2 minute read

IPB Luncurkan Alat Deteksi Kelapa Sawit

perbaiki tata kelola perkebunan mereka.

“Akan tetapi hal ini masih sulit untuk diterapkan di perkebunan kelapa sawit rakyat dengan jumlah petani yang banyak dan berskala kecil. Karena itu, perbaikan tata kelola perkebunan kelapa sawit rakyat masih menjadi tantangan besar bagi Indonesia,” imbuhnya. Menurutnya, permasalahan utama perkebunan kelapa sawit rakyat adalah produktivitasnya yang rendah. Hal itu diakibatkan oleh pola budi daya yang belum optimal, input pertanian yang terbatas, varietas tanaman yang beragam, umur tanaman yang relatif tua, penanaman di lahan yang tidak sesuai dan sebagainya. Pemerintah telah berupaya merancang berbagai program untuk meningkatkan tata kelola perkebunan sawit rakyat. Namun, implementasinya berjalan lambat karena tidak adanya basis data yang lengkap dan akurat terkait sebaran perkebunan kelapa sawit rakyat.

Karena itu, Prof Ernan menegaskan bahwa basis data spasial perkebunan kelapa sawit rakyat, menjadi kunci untuk memastikan bahwa program yang dilaksanakan tidak salah sasaran. Yaitu tidak diberikan kepada perkebunan sawit rakyat di kawasan hutan, kawasan lindung ataupun lahan-lahan yang tidak sesuai.

Terlebih, pemetaan perkebunan kelapa sawit rakyat menjadi tantangan tersendiri karena karakteristiknya yang rata- rata berukuran kecil, tersebar dan terfragmentasi.

Bentuk petakan kebunnya pun tidak teratur, kadang berada di lahan yang jauh atau terisolasi dan bercampur dengan komoditas pertanian lainnya.

“Teknologi pemetaan berbasis area atau poligon yang dipakai saat ini tidak mampu menangkap ketampakan seperti ini.

Karena itu, OPTIMAL-IPB dikembangkan sebagai model pemetaan berbasis objek yang dalam hal ini adalah tegakan pohon kelapa sawit. Inovasi ini mampu mendeteksi objek kelapa sawit pada citra satelit resolusi tinggi berbasis pada model deep learning,” jelas Ernan.

Sedangkan untuk citra resolusi tinggi, dijelaskan Prof Ernan digunakan karena relatif tersedia secara gratis di berbagai platform. Seperti Google dan Microsoft. Meskipun tantangannya adalah ukuran objek yang harus dideteksi menjadi jauh lebih kecil dibandingkan objek pada foto biasa atau foto hasil drone.

“OPTIMAL-IPB didesain memiliki kelebihan dalam mendeteksi small object berupa tanaman kelapa sawit bahkan pada lokasi yang sempit, tersebar dan bercampur dengan objek tanaman lainnya. Hasil deteksi tanaman kelapa sawit kemudian dijadikan dasar untuk mendelineasi perkebunan kelapa sawit rakyat,” sambung dia.

Model OPTIMAL-IPB telah digunakan untuk memetakan sebaran perkebunan kelapa sawit rakyat di Provinsi Jambi.

Peta ini dihasilkan melalui proses yang cepat, akurat, murah, mudah dan terstandar karena telah dikembangkan dalam bentuk aplikasi yang mudah digunakan.

“Ke depan diharapkan OPTIMAL-IPB dapat dimanfaatkan untuk memetakan perkebunan sawit rakyat di seluruh Indonesia dan dapat dikembangkan lebih jauh untuk melakukan pendugaan umur, produksi dan produktivitas,” harap Ernan. Sementara itu, Rektor IPB University, Arif Satria mengatakan, tentunya sejauh ini pihaknya terus menyemangati para inovator untuk bisa memproduksi berbagai karyanya untuk mendukung kemajuan bangsa Indonesia. Pertama, soal produk, sehingga agro maritim tak hanya bicara soal pangan tapi namun juga berbicara soal bio material sehingga masa depan sangat ditentukan oleh risetriset dibidang bio material.

“Baju yang selama ini kita kenal berasal dari kapas sekarang sudah bisa dibuat dari limbah sawit, dengan adanya tren fashion ini semakin memperkuat sirkular ekonomi. Di mana, seluruh limbah dari berbagai produk perkebunan sudah bisa diolah menjadi berbagai hal termasuk produk fashion,” ucap dia.

“Kita juga tahu limbah sawit bisa dibuat untuk helm, limbah sawit bisa dipakai untuk rompi anti peluru, limbah sawit bisa digunakan untuk produksi gula, jadi saya kira temuante muan ini bisa menjadi inspirasi temuan berikutnya,” sambung dia.

Termasuk di dalamnya, lanjut

Arif soal pemetaan secara presisi

This article is from: