2 minute read

Jika Jujur Maka

Tidak Akan Tercebur

Suatu hari, di desa Nagamulyo terdapat dua teman naga yang bersahabat. Satu, yang berwarna ungu, Sophia, dan temannya yang warna biru, Astrid. Mereka duduk di tahun ke-2 di SDN – Sekolah Dasar Naga – di desa mereka. Beberapa bulan yang lalu, neneknya Sophia yang telah mengasuh dan menjaganya sepanjang hidup pendeknya meninggal pada tidurnya. Orangtuanya hidup dan baik-baik saja, tetapi kerja ke luar negeri dan tidak memiliki waktu untuk mengurus Sophia sehingga saat mereka mendengar kabar buruk tersebut mereka kembali untuk mengurusnya. Sedangkan Astrid sudah dari dulu diurus oleh Papa Mamanya yang sangat menyayanginya. Astrid memiliki hubungan yang sangat berbeda dengan orangtuanya dari Sophia.

Advertisement

Sepulang dari pasar membantu mama Astrid, Sophia dan Astrid sedang larilarian bersama. Mereka masih berlari untuk kemana-mana karena sayap mereka masih belum cukup besar untuk dipakai terbang. “Ayo! Satu putaran lagi!”, sahut Sophia.”Aku udah cape banget, Soph, rasanya kayak aku mau jatuh...” kata Astrid yang biasa berwarna biru cerah sekarang biru pucat. Sophia mengabaikan itu dan tetap menarik Astrid untuk mengajaknya ke lapangan besar. Astrid sudah lelah, tetapi Ia sangat sayang kepada Sophia dan ingin mengikuti kemauannya sebab kematian neneknya masih lumayan baru dan masih sering merasa sedih. Sophia dan Astrid akhirnya ke rumah masing-masing untuk makan siang dan bertemu lagi di depan rumah Astrid sore hari Setelah bertemu, mereka mencari temanteman mereka yang lain untuk bermain petak jongkok.

Walau Astrid sebenarnya tidak ingin bermain lagi karena kelelahan, tetapi Ia tidak mau Sophia mengetahui itu Saat mereka sudah bersama temanteman mereka yang lain Sophia berlari ke teman mereka satu lagi. Mereka mulailah bermain petak jongkok. Kebetulan, mereka sedang bermain dekat air mancur yang terletak di taman dimana anak-anak sering bermain. Mereka main lumayan lama, karena sedang libur sekolah karena adanya naga yang tidak sengaja membakar bagian sekolah mereka karena sakit. Setelah dua ronde permainan, Astrid mulai merasa seperti Ia mau pingsan, tetapi Ia melawan dan mengabaikan rasa itu dan lanjut bermain

“JUSHHH”, suara badan Astrid yang jatuh ke dalam wadah air tersebut gema ke seluruh tempat anak-anak bermain. Sophia sangat kaget dengan suara tersebut sebab Ia masih sangat fokus dalam permainan. Astrid yang badannya basah kuyup dan tidak bergerak di dalam air akhirnya ditarik Sophia ke luar.

Setelah beberapa saat Sophia dan beberapa teman-temannya yang lain mencoba menyadarkan Astrid kembali, mereka berhasil dan sangat bahagia. Sophia meminta maaf karena sikapnya itu yang mengabaikan kebutuhan Astrid. Astrid menyatakan pula kalau Ia lebih tegas ataupun jujur saja ke Sophia, Ia tidak akan dalam keadaan Ini. Akhirnya Sophia mengantar pulang Astrid ke rumahnya agar dapat beristirahat di tempat yang nyaman. Sophia bercerita bahwa orang tuanya di rumah tidak terlalu memperhatikannya. Jadi, kalau misalnya Ia sedang menangis atau membutuhkan bantuan, orangtuanya lebih sering daripada tidak akan mengabaikannya.

Sophia menjelaskan bahwa mungkin sikap orangtuanya tersebut akhirnya secara tidak sadar membuatnya bersikap sama kepada orang lain. Ia sedih bahwa dampak dari itu jatuh ke Astrid, sahabatnya. Astrid yang pengertian lega karena penjelasan tersebut. Setelah sekian minggu memang Sophia yang dulu ada sekarang berubah. Setelah bercerita dan curhatan mereka, akhirnya akan lebih dekat sebagai teman dan sering curhat dan mengajak main satu sama lain. Tentu saling memberi tahu kalau sudah lelah atau tidak mau main. (LAA)

This article is from: