
3 minute read
Berawal dari Menjaga Keluarga Hingga Menjadi
Juara
Zefanya Adelia Sidharta atau akrab disapa Zefa lahir di Yogyakarta, 22 Juli 2003. Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta semester 4 ini menjadi salah satu mahasiswa yang berhasil meraih medali emas dan perak tingkat senior putri dalam Kejuaraan Nasional Wushu Piala Presiden tahun 2022.
Advertisement
Ia aktif menjadi atlet cabang olahraga wushu yang tergabung di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Prestasi gemilang yang diperolehnya yaitu medali emas nomor Taiji Jian yang menggunakan alat pedang dan medali perak nomor Taiji Quan dalam memperagakan gerakan wushu. Ketika memenangkan kedua medali ini, Zefa berada dalam tingkat senior putri pada Piala Presiden yang diselenggarakan di Surabaya, Jawa Timur pada bulan Oktober 2022 silam.
Wushu adalah olahraga seni bela diri yang berasal dari Tiongkok dan resmi masuk ke Indonesia pada tahun 1992 dengan federasi bernama ‘Wushu Indonesia’. Wushu sendiri merupakan olahraga yang mengajarkan nilai-nilai kehidupan seperti kedisiplinan, kesabaran, serta tanggung jawab. Aspek nilai kehidupan inilah yang menjadi motivasi bagi
Zefa untuk bertekun di cabang olahraga ini. Karena itu, Zefa memilih wushu sebagai seni bela diri yang dapat mengembangkan bakat olahraganya sekaligus mempelajari nilai kehidupan yang terkandung di dalamnya.
Perjalanan karir Zefa dalam olahraga wushu dimulai pada saat dirinya masih berada di jenjang Sekolah Dasar kelas 3. Awalnya, Zefa menjalani seni bela diri wushu hanya sebagai kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Namun, sang ayah menyarankan dirinya untuk mengikuti wushu agar mampu memiliki kemampuan bela diri untuk melindungi keluarganya. “Sebenarnya papah yang menyarankan untuk mengikuti ekstrakurikuler wushu dan kebetulan dalam keluarga, aku merupakan dua bersaudara perempuan. Jadi, papah minta salah satu dari kita bisa memiliki ilmu bela diri supaya bisa menjaga keluarga,” ujar Zefa ketika diwawancarai oleh tim Teras pada Senin (17/04/2023).
Perjalanan karirnya pun tidak semulus yang dibayangkan, Zefa bercerita bahwa ia sempat ingin menyerah saat pertama kali mencoba olahraga bela diri wushu di sekolahnya. “Waktu SD, pertama kali aku ikut latihan langsung capek banget dan gak
(Foto: Teras Pers) bisa enjoy sama olahraga ini,” ungkap Zefa. Walau begitu, kesulitan yang dialaminya tidak membuat dirinya cepat menyerah. Ia merasa memiliki bakat yang dapat dikembangkan dalam olahraga ini. Berlatih dan terus berlatih untuk mengembangkan bakat potensinya memperagakan gerakan wushu adalah hal yang selama ini ia lakukan.
Sewaktu menekuni latihan wushu, pelatih di sekolahnya melihat Zefa memiliki potensi untuk mengikuti kejuaraan wushu. Alhasil, saat menginjak bangku kelas 4 SD, ia pun didaftarkan ke kejuaraan wushu. Mulai dari situlah, Zefa pun mulai tertarik untuk masuk ke Sasana atau klub eksternal yang berfokus pada seni bela diri wushu. Sasana yang diikutinya bernama Yayasan Wushu Indonesia Sinduadi. Lawan yang mahir juga banyak ditemukan oleh Zefa selama mengikuti kejuaraan wushu. Namun dari situlah, ia semakin termotivasi untuk berlatih agar semakin ahli dalam memperagakan gerakan wushu di berbagai lomba yang diikutinya.
“Setelah aku mengikuti kejuaraan wushu, ternyata wushu itu seni bela diri yang keren. Aku juga melihat banyak sekali lawan dari daerah lain yang memiliki gerakan mahir dibanding diriku saat itu dan menjadikan motivasi diriku untuk terus berlatih bela diri wushu,” tambahnya.
Setelah melalui proses yang panjang dan melelahkan, atlet perempuan yang satu ini akhirnya dipilih sebagai atlet wushu yang mewakili Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di Kejuaraan Nasional Piala Presiden tahun 2022. Zefa dipilih berdasarkan program latihan yang diciptakan oleh pelatih provinsi dalam menentukan atlet wushu yang berlomba di ajang tersebut.

Tidak tanggung-tanggung, hasil yang didapatkan pun sangat gemilang. Zefa berhasil mendapatkan medali emas pada Kejuaraan Wushu
Taiji Jian dan medali perak pada Kejuaraan Wushu
Taiji Quan. Ia mengaku senang dan bersyukur atas pencapaiannya tersebut karena hasil kerja kerasnya selama mengikuti latihan ternyata berbuah positif.
Kemauan dirinya untuk berlatih seni bela diri wushu juga mendapatkan beberapa dukungan dari lingkungan terdekat yang ia miliki. “Support system saat aku berlatih dan bertanding adalah keluarga dan teman-temanku. Temanku selalu mendukung aku bahkan mereka bantu back up tugas. Jadi, aku merasa lebih tenang saat bertanding,” ucapnya. Kewajiban Zefa sebagai mahasiswa tentu tidak ditinggalkan begitu saja hanya karena fokus pada kejuaraan wushu. Ia berusaha tetap mengikuti jadwal kuliah dan mengerjakan tugas setiap saat. Pembagian waktu yang seimbang antara kuliah dan berlatih sebagai atlet olahraga wushu adalah hal krusial yang ia lakukan. “Biasanya aku latihan wushu jam 17.30 WIB. Namun, karena aku punya jadwal kuliah sampai jam 18.30 WIB, aku biasanya izin telat untuk menghadiri latihan. Jadi, seimbang antara kebutuhan kuliah dengan wushu,” tuturnya. Keinginan selanjutnya yang ingin dicapai oleh Zefa yaitu bisa mengikuti pertandingan wushu sampai tahap internasional seperti Sea Games dan Asian Games. Namun, dirinya harus masuk ke tim pelatihan nasional terlebih dulu jika ingin melangkah untuk sampai pada level internasional. “Harapannya bisa ikut ke tim Pelatnas, jadi bisa ikut lomba di luar negeri. Tapi karena aku juga harus fokus kuliah, jadi gak papa kalau misalnya aku nggak bisa ikut pelatnas,” ungkap Zefa soal harapannya.
Zefa pun berpesan kepada para mahasiswa untuk selalu mencoba berbagai hal baru dan tidak takut untuk memulai. Usaha, fokus, dan konsistensi adalah kunci agar tidak goyah dalam melakukan hal baru. “Ketika fokus pada tujuan dan memiliki keinginan kuat untuk mencapainya, niscaya keberhasilan akan mengikuti,” tutup atlet perempuan wushu ini.