Koran Kampus UKDW Edisi Juli 2025

Page 1


UKDW Yogyakarta

@ukdwyogyakarta

UKDW Yogyakarta

Alamat Redaksi: Kantor Biro IV UKDW Gedung Hagios Lantai 1 Jl. dr. Wahidin Sudirohusodo 5-25, D I Yogyakarta Koran Kampus UKDW korankampus@staff ukdw ac id

B

E R I T A U T A M A

Mahasiswa Universitas Kristen Duta

Wacana (UKDW) Yogyakarta terus menunjukkan prestasi membanggakan di tingkat nasional. Tahun 2025 ini, tiga tim mahasiswa UKDW berhasil lolos dan meraih pendanaan dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), yang diselenggarakan oleh Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia Keberhasilan ini mencerminkan komitmen UKDW dalam mendorong partisipasi aktif mahasiswa dalam pengembangan kreativitas dan inovasi berbasis ilmu pengetahuan. Tiga tim yang lolos pendanaan terdiri dari 13 mahasiswa yang didampingi oleh tiga dosen pembimbing. Salah satu proposal yang berhasil mendapatkan pendanaan adalah "Dissolve – Multisensori Augmented Reality untuk Disleksia: Inovasi Digital sebagai Transformasi Peningkatan Layanan PPDK Kemuning Kembar" dalam skema PKM Penerapan Iptek (PKM-PI). Tim mahasiswa dari Program Studi Sistem Informasi UKDW merancang Dissolve, sebuah alat terapi multisensori berbasis Augmented Reality

Berkomunikasi dengan Hati Mencipta Harmoni

UKDW Tuan Rumah Pertemuan Nasional BK2-PTKI, Chaplaincy Forum, dan Student Camp 2025

Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta

mendapat kehormatan untuk menjadi tuan rumah penyelenggaraan Pertemuan Nasional Badan Koordinasi Kemahasiswaan Perguruan Tinggi Kristen Indonesia (BK2-PTKI), Chaplaincy Forum, dan Student Camp 2025. Dalam suasana yang khidmat dan penuh makna, Kebaktian Pembukaan Pernas BK2-PTKI, Chaplaincy Forum, dan Student Camp 2025 diselenggarakan pada Kamis, 3 Juli 2025.

Bertempat di Auditorium Koinonia UKDW, acara ini mengusung tema “Pendidikan yang Holistik: Membentuk Individu yang Utuh dalam Kristus” Tema tersebut menjadi pengingat pentingnya membangun pendidikan yang tidak hanya berfokus pada aspek intelektual, tetapi juga spiritual, emosional, dan moral yang berakar dalam nilai-nilai Kristiani.

Adapun renungan dibawakan oleh Pdt. Wahju Satria Wibowo, Ph.D., yang menyampaikan keprihatinannya terhadap kecenderungan dunia pendidikan tinggi masa kini. Ia menyoroti bahwa universitas kini kerap dipandang sebagai tempat memperoleh ijazah semata, bukan sebagai ruang pembentukan manusia seutuhnya.

Pdt. Wahju menegaskan bahwa pendidikan sejati bukan hanya soal mengisi kepala dengan ilmu pengetahuan, melainkan menyalakan api semangat untuk terus berkarya dengan berpusat pada Kristus.

Seusai ibadah, acara dilanjutkan dengan sambutan dari Rektor UKDW, Dr.-Ing. Wiyatingngsih, S.T., M.T., yang menyampaikan apresiasi atas kepercayaan yang diberikan kepada UKDW sebagai tuan rumah kegiatan nasional ini.

Dr -Ing Wiyatingngsih, S T , M T juga menyoroti pentingnya

(AR) yang memungkinkan terapi disleksia dilakukan secara mandiri melalui aplikasi mobile dan dukungan platform Internet of Things (IoT).

Proposal kedua, berjudul "Meningkatkan Kualitas Hidup Lansia di Panti Wredha Mulya melalui Sistem Pengingat Obat Otomatis," berhasil mendapatkan pendanaan dalam skema PKM Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-PM) Tim dari Prodi Informatika UKDW mengembangkan sistem pengingat otomatis berbasis IoT, yang dilengkapi dengan fitur pencatatan jenis obat, dosis, dan jadwal konsumsi, sebagai solusi nyata untuk mendukung kesehatan lansia secara berkelanjutan.

Sementara itu, proposal ketiga, “SmartEcoWave: Penghasil Energi Listrik Tenaga Gelombang dan Surya Terintegrasi AI-IoT sebagai Solusi Pemerataan Infrastruktur dan Diversifikasi Kelistrikan Nasional,” memperoleh pendanaan dalam skema PKM Video Gagasan Konstruktif (PKM-VGK). Inovasi ini memperkenalkan SmartEcoWave, sistem pembangkit listrik mandiri yang menggabungkan energi surya dan gelombang laut, dirancang sebagai platform terapung modular untuk wilayah pesisir dan pulau-pulau

menjadikan kegiatan ini sebagai ajang berbagi pengalaman

mencari solusi bersama atas isu-isu aktual di lingkungan perguruan tinggi Kristen. “Ini adalah tantangan besar bagi Perguruan Tinggi Kristen Bagaimana menjadikan whole person education sebagai ciri khas lulusan kita. Mari kita manfaatkan forum ini sebagai ruang kolaborasi agar hasil diskusi dapat diterapkan di kampus masing-masing,” katanya.

Selanjutnya, Ketua BK2-PTKI, Dr. Rudi Setiawan, S.T., M.T. turut menyampaikan apresiasi kepada UKDW atas kesediaannya menjadi tuan rumah dan sambutan hangat yang diberikan kepada seluruh peserta.

Dr. Rudi juga menjelaskan bahwa tahun ini, kegiatan Pernas BK2PTKI diselenggarakan secara paralel dan saling beririsan dengan Chaplaincy Forum serta Student Camp, sebagai bentuk strategi lintas sektor yang menciptakan sinergi antara pimpinan kemahasiswaan, pembina kerohanian, dan mahasiswa. Adapun Pernas BK2-PTKI dan Chaplaincy Forum berlangsung tanggal 3-4 Juli 2025, sedangkan Student Camp telah dimulai sejak 1 Juli dan berakhir pada 4 Juli 2025.

Ketua Chaplaincy Forum, Yanny Yesky Mokorowu, S.Th., M.Hum., juga memberikan refleksi penting mengenai peran pelayanan rohani di tengah kompleksitas dunia modern. “Dunia kini bergerak cepat, kompleks, dan seringkali menekan jiwa. Lewat pertemuan ini, kita diajak untuk melihat tantangan yg dihadapi terkait mahasiswa. Dalam mendidik manusia secara holistik, kita tidak hanya mengajar, tetapi juga mendampingi Tidak hanya membentuk akal, tetapi juga membimbing hati dan menumbuhkan karakter,” ungkapnya. [mpk]

terpencil yang belum terjangkau jaringan listrik utama.

Tidak hanya itu, dua tim mahasiswa UKDW juga berhasil menembus pendanaan nasional dalam Program Pembinaan Mahasiswa Wirausaha (P2MW) 2025 P2MW adalah program pembinaan terintegrasi bagi mahasiswa yang telah memiliki usaha rintisan atau sedang mengembangkan usaha.

T i m B A R N A N A , d e n g a n p r o p o s a l

"Barnana: Snack Bar Berbahan Dasar Tepung Bonggol Pisang sebagai Alternatif Camilan Sehat," memperoleh hibah pada skema Usaha

Tahap Awal untuk kategori Makanan dan Minuman. Produk ini dikembangkan untuk menjawab kebutuhan akan camilan sehat dengan memperhatikan isu kesehatan seperti diabetes dan obesitas, sekaligus memanfaatkan limbah pertanian berupa bonggol pisang. Barnana hadir sebagai solusi pangan sehat yang bebas gluten, tinggi serat, rendah gula, dan rendah indeks glikemik.

Tim ABHINAYA, dengan proposal “ABHINAYA: Jam Tangan Unik Bermaterialkan Kombinasi Bonggol Jagung dan Kayu,” berhasil meraih hibah pada skema Usaha Tahap Bertumbuh untuk kategori Industri Kreatif ABHINAYA mengusung prinsip

upcycling dengan memanfaatkan limbah bonggol jagung menjadi produk jam tangan bernilai tambah, dengan material yang kuat, estetis, dan fungsional Proyek ini juga melibatkan pengrajin lokal dan petani jagung, serta mendukung ekonomi kreatif dan pemberdayaan UMKM lokal.

Prestasi ini tidak hanya menunjukkan kemampuan mahasiswa UKDW dalam menciptakan inovasi berbasis riset, tetapi juga menegaskan bahwa keberlanjutan dan kewirausahaan bisa diwujudkan dalam desain dan bisnis yang berdampak. Keberhasilan ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi seluruh sivitas akademika UKDW untuk terus berkarya, berinovasi, dan memberikan kontribusi nyata bagi bangsa dan negara, serta mengembangkan ekonomi kreatif nasional. [mpk]

UKDW Selenggarakan Pelatihan Eco Enzyme bagi Penyandang Disabilitas di Sedayu
UKDW dan Kemensos RI Kolaborasi untuk Percepatan Penanganan Kemiskinan di DIY
Angkat Inclusive Leadership, Dosen FTI UKDW Raih Beasiswa Australia Awards Indonesia
serta
Doc. Panitia
Doc. Panitia
Doc. Panitia
Doc. Panitia
Doc. Panitia

2 Profil Bulan Ini

Gloria Virginia, S.Kom., MAI., Ph.D.,

Dosen Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta berhasil meraih beasiswa Australia Awards Short Course, “Breaking Barriers: Promoting Inclusive

echnology, Engineering, and Mathematics”. Beasiswa ini merupakan hasil kerja sama antara Pemerintah Indonesia dengan Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT), yaitu departemen dari Australia yang bekerja dengan mitra internasional dan negara lain untuk mengatasi tantangan global yang ada. Dosen Program Studi (Prodi) Informatika ini menjadi salah satu peserta yang lolos untuk mengikuti serangkaian kursus yang diselenggarakan terkait inclusive leadership. Kegiatan dimulai tanggal 5 - 9 Mei 2025 sebagai tahapan pre-course, 30 Mei - 15 Juni 2025 sebagai tahapan in-course, hingga pelaporan proyek yang dikerjakan pada bulan September sebagai bentuk tahapan postcourse.

Melalui beasiswa ini, Gloria tertarik dan mengaku ingin memperdalam pemahamannya tentang kesetaraan gender, disabilitas, dan inklusi sosial (gender equality, disability, and social inclusion - GEDSI) dan membawa perubahan di lingkungan kerjanya sesuai dengan peran yang dimiliki.

Sebelumnya, Gloria telah mengikuti beberapa tahapan seleksi hingga dinyatakan lulus Dimulai dari seleksi administrasi, termasuk menulis esai, yang dilanjutkan dengan wawancara, dan dinyatakan lolos.

Melalui proses seleksi, Gloria menganggap bahwa beasiswa ini dapat menjadi upaya yang tepat untuk mengembangkan diri dan lingkungan berdasarkan berbagai pengalaman yang dirasakan “Menurut saya, pertanyaan yang diberikan dalam formulir aplikasi sangat relevan dengan topik yang ditawarkan Jawaban yang saya berikan tentunya berguna bagi pihak beasiswa untuk menilai apakah kursus yang ditawarkan tepat untuk saya. Selain itu, saya pribadi juga bisa merefleksikan apakah kursus yang akan saya

ikuti tepat bagi saya,” ucap Gloria.

berdasarkan pertanyaan yang relevan dengan peran dan lingkungan kerja yang dimiliki. Gloria menyoroti inclusive leadership, gaya kepemimpinan dengan menghargai berbagai perspektif dan latar belakang di tempat kerja, baik secara individual maupun kelompok Melalui esai ini, Gloria dapat menganalisis relasi antara peran saat ini dan kegiatan yang diikuti, ilmu, pengalaman atau dampak apa yang bisa didapat jika mengikuti berbagai tahapan kegiatan yang akan diselenggarakan.

Lebih lanjut, Gloria mengatakan bahwa short course ini terdiri atas 3 tahap, yaitu precourse, in-course, dan post-course.

Pada tahap pre-course, peserta dibekali dengan materi dan pelatihan yang diberikan oleh pembicara atau praktisi di bidangnya, kemudian peserta diberikan tugas untuk mengusulkan sebuah proyek yang bersifat mandiri atau berkelompok. Kualitas usulan proyek diharapkan meningkat setelah peserta mendapat pelatihan dan pengalaman lebih

lanjut selama sekitar 2 minggu menjalani tahap in-course di Australia Pada sekitar bulan September, saat post-course, peserta diminta melaporkan hasil dan pengalamannya dalam mengimplementasikan proyeknya masing-masing.

Melalui pelatihan yang diikuti, Gloria berharap kualitas kepemimpinannya meningkat. Gloria mengatakan, “Pelatihan ini membuka mata saya, bukan hanya untuk memahami diri dan menjadi seorang pemimpin, melainkan untuk menjadi pemimpin yang bersifat inklusif”.

Ia melanjutkan, bahwa seorang pemimpin adalah orang yang memiliki visi jangka panjang yang jelas dan mampu membawa orang-orang di sekitarnya untuk berjalan bersama-sama mencapai visi yang disepakati. “Seorang inclusive leader memiliki kerendahan hati dan empati untuk mampu melihat potensi-potensi yang dimiliki setiap orang yang unik, dibalik segala keterbatasannya,” pungkasnya. [agnes]

PENANGGUNG JAWAB : Pdt. Wahju Satria Wibowo, Ph.D.

PIMPINAN REDAKSI :Dr. Phil. Lucia Dwi Krisnawati, S.S., M.A. Dr. Paulus Widiatmoko, M.A.

WAKIL PIMPINAN REDAKSI : Meilina Parwa

https://issuu.com/korankampus_ukdw Redaksi menerima tulisan dari warga kampus berupa artikel, laporan kegiatan dan foto-foto yang membangun harapan. kirim ke alamat Redaksi atau melalui email : korankampus@staff.ukdw.ac.id

Doc. Pribadi
Doc. Pribadi

Universitaria

Pernas BK2-PTKI Angkat Tema “Strategi Pembinaan Mahasiswa Kristen yang Holistik”

Badan Koordinasi Kemahasiswaan

Perguruan Tinggi Kristen Indonesia (BK2-PTKI) mengadakan Pertemuan Nasional (Pernas) bertema “Strategi Pembinaan Mahasiswa Kristen yang Holistik” pada 3–4 Juli 2025 di Auditorium Koinonia, Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta. Acara ini dihadiri oleh 29 peserta dari 20 Perguruan Tinggi Kristen di Indonesia, termasuk Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan perwakilan unit pelayanan mahasiswa.

Pertemuan ini bertujuan memperkuat sinergi antar perguruan tinggi dalam bidang

kemahasiswaan, dengan fokus pada langkahlangkah strategis untuk meningkatkan pelayanan di kampus.

Pertemuan Nasional (Pernas) kali ini terbagi menjadi empat sesi. Sesi 1 bertajuk “Foundation and Realities: Whole Person Education and Mental Health on Christian Campuses Today” diselenggarakan pada 3 Juli 2025 bersamaan dengan Chaplaincy Forum. Sedangkan Sesi 2 hingga Sesi 4 dilaksanakan pada 4 Juli 2025.

Sesi kedua membahas penguatan tata kelola dan organisasi kemahasiswaan sebagai wadah

pembinaan pemimpin Kristen masa depan, diisi oleh Dr. Ied Veda Rimrosa Sitepu, Dr. Frans Robert Bethony, dan Dr. Endo Wijaya Kartika. Mereka berbagi pengalaman dalam pengembangan karakter, kepemimpinan, dan kontribusi sosial mahasiswa.

Sesi ketiga fokus pada topik membangun jejaring alumni untuk mendukung karier dan pelayanan mahasiswa, dengan narasumber Dr. I Wayan Ruspendi Junaedi dan Atanasius Emillio Gary Waluyohadi, yang menekankan pentingnya hubungan jangka panjang dengan alumni.

UPertemuan diakhiri dengan pemilihan pengurus BK2-PTKI periode 2025-2026 dan koordinasi persiapan Pernas 2026. Dimana Dr. Parmonangan Manurung, S.T., M.T., IAI. (Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni, Informasi, dan Inovasi UKDW) terpilih sebagai Ketua BK2-PTKI periode selanjutnya. Hasil pertemuan ini diharapkan dapat memperbaiki kualitas pelayanan kemahasiswaan di Perguruan Tinggi Kristen Indonesia. [mpk]

Chaplaincy Forum 2025: Menjalin Pelayanan, Menyulam Harapan di Kampus Kristen

niversitas Kristen Duta Wacana

( U K D W ) Y o g y a k a r t a k e m b a l i menunjukkan komitmennya dalam mendukung pengembangan pelayanan kampus dengan menjadi tuan rumah untuk Chaplaincy Forum 2025 Forum ini, yang berlangsung pada 3-4 Juli 2025, merupakan bagian dari rangkaian acara besar yang melibatkan tiga agenda nasional: Student Camp, Pertemuan Nasional Badan Koordinasi Kemahasiswaan Perguruan Tinggi Kristen Indonesia (BK2-PTKI), dan Chaplaincy Forum itu sendiri. Tema besar yang diusung oleh forum ini adalah “Whole Person Education and Mental Health: The Role of Christian Campuses in Indonesia” yang menyoroti pentingnya pendekatan holistik dalam pendidikan dan perhatian terhadap kesehatan mental mahasiswa di kampus-kampus Kristen di Indonesia.

Selama dua hari, forum ini tidak hanya menjadi ajang diskusi intelektual, tetapi juga ruang refleksi spiritual dan transformatif bagi para rohaniwan kampus (chaplain) dari berbagai perguruan tinggi Kristen. Sembilan peserta yang hadir berasal dari berbagai kampus ternama di Indonesia, seperti IT DEL (Laguboti), UKI Jakarta, UKRIDA Jakarta, UK Maranatha Bandung, IKI Bandung, UKSW Salatiga, UKDW Yogyakarta, UK Petra Surabaya, dan UNKRISWINA Sumba. Forum ini menjadi wadah penting untuk membahas bagaimana pendidikan holistik dan perhatian terhadap kesehatan mental dapat dijalankan secara efektif di kampus-kampus Kristen.

Kolaborasi Lintas Generasi dan Institusi

Kegiatan Chaplaincy Forum 2025 bukan hanya melibatkan peserta dari berbagai perguruan tinggi, tetapi juga melibatkan banyak pihak dari dalam UKDW sendiri. Tim Ibadah Kampus (TIK), Tim PKK Live, serta mahasiswa dari Ikatan Mahasiswa Kalimantan (IMKA) dan Keluarga Besar Mahasiswa Jawa (KBMJ) turut serta sebagai relawan yang bekerja keras dari balik layar. Mereka tidak hanya berperan dalam

penyelenggaraan teknis, tetapi juga menjadi bagian integral dari keberhasilan acara ini.

TIK memulai perannya dalam Kebaktian Pembukaan Student Camp di Asrama Omah Babadan, 1 Juli 2025. Tiga hari kemudian, bersama IMKA, mereka kembali mengambil peran penting dalam Kebaktian Pembukaan Pertemuan Nasional dan Chaplaincy Forum. Tak berhenti di situ, TIK dan KBMJ juga hadir dalam Kebaktian Penutupan pada 4 Juli, menandai akhir yang hangat dan reflektif bagi seluruh rangkaian kegiatan. Peran mereka tidak bisa dipandang sebelah mata. Sejak persiapan acara pada Mei 2025, para mahasiswa relawan bekerja keras memastikan bahwa forum ini berjalan lancar. Tidak hanya bertindak sebagai panitia, mereka juga berperan aktif sebagai fasilitator ibadah, pendamping peserta, dan penghubung semangat kolektif di antara para peserta Melalui keterlibatan ini, acara Chaplaincy Forum 2025 berhasil menciptakan pengalaman yang berdampak secara relasional dan spiritual, membuktikan bahwa pelayanan kampus bukan hanya urusan institusi, tetapi juga sebuah ruang pembelajaran lintas generasi.

Sesi inspiratif: Kesehatan mental dan pendidikan holistik

Forum ini terdiri dari lima sesi utama yang saling berkaitan dan saling mendalam. Sesi pertama yang bertema "Foundations and Realities: WPE and Mental Health on Christian Campuses Today" dibawakan oleh tiga narasumber yang baru mengikuti Asian Academy for Campus Ministry (AACM) di Hong Kong: Pdt. Nani Minarni (UKDW), Pdt. Dr Ferry Nahusona (UKSW), dan Pdt Yohanes Bambang Mulyono (UK Maranatha). Mereka menyajikan perspektif dasar teologis mengenai pendidikan holistik (Whole Person Education) dan kaitannya dengan kesehatan mental di kampus-kampus Kristen. Sesi kedua yang bertajuk “Bio-PsychoSocial & Spiritual Dimensions of Mental Health and Whole Person Formation” mengangkat pentingnya pendekatan me-

nyeluruh terhadap kesehatan mental mahasiswa. Dalam diskusi ini, disampaikan bahwa kesehatan mental tidak bisa dipisahkan dari dimensi spiritual, yang selama ini kurang mendapatkan perhatian serius Di tengah perkembangan zaman yang semakin kompleks, para rohaniwan kampus diharapkan mampu menjembatani kebutuhan mahasiswa tidak hanya dalam aspek akademis, tetapi juga dalam perjalanan spiritual dan emosional mereka.

Sesi ketiga berjudul "Envisioning the Future: Dreams and Designs for 2030" membahas visi jangka panjang pelayanan kampus Kristen di Indonesia, dengan fokus pada pengembangan pendidikan tinggi Kristen yang lebih transformatif dan relevan dengan kebutuhan zaman. Di sesi ini, para pembicara dari UK Petra Surabaya dan Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta mengajak para peserta untuk merancang langkah-langkah strategis guna mencapai transformasi pendidikan yang lebih holistik di masa depan.

Sesi keempat dan kelima yang digabungkan, b e r t e m a k a n " C o m m i t m e n t s a n d Collaborations: Building a Sustainable Movement" dan "Integration & Commitment – From Vision to Action " Dalam sesi ini, dibahas pentingnya kolaborasi antar lembaga dan bagaimana mengintegrasikan pelayanan lintas fungsi di kampus. Salah satu langkah konkret yang dibahas adalah pelatihan seperti Psychological First Aid untuk dosen dan staf pendamping, guna memberi dukungan lebih baik pada mahasiswa yang mengalami tekanan mental.

Membangun Jejaring Lintas Kampus Chaplaincy Forum juga membuka banyak peluang bagi pembangunan jejaring antar kampus untuk memperkuat pelayanan rohani di lingkungan pendidikan tinggi. Para peserta f o r u m m e n g u n g k a p k a n p e n t i n g n y a membangun “Ruang Aman Kampus”, serta memperkenalkan konsep “Peer Chaplain” sebagai cara untuk melibatkan mahasiswa dalam pendampingan teman-teman mereka.

Selain itu, usulan untuk membuat modul pelatihan lintas kampus juga mendapat perhatian serius dari para peserta.

Namun, meski forum ini menghasilkan banyak ide konstruktif, tantangan masih mengemuka. Salah satunya adalah rendahnya kesadaran tentang pentingnya campus ministry di banyak perguruan tinggi Kristen, serta adanya anggapan bahwa pelayanan rohani hanya untuk mahasiswa yang bermasalah. Forum ini menyadari perlunya perubahan mindset di kalangan civitas akademika mengenai pentingnya pembinaan karakter dan kesejahteraan mental mahasiswa secara menyeluruh.

Melangkah ke Depan: Membangun Karakter Bangsa

Melalui Chaplaincy Forum 2025, para peserta semakin menyadari pentingnya kolaborasi lintas institusi untuk menciptakan lingkungan kampus yang tidak hanya memfasilitasi pertumbuhan akademis, tetapi juga pertumbuhan spiritual, emosional, dan sosial mahasiswa Forum ini tidak hanya berakhir sebagai kegiatan refleksi, tetapi membuka jalan menuju aksi konkret yang dapat diimplementasikan di setiap kampus. Ke depan, forum ini diharapkan menjadi langkah penting dalam membangun jejaring pelayanan kampus yang lebih kuat, memberikan kontribusi pada pembentukan karakter bangsa yang lebih baik Dengan semakin kuatnya pelayanan kampus yang holistik, lulusan perguruan tinggi Kristen di Indonesia akan memiliki keseimbangan antara kecerdasan intelektual, kesehatan mental, dan kedalaman spiritual yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi tantangan global.

Chaplaincy Forum 2025 menunjukkan bahwa perubahan dimulai dari komunitas yang peduli, bekerja sama, dan tumbuh bersama. Melalui semangat kolaboratif ini, masa depan pendidikan tinggi Kristen di Indonesia akan semakin relevan, berdampak, dan memberi-kan kontribusi positif bagi bangsa. [adham]

Student Camp LK-PTKI 2025: Persiapkan Kepemimpinan Mahasiswa Kristen yang Kolaboratif dan Berdampak

Ke p e m i m p i n a n m a h a s i s w a d i

lingkungan Perguruan Tinggi Kristen memegang peran strategis, tidak hanya d a l a m p e n g e l o l a a n o r g a n i s a s i k e m a h a s i s w a a n , t e t a p i j u g a d a l a m pembentukan karakter, nilai-nilai, dan pola pikir para pemimpin masa depan. Di tengah d i n a m i k a d a n t a n t a n g a n z a m a n , kepemimpinan mahasiswa dituntut untuk tidak hanya menguasai keterampilan manajerial, tetapi juga berakar kuat pada nilainilai Kristiani. Hal tersebut menjadi pokok perhatian d a l a m S t u d e n t C a m p L e m b a g a Kemahasiswaan Perguruan Tinggi Kristen Indonesia (LK-PTKI) yang diselenggarakan pada 1–4 Juli 2025 di Omah Babadan, Asrama Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW), Yogyakarta. Dalam pelaksanaan perdananya,

UKDW mendapat kepercayaan sebagai tuan rumah kegiatan ini.

Vionita Angelin Simanjuntak, S.Fil., selaku Koordinator Student Camp, menyampaikan bahwa tema yang diusung pada tahun ini adalah “Kepemimpinan Mahasiswa Kristen yang Kolaboratif dan Berdampak.” Kegiatan ini diikuti oleh 49 mahasiswa dari 17 Perguruan Tinggi Kristen di Indonesia, antara lain: UKDW, Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Manado, Institut Teknologi DEL, STIKES Bethesda Yakkum, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel, Universitas Ciputra, Universitas Dhyana Pura, Universitas Kristen Artha Wacana, Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta, Universitas Kristen Indonesia (UKI) Maluku, Universitas Kristen Indonesia (UKI) Toraja, Universitas Kristen K r i d a W

Maranatha, Universitas Kristen Petra, Universitas Kristen Satya Wacana, Universitas Kristen Wira Wacana, dan Universitas Pelita Harapan.

Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Student Camp, diselenggarakan pula berbagai workshop yang berfokus pada kepemimpinan dalam konteks lembaga kemahasiswaan Kegiatan ini dirancang untuk membekali peserta agar mampu menjadi pemimpin yang memberi teladan, melayani dengan ketulusan, dan membangun kolaborasi yang positif, baik di lingkungan kampus maupun dalam kehidupan bermasyarakat.

berkesempatan mengikuti outreach program

kemasyarakatan di Balai Kampung Pedak Baru, Bantul Kegiatan ini memberikan

pengalaman langsung untuk berinteraksi dan melayani komunitas secara nyata Melalui program ini, peserta diharapkan mampu membangun kolaborasi lintas pihak, memahami aspirasi masyarakat, serta merancang aksi yang berdampak dan berkelanjutan. “Student Camp ini menjadi sarana memperkuat jejaring mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi Kristen di Indonesia sekaligus menanamkan nilai kepemimpinan yang berakar pada iman Kristiani. Kepemimpinan sejati lahir dari hati yang siap bergerak, berbagi, dan terus belajar untuk memberi dampak nyata bagi sesama,” pungkas Vionita. [mpk]

Mahasiswa UKDW Kembangkan Dissolve, Media Terapi Disleksia Berbasis Augmented Reality

Peningkatan kualitas layanan psikologis

bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus, khususnya penyandang disleksia, menjadi isu strategis dalam penguatan sektor pendidikan dan kesehatan mental di Indonesia Namun hingga kini, media terapi yang digunakan masih bersifat tradisional dan memerlukan pendampingan langsung, sehingga belum memungkinkan terapi dilakukan secara mandiri di rumah.

Menanggapi kebutuhan tersebut, tim mahasiswa dari Program Studi (Prodi) Sistem Informasi Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta merancang Dissolve,

sebuah alat terapi multisensori berbasis Augmented Reality (AR) yang memungkinkan terapi dilakukan secara mandiri dengan dukungan aplikasi mobile dan platform Internet of Things (IoT).

Tim yang terdiri atas Alexander Tristan Ardi Wiratarman, Missel Miracle Amir, Joshua Andrean Mulyadinata, dan Clara Angelita Karunia Dewi ini bekerja sama dengan mitra mereka, PPDK Kemuning Kembar Yogyakarta, lembaga terapi anak yang telah lama menangani kasus disleksia dengan pendekatan terapi multisensori.

“Inovasi Dissolve kami rancang untuk meningkatkan efisiensi layanan terapi dan mengurangi waktu tunggu pasien, tanpa perlu menambah jumlah psikolog Alat ini mendukung terapi multisensori (visual, auditori, dan taktil), sekaligus melibatkan orang tua dalam proses terapi di rumah,” jelas Alexander Tristan, Ketua Tim.

Dissolve menggabungkan puzzle huruf magnetik, papan sensor pintar, dan teknologi AR Anak-anak menyusun huruf di atas papan, lalu sistem AR akan mengenali urutan huruf melalui sensor magnetik dan mengirim

data ke perangkat pintar. Jika susunan huruf benar, anak akan melihat animasi dan mendengar suara dari kata tersebut (misalnya: "C-O-W" menampilkan gambar sapi dan suara "COW") Dissolve juga memberikan umpan balik fisik berupa getaran melalui motor sensorik, memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan interaktif.

Program ini dirancang menggunakan pendekatan Design Thinking, melalui tahapan Discover, Define, Develop, dan Deliver Tim juga memastikan desain alat sesuai dengan kebutuhan pengguna (anakanak penyandang disleksia) agar terapi dapat dilakukan secara efektif, mandiri, dan menyenangkan.

“Program ini mendukung pencapaian Atas inovasi ini, tim berhasil meraih pendanaan dari Program Kreativitas Mahasiswa Skema Penerapan Iptek (PKM-PI) Tahun 2025 yang diselenggarakan oleh Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia.

KTujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG 9: industri, inovasi, dan infrastruktur), ASTA CITA 4 terkait peningkatan kualitas SDM berbasis teknologi, serta tema PKM-PI No. 6 tentang penguatan pendidikan, sains, dan teknologi,” tambah Alexander.

Dosen pembimbing program ini, Halim Budi Santoso, S Kom , MBA , MT , Ph D , menyampaikan apresiasinya atas kerja keras tim mahasiswa. “PKM ini adalah bentuk nyata kolaborasi antara dunia akademik dan mitra layanan psikologi Saya bangga dengan semangat dan kreativitas Tristan, Missel, Clara, dan Joshua. Kami berharap Dissolve benar-benar bisa memberi dampak positif bagi anak-anak dengan disleksia di Indonesia,” ujarnya.

Saat ini, tim tengah mempersiapkan program tersebut untuk selanjutnya dilakukan tahap implementasi dan pengujian Dissolve di lingkungan PPDK Kemuning Kembar, serta menyusun model layanan terapi mandiri yang dapat diadaptasi secara luas. [mpk]

Mahasiswa UKDW Gagas Inovasi Energi Terbarukan “SmartEcoWave” untuk Daerah 3T

etergantungan Indonesia terhadap

pembangkit listrik berbahan bakar fosil, khususnya batu bara, masih sangat tinggi. Padahal, Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang melimpah, seperti energi surya dan gelombang laut Ketimpangan distribusi listrik, terutama di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T), turut memperparah tantangan pemerataan akses energi.

Menanggapi isu ini, lima mahasiswa dari Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta merancang solusi inovatif berupa sistem pembangkit listrik terbarukan bernama SmartEcoWave. Inovasi ini diajukan dalam bentuk video gagasan futuristik dan berhasil meraih pendanaan dari Program Kreativitas Mahasiswa Skema Video Gagasan Futuristik (PKM-VGK) Tahun 2025, yang diselenggarakan oleh Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia.

Tim mahasiswa UKDW yang terdiri atas

Fransiska, Nathanel Cornelius Lodar, Antonius Kiya Ananda Derron (Prodi Informatika), Jonathan Darell Ekka Putra, dan Netania Roselani Winarto (Prodi Akuntansi) memperkenalkan SmartEcoWave sebagai sistem pembangkit listrik mandiri yang menggabungkan dua sumber energi terbarukan yaitu panel surya dan energi gelombang laut.

“Gagasan ini hadir sebagai solusi atas ketimpangan distribusi listrik nasional dan k e t e r g a n t u n g a n p a d a e n e r g i f o s i l

SmartEcoWave dirancang sebagai platform terapung modular yang dapat dioperasikan di pesisir dan pulau terpencil yang belum terjangkau jaringan listrik utama,” jelas Fransiska, Ketua Tim.

SmartEcoWave mengintegrasikan teknologi AI dan IoT untuk mengoptimalkan efisiensi dan kinerja sistem. IoT digunakan untuk mengonversi gerakan gelombang laut menjadi energi listrik, sementara AI menganalisis data cuaca, suhu, dan kondisi gelombang laut untuk memprediksi kebutuhan perawatan dan mengatur output

sistem secara otomatis.

Panel surya dan sistem gelombang laut disusun secara paralel untuk menjamin kontinuitas pasokan listrik meski salah satu sumber tidak optimal. Semua data dari sensor lingkungan dikirim ke cloud melalui jaringan IoT, memungkinkan pemantauan dan pengendalian jarak jauh secara real time.

Inovasi ini tidak hanya menawarkan solusi teknis, tetapi juga mendukung transisi menuju energi bersih, merata, dan berkelanjutan khususnya di wilayahwilayah yang selama ini terpinggirkan dari pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan.

“Kami sangat bersyukur bisa mendapatkan pendanaan ini. Tim PKM UKDW juga sangat membantu dan membimbing kami dari awal proses hingga berhasil lolos pendanaan,” ungkap Fransiska.

Kesuksesan tim ini tidak lepas dari peran pembimbing, Nugroho Agus Haryono, S.Si., M.Si., Dosen Prodi Informatika UKDW. Ia mengapresiasi semangat dan kerja keras tim mahasiswa yang terbuka terhadap masukan

dan aktif selama proses pembimbingan.

“Para mahasiswa menunjukkan antusiasme tinggi dan kemampuan untuk berkembang. Tim PKM UKDW pun turut memberikan pendampingan penuh dalam setiap tahapannya,” ujar Nugroho.

Sebagai tindak lanjut, tim akan memproduksi video pendek yang menampilkan permasalahan distribusi listrik nasional serta solusi yang ditawarkan melalui SmartEcoWave, guna menginspirasi generasi muda dan pemangku kebijakan dalam pengembangan energi terbarukan di Indonesia. [mpk]

Mahasiswa UKDW Kembangkan Sistem Pengingat Obat Otomatis untuk Lansia di Panti Wredha Mulya

Pengelolaan kesehatan lanjut usia

(lansia) masih menghadapi berbagai tantangan, terutama dalam hal manajemen konsumsi obat. Sebagian besar lansia menderita penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes, stroke ringan, dan gangguan hati, yang memerlukan pengobatan rutin dan teratur. Namun, hingga kini belum tersedia sistem pengingat dan distribusi obat yang terintegrasi dan efisien. Pencatatan obat umumnya masih dilakukan secara manual dan penyimpanannya pun seadanya, sehingga

risiko kelalaian cukup tinggi.

Permasalahan ini ditemukan di Panti Wredha Mulya, berdasarkan hasil observasi tim mahasiswa dari Program Studi (Prodi) Informatika Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta. Menyadari pentingnya solusi terhadap masalah ini, sekelompok mahasiswa yang terdiri dari Nicholas Dwinata, Stefani Hartanto, Angela Sekar Widelia, dan Ivan Roberto Halim mengembangkan sistem aplikasi dan alat berbasis IoT yang berfungsi sebagai pengingat otomatis waktu konsumsi obat.

Ketua tim, Nicholas Dwinata, menjelaskan bahwa program ini merupakan bagian dari upaya nyata untuk mendukung tema Kesehatan dan Gizi Masyarakat dalam Program Kreativitas Mahasiswa Skema Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-PM) Tahun 2025 Tim mengusulkan integrasi sistem pengingat obat otomatis berbasis aplikasi dan perangkat IoT berupa alarm digital untuk membantu pengelolaan obat lansia secara lebih efisien.

“Program ini bertujuan membantu petugas di Panti Wredha Mulya dalam menangani lansia secara lebih efektif melalui sistem pengingat obat otomatis. Solusi ini dirancang secara sistematis agar dapat diimplementasikan dengan baik dan memberikan manfaat maksimal bagi mitra Dengan sistem ini, diharapkan petugas dapat memastikan lansia mengonsumsi obat sesuai jadwal,” terang Nicholas.

Aplikasi ini dilengkapi dengan fitur pencatatan jenis obat, dosis, serta jadwal konsumsi Sistem akan memberikan pengingat otomatis melalui notifikasi dan alarm pada waktu yang telah ditentukan Selain itu, perangkat IoT yang dikembangkan memungkinkan lansia dan petugas panti menerima peringatan visual maupun suara, sehingga meminimalkan kelalaian dalam pemberian obat.

Inovasi yang dikembangkan oleh tim mahasiswa Informatika UKDW ini berhasil memperoleh pendanaan dari Direktorat

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia dalam skema PKM-PM 2025.

“Kami sangat bersyukur atas pencapaian ini. Seluruh anggota tim bekerja sama dengan kompak, pembagian tugas berjalan baik, dan kami saling mendukung dalam penyusunan proposal serta pengumpulan dokumen yang dibutuhkan,” ungkap Nicholas.

Keberhasilan tim ini tidak terlepas dari bimbingan Danny Sebastian, S.Kom., M.M., M.T., Dosen Prodi Informatika UKDW, yang memberikan arahan teknis dan non-teknis selama proses pengembangan program.

Dengan sistem ini, diharapkan pengelolaan kesehatan lansia di panti wreda dapat menjadi lebih terstruktur dan efisien, serta mengurangi risiko kesalahan dalam pemberian obat Tim juga berencana mengimplementasikan sistem ini secara langsung di Panti Wredha Mulya. [mpk]

Inovasi Mahasiswa UKDW: Barnana, Camilan Sehat dari Bonggol Pisang yang Tembus Pendanaan P2MW 2025

Inovasi berbasis riset kembali lahir dari

kampus Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW), Yogyakarta Sekelompok mahasiswa lintas fakultas, bersama dosen dan alumni, menggagas Barnana, sebuah produk snack bar sehat yang terbuat dari tepung bonggol pisang—bahan lokal yang selama ini kurang dimanfaatkan.

Produk ini kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh lima mahasiswa dari berbagai fakultas di UKDW Tak hanya menjawab tantangan kesehatan masyarakat, Barnana juga berhasil menembus pendanaan Program Pembinaan Mahasiswa Wirausaha (P2MW) 2025 yang diselenggarakan oleh Direktorat

P e m b

s w a a n (Belmawa), Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdiktisaintek).

Kelima mahasiswa tersebut adalah Novelia E A Ma’ahury dan Latifasya P Daneswari (Fakultas Bisnis), Otniel J. Wijaya dan Alvin Gracio Wijaya (Fakultas Bioteknologi), serta Fani Natasia Matondang (Fakultas Arsitektur dan Desain).

Snack bar Barnana dikembangkan sebagai solusi inovatif terhadap meningkatnya kasus diabetes dan obesitas di Indonesia, sekaligus sebagai upaya pemanfaatan limbah pertanian Bonggol pisang, yang selama ini kurang dimanfaatkan, diolah menjadi tepung tinggi serat dengan indeks glikemik rendah. Hal ini menjadikan Barnana aman bagi penderita diabetes serta cocok untuk masyarakat yang menerapkan gaya hidup sehat.

“Kami ingin menghadirkan produk camilan yang sehat, berbasis bahan lokal, sekaligus membantu mengurangi limbah pertanian Barnana merupakan hasil hilirisasi riset kampus yang tidak hanya bermanfaat pada kesehatan, tetapi juga memiliki nilai ekonomi dan sosial,” ujar Novelia E.A Ma’ahury, Ketua Tim Barnana.

Produk ini dikembangkan dengan pendekatan academic entrepreneurship, melibatkan struktur tim yang mencakup divisi riset dan pengembangan produk, strategi bisnis dan keberlanjutan, serta pengelolaan keuangan.

“Tim Barnana menunjukkan semangat dan

ketekunan luar biasa Lewat banyak eksperimen dan perbaikan, mereka berhasil mengubah bonggol pisang yang selama ini dianggap limbah menjadi camilan sehat yang lezat. Ini contoh nyata hilirisasi riset yang aplikatif,” ungkap Catarina Aprilia Ariestanti, S.T.P., M.Sc., dosen pembimbing tim.

Dalam pengembangannya, Barnana juga mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 2: Zero Hunger dan SDG 3: Good Health and Well-being, dengan visi menyediakan makanan sehat, bergizi, dan terjangkau bagi masyarakat luas.

Barnana memiliki keunggulan antara lain berbahan dasar tepung bonggol pisang, tinggi serat dan bebas gluten, rendah gula dan rendah indeks glikemik, tekstur renyah alami, ramah lingkungan dan mendukung ketahanan pangan lokal.

“Proses penyusunan proposal P2MW menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi kami Kolaborasi lintas disiplin membawa ide sederhana menjadi proyek yang solid dan layak didanai,” tambah Novelia.

BProgram P2MW merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk menumbuhkan semangat kewirausahaan di kalangan mahasiswa. Proposal Barnana terpilih dalam kategori Makanan dan Minuman – Usaha Tahap Awal, dan menjadi salah satu dari ratusan proposal yang berhasil lolos seleksi nasional.

Ke depan, tim Barnana menargetkan produk ini dapat menjangkau pasar yang lebih luas dengan tetap mengedepankan prinsip keberlanjutan, kesehatan, dan pemberdayaan lokal. Inovasi ini diharapkan menjadi inspirasi bagi pengembangan pangan lokal lainnya di Indonesia. [mpk]

ABHINAYA: Inovasi Jam Tangan Unik dari Bonggol Jagung, Karya Mahasiswa UKDW yang Siap Mendunia

erangkat dari ide sederhana untuk

m e n c i p t a k a n p r o d u k f a s h i o n berkelanjutan, ABHINAYA, sebuah brand kreatif karya mahasiswa Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW), sukses menghadirkan inovasi jam tangan unik berbahan dasar kombinasi limbah bonggol jagung dan kayu material yang belum banyak dimanfaatkan namun memiliki potensi besar dalam industri kreatif. Selama ini, bonggol jagung hanya dianggap sebagai limbah pertanian. Namun, melalui riset dan serangkaian eksperimen sejak tahun 2023, ABHINAYA berhasil mengolah material ini menjadi bahan baku alternatif yang kuat dan estetis Kombinasi tekstur alami bonggol jagung dan kayu menciptakan tampilan jam tangan yang unik dan berkarakter Hasilnya, pada tahun 2024,

ABHINAYA merilis dua koleksi perdana, yaitu Seri Abhimana dan Seri Abhimanyu.

Koleksi awal ini mendapat sambutan positif dari publik—sebanyak 25 unit pertama terjual dalam waktu singkat Tidak hanya itu,

merchandise resmi dalam perayaan Dies Natalis UKDW, menandai langkah awal yang menjanjikan bagi brand ini.

diperkuat oleh kajian akademik melalui jurnal berjudul "Desain Produk Jam Tangan Berbahan Baku Bonggol Jagung", yang menjadi dasar pengembangan material b

p keberlanjutan inilah yang mendorong

ABHINAYA terus tumbuh dan berinovasi Puncaknya, pada tahun 2025, tim mahasiswa Desain Produk UKDW yang terdiri dari

Theodora Anggun Chintyaamora, Eleonora Bintang Dahayu Prabasari, dan Galuh Setyawan Supatno berhasil membawa

ABHINAYA meraih pendanaan Program

Pembinaan Mahasiswa Wirausaha (P2MW) kategori Usaha Bertumbuh Program ini diselenggarakan oleh Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa),

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdiktisaintek).

Mengusung Misi Sosial dan Lingkungan

ABHINAYA tidak sekadar menghadirkan produk inovatif, tetapi juga membawa misi keberlanjutan lingkungan dan pemberdayaan masyarakat Dengan prinsip upcycling, ABHINAYA berkontribusi pada pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 12 – Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab, melalui pengolahan limbah bonggol jagung menjadi produk bernilai tambah, sekaligus memperpanjang siklus hidup material yang sebelumnya tidak termanfaatkan Selian itu, ABHINAYA berusaha mencapai SDG 8 – Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi, dengan melibatkan pengrajin lokal dan petani jagung dalam rantai produksi, serta membuka peluang ekonomi baru bagi komunitas UMKM di sektor kreatif.

Sementara itu, Theodora Anggun ChinDosen pembimbing tim ABHINAYA, Marcellino Aditya Mahendra, S.Ds., M.Sc., mengungkapkan rasa bangganya atas capaian mahasiswa bimbingannya. “Ini adalah buah dari dedikasi dan semangat juang yang luar biasa Dari ide mengolah bonggol jagung menjadi jam tangan eksentrik, kini mereka siap naik kelas dengan model bisnis yang matang,” ujarnya.

tyaamora, Ketua Tim ABHINAYA, turut menyampaikan apresiasi atas dukungan yang diterima “Kami sangat bersyukur atas dukungan semua pihak, mulai dari dosen pembimbing hingga unit kampus. Pendanaan P2MW ini menjadi motivasi besar bagi kami untuk membawa ABHINAYA tumbuh dan menjangkau pasar yang lebih luas.” Kolaborasi solid antaranggota tim menjadi bukti bahwa karya mahasiswa dapat membawa dampak nyata bagi masyarakat dan lingkungan.

Menuju Masa Depan yang Lebih Berkelanjutan Ke depan, ABHINAYA berkomitmen untuk terus memperluas eksplorasi material alami lainnya, memperkaya koleksi jam tangan, serta memperluas jangkauan pasar. Brand ini ingin membuktikan bahwa inovasi berbasis limbah organik dapat menjadi solusi desain masa depan yang berkelanjutan, sekaligus menciptakan dampak sosial melalui pemberdayaan komunitas lokal.

Dengan semangat kolaborasi, inovasi, dan keberlanjutan, ABHINAYA siap membawa cerita lokal Indonesia menuju panggung global, mewakili generasi muda kreatif yang peduli akan masa depan bumi. [mpk]

Universitaria 6 Universitaria

UKDW dan Kemensos RI Kolaborasi untuk Percepatan Penanganan Kemiskinan di DIY

Universitas Kristen Duta Wacana

(UKDW) Yogyakarta bersama 15 perguruan tinggi lainnya di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara resmi menjalin kerja sama strategis dengan Kementerian Sosial Republik Indonesia (Kemensos RI) dalam upaya percepatan penanganan kemiskinan dan penguatan penyelenggaraan kesejahteraan sosial di DIY.

Penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Kemensos RI dan 16 perguruan tinggi tersebut dilakukan pada Kamis, 17 Juli 2025, di Graha Sabha Pramana, Universitas

Gadjah Mada (UGM). Kegiatan ini dirangkaikan dengan acara Berani Graduasi: Siap Mewujudkan Generasi Emas, yang menandai kelulusan keluarga-keluarga penerima bantuan sosial yang kini siap beralih menuju kemandirian melalui program pemberdayaan.

Acara tersebut dihadiri oleh Menteri Sosial RI, Saifullah Yusuf (Gus Ipul), Wakil Menteri Sosial Agus Jabo Priyono, Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia, Mira Riyati Kurniasih, Kepala Dinas Sosial DIY Endang Patmintarsih, serta para rektor dari 16 perguruan tinggi di DIY.

Dalam arahannya, Mensos Gus Ipul menegaskan bahwa bantuan sosial (bansos) merupakan hak yang bersifat sementara dan bukan identitas tetap. “Bantuan sosial hadir sebagai awal proses pemberdayaan, bukan akhir perjuangan, karena bantuan sosial sementara, berdaya selamanya,” ujar Gus

Ipul.

Ia mendorong agar para penerima Program Keluarga Harapan (PKH) tidak hanya bergantung pada bantuan, melainkan tumbuh menjadi pelaku usaha mandiri melalui pelatihan, pendampingan, dan bantuan modal.

Dirjen Pemberdayaan Sosial Kemensos, Mira Riyati Kurniasih menyatakan bahwa kolaborasi ini merupakan bagian dari strategi nasional dalam percepatan pengentasan kemiskinan melalui pendekatan pemberdayaan sosial.

Sebagai bagian dari inisiatif ini, UKDW telah menyiapkan sejumlah program inovatif di bidang pendidikan, pelatihan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Rektor UKDW, Dr.-Ing. Wiyatiningsih, S.T., M.T. menyatakan bahwa kerja sama ini merupakan bentuk nyata dari komitmen UKDW terhadap pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi, serta peran aktif dalam menjawab tantangan

sosial di masyarakat.

“Kami berharap kolaborasi ini dapat memberikan dampak nyata dan berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya di DIY. UKDW siap menjadi mitra strategis dalam implementasi program pengentasan kemiskinan berbasis pemberdayaan dan inovasi,” ujar Rektor UKDW.

Kerja sama ini menandai langkah awal menuju transformasi sosial berbasis akademik dan kolaborasi lintas sektor demi terwujudnya masyarakat DIY yang lebih sejahtera dan mandiri. [mpk]

Rektor UKDW Pertajam Kerja Sama dan

Rektor Universitas Kristen Duta

W a c a n a ( U K D W ) , D r - I n g

Wiyatiningsih, S.T., M.T., melakukan kunjungan ke Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Ambon pada Senin, 21 Juli 2025 Kunjungan ini disambut langsung oleh Rektor IAKN Ambon, Prof. Dr. Yance Z. Rumahuru, M.A., beserta jajaran rektorat. Kegiatan ini merupakan kunjungan balasan sekaligus

Berikan Kuliah Umum di IAKN Ambon

untuk mempererat kerja sama yang telah disepakati antara kedua institusi, yang sebelumnya dituangkan dalam dokumen Memorandum of Understanding (MoU).

Dalam kunjungan tersebut, Dr -Ing Wiyatiningsih bersama Wakil Rektor Bidang Pengembangan Kapasitas Sumber Daya Manusia, Promosi, dan Jejaring UKDW, Pdt. W a h j u S a t

W

o w o , P h D ,

g a berkesempatan memberikan kuliah umum kepada sivitas akademika IAKN Ambon. Kuliah umum mengangkat tema besar “Arsitektural Kawasan Religius dan Peran Perguruan Tinggi”, membahas pentingnya kesetaraan di ruang publik dan bagaimana bangunan keagamaan seperti gereja atau kawasan religius menjadi bagian tak terpisahkan dari ruang publik.

Dalam paparannya yang berjudul

“Penataan Kawasan Religius dan Ruang Publik: Kultur, Kontrak, dan Negosiasi”, Pdt.

Universitas Kristen Duta Wacana

( U K D W ) Y o g y a k a r t a t e r u s memperkuat komitmennya dalam membangun jejaring internasional melalui pertemuan strategis bersama Prof Zheng Shaocong dari Chinese Academy of Social Sciences (CASS), Beijing Kegiatan ini diselenggarakan pada Selasa, 22 Juli 2025, bertempat di Ruang Seminar Pdt. Dr. Harun Hadiwijono, Kampus UKDW, dan difasilitasi oleh Jogja Chinese Art and Culture Centre (JCACC) serta Perhimpunan Indonesia T i o n g h o a ( I N T I ) D a e r a h I s t i m e w a Yogyakarta.

Pertemuan ini dihadiri oleh sejumlah pimpinan dan pejabat struktural UKDW, antara lain Dr. Rosa Delima, S.Kom., M.Kom. (Wakil Rektor Bidang Akademik dan Riset), Ir Henry Feriadi, Ph D (Kepala Unit Pengembangan Institusi), dr The Maria Meiwati Widagdo, Ph D (Dekan Fakultas Kedokteran), Raden Bima Adi, M.Th., MA, Ph D (Dekan Fakultas Kependidikan dan Humaniora), Dra. Mega Wati, M.Pd. (Kepala Pusat Pelatihan Bahasa UKDW), Ignatius Tri Endarto, M.A. (Kaprodi Pendidikan Bahasa Inggris), Dr. Adaninggar Septi Subekti, M.Sc., serta Dr. Paulus Widiatmoko, M.A. (Wakil Kepala Biro Kerja Sama dan Relasi Publik UKDW).

Turut hadir pula perwakilan dari institusi mitra, di antaranya Bo Xuan dari Buddhist Association of China, Ardian Changianto dari San Ping Academy, Tandean Harry Setio dari JCACC, Antonius Simon selaku Ketua INTI DI Yogyakarta, serta perwakilan dari Ikatan

Wahju menekankan bahwa rumah ibadah tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai ekspresi budaya lokal, hasil dari kesepakatan sosial yang bersifat kontraktual, serta sarana negosiasi antar masyarakat dan kelompok keagamaan “Bangunan gereja bukan sekadar tempat beribadah, melainkan juga menjadi media untuk merepresentasikan identitas,” jelasnya. inklusivitas mencerminkan prinsip kesetaraan, keadilan akses, dan keharusan bagi kota untuk menghadirkan inklusivitas bagi warganya. Kuliah umum yang dimoderatori oleh Ketua Program Studi Arsitektur IAKN Ambon, Victor Tutupary, M Phil , berlangsung dinamis dan menarik. Peserta yang hadir menunjukkan antusiasme tinggi dengan aktif berdiskusi dan mengajukan pertanyaan. Acara ini dihadiri oleh jajaran rektorat, dosen, serta mahasiswa IAKN Ambon yang memenuhi ruang auditorium. Kegiatan diakhiri dengan sesi foto bersama antara jajaran rektorat IAKN Ambon dan UKDW, serta para dosen dan mahasiswa yang hadir Kunjungan ini diharapkan menjadi langkah nyata dalam memperkuat sinergi antara kedua institusi pendidikan tinggi demi pengembangan ilmu dan kontribusi nyata bagi masyarakat. [pm]

Sementara itu, Dr -Ing Wiyatiningsih menyampaikan materi berjudul “Tata Ruang Kota Inklusif Keberagaman di Kawasan Kota Baru, Yogyakarta” Ia menekankan bahwa inklusivitas dalam tata ruang kota bukan hanya berkaitan dengan keberagaman agama, tetapi juga mencakup isu-isu seperti disabilitas dan masyarakat berkebutuhan khusus Hal ini sejalan dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya poin “make cities inclusive, safe, resilient, and sustainable ” Menurutnya,

UKDW Perkuat Kolaborasi Global Lewat Pertemuan Strategis dengan CASS, JACC, dan INTI Yogyakarta

Mahasiswa Tionghoa (IMT) UKDW. Pertemuan ini menjadi forum penting dalam menggali peluang kolaborasi konkret di berbagai bidang Salah satu topik yang mengemuka adalah dukungan dari kalangan pengusaha anggota INTI terhadap pengembangan Rumah Sakit Pendidikan Duta Wacana, khususnya melalui pengenalan praktik Chinese Medicine yang mengintegrasikan pendekatan medis modern dan tradisional Tiongkok. Inisiatif ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan serta mendukung pengembangan model layanan kesehatan integratif di

Yogyakarta. Selain itu, UKDW juga tengah mempersiapkan pengembangan Pusat Pelatihan Bahasa (PPB) di Wisma Kartini, Sagan, Yogyakarta. PPB dirancang sebagai tempat kursus bahasa asing, terutama bahasa Inggris, Korea, dan Mandarin, yang terbuka bagi masyarakat umum serta mahasiswa asing yang berminat mempelajari Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) Program ini merupakan bagian dari upaya UKDW dalam memperluas akses pendidikan vokasional, meningkatkan literasi bahasa asing, dan memperkenalkan budaya Asia

Timur kepada masyarakat luas.

Tionghoa (IMT) UKDW turut menjadi agenda penting dalam pertemuan ini, sejalan dengan visi UKDW untuk membangun ekosistem kampus yang multikultural dan inklusif Dalam hal ini, Tandean Harry Setio menekankan pentingnya pemahaman budaya secara menyeluruh di kalangan generasi muda “Semua diawali dari pemikiran sederhana bahwa negara akan kuat apabila budayanya kuat JCACC berkomitmen mendukung generasi muda agar terus bergerak dan berperan dalam pelestarian budaya ,” ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Prof. Zheng Shaocong, peneliti bidang Etnologi dan Antropologi dari CASS, menyampaikan ketertarikannya untuk menjalin kerja sama riset dengan UKDW Fokus kolaborasi diarahkan pada kajian sejarah dan budaya masyarakat Tionghoa di Yogyakarta serta penelitian lintas agama, yang selaras dengan kekuatan akademik Fakultas Teologi UKDW. Pertemuan ini menjadi langkah awal menuju sinergi antara UKDW, CASS, JACC, dan INTI Yogyakarta dalam membentuk k

kolaborasi ini, UKDW meneguhkan perannya sebagai institusi pendidikan tinggi yang aktif membangun jembatan antarbangsa dan antarbudaya demi mendorong kemajuan

kebudayaan di tingkat lokal maupun global. [lia]

Doc. Panitia
Doc. Panitia
Doc. Panitia
Doc. Panitia
Doc. Panitia
Doc. Panitia

UKDW Selenggarakan Pelatihan Eco Enzyme bagi Penyandang Disabilitas di Sedayu

Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW)

Yogyakarta mengadakan pelatihan pembuatan eco enzyme bagi penyandang disabilitas di Sedayu, Bantul, pada 18 Juli 2025. Kegiatan ini merupakan bagian dari program pengabdian kepada masyarakat yang digagas oleh tim dosen dan mahasiswa UKDW, dengan dukungan hibah dari United Board for Christian Higher Education in Asia.

Melalui pendekatan berbasis lingkungan dan pemberdayaan, program ini ditujukan untuk meningkatkan kapasitas komunitas rentan sekaligus merespons tantangan pengelolaan sampah organik secara berkelanjutan.

Pelatihan diselenggarakan di rumah produksi kelompok Pinilih Sedayu dan diikuti oleh 21 peserta dari beberapa kalurahan di wilayah Sedayu, antara lain Argosari, Argomulyo, Argodadi, dan Sumberrahayu.

Dosen Fakultas Bioteknologi UKDW, Dr Laurentia Henrieta Permita Sari P , S Si , menekankan bahwa kegiatan ini bukan hanya berfokus pada keterampilan teknis, tetapi juga menjadi bagian dari proses sosial yang inklusif, produktif, dan berpihak pada keberagaman.

“Kami ingin membangun kesadaran bahwa limbah organik bukan hanya sampah, tetapi juga sumber daya yang dapat dikelola menjadi sesuatu yang bermanfaat dan bernilai ekonomi, terutama bagi kelompok yang selama ini kurang

Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PkM)

Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta yang terdiri dari Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) dan Desain Produk (Despro) secara resmi menyerahkan 50 buku cerita berjenjang berbahasa Inggris serta sebuah rak buku tematik hasil rancangan mahasiswa kepada SD Bopkri Gondolayu Yogyakarta (Bogota). Penyerahan ini merupakan bagian dari program literasi berkelanjutan yang bertujuan

m e n d u k u n g p e n i n g k a t a n k e m a m p u a n berbahasa Inggris dan minat baca siswa sekolah dasar Dalam acara yang berlangsung di SD Bogota, hadir Kepala Sekolah, pustakawan, guruguru, Ketua Program Studi PBI dan Despro,

Kterlibat dalam kegiatan produktif Melalui kegiatan ini, kami berharap komunitas yang lebih rentan dapat memperoleh ruang untuk tumbuh dan berkembang bersama, tanpa tertinggal oleh sistem sosial yang ada,” ujar Dr. Mita.

Pelatihan terdiri dari dua sesi utama yaitu pengenalan konsep eco enzyme beserta

hari—seperti sebagai pembersih alami, pupuk cair, dan pengusir hama dan sesi praktik langsung Dalam praktik tersebut, peserta dibimbing untuk membuat eco enzyme dari limbah dapur seperti kulit buah dan sayuran,

doc.pribadi

mulai dari persiapan alat dan bahan hingga proses fermentasi (pembuatan eco enzyme), dan pelabelan.

Mahasiswa UKDW juga terlibat aktif sebagai asisten pelatihan, mendampingi peserta dalam setiap tahapan kegiatan Kolaborasi ini menciptakan ruang belajar yang inklusif dan memperkuat rasa kepemilikan bersama dalam membangun komunitas yang berdaya dan berkelanjutan.

Ketua Forum Keluarga Penyandang Disabilitas Sedayu Pinilih, Maria Tri Suhartini, menyambut baik kegiatan ini sebagai bentuk kepedulian nyata terhadap isu lingkungan dan pemberdayaan

komunitas disabilitas.

“Salah satu tujuan besar dari komunitas ini adalah menjaga kelestarian lingkungan. Melalui pembuatan eco enzyme, anggota kami dan masyarakat sekitar semakin terdorong untuk lebih peduli dan sadar dalam mengolah sampah organik,” ujarnya. Selain memberikan pelatihan teknis, tim dari UKDW juga melakukan observasi terhadap kebutuhan lokal masyarakat. Hasil temuan ini akan menjadi dasar untuk pengembangan program lanjutan, termasuk pelatihan pembuatan produk turunan seperti sabun alami, pelatihan kewirausahaan, dan strategi pemasaran produk ramah lingkungan.

Pelatihan lanjutan dijadwalkan berlangsung pada bulan Agustus mendatang, dengan Dwi Aditiyarini, S Si , M Biotech , M Sc sebagai n

pemanfaatan eco enzyme sebagai bahan dasar pembuatan sabun. Dengan pendekatan kontekstual dan

mengintegrasikan aspek lingkungan dan sosial dalam satu wadah. Harapannya, penyandang d

keterampilan baru, tetapi juga menjadi bagian dari ekosistem ekonomi yang lebih inklusif serta aktif menciptakan ruang hidup yang sehat dan berdaya di tengah masyarakat. [drr]

PBI & Despro UKDW Serahkan Rak & Buku Cerita Berjenjang Bahasa Inggris untuk SD Bopkri Gondolayu

dosen pembimbing, serta mahasiswa UKDW yang tergabung dalam tim PkM. Kegiatan dimulai dengan penandatanganan dokumen kerja sama antara UKDW dan pihak sekolah sebagai bentuk komitmen jangka panjang dalam pengembangan literasi. Rak buku yang diserahkan dirancang dengan konsep tematik dan ramah anak, menyesuaikan dengan isi buku yang terbagi dalam lima tema besar: Unity in Diversity, Healthy Body and Mind, Sustainable Living, Voice of Democracy, dan Entrepreneurship. “ P r o g r a m i n i t i d a k h a n y a t e n t a n g meningkatkan kemampuan membaca dalam bahasa Inggris, tetapi juga menanamkan nilainilai kehidupan dan membangun kebiasaan

membaca yang menyenangkan bagi anak-anak,” ujar Anesti Budi Ermerawati, S Pd , M Hum , dosen PBI sekaligus koordinator kegiatan PkM. Buku-buku cerita yang disusun oleh tim ditujukan untuk siswa kelas kecil hingga kelas besar dan dilengkapi dengan buku aktivitas yang berisi panduan bagi guru dan pustakawan. Materi dalam buku aktivitas meliputi informasi tingkat kesulitan bacaan, durasi kegiatan, lembar kerja siswa, rubrik penilaian, serta aktivitas interaktif seperti membaca bersama dan permainan edukatif.

Kepala SD Bogota, FX. Suhari Irawan, S.E., menyampaikan apresiasi atas kontribusi UKDW. “Selama ini kami belum memiliki bahan bacaan berbahasa Inggris yang sesuai dengan usia dan

kemampuan siswa. Kehadiran buku dan rak ini sungguh membuka akses baru bagi anak-anak kami untuk belajar,” tuturnya.

Acara ditutup dengan sesi interaktif bersama guru dan siswa, serta foto bersama di depan rak buku sambil meneriakkan slogan program: “Today a reader, tomorrow a leader!”

Melalui sinergi lintas program studi dan semangat kolaboratif antara kampus dan sekolah, kegiatan ini diharapkan dapat menjadi kontribusi nyata UKDW dalam membentuk generasi pembelajar yang gemar membaca, kreatif, dan berwawasan global sejak usia dini. [abe]

Kolaborasi UKDW dan PolyU: Mahasiswa Lintas Negara Layani

erja sama antara Universitas Kristen Duta

Wacana (UKDW) dan The Hong Kong

P o l y t e c h n i c U n i v e r s i t y ( P o l y U ) memasuki tahun ke-13 dengan pelaksanaan program International Service Learning (ISL), yang tahun ini difokuskan pada isu kesehatan masyarakat lansia (ISL-Health). Sebanyak 64 mahasiswa dari PolyU dan 62 mahasiswa dari UKDW terlibat langsung dalam kegiatan pengabdian masyarakat selama satu minggu penuh di Kalurahan Argorejo, Kapanewon Sedayu, Kabupaten Bantul.

Program ini merupakan bentuk nyata kolaborasi lintas negara yang menggabungkan pembelajaran, pengabdian, dan pertukaran budaya. Setiap hari, sejak pukul 09.00 pagi, tim mahasiswa turun langsung ke rumah-rumah warga lansia—mereka yang berusia di atas 65 tahun untuk melakukan pemeriksaan kesehatan sederhana secara door-to-door Pemeriksaan mencakup pengukuran berat badan, tekanan darah, tinggi badan, serta penilaian fungsi kognitif menggunakan instrumen Montreal Cognitive Assessment (MoCA).

Dalam kegiatan ini, mahasiswa UKDW juga memegang peran kunci sebagai pendamping dan penghubung antara mahasiswa PolyU dengan masyarakat lokal Selain memfasilitasi komunikasi, mereka juga berperan dalam menjelaskan maksud dan tujuan kegiatan kepada warga, serta membangun kepercayaan selama proses berlangsung. Pendampingan dari kader kesehatan dan perangkat desa turut memperkuat proses adaptasi di lapangan.

Salah satu tantangan utama yang dihadapi

bersama anggota keluarga Keberadaan keluarga dalam satu rumah tidak hanya membantu dalam aktivitas harian, tetapi juga meningkatkan interaksi sosial dan memberi rasa aman saat terjadi kondisi darurat Ini menjadi bukti bahwa nilai-nilai kekeluargaan di masyarakat Argorejo masih terjaga kuat, dan berperan sebagai faktor pelindung dalam kesejahteraan lansia.

Mahasiswa UKDW dituntut untuk luwes dalam menggunakan tiga bahasa sekaligus: Bahasa Indonesia untuk komunikasi lokal, Bahasa Inggris untuk berinteraksi dengan mahasiswa PolyU, dan Bahasa Jawa untuk menjangkau para lansia.

Dalam situasi tertentu, ketika kader kesehatan atau ibu dukuh tidak dapat mendampingi, mahasiswa harus menjelaskan kegiatan secara perlahan dan penuh kesabaran Beberapa mahasiswa bahkan mengandalkan aplikasi terjemahan seperti Google Translate sebagai solusi cepat untuk menjembatani komunikasi, khususnya dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Jawa. m

Dari hasil pemeriksaan terhadap 62 lansia, ditemukan bahwa sebagian besar responden hanya menempuh pendidikan dasar, bahkan beberapa tidak mengenyam pendidikan formal sama sekali. Hanya lima orang yang tercatat

pernah menempuh pendidikan tinggi. Tingkat pendidikan ini diyakini turut mempengaruhi tingkat literasi kesehatan dan pemahaman tentang gizi.

Meski demikian, hasil penilaian gizi menunjukkan bahwa sekitar 75% lansia memiliki skor ≥8, yang mengindikasikan kondisi nutrisi yang relatif baik Temuan ini menunjukkan ketahanan fisik yang cukup dan risiko lebih rendah terhadap gangguan mobilitas serta penyakit kronis.

Namun, hipertensi muncul sebagai isu kesehatan utama. Sebanyak 42 dari 62 lansia memiliki tekanan darah ≥140 mmHg. Tingginya prevalensi ini menunjukkan perlunya perhatian serius terhadap kesehatan kardiovaskular masyarakat lansia, terutama karena banyak dari mereka menganggap tekanan darah tinggi sebagai hal yang wajar seiring bertambahnya usia.

Data menunjukkan bahwa 87,1% lansia tinggal

Bagi mahasiswa yang terlibat, program ini bukan sekadar pengumpulan data atau praktik akademik Pengalaman lapangan membuka mata mereka terhadap realitas sosial dan kesehatan masyarakat secara langsung. Mereka belajar pentingnya memelihara kesehatan sejak dini, memahami pola makan seimbang, serta membangun rutinitas fisik yang aktif dan berkelanjutan.

Program ini juga memperluas pemahaman mahasiswa tentang bagaimana merancang intervensi kesehatan yang kontekstual, berbasis kebutuhan dan budaya masyarakat lokal. Selain memperkaya wawasan lintas budaya, ISL memperkuat kesiapan mahasiswa untuk menjadi profesional yang peduli dan adaptif terhadap dinamika global dan lokal.

Tiga belas tahun kolaborasi UKDW dan PolyU menjadi bukti bahwa kemitraan internasional bukan sekadar simbolik, melainkan membawa dampak langsung bagi komunitas lokal dan pembelajaran transformatif bagi mahasiswa Melalui ISL, para peserta belajar bahwa pengabdian bukan hanya soal memberi, tetapi juga tentang membuka diri untuk belajar dari masyarakat. [gracia]

doc.pribadi

UKDW’s ELED Students Dazzle with Poe-Inspired Skit

Yogyakarta, Indonesia – June 19, 2025 —

Students from Santo Yosep High School Denpasar got a firsthand look at university life during a campus visit to Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW), exploring academic programs across three departments: the Faculty of Medicine, the English Language Education Department (ELED), and the Architecture Department.

As part of the visit, Batch 2023 of ELED staged a dramatic adaptation of “The Black Cat” by Edgar Allan Poe, showcasing their language skills and creativity through performance. The skit doubled as a final exam project and drew enthusiastic applause from the audience, including fellow students, faculty members, and visiting guests.

The adaptation told the dark tale of Mr. Groper, a man plagued by alcoholism and descent into madness, leading to a tragic end. Once an animal lover, his addiction sparks a violent transformation, culminating in the death of his wife and symbolized by the

Achieving a medal and a national

certificate in my hands felt like a dream for me. I placed as the 1st runner up or the 2nd place in the National English Competition in the story writing category. It’s an honor that I almost entirely gave up on. This is a testament to what can happen when you find the will to keep going even when you feel completely weary My journey in achieving this award was anything but easy, and it really came down to a last-minute burst of depression and inspiration that merged into a brilliant creation. Other students from ELED also won in several categories, including first place in vlogging, second place in academic writing, poem writing, and speech, fourth place in storytelling, and fifth place in news anchoring.

When I heard about the competition, I was excited but also petrified I was really swamped with all my final exam projects and managing my three different jobs. Every free moment I had was spent on deadlines for my tasks. Therefore, the thought of carving out time to let myself write for the competition appeared ridiculous. I told myself to do it, yet the writer’s block made the days slip by with nothing. Thus, I got more and more stressed since it was near the due date of the submission, and I hadn’t done anything Thankfully, there was a deadline extension. To be honest, I was really grateful about that, it was like I was given one more chance to try.

I Found The Strength Within Me

doc.Freepik

Beyond its gripping narrative, the performance showcased ELED emphasis on experiential learning Students took full ownership of the project casting roles, designing costumes, preparing the stage, and rehearsing extensively for few weeks. family’s cherished cat, Pluto.

“This performance was not only a test of language proficiency, but also a reflection of our students’ teamwork, creativity, and confidence,” said a representative from the ELED program “It shows how English education at UKDW can be both engaging and transformative.”

The campus visit offered Santo Yosep High School students a deeper insight into university life and the opportunities available at UKDW highlighting the value of integrating academic rigor with artistic expression. [nabila]

Yet, it was not like what I expected it to be. My final exams were still in full swing, and the temptation to give up grew strong within me. It felt like I was running a marathon on an empty tank. Then something struck me, it was

the night before the updated deadline. I was contemplating after a long time working on my projects, and decided to go the extra mile and bite the bullet for this competition The depression and inspiration had been floating

in my head for about 5 hours. I was so locked in, I didn’t even realize it was already one in the morning. When the clock nearly struck half past one, I had already submitted the story.

The story that I wrote was a raw reflection of my own struggle, which was entitled “The Manifestation of Hope”. It’s about a boy who loses everything he had and is tormented by the reality of a cruel life. Being thrown to every side of difficulties led him to end his life. But in a twist, the strength he got that had raised him to his successful state was from his own Infirmity, schizophrenia His mental illness was the source of his own glory.

The theme of the competition was “bringing imagination to life,” and my story was telling everyone who read it that: no matter how much you think you can’t do it, there’s another version of you deep inside that craves to stay and fight. I want to let people know that you don't have to wait for someone else to come and save you. Because in the end, humans only cared about themselves. So, instead of relying on other people too much, you can find the strength to face difficulties in life on your own. My success in this competition isn’t just about winning, but also legitimate evidence that the power to overcome is already within us. It’s about believing in our own strengths, even when the last flicker of hope has died. [tirsa]

doc.Pribadi

“Izin AFK dulu ya, Bu,”

“Maaf ya, Bu. Saya masih noob soalnya.”

Saya pernah beberapa kali melihat dan mendengar kalimat tersebut saat berinteraksi dengan mahasiswa, baik saat kelas online maupun saat ngobrol santai. Kalimat seperti itu mungkin terdengar asing bagi sebagian orang dewasa, namun bagi anak muda zaman sekarang, kalimat tersebut menjadi bagian dari bahasa sehari-hari. Istilah seperti AFK, noob, GG, NPC, nerf, dan buff bukan lagi sekadar bahasa dalam game, tetapi sudah menjadi bagian dari komunikasi generasi digital.

F e n o m e n a y a n g m e n a r i k i n i

memperlihatkan bagaimana dunia virtual ikut membentuk cara berbahasa dan berinteraksi yang dilakukan oleh masyarakat modern, khususnya untuk generasi Z dan generasi Alpha.

Lalu, bagaimana bahasa game berubah menjadi bahasa gaul, dan bagaimana contoh penggunaannya?

Dari Dunia Maya ke Dunia Nyata

Pada mulanya, istilah-istilah seperti AFK, noob, GG, NPC, nerf, dan buff digunakan oleh para pemain dalam game online, seperti Mobile Legends, Fortnite, dan Roblox. Saat bermain game, mereka butuh berkomunikasi dengan cepat dan efisien agar tidak mengganggu jalannya permainan yang sedang berlangsung Oleh karena itu, para pemain menggunakan singkatan-singkatan dan istilah k h u s u s u n t u k b e r k o m u n i k a s i d a n menyampaikan pesan dengan cepat. Seiring berjalannya waktu, bahasa ini mulai menyebar dan tidak hanya digunakan dalam dunia game. Istilah-istilah ini cukup sering digunakan baik dalam media sosial, meme, hingga percakapan sehari-hari bagi nongamer Hal ini menjadikan bahasa game sebagai bentuk baru dari register bahasa Ragam bahasa yang digunakan dalam konteks tertentu kini meluas ke dalam kehidupan sehari-hari.

Contoh dan Makna Istilah Game Populer

Berikut beberapa contoh istilah yang sering digunakan anak muda pada percakapan seharihari:

1. AFK (Away From Keyboard)

Makna: sedang tidak aktif, tidak bisa memberi respon. Istilah ini digunakan saat pemain tidak berada di depan perangkatnya.

Pusat Pelatihan Bahasa

Bahasa Game, Bahasa Gaul

Saat pemain menyampaikan bahwa dia sedang AFK, maka dia ingin menunjukkan kepada pemain lain bahwa dia sedang tidak aktif, tidak bisa mengikuti jalannya game untuk sementara, meskipun masih online dan berada dalam permainan.

Namun, saat ini istilah ini sudah digunakan lebih luas untuk menyebut seseorang yang menghilang dari percakapan atau seseorang yang sulit dihubungi.

Contoh: “Dari tadi sudah aku chat, kok. Dia AFK kayaknya.”

2. Noob

Makna: pemain pemula, belum memiliki pengalaman. Istilah ini sering digunakan untuk menunjukkan level pengalaman para pemain. Pemain yang belum berpengalaman disebut sebagai noob, sedangkan pemain berpengalaman disebut sebagai pro.

Saat ini istilah noob sering digunakan dengan makna yang sama baik saat bercanda atau bahkan merendahkan.

Contoh: “Ajarin ya Aku masih noob ” “Nyalain proyektor aja ga bisa, noob banget sih.”

3. GG (Good Game)

Makna: permainan yang bagus, sukses, dan berjalan lancar Istilah ini digunakan para pemain saat mereka berhasil menjalankan permainan dengan baik, atau untuk memuji pemain lain saat mereka beraksi dengan baik dalam permainan, misalnya berhasil mendapat suatu item atau berhasil melakukan aksi yang membantu pemain lain.

Seiring berjalannya waktu, istilah GG sering juga dipakai dengan nada sarkastik untuk menyatakan keadaan yang gagal atau gawat. Contoh: “Wah, GG banget kamu, bisa dapat item itu!” “Dah telat masuk, lupa kalau ada ujian. GG bener kamu.”

4 NPC (Non-Player Character atau NonPlayable Character)

Makna: karakter dalam game yang tidak bisa dimainkan dan biasanya hanya memiliki respons terbatas Dalam game, NPC dikendalikan oleh sistem dalam permainan dan bertugas dalam memberikan narasi, informasi, pertanyaan, bantuan, tantangan, dan lain sebagainya Saat ini, istilah NPC digunakan untuk menyebut orang yang kaku, tidak m e m i l i k i p e n d a p a t s e n d i r i , k u r a n g berpendirian, atau yang bertingkah layaknya ‘robot’ Contoh: “Tiap rapat cuma anggukangguk, diem doang, NPC banget.” “Jangan jadi NPC. Ayo tentukan pilihanmu!”

5. Nerf dan Buff

Makna Nerf: melemahkan atau menurunkan suatu karakter atau item Makna Buff: memperkuat atau meningkatkan suatu karakter atau item.

Dalam kehidupan nyata sehari-hari, istilah nerf digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang diturunkan performanya Sebaliknya, istilah buff digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang dibuat menjadi lebih baik Contoh: “Gimana sih, harganya naik, tapi porsinya di-nerf.” “Presentasinya di-buff ya, misalnya pakai animasi yang lebih keren gitu.”

Kenapa Anak Muda Memakai Bahasa Game?

2 Singkat dan efisien: memberikan komunikasi yang cepat dan langsung dimengerti oleh sesama pengguna. Ada beberapa alasan mengapa bahasa game begitu cepat menyebar dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari:

1. Identitas dan komunitas: memberikan rasa kebersamaan di antara pengguna, menjadi bagian dari komunitas yang sama.

3. Kaya akan makna: memiliki makna literal maupun kiasan, sehingga fleksibel dipakai dalam berbagai konteks.

4 Pengaruh media sosial: memperkuat penyebaran bahasa melalui konten yang viral

5 Gabungan budaya global dan lokal: menciptakan gaya bahasa yang unik dengan penggunaan berbagai bahasa dalam satu ucapan.

Bahasa Bermain, Budaya Bergerak Dari sudut pandang linguistik, perubahan dan penambahan kosakata merupakan hal yang wajar dan sehat dalam perkembangan bahasa. Bahasa selalu mencerminkan budaya dan zamannya. Seperti halnya bahasa gaul pada era 80-an dan 90-an yang dulunya dianggap aneh namun sekarang diterima dan dipakai, slang dari dunia game pun akan menjadi bagian dari sejarah perkembangan bahasa modern.

Bahasa juga menunjukkan kreativitas dan kemampuan adaptasi dari generasi muda, terutama generasi Z dan generasi Alpha, dalam menghadapi dunia yang makin digital. Generasi tersebut bukan hanya pengguna bahasa, tetapi juga pencipta komunikasi baru.

Slang dari dunia digital dan dunia game seperti AFK, noob, GG, NPC, nerf, dan buff m

berkembang dan beradaptasi dengan teknologi dan budaya baru. Bagi generasi Z dan generasi Alpha, istilah-istilah tersebut bukan sekadar kata-kata, tetapi bagaimana m

mengekspresikan diri, dan menjadi bagian dari komunitas yang lebih mendunia.

Bahasa tidak pernah diam. Bahasa akan terus berkembang seiring waktu Maka, memahami perubahan bukan hanya tentang mengikuti tren, tetapi juga tentang membuka diri terhadap kreativitas, makna baru, dan jembatan antar generasi. [apy]

Bagaimana Berjalan Kaki di Ketandan dan Terban Menyelamatkan Saya Dari Kejenuhan

enjelang akhir ujian akhir semester, Msaya sempat “berjanji” pada diri sendiri untuk menikmati liburan akhir semester dengan menonton film dan membaca buku Saya sudah berlangganan Netflix bahkan meletakkan buku-buku yang ingin saya baca di kasur supaya mudah dijangkau Tapi kenyataannya? Saya tidak menyentuh keduanya. Tiba-tiba saya merasa kehilangan energi dan minat untuk membaca atau menonton Saya seperti mengalami kejenuhan cukup akut. Saya lalu bercerita perihal kejenuhan itu ke salah satu sahabat saya dan dia menyarankan saya untuk mencoba tur jalan kaki ke Ketandan. Awalnya saya masih sedikit malasmalasan menanggapi saran sahabat saya, tetapi akhirnya saya paksakan untuk mendaftarkan diri ke acara tur tersebut Singkat cerita, saya akhirnya benar-benar mengikuti tur (tidak sekedar mendaftar saja), dan saya menganggap itu sebagai sebuah

keputusan terbaik yang pernah saya ambil. Kenapa? Karena setelah mengikuti tur tersebut, saya merasakan adanya percikan energi yang cukup besar untuk belajar dan berjalan lebih rutin; khususnya belajar dan berjalan untuk memahami Yogyakarta dan segala sejarahnya Bagaimana bisa? Begini ceritany.

Belajar Kegigihan Dari Kisah-Kisah di Ketandan

Awalnya, saya sempat skeptis kalau saya bisa menemukan banyak hal menarik di Ketandan. Pasalnya, saya merasa Ketandan didominasi pertokoan dan termasuk area yang tidak besar. Tetapi saya salah besar. Justru di area yang kecil itu, banyak kisah yang membuat saya belajar tentang kegigihan dari komunitas Tionghoa yang bermukim di Ketandan kala masa penjajahan Belanda dan setelahnya.

Salah satu yang paling membekas bagi saya adalah kisah Gan Thwan Sing, pencipta Wacinwa (Wayang Cina Jawa). Lahir dan besar dari keluarga Tionghoa peranakan di Jawa, Gan terpukau dengan legenda dari Tiongkok juga musik Gamelan. Hal itu membuat dia berdedikasi untuk menciptakan Wacinwa, membuat buku-buku lakon, sekaligus menampilkannya di berbagai acara. Gan juga merekrut beberapa orang untuk menjadi penerusnya, agar Wacinwa tetap lestari. Gan melakukan hal-hal tersebut hingga akhir hayatnya karena ia mencintai budaya Tionghoa dan Jawa, walaupun di satu sisi dia tidak mengalami kesulitan ekonomi. Kisah kegigihan dari Ketandan juga saya

pelajari dari generasi ketiga Tukang Gigi “Sinar”, yang sudah berdiri sejak tahun 1928. Di tengah munculnya profesi dokter gigi dan stigma negatif terhadap tukang gigi, mereka tetap bertahan dan punya pelanggan setia, bahkan sampai ke Australia. Saya benar-benar kagum dengan semangat mereka. Kunjungan dan kisah-kisah ini (secara ajaib) membuat saya kembali memiliki energi untuk menjalani r u t i n i t a s d a n t i d a k m e n y e r a h u n t u k menghadapi tantangan yang muncul di tengah jalan.

Percikan Rasa Ingin Tahu Karena Terban Setelah kunjungan ke Ketandan yang mengesankan, saya memutuskan untuk mengikuti tur jalan kaki dengan rute yang lain untuk pengalaman yang berbeda Saya lalu memilih Terban untuk rute selanjutnya. Jujur, saya sangat penasaran dengan cerita-cerita dari Terban karena selama ini Terban yang saya kenal adalah tempat di mana salah salah satu pusat perbelanjaan terkemuka di Yogyakarta berada. Tidak lebih dari itu.

Tetapi lagi-lagi saya dibuat terpukau dengan kisah-kisah dibaliknya. Beberapa diantaranya adalah di beberapa area pemukiman di Terban, terdapat sisa-sisa batu nisan bertuliskan huruf hanzhi (huruf Tiongkok) Ternyata, Terban sempat menjadi area pemakaman Tionghoa sebelum akhirnya direlokasi ke Gunung Sempu. Selain itu, yang menarik adalah kisah di balik hotel Phoenix, yang dulunya adalah rumah milik seorang raja gula dari Taiwan yang menguasai pasar gula di Jawa Tengah, Kwik Djoen Eng.

Bahkan nama “Terban” pun menyimpan kisah tragis. Nama “Terban” berasal dari kata Tiban yang berarti tertimpa Penamaan dengan kata Terban ini bermula ketika terjadi gempa bumi besar yang meruntuhkan sejumlah bukit di Kali Code tahun 1863 dan berdampak langsung pada area pemukiman di sekitarnya. Kejadian inilah yang menjadi cikal bakal penamaan area pemukiman Terban yang lokasinya pun dekat dengan Kali Code.

Fakta-fakta sejarah yang saya temui di tur jalan kaki Terban inilah yang memberikan saya semangat untuk membaca lagi. Memang mungkin terlalu prematur kalau saya bilang semangat membaca itu sangat besar karena saya masih sering terdistraksi. Tetapi yang saya rasakan sangat menarik adalah bagaimana kunjungan saya ke Terban menstimulasi rasa ingin tahu saya akan kisahkisah di Yogyakarta melalui bacaan-bacaan. Ini saya lakukan sampai detik ini dan saya masih bersemangat untuk melakukannya.

Kalau dipikir-pikir, aneh juga rasanya ketika kunjungan singkat ke beberapa tempat bisa memberikan perubahan yang cukup signifikan dalam hidup seseorang Saya sendiri tidak menyangka bahwa saya akan mengalami hal ini dan saya bersyukur bisa mengalaminya Harapan saya, semoga ini bukan semangat sesaat Saya ingin terus menjaga percikan ini Saya juga berharap kamu bisa menemukan secercah energi atau motivasi untuk menjalani hidup melalui halhal di sekitarmu.

Selamat menjalani kehidupan bebas rasa jenuh! [stella]

Da l a m d i n a m i k a k e h i d u p a n

kampus—kelas, penelitian, pengabdian, r a

idealisme—ada saatnya kita berhenti sejenak. Menatap keluar jendela, merenung di sela k e

:

Sebenarnya, kemana semua ini membawa kita? Apakah hidup ini sedang menuju pada sesuatu yang sungguh berarti, atau justru kita hanya terjebak dalam rutinitas?

Pertanyaan ini menyentuh hal paling mendasar dalam keberadaan kita sebagai bagian dari UKDW. Ia menyentuh fondasi kehidupan kita sebagai komunitas akademik, pelayan, dan pembelajar di UKDW. Kita diajak untuk kembali melihat arah hidup. Sebab ukuran keberhasilan tidak hanya diukur dari prestasi atau produktivitas, tapi dari sejauh mana hidup kita selaras dengan visi Tuhan.

Firman dalam Amsal 29:18 dengan jelas menyatakan: “Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat; berbahagialah orang yang berpegang pada hukum ” Kata “wahyu” atau “visi” dalam ayat ini bukan sekadar mimpi pribadi, tetapi arah ilahi yang berasal dari Tuhan. Tanpa visi ini, hidup seperti kapal tanpa kemudi, mudah terombang-ambing bergerak, namun tidak tentu arah. Bahkan sebuah institusi seperti universitas pun bisa kehilangan tujuan jika tidak hidup dalam visi yang menyala.

Unlocking the Vision of Greatness

Terinspirasi dari Amsal 29:18

Kenyataannya, tidak semua dari kita merasa memiliki visi yang jelas Mungkin kita tahu bahwa keberadaan kita di UKDW bukan kebetulan Kita sadar bahwa ada panggilan ilahi—entah sebagai dosen, mahasiswa, tenaga kependidikan, peneliti, pemimpin organisasi, maupun warga kampus lainnya. Kita tahu bahwa

keberadaan kita di sini bukan sekadar karena pilihan karier atau studi, melainkan karena sesuatu yang lebih besar: sebuah undangan dari Tuhan untuk berkontribusi dalam karyaNya di dunia. Namun seringkali, kita merasa visi itu seperti tertutup kabut.

Mungkin ada keinginan kuat untuk memulai proyek sosial, merancang riset bermakna, menjangkau komunitas marjinal, atau membangun ruang-ruang inklusif di kampus. Tapi kita ragu. Kita bertanya-tanya: Apakah ini panggilan Tuhan atau ambisi pribadi? Apakah saya cukup mampu? Apakah orang lain akan menerima ini?

Di sinilah kita diingatkan bahwa menjadi bagian dari UKDW adalah bagian dari narasi besar karya Allah Kita semua adalah rekan s

memperjuangkan integritas, menghidupi kasih, dan memperjuangkan keadilan dalam dunia yang kompleks. Dan untuk menjadi bagian dari karya itu, kita perlu unlocking the vision of greatness—membuka kembali visi besar Tuhan yang mungkin selama ini terkunci karena ketakutan, kelelahan, atau ketidakpekaan rohani.

1. Kembali ke Sumber: Tuhan

Langkah pertama adalah kembali ke Tuhan, Sang Pemberi Visi. Tanpa relasi yang hidup dan berakar dalam spiritualitas yang jujur, visi tidak akan menyala. Kita perlu menciptakan ruang hening—di tengah padatnya jadwal kuliah dan kerja untuk berdoa, membaca Firman, dan merenung Tuhan kerap berbicara dalam keheningan, bukan dalam hiruk-pikuk Dan ketika kita belajar diam, kita mulai melihat arah.

Visi bukan soal menjadi luar biasa di mata dunia. Tapi soal menjadi setia dalam tugas yang Tuhan percayakan, sekecil apa pun itu.

2. Menghadapi Ketakutan

Ketakutan adalah musuh utama dari visi

Takut gagal, takut tidak dihargai, takut melangkah sendirian, takut tidak sesuai

Keberanian tidak datang dari kepastian akan hasil, melainkan dari keyakinan bahwa kita tidak melangkah sendiri. ekspektasi, takut ditolak, takut berbeda. Namun tokoh-tokoh besar dalam Alkitab pun tidak luput dari rasa takut Musa merasa tidak fasih berbicara, Yeremia merasa terlalu muda, Petrus bergumul dengan rasa malu dan penyangkalan. Namun dalam kelemahan mereka, Tuhan menyatakan kekuatanNya.

3. Menyembuhkan Luka Batin

Seringkali kita membawa luka yang tersembunyi: pernah gagal, pernah diremehkan, diabaikan, atau mengalami pengkhianatan. Lukaluka ini bisa membuat kita merasa tidak layak menerima visi besar Namun kasih Tuhan sanggup menyembuhkan dan memulihkan Ia tidak melihat masa lalu kita, tetapi kesiapan kita untuk dibentuk dan diutus.

Membuka visi berarti juga membuka hati untuk disembuhkan agar kita tidak lagi dikendalikan oleh trauma, tapi dibebaskan untuk bertumbuh.

4. Komunitas yang Menumbuhkan Visi

Visi bukan sesuatu yang dibangun sendiri. Ia bertumbuh dalam komunitas yang saling mendukung. Maka penting bagi kita untuk berada dalam jejaring relasi yang sehat, yang mendorong pertumbuhan iman dan keberanian bertindak. UKDW adalah lahan subur bagi pertumbuhan itu.

K i t a d i p e r t e m u k a n d e n g a n b e r a g a m orang lintas fakultas, budaya, dan latar belakang—yang bisa menjadi rekan seperjalanan. Dalam komunitas, kita bisa saling menguatkan, berdiskusi, dan bertanya bersama: Apa yang Tuhan ingin kita kerjakan bersama di tempat ini?

Dialog lintas disiplin, kolaborasi dalam proyek pengabdian, atau bahkan obrolan santai di kantin bisa menjadi tempat di mana visi Tuhan mulai bertunas.

5. Melangkah dengan Iman

Visi jarang terlihat jelas sepenuhnya sebelum kita berjalan. Seperti Abraham yang dipanggil tanpa tahu ke mana harus pergi, kita pun dipanggil untuk melangkah setahap demi setahap, dengan iman, bukan dengan kepastian. Langkah pertama mungkin kecil—mengajukan ide, memulai diskusi, menulis artikel yang menyuarakan kebenaran, memperjuangkan kebijakan kampus yang adil, menciptakan

Langkah Kecil di Jalan yang Tak Terlihat

Langit Abu-Abu dan Skripsi yang Tak Selesai

Senja menyelinap lewat jendela perpustakaan UKDW. Di salah satu sudut, duduk Reyhan — mahasiswa semester delapan, terpaku pada layar laptopnya Di sana hanya ada satu folder, Skripsi_Final_Rev12.docx. “Revisi ke dua belas,” gumamnya lirih.

Namun yang terasa berat bukan hanya laptopnya. Hatinya pun demikian. Hari itu, ia baru saja keluar dari ruang dosen pembimbing. Wajah dosennya datar, namun kalimatnya menembus seperti panah.

“Reyhan, kamu terlalu terburu-buru Tulisanmu belum matang Ada yang kamu sembunyikan, bukan?”

Reyhan hanya bisa tersenyum kaku. Ia tahu dosennya benar. Ada bagian dari datanya yang telah ia manipulasi. Ia ingin cepat lulus. Orang tuanya di kampung menanti kabar bahagia.

Ibunya pernah berkata, “Nak, kalau kamu lulus tahun ini, kita adakan syukuran besarbesaran di desa!”

Tapi kenyataan tak sesederhana itu Ia t e r j e b a k d i a n t a r a k e i n g i n a n u n t u k membahagiakan orang tua dan bisikan nurani

yang terus mengingatkan: “Ini bukan jalan yang benar”.

Dua Jalan dan Satu Godaan

Dua hari setelah pertemuan itu, Reyhan mendapat pesan dari Vino, temannya. “Bro, gw punya koneksi joki skripsi. Tinggal kirim draft, mereka poles data dan analisisnya. Gak ribet. Cuma 1,5 juta. Lo bisa lulus cepat.”

Reyhan diam. Godaan itu nyata. Tawaran itu terasa seperti jalan pintas yang menyelamatkan. Tapi ia teringat satu kata yang terus digaungkan sejak awal masa kuliah di UKDW: integritas.

Ia bahkan masih menyimpan booklet kecil dari masa orientasi: “Integritas berarti hidup secara utuh, jujur, konsisten, dan setia dalam tindakan, meskipun tak ada yang melihat.”

Namun realita hidup kadang tak seindah teori. Ia bertanya dalam hati, “Apa gunanya integritas kalau membuatku makin sulit? Apa Tuhan benar-benar melihatku? Mengapa jalan yang benar justru terasa paling sempit?”

KKN Pacitan dan Seberkas Terang Beberapa bulan sebelumnya, Reyhan menjalani KKN di Pacitan. Sebuah pengalaman pengabdian mahasiswa UKDW yang mengubah banyak hal. Di sana ia bertemu banyak orang dengan kehidupan yang sederhana tapi penuh makna Salah satunya Pak Didik, seorang pengrajin bambu yang kehilangan satu kaki karena kecelakaan kerja.

Namun semangat hidup Pak Didik tak pernah padam Ia tetap berkarya dan membagikan ilmunya pada anak-anak muda di desa. Suatu sore, Reyhan duduk bersama di serambi rumah bambu yang sederhana. “Pak, mengapa Bapak tetap bekerja meski sudah tua dan hanya punya satu khaki?” tanyanya. Pak Didik tersenyum dan menjawab, “Karena

saya percaya, selalu ada jalan kalau Tuhan mengizinkan Kadang jalannya tidak lurus Kadang harus lewat sawah, sungai, dan batu. Tapi asal hati kita jujur dan tangan kita bersih, Tuhan tidak tinggal diam.”

Kata-kata itu terukir dalam benak Reyhan. Ia merasa malu. Di kota, ia memiliki segalanya: laptop, akses internet, dan ruang belajar. Tapi di rumah bambu yang nyaris roboh inilah, ia merasa mendengar suara Tuhan berbicara tentang harapan dan kejujuran.

Kembali ke Titik Nol

Sejak percakapan itu, Reyhan mulai memikirkan ulang pilihannya Ia membuka kembali draft skripsinya, menghapus data yang tak jujur, dan memutuskan untuk memulai dari awal — dari nol. Itu berarti mengulang observasi, memperpanjang waktu studi, dan mungkin gagal lulus tahun ini.

Vino menyebutnya bodoh. Teman-teman lain memilih diam. Tapi Reyhan merasa damai.

Setiap pagi, ia membaca Amsal 3:5-6: “Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.”

Kini, ayat itu bukan lagi hafalan masa sekolah minggu Ayat itu menjadi pijakan penuntun dalam langkah-langkah kecil yang ia ambil, meski tak ada yang melihatnya.

Jalan yang Tak Terlihat, Tapi Terbuka

Beberapa bulan kemudian, Reyhan berhasil menyusun ulang datanya. Ia mempresentasikan penelitiannya dengan jujur. Tak sempurna, tapi asli. Dosen pembimbingnya menatapnya penuh makna, lalu berkata, “Kamu butuh waktu lama, Reyhan. Tapi kamu tumbuh. Dan itu yang paling saya hargai.”

program pengabdian yang menyentuh hidup orang lain, atau sekadar hadir dengan utuh dalam ruang-ruang perkuliahan, bimbingan, pelayanan, atau penelitian. Yang penting bukan ukuran langkah, tapi kesetiaan di dalamnya. Di situlah visi Tuhan bekerja dalam kebaikan yang konsisten, keberanian dalam sunyi, dan ketulusan yang tidak menuntut sorotan.

Membuka Pintu

Maka mari kita melihat kehidupan kita di UKDW bukan sebagai perjalanan biasa, tetapi sebagai bagian dari karya besar Allah. UKDW bukan hanya tempat studi atau bekerja Ia a

menumbuhkan sesuatu melalui kita semua Setiap kelas yang kita ajar atau ikuti, setiap penelitian, bimbingan, pelayanan, bahkan kehadiran kita sehari-hari bisa menjadi bagian dari visi Tuhan yang besar.

Kita tidak dipanggil untuk menjadi pahlawan tunggal, tetapi menjadi saksi yang setia. Ketika kita membuka hati terhadap visi Allah dan hidup dalam terangNya, maka komunitas kita pun akan dipenuhi oleh semangat yang baru, tidak didorong oleh ambisi pribadi, tetapi oleh cinta dan pelayanan yang tulus Kita akan menjadi komunitas yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga bijaksana secara spiritual; tidak hanya produktif dalam karya, tetapi juga berbuah dalam kasih. Hidup pun menjadi bermakna.

Mari kita membuka diri. Berhenti sejenak dari kesibukan, dan bertanya: Apa panggilan kita bersama? Apa visi besar yang Tuhan sedang bangun melalui kita?

Ketika kita membuka diri terhadap pertanyaan itu dan berani melangkah di dalamnya, kita tidak hanya menemukan kembali arah hidup, tetapi juga menjadi berkat bagi sesama.

Dalam terang itu, marilah kita membuka pintu bagi visi besar dari Tuhan, dan melangkah di dalamnya bersama-sama, sebagai satu tubuh, satu komunitas, satu keluarga besar UKDW. [pedro]

Reyhan pun lulus. Bukan dengan sorak sorai, tapi dengan hati yang tenang Ia pulang ke kampung halaman, disambut ibunya yang meneteskan air mata. “Bu, maaf telat setahun. Tapi ini benar-benar jalan yang Tuhan izinkan.”

Epilog - Untukmu, Mahasiswa yang Masih Mencari Jalan Kini, Reyhan menjadi relawan di sebuah lembaga pendidikan lokal. Ia mengajar anakanak muda menulis — dengan kejujuran. Dalam setiap pertemuan, ia selalu menyampaikan satu hal: “Integritas itu mungkin lambat, tapi tak pernah sia-sia. Karena ketika jalan terasa buntu, tangan Tuhan bisa membuka celah di tempat yang tak kita sangka.”

Untukmu yang sedang membaca ini, mungkin kamu berada di titik seperti Reyhan dulu: bingung, lelah, dan tergoda untuk menyerah.

Ingatlah Selalu ada jalan jika Tuhan mengizinkan. Dan jalan itu hanya bisa dilalui oleh mereka yang berani berjalan dengan hati bersih dan langkah penuh integritas. [pedro]

Bersama

Buku Atomic Habits merupakan salah

satu buku pengembangan diri terlaris dan paling berpengaruh dalam beberapa tahun terakhir. Ditulis oleh James Clear, buku ini membahas bagaimana perubahan kecil yang konsisten dapat menghasilkan transformasi besar dalam hidup seseorang. Dengan pendekatan yang

p

menunjukkan bahwa kebiasaan yang tampaknya sepele justru menjadi penentu utama keberhasilan jangka panjang. Dalam bukunya, Clear membagi perubahan perilaku menjadi tiga tingkat. Ada hasil, proses, dan identitas. Ia menekankan bahwa sistem yang baik lebih penting daripada sekadar menetapkan tujuan Untuk membantu

o s i t i f d a n menghilangkan kebiasaan buruk, Clear memperkenalkan empat hukum perubahan perilaku, di mana ada menjadikannya terlihat, menarik, mudah, dan memuaskan. Ia juga menjelaskan bagaimana kebiasaan terbentuk melalui empat tahap: petunjuk, hasrat, respons, dan imbalan.

Kutipan dari buku Atomic Habits karya James Clear yang berbunyi, "Goals are good for setting a direction, but systems are best for making progress", menekankan pentingnya sistem dibandingkan hanya menetapkan tujuan Tujuan memang berguna sebagai penunjuk arah, tetapi kemajuan nyata hanya dapat dicapai melalui sistem yang konsisten dan terstruktur. Dalam konteks perubahan kebiasaan, James Clear menunjukkan bahwa keberhasilan tidak hanya bergantung pada seberapa besar keinginan seseorang untuk berubah, tetapi pada pola harian dan rutinitas yang dibangun secara sadar dan terusmenerus. Sistem menciptakan ruang untuk proses, sedangkan tujuan hanya fokus pada hasil akhir Dengan demikian, kutipan ini mencerminkan inti dari buku Atomic Habits, yaitu bahwa perubahan kecil yang dilakukan

Pojok Alumni

dr. James Chandra Kurniawan, Sp.JP

Alumni Fakultas Kedokteran

Universitas Kristen Duta Wacana

Prodi Pendidikan Dokter 2009-2013

Prodi Profesi Dokter 2013 – 2015

Obesitas dan overweight merupakan

penumpukan lemak yang abnormal dan berlebihan yang mengancam kesehatan. Seseorang yang memiliki indeks massa tubuh (IMT) yang lebih dari 25 diklasifikasikan sebagai overweight, sedangkan lebih dari 30 diklasifikasikan sebagai obesitas. Obesitas menjadi masalah

Atomic Habits

terus-menerus melalui sistem yang efektif akan memberikan hasil luar biasa dalam jangka panjang.

Selain teori dan kutipan, buku ini juga dilengkapi contoh nyata dari tokoh-tokoh sukses dan berbagai strategi aplikatif yang mudah dipahami Namun, bagi sebagian pembaca, gaya bahasa terjemahan bisa terasa kaku. Juga, bagi yang kurang menyukai tema self-improvement, pendekatan buku ini mungkin terasa terlalu fokus pada perubahan positif. Clear menyebut kebiasaan kecil yang berdampak besar sebagai atomic habits. Ia menjelaskan bahwa kunci dari perubahan perilaku bukan hanya pada hasil akhir, melainkan pada proses yang dijalani dan identitas yang terbentuk Perubahan yang bertahan lama berasal dari ribuan keputusan kecil yang terakumulasi seiring waktu Ia memperkenalkan tiga tingkat perubahan. Di mana ada perubahan hasil (apa yang kita capai), perubahan proses (apa yang kita lakukan), dan perubahan identitas (siapa kita ingin menjadi).

Menurut Clear, cara paling efektif membentuk kebiasaan adalah dengan membangun identitas yang diinginkan, bukan hanya berfokus pada target. Untuk membantu pembaca membentuk kebiasaan positif dan mengubah perilaku, Clear menawarkan empat prinsip utama, atau yang disebutnya sebagai Kaidah Perubahan Perilaku. Hal itu terdiri dari menjadikannya terlihat, menarik, mudah, dan memuaskan Kaidah pertama adalah membuat kebiasaan menjadi terlihat. Prinsip ini menekankan pentingnya memberikan petunjuk yang jelas agar kebiasaan lebih mudah dikenali dan dijalankan. Dua elemen utama yang dapat digunakan sebagai petunjuk adalah waktu dan tempat Untuk itu, digunakan rumus sederhana: Saya akan (perilaku) pada (waktu) d i ( l o k a s i ) R u m u s i n i m e m b a n t u memperjelas kapan dan di mana suatu

kebiasaan akan dilakukan, sehingga mendorong konsistensi. Selain itu, kaidah ini juga memperkenalkan teknik yang disebut penumpukan kebiasaan Metode ini menggabungkan kebiasaan baru dengan kebiasaan lama yang sudah melekat dalam rutinitas harian Penumpukan kebiasaan dianggap sebagai cara praktis untuk membangun perilaku baru secara bertahap. Rumus yang digunakan adalah: Setelah (kebiasaan sekarang), saya akan (kebiasaan baru) Melalui pendekatan ini, kita dapat merancang pola tindakan yang lebih terstruktur dan mudah dipraktikkan. Keempat kaidah ini tidak hanya memberikan panduan praktis, tetapi juga memberikan wawasan tentang bagaimana perilaku manusia bekerja dalam kehidupan sehari-hari.

Menggunakan bahasa yang mu

dipahami, didukung dengan contoh konkret dan studi ilmiah.

Menawarkan pendekatan praktis dan realistis dalam membentuk kebiasaan baru.

Disertai ringkasan di akhir setiap bab, grafik, tabel, dan ilustrasi yang memudahkan pemahaman.

Kekurangan Buku

Bagi sebagian pembaca, gaya bahasa terjemahan dalam versi Bahasa Indonesia terasa kaku dan kurang luwes.

Topik kebiasaan yang menjadi fokus utama dapat terasa repetitif bagi pembaca yang menginginkan variasi tema.

Tidak semua strategi bisa langsung d i t e r a p k a n

n p a penyesuaian konteks pribadi atau budaya pembaca.

Rekomendasi

Buku ini direkomendasikan bagi siapa saja yang ingin meningkatkan produktivitas,

meninggalkan kebiasaan buruk. Cocok untuk pelajar, mahasiswa, profesional, dan penggiat pengembangan diri. Atomic Habits tidak hanya memotivasi, tetapi juga menawarkan sistem dan strategi konkret untuk perubahan jangka panjang. Buku ini dapat menjadi bahan refleksi pribadi, pelatihan tim, atau diskusi komunitas. [yudha]

Judul : Penerjemah : Tahun terbit :

Atomic Habits: Perubahan Kecil yang Memberikan Hasil Luar Biasa

Penulis : Penerbit :

ISBN : Jumlah Hal. :

Alex Tri Kantjono Widodo

James Clear PT Gramedia Pustaka Utama 2019

356 halaman

978-602-06-3317-6

Globesity: Ancaman Obesitas Global yang Sering Diabaikan

kesehatan secara global yang terlihat dengan jelas di depan mata, tetapi “neglected”, dengan jumlah yang terus meningkat menjadi epidemic “globesity”.

Saat ini angka individu dengan obesitas dan overweight terus bertambah baik pada anak anak maupun dewasa Berdasarkan Data

WHO secara global dari tahun 1990 hingga 2022, anak anak dan remaja berusia 5-19 tahun yang mengalami obesitas jumlahnya meningkat 4x lipat dari 2% menjadi 8% Sedangkan pada dewasa usia >18 tahun jumlah obesitas meningkat 2x lipat dari 7% ke 16%; sehingga 1 dari 8 orang saat ini hidup dengan obesitas.

Saat ini Indonesia menghadapi double burden malnutrition, berperang melawan gizi buruk serta penyakit infeksi menular, sekaligus menghadapi lonjakan obesitas dan overweight. Data dari World Obesity Atlas tahun 2025, saat ini di Indonesia sebanyak 43% populasi dewasa memiliki IMT yang tinggi dengan 13% diantaranya tergolong obesitas; dan diproyeksikan nanti pada tahun 2030 sebanyak 37 juta pria dewasa dan 63 juta wanita dewasa memiliki IMT tinggi.

Dalam beberapa dekade terakhir, terjadi perubahan pola makan masyarakat, dengan meningkatnya konsumsi makanan tinggi kalori, lemak, dan gula tambahan. Makanan cepat saji atau fast food seringkali menjadi pilihan karena akses yang mudah, cepat dalam penyajian, dan seringkali relatif lebih murah dibandingkan dengan makanan sehat. Sedangkan gula tambahan yang terkandung dalam soft drink, energy drink, flavored

water, serta fruit drinks sangat erat kaitannya dengan penambahan berat badan dan kegemukan.

Di sisi lain, tingkat aktivitas fisik menurun k a r e n a p e r u b a h a n j e n i s p e k e r j a a n , kemudahan akses transportasi, kemajuan teknologi dalam belanja online, dan gaya hidup yang menuntut duduk dalam waktu lama. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa tidak aktif bergerak serta gaya hidup yang sedentary berkaitan erat dengan k e g e m u k a n , p e n u r u n a n k e b u g a r a n kardiovaskular dan metabolisme.

Obesitas dan overweight merupakan masalah kesehatan serius yang perlu mendapatkan perhatian lebih karena akan berujung pada penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes, sindrom metabolik, penyakit jantung, ginjal dan stroke. Selain itu, berat badan yang berlebihan juga berdampak pada persendian seperti osteoarthritis dan nyeri punggung, penyakit sistem saraf (demensia, Alzheimer’s), gangguan mental (depresi) serta dihubungkan dengan meningkatnya resiko terkena kanker endometrium, payudara, ovarium, prostat, hati, ginjal, dan usus besar. Obesitas pada anak juga berisiko menyebabkan penyakit-penyakit tersebut muncul lebih dini.

A Call for Action

Kelebihan berat badan dan obesitas bisa dicegah. Meskipun ada banyak faktor yang berperan, penyebab utama obesitas adalah ketidakseimbangan antara kalori yang masuk (dari makanan) dan kalori yang dibakar

(melalui aktivitas fisik). Kita bisa memulai perubahan ini dari diri sendiri Beberapa langkah yang bisa dilakukan:

● Menurunkan jumlah intake kalori yang dikonsumsi dari makanan berlemak dan gula, dan memilih makanan yang lebih sehat dengan makan buah, sayur, kacangkacangan, dan biji-bijian.

● Menjalani gaya hidup sehat, dengan melakukan olahraga teratur minimal dengan durasi 150 menit per minggu; istirahat tidur cukup dan berkualitas, tidak merokok dan tidak mengonsumsi alkohol, serta mampu mengelola emosi dengan baik.

● Membiasakan diri untuk aktif bergerak, tidak terlalu lama duduk diam (misalnya bersantai santai menonton TV / laptop dalam waktu lama atau bermain gadget)

● Untuk Ibu yang sedang hamil atau merencanakan kehamilan, sangatlah penting untuk menjaga kenaikan berat badan yang sesuai selama kehamilan serta memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama, lalu melanjutkan pemberian ASI hingga usia 2 tahun atau lebih.

Sebagai kaum terpelajar, kita dipanggil untuk menjalani gaya hidup sehat dan menjadi pelopor serta role model dalam melawan obesitas Mari mulai dari diri sendiri untuk menciptakan masyarakat yang lebih sehat dan bebas dari obesitas.

Sudahkah anda mengukur IMT Anda?

doc.Pribadi

Office of International Affair

Stepping Beyond Borders: UKDW Students Join ACUCA

Seven outstanding students from

Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) have been accepted into the ACUCA Micro Degree Program (MDP) 2025 Summer Term an international, online academic initiative that connects students from Christian universities across Asia for intensive, short-term learning experiences. Running from July 21 to August 8, the program is designed to foster intercultural collaboration, leadership development, and global academic engagement in a flexible virtual format.

Organized by the Association of Christian Universities and Colleges in Asia (ACUCA), the MDP was first launched in 2022 and has quickly become a flagship initiative for academic and cultural exchange. The program allows students to choose from a selection of interdisciplinary courses, focusing on themes such as digital innovation, global leadership, p e a c e b

understanding.

This summer, UKDW is represented by seven students across different faculties Aodellas Magosiang, Nicholas Ayodya Darma Leksono, and Kenya Syalwa Arifia—all from the Informatics program—along with Andreas Kelvin from the Management program and Henry Yohanes Santoso from Information Systems, are participating in the course Blending Creativity and AI: Digital Skills for Learning and Employability This course explores the integration of artificial intelligence with creative thinking to enhance learning outcomes and workplace readiness.

Zethri Joana Aprilya Sahusilawane, from the Divinity Studies program, is enrolled in Discovering Peace Amidst Trials: A Journey of Faith, Resilience, and Emotional Healing. The course is designed to explore the intersection of theology, psychology, and lived experience, offering a space for students to reflect on resilience, faith, and healing in the face of global challenges.

Meanwhile, Christopher Ade Wiyanto, also from the Informatics program, joins the course Global Retail Logistics, which

international supply chains, consumer behavior, and technology-driven retail operations in a global context.

Each student brings a unique motivation and perspective to their chosen course. For Henry, the opportunity to deepen his understanding of digital technologies is a key driver. “I’m excited to strengthen my digital skills and learn how to apply AI in innovative

employability,” he said. “This will help me stay relevant in a tech-driven world.”

Meanwhile, Zethri shared her motivation to engage with both theological and technological perspectives in her learning “I want to broaden my knowledge and improve my English language skills in learning and discussion,” she said. “In addition, I aim to understand various perspectives on Christian

issues and explore how technology can support my theological background.”

This cohort’s participation in the ACUCA MDP reflects UKDW’s commitment to developing globally minded graduates who are academically capable, socially conscious, and spiritually grounded Through crossborder academic collaboration, these students will not only gain insights from expert lecturers but also build meaningful connections with peers from other Asian institutions.

The ACUCA Micro Degree Program offers more than just a short-term academic experience it serves as a gateway to

development, and personal growth Participation in this program reflects UKDW’s ongoing commitment to preparing students for a globalized world. Students who embrace such opportunities demonstrate initiative, openness, and a spirit of learning that extends beyond borders.

UKDW students from all faculties are encouraged to stay informed and seize the chance to join an international academic experience that could shape their future careers and personal development. For those looking to sharpen their global perspective, build cross-cultural friendships, and engage with cutting-edge topics, the ACUCA MDP is an opportunity not to be missed. [drr]

Empowered by Opportunity: Wesley Zaidan Scholarship Supports UKDW Students’ Academic and Personal Growth

Kezia Angelina Hermawan, a student

from the Product Design Study Program, and Kezia Laurent Yauri, a student from the Architecture Study Program, both from the Faculty of Architecture and Design (FAD) at Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW), have successfully passed the selection and received the SY 2024–2025 Education Fee Grant. This is a full tuition scholarship for one academic year awarded by Wesley Zaidan Japan to undergraduate students from partner institutions of the United Board for Christian Higher Education in Asia (UBCHEA) who are in need of financial assistance.

Starting the selection process in August 2024, Kezia Angelina and Kezia Laurent were selected as scholarship recipients for the 2024–2025 academic year. Kezia Angelina expressed her deep gratitude for receiving the scholarship. “When I first heard about Wesley Zaidan, I thought this was such an amazing opportunity to take. At that time, I was looking for a scholarship that fully covers my tuition fee, because it is not easy for my family to pay the tuition fee I felt relieved and happy because now that I am able to help my family for paying the tuition fee, and it is all because of Wesley Zaidan This scholarship has definitely made me feel more at ease and more focused in participating in campus activities,” she said.

During her 3rd and 4th semesters, Kezia Angelina learned many new things about product design. In the 3rd semester, she chose to design an Educational Teaching Aid (ETA) to support kindergarten students in learning the Chinese language and characters in a fun way. She created a tricky puzzle wrapped in a dollhouse game concept called Shéi Zàijiā, which means “Who’s at Home?”. To make it classroom-appropriate, she also provided a guidebook for teachers. Moreover, in the 4th semester, she created a product called Dolalak Bercerita, an educational product focused on embracing local culture specifically the Dolalak dance from Purworejo. This product embodies the essence of selected local traditions by using local materials such as mending (Fimbristylis umbellaris), raffia, and leather.

As a scholarship recipient, Kezia Laurent shared the same feeling. The Wesley Zaidan scholarship has been a great help in completing her final year as a university student. “In early 2025 through mid-year, I focused on completing my final thesis project.

The title of my thesis is “Marginalized Community Learning Center in Makassar City, South Sulawesi with a Biophilic Architecture approach”. For this project, I chose a topic that i s d e e p l y

y relevant addressing the issues faced by

marginalized communities in my hometown, Makassar, South Sulawesi I designed a vocational training center aimed at e

es by improving their skills and overall quality of life. The goal was not only to present a design solution, but also to advocate for inclusive architecture that responds to social inequality,” said Kezia Laurent.

Having experienced the positive impact of receiving the scholarship, Kezia Angelina and Kezia Laurent encourage other students to always be brave in seizing every opportunity. They both feel that the scholarship has helped them focus more on personal growth and selfdevelopment. “I had a great time in the past year, I am able to design a product that is useful for others, I am able to serve for the community, I am able to know my potential even more, and I can learn many valuable things in many aspects. Now, it is time for me to strengthen my foundation, and be ready for another upcoming challenges and valuable lessons in the future. I have felt the happiness from the people around me when they are using my products, and I am motivated to design more amazing products to support others. I cannot come this far without the help of many kind people around me, I am thankful to have them in my life. I would like to thank Wesley Zaidan for trusting me this whole year. I will do my best in the future and keep growing day by day. It may not be easy for me to do it, but I believe that God will always stand by my side even at my lowest. Moreover, I am looking forward for another opportunity in the future with Wesley Zaidan Once again, thank you Wesley Zaidan!,” said Kezia Angelina.

Wesley Zaidan will continue its mission of supporting student development by Education Fee Grant for the 2025–2026 academic year All UKDW students are encouraged to take this opportunity and participate in the selection process. With a commitment to empowering students both academically and personally, this scholarship remains a valuable support system for those striving to grow and make a difference. So, stay prepared and keep yourself updated! [ai]

doc.Pribadi
doc.Pribadi

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.