3 minute read

Belajar Berorganisasi Lintas Generasi

Dari generasi ke generasi lainnya

pasti memiliki sudut pandang yang berbeda dalam berbagai hal. Mulai dari cara bertahan hidup, mendidik, berorganisasi hingga perbedaan teknologi. Seiring dengan perkembangan zaman, akan terlihat perbedaan antara zaman dahulu dengan zaman sekarang. Hal tersebut bukanlah suatu hal yang menghilangkan jati diri, namun ada banyak hal yang bisa dipetik dan tetap diimplementasikan antara generasi ke generasi. Adapun hal yang akan dibahas adalah senior akan berbagi pengalaman berorganisasi, kemudian anak muda juga akan memberikan pandangannya dalam kegiatan organisasi. Kita akan belajar bersama mengembangkan kebijaksanaan untuk menilai manusia lain dan situasi, dan terutama memberikan respon yang tepat terhadap lingkungannya. Dengan kegiatan ini, diharapkan anak muda dapat belajar dari senior untuk mencari titik tengah supaya tetap menghormati karakter setiap individu dan tentunya dapat mencapai tujuan organisasi walaupun sudah terdapat perbedaan jaman, namun softskill yang harus dimiliki masih tetap sama. Oleh karena itu, sangat diperlukan sharing session lintas generasi. Pada hari Kamis, 5 Mei 2022 dilaksanakan kegiatan sharing session bersama senior dengan narasumber Drs. I Gusti Bagus Made Wiradharma, M.Si. Beliau adalah pria kelahiran 1957. Jabatan organisasi yang pernah diikuti antara lain Ketua KNPI, Ketua STISPOL Wira Bhakti Denpasar, Ketua Forum Asimilasi Nasional Provinsi Bali, Alumni TARPADNAS, Alumni TAR-KADER Bela Negara, Alumni ORPIM PemudaLEMHANNAS, dan Alumni TAPLAI KEBANGSAAN LEMHANNAS. Beliau juga memiliki pengalaman pernah ke luar negeri yang mungkin bisa dilanjutkan oleh generasi muda. Beliau pernah menjadi Duta Indonesia bersama Duta Malaysia ke Okayama, Jepang dalam kegiatan IYEAO (International Youth Exchange Association of Okayama) selama satu bulan pada tahun 1995. Beliau mengatakan, bahwa beliau mengenal tempat-tempat di Indonesia karena mendapat kesempatan berkat bergabung dengan organisasi. Beliau adalah Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), beliau memulai dari bawah dan tidak langsung menjadi pemimpin. Beliau mulai belajar organisasi dari sekolah menengah pertama hingga perguruan tinggi. Kebetulan beliau lulusan ekonomi yang berkecimpung di bidang manajemen.

Advertisement

Dalam sharing session beliau mengatakan bahwa hal pertama yang harus kita pahami adalah apa itu organisasi. Organisasi adalah penyatuan dua orang atau lebih dalam suatu badan yang terorganisir. Tidak harus konvensional. Pada zaman dahulu, sebelum ada teknologi ketika ingin menyampaikan pendapat harus bertemu secara langsung, sedangkan sekarang bisa melakukannya melalui WhatsApp. Intinya, harus menyesuaikan dimana saat ini berada. Dalam berorganisasi harus memiliki satu kesatuan visi, satu tujuan dan misi. Visi adalah citacita mendasar, tujuan, kemudian misi adalah apa yang harus dilakukan. Selain itu, dalam pengelolaan organisasi harus ada POAC. Planning – Organizing – Actuating – Controlling. Dalam membuat sesuatu tentunya diawali dengan perencanaan, kemudian ditentukan apa yang dikerjakan dan siapa yang mengerjakan, kemudian dilakukan proses dan juga koordinasi sebelum pekerjaan tersebut. Setelah itu dilakukan pengendalian dan evaluasi. Saat ini eranya sudah berbeda. Kalau dulu orientasinya konvensional, sekarang sudah era digital. Sekarang dengan globalisasi kita bisa melihat seluruh dunia. Kalau dulu ingin bertemu orang Jepang, harus ke Jepang. Tapi sekarang bisa berkomunikasi dengan teman-teman di Jepang dapat melalui Facebook atau chatting. Jika ingin membeli barang di masa lalu harus pergi ke pasar, sekarang dapat melakukannya secara online. Dengan adanya globalisasi ini dapat memperpendek jarak. Dengan begitu, soft skill yang harus ditingkatkan adalah kemampuan menggunakan teknologi informasi. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah tentang kepemimpinan. Kepemimpinan adalah kemampuan untuk menggerakkan orang lain. Haruskah berpendidikan tinggi? Tidak. Contoh pengemudi mobil, tidak berpendidikan tinggi. Namun, beliau mampu mengumpulkan seluruh driver. Ini adalah kemampuan kepemimpinan. Pemimpin yang baik adalah yang memiliki kemampuan dalam kepemimpinan.

Siapa yang memiliki kemampuan untuk menggerakkan orang lain, dialah pemimpin yang sebenarnya. Memotivasi dan mendorong orang lain dengan tujuan. Di akhir sharing session, Pak Wira berpesan kepada generasi muda bahwa organisasi harus memiliki satu visi, satu tujuan, dan satu misi. Itu yang harus dipegang. Visi adalah apa cita-cita terbesar, lalu apa tujuan yang kita inginkan, dan apa yang harus kita lakukan. Itu bertahan di semua generasi.

Kesimpulannya, pemimpin yang baik adalah yang mampu menggerakkan anggotanya untuk mencapai suatu tujuan. Dalam organisasi harus ada visi, tujuan dan misi yang jelas. Dalam organisasi harus memperhatikan POAC (Planning – Organizing – Actuating –Controlling).

This article is from: