Koran Kampus UKDW Edisi Mei 2025

Page 1


UKDW Yogyakarta

UKDW Yogyakarta

Alamat Redaksi: Kantor Biro IV UKDW Gedung Hagios Lantai 1

Jl. dr. Wahidin Sudirohusodo 5-25, D I Yogyakarta

Koran Kampus UKDW korankampus@staff ukdw ac id

B E R I T A U T A M A

Berkomunikasi dengan Hati Mencipta Harmoni

Jelajah Kolaboraya: Komitmen Ciptakan Lingkungan yang Inklusif & Kolaboratif

Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta menjadi

tuan rumah penyelenggaraan Jelajah Kolaboraya yang diadakan oleh Roemah Inspirit (Roemi) bersama Arsitek Komunitas (Arkom) Indonesia pada hari Sabtu, 17 Mei 2025 di Atrium Gedung Didaktos UKDW.

Jelajah Kolaboraya 2025, dengan tajuk “Pendekatan Ekosistem: Sebuah Peluang Membangun Gerakan Masyarakat Sipil yang Tangguh”, merupakan bagian dari perjalanan menuju Pasar Kolaboraya 2025. Sebuah event tahunan dari Kolaborasi Raya (Kolaboraya) yang bertujuan menjadi ruang bagi para kreator perubahan sosial lintas tema dan sektor untuk berinteraksi, membangun kolaborasi raya, serta menciptakan inovasi sosial yang besar, berkelanjutan, dan berdampak. Kegiatan ini adalah respons terhadap berbagai krisis global yang kita hadapi seperti krisis iklim, pangan, air, energi, dan demokrasi.

Jelajah Kolaboraya dibuka dengan penandatanganan MoU antara UKDW dengan Arkom Indonesia Kerja sama ini merupakan komitmen UKDW untuk menciptakan mahasiswa yang mampu bergerak dan peduli dengan isu-isu sosial yang ada di sekitar. UKDW akan juga terus menciptakan lingkungan yang inklusif dengan terus berusaha memfasilitasi berbagai kebutuhan dari seluruh bagian masyarakat.

Acara dilanjutkan dengan diskusi pemantik tentang “Membangun Hub Ekosistem Kota untuk Semua”. Diskusi dibawakan oleh Budhita Kusmadi bersama dengan Rektor UKDW Dr. -Ing. Wiyatiningsih, S.T., M.T. (Rektor UKDW) dan Yuli Kusworo, S.T., M.Sc. (Direktur ARKOM). Pada diskusi ini dibahas tentang konsep “hub ekosistem kota” dari masing-masing perspektif narasumber dan bagaimana peran dari institusi pendidikan maupun komunitas Bu Ning menyampaikan bahwa sebagai suatu institusi pendidikan, UKDW harus mampu ikut serta dalam mewujudkan suatu ekosistem yang inklusif dan kolaboratif. Langkah ini harus dijalani oleh seluruh komponen dari institusi. UKDW selalu berusaha untuk menciptakan

generasi yang peka terhadap isu-isu disekitarnya dan mampu melakukan perubahan.

Sedangkan Pak Yuli menjelaskan tentang pengertian konsep dari Hub Ekosistem Kota untuk semua. Cara melihat suatu masalah melalui pendekatan ekosistem Pak Yuli menjelaskan bahwa pendekatan ekosistem adalah suatu perspektif yang melihat bahwa gerakan masyarakat merupakan sistem yang saling terhubung dan kolaboratif. Sebuah ekosistem harus mampu untuk berbagi energi, materi, dan informasi kepada sesamanya di ekosistem tersebut. Selanjutnya peserta diajak untuk belajar berkolaborasi dengan aktivitas yang telah disediakan. Peserta diajak untuk mengeksplorasi keragaman jejaring dengan kegiatan kelompok. Dalam kelompok, peserta diminta untuk dapat saling berkenalan dan berhubungan satu sama lain sehingga membuat jejaring. Setelah itu, peserta diminta untuk menuliskan inisiatif yang ingin dilakukan dalam sebuah kertas. Lalu, peserta diminta untuk berbagi satu dengan yang lain tentang inisiatif tersebut dan menemukan solusi untuk dapat melaksanakannya.

Dengan kegiatan ini, peserta diharapkan dapat membuat jejaring koneksi dan menganalisa sumber daya yang kita miliki. Dengan jejaring dan sumber daya yang dimiliki tersebut, peserta dapat melaksanakan suatu inisiatif untuk menyelesaikan permasalahan tertentu. Fanny, salah satu peserta Jelajah Kolaboraya dari Solo mengatakan bahwa dengan kegiatan seperti ini, dia dapat bertemu dengan individu dan komunitas yang ternyata menghadapi isu yang sama.

Pertemuan ini memberikan pengetahuan dan ilmu baru serta kesempatan untuk dapat berkolaborasi menciptakan suatu solusi terhadap isu tersebut. Fanny berharap bahwa kegiatan Kolaboraya ini akan terus ada dan melibatkan lebih banyak orang maupun komunitas agar bisa menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan kolaboratif. [jonathan]

UKDW & Pemkot Yogyakarta Jalin Kerja Sama Kembangkan Program Kampung Tematik

niversitas Kristen Duta Wacana

(UKDW) Yogyakarta bersama 46 perguruan tinggi di DIY sepakat menjalin kerja sama dengan Pemerintah Kota Yogyakarta untuk mengembangkan Kota Yogyakarta berbasis potensi lokal. Komitmen bersama melalui program “Kampung

Tematik: One Village, One Sister University, One Corporate” tersebut, dikukuhkan dalam bentuk dokumen kerja sama yaitu kesepakatan bersama atau nota kesepakatan yang ditandatangani pada hari Rabu, 21 Mei 2025 di Hotel Tara Yogyakarta. Rektor UKDW, Dr -Ing Wiyatiningsih, S.T., M.T. mengapresiasi Pemkot Yogyakarta atas kolaborasi yang lebih masif dengan perguruan tinggi Selain itu, Dr -Ing Wiyatiningsih, S.T., M.T. juga menyampaikan komitmen UKDW untuk mendukung Pemkot Yogyakarta dalam perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan berbasis kampung yang berkesinambungan, sesuai dengan karakteristik dan potensi sumber daya lokal, yang disebut dengan program Kampung Tematik. “Kami siap berbagi SDM, ide, hingga

pendanaan melalui skema hibah dan mekanisme lainnya,” katanya.

Selain itu, UKDW juga siap memberikan solusi yang efektif dalam penanganan sampah di Kota Yogyakarta melalui kegiatan tridharma perguruan tinggi, serta memajukan pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan

Penandatanganan dokumen kerja sama tersebut menjadi simbol dimulainya kerja kolaboratif yang terstruktur dan berkelanjutan antara Pemerintah Kota Yogyakarta dengan perguruan tinggi dalam mendukung pembangunan kampung tematik secara terintegrasi dan inklusif.

Kolaborasi pentahelix sebagaimana konsep Gandeng Gendong Kota Yogyakarta yang melibatkan pemerintah, korporasi, kampung, kampus, dan komunitas dalam program One Village One Sister University and One Corporate adalah langkah untuk membangun SDM berbasis tematik kampung dan memaksimalkan potensi lokal agar berdampak luas.

Penandatanganan MoU antara Pemerintah

Yogyakarta dan perguruan tinggi ini merupakan langkah nyata untuk mewujudkan kampus berdampak sesuai dengan kebijakan yang dicanangkan oleh Ke-

Kota
menterian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) RI. [MPK]
Cross-Cultural and Interfaith Study: UKDW Welcomes Students from Hong Kong
Fakultas Bisnis UKDW dan BRIN
Jalin Kerja Sama, Gelar Workshop Kemasan Produk Makanan
Buka Ruang Kreativitas, Lab Perancangan Produk UKDW Tawarkan Inovasi 3D Print dan 3D Scan 2
Doc. Panitia
Doc. Panitia
Doc. Panitia

2 Profil Bulan Ini

Buka Ruang Kreativitas,

Tawarkan Inovasi 3D Print dan 3D Scan

Lab Perancangan Produk di Universitas

Kristen Duta Wacana (UKDW) hadir sebagai sarana untuk mewujudkan ideide menjadi bentuk nyata. Berlokasi di Ruang A55, lantai lima Gedung Agape, lab yang dikelola oleh Program Studi Desain Produk ini tidak hanya menjadi fasilitas akademik, tetapi juga menjadi ruang kolaborasi lintas disiplin yang memfasilitasi mahasiswa, dosen, dan masyarakat umum dalam menjelajahi dunia 3D printing dan 3D scanning.

Didukung penuh oleh Fakultas Arsitektur dan Desain, lab ini menyediakan sejumlah fasilitas yang terus berkembang, antara lain 3D printer filament (FDM), 3D printer resin, dan alat 3D scanner. Hingga saat ini, layanan 3D print filament menjadi fasilitas yang paling sering digunakan. Mesin yang tersedia mampu mencetak hingga ukuran maksimal 30 x 30 x 30 cm, cukup besar untuk berbagai kebutuhan prototipe produk maupun model eksperimen.

Lab ini juga memiliki pendekatan inklusif terhadap pengguna pemula. Pelatihan dasar 3D printing disediakan dengan biaya terjangkau Rp25 000 per sesi (maksimal empat peserta per sesi) Peserta dapat mengenal dasar-dasar teknologi 3D printing, mulai dari menyiapkan file digital hingga memahami jenis-jenis material yang digunakan Selain pelatihan, lab juga membuka jasa konsultasi atau asistensi setting file dan 3D modelling, juga seharga Rp25.000 per sesi. Layanan ini cocok bagi mereka yang sudah memiliki desain tetapi belum yakin siap cetak. Layanan ini tidak hanya diperuntukkan bagi civitas academica

UKDW, tapi juga terbuka untuk masyarakat umum, seperti pelaku UMKM atau pelajar yang ingin mengenal teknologi cetak tiga dimensi lebih jauh.

Tak hanya mencetak objek dari desain digital, lab ini juga mendukung kegiatan reverse engineering, digitalisasi karya seni, maupun kebutuhan modelling lain dengan adanya fasilitas 3D scanner. Teknologi ini memungkinkan pengguna untuk merekam bentuk fisik suatu objek dan mengubahnya menjadi file digital 3D Namun, perlu diperhatikan bahwa 3D scan memiliki keterbatasan. Alat ini tidak bisa memindai benda berwarna hitam, transparan, atau mengkilap Untuk mengatasinya, lab menyediakan spray khusus yang membantu proses pemindaian agar objek bisa terbaca oleh scanner.

Hal yang menarik, lab ini dijalankan dengan semangat kolaboratif Mahasiswa dilibatkan sebagai volunteer yang membantu proses persiapan file, pengaturan printer, dan asistensi bagi pengguna lain. Sebagai bentuk apresiasi, sebagian dari biaya cetak—Rp500 per gram dari tarif Rp1 500 dialokasikan bagi mereka Skema ini bukan hanya mendukung operasional lab, tetapi juga menumbuhkan rasa memiliki dan tanggung jawab di kalangan mahasiswa.

yang aktif menjadi volunteer di lab tersebut. Angellia menceritakan pengalamannya mengenal teknologi 3D scanning menggunakan perangkat dari Revopoint Dari menyambungkan scanner ke laptop, mengatur pencahayaan dan posisi objek, hingga memindai objek kecil menggunakan meja putar, ia belajar langsung cara kerja alat tersebut. Meski sempat mengalami kendala teknis seperti hasil yang tidak fokus atau bagian objek yang terpotong, proses tersebut menjadi pengalaman belajar yang berharga.

Produk akan membuka layanan 3D print berbasis resin. Dengan tingkat detail yang jauh lebih tinggi dibandingkan 3D filament, teknologi ini sangat cocok untuk pembuatan aksesori, miniatur karakter, hingga model skala kecil yang menuntut detail presisi dan kualitas estetik tinggi. Langkah ini diharapkan mendorong eksplorasi lebih jauh dalam ranah desain produk berbasis seni dan teknologi.

“Bagi mahasiswa seperti saya, belajar langsung teknologi seperti ini adalah pengalaman yang sangat berharga Tidak hanya menambah keterampilan praktis, tapi juga memperluas wawasan saya terhadap teknologi industri kreatif yang terus berkembang,” ujar Angellia Aline Cindy Permata, mahasiswa Desain Produk UKDW Dalam waktu dekat, Lab Perancangan

“Awalnya saya merasa bingung, tapi dosen pembimbing yang bertugas di lab dengan sabar mengarahkan. Tantangan teknis justru membuat saya semakin penasaran dan semangat. Saya bangga saat akhirnya berhasil mendapatkan hasil scan yang utuh dan detail,” tambahnya.

Lab Perancangan Produk UKDW hadir bukan hanya untuk mendukung proses belajar, tetapi juga menumbuhkan semangat inovasi, eksperimen, dan kolaborasi. Melalui fasilitas yang terus dikembangkan dan atmosfer yang inklusif, lab ini mengajak mahasiswa dan masyarakat untuk melangkah lebih jauh—dari ide, menuju kreasi nyata. [DDP&AACP]

PIMPINAN REDAKSI : Dr. Phil. Lucia Dwi Krisnawati, S.S., M.A. WAKIL PIMPINAN REDAKSI : Meilina Parwa

Redaksi menerima tulisan dari warga kampus berupa artikel, laporan kegiatan dan foto-foto yang membangun harapan. kirim ke alamat Redaksi atau melalui email : korankampus@staff.ukdw.ac.id

Doc. Pribadi
Doc. Pribadi

Universitaria

UKDW Cegah Pelanggaran Kekayaan Intelektual

Menyadari pentingnya perlindungan

kekayaan intelektual, khususnya di kalangan civitas academica,

Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta menyelenggarakan seminar bertajuk “Edukasi Pencegahan Pelanggaran Kekayaan Intelektual”, pada Senin, 28 April 2025 Kegiatan yang diselenggarakan di Ruang Seminar Pdt. Dr. Tasdik ini merupakan hasil kerja sama antara Kantor Wilayah Kementerian Hukum Daerah Istimewa Yogyakarta (Kanwil Kemenkum DIY) dan Centre of Entrepreneurship and Innovation (Centrino) UKDW.

Dalam sambutannya, dr. Haryo Dimasto Kristiyanto, S.S, M.Sc. selaku Kepala Centrino UKDW menekankan perlunya kesadaran akan perlindungan kekayaan intelektual, terutama bagi segenap civitas academica UKDW. “Sistem informasi bernama Sikaia,

yang dibangun sebagai portal pendaftaran kekayaan intelektual, telah menunjukkan hasil yang signifikan pada tahun pertama,” ungkapnya. Haryo menambahkan terdapat kenaikan pendaftaran hak cipta sebesar 400% pada tahun 2024. “Artinya kemudahan dalam mengakses proses pencatatan ciptaan sejalan dengan tumbuhnya kesadaran para pencipta karya,” terangnya. Sedangkan Eem Nurmanah, S.Sos, M.Si. selaku Kepala Divisi Pelayanan Hukum Kanwil Kemenkum DIY menyampaikan apresiasi atas inisiatif UKDW yang menyelenggarakan seminar tersebut Eem menilai kegiatan ini sebagai langkah proaktif UKDW dalam mencegah pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual (HKI). “Perguruan tinggi memiliki peran penting dalam melahirkan karya-karya inovatif, namun masih ada kesenjangan pemahaman terkait pentingnya melindungi

Eem menambahkan jika kegiatan-kegiatan sosialisasi yang bersifat edukasi sangat penting dilakukan secara berkala “Memahami konsep perlindungan kekayaan intelektual adalah suatu keharusan, karena tidak hanya menjaga hak atas karya, tetapi juga turut mendorong produktivitas karya,” imbuhnya. hasil karya intelektual mereka,” tutur Eem.

Hadir sebagai narasumber utama, R. Misbakhul Munir, S Sos I, S H , M H , Penyuluh hukum Ahli Muda Kanwil Kemenkum DIY, yang memaparkan materi terkait klasifikasi kekayaan intelektual yang mencakup hak cipta, desain industri dan paten, serta strategi pengajuan permohonan. Misbakhul menggarisbawahi pentingnya melakukan pencatatan atau pendaftaran karya ciptaan untuk mendapatkan perlindungan hukum yang optimal dan men-

cegah potensi pelanggaran di kemudian hari.

Peserta seminar tampak antusias mengikuti pemaparan materi dan aktif dalam sesi diskusi dengan menyampaikan pertanyaanpertanyaan terkait masa pendaftaran hingga granted, konsekuensi pelanggaran, serta studi kasus pelanggaran kekayaan intelektual dilontarkan kepada narasumber. Hal yang menarik dalam sesi ini adalah pembahasan terkait pemanfaatan artificial intelligence (AI) dalam penciptaan karya.

Mendampingi jalannya acara, Yustina Elistya Dewi, S Sos, M Si , selaku Kepala Bidang Pelayanan Kekayaan Intelektual Kanwil Kemenkum DIY, turut memberikan pandangannya mengenai pentingnya sinergi antara institusi pendidikan dan pemerintah dalam menciptakan ekosistem HKI yang kondusif. [AMP]

Dialog Antaragama untuk Perdamaian Bagi Mahasiswa dari 7 Perguruan Tinggi Berbasis Agama

Upaya membangun perjumpaan

langsung antarmahasiswa yang berasal dari berbagai latar belakang agama dan suku menjadi hal yang krusial di tengah realitas banyaknya kasus intoleransi, pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan, serta ancaman radikalisme di kalangan anak muda di Indonesia, khususnya di Yogyakarta.

Oleh karena itu, melalui inisiatif KAICIID Fellows, 7 perguruan tinggi berbasis agama yakni UNU Yogyakarta, UIN Sunan Kalijaga, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW), Universitas Sanata Dharma (USD), Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Jawa Dwipa, dan Sekolah Tinggi Agama Buddha Syailendra berkolaborasi menyelenggarakan workshop dan pelatihan dengan tema “Dialog Antaragama untuk Perdamaian bagi Mahasiswa Lintas Iman” yang diikuti oleh 35 mahasiswa perwakilan dari 7 perguruan tinggi tersebut.

Kegiatan diawali dengan seminar sehari “Integrasi Perspektif dan Praktik Kesetaraan Gender, Disabilitas, Inklusi Sosial (GEDSI) dalam Dialog Antaragama” sebagai orientasi materi pelatihan yang dilaksanakan di Gedung Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga dan dibuka oleh Direktur Pascasarjana UIN sekaligus penandatanganan simbolis nota kerja sama 7 kampus.

W o r k s h o p d a n p e l a t i h a n t a h a p 1 dilaksanakan di UNU Yogyakarta pada tang-

gal 10-11 Mei 2025 dengan menghadirkan fasilitator diantaranya Endah Setyowati (UKDW), Wiwin Siti Aminah Rohmawati (Center for GEDSI UNU), Ahmad Fauzi (Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga), dan Gede Agus Siswadi (Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Jawa Dwipa).

Kegiatan ini juga melibatkan dua narasumber yang hadir bergantian pada hari pertama dan kedua yakni Nina Mariani Noor (Dosen Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga) dan Wahju Satria Wibowo (Dosen Fakultas Teologi UKDW) Sementara itu, para mahasiswa yang mewakili UKDW adalah Theresia MM Manalu (Filsafat Keilahian), Ahmad Mawaidi Kasim (Manajemen), Yosafat Febby Aleno Yahya (Pendidikan Bahasa Inggris), Rizki Nurjanah (Studi Humanitas), dan Natasha Wahyuningsih (Studi Humanitas)

Selama 2 hari, peserta dari 7 perguruan tinggi berbasis agama berproses melalui pelatihan dan workshop yang mempertemukan gagasan maupun pengalaman dalam pertemuan lintas agama Mereka belajar untuk memulai dialog tentang hal-hal yang sensitif karena menyangkut ajaran agama dan praktik keseharian dalam keragaman. Oleh karena itu, rencana tindak lanjut dari setiap peserta adalah memulai dialog lintas agama dengan berbagai cara menjadi luaran dari workshop dan pelatihan tahap pertama.

Pada workshop dan pelatihan tahap 2 yang

dilaksanakan di UKDW pada tanggal 14-15 Juni 2025, peserta akan bertemu kembali untuk melengkapi pengalaman tahap pertama menuju peran dialog antaragama dalam gender equality, disability, and social inclusion (GEDSI).

Theresia Manalu, salah satu peserta dari Prodi Filsafat Keilahian UKDW menyebutkan dirinya menyadari keberbedaan bukan tembok pemisah, melainkan jembatan yang bisa memperkaya cara kita memandang dunia “Selama tiga hari, kami dari latar belakang agama, budaya, dan institusi yang berbeda bertemu dalam ruang yang sama. Dan dari perjumpaan itulah tumbuh benih toleransi yang hangat dan tulus,” ungkapnya.

Theresia menambahkan, pelatihan tersebut menantang mereka untuk bekerja-sama dengan orang-orang yang sebelumnya belum saling kenal. Karena latar belakang berbeda, dengan cara berpikir yang mungkin tak sama, kemudian muncul rasa tidak aman “Ada perasaan, apa aku akan diterima? Apakah mereka akan mengerti maksudku? Namun justru dari ketidakamanan itulah, kami mulai membuka diri. Kami belajar bahwa rasa tidak aman bukanlah hal yang harus ditolak atau disembunyikan. Hal itu bukan peng-halang, tetapi jendela yang mengajarkan tentang kepercayaan, keberanian, dan ke-inginan untuk saling memahami,” terangnya.

Theresia mengaku jika toleransi saja tidak cukup. Sehingga hal yang lebih dibutuhkan adalah dialog, ruang percakapan yang jujur,

Setiap hari Selasa, selama bulan Mei ini,

Program Magister Filsafat Keilahian Fakultas Teologi Universitas Kristen

D u t a W a c a n a ( U K D W ) Y o g y a k a r t a mengadakan Seminar Teologi dan Isu-Isu Aktual (SETIA) Kegiatan ini merupakan kegiatan tahunan yang membahas hasil penelitian yang dilakukan oleh dosen-dosen UKDW di tengah masyarakat Tema-tema yang ditawarkan berisi refleksi iman dan p e n g a l a m a n s e b a g a i u p a y a u n t u k menghasilkan sikap menggereja yang relevan. SETIA 1 dilaksanakan pada tanggal 6 Mei 2025 di Lecture Hall Pdt. Dr. Rudi Budiman, yang menghadirkan Pdt Dr. Asnath Niwa

N a t a r , M T h s e b a g a i n a r a s u m b e r Mengangkat tema “Spiritualitas dalam Dunia yang Terluka”, Pdt. Dr. Asnath membahas persoalan dan trauma yang biasa dialami oleh manusia “Persoalan yang dialami dapat menyebabkan luka batin, sebuah rasa sakit yang dialami secara emosional. Sedangkan

untuk trauma, terjadi karena perasaan syok akan suatu peristiwa yang meninggalkan bekas yang lebih dalam pada seseorang,” kata Pdt. Dr. Asnath.

Lebih lanjut, Pdt. Dr. Asnath menjelaskan terkait peran gereja, khususnya pendeta, dalam menangani kasus trauma maupun luka batin, kebanyakan masih menggunakan cara tradisional. Umumnya pendeta memberikan solusi pada jemaat yang sedang mengalami persoalan, dengan mengambil bacaan Alkitab. Terkadang pendampingan ini justru membuat korban merasa mendapatkan penghakiman dari pendeta itu sendiri.

Pdt Dr Asnath menjelaskan bahwa seharusnya permasalahan yang dimiliki setiap orang harus dilihat secara khusus dan tidak digeneralisasi menjadi satu masalah yang sama. Pdt. Dr. Asnath juga mengenalkan konsep living human document yang sejalan dengan penjelasan sebelumnya, dimana setiap manusia memiliki pengalaman hidup

yang unik. “Karena setiap masalah, memiliki cara penyelesaian yang berbeda ketika dialami oleh orang yang berbeda,” tuturnya.

Selanjutnya Pdt. Dr. Asnath memaparkan penelitiannya “Spiritualitas Pendeta Perempuan yang Terluka”, yang menyoroti kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dialami oleh pendeta perempuan. Pdt. Dr. Asnath menjelaskan bahwa sekalipun menjadi pendeta, manusia tidak akan menjadi terhindar dari permasalahan seperti KDRT Dampak yang dirasakan oleh para pendeta perempuan yang mengalami KDRT ini antara lain luka fisik, gangguan mental, cacian, dan disiplin gerejawi.

Pdt. Dr. Asnath menambahkan bahwa para pendeta perempuan yang menjadi korban ini sangat menderita karena lingkungan dan kondisinya sangat tidak mendukung para korban. Ajaran gerejawi menyatakan bahwa perceraian dilarang, terlebih ada hukuman sosial terhadap pendeta tersebut apabila

terbuka, dan saling menghargai “Dalam kegiatan ini, dialog bukan teori. Di sini kami merasakan bahwa keberagaman bukan sekadar data demografis, tapi pengalaman yang hidup,” katanya. Theresia pulang dengan membawa cerita tentang indahnya perbedaan, tentang dialog yang menguatkan Pelatihan ini menyadarkannya bahwa ketidakamanan bukan akhir, tapi awal dari pemahaman yang lebih dalam “Kami pulang dengan kesadaran bahwa selalu ada pintu terbuka untuk menjalin relasi yang lebih tulus dalam keragaman, dan disanalah kami akhirnya benar-benar mengerti, bahwa semboyan Bhinneka Tunggal Ika bukan sekadar jargon. Ia bisa menjadi kenyataan kalau kita mau berjalan bersama, mau duduk dan berdialog, mau percaya bahwa keberagaman itu bukan masalah, melainkan warna-warni yang memperindah hidup bersama,” pungkasnya. [ES&TM]

melakukan perceraian Para pendeta perempuan ini terjebak antara pilihan untuk melepas jabatannya sebagai pendeta dan menerima hukuman sosial, atau tetap bertahan namun menderita “Kami telah membuat kuesioner yang diisi oleh para jemaat gereja, mengenai kasus KDRT pada pendeta perempuan Sebagian besar responden berpihak pada korban, namun tetap menjunjung tinggi ajaran gerejawi Sehingga terdapat persoalan bagaimana menangani kasus seperti ini,” ungkapnya. Pdt. Dr. Asnath menegaskan bahwa ajaran yang diambil dari Kitab Suci tidak boleh serta merta digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada, tanpa memandang konteks dari permasalahan itu sendiri. Oleh karena itu, ketika kita membuat keputusan, selain melihat bagaimana suatu persoalan d

mempertimbangkan moral dan etika ketika membuat keputusan. [jonathan]

Doc. Panitia

Universitaria 4 Universitaria

Budaya Konsumerisme dan Peran Gereja

Program Magister Filsafat Keilahian

Fakultas Teologi Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta kembali mengadakan Seminar Teologi dan Isu-Isu Aktual (SETIA) pada hari Selasa, 13 Mei 2025 di Lecture Hall Pdt Dr Rudi Budiman. Kali ini SETIA mengangkat tema “Budaya Konsumerisme dan Peran Gereja dalam Pemaknaan Kesejahteraan” serta menghadirkan Pdt. Wahju Satrio Wibowo, M.Hum, Ph.D., Edy Nugroho Widihantoro, M.Sc., dan Rosallina Christanti, SE., MAcc. sebagai narasumber Ketiga narasumber tersebut memaparkan hasil penelitian mereka yang dilakukan di GKJ Madukismo, GKJ Sedayu dan GKJ Pakem. Pdt Wahju membuka seminar dengan perumpamaan orang kaya yang dimuat dalam Lukas 16:19-31, dan menjadi inspirasi penelitian mereka. Pdt. Wahju menyoroti cara anggota gereja memaknai kepuasan hidup dan kesejahteraan, yang diperhadapkan dengan nilai-nilai gereja di tengah kehidupan sehari-hari Secara khusus, Pdt Wahju

menyoroti konsumerisme, yang mempengaruhi kehidupan jemaat dalam bergereja.

Pdt Wahju juga menjelaskan mengenai pemaknaan berkat. Dalam perjanjian lama, berkat bukan hanya mengenai materi tetapi juga tentang relasi dengan Tuhan. Hal ini

berkaitan dengan ketenangan, dan komunitas yang dilihat sebagai bagian dari berkat Demikian juga di perjanjian baru, berkat dikaitkan dengan nilai keselamatan, dimana ada penebusan Tuhan Yesus. “Berkat sejati tidak selalu tampak dalam hal-hal lahiriah, tetapi juga dalam situasi-situasi tertentu yang

kita alami, seperti damai sejahtera, relasi dengan orang lain, termasuk dengan pencipta,” terangnya.

Menurut hasil survey, dari berbagai indikator kesejahteraan, ternyata yang paling dominan berkaitan dengan keturunan dan pasangan, setelah itu penghasilan. Tetapi ada 3 yang less-dominan, bukan yang kurang dominan, tetapi yang tidak terlalu dipikirkan. Rasa aman atau merasa secure dengan dirinya sendiri, spiritualitas, dan masa depan.

Perlu dilakukan pemaknaan terusmenerus mengenai konsep berkat-kesejahteraan sebagai upaya memberikan keseimbangan terhadap konsumerisme Selanjutnya fokus pada peningkatan kualitas manusia, tidak hanya kualitas pendeta dan pemimpin gereja. Kemudian mengupayakan program, khususnya pendidikan secara sistematis dan terencana, bukan sekedar karitatif yang mengedepankan belas kasihan saja Serta berinvestasi pada manusia (jemaat), bukan aset fisik, atau citra gereja. [yunike]

Menemukan Iman dalam Aktivitas Budidaya Kopi

SETIA #3 bertajuk ”Mengelus Wajah

yang Ilahi Melalui Biji Kopi” digelar di Lecture Hall Pdt Dr Rudi Budiman pada hari Selasa, 20 Mei 2025 Kali ini, seminar diisi oleh Pdt. Prof. Dr(h.c) Emanuel G e r r i t S i n g g i h , P h D , P d t D e v i n a Widiningsih, M Th bersama tim peneliti Adapun materi yang disampaikan berkaitan dengan penelitian mereka yang bersubjek pada para jemaat gereja yang berprofesi sebagai petani kopi Penelitian yang telah dilakukan ini berfokus untuk mencari tahu motivasi dari jemaat GKJW untuk mengelola budidaya kopi.

Dari hasil sensus yang dilakukan di GKJW, 9800 warga merupakan petani Namun ironisnya, warga yang berprofesi petani, yang

merupakan salah satu penghasil komoditas utama Indonesia justru dalam kondisi ekonomi yang memprihatinkan. Oleh karena itu

Pemberdayaan Ekonomi Warga (PEW) yang kemudian pada tahun 2006 berkembang menjadi Pokja PEW. PEW ini dibentuk sebagai usaha untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dengan mewadahinya di suatu organisasi. Penelitian ini juga melihat aktivitas budidaya kopi yang dilakukan oleh kelompok tani ”Republik Tani Mandiri”. Kelompok tani ini didirikan pada 2017 dengan anggota yang terdiri dari 30 warga masyarakat yang beragama Islam dan Kristen. Dari 30 anggota kelompok tani tersebut, 10 orangnya merupakan warga jemaat GKJW Kucur Kelompok tani ini diketuai oleh bapak Nur Ali Romadhon yang seorang Muslim. Kelompok tani yang juga menjadi objek penelitian adalah kelompok tani masyarakat Sumberdem-Bangelan. Di daerah ini, petani kopi merupakan mata pencaharian 80% dari masyarakat setempat. Oleh karena itu, pada tahun 2023 dibentuk suatu kelompok tani yang berada dibawah koordinasi gereja dengan nama ”Berkah Tani Nyawiji” Kelompok tani ini beranggotakan 28 orang yang kemudian diresmikan oleh pemerintah pada tahun 2024.

Selain itu, ada pula kelompok tani ”Tunas Baru” yang merupakan binaan dari GKJW Purwosari, Jengger yang terletak di daerah lereng gunung Semeru. Dimana 95% mata pencaharian warga berada di bidang perkopian.

Dari pengamatan diatas, penelitian ini memunculkan beberapa analisis yang perlu diperhatikan Bahwa kopi menjadi simbol identitas dari masyarakat petani kopi. Ada masyarakat yang menganggap kopi sebagai warisan orang tua sehingga harus dijaga, ada pula yang menganggapnya sebagai berkat dari Tuhan, ada pula yang menganggap kopi sebagai prospek bisnis yang menjanjikan.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pandangan gereja terhadap pekerjaan dan kehidupan ekonomi warganya Terjadi sebuah perubahan paradigma dimana gereja yang awalnya hanya memenuhi kebutuhan rohani dari jemaatnya sekarang menjadi rohani dan jasmani Hal ini merupakan sebuah perubahan penting yang menunjukkan peran gereja untuk ikut serta mensejahterakan warganya, melalui cara lain di luar pelayanan gerejawi. Selain itu, muncul hubungan kekeluargaan antar warga jemaat yang berprofesi sebagai petani kopi.

Namun ada pula beberapa tantangan yang perlu dihadapi oleh para petani kopi, seperti benturan kepentingan beberapa kelompok

Pendidikan Agama Pasca Konflik: Religiusitas dan Rekonsiliasi di Tobelo

tani dengan gereja akibat perbedaan cara pandang. Ada pula permasalahan bakul atau perantara yang masih mendominasi pasar kopi Dimana petani kopi kondisinya terbatas, dengan keadaan ekonomi yang mendesak dan kemampuan produksi kopi yang terbatas, masih bergantung kepada para bakul ini untuk menjual kopinya.

Dari analisis tersebut muncul interpretasi yang dapat kita ambil, antara lain munculnya iman para petani kopi untuk menjadi lebih baik ketika dievaluasi akan kinerjanya. Dapat dilihat juga solidaritas lintas iman dalam beberapa kelompok tani budidaya kopi Selain itu, ada pula beberapa petani yang memiliki kesadaran untuk menjaga alam dan lingkungan sekitar.

Harapan selanjutnya dari penelitian ini adalah dapat bekerja sama dengan kekuatan masyarakat seperti pemerintah, untuk menciptakan suatu keputusan terkait pengaturan pasar yang menguntungkan para petani kopi. Selain itu, diharapkan juga ada strategi gereja untuk pemberdayaan dan kemandirian petani kopi. Harapannya para petani kopi ini dapat meningkatkan produksinya hingga dapat menjangkau pasar ekspor. [jonathan]

SETIA #4 dengan tema "Pendidikan

Agama, Religiositas, dan Relasi Antar Agama di Tobelo, Halmahera: Studi Empiris Pasca Konflik" diisi oleh dua pembicara yaitu Pdt Handi Hadiwitanto, Ph.D. dan Pdt. Prof. Tabita Kartika Christiani, Ph.D. Acara ini diadakan pada hari Selasa, 27 Mei 2025 bertempat di Lecture Hall Pdt. Dr. Rudi Budiman. Dahulu, Halmahera mengalami konflik antar agama yang panjang dan berdarah Penelitian ini menyoroti dampak jangka panjang konflik tersebut hingga saat ini melalui pendekatan pendidikan agama, religiusitas, dan relasi antar agama Pdt Handi menyampaikan bahwa tema ini sangat relevan dengan dunia pendidikan agama, khususnya bagi para pengajar dan praktisi. Ia juga menyebutkan bahwa gereja sebagai komunitas iman bisa belajar dari pelaksanaan pendidikan agama. Menurutnya, pendidikan agama dan keberadaan gereja tidak bisa dipisahkan.

Ia menekankan bahwa situasi pasca konflik adalah kondisi yang serius dan tidak boleh dianggap selesai begitu saja Jika tidak ditangani dengan baik, bisa muncul konflik baru. Studi ini memang tidak berfokus pada

konflik atau perdamaian, tetapi lebih pada pendidikan agama dan religiusitas. Tobelo dipilih karena masyarakatnya mengalami langsung konflik di awal 2000-an. Penelitian ini dilakukan pada siswa-siswa SMA pada tahun 2023. Mereka yang menjadi responden sebagian besar tidak mengalami konflik secara langsung karena masih kecil atau belum lahir pada saat itu. Hal ini memberikan gambaran yang lebih objektif terhadap situasi pasca konflik. Penelitian ini juga dibandingkan dengan studi serupa yang dilakukan di Yogyakarta.

Pdt Prof Tabita menambahkan bahwa konflik yang terjadi di Tobelo telah menjadi bagian dari trauma antargenerasi. Ia bahkan menyebutkan adanya monumen dan bukubuku yang terus mengingatkan masyarakat pada peristiwa itu. Hal ini menjadikan konflik sebagai warisan yang masih dibicarakan hingga sekarang Menurut Pdt Handi, rekonsiliasi dan transformasi memerlukan pendekatan yang sungguh-sungguh Penelitian ini menekankan makna religiusitas bukan hanya dalam bentuk aturan, tetapi juga sebagai cara menghidupi iman. Penelitian ini juga memakai konsep religiocentrism untuk mengamati bagaimana identitas kelompok

terbentuk dan mempengaruhi relasi dengan kelompok lain.

Dalam penelitian kuantitatif ini, agama menjadi variabel yang diteliti, dengan religiusitas, religiocentrism, dan praktik keagamaan sebagai variabel bebas Survei dilakukan terhadap 1 014 responden Hasilnya menunjukkan bahwa 33% selalu ke gereja dan 63% kadang-kadang. Siswa-siswa di Tobelo menilai bahwa pendidikan agama mereka lebih menekankan pada etika dan identitas dibandingkan doktrin Namun, pendidikan yang terlalu doktrinal bisa berdampak negatif karena memperkuat pemisahan antara kelompok (in-group vs outgroup). Oleh karena itu, peran guru agama sangat penting agar doktrin tidak menjadi alat untuk menanamkan eksklusivitas. Pdt Tabita mengungkapkan bahwa di Yogyakarta, sikap etis paling menonjol dalam pendidikan agama Namun tetap ada pendekatan doktrinal, terutama di sekolah negeri. Baik di Yogyakarta maupun di Tobelo, siswa memandang pendidikan agama sebagai panduan hidup, bukan hanya pelajaran k e a g a m a a n G e n e r a s i Z d a n A l p h a mengharapkan bahwa agama memberikan fungsi dan dampak nyata dalam kehidupan

mereka Maka pendidikan agama perlu membimbing siswa dalam menjalani hidup, bukan sekadar menyampaikan ajaran. Pdt. Handi menutup dengan menegaskan bahwa negative peace atau damai yang hanya tampak di permukaan perlu diperhatikan Sekolah dan pendidikan agama punya peran penting untuk menjaga perdamaian sejati. Doktrin tetap penting, tapi harus terbuka dan berorientasi pada kehidupan bersama Pendidikan agama juga perlu dikembangkan untuk membangun relasi antar agama yang damai. [yunike]

Doc. Panitia
Doc. Panitia
Doc. Panitia

Fakultas Bisnis UKDW dan BRIN Jalin Kerja Sama, Gelar Workshop Kemasan Produk Makanan

Fakultas Bisnis Universitas Kristen Duta

Wacana (UKDW) resmi menjalin kerja sama dengan Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan (PRTPP) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada hari Rabu, 14 Mei 2025 di Ruang Seminar Pdt Dr Harun Hadiwijono Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama ini juga dibarengi dengan pelaksanaan workshop bertajuk “Seminar Produk Kemasan”, yang membahas pentingnya pengemasan makanan, terutama bagi produk yang akan dipasarkan kembali.

Workshop ini diinisiasi oleh Pusat Studi Pembangunan dan Transformasi Masyarakat (PSPTM), salah satu unit di Fakultas Bisnis UKDW yang fokus pada kegiatan pengabdian kepada masyarakat Peserta yang hadir mayoritas berasal dari mitra PSPTM, yaitu kelompok Wanita Tani dan pelaku UMKM di bidang makanan dari Kalurahan Ngestiharjo, Kapanewon Kasihan, Bantul. Selain itu, terdapat juga peserta dari luar komunitas mitra. Dekan Fakultas Bisnis UKDW Perminas Pangeran menyampaikan, kerja sama dengan BRIN merupakan langkah strategis untuk m e m a j u k a n U K M b i n a a n , d a n t u r u t berkontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ia berharap, melalui kolaborasi ini dapat dihasilkan berbagai keluaran nyata seperti purwarupa produk pengalengan Di samping itu juga desain kemasan, inovasi

Smakanan, paten, model bisnis, karya ilmiah, serta perancangan dan pengembangan produk. Sinergi antara dunia akademik dan lembaga riset ini diharapkan dapat mendukung pertumbuhan sektor usaha kecil dan menengah berbasis riset dan inovasi, sehingga mampu bersaing di pasar nasional maupun internasional.

Pentingnya Kemasan Makanan yang

Higienis

Dalam sesi workshop, BRIN menekankan bahwa kemasan makanan bukan hanya soal tampilan menarik, tetapi juga soal keamanan dan kualitas produk Berikut beberapa alasan

mengapa kemasan yang higienis sangat penting: Mencegah Kontaminasi

Kemasan melindungi makanan dari bakteri, virus, jamur, debu, serangga, serta bahan kimia berbahaya yang dapat merusak kualitas dan membahayakan kesehatan konsumen.

Memperpanjang Masa Simpan

Dengan kemasan yang tepat, makanan bisa terlindungi dari oksigen, kelembapan berlebih, dan paparan sinar UV yang bisa mempercepat kerusakan.

Menjaga Kualitas dan Nutrisi Kemasan membantu menjaga rasa, aroma,

tekstur, dan kandungan gizi makanan agar tetap baik hingga diterima oleh konsumen.

M e m u d a h k a n D i s

Penyimpanan

Kemasan yang kuat melindungi makanan dari benturan dan kerusakan selama proses pengiriman dan penyimpanan.

Memenuhi Standar Keamanan Pangan

Produk yang dikemas dengan baik memenuhi standar yang ditetapkan oleh pemerintah dan meningkatkan kepercayaan konsumen.

M e n i n g k a t k a n D

Kepercayaan Konsumen

Kemasan yang bersih dan rapi membuat produk lebih menarik di mata konsumen dan membangun citra merek yang baik.

Produk Unggulan Siap Produksi Salah satu produk yang sudah mulai diuji coba dalam kemasan kaleng adalah sambal koyor, yang dikembangkan bersama Yunika Kitchen Yogyakarta Selain kemasan kaleng, peserta juga mendapat saran untuk jenis kemasan lain seperti plastik dan pouch, dengan penyesuaian agar tetap higienis dan menarik.

Dengan jumlah peserta lebih dari 60 orang, workshop ini diharapkan dapat mendorong pelaku UMKM untuk lebih serius mempersiapkan kemasan produk mereka Selain meningkatkan nilai jual, kemasan yang baik juga memastikan produk aman dan layak konsumsi bagi masyarakat. [JH]

Grit & Achieved : Catatan Kecil untuk Mencapai Cerita

ebanyak 12 mahasiswa Universitas Kristen

Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta mengikuti Leadership Camp bertema “Grit & Achieved” pada 10–11 Mei 2025 di Griya Sejahtera, Ngablak, Magelang Kegiatan yang digagas Komisi Bantuan Pendidikan GKI Kebayoran Baru ini menjadi ruang refleksi dan pembentukan karakter kepemimpinan, dengan menekankan pentingnya ketekunan, daya juang, serta arah hidup jangka panjang. Tak sendiri, mahasiswa UKDW berkolaborasi dengan 11 rekan mereka dari Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga. Selama dua hari, mereka diajak keluar dari rutinitas akademik untuk menyelami nilai-nilai grit sebagai fondasi menuju pencapaian yang lebih besar. Dukungan terhadap kegiatan ini juga datang dari pihak kampus. Perwakilan Biro 3 UKDW, Wahyu Sapto Dewonugroho, S Kom , dalam sambutannya menyampaikan apresiasi, “Bantuan dari Komisi telah menopang pendidikan mahasiswa kami. Ini adalah bentuk nyata kepedulian terhadap masa depan generasi muda.” Ia juga menyampaikan salam dari Rektor UKDW, Dr -Ing Wiyatiningsih, S T , M T ,

kepada seluruh panitia dan peserta. Pada hari pertama, peserta dibekali dua materi utama. Pdt. T. M. Meytrias Ebenheser, Ph.D., dosen UKSW dan pendeta Gereja Kristen Jawa (GKJ), membuka sesi dengan mengajak peserta mengenali kekuatan grit dalam

menghadapi tantangan hidup baik dalam dunia akademik maupun kehidupan pribadi. “Grit akan membantu kita menentukan tujuan jangka panjang yang akan kita kejar,” ujarnya. Sesi kedua dilanjutkan oleh Pdt Devina Widiningsih, M.Th., pendeta Greja Kristen Jawi

Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW)

terus menegaskan komitmennya sebagai kampus yang inklusif dan berwawasan keberagaman melalui berbagai program unggulan Salah satu program yang telah menjadi ciri khas pembinaan karakter mahasiswa UKDW adalah Program Pengelolaan Potensi Diri Mahasiswa (P3DM). Program ini bersifat wajib bagi seluruh mahasiswa dan menjadi bagian dari upaya membentuk generasi yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga peka terhadap lingkungan sosial dan kemanusiaan.

Mengangkat tema “Derap Kepedulian dalam Keberagaman”, P3DM tahun 2025 menghadirkan pengalaman pembelajaran yang menekankan pentingnya membangun kesadaran diri dan empati di tengah realitas masyarakat yang majemuk Mahasiswa dibimbing untuk mengembangkan potensi spiritual, emosional, dan intelektual dalam suasana yang penuh keberagaman. Nilai-nilai komunikasi empatik, refleksi diri, dan kerja sama lintas budaya menjadi landasan dalam setiap kegiatan yang dirancang selama program berlangsung. Selama hampir tiga bulan pelaksanaan program, mahasiswa tidak hanya terlibat dalam kegiatan reflektif dan pengembangan diri, tetapi juga ditugaskan untuk menjalani praktik

l

yang Besar

Wetan dan dosen UKDW. Ia menyoroti peran ketekunan dan kemampuan bangkit dari kegagalan dalam membentuk mental tangguh. “ B

i kesempatan untuk bertumbuh kembali?” ungkapnya, mengajak peserta merefleksikan kembali perjalanan pribadi mereka. Meski hujan deras mengguyur malam hari, antusiasme peserta tidak surut Malam keakraban tetap berl

, mempererat interaksi antar mahasiswa dari dua universitas. Keesokan harinya, suasana segar kaki Gunung Andong menjadi latar kegiatan outbound bersama tim dari GKI Tegalrejo Aktivitas ini membangun kerja sama dan kepercayaan melalui berbagai permainan edukatif.

Leadership Camp “Grit & Achieved” menjadi catatan kecil dalam perjalanan mahasiswa, namun memberi dampak besar dalam membentuk arah dan tekad hidup mereka Melalui pengalaman ini, peserta didorong untuk terus berjuang, bangkit, dan menapaki cerita besar mereka dengan ketekunan dan iman [josephine]

Pelaksanaan P3DM dikoordinasikan oleh Biro

Kemahasiswaan, Alumni, dan Pengembangan Karir UKDW, dan didukung oleh para fasilitator yang merupakan dosen dari berbagai fakultas di lingkungan UKDW. Mitra yang digandeng dalam P3DM 2025 pun sangat beragam, mencerminkan semangat inklusi dan kolaborasi lintas sektor yang diusung. Beberapa di antaranya adalah CD Bethesda, SLB HKI, Forum Keluarga Disabilitas Pinilih, Dinas Sosial DIY, Gereja GKI dan GKJ,

SLB Negeri, Animal Friends Jogja, Yayasan Kanker Indonesia, Pusat Rehabilitasi Yakkum, Panti Asuhan Yayasan Sayap Ibu, dan Pusat Pemberdayaan Disabilitas Mitra Sejahtera. Setiap mitra menawarkan tantangan dan pengalaman unik yang menuntut adaptasi, kepedulian, serta kemampuan mahasiswa untuk membangun hubungan yang saling menghargai. Koordinator P3DM 2025, Adimas Kristiadi, S.T., M.Sc., menyampaikan bahwa keberhasilan

program tahun ini ditandai oleh kemampuan mahasiswa dalam menghadapi tantangan nyata di lapangan. “Berbagai tantangan yang dialami oleh kelompok dengan mitra tersebut dan kelompok berhasil menemukan jalan keluar sehingga kegiatan bisa terus berlanjut merupakan keberhasilan kelompok dalam pengelolaan diri dan harapannya adalah dengan keberhasilan ini kelompok tidak berhenti pada kegiatan P3DM ini saja namun dapat terus berlanjut untuk menjalin hubungan baik dengan mitra-mitranya,” tuturnya. Penutupan kegiatan yang dilaksanakan pada 3 Mei 2025 menjadi momen refleksi dan apresiasi atas kerja keras semua pihak. Dalam sambutannya, Adimas menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh panitia, fasilitator, tim pemateri, mahasiswa pendamping, peserta, dan terutama para mitra yang telah membuka ruang pembelajaran bagi para mahasiswa. Ia berharap semangat yang telah terbangun tidak hanya berhenti dalam program ini, tetapi terus dibawa dan dikembangkan dalam kehidupan kampus serta kontribusi nyata di masyarakat. P3DM menjadi bukti bahwa pendidikan tinggi bukan semata soal prestasi akademik, melainkan juga tentang membentuk manusia yang utuh berintegritas, berempati, dan siap berdaya guna bagi sesama dengan kasih yang nyata. [keren]

doc.Pribadi
doc.Panitia
doc.Pribadi
doc.Pribadi

Dosen UKDW Kembangkan Fitur Deteksi Mood dan Tes Kesehatan Mental pada Aplikasi MoodTracker

Kesehatan mental menjadi isu yang banyak

menjadi perhatian belakangan ini

Menurut World Health Organization (WHO), gangguan mental seperti depresi dan kecemasan merupakan penyebab utama beban penyakit di seluruh dunia.

Penelitian terkini yang dilakukan oleh akademisi Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta menawarkan solusi inovatif melalui aplikasi MoodTracker. Sebuah aplikasi yang dapat membantu pengguna untuk memantau dan mengelola perubahan suasana hati Penelitian tersebut dimotori oleh Agata Filiana, S Kom , M Sc bersama dosen dan mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi UKDW. Tim ini juga mengembangkan aplikasi MoodTracker agar dapat dijalankan di sistem operasi Android.

Kemudian tim peneliti yang terdiri atas Maria Nila Anggia Rini, ST., MTI, Antonius Rachmat C., S Kom ,M cs , Andhika Galuh Prabawati, S K o m , M K o m , b e r s a m a s e k e l o m p o k mahasiswa menambahkan fitur pada prototype aplikasi MoodTracker. Mereka menambahkan fitur deteksi suasana hati atau mood berdasarkan wajah pengguna Selain itu, mereka juga menambahkan fitur tes kesehatan mental untuk pengguna, serta rekomendasi psikolog dari hasil tes tersebut Sehingga MoodTracker dapat memberikan evaluasi komprehensif tentang kondisi kesehatan mental pengguna.

Maria Nila menyebutkan penelitian ini merupakan bagian dari Rencana Induk Penelitian (RIP) UKDW dalam bidang teknologi informasi dan sistem informasi yang mendalami aspek manajemen kesehatan, terutama kesehatan mental. Dalam pengembangan fitur tes kesehatan mental, aplikasi ini menyajikan serangkaian pertanyaan dan tes yang dirancang untuk mengevaluasi kondisi mental pengguna secara cepat dan informatif.

“Kami telah melakukan focus group discussion (FGD) untuk menentukan konten yang perlu disajikan. FGD ini melibatkan 10 orang psikolog klinis dari Ikatan Psikolog Klinik Yogyakarta (IPK) Dari pertemuan ini,

didapatkan masukan untuk pengembangan aplikasi, yang mencakup tes deteksi dini adanya gejala gangguan mental, dengan menggunakan SRQ-20 dan pencegahan awal berdasarkan hasil tesnya,” terang Maria Nila. Selain itu, aplikasi ini juga menyediakan rekomendasi lokasi psikolog atau layanan

kesehatan mental terdekat berdasarkan lokasi pengguna, sehingga dapat mendukung pengguna dalam mendapatkan bantuan lebih lanjut apabila diperlukan.

Pembuatan model machine learning untuk mendeteksi wajah menggunakan kombinasi pendekatan yang canggih, seperti penggunaan

CNNs, augmentasi data, dan perhatian terhadap interpretabilitas dan keamanan model Pembuatan model dalam machine learning untuk mendeteksi wajah ini dapat menghasilkan hasil yang andal dan dapat dipercaya dalam aplikasi dunia nyata. Tahap pertama yang dilakukan dalam pengembangan sistem deteksi mood dengan wajah ini adalah pengumpulan data. Penelitian ini menggunakan data dari internet yang mencakup 327 gambar wajah. Data tersebut terdiri dari 210 individu berusia 18 – 50 tahun, dengan 31% laki-laki dan 69% perempuan, serta berbagai ras di dunia. Hasil dari pengembangan sistem, pengguna dapat menambahkan mood melalui input manual atau pemindaian mood. Pemindaian dapat dilakukan pada halaman scan mood, setelah pemindaian dimulai aplikasi akan mengambil gambar secara otomatis setelah hitungan mundur tiga detik Gambar yang diambil kemudian akan diproses untuk

klasifikasikan mood menjadi empat kategori yaitu marah, bahagia, netral, dan sedih. Sistem pengklasifikasian mood wajah ini menjadi topik skripsi yang dikerjakan oleh Edwin Mahendra, mahasiswa FTI UKDW.

Maria Nila menambahkan, setelah berhasil menambahkan fitur tes kesehatan mental,

optimalisasi fitur detector untuk mendeteksi mood secara lebih akurat. Tahap ini juga akan melibatkan pengujian dan evaluasi pengguna untuk memastikan kinerja aplikasi memberikan hasil yang yang andal dan bermanfaat. Beberapa target lain yang perlu dikembangkan lebih lanjut untuk meningkatkan efektivitas aplikasi ini adalah peningkatan teknologi deteksi wajah serta klasifikasi pose, eksplorasi penggunaan electroencephalography (EEG) untuk mendeteksi suasana hati, pengembangan algoritma deteksi yang lebih adaptif, serta integrasi fitur personal coaching atau konsultasi psikologis. [jonathan]

Dosen FTI UKDW Kembangkan Sistem Essay Scoring Berbasis Kemiripan Teks

Peran sistem manajemen pembelajaran

jarak jauh atau lebih dikenal sebagai Learning Management System (LMS) semakin meningkat pascapandemi Covid-19 Dimana para pendidik dan peserta didik semakin terbiasa terhadap pembelajaran dengan moda daring maupun bauran. Keterbiasaan ini juga meningkatkan kebutuhan untuk memberikan tes secara daring dan penilaian tes secara otomatis. Sejauh ini, LMS telah menyediakan piranti penilaian soal pilihan ganda dan benar salah yang berfungsi sangat optimal sehingga memudahkan guru dan dosen untuk mengoreksi serta pemberian penilaian Akan tetapi, penilaian otomatis untuk pertanyaan terbuka masih menjadi tantangan yang cukup signifikan sehingga membuka lebar peluang peningkatan kinerja sistem penilaian jawaban singkat atau automated short answer grading (ASAG).

Menjawab tantangan tersebut, tim peneliti dari Program Studi Informatika Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta

berupaya mengembangkan sistem penilaian jawaban terbuka atau ASAG. Tim peneliti yang terdiri atas Dr. Phil. Lucia Dwi Krisnawati, Aditya Wikan Mahastama, S Kom , M Cs , Natanael Tegar Pramudya, dan Excelsior Valentino Yonathan, mengembangkan sistem ASAG berdasarkan deteksi kemiripan teks, sehingga dapat diterapkan dalam penilaian untuk jawaban deskriptif dan naratif.

Dr. Phil. Lucia Dwi Krisnawati selaku ketua peneliti menyebutkan, penelitian ini bertujuan untuk menerapkan hasil penelitian sebelumnya ten

pengembangan aplikasi penilaian otomatis jawaban terbuka. Selanjutnya, timnya berupaya mengembangkan sistem tersebut sehingga bisa ditanamkan ke sistem pembelajaran jarak jauh (LMS) atau eclass Dalam penelitian ini, tim menggunakan sistem arsitektur dari sistem penilaian yang terdiri dari 2 modul utama yakni modul deteksi kemiripan teks dan modul penilaian. Di modul

pertama, sistem mencoba mengukur nilai vektor kemiripan jawaban peserta didik dengan kunci jawaban yang disediakan guru di tataran semantik dan leksikal.

Adapun metode penelitian yang diterapkan adalah pendekatan kuantitatif eksperimental “Terkait pengumpulan data, kami mengumpulkan soal ujian dan tugas dari mata kuliah yang kami ampu. Selain itu, kami juga mengumpulkan data latih dari SMP Stella Maris Surabaya. Kasus penggunaan sistem (use case) didasarkan pada kasus riil dimana guru/dosen membuat soal dan memberikan kunci jawaban,” ungkapnya.

Dr. Phil. Lucia Dwi Krisnawati menambahkan fitur yang digunakan untuk penilaian adalah nilai vektor kemiripan semantik dan leksikal antara kunci jawaban dan jawaban, panjang jawaban, serta kekayaan kosa kata (vocabulary richness). Sedangkan teknik penilaian dilakukan dengan pendekatan pembelajaran mesin (machine

learning) Dengan fitur-fitur yang telah diekstraksi maka penerapan beberapa model klasifikasi dan regresi sangatlah dimungkinkan. Penelitian ini menghasilkan purwarupa yang efisien, bisa digunakan, bisa dikembangkan lebih jauh lagi, dan ditanamkan ke sistem manajemen LMS. Adapun purwarupa ini telah terdaftarkan dan mendapatkan hak kekayaan intelektual (HAKI).

Penerapan deteksi kemiripan teks dalam sistem penilaian esai dan jawaban deskriptif ini akan meringankan beban guru dan dosen dalam mengoreksi jawaban. Selain itu, tipe soal dalam sistem LMS akan memungkinkan guru dan dosen memberikan soal terbuka dengan jawaban deskriptif yang tentunya akan menuntut peserta didik untuk belajar lebih mendalam dan mengasah kemampuan menulis mereka. [MPK]

doc.Pribadi
doc.Pribadi
doc.Pribadi doc.Pribadi

IProdi Pendidikan Bahasa Inggris

Three Components of Intercultural Communicative Competence

n today’s globalized world, Intercultural

Communicative Competence (ICC) has become an essential skill. This competence highlights the ability to communicate effectively across cultures while respecting and navigating cultural differences Especially in education, where daily interactions often involve individuals from diverse cultural backgrounds, such skills are essential. Teachers and students alike must be equipped to engage across these differences to create a productive and inclusive learning environment.

The first foundation of ICC is self-awareness. Understanding one’s own cultural background, values, and assumptions is critical to avoiding stereotypes and approaching others with empathy In an educational context, selfawareness helps teachers recognize how their own cultural lens may influence their teaching, and it encourages students to reflect on their perceptions of peers from different backgrounds. This awareness fosters openness and reduces bias in intercultural exchanges.

Equally vital is cultural knowledge. A strong grasp of the beliefs, customs, and communication

styles of other cultures enables individuals to interact more thoughtfully Educators who understand the cultural identities of their students across religion, ethnicity, or local

traditions are better prepared to create meaningful, respectful dialogue in the classroom. Such knowledge supports the development of inclusive teaching strategies and enhances

mutual understanding.

The final key component is intercultural communication skills. These include not only language proficiency but also the ability to interpret and use verbal and nonverbal cues appropriately. Politeness, tone, body language, and active listening are all part of effective communication across cultures. Teachers must be able to adjust how they present material, while students should learn to engage respectfully and inclusively with peers in discussions and group work.

Developing these three elements selfawareness, knowledge, and communication skills forms the core of intercultural competence. In education, where diversity is both a challenge and an opportunity, ICC fosters respectful interaction and supports a learning atmosphere that values every voice. As cultural boundaries continue to blur, nurturing this competence is key to building understanding and collaboration in a multicultural society [KVS]

UKDW and Vietnam’s An Giang University Foster Global Solidarity Through Intercultural Dialogue

Aspirit of global unity and cross-cultural

exchange took center stage as the Faculty

Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) partnered with An Giang University (AGU), Vietnam, to host an international online public lecture titled "Bridging Cultures: Enhancing Intercultural Understanding in a Globalized World."

Held on May 10, 2025, the event drew enthusiastic participation from researchers, educators, and students across Indonesia, Vietnam, Pakistan, and India, reflecting a shared

competence in education and beyond.

UKDW Rector Dr.-Ing. Wiyatiningsih, S.T., M.T. opened the event with remarks highlighting the significance of international academic

collaboration. She expressed appreciation for the growing partnership between UKDW and AGU, which began in 2024, and noted that the public lecture served as a platform for mutual learning, cross-cultural enrichment, and long-term cooperation.

In the first session, Dr Fransisca Endang Lestariningsih, M.Hum., from UKDW, delivered a presentation titled "Navigating Intercultural Communication " She outlined three core components of intercultural communicative competence: knowledge, skill, and attitude. Her talk emphasized the need for cultural and sociolinguistic awareness, empathy, and o

interconnected world.

Bringing these concepts to life, Papuan students Rein and Robeka shared personal stories of studying outside their home region, providing authentic voices that resonated with participants and enriched the discussion.

The second session, led by Mr. Le Khanh Linh, M.A., and Ms. Ly Thi Minh Trang of AGU, focused on "Integration without Assimilation: Preparing Youth for Intercultural Engagement in a

Reading Test: Siapa Takut?

Globalized World " Their presentation advocated for cultural integration that respects diversity, distinguishing it from assimilation that risks eroding cultural identity. They called on youth, educators, and communities to act as agents of change amid global complexity.

Moderated by Dr. Adanninggar Septi Subekti, M.Sc., the event underscored UKDW and AGU’s commitment to deepening academic ties and nurturing intercultural understanding As

interconnected, initiatives like this public lecture demonstrate the critical role of education in promoting empathy, dialogue, and solidarity across borders. [ITE]

embaca sering dianggap sebagai

Mtantangan, terutama jika bahasanya bukan bahasa ibu kita Padahal, membaca bisa membantu meredakan stres, menambah pengetahuan, mengasah imajinasi, dan meningkatkan konsentrasi. Baru-baru ini, seorang mahasiswa datang dan bercerita tentang kesulitannya dalam membaca teks berbahasa Inggris Ia merasa kesulitan memahami isi bacaan, padahal sebentar lagi harus mengikuti tes kemampuan bahasa Inggris. Mahasiswa (M):

“Miss, bagaimana ya supaya aku bisa bagus dalam membaca? Aku merasa susah banget memahami teks.”

Konselor (K):

“Menurutmu, apa yang membuatmu kesulitan? Mari kita cari dulu akar masalahnya, lalu kita pikirkan solusinya.”

M:

“Yang pertama, topiknya sering tidak familiar. Kadang baru lihat judulnya saja sudah tidak tertarik. Kalau pun menarik, aku sering menemukan kata-kata yang belum aku tahu, jadi langsung panik. Dan yang paling berat, teksnya panjang sekali bisa dua halaman bolak-balik.”

K:

“Oke, jadi ada tiga masalah utama. Apa kamu sudah mencoba solusi tertentu?”

M:

“Aku coba baca dari awal sampai akhir, tapi seperti tidak masuk ke otak. Sudah berusaha serius, tapi tetap susah.”

K: “Baik, mari kita bahas satu per satu Pertama, soal topik. Kamu tidak bisa memilih topik bacaan dalam tes, jadi kita perlu mencari cara supaya tetap bisa memahami meskipun topiknya tidak kamu sukai Caranya, cari

hubungan antara topik itu dengan hal yang kamu sudah tahu Misalnya, jika topiknya tentang perundungan, apa yang kamu tahu tentang itu?”

M:

“Ada dua jenis: fisik dan verbal Pelaku biasanya menekan korbannya secara mental, bahkan bisa berujung depresi atau bunuh diri.”

K:

“Bagus. Nah, bandingkan pengetahuanmu itu dengan informasi di dalam bacaan. Kalau topiknya benar-benar baru, ubah pola pikir. Tanyakan pada diri sendiri: ‘Apa yang bisa aku pelajari dari bacaan ini?’ Dengan begitu, kamu jadi penasaran dan lebih fokus saat membaca.”

M: “Kalau ada kata yang sulit, bagaimana?”

K: “Jangan langsung panik. Kamu tetap bisa memahami arti kalimat secara keseluruhan Bacalah baik-baik kalimat itu, lalu coba tebak arti kata asingnya dari konteks. Kalau masih bingung, baca kalimat sebelum dan sesudahnya untuk mendapat gambaran lebih jelas.”

M: “Lalu soal teks yang panjang?”

K: “Kalau kamu sudah penasaran dengan isi bacaan dan bisa menghubungkan paragraf demi paragraf, panjangnya bacaan tidak akan

terasa berat. Otak akan otomatis memetakan isi bacaan dan memudahkan kamu memahami isinya.”

M: “Teorinya mudah, tapi praktiknya sulit, Miss.”

K: “Belajar bahasa butuh konsistensi. Latihan rutin akan membuatmu terbiasa. Luangkan waktu 30 menit sampai 1 jam setiap hari untuk membaca. Kalau kamu bisa main media sosial berjam-jam, membaca 30 menit bukan masalah besar, kan?”

M: “Sudah telat belum kalau mulai latihan sekarang?”

K:

“Tidak pernah ada kata terlambat. Tapi kalau tesnya sudah dekat, kamu memang perlu latihan lebih intensif. Intinya, semakin kamu terbiasa membaca, semakin mudah kamu memahami isi bacaan dan menjawab pertanyaan.”

M: “Ada rekomendasi sumber bacaan, Miss?”

K: “Ada banyak website yang bisa dituju, seperti ReadTheory, ReadWorks, dan Newsela. Namun, jika ingin bacaan yang umum dan ringan, coba Reader’s Digest. Ada banyak topik yang bisa dipilih, sesuai dengan minat.” Selain meningkatkan perbendaharaan kata dan pemahaman, membaca secara rutin ternyata mampu meningkatkan fokus dan konsentrasi, serta fungsi kognitif otak sehingga mampu berpikir secara analitik. Membaca juga meningkatkan kemampuan menulis karena ada tata bahasa dan gaya menulis yang bisa dipelajari Jadi, mari kita mulai kebiasaan membaca secara rutin. [AKW]

Pusat Pelatihan Bahasa

Tracer Study & Alumni Gathering UKDW Chapter Bandung - Jakarta, Pererat Silaturahmi & Tingkatkan Kompetensi

Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW)

kembali menunjukkan komitmennya

d a l a m p e n g e m b a n g a n k u a l i t a s

pendidikan dan penguatan jejaring alumni melalui rangkaian kegiatan kunjungan tracer study dan alumni gathering yang dilaksanakan pada tanggal 14-16 Mei 2025 di Bandung dan Jakarta Kegiatan yang berlangsung dalam suasana hangat ini, tidak hanya mengeratkan hubungan antar alumni, tetapi juga menjadi wahana strategis untuk menggali umpan balik dari mitra pengguna alumni dalam rangka p e n i n g k a t a n k u a l i t a s k u r i k u l u m d a n pengembangan soft skill mahasiswa, sesuai dengan kebutuhan dunia industri dan institusi. Acara alumni gathering yang berlangsung di Kimaya Braga Bandung dan Cascade Kofy Jakarta dihadiri oleh alumni berbagai angkatan dari beberapa fakultas UKDW yang membagikan pengalaman karir serta perjalanan profesional mereka setelah menyelesaikan studi Alumni gathering ini bukan sekadar ajang berkumpul, melainkan juga media berbagi inspirasi mengenai tantangan dan peluang dunia kerja, sekaligus memperkuat jejaring relasi yang dapat memberikan dampak positif baik secara pribadi maupun profesional.

Kebersamaan dalam acara ini semakin memupuk semangat kolaborasi yang turut mendukung pengembangan kampus dan komunitas alumni. Melalui interaksi yang penuh keakraban, para peserta dapat memperluas jaringan profesional sekaligus membuka peluang kerja sama dengan sesama alumni maupun dengan institusi lain yang diwakili. Kegiatan ini penting sebagai bagian dari strategi UKDW untuk terus membangun komunitas alumni yang solid dan aktif sehingga dapat memberikan kontribusi positif bagi kemajuan universitas serta masyarakat luas.

Selain alumni gathering, rangkaian kegiatan dilanjutkan dengan kunjungan tim tracer study kepada para mitra pengguna alumni Di Bandung, kunjungan dilakukan ke beberapa mitra perusahaan penting yang selama ini menjadi tempat berkiprah alumni UKDW. Salah satunya adalah Grab Indonesia yang bekerja sama dengan Fakultas Bisnis, sebagai contoh nyata keberhasilan alumni yang mampu

Campus Ministry

memasuki industri teknologi dan transportasi berbasis digital Kemudian kunjungan dilanjutkan ke SMAK 2 BPK PENABUR yang berhubungan dengan Fakultas Bioteknologi, sebagai bentuk dukungan UKDW kepada lembaga pendidikan yang memanfaatkan lulusan dalam bidang sains. GKJ Bandung, yang memiliki keterkaitan erat dengan Fakultas Teologi, juga menjadi salah satu tujuan tim tracer study, memberikan gambaran kerja sama di bidang pelayanan keagamaan.

Selanjutnya tim tracer study mengunjungi Retro Architecture dan Interior sebagai representasi bagi Fakultas Arsitektur dan Desain, yang selama ini memfasilitasi alumni untuk berkontribusi dalam bidang rancangan ruang dan estetika Tak kalah penting, rombongan tim tracer study yang mewakili Fakultas Teknologi Informasi mengunjungi PT. Hartadinata Abadi, Tbk. Seluruh kunjungan ini disambut hangat oleh para mitra yang memberikan evaluasi dan masukan konstruktif mengenai kompetensi alumni, serta harapan mereka terhadap penyempurnaan kurikulum dan pelatihan soft skill agar lulusan UKDW semakin mampu menjawab tantangan pekerjaan yang dinamis.

Di Jakarta, kunjungan tim tracer study berlangsung secara lebih intensif dan melibatkan sejumlah mitra dari berbagai bidang. Salah satu kunjungan dilakukan ke kantor akuntan publik KAP HLB Hadori Sugiarto Adi & Rekan, yang menjadi mitra utama Fakultas Bisnis, sekaligus memberikan gambaran kerja profesional di sektor jasa keuangan dan audit. Selain itu, tim tracer study Fakultas Bisnis juga mengunjungi CNBC Indonesia yang memberikan wawasan mengenai peran alumni di media dan industri komunikasi Kemudian tracer study Fakultas Kependidikan dan Humaniora mengunjungi lembaga pendidikan seperti English 1 Cempaka Putih dan SMP Kemurnian II Jakarta, untuk melihat kontribusi alumni dalam dunia pendidikan dan pengajaran. Kunjungan tim tracer study juga dilakukan di SMAK 6 Penabur Jakarta, selaku mitra dari Fakultas Teologi, yang menunjukkan peran alumni dalam pelayanan dan pengembangan di bidang pendidikan Di bidang arsitektur, kunjungan dilakukan ke PT First Solution Indonesia dan Cats Project, selaku mitra Fakultas Arsitektur dan Desain, yang memperlihatkan kontribusi alumni dalam pengembangan desain dan pembangunan infrastruktur.

Selain itu, kunjungan juga dilakukan di PT Softorb Technology Indonesia sebagai bentuk representasi lulusan Fakultas Teknologi Informasi yang menjadi mitra penting dalam sektor pengembangan teknologi dan solusi digital. Terakhir, kunjungan dilakukan di Orang Tua Group yang terkait Fakultas Bioteknologi untuk menegaskan keberhasilan alumni UKDW dalam bidang industri. Melalui rangkaian kunjungan ini, para mitra pengguna alumni memberikan berbagai masukan berharga yang nantinya akan menjadi bahan evaluasi dan pengembangan program studi untuk menyesuaikan kompetensi mahasiswa dengan kebutuhan nyata di lapangan kerja Para mitra juga menyoroti pentingnya peningkatan kemampuan soft skill seperti komunikasi, kerjasama tim, dan adaptability yang semakin dibutuhkan di era globalisasi dan digitalisasi. Evaluasi ini menjadi pijakan bagi UKDW untuk melakukan perbaikan secara berkelanjutan dalam mengembangkan kurikulum yang tidak hanya fokus pada aspek akademik, tetapi juga membekali mahasiswa dengan keterampilan tambahan yang menunjang keberhasilan karir di masa depan.

Kunjungan tracer study dan alumni gathering ini merupakan bukti nyata komitmen UKDW dalam menjalin kemitraan berkelanjutan dengan dunia industri dan institusi pengguna alumni Kegiatan ini dapat memperkuat jaringan alumni yang aktif dan terkoneksi dengan berbagai sektor, sekaligus membantu universitas untuk terus berinovasi dan menyesuaikan program pendidikan dengan dinamika kebutuhan pasar kerja.

Dengan demikian, UKDW diharapkan mampu mencetak lulusan yang tidak hanya kompeten secara akademik, tetapi juga memiliki kecakapan profesional dan karakter yang kuat untuk menghadapi tantangan di dunia kerja yang semakin kompleks. Langkah ini sekaligus menghadirkan model pendidikan yang adaptif, kolaboratif, dan berorientasi masa depan, sesuai dengan visi UKDW untuk menjadi universitas unggul yang menghasilkan lulusan berkualitas dan berdampak positif bagi bangsa dan masyarakat. [vio]

Dipanggil Sebagai Pemimpin yang Melayani

Markus 10:35–45

Menjelang Pentakosta, kita diajak untuk

merenungkan kembali panggilan kita sebagai pengikut Kristus. Salah satu nilai yang dipegang teguh oleh Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) adalah Service to the World, yaitu melayani dengan sepenuh hati dan dengan kualitas terbaik Nilai ini mengingatkan kita bahwa menjadi pemimpin bukan hanya soal keunggulan, tetapi juga tentang kerendahan hati untuk melayani Pentakosta mengajarkan bahwa Roh Kudus memampukan kita melayani dengan kasih dan komitmen yang tulus. Ada sebuah ilustrasi yang relevan “Kursi Terbaik di Kerajaan”, bayangkan ada sebuah

acara besar, dan semua orang ingin duduk di barisan paling depan. Mereka berpikir bahwa duduk di depan berarti lebih dihargai dan diakui. Inilah yang juga dipikirkan oleh Yakobus dan Yohanes ketika mereka meminta duduk di sisi Yesus dalam kemuliaanNya. Namun Yesus justru mengajarkan bahwa tempat terbaik bukanlah tempat yang paling dihormati, tetapi tempat di mana kita melayani. Kepemimpinan dalam iman Kristen bukan soal kehormatan, melainkan soal pengorbanan dan pelayanan.

Mari kita renungkan dari bacaan Markus 10:35-45. Pada bagian ini, Yakobus dan Yohanes, dua murid Yesus, mencari posisi terhormat dalam Kerajaan Allah Permintaan mereka

menunjukkan bahwa mereka belum memahami sepenuhnya misi Yesus sebagai Mesias yang menderita Mereka berpikir bahwa mengikuti Yesus akan membawa mereka pada kemuliaan duniawi dan kekuasaan. Yesus merespons dengan menggambarkan kepemimpinan sebagai pelayanan. Pertanyaan Yesus, "Dapatkah kamu minum cawan yang harus Kuminum?" (ayat 38), menggambarkan penderitaan yang akan Ia alami, yaitu salib Dengan menjawab "kami dapat," Y a k o b u s d a n Y o h a n e s m e n u n j u k k a n ketidaktahuan mereka tentang konsekuensi serius dari mengikuti Kristus. Yesus kemudian menjelaskan bahwa kepemimpinan di Kerajaan Allah berlawanan dengan konsep duniawi Di dunia, pemimpin biasanya dikelilingi oleh orangorang yang melayani mereka. Namun, di dalam Kerajaan Allah, seorang pemimpin justru menjadi pelayan bagi semua. "Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu " (ayat 43) Kebesaran di mata Allah ditentukan oleh kerelaan untuk melayani, bukan dengan menduduki posisi tinggi. Menghidupi Service to the World sebagai Civitas Academica UKDW Nilai Service to the World mencakup tiga hal utama diantaranya melaksanakan misi Allah, berkorban, dan memperhatikan masyarakat yang beragam. Sebagai civitas akademika UKDW, kita diajak menghadirkan kasih dan kebenaran, baik dalam kehidupan akademik maupun sosial Melayani bukan sekadar menyelesaikan tugas, tetapi juga mewujudkan kasih Kristus melalui tindakan nyata, meskipun itu berarti mengorbankan waktu, tenaga, atau kenyamanan pribadi.

Dalam masyarakat yang plural, kita juga ditantang untuk mengutamakan kepentingan bersama, tanpa memandang latar belakang agama, budaya, atau status sosial. Kita dipanggil menjadi agen perubahan yang menghadirkan nilai-nilai Kristiani dalam masyarakat yang majemuk. Bagi seluruh civitas akademika UKDW

baik mahasiswa, dosen, maupun tenaga kependidikan, nilai Service to the World berarti melayani dengan sebaik-baiknya dalam peran masing-masing. Sebagai mahasiswa, pelayanan bisa diwujudkan dengan membantu teman yang kesulitan, aktif di organisasi, atau berbagi ilmu dengan komunitas Dosen dan tenaga kependidikan melayani lewat pengajaran yang berkualitas, bimbingan yang sabar, dan kerja yang penuh tanggung jawab Di kampus, pemimpin yang melayani bukan hanya mereka yang memiliki jabatan, tetapi siapa pun yang mau berbagi waktu, tenaga, dan ide untuk mendukung sesama. Ketika kita bekerja sama dalam komunitas akademik, kita mewujudkan nilai Service to the World sebagai bentuk pengabdian kepada Tuhan dan sesama.

M e n g h a d i r k a n K e p e m i m p i n a n Melayani di Dunia Nyata Di tengah dunia yang sering mengutamakan kekuasaan dan gengsi, kepemimpinan yang melayani memang menjadi tantangan. Namun, hal ini tetap bisa dihadirkan melalui kualitas dan ketulusan dalam melayani misalnya, lewat penelitian yang berdampak, pengabdian di masa krisis, atau proyek kolaboratif yang membawa manfaat bagi banyak orang. Civitas academica UKDW bisa menjadi contoh pemimpin yang melayani dengan menunjukkan kualitas akademik yang unggul, kepedulian sosial, dan semangat berbagi. Dengan cara ini, kita tak hanya melayani secara lokal, tetapi juga berkontribusi dalam skala global. Marilah kita menyambut Pentakosta dengan semangat baru sebagai pemimpin yang melayani Dipenuhi oleh Roh Kudus, kita dimampukan untuk melayani dengan ketulusan dan keberanian baik di UKDW maupun dalam kehidupan sehari-hari. Kiranya Tuhan memberkati setiap langkah kita dan menguatkan kita untuk terus menjadi pemimpin yang melayani dalam dunia yang rindu akan kasih dan kepedulian. Amin. [pedro]

doc.Google
doc.Panitia

Dalam Surat dari Taizé tahun 2025,

terdapat satu bagian tulisan dari

B r o t h e r M a t t h e w , P r i o r d a r i

Komunitas Taizé di Prancis, yang berbicara

t e n t a n g “ K e b e r a n i a n u n t u k

Berpengharapan” Tepat sekali, tindakan berpengharapan memang memerlukan keberanian. Keberanian seperti apakah itu? Yaitu terutama keberanian untuk bersabar. Bersabar di sini dimaknai sebagai keberanian

m e n j a g a m a t a b a t i n u n t u k t e r u s mengharapkan apa yang tidak tampak, mengarahkan pandangan serta memusatkan segenap kekuatan diri untuk dengan sadar bergumul dengan gemuruh “pertengkaran dari luar dan ketakutan dari dalam” (2 Kor. 7:5; TB2).

B r o t h e r M a t t h e w m e n g a j a k k i t a merenungkan bahwa dalam ketegangan dua kutub tersebut terletak ruang kreatif yang memungkinkan umat beriman menentukan sikap dan tindakan iman secara mandiri dan bertanggung jawab Ia mencontohkan dua tokoh Alkitab, yakni Abraham dan Nabi Yeremia, sebagai teladan umat beriman di segala zaman. Abraham tetap teguh pada janji Allah yang melampaui logika manusia. Ia dan istrinya, dengan tangan terbuka, menerima apa yang oleh banyak orang dianggap mustahil (Rm. 8:25; TB2). Nabi Yeremia pun demikian, meski didera kehancuran perang, ancaman pengasingan bagi bangsanya, serta dirinya sendiri yang sedang dipenjara, ia justru menunjukkan visi iman yang melampaui kenyataan pahit saat itu Ia membeli sebidang ladang untuk bercocok tanam sebagai ungkapan keyakinannya bahwa Allah tidak akan meninggalkan umatNya (Yer. 32:6-15; TB2).

Pesan utama dari kedua tokoh ini adalah bahwa sikap berpengharapan dapat menjadi angin segar bagi iman dan menjadikannya lebih relevan dalam menjawab tantangan zaman. Sikap ini laksana sumber mata air yang memancarkan berbagai inisiatif harapan yang dapat mendorong sesama umat beriman untuk turut berpengharapan. Lalu, inisiatif harapan seperti apakah yang bisa kita hayati dalam peziarahan iman dan harapan?

Jejak Peziarahan DNTZ UKDW: Menjadi Tanda Harapan

Pada bulan Mei, dua perwakilan Tim DNTZ UKDW berpartisipasi dalam peziarahan Doa dengan Nyanyian dari Taizé (DNTZ) di Surabaya dan Jakarta. Di Yogyakarta, Tim DNTZ UKDW juga menggelar ziarah doa meditatif bersama 30 mahasiswa dari Chung Chi College – The Chinese University of Hong Kong, pada tanggal 15 Mei 2025. Selain itu, mereka turut berpartisipasi dalam DNTZ di Susteran FCJ Sarasvita, Gejayan. Keterlibatan ini tidak hanya mempererat jejaring pegiat DNTZ di berbagai kota, tetapi juga membawa semangat keberanian untuk berpengharapan sebagaimana ditulis Br. Matthew dalam Surat Taizé 2025.

Di Surabaya, perjumpaan dengan Tim DNTZ lokal yang terdiri dari pendeta, romo, dan jemaat dari berbagai denominasi berlangsung di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela (SMTB) Ngagel, Surabaya Keakraban yang sebelumnya hanya terjalin secara daring, segera berubah menjadi persekutuan yang hangat ketika bertemu l a n g s u n g . S a l a h s a t u m o m e n y a n g mengharukan adalah saat kami menyambut

Campus Ministry

Keberanian untuk Berpengharapan

rombongan jemaat senior dari GKJW

Rungkut yang dibawa oleh Pdt Abednego Adinugroho. Kami cukup terharu mengetahui bahwa di GKJW Rungkut telah berlangsung tradisi doa hening dengan nyanyian-nyanyian Taizé setiap Jumat pukul 05.00 WIB. Meski mayoritas dari mereka adalah jemaat senior, mereka tetap menjaga api kesetiaan untuk secara rutin berjumpa dan berdoa pagi dalam keheningan.

Gereja SMTB sendiri menyimpan makna simbolis yang kuat. Bangunan ini menjadi salah satu sasaran bom bunuh diri pada 2018, dan hingga kini mempertahankan sebagian sisi bangunan yang rusak sebagai penanda sejarah dan keberanian untuk terus berharap. Mereka akan mengadakan acara DNTZ kembali di bulan berikutnya di hari Rabu, tanggal 4 Juni 2025 di lokasi yang sama.

Peziarahan doa dan harapan di Yogyakarta pada hari Kamis, 15 Mei 2025 bertema One Body in Christ ini diikuti oleh 92 peserta, termasuk 30 mahasiswa dari Hong Kong Sesuai kesepakatan bersama, liturgi ziarah DNTZ yang sebelumnya disiapkan dalam Bahasa Indonesia, segera direvisi dengan memasukkan syair-syair nyanyian dalam Bahasa Inggris, Bahasa Latin dan Bahasa Indonesia. Demikian juga bacaan ayat kunci juga dibacakan dalam bahasa Indonesia, Inggris dan Mandarin Salah seorang mahasiswa dari Cina Daratan ditunjuk secara khusus untuk membacakan teks tersebut dalam Bahasa Mandarin. Renungan singkat di awal masa hening juga disampaikan dalam Bahasa Inggris sehingga membantu para peserta doa untuk dapat masuk ke dalam saat hening Dalam renungan singkat yang disampaikan salah satu staff Campus Ministry UKDW, disampaikan bahwa Gereja sebagai perwujudan Tubuh Kristus dipanggil untuk menjadi tanda dari kehadiran harapan. Tiap umat beriman memiliki kehausan akan harapan, bahwa kasih itu lebih kuat dari keputusasaan, bahwa kesatuan di tengah perbedaan itu mungkin untuk diupayakan, bahwa perdamaian dapat diciptakan mulai dari rupa-rupa keretakan yang kita miliki. Harapan seperti ini bukanlah sesuatu yang harus kita cari dan temukan, namun lebih merupakan undangan bagi tiap umat beriman

doc.google

untuk mendorong dirinya ‘menjadi’ tanda kehadiran harapan itu sendiri. Selain di UKDW, acara peziarahan doa dan harapan di Yogyakarta juga diadakan pada hari Rabu tanggal 28 Mei 2025 di rumah para suster FCJ (Faithful Companion of Jesus) yang diberi nama ‘Sarasvita’ Tim DNTZ UKDW membawa semangat “5 roti dan 2 ikan” yang disimbolkan dengan membawa jajanan tradisional yang dinikmati bersama. Gestur kecil ini secara simbolis ingin memperkuat silaturahmi yang ada antara UKDW dan para suster FCJ di Sarasvita serta menjaga agar api ziarah iman dan harapan bisa terus menyala seterusnya. Ada sekitar 20 orang umat yang hadir malam itu. Dalam doa, kami bersyukur atas kehidupan dan pelayanan Paus Fransiskus serta mendoakan kepemimpinan Paus Leo XIV yang baru terpilih Kami bersyukur acara DNTZ di Sarasvita ini menjadi semacam oase yang menyegarkan iman semua

y a n g d a t a n g m e n g h a m p i r i n y a K e

penyambutan yang penuh kekeluargaan, percakapan-percakapan seusai acara doa membuka pintu persahabatan bagi mereka yang baru pertama kali datang ke Sarasvita. Cuci gelas dan piring jajanan di dapur Sarasvita juga sudah menjadi bentuk unik tradisi pengucapan terima kasih kepada para suster yang telah menerima kami dengan begitu ramah. Kesempatan ini juga digunakan untuk berbagi berkat-berkat rohani seperti pengalaman mengikuti acara doa Ekumenis di STFT Jakarta dan juga membagikan souvenir kecil berupa pembatas buku kepada semua hadirin. Jika Anda ke Sarasvita, Anda akan merasakan kehangatan sebuah persaudaraan dan kekeluargaan.

Peziarahan doa dan harapan di Jakarta pada 17 Mei 2025 diadakan di Aula Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi (STFT) Jakarta, dihadiri oleh salah seorang wakil dari Tim DNTZ dari Yogyakarta. Doa Ekumenis ini menjadi begitu bermakna dan layak untuk dihadiri karena di t a h u n 2 0 2 5 i n i p e r i s t i w a p e r a y a a n Kebangkitan Tuhan Yesus Kristus diadakan di hari yang sama baik bagi umat Gereja Barat (kalender Gregorian) dan Gereja Timur (kalender Julian). Peristiwa unik yang kemungkinan besar belum akan terulang lagi

dalam waktu-waktu mendatang Doa ekumenis ini juga memiliki satu mutiara terindah didalamnya, yaitu umat bersamasama berdiri dan mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli Nicea-Konstantinopel Saat pengakuan iman yang dihasilkan oleh Konsili Nicea-Konstantinopel ini dibacakan secara bersama-sama, ada perasaan yang sangat e m o s

mengucapkan pengakuan iman Gereja yang satu sebelum kemudian terpecah menjadi tradisi-tradisi gereja seperti yang saat ini kita lihat di dunia. Seakan-akan kami dihadapkan pada satu cermin pengakuan iman yang sama, yang memberikan kepada umat sebuah pantulan gambar pribadi-pribadi dari beragam tradisi gerejawi berdiri bersama di hadapan Tuhan dan mengucapkan satu penghayatan iman yang sama. Satu Tuhan, Satu Iman, Satu Baptisan, Satu Harapan bukan lagi menjadi tema besar dari acara doa ekumenis ini melainkan sudah menjadi perwujudan nyata dari tema itu sendiri.

Sekitar 20 orang rohaniwan dari Gereja Katolik, Protestan, Orthodoks dan beberapa tradisi gerejawi lainnya turut hadir dalam acara ini. Beberapa dari mereka diundang untuk memberikan renungan singkat dan menekankan pada makna serta peran vital dari doa ekumenis ini. Salah seorang pendeta menyampaikan bahwa Doa Ekumenis ini tidak menyeragamkan semua tradisi gerejawi atau menjadikannya sama, melainkan merangkul keberagaman tradisi gerejawi dalam perarakan ziarah iman dan harapan yang saling mendewasakan dan saling memperkaya. Semoga impian dan harapan ini bisa menjadi kenyataan yang lebih luas di kemudian hari.

Disanapun semangat saling berbagi yang diwakili oleh ungkapan “5 roti dan 2 ikan” juga terlihat di setiap sisi. Mulai dari tim paduan suara, tim pemusik, tim pendukung liturgi, tim penerima tamu, tim konsumsi, tim keamanan, tim multimedia, mereka semua bahu membahu dan bergandengan tangan sehingga acara doa berdurasi dua jam itu bisa dilaksanakan secara khidmat dan mendukung umat untuk benar-benar bisa berdoa secara bersama-sama Nyanyiannyanyian Taizé yang dinyanyikan secara repetitif semakin memperkuat kerinduan tiap pribadi akan pengalaman perjumpaan dengan Tuhan melalui keintiman sebuah doa hening Kerinduan akan ‘kehadiran’ Yang Ilahi terwakili dengan hadirnya umat Katolik, umat Protestan, umat Orthodoks, umat Lutheran, umat Anglikan dan umat dari tradisi gereja lainnya. Kesempatan beramah tamah sebelum dan sesudah acara doa semakin memperkuat semangat berjejaring di antara umat yang hadir Tidak ada semangat kompetisi yang dirasakan di malam itu, yang kuat mewarnai atmosfer malam itu adalah semangat kolaborasi, persaudaraan, semangat saling berbagi, serta sikap atentif terhadap tiap butir liturgi. Ini semua membuat acara Doa Ekumenis ini menjadi hidup dan penuh makna. Butir-butir pengalaman dari Surabaya, Yogyakarta, dan Jakarta menjadi bagian dari panenan rohani dalam ziarah iman yang memperkaya jaringan pegiat DNTZ di Indonesia. Harapannya, panenan ini dapat terus dibagikan dan disemai menjadi benihbenih harapan dan perdamaian di dunia Salam Hening. [adham]

Ratu Adil: Ramalan Jayabaya & Sejarah Perlawanan Wong Cilik

Mengenal Sindhunata dan Perjalanan Kepengarangannya

Di balik buku Ratu Adil: Ramalan Jayabaya & Sejarah Perlawanan Wong Cilik berdiri sosok penulis yang tak hanya dikenal sebagai jurnalis senior, tetapi juga seorang pemikir, budayawan, dan sastrawan Dia adalah Sindhunata Di usianya yang menginjak 70 tahun, pria kelahiran Batu, Malang, 12 Mei 1952 ini telah menorehkan jejak panjang dalam dunia literasi Indonesia. Karya-karyanya menjangkau berbagai bidang Ada yang mulai dari tulisan jurnalistik, ilmiah, hingga sastra dan spiritualitas. Semua karyanya identik dengan satu benang merah yaitu keberpihakan pada yang kecil dan terpinggirkan Itu adalah sebuah perjalanan yang mencerminkan keberaniannya menyelami realitas hidup kaum marjinal Pengalaman-pengalaman inilah yang memperkaya perspektifnya dan menjadikan Ratu Adil lebih dari sekadar buku sejarah. Menariknya, ini adalah kisah hidup wong cilik, yang ditulis dengan empati, riset mendalam, dan suara nurani yang jernih.

Perjalanan Perlawanan dan Harapan WongCilik?

Ada gambaran ayam jago. Jago sudah lama menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan wong cilik. Menariknya, ayam jago bukan sekadar hewan peliharaan, tetapi simbol yang hidup dalam keseharian rakyat jelata. Tradisi adu jago, yang diwariskan dari generasi ke generasi, menunjukkan bagaimana jago-jago petarung dirawat penuh perhatian dan dipertarungkan dengan harapan akan kemenangan, bukan hanya sebagai hiburan, tetapi juga sebagai bentuk pertaruhan harga diri. Namun, bagi wong cilik, jago tidak berhenti pada tataran fisik; ia menjelma menjadi lambang perlawanan terhadap kekuasaan Dalam realitas yang menindas, sosok jago kerap diwujudkan secara simbolis pada seseorang dari kalangan mereka yang dianggap memiliki kekuatan, keberanian, atau kelebihan istimewa untuk

Pojok Alumni

Nama : Alumnus : Wisuda :

Yehuda Pranata Purba

Prodi Manajemen Fakultas Bisnis Juli 2012

Saya, Yehuda Pranata Purba, berasal dari

Medan dan merantau ke Yogyakarta untuk kuliah di Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW). Saya masuk pada tahun 2008 di Program Studi Manajemen, Fakultas Bisnis (dulu bernama Fakultas Ekonomi), dan lulus pada tahun 2012.

menghadapi ketidakadilan Ini merupakan manifestasi harapan akan munculnya pemimpin pembebas.

Kajian ini difokuskan pada kurun waktu abad ke-19 hingga awal abad ke-20, era di mana harapan akan datangnya Ratu Adil menjadi pelita bagi wong cilik untuk bertahan dan melawan ketidakadilan Dengan gaya penulisan yang puitis namun tajam secara analitis, Sindhunata membentangkan bagaimana ramalan Jayabaya menjadi landasan spiritual dan kultural bagi perlawanan rakyat. Yang membuat buku ini menonjol adalah keberanian formatnya Sindhunata tidak hanya menyajikan hasil riset akademis, tetapi juga menggandeng seniman Budi Ubrux untuk menyertakan lebih dari lima puluh lukisan dan gambar yang menafsirkan makna Ratu Adil dari sudut pandang kekinian. Lukisan-lukisan ini bukan ilustrasi pasif, melainkan tafsir visual yang hidup, berani, dan seringkali menggugah perasaan Sebuah jembatan antara narasi sejarah dan perenungan masa kini. Keterlibatan Budi Ubrux memberikan dimensi baru dalam membaca buku ini. Di tangan pelukis yang dikenal dengan gaya kritik sosialnya itu, sosok Ratu Adil tak lagi hadir sebagai figur mitologis yang abstrak, tetapi menjadi simbol penderitaan dan harapan rakyat yang sangat nyata. Lukisanlukisan itu, dengan sapuan kuasnya yang ekspresif, seperti menggugat kita: sudahkah keadilan itu benar-benar hadir? Secara keseluruhan, Ratu Adil: Ramalan Jayabaya dan Sejarah Perlawanan Wong Cilik adalah buku lintas disiplin yang langka dan berani. Ia mengajak pembaca tidak hanya memahami sejarah, tetapi juga merenungi masa kini. Di tengah derasnya arus zaman yang kerap melupakan jerit wong cilik, buku ini hadir sebagai pengingat dan penggerak. Fokusnya pada keyakinan bahwa harapan, seperti halnya sejarah, selalu bisa ditulis ulang oleh mereka yang berani bermimpi dan melawan. ”Harapan tak pernah pupus Setiap krisis diyakini sebagai kesempatan sekaligus

peringatan. Krisis akan melahirkan perubahan dan mendorong kita untuk bersungguhsungguh dalam menyiapkan zaman baru,” tulis Sindhunata dalam buku tersebut.

Kelebihan Buku

1. Landasan ilmiah yang kuat

Buku ini berasal dari disertasi doktoral, sehingga memiliki kekuatan riset dan analisis historis yang mendalam serta dapat dipertanggungjawabkan secara akademis.

2. Gaya bahasa puitis dan humanis

Sindhunata menyampaikan narasi sejarah dengan bahasa yang indah dan penuh empati, membuat kisah perlawanan wong cilik terasa hidup dan menyentuh hati.

3. Kolaborasi visual yang menggugah

Lukisan karya Budi Ubrux menambahkan kekuatan visual dan tafsir artistik terhadap tema keadilan dan penderitaan rakyat kecil, menjadikan buku ini lintas medium yang unik.

Kekurangan Buku 1 Gaya bahasa tidak selalu mudah dicerna

Penggunaan metafora dan gaya filosofis kadang membuat isi buku sulit dipahami oleh pembaca umum yang menginginkan bahasa lebih lugas.

2. Fokus terbatas pada konteks Jawa

Kajian hanya terpusat pada masyarakat Jawa, sehingga pembaca dari latar budaya lain mungkin merasa kurang terwakili atau kesulitan dalam membangun koneksi.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Ratu Adil: Ramalan Jayabaya & Sejarah Perlawanan Wong Cilik karya Sindhunata merupakan perpaduan langka antara riset akademis, narasi humanis, dan ekspresi seni yang menggugah Buku ini tidak hanya menelusuri konsep mitologis Ratu Adil dalam konteks sejarah perlawanan rakyat Jawa, tetapi juga menyuarakan harapan dan penderitaan wong cilik dengan bahasa puitis serta dukungan visual dari lukisan-lukisan kritis Budi Ubrux. Meski gaya bahasa yang

Jehovah Jireh

Setelah lulus SMA, saya sempat mengikuti beberapa tes masuk perguruan tinggi negeri, namun tidak ada yang berhasil. Akhirnya saya mulai mencari alternatif di perguruan tinggi swasta Saya mempertimbangkan tiga kota diantaranya Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta Pilihan saya jatuh pada Yogyakarta, setelah melihat iklan UKDW di halaman belakang buku kelulusan SMA. Dari sana, saya mencari tahu lebih lanjut dan akhirnya memutuskan untuk berkuliah di UKDW.

Selama kuliah, saya bersyukur bisa bertemu dengan teman-teman dari berbagai latar belakang budaya dan agama Ini sangat memperluas wawasan saya. Saya juga aktif di organisasi kemahasiswaan, seperti BEM dan HMPSM. Saya terlibat di berbagai kegiatan seperti eco camp, studi banding, seminar, dan pelatihan manajemen Selain mendapatkan sertifikat keaktifan, pengalaman ini sangat membantu saya membangun kemampuan komunikasi dan kerja tim yang ternyata sangat dibutuhkan di dunia kerja.

Setelah wisuda pada 27 Juli 2012, saya langsung mencari pekerjaan Saya ikut berbagai job fair, termasuk yang diadakan UKDW Saya mengikuti beberapa proses wawancara hingga akhirnya pada September 2012, saya diterima sebagai management trainee di sebuah perusahaan ritel nasional. Selama delapan tahun saya bekerja di

perusahaan itu, saya sering dipindahkan dari satu cabang ke cabang lain, baik di Pulau Jawa maupun luar Jawa. Saat masih lajang atau baru menikah, hal ini tidak menjadi masalah. Saya justru menikmati kesempatan untuk mengenal tempat-tempat baru. Namun saya menyadari bahwa saya terlalu nyaman. Saya tidak lagi tertantang untuk belajar hal baru.

Titik balik terjadi pada Februari 2021, ketika saya dipromosikan dan ditugaskan membuka cabang baru di sebuah kota kecil di Sulawesi Selatan. Ini bukan hal mudah. Tim yang saya pimpin sama-sama belum berpengalaman, dan atasan saya hanya bisa mendukung secara online karena pembatasan COVID-19. Kami bekerja hingga 14 jam sehari dengan tingkat stres yang tinggi. Saya benar-benar keluar dari zona nyaman.

Delapan bulan kemudian, seorang teman lama yang pernah menjadi atasan saya memberi kabar tentang lowongan di sebuah perusahaan logistik yang sedang berkembang. Meski masih dalam masa pandemi dan lowongan itu ada di Jakarta, saya tetap mencoba Proses wawancara dilakukan via telepon dan Zoom. Ternyata, pengalaman saya membuka cabang baru menjadi nilai lebih yang membuat saya diterima. Saya sangat bersyukur karena perusahaan baru ini menawarkan kondisi kerja yang lebih stabil, gaji yang setara, dan penempatan di Pulau Jawa. Ini penting karena saya ingin memberikan kepastian

filosofis dan fokus kultural pada Jawa mungkin membatasi keterhubungan pembaca umum, kekuatan buku ini justru terletak pada kedalamannya dalam menyentuh persoalan keadilan dan k e m a n u s i a a n B u k u i n i s a n g a t direkomendasikan bagi siapa saja yang ingin memahami sejarah dari sudut pandang rakyat kecil dan merenungkan ulang makna keadilan dalam masyarakat. [yudha]

Sindhunata

Penulis : Tahun terbit :

Budi Ubrux

Penerbit :

Judul : Illustrator : Bahasa : Jumlah Halaman :

Gramedia Pustaka Utama Januari 2024

Indonesia 645 halaman

tempat tinggal bagi anak saya yang akan mulai sekolah. Saya teringat satu ayat Alkitab, “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.” (1 Korintus 2:9).

Bahkan hingga proses medical check-up, Tuhan tetap memelihara Saya harus menempuh delapan jam perjalanan untuk pemeriksaan kesehatan karena fasilitas yang tersedia terbatas. Setelah diterima, saya, istri, dan anak harus segera pindah ke Jakarta. Di masa pandemi, ada risiko besar jika hasil tes PCR positif, mulai dari biaya karantina sampai risiko kehilangan pekerjaan karena gagal mulai kerja tepat waktu. Namun, sekali lagi, semuanya berjalan lancar Saya bisa mulai bekerja dan berhasil lolos masa percobaan.

Tentu, tantangan tidak berhenti di sana. Saat ini pun, kondisi ekonomi global dan nasional sedang tidak stabil dan turut mempengaruhi perusahaan tempat saya bekerja Namun saya percaya, berharap kepada Tuhan adalah keputusan terbaik. Kita harus terus mempersiapkan diri dan terbuka terhadap pembelajaran baru, agar siap menyambut peluang kapanpun datangnya. Seperti kata pepatah, “Luck is what happens when preparation meets opportunity ” –Seneca.

Ratu Adil: Ramalan Jayabaya dan Sejarah Perlawanan Wong Cilik

Cross-Cultural and Interfaith Study: UKDW Welcomes Students from Hong Kong

Yogyakarta — In collaboration with The

Divinity School of Chung Chi College, The Chinese University of Hong Kong, Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) is hosting an Indonesia Study Tour in May 2025. The program welcomes 21 participants from Hong Kong comprising faculty members, staff, students, and alumni—who began their Yogyakarta session on May 15, 2025.

UKDW Rector, Dr -Ing Wiyatiningsih, S.T., M.T., warmly welcomed the delegation from Chung Chi College and expressed hopes that the program would foster deeper interfaith dialogue and cross-cultural understanding.

“Welcome to UKDW and to Yogyakarta—a city of culture and learning. As a university committed to inclusivity and diversity, we are honored to host a program that builds bridges across differences and nurtures interfaith understanding. We hope this encounter will be enriching—not only intellectually, but also spiritually and culturally,” said the Rector in her opening remarks.

The Yogyakarta program opened with a public lecture held at UKDW, featuring two lecturers from the university’s Faculty of Theology: Rev. Dr. Paulus Sugeng Widjaja and Rev. Dr (h.c.) Emanuel Gerrit Singgih.

In a lecture titled “Christianity and Peace Building,” Dr. Paulus emphasized that peace, from a Christian theological perspective, is not merely the absence of conflict but the presence of holistic well-being spiritually, morally, socially, and materially. He spoke about how Christ brings forth a new humanity that transcends divisions and builds relationships rooted in justice and love. The church, he asserted, is called to be an alternative

community that embodies this vision of peace. Dr. Gerrit followed with a presentation on “Disaster Theology: Theodicy, Anthropodicy, and Cosmodicy in the Indonesian Context.” He explored how Indonesia’s deeply religious society interprets disasters not only as natural phenomena but also as spiritual trials or divine messages Through theological lenses such as theodicy (God’s justice), anthropodicy (human responsibility), and cosmodicy (cosmic justification), participants were invited to reflect on how faith responds to suffering. In the midst of disaster, he added, interfaith solidarity often emerges—revealing God’s presence through acts of compassion and mutual aid.

These sessions laid a strong theological

foundation for understanding the importance of interfaith cooperation in a complex and divided world One participant from Hong Kong, Jane, shared her perspective on the high-pressure urban lifestyle in her city.

“Hong Kong is designed for work,” she said. Although the city is also surrounded by natural beauty forests, mountains, and sea views—many residents struggle to rest. “Home is not really home—it’s more like a dormitory provided by the company, ” she added, highlighting how dominant the ‘work mode’ is in everyday life. “To truly relax, people need to go to other place.”

Following the lectures, participants joined an interfaith dialogue session with UKDW s t u d

experiences in a warm, open atmosphere. Despite coming from different cultural and religious backgrounds, both groups shared a common desire to build a peaceful and respectful society. They also took part in a Taizé prayer service at the UKDW Chapel with other members of the university community.

The Yogyakarta session of the Indonesia Study Tour ran from May 15–20, 2025, and included visits beyond campus. Participants engaged in a discussion at the Indonesian Consortium for Religious Studies (ICRS) on the dynamics of religious pluralism in Indonesia. They also explored various sacred and cultural sites, such as the Sacred Heart of Jesus Catholic Church in Ganjuran, Borobudur Temple, and Lintang Songo Islamic Boarding School each offering unique insights into the interplay between religion and local traditions.

A particularly memorable aspect of the program was the weekend homestay, during which participants lived with Indonesian families They attended Sunday worship, shared daily routines, and experienced firsthand the warmth of Indonesian h o s p i t a l i t y , b u i l d i n g m e a n i n g f u l intercultural connections.

This program not only strengthens institutional ties between UKDW and Chung Chi College but also reaffirms UKDW’s commitment to fostering peace, diversity, and interfaith solidarity in both academic and societal spheres. [DRR]

UKDW and Walailak University Unite Vision Toward Excellence in Academic Collaboration

Yogyakarta — Universitas Kristen Duta

W a c a n a ( U K D W ) Y o g y a k a r t a welcomed a delegation from Walailak University, Thailand, in an official meeting held on Wednesday, May 15, 2025. The visit facilitated an exploration of potential academic collaboration between Walailak University’s School of Education and UKDW’s Faculty of Education and Humanities. This initiative marks a significant step toward building a sustainable partnership, particularly in education, research, and student development. Striving for Excellence is a shared value upheld by both institutions and serves as a common vision in establishing this collaboration.

The meeting, held at the Rev. Dr. Harun Hadiwijono Seminar Room, began with a warm welcome from UKDW Vice Rector IV, Rev Dr Wahju Satria Wibowo, who expressed appreciation for the visit of the Walailak University delegation.

“Today’s meeting is a promising first step toward a partnership between UKDW and Walailak University. We believe in the power of cross-country, cross-background, and cross-perspective collaboration. Through this

partnership, we see great potential to strengthen institutional capacity through academic exchange, joint research, and community engagement We are very enthusiastic about future collaborations—not only with the Faculty of Education and Humanities but also with other faculties,” said Vice Rector IV.

The Walailak University delegation, led by Vice President Assoc Prof Dr Charan Boonyakan, introduced the profile of their institution, which was established in 1992. Over the past eight years, Walailak has seen significant improvements in national rankings and now ranks among the top six universities in Thailand Additionally,

Walailak University has adopted the United Kingdom Professional Standards Framework (UKPSF) across all its teaching activities as a strategy to enhance educational quality and ensure international standards in faculty professional development.

The discussion between the two parties was dynamic and constructive, covering various collaborative opportunities including joint courses, student exchanges, credit transfer, training programs, and student engagement activities Several engaging ideas emerged, such as a buddy program to promote language and cultural exchange as well as English language improvement Student activities focusing on leadership and ecological themes

also sparked interest from both sides. These initiatives are expected to enrich academic experiences while fostering cross-cultural connections among students from both institutions.

On this occasion, Dr. Raden Bima Adi, Dean of the Faculty of Education and Humanities at UKDW, expressed interest in forming a Southeast Asian regional consortium, with Walailak University as one of its strategic partners. Meanwhile, Ignatius Tri Endarto, M A , Head of the English Language Education Department at UKDW, proposed the development of a course titled Digital Tourism in Southeast Asia as a relevant and contextual form of academic collaboration.

As a follow-up to this meeting, both parties agreed to maintain intensive communication and begin taking concrete steps to formalize the partnership as a foundation for long-term cooperation This shared commitment reflects a strong desire to build a partnership that not only strengthens academic excellence but also contributes meaningfully to regional and international development. [DRR]

doc.Panitia
doc.Panitia
doc.Panitia
doc.Panitia
doc.Panitia
doc.Panitia

UKDW Umumkan 18 Penerima Beasiswa dalam Awarding UKDW Scholarship 2025

Universitas Kristen Duta Wacana

(UKDW) kembali menunjukkan komitmennya dalam mendukung pendidikan generasi muda Indonesia melalui program UKDW Scholarship 2025 Acara p

g U K D W Scholarship digelar pada hari Rabu, 7 Mei 2025, bertempat di Lecture Hall Pdt. Rudy Budiman UKDW, sebagai penutup dari rangkaian proses seleksi yang berlangsung selama tiga hari sejak tanggal 5 Mei 2025. Acara ini dihadiri oleh Rektor UKDW Dr.-Ing. Wiyatiningsih, S.T., M.T., Wakil Rektor III Dr. Parmonangan Manurung, S T , M T , IAI, para Wakil Dekan III, serta Kepala Program Studi dari beberapa fakultas di UKDW.

SMA/sederajat yang memiliki prestasi baik di bidang akademik maupun nonakademik, seperti olahraga, seni, dan budaya. Seleksi dilakukan secara onsite melalui tiga tahap utama: psikotes, tes kecakapan, dan wawancara Peserta datang dari berbagai SMA di seluruh Indonesia, membawa semangat dan harapan untuk meraih pendidikan tinggi berkualitas.

Dari proses seleksi tersebut, sebanyak 18 siswa terpilih sebagai penerima beasiswa UKDW tahun ini Penyerahan sertifikat beasiswa dilakukan langsung oleh Rektor UKDW, sementara peserta yang belum lolos diberikan sertifikat apresiasi oleh Wakil Rektor III sebagai bentuk penghargaan atas partisipasi dan potensi mereka.

Dalam sambutannya, Rektor UKDW menyampaikan harapan besar terhadap para penerima beasiswa “Semoga beasiswa ini bisa memberikan manfaat kepada penerima beasiswa untuk melanjutkan pendidikan dan meraih cita-cita Kami percaya, mereka adalah calon pemimpin masa depan yang akan membawa perubahan positif bagi masyarakat,” ujar Dr.-Ing. Wiyatiningsih.

Salah satu peserta terpilih, Setia Elkana

menyampaikan, “Perjuangannya luar biasa. Sebagai orang tua, saya mendukung penuh dan merasa bahagia karena anak saya bisa diterima di UKDW melalui beasiswa ini”.

UKDW Scholarship bukan sekadar bentuk bantuan biaya pendidikan, tetapi juga merupakan upaya untuk mencari dan mengembangkan potensi generasi muda secara menyeluruh baik dalam bidang akademik maupun keterampilan lainnya Program ini selaras dengan visi UKDW dalam membentuk lulusan yang unggul, berintegritas, dan memiliki kepedulian sosial.

UKDW Scholarship 2026: Kesempatan Berikutnya Menanti

Kesempatan emas untuk menjadi bagian dari UKDW masih terbuka luas! UKDW Scholarship 2026 akan kembali dibuka tahun depan, memberikan peluang bagi siswa-siswi berprestasi di seluruh Indonesia yang ingin menempuh pendidikan tinggi di UKDW, sebuah kampus yang dikenal dengan keberagaman, inklusivitas, dan kualitas akademik yang unggul.

Prasda dari SMA Budya Wacana yang diterima di Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris UKDW, mengungkapkan rasa syukurnya “Terharu, bangga terhadap diri sendiri, bersaing dengan peserta lainnya dari berbagai daerah membuat pengalaman ini sangat berarti,” ujarnya dengan mata berbinar Kebanggaan juga dirasakan oleh orang tua para penerima beasiswa. Pdt. Budi Prasetia, orang tua dari Setia Elkana Prasda, Segera persiapkan dirimu dari sekarang! Informasi lebih lanjut mengenai pendaftaran dapat diperoleh melalui website resmi UKDW dan kanal media sosial UKDW Tunjukkan bakat dan prestasimu, baik akademik maupun nonakademik, dan jadilah bagian dari generasi muda inspiratif yang siap berkontribusi bagi bangsa. [lia]

SMK PANGUDI LUHUR MUNTILAN

SMA BENTARA WACANA MUNTILAN

SMA BUDI UTAMA YOGYAKARTA

BEATRIX KAIA OLENKA

BENEDICTINA ANDHIKA CHINOR JODIE SOESILA

BEZALEEL JANSEN SETIAWAN

CHRISTIAN HADI SENTOSA

FISTI ANASTASIA CORNERISELA BOWONO

JASON HARVEY SULIANTORO

JOSHUA ALLAN KURNIANTO

KANE ADHISTYA JATMIKO

KEYLA LAURENCIA MELODY

KIMBERLY BENEDICTA CHRISTABEL

MARGARETA ADE RATIH NOVININGTYAS

MICHELE KAYLANNIE AGATHA HARBELUBUN

SETIA ELKANA PRASDA

TEGAR PUTRA SUDJIATMAJA

ZEFANYA TERA SARIPURNAWAN

SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA

SMA NEGERI 1 SALATIGA

SMA TARAKANITA MAGELANG

SMA NEGERI 4 YOGYAKARTA

SMA BENTARA WACANA MUNTILAN

SMA NEGERI 10 YOGYAKARTA

SMA BOPKRI 1 YOGYAKARTA

SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA

SMA BOPKRI 1 YOGYAKARTA

SMA BENTARA WACANA MUNTILAN

SMA TARAKANITA MAGELANG

SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU

SMA BUDYA WACANA YOGYAKARTA

SMA NEGERI 4 YOGYAKARTA

SMA KOLESE DE BRITTO YOGYAKARTA

JAWA TENGAH

D.I YOGYAKARTA

D.I YOGYAKARTA

JAWA TENGAH INFORMATIKA BIOLOGI STUDI HUMANITAS INFORMATIKA

JAWA TENGAH

D.I YOGYAKARTA

JAWA TENGAH INFORMATIKA MANAJEMEN AKUNTANSI INFORMATIKA

JAWA TENGAH

D.I YOGYAKARTA

D.I YOGYAKARTA

D.I YOGYAKARTA

D.I YOGYAKARTA

JAWA TENGAH

JAWA TENGAH

D.I YOGYAKARTA

D.I YOGYAKARTA

D.I YOGYAKARTA

D.I YOGYAKARTA

MANAJEMEN

DESAIN PRODUK

MANAJEMEN

PEND. BAHASA INGGRIS

DESAIN PRODUK

BIOLOGI

SISTEM INFORMASI

PEND. BAHASA INGGRIS

STUDI HUMANITAS MANAJEMEN

doc.Panitia
doc.Panitia
doc.Panitia
doc.Panitia
doc.Panitia
doc.Panitia
doc.Panitia

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.