4 minute read

24 Membangun Big Data Rantai Pasok Pertanian Lukman Maulana

24

MEMBANGUN BIG DATA RANTAI PASOK PERTANIAN

Advertisement

Lukman Maulana

Divisi Pertanian dan Ketahanan Pangan

Fluktuasi harga komoditi pertanian bukan barang aneh lagi, setiap tahun kejadian tersebut terjadi secara berulang-ulang namun saat kondisi demikian, sedikit pihak yang bisa membantu. Itupun melalui intervensi yang boleh dibilang “telat” melalui pembelian terpaksa, yang bukan dikarenakan kebutuhan alamiah, namun dikarenakan belas kasihan ataupun hanya menjaga nama baik pihak yang terlambat mengantisipasi atau tidak mempunyai mekanisme penjaminan harga yang stabil untuk menjaga keuntungan produsen komoditi.

Andai terlalu mahal bagi konsumen, komoditi pokok akan langsung diintervensi oleh BUMN ataupun pemerintah melalui mekanisme operasi pasar atau pengecekan gudang-gudang penyimpan komoditi pertanian. Di satu sisi, kondisi ini merupakan berkah bagi produsen, namun sial bagi konsumen, begitupun sebaliknya. Apabila komoditi di luar pokok dan bukan komoditi yang dilindungi, kerugian usaha pertanian merupakan bagian dari kehidupan sektor ini.

Tidak terbayangkan putus asanya seorang petani yang berbulan-bulan mencurahkan tenaga, biaya, pikiran, dan waktu untuk membayangkan mendapatkan hasil dengan harga jual komoditinya yang terjun bebas. Risiko usaha sektor pertanian ini beban terbesarnya didapatkan oleh petani. Di sisi lain bagi pihak yang mulai dari distributor hingga peritel

Bunga Rampai - 20 TAHUN DPKLTS - 10 September 2021 145

akan merasa sebaliknya, mereka tanpa beban menjual berdasarkan harga pasar yang berlaku dan tidak menanggung risiko kerugian sebesar petani. Ironisnya, dari aspek keuntungan usaha, petani mendapatkan keuntungan tidak sebesar distributor hingga peritel, terlebih komoditi yang dikemas dengan branding.

Big Data Sebagai Solusi

Berdasarkan perulangan peristiwa yang terjadi setiap tahun tersebut, maka selain mubazir, selain dari waktu, biaya, pikiran, dan tenaga, juga akan menciptakan pengabaian usaha-usaha konservasi lingkungan dalam pertanian, boro-boro membantu menjaga lingkungan hidup, untuk modal usaha saja sudah rugi.

Untuk itu diperlukan usaha-usaha penanggulangannya, salah satu yang bisa dicoba diimplementasikan adalah dengan memanfaatkan instrumen yang berkembang pesat di era Digital Disruption, yaitu pemanfaatan Big Data (BG)dalam rantai pasok komoditi pertanian.

BG merupakan kumpulan data yang memiliki ukuran besar dan melebihi kapasitas dari perangkat lunak basis data untuk mengelola dan menganalisisnya. Hal ini dikarenakan setiap saat terjadi transaksi bisnis dan non bisnis, maka BG tumbuh kembang pada data dan informasi yang kecepatan variasi dan suplainya sangat besar.

BG memiliki 4 (empat) karakteristik yang disingkat 4V yang artinya yaitu: (1)volume,(2) velositas(kecepatan data mengalir), (3) varietas(keberagaman data), dan (4) value (nilai dan kegunaan dari data).

Pada tahapan akhir semua karakter (1) sampai (3) itu akan dibaca secara algoritma hingga dianalisis melalui proses pengujian set data yang besar untuk menemukan pola yang tersembunyi, korelasi yang tidak diketahui, tren pasar, preferensi pelanggan dan informasi bisnis lainnya yang berguna. Temuan analitis tersebut dapat membuat pemasaran menjadi lebih efektif, peluang pendapatan baru, layanan pelanggan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional, keunggulan kompetitif, dan keuntunganbisnis lainnya.

Penyaluran informasi cuaca, musim tanam, kondisi pengairan, jumlah pupuk yang diberikan di sektor hulu pertanian, bukan merupakan

146 Bunga Rampai - 20 TAHUN DPKLTS - 10 September 2021

barang baru bagi implementasi dan diseminasi informasi digital dari pemerintah. Kemudian di sektor hilir informasi harga, dan tempat penjualan komoditi juga bukan barang baru bagi implementasi dan diseminasi informasi digital dari pemerintah.

Pada sektor pertanian, penerapan BG ini tidak bisa dilakukan sebagian atau beberapa bagian tertentu saja, namun harus dilakukan secara “kaffah” untuk menjamin ketersediaan awal kemunculan data produksi di sektor pertanian, hingga akhir data yang di-capture di sektor pasar dan toko modern, hingga ke tangan konsumen.

Perlu Percepatan Segera

BG akan memberikan informasi utuh kepada eksekutor kebijakan dan regulasi sampai pelaksana teknis di pemerintah untuk menentukan antisipasi sejak jauh-jauh hari.

BG bukannya akan mengantispasi kerugian sebesar 100% dan berhasil total, namun lebih kepada memperkecil celah fluktuasi harga yang naik turun secara tajam.

Oleh karenanya infrastruktur digital di pedesaan khususnya sektor pertanian perlu disebar secara merata, dan ini merupakan tantangan besar bagi provider internet, pemerintah dan petani yang meng-input dan update penanaman.

Kemudian infrastruktur di pasar-pasar induk dan tradisional, supermarket hingga hypermarket, juga perlu dibangun secara merata. Untuk supermarket hingga hypermarket penggunaan transaksi digital rasanya sudah hampir melakukan 99%, namun yang menjadi tantangan terbesar adalah menyebar-ratakan transaksi digital bagi pedagangpedagang di pasar tradisional. Apabila dilakukan secara manual dalam melakukan transaksinya akan terdapat celah kesalahan, dalam melakukan akurasi pencatatan.

Sebagai ilustrasi, untuk contoh komoditi cabai yang rawan fluktuasi di bulan-bulan tertentu setiap tahunnya, akan dikontrol melalui tren konsumsi per bulannya, hingga menentukan range produksi terkecil yang perlu diproduksi, dan BG akan menyebar informasi ke setiap sektor pertanian, maksimalnya produksi dan toleransinya, memang tidak akan sepresisi sampai 100%, karena ada faktor petani yang bisa

Bunga Rampai - 20 TAHUN DPKLTS - 10 September 2021 147

melaksanakan menanam atau mengabaikan berdasar informasi yang didapat dari BG.

Implementasi ini bisa tahunan, juga bisa puluhan tahun, namun setidaknya 13% petani sudah mengakses internet menurut Badan Pusat Statistik (BPS), kemudian pedagang yang sudah melakukan transaksi digital 10% menurut Asosiasi Pengelola Pasar Indonesia (APPI).

Hal ini merupakan modal awal yang tidak jelek-jelek amat bagi pengembangan BG ini. Apabila hal ini bisa dilakukan percepatan, maka target utama jaminan dan kepastian harga membuat petani bisa tidur dengan nyenyak setiap bulannya, tanpa dihantui harga yang kadang merangsek naik dan turun.

Kemudian target turunananya, semua transaksi perputaran ekonomi, pengenaan pajak, pungutan dan retribusi akan tercatat lebih akurat, presisi dan minim kebocoran. Juga tentunya investor dan sektor perbankan akan lebih giat lagi dalam menyalurkan pendanaannya ke sektor pertanian, yang selama ini mempunyai rasa takut yang berlebihan.

Walhasil dengan BG, maka usaha di sektor pertanian dan pangan bukan pilihan yang terpaksa dan menakutkan lagi bagi generasi milenial, yaitu sebagai program yang saat ini sedang digalakkan pemerintah.***

148 Bunga Rampai - 20 TAHUN DPKLTS - 10 September 2021