
6 minute read
Dialog antargenerasi : Menjalani Hidup Dengan Seni
from CSII Zine-Act Global
by actglobalcic
DIALOGDIALOGDIALOG ANTARGENERASIANTARGENERASIANTARGENERASI ;;; MENJALANIMENJALANIMENJALANI HIDUPHIDUPHIDUP DENGANDENGANDENGAN SENISENISENI
Sebagaimana kita ketahui Pulau Dewata Bali terkenal dengan kentalnya budaya dan telah melahirkan banyak seniman-seniman hebat dari berbagai cabang seni yang ada. Pada tanggal 10 Maret 2022, Kurnia Wardani Miftha Huljanah dari Act Global telah melakukan intergeneration talk bersama seorang pelukis yang berasal dari Sanur, Bali yaitu Bapak I Made Sudibia. Kesempatan ini dilakukan dengan tujuan untuk dapat membangun hubungan antara generasi muda dengan elderly, selain dalam rangka program CSII: Community Senior Involved International.
Advertisement
I MADE SUDIBIA, beliau lahir di Sanur, Bali pada tanggal 15 Juli 1959. Beliau telah memiliki bakat dibidang seni sedari kecil, hal ini juga didukung dari lingkungan keluarga yang memang mayoritas berprofesi sebagai seorang seniman. Pak Sudibia bercerita bahwa dari kecil beliau memang sudah senang menggambar dan melukis sambil bersenandung khas Bali dan menikmati suasana kehidupan tradisional Bali. Selain memiliki bakat dibidang seni, Pak Sudibia juga merupakan bintang kelas semenjak Sekolah Dasar. Bahkan pada saat menginjak kelas 1 SMP Pak Sudibia sudah dapat menjuarai kompetisi Seni Lukis dan mengalahkan para senior nya di kelas 3. Bapak Subidia pun sudah mulai menggunakan cat minyak dan media canvas semenjak SMP.
Beliau mendalami seni lukis di Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia 'ASRI' (STSRI 'ASRI' , Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia) di Yogyakarta, dari tahun 1980 hingga 1988.
Sejak menjadi mahasiswa beliau telah menjadi anggota kelompok seniman Sanggar Dewata Indonesia di Yogyakarta. Pada tahun 1980 beliau mendapat penghargaan dalam Lomba Melukis Cat Air dan Lomba Sketsa dari STSRI 'ASRI' . Sejak tahun 1991, beliau menjadi dosen seni di Sekolah Tinggi Seni Indonesia (ATSI, Sekolah Tinggi Seni Indonesia; sekarang Institut Seni Indonesia Denpasar) di Bali. Selin jtu, beliau juga telah berpartisipasi dalam pameran seni di Indonesia, Monaco, Kuwait, dan Australia.


Aliran Lukisan

Pameran yang dilakukan di Monaco menjadi salah satu yang paling berkesan bagi Pak Sudibia, karena beliau harus merelakan lukisan yang telah dikirim. Lukisan tersebut tidak dapat ditarik kembali akibat sulitnya regulasi di bagian imigrasi yang mana membutuhkan biaya dalam jumlah tak sedikit pula. Lukisan beliau saat itu bertema Tari Rejang. Tari Rejang adalah sebuah tarian kesenian rakyat/suku Bali yang ditampilkan secara khusus oleh perempuan dan untuk perempuan. Gerakgerik tari ini sangat sederhana namun progresif dan lincah. Biasanya pagelaran tari Rejang diselenggarakan di pura pada waktu berlangsungnya suatu upacara adat atau upacara keagamaan Hindu Dharma.
Tema-tema karya lukisan dari Pak Sudibia diambil dari realitas sosial kehidupan masyarakat Bali. Namun, Pak Sudibia cenderung lebih tertarik pada tujuan tradisional yang memiliki kontak erat dengan budaya, seperti meditasi, aktivitas orang Bali berdandan dalam pakaian ritual mereka ketika pergi ke pura, cerita rakyat atau bahkan subjek kepercayaan mitologis. yang memiliki karakter alam tak kasat mata, ilusi. “Konsentrasi dan eksplorasi saya hanya pada kehidupan tradisional Bali karena tema ini tidak bisa habis. Dari apa yang saya alami, masih banyak hal yang belum saya kerjakan. ” ujar beliau. Selain itu Beliau juga dikenal sebagai master pembuat sketsa.
MEMILIKI KECINTAAN MENDALAM TERHADAP KARYANYA
Pak Sudibia menyadari bahwa kecintaannya terhadap karya seninya teramat dalam. Bahkan terkadang beliau sulit merelakan karya seninya untuk dibeli oleh orang lain akibat rasa cintanya ini. Pak Sudibia mengakui bahwa dirinya adalah orang yang cukup sensitif dan perasa. Sifat sensitif ini juga menjadi tantangan dan kendala bagi Pak Sudibia, yang mana dalam kehidupan masyarakat Bali kita memiliki banyak aktivitas gotong royong terutama apabila ada acara keagamaan, upacara ataupun ngaben. Terkadang hal ini membuat Pak Sudibia menjadi kurang fokus dalam berkarya. Ini menjadi salah satu alasan beliau mengundurkan diri menjadi Dosen di ISI, agar dapat memiliki lebih banyak waktu untuk berkarya. Namun ternyata dalam perjalanannya, ia menghadapi kendala dalam memasarkan karya lukisannya, akibat berbagai faktor seperti krisis ekonomi dan pandemi.
KENDALA YANG DIHADAPI
TANTANGAN TERKAIT MANAJEMEN BISNIS DAN KESEHATAN
Manajemen bisnis juga merupakan sebuah tantangan dan kendala terbesar yang dihadapi oleh Pak Sudibia. Beliau sangat senang melukis dan menciptakan karya, namun tidak begitu serius mendalami dalam hal mempromosikan dan menjual karyanya. Namun, walaupun begitu karya lukisan Pak Sudibia juga terkenal dan memiliki tempat khusus oleh para penikmat seni. Hal ini juga dibuktikan dengan banyaknya dukungan yang diberikan oleh sesama seniman dan pegiat seni kepada Pak Sudibia, salah satunya dengan memberikan beliau media untuk melukis seperti cat dan kanvas yang dibutuhkan. Sebab mereka sudah merindukan karya-karya dari beliau. Hal ini dikarenakan Bapak Sudibia telah cukup lama vakum akibat permasalahan pada kondisi kesehatan fisiknya, yang membuat beliau menjadi sulit beraktivitas dan melukis kembali selama beberapa tahun menjadi kurang produktif. Setelah sempat tenggelam dalam pikiran yang kalut dan kondisi yang tidak mendukung, Pak Sudibia kembali mendapatkan semangatnya dan bangkit.
Pendapat Pak Subadia terhadap Teknologi:
MELIHAT SECARA POSITIF PERKEMBANGAN TEKNOLOGI
Pak Sudibia juga melihat perubahan positif dari perkembangan Teknologi, dibandingkan era nya dahulu. Yang mana saat ini informasi dapat lebih mudah dijangkau, terutama dalam segi mencari ide dengan melihat karya dari senimanseniman di seluruh dunia. Pak Sudibia pun sangat menanggapi secara positif kemajuan teknologi ini dan ingin mempelajarinya, menurut beliau guna mengikuti perkembangan teknologi maka kita haruslah mempersiapkan diri. Itulah sebabnya, dengan kemudahan teknologi ini diharapkan anak muda dapat lebih memanfaatkan fasilitas yang ada untuk lebih produktif dan berkarya. Dalam hal ini, kami dari pihak Act Global juga melakukan sesi sharing kepada Pak Sudibia terkait kemajuan teknologi yang dapat beliau gunakan untuk mempromosikan karyanya agar dapat lebih mudah dijangkau oleh para peminat seni secara online terutama di suasana pandemi seperti ini. Namun, hal ini dalam pelaksanaan tentu sangat dibutuhkan peran anak muda untuk dapat membantu para senior dalam melakukan dan mendukung aktivitas mereka.

Pesan untuk generasi muda:
MENGANGKAT ISU LINGKUNGAN MELALUI KARYA SENI
Selain kecintaan terhadap seni, seni lukis dan budaya tradisional Bali, Pak Sudibia juga memiliki kepedulian tinggi terhadap lingkungan dan pemanasan global yang terjadi. Berdasarkan hasil wawancara, beliau menceritakan bahwa seni dalam hal ini environmental art juga dapat menyampaikan pesan-pesan positif, yang menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan. Beliau cukup prihatin melihat alam kita sekarang ini, terutama jika melihat tumbuhan bakau yang dipenuhi oleh sampah-sampah plastik, beling dan lainnya, yang menyebabkan tunas-tunas bakau menjadi terhalang untuk tumbuh. Beliau mengharapkan agar anak muda dapat kesadaran dan bergerak secara aktif untuk melakukan aksi dalam menjaga lingkungan, tidak hanya sekedar menyuarakan nya saja.
MENJADIKAN SENI SEBAGAI BAGIAN DARI HIDUP
Pak Sudibia berbagi cerita yang didapatkan dari kolektor orang barat, dimana mereka menganggap seni sebagai suatu bagian dari kebutuhan hidup. Terutama untuk sejenak menjauhkan diri dari kesibukan pekerjaan dan hiruk pikuk kehidupan. Dengan menikmati seni kita dapat menjadi lebih peka, dan dengan kepekaan ini kita jadi mengetahui berbagai nilai-nilai, mana yang perlu diredam dan mana yang perlu diekspresikan. Hal ini juga membantu kita agar lebih bijak dalam menghadapi berbagai problematika hidup. Menurutnya segala sesuatu di kehidupan ini membutuhkan sebuah seni, seperti halnya dalam berpakaian, kita harus mengetahui bagaimana corak dan potongan yang pas untuk tubuh kita agar terlihat indah dipandang serta membangkitkan rasa percaya diri. Seni menjadikan kehidupan tidak monoton dan menjenuhkan.
BELAJAR SABAR MELALUI DIALOG DENGAN KARYA SENI
Menurutnya anak muda saat ini terlalu sibuk dengan aktivitas ataupun pekerjaan hingga lupa untuk menikmati keindahan alam dan hal-hal sederhana dalam hidup. Oleh sebab itu, ia menyarankan anak muda untuk belajar berdialog dengan karya seni. Misalkan dalam melihat sebuah lukisan, kita memerlukan waktu untuk berdialog dengannya (tidak bisa terburu-buru). Dengan dialog inilah kita dapat menemukan sebuah sudut pandang baru, serta nilai dan pesan yang ingin disampaikan oleh sang seniman. Lambat laun kita jadi dapat merasakan sebuah perasaan yang mungkin sebelumnya tidak kita rasakan.
Kurnia Wardani M.H.