2 minute read

Apa yang aku pelajari dari silaturahmi Idul Fitri bersama Senior.

“Tidak mengunjungi orang tua menjadi sebuah bentuk tindakan cinta”

Begitulah hidup kita di masa wabah pandemi, tidak mengujungi orang tua menjadi sebuah bentuk cinta, hampir 2 tahun kita hidup ketat dengan protokol kesehatan dan perjalanan juga sangat susah untuk dilakukan. Selama hampir 2 tahun, pemerintah Indonesia memperketat peraturan perjalanan. Secara pribadi, aku tidak merayakan Idul Fitri 2021 bersama keluarga karena tidak bisa berkunjung disebabkan oleh pandemi COVID-19.

Advertisement

Setelah hampir 2 tahun tidak menjenguk orang tua dan sanak saudara, akhirnya di lebaran tahun 2022 ini, ketika pemerintah mencabut peraturan perjalanan, sehingga jauh lebih mudah dan aku bisa merayakan lebaran tahun ini bersama keluarga di kampung halaman. Pada kesempatan pulang kampung ini aku bertemu banyak teman juga.

Berbicara tentang Idul Fitri di Indonesia dimana biasanya orang akan pulang kampung untuk bertemu keluarga mereka, akan ada pertemuan antar generasi atau reuni keluarga. Dan tentu saja akan ada banyak pertanyaan juga.

Di Indonesia, pada hari raya saat orang saling berkumpul seperti ini, aku rasa sudah menjadi rahasia umum bahwa keluarga akan menanyakan pertanyaanpertanyaan yang mungkin aka membuat kebanyakan orang terganggu, seperti beberapa pertanyaan di berikut: “Kapan kamu akan lulus kuliah?” "Sudah punya pacar belum?"

“Kapan mau menikah?”

Bagi generasi muda, pertanyaanpertanyaan itu menurutku sangat menjengkelkan. Dan untuk generasi yang lebih tua mereka menganggapnya bercanda. Jika ditanyai mengapa pertanyaan-pertanyaan seperti itu membuatku kesal, karena aku percaya bahwa setiap mahasiswa berjuang keras untuk menyelesaikan skripsinya dan setiap orang juga memiliki perjuangannya masing-masing,

Pertanyaan seperti “kapan lulus?” hanya membuat kita merasa lebih buruk, tapi mungkin dari sudut pandang senior, mereka menanyakan pertanyaan ini untuk memotivasi kita.

Pertanyaan lain tentang pasangan atau pernikahan juga sangat pribadi dan beberapa orang mungkin tidak memprioritaskannya di awal usia dua puluhan, atau orang lain mungkin ingin menikah tetapi belum menemukan pasangan yang tepat. Dan orang tua mungkin berpikir bahwa dengan menanyakan kapan lulus kuliah atau kapan menikah merupakan suatu motivasi. Bagiku yang meninggalkan kampung halaman di tengah pandemi, dan lulus kuliah secara online. Pertanyaan yang diajukan orang-orang terakhir kali aku mengunjungi orang tuaku berbeda. 1,5 tahun yang lalu, Dulunya orang bertanya kapan aku lulus, dan tahun ini mereka bertanya kapan aku akan menikah, atau terkadang bercanda tentang bagaimana orang tuaku menginginkan cucu. Aku tidak suka pertanyaan ini karena tidak berencana untuk menikah dalam waktu dekat. Pertanyaan ini mungkin terdengar biasa saja, karena perempuan di sekitar lingkungan orang tuaku dan sebaya denganku rata-rata sudah menikah atau punya anak. Ibuku tahu aku tidak suka pertanyaan ini dan beliau menasehati agar aku yang berusaha memahami pola pikir mereka, dan tidak lupa dari mana aku berasal. Meski terkadang pertanyaan dari para senior ini menggangguku, tapi pasti ada 2 sisi di setiap koin. Dari bertemu dan berbincang dengan senior, aku juga dapat belajar tentang kehidupan, bahwa mereka berbagi pengalaman hidup mereka, terkadang aku tidak bisa memahaminya karena aku belum pernah mengalaminya, mereka memberiku nasihat tentang banyak hal. Mereka telah mengalami banyak pengalaman hidup sebelumnya dan terkadang itu membuatku merasa seperti berada di dalam kotak dan perlu melihat gambaran hidup yang lebih besar bahwa setiap momen sulit yang terjadi saat ini tidak selamanya, bahwa hidup bukanlah perlombaan dan setiap orang punya jalan suksesnya masing-masing.

This article is from: