Koran Kampus UKDW Edisi November 2025

Page 1


UKDW Yogyakarta

@ukdwyogyakarta

UKDW Yogyakarta

Alamat Redaksi: Kantor Biro IV UKDW

Gedung Hagios Lantai 1

Jl. dr. Wahidin Sudirohusodo 5-25, D I Yogyakarta

Koran Kampus UKDW

korankampus@staff ukdw ac id

B E R I T A U T A M A

Berkomunikasi dengan Hati Mencipta Harmoni

Universitas Kristen Duta Wacana Menjadi Tuan Rumah

The 28th International Conference of Oriental COCOSDA

Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta menjadi

tuan rumah penyelenggaraan the 28th International Conference of Oriental COCOSDA (International Committee for the Coordination and Standardization of Speech Database and Assessment Technique) pada 12-14 November 2025 Konferensi internasional bergengsi ini diselenggarakan oleh Kolaborasi Riset dan Inovasi Kecerdasan Artifisial (KORIKA) bekerja sama dengan UKDW dan didukung oleh GLAIR AI, GOTO, Arcadia, IEEE Computer Society chapter Indonesia, serta Indonesia Association for Computational Linguistics (INACL).

Dalam sambutan pembukaan OCOCOSDA, Rektor UKDW, Dr.-Ing. Wiyatiningsih, S.T., M.T., menyampaikan rasa bangganya karena UKDW mendapat kehormatan menjadi tuan rumah konferensi internasional ini yang sejalan dengan visi UKDW untuk menjadi Sustainable and Entrepreneurial Research University (SERU).

“Kami percaya bahwa teknologi bukan hanya tentang mesin dan data, tetapi juga tentang manusia, suara, dan pemahaman. Upaya Oriental COCOSDA dalam mengembangkan sumber daya bahasa dan ujaran untuk komunitas yang beragam berkontribusi pada dunia yang lebih inklusif, mudah diakses, dan terhubung Kami berharap kolaborasi ini dapat berkembang menjadi proyek nyata yang memperkuat kerja sama akademik dan riset lintas disiplin,” ujar Dr.Ing. Wiyatiningsih.

Ketua umum KORIKA, Prof. Hammam Riza, hadir pula dalam pembukaan konferensi OCOCOSDA 2025. Ia menegaskan bahwa masa depan kecerdasan buatan harus dibangun melalui kolaborasi

multi-helix dan berpihak pada pelestarian warisan bahasa serta budaya. “KORIKA mendorong sinergi antara akademisi, peneliti, perekayasa, dan komunitas untuk menciptakan teknologi AI yang benar-benar inklusif, yang mampu mendengar, memahami, dan berbicara dalam keberagaman bahasa lokal Indonesia,” ujarnya.

Convenor OCOCOSDA, Prof. Sakriani Sakti, menjelaskan bahwa konferensi ini juga menjadi ajang penyampaian laporan tahunan aktivitas organisasi. “COCOSDA merupakan organisasi yang sangat aktif di Asia dan terus memperluas koneksi dengan komunitas regional. Momen ini adalah kesempatan untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, serta memperkuat kolaborasi,” jelas Prof. Sakriani.

Konferensi OCOCOSDA 2025 yang berlangsung selama tiga hari diikuti peneliti dari 13 negara di Asia. Sebanyak 35 artikel riset dan 21 poster ilmiah dipresentasikan, membahas topik-topik seperti rekayasa ujaran (speech Technology), akustik, dan linguistik. Salah satu pembicara kunci, Prof. Dr. Suyanto, S.T., M.Sc., menekankan pentingnya human-centered linguistic AI yang tidak hanya memahami bahasa, tetapi juga menjaga keberlanjutannya agar tetap hidup dan bermakna.

Pada akhir hari kedua konferensi, salah satu peserta OCOCOSDA dari India menyatakan sangat terinspirasi dengan sesi-sesi yang diikutinya. Ia merasa beruntung dapat menghadiri konferensi ini. “Sungguh luar biasa bisa berbagi ilmu dan tantangan yang dihadapi. Mengetahui bahwa orang lain memiliki tantangan yang sama, serta dapat saling bertukar pikiran dan belajar dari apa yang dilakukan para peneliti lain, adalah hal yang sangat membantu,” ujarnya. [ldk]

Universitas Kristen Duta Wacana

(UKDW) Yogyakarta resmi mencapai Klaster Utama dalam Klasterisasi Perguruan Tinggi Tahun 2026. Penetapan ini tertuang dalam Keputusan Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan Nomor 0968/C3/DT 05 00/ 2025 tertanggal 28 Oktober 2025. Keputusan tersebut memuat hasil evaluasi menyeluruh terhadap kinerja penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang telah dilaksanakan oleh perguruan tinggi di seluruh Indonesia.

Melalui proses evaluasi ini, pemerintah memastikan bahwa kualitas kegiatan riset dan pengabdian dapat diukur secara objektif, transparan, dan terstandar Dengan demikian, setiap perguruan tinggi, termasuk

UKDW, dapat melihat posisi kinerjanya secara jelas serta memanfaatkannya sebagai dasar pengembangan strategi institusi di masa mendatang. Klasterisasi Perguruan Tinggi Tahun 2026 didasarkan pada pengolahan data kinerja berbasis SINTA (Science and Technology Index) untuk periode 2022–2024 Data tersebut telah diverifikasi oleh pihak Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) masing-masing perguruan tinggi dan mencakup berbagai komponen kinerja, yaitu penulis (author), afiliasi (affiliation), artikel (article), penelitian (research), pengabdian kepada masyarakat (community service), kekayaan intelektual (intellectual property rights), dan buku (book).

Berdasarkan hasil olahan data ini, perguruan tinggi dikelompokkan ke dalam

empat klaster utama yaitu Mandiri, Utama, Madya, dan Pratama, sementara perguruan tinggi yang belum tercantum dalam lampiran keputusan termasuk ke dalam Klaster Binaan (pra-kualifikasi) Penyusunan daftar perguruan tinggi dilakukan secara alfabetis sehingga tidak mencerminkan peringkat ataupun skor.

Penting untuk digarisbawahi bahwa klasterisasi perguruan tinggi bukanlah bentuk pemeringkatan, melainkan mekanisme pengelompokan kinerja Hasil tersebut digunakan sebagai dasar dalam penyusunan peta jalan riset nasional dan perencanaan strategis pengembangan penelitian serta pengabdian kepada masyarakat.

Melalui klasterisasi ini, pemerintah berharap tercipta kolaborasi yang lebih kuat antarperguruan tinggi lintas klaster, sehingga

potensi masing-masing institusi dapat bersinergi untuk memperkuat kontribusi pendidikan tinggi bagi pembangunan nasional yang berkelanjutan. Informasi lengkap mengenai hasil pengukuran kinerja perguruan tinggi dapat diakses melalui: Menu Metrics Cluster pada laman SINTA: https://sinta.kemdiktisaintek.go.id

Menu operator pada laman BIMA: https://bima.kemdiktisaintek.go.id

Pencapaian ini diharapkan menjadi momentum penting bagi UKDW untuk terus meningkatkan mutu penelitian dan pengabdian di masa mendatang, memperluas kolaborasi nasional maupun internasional, serta memperkuat kontribusi nyata bagi pembangunan bangsa. [mpk]

UKDW Dukung Komunitas Difabel
SAPADIFA Imogiri Kembangkan
Batik Cap dan Kerajinan Tangan
UKDW Selenggarakan EduCareer Connect 2025: Gerbang Menuju Pendidikan dan Karier Global
Ketika Passion Bertemu Prestasi: Perjalanan Shania di Dunia Desain 2
Doc. Panitia
Doc. Panitia
Doc. Panitia
Doc. Panitia

2 Profil Bulan Ini

Di balik deretan prestasi gemilang dan

karya yang terus berkembang, ada sosok muda yang membuktikan bahwa ketekunan, keberanian, dan keyakinan mampu membawa seseorang melampaui batas dirinya Ia adalah Shania Agustine Kartika Dewi Abiel Utomo, mahasiswa Desain Produk Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) angkatan 2022, yang sejak kecil menapaki mimpinya bermodalkan satu hal sederhana yakni kecintaannya pada menggambar.

Lahir di Magelang pada 25 Agustus 2003, Shania tumbuh dengan dunia visual sebagai “ ruang bermain” sekaligus tempatnya mengekspresikan diri Menggambar dan membuat prakarya bukan sekadar hobi. Bagi Shania, itu adalah bahasa yang membuatnya merasa bebas. Seiring waktu, kecintaan itu bukan menghilang, melainkan kian menuntunnya pada jalan yang kini ia tempuh. Awalnya, Shania sempat mengincar jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV), namun jarak kampus yang ia idamkan membuatnya harus memikirkan ulang pilihan. Di tengah kebingungan itu, sebuah cerita dari seorang teman tentang kakaknya yang kuliah di Desain Produk UKDW membuka sudut pandang baru. Dari sana, Shania mengetahui bahwa Desain Produk bukan hanya soal gambar; ia bicara tentang merancang, memecahkan masalah, dan menghadirkan solusi nyata melalui benda yang digunakan sehari-hari Ada fungsi, kenyamanan, ergonomi, hingga kebutuhan pengguna yang harus dipertimbangkan “Rasanya seperti dunia saya melebar. Saya merasa jurusan Desain Produk akan membawa saya lebih jauh dari sekedar mendesain visualisasi, dimana saya akan mendapatkan banyak pembelajaran secara lebih kompleks, yang tidak dapat saya dapatkan di jurusan DKV,” ungkap Shania. Sejak itu, ia mantap memilih Desain Produk UKDW sebagai rumah akademiknya.

Shania tumbuh dalam keluarga sederhana, namun justru dari kesederhanaan itu ia memetik nilai terbesar dalam hidupnya yaitu mengandalkan Tuhan Yesus dalam setiap langkah dan bekerja dengan sungguhsungguh. “Nilai itu menjadi fondasi yang terus saya pegang dalam studi maupun kegiatan yang saya jalani,” tegasnya Orang tuanya tidak pernah memaksakan pilihan, tetapi membuka ruang seluas-luasnya bagi Shania untuk mengeksplorasi minat. Kepercayaan itu

membuat Shania semakin bertanggung jawab Ia belajar bahwa setiap keputusan membawa konsekuensinya, dan setiap langkah harus dikerjakan dengan hati yang penuh syukur.

“Orang tua saya selalu memberi cinta dan dukungan yang sangat besar terhadap apa pun yang saya minati, selama itu membawa saya ke arah yang positif. Mereka tidak pernah memaksa saya mengikuti pilihan mereka, tetapi justru mendorong saya untuk menggali potensi, mencoba hal baru, dan bertanggung jawab dengan apa yang saya pilih dengan terus memberikan semangat dan doa yang begitu besar,” terangnya Pilihan Shania semakin kokoh berkat berbagai beasiswa yang berhasil ia raih diantaranya Beasiswa Adaro, Beasiswa Kebutuhan, hingga Beasiswa Prestasi Baginya, setiap beasiswa bukan sekadar dukungan finansial, tetapi pengingat bahwa perjuangannya tidak pernah sia-sia.

Di tengah jadwal kuliah yang padat, Shania tetap aktif berorganisasi karena percaya bahwa pengalaman non-akademik adalah bagian penting dari proses belajar. Di Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Arsitektur dan Desain (BEM FAD), ia mengemban tanggung jawab sebagai anggota Divisi Desain Grafis. Ia merancang poster, konten publikasi, hingga kebutuhan visual lainnya. Di Tim Promosi

Desain Produk UKDW, Shania kembali berperan sebagai desainer grafis sekaligus duta program studi dalam berbagai kegiatan. Keaktifan ini membuatnya kaya relasi, terasah skill desainnya, sekaligus belajar bagaimana bekerja dalam tim dengan ritme profesional.

Prestasinya juga menembus tingkat lokal, provinsi, hingga nasional. Ia berhasil meraih Juara 2 Nasional dalam Indonesia Footwear Creative Competition (IFCC) setelah sebelumnya mendapatkan penghargaan Karya Terbaik pada tingkat provinsi Tak berhenti di situ, Shania juga masuk dalam Top 15 Indonesia Fashion and Craft Award (IFCA).

Di ajang Homliv Design Competition 2024, ia meraih Juara 1 untuk kategori The Most Marketable Product, di mana karyanya diproduksi dan dipamerkan di Inacraft 2024. Kemampuannya tidak hanya terlihat dalam bidang desain, tetapi juga dalam produksi konten, terbukti dengan kemenangannya sebagai Juara 1 Lomba Video Inklusif serta nominasi Favorit pada Lomba Video Layanan Masyarakat oleh UPH Selain itu, ia juga meraih Juara Harapan 2 dalam Centrino Business Plan Competition melalui brand yang ia inisiasi, “Berkisah”. Prestasi-prestasi ini menjadi bukti nyata bahwa konsistensi, kedisiplinan, dan keberanian Shania untuk

Dari sekian banyak kompetisi, IFCC adalah yang paling berkesan. “Itu lomba nasional pertama saya, ” kenangnya Di sana ia bertemu banyak peserta hebat dan juri profesional. Proses riset, pembuatan konsep, hingga presentasi membuat Shania berani keluar dari zona nyaman. Menjadi Juara 2 Nasional merupakan titik balik yang membuatnya semakin percaya diri Bagi Shania, prestasi bukanlah kebetulan Ia berangkat dari keyakinan bahwa Tuhan menyertai setiap langkah Ia memegang prinsip sederhana namun kuat Berani mencoba apapun selama itu kesempatan baik, mengatur prioritas antara kuliah dan kegiatan lain, menjaga pikiran tetap jernih agar kreativitas tetap mengalir, serta menikmati setiap proses, bukan hanya mengincar hasil akhir.

UKDW bagi Shania bukan sekadar kampus, tetapi ruang tumbuh Ia merasa dosen-dosen Desain Produk bukan hanya mengajar, namun membimbing dengan hati. Fasilitas memadai, lingkungan hangat, dan atmosfer yang mendukung kreativitas membuatnya merasa berada di tempat yang tepat.

Setelah lulus, Shania telah menyiapkan dua langkah besar. Pertama, membangun brand fashion sendiri dengan produk yang unik, timeless, berkualitas, dan memiliki storytelling. Kedua, melanjutkan studi S2 di bidang Desain Produk untuk memperluas pengetahuan sekaligus memperluas jejaring di industri kreatif. Mimpinya bukan sekadar menjadi desainer profesional, tetapi memberi kontribusi nyata bagi industri desain, baik di tingkat nasional maupun internasional. terus berkembang telah membawanya menorehkan jejak mengagumkan di dunia kreatif.

Dalam perjalanannya, Shania membawa rasa terima kasih yang dalam untuk kampusnya “UKDW bukan hanya tempat saya belajar, tetapi tempat saya dibentuk. Terima kasih sudah menjadi bagian penting dari perjalanan saya Semoga UKDW semakin maju dan terus melahirkan generasi kreatif yang siap berkontribusi bagi masyarakat,” katanya Perjalanan Shania mengingatkan kita bahwa passion yang dirawat dengan konsisten akan menemukan jalannya. Ketika ketekunan bertemu kesempatan, dan ketika keyakinan berjalan berdampingan dengan proses, prestasi hadir sebagai buahnya. [mpk]

PENANGGUNG JAWAB : Pdt. Wahju Satria Wibowo, Ph.D.

PIMPINAN REDAKSI :Dr. Phil. Lucia Dwi Krisnawati, S.S., M.A.

Dr. Paulus Widiatmoko, M.A.

WAKIL PIMPINAN REDAKSI : Meilina Parwa.

Doc. Pribadi

Prestasi

UKDW Raih 3 Medali di Kejuaraan Pugnator Yogyakarta Taekwondo International Championship 2025

Tiga mahasiswa Universitas Kristen

Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta sukses mengharumkan nama kampus di ajang Pugnator Yogyakarta Taekwondo International Championship 2025 Dalam kompetisi internasional yang digelar pada 3–5 Oktober 2025 di Gelanggang Olahraga (GOR) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), tim UKM Taekwondo UKDW berhasil meraih tiga medali di berbagai kategori pertandingan

Adapun prestasi gemilang tersebut diraih oleh:

Ÿ Justin Beltsazar Alfin Reza (Program Studi Manajemen) – Medali Emas, kategori Speed Kick

Ÿ Stefanus Adrian Kurniawan (Program Studi Sistem Informasi) – Medali Perak, kategori Speed Kick

Ÿ Natanael Rikoo Arisandi (Program Studi Sistem Informasi) – Medali Perunggu, kategori Poomsae

merupakan cabang baru yang untuk pertama kalinya diikuti oleh UKM Taekwondo UKDW, namun langsung berhasil menghasilkan dua medali di ajang bergengsi tingkat internasional tersebut.

Pelatih UKM Taekwondo UKDW menyampaikan apresiasi dan rasa bangganya atas capaian anak didiknya “Partisipasi dalam Kejuaraan Pugnator Yogyakarta Taekwondo International Championship 2025 menjadi pengalaman berharga sekaligus pembuktian bahwa atlet UKDW mampu bersaing di tingkat internasional. Kami berharap dukungan universitas terus mengalir agar prestasi ini bisa terus meningkat di masa mendatang,” ujarnya.

Event Pugnator Yogyakarta Taekwondo International Championship 2025 menjadi sorotan besar di dunia olahraga bela diri Acara yang berlangsung selama tiga hari ini memuncak pada Sabtu, 4 Oktober 2025 dan

diikuti oleh lebih dari 3.000 atlet dari tujuh negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Pakistan, Filipina, Thailand, dan Timor Leste. Selain menjadi ajang adu keterampilan dan prestasi, kejuaraan ini juga memberikan dampak ekonomi signifikan bagi masyarakat Yogyakarta.

Adapun kategori nomor pertandingan yang dimainkan mencakup Kyorugi Prestasi dan Pemula, Poomsae Prestasi dan Pemula, serta Speed Kicking, yang menjadi salah satu nomor favorit peserta dan penonton.

Keberhasilan ini mempertegas komitmen UKM Taekwondo UKDW dan UKDW dalam mengembangkan potensi mahasiswa di bidang olahraga, khususnya bela diri taekwondo Melalui dukungan universitas, UKDW terus berupaya menciptakan lingkungan yang mendukung mahasiswa untuk berprestasi tidak hanya di bidang akademik, tetapi juga dalam kegiatan non-akademik yang membangun karakter, disiplin, dan

semangat sportivitas. Prestasi tiga mahasiswa UKDW di ajang internasional ini menjadi bukti nyata bahwa semangat dan dedikasi dapat mengantarkan mahasiswa Indonesia bersaing di kancah global sekaligus membawa nama baik UKDW ke tingkat yang lebih tinggi. [justin]

Mahasiswa FK UKDW Raih Silver Medal & Best Presentation di 3rd International Youth Conference 2025, Malaysia

Prestasi membanggakan kembali

ditorehkan oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana (FK UKDW) di ajang Internasional. Tim mahasiswa FK UKDW sukses meraih Silver Medal sekaligus penghargaan Best Presentation pada kegiatan 3rd International Youth Conference (IYC) 2025 yang diseleng-

garakan di Malaysia.

Ajang bergengsi ini diselenggarakan oleh Nusantaramuda bekerja sama dengan Centre of Entrepreneurial Development and Graduate Marketability (CEM) Universiti Putra Malaysia (UPM) dan World Association of Young Scientists (WAYS) Tim FK UKDW yang terdiri dari Sawega Binarung, Tobias Yana Hartono, Michael Guardino Yo Prasetya, Petra Heinson Handoyo Saputra membawakan karya inovatif berjudul “HEMEA: Empowering Early Anemia Detection through Colorimetric Menstrual Diagnostics and Biodegradable Banana Waste Integration” yang masuk dalam subtema Health.

Melalui karya tersebut, tim HEMEA menawarkan pendekatan deteksi dini anemia yang ramah lingkungan, dengan mengintegrasikan teknologi diagnostik sederhana

berbasis warna dan pemanfaatan limbah kulit pisang sebagai bahan biodegradable. Inovasi ini diharapkan dapat menjadi solusi berkelanjutan bagi masyarakat, terutama di daerah dengan keterbatasan fasilitas medis. Setelah melewati tahapan seleksi mulai dari pengumpulan paper hingga sesi final presentasi yang berlangsung di Signature Hotel, Kuala Lumpur, pada 18–19 Oktober 2025, tim FK UKDW berhasil memukau dewan juri dengan presentasi yang komunikatif dan ide yang visioner. Hasilnya, mereka dinobatkan sebagai penerima Silver Medal dan penghargaan Best Presentation. Kompetisi ini diikuti oleh peserta dari lima negara antara lain Indonesia, Malaysia, China, Syria, dan Myanmar Hal ini yang menjadikan capaian tim FK UKDW sebagai bukti bahwa mahasiswa UKDW mampu

bersaing di tingkat Internasional dengan semangat kolaboratif, kreativitas, dan dedikasi tinggi. Kami bangga atas prestasi mahasiswa yang tidak hanya menunjukkan kemampuan akademik, tetapi juga kepedulian sosial dan semangat inovatif Prestasi ini menunjukkan bahwa FK UKDW terus berkomitmen menyiapkan calon dokter yang berintegritas, kreatif, dan berdampak bagi masyarakat global. UKDW bangga atas capaian gemilang ini. Selamat kepada seluruh anggota tim atas ketekunan dan kerja kerasnya Semoga prestasi ini terus menjadi inspirasi untuk menghadirkan inovasi yang membawa dampak positif bagi dunia kesehatan dan keberlanjutan. (cvp)

Tim Mahasiswa UKDW Raih Juara Pertama dengan Inovasi Sri e-NIRgy, Solusi Krisis Energi untuk Pecinta Alam

Tim mahasiswa Program Studi Desain

Produk Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta, yang mengusung inovasi Sri e-NIRgy, berhasil meraih juara pertama dalam Aakruti International Innovation Competition 2025. Kompetisi ini, yang diadakan oleh Dassault Systèmes, perusahaan perangkat lunak terkemuka untuk desain 3D, merupakan ajang inovasi teknologi internasional ke-15. Aakruti 2025 dimulai pada Juni 2025 dengan proses seleksi ketat. Ini merupakan kali pertama tim Desain Produk UKDW mengikuti kompetisi bergengsi ini. Sebagai satu-satunya tim yang seluruh anggotanya perempuan, perjalanan mereka menuju kemenangan tidaklah mudah Tim Sri eNIRgy berhasil melewati empat tahap penyisihan yang menyeleksi lebih dari 130 tim dari perguruan tinggi negeri dan swasta di Indonesia.

Pada babak 10 besar, Sri e-NIRgy sempat berada di posisi kedua Namun, dalam putaran final yang digelar pada Sabtu, 25 Oktober 2025, mereka berhasil meraih posisi pertama. Kemenangan ini mengantarkan tim untuk mewakili Indonesia di kompetisi regional Asia Tenggara, yang akan mempertemukan mereka dengan perwakilan dari Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina.

Jika lolos, mereka akan melaju ke ajang internasional di Texas, Amerika Serikat, pada 2026.

Tim Sri e-NIRgy, yang terdiri dari Michelle Aurelia, Devina Relian, Kezia Angelina, dan Jesslyn Felicia, mengembangkan inovasi bantalan pinggang ergonomis untuk pendaki gunung dan pecinta alam Produk ini dirancang untuk mendistribusikan beban tas punggung secara merata, meminimalkan kelelahan dan potensi cedera otot selama

perjalanan panjang. Keunggulan inovasi ini terletak pada integrasi sistem pemanen energi (energy harvesting), yang mengubah gerakan tubuh menjadi energi listrik. “Kebaruan produk kami terletak pada kemampuannya memanen energi terbarukan secara gratis, hanya dengan memanfaatkan gerakan alami tubuh manusia saat berjalan,” jelas Michelle, ketua tim. Setiap langkah yang diambil oleh pengguna menghasilkan energi kinetik yang diubah menjadi energi listrik,

menawarkan solusi praktis dan ramah lingkungan di alam bebas. Dewan juri yang terdiri dari akademisi, desainer profesional, dan praktisi industri tidak hanya terkesan dengan teknologi produk ini, tetapi juga dengan dampak sosial, ekonomi, serta keberlanjutannya. Produk ini berkontribusi pada terciptanya kehidupan yang lebih sehat (SDG 3) serta mendukung penggunaan energi bersih terbarukan (SDG 7) Kezia menambahkan, “Produk ini dirancang dengan kesederhanaan sehingga memungkinkan UMKM untuk memproduksinya, yang pada gilirannya dapat mendorong putaran ekonomi lokal dan mendukung SDG 8.”

Ir. Kristian Ismartaya, S.T., M.T., mentor tim, menyatakan bahwa prestasi Sri e-NIRgy membuktikan bahwa Program Studi Desain Produk UKDW dapat bersaing dalam menghasilkan solusi produk berkelanjutan yang berdampak positif bagi masyarakat Prodi Desain Produk UKDW, dengan jargon “KEKINIAN,” terus mendorong mahasiswanya untuk berpikir kreatif, inovatif, dan peka terhadap isu global, menghasilkan desainer yang siap menghadapi tantangan masa depan dengan karya yang bermakna. [ki]

Doc. Pribadi
Doc. Pribadi
Doc. Pribadi

Universitaria 4 Universitaria

Universitas Kristen Duta Wacana

(UKDW) kembali menegaskan komitmennya dalam menyiapkan generasi muda yang berdaya saing global melalui penyelenggaraan EduCareer Connect 2025 bertema “Your Gateway to Global Education and Careers”.

Kegiatan yang berlangsung pada Selasa, 11 November 2025 di Atrium Agape UKDW ini menjadi jembatan antara dunia pendidikan, industri, dan institusi internasional. Melalui kegiatan tersebut, mahasiswa memperoleh akses langsung terhadap informasi studi lanjut dan peluang karier global.

EduCareer Connect 2025 terselenggara berkat kolaborasi antara Biro Kemahasiswaan, Alumni, dan Pengembangan Karir (Biro 3) dengan Biro Kerja Sama dan Relasi Publik (Biro 4). Acara ini mendapatkan sambutan hangat dan dihadiri oleh ratusan pengunjung, baik mahasiswa maupun masyarakat umum.

Dalam sambutannya, Rektor UKDW, Dr.Ing. Wiyatiningsih, S.T., M.T., menegaskan bahwa kegiatan ini menjadi langkah strategis dalam memperluas jejaring universitas dengan mitra industri dan institusi global.

“Acara ini tidak hanya memperkenalkan proses studi dan peluang beasiswa, tetapi juga menghadirkan alumni serta membuka jembatan kerja sama dengan dunia industri.

EduCareer Connect memberikan kesempatan luar biasa bagi mahasiswa dan dosen untuk mengembangkan diri, sekaligus membangun kolaborasi yang memberi manfaat nyata bagi masyarakat. Kehadiran para mitra diharapkan memperkuat peran UKDW dalam pembangunan masyarakat, sehingga dampaknya dapat langsung dirasakan,” ujarnya.

Sesi pertama bertajuk “EduGlobe Talk: Everything You Need to Know About Studying Overseas” menghadirkan dua pembicara inspiratif, yakni Nina Eifler dari Deutscher Akademischer Austauschdienst (DAAD) dan Beatrice Dwi Putri Rustandi, mahasiswa Program Studi Informatika UKDW yang pernah mengikuti program pertukaran mahasiswa internasional di Jerman.

Dalam paparannya, Nina menjelaskan peran DAAD, lembaga non-profit yang menaungi perguruan tinggi Jerman dan mendukung pertukaran akademik internasional Ia menyampaikan bahwa DAAD tidak hanya menyediakan beasiswa, tetapi

juga memberikan hibah penelitian jangka pendek, mendukung program profesor tamu, serta memfasilitasi kerja sama antar universitas.

Nina juga membahas berbagai aspek persiapan studi di luar negeri, mulai dari pemilihan universitas, peluang beasiswa, penyusunan dokumen, hingga tips beradaptasi dengan budaya dan sistem akademik yang berbeda, khususnya di Jerman. Sementara itu, Beatrice membagikan pengalamannya selama mengikuti International Study Programme (ISP) di Evangelische Hochschule RheinlandWestfalen-Lippe (EvH Bochum), Jerman Selain belajar di kelas, ia juga aktif dalam kegiatan sosial dan budaya yang menjadi bagian dari program tersebut Melalui

UKDW Selenggarakan EduCareer Connect 2025: Gerbang Menuju Pendidikan dan Karier Global UKDW Ruang Dialog Generasi Z:

Dalam rangka memperingati Hari

Sumpah Pemuda 2025, Pusat Studi E k o n o m i d a n B i s n i s ( P S E B )

Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) bekerja sama dengan Perhimpunan Warga Pancasila (PWP) menyelenggarakan kegiatan Ngobrol Gayenk: “Gen Z dan AI, Cerdas tapi Tetap Hore-Hore” pada Selasa, 28 Oktober 2025 di Ruang Seminar Gedung Didaktos lantai 3, UKDW Yogyakarta. Kegiatan ini mengusung semangat untuk mengajak generasi muda, khususnya Generasi Z, agar memaknai nilai-nilai Sumpah Pemuda dalam konteks era digital dan perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) Diskusi berlangsung santai, namun sarat makna dan refleksi kebangsaan.

Ngobrol Gayenk menghadirkan sejumlah narasumber lintas bidang dan generasi yaitu Dr -Ing Wiyatiningsih, S T , M T (Rektor UKDW), Prof. Dr. Heru Nugroho (Guru Besar Sosiologi UGM), Rangga Eka Sakti (Peneliti Litbang Kompas), Bambang Sigap Sumantri

(Jurnalis Senior Kompas, PWP), dan Holly Aulia (Mahasiswa Ilmu Komunikasi UII).

Dalam sambutannya, Zuhri dari PWP menekankan pentingnya memandang kehadiran teknologi digital secara kritis. “AI membawa manfaat besar, namun juga dampak yang perlu dipahami bersama Melalui forum ini, PWP ingin mengajak masyarakat untuk mengkritisi dan memaknai kembali peran teknologi dalam kebangsaan,” ujarnya.

Rektor UKDW, Dr -Ing Wiyatiningsih, menyoroti pentingnya pendidikan yang mampu menyatukan akal dan hati, teknologi dan nurani, di tengah disrupsi teknologi. Ia mengingatkan bahwa tantangan dunia pendidikan saat ini bukan hanya bagaimana beradaptasi dengan teknologi, tetapi juga bagaimana memastikan AI digunakan untuk memperkuat nilai kemanusiaan.

“Kami mengalami hal sama dengan kampus lain. Banyak profesi beralih karena digitalisasi Maka, kami perlu terus memperbaharui kurikulum dan memperkuat jejaring dengan dunia industri. Di UKDW, kami mengembangkan program pelatihan mahasiswa yang berpijak pada nilai-nilai kedutawacanaan kami AI bisa berjalan seiring dengan nilai kemanusiaan, bukan menggantikannya,” jelasnya.

Wiyatiningsih juga menegaskan bahwa UKDW, sebagai “miniatur Indonesia” dengan keragaman mahasiswanya, berkomitmen untuk menumbuhkan semangat kolaborasi dan kebhinekaan dalam menghadapi tantangan era digital.

Bambang Sigap Sumantri berbagi pengalaman bagaimana AI telah mengubah praktik jurnalisme di media besar Menurutnya, AI bisa menjadi “bestie” yang memudahkan pekerjaan, tetapi juga memunculkan tantangan baru seperti delusi ilmuwan instan akibat ketergantungan berlebih.

Sementara itu, Rangga Eka Sakti dari Litbang Kompas menekankan bahwa AI juga memengaruhi industri media, baik dalam hal pemrosesan data maupun analisis dokumen. “AI membantu merapikan data dan menganalisis dokumen, tapi juga bisa mendisrupsi kebenaran. Media kini berhadapan dengan dilema etik dan kepercayaan publik,” tegasnya.

Dari perspektif sosiologis, Prof. Dr. Heru Nugroho menyebut generasi muda kini sebagai “Generasi Algoritma Digital” Menurut Heru, generasi saat ini hidup dalam ekosistem digital yang membentuk cara berpikir berbeda dengan generasi sebelumnya. Ia mengingatkan bahwa ketergantungan terhadap AI dapat mengikis kemampuan berpikir kritis.

“AI tidak bisa menggantikan refleksi dan diskusi manusia Kita perlu membangun budaya digital yang humanistik Dimana etika, literasi, dan empati menjadi bagian dari ekosistem teknologi,” paparnya.

Sebagai perwakilan generasi muda, Holly

A u l i a m e m b a g i k a n p e n g a l a m a n n y a berinteraksi dengan AI dalam keseharian. AI telah memasuki ruang personal manusia, sekaligus menjadi refleksi akan kebutuhan

pengalaman itu, Beatrice tidak hanya memahami kehidupan dan budaya Jerman, tetapi juga memperkenalkan budaya Indonesia kepada mahasiswa lokal. “Belajar di luar negeri bukan hanya soal akademik, tetapi juga tentang mengenal diri dan dunia,” ujar Beatrice.

Sesi kedua bertajuk “Beyond Borders: Building an International Career from Scratch” menghadirkan M. Bima Aoron Hafiz, Manajer Taiwan Education Center (TEC) Yogyakarta, dan Dr Phil Lucia Dwi Krisnawati, Dosen Fakultas Teknologi Informasi UKDW.

Dalam kesempatan tersebut, Bima menjelaskan bahwa TEC Yogyakarta berperan sebagai penghubung antara pelajar Indonesia dan institusi pendidikan di Taiwan, sekaligus memfasilitasi berbagai program pertukaran akademik antara kedua negara. Ia juga memaparkan beragam keuntungan melanjutkan studi di Taiwan, mulai dari kualitas pendidikan, lingkungan multikultural, hingga peluang karier setelah menyelesaikan studi.

Sementara itu, Lucia membagikan pengalamannya selama menempuh studi di luar negeri Ia berbagi pandangan mengenai peluang berkarier di kancah internasional, tantangan yang dihadapi saat hidup di negara lain, serta pentingnya kemampuan adaptasi dan komunikasi lintas budaya. “Tunjukkan kemampuan dan adaptabilitas yang baik. Selain itu, rasa percaya diri menjadi modal utama untuk dapat bersaing dan berkembang di pasar global,” tegas Lucia.

EduCareer Connect 2025 menggabungkan tiga program utama, yaitu job fair, scholarship & study fair, serta internship & international program opportunities. Melalui kegiatan ini, UKDW menghadirkan platform yang tidak hanya memberikan informasi, tetapi juga membuka peluang nyata bagi mahasiswa, alumni, dan generasi muda untuk meraih masa depan yang lebih baik. Dengan kolaborasi antara institusi pendidikan, perusahaan, lembaga beasiswa, dan organisasi mitra, kegiatan ini diharapkan dapat mendorong mahasiswa untuk merancang jalur pendidikan dan karier sejak dini, sekaligus memperluas jejaring global yang bermanfaat bagi masa depan mereka. [mpk]

kedekatan emosional di dunia digital.

“Bagi Gen Z, AI sudah seperti teman diskusi. Tapi penting untuk sadar bahwa AI hanya alat bantu Jangan sampai kita berhenti berpikir. Jadikan AI sebagai sarana eksplorasi ide, bukan jalan pintas karena malas berpikir,” ungkapnya.

Diskusi yang dipandu oleh PSEB UKDW ini menghasilkan refleksi penting bahwa kecerdasan manusia harus tetap menjadi pusat dalam setiap inovasi teknologi. “Cerdas berarti mampu berpikir dan bersikap mandiri, memanusiakan teknologi, serta menggunakan AI untuk memberi dampak positif bagi masyarakat,” tutup Prof. Heru. Kegiatan ini menjadi momentum untuk memperkuat semangat Sumpah Pemuda dalam konteks masa kini, bahwa generasi muda tidak hanya “hore-hore” dengan teknologi, tetapi juga cerdas, kritis, dan beretika dalam menggunakannya demi kemajuan bangsa. [mpk]

Doc. Panitia
Doc. Panitia
Doc. Panitia
Doc. Panitia
Doc. Panitia
Doc. Panitia
Doc. Panitia

Centrino

UKDW Gelar CBPC 2025, Ajang Inovasi Bisnis Berkelanjutan Bagi Mahasiswa

Centre of Entrepreneurship and

Innovation (Centrino), Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) kembali menggelar kompetisi bisnis bagi mahasiswa, kali ini melalui Centrino Business Plan Competition (CBPC) 2025 Ajang yang menjadi wadah bagi para mahasiswa UKDW untuk mengembangkan ide-ide bisnis inovatif dan berkelanjutan ini berlangsung sejak 1 September hingga 28 Oktober 2025. Menurut dr. Haryo Dimasto Kristiyanto, S.S., M.Sc., (Haryo) selaku Kepala Centrino, ajang ini merupakan bentuk nyata komitmen UKDW dalam menumbuhk

n

wirausahaan di kalangan mahasiswa. “CBPC 2025 tidak hanya menjadi kompetisi, tetapi juga sarana pembinaan agar mahasiswa mampu menciptakan ide bisnis yang berdampak dan berorientasi pada keberlanjutan,” ujar Haryo.

Dengan mengusung tema “Inovasi Wirausaha Muda: Kreatif dan Adaptif Terhadap Tantangan Masa Kini”, CBPC 2025 mengajak para peserta untuk merancang ide usaha yang tidak hanya unik secara konsep, tetapi juga memberikan dampak bagi masyarakat dan lingkungan, serta memiliki nilai keberlanjutan. Dari proses seleksi yang dilalui, terpilih sembilan finalis yang berkompetisi dalam sesi final presentation di hadapan panelis yang terdiri dari dr. Haryo Dimasto Kristiyanto, S S , M Sc , Andi

Universitas Kristen Duta Wacana

(UKDW) kembali menunjukkan komitmennya dalam pengembangan kewirausahaan mahasiswa melalui partisipasinya pada Kewirausahaan Mahasiswa Indonesia (KMI) Expo XVI Tahun 2025 yang diselenggarakan pada 19–21 November 2025 di Universitas Tidar (Untidar), Magelang Keikutsertaan ini menjadi bukti keseriusan UKDW dalam mendorong tumbuhnya wirausaha muda yang inovatif, mandiri, dan berdaya saing nasional.

Pada tahun ini, UKDW mengirimkan dua tim unggulan dari Program P2MW 2025, yaitu BARNANA dan ABHINAYA. BARNANA merupakan usaha rintisan yang mengembangkan snack bar berbahan dasar tepung bonggol pisang sebagai alternatif camilan sehat dan ramah lingkungan Sementara itu, ABHINAYA memproduksi jam tangan berbahan kombinasi bonggol jagung dan kayu sebagai solusi kreatif dan berkelanjutan BARNANA lolos dalam skema usaha tahap awal, sedangkan ABHINAYA memperoleh pendanaan pada skema usaha tahap bertumbuh. Kedua tim akan mewakili UKDW untuk berkompetisi bersama ratusan inovator muda dari seluruh Indonesia.

Tim BARNANA terdiri atas mahasiswa Novelia E A Ma’ahury dan Latifasya P

DraGo, kelompok yang mengangkat ide bisnis Inovasi makanan instan kaya serat berbahan dasar limbah kulit buah naga merah, berhasil menyabet peringkat pertama. Disusul oleh NatureFlex di posisi kedua dengan proposal bisnis pengembangan bioplastik ramah lingkungan berbasis maizena dengan substitusi limbah cangkang telur Produk ini menjadi langkah nyata menuju pengurangan penggunaan plastik konvensional melalui inovasi material terbarukan. PawFect menempati posisi ketiga dengan mengusung ide aksesori bertemakan relasi antara hewan peliharaan dan manusia. Karya mereka memadukan seni, empati, dan desain fungsional yang mempererat koneksi emosional antara manusia dan hewan

Maesara Prakosa M.M., Ign. Agus Putranto, M.Si, dan Cretta Cucu Abdullah. kesayangannya. Selain tiga besar di atas, dewan juri juga memberikan penghargaan harapan satu kepada Connect.In dengan ide bisnis aplikasi yang mempertemukan kebutuhan konsumen akan layanan harian dengan UMKM jasa terdekat. Platform ini diharapkan menjadi jembatan digital bagi pemberdayaan UMKM lokal. Sementara penghargaan harapan dua diberikan kepada Vibes melalui inovasi aksesori fesyen urban berbahan limbah kulit dari Manding-Bantul. Kompetisi ini dibuka sejak tanggal 1 September 2025 yang diawali dengan pengumpulan business plan oleh para peserta. Melalui skema blind review, terpilih sembilan kelompok usaha yang maju ke tahap final presentation pada 28 Oktober 2025 Finalis terpilih kemudian melakukan pitching

UKDW Kirimkan Tim P2MW 2025 untuk Berkompetisi pada

KMI Expo XVI 2025

Daneswari (Fakultas Bisnis); Otniel J. Wijaya

Bioteknologi); serta Fani Natasia Matondang (Fakultas Arsitektur dan Desain). Sementara itu, tim ABHINAYA merupakan kelompok mahasiswa Desain Produk UKDW yang beranggotakan Theodora Anggun Chintyaamora, Eleonora Bintang Dahayu Prabasari, dan Galuh Setyawan Supatno.

Selama tiga hari penyelenggaraan, tim UKDW akan mengikuti kompetisi utama KMI Award serta berpartisipasi dalam kategori

pen-dukung seperti pemilihan stan terbaik dan kirab budaya. UKDW juga memanfaatkan ajang pameran nasional wirausaha mahasiswa ini untuk menampilkan produk inovatif kedua tim sebagai bagian dari upaya memperluas jejaring, memperkenalkan karya mahasiswa, serta membuka peluang kolaborasi lintas institusi maupun sektor.

Project Manager Centre of Entrepreneurship and Innovation (Centrino) UKDW, Andi Maesara Prakosa, M.M., menyampaikan bahwa UKDW telah memberikan pendampingan

langsung di hadapan panelis untuk memperebutkan lima posisi terbaik. Tiga kelompok unggulan mendapatkan penghargaan utama dan berkesempatan memperoleh dana potensi karya untuk mendukung pembuatan prototype,” jelas Andi Maesara Prakosa selaku Project Manager Centrino.

Menurut Haryo, animo peserta tahun ini meningkat dibanding tahun sebelumnya “Kami melihat ide-ide bisnis yang diajukan semakin matang serta berorientasi pada dampak sosial dan lingkungan,” tambahnya. Capaian dan antusiasme peserta dalam CBPC 2025 menunjukkan bahwa budaya inovasi dan kewirausahaan di UKDW terus bertumbuh, melahirkan generasi muda yang kreatif, adaptif, dan siap memberi kontribusi nyata bagi masyarakat. (amp)

komprehensif kepada kedua tim sejak tahap persiapan hingga implementasi usaha “Pembinaan dilakukan melalui mentoring kewirausahaan, pendampingan branding dan pemasaran, serta monitoring penggunaan dana. Kami ingin memastikan tim UKDW mampu tampil optimal dan siap bersaing pada KMI Expo XVI 2025,” ujarnya. Koordinator Tim P2MW UKDW 2025, dr. Haryo Dimasto Kristiyanto, S S , M Sc , menambahkan bahwa keikutsertaan UKDW dalam ajang ini merupakan bagian dari strategi institusi untuk memperkuat ekosistem kewirausahaan kampus “KMI Expo memberikan ruang pembelajaran penting bagi mahasiswa untuk menguji kemampuan, memperluas jejaring usaha, dan meningkatkan kualitas produk. Kami berharap kedua tim dapat tampil percaya diri dan membawa hasil terbaik bagi UKDW,” tuturnya. Dengan dukungan penuh institusi serta komitmen untuk terus mengembangkan potensi mahasiswa, UKDW optimistis bahwa partisipasi pada KMI Expo XVI 2025 akan semakin memperkuat posisinya sebagai perguruan tinggi yang konsisten melahirkan wirausaha muda kreatif, inovatif, dan berdampak bagi masyarakat. [amp]

Doc. Pribadi
Doc. Panitia
Doc. Panitia
Doc. Panitia

Fakultas Teknologi Informasi

Fakultas Teknologi Informasi (FTI)

Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) bekerja sama dengan Badan Pengurus Daerah Himpunan Pengusaha

Muda Indonesia (BPD HIPMI) DIY menggelar kegiatan bertajuk Praktik Baik

I m p l e m e n t a s i M o n s o o n S I M u n t u k

Peningkatan Kapasitas Wirausaha, pada Jumat, 26 September 2025.

Kegiatan ini bertujuan mempertemukan dunia akademik dan dunia bisnis, sekaligus menjawab kebutuhan generasi muda akan pembelajaran kewirausahaan yang kontekstual dan berbasis teknologi digital.

Acara dibuka oleh Dekan FTI UKDW, Restyandito, S Kom , MSIS , Ph D , yang menyampaikan apresiasi atas sinergi lintas fakultas dan mitra eksternal. Ia menekankan pentingnya pembelajaran berbasis praktik untuk mempersiapkan mahasiswa menghadapi tantangan industri digital. “MonsoonSIM adalah simulator proses bisnis, mulai dari pemesanan produk hingga penyimpanan di gudang Ini menjadi kesempatan baik bagi mahasiswa untuk memahami proses nyata. Bahkan model simulasi ini bisa dilombakan layaknya game, ” ujar Restyandito.

Dua narasumber turut hadir dalam acara

ini, yakni Jadid Purwaka Aji dan Dr. Anthon Stevanus T. Jadid memperkenalkan The CEO Experience, program simulasi bisnis berbasis gamifikasi yang memungkinkan peserta mengelola perusahaan virtual dan mengambil keputusan strategis dalam lingkungan yang bebas resiko Ia menekankan pentingnya menjembatani dunia bisnis dan akademisi, serta menyoroti dua tipe pengusaha di Indonesia. Mereka yang sudah sukses namun enggan beradaptasi, serta yang idealis namun kurang memahami realitas bisnis “Bisnis tidak bisa dijalankan sembarangan. Harus ada pertimbangan matang dalam setiap keputusan,” tegas Jadid.

Sementara itu, Dr Anthon Stevanus T membahas tantangan dan peluang dalam era Industri 4 0 Ia menyoroti menyoroti sembilan teknologi utama, termasuk system integration Ia menekankan bahwa masa depan industri ada pada ERP (Enterprise Resource Planning), sistem yang mengintegrasikan berbagai proses bisnis. “Banyak orang bisa memakai aplikasi perkantoran, tapi sedikit yang menguasai sistem di baliknya. Padahal, kompetensi ERP sangat dibutuhkan di dunia industri,” jelasnya. Ia juga mempraktikkan penggunaan MonsoonSIM sebagai alat pembelajaran interaktif

bagi mahasiswa dan pelaku UMKM.

Kegiatan ini merupakan langkah konkret dari FTI UKDW dan BPD HIPMI DIY dalam membangun jembatan antara teori akademik, praktik bisnis, dan pemanfaatan teknologi digital. Mahasiswa tidak hanya memperoleh pemahaman teoritis dari dosen dan praktisi, tetapi juga mendapatkan pengalaman langsung melalui simulasi bisnis yang memungkinkan mereka menganalisis proses secara mendalam dan menyeluruh.

Acara ini sekaligus menegaskan komitmen

UKDW untuk terus menghadirkan programprogram yang relevan dengan kebutuhan zaman, serta mempersiapkan mahasiswa menjadi wirausahawan muda yang tangguh dan adaptif. Implementasi MonsoonSIM diharapkan dapat membuka peluang kolaborasi berkelanjutan antara dunia kampus, dunia usaha, dan sektor teknologi, serta mencetak generasi wirausaha muda yang tangguh, adaptif, dan siap bersaing di era digital [beatrice]

FTI Plus UKDW Kunjungi Kantor Google Indonesia

Program kerja FTI Plus di bawah

naungan BEM Fakultas Teknologi Informasi (FTI) Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) melakukan kunjungan ke kantor Google Indonesia pada Kamis, 2 Oktober 2025, di Jakarta Kegiatan ini memberikan kesempatan bagi mahasiswa FTI UKDW untuk belajar langsung dari para profesional di industri teknologi global.

Ketua FTI Plus, Raphael Felio Bagaskara, menjelaskan bahwa kunjungan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran mahasiswa dan memperluas wawasan mengenai peluang karier di bidang teknologi.

“Tujuannya untuk meningkatkan kualitas belajar mahasiswa dan supaya mahasiswa juga mendapat informasi seputar magang yang layak. Harapannya dengan mengikuti FTI Plus yang berkunjung ke kantor Google Indonesia, mahasiswa FTI UKDW mendapat pandangan yang lebih luas untuk masa depan mereka,” ujarnya. Selama kunjungan, peserta mengikuti berbagai sesi bersama karyawan Google Indonesia dari bidangnya masing-masing Kegiatan diawali dengan Life at Google Sharing yang memperkenalkan budaya kerja serta nilai-nilai yang dijunjung oleh

perusahaan Sesi berikutnya membahas transformasi digital yang sedang membentuk masa depan industri, mencakup topik Data Analytics, Generative AI, dan Security Mahasiswa mendapatkan wawasan baru tentang pentingnya keterampilan analisis data, penerapan kecerdasan buatan generatif, serta kesadaran terhadap keamanan siber di era digital.

Selain itu, peserta juga mengikuti sesi Tips to Find Your Career, Metrodata Sharing, dan EDTS Sharing yang memberikan panduan karier serta informasi seputar peluang magang di dunia industri. Kegiatan ditutup

dengan Real Life Sharing yang menampilkan pengalaman langsung para praktisi, serta office tour untuk melihat lingkungan kerja di kantor Google Indonesia.

Kunjungan ini menjadi langkah strategis bagi FTI UKDW dalam memperkuat hubungan dengan industri dan memperluas wawasan mahasiswa mengenai ekosistem teknologi global Melalui kegiatan ini, mahasiswa diharapkan semakin siap menghadapi tantangan dunia kerja serta termotivasi untuk berinovasi di bidang teknologi informasi. [beatrice]

Doc. Pribadi
Doc. Panitia
Doc. Pribadi

Fakultas Arsitektur & Desain

UKDW Dukung Komunitas Difabel SAPADIFA Imogiri

Kembangkan Batik Cap dan Kerajinan Tangan

Tim Pengabdian Masyarakat Universitas

a ( U K D W ) mengadakan program pelatihan dan pendampingan bagi komunitas difabel yang tergabung dalam Lembaga Kesejahteraan Sosial Sahabat Pemerhati Difabel (LKS SAPADIFA), Imogiri, Kabupaten Bantul Kegiatan ini bertujuan memperkuat kapasitas sosial dan ekonomi komunitas SAPADIFA.

LKS SAPADIFA merupakan organisasi sosial yang fokus melayani penyandang disabilitas dan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di wilayah Kapanewon Imogiri. Lembaga ini berdiri sebagai respons atas banyaknya warga difabel yang terdampak gempa Yogyakarta pada 2006 Berbagai layanan diberikan, seperti layanan kesehatan dasar, advokasi hukum, pelatihan keterampilan, dan pendampingan sosial untuk mendorong kemandirian serta kesejahteraan anggota komunitas.

(FAD) UKDW Sebanyak 32 peserta hadir, terdiri dari pengurus dan pengrajin SAPADIFA, perwakilan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UKDW, serta Unit Layanan Disabilitas UKDW FGD digunakan untuk menggali kebutuhan nyata pengguna dan menyusun arah pendampingan yang tepat.

Pada aspek pemasaran, ditemukan bahwa peserta belum familiar dengan konsep Business Model Canvas (BMC) dan brand image Pendampingan yang diberikan oleh Rossalina Christanti dari Fakultas Bisnis UKDW

purchasing dan pentingnya storytelling dalam membangun merek dan daya saing produk.

Melalui program pengabdian masyarakat UKDW, dilakukan pendampingan partisipatif yang berfokus pada dua aspek utama yaitu penguatan aktualisasi diri dan interaksi sosial melalui produksi dan pemasaran produk seni, serta peningkatan keterampilan produksi batik cap dan kerajinan tangan berupa mainan anak

Sekretariat SAPADIFA berlokasi di Kalurahan Karang Tengah, wilayah perbukitan yang dikenal sebagai desa wisata dan dekat dengan Sungai Oyo serta kompleks wisata religi Makam Rajaraja Mataram. Potensi lokal ini menjadi peluang strategis dalam pengembangan ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya. (toys), dengan dukungan alat kerja ergonomis yang dirancang khusus bagi penyandang disabilitas, terutama difabel netra. Inovasi utama dari program ini adalah pengembangan alat bantu batik cap dan peralatan kerajinan tangan ramah difabel. Alat ini dirancang oleh dosen dan mahasiswa Desain Produk UKDW untuk meningkatkan keamanan, kenyamanan, dan kemandirian pengguna dalam proses produksi Inovasi produk yang akan diterapkan berupa stasiun kerja inklusif dengan pengguna spesifik disabilitas netra dan fisik, yaitu stasiun kerja batik cap inklusif khususnya untuk pengguna difabel netra. Stasiun kerja ini memiliki tiga produk utama mencangkup kontainer lilin batik cap dengan sistem insulasi

ganda, pemegang batik cap yang dilengkapi navigator arah, alas batik cap yang dilengkapi dengan sistem railing (navigator posisi cap) dan penjepit kain.

Selain batik, program ini juga menyasar bidang kerajinan tangan, khususnya pertukangan kayu. Tim pengembang menyesuaikan alat-alat pertukangan agar dapat digunakan oleh komunitas difabel SAPADIFA, yang menjadi mitra utama dalam implementasi program ini.

Spesifikasi alat dan proses adaptasinya dibahas dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD) dan workshop yang berlangsung pada tanggal 27 September 2025 di kampus UKDW. Kegiatan ini dikoordinasikan oleh Paulus Bawole dan Kristian Ismartaya dari Fakultas Arsitektur dan Desain

Sedangkan workshop desain motif batik khas SAPADIFA yang difasilitasi oleh Winta Tridhatu Satwikasanti dari FAD juga menggali kekayaan visual dari lingkungan sekitar, seperti bentuk geometris dan organik khas daerah Imogiri Hasilnya mendorong lahirnya narasi lokal dan ekspresi seni yang mencerminkan identitas komunitas.

Program ini menjadi model pemberdayaan d i f a b e

mengintegrasikan desain, teknologi tepat guna, dan strategi bisnis kreatif. Melalui kolaborasi lintas disiplin, program ini diharapkan mampu memperkuat kemandirian ekonomi komunitas difabel SAPADIFA dan menghasilkan produk seni yang inklusif, adaptif, dan berkelanjutan. [pb]

Menata Bata bagi Istana & Makam Raja-Raja: Studi Ekskursi Arsitektur ke Pleret & Pajimatan

Arsitektur adalah buah dari usaha adaptasi

manusia di lingkungan lokalnya. Dengan demikian, maka belajar arsitektur tidak memadai bila mengabaikan kaitannya dengan kondisi lingkungan setempatnya. Di lapangan, atau di luar kelas, pengetahuan mengenai adaptasi dengan kondisi lokal itu dinampakkan

dengan jelas Mengunjungi bangunan Cagar

Budaya adalah salah satu cara belajar yang produktif.

Pada hari Sabtu, 11 Oktober 2025 Program

Studi Arsitektur Universitas Kristen Duta

Wacana dalam mata kuliah Studio Tematik

Arsitektur Lokal melakukan studi ekskursi ke Situs Pleret dan Kompleks Makam Raja-Raja Mataram di Pajimatan, Bantul. Tempat-tempat itu dipilih bukan karena kaitan sejarahnya saja, namun juga dapat memberikan pengetahuan mengenai bagaimana bahan-bahan lokal digunakan pada saat itu. Kedua situs itu berada di kawasan perbukitan kapur, dan dilalui Sungai Opak. Sungai yang memberi limpahan material bahan pembuat bata.

Batu kapur yang kemudian digantikan oleh batu bata, rupanya terlalu rapuh dan sulit dikendalikan dimensinya Dengan mengganti bahan dari batu kapur ke batu bata, maka

Ibu Kota kembali menjadi ruang belajar

terbuka bagi mahasiswa semester lima Program Studi Arsitektur Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW). Selama tiga hari, 1–3 November 2025, mereka mengikuti ekskursi, sebuah perjalanan akademik yang bertujuan mempertemukan teori arsitektur dengan realitas kota metropolitan.

Kegiatan ini dirancang untuk memperkaya pengalaman lapangan para mahasiswa agar memahami dinamika kehidupan urban. Melalui pengamatan langsung, mereka belajar membaca perilaku warga kota, mengenali sistem zonasi, dan memahami karakter ruang dalam berbagai skala, dari meso hingga makro. Ekskursi ini juga mengajak peserta melihat kota bukan sekadar kumpulan gedung tinggi, melainkan organisme hidup yang terus beradaptasi bersama warganya.

Belajar dari Ruang Publik

Perjalanan dimulai di Tebet Eco Park, ruang terbuka hijau yang menjadi contoh kolaborasi a n t a r a w a r g a d a n p e m e r i n t a h d a l a m memulihkan fungsi ekologis kawasan yang dahulu terbelah jalan raya. Dari taman kota ini, mahasiswa belajar bahwa ruang publik bukan hanya soal fasilitas rekreasi, melainkan juga wujud partisipasi sosial untuk merekonsiliasi infrastruktur dan ekologi.

Sudirman: Wajah Modern dan Mobilitas Berkelanjutan

Dari ruang hijau yang teduh, rombongan bergerak menuju Koridor Sudirman, kawasan yang merepresentasikan wajah modern Jakarta. Di sini, mahasiswa mendalami konsep great street yang dikemukakan Allan B. Jacobs (1995).

Sepanjang ruas Sudirman, berbagai moda transportasi publik terintegrasi dalam satu jaringan yang mencerminkan prinsip Transit Oriented Development (TOD), pengembangan kawasan kota di sekitar simpul transportasi publik guna mendorong mobilitas berkelanjutan, efisiensi ruang, serta kehidupan pejalan kaki.

Sistem MRT sebagai moda bawah tanah menghubungkan kawasan pusat bisnis hingga

terjadilah momen historis penting ketika masyarakat dikenalkan dengan pengorganisasian dimensi, cara mencetak, cara membakar, dan cara memasang atau memanfaatkannya. Pada Situs Pleret ditemukan berbagai macam cara menyusun dan dimensi bata yang berbeda-beda. Hal ini memperlihatkan proses belajar masyarakat waktu itu dalam menangani bata, bahwa sistem pengorganisasian pembuatan bata belum berkembang. Ini sangat berbeda dengan cara menyusun serta dimensi bata yang kita kenal sekarang.

Pemanfaatan bata pada Kompleks Makam Raja-Raja Mataram di Pajimatan – Imagiri memperlihatkan adanya perkembangan berarti. Di kompleks makam itu dapat diidentifikasi perbedaan cara menata bata di tangga, turap (retaining walls), dan juga gerbang. Ketiga bagian bangunan itu menerima pembebanan yang berbeda sehingga cara memasang batanya pun

berbeda pula. Dengan demikian, kedua Cagar Budaya ini menjadi ‘buku basah’ dalam pembelajaran arsitektur, khususnya untuk mempelajari arsitektur sebagai respons dari kondisi lokalnya.

perkembangan bata dipakai sebagai bahan bangunan, kegiatan ekskursi ini diakhiri dengan mengunjungi tempat pembuatan bata di Jambidan, Bantul. Di tempat yang berada di tepian Sungai Opak ini, dapat dilihat secara utuh bagaimana bahan bata dibuat, mulai dari pemilihan bahan baku tanah liat dan berbagai jenis tanah sebagai campurannya, proses pengolahan, pembentukan atau pencetakan, pengeringan, dan kemudian proses pembakaran sampai pada akhirnya bata-bata ini siap digunakan sebagai bahan bangunan. [lo-mht]

Bundaran HI Di atasnya, LRT memperkuat konektivitas antarwilayah, sementara Jetliner Connector (Jetlinco) memperlancar perpindahan antarmoda.

Tak hanya sebagai koridor mobilitas, Sudirman juga berfungsi sebagai ruang kota yang hidup. Trotoar lebar, jalur sepeda, serta ruang publik seperti Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Pinisi dan Hutan Kota GBK menjadi contoh harmonisasi antara transportasi publik dan ruang publik. Mahasiswa pun belajar bahwa mobilitas urban bukan semata tentang berpindah tempat, tetapi juga tentang menciptakan pengalaman ruang kota yang inklusif, nyaman, dan manusiawi.

Mega Kuningan: Dinamika Kota Global Kawasan Mega Kuningan menghadirkan pelajaran lain: kota sebagai ruang ekonomi global yang terus bergerak Di kawasan ini, mahasiswa mengamati bagaimana tata zonasi menegaskan hierarki ruang dalam skala makro, cerminan prinsip The Elements of Urban Design yang menekankan keterpaduan antara massa bangunan, orientasi jalan, dan aktivitas manusia.

BRIlian Tower: Masa Depan Kota Berkelanjutan Ekskursi berakhir di BRIlian Tower, gedung yang membuka wawasan baru tentang integrasi keberlanjutan dalam arsitektur modern Mahasiswa mempelajari penerapan konsep green building dan smart building, sistem efisiensi energi, jaringan utilitas, hingga teknologi keamanan bangunan Bagi para mahasiswa, BRIlian Tower bukan sekadar simbol kemegahan, melainkan bukti bahwa arsitektur masa depan dapat hadir sejalan dengan lingkungan dan teknologi. [iid-mks]

doc.Pribadi
doc.Pribadi
doc.Pribadi
doc.Pribadi

2025 Joint Cultural Camp: Discovering the Soul of Yogyakarta

In

collaboration, Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta, through its Faculty of Education and Humanities (FKHUM), hosted the Joint Cultural Camp (JCC) 2025 from October 27–29 in Yogyakarta. Held in collaboration with the Global Engagement Office of Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, the program carried the theme “Exploring the Historical and Cultural Heritage of Yogyakarta” and brought together international students from Canada and Malaysia.

culture. “I enjoyed Prambanan the most and felt thankful that I learnt a lot about the culture of Yogyakarta. I even learnt a bit of Javanese!” said Dani, one of the participants from Canada.

The three-day camp aimed to deepen the participants’ understanding of Yogyakarta’s rich history and traditions while fostering cross-cultural learning and friendship among local and international students UKDW Rector Dr Ing Wiyatiningsih warmly welcomed the participants at the university’s Rectorate Office, expressing her hope that the JCC would serve as a platform for cultural exploration and future academic cooperation. Meanwhile, Dr. Raden Bima Adi, Ph.D., Dean of FKHUM, highlighted that the camp nurtures both academic competence and intercultural awareness essential for global citizens.

TThe activities combined education, recreation, and cultural immersion The opening day featured an engaging session titled “Being International Students: Raising Global Awareness,” co-hosted by English Education and Humanities Studies students.

Participants also joined a campus tour, learned to make jamu (traditional herbal drinks), and explored parts of Yogyakarta’s philosophical axis, recognized as a UNESCO World Heritage Site.

The second day was dedicated to heritage visits at Kraton Yogyakarta, Kotagede, and Prambanan Temple, where students learned about the historical evolution of Javanese civilization and the fusion of Hindu-Javanese

On the final day, the group visited Ganjuran Church and Madukismo Sugar Factory Museum, gaining insights into the cultural assimilation between Javanese and Catholic traditions, as well as the region’s industrial heritage “So thankful that this program could make one of my dreams come true! Visiting Yogyakarta was my dream; learning about the culture and getting to know the people,” shared Poovan from Malaysia.

The camp concluded with a Cultural Appreciation Night and followed by a joyful bancakan dinner on campus. Through this enriching experience, the participants not only studied Indonesia’s living heritage but also felt the warmth of its people, a true reflection of UKDW’s spirit of Service to the World. [abe]

Empowering Voices at the SAP Speech Contest 2025

he English Language Education

Department (ELED) of UKDW held the SAP Speech Competition on June 6, 2025. This program is part of the Speaking for Academic Purposes course taught by Dr Fransisca Endang Lestariningsih, M Hum

The SAP Speech Competition provides students with a platform to express their ideas confidently and persuasively. More than just a public speaking event, it encourages students to use their voices to create impact and inspire change.

Each year, the class trains students to deliver a five-minute speech in English without the help of slides—just their words, presence, and their ability to engage the audience. This year's themes were “Don’t Be Afraid to Make Mistakes When Speaking English” and “About the Teacher,” both closely connected to their studies as ELED students and their future careers as educators. Fifteen students from the fifth semester participated To support the evaluation process, Dr. Fransisca invited two judges from PPB UKDW to provide assessment and constructive feedback.

Dennys, one of the participants shared his

thoughts, “SAP Speech Contest very helpful for us to encourage especially my English skills, and also share my thoughts through the speech It is not that easy but it is very interesting, and I like this program.” This program definitely shaped the students to be more confident to try their best in speech. There is satisfaction with their own speech

after they try to speak in front of the class and the judges. Besides the content and result from speech, students also have been prepared from the gesture, mastering the speech, and chose the best topic.

“I spent around six days making the draft and mastering my speech. I feel nervous every time I start to practice, but at the end of the day

I feel glad to finish everything. It's not easy to prepare the topic, but I want to try my best,” said another participant, Kei.

The Judges were also really supportive during the assessment. Judges really enjoy the show. “It’s such a beautiful speech and I'm very touched. Your insight is very good. I think you can enjoy your own result and effort. I feel all the students here are like a family It means all students are very supportive of each other, respectful, and appreciate each other.”

The judges were also very supportive throughout the assessment. They expressed their appreciation for the students’ efforts. “It’s such a beautiful speech, and I’m very touched Your insight is very good You should feel proud of your work. I can see that all the students are like a family—supportive, respectful, and appreciative of one another,” one judge commented during the closing remarks after announcing the winners.

Ultimately, the SAP Speech Competition 2025 was not just a contest it was a celebration of personal growth, confidence, and the power of student voices. [kenny]

doc.Pribadi
doc.Pribadi

Pusat Pelatihan Bahasa

Berbahasa dengan Hormat, Berbusana dengan Bangga

Tinggal di Jogja yang kental dengan

budaya Jawa, terkadang timbul pertanyaan di dalam diri: Mengapa saya jarang mendengar orang berkomunikasi dengan bahasa Jawa Krama? Apakah orangorang tersebut memang sedang tidak berkomunikasi dengan mereka yang biasa berbicara dengan bahasa Jawa Krama? Mungkin, iya.

Bahasa sehari-hari kita kini lebih banyak bercampur, antara Jawa Ngoko, Indonesia, dan sedikit bahasa gaul Namun di balik k e s e d e r h a n a a n i t u , a d a y a n g i n g i n diingatkan—bahwa cara kita berbicara dan berbusana adalah cermin bagaimana kita menghargai budaya sendiri.

Bahasa Jawa yang umum dipakai adalah bahasa Jawa Ngoko, yang seharusnya digunakan untuk berkomunikasi dengan orang sebaya, lebih muda, atau dalam suasana santai Sementara bahasa Jawa Krama digunakan untuk berkomunikasi dengan orang yang lebih tua dan dihormati. Namun, jika tidak menguasai bahasa Jawa Krama, bahasa Jawa Ngoko-lah yang tetap digunakan untuk berkomunikasi.

Bahasa Jawa Krama pun memiliki beberapa tingkatan yang digunakan dalam kesempatan berbeda. Saat menghadiri acara pernikahan adat Jawa, misalnya, terdengar ucapan bahasa Jawa versi sangat halus, yaitu Krama Inggil, dengan pemilihan kata puitis dan teratur yang disampaikan pranatacara (pembawa acara), seperti:

“Para rawuh ingkang kinurmatan, sumangga kulo aturi lenggah wonten papan ingkang sampun kaparingi.”

(“Para tamu yang kami hormati, silakan duduk di tempat yang telah disediakan.”)

Tak lupa, ucapan itu disampaikan dengan nada tertentu yang khas.

Penggunaannya berbeda dengan bahasa Jawa Krama Inggil yang digunakan dalam percakapan sehari-hari dengan orang tua Pemilihan katanya tidak seformal dan sepuitis bahasa pranatacara, tetapi tetap lembut dan santun, seperti: “Monggo, lenggah wonten mriki.” (“Mari, duduk sini.”)

Sebagian besar masyarakat penutur bahasa Jawa mungkin masih mampu menangkap makna kalimat-kalimat yang diucapkan pranatacara di acara pernikahan adat Namun, apakah mereka juga dapat berbicara dengan bahasa Jawa Krama Inggil seperti itu?

Individu memang tidak dapat menguasai segala hal Namun, perlu ada generasi penerus yang cukup untuk melestarikan budaya.

Kurangnya kesempatan untuk belajar bahasa Jawa Krama menjadi salah satu alasan utama Terlebih, kemampuan berkomunikasi hanya dapat dikuasai jika terbiasa menggunakan Dalam kehidupan modern saat ini, hanya sebagian kecil masyarakat yang masih berbahasa Jawa Krama kepada orang tua Umumnya, komunikasi di lingkungan keluarga maupun sosial dilakukan dengan bahasa Jawa Ngoko k e p a d a s e s a m a B i s a j a d i k a r e n a ketidakmampuan menggunakan bahasa Jawa Krama, sehingga komunikasi tersebut tidak lagi umum dilakukan.

Tidak jauh berbeda dengan penggunaan bahasa, dalam berbusana pun saat ini banyak orang yang tertarik dengan hal-hal yang lebih segar, praktis, dan efisien. Pemakaian baju adat daerah seperti kebaya bagi perempuan dan surjan atau beskap bagi pria di Jogja untuk menghadiri acara pernikahan mulai disederhanakan dengan pilihan baju batik atau busana lain yang lebih modern.

Modifikasi kebaya dengan desain yang lebih modern, atau penggunaan kebaya yang dipadukan dengan celana jeans, sangat diminati karena lebih sesuai dengan kebutuhan saat ini: menuntut gerak yang cepat, mengurangi rasa panas, dan tetap terlihat trendi.

Pengantin dengan latar belakang suku Jawa juga banyak yang tertarik menggunakan busana pengantin modern yang lebih modis. Terbatasnya kesempatan mengenakan pakaian adat di Jawa—yang biasanya hanya digunakan untuk menghadiri acara pernikahan turut membuat pakem, nilai simbolik, dan filosofi di balik pakaian adat

semakin jarang dipahami generasi penerus. Di Bali, pakaian adat digunakan pula saat beribadah (bagi pemeluk agama Hindu) selain untuk acara pernikahan dan kematian. Umat Hindu di Bali memiliki kesempatan lebih banyak untuk mengenakan pakaian adatnya. Namun, perubahan zaman tidak selalu berarti hilangnya budaya. Justru di tengah arus modernisasi ini, muncul berbagai upaya baru untuk melestarikan budaya dengan cara yang lebih kreatif. Beberapa komunitas muda di Jogja, misalnya, mengadakan kelas bahasa Jawa Krama secara santai di kafe atau ruang publik, disertai permainan bahasa dan pertunjukan seni Di media sosial, konten humor berbahasa Jawa Krama juga mulai populer, menjadi jembatan bagi generasi muda untuk mengenal kembali bahasa leluhurnya tanpa kesan kaku. Hal serupa terjadi pada pakaian adat Banyak desainer muda yang memadukan unsur tradisional seperti batik, lurik, atau kebaya dengan potongan modern, sehingga tetap nyaman dikenakan tanpa kehilangan identitas budayanya.

Dari kedua hal tersebut penggunaan bahasa Jawa Krama dan pakaian adat Jawa kita diingatkan untuk melestarikan budaya dari hal yang paling sederhana.

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk melestarikan budaya. Memainkan alat musik tradisional seperti gamelan, menarikan tarian tradisional Jawa, mengenal makna di balik setiap jenis batik dan senjata tradisional seperti keris, atau mempelajari pakem dan nilai simbolik pada setiap komponen pakaian adat bisa menjadi pilihan bagi kita. Namun, sebagai langkah awal, hal sederhana yang dapat dilakukan adalah mulai berkomunikasi sesuai dengan situasi sosial dan mengenakan busana yang sesuai saat menghadiri acara adat.

Di lingkungan sosial maupun keluarga, saat berbicara kepada orang yang lebih tua dan dihormati, kita dapat menggunakan bahasa Jawa Krama Mempelajari bahasa Jawa Krama akan lebih mudah jika sudah menguasai bahasa Jawa Ngoko Meskipun tidak mudah menerapkannya jika tidak

Etika di Ujung Jari

terbiasa, menggunakannya pada kesempatan yang tepat dapat menambah nilai sopan santun dan penghormatan diri.

Begitu pula dengan mengenakan pakaian adat selagi ada kesempatan Selain menghadiri pernikahan, penggunaan pakaian adat jarang dilakukan, kecuali oleh kerabat Keraton yang kerap menghadiri acara resmi kerajaan. Jadi, kesempatannya cukup terbatas. Di Jogja, terdapat instruksi pemerintah untuk mengenakan pakaian adat setiap Kamis Pon bagi pelajar dan Aparatur Sipil Negara (ASN) Tujuannya adalah untuk melestarikan budaya dan memperkuat identitas daerah. Kebijakan ini membantu para pelajar mengenal pakaian adat dan terbiasa mengenakannya Terbatasnya kesempatan membuat masyarakat kurang tertarik memiliki pakaian adat dan komponen-komponennya. Karena itu, selagi a d a k e s e m p a t a n , k i t a d a p a t menggunakannya untuk mengenakan pakaian adat dengan bangga. Melestarikan budaya tidak selalu harus dimulai dari hal besar Berbicara dengan bahasa Jawa Krama kepada orang yang lebih tua atau mengenakan pakaian adat di waktuwaktu tertentu adalah langkah kecil yang bermakna besar Melalui kebiasaan kecil itulah nilai kesopanan, penghormatan, dan keindahan budaya Jawa dapat terus hidup di tengah masyarakat modern Jogja yang dikenal sebagai kota budaya tidak akan tetap menjadi “kota budaya” tanpa warganya yang mau menjaga dan meneruskan warisan leluhur. Maka, di tengah dunia yang serba cepat dan praktis, meluangkan waktu untuk b e r b

mengenakan kebaya dan beskap dengan bangga adalah bentuk penghormatan kita pada akar budaya sendiri Karena pada akhirnya, budaya bukan sekadar warisan masa lalu, melainkan cermin siapa kita hari ini dan bekal untuk generasi yang akan datang. [selvy]

“Ya Tuhan, bagaimana ini!” pekik Rina dengan panik.

Ia baru saja selesai mengikuti serangkaian kegiatan fakultas dari pagi hingga sore, dan baru menyadari bahwa ia telah melewatkan satu mata kuliah wajib yang diampu oleh Ibu L u s i , d o s e n y a n g t e r k e n a l d e n g a n kedisiplinannya.

Dengan terburu-buru, Rina mengetik pesan di ponselnya, berharap Ibu Lusi bisa mengerti.

Good afternoon, miss, aku mau izin hari ini gak masuk karena masih ikut kegiatan fakultas maaf telat ngasih tau.

Pesan terkirim. Rina menghela napas lega, merasa sedikit tenang. Namun, ketika pagi menjelang keesokan harinya, rasa tenang itu berubah menjadi cemas. Belum ada balasan dari Bu Lusi Ia segera menceritakan kegelisahannya kepada Toni, ketua kelasnya.

Setelah membaca pesan yang dikirim Rina, Toni menghela napas panjang. “Astaga, Rin, Bu Lusi itu paling menjunjung tinggi profesionalisme loh. Pesanmu kemarin kurang pas banget bahasanya, kayak ngobrol dengan teman deh.”

Rina mengernyit, “Kurang pas gimana, Ton? Kan sudah sopan, pakai kata maaf dan emotikon tangan loh.”

T o n i t e r s e n y u m t i p i s “ I y a , t a p i penempatan bahasanya kurang formal, Rin. Terus, ‘Miss’ itu sapaan yang kurang tepat untuk dosen di Indonesia. Saranku sih lebih baik pakai ‘Ibu’ atau ‘Bu’.”

Kemudian, Toni pun membantu Rina menyusun ulang pesannya agar terdengar lebih profesional dan beretika.

Selamat sore, Bu Lusi Saya Rina, mahasiswa kelas A, ingin memohon izin karena tidak dapat menghadiri kelas hari ini.

Saya masih mengikuti kegiatan fakultas Mohon maaf atas keterlambatan penyampaian informasi ini, Bu.

Terima kasih atas pengertian Ibu.

“Coba deh kirim revisi ini sebagai bentuk permintaan maaf kedua, atau jadikan ini standar baru kamu,” saran Toni.

Dengan hati-hati, Rina mengetik ulang pesan tersebut dan mengirimkannya keesokan harinya, menambahkan sedikit kalimat permintaan maaf karena sebelumnya ia telah menggunakan bahasa yang kurang tepat.

Beberapa menit kemudian, notifikasi muncul di layar ponselnya.

“Baik, Rina Lain kali tolong perhatikan waktu dan etika dalam berkirim pesan. Ibu hargai itikad baikmu untuk memperbaiki kesalahanmu. Terima kasih.

Rina tersenyum lega. Kali ini, bukan hanya karena mendapat balasan, tapi karena ia

belajar sesuatu yang penting.

C o n t o h p e r i s t i w a d i a t a s i n g i n menekankan bahwa literasi komunikasi digital bagi seorang mahasiswa bukan sekadar tentang kecepatan dan efisiensi, melainkan tentang kecerdasan memilih kata yang mencerminkan etika, profesionalisme, dan rasa hormat Bahkan dalam pesan singkat, sopan santun adalah cerminan karakter Sebab, di dunia nyata nanti komunikasi bukan hanya menunjukkan perhatian terhadap kabar seseorang, tetapi juga akan menunjukkan kepribadian seseorang. [kiki]

Hari itu, Andra duduk sendirian di

s e l a s a r k a m p u s U K D W D i pangkuannya, laptop terbuka dengan file tugas yang sudah berjam-jam ia poles. Grafisnya rapi, kutipannya lengkap, dan formatnya sempurna. Namun semakin lama ia menatap layarnya, semakin ia merasa hampa “Aku sudah kerjakan sebaik mungkin,” gumamnya, “tapi kenapa rasanya tetap kosong?”

Di sisi lain kampus, temannya, Rani, sedang memeriksa tugas yang sama. Hasilnya jauh lebih sederhana. Tidak ada desain estetis atau kalimat rumit. Tetapi ketika ia bercerita, Andra bisa melihat semangat dan kejujuran di mata Rani. “Aku nulis apa adanya,” kata Rani. “Mungkin tidak sempurna, tapi aku tulis dengan sungguh-sungguh.”

Perbedaan itu membuat Andra tersentak. Selama ini ia mengejar kesempurnaan teknis, tetapi lupa pada satu hal yang lebih penting: makna. Ia sibuk menghasilkan yang terbaik menurut standar dunia nilai tinggi, tampilan rapi, hasil mengesankan—namun tidak bertanya apakah tugas itu benar-benar mencerminkan hatinya.

Di tengah kebingungan itu, Andra teringat bacaan di ibadah minggu lalu: “Dalam rumah

Jadikan Aku Sesuatu yang Bermakna

“Bacaan: 2 Timotius 2:20–21”

Malam itu, Andra menutup laptop perlahan. Ia berdoa dengan lirih, “Tuhan, aku ingin mengerjakan yang terbaik. Tapi bukan yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, tetapi juga dari kayu dan tanah liat. Ada yang dipakai untuk maksud yang mulia.” (2 Timotius 2:20–21). Di sini, Paulus tidak bicara soal kualitas bahan, tetapi tentang kesediaan dipakai.

hanya baik di luar—aku ingin bermakna. Doa itu mengubah caranya melihat tugas, kuliah, bahkan kehidupan kampus. Ia mulai belajar bukan demi nilai, tetapi demi memahami. Ia tetap mengerjakan tugas dengan rapi, tetapi kini ia memastikan ada kejujuran di dalam prosesnya Ia mulai membantu teman-teman kelompok, bukan supaya dipuji, tetapi karena ia ingin menjadi

UKDW

Gelar Ibadah

Syukur Dies Natalis ke-63 Bernuansa Melayu

Universitas Kristen Duta Wacana

(UKDW) menyelenggarakan Ibadah Syukur Dies Natalis ke-63 bertema “Inovasi, Kolaborasi, Transformasi,” sebuah

tema yang berakar pada nilai-nilai kedutawacanaan yang terus dihidupi oleh seluruh civitas akademika Ibadah yang berlangsung pada Jumat, 31 Oktober 2025, di Auditorium Koinonia UKDW ini dikemas secara istimewa dalam nuansa Melayu yang kuat sebagai bentuk penghargaan terhadap kekayaan budaya nusantara Nuansa ini sekaligus merefleksikan relasi yang erat antara UKDW dengan Sinode Gereja Kristen di Sumatera Bagian Selatan (GKSBS), salah satu sinode pendukung universitas. Khotbah Syukur disampaikan oleh Ketua Majelis Pimpinan Sinode (MPS) GKSBS, Pdt. Dono Wahyono, S.Si., M.A. Nuansa budaya Melayu semakin terasa melalui lantunan pantun Melayu dan aransemennya yang dibawakan oleh Dyonni Gracia Chamber, kelompok orkestra mahasiswa Institut Seni Yogyakarta Aransemen tersebut diperkaya dengan instrumen tradisional seperti gambus dan gendang. Pembacaan Alkitab pun disajikan secara dwibahasa, yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah Lampung Mahasiswa yang tergabung dalam Persekutuan Mahasiswa GKSBS di Yogyakarta turut mempersembahkan tiga tarian daerah: Tari Sigeh Pengunten dari Lampung sebagai pembuka, Tari Rangguk dari Jambi sebagai persembahan, dan Tari Tanggai dari Palembang sebagai penutup. Dalam khotbahnya, Pdt. Dono mengangkat kisah orang lumpuh dan sahabatnya dalam M a r k u s 2 : 1 - 5 K i s a h i n i m e n y o r o t i kebersamaan, tanggung jawab, dan kasih yang mendalam Hubungan yang terjalin antara orang lumpuh dan empat orang yang m e n g u s u n g n y a m e m p e r l i h a t k a n kebersamaan yang kuat serta relasi yang mendalam Mereka digerakkan oleh rasa tanggung jawab, rasa memiliki, dan kasih yang tulus Saat menghadapi kerumunan Respons Yesus pun luar biasa Ia tidak yang menghalangi, para sahabat itu mengambil resiko demi kesembuhan, menunjukkan tekad dan iman yang besar. Tindakan ini menunjukkan betapa besar keinginan mereka untuk mengusahakan kesembuhan bagi sahabatnya, memandang rekannya sebagai bagian dari diri mereka sendiri.

doc.BiroIV

marah, tetapi justru menunjukkan reaksi positif terhadap iman mereka. Mengakui iman yang diwujudkan melalui tindakan nyata, keberanian, dan ketekunan Iman itu berkaitan dengan keyakinan bahwa Yesus mampu menjadi jawaban atas harapan mereka. Iman terlihat dari tekad besar untuk memperjuangkan kesembuhan, ketekunan dalam tindakan, dan sikap yang tidak

berkat Ia menyadari bahwa excellence sesungguhnya bukan soal menjadi hebat, tetapi menjadi tulus.

Dalam perjalanan itu, Andra menemukan bahwa makna tidak datang tiba-tiba. Makna tumbuh perlahan, dalam pilihan-pilihan kecil, memilih jujur saat ada kesempatan menyontek, setia dalam tanggung jawab meski tidak dilihat dosen, berusaha memberi yang terbaik meski sedang lelah. Di setiap langkah kecil itu, ia sedang berkata kepada Tuhan: “Pakai aku, bentuk aku.”

Seperti perabot dalam gambaran Paulus, hidup Andra tidak menjadi mulia karena ia “terbuat dari emas ” Hidupnya menjadi berarti karena ia bersedia dibentuk. Ia belajar bahwa excellence bukan tentang menjadi nomor satu, tetapi tentang memberikan hati sepenuhnya kepada Tuhan dalam setiap proses pembelajaran.

Setiap kali Andra merasa lelah, ia mengulang doanya: “Tuhan, jadikan aku sesuatu yang bermakna.” Dan pelanpelan, ia mulai merasakannya: Tuhan benarbenar sedang menjadikan hidupnya bermakna. [pedro]

menyerah ketika menghadapi kerumunan a t a u k e s u l i t a n I m a n y a n g s e j a t i memunculkan relasi yang hebat—kasih yang mau memberi, rasa saling memiliki, tanggung jawab, kesediaan untuk berkorban, bahkan berani mengambil resiko.

Sementara itu, kerumunan tidak memberi jalan. Mereka fokus pada diri sendiri dan tidak memberi ruang agar orang lumpuh itu dapat masuk ke dalam rumah. Di sinilah terlihat perlunya transformasi, sebab banyak orang lebih mementingkan diri sendiri. Kita dipanggil untuk memberi diri sepenuhnya demi menghadirkan kebaikan, bukan demi mencari pengakuan.

Kehadiran kerumunan yang menghalangi jalan menjadi pengingat bahwa transformasi diperlukan agar manusia tidak egois, melainkan memberi diri untuk kebaikan bersama Kolaborasi memungkinkan kita mengangkat yang lemah, mengatasi hambatan, dan mewujudkan tujuan bersama. Dari sini, dukungan dan inovasi lahir ketika kita bergerak bersama, membuka jalan baru, dan membawa perubahan positif. “Setiap langkah kecil yang kita lakukan dengan keberanian, kasih, dan kerja sama dapat menjadi berkat bagi kehidupan orang lain. Selamat berinovasi, berkolaborasi, dan bertransformasi!”

Ibadah Syukur Dies Natalis ke-63 Duta Wacana ini bukan sekadar seremonial, melainkan momentum refleksi bagi seluruh sivitas akademika untuk memperbarui komitmen dalam menghidupi semangat "Inovasi, Kolaborasi, dan Transformasi" Nuansa budaya Melayu yang kental dari GKSBS yang mewarnai ibadah menjadi simbol nyata dari kolaborasi dan harmoni yang terjalin erat di lingkungan universitas. Dengan hati yang dikuatkan oleh firman dan doa, perayaan ini menjadi pengingat bahwa setiap langkah kecil—ketika dijalani dengan kasih, keberanian, dan kolaborasi dapat menghadirkan perubahan dan menjadi berkat bagi banyak orang. [zethri]

Pendampingan Pastoral LGBT Perspektif

Baru tentang Keberagaman Seksual: Mendorong Pemahaman yang Lebih Humanis

Indonesia merupakan negara yang

memiliki masyarakat dengan latar belakang budaya dan agama yang sangat kuat Nilai-nilai moral dan tradisi yang diwariskan turun-temurun masih sangat dijunjung tinggi di banyak komunitas. Hal inilah yang menyebabkan isu mengenai Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) masih dianggap sebagai sesuatu yang tabu dan sulit diterima secara terbuka Berbeda dengan beberapa negara Barat yang kini telah lebih progresif dan terbuka dalam memandang keberagaman orientasi seksual. Di sana, pembahasan mengenai LGBT tidak lagi ditempatkan sebagai sesuatu yang harus disembunyikan Salah satu penyebabnya adalah perkembangan konsep hak asasi manusia yang semakin inklusif, perubahan pola pikir masyarakat menuju kebebasan individu, serta meningkatnya keberanian media dalam memberikan representasi positif terhadap kelompok LGBT. Selain itu, hasil penelitian ilmiah juga menunjukkan bahwa orientasi seksual merupakan bagian alami

dari keberagaman manusia dan bukan sebuah kelainan Perjuangan kelompok advokasi LGBT yang secara konsisten menyuarakan hak-hak mereka turut memberi kontribusi

b

masyarakat dunia Legalisasi pernikahan sesama jenis dan perlindungan hukum bagi mereka menjadi salah satu bukti nyata adanya langkah menuju penerimaan yang lebih luas, meskipun masih terdapat proses panjang yang perlu dilalui.

Istilah LGBT sendiri mencakup kelompok identitas dan orientasi seksual yang beragam, yaitu Lesbian, Gay, Biseksu

n Transgender Pada awalnya, orientasi ini pernah dikategorikan sebagai gangguan mental. Namun sejak tahun 1975, American Psychological Association menetapkan bahwa orientasi seksual seperti lesbian dan gay bukan merupakan gangguan psikologis, melainkan bagian dari identitas seseorang. Dalam konteks pembahasan ini, penulis lebih memfokuskan perhatian pada Lesbian dan Gay Lesbian merupakan orientasi seksual y

emosional, romantis, atau seksual seorang perempuan kepada perempuan lain Sedangkan Gay merujuk pada individu,

t

ketertarikan terhadap sesama jenis Meski definisi ini sudah jelas, sudut pandang masyarakat seringkali tetap bernada negatif karena orientasi ini dianggap menyimpang dari norma heteroseksual yang dianggap sebagai standar baku.

Dalam masyarakat yang religius dan konservatif, Lesbian dan Gay sering kali dipandang bertentangan dengan nilai moral

Hubungan antar subjek merupakan

aspek mendasar dalam kehidupan sehari-hari, tercermin dari intensitas interaksi manusia yang tidak pernah terlepas dari perjumpaan Perjumpaan ini telah menjadi sebuah kebiasaan yang tak terhindarkan, namun di sisi lain, dapat pula dianggap sebagai potensi ancaman. Dengan kata lain, perjumpaan tidak lepas dari kemungkinan timbulnya masalah Oleh karena itu, bagaimana hubungan antar subjek dapat terjalin dengan lebih harmonis? Dan, mungkinkah Allah hadir dalam setiap perjumpaan tersebut?

“Yang Etis” bermakna keterbukaan dan penghormatan terhadap keberlainan YangLain. Subjek tidak berpusat pada diri sendiri, tetapi mengarahkan perhatian kepada YangLain tanpa memberi penilaian atau mengkategorikannya, karena hal itu justru mereduksi dan merepresi keberadaannya Relasi antar-subjek menjadi etis ketika “Aku” bersedia terbuka terhadap segala bentuk

dan ajaran agama. Pandangan ini tidak timbul begitu saja, melainkan dipengaruhi oleh beberapa faktor Pertama, latar belakang

a

menekankan bahwa hubungan sesama jenis tidak sejalan dengan ajaran tradisional. Hal ini mendorong masyarakat untuk melihat Lesbian dan Gay sebagai sesuatu yang tidak bermoral. Kedua, faktor budaya dan norma sosial Sebagian besar budaya menjunjung heteronormativitas, yaitu anggapan bahwa h

merupakan satu-satunya bentuk orientasi seksual yang benar Ketiga, keterbatasan pendidikan mengenai orientasi seksual dan identitas gender menyebabkan banyak orang tidak memahami bahwa keberagaman orientasi seksual merupakan bagian alami dari keberadaan manusia Keempat, pengaruh media juga memegang peran penting. Media yang menampilkan Lesbian dan Gay dalam citra yang negatif atau karikatural dapat memperkuat stereotip yang keliru.

Namun demikian, terdapat pula upaya untuk mengubah cara pandang masyarakat. Salah satunya datang melalui kesaksian dan pengalaman pribadi individu LGBT yang mulai berani tampil dan berbicara mengenai jati diri mereka Contohnya, Rianti Setiadi dalam bukunya Bukan Pilihanku: Jeritan Hati Kaum LGBT menampilkan pergumulan batin, perjalanan hidup, serta pengalaman diskriminasi yang dialami oleh orang-orang LGBT Buku ini memperlihatkan bahwa mereka tidak sedang “memilih” untuk menjadi berbeda, melainkan menjalani kehidupan sesuai dengan identitas dan perasaan yang mereka miliki. Melalui kisah-kisah seperti ini,

Allah Hadir dalam Wajah Yang Lain?

Refleksi Teologis atas Kejadian 33

respons Yang-Lain, termasuk interupsi dan pertanyaan. Tanggung jawab etis hanya terwujud ketika “Aku” tidak mendominasi, melainkan menghormati dan menghargai keberlainan Yang-Lain.

“Wajah”, sebagai sosok Yang Lain

Levinas mengkritik tradisi Filsafat Barat yang menurutnya terlalu menekankan pada sikap egologi Kritik ini ia tujukan pada pemikiran tokoh seperti Descartes Dalam buku Pengantar Filsafat, tradisi Filsafat Barat yang berfokus pada egologi diartikan sebagai upaya para pemikir Barat untuk memusatkan segala kenyataan di sekitar ego sebagai inti atau pusat pemikiran. Ego itu sendiri merupakan bagian dan berinteraksi dengan dunia. Dalam bahasa fenomenologi ego dan dunia selalu berkorelasi dengan demikian intersubjektivitas dipengaruhi oleh ego/Aku. Dalam pemikiran Levinas Sang Aku akan selalu berhadapan dengan dunia dan segala isinya, terkhusus dengan Yang Lain yang juga merupakan bagian dari dunia – ditunjukkan dengan adanya Wajah. Bagi Levinas, “wajah” orang lain merupakan hal yang bersifat konkret, ditunjukkan dari segala bentuk penyingkapan seluruh keberadaan Yang Lain. Menurut Levinas, relasi dengan sesama tidak didasarkan pada kedekatan emosional atau ikatan keluarga, melainkan pada tanggung jawab moral yang melekat dalam diri setiap manusia Pertemuan dengan Yang Lain menghadirkan “wajah” yang memanggil kita untuk bertindak dengan keadilan dan kasih. Wajah itu melambangkan kerentanan dan kebutuhan mereka yang lemah; seperti orang miskin, janda, yatim piatu, dan mereka yang terpinggirkan – yang menuntut kepedulian kita. Karena itu, kasih terhadap sesama bukan sekadar pilihan pribadi, tetapi panggilan etis yang menegaskan eksistensi manusia yang sejati: hidup bagi dan bersama orang lain, melampaui kepentingan diri sendiri.

Tinjauan Teologis: Kejadian 33 Ayat 1-3: Tindakan Yakub sujud di hadapan Esau dapat diinterpretasikan sebagai pengakuan atas kesalahan yang telah ia perbuat. Ini sejalan dengan prinsip tanggung jawab etis Levinas, di mana individu merasa berkewajiban untuk menanggung akibat dari tindakannya.

Ayat 4: Esau, meskipun pernah menjadi k o r b a n k e l i c i k a n Y a k u b , t e t a p memperlakukan adiknya dengan baik. Sikap ini mencerminkan gagasan Levinas bahwa kita bertanggung jawab tidak hanya atas tindakan kita sendiri, tetapi juga atas kejahatan yang orang lain lakukan terhadap kita.

Ayat 5-7: Tindakan seluruh keluarga Yakub yang sujud di hadapan Esau menunjukkan pengaruh "Wajah Yang Lain " dalam memunculkan kewajiban moral Dalam pandangan Levinas, pertemuan dengan "Wajah" memaksa kita untuk mengakui keberadaan orang lain dan memicu respons etis.

Ayat 8-9: Penggunaan kata "adikku" oleh Esau dan "tuanku" oleh Yakub, serta respons Esau, menunjukkan dinamika kekuasaan dan tanggung jawab etis. Esau, meskipun dalam posisi yang lebih kuat, memilih untuk tidak mengeksploitasi situasi tersebut, sekali lagi menunjukkan komitmennya pada etika Levinas.

Ayat 10-11: Permintaan Yakub akan kasih sayang dari Esau menunjukkan transformasi yang ia alami Pertemuan dengan "Wajah" telah meruntuhkan egoisme Yakub dan menggantinya dengan kerendahan hati.

Ayat 12-15: Kedermawanan Esau dalam menawarkan bantuan kepada Yakub adalah contoh konkrit dari kasih karunia dan tanggung jawab etis Tindakan Esau ini menunjukkan bahwa etika Levinas tidak hanya tentang pengakuan kesalahan, tetapi juga tentang tindakan aktif untuk kebaikan orang lain.

masyarakat diajak untuk melihat sisi kemanusiaan dari individu LGBT, bukan hanya menilai dari perspektif moral atau agama saja.

Untuk mencapai penerimaan sosial yang lebih baik, terdapat beberapa langkah yang dapat dilakukan. Pertama, pendidikan yang inklusif mengenai orientasi seksual perlu diperluas agar masyarakat dapat memahami keberagaman manusia dengan lebih objektif. Kedua, stereotip negatif mengenai LGBT harus dikurangi melalui dialog terbuka yang jujur dan empatik Ketiga, pendekatan keagamaan yang lebih humanis dan penuh kasih perlu dikembangkan agar agama tidak hanya menjadi alat untuk menghakimi, tetapi juga untuk merangkul. Keempat, hak asasi manusia harus menjadi landasan utama dalam memperlakukan setiap individu, termasuk Lesbian dan Gay, sehingga mereka d a p

representasi positif dalam media penting untuk mengubah persepsi masyarakat secara lebih luas dan mendalam. P

kelompok Lesbian dan Gay memang masih beragam dan penuh tantangan Namun melalui pendidikan, pemahaman, dan dialog yang terbuka, perubahan sikap dapat terjadi secara perlahan. Masyarakat perlu belajar untuk melihat individu LGBT sebagai manusia yang memiliki perasaan, harapan, dan hak yang sama seperti anggota masyarakat lainnya Dengan demikian, tercipta lingkungan yang lebih adil, inklusif, d

keberagaman. [Gabrela P.S]

Refleksi

Konflik antara Esau dan Yakub, yang dipicu oleh perbedaan karakter dan ambisi, menggambarkan kompleksitas hubungan manusia. Namun, dibalik pertentangan yang tajam, kisah ini menyajikan refleksi mendalam tentang tanggung jawab etis. Baik Esau maupun Yakub keduanya menyadari keberadaan "Yang Lain" yang memanggil mereka untuk bertanggung jawab Ketika kita berhadapan dengan "Wajah", kita tidak hanya melihat seseorang, tetapi juga menerima panggilan moral untuk merespon keberadaan mereka. Kisah ini mengajarkan bahwa rekonsiliasi sejati tidak lahir dari kekuatan atau strategi manusia semata, tetapi dari perjumpaan yang tulus dengan Yang Lain yang membawa kita pada kesadaran akan Allah. Rekonsiliasi antara Esau dan Yakub bukan hanya penyelesaian konflik semata, tetapi juga merupakan ekspresi tanggung jawab etis yang mendalam. Keduanya mengakui kesalahan masing-masing dan bersedia untuk memaafkan Tindakan ini mencerminkan adanya sikap batin, seperti empati, kerendahan hati, dan kesiapan untuk berdamai.

Kisah dalam Kejadian 33 menegaskan bahwa eksistensi manusia yang sejati terletak pada kemampuannya untuk merespons "Wajah Yang Lain" sebagai tanda hadirnya Allah Ketika kita dapat melihat dan menghormati keberadaan orang lain, kita terdorong untuk bertindak secara etis

T a n g g u n g j a w a b e t i s t i d a k h a n y a mengharuskan kita untuk menghindari kerugian terhadap orang lain, tetapi juga mendorong kita untuk berbuat baik demi kesejahteraan “Yang Lain” [Senover Sudiro Purba]

Tanggung Jawab Etis
doc.Pribadi
doc.Pribadi

Buku

Untuk Menjadi Orang Jujur, Siapa Pahlawan Kita?

Resensi buku Hoegeng: Oase Menyejukkan di Tengah Perilaku Koruptif Para Pemimpin Bangsa

Editor: Aris Santoso (2009)

Secara umum, saya bukan pembaca setia

biografi Banyak biografi berubah menjadi eulogi, tulisan yang terlalu memuja tokohnya sehingga kehilangan jarak kritis. Kesan itu juga muncul ketika membaca buku Hoegeng ini, sebuah biografi yang disusun dari berbagai bahan yang berhasil dihimpun tim penulis, sebagian besar adalah orang-orang yang mengenal Hoegeng secara pribadi.

Seluruh tulisan dalam buku ini diarahkan untuk menonjolkan sisi-sisi terbaik mantan Kapolri tersebut Hoegeng, yang pernah dijuluki Gus Dur sebagai satu dari “tiga polisi jujur di Indonesia” Polisi Tidur, Patung Polisi, dan Hoegeng—digambarkan sebagai figur keteladanan yang langka.

Salah satu hambatan saya dalam membaca biografi ialah kecenderungan penulis untuk mengidealisasi tokoh. Tokoh sering dibentuk menjadi representasi nilai-nilai ideal penulisnya, sehingga ia terlepas dari kewajaran manusiawi dan sulit dijadikan teladan yang realistis.

Namun, terlepas dari keberatan itu, saya menyukai buku lawas yang terbit pertama kali pada 2009 ini. Membacanya membuat saya sadar bahwa banyak buku bermutu dari masa lalu yang luput dari perhatian publik karena kurangnya publikasi.

Alur Penulisan yang Lancar dan Terstruktur

Alasan pertama saya menyukai buku ini adalah kelancarannya Buku biografi yang tersendat-sendat, tanpa struktur jelas atau tanpa posisi penulis yang tegas, biasanya

Pojok Alumni

Amembuat pembacaan melelahkan. Buku ini sebaliknya. Ia dibagi ke dalam tiga bagian: “Sekilas Perjalanan Hidup Pak Hoegeng”, “Pak Hoegeng dalam Pandangan POLRI”, serta “Pak Hoegeng di Mata Sahabat, Anak, dan Tokoh Masyarakat.”

Alasan kedua, buku ini dibangun secara argumentatif Berbagai peristiwa dipilih bukan sekadar untuk memuji, tetapi untuk menunjukkan sikap, keputusan, dan tindakan Hoegeng yang dinilai terpuji Pujian yang diberikan pun terasa berdasar dan logis.

Kasus Sum Kuning: Contoh Penulisan yang Kuat

Salah satu bagian yang menonjol adalah pembahasan kasus pemerkosaan Sum Kuning oleh anak bangsawan Yogyakarta Penulis tampak mengetahui latar belakang pelakunya meski tidak menyebut nama secara langsung. Petunjuk diberikan secukupnya agar pembaca dapat menafsirkan sendiri. Pendekatan ini menunjukkan kecermatan penulis dalam menghadapi kasus sensitif yang melibatkan tokoh berpengaruh, baik dari kalangan sipil, militer, maupun politisi. Editor buku ini pun tidak pernah berjumpa langsung dengan Hoegeng, melainkan hanya mewawancarai putranya.

K i s a h - k i s a h l a i n , m u l a i d a r i penyelundupan hingga korupsi, juga menempatkan Hoegeng sebagai protagonis di tengah lingkaran tokoh-tokoh antagonis. Dengan demikian, buku ini bukan hanya tentang Hoegeng, tetapi juga tentang wajah gelap para pemimpin dan tokoh publik yang berbuat nista namun tetap disanjung.

Biografi sebagai Rekonstruksi, Bukan Replika Sebagaimana lazimnya biografi, buku ini bukanlah gambaran objektif kehidupan seseorang, melainkan interpretasi atau rekonstruksi yang disusun oleh para penulis berdasarkan bukti-bukti yang tersedia. Setiap kisah telah melalui filter subjektivitas p e n u l i s n y a U n t u n g n y a , b u k u i n i menghadirkan banyak perspektif dari para tokoh yang dianggap mengenal betul Hoegeng.

Meski pun sudah diusahakan meninjau dari berbagai perspektif, buku ini tidak pernah bisa sepenuhnya menangkap kompleksitas riwayat pak Hoegeng. Dunia batin Hoegeng tidak terjangkau oleh para penulis buku ini. Buku ini merupakan keroyokan, sehingga mirip bunga rampai, dari tulisan nama-nama besar yang sudah dikenal masyarakat seperti Teten Masduki, Jacob Oetama, Kemal Idris, Ali Sadikin, Permadi, G.J. Aditjondro, Ramadhan KH, serta beberapa jenderal Polri seperti Da’i Bachtiar, Widodo Budidarmo, dan Kunarto.

Tulisan-tulisan itu berdiri sendiri, sehingga pembaca dapat menikmatinya secara acak Karena itu, buku ini lebih tepat dipandang sebagai karya naratif-historis ketimbang catatan fakta yang tuntas.

Pujian yang Beralasan

Dengan pembingkaian konteks yang kuat, pujian kepada Hoegeng terasa beralasan. Saya memandang cara penulisan ini seperti menggambarkan keindahan bunga teratai sekaligus comberan tempat ia tumbuh Kontras itulah yang membuat Hoegeng m e m a n g p a n t a s d i p u j i , p a n t a s

dipahlawankan.

Syukur rasanya mengetahui bahwa bangsa ini pernah memiliki figur seperti Hoegeng. Dan syukur pula, buku bekas yang saya temukan seolah bangkit dari tumpukan lapak kembali bersuara ketika penjahat ingin dipahlawankan oleh para pengikutnya. [mht]

Jejak Daun di Kain Biru: Story behind Denim Sling Bag and Ecoprint

roma daun yang terhirup di udara kala

sore itu masih membekas ketika aku berkunjung ke ruang kerja kecil milik Elang di Jogja. Di atas meja kayu, berserakan potongan denim bekas, lembaran kain ecoprint, serta rebusan daun dan bunga yang perlahan melepaskan pigmen warnanya. Dari bahan-bahan yang sederhana, Elang menciptakan hal yang luar biasa berupa sling bag dari limbah denim dan gabungan kain ecoprint Sebagai seseorang yang pernah menjadi mahasiswa di Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW), rasa penasaranku selalu tumbuh untuk meneliti bagaimana lahirnya ide-ide muda dan berkembang di sekitarku.

Karya Elang bukan sekadar produk fesyen, melainkan refleksi diri atas kesadaran lingkungan dan dorongan untuk hidup lebih bertanggung jawab terhadap bumi. Di balik noda warna alami dan potongan kain itu, ada kisah perjuangan, kerja sama, dan kasih yang t u m b u h b e r s a m a a l a m k i s a h y a n g membuatku ingin mengabadikannya dalam tulisan ini.

Elang memulai karyanya pada tahun 2025, berangkat dari keresahan yang sama seperti desainer muda lainnya, tumpukan limbah

tekstil yang kian menyesakkan Elang bersama rekannya dari brand Maybemay mencari jalan untuk mengubah limbah menjadi hal yang bernilai, sebuah inisiatif kreatif yang lahir untuk dipersembahkan menjadi sebuah produk Tugas Akhir Ia menggabungkan kedua elemen yang berlawanan layaknya manusia dan alam namun berpadu dan melahirkan sebuah harmoni yang utuh. Aku melihat bagaimana proses itu berlangsung Kain denim yang mulai pudar dipotong menjadi bagian kecil, lalu dijahit dengan teknik patchwork. Di sisi lain, kain ecoprint yang berasal dari bunga dan dedaunan direbus dengan perlahan agar pigmen alaminya dapat menempel lekat pada kain. Seperti sidik jari alam, produk yang diciptakan ini memiliki pola yang berbeda dan motif yang unik.

Selama proses pembuatan sling bag ini, Elang dan rekannya tidak hanya berbagi pengalaman, melainkan nilai Ia belajar mengenai strategi pasar serta pengembangan produk, sementara rekannya belajar mengenai proses pewarnaan alami dan kesabaran dalam proses pengerjaan Kolaborasi yang terjalin ini mencerminkan semangat Fides, Scientia, et Amor, yakni

iman, ilmu, dan kasih. Sling bag yang mereka hasilkan kemudian dijual dan mendapatkan apresiasi, terutama dari pelanggan yang berusia 25-30 tahun yang mencari mode yang indah serta unik. Maybemay menjadi bukti bahwa perjuangan kecil dapat membawa perubahan besar; bahwa kreativitas dapat menjelma menjadi bentuk tanggung jawab sosial ketika dikerjakan dengan kesadaran dan cinta.

Bagiku, yang menarik bukanlah hasil akhirnya, melainkan filosofi yang lahir di balik setiap proses yang mereka lakukan. Denim bekas yang digunakan ulang mengajarkanku tentang kesempatan kedua; bahwa sesuatu yang kita anggap usang masih bisa kita ubah menjadi hal berharga bila disentuh dengan niat baik. Sementara jejak daun dan bunga pada kain menjadi pengingat bahwa alam selalu memberi, selama manusia mau peka dan menghargai keberadaannya. Melalui sling b a g i n i , E l a n g d a n t i m M a y b e m a y membuktikan bahwa keberlanjutan tidak harus dimulai dari hal besar dan mewah, ia dapat tumbuh dari tangan-tangan muda yang berani mengambil langkah kecil untuk menjaga bumi.

Biodata Penulis

Prodi : Nama : Fakultas Kependidikan & Humaniora
Pendidikan Bahasa Inggris
Prisca Eirene Pricillia Mustafa S,Pd. Tahun lulus 2025

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Koran Kampus UKDW Edisi November 2025 by Koran Kampus UKDW - Issuu