FILIATORI — SERUNYA HIDUP DI DESA

Page 3

putri-putri inspiratif

FILIATORI SERUNYA HIDUPDI DESA

Bagaimana keseruan tinggal di desa Ngargomulyo selama 4 hari?

1 2 M E I 2 0 2 3 N E W S

pendahuluan

MEETTHETEAM

Salamdarikamipararedaksi!

Selamat datang di Filiatori, tempat kami berkreasi! Sebelum itu, apa sih arti Filiatori? Filiatori diambil dari bahasa latin yang artinya "putri inspirasi". Jadi, kami harap dari tulisan-tulisan dan karya kami sebagai putri-putri ursulin dapat menginspirasi kalian!

Dalam majalah kali ini berisi kegiatan-kegiatan selama kegiatan Live-in pada bulan Maret kemarin. Pergi ke Muntilan di Desa Ngargomulyo, Dusun Tangkil, kami menuliskan hal-hal yang terjadi di dalam majalah kali ini. Penasaran kah? Mari bacalah majalah karya Filiatori !

2
Patricia Joey Sita Kayla

REDAKSI DAFTARISI

Jeanett Kayla Alenna

halaman2—pendahuluan

halaman3 daftarisi

Pojokkesehatan

halaman4—OurPOV:A

QuesttoStayHealthy

Pojok bahasa

halaman 10 — Keseharian

Live In 4 Hari

halaman 14 Jika Jujur

Maka, Tidak Tercebur

halaman 16 — Ngargomulyo, Desa Indah nan Asri

halaman 18 - Kegiatan baru, pengalaman baru

halaman 18 Kehidupan

Seorang Petani Tua: Kisah Ketekunan, Kerja Keras, & Dedikasi

english corner

halaman 22 — Little steps to be closer to the villagers

halaman 24— Making

English and Math Fun!

Learning With Other People is a Learning Experience

halaman 26 — Share, Care, Go!

halaman 28 —

The Joy of Learning and Playing with the Children of Santa Ursula Middle School!

halaman 30 - fun ways to make other people happy

penulis editor

Joey Yu

penulis editor

Laksita Abigail Ananta

penulis editor

Patricia Leman

penulis editor

extra:

halaman 31 — Komitmen

Para Warga Desa

3

Sesaat kami sampai di rest

area pertama, kami disuruh

turun dari bis untuk menghirup

udara segar. Saat kami

menghirup udara segar, kami

semuamembukamasker.Kami

berusahauntuktidakberbicara

dengan teman kami saat

membuka masker. Walaupun

terkadang kami lupa, kami

saling mengingatkan untuk

menggunakan masker. Setelah

beberapa menit, kami kembali

ke bis untuk melanjutkan

perjalanankerestareakedua

Perjalanan dari Jakarta ke tempat tujuan kami dimulai tanggal 27 Maret pukul 725 Saat kami memasuki bis, kami mulai mengamati orang-orang yang di dalam bis tersebut. Hal pertama yang kami lihat adalah semua orang di bis melaksanakan salah satu protokol kesehatan, yaitu menggunakan masker. Selama perjalanankerestareapertama,kami memperhatikan teman-teman kami yang di sekitar. Kami melihat bahwa ada beberapa siswi yang mulai melepas maskernya saat berbicara.

Untuk menjaga kesehatan kami, kami tetap berusaha untuk tetap menggunakanmaskerkamiwalaupun lebihnyamanuntukdibuka.

4
pojok kesehatan

Saat perjalan ke rest area kedua, bertambahnya siswi yang membuka masker. Kami juga tidak sadar membuka masker karena lebih nyaman bernafas dan berbicara. Walaupun begitu, saat kami menyadari hal tersebut, kami langsung menggunakan masker kami lagi.Saat sampai di rest area kedua, beberapa dari kami pergi turun ke Indomaret. Selama di indomaret kami menggunakan masker dan bawa hand sanitizer karena ada banyak orang Setelah menyentuh barang-barang tersebut, kami menggunakan antis dan tisu basah untuk mendesinfeksikan tangan kami.

Kami juga membeli Roti Boy sebagai ganjalan makanan. Sebelum dan sesudah makan roti tersebut, kami menggunakan tisu basah sehingga tangan kami tetap bersih. Setelah sekitar 15 menit, kami dipanggil untuk melanjutkan perjalan kami ke rest area terakhir sebelum sampai di tempat makan. Di perjalanan rest area terakhir, guru-guru pendamping kami dan lebih dari setengah siwi membuka masker, termasuk kita.

Walaupun ini meresikokan untuk terkena nya virus COVID-19, kami tetap berusaha untuk menghindarinya dengan cara menggunakan antis dan tisu basah. Saat kami sampai di rest area ketiga, kami turun untuk membeli makanan. Ada yang membeli pop mie, bakmi, roti, minuman, dll. Selama kami makan dan minum, kami berusaha untuk tidak terlalu banyak berbicara. Saat waktu habis, kami menaiki bis dan melanjutkan perjalan kami ke lokasi tujuan kami. (JY)

5
JY

Bedanya di Mana? Proker Sebelum, Saat, dan Setelah

Live In.

Dari hasil pengamatan saya saat baru berangkat, menurut saya penjagaan proker masih sama dengan kehidupan sekolah biasa. Seperti kalau sedang makan dibuka maskernya dan kalau sedang makan dan ingin batuk atau bersin menggunakan masker. Tetapi sebagian orang juga menggunakan masker dan tidak menutupi hidung karena pengap atau hanya tidak mau. Ada juga yang tidak menggunakan masker sama sekali karena mungkin agak risih. Selain itu, pada rest area banyak anak membuka masker sambil jalan-jalan. Dapat dimengerti karena ingin mendapatkan udara segar. Tetapi semakin lama semakin dekat menuju tempat live in, dan karena siang-siang semakin panas dan pengap sehingga semakin banyak orang buka masker.

Saat baru sampai di desa, mayoritas anak masih menggunakan masker, mungkin 1 atau 2 anak yang menurunkan masker karena kepanasan. Hingga sampai ke rumah masingmasing, sebagian besar anak masih memiliki masker yang dipegang. Tetapi secara keseluruhan pada hari pertama sampai di desa masih menjaga prokes yang sebagian besar mirip dengan prokes di Jakarta. Saat sudah h-2 di tempat live in, penjagaan prokes kurang dilakukan. Karena udaranya yang tidak berpolusi dan mayoritas kegiatan yang kita lakukan di udara terbuka, maka agak jarang yang menggunakan masker.

6

Pengecualian dengan karyawan yang memerlukan naik kendara bermotor untuk melakukan kegiatan mereka

yang saya lihat mayoritas menggunakan masker. Walaupun di udara terbuka agak wajar untuk membuka masker, kalau di ruangan tertutup tetap tidak menggunakan masker. Misalnya saat sadang refleksi

banyak siswi, guru, dan pendamping tidak

menggunakan masker walau malam dan dingin. Bahkan dalam keseharian ketika ingn melakukan kegiatan yang

berada di luar rumah tidak membawa masker sama

sekali karena mengantisipasi tidak dipakai dan akan hanya akan merepotkan.

Dalam perjalanan pulang jauh lebih tidak dijaga prokesnya

dibanding dengan berangkat. Mungkin karena pada saat di lokasi live in sudah terbiasa dengan tidak menggunakan masker. Tetapi seperti saat ke candi, sudah kembali ke

pembiasaan untuk membawa masker kemana-mana. Sama

saat panas dan pengap buka masker, dan sama seperti kalau makan, minum atau bersin. Tetapi setelah di desa lama, banyak orang yang sudah terbiasa dan akhirnya kurang menggunakan masker di mayoritas tempat. (LAA)

7

CARA KAMI MENJAGA KESEHATAN DI DESA

Selama di desa, kita menjaga kesehatan dengan berbagai cara, salah satunya dengan mencuci tangan. Setiap ada kesempatan kita akan membasuh tangan kita dan menggunakan sabun bila tersedia.

Apabila kita mencuci tangan sebelum maupun setelah beraktivitas, kita akan terhindar dari bakteri, kuman, maupun cacing yang dapat membahayakan tubuh kita. Hal yang biasa kita tidak lakukan saat tidak live in beristirahat secara teratur.

Karena kita tidak memegang HP dan tidak ada distraksi dari luar, maka kita cepat bosan dan akhirnya melakukan hal-hal lain — biasanya di luar rumah yang membuat kita cepat lelah dan akhirnya tidur lebih awal.

Dengan memakan makanan sehat yang tersedia di desa yang tidak ada pengawetnya, membuat makanan kita lebih sehat dan dengan jam makan yang lebih teratur karena sudah diberi jam makan yang tertentu dan dijadwalkan

Setiap sore, kita juga mandi agar bakteri dan kuman terbilas dari tubuh kita. Sehingga kita terhindar dari masuknya kotoran, bakteri, kuman, maupun cacing berbahaya ke pori-pori.

MR FASHION
8

HARI TERAKHIR

Pada tanggal 31 Maret 2023 pukul 08.00 kami seluruh angkatan kelas 8 mulai berpamitan dengan orang tua angkat di desa kami dan pukul 10 00 kami mulai berangkat menggunakan bus. Sebelum pulang kami mampir ke Jogjakarta yang ditempuh kurang lebih 1 setengah jam perjalanan terlebih dahulu untuk ke pusat oleh oleh terdekat untuk membeli oleh oleh yang akan kami bawa pulang

Setelah itu jam menunjukkan pukul 13.00 kami mulai berangkat ke tebing breksi, di tebing breksi kami foto foto di spot spot foto yang menarik setelah itu kami kembali lagi ke bus dan melanjutkan perjalanan ke tempat makan siang, sebelum makan kami mencuci tangan terlebih dahulu, kami makan dengan lahap dan menikmati makanan tersebut.

Setelah itu sore harinya kami melanjutkan perjalanan ke Candi Prambanan yang di Jogjakarta, kami tiba di Prambanan pada sore hari yaitu pukul 15.00, sebelum masuk ke prambanan saya menggunakan hand sanitizer terlebih dahulu. Di Prambanan kami foto foto dan mengelilingi candi candi yang terdapat disana.

Kami juga mengeksplor masing masing candi yang di setiap candinya terdapat patung patung dewa, kami juga belajar sejarah mengenai sejarah candi Prambanan dari orang orang sekitar candi. Waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 setelah itu kami langsung kembali ke dalam bus dan melanjutkan perjalanan ke tujuan terakhir yaitu Jakarta.

Selama di bus kami mengobrol dan berbincang mengenai pengalaman live in kami masing masing saat ngobrol kami tetap menggunakan masker, pukul 20.00 malam kami pun makan malam tetapi sebelum makan kami harus cuci tangan terlebih dahulu agar saat mengambil makanan tetap higienis.

Kami begitu senang dapat menjalani kegiatan live in ini selama 4 hari. Sampai akhirnya pukul 05.00 pagi, kami telah sampai di Sekolah Santa Ursula Jakarta dan kegiatan live in tanggal 27 maret sampai 1 april 2023 sudah berjalan dengan lancar. (JKA)

9

KESEHARIAN LIVE IN SISWI URSULIN

Selasa (28/3/2023) pukul 09.17 WIB, rombongan guru dan siswi kelas 8 SMP Santa Ursula Jakarta tiba di desa Muntilan, Magelang, Jawa Tengah dengan tujuan melakukan pembelajaran Live-In. Warga Sekolah SMP Santa Ursula disambut dengan meriah dan hangat oleh para PIC (person in charge) desa tersebut.

Rombongan dikenalkan kepada salah satu tradisi warga desa setempat, yaitu prosesi penyambutan pengusiran kejahatan. Dalam proses ini, air dituang di tangan mereka dan mengeringkannya menggunakan hawa panas arang yang membara. Setelah kering, tangan ditaburkan oleh abu dari Gunung Merapi.

Setelah setiap siswi selesai dengan proses tersebut, mereka semua baris berkumpul di lahan. Siswi dijelaskan sedikit tentang desa Muntilan dan area sekitarnya.

Sesudah di jelaskan, siswi dengan guru pendampingnya menuju ke dusun masing-masing yang sudah dipilihkan. Sesampai di dusun masing-masing, siswi menuju ke tempat kumpul dan diberi briefing aktivitas, norma yang berlaku di dusun tersebut dan nama orang tua asuh mereka.

Mulailah aktivitas pertama, yaitu mencari orang tua asuh. Siswi bertemu dengan teman serumahnya dan juga mulai berinteraksi kepada warga desa dengan menanyakan lokasi orang tua asuh mereka. Setelah bertemu orang tua asuh yang dimaksud, mereka saling mengenalkan diri, sembari menuju rumah orang tua asuh tersebut. Di dalam rumah orang tua asuh, siswi saling berkenalan dengan seluruh anggota keluarganya. Setelah sudah saling mengenal, siswi mengikuti kegiatan orang tua asuhnya, seperti ikut pergi ke sawah, masak, dll. (JY)

JY 10

(Rabu/19/3/23) hari kedua kami diajak untuk

melakukan jejak pangan. Jejak pangan adalah

aktivitas dimana kami mengelilingi sawah sawah

yang terdapat di daerah tersebut. Kami belajar

banyak tentang tumbuhan di sekitar kami antara

lain cara menanamnya, nama tumbuhannya dan bagaimana cara merawat tumbuhan tersebut agar dapat tumbuh dengan baik.

Di jejak pangan kami diajak untuk menanam sebuah rumput di atas sebuah lumpur yang

dimana kami harus masuk kedalam lumpur tersebut dan menanam rumput tersebut. Setelah

melakukan jejak pangan kami diajak untuk

memasak masakkan hasil panen tersebut, banyak sekali macamnya seperti buncis, kacang panjang, tomat, timun, dan lain lainnya.

Dalam memasak hasil pangan tersebut satu kelas dibagi menjadi dua kelompok. Setelah memasak hasil panen tersebut tentu saja akan dimakan secara bersama sama.

Banyak sekali hal hal positif yang dapat dipelajari selama satu hari tersebut yaitu kita harus selalu bersyukur, bekerja sama untuk membuat makanan yang enak dari bahan pangan sehingga dapat di makan bersama sama dan nilai kekeluargaan seperti tanggung jawab atas tugasnya masing masing di dapur dan komunikasi antar anggota kelompok.

Setelah itu kami satu kelas mengerjakan program kerja kami

yaitu mengajari anak anak di sekitar tentang materi materi

yang telah kami peroleh seperti matematika, IPA, bahasa inggris dan lain lain. Kami mengajari mereka kata kata dalam bahasa inggris seperti cat, donut, dog, apple dan lain lain.

Kami senang dapat mengajari mereka, karena mereka juga aktif dan terlihat bahagia. (JKA)

11

Kamis (30/3/2023), siswi-siswi diajak untuk melakukan jelajah alam.

Setelah berkumpul pada pukul 08.00 WIB, siswi-siswi diberi briefing singkat lalu berangkat untuk menembus hutan. Mereka diberi permainan-permainan yang tiap permainannya memiliki makna sendiri. Di tengah perjalanan, mereka diajak untuk masuk ke dalam sungai dengan kedalaman sekitar 10 cm. Mereka diajak untuk melawan arus sungai dan memanjat tangga bambu yang terletak di tengah air terjun.

Mereka juga melintasi sebuah belahan sempit yang konon dibuat oleh para petani dengan cara digali secara berkala di masa lampau untuk pengairan. Setelah memutari hutan, sampailah mereka di Gua Maria Tuk Ing Katentreman atau disebut juga Imatuka.

Mereka melaksanakan misa alam disana, dan memakan nasi doa. Setelah selesai, mereka diberi gelas untuk memilih ingin minum teh

manis hangat atau air dari mata air yang

terdapat disana. Mata air itu sendiri sudah

terbukti memiliki tingkat pH 8 yang mana

termasuk tinggi. Setelah itu, mereka diminta

pulang karena langit mulai gelap dan tidak ingin mereka kehujanan. Walau beberapa

anak tetap basah kuyup kehujanan, tapi

mereka sampai di rumah orang tua asuh

mereka masing-masing dengan selamat.

(PL) 12

Jumat (31/3/2023) merupakan hari

terakhir mereka di desa. Pada hari ini, tidak ada kegiatan khusus yang diadakan di desa untuk dijalani. Hari mereka yang hanya sampai jam 12 di sana, mulai seperti biasanya. Para siswi makan pagi, mandi, lalu keluar untuk bertemu teman-teman lain.

Tetapi mereka keluar bukan hanya untuk bermain, tetapi juga untuk meletakkan barang bawaan mereka dan menunggu jemputan truk untuk ke tempat parkiran bis.

Mayoritas siswi sebelum keluar memberi goodie bag ke orangtua asuh mereka dan pamit, tetapi ada juga yang saat sedang bermain atau baru selesai main melakukan hal-hal tersebut. Karena sudah merasa dekat mereka dengan orangtua

asuh, ada siswi-siswi yang tidak mau meninggalkan desa dan menangis saat pamit.

Acara perpisahan merupakan

penyerahan kembali siswi-siswi SMP

Sanur kepada para guru SMP dan lepas dari tangan para guru ETM serta warga. Sekitar jam 10:00-10:30

WIB, para siswi sudah berkumpul di lapangan parkir untuk menaiki bis dan melakukan perjalanan mereka ke Jogja.

Perjalanan mereka berjalan lumayan lancar, karena masih pagi dan belum ada kemacetan sebab masih di tempat yang relatif sepi. Ada yang tertawa, menangis, dan biasa saja dalam perjalanan ke Jogja karena hubungan erat yang mereka sudah bangun dengan warga-warga di Magelang tersebut. (LAA)

13

Jika Jujur Maka

Tidak Akan Tercebur

Suatu hari, di desa Nagamulyo terdapat dua teman naga yang bersahabat. Satu, yang berwarna ungu, Sophia, dan temannya yang warna biru, Astrid. Mereka duduk di tahun ke-2 di SDN – Sekolah Dasar Naga – di desa mereka. Beberapa bulan yang lalu, neneknya Sophia yang telah mengasuh dan menjaganya sepanjang hidup pendeknya meninggal pada tidurnya. Orangtuanya hidup dan baik-baik saja, tetapi kerja ke luar negeri dan tidak memiliki waktu untuk mengurus Sophia sehingga saat mereka mendengar kabar buruk tersebut mereka kembali untuk mengurusnya. Sedangkan Astrid sudah dari dulu diurus oleh Papa Mamanya yang sangat menyayanginya. Astrid memiliki hubungan yang sangat berbeda dengan orangtuanya dari Sophia.

Sepulang dari pasar membantu mama Astrid, Sophia dan Astrid sedang larilarian bersama. Mereka masih berlari untuk kemana-mana karena sayap mereka masih belum cukup besar untuk dipakai terbang. “Ayo! Satu putaran lagi!”, sahut Sophia.”Aku udah cape banget, Soph, rasanya kayak aku mau jatuh...” kata Astrid yang biasa berwarna biru cerah sekarang biru pucat. Sophia mengabaikan itu dan tetap menarik Astrid untuk mengajaknya ke lapangan besar. Astrid sudah lelah, tetapi Ia sangat sayang kepada Sophia dan ingin mengikuti kemauannya sebab kematian neneknya masih lumayan baru dan masih sering merasa sedih. Sophia dan Astrid akhirnya ke rumah masing-masing untuk makan siang dan bertemu lagi di depan rumah Astrid sore hari Setelah bertemu, mereka mencari temanteman mereka yang lain untuk bermain petak jongkok.

14

Walau Astrid sebenarnya tidak ingin bermain lagi karena kelelahan, tetapi Ia tidak mau Sophia mengetahui itu Saat mereka sudah bersama temanteman mereka yang lain Sophia berlari ke teman mereka satu lagi. Mereka mulailah bermain petak jongkok. Kebetulan, mereka sedang bermain dekat air mancur yang terletak di taman dimana anak-anak sering bermain. Mereka main lumayan lama, karena sedang libur sekolah karena adanya naga yang tidak sengaja membakar bagian sekolah mereka karena sakit. Setelah dua ronde permainan, Astrid mulai merasa seperti Ia mau pingsan, tetapi Ia melawan dan mengabaikan rasa itu dan lanjut bermain

“JUSHHH”, suara badan Astrid yang jatuh ke dalam wadah air tersebut gema ke seluruh tempat anak-anak bermain. Sophia sangat kaget dengan suara tersebut sebab Ia masih sangat fokus dalam permainan. Astrid yang badannya basah kuyup dan tidak bergerak di dalam air akhirnya ditarik Sophia ke luar.

Setelah beberapa saat Sophia dan beberapa teman-temannya yang lain mencoba menyadarkan Astrid kembali, mereka berhasil dan sangat bahagia. Sophia meminta maaf karena sikapnya itu yang mengabaikan kebutuhan Astrid. Astrid menyatakan pula kalau Ia lebih tegas ataupun jujur saja ke Sophia, Ia tidak akan dalam keadaan Ini. Akhirnya Sophia mengantar pulang Astrid ke rumahnya agar dapat beristirahat di tempat yang nyaman. Sophia bercerita bahwa orang tuanya di rumah tidak terlalu memperhatikannya. Jadi, kalau misalnya Ia sedang menangis atau membutuhkan bantuan, orangtuanya lebih sering daripada tidak akan mengabaikannya.

Sophia menjelaskan bahwa mungkin sikap orangtuanya tersebut akhirnya secara tidak sadar membuatnya bersikap sama kepada orang lain. Ia sedih bahwa dampak dari itu jatuh ke Astrid, sahabatnya. Astrid yang pengertian lega karena penjelasan tersebut. Setelah sekian minggu memang Sophia yang dulu ada sekarang berubah. Setelah bercerita dan curhatan mereka, akhirnya akan lebih dekat sebagai teman dan sering curhat dan mengajak main satu sama lain. Tentu saling memberi tahu kalau sudah lelah atau tidak mau main. (LAA)

15

Ngargomulyo,Desa IndahnanAsri

Setelah mendengar kata ‘desa’, mungkin yang muncul di benak kita adalah lingkungan yang kotor ataupun tidak maju. Namun, nyatanya tidak semua desa seperti itu. Contohnya Ngargomulyo di Magelang, Jawa Tengah. Desa ini berbeda dengan yang ada di pikiran kita.

Ngargomulyo terletak di kecamatan

dukun, Magelang, Jawa Tengah. Jumlah penduduknya kurang lebih 2.451 jiwa. Mayoritas penduduknya beragama katolik. Luas desa tersebut kurang lebih

946,828 ha. Jaraknya dari gunung merapi hanya sekitar 6,9 km dari kaki gunung. Di sana, pekerjaan mayoritasnya adalah petani, walau ada beberapa pekerjaan lain seperti pedagang ataupun guru. Di sana anakanak juga dapat mengenyam pendidikan hingga jenjang sma di sekolah negeri ngargomulyo. Ada pula SDK Kanisius Prontakan untuk anak-anak pada jenjang SD.

Desa tersebut dekat dengan sebuah hutan dan sawah, sehingga warga leluasa untuk pergi ke sekolah. Tak jauh di dalam hutan, ada tempat beribadah bagi umat katolik berbentuk Gua Maria.tempat tersebut dinamai Gua Maria Tuk Ing

Katentreman atau biasa disebut Imatuka. Diketahui pH air yang terdapat pada sumber air tersebut cukup tinggi yakni sekitar 8. Di sekeliling patung Maria yang merupakan objek utama tempat ziarah tersebut ada kolam ikan yang dapat digunakan untuk terapi ikan. Tempat tersebut bisa digunakan pula untuk menjalankan ibadah umat katolik yakni sakramen ekaristi.

16

Suhu di sana tidak menentu. Pada malam hari, cuaca bisa menjadi dingin terutama bila hujan, sehingga dapat mencapai 23°C. Sedangkan pada siang hari, cuaca di sana sangat panas. Menurut pengakuan petani yang bekerja di sekitar sana, hal ini cukup mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang mereka tanam sehingga sulit untuk menjaganya agar tidak layu. Curah hujan serta cuaca yang tidak menentu membuat petani tidak

berani menanam tanaman yang bervariasi sebab akan membuat kerugian yang signifikan bila terjadi gagal panen.

Des Sela ind jarang ditemui di kota, ada pemandangan unik yang dapat disaksikan setiap malam yang cukup memanjakan mata dan jarang dijumpai di lingkungan kota, yakni lelehan lahar gunung merapi yang keluar setiap malam. Menurut pengakuan penduduk setempat, pemandangan itu sudah biasa terjadi setiap malam di daerah tersebut sehingga mereka sudah terbiasa. Bagi kita orang kota yang jarang melihat lelehan lahar, hal ini mungkin dapat membuat kita takjub dan sedikit ketakutan. Kini terbukti bahwa tidak semua desa itu seperti yang kita bayangkan. Bagaimanapun, banyak kelebihan-kelebihan yang dimiliki desa tersebut yang tidak dimiliki lingkungan kota. Apa kalian tertarik untuk mengunjungi desa tersebut? (PL)

17

Kegiatan Baru, Pengalaman Baru

Pada kegiatan live in yang dilaksanakan di daerah Muntilan, Jawa tengah di Desa Ngargomulyo para siswi melakukan macam macam aktivitas yang bisa dibilang kegiatan yang baru dialami oleh para siswi. Pada hari pertama yaitu hari Selasa tanggal 28 Maret 2023 Para siswi mengikuti kegiatan bersama orang tua asuh masing masing seperti ke sawah untuk membantu orang tua asuh masing masing. Setelah itu sore harinya para siswi diajak untuk mengelilingi area sekitar dusun yang di tempati. Para siswi dapat melihat aktivitas yang sedang dilakukan oleh para warga sekitar juga secara langsung. Para siswi melihat juga hewan ternak seperti sapi dan kambing dan dapat memberi makan hewan ternak tersebut juga. Setelah melakukan semua kegiatan tersebut pada malam harinya di adakan sebuah refleksi tentang kegiatan yang dialami pada hari tersebut

Pada keesokan harinya yaitu hari Rabu tanggal 29 Maret 2023, para siswi diajak untuk melakukan jejak pangan, jejak pangan adalah aktivitas yang dimana para siswi keliling daerah persawahan dan mendapatkan ilmu ilmu tentang tumbuhan dari kakak kakak tim edukasi Para siswi juga diajak untuk menanam sebuah tanaman di atas lumpur, dimana para siswi harus menceburkan diri ke lumpur tersebut dan menamkan tumbuhan tersebut. Setelah melakukan aktivitas jejak pangan, para siswi diajak untuk memasak dan memakan hasil panen para petani seperti buncis, cabai, tomat, kacang panjang, sawi dan lain lain. Setiap kelas para siswi dibagi menjadi 2 kelompok dan harus memasak dan memakan hasil panen bersama sama, rasa kekeluargaan dan rasa kebersamaan terasa dalam kegiatan tersebut Malam harinya para siswi mengadakan refleksi dan sharing bersama kakak edukasi. Para siswi sharing aktivitas yang mereka lakukan hari ini dan perasaan mereka setelah melakukan aktivitas tersebut.

18

Pada hari Kamis tanggal 30 maret 2023, para siswi diajak untuk jelajah alam di sekitar desa Jelajah alam dilakukan dari pagi sampai sore hari Di jelajah alam, aktivitas yang pertama kali dilakukan adalah mengambil sebuah benda yang di pinggiran jalan dan mempresentasikan makna barang tersebut. Aktivitas yang kedua yaitu para siswi melewati sungai yang dimana di sungai tersebut terdapat batu batu besar dan batu batu kerikil dan para siswi tidak menggunakan alas kaki, tetapi disitu kami dapat belajar pantang menyerah melewati sungai tersebut walaupun tanpa alas kaki dan kesakitan. Setelah itu para siswi harus memanjat tiga air terjun dengan tangga, disitu para siswi mulai basah karena terkena air terjun. Setelah itu para siswi melajuntkan perjalanan dengan melewati sebuah dua tebing tinggi dan melewati di tengah tengahnya yang dibuat oleh nenek moyang mereka dengan hanya menggunakan cangkul, sampai akhirnya para siswi sampai di tujuan terakhir yaitu di sebuah goa maria dan melaksanakan sebuah misa alam disana Setelah itu para siswi diajak untuk memakan sebuah nasi yang disebut nasi doa. Lalu, para siswi melanjutkan perjalanan ke rumah masing masing dan beristirahat. (JKA)

19

KEHIDUPAN SEORANG PETANI TUA: KISAH KETEKUNAN, KERJA KERAS, & DEDIKASI

Katarina Sumyati, seorang petani inspiratif yang berasal dari desa Ngargomulyo yang tetap berjuang demi keluarganya meskipun usianya yang sudah tua.

Bekerja dari umur 12 demi menghidupi keluarganya, itulah yang dilakukan Katarina Sumyati. Ia lahir pada tahun 1948 di Ngargomulyo yang sekarang berumur 75 tahun. Bu Toro nama panggilannya, memiliki ayah dan ibu yang sudah tidak dihidupnya sejak dini sehingga didirikan oleh uaknya, yaitu kakak dari ibunya. Kini ia dikenal sebagai salah satu petani yang terhormat di Desa Ngargomulyo karena memiliki kepribadian yang kuat.

Menjadi petani bukanlah pekerjaan yang mudah. Menjadi petani membutuhkan kerja keras dan keberanian. Dari kecil Bu Toro sudah terbiasa bekerja sebagai petani karena ia mengikuti jalan uaknya yang dulu seorang petani. Karena itu, sebagai petani Bu Toro bekerja dengan beragam macam sayur-sayuran, seperti buncis, bacai, daun bawang, sawi, padi, dll. Tidak hanya mengelola lahan dan merawat tanamannya, Bu Toro juga mengeringkan padinya sendiri sehingga siap di jual ke pasar.

20

Meskipun

banyak, detik m

memiliki

memiliki

dengan p tersebut.

jadwal ke

kapan sa

Meski

bagaiman

memiliki

Tantanga

petani b

gagal p

memiliki

walaupun

menanam

kepada Tuhan agar tetap diberi rezeki.

Dengan umur tuanya Bu Toro, ia masih bekerja sambil memikirkan keluarganya. Dengan penghasilan 1/12 juta per tahun, Bu Toro berharap dapat membantu anak-anaknya yang sudah memiliki kehidupan sendiri. Ia akan tetap bekerja saat tubuhnya masih tetap sehat dan mampu.

Walaupun tinggal sendiri, Bu Toro memiliki keluarga yang besar. Ia memiliki 5 anak dan 8 cucu yang datang ke rumahnya jika akan merayakan hari raya. Saat COVID memasuki desanya, banyak warga desa yang terinfeksi sehingga menjadi korban. Menjaga jarak, makan sehat setiap hari, dan berjemur merupakan tindakan yang dilakukan Bu Toro untuk menjaga kesehatan dirinya. Karena itu ketika Bu Toro merindukan cucu dan teman-temannya, ia akan video call mereka menggunakan HP anaknnya. (JY)

21

LITTLE STEPS TO BE CLOSER TO THE VILLAGERS

Students from SMP Santa Ursula went to Magelang to participate in the school program, Live In. There, we did some exciting and meaningful activities. We had prepared the activities before we came there. One of those was fun teaching and playing with the kids.

On March 29th 2023, we did our programs. On that day, we taught them Math and English. We could see all the kids were having fun while we were teaching them. Then we played with them. They said that they had been longing for this kind of excitement since the pandemic outbreak happened all over the world. They also said that they had never expected this kind of fun activity from us before.

On our first activity, which was learning, we taught them math and English. For math, we taught them addition and subtraction. We used a white board to write some simple equations for them to solve. Some of the kids brought their homework so we could finish it together.

To make the experience more enjoyable, we gave candies to those who correctly answered the question. The candy was a great idea; it helped them by encouraging them to answer the questions more.

We were happy because we contributed to their happiness and impactful learning for the local residents. We didn’t just teach them, but we also played with them. We played Ular Naga and played tag. We felt that all the kids there enjoyed the games. We all were smiling and laughing during the game.

One of them told us that they had not played this much fun with the guests. They wanted to have this kind of activity again with us. They said that we had been pretty and kind. Then they told us too that they had wanted to play baseball with us too.

Issue 23 Magazine
22

Some of the examples for the question included 3+7, 4+5, 9-4, 10-3, etc. Since our questions were simple, our main target was children between the ages of 6 and 10 years old. After about 30 minutes, we switched to studying the English vocabulary. As we were teaching the kids, we made jokes along the way to keep them entertained.

Words that they learned, such as cat, dog, donut, girl, boy, etc. Same with the math activity; since the English words that we chose are considered simple, our target audience is also kids, aged 6–10 years old.

I asked the kids about their feelings and opinions about this activity. One of the kids that I asked was a girl named Gita. I asked her what she felt about this learning activity. "It was fun!" she said. She explained that it was enjoyable because she expanded her knowledge of English vocabulary and got her homework done while also receiving candies.

The third activity that we did was "petak jongkok," or squat tag, where the kids and some of us played with them. The rules of the game are similar to tag, but the twist is that when we squat, the person that is it can’t tag us, and in order to get up from the squat position, we must be tagged by someone who is standing up.

It went on for a fairly long time and was a hit with all the kids. The game had acted as a second reward for them for doing their schoolwork. For a large amount of time, the game was played mostly by the kids because we were already worn out from the previous activities.

They seemed to enjoy it very much since they kept screaming out of joy, which kept them moving after sitting down for a long while. Even though there had been a squabble between the two girls, in the end they ended up making up and becoming better friends.

They seemed to enjoy the activity that we made for them. From the activities we have created, they can learn new things. We also had a great time teaching the kids because they are all very vocal and funny, which makes it easy for us. We also ask a few kids about their thoughts and feelings in an interview.

I asked two girls named Loisa and Sofia about their feelings and opinions. They said that they both liked it and that it was fun. "Why is it fun?" I asked. They said it was fun because they got to play with their friends and us. "What was the activity that you liked the most?" I asked again. They said they liked it the most when they were playing tag.

They explained that they were really happy that we got the chance to play together. They said that they learned a lot from us, such as new English words. We were glad to hear that they wanted to do this again with us. It was really sad because we only have a few hours to teach them something new until we separate from them. We hope we can meet them again next time. (JKA, JY, LAA, PL)

23

Making English and Math Fun! Learning With Other People is a Learning Experience

We had been planning for it for a long time. We had done presentation after presentation and it was finally going into full swing. On the 29th of March 2023, my team and I had been scheduled to do our community service for IL. The community service that we did specifically had been to teach children from kindergarten until the third or fourth grade. Originally, we hadn’t planned on where we were going to do it since we had no idea beforehand the layout or what the village looked like. We had ended up doing it in the chapel that is very accessible and near to where everyone lived.

Around two in the afternoon we had already been standing by in front of the chapel while some of us gathered their supplies from our respective homes. The sky had been kind of gloomy, so we had an idea that it would rain. And it did. Around three until 3:15, kids had started gathering in the chapel. Then, around 4:00, it had already been raining cats and dogs for thirty minutes as far as I remember. It had been really nice to hear the rain sounds while teaching the kids, though not as effective for the teaching part because the sound had blocked out most of the voices so we had to talk loudly for the kids to hear us.

24

The subjects that we had taught for the kids were Math and English. For math, my group and a few other groups had to teach basic math like subtraction and addition for numbers twenty and below. For example like 20-10, 4+5, et cetera. We would write the problem on a whiteboard and then we would wait for the kids to raise their hands to answer the question. And for English, we had to teach some basic words from A to G. The words had been apple, banana, cat, dog, egg, fish, girl, and boy. We had to teach the kids that were in kindergarten until the second grade so the material hadn’t been complicated at all for eighth graders to teach. We would teach them all the words, how to spell them, and their meaning in Bahasa Indonesia, and then after that we would ask them what that word meant and their meaning in Bahasa Indonesia.

As a reward, the kids would get a reward for every correct answer, which they rather liked. But after learning so long, they had gotten bored and wanted to play. The games that we had played were “ular naga” or dragon snake and “petak jongkok” or squat tag. These games made them happy and they definitely had fun playing them. Dragon snake definitely lasted for a shorter amount of time rather than squat tag. The game was very fun to watch, as only a few people played with the kids.

25

March 29, 2023, was the day me and my teammates did our work program. We went to the local church in Ngargomulyo village to do our work program. Some of us invited the children from the village to participate in our work program. We divided the kids into two groups because there were some with different age gaps. The first group was to be with the younger kids, and the second group was to be with the older kids. I made the choice to stick with group one's younger children. We had already planned out the activities we would complete during the work program before it began. With the younger kids, we taught them math, some English vocabulary, and played squat tag.

On our first activity, which was learning, we taught them math and English. For math, we taught them addition and subtraction. We used a white board to write some simple equations for them to solve. Some of the kids had brought in their homework so we could finish it together. To make the experience more enjoyable, we gave candies to those who correctly answered the question. The candy was a great idea; it helped them by encouraging them to answer the questions more. Some of the examples for the question included 3+7, 4+5, 9-4, 10-3, etc. Since our questions were simple, our main target audience was children between the ages of 6 and 10 years old. My task was to encourage them and give them cookies. After about 30 minutes, we switched to studying English vocabulary.

Muntilan, Ngargomulyo Village, Tangkil Wetan
26

As we were teaching the kids, we made jokes along the way to keep them entertained. Words that they learned, such as cat, dog, donut, girl, boy, etc. Same with the math activity; since the English words that we had chosen are considered simple, our target audience is also kids, aged 6–10 years old. I was observing the people there when I saw that some of my teammates had been sleeping and were not helping us. I was quite pissed but decided to continue with our next program.

Petak Jongkok, also known as squat tag, was the third and final activity we did with them. A game that's similar to tag but with a twist. In squat tag, when we squat, the person that is it cannot tag us, and in order to get up from the squat position, we must be tagged by someone who is standing up. Fun fact: The idea of playing squat tag came from the kids. I could tell that they wanted to play some entertaining games because they were getting bored of learning. We had been playing it for about 10 minutes until the kids got tired. The game had acted as a reward for them.

All I could hear was screaming and laughing from the kids. They were smiling a lot more than when we did the learning activity. After the game ended, two girls fought because one of them thought the other was cheating. But in the end, me and my friend helped them calm the situation and made them friends again.

27

The Joy of Learning and Playing with the Children of Santa Ursula Middle School!

My friends and I went to Magelang a few weeks ago. We went there to live with the villagers and did some community service for a few days. We had been waiting for this event since the principal announced it.

On the first day, we went to school at 6.00 pm to gather and prepared to go to Magelang. We arrived there at 6 am. Then we had breakfast and took a picture together. After that we were sent to the host. My parents during live in were Mr. Ponidi and Ms. Theresia. We worked together on the farm. I picked the grass that disturbed the growth of the plants. I had never done it before. It was a new experience.

On the third day, about 3.00 pm, my friends and I played with the kids. We also taught them mathematics.We were in front of Chapel Tangkil. My friend, Marsha, led us to teach them about addition and subtraction. She introduced herself, then asked them if they had learned about addition. She said, “Anyone who can answer the questions will get a Yupi candy!”. Then Marsha and Feuli gave some questions about addition. The kids scrambled to answer. A kindergarten kid called Loiza got the highest points on additions. After that we also taught them about subtractions.

28

While we were teaching them about subtraction, suddenly it rained. We were asked to come into the chapel. As I saw the chapel, it was very comfortable. After we taught them about subtraction, Marsha asked the kids if they had learned about multiplication. They said they had never learned it before. We were confused about what to teach. Afterward Rachel came up with the idea to teach about two digit numbers addition. At first they had difficulties but as the times went by they started to understand. After they got bored, we switched to English lessons. They learned the words ‘apple’, ‘banana’, ‘boy’, ‘cat’, ‘donut’, and ‘girl’. Then we sang an ABC song together.

After having a learning session together, we played ular naga. At first they didn't know about the lyrics, so I sang it and they started to memorize it. After that we played petak jongkok. Joey was very energetic, she has a lot of energy! Finally, we took a rest and waited until the rain stopped. After the rain stopped, we went back to our own house.

It was fun to play with the kids, even though I was just sitting while watching them play. I had never had so much fun like this before since third grade. I really hope my friends and I can have this much fun again.

29

Fun Ways to Make People Happy

On the 29th of March 2023, we have done a IL project. The IL project are teaching childrens around the village from kindergarten to fourth or fifth grade. We used the chapel in the village that is accessible. Around two in the afternoon the kids stared to gather infront of the chapel, It had been really fun teaching the kids, the kids are really active and passionate. The subjects that we had taught for the kids were Math and English. As a reward for them if they answer it correctly each of them gets a candy. For math, we taught them some basic math like addition and subtraction because some of them can’t multiply and divide so we teach then addition and subtraction. We wrote the questions in the whiteboard and they raised their hands to answer the question, like I say if they answer it correctly they got a reward from us.

For english we have to teach them some basic english words like donut, cat, dog, egg, fish, etc. We had to teach them from the very basic word because when my friend ask them if they can understand english or not, most of them said no. We had to teach the kids that were in first grade, second grade, third grade and even kindergarten, teaching them isn’t hard. In the middle of learning, we asked them to play some games. They choose petak jongkok and ular naga. We had fun playing with them because they are really active and full of energy, the games obviously made them happy and full of joy. (JKA)

30

Berapa lama bapak/ibu sudah berprofesi menjadi pedagang/petani?

Dari kecil sudah menjadi petani

Apa saja pengalaman yang sudah bapak/ibu alami sebagai seorang pedagang/petani?

Sudah memanen padi dan ngarit buncis, cabai dan kacang panjang

Tumbuhan apa saja yang bapak/ibu pernah tanam selama menjadi seorang pedagang/petani?

Pekerjaan apa saja yang ada disana selain menjadi pedagang/petani?

mayoritas biasanya petani tetapi pedagang warung juga ada

Apa sumber inspirasi bapak/ibu untuk menjadi seorang pedagang/petani?

orang tua bapak dan ibu masing masing

Bagaimana tanggung jawab sebagai seorang pedagang/petani menurut bapak/ibu?

harus tau kapan harus memanen tanaman tersebut dan harus bisa bertanggung jawab atas tanaman yang sedang di tanam sehingga dapat tumbuh dengan baik.

Hal apa saja yang bapak/ibu senang dalam menjalankan profesi sebagai seorang pedagang/petani?

bisa membantu para warga untuk meyediakan bahan pangan.

Apa pengaruh cuaca pada tanaman bapak/ibu?

(untuk petani) sangat berpengaruh, karena jika hujan kami juga harus tetap bekerja

Kira kira berapa jumlah yang ibu/bapak dapatkan untuk 1 hari jualan?

(untuk pedagang) -

Apa motivasi bapak/ibu untuk pekerja pekerja yang lain?

semangat terus jangan pantang menyerah

Apa yang membuat bapak/ibu minat menjadi seorang petani/pedagang?

karena dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar

Kapan saja bapak/ibu mulai berkerja?

tidak pasti, bisa pagi atau siang begitu juga dengan pulangnya (JKA)

31

Nama ibu siapa ?

Katarina Sumyati

Ibu umur berapa ?

75

Apakah ibu memiliki an Ibu bekerja sebagai ?

iya, 5 anak dan 5 cuc

petani

Tanaman yang with bek

cabai, buncis, sawi,

Berapa lama ibu bekerj

saat ibu umur 12 tah

apakah ibu menyukai p

iya

apakah ibu menggunak

iya, kita menggunak

Kenapa ibu bekerja seb

mengikuti uak ibu ya

Cara ibu menjaga keseh

berjemur di bawah m

Kapan kira-kira ibu akan berhenti bekerja ?

sampai badannya tidak kuat

Apa yang memotivasi ibu untuk tetap bekerja?

Joey 81/20

Meskipun saat pandemi merugikan ibu dengan menjual tumbuhan, apa yang membuat ibu tetap berjuang ?

menghidupi keluarga dan untuk kebutuhan sehari2 dengan hasil hasil yang diperoleh dan Tuhan

Tantangan yang dihadapi ibu sebagai petani?

gagal panen (JY)

32

Siapakah nama lengkap Ibu?

Katarina Sumyadi. (Panggilan Bu Toro)

Berapakah umur Ibu?

Umur saya 75.

Apakah pekerjaan Ibu?

Saya bekerja sebagai petani

Berapa lamakah Ibu sudah menjadi petani?

63 tahun menjadi petani, jadi sejak umur 12 tahun.

Ibu bertani tanaman apa saja?

Tanaman cabe, buncis, dan onclang.

Dalam pekerjaan Ibu sebagai petani, paling suka ngap

Apa saja suka, semuanya suka.

Waktu kapan saja Ibu paling suka bekerja?

Kalau dari pagi jam 11, dan kalau sore-sore jam 3.

Kalau misalnya Ibu mengalami gagal panen, bagaimana cara Ibu menanggapinya?

Ya, akan langsung ditanam lagi agar tidak membuang-buang waktu lagi. Percaya kepada Tuhan bahwa Ia ada rencana dan akan memberi penyelesaian.

Kenapa Ibu mau menjadi petani?

Karena ikut orangtua asuh

Tanaman apa yang paling Ibu suka menanam?

Padi, sayur, apa saja.

Apa menurut Ibu arti komitmen dalam kehidupan Ibu sebagai petani?

Komitmen itu prinsip, rutin yang dilakukan setiap hari.

Apa yang memotivasi Ibu untuk bekerja setiap hari?

Karena bertani itu subur, makmur, dan mendukung kebutuhan keluarga.

Apakah Ibu semangat dalam melaksanakan pekerjaan Ibu?

Iya, tidak malas bahkan sangat semangat, untuk memenuhi kebutuhan hidup sendiri dan keluarga.

(Tidak ditanya, tetapi anak Bu Toro, Pak Rudyanto menyatakan bahwa penghasilan Bu Toro dalam setahun adalah 1,5 juta) (LAA)

33

Pertanyaan dan jawaban: Apa tanaman yang ibu/bapak tanam?

padi, tomat, caisim, timun, labu

Berapa kira-kira penghasilan bapak/ibu dalam sebulan?

Sekitar Rp 500.000,Cukup (ngepas)

Apakah menurut bapak/ibu, penghasilan tersebut cukup untuk membiayai kehidupan bapak/ibu dan keluarga?

Seberapa banyak kira-kira yang ibu/bapak ambil dari hasil tani anda?

secukupnya

Apa alasan bapak/ibu bekerja?

Karena suka

Apa bapak/ibu memiliki keinginan yang ingin anda capai? Kenapa hal itu sangat penting?

Ingin hidup damai dan tentram semua kebutuhan tercukupi

Apa bapak/ibu menyukai pekerjaan anda?

suka

Apakah bapak/ibu memiliki keinginan untuk pindah pekerjaan?

tidak

Apa harapan bapak/ibu terhadap anak (dan cucu) anda?

Melakukan pekerjaan yang mereka suka, sukses dalam pekerjaannya, dapat mewujudkan keinginan mereka

Apa semangat hidup yang bapak/ibu miliki?

Melakukan pekerjaan yg mereka suka

saya sempat tanya “ibu kalau nonton tv kek gini, suka iri sendiri gak bu?” saat ibunya menonton tv, dan ibunya berkata bahwa ya ia iri, tapi apa boleh buat ia tidak punya b

34

SEMANGATKOMITMEN WARGADESA

NGARGOMULYO

Orang desa melakukan pekerjaaan mereka dengan sangat baik dan melakukan pekerjaan tersebut dengan semangat dan pantang menyerah. Orang orang desa juga melakukan pekerjaan tersebut karena mereka cinta dengan pekerjaan tersebut dan ingin memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Mereka sangat bersyukur dapat bekerja sebagai petani dan bersyukur juga dengan keadaan yang mereka miliki saat ini, mereka sebagai petani juga memiliki tanggung jawab yang besar dengan tanaman yang mereka tanam.

Betapa besarnya semangat dan komitmen Bu Toro sebagai petani yang sudah berusia. Bu Toro tetap semangat bekerja walau sudah tua untuk mendapatkan hasil sehingga dapat membantu keluarganya. Ia bersyukur kepada Tuhan karena setiap hari diberi rezeki. Karena badannya yang masih sehat dan kuat, ia tetap ingin bekerja. Walau kadang terjadi kegagalan panen, ia tetap percaya kepada Tuhan dan akan pantang menyerah. Ia juga memiliki lahan pertanian sendiri Memiliki lahan bukanlah hal yang sederhana, Bu Toro harus menjaga tumbuhannya setiap hari agar tidak terjadi kegagalan panen. Hal-hal tersebut membuktikan bahwa Bu toro memiliki komitmen dan semangat kerja sebagai seorang petani.

Ia memiliki lahan pertanian senderi. Memiliki lahan bukanlah hal yang sederhana, Bu Toro harus menjaga tumbuhannya setiap hari agar tidak terjadi kegagalan panen. Hal tersebut membuktikan bahwa Bu toro memiliki komitmen dan semangat kerja sebagai seorang petani

35

Kesimpulan dari jawaban Bu Toro, adalah bahwa Ia semangat dan memiliki komitmen yang besar untuk bekerja walau sudah pada umur yang tua. Pada umur yang biasanya orang di kota sudah pensiun, Ia masih bekerja keras setiap hari untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mendukung keluarganya secara finansial. Pada awalnya, beliau menjadi petani karena mengikuti orangtua asuhnya, tetapi akhirnya merupakan hal yang beliau suka lakukan dan bagian penting dalam rutin sehari-harinya. Komitmen atau prinsip yang ada pada kegiatannya sehari-hari merupakan salah satu hal dalam hidupnya yang membuatnya senang. Beliau percaya jika mendapat cobaan seperti gagal panen, tidak akan putus asa dan langsung bekerja untuk mengatasi masalah serta percaya kepada Tuhan untuk memberi penyelesaian.

Orang desa tidak memiliki ‘komitmen’ yang pasti, mereka melakukan pekerjaan tersebut (petani) karena mereka mencintai pekerjaan mereka. Mereka memiliki keinginan-keinginan tertentu, tapi mereka tidak berambisi untuk mewujudkannya, terbukti dari pertanyaan tambahan saya yang dijawab dengan tidak bisa dicapai karena 'uangnya tidak cukup'. Mereka sangat bersyukur dengan keadaan dan apa yang dimilikinya saat ini. Namun, mereka berharap yang terbaik untuk anak-anak (dan cucucucu)nya, agar mereka bisa memenuhi semua kebutuhan maupun keinginan masing-masing. Terbukti dari jawaban mereka di pertanyaan terakhir saya. (PL)

36

BONUS: Memory Gallery

Ngargomulyo, kecamatan Dukun, Jawa Tengah, Indonesia

See you next time!

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
FILIATORI — SERUNYA HIDUP DI DESA by Patricia Leman - Issuu