Art Moments Jakarta 2019 - Woman Series

woman series

Jl. Barito I No.3, Kebayoran Baru Jakarta, 12130, +62-21-739 9378 dgalleriejakarta@gmail.com www.dgalleriejakarta.net

Catalogue for Woman Series @ Artmoments 2020 Presented by D Gallerie Jl. Barito I No.3, Kebayoran Baru Jakarta, 12130, +62-21-739 9378 dgalleriejakarta@gmail.com www.dgalleriejakarta.net

Curated by Chabib Duta Hapsoro

Catalogue design by Kotasis 333 Surabaya, Indonesia www.kotasis.com

Digital Edition

woman series

Portrayals of Women in Indonesian Modern Painting

by Chabib Duta Hapsoro

3

woman series

e ng

As a gallery which focuses on contemporary art, D Gallerie also draws attention to Indonesian modern art. The gallery has a reputation for exhibiting works of modern Indonesian artists among others, S. Sudjojono, Affandi, Hendra Gunawan, Nashar, Oesman Effendi, Henk Ngantung and Fadjar Sidik, which are still infrequently shown to the local public, especially in art fair occasions. Those names represent prominent roles figures in establishing the identity and infrastructure of Indonesian art.

On this occasion, D Gallerie presents Indonesian modern paintings on woman subject matter.

With a variety of styles, it became one of the favorites for modern Indonesian artists. By 4

woman series

e ng

“A number of artists, for example, often depicted their mothers’ figures to show personal intimacy.”

them, the portrayal of women has some specific motives. A number of artists, for example, often depicted their mothers’ figures to show personal intimacy. With the same reason, they portrayed their closest figures, namely their spouses and daughters, as well.

The women’s depictions also identify the idea of origin or genealogy. Some artists depicted anonymous women wearing traditional clothes, standing in front of traditional houses or in the middle of rituals. In addition to presenting identity, we can assume that these portrayals indicated the artists’ longing for their hometown.

Moreover, there are also depictions of female figures before mountains and beaches, which 5

woman series

e ng

suggest an authentic country atmosphere. This longing is reasonable since many of our modern artists had migrated to cities that offer an urban atmosphere.

Then, we can also notice particular fetishes from the women portrayal, which are still related to their association to the idea of ​​homeland and rural atmosphere. For example, the depiction of women in a traditional market setting. They are described as sellers and buyers who were in the middle of transaction. During the Indonesia revolutionary period, some of our modern artists not only recorded the atmosphere of war by sketches, but also the market crowd. The crowds could have originated from real events they described as managing sanity in the midst of war. By seeing the traditional market crowds, our modern artists can feel the radiant life force that was distant from the gloomy and chaotic atmosphere of the revolution.

Women in the traditional market was a bit of all other human interest themes that are often portrayed by modern artists at close radius in realistic manner. This tendency marks one of the indications of modern Indonesian art presence. This painting often depicts humans closely and was influenced by realism, a genre of Western painting to illustrate close-up images of proletariats whose lives are suffocated by

6

woman series

e ng

various social injustices, including colonialism.

This painting practice became a critique of Mooi Indie (beautiful indies) painting which was closely related to exoticism in depicting the tropical landscape of a colonized nation. Because this painting was widely practiced by modern artists living in Yogyakarta, Indonesian art history publications often refer to it as the Jogja School.

In addition, women’s images are also portrayed through the paintings that developed outside the Jogja School, namely by formalist painters in Bandung (Bandung School). Although both describe women’s images, the presence of women figures in the Bandung School became minor amid the formalism approach. Through this approach, a painter felt intrigued when he perceived the silhouette of a woman because it suggests to the harmony of lines, colors and fields. So the painter did not depict the figure, but rather the filtered and simplified impressions.

Then the woman depiction was born in distracted and immersed in the composition of shapes and layers of color. Also was existed through the intersection of straight and efficient lines. Seeing this kind of painting, we will gain the beauty of a such of lyrical and harmonious visual composition.

7

The portrayals of women’s images in this selection will lead us to the ideas of origin, motherland, fertility, desires, beauty and energy

woman series

e ng

“The portrayals of women’s images in this selection will lead us to the ideas of origin, motherland, fertility, desires, beauty and energy in rich point of views.”

in rich point of views. However, we also need to digest it critically while acknowledging that the women figures are the object of gaze that is closely attached to certain biases or stereotypes.

For example, the dominance of the women portrayals in the traditional market can contribute the establishment of women’s stereotypes in the domestic sphere. The depiction of women can also ironic refer to the wide gap between the number of male and female modern Indonesian artists. In a sort of modern Indonesian art canon, the number of female modern Indonesian artists can be counted by fingers compared to the numerous of male artists.

However, the selection of the works shows us that the portrayals of women, in modern Indonesian painting, is one of the manifestation of the beauty concept. The portrayals of woman figures in this period are very worthwhile topic of study.

8

woman series

Penggam­ baran Perempuan dalam Seni Lukis Indonesia Modern oleh Chabib Duta Hapsoro

9

woman series

ind

Sebagai galeri yang berfokus pada seni rupa kontemporer, D Gallerie juga menaruh perhatian kepada seni rupa modern Indonesia. D Gallerie memiliki reputasi dalam memamerkan karyakarya seni rupa modern Indonesia yang masih jarang dipamerkan di hadapan publik lokal, terutama pada kesempatan-kesempatan art fair.

D Gallerie telah menampilkan karya-karya S. Sudjojono, Affandi, Hendra Gunawan, Nashar, Oesman Effendi, Fadjar Sidik dan lain-lain yang memiliki kiprah menonjol dalam memapankan identitas dan infrastruktur seni rupa Indonesia.

Pada kesempatan kali ini D Gallerie menampilkan karya-karya seni rupa modern Indonesia dengan pokok soal perempuan. Pokok soal ini, dengan 10

woman series

ind

“Sejumlah perupa misalnya, sering menggambarkan sosoksosok ibu mereka untuk menunjukkan kedekatan personal.�

beragam gaya ungkap, menjadi salah satu favorit bagi perupa-perupa Indonesia modern. Oleh mereka penggambaran citraan perempuan memiliki beberapa motivasi yang spesifik.

Sejumlah perupa misalnya, sering menggambarkan sosok-sosok ibu mereka untuk menunjukkan kedekatan personal. Beberapa perupa juga menggambarkan sosok-sosok terdekat mereka yaitu pasangan dan anak-anak.

Penggambaran sosok perempuan juga identik dengan gagasan asal-muasal. Beberapa perupa menggambarkan perempuan-perempuan anonim saat mengenakan pakaian adat, atau dilatarbelakangi oleh rumah maupun peristiwaritual adat. Selain menunjukkan identitas, kita 11

woman series

ind

bisa beroleh asumsi bahwa kehadiran perempuan tersebut menunjukkan kerinduan perupa-perupa ini kepada kampung halamannya. Terlebih, ada juga penggambaran sosok-sosok perempuan yang dilatarbelakangi oleh pegunungan dan pantai, yang menyaran kepada suasana asli pedesaan.

Kerinduan itu beralasan karena perupa-perupa modern kita banyak yang hijrah ke kota yang dekat dengan suasana urban.

Lalu, kita juga bisa merasakan fetish-fetish tertentu dari penggambaran perempuan, yang masih berhubungan dengan asosiasinya dengan gagasan kampung halaman dan suasana pedesaan. Misalnya, penggambaran perempuan dalam suasana pasar. Perempuan-perempuan itu digambarkan menjadi penjual dan pembeli yang sedang bertransaksi. Pada zaman revolusi, beberapa perupa modern kita tidak hanya merekam suasana perang, melainkan juga keriuhan pasar. Keriuhan pasar itu bisa jadi berasal dari peristiwa-peristiwa nyata yang mereka gambarkan untuk mengelola kewarasan di tengah kecamuk perang. Melihat momen-momen keriuhan pasar tersebut, saya kira para pelukis dapat merasakan pancaran daya kehidupan yang berjarak dari kemuraman dan kegentingan suasana revolusi.

Tema-tema perempuan dalam pasar adalah sekelumit dari seluruh tema-tema human interest

12

woman series

ind

lain yang kerap digambarkan oleh seniman modern dalam jarak yang dekat secara cukup realistik. Kecenderungan ini menandai salah satu gejala kehadiran seni lukis (rupa) modern Indonesia. Seni lukis ini kerap menggambarkan manusia-manusia secara dekat yang terpengaruh oleh realisme, sebuah paham seni lukis Barat untuk menggambarkan citraan-citraan jarak dekat rakyat kecil yang hidupnya terhimpit oleh beragam ketidakadilan sosial, termasuk penjajahan. Praktik seni lukis menjadi kritik dari seni lukis mooi indie yang lekat dengan eksotisme dalam menggambarkan pemandangan tropis dari bangsa yang terjajah. Karena seni lukis ini banyak dipraktikkan oleh seniman-seniman modern yang tinggal di Yogyakarta, publikasi-publikasi sejarah seni rupa Indonesia kerap menyebutnya sebagai Mazhab Jogja.

“Praktik seni lukis menjadi kritik dari seni lukis mooi indie yang lekat dengan eksotisme dalam menggambarkan pemandangan tropis dari bangsa yang terjajah.�

13

woman series

ind

Di samping itu, citraan-citraan perempuan juga digambarkan melalui seni lukis yang berkembang di luar Mazhab Jogja, yakni seni lukis formalis yang berkembang di Bandung. Meskipun sama-sama menggambarkan citraan perempuan, kehadiran citraan itu dalam Mazhab Bandung menjadi minor di tengah pendekatan formalisme. Melalui pendekatan ini, seorang pelukis merasa tergugah saat melihat siluet tubuh dari sesosok perempuan karena menyaran kepada harmoni garis, warna dan bidang yang membentuk siluet itu. Maka sang pelukis bukan menggambarkan sosok, melainkan kesan-kesan yang disaring dan disederhanakan.

Maka lahirlah citraan-citraan perempuan yang terpiuh maupun tenggelam dalam komposisikomposisi bentuk dan lapisan-lapisan warna. Pun hadir melalui perpotongan garis-garis lurus dan efisien. Melihat ini kita akan mencapai pengalaman liris dan merasakan keindahan oleh komposisi elemen-elemen rupa itu.

Pengambaran-penggambaraan citraan perempuan dalam seleksi karya ini akan menuntun kita kepada gagasan asal muasal, ibu pertiwi, kesuburan, hasrat, keindahan dan energi yang kaya sudut pandang. Namun, kita juga perlu mencernanya secara kritis seraya mengakui bahwa sosok-sosok perempuan itu menjadi objek tatapan yang lekat dengan bias maupun stereotip tertentu. Misalnya dominasi penggambaran perempuan di tengah pasar dapat turut serta

14

woman series

ind

“Pengambaran-penggambaraan citraan perempuan dalam seleksi karya ini akan menuntun kita kepada gagasan asal muasal, ibu pertiwi, kesuburan, hasrat, keindahan dan energi yang kaya sudut pandang.�

memapankan stereotip perempuan dalam wilayah domestik. Penggambaran perempuan juga secara ironis dapat merujuk kepada kesenjangan yang lebar antara jumlah pelukis modern Indonesia berjenis kelamin laki-laki dengan berjenis kelamin perempuan. Dalam semacam kanon seni rupa modern Indonesia, jumlah perempuan seniman Indonesia modern dapat dihitung dengan jari dibandingkan dengan banyaknya jumlah seniman laki-laki.

Bagaimana pun, seleksi karya-karya ini menunjukkan bahwa penggambaran perempuan, dalam seni lukis Indonesia modern, menjadi salah satu manifestasi dari konsep keindahan.

Penggambaran-penggambaran sosok perempuan dalam periode tersebut sangat layak dikaji secara lebih mendalam.

15

woman series

Abdul Aziz

Gadis Duduk oil on canvas, 65 x 45 cm, 1966 16

woman series

Abdul Aziz

Pasar oil on canvas, 45 x 65 cm, 1976 17

woman series

Abdul Aziz

Four Young Women oil on canvas, 50 x 40 cm, year unknown 18

woman series

Amang Rahman

Menyambut Bahagia oil on canvas, 90 x 100 cm, 2000 19

woman series

A m r u s Nata l s ya

Berbincang-bincang oil on canvas, 93 x 145 cm, 1999 20

woman series

B u t M o c h tar

Dua Wanita oil on canvas, 90 x 100 cm, year unknown 21

woman series

H e n d ra G u n a w a n

Nude 1 ink on paper, 15 x 10 cm, year unknown 22

woman series

H e n d ra G u n a w a n

Urbanite 3 ink on paper, 15 x 10 cm, year unknown 23

woman series

It j i Tar m i z i

Sehabis Melaut ink on paper, 59 x 89 cm, 1976 24

woman series

J e i h a n S u k m a n to r o

Gadis dan Kucing oil on canvas, 70 x 90 cm, 1987 25

woman series

Kusnadi

Dua Gadis oil on canvas, 60 x 90 cm, 1969 26

woman series

L e e Ma n F o n g

Balinese Woman watercolor on paper, 51 x 41 cm, year unknown 27

woman series

M o c h tar A p i n

Pose Gadis oil on canvas, 60 x 50 cm, 1953 28

woman series

M o c h tar A p i n

Standing Nude acrylic and collage on board, 70 x 40 cm, 1969 29

woman series

Na s j a h D j a m i n

Gadis di Pantai oil on canvas, 85 x 70 cm, 1975 30

woman series

P o p o I s k a n d ar

At the Beach oil on canvas, 80 x 100 cm, 1976 31

woman series

R u l i at i

Membawa Hasil ink on paper, 17 x 31 cm, year unknown 32

woman series

R u l i at i

Sudut Kota ink on paper, 18 x 26 cm, year unknown 33

woman series

R u s ta m a d j i

Gadis Indonesia ink on paper, 95 x 70 cm, year unknown 34

woman series

S u d ar s o

Menunggu oil on canvas, 140 x 88 cm, year unknown 35

woman series

Jl. Barito I No.3, Kebayoran Baru Jakarta, 12130, +62-21-739 9378 dgalleriejakarta@gmail.com www.dgalleriejakarta.net 36