hartono, Shania Agustine Kartika Dewi Abiel Utomo, dan Yehezkiel Robert Pratama, mahasiswa angkatan 2022. Produk ini merupakan luaran

Mata Kuliah Desain Produk Inklusif (semester 6). Gelas Ukur Inklusif dirancang agar semua pengguna, termasuk tunanetra, dapat mengukur air dengan mudah dan aman melalui sistem sederhana berbasis indera

peraba Karya ini memenangkan kategori “Design with Special Purpose.”

Menurut Winta Satwikasanti, dosen pembimbing sekaligus staf pengajar Desain Produk UKDW, capaian tersebut menjadi bukti bahwa mahasiswa UKDW memiliki potensi besar dalam menghadirkan solusi desain yang mengakar pada nilai kemanusiaan

mendorong mahasiswa melihat desain tidak hanya dari sisi estetika, tetapi juga fungsi sosial. Karya seperti Light from Waste dan Gelas Ukur Inklusif menunjukkan bahwa

desain mampu menjembatani kreativitas, empati, dan kebutuhan masyarakat,” ujar Winta.

Ia menambahkan bahwa keikutsertaan dalam kompetisi nasional seperti IIDSA membuka ruang bagi mahasiswa untuk memahami standar profesional dan memperluas jejaring di dunia desain “Kompetisi ini menjadi sarana pembelajaran penting. Mahasiswa belajar bagaimana ide mereka dikurasi secara objektif oleh para ahli, sekaligus memperkenalkan potensi Desain Produk UKDW di tingkat nasional,” katanya.

IIDSA 2025 menjadi wadah apresiasi, p

mahasiswa Desain Produk dari seluruh

menampilkan karya estetis, tetapi juga memperlihatkan bagaimana desain memberi dampak sosial, budaya, dan lingkungan.

Keberhasilan mahasiswa Desain Produk UKDW dalam kompetisi ini membuktikan bahwa generasi muda memiliki peran penting dalam menciptakan desain inklusif, inovatif, dan berorientasi pada nilai kemanusiaan Prestasi tersebut sekaligus menegaskan komitmen UKDW dalam mendukung pengembangan desainer muda yang kreatif dan peka terhadap tantangan serta kebutuhan masyarakat masa kini [VAH&SAK]

Mahasiswa Desain Produk UKDW Terapkan Project-Based Learning untuk Kembangkan Inovasi Produk Lokal

Program Studi Desain Produk, Fakultas

A

D

( F A D )

Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW), terus

m

m

untuk menghadirkan metode pembelajaran yang adaptif terhadap perkembangan teknologi sekaligus responsif terhadap nilai-nilai lokalitas. Salah satu implementasi konkret dari komitmen tersebut diwujudkan melalui kegiatan lapangan bertema Eksperimen Cor Aluminium, yang menjadi bagian dari penerapan pendekatan Project-Based Learning (PjBL) dalam mata kuliah Pemodelan Digital. Kegiatan ini dilaksanakan pada Semester Genap 2024/2025 di kawasan Sorosutan, Yogyakarta, sebagai upaya mengintegrasikan teknologi pemodelan digital dengan praktik produksi tradisional yang telah lama menjadi bagian dari industri lokal.

Dosen pengampu mata kuliah, Dan Daniel Pandapotan, S Ds , M Ds , menjelaskan bahwa penerapan metode PjBL dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang komprehensif bagi mahasiswa, meliputi keseluruhan rantai nilai desain, mulai dari proses konseptualisasi digital hingga realisasi fisik produk Menurutnya, pendekatan ini tidak hanya memperkuat kemampuan teknis mahasiswa, tetapi juga menumbuhkan empati dan pemahaman kontekstual terhadap aspek sosial, budaya, dan material yang melingkupi proses perancangan. “Mahasiswa perlu memahami bahwa desain tidak sekadar berkaitan dengan representasi visual di layar komputer, melainkan juga tentang bagaimana ide diwujudkan secara nyata dengan mempertimbangkan karakter material, teknik manufaktur, serta keterlibatan pelaku industri di sekitarnya,” ungkap Daniel.

Kegiatan ini menjadi ruang kolaboratif antara dunia akademik dan praktik industri, yang mempertemukan inovasi teknologi dengan kearifan lokal Melalui sinergi tersebut, mahasiswa berkesempatan untuk mengamati dan berpartisipasi secara langsung dalam proses manufaktur logam, sekaligus mempelajari potensi penerapan teknologi digital dalam industri tradisional. Fokus utama proyek ini adalah penggunaan hasil cetak 3D sebagai master cetakan dalam proses pengecoran aluminium gravitasi

Pendekatan ini bertujuan untuk menguji tingkat presisi, kompleksitas bentuk, dan kelayakan penerapan teknologi pemodelan digital pada proses produksi tradisional, serta memperkenalkan efisiensi dan peluang inovasi desain bagi pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) lokal.

Tim mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan ini terdiri atas Bryan, mahasiswa Desain Produk angkatan 2024, yang bertanggung jawab dalam perancangan model 3D dan pencetakan pola, serta Maura, mahasiswa Desain Produk angkatan 2022, yang berperan dalam dokumentasi visual dan produksi video kegiatan Pelaksanaan kegiatan diawali dengan survei lapangan di sentra pengecoran aluminium Sorosutan untuk mempelajari karakteristik proses produksi yang dilakukan para pengrajin Selanjutnya, mahasiswa melakukan tahap perancangan digital di Laboratorium Perancangan Produk dan mencetak pola fisik menggunakan teknologi 3D Print FDM, yang kemudian dibawa ke lokasi untuk dilakukan pengujian dan proses pengecoran. Setibanya di lokasi, mahasiswa turut berpartisipasi dalam setiap tahapan proses sand casting Pola hasil cetakan 3D ditempatkan di dalam cetakan kayu, kemudian dilapisi secara bergantian dengan pasir halus untuk membentuk rongga cetakan. Proses pemadatan dilakukan secara manual oleh pengrajin menggunakan tangan

dan kaki guna mencapai tingkat kepadatan yang merata Setelah cetakan terbentuk, dibuat saluran tuang dan ventilasi untuk mengalirkan aluminium cair ke dalam rongga. “Keberhasilan proses cetak sangat bergantung pada kepadatan pasir dan kebersihan pola dari sisa filamen. Jika pemadatan kurang optimal, pola bisa rusak dan hasil cor menjadi tidak sempurna,” ujar Budi, pengrajin di tempat cor aluminium.

Setelah tahap pemadatan selesai, cetakan dilapisi dengan air untuk memperkuat struktur pasir agar tidak runtuh ketika aluminium cair dituangkan. Hal ini dilakukan pada bagian yang memiliki sudut-sudut lancip. Proses pengecoran aluminium menjadi momen yang paling menarik bagi mahasiswa, karena mereka dapat menyaksikan langsung bagaimana aluminium cair mengalir dan membentuk objek sesuai rancangan digital. Melalui pengalaman tersebut, mahasiswa memahami secara nyata bahwa setiap keputusan desain digital memiliki implikasi langsung terhadap hasil fisik produk.

Bagi Maura, pengalaman dokumentasi dalam kegiatan ini memberikan wawasan mendalam tentang hubungan antara desain digital dan proses manufaktur nyata. “Selama proses dokumentasi, saya menyadari bahwa setiap detail kecil dalam model digital memiliki dampak besar terhadap hasil akhir. Kegiatan ini membuat kami lebih peka terhadap keterbatasan teknis dan tantangan

nyata dalam produksi,” ungkapnya Ia menambahkan bahwa keterlibatan dengan pengrajin lokal memberikan pemahaman baru tentang pentingnya menghargai ketelitian dan nilai kearifan lokal yang diwariskan secara turun-temurun.

Kegiatan ini menegaskan bahwa teknologi modern tidak seharusnya menggantikan metode tradisional, melainkan dapat bersinergi untuk menghasilkan inovasi yang lebih efisien, relevan, dan bermakna. Melalui interaksi langsung dengan para pengrajin Sorosutan, mahasiswa belajar bahwa proses desain tidak hanya berorientasi pada penciptaan bentuk, tetapi juga pada pembangunan relasi, penghormatan terhadap tradisi, serta pemahaman nilainilai lokalitas yang melekat dalam setiap karya.

menunjukkan efektivitas penerapan metode P r o j e c t - B a s e d L e a r n i n g d a l a m meningkatkan kreativitas, kemampuan pemecahan masalah (problem-solving), dan kepekaan sosial mahasiswa “Kegiatan ini tidak semata-mata berfokus pada hasil produk, tetapi juga pada pembentukan pola pikir mahasiswa agar lebih adaptif, kolaboratif, dan solutif Mereka belajar menghadapi tantangan riil yang tidak dapat sepenuhnya disimulasikan di ruang kelas,” jelasnya Ia juga menambahkan bahwa kegiatan serupa akan terus dikembangkan di masa mendatang dengan melibatkan berbagai material serta industri lokal lainnya.

Melalui kegiatan Eksperimen Cor Aluminium ini, mata kuliah Pemodelan D

menghubungkan teknologi digital dengan praktik produksi lokal Generasi Z, yang tumbuh dalam ekosistem digital, didorong

berinteraksi langsung dengan material serta proses fisik, sehingga kreativitas mereka terasah secara menyeluruh Dengan demikian, pendidikan desain di UKDW tidak hanya berfokus pada penciptaan inovasi, tetapi juga pada pembentukan karakter desainer yang berakar pada lokalitas dan memiliki kontribusi nyata terhadap pengembangan industri kreatif Indonesia [Maura Girlani]

doc.Pribadi
doc.Pribadi

Satu Hari Tiga Bukit: Batu dan Bata dalam Tradisi Membangun Lokal Jawa Pedalaman

Program Studi Arsitektur Universitas

Kristen Duta Wacana dalam Mata

K u l i a h A r s i t e k t u r N u s a n t a r a menyelenggarakan studi ekskursi pada hari Sabtu, 4 Oktober 2025 untuk belajar bahan dan sejarah lokal, yaitu batu dan bata dengan rute yang cukup panjang Dalam sehari, eksplorasi dilakukan dengan mendaki tiga bukit, yaitu Bukit Imagiri (Makam Raja-Raja Mataram di Pajimatan, Bantul), Bukit Girilaya (Makam Sunan Cirebon), serta Gunung Kelir (Makam Kangjeng Ratu Malang dan Ki Panjang Mas). Ketiga gunung atau bukit ini memberi tinggalan dalam rupa bahan batu dan bata yang pernah digunakan dalam menanggapi kondisi lingkungan lokal. Batu dan bata telah digunakan sebagai sarana mengabadikan kenangan pada orang-orang yang menentukan jalannya sejarah.

di ketiga situs arkeologis itu

Pojok Alumni

Ssebagai “laboratorium” untuk mempelajari arsitektur batu dan bata yang umumnya digunakan pada daerah yang dekat dengan aliran sungai dan jauh dari gunung berapi. Dalam studi ini batu dan bata yang dipelajari penggunaannya pada gerbang, tangga dan turap (dinding penahan tanah) Tempattempat itu mengalami jenis pembebanan yang berbeda sehingga hendak dipelajari bagaimana cara mengatur peletakan batu dan batanya.

Bata adalah bahan bangunan buatan. Ia harus mengalami proses pembuatan terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan bangunan Ia dibentuk dalam ukuran dan kekuatan yang kurang lebih konsisten

mengandaikan telah adanya organisasi produsen bata dan sudah ada keterampilan

pembuatnya juga pasti sudah hidup dalam tatanan yang tertib sehingga bisa dimaklumi bila yang membangun dengan menggunakan bata biasanya adalah institusi negara atau kerajaan.

Pengamatan mengenai batu bata diawali dari Kompleks Makam Raja-Raja Mataram di Pajimatan – Imagiri Di sini diidentifikasi perbedaan cara menata bata di tangga, turap, dan juga gerbang Berikutnya, di Girilaya dikenali berbagai susunan batu kapur sebagai pendahulu penggunaan bata pada Kompleks Makam Sunan Cirebon. Di sini didapat fakta bahwa batu kapur itu sudah mulai disiapkan dalam ukuran termodul. Cara menata batu kapur termodul itu belum seperti cara menata bata yang digunakan saat ini. Berbagai ukuran bata ditemukan juga di sana sebagai bahan bangunan susulan untuk memperbaiki kerusakan pada pembangunan sebelumnya.

Obyek terakhir adalah Makam Kangjeng Ratu Malang dan Ki Panjang Mas di Gunung Kelir. Pada kompleks makam di atas bukit ini material yang ditemukan dominan batu kapur. Ini adalah bahan lokal yang mudah ditemukan dan ditata laiknya pemasangan batu andesit di bangunan percandian yang menjadi pendahulunya.

Dengan demikian, dalam studi ekskursi ini batu kapur dan bata yang semula hanya dibicarakan secara teknis saja, kini bisa dipahami secara lebih utuh berkat tinjauan historisnya. Dengan cara memandang yang demikian, maka pengetahuan membangun lokal yang didasarkan pada bahan yang mudah ditemui di tempat itu disadari untuk harus selalu diperbaiki, dimajukan. Tidak cukup hanya dipuja, atau dilanggengkan secara konservatif nostalgis. [MHT – LO]

Merajut Jalan dengan Tekad: Perjalanan Safera Pua dalam Dunia Pendidikan

etiap orang memiliki jalan hidup yang

unik, termasuk Safera Pua, alumnus Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) yang kisah perjuangannya layak menjadi inspirasi Usai menamatkan pendidikan menengah atas, Safera belum memiliki arah yang pasti. Masa depan terasa samar dan semangat melanjutkan studi pun nyaris padam Namun, dorongan keluarga membuatnya memilih jurusan Pendidikan Bahasa Inggris karena prospek kerja yang luas dan rekomendasi orang tua agar ia tidak menunda kuliah.

Perjalanannya tidak selalu mulus Baru satu tahun berkuliah, keluarganya mengalami kendala ekonomi Mendengar sang ibu kesulitan membayar biaya kuliah, Safera merasa terpanggil mengambil keputusan besar dengan pindah ke UKDW atas saran kerabat dengan harapan memperoleh beasiswa Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIPK).

K I P - K m e r u p a k a n b a n t u a n b i a y a pendidikan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dengan UKDW, bagi lulusan

SMA/sederajat yang memiliki potensi akademik baik, tetapi keterbatasan ekonomi. Kesempatan itu akhirnya datang. Dengan tekad kuat, ia tetap memilih Prodi Pendidikan Bahasa Inggris meski tersedia peluang berpindah jurusan Keberadaan beasiswa membuatnya semakin disiplin menata tujuan dan berupaya menjadi versi terbaik dari dirinya.

Selama menempuh studi, Safera banyak terinspirasi oleh para dosen UKDW yang menanamkan nilai “duta wacana ” supaya dirinya menjadi lulusan yang berintegritas, berkomitmen, dan profesional. Menurutnya, para dosen tidak hanya cerdas, tetapi juga berdedikasi dengan hadir tepat waktu, menyajikan pembelajaran menarik, dan selalu berusaha memberikan yang terbaik. Dari lingkungan inilah tumbuh cita-cita Safera untuk menjadi pendidik yang hebat.

Tidak hanya aktif di kelas, Safera terlibat dalam berbagai organisasi Ia mengikuti Himpunan Mahasiswa PBI dan menjadi mahasiswa pendamping dalam Program

Pelatihan Kepemimpinan dan Manajemen Mahasiswa (P2KMM) Pengalaman itu

memberinya kesempatan mengelola kelas, berdiskusi, hingga menghadapi beragam karakter. Ia juga berpartisipasi dalam BKP-PD d a n K a m p u s M e n g a j a r y a n g mempertemukannya dengan masyarakat desa wisata dan sekolah dasar Dari programprogram tersebut, ia belajar menyusun kegiatan kreatif, bekerja sama dengan banyak p i h a k , d a n t e r u s m e n g e m b a n g k a n kemampuan diri.

Kerja kerasnya membuahkan hasil. Pada Agustus 2025, Safera Pua lulus tepat waktu dengan predikat cumlaude, bahkan menjadi salah satu mahasiswa tercepat menyelesaikan t u g a s a k h i r d i a n g k a t a n n y a L e b i h membanggakan lagi, ia telah diterima bekerja sebelum wisuda. Hal ini membuktikan bahwa prediksi orang tuanya mengenai prospek karir untuk lulusan Pendidikan Bahasa Inggris memang tepat.

Kini, Safera berharap setiap orang berkesempatan merasakan pendidikan yang mudah diakses, menyenangkan, dan bermakna, sesuai impian masing-masing.

Kegiatan
doc.Pribadi
doc.Pribadi
Safera Pua Yuniarti, S.Pd. Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Kependidikan dan Humaniora

Prodi Pendidikan Bahasa Inggris

The Effects of Extensive Reading on EFL Students: Reading Comprehension,

Vocabulary Learning, and Improved Writing Performance

Extensive reading, or large-scale

reading, has been traditionally recognized as the most effective approach to second and foreign language acquisition. Large-scale reading is the reading of a considerable number of texts compared to what is known as intensive reading, which is typically slower in pace and coverage of limited texts and usually accompanied by translation practices. Extensive reading is a recreational activity undertaken by the learners themselves. Since it's an individual activity, several studies have been carried out to observe the precise nature and its function in learning and to try to find the ways that can stimulate the learners to undertake such activity.

First, extensive reading significantly affects students’ reading comprehension. Moreover, extensive reading strategies raise students interest in comprehending the texts. Reading comprehension is very critical to learners, and good methods must be adopted to improve it. The use of extensive reading methods has proven to enhance interest, comprehension, and reading knowledge among learners Despite the fact that there were no significant treatment-control differences in certain cases, l o n g e r a n d r i c h e r a c

i t i e s l e d t o improvement in reading comprehension and

reading attitudes.

Beyond reading comprehension, extensive reading profoundly affects EFL learners' vocabulary learning. Vocabulary instruction can work optimally if the students are positively and actively involved in their learning and they are allowed to employ their o w n a p p r o a c h e s t o l e a r n A c a

s a l relationship exists between extensive reading and vocabulary learning therefore it is concluded that extensive reading is an effective way to teach not only vocabulary but also all language skills indirectly While extensive reading does aid in the incidental acquisition of vocabulary, a supplemental regimen of explicit vocabulary learning exercises results in more vocabulary gains. In

summary, learning vocabulary is a critical part of extensive reading, as it enhances learners' confidence and linguistic competence

Vocabulary instruction is found to be most effective when students are actively involved and utilize their own strategies Extensive reading, particularly when combined with incidental and intentional learning, builds vocabulary and other language features

Extensive reading is thus an effective method of both vocabulary learning and overall language improvement.

Lastly, the benefits of extensive reading extend beyond reading and vocabulary, with its positive influence on improved writing performance among EFL learners. Many EFL teachers have consistently explored ways and

have never stopped seeking positive ways of encouraging the writing process and improving the ability of learners in writing, and extensive reading texts can provide that. Writing and reading share similarities and students would benefit from the teaching program encompassing writing and reading activities that support one another

Implementing this concept under real teaching situations would not be a difficult task if EFL writing teachers are sensitive to the students' needs, cognizant of the advantage of reading/writing relationship, and wisely plan teaching processes

Empirical evidence indicates that the integration of reading and writing exercises improves both of them, with large amounts of reading facilitating improved performance in writing.

In conclusion, extensive reading is a key element in enhancing aspects of language learning including reading comprehension, vocabulary acquisition, and writing abilities. Extensive reading heightens reading comprehension, broadens vocabulary, and improves writing skills through relevant and interactive participation of learners [Skolastika]

TikTok for Learning English Pronunciation

TikTok is the most famous social media site for creating videos with special filters and songs. Along with its popularity, TikTok can actually be used for learning English pronunciation. Pronunciation is learned by repeating sounds and correcting them when produced inaccurately.

By making English videos, TikTok users can learn how to pronounce words correctly TikTok videos can also be used to provide examples of good English pronunciation TikTok's short videos offer an engaging and effective way to learn pronunciation. Learners can also join an English learners’ community to get feedback about pronunciation and provide each other constructive feedback

Learners could do this by setting up a "comment challenge" where they offer tips on each other’s videos. They can even duet with native speakers to get feedback and practice their pronunciation.

Although some people argue that TikTok has more disadvantages, e g negative comments and hoaxes, this app still provides many benefits for its users when used positively. It allows learners to re-watch the video as many times as needed. Learners can listen to the correct pronunciation over and over again to train their ears and mouth, helping in forming the habit of correct pronunciation.

When used positively and with clear

learning goals, TikTok can become a valuable tool for improving English pronunciation. By creating videos, practicing regularly, and engaging with supportive learning communities, users can build stronger pronunciation habits and receive helpful feedback. With consistent, intentional use, TikTok offers an accessible platform where learners can develop their English skills in a motivating and interactive environment [Skolastika]

doc.Google
doc.Google

Kosakata yang Lekang oleh Waktu

Beberapa waktu lalu saya mengikuti sebuah workshop. Dalam kegiatan tersebut, panitia menyajikan sejumlah permainan sebagai ice breaking untuk membangkitkan antusias para peserta Salah satu permainan yang dimainkan adalah menyusun sebanyak mungkin kata dari huruf-huruf acak yang disediakan MC Peserta yang ingin mendapatkan poin harus mengangkat tangan secepat mungkin dan menyebutkan kata dengan lantang.

Pada ronde pertama, MC menyediakan delapan huruf: R, A, V, I, D, F, E, dan L. Seorang peserta dengan cepat menyebut kata “DARI”, disusul peserta lain yang menyebut “VIRAL”. Poin segera dicatat. Setelah itu, ada peserta yang menyebut kata “ARIF”. Namun kali ini MC tidak memberikan poin karena kata tersebut dianggap sebagai nama orang.

S e b a g i a n p e s e r t a s e t u j u d a n menanggapinya dengan tawa. Sebagian lain menyampaikan keberatan kepada MC dan panitia. Bahkan ada yang menambahkan kata “VIA” dan meminta panitia memeriksa kata “ARIF” dan “VIA” di KBBI. Para panitia, yang seluruhnya mahasiswa generasi Z, akhirnya mengecek dan mengakui bahwa “arif” dan “via” memang tercantum dalam KBBI dan seharusnya dapat dinilai sebagai kata yang sah.

Media Massa vs Media Sosial Setelah kejadian itu, terdengar beberapa celetukan dari peserta dan panitia Bagi mereka, Arif dan Via adalah nama teman SD, nama tetangga, atau nama yang kerap mereka lihat dalam undangan pernikahan. Sementara komentar yang berbeda datang dari peserta lain yang mungkin berasal dari generasi

Kosakata yang Lekang Oleh Waktu

milenial seperti saya. “Kok bisa ya mereka nggak ngerti kata arif?” atau “Ya ampun, kata via kan sering muncul di Shopee, kayak pembayaran via ShopeePay…”

Bagi kita, generasi Milenial dan generasi X, yang tumbuh dengan kebiasaan membaca koran dan menonton berita di televisi, “arif” dan “via” bukanlah kata asing. Istilah seperti “kearifan lokal” atau “pemudik disarankan melintas via jalur darat” adalah hal yang lazim kita dengar Ragam bahasa formal sudah menjadi bagian dari sumber informasi yang kita konsumsi setiap hari.

Nyatanya, perbedaan sumber informasi membentuk kecakapan kosakata yang berbeda pada tiap generasi. Generasi Z tidak tumbuh bersama media massa yang rapi dan tertata dalam berbahasa Mereka dewasa melalui media sosial yang bebas dan cair. Apapun yang mereka dan kita juga

sebenarnya—lihat di media sosial merupakan wujud kebebasan berbahasa tanpa proses seleksi yang ketat. Jika dulu kita mendapatkan berita dari penyiar Liputan 6 yang bahasanya tertata apik, kini informasi lebih cepat diakses melalui admin Merapi Uncover di Instagram dengan sapaan khas “Lur…”.

Saya teringat saat terjadi kecelakaan kereta api beberapa waktu lalu Admin Merapi Uncover dan sejumlah warganet berkomentar, “Semoga mandali ” Saya yang tidak mengenal istilah itu langsung mencari tahu dan menemukan bahwa mandali merupakan singkatan dari “aman terkendali”.

Lalu saya membayangkan, jika kejadian serupa terjadi pada era 90-an, mungkin Arief Suditomo akan menutup laporan dengan kalimat, “Demikian pemirsa, laporan kami mengenai kecelakaan kereta api di area Yogyakarta International Airport Kami

Bahasa Isyarat: Cara Tepat Berkomunikasi dengan

Pernahkah kalian membayangkan

bagaimana rasanya hidup tanpa bisa mendengar atau berbicara? Atau pernahkah kalian bertemu dengan seseorang yang berkomunikasi dengan menggunakan tangan, gerakan tubuh, dan ekspresi wajah? Itulah yang dinamakan bahasa isyarat yang digunakan sebagai cara berkomunikasi bagi komunitas Tuli. Setiap tahunnya, Hari Tuli Nasional biasanya diperingati setiap tanggal 11 Januari dan Hari Tuli Internasional

diperingati setiap tanggal 28 September.

Banyak orang menganggap kata “Tuli” terkesan tidak sopan dibandingkan dengan istilah “tunarungu”, namun penting dipahami bahwa kata “Tuli” (dengan huruf T kapital) merujuk pada komunitas yang menggunakan bahasa isyarat sebagai bahasa utama dan menganggap ketulian sebagai identitas, bukan kekurangan Sedangkan tunarungu merupakan orang yang mengalami gangguan pada pendengaran biasanya dengan menggunakan alat bantu dengar.

Lantas, bagaimana cara berinteraksi dengan teman Tuli? Banyak orang merasa ragu karena takut salah, namun interaksi tersebut sebenarnya dapat dilakukan dengan mudah dan nyaman. Berikut beberapa cara yang dapat membantu kalian berkomunikasi lebih baik dengan teman Tuli:

1. Komunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat

Gunakan bahasa isyarat saat akan berkomunikasi dengan teman Tuli. Bahasa isyarat adalah bahasa yang biasanya digunakan oleh orang Tuli. Setiap gerakan tangan dan ekspresi wajah mempunyai arti tertentu. Di Indonesia biasanya lebih dikenal dengan sebutan BISINDO (Bahasa Isyarat

Indonesia) yang digunakan oleh komunitas Tuli.

terkendali.” (Kali ini Arief memang benarbenar nama orang.)

Ragam Bahasa Baku vs Ragam Bahasa Santai

Istilah-istilah santai seperti mandali, spill the tea, healing, bestie, gaskeun, dan baper lahir dari kreativitas yang tumbuh di media sosial Generasi Milenial dan generasi X boleh bangga dengan kecakapan berbahasa dan kosakata yang lebih baku. Pengetahuan k

dibandingkan adik-adik generasi Z. Namun kreativitas generasi Z dalam melahirkan istilah baru, yang mengikuti perkembangan zaman dan tren dengan cepat, layak diapresiasi.

Mungkin pengetahuan umum mereka juga masih kalah jauh dengan kita yang dulu makanan sehari-harinya adalah koran dan buku Rangkuman Pengetahuan Umum L

memproduksi kosakata kreatif yang mengikuti perkembangan zaman dan tren dengan cepat, generasi Z justru juaranya. Seperti pepatah yang belakangan sering muncul di TikTok, “Setiap masa ada orangnya, setiap orang ada masanya ” Barangkali setiap kosakata memang memiliki eranya sendiri Bukan berarti ketidakcakapan menggunakan kosakata baku menjadi hal yang wajar, tetapi masa kejayaan sebuah kata bisa saja memudar seiring perubahan zaman.

Seperti halnya “arif” dan “via” yang kini lebih sering kita temui sebagai nama, bukan sebagai kosakata dalam percakapan seharihari. [Dea Puri]

Teman Tuli

6. Arahkan wajah

Jika kalian belum mahir menggunakan bahasa isyarat, kalian bisa menuliskan pesan menggunakan kertas atau menuliskan pesan melalui gawai.

3. Bicara dengan jelas

2. Tulis pesan Jangan berbicara berteriak atau terlalu keras Bicaralah secara perlahan dan berhadapan Jangan mengira jika kalian berbicara dengan suara yang keras dan berteriak teman Tuli akan mudah memahami. Teman Tuli akan paham jika kalian berbicara secara perlahan.

4. Berbicara satu per satu

Jika kalian sedang dalam berkelompok dengan teman Tuli, berbicaralah satu per satu agar teman Tuli dapat mengikuti percakapan kalian.

5. Jangan terburu-buru

Ketika kita menjelaskan ke teman Tuli dengan cara menggunakan bahasa isyarat atau dengan tulisan, beri waktu kepada teman Tuli agar dapat memahami.

Saat berbicara kalian dapat mengarahkan wajah ke teman Tuli. Teman Tuli merasa terbantu ketika mereka dapat melihat ekspresi wajah senang, sedih, dan terkejut, gerakkan bibir, dan jangan menutup mulut ketika sedang berinteraksi dengan teman Tuli.

Jika bingung bagaimana cara memanggil teman Tuli, kalian dapat memanggilnya dengan cara melambaikan tangan apabila teman Tuli posisinya jauh dari kalian. Jika teman Tuli posisinya dekat, maka kalian bisa menyentuh atau menepuk bahu teman Tuli.

7. Lambaikan tangan Dengan memahami cara-cara sederhana ini, kita dapat membangun komunikasi yang l e b i h r a m a h , i n k l u s i f , d a n p e n u h penghargaan bagi teman Tuli. Yuk, mulai sekarang kita tunjukkan kepedulian dan sikap saling menghargai dalam setiap interaksi kita. [corinatalie]

doc.Google
doc.Google

Campus Ministry

Taat Membuka Jalan Favor

Berdasarkan Lukas 5:1–11 dan Nilai UKDW: Obedience to God

Pagi itu, Danau Genesaret belum benar-benar

tenang Angin masih bergerak pelan, menyisir permukaan air dan meninggalkan riak lembut yang memantulkan cahaya mentari pertama Di tepian danau, beberapa nelayan tampak letih Mereka mencuci jaring dengan gerakan mekanis. Tidak ada semangat, hanya sisasisa kelelahan dari malam yang panjang dan siasia.

Simon Petrus, nelayan berpengalaman yang memahami arus dan tingkah laku ikan, menghela napas panjang. Semalam mereka bekerja keras, menebar jaring berulang-ulang, tetapi tidak satu pun ikan terperangkap Ia tahu betul betapa menjengkelkannya malam tanpa hasil Tangan terasa perih karena garam, tubuh pegal, dan pikiran jenuh. Yang ia inginkan hanyalah pulang dan beristirahat.

Namun pagi itu membawa sesuatu yang tak biasa. Kerumunan orang muncul di tepi danau, bergerak mendekat, ingin mendengarkan seorang rabi yang tengah mengajar: Yesus dari Nazaret. Yesus melihat ada dua perahu kosong. Ia naik ke salah satunya—perahu milik Simon—dan berkata pelan, “Tolong dorong sedikit dari darat.”

Simon menurut Meski letih dan tidak sepenuhnya memahami apa yang terjadi, ia membiarkan Yesus duduk di perahunya. Dari atas perahu itu, Yesus mengajar orang banyak dengan suara yang lembut namun berwibawa Simon mendengarkan sambil membersihkan jaring. Ia tidak memahami seluruh pengajaran itu, tetapi ada sesuatu pada suara Yesus yang membuat hatinya hangat, seolah kelelahan yang menekan terasa lebih ringan.

Ujian di Tengah Kelelahan

Usai mengajar, Yesus menoleh kepada Simon. Perintah-Nya sederhana, tetapi terasa janggal bagi seorang nelayan profesional: “Pindahlah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jaringmu untuk menangkap ikan.”

Simon terdiam Dalam pikirannya, ia ingin menjawab, “Guru, kami sudah melakukan itu semalaman dan tidak berhasil.” Namun ia memilih memberikan respons yang sopan sekaligus jujur: “Tuan, kami telah bekerja keras sepanjang malam dan tidak memperoleh apa-apa; tetapi atas perkataan-Mu akan kutebarkan jaring juga.”

Di dalam pernyataan singkat itu tersimpan pergumulan besar: benturan antara logika dan i

a n j a n g d a n kepercayaan baru kepada seseorang yang belum lama ia kenal.

Simon tahu bahwa pada siang hari ikan akan menyelam lebih dalam. Ia juga tahu bahwa setelah jaring dicuci, pekerjaan seharusnya selesai. Semua fakta ada di pihaknya. Tetapi Yesus memintanya untuk mencoba lagi.

Ketaatan yang sejati sering kali hadir bukan ketika tubuh segar dan pikiran tenang, tetapi justru ketika kita berada di titik hampir menyerah. Di situlah kehendak kita benar-benar diuji. Simon memilih percaya. Ia menolak suara akalnya yang b

h mengandalkan suara Yesus.

Jaring itu kembali ia bentangkan di air yang sama, dengan tangan yang sama lelahnya. Namun kali ini, hasilnya tidak sama.

Mujizat yang Mengubah Segalanya

Saat jaring mulai tenggelam, Simon merasakan tarikan berat lebih berat dari biasanya Ia memanggil teman-temannya di perahu sebelah. Ketika mereka menarik jaring itu, ikan-ikan begitu banyak hingga jaring hampir koyak. Dua perahu terisi penuh, bahkan nyaris tenggelam.

Suara air berdebur, ikan-ikan meloncat, dan pekik kegembiraan memenuhi udara Simon terpaku, nyaris tidak percaya pada apa yang dilihatnya. Ia tahu betul bahwa tadi malam tidak ada ikan di tempat itu Ia tahu bahwa semua perhitungan logis mendukung kegagalan. Tetapi apa yang ia saksikan justru melampaui semua logika.

Seketika, Simon merasakan sesuatu yang lebih besar daripada sekadar tangkapan ikan. Ia jatuh berlutut di hadapan Yesus dan berkata, “Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini orang berdosa!”

Ia menyadari bahwa Yesus bukan hanya seorang pengajar atau rabi biasa Kehadiran-Nya membawa kuasa Allah yang nyata. Dalam ketaatan sederhana, jalan menuju perjumpaan ilahi terbuka lebar.

Yesus memandang Simon, bukan dengan

teguran, tetapi dengan kasih yang menenangkan: “Jangan takut! Mulai sekarang engkau akan menjala manusia.”

Simon mungkin belum memahami sepenuhnya apa artinya itu. Tetapi ia mengerti bahwa hidupnya akan berubah Tanpa banyak bertanya, ia meninggalkan perahu, jaring, bahkan tangkapan ikan terbesar sepanjang kariernya Ia memilih mengikuti Yesus.

Ketaatan menjadi pintu perubahan. Bagi Simon, itu adalah jalan dari profesi lama menuju panggilan baru Ia belajar bahwa ketaatan bukan hanya mengikuti perintah, tetapi juga sebuah penyerahan total kepada rencana Allah.

Ketaatan yang Membangun Favor Dalam tradisi iman, favor” sering dipahami sebagai perkenanan Allah kasih karunia yang melampaui kemampuan atau usaha manusia Namun favor tidak hadir karena strategi, kepandaian, atau pengalaman. Favor muncul ketika manusia memilih taat, bahkan dalam hal-hal kecil.

Simon mendapatkan favor bukan karena ia nelayan terbaik, tetapi karena ia bersedia percaya meski kelelahan dan kecewa. Ketaatan kecil itu membuka jalan bagi mujizat, dan mujizat itu membuka jalan bagi panggilan hidup. Demikian pula dengan kehidupan kita. Ketaatan sering menjadi kunci bagi terbukanya berkat, pemahaman baru, dan arah hidup yang lebih jelas. Taat tidak selalu berarti tahu jawabannya. Taat berarti percaya pada Pribadi yang memberi perintah.

Refleksi bagi Dunia Akademik dan Kehidupan Modern Kisah di Danau Genesaret ini relevan bagi komunitas Universitas Kristen Duta Wacana. Nilai inti UKDW, Obedience to God, mengajak civitas untuk menjadikan ketaatan sebagai sikap hidup. Bukan ketaatan yang legalistik, tetapi ketaatan yang lahir dari hati yang mau dibentuk.

Sebagai mahasiswa, dosen, maupun staf, kita pun sering berada pada “tepi danau” kehidupan: penelitian macet, tugas menumpuk, relasi retak, semangat menurun Kita mencuci jaring tanda bahwa kita ingin berhenti. Tetapi Tuhan datang berkata, “Pindahlah ke tempat yang dalam.”

Tempat yang dalam bisa berupa tantangan

Dakademik baru, langkah keberanian dalam pelayanan, atau usaha memperbaiki hubungan. Taat berarti berani mencoba lagi meski ada risiko gagal. Dalam dunia modern yang menyanjung rasionalitas, langkah iman sering tampak tidak masuk akal Namun iman yang sejati bukan melawan logika; ia bergerak melampauinya. Taat di Tengah Kegagalan

Ada kalanya kita merasa doa tidak dijawab, usaha tidak dihargai, atau kerja keras tidak menghasilkan sesuatu Dalam keheningan itu, Tuhan mengajar kita arti ketaatan. Ketaatan yang paling murni justru lahir ketika kita sudah kehabisan cara.

Seperti Simon, kita mungkin berkata, “Tuhan, aku sudah mencoba segalanya.” Tetapi ketika kita menambahkan, “Namun atas perkataan-Mu aku akan mencoba lagi,” di situlah jalan favor Tuhan mulai terbuka.

Dari Ketaatan Menuju Transformasi

Ketaatan Simon melahirkan dua hal: mujizat dan panggilan. Allah tidak hanya memberi hasil, tetapi juga mengubah arah hidup. Demikian pula d

kemungkinan yang tidak pernah terpikirkan Ketaatan membawa kita dari apa yang kita kuasai menuju apa yang Allah kehendaki Di sinilah transformasi itu terjadi.

Obedience to God sebagai Spirit Universitas

Bagi civitas UKDW, ketaatan kepada Allah adalah fondasi etis dan spiritual Taat berarti menjunjung integritas dalam riset, kejujuran akademik, serta kasih dalam relasi. Itu berarti membuka hati terhadap suara Allah di tengah dunia yang penuh kebisingan.

Perahu itu bukan sekadar alat kerja, tetapi altar kehidupan, tempat di mana ketaatan membuka jalan bagi favor Tuhan. [Pedro Damar] Setiap bidang ilmu yang kita geluti—teologi, kedokteran, arsitektur, ekonomi, biologi, teknologi, humaniora dapat menjadi perahu tempat Yesus berkarya. Ketika Yesus berada di dalam perahu kita, pekerjaan sehari-hari yang biasa bisa menjadi sarana perjumpaan ilahi.

RUMI DAY 2025 UKDW: Menyelami Keheningan Lintas Iman, Merajut Makna dari Puisi hingga Taizé

i tengah derasnya informasi dan tuntutan

hidup modern, Universitas Kristen Duta

W a c a n a ( U K D W ) m e n j a d i s a k s i perjumpaan spiritual lintas iman dalam acara " R U M I D A Y 2 0 2 5 " p a d a S e n i n p e t a n g (26/05/2025) Mengangkat tema "Puisi dan Nyanyian Harapan Keheningan," acara yang digagas oleh Campus Ministry UKDW dan Rumi Institute ini menghadirkan tiga narasumber dari tradisi berbeda untuk membahas pencarian kedamaian, harapan, dan koneksi spiritual.

bukanlah tentang pengetahuan konseptual, melainkan "ilmu rasa," yaitu kemampuan untuk merasakan kasih sayang (sifat rahman) Tuhan dalam segala ciptaan. Cak Kus menjelaskan bahwa puisi-puisi Rumi menjadi begitu indah karena "mencicipi sifat-sifat Jamaliyah" (kelembutan, keperempuanan, keindahan) Allah, yang merupakan antitesis dari sifat Jalaliyah (keperkasaan). Hal ini selaras dengan hadis Nabi yang mencintai tiga hal: perempuan, wewangian, dan shalat Menurut Rumi, perempuan adalah kekuatan yang memiliki daya cipta, bukan sekadar objek, dan cinta sejati tidak terikat pada nafsu.

Pembicara Pertama: Pdt. Nani Minarni (Spiritualitas Taizé: Ruang Sakral dalam Keheningan) Pembicara Ketiga, Ustaz Muhammad Nur Jabir, MA (Rumi: Kehadiran dan Harapan Sejati di Era Digital)

Pdt. Nani Minarni, Kepala Campus Ministry U K D W , m e m b u k a d i s k u s i d e n g a n memperkenalkan praktik Doa Hening Taizé, sebuah tradisi ekumenis dari Prancis Ia menjelaskan bahwa doa ini menjadi respons terhadap Perang Dunia II, menekankan kehidupan dalam damai melalui kontemplasi Pentingnya Pengulangan: Nyanyian pendek dan berulang, salah satunya adalah "Ubi Caritas" (Dalam cinta dan kasih, hadirlah Tuhan) berfungsi untuk m e m b a n t u p e s e r t a m e n g h a y a t i d a n mengintegrasikan syair ke dalam doa pribadi Keheningan sebagai Ruang Sakral: Fase keheningan di tengah doa meditatif adalah saat terpenting, di mana seseorang dapat "menyatu dengan Tuhan" dan melakukan refleksi mendalam, baik atas rasa syukur, sukacita, maupun penderitaan. Doa di Sekeliling Salib: Menghayati salib Taizé bukan sekadar ritual, melainkan panggilan untuk menjalani hidup yang rela mati demi orang lain, kebenaran, dan keadilan, yang ia sebut sebagai inti spiritualitas.

Pembicara Kedua: Kiai Kus Waidi Syafi'i (Cak Kus) (Sufisme Rumi: Mencicipi Sifat Jamaliyah Ilahi)

Cak Kus, pendiri Pondok Pesantren Maulana Rumi, menyampaikan pandangan sufistik tentang kedekatan Tuhan. Ia mengawali dengan mengutip Kitab Al-Hikam: "Al-Haqqu laisa bi-mahjubin" (Tuhan tidak tertutupi oleh apapun), namun kitalah yang tertutup dan tidak mampu menyaksikanNya. Pencapaian spiritual (wushul)

Ustaz Nur Jabir, Direktur Rumi Institute, membahas tantangan spiritual di era digital di mana ruang diri dipenuhi distraksi. Ia menekankan bahwa "kehadiran" (presence) adalah kunci koneksi dengan Tuhan, yang selaras dengan makna shalat dalam tradisi Islam Ustaz Nur Jabir mengutip tiga kalimat Rumi: "Tutuplah kedua matamu, jatuh cintalah, dan diamlah di sana." Baginya, hanya cinta yang bisa mengisi seluruh ruang dalam diri, menjadikan kehadiran mudah didapatkan. Ustaz Nur Jabir membedakan antara harapan (fokus pada satu tujuan utama, yaitu Tuhan) dan angan-angan (banyak keinginan yang menimbulkan kecemasan). Harapan sejati adalah pegangan tunggal yang tidak membuat seseorang gelisah Agama yang sesungguhnya adalah experience (pengalaman), bukan doktrin atau konsep. Ia menggarisbawahi pentingnya kejujuran mengekspresikan diri kepada Tuhan melalui "munajat" (curhat), karena Tuhan hanya melihat hati.

Sesi tanya jawab pada "RUMI DAY 2025" menjadi bagian yang paling personal dan mendalam, di mana para peserta memberanikan diri berbagi pergumulan spiritual dan mencari panduan dari para narasumber lintas iman Seorang mahasiswa dari UIN Sunan Kalijaga, Ainun Jamila, membuka sesi dengan sebuah pengalaman spiritual yang berani. Ia menceritakan bagaimana keterpaparan pada informasi yang masif dan fokus perjalanan hidup yang selalu

"keluar" (eksternal), bukan "ke dalam" (internal), sempat membuatnya berhenti berdoa selama lima tahun karena ketidakmengertian tentang esensi Dzat yang ia sembah Secara ironis, ia merasa kecewa dan lelah dengan ritual, namun mengakui bahwa hati kecilnya terus meminta dan dituntun kembali kepada Tuhan melalui puisi-puisi Rumi. Pertanyaannya kepada Ustaz Nur Jabir berpusat pada dualitas antara tuntutan duniawi (eksistensi diri) dan ajaran sufisme (peniadaan diri) Ia menanyakan apakah Ustaz pernah mengalami distraksi serupa, dan bagaimana menyeimbangkan tarik-menarik antara harus menjadi "saya" di dunia vs menjadi "bukan saya" di hadapan Tuhan. Jawaban Ustaz Nur Jabir memberikan perspektif yang melegakan Ia menjelaskan bahwa pengalaman hati yang terus meminta meski lisan berhenti adalah bentuk "munajat" (curhat), yang merupakan doa tingkat tinggi Ustaz Nur Jabir menekankan bahwa munajat adalah ekspresi kejujuran total kepada Tuhan, dan Tuhan memanggil siapapun termasuk pendosa dan orang yang meragukan karena yang Dia lihat hanyalah hati Mengenai distraksi duniawi, ia justru menjadikan kebutuhan duniawi (seperti keinginan punya rumah) sebagai latihan kejujuran dalam doa, menunjukkan bahwa spiritualitas sejati hadir saat kita jujur dan terbuka sepenuhnya tentang posisi diri kita, apa pun itu, kepada Sang Pencipta.

Pertanyaan lain datang dari Gabriel, mahasiswa UIN, yang mengangkat isu teologis yang sangat klasik namun mendasar, yakni terkait Hadits Nabi Muhammad SAW yang melarang umatnya memikirkan Dzat (Esensi) Tuhan, melainkan hanya memikirkan ciptaanNya: "Tafakkaru fi khalqillah wala tafakkaru fi dzatillah " Gabriel bertanya kepada Cak Kus, bagaimana kita harus memahami Dzat Allah? Jawaban Cak Kus bersifat epistemologis dan sufistik. Ia menjelaskan bahwa larangan Nabi bukanlah karena Tuhan takut dipikirkan, melainkan karena manusia secara kognitif tidak akan pernah sanggup (tidak memadai) untuk memahami Dzat yang Maha Tak Terhingga Di hadapan kebesaran Tuhan, seluruh alam semesta hanyalah partikel kecil. Mencoba memikirkan Dzat adalah upaya membuang waktu. Oleh karena itu, Cak Kus menyarankan agar kita cukup terpesona dan terkagum-kagum pada ciptaan-Nya,

keanekaragaman rupa manusia, keindahan alam sebagai jalan yang sah dan mudah untuk mengenal sifat-sifat Tuhan. Mengagumi ciptaan adalah bentuk pengakuan atas kemahaan Sang Pencipta.

U K D W , membagikan sebuah ironi personal mengenai praktik Taizé yang ia cintai Ia merasa gagal mencapai kedalaman spiritualitas, diukur dengan tangisan atau luapan emosi, ketika ia secara fisik menyentuh Salib Taizé dalam ritual hening Namun, ia justru mendapati dirinya menangis dan berkontemplasi secara mendalam saat ia sendirian, dikelilingi oleh tawa riuh dan canda gurau teman-temannya di luar acara. Ia bertanya kepada Pdt Nani, mengapa ia tidak bisa merasakan kedalaman spiritual (sampai menangis) saat berada dalam suasana ritual yang didukung, tetapi justru merasakan luapan emosi saat berada di luar ritual dan dikelilingi keramaian?

Jawaban Pdt Nani menegaskan bahwa spiritualitas adalah pengalaman hidup yang sangat personal dan privat Beliau menolak anggapan bahwa kedalaman harus diukur dengan tangisan Tuhan bisa ditemui dalam segala suasana: baik dalam momen "riuh" kehidupan, maupun dalam momen "rendah" yang penuh keheningan Pdt Nani menyarankan bahwa kedalaman sejati terletak pada merelakan diri, menerima keadaan, dan membiarkan Tuhan bekerja tanpa menuntut respon emosional tertentu (seperti tangisan) Ia menyimpulkan bahwa yang terpenting adalah nilai luhur yang dapat dibawa dan dibagikan dalam kehidupan sehari-hari, bukan luapan emosi di dalam ritual semata. “RUMI DAY 2025” menghadirkan ruang perjumpaan yang hangat bagi mahasiswa lintas iman untuk merayakan keheningan, mengolah pengalaman spiritual, dan menemukan harapan melalui puisi, nyanyian, dan dialog. Di tengah dunia yang serba cepat, kegiatan ini menjadi pengingat bahwa kedalaman jiwa sering ditemukan justru ketika seseorang berani berhenti, mendengarkan, dan membuka ruang bagi kehadiran Ilahi. [Pedro]

Office of International Affairs

Strengthening Academic Ties: UKDW Rector Explores Disaster Research Collaboration with Kansai University

Rector of Univrsitas Kristen Duta

Wacana (UKDW) Yogyakarta, Dr.-Ing. Wiyatiningsih, S.T., M.T., together with UKDW’s Vice Rector for Human Resource Development, Promotion, and Networking, Rev Wahju Satria Wibowo, Ph D , paid an official visit to Kansai University in Osaka, Japan, on Monday, October 13, 2025.

The delegation was warmly received by Prof Osamu Takeuchi, Vice President of Kansai University, accompanied by Prof Kiminori Fukuda from the Faculty of Health and Well-Being and Ms. Yagi Maika, Head of International Relations at Kansai University.

During the meeting, both institutions discussed ways to strengthen academic collaboration, particularly in developing a joint research program on disaster studies, which is set to begin in 2026. In addition to new initiatives, both sides also agreed to continue existing collaborative programs, such as the Summer Camp, which has been running successfully for several years.

The Summer Camp, a joint program between UKDW and Universitas Dhyana Pura (UNDHIRA) in Bali, regularly welcomes participants from Kansai University The program aims to provide cross-cultural

learning experiences in an international setting, while enhancing participants’ collaborative, communication, and English language skills.

Carrying the theme “Visual Ethnography,” the program adopts an interdisciplinary

people particularly Generation Z with global competencies relevant to the digital era The chosen topic reflects the visual

preferences of today’s youth, who are accustomed to expressing ideas through images, videos, and digital narratives in their daily lives.

Through this initiative, participants are encouraged to develop creativity in presenting ways of life methodically and systematically, as well as to enhance problem-solving skills through international collaboration.

encompassed participation in the 2025 ACUCA General Assembly and Conference in Kyoto, where discussions centered on the role of Christian universities in shaping a transformative educational landscape and strengthening regional cooperation amid global change. [wsw]

Advancing Innovation: UKDW Sets Sights on New Research Partnership with UTM

Universitas Kristen Duta Wacana

(UKDW) Yogyakarta is exploring a strategic partnership with Universiti Teknologi Malaysia (UTM) following the signing of a Letter of Intent (LoI) on October

1 0 , 2 0 2 5 , a i m e d a t s t r e n g t h e n i n g collaboration in academics and research.

The LoI was signed by the Dean of UKDW’s Faculty of Information Technology, Restyandito, S.Kom., MSIS., Ph.D., and the Dean of UTM’s Faculty of Computing, Prof. Ts. Dr. Wan Mohd Nasir bin Wan Kadir. The agreement takes effect immediately and will remain in force for one year.

The collaboration is founded on the principles of equality, reciprocity, fairness, voluntariness, and mutual integrity. Both institutions emphasized that the LoI serves as a preliminary step toward a more detailed and formal cooperation agreement in the future.

UKDW and UTM reaffirmed their commitment to building a globally oriented academic and research ecosystem. Specific terms of collaboration—including program implementation—will be further discussed and formalized in separate documents (Definitive Agreements).

Although the LoI is non-binding in legal and financial terms, both universities hope the partnership will lead to meaningful, longterm collaboration that enriches academic and research opportunities for their respective academic communities.

Restyandito noted that the signing represents a concrete effort by the Faculty to advance its international initiatives, which have included partnerships in China, Thailand, the Philippines, and Myanmar, offering jointly taught courses conducted in hybrid formats. [dito]

doc.Pribadi
doc.Pribadi

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Koran Kampus UKDW Edisi Oktober 2025 by Koran Kampus UKDW - Issuu