









Halo, Kawan Tular Nalar!
Bulan Mei ini kegiatan Tular Nalar apa saja sih? Penasaran kan? Yuk kita simak di bawah ini.
Tular Nalar mengawali bulan Mei dengan kegiatan Tular Nalar Expert Meeting. Di acara ini para expert membahas kurikulum “Sekolah Kebangsaan” dan “Akademi Digital Lansia”.
Para expert yang hadir antara lain adalah Ahmad Shalahuddin Mansur, S Ag, M Fil (Ketua Social Movement Institute), Gilang Jiwana Adikara, S.I.Kom., M.A. (Dosen dan peneliti dari Universitas Negeri Yogyakarta), Nurul Sutarti, S.P., M.Si, (Ketua KPU Kota Surakarta 2018 - 2023), Dr Susiana Nugraha, SKM., MN. (Direktur Indonesia Ramah Lansia), Adityo Pratikno Ramadhan (Dosen dan peneliti dari Universitas Bengkulu) dan Dorien Kartikawangi (Head of School of Communication, Atma Jaya Catholic University of Indonesia).
Para expert tersebut bersama dengan teman-teman manajemen Tular Nalar melakukan review terhadap kurikulum “Sekolah Kebangsaan” dan “Akademi Digital Lansia” yang sudah berjalan selama ini, serta memberikan masukan-masukan untuk kelas-kelas yang akan dilaksanakan ke depan Dalam kesempatan ini Teh Santi selaku Program Manager Tular Nalar juga memberikan pemaparan tentang pencapaian Tular Nalar dari awal berdiri hingga saat ini.
Kegiatan yang dilakukan Tular Nalar selanjutnya adalah pelaksanaan Pilot Class Akademi Digital Lansia. Kegiatan ini diadakan Untuk menyambut pembukaan kelas Akademi Digital Lansia yang nantinya akan dilaksanakan diseluruh Indonesia.
Tujuan diadakannya pilot class ini adalah untuk menguji coba materi, tools dan pendekatan kepada target sasaran. Ini merupakan sebuah simulasi kelas yang nantinya akan berlangsung dalam program Pilot Class ini juga dijadikan sebagai ajang simulasi bagi kawan-kawan mitra untuk mengimplementasikan instrumen atau langkah pendampingan serta monitor/evaluasi yang kemudian dijadikan percontohan pada kelas-kelas Akademi Lansia Digital di daerah-daerah lain.
Pilot Class Akademi Digital Lansia ini dilaksanakan di tiga kota, yaitu Purwokerto, Banjarmasin, dan Manado pada tanggal 4 dan 5 Mei 2024.
Pada kegiatan ini, Tular Nalar berkolaborasi dengan para mitra di ketiga kota tersebut. Adapun pelaksanaan pilot class masing-masing pada tanggal 4 Mei di Manado dan Banjarmasin dan tanggal 5 Mei di Purwokerto. Pilot class pada ketiga kota tersebut dihadiri oleh para peserta lansia yang memiliki latar belakang profesional (pensiunan) dan non-profesional (komunitas). Para peserta antusias dan bersemangat mendapatkan materi pilot class yang dibawakan oleh para fasilitator. Metode microteaching yang diterapkan juga membuat para peserta antusias sepanjang kelas berlangsung Peserta termotivasi untuk menularkan pengetahuan barunya pada yang lain, khususnya penggunaan tools seperti Kalimasada yang mudah dan sederhana, dan bagaimana menggunakan gawai sehari-hari.
Kegiatan Tular Nalar pada bulan Mei berlanjut dengan kolaborasi bersama Digital Mama ID bertajuk “Gimana Mempersiapkan Anak ke Dunia Digital?” dan disiarkan secara langsung (live). Pada talkshow ini Mas Sobeh dari Tular Nalar ngobrol bareng Mba Catur dari Digital Mama ID tentang tips parenting digital. Mereka juga berinteraksi dan bertukar cerita dengan para audiens tentang pengalaman serta tantangan apa saja yang dihadapi para orang tua di era digital saat ini.
Kolaborasi selanjutnya adalah “Workshop Young Hoaxbuster Squad: How Literate are You?” bersama Fikom Unisba. Pada kolaborasi ini Mas Zek dan Mas Giri dari Tular Nalar menjadi narasumber membahas mengenai ancaman hoax (misinformasi, disinformasi, dan malinformasi), bagaimana mengenalinya dan pentingnya anak muda menjadi agen penangkal hoax
Di penghujung bulan Mei ini, Tular Nalar tidak lupa juga merayakan Hari Lansia Nasional yang jatuh pada tanggal 29 Mei. Tim program Tular Nalar menyediakan twibbon yang bisa digunakan teman-teman Tular Nalar lainnya untuk ikut juga merayakan hari Lansia Nasional dengan membagikan di media sosialnya masingmasing. Twibbon ini dapat diakses di : https://www.twibbonize.com/harilansia-tn .
Itulah serba-serbi kegiatan TN pada bulan ini, nantikan terus keseruan kegiatan TN di bulan-bulan berikutnya ya, see you!
Kawan Tular Nalar, kali ini, kami punya cerita yang bisa bikin kita lebih dekat dengan kakek nenek atau orang tua kita yang sudah lansia. Apalagi di era digital ini, di mana teknologi bisa jadi jembatan yang menghubungkan kita semua.
Pada tanggal 26 Mei 2024 kemarin, Tular Nalar kembali muncul di TVRI Jabar dalam segmen dialog live zoom Jabar Juara Lahir Batin. Yang menjadi pembeda dengan dialog-dialog sebelumnya, kali tema yang diangkat adalah tentang bagaimana teknologi dapat menjadi jembatan antar generasi. Pembicaranya juga gak kalengkaleng! Tular Nalar menghadirkan Mas Adityo Pratikno Ramadan, Ph.D., salah satiu tim expert Tular Nalar yang juga Peneliti Penuaan Populasi
Lantas apa saja sih yang jadi pembahasan kemarin?
Menurut Mas Adit, populasi lansia di Indonesia kini sudah mencapai 11,75%. Mayoritas mereka tinggal bersama keluarga inti atau tiga generasi. Meski begitu, hanya sekitar setengah dari lansia yang punya akses ke handphone, dan dari situ, hanya seperempatnya yang terhubung ke internet. Lansia yang paling banyak mengakses internet adalah mereka yang berusia 60-69 tahun.
Mengapa banyak lansia yang belum terhubung?
Alasannya beragam, mulai dari masalah kesehatan hingga anggapan bahwa internet bukan kebutuhan penting. Namun, di zaman sekarang, internet bisa sangat bermanfaat, termasuk untuk berkomunikasi dengan anak-cucu melalui WhatsApp atau video call. Tantangannya adalah lansia yang berusia di atas 69 tahun memerlukan pendampingan untuk menggunakan internet dengan aman, agar tidak terjerumus ke dalam penipuan atau hoaks.
Apa sih, manfaat terbesar yang bisa dirasakan lansia dari teknologi digital? Selain kemudahan komunikasi, isu kesehatan jadi yang utama Layanan kesehatan kini banyak yang bisa diakses via internet, seperti aplikasi BPJS. Lansia yang terbiasa menggunakan teknologi akan lebih mudah mengakses layanan kesehatan.
Masalah mobilitas juga bisa diatasi dengan teknologi. Lansia bisa memesan taksi online untuk bepergian, sehingga mobilitas mereka meningkat. Terakhir, kesendirian adalah isu besar yang dihadapi lansia. Dengan internet, mereka bisa terhubung dengan temanteman lama, mengurangi rasa sepi, dan menjaga kesehatan mental
Tentunya peran pendidikan dan pelatihan dalam memfasilitasi penggunaan teknologi bagi lansia amat penting. Menurut Mas Adityo, pemerintah dan NGO seperti Tular Nalar bisa memberikan pendidikan digital bagi lansia. Ini penting agar mereka bisa beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan memanfaatkan fitur digital untuk kesejahteraan mereka.
Jangan lupa juga memastikan keamanan dan privasi lansia dalam menggunakan teknologi. Lansia adalah kelompok yang rentan terhadap hoaks dan penipuan. Maka dari itu, dukungan dari semua pihak keluarga, pemerintah, dan masyarakat sangat diperlukan. Pendidikan tentang keamanan digital harus terus diberikan agar lansia bisa menggunakan internet dengan aman. Seperti yang telah dijalankan oleh Tular Nalar selama ini, tentunya!
Di Hari Lansia ini, yuk kita bangun semangat untuk menciptakan Indonesia yang ramah lansia. Prediksi menyebutkan bahwa pada 2050, seperempat penduduk Indonesia akan menjadi lansia. Jadi, mari kita siapkan dari sekarang agar kita semua bisa menikmati masa tua dengan terinformasi, bahagia, dan sehat!
Oh ya, siaran ulang dialog live zoom nya bisa ditonton di tautan ini: https://bit.ly/TNHariLansiaTVRI
B E L A J A R B I S A M E L A L U I M E D I A A P A S
Salah satu yang menjadi tamu kami dalam obrolan bersama para pemenang lomba ILM Tular Nalar x JRKI adalah Bosa FM. Berada di Jawa Tengah, tepatnya di Kabupaten Pemalang, radio ini memiliki basecamp disalah satu sekolah di kabupaten tersebut. Kali ini saya, Shohih dari tim program Tular Nalar berbincang dengan penanggung jawab Bosa FM, ibu Yulianti.
Bosa FM sendiri dibuat saat pandemi berlangsung. Tujuan pembuatan ini tentu karena saat pandemi, tidak diperbolehkan untuk pembelajaran tatap muka. Semua pembelajaran dilakukan melalui daring Karena di daerah tersebut ada beberapa siswa yang tidak terjangkau melalui internet (karena satu dan lain hal), akhirnya SMPN 1 Bodeh yang menjadi tempat bernaunganya Bosa FM memutuskan untuk membuat mode pembelajaran melalui siaran radio komunitas, dan terciptalah radio sekolah yang masih eksis hingga sekarang.
Dalam strukturnya sendiri, Bosa FM berada dalam naungan kegiatan ekstrakulikuler perpustakaan sekolah. Ini membuat semua pengurus Bosa Fm adalah pengurus perpustakaan sekolah juga. Saat pandemi, yang siaran adalah seluruh bapak ibu guru yang mengajar bergantian setiap jamnya. Tapi dalam perkembangannya, terutama pasca pandemi, siaran mulai dikurangi. Hanya saat pagi sebelum masuk sekolah, saat istirahat, dan menemani saat ekstrakulikuler pasca pembelajaran. Selain pengurus, jpara siswa yang masuk di ekstrakulikuler perpustakaan atau biasa disebut kader pustaka pun bergantian ikut siaran.
Yang membuat saya takjub adalah bagaimana radio ini terus digerakkan dengan cara memberi setiap kelas radio dan diputar saat program berlangsung. Murid yang tergabung dalam ektrakulikuler dibagi tugasnya juga untuk menghidupkan radio-radio disetiap kelas saat Istirahat dan jam ekstrakulikuler. Tentu ini menjadikan Bosa FM tetap hidup dan juga bisa didengarkan oleh seluruh siswa.
Beberapa kali Bosa FM juga menjadi rujukan dari Dinas Pendidikan untuk bisa bersiaran dan menjelaskan langsung tentang program dari Dinas Pendidikan. Beberapa SMA di Pemalang juga sering diundang untuk sharing di Bosa FM, tentu dalam rangka promosi sekolah mereka. Bosa FM beberapa kali menjadi percontohan tentang radio yang dikelola oleh sekolah dalam lingkup kabupaten.
Perkembangan zaman tentu juga memaksa Bosa FM untuk beradaptasi Salah satunya adalah mirroring siaran ke facebook untuk memudahkan audiens yang tidak terjangkau dengan radio (karena lingkup radio komunitas hanya beberapa kilometer).
Menjadi pemenang ILM Tular Nalar x JRKI tidak disangka oleh teman-teman Bosa FM. Membawa konsep kedaerahan dengan bahasa ngapak membuat perbedaan dan memikat para juri untuk menjadikan mereka menjadi pemenang Tentu ini menjadi pemicu untuk terus meningkatkan programprogram Bosa FM.
“Tular Nalar sendiri memberikan pandangan untuk kami tentang pencegahan hoaks. Walaupun lingkungan kami SMP, tapi sangat baik apabila pencegahaan hoaks ini dimulai lebih muda, supaya menuju dewasa nanti menjadi matang”, pesan ibu yulianti di akhir sesi obrolan kami”, ujar ibu Yulianti sebagai penutup
Di bulan Mei ini, Tular Nalar berkesempatan untuk berbincang dengan salah satu mitra yang ada di Sulawesi Barat, tepatnya Majene. Mitra satu ini juga menjadi salah satu pemenang dalam TN Award awal tahun ini, yaitu Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Majene (STAIN Majene} Achmad Taqlidul Chair atau biasa disapa Pak Idul atau Mister Idul oleh para mahasiswanya berbincang dengan kami pagi itu. Beliau adalah salah satu PIC dalam Sekolah Kebangsaan di STAIN Majene.
Pak Idul sendiri adalah warga asli Soppeng, Sulawesi Selatan. Beliau besar di lingkungan pesantren saat SMP dan SMA, lalu melanjutkan kuliah di UIN Alauddin Makassar di jurusan Bahasa Inggris Setelah berkutat selama 5 tahun di UIN Alauddin Makassar, sempat mencari beberapa universitas untuk melanjutkan S2, Pak Idul akhirnya melanjutkan studinya di Universitas Makassar Lulus dan langsung masuk menjadi dosen STAIN Majene. Maret tahun 2024 ini beliau juga diangkat menjadi Kepala Jurusan Bahasa Inggris.
Perkenalan Pak Idul dengan Tular Nalar sebenarnya saat Kepala Jurusan sebelum beliau yang masih menjabat, yaitu Ibu Rara. Seperti biasanya, Tular Nalar dikenal dari mulut ke mulut. Teman yang juga dosen di salah satu Universitas di Gorontalo bercerita tentang Tular Nalar. Gayung bersambut akhirnya STAIN Majene masuk menjadi mitra dan menjadi salah satu pelaksana Sekolah Kebangsaan.
Awal mulanya memang rekan-rekan jurusan ingin melaksanakan pengabdian pada masyakarakat. Setelah mencari tahu tentang Tular Nalar, rekan-rekan akhirnya memutuskan untuk berkolaborasi. Selain kebutuhan terkait pengabdian dan juga sharing tentang penanganan hoaks di Majene, dengan adanya kerjasama internasional (dalam hal ini TN yang mendapat support dari Google.org) bisa menambah poin akreditasi dari jurusan tersebut.
Pelaksanaan Sekolah Kebangsaan berjalan sangat menyenangkan di Majene. Pengalaman pertama membuat Sekolah Kebangsaan, teman-teman STAIN Majene mengajak beberapa mahasiswa untuk terlibat mengurus kegiatan ini. Para peserta yang mendaftarpun sangat antusias, total ada 100 lebih yang mengikuti acara tersebut dengan 10 fasilitator.
Pak Idul menceritakan bahwa proses yang dilakukan oleh tim lumayan panjang. Mereka mencoba efektif dalam penggunaan dana dari TN. Salah satunya adalah terkait souvenir untuk peserta. Di daerah mereka, pembuatan souvenir terbilang cukup mahal, walaupun mungkin bisa lebih cepat. Teman-teman di Majene lalu mengakali dengan membeli bahannya melalui marketplace, lalu dikirim ke Makassar untuk proses finishing, sebelum akhirnya dibawa ke Majene Cukup panjang waktu yang dibutuhkan, sekitar 2 minggu hingga akhirnya souvenir bisa sampai di Majene.
Di Sekolah Kebangsaan yang pertama di STAIN Majene, perwakilan dari KPU juga ikut hadir Beliau memberikan sambutan dan dukungan untuk terus mengadakan acara serupa, karena sangat membantu dalam pencegahan hoaks
Siapa nih yang suka scroll TikTok atau YouTube buat nonton video lucu? Pasti banyak dari kita yang suka ketawa bareng teman-teman lihat konten-konten kocak, kan? Nah, kali ini kita mau ngobrolin soal prank. Apa sih yang terjadi ketika lelucon jadi keterlaluan?
Prank, alias lelucon jahil, sudah ada sejak lama. Tapi, dengan adanya media sosial, prank jadi punya panggung baru yang lebih besar. Konten kreator sering pakai prank buat menarik perhatian, terutama dari milenial dan Gen Z. Video-video ini menjanjikan tawa dan kejutan, tapi kadang leluconnya kebablasan!
Kawan Tular Nalar, pernah denger tentang Galih Loss? Influencer TikTok ini sempat jadi sorotan gara-gara video prank-nya yang bikin gerah banyak orang. Salah satu videonya yang paling kontroversial adalah saat dia menawarkan makanan kepada seorang gelandangan, tapi kemudian malah menarik makanan itu sambil tertawa. Parahnya lagi, dia juga bikin prank pura-pura mencuri dari usaha kecil dan melecehkan orang asing di tempat umum. Nggak heran kalau ujungnya dirujak netizen! Banyak influencer dan tokoh masyarakat yang mengutuk aksinya. Mereka bilang, prank-nya Galih sudah kelewatan dan nggak etis. Kontroversi ini bikin kita mikir, prank itu hiburan biasa atau malah bikin orang sakit hati?
Awalnya, Galih sempat berdalih kalau reaksi orang-orang yang ada di videonya itu cuma settingan. Tapi, setelah banyak yang mengkritik, dia akhirnya minta maaf secara publik. Kasus ini jadi contoh penting buat kita semua bahwa prank yang merugikan orang lain bisa punya konsekuensi hukum. Jadi, konten kreator harus hati-hati!
Ternyata, Galih Loss bukan satu-satunya yang kena masalah karena prank. Ada juga kasus YouTuber Ferdian Paleka yang bikin prank kasih makanan berisi sampah ke individu transgender di Bandung. Ferdian pun akhirnya menghadapi konsekuensi hukum dan kecaman publik. Dan yang gak tanggung-tanggung, korban pranknya satu kantor Polisi! Pasti masih ingat kan kasus selebritis Baim Wong? Ujungnya gak jauh dari video klarifikasi dan permintaan maaf, bahkan sampai dipenjara. Walau berakhir “damai”, tapi jejak digital sulit untuk dihapus.
Untuk yang suka bikin konten, kita punya pengaruh besar. Prank memang bisa bikin ketawa, tapi juga bisa menyakiti orang. Membuat konten yang bertanggung jawab itu butuh empati dan kesadaran. Kita harus pastikan bahwa tawa yang kita ciptakan nggak bikin orang lain menderita.
Jadi, Kawan Tular Nalar, yuk kita jadi generasi yang bijak dalam bermedia sosial. Kita bisa kok bikin konten yang seru dan lucu tanpa harus menyakiti orang lain. Ingat, tawa itu lebih berharga kalau datang dari hati yang tulus, bukan dari kemalangan orang lain.
Kawan Tular Nalar,
Perkenalkan, kami Rudi dan Agnes. Hari ini, kami ingin bercerita tentang petualangan kami menjelajahi dunia digital. Ini kisah yang penuh tantangan, tapi juga banyak hal seru yang kami temui.
Meski kami udah berumur, kami tetap semangat mencoba hal-hal baru, lho, termasuk teknologi. Kami ingin tetap terhubung dengan keluarga dan teman-teman, walau terkadang dianggap gaptek.
Awalnya kami merasa cukup sulit beradaptasi dengan gadget. Mata kami sudah tidak sejelas dulu, gerakan juga tidak secepat anak muda. Seringkali kami merasa frustasi saat mencoba mengerti cara kerja teknologi baru. Saya sempat kesal saat pertama kali mencoba video call dengan cucu kami, gambarnya terbalik, suaranya kecil sekali, ternyata harus diubah ke speaker. Tapi, saya tidak menyerah. Cucu kami membimbing kami dengan sabar sampai bisa.
Agnes juga punya pengalaman lucu. Waktu itu, ia ingin mengirim foto kucing kesayangan kami ke grup keluarga di WhatsApp. Bukannya kirim foto, malah kirim stiker yang aneh-aneh. Anak-cucu kami sampai tertawa terbahak-bahak. "Nek, ini bukan foto kucing, tapi stiker dinosaurus!" katanya.
Meski begitu, media sosial jadi jembatan penting bagi kami untuk mengobati rasa kesepian. Kami aktif di WhatsApp dan Facebook. Tiap hari, Agnes rajin berbalas komentar dan foto lucu dengan teman-teman lama. Kami merasa tetap terhubung dengan dunia luar. Rasanya menyenangkan bisa melihat kabar temanteman dan keluarga, meski dari jauh.
Sayangnya kami sering kesulitan membedakan informasi yang benar dengan yang palsu. Pernah saya mendapat pesan berantai tentang obat ajaib yang bisa menyembuhkan semua penyakit. Saya hampir percaya, tapi untungnya cucu kami segera memberitahu bahwa itu hoaks. Dari situ kami belajar pentingnya berpikir kritis dan tidak mudah percaya pada informasi yang belum jelas sumbernya.
Kami juga pernah hampir tertipu. Suatu hari, Agnes menerima pesan dari nomor tak dikenal yang mengaku sebagai cucu kami dan meminta uang karena ditangkap polisi. Untungnya kami segera mengecek ke anak kami dan ternyata itu penipuan. Rasanya ngeri juga kalau ingat kejadian itu. belajar sangat
Di Hari Lansia ini, kami ingin mengajak kalian semua untuk mendukung gerakan literasi digital bagi lansia. Kami percaya, dengan bantuan dan dukungan kalian, kami bisa lebih mahir menggunakan teknologi dan tetap aman di dunia digital.
Mari kita wujudkan Indonesia yang lebih inklusif dan ramah bagi lansia. Kami ingin terus belajar dan berkembang, agar tidak hanya menjadi penonton di era digital ini, tapi juga peserta aktif yang menikmati segala manfaatnya.
Semangat selalu, Kawan Tular Nalar! Semangat selalu, Kawan Tular Tular Bersama, kita bisa membuat perubahan! Bersama, kita bisa membuat perubahan! Bersama, kita membuat
Salam hangat, Salam hangat, Rudi & Agnes & Agnes
rcaya saja. nline, mang tetap diakui, i kami kami an itu mulai Ketika a atau engan
Kami, Generasi Z, juga punya sisi kreatif yang inovatif dan tak bisa disepelekan. Kami melihat dunia dengan cara yang unik dan tidak takut untuk mencoba hal-hal baru. Meski kadang bisa terlihat cepat bosan dengan rutinitas, tapi tentu saja kami bisa berkontribusi besar jika diberi kesempatan.
Jadi, lihatlah kami bukan hanya dari stigma yang melekat. Coba perhatikan potensi dan semangat kami untuk membuat perubahan. Kami adalah generasi yang siap mengubah dunia, penuh ide dan semangat. Bila dirasa ada sikap kami yang kurang pas, jangan ragu untuk ajak kami berdiskusi dan mencari jalan keluarnya bersama. Biar kami buktikan bahwa Generasi Z bukan sekadar label belaka!
Oleh: Al Azka Zuraida GenZ, Copywriter di Bandung
Seperti tahun sebelumnya, Tular Nalar kembali hadir dengan lomba poster. Kali ini menargetkan peserta dari kalangan Generasi Z. Berikut hasil karya para pemenang juara 1, 2 dan 3! Selamat yaaa!
Nama : Yusuf Hasby Dwirianto Karya : Disabilitas Bukan Kendala di Ruang Digital
Nama : Didan Aulia Ikhsan Ulil Albab Karya : Sehat Mental di Ruang Digital
3 Juara 3
Nama : Wendi widhy anugrah Karya : Aman di Ruang Digital
Tahun ini, Tular Nalar juga mengadakan lomba video. Berikut hasil karya para pemenang juara 1, 2 dan 3. Selamat untuk para pemenang lomba Video Pendek PID Tular Nalar x Siberkreasi 2024.
Nama : Sahid Miftahul Arifin
Karya : Jaga Adik Kita
https://bit.ly/TNPID-V1
Nama : Lilo Raja Ramadhan Yuri Karya : Pemanfaatan ChatGPT dengan bijak
.https://bit.ly/TNPID-V2 https://bit.ly/TNPID-V3
Nama : Dimas Aditiya Karya : Waspad(Ai)
Ada Lagi?
Kawan Tular Nalar, mari
Kawan Tular Nalar, mari bersama-sama meramaikan bersama-sama meramaikan dunia literasi digital dan dunia literasi digital dan berpikir kritis. berpikir kritis. Kami sangat Kami sangat ingin mendengar suara kalian! ingin mendengar suara kalian!
Yuk, sumbangkan konten Yuk, sumbangkan konten berupa cerita, informasi, berupa cerita, informasi, infografis, poster, atau karya infografis, poster, atau karya seni apapun yang seni apapun yang berhubungan dengan Tular berhubungan dengan Tular Nalar, literasi digital, berpikir Nalar, literasi digital, berpikir kritis, atau konten kritis, atau konten pengindraan hoaks. pengindraan hoaks.
Setiap apa yang kamu buat, Setiap apa yang kamu buat, sekecil apapun, tentu akan sekecil apapun, tentu akan sangat bermakna untuk sangat bermakna untuk bangsa dan negara terutama bangsa dan negara terutama dalam rangka pencegahan dalam rangka pencegahan hhoaks. oaks. Kawan Tular Nalar,
Emailkan ke : tularnalar id@gmail com; CC ke : tularnalar@gmail.com
Subject : MedRel - Buletin - [Nama-Judul Konten] Kami tunggu, yaa!
Terima kasih telah menyimak Buletin kami Semoga setiap kisah, informasi, dan wawasan yang kami bagikan bisa menjadi sumber inspirasi dan pengetahuan berharga untuk kita semua Penting untuk diingat, kemampuan berpikir kritis dan literasi digital bukan hanya sebatas keahlian, tetapi juga sebagai kekuatan yang membentuk masyarakat yang cerdas dan siap menghadapi tantangan dunia digital Ayo, teruslah semangat, kreatif, inovatif, dan kolaboratif untuk menciptakan perubahan positif Sampai jumpa di edisi selanjutnya!
~ Tim Program Tular Nalar
kami di Ikuti kami di
@TularNalar
https://linkin bio/tularnalar
PPURWOKERTO URWOKERTO