







DI KABARI MEDIA?
• Majalah Kabari Digital
• Majalah Hidup Sehat
• Majalah Tur Dunia
• Majalah Extra Uang
Disebarkan ke Lebih dari 27,000
Emails
Hubungi:
Lebih dari 25 juta Kabari YouTube Video Viewers
San Francisco : (415) 213-7323
Los Angeles : (562) 383-2100
Jakarta : (021) 4288-6112
Email: sales@kabarinews.com
08 Happy Salma: Karya Pramoedya Menembus Zaman
14 3 Dekade Anne Avantie, Berdampak Bagi Negeri
20 Kembalinya Gamelan Jawa ke UCLA
22 4 Dekade Poppy Dharsono, Fesyen Adalah Seni dan Jati Diri
26 Suladi Merajut Asa dari Tanaman Gulma
28 Kiprah Regina Rengganis dari Dunia Model
Hingga Layar Lebar
34 Budaya & Jajanan Indonesia Memukau Pengunjung
World Food Festival di Florida
38 Remaja-Remaja Bule Menampilkan Tarian Indonesia di Florida
40 Selebriti dan Peduli Bumi
46 Maurice Orangutan dalam Fiksi dan Realita
48 Zlatan Ibrahimovic Sang Legenda Telah Tiba di Los Angeles
50 Tex Mex Beef Burger Ala Ravelle
Segala puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan kepada Kabari untuk terus berkarya sebagai Jembatan Informasi Indonesia – Amerika. Majalah Kabari yang genap memasuki usianya yang ke 11 di tahun 2018 ini, pada Edisi 134 April –Mei 2018 menampilkan beragam cerita menarik di setiap halaman demi halaman yang layak anda simak.
Happy Salma, salah satu seorang pelaku seni tanah air yang memiliki ketertarikan yang besar terhadap sastra Indonesia. Keseriusannya ditandai dengan terbentuknya Titimangsa Foundation di tahun 2007, yang hingga kini terus berupaya mengembangkan karya sastra Indonesia. Seperti apa kiprahnya? simak kisahnya di cover story halaman depan.
Selain itu, hiburan tradisional yang lekat dengan Gamelan Jawa asal Jawa Tengah ini kembali mendapat angin segar di Negeri Paman Sam. Kemudian beragam artikel lainnya seperti kisah inspiratif dari Suladi lelaki asal Jawa Timur yang menyulap tanaman Enceng gondok menjadi karya seni kreativitas yang bisa merubah nasibnya dari peternak jangkrik hingga menjadi pengrajin suvenir.
Majalah Kabari edisi kali ini juga menghadirkan beragam mode fesyen dari perancang busana terbaik di tanah air seperti Anne Avantie, Poppy Dharsono, yuk, intip koleksi fesyennya dari kedua bintang mode tersebut. selain itu, bagi anda yang hobi kuliner dan memasak, Majalah Kabari edisi kali ini menyuguhkan rubrik kuliner yang layak anda ketahui, serta masih banyak lagi ragam artikel menarik lainnya yang layak anda simak hanya di Majalah Kabari Edisi 134 April–Mei 2018.
Kabari merupakan majalah bulanan berbahasa Indonesia yang diterbitkan oleh California Media International, Inc dan didistribusikan secara gratis di seluruh wilayah Amerika Serikat.
Kantor Pusat 1788 19th Avenue, San Francisco, CA 94122
Tel: (415) 213-7327
Fax: (415) 294-7030
Kantor Cabang LA 731 N Beach Blvd, Ste 210. La Habra, CA 90631
Tel: (562) 383-2100
Kantor Cabang Jakarta Cempaka Putih Timur V No.15 Jakarta, Indonesia 10510
Tel: (021) 428-86112
Email redaksi: redaksi@kabarinews.com | Iklan : sales@kabarinews.com
PENERBIT
JOHN OEI
KOMISARIS INDONESIA
OLINA HIMAYANTI
DEWAN PENASIHAT
LISA TUNGKA
DIREKTUR UTAMA AMERIKA
INDRIATI (VONNY) OEI
DIREKTUR UTAMA INDONESIA ANITA SETIAWARDI
PENULIS
ASBAN NATAWIJAYA
PENATA ARTISTIK
LIEMALA HELMI
VIDEO
FANIE EKASYAH
KONTRIBUTOR
RIANA K LIPTAK
STANLEY CHANDRA
YANUAR AZIS
IKLAN DAN PEMASARAN
WEINA TANUWIJAYA
SIRKULASI
PETER ZHANG
Happy Salma, salah satu seorang pelaku seni tanah air yang memiliki ketertarikan yang besar terhadap sastra Indonesia. Keseriusannya ditandai dengan terbentuknya Titimangsa Foundation di tahun 2007, yang hingga kini terus berupaya mengembangkan karya sastra Indonesia.
Wanita yang memiliki nama lengkap Jero Happy Salma Wanasari (38) ini mengawali karirnya melalui dunia peran yang kurang lebih sudah bermain di 30 judul sinetron pada tahun 2008 yang silam. Selain itu, Happy juga bermain dalam pementasan Teater Nyai Ontosoroh di Gedung Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki pada tahun 2007 lalu. Dan kemudian, ia melarikan diri dari dunia selebritas ke dunia sunyi, dunia menulis.
Penggagas Titimangsa Foundation ini pernah sukses mementaskan Bunga Penutup Abad pada tahun 2016 dan 2017
yang silam. Naskah pementasan yang diprakarsainya merupakan adaptasi dari novel Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa karya Pramoedya Ananta Toer.
Keseriusannya mengenalkan karya sastra di era milenial ini tidak diragukan lagi, sebagai bentuk kecintaannya terhadap karya seni sastra, Titimangsa Foundation berama Dia.Lo.Gue dan didukung oleh Djarum Foundation menggelar pameran karya sastrawan Tanah Air handal, Pramoedya Ananta Toer.
Pameran yang digelar 12 tahun pasca meninggalnya Pramoedya ini diberi tajuk Namaku Pram: Catatan Arsip. Happy mengaku alasan mengapa ia memilih tema ini pada gelaran tersebut.
“Saya main ke rumah beliau di Bojong Gede. Waktu itu untuk minta izin pementasan Bunga Penutup Abad. Terus saya lihat rumah beliau banyak sekali karya, arsip dan catatan-catatannya. Jadi kalau pertunjukan saya sukses, saya ingin memamerkan karya ini,” ujar Happy Salma saat acara pembukaan pameran Namaku Pram: Catatan dan Arsip di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta.
Selain itu, ia berkisah, “Bayangkan, saya ketinggalan pulpen tahun 2004 aja masih ada catatannya. Tulisannya ‘Milik Happy Salma, tahun 2004, jam sekian’ saya aja sudah lupa. Bagi saya dokumentator terbaik adalah Pramoedya Ananta Toer. Jadi apa yang sudah dikumpulkan oleh Pram saya mikir gimana caranya biar bisa dilihat semua orang,” kenang Happy.
Menurutnya, pameran ini dinilai penting karena selain mengenalkan karya sastra juga mengedukasi para generasi muda bahwa Indonesia
“Karyanya Pram bisa menembus zaman sampai kapan pun, ceritanya dia semua tentang kisah hidup, dan ga ada kamusnya yang hanya bisa
kita dapatkan dari seseorang yang menuliskannya dengan baik, penuh riset, penuh perasaan dan dedikasi yang luar biasa yang saya hanya mendapatkan dari seorang Pramoedya Ananta Toer.”
pernah memilki sastrawan terbaik dengan karya bernilai tinggi. Karya Pramoedya Ananta Toer juga masih relevan untuk dinikmati para pecinta sastra lintas generasi.
Happy Salma mengaku menjadi salah satu penggemar sastrawan tanah air ternama Pramoedya
Ananta Toer sejak dirinya masih di bangku kuliah, “Ada buku yang saya penasaran sekali, waktu itu saya membaca Gadis Pantai, Sang Pemula,” katanya.
Selain itu, karya Pramoedya
Ananta Toer atau yang dikenal dengan nama Pram, banyak tulisan Pram yang mewakili wanita
Indonesia, bagi Happy sangat berpengaruh pada keghidupannya sebagai kaum hawa, “Tidak bisa dipungkiri, saya secara pribadi, dalam memilih dan bertindak dalam hidup saya terpengaruh juga karena karya-karya Pram, karena Pram selalu megatakan dalam karya building karakter, membentuk karakter dan saya pikir banyak sekali terinspirasi dan memberi kekuatan saya di dalam menjalani kehidupan dan itu karena karya-karyanya Pram dan itu energi positif yang saya ingin tularkan kepada banyak orang,” katanya.
“Berbahagialah orang yang bisa
makan dari keringatnya sendiri, bersuka karena usahanya sendiri dan maju karena pengalamannya sendiri.”
Kutipan di atas merupakan kutipan yang sangat menginspirasi Happy Salma dalam kehidupannya sehari-hari. “Itu persis ibu saya suka katakan, intinya jangan pernah meminta sebaiknya kita memberi di kaki kita sendiri,” ucap Happy.
“Karyanya Pram bisa menembus zaman sampai kapan pun, ceritanya dia semua tentang kisah hidup, dan ga ada kamusnya yang hanya bisa kita dapatkan dari seseorang yang menuliskannya dengan baik,
penuh riset, penuh perasaan dan dedikasi yang luar biasa yang saya hanya mendapatkan dari seorang Pramoedya Ananta Toer,” pungkasnya.
Pramoedya Ananta Toer lahir di Blora, 6 Februari 1925 dan karyakaryanya mulai dikenal sejak tahun 1950-an seperti cerpen dan novel. Selama 7 dekade masa hidupnya dipakai untuk menulis lebih dari 50 buku, dan cerita-ceritanya ini diterjemahkan ke dalam 42 bahasa dunia termasuk di antaranya bahasa Spanyol pedalaman dan bahasa Urdu.
Pramoedya Ananta Toer merupakan satu-satunya penulis Indonesia yang berkali-kali menjadi kandidat peraih Nobel sastra.
Pramoedya Ananta Toer dan karyakaryanya lebih dari sekedar hadiah nobel atau sejumlah penghargaan lainnya yang ia terima dari dunia Internasional.
Pramoedya tak pernah berhenti menjadi inspirasi banyak orang demi memaknai sejarah perjuangan kemanusiaan di tengah berbagai penindasan. Terutama lewat empat novelnya yang terpenting yang ditulisnya semasa menjalani tahanan di Pulau Baru. Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah dan Rumah Kaca merupakan 4 novel yang dikenal dengan Tetralogi Pulau Buru, Kepulauan Maluku. (Kabari1008)
Menandai 29 tahun berkarya, perancang busana Anne Avantie peragakan ratusan karya rancangan busana kebaya di pangggung busana Indonesia Fashion Week (IFW) 2018. Wanita kelahiran Semarang ini merupakan sosok perempuan tangguh, tidak mudah menyerah pada keadaan yang terbentuk dengan penuh juang dari sang ibundanya sehingga bisa melewati masa-masa sulit hingga tak terasa sudah 29 tahun Anne Avantie berkarya, dan kiprahnya baik di dunia mode serta tindakan nyatanya sebagai pejuang kemanusiaannya melalui Yayasan Wisma Kasih
“DI Dalam perjalanan hidup saya, saya
menemukan rasa yang membuat saya ingin juga mengalami hal ini bahwa saya ingin melegenda, ketika saya LAKUKAN melayani Tuhan, dan
melakukan pelayanan kesehatan dan lain-lain, ketika orang mananyakan polpularitas, saya jawab iya dan betul,”- Anne Avantie
Bunda dan Yayasan
Anne Avantie telah menginspirasi banyak orang dan sesama. “29 tahun merupakan peristiwa yang berisi catatan kehidupan bagi saya, naik turunnya kehidupan, pahit getirnya, jatuh bangunnya, semua itu jadi bagian dalam halaman-halaman buku
yang kalau ditulis tentunya memberikan kepada setiap kita inspirasi untuk melampaui masa demi masanya sampai hari ini,” terang Annie saat ditemui Kabari di kawasan Jakarta Selatan.
Wanita yang menghabiskan masa kecilnya di kota Solo ini merupakan warga keturunan Tionghoa yang gemar dengan seni dan budaya, mengawali karirnya ia mendirikan taman budaya Sriwedari. Anne Avantie, seorang perempuan yang penuh keterlibatan putus sekolah hanya mendekap ijazah SMP, tidak pernah belajar dunia mode secara khusus, namun ia memiliki mimpi yang karya-karyanya bisa populer dan melegenda.
““DI Dalam perjalanan hidup saya, saya menemukan rasa yang membuat saya ingin
juga mengalami hal ini bahwa saya ingin melegenda, ketika saya lakukan melayani Tuhan, dan melakukan pelayanan kesehatan dan lain-lain, ketika orang mananyakan polpularitas, saya jawab iya dan betul,”- Anne Avantie” kenang Anne.
Masa kecil Anne telah bersentuhan dengan seni kewanitaan. Ibunya adalah sosok pertama yang menghantarkan sebuah dunia dengan keindahan sebagai wacana utama.
“Saya bicara pada mami, aku pengin terkenal supaya bisa membagi pengaruh kepada orang lain dan memberikan inspirasi bagi orang lain, dan saat ini jika ada orang yang mengatakan Anne Avantie ingin populer, iya sangat betul sekali, saya memang ingin
populer,” ujar Anne.
Sang ibu membuat ruang lembut dalam kehidupan masa kecil Anne, melalui sentuhan kewanitaan ibunda
Annie Indriati menemukan embrio
Anne Avantie dalam dunia seni di usia dini. Anne kecil sudah sangat terampil di bidang kecantikan seni kerajinan tangan serta tata busana.
Ia memasrahkan diri secara total dan menguatkannya sekaligus untuk menghadapi riuh rendah dunia. Perjalanan naik turun, jatuh bangun, gelap terang, pahit dan manis, telah memercikan cahaya yang pada pikiran dan nalurinya. Menghantarnya untuk semakin memahami bahwa hidup, karya, dan cinta kasih adalah elemen-elemen yang tak bisa dipisahkan.
“Saya merasa mendapatkan anugerah yang besar dari Tuhan,
dimana ini dunia saya, dan saya ingin selalu bahwa apa yang saya lakukan ini bukan karena hari ini tetapi adalah sebuah proses, dan saya yakin sekali bahwa proses tidak akan pernah mengkhianati hasil akhirnya, saya percaya sekali,” ujar Anne penuh semangat.
“Dan kemudian ketika saya ingin menjadi seseorang yang luar biasa rupanya Tuhan tidak memberikan instan kepada saya, jatuh bangun saya luar biasa,” imbuhnya.
Anne Avantie, pikirannya, karyanya, serangkaian aksi sosialnya, luapan kreativitasnya, harapannya adalah sekumpulan energi yang perlu dilihat secara holistic. Sekian puluh tahun berlalu, Anne telah memandang kehidupan sebagai getaran yang tiada henti membentuk dirinya.
“Kenapa saya tidak bikin 30 tahun, saya merasa untuk membikin 3 dekade rasanya kaya sesuatu hal yang luar biasa bagi saya, maka saya buat 29 tahun, dengan harapan tiga dekade ini bisa memberi manfaat yang luar biasa untuk para pelaku industri kreatif bahwa fesyen itu tidak hanya membawa seseorang menjadi desiner saja tetapi memberi arti bagi banyak orang dan bisa menggugah satu semangat yang tinggi, sehingga melegenda, pungkasnya.
Tampil di Indonesia Fashion Week 2018 Anne Avantie Tampil di ajang peragaan busana Indonesia Fashion Week (IFW) 2018, peragaan ini dianggap momentum besar dalam hidupnya sebagai penanda Anne siap memasuki tiga dekade dalam berkarya. Pagelaran ini sekaligus
persembahan karya cinta sumbangsih 60 tahun Ratu Keroncong Waldjinah. Dua penari gemulai mengawali persembahan karya Anne di panggung peragaan busana di Jakarta Convention Center (JCC) ini langsung menggugah perhatian. Penampilan kebaya selanjutnya Anne menampilkan kebaya yang dominan berwarna hijau, merah serta emas. Siluet yang ditampilkan dominan dengan dada terbuka, kemudian kain lilit serta jubah berukuran besar dan tipis sebagai pelengkap bagian belakang. Selain itu, dengan tangan terampilnya, Anne juga berani membuat bawahan kebaya berupa celana panjang dengan motif batik.
Anne tampil dengan warnawarna berani seperti merah dan emas. Dia juga membuat rancangan
khusus pernikahan, dengan pilihan warna putih, emas dan batik emas hitam. Rancangan bertema Borobudur juga dibawa Anne untuk mengembalikan lokasi candi Budha di Jawa Tengah itu sebagai warisan dunia.
Anne tak hanya memercayakan rancangnya pada model-model profesional. Dalam pagelarannya penanda 29 tahun berkarya, Anne juga melibatkan deretan artis peran, penyanyi hingga menteri pun diikutsertakan. Artis yang berperan di panggung peragaan busana
Anne di antaranya, Nia Ramadhani, Vanessa Priscilla, Jesica Iskandar dan Krisdayanti. (Kabari1008)
Edisi bulan ini:
• “Jet Lag” Gangguan Tidur Yang Sering Dialami Wisatawan
• Mewabah Bakteri Hasil Mutasi Genetik & Kebal Terhadap Antibiotik
• Vaksin Antikanker Cara Terbaru Cegah dan Obati Kanker
• Tips Mudah Mengatasi Jet Lag?
• 8 Cara Atasi Mabuk Perjalanan
• Bahaya Kemasan Makanan
• Membedakan Jenis Obat
• Buah, Camilan Sehat dan Tameng Diri dari Kanker
• 30 Awas, Duduk Terlalu Lama Bisa Memicu Kanker
Interaktif Majalah Hidup Sehat Edisi April 2018 klik http://bit.ly/HSApril18
Langganan daftar di KabariGratis.com
Gamelan Jawa kembali mendapat angin segar di Negeri Paman Sam. Setelah sempat vakum
selama lebih dari 10 tahun, pihak UCLA memutuskan untuk menghidupkan kembali program studi musik tradisional asal Jawa Tengah ini. Program tersebut akan ditawarkan pada Musim Semi 2018 melalui Departemen Ethnomusikologi di UCLA Herb Alpert School of Music. Selain Gamelan Jawa, UCLA juga menawarkan program Gamelan Bali yang masih berlangsung hingga kini di bawah bimbingan Profesor I Nyoman Wenten.
Revitalisasi program tersebut didanai oleh Program
Studi Indonesia yang berada di bawah naungan UCLA Center for Southeast Asian Studies. Keberhasilan Program Studi Indonesia ini tidak terlepas dari kedermawanan dan sumbangsih seorang Julia Gouw serta campur tangan dosen mata kuliah Bahasa dan Sastra Indonesia, Profesor Juliana Wijaya.
Gamelan Jawa milik UCLA memiliki nilai historis tinggi dan merupakan gamelan pertama milik sebuah perguruan tinggi di Amerika Serikat. Alat musik khas Jawa Tengah yang telah berusia lebih dari satu setengah abad tersebut bernama Kyai Mendung. Gamelan buatan
Surakarta ini dibeli oleh salah seorang pendiri Departemen Ethnomusikologi UCLA, Prof. Mantle Hood, pada tahun 1958. Selain Prof. Hood (1960-1974), program studi Gamelan Jawa sebelumnya pernah dibawakan oleh Prof. Hardja Susilo (1967-1971), KRT Wasitodipuro dan Prof. Nanik Wenten (1977-1979), Prof. Sue Carole De Vale (1983-1993); Prof. I Nyoman Wenten (1998-2001) dan Prof. Djoko Walujo (1993-1995 dan 2004-2005).
Prof. Djoko sendiri mendalami ilmu musiknya di Institut Seni Indonesia (ISI). Di sana pula, ia pernah menjadi dosen musik sejak tahun 1975 hingga 1992. Di samping itu, ia juga mempelajari ilmu hukum di Universitas Gajah Mada (UGM) di Jogjakarta. Selain mengenyam pendidikan formal, ia juga secara khusus mempelajari musik gamelan sejak usia dini dengan banyak mentor yang sangat mumpuni, seperti Raden Lurah Dhamowijoyo, Raden Ngabehi Prawira Pangrawit, Bapak Sunardi Wisnubrata, Bapak Promono, Bapak Hadi Sumarta, dan Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Wasitodiningrat. Pada tahun 1992, Prof. Djoko hijrah ke Amerika Serikat sehubungan dengan penunjukkannya sebagai guru besar untuk mata kuliah musik Jawa Klasik di CalArts. (Kabari1007)
40tahun berkarya di dunia mode tanah air, Poppy Dharsono menunjukkan kecintaannya terhadap keindahan Nusantara pada setiap rancangannya.
Bertajuk Syahda Pusaka, Poppy mengangkat kecantikan klasik yang mulia, warisan leluhur nenek moyang Bangsa Indonesia yang sakti dan tak lekang oleh waktu yang ditampilkan pada puncak acara Indonesia Fashion Week (IFW) 2018.
“Syahda Pusaka itu sesuatu yang tinggi, sesuatu yang agung, sesuatu yang indah yang selalu saya pakai dari mulai saya berkarir,” ungkap Poppy dalam sambutannya.
Merupakan tanggung jawabnya sebagai perancang busana modern untuk mengabadikan budaya yang telah diwariskan melalui karyanya, mengerti kebutuhan pasar dan memiliki ciri khas yang tidak akan hilang dan akan terus dikenang. Poppy Dharsono meyakini bahwa mode adalah tentang seni dan jati diri.
99 rancangan dipersembahkan dengan elok dalam perayaan wujud syukur 40 tahun berkarya di atas
panggung dengan menampilkan hidangan utama koleksinya yaitu Batik, Lurik dan Tenun.
Koleksi tersebut sudah dimulai sejak dirinya fashion show di Jerman, “Pertama Saya Show di Jerman saya sudah memakai batik dan lurik, saya belajar melihat budaya Indonesia dari kacamatanya orang barat, saya melihat bagaimana orang Belanda, Perancis dan Italy melihat budaya kita, saya merasa penting sekali mempertahankan budaya kita, mempertahankan akar kita, jadi kita harus
Poppy mengatakan, Indonesia memang sulit bersaing dalam hal fashion dengan merek seperti Gucci dan Chanel karena label high end tersebut memang sudah matang usianya.
Menurut Poppy, yang bisa membuat Indonesia unik dan berbeda adalah dengan menampilkan kekayaan budaya kain nusantara yang dimiliki bangsa ini.
selalu mengakar di bumi kita sendiri,” kata Poppy yang pernah sekolah mode di Perancis ini.
Poppy Dharsono termasuk desainer pertama tanah air yang mengembangkan busana siap pakai ready to wear serta wujud kebanggaannya terhadap Indonesia adalah melalui dedikasi total, bekerja dengan hati dan ketekunan yang sungguh-sungguh mengolah materi orisinal Nusantara menjadi satu karya yang dapat digunakan oleh kebanyakan orang modern di seluruh dunia karena kepraktisannya dengan tidak memisahkan kain batik dari akarnya. Keindahan selembar kain batik tidak dapat dirusak karena alasan pemotongan, sehingga meskipun rumit harus tetap terjaga keutuhan motifnya.
Kesederhanaan lurik yang sarat filosofis dalam perjalanan panjang kebajikan melalui proses panjang yang harus ditempuh sampai melahirkan satu kain indah, mulai dari pewarnaan, pemintalan, penyekiran, penyucutaan sampai pembuatan motif dilalui dengan ketelatenan.
Tenun, sehelai kain yang penuh motif dekoratif indah, komposisi harmonis dan bentuk-bentuk ragam hiasnya sarat akan makna, menjadikan tenun menarik
dengan karakteristik masing-masing yang membawa ciri khas dari masing-masing daerah. Berwarna gemerlap, semarak ataupun warna gelap untuk menjadi pengingat akan identitas kultural bangsa Indonesia.
Dengan demikian, ia bersama teman-temannya yang tergabung dalam Assosiasi Pengusaha Perancang Mode Indonesia (APPMI) terus menekuni kearifan lokal di daerah masing-masing.
Poppy mengatakan, Indonesia memang sulit bersaing dalam hal fashion dengan merek seperti Gucci dan Chanel karena label high end tersebut memang sudah matang usianya. Menurut Poppy, yang bisa membuat Indonesia unik dan berbeda adalah dengan menampilkan kekayaan budaya kain nusantara yang dimiliki bangsa ini.
“Jika kita tampilkan budaya yang begitu kaya maka kita akan dilihat, tak dipandang sebelah mata. Semua orang Barat dan siapapun kagum melihat budaya kita. Maka jelas bagaimana kita bisa meletakkan positioning kita sendiri di dunia fashion,” pungkas Poppy. (Kabari1008/ Foto: ANTARA/Puspa Perwitasari)
Enceng Gondok (Elchhornia crassipes-red latin) salah satu tumbuhan air yang mengapung yang pertumbuhannya dan penyebarannya sangat cepat sehingga tanaman ini dianggap sebagai gulma dan dapat merusak lingkungan perairan. Tanaman ini dengan mudah menyebar melalui saluran air ke saluran air lainnya.
Di beberapa daerah di Indonesia enceng gondok mempunyai nama lain, seperti di Lampung dikenal dengan nama Ringgak, kemudian di Suku Dayak dikenal dengan nama liung-liung, di Manado dengan nama Tumpe, dan di Palembang dengan nama Kelipuk.
Di balik itu, tanaman yang pertama kali ditemukan oleh seorang ahli Botani berkebangsaan Jerman, Friedich Philipp von Martius ini, memiliki manfaat dan bagi sebagian orang menjadi matapencaharian, meskipun dianggap sebagai tanaman gulma.
Namun, di tangan Suladi (41) seorang warga Desa Kemlagi, Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur ini, enceng gondok disulap menjadi barang kerajinan yang bernilai ekonomis. Di tangannya, Enceng gondok dijadikan kerajinan berupa tas, sandal, basket, topi, tempat tisu, box, dan aksesoris lainnya.
“Saya membuat kerajinan ini sudah selama tujuh belas tahun,” kata Suladi ketika ditemui Kabari diselasela acara Gelar Seni dan Budaya Kabupaten Mojokerto di Taman Budaya Cak Durasim, Surabaya, Jumat (05/04).
Kemudian Suladi menceritakan awal mula menjadi pengrajin enceng gondok, sebelumnya bapak satu anak
ini merupakan peternak jangkrik. Karena dinilai kurang ekonomis, Suladi mencoba upaya lain. Dari salah satu temannya, Suladi mendapat informasi ada pelatihan usaha yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Mojokerto.
Dari dorongan dalam dirinya yang kuat untuk membuat usaha dan untuk merubah nasib, Suladi mengikuti pelatihan usaha tersebut, hingga akhirnya ia menemukan bidang usaha di kerajinan suvenir.
“Pada awalnya, saya mendapatkan order yang lumayan,” tuturnya.
Namun, usaha suvenir yang ia jalani belum bisa merubah nasibnya. Untuk mengembangkan usahanya, ia mencoba terus belajar hingga pergi ke Jogjakarta untuk melakukan studi banding.
Dari hasil studi banding yang ia lakukan, Suladi akhirnya menemukan usaha kerajinan enceng gondok yang ia tekuni hingga saat ini.
Pria yang lahir dan besar di bumi Mojopahit ini, kemudian menceritakan proses pembuatan kerajinan enceng gondok dari mulai bahan baku hingga menjadi
produk kerajinan enceng gondok yang siap dipasarkan. Pada awalnya, Suladi mengambil batang tanaman enceng gondok untuk kemudian ia jemur selama dua hingga tiga Minggu (tergantung dari kondisi cuaca) sambil dibolak-balik hingga benar-benar kering merata. Setelah itu, kedua ujungnya diikat untuk selanjutnya dilakukan pengasapan.
“Pada musim penghujan, karena kurangnya sinar matahari warna enceng gondok akan menjadi kusam. Tujuan pengasapan agar warna enceng gondok yang sudah kering menjadi lebih cerah,” ungkapnya.
Untuk kemudian lanjut Suladi, enceng gondok yang sudah melalui proses pengasapan tersebut selanjutnya bisa dibuat kerajinan.
“Dalam satu hari pengrajin bisa membuat kerajinan tas sebanyak empat buah, tergantung ukurannya,” kata Suladi lagi.
Suladi juga mendapat bantuan Pemerintah Daerah Kabupaten Mojokerto berupa pelatihan membuat desain produk untuk kerajinan enceng gondoknya.
Ditanya soal pemasaran, Suladi menjawab, selama ini pemasaran yang ia lakukan hanya sebatas menitipkan pada galeri-galeri yang berada di beberapa kota di Jawa Timur dan kota-kota lainnya di luar wilayah Jawa Timur. Selain itu, melalui order yang datang langsung ke tempat usahanya serta dalam eventevent pameran.
“Pernah saya dapat tawaran untuk diekspor, namun tenaga pengrajin tidak mencukupi dengan jumlah order dan waktu yang ditentukan,” ujar Suladi.
Tapi lanjut Suladi, pernah wisatawan dari Belanda datang ke rumahnya
sebagai memborong hasil kerajinannya untuk dibawa ke negaranya.
Dari usaha kerajinan enceng gondok, dalam satu bulan Suladi bisa meraup keuntungan bersih sekitar Rp. 5 juta setelah dipotong dengan biaya operasional dan gaji karyawan. “Saat ini saya memiliki lima pengrajin,” ucap Suladi.
Soal kekurangan tenaga pengrajin menjadi kendala utama bagi Suladi. Karena akan memengaruhi jumlah produksi yang dihasilkan.
“Kemarin dengan tiga puluh lima tenaga pengrajin saja hanya menghasilkan lima ribu pcs. Jadi tidak memenuhi permintaan eksport yang mencapai lima belas ribu psc,” ungkapnya.
Suladi membandrol harga produk kerajinan enceng gondoknya mulai dari harga Rp15 ribu hingga Rp300 ribu.
Suladi berharap, kendala yang selama ini ia alami bisa teratasi hingga bisa melayani pasar ekspor dengan terus melatih tenaga pengrajin di desanya.
Selain itu, Suladi juga ingin memiliki galeri sendiri. Selama ini, rumahnya yang juga sebagai tempat produksi kurang memenuhi syarat untuk dijadikan galeri produk kerajinannya. (Kabari 1003)
ebebasan berpikir untuk
menumbuhkan karya tidak harus menunggu usia tua, karena usia dan kesempatan bukan menjadi tolak ukur untuk berkarya. Tapi niat untuk melakukan itu yang disesuaikan dengan kamampuan diri menjadi kunci seseorang untuk berkarya.
Bagi Regina Rengganis berkarya di usia muda merupakan suatu tantangan untuk menempa jatidiri menuju suatu kedewasaan. Regina Rengganis mencoba menyelaraskan apa yang ada pada dirinya antara niat dan kemampuannya agar tercipta sebuah karya yang bisa membuat dirinya bahagia dan bisa dinikmati oleh orang lain.
Meskipun Rere panggilan akrabnya, saat ini lebih memilih pada karirnya sebagai seorang artis, dalam benak hati Rere masih ada keinginan untuk melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi lagi.
Karena menurutnya, pendidikan juga penting dalam meniti kehidupannya.
Rere yang lahir di Medan tanggal 2 April 1998, dari pasangan
Herianto Winata dan Erna Sukmawati ini,
pada awalnya merupakan seorang model yang ia geluti sejak kecil. Ketertarikan Rere di dunia model terinspirasi dari ibunya yang saat mudanya juga menjadi seorang model. Di samping bakat alaminya yang ia miliki, postur tubuh Rere sangat memungkinkan untuk mengikuti jejak ibunya. Alhasil, Rere pernah menjadi model sampul majalah remaja dan menjadi model iklan.
Setelah lulus Sekolah menengah atas (SMA) di tahun 2015, Rere memutuskan untuk hijrah ke Jakarta dan mencoba keberuntungannya di dunia entertainment di bawah naungan People Management. Kiprah di dunia model itu pun terus ia geluti. Saat di Jakarta Rere mencoba mengadu nasib dengan mengikuti pemilihan model yang diselenggarakan oleh majalah remaja Yess!. Nasib membawa lain, di dunia model keberuntungan Rere belum berbicara banyak. Kesuksesan yang ia dambakan di dunia model belum membuahkan hasil maksimal.
Rere tetap pada keteguhan hatinya untuk terus menggeluti dunia model. Ia berpikir untuk apa datang jauh-jauh dari Medan dan ia tidak ingin mengecewakan keluarganya. Ia terus berusaha untuk menggapai keinginannya. Lambat laun, bintang berpihak pada diri Rere, tawaran-tawaran untuk menjadi model terus mengalir. Rere pun pernah menjadi model di sampul majalah ibukota. Hingga pada suatu ketika Rere mendapat tawaran untuk berkiprah di dunia film.
Angin segar mengembus pada diri Rere, tawaran untuk bermain di film yang berjudul “Demona” tidak tanggung-tanggung. Di film itu, Rere mendapat peran sebagai Demona. Menurutnya, peran yang
diberikan padanya merupakan tantangan baginya. Bagaimana tidak, Rere yang baru pertama kali main film, langsung diberi peran utama sebagai Demona. Film yang disutradarai oleh Rizal Mantovani ini bernuansa horor yang diputar perdana pada tanggal 10 September 2015.
Sukses membintangi film Demona, tidak membuat gadis keturunan Tionghoa ini, lantas berbesar hati, ia terus belajar dalam dunia akting. Hingga di tahun yang sama, Rere mendapat kesempatan untuk membuktikan kepiawaiannya dalam dunia akting. Kali ini, ia bermain dalam film berjudul “Ngenest”. Di sini Rere berperan sebagai Nadia bersama Ernest Prakasa. Dalam fim ini, lagi-lagi menjadi tantangan buatnya. Karena baru pertama kali Rere bermain dalam film komedi. Pengalaman Rere dalam dunia peran pun bertambah. Debut Rere di dunia akting tidak berhenti. Di tahun 2016, Rere mendapat kesempatan bermain film dengan Raditya Dika dalam film komedi romantis yang berjudul “Koala Kumal”. Kali ini, Rere
berakting sebagai seorang cewek yang diputusin oleh cowoknya. Meski berperan sebaga pemeran pendukung, membuat Rere tidak berkecil hati. Justru, ia bangga bisa bermain dengan orang-orang seperti Raditya Dika yang telah lama menggeluti dunia hiburan di tanah air.
Setelah sukses bermain di film Koala Kumal, kembali Rere mendapat tawaran untuk bermain dalam film drama komedi yang berjudul “8 Hari Menaklukan Cowo”. Di sini Rere mendapat peran sebagai Lala. Film yang menceritakan latar belakang kehidupan dan romantisme anak SMA ini membuat sosok Rere full acting. Dimana, dalam film ini Rere berperan sabagai sosok Lala seorang remaja pelajar SMA dengan romantika kehidupannya yang sesuai dengan usianya saat itu.
Tidak hanya bermain dalam film layar lebar, anak pertama dari 3 bersaudara ini, melanjutkan debutnya dalam layar kaca. Di tahun 2016, Rere juga berakting dalam
FTV yang berjudul “Sedapnya Cinta Dalam Tahu Pedas”, sebagai Viona. Kemudian FTV berjudul “26 Hari 26 Permintaan”, sebagai Mariska. Di tahun 2017, Rere kembali berakting di layar lebar. Ia bermain di beberapa film, di antaranya film yang berjudul “Sweet 20”, sebagai seorang suster, kemudian “Petak Umpet Minako”, sebagai Vinda, dan “The Mannequins” yang diproduksi oleh SAS Film. Di tahun ini juga, Rere sempat bermain sinetron
dengan judul “Gatot Kaca”. Kiprah Rere di dunia film terus berlanjut dengan film “Blue Bell” yang ia bintangi dan yang ditayangkan di biokop-bioskop di seluruh Indonesia pada 5 April 2018. Rere mendapat peran utama sebagai Blue Bell. Baginya peran yang ia bawakan sangat menantang, dimana ia harus memenuhi tuntutan peran sebagai sosok Blue Bell, seorang penyanyi yang bisa mengendarai skuter, dan menyukai selancar.
Rere mengakui, peran yang ia bawakan dalam film Blue Bell sebenarnya sangat berat. Namun, ia mencoba untuk tetap profesional untuk memenuhi tuntutan peran. Tak segan-segan ia bertanya dan menimba ilmu pada orang-orang yang berada di sekitarnya. Berlatih memainkan alat musik, menyanyi, mengendarai skuter, hingga berlatih selancar pun ia lakukan demi tuntutan peran.
Film yang bergenre romatisme dengan lokasi syuting di Bali ini, menceritakan pertemuan Blue Bell dengan seorang pemuda yang singgah di Bali. Cerita cinta muncul setelah pertemuan mereka. Kisah yang dalam dibangun guna
mengajak penonton lebih jauh untuk memahami lebih jauh lagi tentang makna ketulusan cinta dan keberanian untuk mengambil pilihan. Tidak hanya itu, dalam film ini juga terkandung makna persahabatan yang hangat dan dukungan orang-orang di sekitar di saat-saat sulit untuk mengambil suatu keputusan.
Meskipun sudah menjadi seorang artis, tidak lantas kehidupan Rere berubah. Ia tetap menjadi sosok Regina Rengganis seperti dulu. Sosok Rere yang murah senyum, tidak sombong, dan tampil apa adanya tanpa dibuat-buat. Hal itu, juga dapat dilihat pada diri Rere dalam kesehariannya. Ia
tidak mewajibkan dirinya untuk melakukan perawatan wajah secara khusus, cukup sewajarnya.
Saat ditemui Kabari di sela-sela acara launching film Blue Bell di Yello Hotel Surabaya, Jawa Timur, Rere mengungkapkan, bahwa di setiap harinya ia menyempatkan diri untuk olahraga meski hanya sebentar dan menjaga pola makan serta istirahat yang cukup.
Rere juga menuturkan, dirinya akan terus eksis mewarnai dunia perfilman di Indonesia. Dan dirinya bersyukur, keluarganya dan orangorang di sekitarnya mendukung apa yang telah ia putuskan untuk berkarya dalam dunia hiburan. (Kabari 1003)
Edisi bulan ini:
• Phuket Pulau Surga dan Destinasi Tingkat Dunia
• Mitos Berwisata di Thailand
• 50 Alasan Mengapa Bangkok No. 01
• Istana Kanazawa
• Sensoji
• Tempat suci bagi Indian Amerika - Monumen Nasional Devils Tower
• Kota Pegunungan Terbaik di Amerika
• Gunung Rushmore
Interaktif Majalah Tur Dunia Edisi 04 klik http://bit.ly/TurDu04\ Langganan daftar di TurDuniaGratis.com
1. Tur Guide berbahasa Indonesia/ Inggris.
2. Private Tur di Amerika dan Kanada: Supir berbahasa Indonesia dengan Mobil/Van/ Bis.
3. Sebelum Pulang ke Indonesia: Spesial Tur Program di Beberapa Negara di Asia Tenggara dengan Harga Grosir.
4. Sebelum Pulang ke Indonesia: Spesial Reuni Tur Program dengan Teman dan Famili Anda dari Indonesia.
5. Kantor di San Francisco, Los
Angeles (La Habra) dan Jakarta.
6. Karyawan berpengalaman lebih dari 20 tahun.
7. Endorsed oleh California Media International, Inc (Penerbit Majalah Kabari, Majalah Tur Dunia dan Majalah Joint VentureHidup Sehat).
8. Harga Grosir untuk Tur ke Asia Tenggara = Joint Venture dengan Perusahaan Tur Wholesale yang berdomisili di Jakarta, Worldlinks Indonesia, dimana Program Tur hanya dijual melalui agen-agen travel ritel di Indonesia.
Altamonte Springs, Florida - Lebih dari
10,000 orang memadati Cranes Roost Park di Altamonte Springs, Florida, pada 31 Maret 2018 lalu. Semua orang berbondong-bondong hadir dengan tujuan yang sama, yaitu menikmati beragam sajian makanan dari berbagai negara dalam acara World Food Festival. Acara yang diikuti lebih dari 31 negara dari seluruh dunia ini, menampilkan sajian kuliner dan atraksi budaya khas masing-masing negara. Tidak kalah ketinggalan tentunya, Indonesia, yang diwakili oleh VIDA Florida.
Voice of Indonesians in Florida (VIDA Florida) adalah suatu organisasi non profit 501c(3) yang terdaftar resmi di Amerika Serikat. Sejak hadirnya empat tahun yang lalu, organisasi ini terkenal aktif dalam mempromosikan seni budaya dan kuliner Indonesia di Florida dan sekitarnya. Dalam kesempatan acara World Food Festival, VIDA Florida mengenalkan wajah Indonesia dalam Pojok Budaya Indonesia (Indonesian Art Booth), Pujasera
Indonesia (Indonesian Food Booth), serta pertunjukan tarian tradisional Indonesia (Indonesian Cultural Performances).
“Kami selalu berpartisipasi aktif di tiap festival yang ada. Kami ingin Indonesia tidak hanya dikenal di Florida, tetapi juga di dunia. Tujuannya untuk menarik dan membawa turis untuk datang berkunjung ke Indonesia,” demikian penjelasan Yuni Rucki selaku Ketua Bidang Seni Budaya, VIDA Art & Culture.
Berbagai kerajinan seni Indonesia ditampilkan di Pojok Budaya Indonesia, seperti topeng batik, alat musik Tifa, permainan tradisional congklak, serta patung Loro Blonyo, yaitu patung tradisional Jawa yang melambangkan keharmonisan suami istri di budaya Indonesia.
Yang menjadi daya tarik tersendiri dari Indonesian Art Booth ini adalah ditampilkannya kostum tradisional Indonesia yang dapat dikenakan oleh pengunjung. Para pengunjung dapat mengambil foto dengan mengenakan kostum tersebut. Aiden dan Geraldo adalah salah satu pengunjung yang mampir ke Pojok Budaya Indonesia. Keduanya mengakui sebelumnya tidak mengetahui sama sekali tentang Indonesia. Setelah keduanya mencoba kostum Dayak dan Betawi, keduanya jatuh cinta dengan budaya Indonesia. “Apa itu Indonesia atau dimana Indonesia, saya sebelumnya tidak tahu sama sekali. Sekarang saya berharap suatu saat dapat mengunjungi Indonesia secara langsung,” ujar Aiden.
Berbeda halnya dengan David, seorang pengunjung warga asli Amerika yang pernah datang ke Indonesia. Pria pengemar batik ini sudah lama jatuh hati dengan budaya dan kuliner Indonesia. “Keragaman budaya, tarian, dan makanan Indonesia menjadi alasan utama kenapa Indonesia begitu indah dan memesona bagi saya,” pertegas David.
Bertandang ke VIDA Indonesian Food Booth, pengunjung disajikan dengan berbagai jenis jajanan tradisional Indonesia. Mulai dari Risoles, Kue Talam Ubi, Aremarem, Ketimus, Kue Pepe, Wingko, Bolu Kukus, Siomay, serta jajanan lainnya. Antrian pengunjung yang cukup panjang sejak awal booth ini dibuka, menjadi pemandangan apik tersendiri.
Jane, seorang pengunjung berketurunan Filipina, mengutarakan ketertarikannya mencoba Ketimus. “Begitu saya lihat jajanan ini, saya ingin segera mencobanya. Segera saya beli dan mencicipi ketimus ini. Wah rasa singkongnya yang enak dan manis betul-betul mengingatkan saya dengan jajanan serupa dari tanah kelahiran saya,” kata Jane dengan antusias.
Lain cerita dengan George yang rela mengantri di Pujasera Indonesia demi mendapatkan Risoles. “Teman saya tadi sudah mencoba makanan ini dan menurutnya enak sekali. Saya jadi penasaran. Ternyata, yummmyyy, luar biasa enak!,” ujarnya sambil mengunyah potongan risoles terakhir.
Tidak hanya kuliner yang menarik perhatian, para pengunjung
juga dihibur dengan atraksi budaya dari berbagai negara. Dari panggung utama festival, VIDA Florida menampilkan pertunjukan tari tradisional Indonesia dari berbagai daerah. Selama hampir satu jam, para penonton dihipnotis dengan kelihaian para penari VIDA Tari. Dimulai dari Tari Zapin Kipas yang begitu anggun, Tari Anak Blek Dit Dot yang jenaka, Tari Kompang yang menawan, Tari Gandrung Banyuwangi yang eksotis, serta Tari Rantak Kipas yang mengagumkan.
“Ada rasa bangga dan senang melihat kebudayaan Indonesia mendapat perhatian khusus dari pengunjung festival. Mereka begitu terkesima. Walaupun gerimis sempat berlangsung beberapa saat, penonton tetap setia mengikuti jalannya pertunjukan hingga selesai. Di situ saya merasa jerih payah kami terbayar dan bangga menjadi Indonesian traditional dancer di negeri Paman Sam,” ungkap Fransiska Putu Liedyawati, Ketua VIDA Tari.
Keluwesan para penari VIDA Florida juga mengundang stasiun televisi lokal, NEWS13, untuk melakukan wawancara. Hal ini tentunya menjadi ajang promosi tambahan tentang budaya Indonesia dengan cakupan yang lebih luas.
Begitu banyak yang didapat dari festival hari itu. Nyata bentuknya bila Diaspora Indonesia yang tinggal di luar negeri dikenal menjadi ujung tombak dalam mempromosikan budaya dan kuliner tanah air. Festival hari ini adalah salah satu buktinya. Bravo Indonesia! (Kabari1016)
Melbourne, Florida - Meski di tengah teriknya sengatan matahari, para penari dari Voice of Indonesian in Florida (VIDA Florida) terlihat sangat lincah menarikan tarian Indonesia. Lemah gemulai gerakan tarian menghipnotis para penonton yang bersemangat menikmati sajian budaya Indonesia di ajang 12th Annual International Festival di kampus Florida Institute of Technology (FIT), Melbourne Florida pekan lalu. Yang sangat menarik dari pertunjukan tersebut adalah tarian Indonesia ini ditarikan oleh remaja-remaja bule yang cantik.
India Thomas, Sage Forholt, dan Anna Ramassar adalah remajaremaja berkebangsaan Amerika Serikat yang mengakui bahwa sebelumnya mereka tidak mengenal sama sekali budaya Indonesia. “Jangankan budaya Indonesia, mendengar nama Indonesia sebagai salah satu negara di Asia Tenggara saja hanya saya kenal dari buku
sejarah atau TV saja. Tidak lebih dari itu,” tutur Sage yang saat ini masih menginjak di bangku Sekolah Menengah Atas.
Ketertarikan ketiga remaja ini tidak lepas dari andil teman sebaya mereka yang berkebangsaan Indonesia, Alyssa Ardhya. Alyssa menjelaskan bahwa dirinya ingin melestarikan budaya Indonesia meski sekarang tinggal jauh dari tanah air. “Sebagai orang Indonesia, saya bangga dengan budaya Indonesia yang sangat kaya. Karena itu sudah selayaknya jika saya ikut aktif mengenalkan dan mempromosikan Indonesia melalui tarian tradisional Indonesia dimanpun saya berada. Teman-teman saya sangat tertarik mempelajari tarian Indonesia, maka saya pikir why not? Saya bangga
budaya Indonesia dicintai oleh warga non Indonesia,” ujar Alyssa dengan nada semangat.
Anna mengatakan ia dan kedua temannya jatuh cinta dengan budaya Indonesia. Keindahan tariantarian Indonesia, gerakan tari yang penuh arti, serta keragaman kostum dari berbagai macam suku budaya Indonesia menjadi alasan utama mereka tertarik ikut mempelajari tarian Indonesia. Ketiganya belajar budaya Indonesia melalui organisasi yang aktif mempromosikan Indonesia, VIDA Florida. “Sebagai organisasi non profit yang aktif bergerak dalam mengenalkan Indonesia di bidang seni budaya, bahasa, juga makanan tradisional Indonesia, VIDA tidak hanya beranggotakan orang Indonesia yang
tinggal di Florida. Kami juga sangat terbuka dan mendorong penduduk lokal yang tertarik mempelajari budaya Indonesia untuk bergabung bersama kami,” kata Roy Laurens selaku Ketua Umum VIDA Florida. Melihat remaja-remaja bule ini antusias menari dan mengenalkan budaya Indonesia, membuat rasa haru dan bangga. Bagaimana tidak, meski mereka tidak pernah menginjakkan kaki di bumi Indonesia, mereka begitu jatuh hati dan ikut bangga dengan budaya yang asing untuk mereka. Saat ditanya apa rencana selanjutnya dari bulebule cantik ini, ketiganya menjawab bersamaan. “Belajar lagu-lagu tradisional Indonesia”. Wow…….. luar biasa!. (Kabari1016)
Dalam merayakan hari Bumi tanggal 22 April, pantas kita bertanya apa yang sudah kita lakukan untuk turut merawat dan melindungi bumi kita? Sekecil apapun sungguh berarti. Begitu pula dengan para selebriti. Siapa bilang selebriti hanya suka hura-hura dan pesta? Mereka juga peduli terhadap lingkungan. Terhadap bumi, manusia dan seisinya. Ketika mereka dipilih menjadi duta atau pembicara sebuah kampanye, tentunya karena mereka merupakan figur yang memiliki empati terhadap lingkungan sekitarnya.
Artis Inggris kelahiran Paris, 15 April 1990 ini bukan hanya pintar berakting, cantik dan pintar tapi juga punya rasa kepedulian yang tinggi terhadap kesetaraan gender dan lingkungan. Lulusan Brown University dan Worcester College, Oxford terpilih sebagai UN Women Goodwill Ambassador yang membantu meluncurkan HeForShe sebagai kampanye untuk kesetaraan gender. Selain itu Emma juga menjadi konsultan fashion dan turut menciptakan produk clothing People Tree yang bahannya ramah lingkungan. Emma termasuk penganut feminisme. Sebagai duta, Emma ingin menegaskan juga bahwa istilah feminis itu bukan istilah bagi wanita yang membenci pria. Banyak yang masih salah kaprah. Tapi merupakan istilah wanita yang membela kesetaraan dan kebebasan. Bahwa wanita harus memiliki percaya diri, berpendidikan, berani berbicara dan melawan kekerasan. “Kegiatan di sini juga mencakup perdamaian, peduli kesehatan dan lingkungan. Karena itulah saya bangga dapat menjadi duta ini,” ungkap Emma.
Selain ditetapkan menjadi utusan perdamaian PBB yang berfokus pada perubahan Iklim akibat dampak global warming pada tahun 2014 mewakili Earth Day Network, Leonardo juga menjadi pendiri dan ketua Leonardo DiCaprio Foundation (LDF). Tahun 2018 ini kampanye Earth Day Network adalah End Plastic Pollution. Yayasan LDF sendiri telah dibentuk tahun 1998 dengan misi melindungi tempat-tempat margasatwa liar di dunia serta membantu memulihkan keseimbangan ekosistem yang terancam punah. Kegiatannya mencakup 200 proyek di 50 negara di Amerika, Asia, Afrika, termasuk Antartika.
“Saya sangat prihatin dengan keadaan bumi dan isinya serta perubahan iklim yang terjadi. Karena itulah dengan kampanye dan gerakan peduli lingkungan ini semoga membuka mata dan hati semua orang untuk menjaga bumi kita tercinta,” kata penerima penghargaan Clinton Global Citizen Award 2014 dan Crystal Award 2016 oleh World Economic Forum di Davos, Switzerland atas kepeduliannya mengatasi perubahan iklim. Leonardo juga aktif dalam kegiatan di World Wildlife Fund, Natural Resources Defense Council, National Geographic Pristine Seas, Oceans 5, dan International Fund untuk kesejahteraan binatang.
Salah satu artis film Black Panther (2018) kelahiran Kenya ini aktif berkampanye bersama Wildlife Conservation Organization WildAid untuk melindungi gajah-gajah di negaranya dari perburuan liar untuk mendapatkan gadingnya. Serta melawan perdagangan gading-gading gajah. Sejak tahun 2015, WildAid mengumumkan Lupita Nyong’o sebagai duta Global Elephant.
Dalam jumpa persnya di Nairobi, Lupita mengatakan bahwa memiliki darah Kenya adalah satu kebanggaan karena Kenya merupakan salah satu negara yang memiliki keindahan alam dan keragaman binatangnya. Sungguh menyedihkan jika sekarang populasi binatang gajah di sana makin berkurang karena banyak dibunuh pemburu gelap demi diambil gadingnya. “Bukankah bumi menjadi indah dengan binatang-binatang liar yang hidup bebas di dalamnya? Tidak perlu dibunuh dan mengacak-acak kehidupan hutan seenaknya.” Lupita menyarankan agar orang-orang tidak membeli perhiasan atau barang apapun yang terbuat dari gading. Dengan begitu juga mencegah perdagangan gading makin merebak.
Aktor yang berdomisili di California ini termasuk aktif dalam kegiatan memberantas kemiskinan, antara lain di yayasan ONE Campaign, Feeding Africa, serta H2O Africa Foundation yang didirikan bersama Charlie Engel di tahun 2006. Pada tahun 2009, H2O Africa Foundation bergabung dengan WaterPartners untuk membentuk Water.org, sebuah organisasi yang didirikan oleh Matt Damon dan Gary White dari WaterPartners. Yayasan yang membantu menyediakan air bersih di negara-negara di Afrika, Asia, Amerika latin dan Karibia. Bagi penduduk di pelosok yang pasokan air bersihnya mulai berkurang dan hanya bisa didapatkan dari sumber mata air yang jauh menjadi perhatian utama yayasan ini. Matt mengatakan semoga yayasannya dapat ikut membantu perubahan di bumi ini. “Selain membantu mereka mendapatkan air bersih, kita juga meminta agar semua orang memakai air secukupnya dan menjaga agar semua aliran air tetap bersih sehingga dapat berbagi dengan mereka yang tinggal di pelosok di seluruh dunia.” Saat ini Water.org memiliki kantor yang tersebar di dunia, yaitu di Amerika, Bangladesh, Ethiopia, India, Indonesia, Kenya, Peru dan Filipina. (Kabari1004)
Digital Magazine
Digital Magazine with Video E-News Email
Written Articles in KabariNews.com
Copy & Paste from other Medias
Number of Videos (YouTube)
Number of Video Viewers (YouTube)
Number of Video Subscribers (YouTube)
Webinar
Livestream
Social Media
Facebook Subscribers:
Ikut Kabari Amerika
Kabari Magazine
Urban Kabari (English)
KabariNews.com in Ranking.com
KabariNews.com in Alexa.com
Aktris Karin Konoval telah malang-melintang di dunia perfilman Hollywood. Ia belakangan semakin dikenal melalui perannya sebagai seekor Orangutan Kalimantan jantan dalam trilogi film Planet of The Apes yang terdiri dari: Rise of the Planet of the Apes, Dawn of the Planet of the Apes, dan War for the Planet of the Apes. Untuk mempersiapkan perannya tersebut dengan saksama, Karin pun tak segan untuk bertatap muka dan berinteraksi dengan beberapa Orangutan.
Towan menjadi inspirasi utama bagi Karin dalam memerankan karakter Maurice. Ia secara khusus mengunjungi Towan sebelum syuting Rise of the Planet of the Apes dimulai. Pertama-tama, Karin mengamati perilakunya dari kejauhan selama beberapa jam. Si Orangutan lantas merespons dengan melompat kegirangan dan menempelkan wajahnya ke kaca jendela. Setelah mengetahui pengaruh Towan pada seni peran Karin dalam film tersebut, pihak kebun binatang pun mempertemukan keduanya untuk pengenalan pribadi pada November 2011.
Seperti halnya pengunjung kebun binatang lainnya, Karin duduk untuk mengamati satwa yang ada di sana. Selain itu, ia juga melukis di hadapan Orangutan untuk melihat respons mereka. Dengan demikian, Karin telah berkomunikasi secara tidak langsung dengan satwa langka khas Indonesia tersebut melalui medium lukisan. Berdasarkan pengamatan sang aktris, Melati merespons lukisannya dengan menunjuk warna, mengangkat bahu, bahkan menggelengkan kepala. Karin mengaku cinta kasih dan perhatian Melati terhadap anaknya yang bernama Heran juga menginspirasi dirinya dalam memerankan Maurice.
Heran merupakan buah hati Towan dan Melati. Menurut pengamatan Karin, Heran kerap kali membantingkan tubuhnya ke tanah ketika ia merasa senang dan bangga. Misalnya, saat si Orangutan berhasil mengisi ember dengan jerami hingga penuh. Perilaku tersebut menginspirasi konsep adegan yang menunjukkan kegirangan Maurice saat membaca novel grafis berjudul Black Hole dengan karakter manusia bernama Alexander yang diperankan oleh Kodi Smit-McPhee.
Interaksi Karin dengan setiap individu Orangutan menghasilkan respons yang beragam. Chinta, misalnya, tampak bahagia sambil bertepuk tangan ketika melihat sang aktris mulai melukis.
Saat syuting film Dawn of the Planet of the Apes di New Orleans, Karin meluangkan waktu untuk berkunjung ke Kebun Binatang Atlanta. Di sana, ia bertemu dengan Chantek, seekor Orangutan yang sangat dikenal dengan kepiawaiannya dalam berbahasa isyarat. Suatu hari, Karin pun mencoba bahasa isyarat tersebut dan bertanya kepada si Orangutan apakah ia mau melukis. Tanpa diduga, Chantek pun membalas dengan gerakan tubuh yang mengisyaratkan bahwa ia tidak memiliki alat untuk melukis. (Kabari1007)
Rumor hijrahnya pesepakbola legendaris Zlatan Ibrahimovic ke Amerika Serikat telah lama bergaung di seantero negeri. Dua klub sepakbola, LA Galaxy dan LAFC, banyak disebutsebut sehubungan dengan rumor tersebut. Faktor cedera di akhir musim lalu membuat Zlatan mendapat kesempatan yang sangat minim untuk tampil musim ini. Selain itu kedatangan Romelu Lukaku ke Old Trafford membuat Jose Mourinho mempunyai pilihan striker yang lebih muda dan lebih bertenaga di Manchester United. Setelah mempertimbangkan secara saksama, pemain yang akrab disapa Ibra ini akhirnya berbulat tekad untuk meninggalkan klub Setan Merah dan menjatuhkan pilihannya pada LA Galaxy. Dalam pernyataan persnya, Zlatan mengungkapkan bahwa predikat LA Galaxy sebagai tim Major League Soccer (MLS) paling sukses di Negeri Paman Sam menjadi faktor penentu utama bagi dirinya. Pelatih Sigi Schmid menyambut baik kedatangan pemain asal Swedia itu ke tim besutannya di LA Galaxy. Ia pun optimistis bahwa kehadiran Zlatan akan membawa dampak yang positif bagi timnya. Meski telah berusia 36 tahun, api semangat seorang Ibra tampaknya belum padam. Dalam laga debutnya bersama LA Galaxy, ia berhasil mencetak 2 gol ke gawang LAFC. Adapun kedua gol tersebut berselang 20 menit. Gol terakhirnya pada menit ke-91 sontak disambut gemuruh pendukung LA Galaxy yang memadati Stadion Stubhub
Center. Kepiawaiannya di lapangan hijau kali ini berhasil menghantarkan LA Galaxy unggul 4-3 atas LAFC.
Kilas Balik Karir Ibra
Ibra mengawali karir sepakbolanya pada tahun 1996 di klub Malmö FF yang terletak di kota kelahirannya. Lima tahun kemudian, ia memutuskan untuk bergabung dengan Ajax Amsterdam. Di sana, namanya mulai dikenal sejak ia bermain untuk pelatih Ronald Koeman. Pada Musim Panas 2004, ia hijrah ke Juventus dengan nilai transfer £12 juta. Dua tahun berselang, Ibra memutuskan untuk menetap di Italia dan bergabung
dengan klub rival Internazionale. Pada masa transfer Musim Panas 2009, ia diundang untuk bergabung dengan FC Barcelona dengan nilai transfer £56,5 juta, menjadikannya salah satu pemain sepak bola termahal di dunia pada saat itu. Pasca terlibat konflik dengan pelatih Pep Guardiola, Ibra memutuskan untuk kembali bermain di Serie A dan bergabung dengan klub A.C. Milan pada tahun 2010. Pada bulan Juli 2012, ia pindah ke Perancis dan bergabung dengan klub Paris SaintGermain. Mengakhiri kontraknya selama 4 tahun di PSG, ia akhirnya memutuskan untuk mencoba peruntungan di Liga Inggris dan bergabung dengan Manchester United.
Karir Zlatan di lapangan hijau sangat cemerlang. Hingga kini, ia telah berhasil mencetak lebih dari 420 gol bagi klub dan 62 gol untuk Tim Sepakbola Nasional Swedia. Dengan 32 trofi yang berhasil diraihnya, ia masuk dalam kategori 5 besar pesepakbola aktif yang paling berprestasi di seantero dunia. Selain itu, ia juga mencetak beberapa rekor yang tak tertandingi di sejarah persepakbolaan internasional, di antaranya sebagai satu-satunya pesepakbola yang berhasil meraih 11 penghargaan liga sepakbola utama di 4 negara (Eredivisie Belanda, Serie A Italia, La Liga Spanyol, Ligue 1 Perancis) dan mewakili 7 klub di Liga Champions. (Kabari1007/ Foto: dok. LA Galaxy)
Kuliner merupakan ragam makanan yang paling dicari kebanyakan orang, peluang bisnis kuliner pun banyak diminati oleh sekian banyak pemuda dengan beragam konsep menu dan tata ruang yang berbeda.
Sammy Sugiono (26) misalnya, tertarik dengan dunia bisnis kuliner berawal dari Sammy biasa ia disapa, yang doyan makan namun tidak bisa memasak, lalu ia berkolaborasi dengan temannya yang memang memiliki latar belakang suka dengan kuliner, Sammy sendiri memiliki kesibukan sebagai karyawan kantoran di bidang konstruksi. Ia dan temannya memiliki kesibukan yang berbeda menciptakan bisnis kuliner yang bertajuk Ravelle di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Selain itu, Sammy mengaku mengapa ia memilih menu masakan western, “Mungkin kalau untuk makanan Indonesia dan Chinese gitu, di daerah sini sudah banyak, jadi mikirnya mau sedikit beda, dan juga dari background nya kita, saya dan temen saya (dia sekolahnya di Eropa) dan juga saya dari Australia jadi sedikit banyak berasa western nya. Jadi ada kecocokan di antara kita,” kata Sammy kepada Kabari.
Konsep menu yang memberikan sajian kuliner spesial Burger ini menyasar kepada anak muda, lanjutnya, kata Sammy, “Menu di sini bukan hanya western saja namun ada sajian kombinasi menu masakan Asia dan Western,” katanya.
Di tempat makan yang konsepnya dibuat untuk nongkrong ini, hidangan menu yang ditawarkan mulai dari Ravelle Benedict, Classic Benedict, Tex Mex Beff Burger, Ravelle Steak Frites, Grilled Half Chicken With Barbecue Sauce, hingga Ravelle Pork Belly Burger.
Menurut Sammy, menu yang paling populer dan banyak diminati di tempat makan ini adalah Ravelle Pork Belly Burger karena memiliki keistimewaan dari saus yang dibuat sendiri homemade dan spesial karena tidak ada di toko lainnya.
Sejak berdiri selama kurang lebih 1 tahun ini, Sammy memiliki cita-cita membuka cabang Ravelle di beberapa tempat di Jakarta. Café yang buka setiap hari pukul 09.00 WIB - 21.00 WIB dengan fasilitas wi-fi ini sangat cocok bagi anda yang berjiwa muda sempatkan mencicipi beragam sajian kuliner Burger Khas Ravelle.
Sammy yang saat ini sibuk dengan dunia kerjanya di bidang konstruski ini mengatkan jika ingin sukses berbisnis kuliner, “Jangan takut untuk mencoba, yang ada semangat, ada keuletan, kerja keras, jangan mau instan, asal kerja keras semuanya bisa tercapai,” pungkasnya.
Bagi anda yang suka dengan Burger, yuk kita intip bahan apa saja yang dibutuhkan untuk membuat burger dirumah.
1. 140 gram Brioche Bun Burger
2. 50 gram Carpaccio dressing yang terdiri dari:
- Mustard pommery
- Mayonaise
- Balsamic vinegar
- Gram dan Madu
3. 50 gram Saus Barbeque terdiri dari:
- Saus tomat
- Bawang putih yang sudah dipotong tipis
- Bawang Bombay yang sudah dipotong tipis
- Gula merah bubuk
- Gula putih
- Crack Black Pepper, sedikit cuka
4. 50 gram Onion Caramel terdiri dari :
- Potongan Bombay Julien
- Mentega
- Balsamic vinegar
- Gula, garam, merica
5. Coleslaw terdiri dari:
- Kol putih, kol merah, wortel, bahan ini semua di potong tipis.
- Mayonnaise, madu, gula, garam, merica
6. Beef Paties terdiri dari :
- Salada keriting untuk lettucenya
- Tomat besar di potong-potong.
Nah, setelah bahan-bahan di atas, anda bisa menyusun burger kesukaan anda, untuk selengkapnya bisa anda simak di video resep Tex Mex Beef Burger, selamat mencoba! (Kabari1008)
Untuk menonton video klik KabariNews.com/67108