



Alhamdulillah majalah HALAL REVIEW edisi April telah ada di tengah pembaca. Masih dalam suasana Idul Fitri, pada kesempatan ini redaksi HALAL REVIEW mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1445 H. Minal ‘aaidin wal faaiziin, mohon maaf lahir dan batin. Semoga kita termasuk orang yang kembali suci dan senantiasa diberikan kebaikan.
Idul Fitri adalah hari raya umat Islam yang selalu disambut dengan gembira dan suka cita. Di hari ini umat Islam merayakannya dengan saling bersilaturahmi dan bermaafan, berkumpul bersama keluarga besar, kerabat dan sahabat. Di Indonesia, hari raya Idul Fitri juga sering disebut Lebaran.
Hari raya Idul Fitri tidak saja mendatangkan kebahagiaan, tetapi juga mendatangkan rejeki bagi semua pihak termasuk pelaku usaha. Pelaku usaha pastinya memahami adanya potensi pasar yang besar di momen hari raya Idul Fitri. Oleh karena itu momen hari raya ini dimanfaatkan betul oleh para pelaku usaha untuk meningkatkan penjualannya secara signifikan.
Sehubungan dengan hal itu, majalah HALAL REVIEW pada edisi ini mengulas potensi pasar produk pembersih halal di hari raya Idul Fitri sebagai topik utama. Dalam topik ini diulas bagaimana perusahaan memanfaatkan momentul Idul Fitri, program pemasaran apa saja yang diusungnya, dan bagaimana pula peluang penjualan produk pembersih halal di momen Idul Fitri.
Selain topik utama, kami juga menyajikan topik lain yang tak kalah menarik. Topik tersebut diantaranya Aisjah Girindra, tokoh peletak dasar sertifikasi halal di Indonesia. Kita bisa mengenang perjalanan kiprah beliau dalam memajukan industri halal Indonesia. Topik berikutnya adalah kebiasaan muslim Indonesia dalam menyambut Lebaran. Semoga bermanfaat.
Anang Ghozali Editor in Chief
PEMIMPIN UMUM
PEMIMPIN REDAKSI
REDAKTUR AHLI
Evrin Lutfika
Anang Ghozali
Prof. Irwandi Jaswir, M.Sc., Ph.D.v
Prof. Dr. Ir. Feri Kusnandar, M.Sc.
Dr. Wahyu T. Setyobudi, MM., ATP., CPM. Ir. Nur Wahid, M.Si Purwono, S.IP
REVIEW
@HALALREVIEW_
REVIEW
REDAKTUR
Audia Ari Anidah
Mohammad
Andika Priyandana Syauqi Ahmad
SEKRETARIS REDAKSI RISET
Tiara Aprilia Rizky
Fachruddin Putra Jaya
FOTOGRAFER DESAIN & LAYOUT
KEUANGAN IT
PEMASARAN
Tri Hadi Prayitno Novia Putri Sari
Feby Sabrina Agisna Gusti Ainun
Dinda Yunita Berlian Dwi Ayu
Diterbitkan oleh IHATEC Publisher (PT Insan Halal Cendekia)
Alamat:
Bogor Icon Central Office Lt. 3, Bukit Cimanggu City, Jl. Sholeh Iskandar No.1, Cibadak, Tanah Sareal, Bogor 16168 +62811-1145-060 (Whatsapp)
E-Mail : publisher@ihatec.com ISSN 3032-1964
Majalah HALAL REVIEW mengulas tentang potensi halal dalam pengembangan bisnis di pasar Indonesia maupun pasar global, untuk memberikan informasi dan inspirasi bagi pembaca maupun pelaku bisnis dalam menangkap peluang potensi pasar halal dan terbit satu bulan sekali.
Majalah ini dapat diperbanyak sebagian atau seluruhnya untuk kepentingan pendidikan dan non komersial lainnya dengan tetap mencantumkan sumbernya.
Hari Raya Idul Fitri memiliki potensi pasar yang sangat besar. Di hari raya ini banyak produk yang demand-nya meningkat tajam, termasuk diantaranya produk personal care dan produk toiletries. Bagaimana perusahaan memanfaatkan momentum ini untuk meningkatkan penjualannya. Dan seberapa besar peluang produk halal?
Kebiasaan Muslim Indonesia Menyambut Lebaran 16
Bersih, Wangi dan Halal
Menangkap Peluang Halal di Pasar Antiseptik
Menjangkau Lokal dan Global dengan Kualitas Halal
Tetap Wangi dan Suci di Hari Raya
Lakukan Improvement Berbasis Consumer Needs
Tak Hanya Sehat, Tapi Juga Halal
04
Aisjah Girindra: Peletak Dasar Sertifikasi Halal Indonesia
HALAL STRATEGY
Idul Fitri: Momen Merajut Jejaring Dan Resolusi Konflik
HALAL CORPORATE
Halal Sebagai Diferensiasi dan Nilai Tambah
HALAL UPDATE
Banten Halal Festival Ramadhan
HALAL UPDATE
Indonesia Global Halal Fashion Wujudkan Indonesia Kiblat Fashion Dunia
HALAL UPDATE
Sinergi Percepatan Sertifikasi Halal Produk Layanan Wisata
HALAL UPDATE
5th International Halal Conference
HALAL KNOWLEDGE
Deterjen Halal untuk Kebersihan dan Kesucian Pakaian
12
42
38
47
49 50 46 48
HALAL GLOBAL
Perkembangan Industri Halal di RRC
54
HALAL KNOWLEDGE
Rawat Diri Dengan Personal Care Halal
Mengenang perjalanan inspiratif Prof. Dr. drh. Hj. Aisjah Girindra, seorang ilmuwan biokimia yang mengubah wajah industri makanan halal di Indonesia dan dunia.
Industri halal di Indonesia dan dunia telah mengalami perkembangan yang signifikan, dan salah satu tokoh yang berperan penting adalah Aisjah Girindra, atau jika kita menulis namanya lengkap dengan gelar, adalah Prof. Dr. drh. Hj.
Aisjah Girindra. Aisjah adalah seorang guru besar biokimia dan pakar makanan halal asal Indonesia. Dia dikenal luas atas dedikasinya dalam mempromosikan dan mengembangkan industri halal, baik di tingkat nasional maupun global.
Aisjah pernah menjabat sebagai Direktur LPPOM Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Presiden Dewan Halal Dunia (World Halal Council). Melalui peran dan kontribusinya, Aisjah telah berperan dalam membentuk dan mempengaruhi industri halal seperti yang kita kenal hari ini. Karya dan dedikasinya dalam bidang ini tidak hanya memberikan dampak positif terhadap industri makanan halal, tetapi juga memberikan inspirasi bagi banyak orang di berbagai negara (LPPOM MUI, 2023).
Kehidupan Awal dan Pendidikan
Aisjah Girindra lahir pada tanggal 7 Oktober 1935 di Bukittinggi, Hindia Belanda (sebutan untuk Indonesia kala itu). Dia adalah anak dari pasangan Oemar Ali Sidi Maharaja dan Siti Marhamah yang
berasal dari Minangkabau. Pada tahun 1952, Aisjah merantau ke Jakarta dan melanjutkan pendidikannya di SMA Budi Utomo. Tak lama kemudian, dia mengikuti kakaknya ke Bogor dan menyelesaikan SMA di sana.
Setelah menyelesaikan SMA, Aisjah melanjutkan pendidikannya di Fakultas
Kedokteran Hewan
Universitas Indonesia, Bogor dan menyelesaikannya pada tahun 1962. Pada tahun 1973, dia berhasil memperoleh gelar Doktor Biokimia Pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan disertasi berjudul “Faktor anti-Triptik Kedelai”. Gelar ini sekaligus menjadikannya sebagai doktor wanita pertama di Program Pasca-Sarjana IPB.
Di IPB, Aisjah menjabat sebagai Ketua Jurusan Kimia FMIPA IPB, serta merintis terbentuknya Program Studi Biokimia Jurusan Kimia FMIPA IPB dan Program Studi Bioteknologi Program Pasca Sarjana IPB. Di dua program studi tersebut, ia ditunjuk sebagai pemimpinnya. Pendidikan dan pengalaman belajarnya telah membentuk minat dan dedikasinya pada biokimia dan makanan halal,
Ibu Aisjah Girindra menerima penghargaan tokoh perintis sertifikasi halal Indonesia pada acara
INDHEX 2011 di Jakarta
yang kemudian menjadi dasar bagi kontribusinya yang signifikan dalam industri halal.
Karir, Prestasi, dan Pengaruh, Di MUI dan Dewan Halal Dunia
Aisjah memulai karirnya yang signifikan di MUI sebagai tenaga ahli. Pada tanggal 1 Desember 1993, dia diangkat menjadi Direktur LPPOM MUI, menggantikan Dr. Amin Azis. LPPOM MUI yang didirikan pada tahun 1989, adalah lembaga yang bertujuan untuk memastikan kehalalan produk makanan, obatobatan, dan kosmetika untuk konsumsi umat muslim. Lembaga ini memulai perjalanannya sebagai Lembaga Sertifikasi Halal pertama
di Indonesia dan menerbitkan sertifikat halal pertamanya pada tahun 1991.
Selama menjabat sebagai Direktur LPPOM MUI, Aisjah sering menjadi pembicara di seminar yang membahas sertifikasi halal. Dia juga dikenal karena melibatkan banyak tenaga ahli dari berbagai bidang seperti biokimia, dokter hewan, teknologi pangan, teknologi industri, dan ahli pertanian dalam proses penentuan kehalalan suatu produk.
Pada tahun 1999, Aisjah turut mendirikan Dewan Halal Dunia (World Halal Council, WHC) dan menjadi Presiden pertama lembaga tersebut. Dewan ini bertujuan untuk menjalin komunikasi
Ibu Aisjah Girindra Tokoh Perintis
Sertifikasi Halal Indonesia
yang lebih mendalam serta menghasilkan suatu standar baku dalam proses audit kehalalan sebuah produk. WHC adalah sebuah organisasi global yang merupakan federasi dari lembaga-lembaga sertifikasi halal di seluruh dunia. Organisasi ini awalnya diinisiasi oleh sertifikator dari beberapa negara, termasuk Indonesia, Amerika Serikat, Australia, dan Belanda. Sebagai Presiden pertama WHC, Aisjah Girindra memainkan peran penting dalam pembentukan dan pengembangan organisasi ini. Tujuan utama WHC adalah untuk menstandarisasi proses sertifikasi dan akreditasi halal di antara organisasi anggota yang mewakili berbagai negara dan kebangsaan di seluruh dunia (World Halal Council, n.d.).
Selama masa jabatannya, Aisjah berusaha untuk menjalin komunikasi yang lebih mendalam antara lembaga-lembaga sertifikasi halal di seluruh dunia dan menghasilkan standar baku dalam proses audit kehalalan sebuah produk. Upaya ini bertujuan untuk memastikan bahwa produk yang diproduksi di
negara-negara nonmuslim dapat diterima oleh dunia muslim.
WHC juga berfungsi sebagai sumber informasi yang dapat diandalkan untuk standar halal dunia yang otentik. Anggota WHC diharapkan tidak hanya mengamati standar dunia yang disetujui oleh Majelis Umum WHC, tetapi juga menegakkan standar tersebut dalam yurisdiksi mereka. WHC pertama kali didaftarkan di Jakarta, Indonesia, dan kemudian didaftarkan lagi sebagai Badan Dunia di Kuala Lumpur, Malaysia.
Prestasi dan dedikasi Aisjah dalam mempromosikan dan mengembangkan industri halal telah memberikan dampak positif yang signifikan, baik di tingkat nasional maupun global. Melalui peran dan kontribusinya, Aisjah telah membantu dalam membentuk dan mempengaruhi industri halal seperti yang kita kenal hari ini. Karya dan dedikasinya dalam bidang ini tidak hanya memberikan dampak
positif terhadap industri makanan halal, tetapi juga memberikan inspirasi bagi banyak orang di berbagai negara.
Warisan dan Pengaruh
Prof. Dr. drh. Hj. Aisjah Girindra meninggal dunia pada Jumat, 7 September 2018, sekitar pukul 04.30 WIB di Jakarta dalam usia 83 tahun. Jenazahnya dimakamkan di Bogor, Jawa Barat. Meski beliau telah berpulang, warisan dan pengaruhnya terhadap industri makanan halal di Indonesia dan dunia tetap abadi.
Pekerjaan Aisjah Girindra tidak berakhir dengan kepulangannya. Sebaliknya, warisan dan prinsipprinsip yang dia perkenalkan terus hidup dan berkembang dalam kerja LPPOM MUI, sebuah lembaga yang pernah dipimpinnya. Salah satu prinsip utama yang diperkenalkan dan ditegaskan oleh Aisjah Girindra adalah melibatkan tenaga ahli dari berbagai bidang dalam proses penentuan kehalalan suatu produk. Ini mencakup ahli dari bidang biokimia, dokter hewan, teknologi pangan, teknologi industri, dan ahli pertanian.
Selain itu, Aisjah juga menulis buku berjudul “LPPOM MUI Pengukir Sejarah Sertifikasi Halal”
yang memberikan gambaran mendalam tentang sejarah dan perkembangan sertifikasi halal di Indonesia. Buku ini telah menjadi referensi penting bagi banyak peneliti dan praktisi industri halal.
Aisjah juga menekankan pentingnya audit internal dalam proses sertifikasi halal. Menurutnya, perusahaan yang memproduksi produk halal harus mencakup prosedur audit internal selain prosedur audit oleh lembaga eksternal. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa proses produksi benarbenar mematuhi standar halal (ifanca, 2003).
Pengaruh Aisjah Girindra terhadap generasi muda dan industri makanan halal sangat signifikan. Melalui pendirian Dewan Halal Dunia, Aisjah telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam mempromosikan dan mengembangkan industri halal di tingkat global. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa minat generasi muda, khususnya Generasi Z, terhadap produk makanan halal semakin meningkat (Febriandika dkk., 2022). Hal ini menunjukkan bahwa warisan Aisjah Girindra dalam mempromosikan dan mengembangkan industri halal terus berlanjut dan memberikan dampak positif bagi generasi muda. (Andika Priyandana)
Idul Fitri atau lebaran merupakan hari raya umat Islam. Umat Islam di Indonesia menyambut lebaran dengan berbagai kegiatan seperti bersilaturahmi, bermaafan, mudik, membeli baju baru dan sebagainya. Menarik disimak bagaimana kebiasaan masyarakat muslim Indonesia menyambut lebaran berdasarkan survei IHATEC Marketing Research.
Idul Fitri tidak hanya sebuah bentuk perayaan saja, namun tentunya memiliki makna yang mendalam bagi umat Islam. Idul Fitri berasal dari kata “id” dan “al-fitri”.
Kata “id” berasal dari “ aada–yaudu” yang artinya “kembali” dan “ Fitri” yang artinya “bersih”. Sehingga Idul Fitri memiliki makna kembali suci. Idul Fitri merupakan hari kemenangan bagi umat muslim setelah menjalankan ibadah puasa selama Ramadhan dengan segala godaan dan rintangan untuk meningkatkan katakwaan kepada Allah SWT. Harapannya kita dapat menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan membuka lembaran baru dengan penuh rasa syukur.
Di Indonesia, hari raya Idul Fitri atau dikenal lebaran, identik dengan tradisi mudik atau pulang kampung, berkumpul bersama dengan keluarga dan sanak saudara. Tak sedikit masyarakat yang merindukan momen lebaran untuk bisa berkumpul dengan keluarga besar di kampung halaman, khususnya bagi para perantau. Lebaran juga dapat memengaruhi destinasi wisata di Indonesia. Banyak masyarakat yang memanfaatkan momen ini untuk bertamasya dengan keluarga mengunjungi berbagai destinasi wisata.
Berkenaan dengan hari raya Idul Fitri atau lebaran, IHATEC Marketing Research telah merilis hasil survei terkait dengan kebiasaan masyarakat saat Hari Raya Lebaran. Dalam survei ini dipaparkan kebiasaan yang dilakukan menjelang & saat lebaran, tunjangan hari raya (THR) yang didapat, serta tempat pembelian produk kebutuhan lebaran. Survei dilakukan oleh IHATEC
Marketing Research pada bulan Februari hingga Maret lalu. Survei ini dilakukan kepada lebih dari 450 responden di 4 kota besar di Indonesia, yaitu Jabodetabek, Surabaya, Medan, dan Makassar.
Umumnya masyarakat sibuk mempersiapkan banyak hal menjelang lebaran. IHATEC Marketing Research dalam surveinya memotret kegiatan atau persiapan apa saja yang dilakukan menjelang lebaran. Tiga diantaranya yang paling banyak dilakukan yaitu, berbelanja keperluan lebaran (75.1%), silaturahmi saling memaafkan (75.1%), dan membeli pakaian baru (74.2%). Selain memengaruhi aspek spiritual umat Islam dengan saling memaafkan dan kembali ke fitri, lebaran juga memengaruhi aspek ekonomi di mana banyak masyarakat yang berbelanja keperluan lebaran.
Setelah sholat Idul Fitri, kebiasaan masyarakat yaitu mengunjungi kediaman saudara atau tetangga untuk bersilaturahmi dan saling
bermaafan. Di sini kita bisa melihat banyak kue atau jajanan lebaran tertata rapi di meja tamu. Hal ini menjadi salah satu persiapan yang dilakukan menjelang hari raya Idul fitri. Kebiasaan lain yang juga banyak dilakukan adalah membeli pakaian baru, sepatu/sandal baru, bahkan mengecat ulang rumahnya untuk menyambut lebaran.
Kemudian, bagi responden yang berstatus karyawan atau pekerja, menjelang lebaran juga identik dengan pembagian THR (Tunjangan Hari Raya) yang dilakukan oleh perusahaan tempat mereka bekerja. Menurut kementerian ketenagakerjaan, tujuan pemberian THR keagamaan bagi pekerja atau buruh adalah sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan pekerja atau buruh dan keluarganya dalam menyambut hari raya keagamaan. Pada hasil survei yang dilakukan IHATEC Marketing Research juga dibahas terkait dengan THR. Dari keseluruhan responden, sebanyak 90% menyatakan bahwa mereka mendapatkan THR.
Dalam survei juga ditanyakan terkait dengan tujuan penggunaan THR. Kebanyakan responden menyatakan THR yang diperoleh tersebut digunakan untuk membeli pakaian baru (63,4%), berbelanja keperluan lebaran (58,5%), hingga untuk pemberian amplop lebaran (47,7%). Hasil survei menunjukkan kebanyakan masyarakat membeli pakaian baru untuk menyambut Hari Raya Idul Fitri. Hal ini bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan saja, namun membeli pakaian baru sudah menjadi tradisi yang melekat menjelang lebaran. Membeli pakaian baru dapat menandakan semangat baru dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri.
Banyaknya kebutuhan yang harus dipersiapkan, kadangkala dapat membuat tantangan finansial baru. Bahkan THR yang sudah diberikan ternyata belum cukup untuk memenuhi kebutuhan Hari Raya. Pada survei ini juga diperoleh hasil terkait sumber anggaran utama manakah yang digunakan untuk menutupi kekurangan THR untuk keperluan lebaran apabila THR dirasa kurang mencukupi. Sebanyak 73,5% responden menyatakan mereka menggunakan dana tabungan untuk menutupi kekurangan tersebut. Dari sini kita dapat melihat bahwa sangat penting memiliki tabungan yang cukup menjelang lebaran agar terhindar dari masalah finansial yang dapat mengganggu semangat menyambut Hari Raya Idul Fitri.
Sebagaimana kita tahu bahwa banyak kebutuhan yang harus dibeli menjelang lebaran. Survei ini juga mengungkap di mana sajakah tempat pembelian produk kebutuhan lebaran tersebut. Apakah semakin majunya teknologi membuat tren belanja masyarakat berubah dan beralih secara online atau masih banyak yang berbelanja langsung ke toserba atau pasar tradisional. Dari pilihan produk, seperti hampers, sandal/sepatu, pakaian, perlengkapan sholat, dan produk makanan & minuman diperoleh hasil yang berbeda-beda.
Berbelanja ke pasar modern seperti hypermarket, supermarket, dan minimarket unggul dalam pembelian hampers , sandal/sepatu, dan pakaian. Berbelanja ke pasar tradisional (pasar, toko, warung, dan sebagainya) unggul dalam pembelian perlengkapan sholat dan produk makanan & minuman. Sementara, perolehan hasil untuk berbelanja secara online masih lebih rendah dibandingkan pasar modern dan pasar tradisional khususnya untuk membeli produk makanan dan minuman
dengan persentase sebesar 2,9%. Masyarakat akan merasa lebih secure jika membeli makanan dan minuman secara langsung.
Perayaan lebaran atau
Hari Raya Idul Fitri ini sangat dinantikan terutama bagi umat muslim setelah berpuasa selama satu bulan. Sebagian besar masyarakat sangat antusias dan bersemangat dalam menyambut hari kemenangan ini. Ada berbagai macam kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat, salah satunya seperti berbelanja kebutuhan lebaran, membeli pakaian/sandal/ sepatu baru, mengecat rumah, serta berwisata. Meskipun di era digital seperti ini, namun masih banyak masyarakat yang lebih memilih untuk berbelanja kebutuhan lebaran di pasar modern maupun tradisional. Walaupun sangat antusias dalam mempersiapkan keperluan lebaran, namun jangan melupakan hal yang paling penting, yaitu lebaran merupakan hari kemenangan umat Muslim. Hendaknya senantiasa saling memaafkan dan memperbaiki diri agar dapat kembali ke fitri. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1445 H! (Audia Ari)
BAGAIMANA MEREK ANDA BISA
MERAIH TOP HALAL AWARD ?
MERAIH TOP HALAL AWARD ?
Survei yang melibatkan responden milenial di 5 kota
Prilaku dan preferensi milenial dalam pembelian
Persepsi milenial terhadap produk halal
Merek halal yang paling diingat milenial
0812 9059 4266
ihatecmr
Dapatkan laporan lengkap hasil survei TOP Halal Index 2024, seperti :
Merek halal yang paling banyak dibeli milenial
Loyalitas milenial terhadap merek halal
Dan informasi penting lainnya
HUBUNGI KAMI!
Bogor Icon Center O ce 3rd Floor, Bukit Cimanggu City Jl. Sholeh Iskandar No.1, Kec. Tanah Sereal, Kota Bogor 16168
Di keluarga besar kami yang Jawa asli, acara sungkeman menjadi ritual semi-wajib yang dilakukan selepas sholat Idul Fitri. Kakak tertua akan berbaris hingga yang termuda, bergiliran merunduk, mengucapkan selamat dan meminta maaf, sebagai manifestasi pengakuan bahwa ketidaksempurnaan adalah bagian dari fitrah kemanusiaan. Tak jarang air mata tertumpah, mengingat kata-kata yang terselip khilaf, atau tingkah polah yang menggoreskan perih, campur aduk dengan kegembiraan dan rasa syukur di hari kemenangan yang indah itu. Idul fitri bukan hanya membasuh dosa yang menempel di kalbu, namun juga merekatkan hubungan yang renggang. Suatu momen reset terhadap berbagai deviasi antara harapan dan kenyataan, antara ego yang melambung dengan norma yang membumi.
Seperti halnya hubungan antar saudara, rekan kerja, atau tetangga yang dapat merapat dan merenggang, hubungan antar perusahaan pun memiliki dinamika yang tak kalah serunya. Jangankan hubungan bisnis yang baru dibangun beberapa tahun, relasi bisnis yang telah terjalin beberapa dekade, bahkan melewati satu atau dua generasi pun masih bisa tertimpa masalah. Konflik bisa terjadi ketika permasalahan kecil yang mungkin mulanya salah paham, kemudian tereskalasi menjadi besar dan merembet ke hal-hal lain yang menyentuh berbagai pihak, sehingga kompleksitasnya meningkat. Inilah
yang disebut oleh Stephen P. Robbins (1996) sebagai disfunctional conflict , yaitu konflik yang salah sasaran, mengarah pada personal dan malah menjauh dari objektivitas. Konflik semacam ini akan mendorong kinerja buruk bagi kedua pihak. Oleh karenanya, perusahaan perlu secepatnya mencari cara untuk menyelesaikan konflik yang terjadi. Momen lebaran merupakan saat yang pas untuk menyambungkan anyaman hubungan yang terkoyak, demi sinergi di masa datang.
Dari titik ini, saya ingin memperluas perspektif kita, dari mulanya fokus pada konflik menjadi lebih positif, yaitu fokus pada membangun jejaring perusahaan jangka panjang. Tidak dapat dielakkan, networking merupakan jantung bagi perusahaan yang ingin unggul di arena kompetisi. Seperti yang seringkali ditekankan oleh Nabi SAW, bahwa sesungguhnya mukmin satu dengan lainnya seperti bangunan yang saling menguatkan. Tumbuh bersama dalam kolaborasi. Untuk itu, dalam pandangan saya kapabilitas membangun jejaring dapat dirangkum dalam model berikut ini.
Pertama-tama, fondasi untuk hubungan antar perusahaan yang kuat adalah trust atau saling percaya. Hal ini merupakan syarat mutlak sekaligus paling sulit didapatkan. Pada hakikatnya, trust merupakan buah dari kehandalan yang diuji oleh
waktu. Oleh karenanya, sebelum mengharapkan kepercayaan pihak lain, lakukan evaluasi menyeluruh terhadap kinerja kehandalan saat ini, kemudian mantapkan ikhtiar untuk terus menerus melakukan improvement dan inovasi yang bermuara pada peningkatan kualitas produk dan layanan. Selain itu, membangun trust juga perlu bahan bakarnya, yaitu transparansi. Semakin nyaman dan terbuka dalam menyampaikan komplain, permasalahan yang dihadapi dengan cara yang baik akan mempercepat tumbuhnya trust diantara dua pihak.
Lapisan berikutnya yang tak kalah penting adalah shared vision , visi bersama yang saling koheren. Visi merupakan perwujudan gambaran masa depan yang menginspirasi gerak di masa kini. Oleh karenanya, di mana perusahaan meletakkan visinya, akan menentukan perilaku perusahaan tersebut dalam menangani berbagai masalah bisnis. Semisal perusahaan yang berorientasi kuat hanya pada profit dan ambisi menjadi yang terbaik, seringkali tidak akan cocok dengan perusahaan yang visinya membangun keberlanjutan yang berwawasan lingkungan dan sosial. Inilah yang disebut dengan cultural discrepancy , ketidakcocokan atau ketidakselarasan budaya. Dengan demikian perusahaan memiliki dua pilihan, yaitu menyeleksi partner yang sevisi sebelum membangun hubungan, atau bersamasama membangun visi yang sesuai.
Jika trust dan kesamaan visi sudah terbangun, berarti kita memiliki media yang kondusif untuk membangun hubungan bisnis yang baik. Berikutnya adalah konsep empat sisi yang sama panjang, artinya faktor-faktor yang perlu didorong secara seimbang. Nomor satu adalah champion atau aktor dalam perusahaan yang punya passion untuk memegang kendali, menjadi narahubung utama. Banyak penelitian mengungkap bahwa hubungan personal antar karyawan melanggengkan kemitraan antara dua perusahaan. Di sisi lain, kita sering mengamati ketika seseorang resign dari
perusahaan, maka selesai pulalah relasi bisnis yang tadinya dimiliki antar perusahaan. Oleh karena itu, tugas perusahaan paling tidak ada dua yaitu memastikan adanya champion yang akan menjadi penanggung jawab kerjasama, dan kedua memastikan seluruh kerjasama itu menjadi milik perusahaan dan mengurangi ketergantungan pada satu orang.
Konsep mengubah relasi yang semula aset individu menjadi aset perusahaan hanya dimungkinkan jika membangun faktor kedua yaitu Database. Kita perlu memiliki catatan yang terperinci atas mitra-mitra perusahaan, baik itu peran, profil, sejarah kemitraan, serta karakter kunci dari mitra. Database memiliki banyak fungsi yang diantaranya bisa menjadi alat analisis prediktif, mengetahui pola-pola yang tidak terlihat secara kasat mata. Melalui database yang lengkap, efek negatif dari hilangnya champion bisa diminimalisir karena bisa dengan cepat digantikan.
Berikutnya yang tak kalah pentingnya adalah Communication, yang memiliki makna kedekatan
komunikasi dengan mitra. Komunikasi perlu dijalin beyond task , melampaui sekedar tugas-tugas yang diperlukan. Perlu komunikasi personal yang positif sehingga meningkatkan enggagement . Sekedar ucapan selamat ulang tahun, atau kiriman hadiah kecil mampu mendekatkan hati dan pada akhirnya akan membangun hubungan yang lebih erat, lebih dari sekedar rekan bisnis. Terakhir, perusahaan dapat mendorong lebih aktif channel untuk menjangkau mitra, baik mitra saat ini, maupun mitra potensial. Acaraacara gathering, exhibition, forum dan berbagai acara lain dapat diadakan untuk mempererat hubungan antara mitra tersebut.
Demikianlah, baiknya momen idul fitri ini kita manfaatkan untuk meletakkan dasar jejaring yang luas dan kuat, serta menjadi titik awal resolusi konflik, jika ada. Suasana lebaran akan menyemaikan harapan yang pupus, menyirami hubungan yang kering, dan menganyam kembali rajutan silaturahmi yang koyak merenggang. Selamat Idul Fitri, semoga Allah SWT menerima seluruh amal kita.
Social Media Monitoring dapat digunakan untuk mengetahui berbagai isu yang dikemukakan di berbagai media online maupun media sosial sehingga perusahaan dapat melakukan antisipasi jika ada keluhan negatif tentang produk atau layanan mereka. Jika terdapat ungkapan kepuasan dari konsumen, Social Media Monitoring bisa digunakan pula sebagai media promosi untuk menaikkan image layanan produk.
Perusahaan perlu menekankan pentingnya monitoring percakapan (positif/negatif) dari berbagai media sosial agar bisa lebih memahami perilaku pelanggan atau calon pelanggan mereka.
Jenis-Jenis Social Media Monitoring
Monitoring Mention Analisis Sentimen
Monitoring Brand
Monitoring
Jumlah Pengikut
Riset Kata Kunci
Monitoring Hashtag
Monitoring Trend
Wordcloud
TOP 10 Positive or Negative
Deteksi Bot (Robot)
SNA (Social Network Analyser)
Asosiasi (Association Rule Mining)
Hari Raya Idul Fitri memiliki potensi pasar yang sangat besar. Di hari raya ini banyak produk yang demand-nya meningkat tajam, termasuk diantaranya produk personal care dan produk toiletries. Bagaimana perusahaan memanfaatkan momentum ini untuk meningkatkan penjualannya. Dan seberapa besar peluang produk halal?
Hari Raya Idul Fitri adalah salah satu hari raya besar bagi umat Islam. Seluruh umat Islam akan menyambutnya dengan suka cita dan penuh kebahagiaan. Hari raya ini dirayakan umat Islam setelah menjalankan ibadah puasa selama bulan Ramadhan. Idul Fitri menandakan berakhirnya waktu puasa Ramadhan, dan sering diartikan juga sebagai hari kemenangan. Di hari ini umat Islam merasa bersyukur setelah mampu mengendalikan hawa nafsu selama bulan Ramadhan. Rasa syukur itu dirayakan dengan mengucapkan takbir, tasbih, dan tahmid.
Di Indonesia, hari raya Idul Fitri sering disebut juga hari lebaran. Banyak hal yang dilakukan umat Islam Indonesia dalam merayakan Idul Fitri atau lebaran. Sebagimana terungkap dari hasil survei IHATEC Marketing Research tentang kebiasaan masyarakat Indonesia pada saat hari raya Idul Fitri, yaitu bersilaturahmi dan saling bermaafan, berbelanja untuk keperluan lebaran
seperti membeli makanan, membeli baju baru, membeli perlengkapan sholat baru, kemudian mudik atau pulang kampung, dan kebiasaan lainnya. Di Indonesia, hari raya Idul Fitri telah menjadi hajatan nasional setiap tahunnya. Di hari itu jutaan masyarakat Indonesia melakukan perjalanan mudik atau pulang kampung. Hal ini tentu menjadi perhatian serius Pemerintah untuk memberikan keamanan dan kenyamanan bagi masyarakat yang melakukan perjalanan mudik.
Hari raya Idul Fitri tidak saja disambut gembira oleh umat Islam, momen ini juga disambut antusias oleh para pelaku usaha. Dalam menyambut hari raya Idul Fitri, masyarakat muslim Indonesia akan mengeluarkan bujet lebih untuk membeli berbagai produk keperluan Idul Fitri. Tentu saja hal ini akan menciptakan potensi pasar yang sangat besar karena demand terhadap produk-produk untuk keperluan Idul Fitri meningkat tajam.
Peluang Poduk Halal di Hari Raya Idul Fitri
Produk-produk yang berpeluang besar dibeli oleh konsumen di hari raya Idul Fitri adalah produk yang berkualitas dan harga terjangkau. Namun seiring dengan meningkatnya kepedulian konsumen muslim Indonesia akan produk-produk yang halal, maka produk yang berkualitas dan sudah bersertifikasi halal memiliki peluang lebih besar lagi untuk dibeli oleh konsumen muslim. Hal ini pun disadari oleh pelaku usaha dengan menjadikan halal sebagai bagian dari strategi pemasarannya baik di hari raya maupun selain di hari raya. Dalam promosinya banyak pelaku usaha menonjolkan edukasi dengan menghadirkan produk yang berkualitas dan halal. Harapannya citra terbangun bahwa mereka berkomitmen memasarkan produk-produk yang halal.
Saat ini kepedulian konsumen muslim tidak terbatas pada produk makanan dan minuman saja. Produk lainnya seperti kosmetik, personal care atau pun produk toiletries seperti sabun cuci, pembersih lantai, juga akan lebih dipilih konsumen jika produk tersebut berlabel halal. Hal ini karena konsumen tidak saja ingin badannya atau pakaiannya bersih, suci dan wangi, tetapi juga ingin badannya atau pakaiannya bebas dari unsur najis atau haram.
Di hari raya Idul Fitri, salah satu produk yang memiliki peluang besar dalam memanfaatkan momen hari raya ini adalah produk pembersih, baik pembersih badan maupun pembersih rumah tangga. Penggunaan produk-produk ini meningkat tajam selama bulan Ramadhan dan Idul Fitri, karena orang berpuasa membutuhkan nafas segar dan orang sholat atau bersilaturahmi membutuhkan pakaian yang bersih dan wangi. Momen ini tentunya akan disambut baik oleh perusahaan-perusahaan yang memasarkan produk personal care maupun produk toiletries.
Strategi Meningkatkan Penjualan
Berbagai aktivitas pemasaran khusus dilakukan oleh pelaku usaha dalam memanfaatkan momen Idul Fitri. Menjelang hari raya banyak perusahaan yang melakuan promosi dengan menawarkan diskon dan promo menarik kepada pelanggan. Promosi ini dilakukan melalui media sosial, email marketing, atau iklan baik di TV, media cetak atau online. Perusahaan juga manfaatkan media sosial untuk mempromosikan produk atau jasa
selama hari raya Idul Fitri. Melakukan kolaborasi dengan lembaga-lembaga atau komunitas Islam untuk meningkatkan brand awareness dan citra perusahaan. Selain itu, masih banyak lagi program marketing yang dilakukan pelaku usaha dalam memanfaatkan momen hari raya Idul Fitri. Pasta gigi Enzym misalnya, memanfaatkan momen Ramadhan dan Idul Fitri dengan berbagai aktivitas untuk meningkatkan kesadaran akan produk perawatan mulut yang sehat dan halal. Diantaranya, memberikan edukasi kemasyarakat bagaimana menjaga kesehatan rongga mulut saat puasa melalui jembatan offline dan digital marketing, memasang spanduk di masjid-masjid sebagai produk yang halal, hingga promo diskon di toko online dan offline.
Sedangkan aktivitas pemasaran yang dilakukan Kispray (produk pelicin pakaian) diantaranya adalah, promosi diskon khusus selama periode lebaran, seperti diskon harga, potongan harga spesial, atau paket penawaran menarik untuk pembelian produk pelicin pakaian. Aktivitas lainnya, kampanye pemasaran online melalui media sosial, situs web perusahaan, dan platform online lainnya, dengan membagikan konten khusus lebaran seperti tips berbusana, inspirasi gaya, dan informasi produk pelicin pakaian yang sesuai dengan suasana lebaran.
“Dengan strategi pemasaran yang terarah dan kreatif selama momentum lebaran, kami berharap dapat meningkatkan penjualan, memperluas pangsa pasar, dan memperkuat citra merek sebagai produsen pelicin pakaian yang peduli dan responsif terhadap kebutuhan konsumen selama periode penting ini,” kata Surianto, Senior Brand Marketing Manager Kispray.
Hari raya Idul Fitri tidak saja mendatangkan kebahagiaan, tetapi juga mendatangkan rejeki bagi semua pihak termasuk pelaku usaha. Bila melihat nilai bisnis yang tercipta di hari raya Idul Fitri, nilainya sangat besar. Potensi perputaran uang selama libur hari raya menurut Kamar Dagang Industri (Kadin) Indonesia diperkirakan mencapai Rp 157 triliun. Pelaku usaha pastinya memahami adanya potensi pasar yang besar di momen hari raya Idul Fitri. Oleh karena itu momen hari raya ini dimanfaatkan betul oleh para pelaku usaha untuk meningkatkan penjualannya secara signifikan. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1445 H.
WINGS Group adalah salah satu pemimpin pasar produk-produk kebersihan. Perusahaan ini telah menjadikan halal sebagai bagian dari strategi pemasaran. Bagaimana WINGS Group menggarap pasar halal, termasuk mamanfaatkan momen lebaran?
WINGS Group merupakan perusahaan penghasil produk toiletries yang telah berdiri lebih dari 75 tahun di Indonesia. Ragam produk yang diciptakan WINGS Group sukses merebut hati pasar mampu memberikan manfaat yang luar biasa bagi kebutuhan sehari-hari masyarakat Indonesia.
Dengan mengusung filosofi ‘ the good things in life should be accessible for all’, WINGS Group selalu memastikan bahwa produk yang dikeluarkan berkualitas tinggi dan dapat dijangkau oleh siapa saja. “Kami sangat menjaga kepercayaan konsumen dalam menggunakan produk kami, salah satunya dengan memastikan label sertifikasi halal pada seluruh lini produk-produk toiletries kami,” ujar Mita Ardiani - Marketing Manager Personal Care Category WINGS Group.
Salah satu faktor utama kesuksesan WINGS Group “memimpin” pasar Indonesia adalah komitmen yang tinggi perusahaan terhadap kehalalan produk yang dikeluarkan.
Secara detail Mita menjelaskan bagaimana perusahaan menjaga kehalalan produk melalui pembentukan tim manajemen halal yang terdiri dari penyelia halal dan juga perwakilan dari tiap divisi. “Sejak tim halal
WINGS Group Mendukung Wanita Indonesia dengan Mengadakan Acara Dream Inspiring Women 2024
dibentuk dari 2018, kita berkomitmen untuk produksi produk halal,” serunya.
Di samping itu, pasar muslim di Indonesia semakin berkembang. Melansir dari data World Population Review, Indonesia menjadi negara dengan jumlah penduduk muslim terbanyak kedua di dunia. “Oleh karena itu, produk toiletries halal juga berpotensi diminati pasar penduduk muslim,” tegas Mita. WINGS Group pun memerhatikan faktor halal dengan maksimal. Katanya, seperti diketahui bersama, produk pembersih yang bersentuhan langsung dengan kulit untuk membersihkan diri dari kotoran dan najis, wajib memiliki sertifikasi halal. Dengan demikian produk halal sangat dibutuhkan.
WINGS Group sendiri memiliki sejumlah produk unggulan di bidang toiletries diantaranya: Sabun (NUVO, GIV, ProGuard, KNatural White, Fres
& Natural), Sampo (Emeron, Serasoft, Zinc), Sikat gigi (Ciptadent, Systema), Pasta gigi (Barakat, Ciptadent, Systema, Zact) dan Pembersih wajah (Poise).
Dijelaskan oleh Mita, Produk-produk di atas telah tersertifikasi halal karena syarat produk dapat dipasarkan adalah memiliki nomor izin edar BPOM dan sertifikat halal dari BPJPH. “Oleh karena itu, seluruh produk toiletries WINGS Group telah mengantongi sertifikat halal,” imbuh Mita. Komitmen yang tinggi WINGS Group dalam melegitimasi produknya bersertifikat halal karena untuk memberikan kenyamanan bagi pengguna setia produk-produk WINGS Group. Seluruh produk telah bersertifikasi halal dan tertera label halal pada kemasan produk. “Selain itu, sebagai bagian dari strategi pemasaran kami juga mengeluarkan varian produk khusus hijab untuk memenuhi kebutuhan konsumen,
seperti GIV Hijab, sabun dan cologne dari Fres & Natural Hijab, dan Emeron Hijab Shampoo,” Mita menambahkan.
Oleh karena itu tak heran sejak didirikan pada 1948 silam, WINGS Group telah berhasil menjadi salah satu pemimpin produk toiletries di Indonesia. Tidak hanya berhasil melayani pasar di Indonesia, WINGS Group juga telah melempar beberapa produknya di luar negeri salah satunya produk GIV yang telah hadir di Asia Pasifik, Afrika, dan Timur Tengah.
Program Pemasaran di Musim Lebaran
Sebagaimana diketahui kebersihan adalah sebagian dari iman, produk-produk toiletries selalu menjadi kebutuhan masyarakat seharihari. Tidak hanya saat lebaran, di musim-musim lainnya kebutuhan masyarakat juga tetap tinggi.
Namun Mita melihat Ramadhan dan lebaran sebagai momen di mana masyarakat muslim semakin giat beribadah. Saat beribadah tersebut pastinya kebersihan tubuh lebih diperhatikan dengan menggunakan produk-produk halal. Untuk itu perusahaan melakukan sejumlah aktivitas pemasaran selama momen tersebut.
Salah satunya adalah kampanye The Beauty of Giving dari sabun GIV setiap Ramadhan sejak tiga tahun lalu. Khusus program ini merupakan event untuk ramadhan dan BTL perusahaan dengan campus to campus. GIV sendiri punya campaign untuk selalu menginspirasi wanita muda untuk memaknai cantiknya dengan berbagi dengan sekitarnya bahkan bisa sampai memberdayakan sumber daya dan manusia lainnya.“Termasuk ada juga aktifitas pembagian hand sanitizer dan tisu basah NUVO untuk para pemudik agar selalu terlindungi,” pungkas Mita. (Syauqi Ahmad)
Ramadhan dan lebaran adalah momen terbaik untuk pemasaran produk halal. Momen ini pun dimanfaatkan oleh PT. Reckitt Benckiser Indonesia untuk meningkatkan penjualan Dettol melalui berbagai program pemasaran.
Indonesia, dengan mayoritas penduduk beragama Islam mencapai hingga 87,2% (BPS, 2020), menghadirkan peluang besar bagi industri antiseptik halal. Kebutuhan akan produk-produk yang terjamin kehalalannya termasuk antiseptik, terus meningkat seiring dengan kesadaran masyarakat terhadap aspek halal, implementasi peraturan pemerintah untuk menerapkan label halal untuk produk sehari-hari, dan pertumbuhan kelas menengah dengan daya beli yang baik.
Tak ayal, permintaan produk antiseptik halal diprediksi akan terus meningkat di masa depan. Hal ini membuka peluang besar bagi perusahaanperusahaan yang ingin menjangkau pasar yang potensial ini.
PT. Reckitt Benckiser Indonesia, sebagai salah satu perusahaan terdepan di industri antiseptik, telah menunjukkan komitmennya dalam menyediakan produk-produk halal bagi konsumen muslim dan muslimah di Indonesia. Hal ini sejalan dengan penyampaian Nani Hidayani, Regulatory Affairs & Safety Director, PT. Reckitt Benckiser Indonesia, “Indonesia, sebagai negara dengan mayoritas penduduk yang beragama Islam, memiliki potensi besar dalam hal jaminan kehalalan produk. Jaminan halal ini memberikan rasa nyaman bagi masyarakat yang menggunakan produk tersebut, termasuk produk antiseptik”.
PT. Reckitt Benckiser Indonesia Menyelami Indonesia
Sejak didirikan di Indonesia pada tahun 1993, Reckitt Benckiser Indonesia (PT. Reckitt Benckiser Indonesia) menunjukkan komitmen
Factory Team PT Reckitt Benckiser Indonesia Mengikuti Training Halal dari IHATEC
jangka panjangnya untuk pasar Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan pendirian dua pabrik di Cileungsi (Jawa Barat) dan Semarang (Jawa Tengah) yang memproduksi produk-produk antiseptik, termasuk Dettol, untuk pasar domestik dan internasional.
Nani menuturkan bahwa sebagai perusahaan global, PT. Reckitt Benckiser Indonesia tidak hanya memasarkan produknya di Indonesia, tetapi juga di berbagai negara di kawasan ASEAN, Australia, Selandia Baru, India, Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Austria, Belgia, Perancis, Yunani, Afrika, dan Hongkong. Hal ini menunjukkan bahwa Reckitt Indonesia memiliki reputasi global dalam hal kualitas dan keamanan produknya.
Di Indonesia, PT. Reckitt Benckiser Indonesia fokus pada produk perawatan pribadi dengan merek Dettol. Nani berkata, “Jenis produk antiseptik yang dipasarkan oleh PT. Reckitt Benckiser Indonesia yaitu produk perawatan pribadi dengan merek Dettol. Di antaranya adalah Dettol Body Wash, Dettol Bar Soap, Dettol Hand Wash, Dettol Antiseptic Liquid, Dettol
Sanitizer Spray, Dettol Hand Sanitizer, dan Dettol Wet Wipes. Semua produk ini dirancang untuk memberikan perlindungan dan kebersihan kepada pengguna, terutama dalam situasi di mana menjaga kebersihan menjadi sangat penting.”
Komitmen dan kepercayaan Reckitt terhadap Indonesia sejalan dengan strateginya untuk menangkap peluang halal di pasar antiseptik. Dengan memahami kebutuhan dan budaya masyarakat Indonesia, Reckitt mampu menghadirkan produk-produk antiseptik tersertifikasi halal berkualitas tinggi yang sesuai dengan kebutuhan konsumen muslim di Indonesia.
Reckitt Indonesia: Halal, Ramadhan, dan Lebaran
Nani memaparkan,“Sebagai bagian dari strategi perusahaan dan untuk memenuhi kebutuhan konsumen, kami selalu memastikan bahwa semua produk antiseptik yang beredar telah tersertifikasi halal.” Komitmen ini diwujudkan dengan penerapan sistem jaminan halal dan pelatihan
rutin bagi karyawan untuk memastikan pemahaman tentang standar kehalalan.
Pada bulan Ramadhan tahun ini, Dettol, Alfamart, dan Yayasan T-Care berkolaborasi dalam kampanye donasi sabun. “Kampanye ini bertujuan untuk memberikan akses sabun Dettol kepada masyarakat di daerah rentan kuman, khususnya di Bantargebang, Bekasi, selama satu tahun penuh”, jelas Nani.
Dettol, memiliki misi besar untuk melindungi keluarga di Indonesia. Oleh karena itu, kampanye ini berfokus pada edukasi dan akses ke fasilitas kebersihan bagi keluarga yang tinggal di lingkungan rentan.
Alfamart, sebagai mitra dalam kampanye ini, berperan penting dalam menyediakan akses langsung pada sabun batang anti bakteri. Sementara itu, Yayasan T-Care mendukung program ini dengan keyakinan bahwa program ini mampu membantu masyarakat di Bantargebang.
Selain itu, Dettol juga aktif di media sosial. Mereka berkolaborasi dengan key opinion leader (KOL) dari berbagai profesi untuk memberikan edukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan selama bulan Ramadhan. Salah satu KOL yang bekerja sama dengan Dettol adalah Reisa Broto Asmoro, seorang pemerhati kesehatan Ibu dari 2 orang anak yang terkenal dengan edukasi kesehatan yang mudah dipahami.
Dalam kolaborasinya dengan Dettol, Reisa membagikan tips menjaga kebersihan selama Ramadhan, seperti mencuci tangan dengan sabun
Dettol sebelum dan sesudah makan, setelah beraktivitas di luar, dan setelah menggunakan toilet, serta mandi dengan sabun Dettol minimal dua kali sehari, dan menggunakan Dettol Hand Sanitizer ketika tidak ada air dan sabun.
Terkait Idul Fitri, momen ini merupakan waktu yang istimewa bagi masyarakat Indonesia untuk berkumpul bersama keluarga besar dan bersilaturahmi dengan banyak orang. Momen mudik pun menjadi momen yang ditunggutunggu. Pada masa ini, penting untuk tetap menjaga kebersihan dengan menggunakan produk-produk antiseptik. Waktu Idul Fitri pun menjadi kesempatan bagi Reckitt Indonesia untuk mempromosikan produk-produk antiseptik dengan lebih luas lagi.
PT. Reckitt Benckiser Indonesia, dengan komitmennya terhadap produk tersertifikasi halal dan berkualitas tinggi, siap untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia akan produk antiseptik. (Andika Priyandana)
PT Kao Indonesia memahami bahwa dengan memberikan produk bersertifikasi halal dapat membangun kepercayaan konsumen. Lalu, bagaimana Perusahaan ini menjaga keberlangsungan produk halal?
Industri personal care & home care telah mengalami pertumbuhan yang pesat di Indonesia. Dalam konteks ini, sertifikasi halal menjadi salah satu aspek krusial yang tidak bisa diabaikan. Khususnya di Indonesia, negara dengan populasi muslim terbesar kedua di dunia setelah Pakistan (World Population Review, 2024). Sertifikasi halal bukan hanya sekedar label, namun juga sebuah kebutuhan dan diwajibkan oleh regulasi. Dengan populasi Indonesia hingga 87,2% yang merupakan muslim (BPS, 2020), potensi pasar halal dalam industri ini sangatlah besar dan menjanjikan.
Karena mayoritas populasi Indonesia beragama Islam, kebutuhan produk halal telah menjadi hal esensial dalam kehidupan seharihari. Produk tersertifikasi halal lebih mudah diterima dan dipercayai oleh konsumen muslim, sehingga menciptakan peluang bisnis yang luas. Namun, tantangan muncul ketika perusahaan harus memastikan bahwa produknya memenuhi standar kehalalan yang ketat. Proses sertifikasi keberadaan regulasi pemerintah, dan kebutuhan untuk menjaga kualitas produk dapat menjadi tantangan. Namun, bagi perusahaan yang mampu mengatasi tantangan ini, peluang pasar yang besar dan loyalitas konsumen yang tinggi menanti di depan.
PT Kao Indonesia sebagai perusahaan yang berdiri sejak 18 Januari 1985, mampu menjawab tantangan tersebut, melalui sebuah visi menciptakan Kirei lifestyle, dimana masyarakat dapat menjalani keseharian dengan lebih bersih, sehat dan peace of mind selaras dengan lingkungan yang berkelanjutan melalui inovasi produk dan layanan yang dipersembahkan Kao Indonesia. Saat ini Kao Indonesia memiliki pabrik di Cikarang dan Karawang, pusat logistik, perwakilan
Serah Terima Simbolis Paket Hygiene Kit kepada Santri Sekolah Cendikia
kantor penjualan, serta mitra distributor di seluruh Indonesia untuk memastikan produkproduk Kao Indonesia dapat dijangkau seluruh masyarakat. Dalam hal jangkauan produk di luar pasar Indonesia, Diana Laksmono, Vice President Product Development , PT Kao Indonesia, mengatakan, “Dalam hal melakukan pengembangan produk, tidak hanya memikirkan pasar dalam negeri saja, namun juga memikirkan kebutuhan pasar luar negeri antara lain Malaysia, Bangladesh, Papua Nuigini dan Timor Leste.”
Halal; Langkah Kao Indonesia Menuju Kepercayaan Konsumen Muslim Indonesia
Untuk menenuhi kebutuhan pasar Indonesia, Diana mengatakan bahwa perusahaan sudah memulai sertifikasi halal secara bertahap sejak tahun 2017.
Melalui serangkaian tahapan yang ketat, PT Kao Indonesia memastikan memenuhi standar halal yang ditetapkan, mulai dari pemilihan bahan baku hingga proses produksi. Sertifikasi halal bukan hanya menjadi jaminan kehalalan, tetapi juga kunci untuk membangun kepercayaan dan loyalitas konsumen yang tinggi, khususnya di kalangan masyarakat muslim.
Lalu, PT Kao Indonesia juga memahami pentingnya strategi pemasaran berbasis halal dalam memenuhi ekspektasi konsumen beragama
Islam. Melalui pendekatan ini, perusahaan berhasil mengintegrasikan nilai-nilai kehalalan dalam setiap aspek pemasaran produknya, mulai dari branding hingga promosi.
Salah satu contoh nyata dari implementasi strategi ini adalah kolaborasi dengan BAZNAS RI selama bulan Ramadhan dengan tema Kao BERSINAR (BERSIH, SEHAT, Indahkan Ramadhan). Pada tahun 2024, PT Kao Indonesia telah menyalurkan produk Attack Jaz1 ke 39 masjid untuk mendukung kebersihan alat salat, sehingga meningkatkan kenyamanan beribadah.
Selain itu, mereka juga menyediakan Santri Hygiene Kit untuk para santri di Sekolah Cendikia BAZNAS dan melakukan edukasi perilaku hidup bersih dan sehat di lima pesantren. Melalui kerja sama ini, PT Kao Indonesia berhasil meningkatkan sorotan tentang produk halal dari Kao dan menunjukkan komitmen dalam mendukung gaya hidup halal masyarakat Indonesia.
Sertifikasi halal tidak hanya berfungsi sebagai jaminan kehalalan produk, tetapi juga menjadi bagian integral dari citra perusahaan PT Kao Indonesia. Perusahaan ini memandang kehalalan sebagai bagian dari strategi ESG (Environmental, Social, Governance ) yang mereka terapkan. Dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip keberlanjutan dan tanggung jawab sosial dalam operasional bisnisnya, PT Kao Indonesia menunjukkan komitmen yang kuat terhadap gaya hidup Kirei yang mereka usung. Gaya hidup yang bersih, sehat, dan indah menjadi landasan utama dalam setiap produk dan layanan yang mereka tawarkan kepada konsumen, mencerminkan visi perusahaan untuk mendorong masyarakat Indonesia menuju kehidupan yang lebih baik. Konsistensi dan Pengawasan Keberlanjutan Produk Halal
Dalam menjamin keberlangsungan produk halal, PT Kao Indonesia sudah menetapkan Tim Manajemen Halal yang bertugas mengawal implementasi Sistem Jaminan Produk Halal di perusahaan. “Tim ini bertugas mengawal implementasi Sistem Jaminan Produk Halal di perusahaan, dari pemilihan bahan baku, proses
produksi, hingga distribusi. Proses pengawasan produk halal ini mencakup berbagai aspek, termasuk pemilihan bahan, pengendalian mutu barang masuk, dan proses produksi,” jelas Diana.
Selain itu, perusahaan juga menjalankan berbagai audit dan melaporkan hasilnya dalam ulasan manajemen serta laporan berkala ke LPPOM MUI dan/atau BPJPH. Hal ini dilakukan sebagai upaya menjaga konsistensi kehalalan produk dan memastikan bahwa semua produk yang dihasilkan tetap memenuhi standar halal yang telah ditetapkan.
Bagi perusahaan lain yang ingin mengembangkan strategi halal, kasus PT Kao Indonesia dapat memberikan beberapa masukan. Pertama, pentingnya mendirikan tim khusus yang fokus pada manajemen dan pengawasan produk halal. Kedua, berinvestasi dalam pelatihan dan edukasi untuk pegawai guna memahami dan menerapkan prinsip halal dalam setiap aspek bisnis. Terakhir, menjalin kolaborasi dengan lembaga-lembaga terkait, seperti BPJPH, untuk memperkuat kepercayaan konsumen dan memastikan kepatuhan terhadap standar halal yang berlaku. (Andika Priyandana)
Sebagai merek pelicin pakaian yang memiliki sertifikasi halal, Kispray memanfaatkan momentum lebaran untuk meningkatkan penjualan, memperluas pangsa pasar, dan memperkuat hubungan dengan konsumen.
Peningkatan daya beli masyarakat di bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri menjadi momentum bagi pelaku bisnis untuk meraup cuan lebih besar. Tak terkecuali bagi merek pelicin pakaian untuk memasarkan produk dan meningkatkan omzet. Sebab banyak orang menjalankan dan merayakannya dengan memperbarui pakaian dan tampilan mereka.
Kispray memanfaatkan momentum tersebut untuk menawarkan produk berkualitas sesuai dengan kebutuhan konsumen muslim. Kehalalan suatu produk kini telah menjadi suatu kebutuhan wajib konsumen muslim, dan pemintaannya pun tak hanya sebatas produk makanan melainkan pula telah bergeser ke produk non makanan, seperti pelicin pakaian.
Kendati tidak masuk ke tubuh, kandungan bahan pada pelicin pakaian harus dipastikan kehalalannya, terhindar dari sesuatu yang najis atau haram, yang dapat mengganggu kesucian pengguna pada saat melakukan peribadahan.
“S elama bulan Ramadhan penggunaan alat sholat menjadi lebih intens sehingga Kispray melakukan campaign bahwa Kispray bisa digunakan untuk semprot alat–alat sholat yang biasanya bisa digunakan berkali-kali sebelum dicuci,” ujar Surianto, Senior Brand Marketing Manager Enesis Group.
Selain Ramadhan, jelang lebaran , Kispray juga semakin masif melakukan promosi ataupun penawaran menarik supaya menarik perhatian konsumen, sebab permintaan akan pakaian baru meningkat secara signifikan karena tradisi untuk berbusana yang baru dan segar di hari raya besar umat Islam tersebut.
“Dengan strategi pemasaran yang terarah dan kreatif selama momentum lebaran, kami berharap dapat meningkatkan penjualan, memperluas pangsa pasar, dan memperkuat citra merek sebagai produsen pelicin pakaian yang peduli dan responsif terhadap kebutuhan konsumen selama periode penting ini,” terang Surianto.
Adapun aktivitas pemasaran yang dilakukan Kispray meliputi, promosi diskon khusus selama periode lebaran, seperti diskon harga, potongan harga spesial, atau paket penawaran menarik untuk pembelian produk pelicin pakaian. Hal ini bertujuan untuk menarik perhatian konsumen dan mendorong mereka untuk membeli produk Kispray selama momen Lebaran.
Melakukan iklan produk pelicin pakaian di media massa seperti televisi, selama periode menjelang lebaran. Iklan ini mencakup informasi tentang produk, dan pesan-pesan yang relevan dengan tema lebaran untuk menarik minat konsumen, seperti Kispray sangat relevan untuk digunakan menyemprot alat-alat sholat sehingga bisa dijadikan sebagai teman beribadah.
Aktivitas lainnya, kampanye pemasaran online melalui media sosial, situs web perusahaan, dan platform online lainnya, dengan membagikan konten khusus lebaran seperti tips berbusana,
inspirasi gaya, dan informasi produk pelicin pakaian yang sesuai dengan suasana lebaran. Termasuk menggunakan iklan digital dan kampanye email untuk meningkatkan kesadaran merek dan penjualan selama momen lebaran.
“ Kami berkolaborasi dengan influencer atau public figure yang relevan dengan target pasar untuk memperluas jangkauan pemasaran. Mereka dapat membantu mengedukasi penggunakan Kispray kepada audiens selama bulan Ramadhan dan persiapan lebaran seperti semprot di alat sholat, semprot di sofa dan gorden untuk persiapan lebaran serta membagikan testimoni yang mereka alami,” beber Surianto.
Bagian
Produk dengan sertifikasi halal diyakini memiliki peluang yang sangat menjanjikan. Pasalnya, konsumen muslim di seluruh dunia khususnya di Indonesia semakin sadar akan pentingnya menggunakan produk yang sesuai dengan prinsip-prinsip halal.
“Sertifikasi halal memberikan peluang untuk pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan sekaligus wujud komitmen produsen untuk memberikan produk berkualitas yang dapat dinikmati oleh semua kalangan, tanpa melupakan nilai-nilai keagamaan yang penting bagi konsumen muslim,” ucap Surianto.
Tren permintaan produk halal ini menciptakan permintaan yang tinggi untuk produk non makanan, termasuk pelicin pakaian seperti Kispray yang tidak hanya efektif dalam merawat pakaian, tetapi juga memenuhi standar kehalalan. Semua produk pelicin pakaian merek Kispray yang diproduksi dan dipasarkan sudah bersertifikat halal.
“Sertifikasi halal merupakan prioritas utama bagi kami dalam memastikan bahwa setiap produk yang ditawarkan memenuhi standar kehalalan yang ketat sesuai dengan ajaran agama Islam,” jelas Surianto.
Proses sertifikasi halal Kispray melibatkan pemeriksaan menyeluruh terhadap seluruh bahan baku, proses produksi, dan formulasi produk. Bahkan bekerja sama dengan lembaga sertifikasi halal terkemuka untuk memastikan bahwa setiap langkah produksi dilakukan sesuai dengan pedoman halal yang berlaku.
Dengan adanya sertifikasi halal, konsumen dapat menggunakan produk Kispray secara yakin bahwa mereka memenuhi standar kehalalan yang diakui secara global. “Kami berkomitmen untuk terus menjaga kualitas dan kehalalan produk demi kepuasan dan kepercayaan konsumen, serta sebagai bentuk dukungan pengembangan pasar halal,” tegas Surianto.
Dalam pemasaran Kispray secara aktif menyoroti kehalalan produk melalui berbagai saluran komunikasi, termasuk label produk, situs web perusahaan, materi pemasaran, dan kampanye iklan. Selanjutnya menggunakan logo sertifikasi halal yang jelas pada kemasan produk untuk memberikan keyakinan kepada konsumen tentang keabsahan status halal produk.
“Kami memandang kehalalan bukan hanya sebagai kewajiban untuk memenuhi kebutuhan konsumen muslim, tetapi juga sebagai nilai tambah yang dapat membedakan produk Kispray di pasar yang semakin kompetitif,” ungkap Surianto.
Konsep halal pun merupakan bagian penting dari strategi untuk meningkatkan citra perusahaan (corporate image). Penekanan kehalalan produk bertujuan membangun reputasi perusahaan sebagai produsen yang bertanggung jawab, transparan, dan mengutamakan kebutuhan konsumen, termasuk konsumen muslim.
Fokus pada kehalalan juga dapat membantu membedakan perusahaan dari pesaing di pasar, menunjukkan komitmen terhadap standar
kualitas dan keberlanjutan, serta memperluas basis konsumen yang lebih luas. “Strategi kehalalan tidak hanya berdampak pada peningkatan penjualan, tetapi juga pada citra perusahaan sebagai perusahaan yang peduli, bertanggung jawab, dan berintegritas,” sebut Surianto.
Untuk menjaga konsistensi kehalalan produk, perusahaan mengimplementasikan beberapa langkah dan kebijakan yang ketat dalam proses produksi dan manajemen produk, yakni; mendapatkan sertifikasi halal dari lembaga yang terpercaya, melakukan pemantauan bahan baku, bekerja sama dengan pemasok yang terpercaya dan memiliki sertifikasi halal untuk memastikan kualitas dan kehalalan bahan baku.
Perusahaan memiliki prosedur produksi yang ketat dan terkontrol untuk memastikan seluruh tahapan produksi dilakukan sesuai dengan prinsip kehalalan, kemudian melakukan pemantauan dan audit rutin terhadap seluruh proses produksi dan manajemen produk untuk memastikan kepatuhan terhadap standar kehalalan.
“Kami memberikan edukasi dan pelatihan kepada seluruh tim terkait tentang pentingnya kehalalan produk dan bagaimana menjaga konsistensi kehalalan dalam setiap tahapan produksi. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang kehalalan produk di seluruh perusahaan,” pungkas Surianto. (Mohamad)
Listerine® berhasil menjadi market leader di pasar mouthwash karena merek ini mampu melayani kebutuhan pasar mouthwash di Indonesia. Bagaimana strategi Listerine® dalam melayani kebutuhan pasar mouthwash, termasuk dalam memanfaatkan momen jelang Lebaran?
Foto: Istimewa
Produk Listerine ® saat ini dikenal luas sebagai pemain unggulan di industri mouthwash, baik di global maupun Indonesia. Pengalaman panjang sejak tahun 1879 membuat Listerine ® berkali-kali sukses mengembangkan varian produknya yang disukai oleh pasar. Hal itu terbukti dengan “istiqomah-nya” produk ini di tengah-tengah masyarakat dan pemain-pemain baru yang hadir.
Mochammad Garru Rahmanda, Associate Brand Manager Listerine® Indonesia mengatakan bahwa Listerine® merupakan merek global yang sudah berdiri lebih dari 100 tahun. Di Indonesia, Listerine ® berada di bawah naungan Kenvue bersama dengan beberapa merek produk lainnya seperti Johnson’s®, Aveeno Baby® untuk perawatan bayi, Clean & Clear®, Neutrogena®, dan Aveeno® untuk perawatan kulit, serta Mylanta®, Combantrin®, dan Daktarin® untuk kesehatan.
Meraih Peak Season Penjualan Jelang Lebaran
Listerine® terbilang cukup dicintai di Indonesia. Terlebih dengan adanya fakta bahwa potensi halal mouthwash di Indonesia itu sangat besar. Garru mengatakan jika Listerine ® senantiasa gencar membangun consumer trust dengan label halal di produknya sehingga mampu menumbuhkan kepercayaan dari konsumen terhadap Listerine®. Apalagi Listerine ® merupakan pionir, baik di Indonesia maupun di dunia.
Di momen bulan Ramadhan dan Lebaran ini, Listerine ® seperti yang dikatakan Garru mengalami produksi dan penjualan yang signifikan. Menurutnya, peak season penjualan di Indonesia selalu di bulan Ramadhan, karena selama Ramadhan orang berpuasa dan fokus pada menjaga kesehatan mulut khususnya menjaga kesegaran napas sehingga mouthwash menjadi salah satu produk perawatan yang dibutuhkan.
“Kurang lebih bisa dibilang sangat signifikan ketika di bulan Ramadhan penjualan melonjak tinggi,” Garru menegaskan.
Saat ini, setidaknya ada tiga varian Listerine® yang menjadi highlight di saat bulan Ramadhan. Listerine® Cool Mint dan Zero, dua varian ikonik Listerine yang dapat melawan 99.9% kuman penyebab bau mulut dan plak. Berikutnya ada Listerine® Multi Protect Zero. Dengan keunggulan 6in1 benefits, seperti mencegah gigi berlubang, jaga gusi sehat, dan mencegah pembentukan karang gigi, dapat melengkapi rutinitas perawatan gigi dan mulut selain sikat gigi dan flossing terlebih di saat berpuasa. Selain tiga varian tersebut, Listerine® juga memiliki varian-varian unggulan lainnya
yang pastinya disesuaikan dengan kebutuhan dan preferensi konsumen Indonesia.
Hasil pengembangan produk-produk Listerine ® menurut Garru karena perusahaan selalu melakukan improvement yang rutin dan berkala karena senantiasa mendengarkan consumer needs. “Kita selalu memastikan produkproduk kita berkembang dari tahun ke tahun didukung dengan penelitian ilmiah yang kuat dan tentunya sesuai dengan kebutuhan konsumen,” jelas Garru.
Dari situ, perusahaan sangat serius dan concern mengedepankan aspek halal yang disebut Garru saat ini sudah menjadi strategi perusahaan. ”Selain untuk mengikuti regulasi yang ada, keberadaan sertifikasi halal menjadi penting bagi Perusahaan untuk menjawab kebutuhan konsumen kita.
Tujuannya satu, untuk membangun trust dalam memberikan produk terbaik,” urai Garru lebar.
Halal menjadi salah satu hal yang sangat penting yang dibutuhkan untuk membangun corporate image dan performa bisnis perusahaan.
Lebih lanjut Garru menjelaskan jika tim secara global maupun regional mendukung penuh program sertifikasi halal karena pada dasarnya apa yang perusahaan lakukan adalah harus berdasarkan pada kebutuhan pasar Indonesia. “Sehingga kita harus mengikuti semua tahapantahapan verifikasi halal,” imbuhnya.
Keberhasilan Listerine® menjadi leader di pasar mouthwash karena perusahaan dapat memenuhi kebutuhan pasar, yaitu melalui produk yang berkualitas dan dijamin halal. (Syauqi Ahmad)
Jelang Ramadhan dan hari raya lebaran, produk perawatan mulut, baik pasta gigi maupun obat kumur kerap diserbu konsumen. Lantas, bagaimana Enzim memanfaatkan kedua momentum tersebut untuk meningkatkan penjualan?
Terlepas dari fungsi utamanya membersihkan gigi, melindungi gigi dari bakteri, dan mencegah gigi berlubang, setiap pasta gigi memiliki manfaat tersendiri yang ditawarkan. Seperti menjanjikan gigi putih, dan efek mulut segar sepanjang hari, bahkan ada pasta gigi yang dikhususkan bagi gigi sensitif.
Terkhusus bagi konsumen muslim yang memperhatikan apa saja yang masuk ke dalam tubuh, memilih produk pasta gigi juga harus mencari yang berlabel halal. Meski hanya digunakan di area
mulut terkadang pasta gigi bisa tertelan, apalagi ada beberapa produk pasta gigi mengandung kalsium yang berasal dari tulang hewan dan perasa yang bisa mengandung alkohol.
“Kebutuhan akan pasta gigi yang sehat dan halal memang semakin berkembang, baik di pasar domestik maupun di pasar ekspor kami, maka Perusahaan kami berusaha memenuhi kebutuhan pasta gigi yang mampu membersihkan gigi, sehat dan juga halal,” kata Lie Filbert, Direktur PT Enzym Bioteknologi Internusa.
Drg. Harijadi Tri Nugroho, Ketua Manajemen Halal menambahkan bahwa mayoritas penduduk
Indonesia beragama Islam, membuat keyakinan terhadap penggunaan produk menjadi salah satu syarat konsumen untuk menentukan pilihan produk. Konsumen membutuhkan produk yang bersertifikat halal, dan pasta gigi Enzim memenuhi syarat sebagai produk yang halal.
Enzim menawarkan beberapa varian produk pasta gigi dengan klaim yang berbeda-beda, yang menyasar banyak segmen mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, lansia, hingga pengguna kawat gigi, dengan benefit yang disesuaikan kebutuhan pasar.
Keunggulannya pasta gigi Enzim mengandung enzim–enzim yang bermanfaat, seperti amiloglucosidase (AMG), gluco-oksidase (GO) dan laktoperoksidase (LPO) yang berperan mengembalikan fungsi alamiah sistem laktoperokidase di dalam air ludah sehingga perkembangbiakan bakteri dalam rongga mulut dapat terkontrol. Jika bakteri di rongga mulut selalu dalam kondisi terkontrol, maka banyak problem gigi dan mulut yang akan dapat dicegah.
Menurut Dedi Saputra, Factory Manager PT Enzym Bioteknologi Internusa, perbedaan yang mencolok antara Enzim dan merek lainnya adalah pasta gigi Enzim sama sekali tidak mengandung Sodium Lauryl Sulfat (SLS), bahan pembentuk busa (deterjen) yang terdapat di dalam pasta
gigi, sehingga tidak merusak ludah dan tidak menyebabkan mulut kering.
Deterjen pun dapat merusak indera pengecap. Akibatnya, rasa makanan berubah menjadi pahit atau hambar sesaat setelah menyikat gigi menggunakan pasta gigi yang mengandung deterjen. Selain tanpa kandungan deterjen, pasta gigi Enzim sudah berlogo halal sehingga aman untuk digunakan. “Semua produk pasta gigi dan obat kumur Enzim sudah tersertifikasi halal sejak tahun 2015,” tambah Dedi.
Suatu produk dikatakan halal bila bahan baku, proses pembuatan dan pengemasan, serta perusahaan bisa selalu menjamin produk akan selalu halal. Komitmen ini pula yang diterapkan Enzim, dengan menggunakan teknologi mutakhir, dan proses produksi yang mematuhi standar tertinggi untuk menghasilkan produk yang aman dikonsumsi.
Tak sekedar menjaga kepatuhan yang ketat terhadap CPKB (cara Pembuatan Kosmetik yang Baik) untuk menjamin kualitas, keamanan, dan efektivitas produk. Enzim juga telah memperoleh sertifikasi halal untuk fasilitas produksinya. Ini semakin membuktikan dedikasi perusahaan untuk menyediakan produk yang memenuhi persyaratan budaya dan agama yang beragam.
Harijadi menegaskan pihaknya senantiasa menjaga konsistensi halal dengan melakukan pelatihan, audit internal, kaji ulang manajemen, update bahan baku, melakukan seleksi bahan baku. “Secara keseluruhan perusahaan konsisten melakukan penerapan Sistem Jaminan Produk Halal ( SJPH) di semua lini sampai dengan semua supplier bahan baku dan pengirimannya,” sebutnya.
Mulut Tetap Segar di Hari Raya
Pasta gigi yang telah memiliki label halal penting untuk dikomunikasikan dalam promosi produk karena dapat meningkatkan loyalitas pada merek dan mendorong konsumen untuk melakukan pembelian kembali. Strategi ini pula yang dilakukan Enzym dengan mensosialisasikan pasta gigi halal ke konsumen lewat exposing product halal dalam setiap iklan dan promotion activities
Memanfaatkan momentum Ramadhan dan lebaran, Enzym melakukan beragam
aktivitas untuk meningkatkan kesadaran akan produk perawatan mulut yang sehat dan halal. Di antaranya, memberikan edukasi kepada masyarakat bagaimana menjaga kesehatan rongga mulut saat puasa melalui jembatan offline dan digital marketing , memasang spanduk di masjid-masjid, sebagai produk yang halal, hingga promo diskon di toko online dan offline.
Harijadi menyebutkan menjelang dan selama Ramadhan, Enzym meningkatkan ketersediaan produk di toko-toko, dan mengikuti bazaar produk halal di beberapa outlet modern market dan event Ramadhan untuk memudahkan konsumen memperoleh produk pasta gigi dan obat kumur. Menimbang selama berpuasa biasanya aroma mulut kurang sedap, sebabnya penting menjaga kebersihan dan kesehatan mulut.
“Kebutuhan pasta gigi yang sehat dan halal adalah kebutuhan setiap hari. Namun, pasta gigi tanpa deterjen dan mengandung enzim-enzim terbukti mampu mempertahankan kesegaran mulut selama 21 jam saat berpuasa, maka kebutuhan konsumen otomatis meningkat selama Ramadhan hingga jelang hari raya,” jelas dia.
Bidik Malaysia dan Singapura
Semenjak didirikan pada tahun 2000 lalu hingga sekarang, Enzim merupakan pionir dan menjadi pemain utama di bidang pembuatan pasta gigi yang mengedepankan bioteknologi. Tak hanya di pasarkan di Tanah Air, produk pasta
gigi Enzim telah merambah ke pasar global, yakni Yaman dan Rusia.
Harijadi mengemukakan, sebagai produsen perawatan mulut terkemuka di Indonesia, Enzym dihadapkan pada tantangan dan peluang dalam upaya untuk memperluas saluran produk ke pasar global. “Tahun ini produk pasta gigi Enzim segera hadir di Malaysia dan Singapura,” ungkapnya.
Pertimbangan menggarap kedua negara serumpun tersebut bukan tanpa pertimbangan, mengingat permintaan produk yang tersertifkasi halal terus berkembang secara global, termasuk di Malaysia. Saat ini tren pembelian produk berlogo halal tak hanya dari makanan dan minuman saja, melainkan telah bergeser ke produk kecantikan dan perawatan pribadi, termasuk di dalamnya pasta gigi. (Mohamad)
Meskipun Republik Rakyat Cina (RRC) bukan negara mayoritas penduduknya Islam, namun perkembangan industri halal di negara ini cukup baik, bahkan di masa mendatang RRC bisa memiliki peran penting di pasar halal global. Menarik disimak bagaimana peluang dan tantangan industri halal di negara ini.
Industri halal telah menjadi sektor ekonomi yang berkembang pesat di era globalisasi. Di tahun 2021, terdapat 1,9 miliar penduduk muslim di seluruh dunia dengan belanja sebesar USD2 triliun untuk produk halal, dengan pertumbuhan hampir sembilan persen secara tahunan dan diperkirakan terus tumbuh hingga USD4,96 triliun per 2030. (Indonesia.go.id, 2024). Industri ini mencakup berbagai sektor, termasuk makanan dan minuman, farmasi, kosmetik, pariwisata, perbankan, dan fesyen (SGIER, 2023).
Republik Rakyat Cina (RRC) telah menunjukkan minat yang kuat dalam mengembangkan industri halal mereka. Dengan populasi beragama Islam yang signifikan dan pasar konsumen yang besar, RRC memiliki potensi untuk menjadi pemain utama dalam industri halal global. Meskipun masih ada tantangan yang harus dihadapi, perkembangan industri halal di RRC menunjukkan prospek yang menjanjikan untuk masa depan. Perkembangan Industri Halal di RRC
Industri halal di RRC memiliki sejarah panjang,
dimulai sejak pengenalan Islam di Cina selama Dinasti Tang. Selama berabad-abad, industri halal telah tumbuh dan berkembang, mencerminkan perubahan demografi dan kondisi ekonomi negara tersebut. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah RRC telah mengakui potensi industri halal dan telah mengambil langkah-langkah untuk mempromosikannya, meskipun terhitung masih minim jika dibandingkan dengan negara tetangganya seperti Korea Selatan dan Jepang, apalagi jika dibandingkan dengan negaranegara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Langkah-lengkah tersebut termasuk pembentukan Taman Industri Halal di Wuzhong, Ningxia, dan implementasi skema sertifikasi halal (Gonul & Rogenhofer, 2018).
Beberapa faktor telah berkontribusi terhadap pertumbuhan industri halal di RRC. Pertama, RRC memiliki populasi penduduk beragama Islam yang signifikan, menyediakan pasar domestik yang besar untuk produk halal. Kedua, inisiatif pemerintah RRC untuk mempromosikan industri halal telah menciptakan lingkungan yang menguntungkan untuk perkembangannya. Ketiga, peningkatan pendapatan yang dapat dipakai oleh konsumen Islam telah menyebabkan peningkatan permintaan untuk produk halal.
Akhirnya, lokasi strategis RRC di sepanjang rute perdagangan Jalur Sutra memberikan akses ke pasar internasional untuk produk halal (Gonul & Rogenhofer, 2018).
Ada berbagai produk halal populer di RRC, termasuk makanan dan minuman halal, kosmetik halal, dan farmasi halal. Selain makanan halal Cina yang lezat, seseorang juga dapat mencicipi masakan yang cocok bagi konsumen Islam dari seluruh dunia. Beberapa makanan halal Cina yang populer termasuk Lamian (拉面), Nang ( 馕), Kebab (羊肉串), Ayam Pedas Tumis (大盘鸡), Domba yang Diolah dengan Tangan (手抓羊肉), dan Roti Pita dalam sup daging sapi/domba (羊/ 牛肉泡馍) (Tribe.cucas.cn, 2022).
Peluang dan Tantangan Industri Halal di RRC
Pertumbuhan industri pariwisata halal di RRC sebagian besar disebabkan oleh peningkatan pendapatan yang dapat dipakai ( disposable income) oleh pelancong Islam dan ketersediaan opsi perjalanan yang bersertifikat halal. RRC sedang menyaksikan lonjakan dalam pariwisata halal dengan peningkatan jumlah hotel dan restoran yang bersertifikat halal, serta inisiatif pemerintah untuk mempromosikan sektor ini (Chinese Tourists Agency, 2023).
Selain itu, pemerintah RRC telah berusaha untuk meningkatkan perdagangan dengan negara-negara Organisasi Kerja Sama Islam melalui inisiatif “ One Belt One Road ”, dengan beberapa perusahaan di provinsi Gansu Cina menandatangani perjanjian perdagangan dengan Turki dan Kazakhstan untuk mengekspor produk makanan. Inisiatif ini didukung oleh beberapa upaya untuk mendirikan ekosistem yang ramah halal di dalam negeri (Latif, 2016). Inisiatif-inisiatif ini termasuk Taman Industri Halal Wuzhong, yang hingga saat ini menampung lebih dari 200 perusahaan, kemudian Taman Industri Halal Ningxia, dan Taman Industri Halal Yinchuan.
Salah satu tantangan utama yang dihadapi industri halal di RRC adalah kurangnya kesadaran tentang persyaratan makanan halal. Bahkan pada tingkat lebih mendasar, banyak orang dan pemilik bisnis masih belum familiar dengan apa itu produk halal (baik yang dapat dikonsumsi maupun yang tidak) dan persyaratan untuk memproduksinya. Namun, isu ini dapat dipahami karena RRC memang bukan negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam dan praktik agama lokal yang telah berusia ribuan tahun sudah sangat mengakar di masyarakat
Selain itu, kurangnya standarisasi dan sertifikasi di RRC juga menjadi tantangan besar. Negaranegara dan organisasi yang berbeda, bahkan di antara sesama negara OKI, memiliki definisi yang berbeda tentang apa yang merupakan halal, dan tidak ada badan sertifikasi halal yang diakui secara internasional (Ahmed, 2022).
Sertifikasi Halal Produk Asal China
Salah satu tantangan industri halal di China yaitu tidak ada badan sertifikasi halal yang diakui di Indonesia. Oleh karena itu, produk asal China yang akan diedarkan di Indonesia dan memerlukan sertifikat halal, maka akan disertifikasi halal di Indonesia.
Untuk memberikan kemudahan kepada pelaku usaha China yang memasarkan produknya ke Indonesia untuk mendapatkan sertifikat halal, Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI), salah satu lembaga pemeriksa halal (LPH) di Indonesia, telah membuka kantor perwakilan di China sejak tahun 2007. Keberadaan kantor
perwakilan ini merupakan bagian dari upaya untuk memperluas jaringan dan mendukung program percepatan sertifikasi halal yang diusung pemerintah Indonesia (LPPOM MUI, 2023).
Ada beberapa alasan penting mengapa LPPOM MUI membuka kantor perwakilan di RRC. Pertama, kebutuhan sertifikasi halal dalam negeri turut menjadi pendorong terbentuknya rantai bahan dan produk halal. Peluang ini banyak dimanfaatkan oleh pelaku usaha di RRC untuk mengembangkan usahanya di pasar halal global. Kedua, sampai saat ini masih banyak bahan baku pangan, obat maupun kosmetika yang diimpor dari RRC. Oleh karena itu, keberadaan kantor perwakilan LPPOM MUI di luar negeri dapat membantu pemerintah, dalam hal ini Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH), untuk menyosialisasikan regulasi jaminan produk halal.
Tujuan utama pembukaan kantor perwakilan LPPOM MUI di RRC adalah untuk mempermudah sertifikasi halal produk asal RRC. Dengan demikian, para pengusaha luar negeri, khususnya China, dapat memahami dengan baik regulasi halal di Indonesia dan berusaha memenuhinya. Selain itu, keberadaan kantor perwakilan LPPOM MUI di RRC juga bertujuan untuk memberikan jaminan kehalalan kepada konsumen Islam Indonesia dalam mengonsumsi produk yang berasal atau berbahan baku asal China.
Selain LPPOM MUI, lembaga pemeriksa halal (LPH) di Indonesia yang juga telah mensertifikasi halal produk asal China yaitu Surveyor Indonesia dan Sucofindo.
Proyeksi Masa Depan Industri Halal di RRC
Industri halal di RRC berpotensi untuk tumbuh signifikan, apalagi dengan dukungan kekuatan distribusi global dan kekuatan ekspor yang RRC miliki. Dengan inisiatif pemerintah, peningkatan permintaan domestik dan global, dan lokasi strategis di sepanjang rute perdagangan Jalur Sutra, RRC memiliki potensi untuk menjadi pemain utama di pasar halal global. Namun, tantangan seperti kurangnya kesadaran, standarisasi, dan sertifikasi perlu ditangani. Seiring RRC terus berinvestasi di industri halal dan mengatasi tantangan ini, diperkirakan RRC akan memainkan peran yang semakin penting di pasar halal global dalam beberapa tahun mendatang. (Andika Priyandana)
Berkat sertifikasi yang sesuai standar keamanan pangan dan kehalalan produk, Aerofood ACS sukses yang berkelanjutan menjaga reputasinya sebagai penyedia layanan katering premium terbaik di kelasnya.
Emil Fadilah
Direktur Strategi dan Operasional
PT Aerofood ACS
Foto: Istimewa
Kala berpergian menggunakan layanan maskapai penerbangan baik Domestik maupun Internasional, kerap kali kita disuguhkan makanan selama penerbangan, baik makanan yang disediakan oleh maskapai maupun yang berbayar. Pilihan menu yang ditawarkan pun sangat variatif dan lengkap, mulai dari makanan khas nusantara hingga makanan mancanegara.
Tak hanya dari tampilan saja yang menarik, dari segi rasa makanan yang disajikan juga sangat otentik. Di balik menu-menu yang menggugah selera tersebut, terdapat Aerofood ACS, penyedia layanan Inflight Catering bertaraf internasional di bawah payung Garuda Indonesia Group.
Direktur Strategi dan Komersial PT Aerofood Indonesia, Emil Fadilah, menceritakan, Aerofood ACS, memiliki perjalanan panjang selama 50 tahun sebagai penyedia layanan Inflight Catering di Indonesia. Dirunut sejak berdirinya di tahun 1974, operasinya dimulai di bawah nama PT Aero Garuda Dairy Farm, selanjutnya pada tahun 1982 berganti nama menjadi PT Angkasa Citra Sarana Catering Service.
Seiring perkembangan usaha, maka di tahun 2011 kembali berganti nama menjadi PT Aerofood Indonesia dengan merek Aerofood ACS hingga sekarang. “Awalnya hanya mendukung layanan Garuda Indonesia, kemudian berkembang melayani penyediaan makanan bagi maskapai internasional. Saat ini kami melayani hampir 30 maskapai asing,” tuturnya.
Didukung tujuh dapur di bandar udara utama di Indonesia yang berlokasi di Medan, Tangerang, Yogyakarta, Surabaya, Balikpapan, Denpasar, dan Lombok, yang tersertifikasi lengkap sesuai standar keamanan pangan internasional. Aerofood ACS siap untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggannya akan katering berkualitas dan terjamin.
Garap Industrial Catering
Sebagai penyedia layanan Inflight Catering terbesar di Indonesia, perusahaan di bawah PT Aero Wisata tersebut tertantang untuk melebarkan sayap bisnisnya. Maka pada tahun 2002, Aerofood ACS mulai masuk segmen bisnis ke non-penerbangan, yakni Industrial Catering . Lini bisnis dimaksud melayani perusahaan terkemuka di industri rumah sakit, manufaktur, pertambangan minyak dan gas bumi, perkantoran, sekolah, dan learning center.
“Untuk Industrial Catering, dapurnya berada di masing–masing customer . Aerofood ACS menjadi operator bagi penyediaan makanan, mulai dari mendatangkan material, proses hingga layanan penyajian. Saat ini proporsinya 75% Inflight Catering dan 25% Industrial Catering, yang angkanya diproyeksi akan terus bertumbuh menimbang potensi pasarnya di Indonesia sangat besar,” tambah Emil.
Demi menjangkau pelanggan yang lebih luas di industrial catering , selain menyediakan makanan bernutrisi dengan variasi menu beragam yang memenuhi standar keamanan terbaik di kelasnya, Aerofood ACS juga memberikan layanan konsultasi untuk membantu para pelanggan dalam memenuhi kebutuhan katering, melalui Standar Operasional Prosedur (SOP) yang akurat dan tenaga profesional yang kompeten di bidangnya.
Tak berpuas di situ, Aerofood ACS semakin akseleratif dalam menangkap peluang bisnis. Konkretnya pada tahun 2008 melakukan perluasan jangkauan bisnisnya dengan melayani segmen Retail Business to Consumer (B2C) yang mencakup layanan F&B dan merchandise . Kemudian melengkapi layanan prima dari Garuda Indonesia, Aerofood ACS melakukan diversifikasi usaha dengan menyediakan layanan Inflight Laundry pada tahun 2010.
“Kami menyediakan layanan laundry yang profesional dengan standar kebersihan terbaik, melalui fasilitas laundry berskala besar di Jakarta dan Denpasar untuk menangani Inflight Laundry. Kapasitas yang masih tersedia dari kedua fasilitas ini diprospek melayani laundry untuk perusahaaan-perusahaan non-penerbangan, hotel dan restoran,” sebut Emil.
Tingkatkan Kepercayaan Konsumen
Aerofood ACS berkomitmen penuh terhadap peningkatan kualitas pasokan makanan dan layanannya, baik bagi maskapai penerbangan maupun industrial. Terbukti dengan keberadaan manajemen yang handal, staf yang profesional, dan sertifikasi yang lengkap, meliputi Sertifikat Laik Hygiene, Sertifikat SMK3, Sertifikat ISO hingga Sertifikat Halal.
Emil menegaskan bahwasanya seluruh makanan yang disajikan oleh Aerofood ACS sudah dijamin kehalalannya dengan lolos audit oleh MUI dan secara resmi mendapatkan Sertifikat Halal yang dirilis pada tahun 2001. Setiap makanan yang
dihasilkan berasal dari bahan baku, fasilitas produksi, sampai proses pembuatannya yang sesuai standar kehalalan, jadi sangat ramah bagi umat muslim.
Dalam hal ini Aerofood ACS hanya menerima bakan baku dari pemasok bersertifikat halal.
“Sejak 10 tahun lalu Aerofood ACS telah menetapkan halal menjadi strategi bagi keberlanjutan bisnis perusahaan. Kami menonjolkan katering halal sebagai diferensiasi dari kompetitor dan nilai tambah, mengingat produk halal sudah menjadi syarat dan kebutuhan konsumen,” ungkapnya.
Lebih lanjut lagi, Emil menambahkan bahwa Aerofood ACS telah memperoleh Sertifikat Halal pertamanya sejak tahun 2003 untuk dapur dan produknya di unit Cengkareng-Jakarta. Selanjutnya setiap unit baru, otomatis dilakukan sertifikasi halal untuk dapur dan produknya, baik dapur inhouse maupun dapur satelit. Bahkan ketika bermitra dengan katering lain, maka mereka disyaratkan dan diwajibkan harus memenuhi sertifikasi halal.
Konsep halal pun sudah menjadi budaya pengembangan sumber daya manusia di
perusahaan. Dimana seluruh karyawan harus mengikuti pelatihan wajib ( mandatory training ) untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk mencapai tingkat kompetensi yang dipersyaratkan, baik terkait dengan kesehatan, dan keselamatan kerja, termasuk tentang halal.
“Pelatihan wajib terkait halal ini dilaksanakan sejak pegawai pertama direkrut dan dilaksanakan berkala setiap tahunnya. Hasil pelatihan akan dievaluasi untuk memastikan kompetensi peserta pelatihan dan perbaikan sistem jaminan halal sesuai dengan persyaratan sertifikasi halal,” jelas Emil.
Aerofood ACS juga membentuk tim manajemen halal yang telah memiliki sertifikat kompetensi di tiap unit. Ini dikarenakan setiap unit memiliki profil konsumen yang berbeda. Meskipun fasilitasnya tidak sama persis tetapi masih satu standar di bawah divisi HSE (Health, Security, and Environment).
Selain membangun kesadaran ( awareness ) tentang halal di lingkungan internal. Secara eksternal juga konsep halal dikomunikasikan ke konsumen, diantaranya menyematkan logo halal di hilift truck , armada kendaraan pengangkut Aerofood ACS yang disiapkan untuk mengantarkan makanan dari dapur ke bandara–bandara. Kemudian pencantuman logo halal di meal box untuk industrial catering.
“Sertifikat halal dan logo halal pada produk sangat penting dalam membangun kepercayaan konsumen dan mempengaruhi keputusan pembelian mereka. Dalam industri katering, kepercayaan dan reputasi adalah faktor kunci meningkatkan kepuasan pelanggan dan membuat mereka lebih setia,” pungkas Emil. (Mohamad)
Komite Daerah Ekonomi dan Keuangan Syariah (KDEKS) Banten mengadakan Banten Halal Festival Ramadhan 2024 mengusung tema Penguatan Ekosistem Ekonomi Halal Indonesia dalam Menghadapi Tantangan Global. Acara yang dibuka oleh Wakil Presiden RI K.H. Ma’ruf Amin, dilaksanakan di Menara Syariah, Pantai Indah Kapuk 2, Kabupaten Tangerang, pada Selasa, 2 April 2024. Banten Halal Festival Ramadhan 2024 berisi rangkaian kegiatan diantaranya seminar, talkshow, tausiah Ramadhan, fashion show, musik religi, bazar usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), dan sertifikasi halal.
Ketua KDEKS Provinsi Banten Siti Ma’rifah menyampaikan, acara tersebut merupakan kegiatan perdana dan direncanakan untuk diselenggarakan setiap tahun sebagai bentuk perwujudan ikhtiar dalam membuat gerakan bersama menjadikan Indonesia sebagai global halal hub dapat terwujud dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Wapres juga mengapresiasi penyelenggaraan kegiatan Banten Halal Festival Ramadhan 2024 sebagai wujud dalam meningkatkan inklusi dan literasi ekonomi dan keuangan syariah, khususnya produk halal. Wapres menyampaikan,
pemerintah berkomitmen kuat memajukan ekonomi dan keuangan syariah hingga ke tingkat global. Oleh karena itu, peran Indonesia sebagai pemain kunci dalam perdagangan produk halal dunia atau ekosistem halal global hub harus diperkuat. Dalam hal ini, Banten memiliki potensi besar untuk turut ambil bagian. dengan jumlah pesantren terbanyak di Indonesia, Banten dapat menyasar pengembangan ekosistem rantai nilai halal di lingkup pesantren demi mendorong kemandirian ekonomi pesantren dan menyejahterakan masyarakat di sekitarnya.
“Implementasi strategi pengembangan industri halal mesti dipercepat dan dipastikan kesinambungannya, agar Indonesia dan Banten khususnya mampu berkiprah secara optimal,” ujar KH Ma’ruf Amin.
Direktur Pengembangan Pasar dan Informasi Ekspor Arief Wibisono, menjadi narasumber pada Talkshow Banten Halal Festival Ramadhan. Dalam kesempatannya Direktur Arief menyampaikan paparan tentang program kegiatan Ditjen PEN dalam mendukung pengembangan produk halal Indonesia. Dalam acara ini turut hadir juga, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Nono Sampono, Bupati Tangerang Andi Ony, Komisaris Menara Syariah Harianto Solichin, dan segenap perwakilan dari berbagai lembaga dan institusi.
Badan Penyelenggara Jaminan
Produk Halal (BPJPH) Kementerian Agama bersama pelaku industri tekstil dan designer melaunching Indonesia Global Halal Fashion (IGHF) pada gelaran Indonesia Fashion Week yang di selenggarakan pada Kamis, 28 Maret 2024, di JCC, Jakarta.
Kepala BPJPH, Muhammad Aqil Irham, mengatakan bahwa IGHF dimaksudkan untuk mendorong pengembangan fashion muslim, yang merupakan salah satu langkah strategis untuk mengantarkan Indonesia sebagai kiblat fashion dunia.
Pengembangan fashion halal, lanjutnya, juga dipastikan menjadi salah satu penguat halal value chain atau rantai pasok ekosistem halal nasional. Sebab tekstil atau kain halal dibutuhkan sebagai bahan baku fashion yang dihasilkan oleh para designer Indonesia. Produk fashion halal karya tangan-tangan anak bangsa tersebut selanjutnya ditargetkan dapat menembus pasar-pasar ekspor yang dianggap kunci untuk mengokohkan eksistensi fashion muslim Indonesia di kancah internasional, seperti ekspor ke negara-negara OKI, Timur Tengah, maupun Eropa.
Potensi tersebut, menurut Aqil, harus digarap serius. Saat ini, Indonesia berada di posisi ketiga dunia secara keseluruhan peringkat The Global Islamic Economy Indicator (GIEI) dalam SGIE Report 2023 yang dirilis Dinarstandard. Indonesia mempertahankan posisi kedua dalam industri makanan halal dan mempertahankan posisi ketiga pada indikator fashion dan mode, masih kalah dari Turki dan Malaysia.
Untuk menjadi nomor satu, Aqil memastikan upaya pengembangan produk fashion halal dalam negeri juga harus dibarengi dengan upaya untuk terus menggencarkan promosi produk fashion muslim Indonesia di pasar global. Salah satu upaya dilakukan dengan mengikutsertakan fashion muslim dalam negeri untuk berpartisipasi aktif dalam berbagai ajang fashion ternama. Misalnya New York Fashion Week, Paris Fashion Week, London Fashion Week, Dubai Fashion Week, Turkey Fashion Week, dan Jakarta Muslim Fashion Week.
“Untuk itu, dalam waktu dekat BPJPH menggandeng KainHalal untuk memulai roadshow di lima negara. Tujuannya, selain untuk sosialisasi kewajiban sertifikasi halal bagi barang gunaan yang akan dimulai pada tahun 2026 mendatang, juga dimaksudkan untuk mempromosikan produk fashion halal kita ke pasar global.” tandasnya.
Seperti diketahui, produk tekstil halal dalam negeri dari KainHalal merupakan kain bersertifikat halal pertama di dunia, yang berkualitas dan bersifat universal karena bisa dipakai di semua market, tak hanya di negara-negara muslim, sehingga perlu diperkenalkan ke pasar dunia.
Forum Diskusi Penguatan Wisata Ramah Muslim di Destinasi Pariwisata, yang berlangsung di Universitas Padjajaran Bandung, 4 April 2024
Foto: Istimewa
Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Kementerian Agama bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) sepakat bersinergi dan berkolaborasi dalam rangka percepatan sertifikasi halal bagi produk layanan wisata. Komitmen tersebut juga menjadi upaya kolaboratif kedua pihak dalam menyukseskan Wajib Halal Oktober 2024 yang akan diberlakukan mulai 18 Oktober 2024 mendatang.
Komitmen sinergitas kedua pihak tersebut mengemuka dalam pertemuan sharing session antara Menteri Parekraf Sandiaga Uno dan Kepala BPJPH Muhammad Aqil Irham pada acara Forum Diskusi Penguatan Ramah Muslim di Destinasi Pariwisata, yang berlangsung di Universitas Padjajaran, Bandung, Kamis 04 April 2024.
“Kami merasa Wajib Halal Oktober 2024 ini merupakan upaya kita untuk menjalankan amanat perundangundangan, maka kami serius banget. Kami berkomitmen untuk terus memperkuat Pariwisata Ramah Muslim (PRM), apalagi kami selaraskan dengan sertifikat halal.” kata Sandiaga di Aula Fakultas Komunikasi, Universitas Padjadjaran, Bandung (04/04/2024).
Sandiaga juga menyampaikan keinginan Jadesta (Jejaring Desa Wisata) yang menjadi andalan jejaring desa wisata ini bisa meningkatkan kualitas layanan di desa wisata, produk-produk yang halal dan thoyib. Sehingga berkunjung ke desa wisata itu bisa menjadi halalan thoyiban dan mubarokah . Ini yang kita harapkan sehingga membuat (wisatawan merasa)
nyaman, aman, dan menyenangkan saat berkunjung ke desa wisata.
Untuk mendorong percepatan penerapan sertifikasi halal di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, Kemenparekraf/Baparekraf pun telah menerbitkan Surat Edaran tentang Sertifikasi Halal Produk Makanan dan Minuman untuk Usaha Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada 25 Maret 2024. Menparekraf mengungkapkan bahwa Global Muslim Travel Index (GMTI) 2023 telah menempatkan Indonesia peringkat pertama sebagai destinasi wisata halal terbaik di dunia dengan mengalahkan 140 negara lainnya. Sehingga Menparekraf ingin posisi ini bisa terus dipertahankan.
Melalui kerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) untuk dapat mewujudkan target sertifikasi halal produk dan layanan di 3.000 Desa Wisata. Dalam Forum Diskusi Penguatan Ramah Muslim di Destinasi Pariwisata, Kepala BPJPH Muhammad Aqil Irham turut mengatakan bahwa kolaborasi BPJPH Kemenag dan Kemenparekraf dalam mempercepat sertifikasi halal di 3.000 desa wisata perlu dikonkritkan melalui program bersama yang harus segera dilaksanakan melalui kolaborasi yang masif.
“Pada tahun Wajib Halal Oktober 2024 ini, kami upayakan cara-cara yang extraordinary untuk melakukan kerja sama secara terbuka dan masif. Kali ini kami akan mengajak Pak Menteri nanti untuk me-launching program ini yang nantinya akan berada di 3.000 titik desa wisata yang tersebar di tanah air.” kata Aqil menjelaskan.
“Tidak hanya hadir, tapi kita juga akan melakukan sosialisasi, pendampingan hingga fasilitasi (sertifikasi halal) kepada para pelaku UMK di lokasi.” jelas Aqil.
Lebih lanjut, Aqil mengatakan bahwa saat ini, program kolaboratif serupa dalam rangka menyambut Wajib Halal Oktober 2024 juga tengah dijalankan oleh BPJPH dengan berbagai stakeholder baik di pusat, provinsi maupun di kabupaten/kota.
“Hari ini kami juga menggelar sosialisasi Wajib Halal Oktober 2024 di 1.068 titik lokasi di 34 provinsi, melalui Pengawasan Terpadu Sektor Hulu pada Rumah Potong Hewan, Rumah Potong Unggas, serta pengawasan produk makanan dan minuman yang beredar di masyarakat.” imbuh Aqil menerangkan.
The Islamic Economy Academy telah menyelenggarakan 5th International Halal Conference (iHalalConference) secara virtual pada tanggal 28 Maret hingga 5 April dengan tema “Understanding and Implementing Ethical Frameworks in the Global Halal Economy” dibawah dukungan The Standards and Metrology Institute for Islamic Countries (SMIIC). Acara ini mempertemukan para visioner, cendekiawan, dan pemimpin industri dari seluruh dunia.
Acara yang diselenggarakan pada pertengahan bulan suci Ramadhan ini dihadiri para peserta dari 30 negara secara virtual yang menunjukkan komitmen bersama untuk memajukan prinsipprinsip integritas dan etika dalam ekosistem halal.
Konferensi ini berperan penting sebagai platform dialog, kolaborasi, dan pertukaran pengetahuan, serta mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang etika yang harus ada dalam industri halal.
Konferensi ini menampilkan beragam perspektif dan wawasan dari para pemimpin di industri halal yang dihadiri oleh 25 pembicara terkemuka yang berbagi keahlian dan membahas isu-isu penting, serta cara-cara untuk menerapkan etika dalam ekonomi halal global. Mulai dari kerangka kerja regulasi, penggunaan teknologi untuk keberlanjutan, diskusi untuk mengeksplorasi berbagai dimensi yang bertujuan untuk memastikan standar etika dan pertumbuhan yang berkelanjutan.
Mohammed Noor, Founder & CEO the Islamic Economy Academy, menyampaikan apresiasi kepada seluruh peserta, pembicara, dan mitra atas dukungan dan keterlibatan mereka. Berkaca dari pentingnya konferensi ini, Mohammed Noor menekankan perannya dalam membangun ekonomi halal yang lebih inklusif dan teliti, yang berakar pada prinsip-prinsip etika dan tanggung jawab sosial.
The Islamic Economy Academy pula menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada Sekretaris Jenderal SMIIC, H.E. Mr. İhsan Övüt, atas dukungan dan dedikasinya untuk International Halal Conference dalam mempromosikan standar dan membina kolaborasi yang telah berperan penting dalam memajukan tujuan industri halal dalam skala global.
5th International Halal Conference menegaskan kembali untuk ketahanan dan kemampuan beradaptasi industri halal saat menghadapi tantangan baru. Dengan merangkul kerangka kerja etis dan mendorong kolaborasi, para pihak berkepentingan dapat mengembangkan masa depan yang lebih adil dan berkelanjutan untuk industri halal global.
Kebersihan dan kesucian, dua hal yang tidak bisa dipisahkan dalam Islam. Salah satu yang wajib dijaga kebersihannya adalah pakaian, terutama pakaian yang akan digunakan untuk ibadah sholat. Bagaimana proses mencuci pakaian yang benar dalam pandangan Islam? Bagaimana pula status kehalalan deterjen yang kerap digunakan untuk mencuci pakaian?
Bersih merupakan kata sifat yang menunjukkan keadaan bebas dari kotoran. Untuk alasan kesehatan dan kenyamanan secara umum, kita dianjurkan untuk senantiasa menjaga kebersihan diri, pakaian, tempat tinggal, dan lainnya. Sementara bersuci (thaharah) memiliki makna khusus dalam Islam, yaitu bersih dari najis dan hadas. Bersuci dilakukan dengan tata cara khusus yang telah diatur dalam Islam karena terkait langsung dengan ibadah. Adapun membersihkan diri atau benda lainnya dapat dilakukan dengan beragam cara sepanjang tidak keluar dari tuntunan Islam, salah satunya adalah penggunaan deterjen untuk mencuci pakaian.
Tak Semua Kotoran Pada Pakaian Adalah Najis
Najis adalah benda yang dianggap menjijikan oleh Syara. Suatu benda dianggap sebagai najis hanya jika Syara menetapkannya sebagai benda najis, bukan dari penilaian manusia. Kotoran atau noda pada pakaian dapat berupa keringat, tumpahan saus tomat, cipratan bumbu kari, kecap, hingga coretan spidol dan krayon. Semua contoh tadi bukanlah kategori najis. Berbeda dengan air kencing, madzi , darah haid dan nanah yang juga bisa menempel pada pakaian, dikategorikan sebagai benda najis.
Proses pencucian untuk kedua jenis kotoran tersebut tentu saja berbeda. Benda najis dibersihkan (disucikan) sesuai dengan kategori
najisnya dalam Islam. Sedangkan kotoran biasa (bukan najis) cukup dibersihkan dengan pencucian biasa.
Proses pensucian tiap najis akan bergantung pada kategori najisnya. Sebagai contoh mensucikan najis ringan (mukhaffafah) seperti air kencing bayi laki-laki yang hanya baru meminum ASI saja, cukup diciprati air. Adapun najis sedang (mutawasithah) seperti nanah, darah, kotoran dari qubul dan dubur manusia/hewan, darah haid, dan lainnya, dibersihkan dengan air mengalir hingga hilang penampakan zatnya (warna, bau, dan rasa). Dan terakhir najis berat (mughallazah) yaitu babi dan turunannya, serta air liur anjing. Khusus untuk jenis najis berat cara pensuciannya dengan air hingga tujuh kali, yang salah satunya dicampur dengan debu atau tanah.
Hal yang patut menjadi perhatian saat mensucikan najis adalah penggunaan air mutlak, yaitu air yang suci dan tidak bercampur apapun di dalamnya. Hanya air mutlak yang dianggap sah digunakan untuk proses pencucian najis ini. Air mutlak disebut juga sebagai air suci mensucikan. Contoh air mutlak antara lain air hujan, air laut, mata air, salju/es, dan terakhir embun. Keberadaan benda asing yang masuk ke dalam air akan mengubah sifat dan status air menjadi tidak mutlak lagi.
Salah satu yang kerap disalahpahami adalah penggunaan deterjen saat mencuci pakaian. Kebiasaan umum sebagian dari kita saat mencuci baju misalnya, adalah langsung merendamnya dalam air yang telah diberi deterjen. Hal itu tidak jadi masalah jika dalam pakaian yang hendak dicuci tidak terdapat najis. Namun jika najis kedapatan menempel pada pakaian, maka langkah yang wajib dilakukan adalah mensucikan dahulu pakaian tersebut dari najis. Caranya dengan mengguyurkan air mengalir ke
pakaian sampai najisnya hilang dan pakaian suci dari najis tersebut. Dalam tahapan tersebut, kita sedang melakukan proses mensucikan pakaian dari benda najis, sehingga wajib menggunakan air mutlak, yaitu air tanpa tambahan deterjen apapun. Setelah pakaian suci dari najis, barulah kita dapat menggunakan deterjen sebagai tahap pelengkap saat mencuci.
Deterjen dan Titik Kritis Halalnya
Jauh sebelum deterjen diproduksi, sabun konvensional yang merupakan campuran lemak nabati atau hewani dengan alkali banyak digunakan untuk mencuci pakaian. Deterjen dikembangkan sebagai respon terhadap kekurangan sabun konvesional yang memiliki kelarutan yang kurang baik. Deterjen menjadi favorit banyak orang untuk mencuci, baik dalam bentuk serbuk ataupun cair dan gel. Deterjen dipilih karena keunggulan daya cuci yang lebih baik dibanding sabun konvensional, serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air. Pencucian
pakaian dengan deterjen sangat disukai karena memberikan rasa nyaman seperti harum, bersih, dan lembut.
Produk deterjen saat ini mengandung lebih banyak bahan, namun secara umum dibuat dari campuran surfaktan, builders (zat pembangun), zat aditif berupa parfum, pemutih, pewarna, dan terakhir enzim. Titik kritis deterjen terdapat pada komponen bahan penyusunnya.
1. Surfaktan
Surfaktan merupakan bahan pembersih utama pada deterjen yang bersifat amfipatik, karena memiliki 2 gugus dengan sifat yang berbeda. Gugus hidrokarbon yang bersifat larut air (hidrofilik), dan gugus hidrokarbon yang bersifat tidak larut air (hidrofobik). Gugus (ujung) hidrofobik akan mengikat kotoran yang menempel di serat pakaian dan melepaskannya ke dalam cairan pencuci, sedangkan ujung hidrofilik bergerak ke permukaan air dan berikatan
dengan molekul udara, menyebabkan tegangan permukaan air menurun.
Surfaktan yang umum digunakan antara lain Linear Alkalinebenzene Sulfonat (LAS), Alkyl Benzene Sulfonat (ABS), dan Alpha Olein Sulfonate (AOS), ataupun garam amonium. Surfaktan dapat bersumber dari minyak nabati (minyak kelapa, minyak sawit, minyak inti sawit, atau minyak kedelai), lemak sapi (tallow), dan produk petrokimia. Titik kritis pada minyak nabati adalah pada saat proses pemurniannya, yaitu penggunaan karbon aktif. Sumber karbon aktif yang halal hanya boleh dari tanaman dan tulang hewan halal yang proses penyembelihannya sesuai syariat. Sedangkan titik kritis pada lemak hewani (dalam hal ini tallow), perlu dipastikan berasal dari sembelihan yang sesuai dengan syariat. Sementara surfaktan asal petrokimia statusnya adalah halal.
2. Zat Aditif
Zat aditif pada deterjen yang ditambahkan dalam deterjen umumnya adalah pewangi
(parfum), pemutih, dan pewarna. Parfum menjadi salah satu zat aditif yang kritis karena merupakan bahan yang kompleks. Sumber parfum bisa merupakan campuran dari ratusan jenis bahan, sehingga perlu diperhatikan asal sumbernya. Pada jenis deterjen cair, biasanya juga ditambahkan emulsifier untuk menyatukan komponen bahan agar dapat tercampur dengan baik. Emulsifier dapat berasal dari sumber lemak hewani atau minyak nabati. Sumber minyak nabati halal digunakan sepanjang diproses sesuai ketentuan syariat, begitu pun lemak hewani hanya diperbolehkan dari hewan halal yang disembelih sesuai ketentuan syariat.
3. Enzim
Ditilik dari kandungan bahan penyusunnya, kotoran atau noda yang melekat pada pakaian ada yang berupa protein, karbohidrat (polisakarida), dan lemak maupun minyak. Sabun dan deterjen konvensional berbahan kimia saja, kerap tak mampu menghilangkan kotoran atau noda tersebut. Proses pencuciannya pun kerap
membutuhkan penggunaan air yang panas agar bahan aktif dapat efektif bekerja. Akibatnya bahan pakaian lebih cepat rusak dan warnanya lebih cepat pudar. Umur pakaian pun jadi lebih pendek.
Enzim hadir menjawab masalah tersebut. Dengan memformulasikan enzim ke dalam deterjen, proses pencucian cukup dalam suhu air biasa, dengan waktu yangi lebih singkat dan praktis.
Enzim molekul yang sangat spesifik. Enzim hanya menargetkan satu jenis substrat saja. Lebih dari satu macam enzim digunakan bersamaan dalam formulasi deterjen, tujuannya untuk mengurai atau memecah senyawa kotoran secara spesifik hingga akhirnya dapat terangkat dari pakaian. Beberapa enzim yang digunakan antara lain; enzim amilase yang menargetkan noda dari polisakarida, enzim protease yang menargetkan noda dari protein, dan enzim Lipase yang menargetkan noda dari lemak/minyak. Selain menghilangkan noda, penggunaan enzim jenis selulase juga membantu merawat serat pakaian agar tetap lembut dan terjaga warnanya. Proses pencucian yang mudah dan efektif terhadap noda, plus dengan bonus kain yang terawat tentu jadi nilai lebih. Pakaian jadi terawat dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama. Kemampuan enzim yang spesifik menjadikannya cukup efisien meski ditambahkan sedikit, yaitu 1-2% saja.
Secara alami enzim dihasilkan oleh tanaman, hewan, maupun mikroba seperti bakteri, fungi, dan virus. Namun untuk keperluan dunia industri, produksi enzim dituntut untuk lebih efektif dan efisien. Tuntutan produksi yang cepat dan dalam jumlah masal mendorong inovasi di bidang bioteknologi dengan memanfaatkan peranan mikroba. Enzim yang dihasilkan dari proses ini disebut produk mikrobial. Keunggulan mikroba dibanding sumber hayati lainnya, adalah kemampuan bereplikasi yang sangat cepat dan siklus hidup yang lebih pendek, menjadikan waktu pemanenan hasil metabolit (dalam hal ini enzim) yang dihasilkannya pun dapat lebih singkat. Selain itu area produksi yang dibutuhkan jauh lebih efisien dibanding membudidayakan tanaman dan hewan sebagai sumber enzim.
Mikroba secara khusus ditumbuhkan dalam media yang kaya akan nutrisi, seiring dengan proses pemecahan subrat pada nutrisi, mikroba juga menghasilkan enzim sebagai hasil metabolismenya. Pada tahap awal biasanya starter mikroba akan ditumbuhkan terlebih dahulu di laboratorium sebelum masuk ke tahap produksi. Titik kritis produk mikrobial terletak pada penggunaan media pertumbuhan mikrobanya, baik skala laboratorium hingga skala produksi.
Media pertumbuhan untuk keperluan isolasi dan pemurnian di tahap awal umumnya menggunakan ekstrak bahan murni seperti pepton, sebagai salah satu komponennya. Sumber pepton perlu menjadi perhatian karena dapat saja berasal dari turunan babi. Adapun dalam skala produksi media pertumbuhan mikroba dapat berasal dari limbah agroindustri yang dianggap kaya nutrisi dan bahan bioaktif. Limbah agroindustri biasanya terdiri dari biji, kulit, kulit buah, dan pomace (residu padatan setelah buah diperas). Sumber tersebut halal selama tidak ditambahkan zat aditif lain yang belum jelas status halalnya.
Pentingnya Label Halal Pada Deterjen
Sebagai muslim wajib hukumnya menjaga kesucian pakaian, khususnya yang akan digunakan ibadah. Pengetahuan tentang proses mencuci, jenis-jenis najis dan hadas, tahapan menyucikannya, mutlak diketahui oleh setiap muslim. Pemilihan produk deterjen yang telah berlabel halal dapat membantu konsumen muslim untuk berhati-hati terhadap bahan yang tidak halal. Deterjen sebagai barang gunaan wajib bersertifikat halal. Kewajiban sertifikasi kategori ini masuk ke dalam penahapan kedua yang dimulai pada 17 Oktober 2021 hinga 17 Oktober 2026, sebagimana diatur dalam PP Nomor 39 Tahun 2021. Saat ini telah tersedia beberapa brand produk deterjen yang telah tersertifikasi halal di pasaran. Label halal membantu konsumen untuk memastikan bahan, proses serta kesinambungan produksinya tetap sesuai dengan kaidah halal dan Islam. (Anidah)
Menjaga kebersihan adalah salah satu hal yang dianjurkan dalam Islam. Islam bahkan mewajibkan membersihkan anggota tubuh tertentu dengan berwudhu, sebelum melakukan ibadah seperti sholat dan thawaf. Bab bersuci juga menjadi bahasan pembuka di kitab-kitab fiqih. Hal ini karena kebersihan dan kesucian adalah pengantar menuju ibadah, karenanya wajib dipelajari setiap muslim. Bersuci dalam Islam termanifestasi dalam wudhu dan mandi junub,
keduanya dilakukan dengan membersihkan anggota tubuh dengan air, disertai dengan rukun dan syarat sah yang melekat padanya.
Dalam kehidupan sehari-hari kita pun rutin membersihkan diri. Selain menggunakan air, produk-produk personal care juga lumrah dipakai untuk membantu membersihkan tubuh. Produk personal care atau perawatan pribadi adalah produk yang digunakan pada berbagai bagian luar tubuh seperti kulit, rambut, kuku, bibir, area genital luar, serta gigi dan rongga mulut. Sabun, sampo, pasta gigi, sabun wajah, krim cukur, dan deodoran adalah beberapa diantaranya.
Penggunaan produk personal care ditujukan untuk membantu membersihkan, melindungi dari kuman, mencegah bau tak sedap, dan merawat serta menjaga kondisinya tetap sehat.
Bukan tanpa alasan, penggunaan produk personal care sangat membantu dalam membersihkan tubuh karena kandungan bahan di dalamnya. Misalnya beberapa jenis kotoran dapat dengan mudah dibersihkan menggunakan sabun dibanding hanya air saja.
Produk Personal Care Wajib Halal
Produk personal care umumnya mengacu pada praktik higienis dan segera dibilas setelah digunakan, seperti sampo, sabun, dan pasta gigi. Namun beberapa produk personal care lainnya merupakan produk tanpa bilas seperti tabir surya, deodoran, dan body lotion, sehingga tetap melekat selama digunakan. Meski langsung dibilas, penggunaan produk seperti sampo dan sabun akan langsung mengenai kulit, dan pasta gigi akan masuk ke area mulut, jika terdapat bahan yang diharamkan di dalam kandungannya tentu akan meninggalkan residu najis pada tubuh. Sementara produk personal care tanpa bilas akan melekat sepanjang digunakan, dan kandungan bahan aktifnya pun meresap ke dalam lapisan epidermis kulit. Penggunaan produk personal care dengan cara dibilas ataupun tidak, tetap memerlukan konfirmasi status kehalalannya.
Produk personal care termasuk dalam kategori kosmetik, dan wajib untuk disertifikasi halal. Kewajiban sertifikasi halal untuk produk ini masuk ke dalam penahapan kedua yaitu dimulai sejak 17 Oktober 2021 hingga 17 Oktober 2026. Tahap kedua kewajiban sertifikasi halal meliputi 5 kategori produk, dan produk kosmetika (termasuk personal care ) merupakan satu diantaranya. Penahapan kewajiban sertifikasi halal secara rinci diatur dalam PP Nomor 39 tahun 2021.
Terdapat setidaknya 22 klasifikasi produk pada kategori kosmetik yang wajib disertifikasi halal, berdasarkan Keputusan Menteri Agama (KMA) No 748 Tahun 2021 tentang Jenis Produk Yang Wajib Bersertifikat Halal. Diantara 22 klasifikasi produk kosmetik tersebut, beberapa diantaranya dikenal sebagai produk personal care, meliputi; Sediaan perawatan kulit (wajah, tangan, kaki dan lain-lain), Sabun padat (sabun mandi, sabun bayi,
sabun cuci tangan, antiseptik, dll), Sediaan mandi (garam mandi, busa, minyak, gel dll), Deodoran & anti-perspiran, Sediaan rambut (sampo, dry shampoo , kondisioner, hair creambath , dll), Sediaan cukur (krim, busa, cair, cairan kental, dll), Sediaan perawatan gigi dan mulut, Sediaan untuk organ intim bagian luar, dan Tabir surya.
Titik Kritis Halal Produk Personal Care
Titik kritis kehalalan produk personal care terletak pada bahan atau kandungannya. Produkproduk ini berfokus pada perawatan tubuh dengan mengandalkan kandungan bahan di dalamnya. Pada produk sabun misalnya, yang dibuat dari campuran senyawa alkali NaOH, KOH, atau NH4OH dan asam lemak (trigliserida). Titik kritis halal pada produk pembersih seperti ini dapat berasal dari asam lemak yang digunakan. Sumber asam lemak dapat berasal dari minyak nabati (minyak kelapa/kelapa sawit, atau minyak zaitun), sementara sumber hewani dapat berasal dari sapi, kambing, atau babi. Sumber minyak nabati halal digunakan sepanjang diproses sesuai ketentuan syariat, begitu pun lemak hewani hanya diperbolehkan dari hewan halal yang disembelih sesuai ketentuan syariat.
Titik kritis lainnya yaitu penggunaan arang aktif yang berperan mengabsorbsi kotoran di pori-pori kulit. Sumber arang aktif yang halal dapat berasal dari tempurung kelapa atau tulang hewan halal yang disembelih sesuai syariat. Sumber hewani dari tulang hewan yang diharamkan jelas tidak boleh digunakan untuk bahan personal care halal.
Pada produk personal care dengan bentuk gel, umumnya diperlukan emulsifier untuk menyatukan dua komponen yang memiliki sifat berbeda, misalnya bahan yang larut air dan asam lemak. Pada produk jenis demikian titik kritis juga ada pada penggunaan emulsifier, wajib dipastikan asal sumbernya apakah dari sumber nabati atau hewani. Ketentuan halal untuk kedua sumber tersebut sama seperti pada bahan baku lainnya seperti dijelaskan sebelumnya.
Titik Kritis Pemanfaatan Enzim Pada Produk Personal Care
Seiring dengan berkembangnya teknologi, banyak sumber-sumber alami yang dieksplorasi untuk keperluan bahan baku maupun bahan aktif dalam produk personal care. Saat ini penggunaan enzim sebagai bahan dalam produk personal
care tengah marak dikembangkan. Penelitian di bidang mikroenkapsulasi menggunakan nanoteknologi juga berkembang untuk formulasi berbasis enzim pada produk personal care.
Semua proses biologis didasarkan pada aktivitas enzim, karenanya enzim berperan penting sebagai biokatalis produk perawatan tubuh melalui efek topikal (dioles pada permukaan kulit). Dikutip dari buku Agro-Industrial Wastes as Feedstock for Enzyme Production, mengungkapkan perkembangan aplikasi terkini pemanfaatan enzim dalam produk personel care.
Di kulit, enzim bertanggung jawab untuk melepaskan molekul kompleks yang tidak aktif dan mengubahnya menjadi molekul yang lebih sederhana dan seringkali lebih aktif. Protease misalnya, memisahkan atau menghidrolisis protein, glikosidase meningkatkan pengayaan epidermis dengan ceramide, dan tirosinase memfasilitasi sintesis melanin. Enzim lain, seperti lignin peroksidase terbukti memainkan peran penting dalam pemecahan eumelanin, yang mengarah pada pengembangan produk yang berkaitan dengan pencerah kulit. Di sisi lain, lipase karena kemampuannya yang luar biasa dalam metabolisme lipid telah ditemukan dalam formulasi produk pembersih sebum, masker kecantikan, dan perawatan rambut. Hyaluronidase, merupakan enzim yang digunakan dalam bedah kosmetik sebagai komponen aktif dalam pengisi kulit.
Enzim untuk keperluan industri kebanyakan merupakan produk mikrobial, yaitu dihasilkan oleh mikroba jenis bakteri, fungi, maupun virus. Sebagai contoh 2/3 enzim protease yang digunakan di dunia industri berasal dari enzim mikrobial. Beberapa kelebihan enzim produk mikrobial adalah tingkat produksinya yang cepat, investasi yang lebih rendah untuk kebutuhan lahan, tidak terpengaruh iklim, hingga konsumsi energi dan jejak karbon yang rendah. Sehingga produk ini dinilai lebih ekonomis dan ramah lingkungan dibanding ekstraksi langsung dari sumber hewan atau tumbuhan.
Produksi enzim secara bioteknologi ini, memanfaatkan mikroorganisme tertentu yang mampu menghasilkan enzim tertentu pula, dengan cara ditumbuhkan pada subtrat atau
media tumbuh khusus. Media tumbuh mikroba dalam skala laboratorium biasanya merupakan campuran beberapa bahan, salah satunya pepton sebagai sumber karbon. Media ini digunakan pada tahap awal isolasi dan pemurnian mikroba. Sumber peptone perlu diperhatikan karena bisa saja berasal dari babi dan turunannya. Sementara dalam skala produksi media tumbuh yang banyak digunakan untuk produksi enzim mikroba salah satunya adalah limbah agroindustri seperti limbah buah-buahan, yang sebagian besar terdiri dari biji, kulit, kulit buah, dan pomace (residu padatan setelah buah diperas) yang dianggap kaya akan bahan bioaktif.
Titik kritis produk mikrobial terletak pada penggunaan media tumbuh mikroba, bahan tambahan dan/atau bahan penolongnya. Semua bahan tersebut tidak boleh berasal dari babi atau turunannya. Penggunaan produk mikrobial dari mikroba yang tumbuh pada media yang suci hukumnya halal. Produk personal care tidak dapat disertifikasi halal, jika diketahui media tumbuh untuk mikroba saat produksi enzim menggunakan bahan yang diharamkan. Titik kritis lainnya dapat berasal dari bahan yang digunakan pada proses mikroenkapsulasi enzim.
Pentingnya Label Halal Pada Produk Personal Care
Informasi tentang bahan pada sebuah produk cukup sulit diketahui konsumen. Hal ini memerlukan pengetahuan spesifik tentang bahan, kemurnian, sumber, serta metode pembuatannya. Konsumen pun tak bisa sepenuhnya bergantung pada label vegan, karena berbeda persyaratannya dengan halal. Meskipun vegan tak melibatkan unsur hewani, namun penggunaan pelarut dalam proses ekstraksi bahan alam seringkali tak memenuhi kaidah halal. Sehingga vegan belum tentu comply dengan halal.
Keberadaan label halal pada produk personal care akan memudahkan konsumen muslim. Label halal merupakan bukti pemenuhan aspek persyaratan halal yang ditetapkan dalam Islam, mulai dari bahan, proses, penyimpanan dan distribusi, hingga produk sampai ke tangan konsumen. (Anidah)