
3 minute read
Pengendara Sepeda Listrik
Minimal 12 Tahun
Sambungan dari Hal 12
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bogor Eko
Prabowo mengatakan, ada acuan yang harus dipatuhi saat mengendarai sepeda listrik.
Pertama, pengendara harus berusia minimal 12 tahun.
Pengguna sepeda listrik di jalan umum, tentunya harus didampingi orang dewasa, jika masih anak-anak.
”Tentunya wajib pakai helm, pelindung lutut, dan pelindung siku,” kata Eko, Selasa (20/6).
Adapun area operasi penggunaan sepeda listrik, juga telah diatur. Yakni berada di lajur sepeda atau lajur khusus, yang telah disediakan Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor. ”Tidak boleh juga mengangkut penumpang, kecuali ada kursi penumpang,” ucap dia.
Pria yang kerap disapa Danjen itu juga menghimbau kepada para pengguna sepeda listrik, atau otopet, untuk tidak memodifikasi daya motor, serta harus mematuhi tata cara berlalu lintas, dengan kecepatan maksimal 25 km/jam.
”Sepeda listrik juga harus memiliki Sertifikat Uji Tipe (SUT),” imbuh dia.
Sebelumnya, Polresta Bogor
Kota juga tengah melakukan penelusuran terhadap penyewaan sepeda listrik, yang saat ini marak digunakan anakanak di jalan raya.
Kasatlantas Polresta Bogor
Kota Kompol Galih Apria mengatakan, saat ini petugas dilapangan terus melaksanakan patroli, dengan menghentikan anak yang mengendarai sepeda listrik.
Menurut dia, dari hasil penelusuran tersebut menemukan sedikitnya dua lokasi penyewaan yang berlokasi di Kecamatan Tanahsareal, yakni di rumah warga dekat kantor Kelurahan
Kebon Pedes, dan satu titik diketahui berada di belakang kantor DPRD.
Satlantas Polresta Bogor Kota juga sudah mengamankan lebih dari lima sepeda listrik, yang kedapatan di jalan raya. ”Anaknya kami panggil, orang tuanya kami kasih tau dan sebagainya. Kami juga memintakan untuk melakukan membuat surat pernyataan agar tidak menggunakan di jalan raya,” imbuh dia.
Ke depan, pihaknya akan gencar melakukan sosialisasi, agar masyarakat paham sepeda listrik tidak bisa digunakan ke jalan raya. (ded/c)
Sementara itu, kendaraan dari arah Jalan Otista, yang ingin menuju ke arah Mall BTM, Empang, maupun Balaikota, wajib belok kiri melalui Jalan Suryakencana. ”Dari situ banyak opsi. Bisa lewat Jalan Pedati, lalu berlan- jut ke Jalan Lawang Seketeng maupun sedikit maju ke depan, lewat Jalan Lawang Seketeng. Apabila kedua jalan itu padat, pengendara bisa lanjut terus ke Sukasari, lalu berbelok di Jalan Lawang Gintung,” jelas Dimas.
Perubahan juga terjadi di Simpang NV Sidik atau Simpang Ahoy. Arus lalu lintas dari Jalan NV. Sidik, tidak bisa lagi belok ke kiri, atau ke Jalan Suryakencana, melainkan hanya dapat belok kanan, menuju Jalan Pajajaran atau Jalan Raya Tajur. (fat/c)
Kapolresta Bogor Kota Kunjungi Radar Bogor
Sambungan dari Hal 12
Kapolresta yang aktif bersilaturahmi dengan berbagai lapisan masyarakat itu mengatakan, dia akan terus berkomitmen bekerja melayani masyarakat. “Untuk itu saya membagikan nomor pribadi saya sebagai tempat aduan masyarakat. Warga bisa menghubungi nomor saya di 087810010057.”
Hazairin yang baru selesai berolahraga, menerima Kapolresta Bogor Kota di lantai V Graha Pena. “Kami siap bekerja sama beberapa hal dengan Polresta Bogor Kota,” katanya. (fat/c)
Dilarang Rusak Estetika Kota
Sambungan dari Hal 12
Melihat keputusan tersebut, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Bogor menyatakan siap mengawal, dan mengawasi potensi timbulan alat-alat peraga kampanye, yang kerap membandel.
Kepala Satpol PP Kota Bogor Agustian Syach menyebut, pihaknya akan menertibkan baliho, bendera, dan alat peraga lain, hingga memasuki proses kampanye.
”Kami sudah koordinasi dengan Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) mereka akan mulai menertibkan saat sudah memasuki kampanye. Sementara ranah tanggung jawab kami, di waktu sebelumnya,” ujar Agus.
Dirinya berharap para peserta Pemilihan Legislatif (Pileg), untuk menaati peraturan yang berlaku, dengan menempatkan alat peraga di tempat-tempat yang telah ditentukan. Ia ingin para bakal calon Legislatif bisa memberikan contoh kepada masyarakat, dengan menjaga estetika kota.
Ia mengatakan, Pemerintah
Kota (Pemkot) Bogor juga sempat melakukan pembahasan terkait penataan tempat khusus pemasangan alat peraga. Hal itu akan kembali diusulkan, dan dibahas bersama para pimpinan Partai Politik (Parpol). ”Usulan itu memang banyak. Misalnya di beberapa tempat dijadikan sebagai tempat sosialisasi seperti di tiap daerah pemilihan (Dapil). Mungkin juga bilboard yang berbayar yang juga bisa jadi sarana, yang penting tempat-tepat yang resmi,” terang dia. Dirinya menekankan, agar para peserta Pileg untuk disiplin, dan memerhatikan setiap pemasangan alat peraga, supaya estetika Kota Bogor tidak terganggu. (fat/c)
KOMPAK: Mereka berfoto dengan baju kompak dibeberapa sunmori yang mereka lakukan.
KOMUNITAS motor Indonesia saat ini banyak sekali. Hampir di setiap daerah memiliki sebuah komunitas motor, lebih dari satu komunitas. Umumnya, komunitas motor merupakan pecinta salah satu merek motor tertentu. Namun berbeda dengan komunitas BMR Brotherhood. Terbentuk sejak 2021 silam, komunitas ini terdiri dari penyuka motor dari merk dan juga jenis motor apapun. Mereka berkumpul bukan hanya dengan satu model motor yang sama, tapi karena hobi mereka yang sama, yaitu sunmori. Beberapa wilayah pun dijajal mereka, untuk sekadar muter-muter mengendarai motor masing-masing. Bersilaturahmi sekaligus juga bertukar cerita mengenai kehidupan masing-masing. Khususnya pada hobi motor mereka.
WISATA: BMR Brotherhood pun sering mencari tempat-tempat wisata di Bogor untuk menikmati pemandangan alam yang indah.

Tidak hanya itu, mereka juga sering berbagi. Beberapa kali mereka mengadakan charity ride. Membantu masyarakat, tidak hanya Bogor, tapi masyarakat sekitar Jawa Barat yang terkena musibah. (*/ran)
Tingkatkan Kualitas
Pendidikan Anak
TERBENTUKNYA komunitas, tentu diawali dengan sekumpulan orang dengan tujuan yang sama. Kebanyakan, komunitas terbentuk juga karena sekelompok itu konsen terhadap kegiatan sosial. Seperti tujuan dibentuknya
Bakti Anak Negeri (BAN).

Berdiri sejak tahun 2014, BAN dibentuk dengan konsen meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat di Bogor, khususnya anak-anak dari keluarga kurang mampu.
Selain memberikan bantuan pendidikan, berupa peralatan atau kebutuhan pendidikan lainnya, BAN juga membuka sekolah, atau kelas belajar gratis, disekitar tempat tinggal atau domisili anggota. Salah satunya berada di Desa Sukamulya, Bogor Selatan.


Mereka juga sering melakukan kegiatan sosial lainnya, seperti memberikan bantuan korban bencana di Cianjur dan sebagainya. (mer/c)
Pranatacara Pernikahan Bogor (PPB)