



1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris, sehingga pertanian Indonesia yang begitu beragam menghasilkan berbagai jenis pertanian yang beragam pula, termasuk juga kasus di Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat. Tidak hanya pertanian tanaman pangan dan palawija, melainkan juga pertanian hortikultura, yaitu komoditas pertanian yang dikenal melalui tanaman buah-buahan, tanaman sayuran, tanaman biofarmaka dan tanaman hias. Hortikultura adalah cabang dari ilmu pertanian yang mempelajari budidaya buah-buahan, sayuran dan tanaman hias. Hortikultura berasal dari kata “hortus” (= garden atau kebun) dan “colere” (= to cultivate atau budidaya). Komoditas ini sangat berperan dalam penyediaan vitamin, mineral, penggunaan lebih luas dalam bidang obat-obatan, kesehatan dan nilai estetika, serta digunakan dan dikonsumsi secara luas oleh masyarakat.
Terdapat sebelas komoditas sayuran dan buah-buahan semusim (SBS) yang dibudidayakan di Kabupaten Sekadau yaitu bawang merah bayam, buncis, cabai besar, cabai rawit, kacang panjang, kangkung, ketimun, petsai/sawi, terung dan tomat. Untuk tanaman dan buah-buahan tahunan (SBT) terdapat 21 komoditas yaitu belimbing, duku/langsat, durian, jambu biji, jambu air, jeruk siam, jeruk besar, mangga, manggis, nangka/ cempedak, nanas, pepaya, pisang, rambutan, salak, sawo, sirsak, sukun, melinjo, petai, dan jengkol. Budidaya tanaman biofarmaka (TBF) di Kabupaten Sekadau tercatat untuk tujuh komoditas yaitu jahe, kapulaga, kencur, kunyit, laos/lengkuas, mahkota dewa dan mengkudu/ pace. Sedangkan tanaman hias belum terdapat budidayanya di Kabupaten Sekadau.
Kabupaten Sekadau memiliki banyak komoditas dalam pertanian hortikultura, dan hal tersebut perlu untuk dimanfaatkan secara optimal. Oleh sebab itu, perhitungan neraca sumber daya alam pertanian hortikultura sangat penting agar lahan yang tersedia dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin sesuai dengan prinsip the highest and the best use.
1.2. Tujuan

Analisis neraca sumber daya alam diperlukan untuk mengetahui total lahan potensial yang dapat digunakan sebagai lahan pertanian hortikultura serta perubahan cadangan atau stock dari aset lingkungan berupa lahan pertanian hortikultura.
1.3. Ruang Lingkup
1.3.1. Ruang Lingkup Temporal
Laporan ini digunakan sebagai bagian dari usulan Rencana Tata Ruang Kabupaten
Sekadau yang direncanakan dalam proses skenario jangka panjang dua puluh (20) tahun. Data yang digunakan merupakan data terbaru maksimal hingga sepuluh (10) tahun kebelakang.
Secara umum, analisis dilakukan secara jarak jauh melalui metode daring dengan data
diperoleh berasal dari literatur online dan data digital dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD)

Kabupaten Sekadau. Proses pengambilan hingga analisis data dilakukan selama kurang lebih empat (4) bulan kerja.
1.3.2. Ruang Lingkup Substansial
Laporan ini memuat substansi komponen analisis neraca sumber daya alam sektor pertanian hortikultura pada wilayah Kabupaten sekadau dengan rincian meliputi produktivitas, analisis pasiva, analisis pasiva, analisis cadangan berupa neraca fisik dan moneter, serta keterkaitan dengan ekonomi wilayah
1.3.3. Ruang Lingkup Spasial
Laporan ini mencakup analisis wilayah Kabupaten Sekadau yang terdiri tujuh (7) kecamatan, yaitu Nanga Mahap, Nanga Taman, Sekadau Hulu, Sekadau Hilir, Belitang Hilir, Belidang, dan Belitang Hulu. Batas wilayah meliputi batas luar administrasi dengan rincian batas sebagai berikut.
Utara : Kabupaten Sintang
Selatan: Kabupaten Ketapang
Barat : Kabupaten Sintang
Timur : Kabupaten Sanggau


2.1. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui data sekunder dengan basis tahun dasar 2019 (bisa juga tahun sebelumnya, bergantung pada ketersediaan data). Data sekunder dikumpulkan melalui studi literatur dari berbagai sumber seperti Badan Informasi Geospasial, Badan Pusat
Statistik Kabupaten Sekadau dan Provinsi Kalimantan Barat, RPJMD Kabupaten Sekadau, dan berbagai dokumen publikasi instansi pemerintah dan pihak terkait yang mendukung proses analisis.
2.2. Metode Pengolahan dan Penyajian Data
2.2.1.
Metode Analisis Neraca
Terdapat tiga elemen dalam analisis neraca, yaitu penentuan aktiva, penentuan pasiva, dan penentuan cadangan.
i. Penentuan Pasiva
Pasiva merupakan bentuk lahan eksisting dengan fungsional dan kegiatan sebagai lahan pertanian hortikultura. Data yang digunakan adalah jumlah luas panendanstandarmusim panen. Jumlahluaspanenmenunjukkan luas lahandari hasil suatu komoditi yang sudah siap dipanen. Luas ini belum menunjukkan jumlah luas yang digunakan dalam kegiatan pertanian hortikultura atau luas tanam, sehingga perlu dibagi dengan standar musim panen yang menunjukkan jumlah suatu komoditas dipanen dalam satu tahun.
ii. Penentuan Aktiva

Aktivamerupakan potensi lahanoptimal yangdapat digunakan sebagai lahan pertanian hortikultura. Untuk mendapatkan aktiva, diperlukan analisis kesesuaian lahan (suitability analysis) berdasarkan standar-standar berlaku menggunakan perangkat ArcMap.
iii. Penentuan Cadangan
Cadangan merupakan selisih dari aktiva dan pasiva. Didapatkan dengan mengurangkan aktiva dengan pasiva. Dari cadangan lahan pertanian hortikultura dapat didapatkan jumlah produksi potensial, yang kemudian dapat divaluasikan dalam bentuk moneter dengan mengalikan jumlah produksi dengan harga jual komoditas tersebut.
2.2.2.
Metode Analisis EkonomiDalam analisis ekonomi, terdapat dua analisis yang dapat dilakukan, yaitu analisis komoditas unggulan dan analisis sektor unggulan. Analisis komoditas

unggulan dilakukan untuk melihat kontribusi komoditas unggulannya berkaitan dengan sektor pertanian hortikultura. Sedangkan untuk analisis sektor unggulan
dilakukandengan analisis LQdananalisistipologi klassen.Sehinggadidapatkanhasil sektor unggulan berdasarkan data PDRB Kabupaten Sekadau tahun 2020.
2.3. Kerangka Berpikir

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Analisis Neraca Sumber Daya Pertanian Hortikultura
Sumber: Analisis Penyususn, 2021


BAB III

GAMBARAN UMUM WILAYAH
3.1. Kondisi Fisik Wilayah
Wilayah Kabupaten Sekadau secara geografis terletak di 00 25’ 12’’ S sampai dengan

00 27’ 28’’N dan 1100 45’ 38’’ E sampai dengan 1110 13’ 24’’ E. Secara administratif Kabupaten Sekadau terdapat di Provinsi Kalimantan Barat yang berbatasan pada sisi utara dan timur dengan Kabupaten Sintang, selatan dengan Kabupaten Ketapang, dan barat dengan Kabupaten Sanggau.
Gambar 3.1 Peta Administrasi Kabupaten Sekadau
Sumber: Analisis Penulis, 2021
Kabupaten Sekadau memiliki luas sebesar 5.444,3 km2 atau sebesar 3,71% dari luas
Provinsi Kalimantan Barat. Terbagi menjadi tujuh kecamatan yaitu Belitang Hulu, Belitang
Hilir, Belitang, Sekadau Hulu, Sekadau Hilir, Nanga Taman dan Nanga Mahap. Kondisi alam
Kabupaten Sekadau berupa daratan dan perbukitan dengan tingkat ketinggian 0 -1600 mdpl. Kelerengan Kabupaten Sekadau didominasi sebesar 2-15%.
Gambar 3.2 Peta Kelerengan Kabupaten Sekadau
Sumber: Analisis Penulis, 2021
Secara klimatologi, Kabupaten Sekadau merupakan daerah hutan tropis dengan
kelembaban dan curah hujan yang cukup tinggi. Besar curah hujan tahunan di mayoritas
wilayah Kabupaten Sekadau mencapai 3.750-4.250 mm. Sedangkan suhu di Kabupaten


Sekadau berkisar dari 22,5 C hingga 33,3 C.
Gambar 3.3 Peta Curah Hujan Kabupaten Sekadau
Sumber: Analisis Penulis, 2021

Jenis tanah di Kabupaten Sekadau didominasi oleh jenis tanah podsolik dan latosol.
Jenis tanah tersebut sangat cocok digunakan untuk kegiatan pertanian dan perkebunan. Pada
kondisi eksisting pun Kabupaten Sekadau didominasi oleh guna lahan pertanian dan perkebunan yang ditunjukkan dalam peta tutupan pada Gambar 3.5.
Gambar 3.4 Peta Jenis Tanah Kabupaten Sekadau
Sumber: Analisis Penulis, 2021
Gambar 3.5 Peta Tutupan Lahan Kabupaten Sekadau
Sumber: Analisis Penulis, 2021

Dari sisi kebencanaan, Kabupaten Sekadau sisi utara didominasi oleh tingkat kebencanaan yang cenderung rendah dan sisi selatan didomniasi oleh tingkat kebencanaan sedang-tinggi. Oleh karena itu, sisi utara lebih banyak digunakan sebagai area budidaya.


Gambar 3.6 Peta Rawan Kebencanaan Kabupaten Sekadau
Sumber: Analisis Penulis, 2021

3.2. Kondisi Sosial
Menurut BPS, Kabupaten Sekadau memiliki penduduk sebanyak 211.559 jiwa dan kepadatan penduduk sebesar 39,35 jiwa/km2 yang cenderung memusat di sekitar ibukota kabupaten dan tersebar di seluruh areanya atau sprawl Laju pertumbuhan penduduknya sendiri beradapada angka1,72.Jenis pekerjaanmasyarakat padakelompok angkatan kerja
didominasi oleh lapangan usaha pertanian seperti yang tertera dalam Tabel 3.1
Tabel 3.1 Persentase Penduduk Usia Kerja Berdasar Lapangan Usaha Utama
Lapangan Usaha Utama
Sumber: SAKERNAS, 2019
3.3. Kondisi Ekonomi

KabupatenSekadaumemiliki strukturekonomi yangdidominasiolehsektorprimer
hingga 42,77% dari total PDRB yang terdiri dari sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, serta sektor pertambangan dan penggaliaan. Sektor pertanian, kehutanan dan
perikanan sendiri memberikan kontribusi sebesar 39,77%. Sektor sekunder sendiri
memberikan kontribusi sebesar 17,64% dengan sektor terendah pada sektor pengadaan
listrik dan gas yang berada pada angka 0,03%. Sedangkan sektor tersier memberikan kontribusi sebesar 39,63% dengan sektor terendah berada pada jasa perusahaan yang
hanya berada pada angka 0,04%.

Gambar 3.7 Struktur Ekonomi Kabupaten Sekadau
Sumber: BPS Kabupaten Sekadau, 2021



4.1. Lahan Potensial Pertanian Hortikultura (Aktiva)




Gambar 4.2 Peta Jenis Tanahdan Peta Tutupan Lahan Kabupaten Sekadau
Sumber: Analisis Penulis, 2021
Gambar 4.3 Peta Tingkat Kerawanan Bencana Kabupaten Sekadau
Sumber: Analisis Penulis, 2021




Dari analisis spasial terhadap peta-peta di atas berdasarkan kriteria pada Tabel, didapatkan luas lahan potensial pertanian hortikultura (aktiva) di Kabupaten Sekadau sebesar 381.735,62 hektar atau sektiar 70,12% dari total luas lahan seperti berikut.
Sumber: Analisis Penulis, 2021

Dikarenakan terbatasnya data penggunaan lahan di Kabupaten Sekadau, maka perhitungan luas lahan tanam dilakukan dengan membagi luas lahan panen dengan standar musim panen yang didapatkan dari berbagai sumber.


Dari tabel tersebut didapatkan luas lahan buah-buahan dan sayur tahunan adalah

8.102
Sumber: Statistik Pertanian Hortikultura Kabupaten Sekadau 2019
Dari tabel tersebut didapatkan luas lahan biofarmaka adalah 8,103 hektar. Dengan
demikian, total luas lahan aktiva pertanian hortikultura di Kabupaten Sekadau adalah 42 + 482,85 + 8,102= 532,952 hektar. Kemudian dari perhitungan pasiva dan aktiva, dapat diketahui besarnya cadangan lahan dari pertanian hortikultura seperti dalam Tabel 4.5.
Luas Kabupaten Sekadau Luas Lahan Potensial (aktiva)
Luas Lahan Existing (pasiva)
Sumber: Analisis Penulis, 2021
Luas Cadangan Lahan
Perhitungan neraca fisik didapatkan dari perhitungan pasiva atau luas lahan eksisting dengan aktiva atau luas lahan potensial sehingga didapatkan luas lahan cadangan bagi masing-masing komoditas. Asumsi yang digunakan dalam perhitungan ini adalah
seluruh potensi dimanfaatkan dengan optimal dan panen sepenuhnya berhasil. Kemudian untuk menghitung besarnya produksi dilakukan perhitungan menggunakan produktivitas
dari masing-masing komoditas sesuai dengan yang tercantum dalam publikasi BPS
Kabupaen Sekadau (2019) terkait Statistik Pertanian Hortikultura Kabupaten Sekadau.
Perhitungan neraca fisik dan moneter pasiva pertanian hortikultura dapat dilihat pada
Tabel 4.6.


Sumber: Analisis Penulis, 2021
Dari perhitungan tersebut didapatkan besarnya luas pasiva adalah 532,92 hektar dengan total produksi sebesar 2.072,183 kg dengan total valuasi moneter sebesar Rp36.845.624.000. Dengan mengurangkan luas aktiva dengan pasiva, didapatkan luas lahan cadangan. Neraca fisik cadangan dari pertanian hortikultura dapat dilihat pada Tabel dan neraca moneter pada Tabel 4.7


Dari analisis tersebut, didapatkan total luas lahan cadangan adalah 381.202,67 Ha
dan besar cadangan produksi seluruh komoditas adalah 1.323.940,890 kg. Sedangkan

neraca moneter dihitung dengan mengalijan besar cadangan produksi dengan harga jual masing-masing komoditas. Besar harga masing-masing komoditas didapatkan dari
di internet.
Total valuasi moneter yang didapatkan dari analisis cadangan adalah sebesar Rp25.077.220 307 876 atau lebih dari Rp25 triliun Sedangkan total valuasi moeter dari analisis pasiva adalah Rp36.845.624.000. Dengan menjumlahkan valuasi moneter dari pasiva dan cadangan didapatkan total valuasi moneter dari pertanian hortikultura adalah sebesar Rp25.114.065.931.876. Besarnya angka ini menunjukkan besarnya potensi pertanian hortikultura yang ada di Kabupaten Sekadau.
4.4. Komoditas Unggulan Pertanian Hortikultura
Penentuan komoditas unggulan dilakukan dengan melihat produksi terbesar yang disumbangkan oleh komoditas tertentu. Komoditas unggulan menunjukkan komoditas tersebut memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan komoditas lainnya. Hasil dari analisis komoditas unggulan dapat dimanfaatkan sebagai salah satu fokus pengembangan ekonomi wilayah.

Dari analisis didapatkan buah-bahan dan sayuran tahunan (BST) memiliki

kontribusi terbesar dengan komoditas unggulan berupa buah durian yang memiliki nilai
valuasi moneter sebesar Rp10.569.221.044.414 atau sekitar Rp10,5 triliun dan diikuti oleh
komoditas pisang yang memiliki nilai valuasi moneter sebesar Rp3.927.429.712.031 atau
sekitar Rp3,9 triliun. Dari kelompok sayuran dan buah-buahan semusim (SBS) komoditas
unggulannya adalah cabai rawit yang memiliki valuasi moneter sebesar
Rp155.073.748.846 yang kemudian disusul oleh kacang panjang dengan nilai valuasi
moneter mencapai Rp55.020.906.799. Untuk kelompok biofarmaka sendiri komoditas
unggulannya adalah jahe dengan nilai valuasi moneter mencapai Rp155.272.142.722 dan kemudian disusul oleh kencur yang memiliki nilai valuasi monter sebesar Rp121.132.040.265.


5.1. Kesimpulan

Kabupaten Sekadau memiliki lahan yang potensial untuk digunakan sebagai lahan kegiatan pertanian hortikultura. Hal ini dibuktikan dengan besarnya hasil analisis kesesuaian lahan potensial mencapai 381.735,62 hektar dengan faktor jenis tanah, kelerengan, curah hujan, tutupan lahan, kerawanan bencana, dan lokasi kawasan lindung. Dengan luas aktiva yang hampir menyamai 70% dari total luas wilayah, lahan yang sudah dimanfaatkan sebagai lahan pertanian hortikultura baru 532,95 hektar. Dengan luas cadangan sebesar 381.202,67 hektar, pertanian hortikultura sangat mungkin dikembangkan lebih besar untuk peningkatan ekonomi wilayah mengingat besarnya valuasi moneter dari cadangan sendiri bisa mencapai lebih dari Rp25 triliun. Untuk komoditas yang memiliki peluang besar untuk dikembangkan adalah durian dan pisang karena merupakan komoditas unggulan dari kelompok sayuran dan buah-buahan tahunan (BST), cabai rawit dan kacang panjang dari kelompok sayuran dan buah-buahan semusim (SBS), serta komoditas jahe dan kencur dari kelompok biofarmaka.
5.2. Saran
Besarnya potensi dari sumber daya alam pertanian hortikultura perlu dioptimalkan pemanfaatannya agar mampu memberikan manfaat yang positif bagi perekonomian wilayah. Agaar pengembangan pertanian hortikltura dapat memberikan manfaat yang positif, rekomendasi yang dapat dilakukan antara lain:
1. Memanfaatkan penggunaan lahan-lahan belum terbangun serta lahan terbengkalai sebagai lokasi pertanian hortikultura
2. Mendorong pengembangan pertanian hortikultura sebagai upaya pembukaan lapangan pekerjaan yang berkelanjutan dengan berbagai program peningkatan dan percepatan pengembangan pertanian dan pengolahan hasil produksi
3. Secara serius mengembangkan industri pengolahan komoditas hasil pertanian hortikultura, terutama komoditas-komoditas unggulannya sebagai hilirisasi untuk semakin meningkatkan lapangan pekerjaan, meningkatkan nilai tambah, serta meningkatkan PDRB Kabupaten Sekadau.

