6 minute read

21 Tantangan Masa Depan Ketahanan Pangan di Tatar Sunda Lukman Maulana

21

TANTANGAN MASA DEPAN KETAHANAN PANGAN DI TATAR SUNDA

Advertisement

Lukman Maulana

Ketua Divisi Pertanian dan Ketahanan Pangan

Sejak zaman dahulu Tatar Sunda terkenal dengan tanahnya yang subur dengan berbagai kekayaansumberdayaalam.MasyarakatSunda sebagai masyarakat agraris memiliki berbagai sumber makanan yang berlimpah, bahkan hingga saat ini Tatar Sunda yaitu sebutan untuk Provinsi JawaBaratmerupakansalahsatulumbungpadinasional.

Secara teoritis membangun pertanian di tanah Sunda ini terlihat mudah untuk mewujudkannya, namun secara realita, teori tersebut di bantah dengan kejadian, peristiwa dan isu yang selama ini didengar dan dialami.

Bagaimana tidak, laju konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian terus meningkat tiap tahunnya, impor kebutuhan komoditi pokok terus meningkat, indikator Nilai Tukar Petani atau NTP terus stagnan jalan di tempat, hingga bencana-bencana dan krisis iklim menjadikan penyebab gagalnya panen komoditi di kabupaten/kota di TatarSundaini.

Melihat pengertian ketahanan pangan, tidak lepas dari UndangUndang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Disebutkan dalam Undang-Undang tersebut bahwa Ketahanan Pangan adalah “kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang

Bunga Rampai - 20 TAHUN DPKLTS - 10 September 2021 127

tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan”.

Undang-Undang Pangan bukan hanya berbicara tentang ketahanan pangan, namun juga memperjelas dan memperkuat pencapaian ketahanan pangan dengan mewujudkan kedaulatan pangan atau food soveregnity, dengan kemandirian pangan atau food resilience, serta keamananpangan atau food safety“ .

Diamanatkan bahwa “Kedaulatan Pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan pangan yang menjamin hakatas pangan bagi rakyat dan yang memberikanhakbagi masyarakat untuk menentukan sistem pangan yang sesuai dengan potensi sumberdayalokal”.

Berdasarkan pada konsep dasar ketahanan pangan tersebut di atas, aspek strategis dalam ketahanan pangan dapat dibedakan minimal pada 4 (empat) aspek, yaitu (1) ketersediaan, (2) stabilitas,(3) akses, dan (4) penggunaan pangan. Ketersediaan pangan dan stabilitas merupakan aspekketahananpanganditingkatmakro,sedangkanakses pangan dan penggunaan pangan adalah aspek ketahanan pangan di tingkat mikro. Terpenuhinya kondisi masing-masing aspek ini secara simultan adalah syarat mutlak untuk terwujudnya ketahanan panganyang mantap.

Tantangan saat ini dan masa depan ketahanan pangan pada aspek ketersediaan pangan adalah bagaimana menjamin ketersediaan pangan dengan keterbatasan sumberdaya alam yang berbanding terbalik dengan pertumbuhan penduduk, juga bagaimana mengurangi impor komoditi pokok masyarakat yang cenderung terus meningkat. Di sektor hulu, pangan ini dominasi proses budidayanya masih dilakukan secara tradisional, lahan sempit, tidak berdaya saing, serta konservatif, dimana tingkat perubahan ke arah budidaya modernmasih sangatrendah.

Beberapa Kendala Penghambat

Walaupun berbagai masalah pada ketahanan pangan teridentifikasi semakin meningkat angkanya, namun ada beberapa permasalahan yang

128 Bunga Rampai - 20 TAHUN DPKLTS - 10 September 2021

berdampak sistemik pada kinerja ketahanan pangan, di mana apabila permasalahan-permasalahan yang berdampak sistemik tersebut bisa diatasi, maka jumlah dan dampak perubahannya akan meningkat pada skala yang makin membesar.

Pada kesempatan ini fokus tulisan hanya menyoroti pada 4 (empat) persoalan krusial terkait beberapa kendala yang menyebabkan terhambatnya percepatan pada pembangunan ketahanan pangan di sektor hulu.

Pertama, lahan merupakan media tempat penyelenggaraan pangan dilakukan, baik untuk komoditas pertanian, peternakan, perikanan maupun kehutanan. Saat ini kondisi kuantitas dan kualitas lahan merupakan faktor pembatas bagi penyelenggaraan pangan. Secara kuantitas lahan pertanian di TatarSunda ini sebetulnya cukup luas.

Bahkan dengan adanya program pencetakan sawah hingga perhutanan sosial, akan terasa semakin meningkatkan kuantitas lahan. Namun kenyataannyadengan adanya mekanisme pasar saat ini,seperti semakin berkembangnya sektor industri dan perumahan, terlihat potensi lahan pertanian memiliki selisih minus dalam peningkatannya.

Malah di Tatar Sunda ini, rumah tangga petani yang mempunyai luas lahan kurang dari 0,5 hektar berjumlah sebesar 83 persen, dan rerata luas lahannya hanya sebesar 1.128 m2. Betapa sempit dan tidak menguntungkannya budidaya pangan dengan kondisi kuantitas lahan untuk usaha tani hanya seluas itu. Kemudian secara kualitas, dengan sistemik dan intensifnya budidaya pangan meggunakan input pupuk anorganik, makakandunganorganiklahanberubah menjadi rendah.

Secara nasional, berdasarkan data Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSDLP) di Bogor, ketersediaan lahan pertanian dengan kandungan organik rendah, yaitu yang kandungannya kurang dari 2 persen, berjumlah kurang lebih seluas 73 persen dari ketersediaan nasional, sedangkan yang kandungan organiknya sedang dan tinggi, berjumlahtidaklebihdari 27 persen.

Kedua, air merupakan komponen esensial dalam budidaya komoditi pertanian. Saat ini sumber daya air di Tatar Sunda penggunaannya didominasi untuk pertanian. Bagaimana tidak, untuk kebutuhan air padi sawah saja diperlukan 13.000 m3 air per musim atau setara

Bunga Rampai - 20 TAHUN DPKLTS - 10 September 2021 129

dengan 13.000 toren air ukuran 1.000 liter. Betapa borosnya proses budidaya komoditi padi sawah ini, yang dicontohkan adalah kasus di Wilayah Sungai Citarum, di mana penggunaan air untuk irigasi dibutuhkan 11.680 juta m3/tahun atau 94 persennya dari ketersediaan air yang ada di Wilayah Sungai Citarum. Kemudian untukmusimtanam ke-3 pada musim kemarau, jumlah petani yang melakukan budidaya pertanian sawah hanyatersisa34 persendari totalyang dibudidayakan.

Terlihat sangat paradoks melihat hal tersebut tersebut. Andaikan terdapatskema,metodedanprogrambudidayayanghematair,tentunya akan sangat menguntungkan, baik untuk peningkatan jumlah lahan budidaya maupun digunakan untuk kebutuhan Sistem Penyediaan Air Minum atau SPAMdiKab/Kota diTatarSundaini.

Ketiga, perubahan iklim merupakan fenomena alam global yang sangat berpengaruhterhadap berbagai kegiatan termasuk kegiatan pertanian. Pembangunan berkelanjutan termasuk di dalamnya adalah pembangunan pertanian yang berkelanjutan merupakan komitmen negara-negara dunia yang harus dipatuhi dan dilaksanakan yang pada hekekatnya adalah kegiatan pembangunan yang memadukan aspekekonomi, sosial dan lingkungan.

Indonesia menempati urutan ke-16 dari 25 negara dalam hal penerapan Suistainable Agriculture, dimana masih banyak pekerjaan rumah dalam hal mitigasi dan tindakan untuk mengurangi dampak lingkungan dari pertanian, baik dari degradasi lahan, produksi gas rumah kaca,dan kebutuhan air untuk budidayanya. Krisis pangan dapat terjadi karena kekeringan besar, terutama disebabkan oleh fenomena cuacaglobalEl Nino.

Kekeringan ini secara substansial mengurangi produksi makanan, khususnya beras yang merupakan sumber makanan pokok bangsa Indonesia. Faktor lainnya adalah kurangnya input meningkatkan produk pertanian, seperti pupuk dan pestisida. Menurut pendapat ahli, bahwa Tatar Sunda dalam hal pertanian dikatakan menyumbangkan urutan 5 (lima) besar sebagai produsen gas rumah kaca.

Keempat, teknologi merupakan hal yang tidak dapat dipungkiri sebagai penunjang dalam meningkatkan kegiatan pertanian dan ketahanan pangan. Pada era disrupsi ini penggunaan internet merupakan ekosistem usaha di dunia global. Dalam pemenuhan penyediaan

130 Bunga Rampai - 20 TAHUN DPKLTS - 10 September 2021

bahan baku, manajemen operasional, kontrol hingga pemasaran, termasuk perdagangan digital atau e-commerce, maka internet mengubah pola bisnis tersebut menjadikan prosesnya lebih ringkas, cepatdan murah. Pada ekosistem usaha sekarang, digitalisasi berbagai pekerjaan mengalami transisi besar-besaran.

Penggunaan IoT, Big Data, Sensor, Vertical Farming, Robots, dan lainlain bertahap diaplikasikan di dunia pertanian, terlebih beberapa tahun belakangan ini semakin meningkat. Namun di sisi lain, petanipetani lokal yang melek internet rerata tidak lebih dari 10 persen.

Hal ini tentu akan mengurangi daya saing petani tersebut apabila menginginkan perubahan pola bisnis dan tingkat kesejahteraannya. Namun sebelum merambah ke era digitalisasi, minimal petani harus mampu berinovasi untuk bisa melakukan budidaya dengan mekanisasi skala kecil, karena kenyataannya luas lahan petani seperti yang disebutkan diatas, hanya mempunyai dan atau menguasai lahan rerata 1.128m2 saja.

Perlu Kolaborasi

Besar harapan bahwa semua persoalan ini bisa diatasi dan dapat dilakukan inisiasi atau intervensi baik oleh pemerintah maupun pihak swasta serta masyarakat. Untuk perbaikan 4 (empat) hal tersebut di atas Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda atau DPKLTS telah, sedang, dan akan terus bergerak dengan memfasilitasi dan mengaggregasi stakeholders terkait untuk melakukan kolaborasi dalam kerangka perningkatan ketahanan pangan pada sektor hulu dengan mengajak sebanyak mungkin kelembagaan dan sumber daya manusia diTatar Sunda ini.

Arahdankebijakanperbaikan,terutamadisektorlahan,harusmencari celah hukum dan regulasi, terutama pada ranah reforma agraria. Kemudian di ranah sumber daya air, kerjasama antar stakeholders kehutanan dan pertanian perlu menyamakan frekuensi untuk timbal balik keuntungan bersama, baik melalui skema jasa lingkungan maupun melakukan metode budidaya pada komoditi pertanian yang hemat dalampenggunaan air.

Kemudian untuk mitigasi dan adpatasi perubahan iklim, bagaimana upaya petani-petani bisa menerapkan suistainble agriculture dengan

Bunga Rampai - 20 TAHUN DPKLTS - 10 September 2021 131

jaminan dapat memberikan hasil produksi yang lebih baik, bukan malah membebani biaya produksi mereka yang sebenarnya sudah tidak layak usaha.

Selanjutnya supaya teknologi budidaya dan teknologi informasi yang paling update bisadiakses,perludilakukanstimuluspada infrastruktur digital pedesaan, sehingga kesenjangan teknologi antara pedesaan danperkotaan bisa dikurangi.

Demikian tulisan ringkas ini dibuat, dengan harapan supaya bisa menjadi bahan diskusi yang lebih matang, implementatif serta solutif dalam memberikan modalitas dalam perbaikan ketahanan pangan ke depannya pada sektorhulu diTatar Sundaini.***

132 Bunga Rampai - 20 TAHUN DPKLTS - 10 September 2021