2 minute read

Tebus 529 Ijazah Pelajar

Next Article
SA mbU ng A n

SA mbU ng A n

SURABAYA (GN) - Pemerintah

Kota (Pemkot) Surabaya bersama

Advertisement

Badan Amil Zakat Nasional (Baznas)

Surabaya, kembali memberikan bantuan tebus ijazah dan bayar tunggakan biaya sekolah, Senin (5/6/2023).

Penerima bantuan di kantor Baznas

Surabaya kali ini, total ada 529 pelajar

SMA/SMK swasta.

Bantuan tersebut diberikan secara langsung oleh Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, dengan didampingi Ketua Baznas Kota Surabaya Muhammad Hamzah. Dalam kesempatan itu, para pelajar penerima bantuan turut didampingi oleh orang tua, guru, dan Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMA/SMK swasta.

Wali Kota yang akrab disapa

Cak Eri ini mengatakan, penerima bantuan dari tebus ijazah dan biaya tunggakan kuliah ini khusus untuk keluarga miskin (gamis) dan pra keluarga miskin. Dalam kesempatan ini, ia menyampaikan pesan penting kepada ratusan orang tua pelajar penerima bantuan untuk tidak selalu mengharapkan bantuan dari pemerintah setiap tahunnya.

Oleh karena itu, dirinya mengajak para orang tua yang hadir untuk ikut program Padat Karya binaan Pemkot Surabaya. “Bu, Pak, kalau hari ini panjenengan (anda) mendapatkan bantuan untuk menebus ijazah dan SPP, saya nyuwun tulung (minta tolong) tahun depan sudah tidak ada lagi di depan (terlihat) mata saya.

Karena apa? Panjenengan harus sudah harus keluar dari (status) gamis dan pra gamis,” kata Cak Eri.

Cak Eri pun turut menyampaikan pesan kepada Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Surabaya M. Ikhsan untuk mendata pelajar penerima bantuan yang sudah lulus sekolah, untuk diikutkan program Padat Karya agar terlepas dari status gamis dan pra gamis. “Anak-anak yang sudah lulus itu nanti ditanya kerjanya apa, kalau belum dapat pekerjaan, tolong Pak Sekda tarik dia di Padat Karya-nya Pemkot Surabaya. Kalau anaknya masih sekolah orang tuanya salah satu diikutkan Padat Karya,” pesan Eri.

Cak Eri mengaku sedih, melihat masih ada warganya yang berstatus gamis dan pra gamis. Apalagi, ada warga gamis dan pra gamis yang hanya bekerja serabutan dan mengharapkan bantuan dari pemerintah. Cak Eri ingin, warga gamis dan pra gamis di Surabaya bisa mandiri sehingga ke depannya terlepas dari status kemiskinan.

“Saya nelongso. Dadi wali kota kok sik onok wargaku sing urip koyok ngene (saya nelangsa. Jadi wali kota kok masih ada wargaku yang hidupnya seperti ini). Besok 529 yang masuk data ini, orang tuanya ketemu saya langsung saya kasih kerjaan bapak atau ibunya, atau anaknya. Saya ingin di akhir tahun 2023, keluar dari status kemiskinan semuanya,” aku Cak Eri.

Setelah diberi pekerjaan melalui program Padat Karya, Cak Eri ingin, pendapatan setiap kepala keluarga (KK) yang diberi bantuan hari ini bisa Rp 4 juta - Rp 5 juta per bulan. Tak hanya itu, Cak Eri mengingatkan kepada para orang tua siswa yang hadir untuk tidak mengutamakan gengsi ketika menyekolahkan anaknya.

“Sudah tahu sekolah swasta yang favorit itu biayanya mahal, anaknya dimasukkan ke situ. Saya tanya bapaknya, lah sampean gengsi atau (niat) sekolah? Sekarang akhirnya,

10 Persen Hasil Tiket untuk Palestina

SURABAYA (GN) – Pertandingan FIFA Matchday Indonesia vs Palestina bakal menjadi pertandingan yang sakral. Apalagi, 10 persen dari hasil penjualan tiket pertandingan di Stadion GBT pada 14 Juni 2023 mendatang, akan disumbangkan untuk Palestina.

Seperti diketahui, kali ini PSSI akan menyiapkan 40.000 tiket dengan harga cukup bervariatif. Untuk kelas ekonomi seharga Rp 100 ribu sedangkan untuk VIP seharga Rp 250 ribu. Tiket pertandingan tersebut bisa dipesan melalui situs website atau aplikasi Tiket.com pada 7 Juni 2023 pukul 10.00 WIB.

tagihannya sampai Rp 42 juta. Kenapa harus mementingkan gengsi daripada pendidikan anak-anak kita? Yo nggak tak bantu (ya nggak saya bantu), tolong disesuaikan dengan kemampuan,” tuturnya.

Cak Eri turut mengingatkan para pelajar yang hadir untuk berbakti kepada orang tuanya dan jangan mudah terpengaruh dengan pergaulan yang negatif. Lebih baik, Cak Eri menambahkan, para pelajar membantu orang tuanya agar kehidupannya menjadi lebih baik ke depannya.

“Orang tua saya saja dulu hanya pegawai negeri biasa, bukan dari keluarga kaya, dan saya membantu kedua orang tua saya agar hidup menjadi lebih baik. Bahkan saya sudah bekerja membantu almarhum abah dan umi saya sejak SMA, untuk biaya sekolah saya,” imbuhnya. pur

This article is from: