
2 minute read
Belajar Mejejaitan Pererat Komunikasi Antargenerasi di Banjar Prapat.
from CSII Zine-Act Global
by actglobalcic
Masyarakat Bali tidak akan lepas dari upacara keagamaan, dan dalam setiap upacara akan dibutuhkan banten (sesajen yang akan dipersembahkan) dan proses pembuatan sesajen ini disebut mejejaitan. Mejejaitan adalah kegiatan mengolah daun kelapa menjadi potongan-potongan yang nantinya akan disatukan dan menjadi suatu bentuk yang mengandung makna dan filosofi di dalamnya. Karena ini merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan masyarakat Hindu Bali, maka penting pula untuk melestarikan budaya ini dari generasi ke generasi, belajar membuat persembahan bersama antar generasi juga merupakan cara yang baik untuk menghubungkan antar generasi.

Advertisement
Majejaitan banyak dilakukan oleh perempuan Bali, karena membutuhkan ketelitian, pemahaman, dan kesabaran untuk membuatnya, namun bukan berarti pria tidak bisa melakukannya. Dalam mejejaitan tidak boleh dilakukan sembarangan karena ada beberapa hal yang harus diperhatikan, seperti bentuk, pemotongan, pelekatan, dan isi sesajen. Untuk bentuk, ada tiga bentuk yang harus ada dalam jahitan, seperti bentuk bulat, persegi dan segitiga; ketiga hal ini tidak akan lepas dari potongan-potongan yang akan digunakan. Sedangkan potongan dibuat tergantung apa yang akan disajikan. Misalnya, jika ingin memberikan canang sari (sesajen), potongannya akan dibulatkan dan dibuat sebaik mungkin agar terlihat indah. Tidak hanya canang sari, ada juga potongan Ceper yang potongannya akan berbentuk kotak dan berlubang karena di tengahnya akan ditambal dengan daun pisang atau daun kelapa (janur).

Ada banyak jenis banten, dan ukuran apapun, misalnya jika banjar (lingkungan) mengadakan upacara, banten akan menjadi besar dan membutuhkan banyak orang untuk membuatnya. Karena itulah di Bali selalu ada gotong royong yang seperti banyak orang di Banjar akan membuat dan menyelesaikan upacara bersama. Di banjar juga para wanita akan melakukan mejaitan, biasanya untuk upacaraupacara besar mereka menggunakan banten besar seperti Prayascita, Durmangala, Biyakala, Sayut, dan Banten Mecaru. Semua banten besar tersebut memiliki arti seperti, Prayascita yaitu untuk menyucikan bagian atas candi sedangkan Durmangala dan Biyakala untuk menyucikan bagian tengah dan bawah candi.
Upacara tidak hanya dilakukan oleh orang banten tetapi juga dengan hal lain seperti tumpuan dan atap untuk banten. Bagian ini biasanya bagian laki-laki, karena terbuat dari Klangsah. Klangsah adalah daun kelapa tua yang dirajut menjadi lembaran yang dapat digunakan sebagai alas dan pucuk banten serta tempat teduh bagi orangorang di pura. Klangsah ini akan dibuat menyerupai atap, diikat menjadi satu dan dibuat tiang dengan menggunakan kayu untuk menopangnya sehingga dapat berdiri seperti atap tenda yang terbuat dari daun kelapa tua. Selain digunakan untuk banten dan atap klangsah, juga digunakan sebagai alas untuk menyiapkan hidangan bagi orang-orang yang datang ke upacara tersebut.
Masih banyak lagi yang bisa dimanfaatkan, karena sejujurnya orang Bali tidak lepas dari mejejaitan, banten, klangsah dan banyak hal tentang upacara keagamaan. Karena orang Bali sangat menjaga tradisi yang sudah ada sejak dahulu kala dan karena itulah yang membuat Bali menjadi tempat yang sangat ingin dikunjungi oleh semua orang di dunia ini. mereka ingin melihat semua keunikan yang ada di Bali dan ingin melihat bagaimana masyarakat Bali menjaga dan menjalankan tradisi sampai sekarang.

Ni Wayan Kariasih