KKN-PPM UGM Periode 2 Tahun 2022



Unit JT-092 Kecamatan Jambu
KKN-PPM UGM Periode 2 Tahun 2022
Unit JT-092 Kecamatan Jambu
Desa Gemawang, Jambu, Kabupaten Semarang
Tanaman kopi merupakan genus dari tumbuhan berbunga dan berbuah dari keluarga Rubiaceae. Tanaman kopi menghasilkan buah yang mirip dengan berry, seringkali disebut sebagai kopi ceri. Umumnya, kulit dan daging pada kopi ceri tidak dipergunakan ataupun dikonsumsi. Namun, biji dari buah inilah yang dimanfaatkan untuk memproduksi kopi.
Di seluruh dunia terdapat sekitar 70 jenis spesies kopi, namun hanya 3 jenis biji kopi yang lazim diperjualbelikan di Indonesia. Spesies tersebut antara lain: Arabica, Robusta, dan Liberica.
Kopi arabika (Coffea arabica L.) memiliki karakteristik bentuk biji yang oval dengan kandungan kafein <1,5%. Terkait profil flavor, kopi ini memiliki kompleksitas cita rasa yang tinggi, note aroma yang medium, dan memiliki tingkat keasaman yang mendominasi.
Biji kopi arabika memiliki karakteristik biji yang sedikit memanjang, berbidang cembung, tidak terlalu tinggi, lebih glossy dibanding biji jenis lainnya, dan celah tengah (center cut) dari biji melekuk
Pohon kopi spesies Robusta yang cukup banyak diproduksi adalah Coffea canephora, umumnya pohon ini ditanam pada daerah yang lebih rendah dibandingkan kopi Arabika. Terkait profil flavor, kopi robusta memiliki body yang ringan, top note aroma kopi yang kuat, dan memiliki rasa pahit yang dominan.
Kopi robusta memiliki kandungan kafein yang mencapai 2,8%. Selain itu, karakteristik dari bijinya sedikit bulat, memiliki lengkung biji yang lebih tebal dibandingkan biji kopi Arabika, serta memiliki center cut yang lurus.
Liberika
Kopi spesies Liberika memiliki karakteristik ukuran yang lebih besar dibandingkan jenis biji kopi lain. Kopi ini berasal dari Liberia yakni pantai barat Afrika. Kopi ini memiliki bentuk biji yang bulat oval dengan rendemen rata - rata sebesar 9,03%. Untuk produksi biji kopi ini, maka pohon kopi Liberika harus ditumbuhkan pada daerah tropis yang memiliki ketinggian 400 - 600 mdpl
Hilirisasi adalah upaya untuk mendapatkan nilai tambah produk dari bahan mentah dengan memperpanjang rantai ekonomi (Elizabeth & Anugrah, 2020). Perpanjangan rantai ekonomi dilakukan dengan menambahkan sektor industri pengolahan ke dalam rantai perekonomian yang semula hanya bertumpu pada sektor ekstraktif atau penjualan bahan mentah saja untuk kemudian dikembangkan agar menghasilkan produk olahan jadi atau setengah jadi (Elizabeth et al., 2020).
Hilirisasi industri bertujuan untuk memperkuat struktur industri, menyediakan lapangan kerja, dan memberi peluang usaha (Hadinata & Marianti, 2020).
Perpanjangan rantai produksi pada komoditas kopi diperlukan mengingat fluktuasi harga di pasar. Saat harga biji kopi sangat turun, produk olahan dari kopi belum tentu mengalami hal serupa. Oleh karena itu diperlukan produk olahan yang dihasilkan, selain menjual kopi dalam bentuk green bean maupun ceri.
Selain itu, semakin tingginya minat konsumen terhadap produk kopi dan turunannya merupakan peluang yang perlu ditangkap sesegera mungkin oleh Desa dan masyarakat sebelum peluang tersebut didapatkan oleh korporasi maupun pihak lain. Akan sangat disayangkan apabila masyarakat menjual kopi dalam bentuk mentah kemudian membeli lagi dari pihak lain dalam bentuk siap konsumsi atau olahan jadi.
Manfaat
Beberapa manfaat yang akan didapatkan
apabila melakukan hilirisasi produksi kopi
antara lain:
Meningkatkan pendapatan
masyarakat melalui penambahan
sumber pendapatan dari yang
semula hanya hasil penjualan biji
kopi, baik dalam bentuk kering maupun ceri
mampu menghidupkan sektor lain yang berhubungan dengan
proses pengolahan komoditas
kopi
Semakin banyak jenis dan varian
yang diproduksi dari komoditas
kopi
Meningkatkan ketersediaan
lapangan kerja karena
melibatkan banyak aktor dalam
prosesnya
Keperluan
Dalam persiapannya, hal-hal yang diperlukan antara lain:
Ketercukupan dana
Kapasitas SDM
Ketersediaan SDA
Sistem pengelolaan yang
terintegrasi
Pengawasan dan evaluasi yang
tersistem Seluruh pihak di Desa Gemawang harus turut terlibat dalam hilirisasi industri kopi ini. Diantaranya:
Pemerintah desa sebagai fasilitator dan penyedia
BUMDes dan/atau kelompok tani
sebagai pihak yang disasar
Stakeholders lain sebagai penentu kebijakan
Masyarakat Desa Gemawang
secara umum sebagai subjek, khususnya petani kopi.
I Kualitas hasil panen kopi yang baik akan menghasilkan produk olahan yang baik pula. Pemetikan hanya dilakukan pada biji kopi yang
sudah merah dan pengolahan
basah merupakan beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kualitas hasil panen kopi.
Sedangkan, SDM yang berkualitas didapatkan melalui pelatihan dan pembelajaran individu atau autodidak.
II Kualitas dan ketersediaan alat dapat diusahakan secara individu maupun berkelompok dengan membuat sendiri melalui sumber internet maupun mengajukan bantuan pada pihak-pihak yang terkait.
III
Proses roasting menyesuaikan
dengan tingkat yang
diperlukan sesuai dengan produk olahan yang ingin
dihasilkan atau cita rasa dan tingkat rasa pahit yang ingin dihasilkan. Semakin lama proses roasting, semakin pahit rasa kopi yang dihasilkan.
Terpastikannya
kualitas panen kopi dan kualitas sumber daya manusia
Terpastikannya
kualitas dan ketersediaan alat untuk menunjang
produktivitas
Terpastikannya
kapasitas dalam proses roasting dan kualitasnya
IV Besaran bubuk kopi juga menyesuaikan dengan produk olahan yang akan dibuat. Produk berupa makanan umumnya menggunakan kopi yang digiling hingga halus. Sedangkan produk kecantikan banyak yang memerlukan hasil gilingan yang sedikit kasar.
V Pengolahan kopi menjadi produk turunannya dapat dilakukan jika tahap I-IV telah dilakukan. Jenis produk olahan perlu menyesuaikan kebutuhan dan tren pasar. Produk olahan yang dihasilkan pun dapat disesuaikan dan berkolaborasi dengan usaha lain yang dilakukan di Desa.Selain itu, terdapat pula produk sampingan seperti pupuk organik yang memanfaatkan sampah sisa produksi.
Terpastikannya
kualitas hasil kopi
bubuk dan packaging
ramah lingkungan
Pengolahan kopi
menjadi berbagai
produk turunan siap pakai
Pascapanen kopi merupakan rangkaian pengolahan yang memiliki peran krusial terhadap kualitas dan cita rasa dari kopi. Tahap-tahap pascapanen kopi meliputi pemanenan, cara dan waktu panen, sortasi, pulping, teknik pengolahan, dan hulling.
Pemetikan buah kopi merupakan kunci pokok untuk memperoleh mutu kopi yang tinggi. Pemetikan harus dilakukan pada buah yang sudah matang, yakni ditunjukkan dengan warna buah yang merah cerah. Buah kopi yang sudah matang memiliki komponen zat gula yang tinggi, daging buah yang lembut serta berlendir.
Langkah - langkah pemanenan yang tepat adalah sebagai berikut:
Panen selektif terhadap buah yang berwarna merah
Panen selektif hanya bisa dilakukan apabila pemeliharaan terhadap pohon
kpi dilakukan dengan baik dan teratur
Buah yang sudah masak dan terlampau masak harus dipetik. Sehingga buah yang berwarna kuning-kemerahan, merah rata, dan hitam tidak ada yang boleh tersisa pada pohon kopi
Buah yang belum matang (berwarna hijau) yang tidak sengaja terpetik harus diolah secara terpisah
Membawa dua tempat penampung buah kopi. Satu digunakan untuk buah
kopi sehat, dan satu tempat untuk buah kopi kurang sehat
Pastikan tempat yang digunakan untuk menampung buah kopi bersih dan kering sehingga tidak ada kontaminan yang dapat mencemari bau, rasa ataupun membahayakan kesehatan.
Sortasi merupakan kegiatan untuk memisahkan buah yang masak (superior) dari buah yang mengalami kecacatan atau tidak sesuai standar. Pada tahap awal, sortasi dilakukan terhadap buah yang berwarna hijau, kekuningan atau hitam yang ikut terpetik saat panen. Dengan tahap sortasi, maka dapat dihilangkan pula ranting, daun atau kotoran lainnya yang terpetik.
1. 2. 3. 4. 5. 6.Terdapat dua metode pengolahan kopi ceri yang umumnya digunakan, yaitu metode pengolahan kering dan pengolahan basah. Perbedaan antara pengolahan kering dan basah terletak pada beberapa tahap. Untuk pengolahan kering, tahap pengupasan daging, kulit tanduk dan kulit ari, akan dilakukan setelah buah kopi kering. Sedangkan pada pengolahan basah, tahap-tahap tersebut dilakukan saat buah masih basah.
Pengolahan Basah
Proses pengolahan basah hanya bisa dilakukan pada buah kopi yang telah masak (superior). Pengolahan ini membutuhkan waktu yang cukup lama dan juga membutuhkan banyak air, namun menghasilkan biji kopi dengan mutu yang lebih baik. Pengolahan ini dilakukan dengan beberapa tahap yaitu:
Panen buah Sortasi buah
Pengupasan buah
Pencucian
Pengeringan
Pengupasan kulit
kopi HS Sortasi biji kering
Buah kopi yang telah dipanen harus melalui sortasi kebun. Sortasi ini dilakukan dengan memisahkan buah yang berwarna merah dari buah berwarna hijau, serta dari daun dan ranting yang mungkin terpetik. Selanjutnya, adalah tahapan sortasi basah. Untuk sortasi basah, buah kopi akan direndam dalam dalam air. Buah merah yang telah masak akan melayang, sedangkan buah kopi hijau atau buah kopi bermutu rendah akan mengapung.
Tahapan pengupasan atau pulping bertujuan untuk memisahkan kulit terluar dan mesocarp dari biji kopi. Pulping dapat dilakukan secara manual atau menggunakan mesin yang disebut pulper.
Fermentasi bertujuan untuk menghilangkan lendir dari biji kopi. Fermentasi dapat dilakukan dengan metode alami.
Fermentasi alami terbagi menjadi dua, yakni basah dan kering. Fermentasi basah dilakukan dengan merendam biji kopi berlendir dalam air yang diganti secara berkala, sedangkan fermentasi kering dilakukan dengan menyimpan biji kopi dalam wadah kemudian ditutup dengan karung goni atau daun pisang. Fermentasi ini berlangsung selama 12 - 24 jam.
Pencucian bertujuan untuk menghilangkan sisa lendir yang tersisa pada kulit tanduk pasca fermentasi. Untuk pencucian dapat dilakukan secara manual dalam bak atau dengan mesin washer untuk kapasitas besar.
Pengeringan biji kopi hingga mencapai kadar air 12%. Pengeringan ini dapat dilakukan dengan penjemuran atau pengeringan secara mekanis dengan suhu 45 - 50°C.
Biji kopi yang telah mencapai kadar air yang diinginkan umumnya masih dilapisi oleh kulit tandung atau hard skin (HS). Maka perlu dilakukan pengupasan kulit tanduk tersebut dengan tahap hulling. Hulling dapat dilakukan dengan bantuan mesin huller, sehingga dapat diperoleh kopi beras (green bean). Apabila hendak menggunakan mesin huller, maka biji kopi harus didingkan terlebih dahulu selama minimal 24 jam
PSortasi kering bertujuan untuk menghilangkan biji kopi dari kotoran non kopi. Contohnya seperti daun, kayu, atau kulit kopi HS. Sortasi pada kopi beras juga dapat dilakukan berdasakan ukuran dan kecacatan biji, Sortasi ini dapat dilakukan dengan bantuan ayakan.
Proses pengolahan ini dilakukan dengan mengeringkan kopi ceri pada area terbuka hingga kadar air buah turun mencapai 12% (wb). Kekurangan dari metode ini adalah adanya resiko kontaminasi akibatt penjemuran. Pengolahan ini melalui beberapa tahapan yaitu:
Penjemuran/pengeringan
Pengupasan Kulit Tanduk (Hulling)
Sortasi buah ditujukan untuk memisahkan buah yang superior dari buah yang inferior (cacat, kehitaman, berlubang). Untuk pelaksanaan metode ini dapat dilakukan secara manual dengan sortasi kebun, atau dengan perambangan.
Panen buah Sortasi buah Sortasi biji PenyimpananKopi ceri yang telah dipanen dan disortasi langsung dikeringkan. Umumnya pengeringan ini dilakukan dengan meratakan kopi ceri pada lapangan yang bersih dibawah sinar matahari. Pada proses ini, pengadukan kopi ceri sangat krusial untuk mencegah fermentasi dan diskolorisasi.
Setelah mencapai kadar air yang diinginkan, dilakukan hulling. Pada pengolahan kering, hulling bertujuan untuk memisahkan kulit buah, kulit tanduk, dan kulit ari dari biji kopi. Hulling dapat dilakukan dengan bantuan mesin pengupas (huller). Untuk tahap ini, tidak dianjurkan untuk menumbuk buah kopi. Dikarenakan beresiko untuk memecah biji kopi.
Sortasi biji kering dilakukan untuk memisahkan biji kopi dari kotoran seperti daun, ranting, ataupun kulit kopi yang tersisa dari tahapan hulling. Pada tahap ini, dapat dilakukan sortasi fisik yang didasarkan atas ukuran dan kecacatan biji. Sortasi fisik ini dapat dilakukan dengan ayakan manual.
Biji kopi yang telah diolah dan memiliki kadar air 12% dapat disimpan. Penyimpanan biji kopi dilakukan menggunakan karung plastik atau karung goni yang bersih dan kering sehingga terhindar dari aroma asing.
Faktor yang harus diperhatikan dalam penyimpanan kopi adalah: kadar air (max. 12%), kelembaban relatif (sebaiknya 70%), suhu gudang (20 - 25°C) dan kebersihan gudang.
Higiene sanitasi pangan merupakan upaya untuk mengendalikan faktor bahan pangan, karyawan, area produksi, dan peralatan yang beresiko untuk menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan. Higiene sanitasi makanan memiliki urgensi yang tinggi, untuk mencegah penyakit (foodborne disease). Selain itu, kontaminasi pangan dapat menurunkan umur simpan dari suatu produk.
Sebagai upaya untuk meningkatkan keamanan pangan, perlu diterapkan higiene dan sanitasi dalam proses pengolahan, tak terkecuali untuk proses pengolahan buah kopi. Pada skala rumah tangga, higiene dan sanitasi dapat dikendalikan pada aspek pelaku usaha, penyimpanan, dan pemeliharaan alat.
Dalam pengolahan buah kopi, karyawan atau pelaku usaha yang melakukan kontak langsung dengan buah kopi harus dalam keadaan sehat dan terbebas dari luka ataupun penyakit kulit. Pada saat pengolahan, karyawan diwajibkan untuk mengenakan pakaian pelindung diri seperti sepatu, masker, sarung tangan, dan penutup kepala. Karyawan juga dilarang untuk mengenakan jam atau perhiasan lainnya.
Ketika sedang mengolah buah kopi, perlu dikembangkan kebiasaan seperti mencuci tangan dengan disiplin. Selain itu, karyawan harus menghindari makan, minum, merokok, dan meludah di area pengolahan. Selain melindungi karyawan dari bahaya, peraturan dan larangan tersebut juga berfungsi untuk mencegah kontaminasi dari karyawan ke produk.
Untuk menjaga kualitas dari biji kopi, maka penyimpanannya perlu diperhatikan. Penyimpanan biji kopi tidak boleh menyentuh lantai, menempel pada dinding, dan harus dijauhkan dari langit-langit. Diharapkan bahwa terdapat ruang penyimpanan khusus untuk biji kopi, yang mana ruang tersebut kering, tidak lembab, dan memiliki ventilasi yang cukup agar aliran udara terjaga dengan baik.
Selain ruang penyimpanan khusus, penyimpanan bahan baku harus terpisah dari bahan-bahan berbahaya. Bahan berbahaya ini meliputi disinfektan, pestisida, bahan yang mudah terbakar. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi.
Mesin dan peralatan yang digunakan dalam pengolahan kopi hendaknya dalam keadaan yang bersih. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pemeliharaan pembersihan sehingga diperoleh kondisi yang bersih dan saniter sebelum, ketika, dan setelah proses pengolahan dilakukan. Pembersihan alat-alat ini bertujuan untuk menghilangkan sisa-sia bahan dan kotoran secara teratur sehingga dapat mengurangi resiko kontaminasi.
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam
pemeliharaan peralatan antara lain: Keamanan air, Kondisi dan kebersihan permukaan yang kontak dengan bahan, dan proteksi dari bahan-bahan kontaminan.
T a h a p R o a s t i n g
Roasting merupakan tahapan pada pengolahan kopi yang bertujuan untuk menguapkan air dalam kopi, mengeringkan, mengembangkan bijinya, menurunkan berat biji, serta meningkatkan aroma kopi. Pada proses roasting, biji mengalami reaksi kimia yang menyebabkan terjadinya perubahan karakteristik. Karakteristik tersebut antara lain dari segi warna, ukuran, dan komposisi kimia. Apabila waktu roasting semakin lama, maka karakteristik kopi yang berubah pun akan semakin banyak. Contohnya dari segi warna, dimana semakin lama waktu roasting maka warna biji kopi akan semakin gelap.
Roasting merupakan suatu seni. Meskipun warna yang dihasilkan sama, namun apabila metode roasting yang digunakan berbeda maka cita rasa akhir kopi akan berbeda pula. Sebelum melakukan roasting, terdapat beberapa tahapan yang harus diperhatikan, antaralain:
Memastikan green bean kopi yang hendak di roasting
memiliki kadar air 11-12%, dan setelah tahap roasting
tersisa menjadi 4%
Mengenali karakter flavor terbaik dari kopi yang
hendak di roasting
Memanggang green bean kopi secara bertahap, pastikan terjadi dua kali letupan. Letupan pertama
(first crack) pada suhu 196°C dan Letupan kedua
(second crack) pada suhu 224°C
Melakukan roasting berdasarkan 3 tipe dasar roasting, yakni: warna akhir, suhu roasting, atau waktu roasting.
1. 2. 3Di Indonesia, terdapat tiga tingkatan roasting paling umum yang dijadikan patokan. Tingkatan tersebut antara lain: light roast, medium roast, dan dark roast. Idealnya, tingkatan ini digunakan untuk roasting biji kopi arabika.
Light roast adalah fase dimana biji kopi memiliki tingkat kematangan yang paling rendah. Biji kopi yang dihasilkan dari tingkatan roasting ini memiliki warna coklat terang, hal ini disebabkan proses penyerapan panas yang singkat. Akibat proses roasting yang singkat, biji kopi tidak mengeluarkan minyak sehingga cenderung kering.
Untuk memperoleh biji kopi dengan tingkatan light roast, maka biji kopi disangrai pada kisaran suhu 180°C - 205°C. Biji kopi dinyatakan telah mencapai light roast ketika terjadi letupan pertama (first crack).
Karakteristik kopi dari tingkatan sangrai ini adalah memiliki kandungan kafein serta keasaman yang tinggi Selain itu, kopi memiliki notes rasa citrusy, earthy, dan buttery.
Medium roast merupakan tingkatan roasting yang paling umum digunakan. Biji kopi dari hasil tingkatan roasting ini memiliki warna yang lebih gelap dibandingkan light roast, namun lebih terang dibandingkan dark roast. Selain itu, biji tidak mengeluarkan minyak pada permukaannya.
Untuk memperoleh biji kopi dengan tingkatan medium roast, pada biji harus disangrai pada kisaran suhu 210°C - 220°C. Tingkatan ini dicapai setelah letupan pertama (first crack) namun belum terjadi letupan kedua (second crack). Letupan pertama dicapai pada suhu kisaran 196°C - 220°C, kemudian proses sangrai dapat dihentikan.
Karakteristik kopi dari tingkatan sangrai ini memiliki kandungan kafein yang rendah, dengan aroma dan keasaman yang balance sehingga menghasilkan rasa yang bervariasi
Dark roast merupakan tingkatan sangrai yang paling tinggi, dan apabila melebihi tingkatan ini akan menurunkan profil flavor dari kopi. Karakteristik pada biji kopi dark roast adalah memiliki warna yang lebih gelap dibandingkan biji kopi dari tingkatan roasting lainnya. Selain itu, biji kopi juga telah mengeluarkan minyak pada permukaannya.
Kopi dark roast dapat diperoleh setelah letupan kedua terjadi, yakni pada suhu kisaran 240°C. Kopi dark roast memiliki body yang lebih kental dan rasa yang cenderung lebih pahit.
Untuk membuat scrub kopi, bahan utama kopi dapat dicampurkan dengan bahan lainnya, seperti madu, minyak kelapa, rose water, hingga gula pasir untuk bahan alami.
Untuk dapat membuat scrub kopi ini
terbilang mudah, hanya dengan
mencampurkan bahan bahan yang
dibutuhkan dan scrub kopi sudah bisa
dipakai. Selain untuk pemakaian pribadi, scrub kopi juga dapat menjadi sebuah
inovasi bisnis yang cukup menjanjikan apalagi di era modern ini Peluang bisnis kosmetik
dan kecantikan semakin meningkat dengan
banyaknya inovasi dan produk baru yang
bertebaran di marketplace, namun jangan
khawatir untuk mencoba peruntungan dalam bisnis kosmetik seperti scrub kopi ini
Bahan:
Exfoliant (kopi, gula, oatmeal, garam, biji bijian, dll). Kopi bubuk 280 gr
Minyak. Minyak zaitun 20 gr
Pewangi. 2 hingga 4 tetes
Emulsifier (sabun, akan lebih mudah pakai sabun cair). Sabun cair 80 gr
Tepung maizena atau tapioca. Maizena 20 gr
Cara:
Timbang bahan sesuai ukuran, campur minyak dan sabun, aduk hingga rata, bisa juga ditambah pewangi
Tambah tepung dan aduk lagi hingga rata
Masukkan kopi sedikit demi sedikit kedalam campuran sambil diaduk
Masukkan ke wadah
Bahan:
Kopi bubuk sesuai selera
Lilin atau sisa kerak lilin
Sumbu lilin
Panci ukuran kecil
Paper cup
Wadah logam
Gunting
Steps:
Lelehkan kerak lilin atau lilin dalam panci, pastikan menggunakan warna lilin putih
Siapkan paper cup dan pastikan paper cup
dalam keadaan bersih
Letakkan bubuk kopi kedalam paper cup
Masukkan setengah lelehan lilin ke paper cup
Masukkan sumbu lilin
Tuangkan sisa lelehan lilin
Tunggu hingga kering sempurna
Gunting paper cup dan lilin siap digunakan
Bahan:
Panci
Alat pengaduk
Bubuk kopi
Air secukupnya
Steps:
Masak air secukupnya atau menyesuaikan
jumlah bubuk kopi
Setelah mendidih, matikan api dan
masukkan bubuk kopi ke panci
Aduk rata hingga air menjadi hitam pekat
Saring larutan kopi untuk memisahkan
ampas dan air kopi
Jemur ampas kopi hingga kering
Setelah kering, pupuk dapat digunakan
dengan cara menaburkan pada media
tanam
Bahan:
8 ons sabun gliserin
¼ cangkir bubuk kopi
1 sdt vanili
1 sdt susu bubuk
Cara:
Panci kecil
Mangkuk kaca
kecil
Cetakan
Siapkan double boiler dengan menumpuk wajan bergagang diatas panci berisi air.
Panaskan panci dengan suhu sedang
Saat air di panci sudah mendidih, masukan
sabun gliserin ke dalam wajan bergagang,, diamkan sampai meleleh sempurna
Sambil menunggu sabun mencair, masukan
sedikit ampas kopi ke cetakan
Ketika sabun sudah cair, matikan kompor, masukkan ekstrak vanilla, 1 sdt ampas kopi dan susu bubuk , aduk hingga rata
Diamkan sabun selama beberapa jam
hingga membeku dan sesuaikan bentuknya
Bahan:
Paper bag ukuran kecil
Pembolong kertas
Bubuk kopi
Tali
Steps:
Lubangi paper bag bagian atas agar
aroma kopi dapat keluar
Pastikan bubuk kopi yang digunakan
dalam keadaan kering
Masukkan bubuk kopi ke paper bag, pastikan tidak terlalu penuh
Lipat dan lubangi bagian atas paper bag untuk tali
Pengharum ruangan siap digunakan
Bahan:
2 sachet kopi
1 sdm susu bubuk
1 sdm cokelat bubuk
2 sdm gula pasir
2 sdm tepung terigu
1 sdm mentega
150 ml air
Steps:
Masukkan kopi, susu, cokelat, gula, dan air ke mangkuk, aduk rata
Buat campuran tepung terigu dan air sedikit demi sedikit, larutkan hingga encer, dan disaring
Panaskan campuran kopi diatas api kecil, setelah hampir mendidih masukan campuran tepung terigu, aduk ceoat hingga adonan mendidih dan mengental, matikan api
Ttambah mentega dan aduk hingga rata
Simpan dalam wadah tertutup dan masukkan lemari es
Bahan Jelly:
1 bungkus jelly plain
2 sdm kopi
3 sdm gula pasir
500 ml air
Bahan Kuah:
200 ml susu kental manis
400 ml air
1 sdm maizena
Steps:
Kopi jelly: campur bahan jelly, masak hingga mengental. Dinginkan, potong kotak
kotak
Kuah: campurkan bahan kuah, masak diatas api kecil sambil terus diaduk hingga
matang
Campurkan kopi jelly dengan kuah dan siap dinikmati
Bahan:
75gr tapoioka
Kopi bubuk
2sdm gula pasir
1 sachet santan bubuk (20 gr)
90 gr kelapa parut
Steps:
Siapkan bahan
1 lembar daun pandan
Garam secukupnya
200ml air
½ sdt pasta cokelat
Masukkan gula pasir, kopi, dan santan bubuk
Aduk rata adonan kering, masukkan air
Aduk adonan lalu beri pasta cokelat, nyalakan api kecil
Setelah adonan mengental, masukkan ongol ongol
kedalam wadah yang dialasi plastic, ratakan lalu sisihkan.
Kukus kelapa yang diberi garam dan pandan selama
kurang lebih 10 menit
Potong ongol ongol, lalu gulingkan ke atas parutan
kelapa
Bahan:
1 cangkir gula
1 cangkir kopi yang sudah diseduh
Panci
Wadah kaca
Botol untuk menyimpan
Steps:
Nyalakan kompor dan siapkan panci
Campurkan kopi yang sudah diseduh dengan gula
Aduk rata dengan api kecil kurang lebih 3 menit
Setelah merata dan agak kental, matikan api
Pindah ke wadah kaca untuk didinginkan hingga
mencapai suhu ruangan
Setelah dingin, pindahkan ke botol penyimpanan
Sirup dapat dinikmati dan disimpan hingga satu
bulan
Kelompok tani menyasar perusahaan tertentu
Kelompok tani dapat mengajukan kerjasama dengan perusahaan kopi agar hasil produksi kopi Desa Gemawang dapat menjadi input dalam proses produksi perusahaan tersebut. Misal: PT Kapal Api Global
Kelompok tani/perorangan menyasar coffee house, café, dan semacamnya
Kelompok tani/usaha perorangan dapat mengajukan kerjasama dengan coffee house, café, dan usaha kopi lain sebagai pemasok kopi bubuk dalam usaha tersebut.
Kelompok tani/perorangan menyasar usaha lain yang menggunakan kopi sebagai bahan baku
Kelompok tani/usaha perorangan dapat mengajukan kerjasama dengan usaha berbasis non-kopi yang menggunakan kopi sebagai salah satu komposisi dalam produknya. Misal: bakery, perusahaan sabun, perusahaan parfum
Kelompok tani/perorangan menjual melalui e-commerce
Baik kelompok tani maupun perorangan dapat membuka toko online di e-commerce sehingga pasar yang dicapai menjadi lebih luas, tidak terbatas di Kabupaten Semarang saja.
Kelompok tani membuat toko offline di Jalan Nasional
Desa Gemawang yang dilewati oleh Jalan Nasional merupakan peluang yang perlu dimanfaatkan. Banyaknya orang yang berlalu-lalang memberikan peluang untuk pembukaan toko yang menjual hasil produksi kopi berbasis kelompok tani sehingga biaya yang ditanggung perseorangan dapat diminimalkan.
Konsumsi kopi pada kadar tertentu memiliki manfaat bagi kesehatan
Minum kopi secara teratur dapat menurunkan risiko penyakit jantung dan stroke. Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi kopi
2-3 cangkir sehari dikaitkan dengan penurunan risiko penyakit jantung sebesar 21%.
Kandungan dalam kopi mendukung peningkatan respon antioksidan dan pengurangan peradangan, yang penting dalam pencegahan kanker. Kafein sendiri dapat mengganggu pertumbuhan dan penyebaran sel kanker.
Polifenol dan mineral (magnesium) dalam kopi dapat meningkatkan efektivitas metabolisme insulin dan glukosa dalam tubuh. Penelitian juga telah membuktikan bahwa seseorang yang rutin mengonsumsi kopi memiliki risiko lebih rendah terkena diabetes tipe 2 dibandingkan dengan yang tidak meminum kopi.
Kafein dapat memengaruhi kondisi mental seperti meningkatkan kewaspadaan dan perhatian, mengurangi kecemasan, dan memperbaiki suasana hati. Studi menunjukkan bahwa konsumsi 4 cangkir kopi atau lebih dalam sehari hampir 10% lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami depresi dibandingkan mereka yang tidak minum kopi sama sekali.
Penyakit Parkinson disebabkan oleh kadar dopamin yang rendah. Konsumsi kafein dengan kadar tertentu dikaitkan dengan risiko lebih rendah terkena Penyakit Parkinson karena kandungan kafein dalam kopi melindungi sel otak yang meproduksi dopamin.
Batu Empedu
Kandungan dalam kopi dapat mencegah pembentukan batu empedu. Kopi dapat mencegah kolesterol terbentuk menjadi kristal di kantong empedu.
Demikian booklet terkait hilirisasi industri komoditas kopi dan manfaatnya ini kami buat. Harapan kami, booklet ini dapat menjadi saran masukan dalam pengembangan pengolahan kopi di Desa Gemawang.
Terlebih, kami juga berharap pengembangan yang dilakukan dapat jauh lebih baik daripada yang kami usulkan selaku Tim KKN UGM 2022.
Kami juga menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan booklet ini, oleh karenanya kami memohon maaf yang setulus-tulusnya. Terima kasih. Semoga Desa Gemawang selalu jaya, aamiin.
Tertanda, Penyusun
Tim KKN-PPM UGM 2022
Ahmad, M., Perdana, F. R., Utami, K. S., & Harjanta, S. L. (2019). Pengolahan kopi bubuk dan pemasaran berbasis digital marketing dalam meningkatkan daya saing hilirisasi kopi di Kawasan Lereng Menoreh. Adi Widya: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 3(1), 38-46.
Amir, I. T., Indah, P. N., & Widayanti, S. (2017). Hilirisasi Kopi Tutur.
Dwiartama, A., Jeffry, N., & Permadi, D. (2018). Hilirisasi: Resource-based industrialisation and Global Production Networks in the Indonesian coffee and cocoa sectors. In Discussion Forum Organised by Badan Pengkajian Perdagangan Luar Negeri, Badan Pengkajian Dan Pengembangan Perdagangan (BPPP) and the Canada-Indonesia Trade and Private Sector Assistance (TPSA) Project Held at MoT, Jakarta on 28 August, 2018, August.
Elizabeth, R., & Anugrah, I. S. (2020). Akselerasi Hilirisasi Produk Agroindustri Berdayasaing Mendongkrak Kesejahteraan Petani dan Ekonomi Pedesaan Mimbar Agribisnis: Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis, 6(2), 890-918.
Ghosh, P., & Venkatachalapathy, N. (2014). Processing and drying of coffee–a review. Int. J. Eng. Res. Technol, 3(12), 784-794.
Hadinata, S., & Marianti, M. M. (2020). Analisis Dampak Hilirisasi Industri Kakao di Indonesia. Jurnal Akuntansi, 12(1), 99-108.
Harvard T.H. Chan School of Public Health. (2022). The Nutrition Source - Coffee. URL: dari https://www hsph harvard edu/nutritionsource/food-features/coffee/
Jiastuti, T. (2018). Higiene sanitasi pengelolaan makanan dan keberadaan bakteri pada makanan jadi di RSUD dr harjono ponorogo. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 10(1), 13-24
Sari, S D (2020) ANALISIS MUTU FISIK KOPI LIBERIKA (Coffea liberica) DENGAN LAMA WAKTU PENGERINGAN YANG BERBEDA (Doctoral dissertation, UIN SULTAN SYARIF KASIMRIAU).
Setiado, H., & Kardhinata, E. H. (2019). Identifikasi dan Karakterisasi Jenis-jenis Kopi (Coffea spp ) di Kabupaten Humbang Hasundutan Sumatera Utara
Suseno, H., Galih, N. R. P., Hidayati, N., Alonto, C., & Irfan, M. SNI Produk Kopi Bubuk.
https://ottencoffee.co.id/majalah/yuk-buat-lilin-aroma-kopi-sendiri
http://bbppkupang bppsdmp pertanian go id/blog/post/cara-membuat-pupuk-kompos-dariampas-kopi
https://ottencoffee.co.id/majalah/resep-kopi-yuk-bikin-sirup-kopi-sendiri
KKN-PPM UGM Periode 2 Tahun 2022
Unit JT-092 Kecamatan Jambu
KKN-PPM Universitas Gadjah Mada
25 Juni-13 Agustus 2022