Warta PKKMB 2021 Edisi Ketiga

Page 1

1


Warta - 3 Salam Redaksi! Salam hangat dari LPM Didaktika! Selamat datang dan selamat berpikir kritis di bangku perkuliahan. Setelah dua edisi Warta PKKMB terbit, kini edisi ke-tiga hadir memeriahkan tahun ajaran baru kalian. Mari kita berdialektika mengenai isu-isu kampus yang kini masih menjadi persoalan. Mari bersama-sama, membuka pemikiran kita agar tercipta kampus yang ideal bagi seluruh mahasiswa.

Redaksi

SALAM REDAKSI

Pada edisi yang ke-tiga ini, Didaktika terus mengawal perkuliahan daring dan berusaha untuk menghadirkan berita-berita faktual terkini. Mulai dari informasi UKT yang masih simpang siur hingga prodi favorit yang kekurangan tenaga pengajar. Kita mulai akai kita dengan membaca. Kalau bukan kita siapa lagi! kalau bukan sekarang kapan lagi! w Membaca, Menulis, Melawan!

TIM REDAKSI Pemimpin Redaksi Hastomo Dwi Putra

Reporter dan Penulis Izam Komaruzaman Riyasy Asbabur Sekar Tri Widati Sonia Renata Yoga Alfauzan

2

Tata Letak Sonia Renata

Redaksi

Tim

Redaktur Pelaksana Yoga Alfauzan

Editor Ihsan Dwirahman Hastomo Dwi Fadhlan S

1


Daftar Isi Salam Redaksi..................................................................1 Tim Redaksi....................................................................1 Daftar Isi..........................................................................2 Media Sosial.....................................................................2 Berita Utama....................................................................4 Berita 2............................................................................7 Opini..............................................................................10 Resensi...........................................................................13 Puisi................................................................................17

Media Sosial @lpmdidaktika www.didaktikaunj.com Lpmdidaktikaunj@gmail.com Gedung G, Lantai 3, Ruang 304, Kampus A UNJ Jl. Rawamangun Muka, RT.11/RW.14, Rawamangun, Pulo Gadung @lpmdidaktika

2

Daftar Isi

3


LAPORAN UTAMA

Warta - 3

Simpang Siur Informasi Sanggah UKT Mahasiswa Baru "Masa sanggah dihilangkan, informasi sanggah tenggelam. Para mahasiswa baru 2021 merasa keberatan dengan hasil Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang diputuskan."

P

andemi Covid-19 menyebabkan perekonomian masyarakat terguncang. Banyak para pekerja yang harus diberhentikan secara paksa. Walaupun begitu, pengeluaran masih terus berlangsung untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup dan menjalankan aktivitas. Begitu pula dengan mahasiswa baru yang tetap harus membayar UKT. Universitas Negeri Jakarta (UNJ) sama seperti kampus lainnya, masih mengadakan pembelajaran secara daring di tahun 2021. Pembelajaran yang dilakukan secara daring ini tentu membuat mahasiswa tidak dapat menggunakan fasilitas sarana dan prasarana yang tersedia di kampus. Disamping itu, mereka tetap harus membayar UKT secara penuh. Dari hasil resume pertemuan rektor dan BEM (Selasa, 29/07/2021) pada poin ke 3 (b), menyatakan peniadaan masa banding ini bukanlah keputusan langsung

4

dari pemerintah. Namun, mahasiswa baru tetap dapat melakukan sanggah UKT setelah 1 tahun berkuliah. Banyak mahasiswa baru yang merasa terbebani dengan keputusan ini. Kemudian bagi mahasiswa baru yang merasa keberatan dengan UKT-nya, mendapatkan informasi untuk mengajukan keringanan. Akan tetapi, hasil dari audiensi Wakil Rektor (WR) II dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) (Sela-


sa, 10/08/2020), menyatakan bahwa mahasiswa baru yang salah mengisi data pada Sistem Uang Kuliah Tunggal (Siukat), lalu menyebabkan UKT tidak sesuai atau keberatan dengan hasil pengumuman UKT, maka wajib bersurat mengajukan permohonan pengurangan UKT kepada WR II melalui email atau mengirim pesan ke Achmad Fauzi selaku staff Pengembangan Wakil Rektor II Bidang Keuangan. Karena tidak ada masa sanggah UKT untuk mahasiswa baru, maka keringanan dalam bentuk pengangsuran UKT. Mahasiswa yang mendapat keringanan pengangsuran ini dapat membayar UKT secara berangsur sebanyak dua kali, yaitu sebelum kuliah dimulai dan 7 hari sebelum UAS diadakan. Pengangsuran UKT ini tidaklah berdampak pada

jumlah uang yang akan dibayar. Hanya bisa mengajukan cicilan, membuat Sultan Thalib, mahasiswa baru prodi Pendidikan Sejarah berpendapat bahwa adanya diskriminasi yang dilakukan biokrat kepada mahasiswa baru. “Cicilan tetapi bayarnya sama aja,” ujarnya. Sedangkan, informasi untuk sanggahan UKT baru diberitahukan melalui instagram BEM pada tanggal 13 Agustus 2021. Tanggal tersebut bertepatan dengan waktu pembayaran terakhir UKT. Tetapi, melalui pengamatan tim Didaktika dari tahun ke tahun, maba biasanya tidak mengetahui bahwa UNJ sering atau selalu melakukan perpanjangan masa pembayaran UKT. Akhirnya, mahasiswa baru terlanjur membayar UKT tanpa sempat melakukan sanggah UKT. Bahkan, Muhammad Rizqi selaku Advokasi BEM Fakultas Ekonomi menyatakan bahwa ia baru mengetahui perihal sanggah UKT setelah ditanyakan oleh tim Didaktika. Informasi bahwa pengajuan banding hanya bisa dilakukan di semester 3 menyebabkan Muhammad Ade, mahasiswa baru prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) tidak melakukan sanggah UKT. Ia menyampaikan bahwa ayahn-

5


Warta - 3 ya hanya pekerja dengan gaji perbulan sebesar dua juta. Lalu, harus menanggung kakak dan suaminya (kakak ipar), karena mereka korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) saat pendemi. ‘’Jadi, bapak menanggung biaya mereka,” ujarnya. Senada dengan Ade, Aan Nurrohmatuloh selaku staff Advokasi (HIMA) Himpunan Mahasiswa prodi Manajemen, mengatakan terdapat 10 mahasiswa prodi Bisnis Digital yang tidak mengetahui bahwa sanggah UKT dapat dilakukan. Akhirnya, mereka hanya mendapatkan informasi untuk pengangsuran saja. Menanggapi hal ini, Achmad Fauzi staff Pengembang Wakil Rektor II Bidang Keuangan menerangkan jikalau sanggah tetap ada tetapi namanya berubah menjadi pengajuan keringanan ke rektor. Informasi ini telah disampaikan ke BEM sejak tahapan SNMPTN, SBMPTN, bahkan sampai Penmaba Mandiri. Banyaknya mahasiswa baru yang tidak mendapatkan informasi terkait sanggah UKT, Sendy selaku Advokasi BEM UNJ berdalih hal itu dikarenakan mahasiswa baru tidak mengecek grup. “Kami telah membuat template, broadcast, dan menyebarkannya di

6

grup mahasiswa baru,” ucapnya. Berbeda dengan mahasiswa baru yang tidak dapat informasi soal banding atau sanggah UKT, Virda Anika, mahasiswa baru prodi PGSD menyampaikan bahwa ia dapat mengajukan banding dari golongan 8 menjadi golongan 7 dengan cara langsung memberi berkas kepada rektor. “Saya mencari sendiri di laman web UNJ,” ujarnya. Informasi penyanggahan UKT yang simpang siur membuat sebagian mahasiswa tidak mendapatkan informasi yang pasti. Sebagian besar mahasiswa hanya dapat melakukan keringanan berupa pengangsuran.

Penulis: Sonia Renata Editor: Ihsan Dwirahman


BERITA I

Nestapa Prodi Favorit Di Tengah Minimnya Jumlah Dosen

"Program Studi Manajemen memiliki predikat favorit. Kendati demikian, jumlah pengajar yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah mahasiswanya."

T

ahun ini, Manajemen menempati peringkat kedua sebagai Prodi dengan pendaftar SBMPTN terbanyak di UNJ. Tercatat, 3.200 pendaftar memilih Manajemen sebagai Prodi pilihan pertama maupun kedua. Tak ayal, Prodi dengan akreditasi A tersebut mendapat predikat "favorit" di kalangan mahasiswa maupun dosen. Namun, di balik label favorit tersebut, terdapat masalah dalam jumlah pengajar di Prodi Mana-

jemen, terutama masalah jumlah dosen. Dilansir dari PDDikti, jumlah dosen Prodi Manajemen hanya 9 orang, dengan mahasiswa Prodi tersebut mencapai 493 pada 2020. Hal ini menjadikan rasio dosen dan mahasiswa sekitar 1:54. Hal tersebut berbanding terbalik dengan Prodi Psikologi, yang merupakan Prodi favorit SBMPTN UNJ, dengan rasio dosen dan mahasiswa sekitar 1:36. Tentu saja,

7


Warta - 3 rasio tersebut terbilang lebih baik dibanding rasio Prodi Manajemen. Mengingat Surat No. 1041 Badan Akreditasi Nasional - Perguruan Tinggi Tahun 2020 tentang Mekanisme Perpanjangan Akreditasi, menyatakan bahwa jumlah maksimum rasio dosen dan mahasiswa adalah 1:60. Meskipun tidak mencapai angka maksimum yang ditetapkan BAN-PT, rasio yang dimiliki Manajemen terbilang tinggi.

Sas Rifky, mahasiswa Manajemen angkatan 2019 juga mengamini hal tersebut. Menurutnya, Manajemen memang kekurangan dosen. Hal ini pun berdampak pada kegiatan pembelajaran, baik mahasiswa maupun dosen. "Hambatannya berupa dosen yang kurang

8

efektif saat mengajar, karena mungkin kewalahan," ungkapnya. "Saya sebagai mahasiswa juga merasa ilmu yang didapat sangat minim karena hanya diberi tugas tanpa koreksi," lanjutnya. Selaras dengan Rifky, Tasya, mahasiswa Manajemen angkatan 2019 juga mengeluhkan perihal kekurangan dosen. Menurutnya, dosen seringkali merangkap kelas, hingga beberapa kelas dijadikan satu waktu. Hal ini sangat berdampak pada konsentrasi belajarnya. Tasya mengaku, kadang ia sering tidak fokus jika dosen menggabung kelas. Kegiatan perkuliahan dipindahkan menjadi daring, juga menambah pelik permasalahan. Beberapa dosen seringkali mengambil hari libur sebagai jadwal perkuliahan.

"Ganggu banget, jadi kurang fokus dan jenuh," ujarnya. Keluhan juga diungkapkan oleh Rachman Trisna, mahasiswa Manajemen angkatan 2020. Menurutnya, dosen sudah sangat baik dalam mengajar. Namun, ia ingin ada variasi pengajar. Dirinya mengaku sedikit


bosan diajar oleh dosen yang sama selama dua semester ini. "Ada satu dosen yang memang keteter buat ngajar, makanya pernah ditunda kelasnya," keluhnya. Dengan adanya hal tersebut, Trisna menyarankan agar pihak kampus menambah jumlah dosen di Prodi-nya. Sementara itu, Umi Mardiyati, salah satu dosen program studi Manajemen mengatakan bahwa dirinya kurang update perihal rasio mahasiswa dan dosen. "Untuk lebih pastinya coba hubungi koorprodi Manajemen," tandasnya. Namun, saat tim Didaktika meminta konfirmasi kepada Suherman selaku Koordinator Prodi Manajemen, dirinya belum memberikan tanggapan terkait masalah ini. Penulis: Izam Editor: Hastomo

9


OPINI

Warta - 3

PKKMB: Sebatas Euforia dan Seremoni, Membingungkan dan Minim Esensi

"Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB), wajib ikut! Titik." Kalimat tersebut seakan sudah melekat pada setiap kampus di Indonesia, terutama kampus negeri. Ia menjadi sanksi sosial bagi mahasiswa baru agar dapat dengan resmi duduk di bangku kuliah. PKKMB ibaratkan sebuah norma, yang kalau tidak dijalani, mahasiswa akan mendapat cap yang buruk. Lantas sebenarnya, sepenting itu kah orientasi PKKMB bagi mahasiswa? Sebelum masa pandemi, kampus-kampus sering kali menjadikan orientasi ini sebagai ajang untuk menunjukan kehebohan dan keindahan koreografi acara mereka. Tak jarang, beberapa kampus mencoba

10

untuk memecahkan rekor MURI maupun dunia. Misalnya saja, Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) yang pada 2017 lalu memecahkan rekor MURI mozaik tercepat. Rekor ini dipecahkan oleh sekitar 7.520 mahasiswa baru dengan sebelas bentuk formasi dan dalam kurun waktu 41,89 detik. Tak heran, mereka mendapat banjir pujian setelah video tersebut di upload pada akun instagram universitas mereka. Universitas Negeri Jakarta (UNJ) sepertinya juga tidak mau kalah. Di kala pandemi ini, mereka mencoba cara lain agar PKKMB 2021 menjadi acara yang dikenal secara nasional. Contohnya adalah penugasan mahasiswa baru untuk meng-tweet kesan pesan ataupun keseruan terkait pelaksanaan PKKMB pada hari pertamanya. Alhasil, tagar #PKKMBUNJ2021 dan #AkuUNJ2021 menjadi trending satu dan dua di Twitter Indonesia. Hal tersebut sebenarnya tidak esensial dan kabur dari tujuan umum PKKMB. Dikutip dari buku Panduan PKKMB 2021, tujuan umum


PKKMB tetaplah untuk memberikan pembekalan kepada mahasiswa baru agar dapat lebih cepat beradaptasi dengan lingkungan kampus dan sistem pendidikan di perguruan tinggi. Jelaslah, pemecahan rekor ataupun penugasan untuk mencapai trending satu di Twitter sama sekali tidak sesuai dengan tujuan tersebut. Hal ini harus menjadi tantangan tersendiri agar panitia dapat mengeksplorasi bakat minat mahasiswa baru, dibandingkan hanya menonjolkan euforia acaranya saja, terlebih dalan pelaksanaannya juga masih banyak hal yang perlu dibenahi. Seperti yang disampaikan oleh Nabila Zahra Ekasari, mahasiswi baru dari prodi Perjalanan Wisata. Ia merasa bahwa pembagian kelompok menjadi kelompok universitas, fakultas, dan prodi, membuat maha-

siswa baru menjadi bingung akibat terlalu banyaknya grup yang kadang memberikan informasi telat dan tidak serentak. Nabila juga menceritakan bahwa akibat birokrasi yang berbelit-belit, hal tersebut justru malah menyulitkan tidak hanya mahasiswa baru, namun juga para panitia yang bertanggung jawab terhadap acara. "Kemarin soal perizinan juga ke K3-nya pada bingung sampai salah minta izin. Enggak cuma Maba, tapi Kakak Daring-nya saja juga bingung," tungkasnya. Selain itu, Fila Andrea, mahasiswi baru prodi Pendidikan Agama Islam, mengekuhkan arus informasi kepada mahasiswa baru yang kurang kondusif, lantaran kerap kali antara informasi yang disampaikan panitia satu dengan yang lainnya berbeda. Bahkan, kerap kali informasi yang sudah disampaikan sebelumnya pada saat video confenrence atau materi tidak sesuai dengan informasi yang diberikan oleh para peserta. “Informasi yang diberikan kurang serempak, jadi ada yang sudah menerima dan ada yang belum,” ungkapnya. Dua mahasiswa baru tersebut nampaknya seperti telah menggarisbawahi bahwa kesiapan panitia dalam PKKMB ini masih belum mak-

11


Warta - 3

simal. Informasi yang seharusnya diberikan kepada mahasiswa baru secara jelas pun, malah membingungkan kedua belah pihak. Padahal, jika bercermin pada

orientasi di negara-negara lain, orientasi benar-benar didasarkan sebagai pengantar kehidupan kampus. Misalnya saja di Amerika Serikat dan Jepang yang lebih mengedepankan orientasi penuh diskusi. Mengutip dari laman hotcourses.co.id, keadaan orientasi di Amerika Serikat justru lebih diunggulkan dengan rasa idealisme dan minat dengan memberikan diskusi berupa ilmu keuangan, konsultasi, kasus pelecehan seksual, dan ilmu tentang minuman alkohol. Dari negara-negara tersebut, seharusnya kita bisa belajar bahwa pengembangan diri lebih penting

12

daripada keseruan yang hanya sementara. Yang terpenting, acara ini harusnya dapat menjadi media agar mahasiswa baru mendapat bekal untuk cepat beradaptasi. Tidak perlu membangun euforia yang tidak sesuai dengan tujuan dilaksanakannya acara. Kegiatan PKKMB yang sifatnya seremonial sudah sebaiknya dikaji ulang, menimbang hal tersebut sebenarnya tidak ada kaitannya dengan kepentingan mahasiswa dalam menjalankan kegiatan perkuliahan. Apalagi, justru terkesan seolah hanya rangkaian yang padat namun minim maknanya. Sebaliknya, perkenalan kampus akan lebih menarik apabila kegiatan tersebut dapat menjadi arena untuk mengenalkan kampus dengan cara aktif, membudidayakan dialog dan diskursus dengan topik yang sesuai dan dirasakan manfaatnya bagi ara mahasiswa maupun masyarakat.

Penulis: Yoga Alfauzan Editor: Fadhlan A.


RESENSI

Menelisik Pentingnya Hiu Bagi Kehidupan dalam Film Dokumenter Netflix Seaspiracy

S

easpiracy merupakan film dokumenter Netflix berdurasi 1 jam 29 menit. Pertama kali dirilis pada 24 Maret 2021. Disutradai oleh Ali Tabrizi, pemuda Inggris berusia 27 tahun yang menyukai laut sejak kecil. Produser Seaspiracy, Kip Andersen sebelumnya menggarap film dokumenter Cowspiracy, yang menceritakan bahwa peternakan merupakan penyebab kerusakan lingkungan. Sebab, kotoran hewan ternak mengandung gas metana yang bersifat lebih merusak dibanding karbondioksida kendaraan bermesin. Kali ini, Kip Andersen sebagai produser, dan Ali Tabrizi sebagai sutradara, berkolaborasi mengangkat tema lautan yang dapat mengubah

pola pikir umat manusia terhadap salah satu bagian penting di planetnya. Film dokumenter ini memperlihatkan ancaman hancurnya ekosistem laut dikarenakan penangkapan masif terhadap lumba-lumba, hiu dan paus. Penangkapan tersebut dilandasi oleh kebutuhan komersil. Meskipun begitu, hendaknya kita sadari bahwa penangkapan hewan-hewan laut yang masif juga akan berdampak secara tidak langsung kepada umat manusia. Tidak hanya itu, Seaspiracy juga menyingkap kejanggalan industri makanan laut yang sebelumnya tidak kita ketahui. Investigasi dimulai dari kepulauan Taiji, Jepang Selatan. Disana merupakan tempat pembantaian lumba-lumba yang dilakukan oleh nelayan serta masyarakat, dengan dukungan dari pemerintah. Ali dan partnernya, Lucy, mendapati kesulitan dalam melakukan investigasi, hal ini dikarenakan

13


Warta - 3

pelarangan aktivitas perekaman terhadap apa yang terjadi di sana. Di tempat tersebut, lumba-lumba dibantai dengan tuduhan memakan terlalu banyak ikan. Padahal, itu semua mereka lakukan hanya untuk mengkambinghitamkan lumba-lumba terhadap untuk melakukan penangkapan secara berlebihan. Selain lumba-lumba, terdapat pula penangkapan tuna sirip biru yang berlebihan. Tuna jenis ini merupakan salah satu ikan termahal di dunia. Ikan ini ditangkap secara berlebihan guna memenuhi permintaan manusia akan olahan seafood di restoran mewah. Komoditas ini memiliki harga jual mencapai 3 juta dollar per ekor dan digemari untuk dijual ke pasar Tiongkok dan Asia Timur sebagai obat. Selain lumba-lumba dan tuna, tak lupa dengan hiu yang merupakan salah satu tokoh sentral dalam film ini. Hiu dan keistimewaannya Penangkapan guna memenuhi kebutuhan manusia, memang tidak salah dilakukan. Hal ini diperkuat dengan banyaknya anggapan mengenai kepunahan hiu, tidak berpengaruh apapun terhadap kehidupan manusia. Kita tetap bisa hidup dengan normal

14

seperti biasa karena hiu tinggal di samudera, bukan sebelah rumah kita. Sekiranya, anggapan itulah yang sering kita dengar. Namun Gery Stokes, Co-Founder Of Oceans Asia membantah hal tersebut. Dia menjelaskan bahwasanya hiu adalah predator puncak, sehingga memuncaki rantai makanan. Dalam rantai makanan laut, hiu merupakan organisme level pertama yang memakan level kedua, yakni ikan besar tapi tidak lebih besar dari hiu. Namun, saat level pertama dihilangkan, level kedua pun kelebihan populasi. Selanjutnya, organisme level kedua kelebihan populasi. Mereka pun menghabisi makanan mereka, yakni level tiga. Saat level kedua kehabisan makanan, mereka lenyap karena kepunahan. Itu berlanjut ke rantai makanan dibawah sampai organisme terkecil. Efek domino yang dijelaskan Stokes menyebabkan terumbu karang rusak. Jika hiu terus diburu manusia, populasi organisme level kedua akan melonjak. Hal itu akan menyebabkan membludaknya populasi organisme level kedua yang menyebabkan organisme level ketiga pemakan alga punah. Alga pun kelebihan populasi. Hal ini menga-


kibatkan rusaknya terumbu karang sebab nutrisinya diambil oleh alga. Selain rusaknya terumbu karang, penangkapan hiu secara masif juga menyebabkan pemanasan global. Ikan herbivora, seperti dugong, kelebihan populasi. Rumput laut pun semakin berkurang karena dihabisi oleh ikan-ikan herbivora. Padahal, rumput laut berperan penting untuk menjaga iklim dan suhu dunia Hiu merupakan kelangsungan hidup lautan. Meskipun banyak kasus hiu membunuh manusia, namun di sisi lain berdasarkan data yang dipaparkan pada film tersebut, manusia membunuh 11.000 sampai

30.000 hiu per jam. Sedangkan, hiu membunuh 10 manusia pertahun. Perburuan Hiu di Indonesia Indonesia masuk kawasan Coral Triangle, yaitu kawasan dengan tingkat keanekaragaman hayati laut tertinggi di dunia. Dengan julukan ini, Food and Agriculture Organization (FAO) menempatkan negara kita sebagai salah satu dari lima negara penghasil sirip hiu terbesar di dunia. Dilansir dari mongabay.co.id, pasar perdagangan hiu di Indonesia tidak pernah sepi dari permintaan. Di kutip dari ekuator.com, perburuan hiu di Indonesia bagian timur, disebabkan oleh kemiskinan

15


Warta - 3

dan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat pesisir. Secara umum, kemiskinan yang dialami masyarakat pesisir disebabkan oleh permasalahan struktural. Hal inilah yang membuat masyarakat nelayan tidak punya pilihan, dan terpaksa melanjutkan kebiasaan menangkap hiu. Disamping itu, lemahnya perlindungan terhadap satwa laut dan persoalan kultur nelayan Indonesia yang selalu ingin hasil instan, menjadi alasan mengapa perburuan hiu di Indonesia masih ada. Perburuan hiu adalah masalah yang kompleks. Hiu merupakan spesies prioritas konservasi, tetapi di sisi lain, Indonesia adalah penangkap hiu terbesar di dunia. Hal ini membuat angka ketergantungan nelayan Indonesia terhadap hiu, cukup tinggi. Refleksi Tim Seaspiracy mengatakan bahwa film ini akan mengubah cara berpikir dan bertindak dalam konservasi laut untuk selamanya. Pesan yang disampaikan oleh film tersebut agar kita memberikan perhatian dan menekankan kesadaran akan pentingnya menjaga ekosistem laut. Sayangnya, film ini cenderung mendorong kita agar menyetujui

16

keinginan sutradara yang menginginkan penonton untuk menjadi vegan, dengan menampilkan opini para peneliti pro-vegan diakhir video. Akan lebih baik jika film dokumenter ini juga menyorot pada kebijakan pemerintah untuk lingkungan hidup, serta para pelaku yang bertanggungjawab akan kerusakan ekosistem laut. Film ini sangat pantas ditonton karena memberikan pengetahuan kepada masyarakat akan kondisi lautan yang kian rusak, dengan menyajikan elemen grafis dan pengambilan gambar yang sangat baik.

Penulis: Sekar Tri Widati Editor: Hastomo Dwi


SASTRA

Kuperkenalkan Oleh: Riyasy Asbabur

Inilah aku RI Satu Mantan si tukang kayu Kurus, dari jasmani hingga rohani Sayu, mata segaris dengan lesung pipi Ihklas dan sederhana adalah semboyan utama Rakyat jelata dan buruh tani yang kelima Kata yang bersahaja, gerakan yang lamban Ramah tidak berbelit-belit tapi membingungkan Milenial begundal saya Yang mau duit aja Maju di depanmu dengan tatapan sok lugu Meredam hina agar tak terlalu malu Strategi ku sudah pasti yang terbaik Cuan-cuan harus melejit Demi keberlangsungan perombakan yang mecekik Kaki lima menelan pil pahit Tidak masalah, cekak mengayom negri Yang penting besok, kita maju lagi

17


Warta - 3

18


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.