9 minute read

25 DPKLTS Turun Menyawah Praktik Tanam Padi SRI Dedi Sugiat

25

DPKLTS TURUN MENYAWAH PRAKTIK TANAM PADI SRI

Advertisement

Dedi Sugiat

Anggota Divisi Pertanian dan Ketahanan Pangan

Pada tahun 2016, Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda atau DPKLTS pernah membuat hipotesis tentang kedaulatan pangan berbasis beras untuk Indonesia. Kondisi yang ada bila menggunakan metode menyawah “normatif biasa atau konvensional”, adalah sebagai berikut pertama, konversi padi ke beras: 0,56 dengan asumsi tidak ada inovasi teknologi. Kedua, konsumsi beras per kapita: 124 kg/ beras/ kapita/ tahun (asumsi tanpa ada diversifikasi pangan). Ketiga, luas sawah irigasi tahun 2010: 7,22 juta ha, dengan produksi padi rata-rata: 5,16 ton/ha, indeks pertanaman: 1,68, dan infrastruktur irigasi yang berfungsi: 42%.

Selanjutnya dari panen “normatif biasaatau konvensional” terus menuju kebutuhan beras, adalah sebagi berikut: pertama, panen padi: 7,22 juta ha x 5,16 ton/ha x 1,68 panen x 42% = 26,29 juta ton padi. Kedua, konversi padi ke beras (normatif): 26,29 juta ton padi x 0.56 beras = 14,72 juta ton beras. Ketiga, kebutuhan beras tahun 2010: 238,5 juta jiwa x 124 kg beras = 29,57 juta ton beras, maka terjadi defisit = (29,57 –14,72) juta ton beras = 14,85 juta ton beras. Keempat, kebutuhan beras tahun 2020: 271,1 juta jiwa x 124 kg beras = 33,62 juta ton beras, maka terjadi defisit = 33,62 juta ton – 14,72 juta ton = 18,90 juta ton beras. Kelima, kebutuhan beras tahun 2025: 284,8 juta jiwa x 124 kg beras =

Bunga Rampai - 20 TAHUN DPKLTS - 10 September 2021 149

35,32 juta ton beras, maka terjadi defisit = (35,32 –14,72) juta ton beras = 20,60 juta ton beras.

Bila saja 33,3% dari produksi beras menggunakan metode System of Rice Intensification atau SRI dengan hasil panen 8,5 ton/ha, maka pertama: (33,3% x 7,22 juta ha x 8,5 ton/ha x 2 panen) + (66,7% x 7,22 juta ha x 5,16 ton/ha x 1,68 panen x 42%) = (40,87 + 17,53) juta ton padi = 58,40 juta ton padi. Kedua, konversi padi ke beras: 58,40 juta ton padi x 0.56 = 32,70 juta ton beras. Ketiga, kebutuhan beras tahun 2010: 29,57 juta ton beras , maka terjadi surplus = (32,70 - 29,57) juta ton beras = 3,13 juta ton beras. Keempat, kebutuhan beras tahun 2020: 33,62 juta ton beras, maka terjadi defisit = (32,70 – 33,62) juta ton beras = 0,92 juta ton beras. Kelima, kebutuhan beras 2025: 35,32 juta ton beras, maka terjadi defisit = (32,70 –35,32) juta ton beras = 2,62 juta ton beras.

Berdasar angka-angka hipotesis tersebut di atas perlulah kiranya ada terobosan inovatif untuk peningkatan produktivitas tanaman, perluasan intensifikasi SRI, dan teknologi pasca panen, serta yang sangat penting adalah regulasi sawah abadi di setiap provinsi yang tidak boleh dialih fungsi. Wakil Presiden RI bapak Jusuf Kalla pada awal 2015, mengatakan kepada DPKLTS, bahwa yang diperlukan untuk swasembada pangan, adalah: benih yang bermutu, pupuk yang tepat baik jumlah maupun jadwal pemupukannya, air dengan jumlah yang cukup, serta penyuluh yang berkualitas dan bertanggung jawab.

Sejak jaman Orde Lama, kemudian Orde Baru, lalu Orde Reformasi, dan lanjut Orde saat ini, grafik dinamika impor beras yang masuk ke Indonesia selalu rata-rata antara 500 ribu ton per tahun sampai 1 juta ton per tahun. Bahkan pernah terjadi pada tahun 1999 impor beras mencapai 4,5 juta ton per tahun.

Namun yang menarik adalah terjadi pada tahun 1986 Indonesia mendapat penghargaan swasembada pangan dari Food and Agriculture Organization atau FAO di bawah PBB, waktu itu tidak ada impor beras masuk Indonesia.

Bahkan dikatakan Indonesia adalah negara “from the biggest rice importer to self sufficiency”. Waktu itu ada political will dan action yang kuat dari pemerintah, serta saat itu dibantu musim La Nina yg bersahabat. Hal seperti itu juga pernah terjadi pada tahun 2008-2009 karena ada dorongan political will dari pemerintah.

150 Bunga Rampai - 20 TAHUN DPKLTS - 10 September 2021

SRI yang Sangat Menjanjikan

Sistem Intensifikasi Padi atau SRI adalah metode menanam padi yang menjanjikan dengan penghematan sumber daya untuk pertumbuhan padi irigasi ataupun tadah hujan. Studi di sejumlah negara telah menunjukkan peningkatan hasil panen yang signifikan, dengan substansial penghematan biji (80%-90%), air (25%-50%), dan biaya (10%-20%) dibandingkan dengan metode konvensional. SRI bukan sebuah teknologi, tetapi seperangkat ide dan prinsip sederhana yang membantu menghasilkan tanaman yang lebih produktif dan kuat, dan ini sangat cocok untuk Indonesia agar terjadi surplus antara panen dan kebutuhan akan beras.

Adapun prinsip, keunggulan, dan manfaat menanam padi dengan metode SRI adalah tidak terlalu sulit, ini lebih kepada inovasi, kreativitas, dan bahkan bisa menjadibudaya bagi para petani sawah.

Pertama, prinsip metode SRI: (1) tanam bibit muda umur 5-12 hari setelah semai (HSS), ketika daun masih 2 helai, (2) ditanam satu bibit per titik tanam, jarak 30 cm x 30 cm, atau lebih, (3) penanaman harus secepat mungkin,hati-hati, agar akar tidak putus, (4) ditanam dangkal di atas permukaan tanah, antara batang dan akar membentuk huruf “L”, (5) pemberian air macak-macak, dan pada periode tertentu dikeringkan (irigasi terputus), (6) penyiangan sejak awal sekitar 10 hari, diulang 2-3 kali, dengan interval 10 hari, (7) gunakan pupuk dan pestisida organik untuk menjaga keseimbangan biota tanah, dan (8) peningkatan aerasi tanah dengan penggemburan atau pembajakan.

Kedua, keunggulan metode SRI: (1) hemat air, kebutuhan hanya 20%30% dari kebutuhan air cara konvensional, (2) hemat waktu, ditanam bibit muda 5-12 HSS, dan waktu panen akan lebih awal, (3) hemat benih hingga 80%, tidak perlu biaya cabut bibit, pindah bibit, hemat tenaga tanam, dan lain-lainnya, (4) produksi meningkat, bisa mencapai 10 ton/ha/panen, target berikut 15 ton/ha/panen, (5) meningkatkan aspek lingkungan, tanpa pupuk dan pestisida kimia, dan tidak mengkonservasi alam, (6) meningkatkan kesehatan, padi yang dihasilkan lebih sehat, karena tidak mengandung zat kimia, (7) meningkatkan kualitas hasil panen, menguntungkan petani, karena harga jual lebih tinggi, dan (8) mengedepankan kearifan lokal serta ramah lingkungan.

Bunga Rampai - 20 TAHUN DPKLTS - 10 September 2021 151

Ketiga, manfaat metode SRI: (1) tidak tergantung kepada pupuk dan pestisida kimia buatan pabrik yang semakin mahal, dan datangnya sering tidak menentu, (2) memulihkan kesehatan dan kesuburan tanah, serta mewujudkan keseimbangan ekologi tanah, (3) membangun petani mandiri, yg mampu menjadi ahli di lahannya sendiri, (4) membuka lapangan kerja desa, mengurangi pengangguran, meningkatkan pendapatan petani, (5) menghasilkan beras sehat, rendemen tinggi, dan tidak mengandung racun kimia, dan (6) mewariskan tanah sehat untuk generasi mendatang.

DPKLTS Praktik SRI di Sawah Polda Jabar

Menanam padi SRI telah banyak dilakukan di beberapa daerah termasuk di luar Pulau Jawa dikoordinasi oleh kang Alik Sutaryat, tokoh SRI Indonesia bekerja sama dengan PT Medco Energi pimpinan bapak Arifin Panigoro. Praktik menanam padi SRI juga dilakukan oleh bapak Solihin GP pembina dan sesepuh DPKLTS, di sawah beliau di Sukabumi dan Nagreg.

Pada bulan Desember 2014 sampai bulan April 2015, DPKLTS mencoba turun menyawah sendiri untuk mempraktikkan penanaman padi SRI. Untuk praktik penanaman padi SRI ini, DPKLTS bekerjasamadengan Polda Jabar yang betujuan memperkenalkan padi organik SRI kepada semua Polres di Jawa Barat. Polda Jabar memberi izin lahan sawah yang berada di belakang komplek perkantoran Polda Jabar. Luas tanah sawah ini kurang lebih 7.600 m2, dengan syarathanyabisasatu kali masa tanam karena tanah tersebut segera akan dibangun untuk menambah gedung perkantoram Polda Jabar.

DPKLTS mulai mengolah sawah dan menanam padi SRI pada tanggal 6 Desember 2014. Segala biaya yang dikeluarkan dalam proses penanaman padi ini semuanya ditanggung oleh pihak DPKLTS . Dalam melaksanakan kegiatan tanam padi ini, DPKLTS dibantu oleh 2 (dua) orang asisten kang Alik Sutaryat yang didatangkan dari Tasikmalaya. Berkat pengolahan tanah sampai pemeliharaan dan panen yang terkoodinasi, praktik penanaman padi SRI di sawah milik Polda Jabar ini telah sukses, antara lain 1 rumpun tanaman padi mencapai sekitar 100 anakan. Pelaksanaan panen raya berlangsung pada tanggal 28 Aplril2015, dalam suasana yang meriah. Hadirwaktu itu Kapolda Jawa Barat beserta jajaran Polresnya, serta bapak Solihin GP beserta jajaran anggota DPKLTS.

152 Bunga Rampai - 20 TAHUN DPKLTS - 10 September 2021

Tadinya luas sawah yang akan dikerjakan oleh DPKLTS adalah seluas 1,5 ha, namun setelah dihitung di lapangan, luas sawah milik Polda Jabar itu hanya 7.600 m2. Berikut adalah perhitungan biaya menyawah dengan dasar yang diperkirakan DPKLTS seluassemula1,5 haberdasar diskusi bersama para ahli di DPKLTS:

Pertama, biaya produksi sebagai berikut: (1) pendamping 2 orang selama 4 bulan Rp 30.000.000, dengan rincian honor 2 orang x Rp 2.500.000/bulan x 4 bulan = Rp 20.000.000, biaya makan 2 orang x Rp 1.000.000/bulan x 4 bulan = Rp 8.000.000, penginapan selama 4 bulan x Rp 500.000/bulan = Rp 2.000.000, (2) kebutuhan kompos cukup besar, karena pertama kali olah lahan, mengingat banyak kandungan limbah dan plastik di sawah tersebut, dengan rincian butuh kompos 12 ton/ha, utk 1,5 ha = 12 ton x 1,5 ha = 18 ton, harga kompos diambil yang Rp 600/kg 18 ton x Rp 600 = 18.000 kg x Rp 600 = Rp 10.800.000, (3) olah lahan dilakukan degan traktor = Rp 1.400.000, (4) perlengkapan berupa caplak kayu Rp 100.000/caplak, perlu 2 x Rp 100.000/caplak = Rp 200.000, benih 7,5 kg @ Rp 15.000/kg = Rp 112.500, mikro organisme lokal 300 liter @ Rp 5.000/ liter untuk 1,5 ha = Rp 1.500.000, pestisida nabati utk 1 musim perlu 30 liter (biaya 1 paket) = Rp 500.000, (5) penanaman 30 HOK @ Rp 50.000 = Rp 1.500.000, (6) penyiangan 120 HOK @ Rp 50.000 (paket 4 kali) = Rp 6.000.000, (7) penyemprotan 30 HOK @ Rp 50.000 sampai panen = Rp 1.500.000, (8) panen 75 HOK @ Rp 50.000 = Rp 3.750.000, (9) jumlah biaya produksi semua = Rp 57.262.500, (10) bila tanpa pendamping, maka biaya produksi hanya = Rp 57.262.500 – Rp 30.000.000 = Rp 27.262.500.

Kedua, analisis harganya sebagai berikut: (1) target panen/ha 8 ton GKP x 85% = 6,8 ton GKG, utk luas 1,5 ha = 10,2 ton GKG, (2) harga GKG Rp 6.000/kg, (3) jumlah pendapatan seluas 1,5 ha =10,2 ton x Rp 6.000/kg = Rp 61.200.000

Ketiga, negosiasi dengan polda dan penggarap adalah: (1) modal DPKLTS Rp 57.262.000, dan itu harus kembali, (2) jumlah pendapatan dikurangi modal: Rp 61.200.000 – Rp 57.262.000 = Rp 3.933.000, (3) bagi hasil, DPKLTS, Polda Jabar, penggarap masing-masing 1/3 bagian, masing-masing = Rp 3.933.000/3 = Rp 1.311.000, (4) Polda Jabar dan penggarap mendapat ilmu SRI dan penghargaan, (5) tanah kembali sehat dan subur, (5) bila tanpa pendamping maka pendapatan akan

Bunga Rampai - 20 TAHUN DPKLTS - 10 September 2021 153

menjadi Rp 61.200.000 – Rp 27.262.500 = Rp 33.937.500, dan bagi hasilnya masing-masing Rp 33.937.500/3 = Rp 11.312.500. Keempat, perbandingan bila penanaman tanpa menggunakan metode SRI diperhitungkan sebagai berikut: (1) panen per ha maksimum 3 ton GKP, untuk 1,5 ha maksimum 4,5 ton GKP = 4,5 x 85% = 3,825 ton GKG x Rp 4.800.000 per ton = Rp 18.360.000, (2) biaya produksi dihitung normatif Rp 6.000.000, maka pendapatan Rp 18.360.000-Rp 6.000.000 = Rp 12.360.000, (3) bagi hasil Polda Jabar dan penggarap, masingmasaing separuhnya = Rp 6.180.000, (4) Polda Jabar dan penggarap tidak mendapat ilmu SRI.

Kelima, sebagai catatan pengalaman DPKLTS menyawah praktik tanam padi SRI di sawah milik Polda Jabar adalah: (1) lain kali dilakukan sendiri, tanpa pendamping, karena pendamping mahal biayanya, (2) sebelumnya luas sawah harus diukur dengan benar karena akan mempengaruhi biaya produksi dan hasil panen, semula diperkirakan luas sawah = 1,5 ha, ternyata hanya 7.600 m2, (3) lahan sawah harus betul-betul bersih dari kotoran limbah dan plastik, karena sangat mempengaruhi biaya pengolahan tanah, (4) sangat terbukti bahwa keuntungan pendapatan petani dengan metoda SRI bisa berlipat ganda 3 bahkan 5 kali dari metode konvensional, dan mutu padi dan berasnya pun sangat tinggi.

Menyawah tidak cukup dengan berteori di atas meja, berseminar, dan lain-lainnya, tetapi harus langsung berpraktek di sawah, supaya tahu betapa tidak mudahnya bersawah itu, dan betapa mulianya jasa petani padi sawah untuk kehidupan kita semua.***

154 Bunga Rampai - 20 TAHUN DPKLTS - 10 September 2021