UKDW Yogyakarta

UKDW Yogyakarta @ukdwyogyakarta
Alamat Redaksi:
Kantor Biro IV UKDW
Jl. dr. Wahidin Sudirohusodo 5-25, D I Yogyakarta Gedung Hagios Lantai 1


Koran Kampus UKDW korankampus@staff ukdw ac id
UKDW Yogyakarta
UKDW Yogyakarta @ukdwyogyakarta
Alamat Redaksi:
Kantor Biro IV UKDW
Jl. dr. Wahidin Sudirohusodo 5-25, D I Yogyakarta Gedung Hagios Lantai 1
Koran Kampus UKDW korankampus@staff ukdw ac id
MINISTRY
BekerjaDenganHati, MengabdiLewatProfesi
Sebagai bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, Universitas
RESENSIBUKU
SuatuHaridiSambirataPengalaman
EstetisKeseharianbersama PerempuanPelestariGerabah
Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) rutin mengadakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Reguler setiap tahun Mengangkat tema “Pemberdayaan Ekonomi Kreatif pada Sektor Pariwisata Lokal melalui Potensi UMKM”, KKN Reguler Semester Genap 2024/2025 dilaksanakan secara live-in selama satu bulan di Kecamatan Pringkuku, Kabupaten Pacitan. Ketua LPPM UKDW, Dr. Freddy Marihot Rotua Nainggolan menjelaskan sebanyak 427 mahasiswa dari Program Studi (Prodi) Manajemen, Akuntansi, Arsitektur, Desain Produk, Informatika, Sistem Informasi, Biologi, Kedokteran, dan Pendidikan Bahasa Inggris akan menjalankan program KKN di Desa Poko, Desa Candi, Desa Jlubang, Desa Watukarung, dan Desa Dersono yang ada di Kecamatan Pringkuku, Pacitan. Upacara penerjunan mahasiswa KKN yang diadakan pada hari Selasa, 24 Juni 2025 di Kantor Kecamatan Pringkuku menandai bahwa program KKN tersebut resmi dimulai tanggal 24 Juni hingga 23 Juli 2025.
“KKN ini bertujuan untuk memberikan pengalaman kepada mahasiswa tentang hidup bermasyarakat, serta menumbuhkan empati dan kepedulian civitas academica UKDW terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat Sehingga nantinya mahasiswa dapat menjadi generasi yang siap pakai dalam proses pembangunan maupun pengembangan potensi lokal, serta menjadi solusi bagi permasalahan yang ada di dalam masyarakat,” terangnya.
Rektor UKDW, Dr.-Ing Wiyatiningsih, S.T., M.T. mengatakan kegiatan KKN yang dilaksanakan di Pacitan ini merupakan tindak lanjut dari kerja sama UKDW dengan Pemerintah Kabupaten Pacitan. “Kerja sama sudah kami mulai sejak tahun lalu, berupa kajian yang dilakukan oleh tim Dosen Fakultas Arsitektur dan Desain di daerah Watukarung. Selanjutnya, kami berharap LPPM bisa menjadikan program KKN ini sebagai pintu masuk untuk kegiatan-kegiatan yang lain. Sehingga program ini tidak berjalan satu kali saja, namun terus berkelanjutan,” ungkapnya.
Dr.-Ing Wiyatiningsih, S.T., M.T. juga berpesan supaya para mahasiswa UKDW bisa belajar bersama masyarakat setempat untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada di Pacitan. Sesuai dengan tema KKN yang berkaitan dengan pemberdayaan ekonomi kreatif, program-program yang telah direncanakan diharapkan dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi masyarakat dan menjadi bagian dari program berkelanjutan antara UKDW dengan Kecamatan Pringkuku di masa-masa mendatang “Kami juga berharap para mahasiswa yang mengikuti KKN ini memperhatikan norma dan peraturan daerah setempat, mau belajar hidup di lingkungan yang baru, berkolaborasi bersama masyarakat untuk meningkatkan potensi pariwisata. Jangan lupa untuk menikmati proses yang dilalui sambil mempersiapkan diri untuk menghadapi tahap selanjutnya,” pesannya. Sementara itu, dalam sambutan Drs. Suwoto, M.H. selaku Camat Kecamatan Pringkuku yang disampaikan oleh Sumardi, S.E., M.Si. (Sekretaris Camat Kecamatan Pringkuku) disebutkan bahwa Kecamatan Pringkuku banyak memiliki daya tarik wisata alam maupun potensi budaya dan kuliner, yang belum sepenuhnya digarap secara maksimal.
“Kami mengapresiasi tema yang diusung karena sangat relevan dengan potensi dan tantangan yang dihadapi wilayah kami Terutama dalam hal pengembangan pariwisata dan penguatan umkm lokal sebagai penopang ekonomi masyarakat Lewat kolaborasi ini kami berharap kehadiran mahasiswa KKN UKDW dapat memberikan inovasi, pendampingan, dan motivasi bagi masyarakat lokal, agar potensi yang ada bisa lebih produktif dan berdaya saing,” tuturnya.
Drs. Suwoto, M.H. berpesan agar para mahasiswa membangun komunikasi yang baik dengan perangkat desa, tokoh masyarakat, dan warga setempat “Kami percaya dengan semangat gotong royong dan pendekatan yang inklusif, berbagai kegiatan yang telah dirancang akan membawa manfaat yang besar bagi masyarakat dan bagi pengembangan diri mahasiswa sebagai calon pemimpin masa depan,” pungkasnya. [mpk]
Resmikan Dua Pusat Studi Baru, Wujud Komitmen terhadap Perdamaian & Inovasi Teknologi
niversitas Kristen Duta Wacana U(UKDW) Yogyakarta menegaskan komitmennya dalam mendukung
p e m b a n g u n a n p e r d a m a i a n d a n pengembangan teknologi inovatif dengan meresmikan dua pusat studi baru, yaitu Center of Immersive Technology and Creative Innovation (CITACI) serta Pusat Studi dan Pengembangan Perdamaian (PSPP) Acara launching ini diselenggarakan pada hari Selasa, 17 Juni 2025, bertempat di Auditorium Koinonia UKDW.
Launching 2 pusat studi multidisipliner ini dihadiri oleh jajaran pimpinan universitas, para akademisi lintas disiplin, tokoh masyarakat, serta mitra dari berbagai sektor. Acara ini sekaligus menandai babak baru UKDW dalam mewujudkan tri dharma perguruan tinggi yang kontekstual dan berdampak luas.
Rektor UKDW, Dr.-Ing. Wiyatiningsih, S.T., M T , menyebutkan keberadaan dua pusat studi baru ini sesuai visi UKDW sebagai universitas yang berkelanjutan dan responsif terhadap tantangan zaman “Keduanya menjadi pusat studi multidisipliner yang ketiga dan keempat di bawah Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM), yang akan menjadi wajah etalase baru dari UKDW.
Kami melihat peluang besar untuk menciptakan solusi inovatif bagi tantangan kemanusiaan melalui perpaduan antara nilai-nilai perdamaian dan kemajuan teknologi,” ujarnya. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) UKDW Dr Freddy Marihot Rotua Nainggolan mengatakan, keberadaan dua pusat studi baru di UKDW ini penting, karena bakal menjadi keunikan UKDW. “PSPP begitu kontekstual sekarang ini, ketika peperangan terjadi di sejumlah wilayah di dunia. Kami ingin menghadirkan kajian yang tidak hanya terbatas di lingkungan internal, tetapi juga menjangkau skala nasional dan internasional Karena kita sangat membutuhkan perdamaian, toleransi, mengenal satu dengan lainnya,” tambahnya.
PSPP sebenarnya telah berdiri sejak tahun 1986 dan dikenal sebagai lembaga pionir di U K D W y a n g b e r g e r a k d i b i d a n g pengembangan budaya damai berbasis nilai teologis dan sosial yang kontekstual dalam masyarakat Indonesia yang beragam. Di bawah kepemimpinan Pdt. Dr. Jozef MN. Hehanussa, M.Th., PSPP hadir kembali dengan semangat baru sebagai pusat unggulan dalam penelitian, pendidikan, dan advokasi perdamaian. Dengan pendekatan multidisipliner, PSPP berharap dapat memperkuat visibilitasnya dan memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat luas, khususnya dalam pengelolaan konflik dan p e m b a n g u n a n p e r d a m a i a n y a n g berkelanjutan.
Sementara itu Center of Immersive Techno-
logy and Creative Innovation menurutnya bakal menjadi cara pandang UKDW melihat potensi dan peluang ke depan Pasalnya kini modernitas dan digitalisasi sudah dibutuhkan di mana-mana.
CITACI hadir sebagai respons terhadap kebutuhan akan solusi digital yang inovatif dan inklusif, untuk mengikuti pesatnya perkembangan teknologi seperti AR, VR, XR, dan Metaverse Dipimpin oleh Dr Antonius Rachmat Chrismanto, S Kom , M.Cs., CITACI menjadi wadah kolaborasi antardisiplin yang menggabungkan keahlian di bidang teknologi informasi, desain, arsitektur, kesehatan, hingga ekonomi CITACI akan menghasilkan karya-karya digital kreatif yang relevan, bermakna, dan berdaya saing di level nasional maupun global. Melalui peluncuran dua pusat studi ini, UKDW mempertegas perannya sebagai institusi pendidikan tinggi yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga responsif terhadap isu-isu sosial, teknologi, dan kemanusiaan. [mpk]
Doc. Pribadi
Ketika keberanian bertemu dengan kreativitas, lahirlah
karya yang melampaui batas-batas stereotip Hal inilah yang dilakukan oleh Elva Maria Evelina, mahasiswi Program Studi (Prodi) Sistem Informasi Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW), lewat film pendeknya “Me, Leadership, and Change: Breaking Stereotypes as a Triple Minority”. Karya tersebut berhasil membawanya meraih kemenangan dalam ajang Scranton Essay & Short Film Contest, sebuah kompetisi internasional
Kisah Elva bermula dari sebuah flyer lomba yang ia temukan tahun lalu. “Awalnya saya tahu lomba ini dari flyer, tapi waktu itu hanya kategori esai. Saya kurang percaya diri dengan kemampuan menulis saya,” ujarnya. Tahun ini, saat lomba dibuka kembali dengan tambahan kategori video, Elva langsung merasa tertarik. “Temanya sangat cocok dengan apa yang ingin saya ungkapkan, dan lebih sesuai dengan minat saya.” yang memberi ruang bagi perempuan muda untuk menyuarakan gagasan perubahan.
Film yang dibuat Elva menyoroti isu triple minority, sebuah istilah yang merujuk pada individu yang berada dalam tiga kelompok minoritas secara bersamaan, baik dari segi suku, agama, maupun gender. Melalui narasi personal, Elva menyampaikan pesan kuat yakni menjadi minoritas bukanlah kelemahan, melainkan sumber kekuatan. “Status sebagai minoritas justru mendorong saya untuk berjuang lebih keras,” katanya Film tersebut dirancang untuk membuktikan bahwa kepemimpinan dan perubahan bisa datang dari siapa saja, termasuk dari mereka yang kerap dipinggirkan.
Namun perjalanan menuju karya final tidak mudah Tantangan terbesar, menurut Elva, adalah saat mencari ide cerita yang tepat dan relevan dengan pengalaman hidupnya. Refleksi panjang akhirnya membawanya pada tema besar yang selama ini ia hidupi sendiri, perjuangan sebagai perempuan dalam dunia teknologi, sebagai penganut agama minoritas, dan sebagai bagian dari kelompok etnis tertentu.
“Proses penyusunan naskah jadi tahap paling berat,” tuturnya. Dalam proses itu, ia tidak sendiri. Elva mendapat dukungan dari Arida Susyetina, S S , M A, Dosen Prodi Pendidikan Bahasa Inggris UKDW, yang membantu menyempurnakan tata bahasa dan pengucapan dalam naskah. Sementara Drs. Jong Jek Siang, M.Sc., dosennya di Prodi Sistem Informasi UKDW, turut memberikan masukan teknis dalam proses produksi.
Sebagai mahasiswa Sistem Informasi, Elva memanfaatkan keahliannya dalam data dan teknologi. Grafik dan visualisasi dalam filmnya, termasuk tentang distribusi etnik, gender, dan agama, disusun menggunakan pendekatan analisis data yang kuat. “Kemampuan saya dalam memvisualisasikan data dan editing video sangat membantu mempercepat proses produksi,” ujarnya.
Selama menempuh studi di UKDW, Elva mengaku mendapatkan ruang yang inklusif meskipun bidang yang ia geluti masih sering dianggap ‘dunia laki-laki’. “Saya justru melihatnya sebagai peluang untuk memperluas wawasan dan memahami berbagai cara berpikir,” katanya. Kepemimpinan, bagi Elva, bukan tentang posisi, tetapi soal pengabdian. Tokoh yang paling memengaruhi perspektif ini adalah Bunda Teresa. “Beliau memberi teladan bahwa melayani sesama dengan ketulusan adalah bentuk kepemimpinan paling sejati,” katanya. Atas kemenangannya di tingkat internasional, Elva mendapat banyak dukungan dari dosen, teman, dan keluarganya. “Mereka bangga dan ikut senang,” ungkapnya. Meski belum memiliki rencana untuk membuat karya lanjutan, Elva membuka diri untuk berbagi pengalaman dan berdiskusi lebih jauh tentang isu-isu minoritas dan kepemimpinan di berbagai platform.
Sebagai penutup, Elva memberikan pesan yang kuat bagi mahasiswa lainnya, terutama perempuan dan mereka yang merasa sebagai bagian dari kelompok minoritas. “Jangan pernah merasa bahwa menjadi perempuan atau bagian dari minoritas membuatmu kurang layak memimpin. Justru dari pengalaman dan tantangan yang kita hadapi, kita bisa membawa perspektif baru yang berharga dalam setiap perubahan. Percayalah pada diri sendiri, dan yakin bahwa suara kita juga mampu membawa dampak positif bagi lingkungan sekitar,” pesannya. [Lia]
PIMPINAN REDAKSI : Christina Angelina PIMPINAN REDAKSI : Dr. Phil. Lucia Dwi Krisnawati, S.S., M.A. PENANGGUNG JAWAB : Pdt. Wahju Satria Wibowo, Ph.D Dr. Paulus Widiatmoko, M.A.
Universitas Kristen Duta Wacana
(UKDW) Yogyakarta menegaskan komitmennya dalam mendukung pengembangan minat dan bakat mahasiswa melalui penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) bersama para pelatih Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) pada hari Senin, 23 Juni 2025 di Lecture Hall Rudi Budiman UKDW. Kegiatan ini menjadi langkah strategis UKDW untuk memastikan setiap UKM memiliki pembinaan yang terstruktur dan profesional Penandatanganan MoU dilakukan oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni, Informasi, dan Inovasi (WR 3) UKDW bersama para pelatih UKM yang telah terpilih berdasarkan pengalaman dan kompetensi mereka di bidang masing-masing Penandatanganan MoU ini juga disaksikan oleh Kepala Biro Kemahasiswaan, Alumni, dan Pengembangan Karir (biro 3) bersama dengan seluruh ketua dari masing-masing UKM. Selain itu, setiap anggota dari berbagai UKM diajak untuk melakukan penandatanganan wujud komitmen mereka sebagai bagian dari UKM yang diminati.
MoU ini mencakup kerja sama dalam pelaksanaan program latihan rutin, pendampingan dalam keikutsertaan kompetisi atau pertunjukan, serta evaluasi dan pelaporan perkembangan anggota UKM. Selain itu, pelatih juga diharapkan berperan dalam membina mental, karakter, dan etika mahasiswa selama masa pelatihan Kerja
sama ini berlaku selama satu tahun akademik dan dapat diperpanjang sesuai evaluasi. WR 3 dan Kepala Biro 3 dalam sambutannya menyampaikan bahwa keberadaan pelatih bukan hanya untuk mendampingi latihan, tetapi juga menjadi mitra pembinaan karakter, kerja tim, dan mentalitas juara bagi mahasiswa UKDW.
Adapun pelatih yang menandatangani kerja sama adalah Muhammad Afrieadi Caesario (UKM Taekwondo), Antonius Hanindro Probojati (UKM Futsal), Oleh didampingi asisten pelatih Wahyu Dian Prayoga (UKM Basket), Aditya Sindoro (UKM Badminton), dan Romadan Nur Huda (UKM Duta Voice).
Muhammad Afrieadi Caesario menyampaikan rasa syukurnya atas kepercayaan
yang diberikan, “Saya sangat bersyukur bisa menjadi bagian dari pembinaan mahasiswa UKDW. Semoga ke depan UKM Taekwondo semakin solid dan berprestasi, baik di dalam maupun di luar kampus”.
Senada dengan itu, Antonius Hanindro P r o b o j a t i m e n e
pembentukan karakter dalam olahraga, “Futsal bukan hanya tentang teknik, tapi juga k e r j a t i m d a n k
mendampingi teman-teman mahasiswa untuk tumbuh jadi pemain yang tangguh dan beretika”.
Sementara itu, pelatih UKM Basket, Oleh, menyampaikan optimismenya, “UKDW punya potensi besar di bidang olahraga. Kami akan berusaha membawa UKM Basket ke level yang lebih kompetitif dan membangun semangat
sportivitas”.
Dari cabang olahraga badminton, Aditya Sindoro menyampaikan, “Saya percaya latihan yang konsisten dan disiplin akan membawa hasil Mari kita kembangkan potensi UKM Badminton UKDW menjadi tim yang solid dan berprestasi”.
Tidak hanya dari bidang olahraga, UKM seni suara juga mendapat perhatian serius. Pelatih Duta Voice, Romadan Nur Huda, menyampaikan, “Suara adalah anugerah, d
menyampaikannya Saya berharap Duta Voice bisa jadi wadah ekspresi, prestasi, dan persaudaraan antaranggota”.
Para ketua dari masing-masing UKM pun menyampaikan evaluasi di tahun yang lalu serta semangat dan komitmen mereka saat ini dalam sambutan yang mereka sampaikan. Mereka semua berharap dengan adanya pelatih yang kompeten dapat membantu mereka mengasah skill sesuai dengan UKM y a n g m e r e k a m i n a t i D e
W menegaskan bahwa pengembangan potensi mahasiswa, baik di bidang olahraga maupun seni, harus dilakukan secara profesional dan berkelanjutan sebagai bagian dari misi pendidikan holistik yang diusung oleh kampus. [Vio]
Biro Kerjasama dan Relasi Publik (Biro
4) Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta menerima kunjungan studi banding dari Universitas Ciputra (UC) Surabaya pada hari Kamis, 19 Juni 2025 Rombongan dari UC Surabaya yang terdiri atas Jessica R. Yoewono, S.TP., M P , M Sc (Head, Networking and Partnership), Dila Prely Rahmadhanty, S.I.Kom. (International Collaboration Office), E v e l i n e M a g d a l e n a L a l a r i a , S S o s (International Collaboration Office), dan Sifa’ul Rochma, S.M. (National dan Industry Collaboration Officer) disambut dengan hangat oleh Dr. Phil. Lucia Dwi Krisnawati (Kepala Biro 4 UKDW), Dr Paulus Widiatmoko (Wakil Kepala Biro 4 UKDW) beserta para staf Biro 4 UKDW. Acara yang berlangsung di Ruang Firewall Gedung Agape Lantai 3 ini membahas mengenai pengelolaan dan pelaporan kerja sama institusi, manajemen mahasiswa dan dosen internasional, serta sistem evaluasi
kepuasan mitra dan pendelegasian kerja sama.
Jessica R Yoewono menyebutkan p i h a k n y a m e m i l i h U K D W s e b a g a i universitas yang menjadi tujuan studi banding karena UKDW berhasil menerima penghargaan Bronze Winner Anugerah Kerja Sama; Kategori Perguruan Tinggi Swasta; Sub Kategori Pengelolaan Laporan Kerja Sama Laporkerma Terbaik dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) Jessica berharap melalui pertemuan ini dapat meningkatkan kualitas internasionalisasi dan pengelolaan kerja sama pada masing-masing institusi. Kepala Biro 4 UKDW, Dr. Phil. Lucia Dwi Krisnawati merasa terhormat dapat menerima kunjungan dari UC Surabaya Dalam kesempatan tersebut, Lucia memaparkan program-program yang telah dilakukan oleh Biro 4, khususnya dalam hal tata kelola dan pelaporan dokumen kerja sama, serta kegiatan internasional. [mpk]
Universitas Kristen Duta Wacana
(UKDW) Yogyakarta bersama Bank BPD DIY mengadakan Sosialisasi Edukasi Literasi Keuangan dan Perlindungan Konsumen bagi mahasiswa pada hari Jumat, 20 Juni 2025 di Lecture Hall Pdt. Dr. Rudy Budiman Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa terkait dunia keuangan dan pelindungan konsumen, sekaligus motivasi kerja kepada mahasiswa dalam menghadapi tantangan kerja, terutama di dunia perbankan.
Hadir sebagai narasumber dalam kegiatan ini yaitu Ir. Hudan Mulyawan, S.T., M.Kom., IPM (Direktur Umum Bank BPD DIY), Efendi Sutopo Yuwono, S.E., M.M. (Pemimpin Cabang Utama Bank BPD DIY), dan Dr. Veny Hidayat, M.Psi., Psikolog (Motivator, Asesor, Trainer, dan Konsultan SDM).
D a l a m s a m b u t a n n y a , D r - I n g
Wiyatiningsih, S T , M T (Rektor UKDW) m e n y a m b u t b a i k p r o g r a m i n i d a n menyampaikan terima kasih atas beasiswa yang diberikan oleh Bank BPD DIY, sebagai wujud kontribusi terhadap dunia pendidikan, sehingga semua pihak bisa mengakses pendidikan dengan maksimal “Kami juga mengapresiasi penyelenggaraan acara ini untuk meningkatkan literasi keuangan mahasiswa UKDW. Harapannya peserta yang hadir saat ini, bisa mendapat wawasan lebih
keuangan,” ujarnya.
Selanjutnya, Ir Hudan Mulyawan, S T , M.Kom., IPM menyampaikan materi terkait Bank BDP DIY, yang dimiliki oleh pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota se-DIY. “BDP DIY memiliki visi menjadi bank terpercaya, istimewa, dan pilihan masyarakat. Dengan misi menyediakan solusi untuk
Kmendorong mahasiswa untuk mewaspadai maraknya skema penipuan online, bahaya pinjaman online (pinjol) dan judi online (judol), sehingga tidak terjebak dan menjadi korban pinjol maupun judol “Kita harus waspada jika dihubungi nomor tidak dikenal, adanya permintaan informasi pribadi, tawaran investasi yang tidak masuk akal, link yang tidak terpercaya, dan tekanan untuk segera melakukan transaksi,” tegasnya.
Sementara itu, Dr. Veny Hidayat, M.Psi., Psikolog membahas materi “Step Success to be Great Job Seeker” sehingga mahasiswa siap terjun dan bersaing di dunia kerja. “Tidak ada sukses tanpa proses Kita harus memiliki strategi untuk mencapai kesuksesan berkarir. K
membangun impian, lingkungan yang positif, disiplin, dan mengevaluasi diri,” ungkapnya. Doc. Biro 4
kebutuhan masyarakat dengan prinsip kehatihatian, dan menerapkan bisnis beretika. Selain itu juga fokus mengembangkan UMKM untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah,” paparnya.
Sedangkan Efendi Sutopo Yuwono, S E , M M menyampaikan materi “Literasi Pelindungan Konsumen dan Perencanaan Keuangan untuk Mahasiswa UKDW”. Efendi
Disebutkan pula, pentingnya membangun personal branding untuk menunjukkan k
penampilan, dan keterampilan yang dimiliki, secara konsisten kepada dunia luar. Dalam era digital ini, personal branding juga dapat kita perlihatkan melalui media sosial maupun portfolio online, sehingga dapat membuka peluang karier sejak dini. [mpk]
emampuan berkomunikasi dan
membranding diri memainkan peran yang penting dalam membangun karir. Dimana gelar pendidikan tak lagi menjadi hal utama yang diperhatikan dalam persaingan dunia kerja saat ini. Kecakapan, kepribadian, dan keterampilan menjadi faktor penting dan lebih menentukan kesuksesan di era persaingan global.
Oleh karena itu, Biro Kemahasiswaan, Alumni, dan Pengembangan Karir (Biro 3) Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta mengadakan Program Pelatihan Kesiapan Kerja (P2KK) pada hari Kamis, 5 Juni 2025 di Ruang Seminar Pdt Dr Harun Hadiwijono Program ini bertujuan untuk membekali para mahasiswa supaya lebih siap untuk terjun dan bersaing di dunia kerja.
Dalam sambutannya, Dr Parmonangan Manurung, S.T., M.T., IAI selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni, Informasi, dan Inovasi (WR 3) UKDW menyebutkan banyak hal yang perlu dipersiapkan oleh para mahasiswa supaya siap bersaing di dunia kerja.
“Manfaatkanlah program P2KK ini dengan sebaik-baiknya, karena dunia kerja sangat berbeda dengan perkuliahan. Para mahasiswa harus mempersiapkan diri, sehingga
pengembangan soft skills seperti Program Pengembangan Potensi Diri Mahasiswa (P3DM), Program Pelatihan Kepemimpinan dan Manajemen Mahasiswa (P2KMM), dan Program Pengembangan Spiritualitas Mahasiswa (P2SM) yang pada tahun 2025 berubah namanya menjadi program Lentera. Program-program tersebut dirancang untuk membekali mahasiswa menjadi seorang profesional yang utuh,” ungkapnya. Selanjutnya, Dila Paramita (Career Coach Kinobi Indonesia) yang menjadi narasumber dalam acara ini menyampaikan materi mengenai strategi membuat CV ATS Friendly untuk rekrutmen kerja Dimana peserta diajarkan membuat CV yang menarik melalui portal karir UKDW. Selain workshop dan praktik pembuatan CV ATS Friendly, lewat P2KK, kedepannya para mahasiswa juga akan dibekali dengan materi terkait personal branding LinkedIn, teknik m e
kemampuan yang dimiliki dapat terlihat oleh perusahaan atau pemberi kerja. Harapannya semua bisa menunjukkan potensi diri dan bersaing, sehingga bisa mendapatkan pekerjaan sebelum wisuda,” kata WR 3 UKDW. Sedangkan Mujiono, S E , M Sc selaku Kepala Biro 3 menjelaskan P2KK merupakan “Selain P2KK, Biro 3 juga mengelola kegiatan
program kolaborasi Biro 3 UKDW dengan Kinobi Indonesia untuk mempersiapkan dan mengembangkan prospek karir mahasiswa UKDW Sehingga mahasiswa lebih siap menghadapi persaingan, khususnya proses rekrutmen kerja di era digital seperti saat ini.
pengembangan skill khusus, dan konsultasi karir Program P2KK ini sendiri akan berlangsung selama 1,5 bulan hingga 2 bulan. [mpk]
Universitas Kristen Duta Wacana
(UKDW) dan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) resmi menjalin kerja sama dalam bidang penerjemahan Alkitab, pendidikan teologi, penyebaran Alkitab, hingga pengembangan pelayanan berbasis digital Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama ini dilangsungkan pada Rabu, 28 Mei 2025 di Gedung LAI, Jakarta.
D o k u m e n p e r j a n j i a n k e r j a s a m a
ditandatangani oleh Rektor UKDW, Dr.-Ing. Wiyatiningsih, S.T., M.T., bersama Ketua Umum LAI, Pdt. Dr. Henriette Tabita Lebang, dan Sekretaris Umum LAI, Dr. Sigit Triyono. Kemitraan ini memperkuat sinergi antara dunia akademik dan lembaga pelayanan dalam mendukung pewartaan Firman Tuhan secara lebih luas, mendalam, dan kontekstual di tengah perkembangan zaman.
Kerja sama ini meliputi lima lingkup utama Pada bidang Penerjemahan dan Pendidikan Alkitab, UKDW dan LAI sepakat melaksanakan program penerjemahan dan r e v i s i A l k i t a b s e c a r a k o l a b o r a t i f , menyediakan sumber daya manusia, serta memfasilitasi kajian biblika bagi civitas akademika LAI juga akan terlibat dalam pengembangan program literasi Alkitabiah
seperti Pembaca Baru Alkitab (PBA) untuk jemaat yang belum lancar membaca.
Dalam lingkup Penerbitan dan Penyebaran Alkitab, kedua pihak akan bekerja sama mendistribusikan Alkitab di lingkungan UKDW dan menyusun edisi khusus seperti Alkitab studi, tematis, dan versi dengan logo UKDW. LAI juga akan menyediakan Alkitab dalam format khusus seperti Braille dan audio, serta membuka layanan kolportase berbasis konsinyasi di lingkungan kampus. Fasilitas percetakan milik LAI juga dapat dimanfaatkan oleh UKDW untuk berbagai kebutuhan terbitan kampus.
Di bidang Penggalangan Dukungan, UKDW dan LAI berkomitmen mendukung
pemenuhan kebutuhan Alkitab bagi jemaat dan pelayan Tuhan di daerah terpencil, menyelenggarakan berbagai kegiatan edukatif dan spiritual seperti Olimpiade Alkitab, serta menggelar Ibadah Syukur Bulan Doa Alkitab (BDA) sebagai bentuk dukungan terhadap penerjemahan Alkitab ke dalam bahasabahasa daerah Lingkup kerja sama juga
berkelanjutan, termasuk membentuk dan mengembangkan Komunitas Mitra LAI di lingkungan civitas academica UKDW sebagai bagian dari jaringan nasional Komunitas Mitra LAI.
Terakhir, dalam bidang digital, UKDW dan LAI sepakat mendorong literasi digital di
Dmenggunakan aplikasi Alkitab sesuai kebutuhan, berbagi konten pada platform digital masing-masing, serta membentuk Komunitas Digital untuk menghasilkan dan menyebarluaskan konten berbasis Alkitab dalam kerangka pelayanan digital. Sebagai bagian dari implementasi kerja sama ini, LAI juga membuka peluang magang bagi mahasiswa UKDW, khususnya di bidang penerjemahan, komunikasi, pelayanan masyarakat, pengembangan sistem informasi, dan literasi digital Kolaborasi ini sekaligus memperkuat jalur keterhubungan antara dunia kampus dan dunia kerja Hubungan UKDW dan LAI sebenarnya telah terjalin secara informal sejak lama, terlihat dari banyaknya alumni UKDW yang kini berkarya di berbagai bidang pelayanan di Lembaga Alkitab Indonesia. Dengan kerja sama yang kini diformalkan,
mahasiswa UKDW akan semakin terarah, luas, dan berdampak Kemitraan ini
menghadirkan Firman Tuhan secara relevan dalam konteks Indonesia masa kini melalui pendidikan, pelayanan, dan teknologi. [Lia]
i tengah tantangan dunia pendidikan
di Indonesia, mulai dari ketimpangan akses, krisis karakter, hingga tantangan spiritualitas di era digital, kolaborasi antar lembaga pendidikan Kristen menjadi kebutuhan yang semakin mendesak.
Menjawab tantangan tersebut, Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta d a n P e r h i m p u n a n P e n d i d i k a n d a n Pengajaran Kristen (PPPK) Petra Surabaya resmi menjalin kemitraan strategis melalui penandatanganan nota kesepahaman (MoU) yang berlangsung di Kantor Sekretariat PPPK Petra, Surabaya, pada 22 Mei 2025.
Kolaborasi ini bukan hanya pertemuan antar dua institusi pendidikan, tetapi juga pertemuan visi dan semangat untuk menghadirkan pendidikan yang berkualitas, berakar pada nilai-nilai Kristiani, dan relevan dengan kebutuhan zaman.
UKDW, sebagai salah satu perguruan tinggi Kristen terkemuka di Indonesia yang telah berdiri sejak 1962, dikenal dengan komitmennya pada pendidikan yang
b e r l a n d a s k a n k a s i h , k e a d i l a n , d a n transformasi sosial Sementara itu, PPPK Petra, yang menaungi lebih dari 38 unit sekolah dari tingkat TK hingga SMA sejak 1951 di Surabaya, telah menjadi rujukan pendidikan Kristen berkualitas di Indonesia Timur dan telah melahirkan ribuan lulusan berprestasi yang menghidupi iman dalam karya mereka.
Dalam acara ini, UKDW dipimpin oleh Rektor, Dr.-Ing Wiyatiningsih, S.T., M.T.,
didampingi oleh Kepala Marketing Veronica Tiara, S.Kom., CPS, Staf Kerjasama Dalam Negeri Christina Angelina, S.I.Kom, dan Staf Promosi Hugo Christ, S.M.
“Kami percaya, di masa seperti ini, antar lembaga pendidikan Kristen perlu saling menguatkan. Melalui MoU ini, UKDW siap mendukung PPPK Petra dalam bentuk pengabdian masyarakat oleh dosen, program dosen mengajar di sekolah-sekolah Petra, pendampingan kesehatan mental, hingga kegiatan pengembangan karakter dan spiritualitas,” ujar Bu Ning, sapaan akrab Rektor UKDW.
Pihak PPPK Petra menyambut baik kerja sama ini. Hadir dalam acara ini Ketua I Dewan
Pengurus PPPK Petra Ir Ika Iskandar Itamurti, bersama jajaran pimpinan lainnya, yaitu Sekretaris I, Wakil Direktur Pendidikan, Manager SDM, dan Humas Marketing Kerjasama.
“Kami merasa memiliki semangat yang sama dengan UKDW: mendidik dengan hati dan membentuk karakter Kristiani. Banyak lulusan UKDW yang telah bergabung sebagai tenaga pengajar kami, dan kami sudah merasakan kualitas serta integritas mereka,” ungkap Ir Ika Iskandar Itamurti, Ketua I Dewan Pengurus PPPK Petra.
D e n g a n M o U i n i , k e d u a i n s t i t u s i berkomitmen untuk berkolaborasi dalam pengembangan sumber daya manusia,
peningkatan mutu pendidikan, dan menciptakan ruang-ruang belajar yang menumbuhkan generasi muda yang berprestasi, profesional, dan menjadi terang di tengah dunia pluralistik. Sebagai kampus yang terbuka dan kolaboratif, UKDW terus menjalin kemitraan dengan berbagai institusi dalam rangka mendukung agenda pendidikan nasional, sekaligus menghadirkan solusi berbasis nilai dan spiritualitas untuk masa depan bangsa.
Selain PPPK Petra, UKDW juga kunjungan resmi ke dua sekolah unggulan di Surabaya yakni SMA Kristen Kalam Kudus dan SMA Katolik Frateran.
Dalam kesempatan tersebut, Rektor UKDW menegaskan bahwa pihaknya siap menjadi mitra strategis bagi sekolah dalam m e n d u k u n g p r o s e s p e m b e l a j a r a n , pengembangan siswa, serta pendampingan guru melalui berbagai kolaborasi UKDW m e n a w a r k a n s e j u m l a h p r o g r a m pendampingan, antara lain kegiatan pengabdian masyarakat oleh dosen, seminar kesehatan mental, serta pelatihan-pelatihan relevan lainnya.
Ac
penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Rektor UKDW dan Kepala SMA Katolik Frateran, serta Perjanjian Kerja Sama (MoA) antara Kepala Marketing UKDW dan Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas SMA Katolik Frateran. [Tiara]
Universitas Kristen Duta Wacana
(UKDW) Yogyakarta menerima kunjungan dari Yayasan Pelayanan Kasih A&A Rachmat (YPKAAR) dan Yayasan Amanah Bangun Negeri (YABN) pada hari Rabu, 2 Juli 2025. Kegiatan yang berlangsung di Ruang Seminar Pdt. Dr. Harun Hadiwijono ini bertujuan untuk mempererat kerja sama dan meningkatkan sinergi antara UKDW dengan kedua yayasan tersebut, khususnya dalam bidang pengembangan pendidikan dan pemberian beasiswa kepada mahasiswa.
Hadir dalam acara tersebut Dr Parmonangan Manurung, S.T., M.T., IAI. (Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni, Informasi, dan Inovasi UKDW), Mujiono, S.E., M.Sc (Kepala Biro Ke-mahasiswaan, Alumni, dan Pengembangan Karir), Hangudi Widya Hutama, S.Kom. (Wakil Kepala Biro
K e m a h a s i s w a a n , A l u m n i , d a n P engembangan Karir), Albert Putro (CSR Program Superintendent YABN), Josephine Rahardjo (Wakil Ketua YPKAAR), Suharno (Staf YPKAAR), Iin Fortunata (Staf YPKAAR), serta para mahasiswa penerima beasiswa YPKAAR.
Mahasiswa Harus Berprestasi dan Beri Dampak Positif
Dr Parmonangan menyampaikan apresiasi dan rasa terima kasih kepada YPKAAR dan YABN atas dukungan nyata yang telah diberikan kepada para mahasiswa UKDW. “Terima kasih atas dukungan yang diberikan kepada para mahasiswa kami, sehingga mereka dapat menyelesaikan studi. Di UKDW, para mahasiswa tidak hanya dibekali kemampuan akademik, namun juga
UKDW Terima Kunjungan YPKAAR & YABN untuk Tingkatkan Sinergi serta Dukungan Beasiswa
softskill untuk pengembangan diri. Harapannya, dukungan ini dapat terus berlanjut agar menghasilkan anak-anak bangsa yang berkontribusi bagi negara,” ujarnya.
Dr Parmonangan juga menyampaikan pesan kepada para mahasiswa penerima beasiswa agar berprestasi dan memanfaatkan kesempatan yang sudah diberikan dengan sebaik mungkin. Ia juga menekankan pentingnya memberi dampak bagi sesama. “Ketika sudah sukses, jangan lupa bantu orang lain agar mereka juga punya kesempa-
tan Kesuksesan adalah ketika kita bisa membuat orang lain sukses,” tegasnya.
Transformasi Yayasan: Mahasiswa Jadi Agen Perubahan
Albert Putro memaparkan transformasi Yayasan Adaro Bangun Negeri menjadi Yayasan Amanah Bangun Negeri, yang kini menaungi seluruh grup Adaro dan AlamTri. Transformasi ini sejalan dengan restrukturisasi PT Adaro Energy menjadi dua holding besar: Adaro Indonesia dan AlamTri.
“Transformasi ini merupakan bentuk penyesuaian strategis dengan nilai dan komitmen CSR yang tetap konsisten. Dimana mahasiswa memiliki peran penting sebagai agen perubahan,” ujar Albert. Ia menekankan bahwa dukungan yayasan tidak hanya menyasar aspek akademis, tetapi juga pembentukan karakter dan kontribusi sosial mahasiswa.
YPKAAR Serahkan SK Beasiswa dan Penghargaan PIC Beasiswa Teladan
sejumlah program yang telah dijalankan bersama YABN dalam mendukung pemberian beasiswa kepada mahasiswa. Ia menegaskan bahwa YPKAAR memiliki visi sebagai lembaga pelayanan yang mendukung
pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial.
Dalam kesempatan tersebut, YPKAAR memberikan penghargaan kepada Hangudi Widya Hutama, S.Kom. sebagai PIC Beasiswa Teladan Tahun Akademik 2024/2025. Selain itu, diserahkan pula Surat Keputusan Beasiswa Tahun Akademik 2025/2026 kepada 25 mahasiswa UKDW yang terpilih sebagai penerima beasiswa YPKAAR.
Acara ini menjadi penegasan kembali akan pentingnya kolaborasi antara lembaga pendidikan, dunia usaha, dan yayasan sosial dalam mendukung pembangunan karakter dan prestasi generasi muda Demi mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang unggul dan berintegritas. (mpk)
Mahasiswa UKDW Dampingi Lansia & Dukung Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Kearifan Lokal
Lembaga Penelitian dan Pengabdian
pada Masyarakat (LPPM) Universitas
Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta kembali menjalin kerja sama dengan The Hong Kong Polytechnic University (PolyU) dalam penyelenggaraan Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik International Service-Learning 2025. Mengangkat tema “Local Wisdom-Based Community Empowerment Focusing on Elderly Assistance Program and Utilization of Local Resources”, program KKN ini secara resmi dimulai pada 30 Juni hingga 29 Juli 2025, yang ditandai dengan pelaksanaan upacara penerjunan mahasiswa di Kantor Kelurahan Argosari, Sedayu, Bantul pada hari Senin, 30 Juni 2025. Ketua LPPM UKDW, Dr. Freddy Marihot Rotua Nainggolan, menyampaikan bahwa KKN sebagai bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi merupakan mata kuliah
wajib bagi seluruh mahasiswa UKDW. Tahun ini, sebanyak 30 mahasiswa UKDW dari berbagai program studi, yaitu Manajemen, Arsitektur, Desain Produk, Informatika, Sistem Informasi, Biologi, Kedokteran, dan Pendidikan Bahasa Inggris, akan melaksanakan KKN di lima desa di wilayah Kelurahan Argosari, yaitu Desa Kalijoho, Tapen, Gayam, Jurug, dan Sedayu. P r o g r a m i n i t u ru t m e l i b a t k a n 21 mahasiswa dari School of Nursing, Faculty of Health and Social Sciences, PolyU, yang akan berpartisipasi dalam kegiatan lapangan pada tanggal 9–11 Juli dan 14–15 Juli 2025.
“Program KKN Tematik kali ini akan berfokus pada penilaian kesehatan dan gizi komprehensif pada lansia, termasuk pengukuran indeks massa tubuh. Kami juga akan menggunakan alat skrining terstandarisasi dan non-invasif untuk menilai fungsi kognitif dan kondisi mental. Selain itu,
akan dilaksanakan penyuluhan kesehatan terkait topik seperti latihan fisik dan aktivitas lansia, guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat,” jelas Dr. Freddy.
Rektor UKDW, Dr -Ing Wiyatiningsih, S.T., M.T. menyampaikan terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada UKDW untuk melaksanakan program KKN di Kelurahan Argosari, Sedayu, Bantul. “Kami berharap para mahasiswa dapat belajar bersama masyarakat khususnya tentang bagaimana mendampingi dan memberdayakan para lansia supaya hidupnya tetap sejahtera dan berdampak pada lingkungan dan masyarakat. Semoga programprogram yang telah direncanakan dapat memberi dampak positif bagi mahasiswa maupun masyarakat di Sedayu,” ujarnya.
Sebagai Lurah Argosari, Sudarno menyambut baik kedatangan rombongan dari UKDW. Sudarno menyampaikan bahwa kegiatan
KKN akan berhubungan dengan banyak pihak pemangku kepentingan, baik dari unsur formal maupun dari unsur informal yang ada di masyarakat. “Kami harap para mahasiswa bisa berkomunikasi dengan baik dan bekerjasama dengan para kader kesehatan, RT, dan dukuh setempat. Menjaga kesopanan, kebersihan, keamanan, serta bersikap ramah dan sesuai dengan normanorma yang berlaku,” tuturnya. Program ini tidak hanya menjadi wadah pembelajaran bagi mahasiswa, tetapi juga diharapkan menghasilkan luaran yang bermanfaat dan dapat diterapkan oleh masyarakat secara berkelanjutan Selain mempererat kerja sama antara UKDW dan PolyU, KKN ini juga menjadi sarana memperkuat jejaring antara perguruan tinggi, pemerintah daerah, dan masyarakat. (mpk)
Perikanan dan kelautan merupakan salah
satu pilar utama dalam ketahanan pangan nasional Sebagai salah satu negara kepulauan, perikanan di Indonesia menjadi salah satu sumber penghidupan bagi jutaan masyarakat pesisir. Berdasarkan data Badan Informasi Geospasial (BIG), pada tahun 2024, jumlah pulau di Indonesia mengalami peningkatan menjadi 17.380 pulau dari 17.374 pulau pada tahun 2023 Keberadaan pulau baru ini membawa sumber daya baru bagi perikanan dan meningkatkan potensi wisata bahari di Indonesia. Namun, pengembangan potensi sumber daya laut bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat bukan tanpa tantangan Sumber daya alam kelautan menghadapi berbagai tantangan serius, seperti degradasi ekosistem perairan, pencemaran lingkungan, penangkapan berlebihan hingga p e r u b a h a n i k
m
n g m e n g a n c a m keberlanjutan sumber daya ikan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pendekatan ilmiah, kolaboratif dan pengelolaan ekosistem perairan berbasis komunitas.
Menjawab tantangan tersebut, Fakultas Bioteknologi Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) bekerja sama dengan Masyarakat Iktiologi Indonesia (MII), Departemen Perikanan Universitas Gadjah Mada (UGM), serta Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi D
menyelenggarakan 3rd International Seminar on Fish and Fisheries Sciences bertema “Management of Aquatic Ecosystem for Sustainability of Fish Resources and Fisheries” yang berlangsung pada tanggal 10-12 Juni 2025 di Auditorium Koinonia UKDW, Yogyakarta.
Dr. Djoko Rahardjo, M.Kes. selaku ketua panitia menyebutkan jika acara tersebut berlangsung secara hybrid dan dihadiri oleh 160 peserta (106 daring and 54 luring) dari 74 instansi pemerintah, industri, NGO maupun institusi pendidikan baik di tingkat nasional maupun internasional Konferensi ini diselenggarakan untuk mendorong sinergi ilmiah antara akademisi, peneliti, pembuat kebijakan dan pelaku industri perikanan Sehingga dapat saling bertukar ide dan berkolaborasi dalam riset dan penulisan ilmiah, atau usulan implementasi kebijakan
pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perikanan.
Konferensi internasional dibuka pada tanggal 10 Juni 2025 oleh Rektor UKDW, Dr.Ing Wiyatiningsih, S T , M T , dilanjutkan dengan penyampaian materi dari 2 keynote speakers, yaitu Dr. I Nyoman Radiarta, S. Pi., M.Sc. selaku Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Kementerian Kelautan dan Perikanan RI (mewakili Menteri Kelautan dan Perikanan RI) serta Sri Sultan Hamengkubuwono X selaku Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dr -Ing Wiyatiningsih menyampaikan seminar ini akan membahas berbagai hal, mulai dari sustainable aquatic management, hingga teknologi aquaculture. Dimana UKDW berusaha meningkatkan sektor fishery and environmental sustainability.
Sedangkan Dr. I Nyoman Radiarta, S. Pi., M.Sc. menyampaikan sektor kelautan harus
menjadi fokus dalam pembangunan di Indonesia. Ia bangga, karena dalam lima tahun belakangan, produksi makanan dari sektor kelautan relatif stabil, mencapai 20-25 juta ton per tahun.
Sementara itu, Sri Sultan Hamengkubuwono X mengingatkan, kita boleh mengikuti arus permintaan pasar, peningkatan produksi, bahkan kemajuan teknologi akuakultur Namun, jangan pula kita sampai terhanyut dalam pendekatan eksploitatif, yang melupakan keseimbangan ekologi. Selain itu, sebanyak 5 invited speakers internasional dan nasional juga turut hadir dalam konferensi internasional ini, yaitu Pablina L Cadiz, Ph D (Silliman University, Philippines), Prof. Gyo Itani, Ph.D (Head of Kuroshio Science Program, Kochi University, Japan), Dr Imam Mustofa (Marine and Fisheries Program Director, World Wildlife Fund (WWF), Jean Fall, Ph D (Institute of
Fisheries & Aquaculture, University Cheikh Anta Diop of Dakar, Senegal), dan Dr. Arif Wibowo, M.Si. (Head of Research on Marine & Inland Water Resources Conservation Center National Research and Innovation Agency, BRIN, Indonesia).
Sebagai bagian dari rangkaian acara, konferensi ini juga menghadirkan EXPO UMKM yang menampilkan hasil olahan perikanan dari 16 pelaku UMKM lokal Yogyakarta, yang mendapat sambutan hangat dari peserta dan tamu undangan. Selanjutnya juga diadakan launching Indonesian Crustacea Society (ICS) dalam rangkaian acara tersebut.
ICS atau Masyarakat Krustase Indonesia (MKI) dideklarasikan langsung oleh Prof. Dr. Ir. Sulistiono, M.Sc. selaku Ketua Umum MKI yang didampingi oleh Ir Ahmad Maringi, M Si (Sekretaris Jenderal), Dr Ir Lenny Syafei, M S (Bendahara Umum), serta beberapa pengurus lainnya yang hadir dari berbagai wilayah di Indonesia.
Menurut Prof Sulistiono, landasan p
pembentukan MKI adalah potensi kelautan dan perikanan Indonesia yang harus d
berkelanjutan Dimana masyarakat perlu berperan aktif dalam pembangunan nasional melalui peningkatan usaha dan inovasi Berdasar hal tersebut, diperlukan wadah organisasi sebagai sarana silaturahmi, inovasi, dan pengembangan usaha krustase.
Selain sesi pleno dan paralel, konferensi ini juga dilengkapi workshop teknis yang dikemas dalam Summer Course dengan topik “Fish Taxonomy dan Photographing” yang berlangsung pada tanggal 11-12 Juni 2025. Workshop tersebut memberikan pelatihan teknis terkait taksonomi ikan, teknik fotografi spesimen, praktik PCR, DNA Barcoding, morfologi, dan identifikasi larva ikan Kegiatan ini diikuti oleh 17 peserta terpilih.
Melalui kegiatan ini, UKDW dan MII berharap dapat memperkuat jejaring kolaborasi lintas sektor, serta mendorong lahirnya solusi ilmiah yang aplikatif demi pengelolaan sumber daya perairan di Indonesia secara berkelanjutan, dari Yogyakarta untuk dunia. [DA]
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Duta Wacana (FK UKDW) dan PT Prodia Widyahusada Tbk sepakat untuk berkolaborasi dalam hal pendidikan, riset, dan inovasi kesehatan di Indonesia. Kerja sama tersebut ditandai dengan dilakukannya penandatanganan Perjanjian Kerja Sama antara Dekan Fakultas Kedokteran UKDW, dr. The Maria Meiwati Widagdo, Ph.D. dengan Dr. Dewi Muliaty, M.Si. selaku Direktur Utama Prodia.
Melalui kemitraan ini, Prodia mempertegas komitmennya untuk bersinergi dengan dunia akademik dalam memperkaya wawasan, memperluas akses ke teknologi diagnostik, sekaligus memperkuat ekosistem pendidikan kedokteran di tanah air. Kolaborasi ini tak hanya menjadi jembatan pertukaran pengetahuan dan teknologi, tetapi juga sebagai bagian dari upaya bersama dalam mendorong penguatan riset yang berorientasi pada peningkatan kualitas hidup masyarakat Dengan begitu, sivitas akademika pun dapat mengakses secara langsung perkembangan teknologi laboratorium yang terus berkembang pesat.
Sebagai langkah awal kerja sama, FK UKDW dan Prodia melakukan acara serah terima PKS dan talkshow dengan topik “The Power of Mass Spectrometry as A Technology Driver in Metabolomic and Human Nutrition Study” dan “A Brief Introduction to Prodia in Research” pada hari Jumat, 20 Juni 2025 di Ruang Seminar Pdt. Dr. Tasdik, Gedung Gnosis Lt. 3 UKDW. Hadir dalam acara tersebut dr. The Maria Meiwati Widagdo, Ph D (Dekan FK
UKDW), Dr. dr. Yanti Ivana Suryanto, M.Sc. (Wakil Dekan Bidang Akademik FK UKDW) dan dr Yacobus Christian Pra
M.Biomed., C.Herbs. (Kepala Program Studi Kedokteran FK UKDW).
Sedangkan pihak Prodia diwakili oleh Dr. Indriyanti Rafi Sukmawati, M.Si., (Direktur Business & Marketing ), apt. Dr. Rina Triana, M.Farm. (Product & Research Manager), apt. Maria Diah Fibriani, S.Si., M.Kes. (Regional Head Central Java Region), Dr. Miftakh Nur Rahman, M.Si, M.Farm. (Mass Spectrometry and Separation Sciences Lab Head, Prodia Clinical Laboratory), apt Diah Kumalasari, S Si , M Kes (Branch Manager Prodia Yogyakarta), apt. Ni Wayan Ayu Rasmandhani, S Farm (Regional Marketing Supervisor Prodia Yogyakarta).
Dekan Fakultas Kedokteran UKDW, dr. The M
menyambut hangat kemitraan ini. Menurutnya, kerjasama ini membuka peluang besar bagi mahasiswa untuk terlibat langsung dalam p
m diagnostik terkini. Selain memperluas wawasan akademik, kolaborasi ini juga memperkuat pengembangan kurikulum dan riset bersama yang sejalan dengan kebutuhan industri kesehatan Ia berharap, sinergi ini mampu mencetak lulusan yang tidak hanya mumpuni secara akademis, tetapi juga memiliki kompetensi praktis dan adaptif terhadap perkembangan teknologi medis global. Dengan demikian, para lulusan diharapkan siap berkontribusi aktif dalam meningkatkan kualitas layanan kesehatan Indonesia.
Sementara itu, Direktur Business & Marketing Prodia, Dr Indriyanti Rafi Sukmawati menyampaikan apresiasinya atas terjalinnya sinergi yang baru ini. Menurutnya, kemitraan ini merupakan langkah penting yang menyatukan kekuatan dunia industri dan
p a t pengembangan teknologi diagnostik serta peningkatan kompetensi tenaga medis Dengan kolaborasi yang solid, kedua belah pihak dapat saling berbagi keahlian dan pengalaman guna mendorong lahirnya inovasi baru yang relevan dengan perkembangan kedokteran modern Ia pun optimistis, kerjasama ini akan memberikan dampak nyata dalam mewujudkan layanan kesehatan yang lebih presisi, preventif, dan personal di Indonesia. Di saat yang sama, Prodia tetap berkomitmen untuk terus hadir sebagai mitra strategis dalam perjalanan peningkatan kualitas layanan kesehatan nasional.
Adapun acara talkshow dipandu oleh Dr. Miftakh Nur Rahman, M.Si., M.Farm. dan apt. Dr Rina Triana, M Farm Talkshow ini menjadi bagian dari komitmen Prodia dalam mendorong pengembangan riset di bidang metabolomik dan nutrisi manusia Melalui pemanfaatan teknologi mass spectrometry, para peneliti kini dapat menganalisis metabolit secara lebih akurat, sehingga memungkinkan penerapan nutrisi yang lebih presisi dan personal sesuai kebutuhan individu. Teknologi ini telah menjadi fondasi penting dalam pengembangan ilmu gizi modern yang berbasis data. [Red]
Satwika Nindya Kirana, an experienced
English educator and a PhD candidate in linguistics, delivered a presentation
at the English Language Education
Department of UKDW attended by students and faculty staff, aiming to share her teaching experiences and insights into English Language Teaching (ELT) in Thailand, as well as career opportunities in the field.
Satwika, an Indonesian national currently working in Thailand, began her teaching journey as a private tutor before graduating with a Bachelor of Education in English Language Education from Yogyakarta State University (2010–2014). She then pursued a Master of Arts in English at Naresuan University, Thailand (2016–2018), and is currently enrolled in a Doctor of Philosophy program in Linguistics at the same university (2023–present).
In her presentation, Satwika outlined her career journey, which began as a private tutor before she graduated in 2011, followed by formal teaching positions in educational
institutions and her pursuit of further education with a Master's degree and currently a PhD.
She highlighted how ELT in Thailand starts at the elementary school level; however, students' overall English proficiency remains moderate, creating ample opportunities for both native and non-native English teachers to help improve students' speaking skills, especially since the teaching methods there have traditionally emphasized grammar and explanations in Thai.
Satwika also detailed the various workplaces available for English teachers, such as public schools, private schools, international schools, language centers, and universities, outlining the differences in requirements, salaries, responsibilities, and class sizes.
She acknowledged that the main challenges faced by teachers include language barriers and cultural differences, and she suggested practical strategies such as learning basic Thai phrases, using visual aids, and developing
cultural sensitivity to build effective communication and create an enjoyable learning environment.
Satwika advised prospective teachers to prepare thoroughly, not only by honing their English language skills but also by understanding the culture and regulations of the destination country, as success and comfort in working are significantly influenced by the ability to adapt to the educational system, visa regulations, and local customs.
She emphasized that this preparation should begin well in advance to avoid common pitfalls and make the most of available opportunities. With her experience and openness in discussing the realities and demands of teaching abroad, Satwika provided a realistic yet inspiring perspective for prospective English teachers, particularly those looking to build a career in Southeast Asia.
Overall, this presentation effectively combined personal narratives and practical
guidance, serving as a valuable resource for students and educators who wish to contribute to global education while developing professionally and personally
n today's rapidly evolving digital age,
education stands at a critical crossroads.
The widespread use of artificial intelligence, along with the vast use of social media in daily life—including in educational settings—offers both unlimited opportunities and serious challenges. While technology can provide instant access to information and automate learning processes, it often emphasizes efficiency over depth, and convenience over contemplation. This shift risks could degrade the very essence of education: nurturing the whole human being. In an era where screen time replaces human interaction, and algorithmic suggestions often shape thought, there is an urgent need to revisit educational frameworks that prioritize critical thinking, emotional intelligence, and spiritual well-being. The holistic educational philosophies of John Dewey, Maria Montessori, and Ki Hadjar Dewantara offer essential insights into how education can r e m a i n h u m a n e , m e a n i n g f u l , a n d transformative even amidst technological disruption.
John Dewey, a leading figure in progressive education, saw learning as an active and experiential process In his seminal work Experience and Education (1938), Dewey argued that education is not preparation for life but life itself For him, the holistic development of learners is best achieved through democratic participation, social interaction, and real-life problem-solving
Dewey emphasized the importance of reflective thinking and the learner's engagement with the environment. He viewed schools as miniature communities where children learn through doing and developing habits of inquiry, cooperation, and moral judgment. The teacher, in Dewey’s view, is a facilitator who guides learners to construct meaning from their experiences His educational philosophy was grounded in pragmatism, viewing knowledge as evolving through interaction between humans and their surroundings.
Maria Montessori, an Italian physician and educator, developed a scientific approach to holistic education based on careful observation of children In her book The Discovery of the Child (1967), Montessori emphasized that children learn best in prepared environments that support their natural development. Her method is deeply child-centred: it respects each learner's individual pace and encourages autonomy, order, and sensory exploration Holistic development in Montessori education includes physical coordination, cognitive development, emotional regulation, and moral sensitivity. Unlike Dewey's emphasis on social and democratic life, Montessori focused more on the internal life of the child, helping them achieve self-discipline and inner peace. Teachers act as guides or observers, intervening minimally to protect the learner's independence. Her approach also includes
multi-age classrooms, didactic materials, and an emphasis on sensitive periods of development.
Ki Hadjar Dewantara, a pioneering Indonesian educational thinker and founder of the Taman Siswa school system, brought a culturally rooted perspective to holistic education. Drawing on Javanese philosophy, his framework integrates spiritual, moral, intellectual, and cultural dimensions Dewantara saw education as a means to shape character and national identity, advocating that education must harmonize individual development with societal values. His famous motto —“Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”— encapsulates his view of the teacher as a role model, motivator, and supporter. Dewantara believed in learning that arises from life and culture, incorporating arts, local wisdom, and social responsibility His pedagogical
stages niteni (observing), nirokke (imitating), and nambahi (modifying/ creating)—reflect a progression from passive to active and innovative learning He
emphasized education for national awakening and the nurturing of the "whole child" in balance with family, community, and nature.
Despite their different cultural and intellectual lineages, all three thinkers promoted learner-centered, developmentally appropriate education that goes beyond
Montessori were both concerned with liberating children from rigid, authoritarian systems; however, Dewey emphasized democracy and social reform, while Montessori emphasized internal discipline and natural development Dewantara, working in the context of colonial and postcolonial Indonesia, added the dimension of cultural identity and social harmony, aiming to decolonize education and empower the Indonesian people spiritually and intellectually.
As we face the future, shaped by intelligent machines and digital platforms, education must do more than prepare students for economic productivity or technological fluency. It must safeguard what makes us human The frameworks of Dewey, Montessori, and Dewantara remind us that true education is not just about information or skills but about meaning, connection, and character. Holistic education, now more than ever, is essential to cultivate reflective, compassionate, and resilient individuals who can navigate complexity with integrity Educational systems must reclaim their pedagogical mission—supporting emotional well-being, spiritual growth, social responsibility, and critical inquiry. In doing so, we ensure that while machines grow smarter, our humanity grows deeper. [Paulus Widiatmoko]
Di tengah dunia digital dan kehidupan
kampus yang serba cepat, generasi Z punya cara sendiri dalam belajar bahasa—tidak lagi terpaku pada buku teks dan ujian. Di Yogyakarta, kota pelajar yang penuh kreativitas, tumbuh berbagai pendekatan belajar bahasa yang lebih fleksibel, menyenangkan, dan berbasis komunitas.
Artikel ini mengajak kita menengok tiga pendekatan nyata di Jogja yang bisa menjadi inspirasi segar bagi mahasiswa—termasuk di U n i v e r s i t a s K r i s t e n D u t a W a c a n a (UKDW)—untuk menciptakan ruang belajar bahasa yang lebih inklusif dan relevan.
1. Belajar Bahasa sambil Nongkrong: English Café Indonesia
Salah satu alternatif belajar yang digemari anak muda adalah English Café Indonesia, komunitas belajar bahasa Inggris yang dikemas layaknya nongkrong santai di kafe. Didirikan sejak 2012 dan aktif di Yogyakarta, English Café menawarkan kelas
b e r b i c a r a ( S p e a k i n g C l a s s ) y a n g diselenggarakan di tempat seperti Alive Fusion Dining Timoho dan Bento Kopi Nologaten. Alih-alih suasana kelas formal, peserta diajak ngobrol ringan, bermain peran, hingga berdiskusi topik-topik sehari-hari dalam bahasa Inggris. Apa yang membuatnya cocok untuk Gen Z?
Ÿ Kegiatan berlangsung dalam suasana santai dan suportif
Ÿ Fokus pada praktik langsung, bukan tes atau grammar
Ÿ Fleksibel secara waktu dan biaya Dengan pendekatan learning by speaking, peserta merasa lebih percaya diri untuk
berbicara tanpa takut dinilai atau disalahkan.
Info lebih lanjut:
englishcafeindonesia.net
Instagram: @englishcafeindonesia
2 Komunitas Multibahasa: Polyglot Indonesia Chapter Yogyakarta Bagi yang ingin belajar lebih dari satu bahasa atau sekadar merasakan suasana lintas budaya, Polyglot Indonesia Chapter Yogyakarta menawarkan ruang komunitas yang inklusif dan dinamis. Siapa pun bisa bergabung untuk berlatih bahasa baik pemula maupun penutur mahir.
Kegiatan rutin mereka mencakup:
Ÿ Pertukaran bahasa (language exchange) lintas bahasa
Ÿ Diskusi kelompok dan budaya
Ÿ Event santai di tempat publik atau kafe
Komunitas ini membuktikan bahwa belajar bahasa bukan hanya soal menghafal kosakata, tetapi juga membangun jejaring dan memperluas perspektif.
Instagram: @polyglotindonesia
3. Belajar dari Pop Culture: KCC Sejong Jogja
Meski berfokus pada bahasa Korea, pendekatan Korean Cultural Center (KCC) Sejong Jogja bisa jadi inspirasi menarik dalam belajar berbasis budaya populer Mereka menggabungkan pembelajaran bahasa dengan aktivitas yang akrab bagi Gen Z, seperti:
Ÿ Permainan interaktif ala Running Man
Ÿ Diskusi K-Drama dan K-Pop
Ÿ Workshop budaya Korea
Kegiatan ini membuktikan bahwa bahasa lebih mudah dipelajari saat dikaitkan dengan
minat dan gaya hidup peserta.
Info lengkap: id.koreancenter.net
Inspirasi untuk Mahasiswa UKDW: Komunitas Belajar Bahasa di Kampus
Melihat ketiga contoh di atas, terbuka peluang besar bagi mahasiswa UKDW untuk mengembangkan komunitas serupa di lingkungan kampus Tak perlu mulukmuluk—cukup dimulai dari kegiatan kecil dan kolaboratif, seperti: Ÿ Speaking Circle informal di taman atau kafetaria kampus
Ÿ Movie Night & Discussion antar mahasiswa lintas prodi
Ÿ M i n i E v e n t b a r e n g m a h a s i s w a internasional
Kegiatan di atas bisa juga dimulai dari kolaborasi ringan antara mahasiswa umum dan teman-teman dari Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Dengan dukungan Pusat
Pelatihan Bahasa (PPB) UKDW dan semangat inisiatif mahasiswa, komunitas seperti ini bisa menjadi ruang alternatif belajar bahasa yang seru, santai, dan membangun koneksi.
Mengapa Metode Ini Relevan untuk Gen Z?
✔ Murah dan fleksibel — cocok dengan realitas waktu dan dana mahasiswa
✔ Meningkatkan kepercayaan diri — suasana belajar yang tidak mengintimidasi
✔ Memperluas jejaring — lintas kampus, bahasa, dan budaya
✔ Belajar sambil healing — karena tempat dan aktivitasnya mendukung
“Aku awalnya malu banget ngomong Inggris Tapi setelah ikut English Café, rasanya kayak ngobrol bareng teman sendiri. Sekarang jadi lebih pede!” Tika,
Belajar bahasa di era Gen Z adalah soal menemukan cara yang sesuai gaya hidup —
a menyenangkan dan membangun koneksi. Di kota seperti Jogja, banyak inspirasi nyata yang bisa ditiru atau dikembangkan. Kampus seperti UKDW memiliki potensi luar biasa untuk menjadi bagian dari gerakan ini. Bukan lagi lewat kelas tambahan, tapi lewat komunitas dan ruang-ruang kecil yang dibentuk oleh semangat kolaboratif para mahasiswa. Karena pada akhirnya, belajar bahasa bukan hanya soal tata bahasa — tapi tentang membangun koneksi: antar-ide, antar-manusia, dan antar-budaya. [Agnes]
Saya berasal dari sebuah kabupaten kecil
di Kalimantan Tengah, dan bersekolah di sebuah sekolah yang fasilitas serta sarana pendukung pembelajarannya jauh tertinggal dibandingkan kota-kota besar di Indonesia Pada awalnya, saya bertekad untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi di kota besar Saya mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik, dengan harapan bisa melanjutkan studi di perguruan tinggi negeri. Namun, impian itu sirna karena saya dinyatakan tidak lolos.
Saat itu, saya berada dalam dilema besar—apakah saya harus melanjutkan atau menyerah? Namun, seiring berjalannya waktu, saya memantapkan hati untuk
mendaftar di perguruan tinggi swasta di Yogyakarta Singkat cerita, saya mencoba mendaftar di beberapa perguruan tinggi swasta dan akhirnya diterima di semua tempat Hal ini kembali menjadi dilema, perguruan tinggi swasta mana yang harus saya pilih?
Setelah berdiskusi dengan beberapa kolega yang sudah berpengalaman menempuh pendidikan tinggi di Yogyakarta, saya memutuskan untuk memilih Universitas
Kristen Duta Wacana (UKDW) dengan jurusan Biologi. Pilihan ini tidak lepas dari ketertarikan saya terhadap mata pelajaran seperti Kimia dan Biologi sejak SMA, yang membuat saya semakin mantap untuk
mengambil jurusan tersebut.
Proses Adaptasi dan Tantangan Akademik
Memasuki perkuliahan, saya mengalami tantangan besar dalam menyesuaikan diri dengan kultur pendidikan yang cukup berbeda dengan yang saya alami sebelumnya. Di UKDW, fasilitas yang lengkap dan pengajar yang kompeten membuat saya harus beradaptasi dengan cepat Pada semester awal, nilai saya anjlok dan ini menjadi tantangan tersendiri Namun, saya tidak menyerah Justru, kegagalan tersebut membuat saya semakin termotivasi untuk belajar lebih keras agar nilai saya terus meningkat dari semester ke semester.
Berkat kerja keras dan dedikasi, saya akhirnya bisa mencapai target akademik yang saya inginkan. Bahkan, saya dipercaya untuk menjadi asisten dosen pada salah satu mata kuliah yang cukup sulit. Tentu, ini adalah pencapaian yang luar biasa, mengingat saya harus bersaing dengan mahasiswa lain yang lebih terbiasa dengan pola pendidikan di kota besar.
Karier di UKDW dan Pembentukan Karakter
Setelah menyelesaikan studi S1 dengan tepat waktu, saya direkomendasikan untuk bekerja di UKDW, dengan bidang pekerjaan di Pengembangan Sumber Daya Manusia Meskipun ini sedikit berbeda dengan latar belakang pendidikan saya, kemauan untuk terus belajar dan menekuni bidang ini membuat saya mampu berkembang dengan baik. Di dunia kerja, pembentukan karakter dan kemampuan berinteraksi dengan banyak orang sangat penting. Dalam menjalani peran ini, saya sering dihadapkan pada berbagai
tugas dan tantangan, yang membuat saya b e l a j a r u n t u k t e r u s m e n i n g k a t k a n komunikasi dan kemampuan presentasi saya—hal yang saya pelajari selama kuliah.
Hampir 10 tahun bekerja di UKDW, saya akhirnya mendapat kesempatan luar biasa. Saya direkomendasikan untuk melanjutkan studi magister (S2) di salah satu perguruan tinggi negeri terbaik di Indonesia. Tentu saja, saya tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Saya percaya bahwa belajar tidak boleh berhenti, apapun kondisi dan tantangannya. Kesempatan ini tidak lepas dari bimbingan dan dukungan para dosen di Prodi Biologi UKDW selama saya menempuh studi S1 Mereka mengajarkan saya tentang pentingnya semangat belajar dan karakter yang kuat. Pembentukan karakter yang baik ini saya bawa dalam perjalanan karier saya, dengan harapan bisa menjadi tenaga pendidik yang berkualitas dan berguna untuk kemajuan UKDW dan bangsa Indonesia.
Perjalanan saya dari seorang mahasiswa yang datang dari daerah kecil hingga menjadi pegawai pendukung akademik di UKDW m e r u p a k a n s e b u a h p r o s e s p a n j a n g pembentukan karakter. Dari setiap tantangan yang saya hadapi, baik dalam perkuliahan maupun dalam dunia kerja, saya belajar banyak tentang ketekunan, disiplin, dan semangat untuk selalu berkembang Pengalaman ini tidak hanya membentuk saya secara profesional, tetapi juga sebagai individu yang lebih matang dan siap menghadapi berbagai perubahan. Semua itu berkat dukungan dari lingkungan akademik yang mendukung, khususnya di UKDW, yang menjadi bagian penting dalam perjalanan hidup saya. (Reonal Regen, S.Si., M.Sc., Alumni Fakultas Bioteknologi UKDW)
Retret untuk pegawai UKDW 2025
meninggalkan kesan mendalam bagi para peserta. Tidak sekadar menjadi ruang jeda dari rutinitas kerja, kegiatan ini menjadi wadah menyentuh ulang makna hidup, nilai, dan panggilan dalam bekerja. Di tengah dunia kerja yang penuh tekanan dan tuntutan, muncul kesadaran baru bahwa profesionalisme tak cukup hanya dengan kinerja, melainkan perlu dilandasi oleh hati dan kesadaran yang utuh Retret ini diperuntukkan bagi para pegawai UKDW (PA & PPA) lintas iman, baik yang beragama Kristen Protestan, Katolik, maupun Islam. Sebuah retret yang memiliki jiwa universal, memiliki semangat kebhinekaan dan mengusung Nilai-nilai Kedutawacanaan Retret ini merupakan program rutin Divisi Pengembangan Spiritualitas dari Campus Ministry UKDW (LPKKSK). Pendukung acara yang tergabung dalam kepanitiaan retret ini adalah seluruh staff Campus Ministry dan beberapa staff UKDW lainnya dari unit Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) dan unit Kerumahtanggaan (KRT).
Sejak awal, peserta datang dengan berbagai harapan. Ada yang membayangkan retret ini akan menjadi waktu yang menyenangkan dan santai, tempat untuk "menepi sejenak dari rutinitas kantor" Sebagian lain berharap mendapatkan pengalaman spiritual yang membarui, atau sekadar membangun relasi baru lintas divisi. Meskipun ada pula yang membayangkan retret ini tak akan jauh berbeda dari pelatihan kerja biasa, mereka tetap datang dengan hati terbuka. Namun, pengalaman retret ini ternyata melampaui dugaan banyak peserta. Dalam keheningan, diskusi, dan meditasi, peserta tidak hanya belajar tentang nilai spiritual, tetapi juga menyelami ulang siapa mereka sebenarnya, apa yang mereka cari, dan bagaimana mereka ingin bekerja. Mengenali Tiga Daya Jiwa
Retret diawali dengan dua sesi yang memberikan penekanan pada pengenalan Tiga Daya Jiwa (Sesi I & II) yang difasilitasi oleh Romo Petrus Sunu Hardiyanto, SJ (Girisonta) dan dilanjutkan dengan Sesi III (sesi pengendapan materi retret), yang
dipandu oleh Pdt Wahju Satria Wibowo, Ph D (WR 4 UKDW) membawa peserta masuk ke dalam refleksi mendalam mengenai tiga daya jiwa manusia: rasa, nalar, dan kehendak. Ketiga elemen ini menjadi fondasi pengambilan keputusan dan arah tindakan.
“Saya lebih bisa mengenali diri saya sendiri dan menemukan potensi yang ada,” tulis salah satu peserta. Peserta menyadari bahwa afeksi perasaan, emosi, dan dorongan hati tidak bisa diabaikan dalam kehidupan kerja. Justru dengan mengelola afeksi secara sehat, nilai dan tujuan kerja menjadi lebih utuh.
Bekerja, dalam refleksi ini, bukan hanya tentang menyelesaikan tugas Ia adalah panggilan yang melibatkan seluruh jiwa “Bekerja dengan sepenuh hati, bukan hanya sekadar melaksanakan tugas,” ungkap seorang peserta. Hal ini menyadarkan banyak peserta bahwa kualitas pekerjaan bukan hanya hasil akhir, tetapi juga bagaimana proses itu dijalani dengan hati yang sadar, terbuka, dan penuh tanggung jawab.
Hening sebagai Ruang Kekuatan
Sesi meditasi duduk dan berjalan (Sesi IV) bersama Bhikkhuni Sammodana Theri (STIAB Smaratungga, Boyolali) menjadi
salah satu titik perjumpaan peserta dengan dirinya sendiri Dalam kesunyian yang dibimbing dengan tenang, peserta belajar bahwa ketenangan bukan berarti kosong Sebaliknya, hening adalah kekuatan.
“Pentingnya untuk terus berada dalam keadaan sadar. Sadar akan diri sendiri dan setiap langkah yang akan dilakukan,” tulis seorang peserta Meditasi sederhana menyadari napas, melambatkan langkah, dan hadir penuh ternyata mampu meredakan stres, menata ulang cara berpikir, dan membangun konsentrasi.
Peserta juga belajar mengelola emosi dan pikiran negatif Dalam diam, mereka menyadari bahwa banyak kebisingan dalam hidup justru bersumber dari dalam diri sendiri Melatih ketenangan dan pengendalian diri menjadi bekal penting dalam menjalani kehidupan kerja yang sehat dan bermakna.
Komitmen untuk Menjadi Bagian dari Visi
Puncak dari seluruh rangkaian retret terjadi dalam Sesi V, yang dipandu oleh Pdt. Nani Minarni, S.Si., M.Hum dan Jitendrio Wardhana A, S Psi , M A , keduanya dari
KCampus Ministry UKDW, saat peserta diajak merumuskan komitmen pribadi untuk mendukung visi UKDW SERU Dalam suasana reflektif, muncul kesadaran kolektif bahwa perubahan besar dimulai dari tindakan kecil yang dilakukan secara konsisten.
“Fokus pada hal kecil, tetapi konsisten melakukannya,” ungkap seorang peserta Banyak dari mereka berkomitmen untuk menerapkan nilai-nilai UKDW integritas, pelayanan, pembelajaran, dan transformasi ke dalam tugas sehari-hari. Bukan sebagai slogan, tetapi sebagai pedoman hidup dan bekerja.
Ada pula yang menemukan kembali motivasi lama yang pernah hilang “Saya menemukan motivasi hidup saya saat masih kecil motivasi yang lebih murni Saya berkomitmen untuk menghidupkan kembali motivasi itu,” tulis seorang peserta yang tersentuh oleh sesi refleksi.
Retret ini membangkitkan semangat untuk melayani dengan hati, bekerja dengan niat yang jernih, dan membangun relasi yang sehat di lingkungan kerja. Banyak peserta menyadari bahwa visi UKDW SERU hanya akan menjadi nyata bila dijalani oleh pribadipribadi yang sadar, bertanggung jawab, dan saling mendukung.
Penutup: Dari Kesadaran Menuju Tindakan
Retret Pegawai UKDW ini bukanlah akhir dari perjalanan, tetapi justru menjadi awal dari komitmen baru untuk hidup dan bekerja secara utuh. Dalam dunia kerja yang sering menekankan performa dan pencapaian, retret ini mengingatkan bahwa kinerja terbaik lahir dari jiwa yang tenang, hati yang jernih, dan niat yang tulus.
Di tengah tekanan dan tantangan profesi, UKDW memilih untuk mengajak seluruh sivitasnya melangkah dengan nilai: bekerja dengan hati, mengabdi lewat profesi. Karena pada akhirnya, panggilan bukan hanya tentang apa yang kita kerjakan, tetapi siapa kita ketika melakukannya Retret serupa rencananya akan diadakan lagi di tahun 2028. Panitia berharap jumlah peserta retret yang akan datang dapat bertambah dan diikuti oleh para pegawai UKDW. [A.K. Satria]
Renungan: Melayani dalam Masyarakat yang Plural
Bacaan: Lukas 10:25–37
ita hidup di dunia yang penuh
keberagaman Ada beragam suku, agama, budaya, bahasa, dan latar belakang sosial yang berbeda-beda. Ini bukan sekadar data demografis, melainkan kenyataan yang kita jumpai sehari-hari dalam relasi kita di kampus, di tempat tinggal, bahkan di media sosial. Di tengah keragaman ini kita seringkali dihadapkan pada tantangan seperti prasangka, diskriminasi, konflik, dan kecenderungan membentuk kelompok berdasarkan kesamaan Di sinilah nilai Service to the World yang merupakan salah satu dari nilai-nilai Kedutawacanaan menjadi relevan Nilai ini mengajak kita untuk melayani siapa saja, bukan hanya yang seiman atau sepemikiran, tetapi juga mereka yang berbeda dari kita.
Dalam perjalanan pendidikan di UKDW, mahasiswa tidak hanya belajar di kelas, tetapi juga turun langsung ke masyarakat melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN). Pada Juni–Juli 2025, sebanyak 427 mahasiswa dari berbagai program studi tinggal dan berkarya di lima desa Kecamatan Pringkuku, Pacitan. Kelima desa yang menjadi lokasi KKN tersebut antara lain Poko, Candi, Jlubang, Watukarung, dan Dersono Dengan tema “Pemberdayaan Ekonomi Kreatif pada Sektor Pariwisata Lokal melalui Potensi UMKM”, KKN ini bukan sekadar rutinitas akademik, melainkan bentuk nyata pelayanan dalam masyarakat plural.
Bacaan hari ini, Perumpamaan Orang
Samaria yang Baik Hati (Lukas 10:25–37),
mengangkat pertanyaan penting: “Siapakah sesamaku manusia?” Dalam konteks budaya waktu itu, orang Yahudi dan Samaria hidup dalam ketegangan dan saling menjauhi Namun, dalam kisah itu, justru orang Samaria (yang dianggap “orang luar”) yang menolong korban yang tergeletak. Sementara imam dan orang Lewi, yang secara sosial dan agama dianggap terhormat, justru mengabaikan. Melalui perumpamaan ini, Yesus menegaskan bahwa sesama bukan ditentukan oleh kesamaan identitas, tetapi oleh kasih dan kepedulian nyata.
Sebagai warga UKDW, kita diajak hidup dalam semangat yang sama Kampus ini bukan hanya tempat belajar, tetapi juga tempat pembentukan karakter untuk menjadi pribadi yang peduli, terbuka, dan melayani. Dalam masyarakat yang plural, pelayanan bukan soal siapa yang kita bantu, tetapi bagaimana kita hadir tanpa prasangka Misalnya, saat teman dari latar belakang berbeda sedang mengalami kesulitan, apakah kita mau hadir sebagai sahabat? Atau saat menjalani pengabdian masyarakat, bisakah kita bekerja sama dengan tokoh lintas iman tanpa merasa terancam?
Pelayanan dalam masyarakat majemuk menuntut sikap inklusif dan empatik. Kita diajak mendengar suara mereka yang terpinggirkan, berdialog dengan yang berbeda, dan menjadikan kasih sebagai dasar tindakan Ini juga berarti bersikap kritis terhadap ketidakadilan Saat terjadi diskriminasi, kekerasan, atau ketimpangan,
beranikah kita bersuara? Maukah kita hadir dan memperjuangkan keadilan serta kasih Kristus dalam dunia yang kompleks?
K a s i h d a l a m p e r u m p a m a a n y a n g disampaikan Yesus bukanlah retorika, melainkan tindakan konkret Mahasiswa UKDW di Pacitan menghadapi realitas masyarakat yang beragam. Namun, melalui program pemberdayaan UMKM dan pariwisata, mereka diharapkan mampu menghadirkan kasih lewat kerja nyata. Ini mencerminkan bagaimana kompetensi dan empati berjalan bersama untuk membangun masyarakat.
Sebagai kampus Kristen yang terbuka dan kontekstual, UKDW memberi ruang luas bagi pembelajaran dalam keberagaman. Service to the World bukan slogan, melainkan panggilan untuk keluar dari zona nyaman dan memberi dampak. Pelayanan bisa hadir dalam banyak bentuk, misalnya mahasiswa kesehatan yang membantu siapa saja tanpa memandang agama, mahasiswa arsitektur yang merancang ruang publik inklusif, mahasiswa teknik yang membuat inovasi bagi komunitas adat, atau mahasiswa teologi yang aktif dalam dialog antaragama.
Pelayanan di dunia plural bukan hanya soal memberi, tapi membangun relasi, belajar dari masyarakat, dan memberdayakan sesuai kapasitas kita Ketika mahasiswa lintas disiplin bekerja sama dalam KKN, mereka menunjukkan bahwa kasih dan keahlian bisa bersatu untuk membangun ekonomi lokal. Ini bukan tentang menonjolkan diri, melainkan
mewujudkan kasih secara rendah hati dan berempati KKN Pacitan menunjukkan bahwa perbedaan bukan hambatan, tapi kekuatan bagi inovasi inklusif dan berkelanjutan.
Akhirnya, mari kita renungkan bersama: Siapakah sesamaku hari ini? Siapa yang bisa aku bantu atau dampingi, meskipun berbeda dari diriku? Apakah aku bersedia menjadi “Orang Samaria” di tengah dunia yang plural—hadir dengan kasih dan kepedulian nyata? Apakah pelayanan kita masih terbatas pada kesamaan identitas, ataukah kita sungguh-sungguh hadir di tengah masyarakat dengan kasih yang tulus, yang mau mendengar dan menyatu?
Jadikan KKN bukan sekadar kewajiban akademik, tetapi ladang pelayanan yang membentuk karakter dan iman. Setelah masa KKN usai, kembalilah sebagai pribadi yang lebih dewasa, lebih terbuka, dan siap melayani di tengah dunia yang majemuk.
Doa: Tuhan, Engkau menciptakan dunia yang penuh warna dan keberagaman Ajarilah kami untuk melihat perbedaan sebagai kesempatan untuk melayani, bukan alasan untuk menjauh. Bentuklah hati kami agar mampu hadir bagi sesama, terutama mereka yang berbeda dari kami Jadikanlah kami pelayan kasih-Mu yang mampu membawa terang dan damai di tengah dunia yang plural ini. Dalam nama Kristus, Sang Teladan Sejati, kami berdoa. Amin. (Pedro)
Universitas Kristen Duta Wacana
(UKDW) once again played a key role on the international theological stage as it welcomed participants of the 2025 ATESEA Doctoral Colloquium Held from June 24 to 26 in collaboration with the Association for Theological Education in Southeast Asia (ATESEA), the event brought together doctoral students and renowned scholars from across Asia and North America.Conducted in a hybrid format, with its main venue at RPCB Syantikara in Yogyakarta, the colloquium reflected ATESEA’s confidence in UKDW as a collaborative partner in fostering meaningful theological dialogue within today’s global academic landscape.
In his opening remarks, the Dean of the Faculty of Theology, Prof Robert Setio, emphasized the importance of theology that responds meaningfully to contemporary challenges. “Theological research must serve as a hopeful and critical response to a
wounded world,” he said. “We envision this colloquium as a sincere and profound space for reflection and growth.”
The 2025 ATESEA Doctoral Colloquium provided a platform for 16 doctoral c
institutions to present the progress of their dissertations, engage with expert respondents, and receive constructive academic feedback to deepen their research.
Dr. Limuel Equina, Executive Director of ATESEA, noted that the colloquium goes beyond academic presentation, serving as a formative space for emerging theological leaders. He expressed hope that participants would gain not only scholarly input but also meaningful connections with peers and senior scholars across Asia—relationships that could shape the
transformative theology in seminaries, churches, and broader communities.
A key feature of this year’s colloquium was its collaboration with the Association of
Theological Schools (ATS) in the United States and Canada. Dr. Lester Edwin Ruiz, ATS Director of Accreditation and Global Engagement, played a crucial role in facilitating participation from North American scholars and attended the event in person. His presence was complemented by contributions from leading Asian theologians such as Prof Menghun Goh (Taiwan Graduate School of Theology) and Prof Tobias Brandner (Divinity School, Chung Chi College, Chinese University of Hong Kong), who helped curate regional respondents.
Among the prominent figures who engaged directly with students were Dr. Simon Chan, former professor of theology at Trinity Theological College, Singapore, and former editor of the Asia Journal of Theology; Dr. Ruiz of ATS; and UKDW’s own Prof. Setio. Their participation offered students a rare opportunity to dialogue with internationally respected theological thinkers.
“Finally, let me extend my deepest
gratitude to the Faculty of Theology of UKDW under the leadership of Prof. Robert Setio for serving as the host of this year's doctoral colloquium. The team he appointed, under the guidance of Dr. Paulus Widjaja, has done an impressive job in preparing for this event,” said Dr. Equina.
The hybrid format of the colloquium also enabled broader participation from the academic community, underscoring ATESEA’s and UKDW’s shared commitment to inclusive, accessible, and collaborative theological education.
Through this event, UKDW and ATESEA continue to strengthen their mission of advancing contextual, impactful theological research. The Doctoral Colloquium remains a vital space for shaping the next generation of theologians leaders equipped with the integrity, insight, and resilience needed to navigate a complex and changing world. [drr]
Kelahiran buku "Suatu Hari di Sam-
birata Pengalaman Estetis Keseharian
bersama Perempuan Pelestari
Gerabah" karya Koniherawati, Dosen Desain Produk UKDW, bukan sekadar menandai kembalinya aktivitas penerbitan UKDW Press yang sempat vakum, tetapi juga menjadi kontribusi penting dalam perbincangan estetika kontemporer, khususnya mengenai keseharian dan peran perempuan dalam pelestarian budaya lokal. Buku ini lahir dari pengalaman lapangan yang intens di Desa Sambirata, Kabupaten Purbalingga, Jawa
Tengah—sebuah wilayah yang menjadi saksi ketekunan para perempuan pembuat gerabah tradisional.
Dengan gaya bahasa yang lugas dan sederhana, Koniherawati mengajak pembaca menyelami kehidupan para perempuan yang kesehariannya tidak hanya diisi oleh pekerjaan domestik, tetapi juga oleh aktivitas produksi gerabah Buku ini membongkar makna estetika dari sesuatu yang sering dianggap biasa rutinitas yang tampak monoton, kotor, bahkan membosankan. Di sinilah gagasan estetika keseharian menjadi sentral. Berbeda dengan estetika klasik yang berfokus pada keindahan objek, estetika keseharian menyoroti makna dan keindahan yang tersembunyi dalam aktivitas hidup sehari-hari.
Buku ini menghadirkan perspektif yang jarang disentuh oleh kajian estetika di Indonesia, bahwa estetika tidak hanya hadir dalam karya seni rupa atau benda indah, tetapi juga dalam proses, ketekunan, kerja keras, dan keterlibatan tubuh serta emosi dalam kegiatan produksi tradisional Para perempuan di Sambirata, yang kerap dianggap sebagai second-people dalam struktur sosial patriarkal, justru menjadi simbol kekuatan, ketekunan, dan pelestarian budaya lokal.
Salah satu kekuatan buku ini adalah keberhasilannya dalam menyajikan hasil observasi lapangan dan analisis teoritik dalam bentuk narasi yang mengalir seperti cerita Hal ini menjadikan buku ini tidak hanya bernilai akademik, tetapi juga mudah diakses oleh pembaca awam. Dengan cara ini, Koniherawati menjembatani dunia akademik
dan masyarakat umum, memperluas cakupan pemahaman tentang budaya dan estetika lokal.
Desain sampul buku pun sejalan dengan isi menampilkan sosok perajin gerabah yang sudah renta namun tetap berkarya dengan penuh semangat. Simbol ini menggarisbawahi nilai ketekunan, kesederhanaan, dan dedikasi yang menjadi inti dari kehidupan para perajin di Sambirata.
Relevansi dan Pertanyaan untuk Masa Kini
Buku ini juga menantang pembaca, terutama generasi muda, untuk merenung: di tengah pesatnya teknologi digital, masihkah ada ruang dan keinginan untuk melestarikan budaya yang bersifat fisik, manual, dan berbasis alam? Apakah anak-anak muda masih tertarik bekerja dengan tanah liat, menjalani proses panjang yang membutuhkan kesabaran dan keterampilan motorik, serta hidup harmonis dengan alam?
Kesimpulan
Buku ini kaya akan makna dan refleksi. Pengalaman tinggal bersama masyarakat pembuat gerabah di Sambirata sangat menarik karena penulis berhasil menemukan hal-hal estetis dalam ritme hidup keseharian mereka yang terlihat sederhana, monoton, bahkan sudah tidak disadari pelakunya Estetika hidup keseharian adalah semacam gerakan yang melihat “seni sebagai kehidupan”.
Buku ini mengungkapkan bagaimana aktivitas keseharian kaum pelestari gerabah tradisional yang tampak biasa sesungguhnya
luar biasa, karena dilakukan dengan penuh cinta pada keluarga, lingkungan sosial, dan alam Selain memotret kehidupan para perempuan perajin gerabah, buku ini juga menyajikan narasi alternatif tentang estetika, kerja, dan peran perempuan dalam budaya. Kedekatan mereka dengan alam serta ketekunan dalam proses kerja sudah tumbuh menjadi spiritualitas yang membawa harapan hidup.
Buku ini sangat cocok dibaca oleh mahasiswa, akademisi, pemerhati seni, aktivis budaya, maupun masyarakat umum yang ingin memahami makna estetika yang lebih luas dan membumi.
Buku tersebut bisa didapatkan di toko buku UKDW atau order di nomor 08170422373. (Gregorius Delon Ajidamara Nugroho)
Identitas Buku:
Judul : Suatu Hari di Sambirata
Pengalaman Estetis Keseharian bersama Perempuan Pelestari Gerabah
Penulis : Koniherawati
Penerbit: UKDW Press
Tahun Terbit : 2025 (cetakan pertama Januari 2025)
Jumlah Halaman : 96 halaman
Genre : Kajian Budaya, Pengalaman Lapangan
Hari Sepeda Sedunia yang diperingati
setiap tanggal 3 Juni menjadi pengingat pentingnya sepeda dalam kehidupan modern. Di tengah kemudahan transportasi bermotor dan berbagai pilihan kendaraan instan, sepeda tetap hadir sebagai solusi sederhana yang sehat, efisien, dan ramah lingkungan. Meski tidak lagi menjadi alat transportasi utama bagi kebanyakan orang, sepeda belum benar-benar ditinggalkan Sepeda kini semakin diterima kembali, tidak hanya sebagai alat mobilitas, tetapi juga sebagai bagian dari gaya hidup yang lebih sadar kesehatan dan kepedulian terhadap bumi.
Salah satu gerakan yang terus tumbuh adalah budaya gowes atau bersepeda bersama, yang kini tidak hanya menjadi ajang olahraga, tetapi juga menjadi ruang sosial dan ekspresi komunitas Gowes telah menjadi kegiatan rutin di akhir pekan bagi banyak kalangan, mulai dari pelajar hingga pekerja kantoran, bahkan pensiunan Bersepeda
dalam kelompok tidak hanya meningkatkan semangat, tapi juga menciptakan rasa aman dan mempererat solidaritas Komunitas sepeda terbentuk dengan tujuan berbagi semangat hidup sehat, menjaga koneksi sosial, sekaligus menjelajah ruang-ruang kota dengan cara yang lebih perlahan dan sadar. Selain gowes rekreasional, gerakan bike to work juga semakin digemari. Bersepeda ke tempat kerja menjadi pilihan bagi mereka yang ingin tetap aktif meski sibuk, mengurangi ketergantungan terhadap kendaraan bermotor, serta menghindari stres akibat kemacetan. Meski masih menghadapi tantangan seperti cuaca, keselamatan di jalan, dan keterbatasan fasilitas parkir, mereka yang mengadopsi gaya hidup ini menunjukkan bahwa perubahan bisa dimulai dari hal kecil yang konsisten. Bagi sebagian orang, keputusan untuk bersepeda ke bukan semata demi tubuh yang sehat, tetapi juga sebagai bentuk pernyataan bahwa transportasi tak harus merusak lingkungan.
Fenomena ini memperlihatkan bahwa sepeda punya tempat tersendiri dalam kehidupan masa kini Ia tidak bersaing langsung dengan mobil atau motor, tetapi menawarkan nilai dan pengalaman yang berbeda. Sepeda memberi kita ruang untuk memperlambat ritme hidup, menyapa sekitar, dan merasakan perjalanan dengan cara yang lebih manusiawi.
Peringatan Hari Sepeda Sedunia bukan sekadar ajakan untuk kembali ke masa lalu, tetapi momentum untuk membangun masa depan transportasi yang lebih adil dan berkelanjutan Ketika setiap orang diberi kesempatan untuk bersepeda dengan aman, nyaman, dan setara, maka kota dan masyarakat pun menjadi lebih sehat secara keseluruhan.
Tidak perlu menjadi atlet atau aktivis lingkungan untuk mulai bersepeda. Cukup siapkan sepeda yang layak, helm, dan niat baik. Entah itu ke pasar, tempat kerja, atau sekadar menyusuri jalan, setiap kayuhan
rsitektur itu lebih dari sekadar seni
bangunan, juga lebih dari sekadar ilmu tentang bangunan Arsitektur itu bukan hanya tentang bangunan yang nyeni atau yang kuat kokoh Lebih dari itu, arsitektur adalah suatu disiplin merancang, atau mendesain Objek studi perancangan arsitektur adalah ruang hidup yang fungsional, indah, dan berdampak pada kehidupan manusia. Dalam dunia yang terus berubah dengan tantangan urbanisasi, krisis iklim, dan kebutuhan akan ruang yang inklusif, peran arsitek menjadi semakin penting dan strategis.
Dengan memahami arsitektur sebagai suatu disiplin desain, maka seorang arsitek tidak harus bisa menggambar, namun yang lebih penting lagi adalah bisa memodelkan masa depan yang lebih baik. Menggambar memang pernah menjadi kemampuan dasar bagi seorang mahasiswa arsitektur, namun di balik kemampuan menggambar itu adalah kemampuan imajinatif dalam membayangkan masalah dan memberi jawaban
terhadap permasalahan tersebut. Bagaimana menciptakan ruang yang mengakomodasi kebutuhan sosial? Bagaimana mengusulkan lingkungan yang berkelanjutan? Bagaimana merancang ruang yang bisa menghidupkan budaya, memperkuat identitas lokal, dan memberi rasa aman bagi penghuninya? Itulah sedikit dari objek yang dipelajari masalah dan pemecahannya dalam disiplin arsitektur.
Program Studi Arsitektur di Universitas
Kristen Duta Wacana (UKDW) adalah komunitas tempat kita belajar sekaligus sebuah laboratorium kreatif bagi calon arsitek yang menghargai pengetahuan lokal dengan wawasan global. Dengan kurikulum yang berangkat dari konteks lokal dan wawasan global tersebut, mahasiswa arsitektur UKDW diajak bereksperimen dan dibekali secara mendalam pemahaman mengenai dinamika budaya dalam hubungannya dengan lingkungan hidup dan kemajuan teknologi mutakhir.
Teknologi mutakhir dalam proses
pembelajaran arsitektur diterapkan di studio, dalam diskusi interaktif, dan dalam proyekproyek nyata, sehingga memerlukan kolaborasi lintas disiplin. Studio adalah tempat belajar yang lengkap karena melibatkan tidak hanya kemampuan kognitif namun di situ mahasiswa diajak juga untuk merancang dari pengalaman langsung Belajar dari pengalaman langsung bisa dengan terlibat pada permasalahan nyata masyarakat, mengeksplorasi solusi inovatif, dan eksperimentasi ruang-ruang masa kini dan masa depan. Hal itu dikenakan baik untuk hunian, ruang publik, kawasan wisata, maupun bangunan komersial dan in-stitusional. Perkembangan teknologi digital yang melaju dengan cepat pada akhir-akhir ini diberi tempat yang memadai dalam proses belajar arsitektur di studio di Prodi Arsitektur UKDW Teknologi digital ini mampu mempercepat proses serta membantu dalam pemodelan rancangan yang lebih akurat dari masalah-masalah desain yang sedang ditangani. Untuk itu dibutuhkan lingkungan
akademik yang kondusif untuk menyuburkan ide-ide dan menemukan berbagai pemecahan desain bagi masalah-masalah arsitektural.
Lingkungan akademik itu berupa dosendosen yang berpengalaman, fasilitas studio dan laboratorium modern, serta jejaring dengan arsitek profesional dan komunitas lokal Dalam lingkungan lingkungan yang kondusif itu mahasiswa Prodi Arsitektur UKDW akan tumbuh menjadi desainer yang berpikir kritis, kreatif, dan paham perannya dalam konteks Tak hanya itu, nilai-nilai kemanusiaan dan spiritual juga menjadi pondasi dalam proses pembelajaran, menjadikan lulusan UKDW arsitek yang tidak hanya handal secara teknis, tetapi juga bijak secara etis.
Jika kamu tertarik dalam menciptakan ruang yang bermakna, membangun tempat hidup yang manusiawi, dan masa depan yang lebih baik, Program Studi Arsitektur UKDW adalah tempatmu untuk berkarya dan berkembang Mari bergabung menjadi keluarga besar Arsitektur UKDW! [lia]