
5 minute read
Ben & Jody (2022): Aksi Dua

Sahabat Melawan Mafia Tanah
Advertisement
Judul : Ben & Jody
Penulis : Angga Dwimas Sasongko, M. Nurman Wardi
Sutradara : Angga Dwimas Sasongko
Produksi : Visinema Pictures
Pemeran : Rio Dewanto, Chicco Jerikho, Hana Prinantina, Luna Maya, dkk.
Durasi : 144 menit
Jenis Film : Action/ Adventure
Spoiler Alert : Artikel ini akan membahas mengenai film Ben & Jody dengan berbagai bentuk kritik sosial beserta adegan kekerasan yang mungkin dapat mengganggu ketenangan dari beberapa pihak.
Saat ini, konflik agraria semakin marak dijumpai khususnya di wilayah Indonesia yang memiliki banyak potensi sumber daya alam. Dengan banyaknya potensi sumber daya alam tersebut, maka banyak orang berlomba-lomba ingin mengeksploitasinya. Ada pula sekelompok orang yang ingin menguasai lahan milik orang lain dengan cara tidak sah atau ilegal yang dapat disebut sebagai mafia tanah. Mungkin banyak dari pembaca belum mengetahui bahwa mafia tanah yang ada di Indonesia sudah kerap kali melakukan aksinya.
Berdasarkan data dari Kementerian Agraria dan Tata Ruang atau Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) tercatat sebanyak 130 kasus mengenai adanya mafia tanah pada tahun 2018-2021. Mafia tanah seperti itu harus dilawan agar ke depannya tidak ada kasus-kasus pengambilan paksa lahan milik orang lain kembali terjadi. Cerita perlawanan rakyat terhadap mafia tanah yang ingin merebut lahan mereka inilah yang menjadi kisah dalam film “Ben & Jody”.
Film “Ben & Jody” merupakan karya produksi Visinema Pictures. Dengan sutradara Angga Dwimas Sasongko, film ini berhasil meraih 27 ribu penonton di hari pertama penayangannya pada 27 Januari 2022 silam. Film dengan genre action / adventure mengenai peristiwa penggusuran lahan secara paksa tersebut diperankan oleh Chicco Jerikho (Ben) dan Rio Dewanto (Jody) sebagai sepasang sahabat yang sudah dikenal melalui film “Filosofi Kopi”. Kemudian ada pula pemeran lainnya seperti, Hana P. Malasan (Rinjani), Yayan Ruhian (Aa Tubir), Luna Maya (Tara), Ruth Marini (Mak Lis), Aghniny Haque (Tambora), Yayu Unru (Pak Hamid), Arswendy Bening (Pak Hasan), Reza Hilman (Jago), Muzakki Ramdhan (Musang), dan lain sebagainya.
Angga Dwimas Sasongko, sang sutradara sekaligus pendiri dan CEO dari Visinema Pictures pernah meraih nominasi sebagai sutradara terbaik dalam film “Filosofi Kopi” dengan tokoh utama Chicco Jerikho (Ben) dan Rio Dewanto (Jody) pada tahun 2015 silam. Kemudian, ia pun melanjutkan sekuel film “Filosofi Kopi” dengan meluncurkan film Filosofi Kopi 2 pada tahun 2017. Pada tahun 2022, ia kembali meluncurkan film dengan menggunakan tokoh utama yang sama, tetapi dengan judul dan genre yang berbeda dari dua film sebelumnya yakni “Ben & Jody”.
Secercah Kisah Petualangan Ben dan Jody
Petualangan mereka dimulai ketika Jody memutuskan kembali ke kampung halamannya untuk membela kelompok tani yang mempertahankan lahan milik mereka karena sedang dirampas oleh suatu perusahaan. Jody bersama dengan warga
Desa Wanareja yakni Rinjani, Tambora, Jago, dan Musang berusaha melawan kelompok mafia tanah yang dikepalai oleh Aa Tubir.
Ben khawatir akan keberadaan Jody karena ia tidak bisa dihubungi, sehingga ia pun bergegas untuk menghampiri sahabatnya. Kala itu, Jody sedang dalam keadaan disekap oleh para mafia tanah. Saat perjalanan menuju kampung halaman Jody, Ben sempat dicurigai sehingga dihadang oleh Rinjani, Tambora, Jago, dan Musang yang merupakan warga Desa Wanareja. Ben yang awalnya dicurigai kemudian diinterogasi oleh warga Desa Wanareja. Namun setelah menjelaskan maksud kedatangannya, Ben pun diajak bergabung oleh warga Desa Wanareja untuk melawan mafia tanah.
Film Aksi Pertama dari Visinema Pictures
Rumah produksi Visinema Pictures yang berdiri sejak tahun 2008 sudah cukup terkenal di Indonesia melalui berbagai film dengan genre romantis, drama, maupun komedi. Namun untuk film yang satu ini, Visinema Pictures melakukan terobosan baru dengan membuat film bergenre action/ adventure. Walaupun genrenya berbeda, tetapi film ini tetap mengangkat isu sosial sesuai dengan ciri khas film Filosofi Kopi sebelumnya. Transisi genre drama dari film “Filosofi Kopi 1” dan “Filosofi Kopi 2” menjadi action/ adventure pun dinilai sangat halus oleh penonton.

Hal tersebut juga terbukti sesaat setelah digelarnya early screening film “Ben & Jody” di berbagai kota di tanah air. Cukup banyak penonton yang kagum dengan transisi yang sangat halus dari kedua tokoh utama yang sebelumnya memerankan film dengan genre drama menjadi genre action/ adventure.

Menurut sang sutradara, Chicco Jerikho dan Rio Dewanto merasa tertarik serta tertantang untuk mengambil peran dalam film laga action/adventure tersebut. Ketertarikan mereka bisa dilihat dalam antusiasme keduanya ketika memerankan Ben dan Jody di film tersebut. Dengan karya pertamanya ini di genre action/ adventure, hal ini bisa menjadi awal mula yang baik untuk film-film aksi selanjutnya di rumah produksi Visinema Pictures.
Berani Tampilkan Adegan Menegangkan
Terdapat banyak adegan menegangkan yang dapat menguras emosi dalam film genre action/ adventure ini. Penggunaan senjata tajam panah, senjata api berupa pistol asli, hingga adegan perkelahian dengan tangan kosong adalah beberapa contohnya. Salah satu aktris film ini yaitu Hana Malasan bahkan rela belajar memanah secara
Hana Malasan bahkan rela belajar memanah secara otodidak di rumahnya agar dapat lebih maksimal dalam memainkan perannya. Dengan usaha yang dilakukan tersebut, tidak heran jika aksi memanahnya patut diacungi jempol.
Tidak hanya itu, Chicco Jerikho sebagai tokoh utama juga sudah mulai terjun dalam berbagai film dengan genre action sejak beberapa tahun lalu. Dengan begitu, peran yang dimainkannya pun menjadi tidak kaku dan ia tampak sangat menjiwainya.

Menilik Isu Lain tentang Persahabatan
Selain penggambaran isu tentang konflik agraria, film ini dibalut juga dengan persahabatan yang kental antara Ben dan Jody. Dengan begitu, makna ceritanya dapat diartikan mengenai sebuah persahabatan, bahwa “sahabat sejati, sahabat sampai mati”. Hal ini terbukti dengan kekhawatiran Ben pada sahabatnya yakni Jody karena tidak dapat dihubungi. Bahkan, ia rela pergi untuk mencari sahabatnya ke kampung halaman sahabatnya, walaupun dengan resiko yang cukup tinggi dan tidak terduga sebelumnya.
Persahabatan dapat dinilai sejati jika diantara mereka terdapat berbagai bentuk kepedulian serta pengorbanan yang tulus. Adegan Ben yang menyusul Jody ke kampung halamannya yang kemudian beruntun pada berbagai aksi menegangkan dapat menguras emosi penonton. Hal tersebut dapat menjadi bukti dari bentuk kepedulian serta pengorbanan yang tulus dalam suatu hubungan persahabatan.
Mengenang Mendiang Glenn Fredly
Mengangkat isu konflik agraria yang sering disuarakan oleh mendiang Glenn Fredly menjadi ciri khas dalam film “Ben & Jody”. Semasa hidupnya, ia aktif dalam menyuarakan peristiwa penggusu- ran lahan dan alih fungsi lahan di kawasan Indonesia Timur. Glenn sangat berharap agar isu konflik agraria dapat diketahui oleh masyarakat luas, agar tidak lagi terjadi hal-hal yang bisa membahayakan orang banyak bahkan berdampak buruk terhadap lingkungan sekitar.
Melalui film tersebut, Yayan Ruhian sebagai salah satu aktor dalam film tersebut pun berharap agar masyarakat Indonesia sadar akan adanya peristiwa konflik agraria yang saat ini sedang marak terjadi. Menurutnya, penonton diharapkan dapat menjadi lebih peka dengan keadaan di beberapa wilayah yang terdapat berbagai konflik isu agraria atau aksi dari mafia tanah yang merampas lahan milik warga secara paksa pasca melihat film ini. Film tersebut menggambarkan cukup detail mengenai konflik isu agraria khususnya mafia tanah yang berusaha untuk melakukan aksinya untuk merampas lahan pertanian warga kampung sekitar.
Mengapa harus Menonton Film “Ben & Jody”?
Film “Ben & Jody” ini sangat cocok untuk ditonton karena mengangkat isu sosial yang sedang marak terjadi yaitu konflik isu agraria. Secara khusus, di Indonesia sendiri banyak terdapat konflik mengenai isu ini di daerah Indonesia Timur dan daerah yang kurang terjangkau. Saat ini, film tidak hanya digunakan sebagai sarana hiburan saja, tetapi juga digunakan sebagai media penyaluran informasi penting maupun pengetahuan bagi masyarakat luas. Oleh karena itu, sangat perlu untuk menumbuhkan pengetahuan masyarakat agar mengetahui bahkan memahami adanya peristiwa mengenai adanya konflik dalam isu ini.
Film ini juga direkomendasikan bagi para penonton yang ingin melihat film aksi yang berasal dari Indonesia dan mengangkat tema persahabatan. Dengan balutan dan polesan yang bagus, film “Ben & Jody” dirasa sangat layak untuk ditonton. Namun, perlu juga diperhatikan pula bahwa menurut Lembaga Sensor Film Indonesia, film ini diklasifikasikan untuk penonton yang sudah memiliki usia 13 tahun ke atas.
Penulis : Nindasari
Editor : Dionisius Yuan
Layouting : Septian Nugroho
Ilustrator : Dhea Saymi
