Civitas Edisi 48

Page 1

Edisi 39/ Thn.IX/ Juni/ 2007


Surat Pembaca Kembali ke Fitrah dengan semangat baru..

Jangka Waktu Pendaftaran Ulang Singkat Waktu daftar ulang yang terlalu singkat, sangat memberatkan mahasiswa Untan dalam pembayaran. Dengan demikian, banyak mahasiswa yang terlambat daftar ulang serta pendaftarannya tidak dapat diangsurangsur. Mohon ke depannya pendaftaran jangan terlalu singkat dong, dan sosialisasinya dirasa masih kurang. Terimakasih kepada pihak bersangkutan yang berwenang untuk mendengar keluhan saya. Benedigta Ignasia Wana Lestari Mahasiswa Fakultas Pertanian Untan

Tidak terasa kita sudah berada dipenghujung tahun 2009, banyak hal yang sudah kita lewati setahun ini, tentunya sebagai mahasiswa kita melaksanakan tugas kita. bagi mahasiswa yang ikuti salah satu organisasi kampus, terus berjuang yah untuk kemajuan diri dan organisasinya. Buat kamu mahasiswa yang khususnya muslim, selamat Hari Raya Idul Adha 1430 H dan bagi umat Kristiani yang sebantar lagi Natalan, selamat juga yah. Mudah-mudahan kita semua selalu diberikan yang terbaik. Alhamdullillah, terbitan civitas yang ke 48 kali ini kita kedatangan teman-teman baru di LPM Untan, yang kita tugaskan untuk mengerjakan terbitan kali ini. Dengan semangat baru dan jiwa baru semoga kami bisa memberikan yang terbaik bagi pembaca terbitan Civitas. Adapun sekilas berita yang kita sampaikan kali ini, Kopma Untan yang memecat karyawannya tanpa pesangon, yang berujung ke Dinsosnaker, wah pengen tahu baca aja yah. Selain berita di atas, ada yang sedikit lucu loh, beredarnya bencong di wilayah Bundaran Untan, warga UKM resah dong, kita juga ada berita kehilangan dosen di FKIP Untan, loh kok bisa, nah lebih seru lagi baca yah kelanjutan isi berita di tiap halaman kita. sebelumnya kata maaf jika ada kata-kata yang salah. Selamat membaca aja.......

Kondisi Buku Perpustakaan Untan Terima kasih kepada LPM Untan yang telah sudi memuat keluhan saya ini, langsung aja yah. Perpustakaan Untan bukunya kurang memadai, sehingga kami kesulitan untuk menemukan buku yang kami cari, selain itu susunan buku tidak pada tempatnya sehingga membuat kami susah mencarinya. Ada pula beberapa halaman buku yang hilang dan sobek. Kami harap pihak perpustakaan lebih memperhatikan kebutuhan kami terutama buku-buku yang kami perlukan untuk mengerjakan tugas. Eni Mahasiswa Fakultas Pertanian Untan

Benahi Area Parkir FKIP Saya mahasiswa FKIP yang prihatin sekali dengan parkiran di kampus. Banyak sekali kesemrautan yang disebabkan area parkir yang tidak rata, berlobang, berlumpur dan lain-lain. Saya salut dengan misi lingkungan yang dicetuskan oleh Pak Aswandi yang menjabat sebagai Dekan FKIP, yaitu dengan slogan “kampus dalam taman�. Bila dihayati, sangat miris sekali dengan keadaan parkir di lingkungan FKIP. Harusnya parkir dikelola dengan baik yaitu dengan menambah area parkir serta dikeluarkan peraturan-peraturan yang berkenaan dengan parkir jika hal ini dilakukan, maka tidak ada lagi terjadi kesemrautan, bahkan tidak menutup kemungkinan dapat memberikan pemasukan yang signifikan kepada pengelola, dalam hal ini pihak fakultas. Oleh sebab itu mohon pihak fakultas memperhatikan hal ini. Romulus Mahasiswa FKIP, Angkatan 2008

buletin Mimbar Untan Civitas Diterbitkan oleh : Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Tanjungpura Pontianak Ketua Umum : Sri Pujiyani Sekretaris Umum : Jumardi Budiman Bendahara Umum : Tri Mulyani Divisi PSDM : Odilo Tarigasa, Neneng Purwanti Divisi Litbang : Riya Yulharmaini, Laurika Divisi Penerbitan :

2

Agustinah Divisi Penyiaran : Ellia Marliyanti, Suri Mayanti Divisi Peusahaan : Iswandi, Yulia Citra Pemimpin Redaksi : Andri Setiawan Sekretaris Redaksi : Laurika Redaktur : Sri P, Agustinah, Ria, Lou

Edisi 48/Thn.XI/Desember/2009

Reporter : Andri, Ihwan, Rizky, Dewi, Riza, Neneng Fotografer : Ignatius Noreng, Ihwan Ridho Ide Karikatur : Iswandi Layouter : Irwan Kurniawan, Odilo

REDAKSI Alamat Redaksi : Jl. Daya Nasional Gedung MKDU Untan, Telepon : (0561) 7567171, e-mail : lpm_untan@yahoo.com atau : gelora_lpmu@yahoo.co.id Percetakan : Artha Grafistama, Jl. Pahlawan No. 20 Telp.(0561) 765000-766000 (Isi diluar tanggung jawab penerbit).

Redaksi menerima tulisan berupa opini, essai, laporan kegiatan kampus, cerpen,hasil investigasi, surat pembaca disertai identitas diri. Tulisan diketik di lembaran folio dengan spasi ganda. Kirimkan ke Sekretariat LPM Untan, langsung. Redaksi berhak mengedit tulisan tanpa mengubah makna tulisan.


Opini Civitas

Anak Bawang Pendidikan

oleh: Sutami Pendidikan Indonesia terus menapak ingin meperbaiki mutu. Ada Ujian Nasional, Undang-undang Badan Hukum Pendidikan (UU BHP) menjadi motor pemerintah dalam kampanye memperbaiki mutu pendidikan. Meskipun kedua kebijakan tersebut banyak mendapat tentangan. Terutama UU BHP. Banyak yang melawan terhadap UU BHP. Terutama dari kalangan mahasiswa. Mahasiswa tanpa di bantu kalangan birokrat kampus. Sehingga tidak mengherankan masalah BHP seolah menjadi pertentangan antara mahasiswa dengan pihak kampus. Dua kelompok yang masingmasing memiliki letak kepentingan. Antara kepentingan mengamankan sistem yang diwakili pihak kampus dengan kepentingan memikirkan nasib pendidikan bangsa ke depan dengan motrornya adalah mahasiswa. Pendidikan merupakan gerbang dalam melepas dari ruang gelap kebodohan. Urgensi pendidikan menjadi titik awal dalam memodali bangsa. Tanpa penedidikan yang kuat kesulitan mendapatkan Sumber Daya Manusia (SDM) pasti menunggu. Karena SDM adalah penggerak dalam mengisi masa depan bangsa. Sekarang dapat dilihat di instansi pemerintah orang Indonesia sudah mampu menjadi pengendali utama. Tidak lagi orang Belanda seperti masa kolonial penjajahan. Hal paling kecil tetapi dapat disaksikan hasilnya di masa sekarang. Peluang mengenyam pendidikan semakin terbuka aksesnya. Melanjutkan ke perguruan tinggi kesempatan di miliki oleh tiap warga Negara contohnya. Meskipun agak sulit paska UU BHP di sahkan oleh Negara Republik Indonesia . Kesempatan lebih terbuka bagi golongan kaya. Meskipun di bumbui dengan istilah subsidi silang, namun persentase tetap lebis besar bagi golongan kaya di banding si miskin. Berhubung Indonesia adalah Negara hukum maka aturan meskipun aspek keadilan sangat jauh dirasa tapi BHP tetaplah BHP. Harga mati realisasinya. Perjuangan pahlawan pendidikan dalam memperjuangkan pendidikan agar bisa diraih oleh anak bangsa hanya sekedar menjadi catatan. Tanggal 2 Mei tetap disebut sebagai hari keramat dalam dunia pendidikan Indo-

nesia . Nama ki Hajar Dewantara selalu disebut tapi semangatnya entah berhembus kemana perginya. Berterbangan seperti kapas-kapas yang mudah terbakar dan hilang lenyap terhapus libasan angin. Ketidak berdayaan menghadapai mahalnya pendidikan; telah pernah di ramalkan oleh Sentot temannya Douwes Dekker sebelum Indonesia merdeka. Keseriusan pemerintah dalam memajukan pendidikan pun masih penuh misteri. Anggaran duapuluh persen yang tercantum dalam kebijakn pemerintah ternyata masih belum total sepenuhnya. Anggaran biaya gaji serta operasional pejabat pendidikan masih menyatu dari anggaran duapuluh persen yang dijanjikan. Totalitas dalam mengurus kepintaran generasi bangsa padahal inti utama roda bangsa yang masih disepelekan. Memperbaiki masa depan mau tidak mau melalui jalur pendidikan adalah jalannya. Meskipun pendidikan yang utuh tidak hanya materi yang dikejar. Tetapi membawa perubahan kepada alam pikir. Bila tercapai demikian adalah hakekut kunci pendidikan. Founding Father berani berteriak tentang kemerdekaan juga tak lepas dari pengarus ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang diserap secara idealis. Hakikat ilmu pengetahuan diimpikan dalam cita-cita rakyat Indonesia untuk lepas dari penjajahan. Begitu mulia sebenarnya kedudukan ilmu pengetahuan. Namun bila tanpa control bukan tidak mungkin ilmu pengetahuan justru menjadi alat pengaman kekuasaan. Lembaga pendidikan keberadaanya harus otonom dan steril dari intervensi kekuasaan. Kritik terhadap ketimpangan para penguasa merupakan sebuah amanah secara falsafah dari dunia pendidikan. Sebab letak pendidikan yang berisi ilmu pengetahuan memiliki kekuatan dalam menyangga kehidupan secara adil dan konsekuen. Terkadang secara prinsip menjadi pertentangan ketika nilai ilmu pengetahuan para pengembannya adalah orang tak ber tanggung jawab. Karena ilmu pengetahuan juga memiliki nilai kebuasan. Buas ingin menaklukkan alam lengkap beserta penghuninya. Memperoleh pendidikan tanpa ada sekat-sekat bagi peserta didik harus dikedepankan. Dalam naungan Depar temen Pendidikan Nasional (Depdiknas); pendidikan Indonesia tak Civitas Opini

jelas kontribusi jika boleh disebut. Bila Negara secara utuh mempercayakan masalah pendidikan kepada Diknas berarti tidak ada lembaga selain di bawah kontrol Depdiknas berkeliaran mencetak generasi bangsa. Sebab seperti tak diakui kualitas pendidikan Indonesia dengan masih banyaknya sekolah kedinasan yang dikelola oleh bukan Depdiknas. Keberadaan perguruan-perguruan tinggi dengan meluluskan para sarjana-sarjana adalah sebuah kesia-siaan. Ketika dikaitkan dengan pola sekolah kedinasan yang dilakukan oleh departemen-departemn selain departemen pendidikan. Keberadaan sekolah kedinasan secara tidak langsung menyebut kualitas hasil cetakan depdiknas tidak bermutu karena dalam lulusannya langsung digembelng secara intern dan ditempatkan dalam ruang lingkup sesuai departemen yang mendidik. Universitas sekedar menjadi transit apabila ingin menggenapkan title kesarjanaan dari sekolah kedinasan. Apabila menutup mata dengan keadaan demikian berarti bukan kemajuan yang akan didapat. Yang namanya sekolah kedinasan secara garis besar tidak lebih sebagai mempertegas upaya mencetak mental-mental penurut. Hakikat pendidikan dijual dengan alasan menciptakan tenaga profesional. Sebab sekolah kedinasan merupakan sekolah yang tertutup dengan daerah sekeliling apalagi ranah kesosialan kemasyarakatan. Sebab sebuah kemustahilan bila sekolah kedinasan membaur dengan mahasiswa dari Universitas di bawah naungan Depdiknas dalam menyuarakan aspirasi rakyat. Dan sekolah kedinasan layaknya terkondisi sebagai orang-orang pilihan. Berbeda dengan komunitas mahasiswa yang berasal dari universitas Depdiknas tak lebih dari pelengkap penderitaan. Karena komposisi disiplin ilmu meskipun sama namun sekolah kedinasan menjadi garda bintang generasi emas bangsa. Sehingga jika boleh jujur para mahasiswa di perguruan tinggi Depdinas merupakan anak bawang bagi bangsa nya sendiri. Selain harus berjuang melawan BHP; mahasiswa dari Universitas juga tak di akui kemampuannya karena Negara Indonesia lebih senang dengan orang-orang yang diciptakan melalui sekolah kedinasan; mungkin karena lulusan sekolah kedinasan lebih penurut. *) Penulis, Mahasiswa Fisip Untan Edisi 48/Thn.XI/Desember/2009

3


Headline Civitas Civitas Headline

Pemecatan Tiga Karyawan Kopma Berujung ke Dinsosnaker Pemecatan tiga karyawan Koperasi Mahasiswa (Kopma) Untan (25/8) lalu tanpa pesangon berujung pelaporan ke Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Dinsosnaker) Kalbar. Oleh : Neneng Purwanti “Siang itu, satu per satu dari kami (tiga karyawan unit fotocopy_ Red ) dipanggil ke Kantin Digulis. Disana kami dipecat secara lisan dengan alasan Kopma tidak mampu menggaji karyawan lagi,” tutur Fitri Mahasiswi Fakultas Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) angkatan 2003. Mantan karyawan yang bekerja sejak 6 Februari 2006 silam itu merasa Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang dilakukan Kopma hanya secara sepihak. Dimana pemecatan tanpa adanya Pesangon dan Surat Pemberitahuan (SP) terlebih dahulu. Di tempat terpisah, Ketua Kopma Fauzi mengatakan pihaknya sejak 2 bulan sebelum pemecatan telah sosialisasikan perkiraan ini. Ini akibat kondisi keuangan Kopma yang tidak mencukupi untuk menggaji 8 karyawan di unit Fotocopy, Kopma Cyber, Kantin Digulis, dan Raihan Collections. “Saya rasa para karyawan juga tahu kondisi keuangan Kopma saat ini. Pengurus saja selama ini tidak pernah mengambil gaji,” ungkapnya. Menurutnya SP sudah ada untuk karyawan tersebut dari kepengurusan Kopma yang lalu yaitu kepengurusan Juni Wardhana dan kepengurusan Zulkar naen. Namun SP itu tidak ditindaklanjuti. Karena tidak menemui titik temu, akhirnya tiga karyawan yang dipecat itu menemui Pembantu Rektor (PR) III Edy Suratman untuk minta solusi (27/ 8) lalu. Menurut Fitri, Edy menyarankan agar mereka melaporkan 4

Edisi 48/Thn.XI/Desember/2009

Kopma: Bangunan Kopma, tampak orang berjualan di depannya kasus ini ke Dinsosnaker. Namun di ruangannya Edy membantah per nah menyarankan mereka untuk melanjutkan kasus ini ke jalur hukum. “Saya tidak pernah menyarankan kepada mereka, mereka bilang mau melapor ke Dinsosnaker, saya bilang ya silahkan saja,” tutur Edy yang menangani perkembangan program-program kegiatan mahasiswa ini. Selanjutnya Edy mengatakan dirinya telah bosan menanggapi Kopma yang tidak beres dari tahun ke tahun. Bahkan ia menyarankan agar kopma diputihkan, karena hampir seluruh Kopma tiap Universitas kini juga mati dan tidak berjalan. “Kami tidak mau mengintervensi, karena Kopma tidak mau diintervensi dan sekarang biarkan saja kasusnya di Dinsosnaker agar tahu siapa yang bobrok,” ungkapnya kecewa. Walaupun begitu PR III tetap mengumpulkan para karyawan dan Pengurus Kopma dalam waktu yang berbeda. Beliau mengakui Pengurus Kopma kini lebih baik karena mau berkomunikasi dengan rektorat meski hanya dalam bentuk penyampaian laporan keuangan dan sekedar komunikasi biasa saja. “Tunjukkan niat baik Kopma dalam penyelesaian masalah, karena sebelum mereka meminta kami untuk

menyelesaikannya berarti mereka masih sanggup untuk menangani sendiri,” tambahnya lagi. Selanjutnya beliau menambahkan bahwa jadi pemimpin bukan hanya membayangkan yang enak-enak saja, harus ada pertanggung jawabannya terhadap organisasi. Pada tanggal 10 November lalu kedua pihak berkumpul di Dinsosnaker. Saat itu Fitri menuntut tentang upah dibawah standar Upah Minimum Regional (UMR), pemecatan tanpa di dahului SP dan pesangon yang berjumlah 60 juta rupiah. Namun Kopma berinisiatif menempuh jalur damai dengan hanya memenuhi 10% dari total tuntutan mereka. Mendengar nya Fitri menolak dengan tegas penawaran tersebut. “Kami ingin keadilan sesuai UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,” tegasnya. Karena kasus ini gagal terselesaikan dengan bipatrie (saling nego antara kedua belah pihak) Pegawai Dinsosnaker, Hasan menyarankan penyelesaiannya dengan tripatride (mediasi). Selanjutnya beliau menyebutkan kemungkinan masalah ini berlanjut diproses hukum jika surat anjuran yang akan dikeluarkan Dinsosnaker tidak diindahkan Kopma.


Headline Civitas Civitas CivitasHeadline Headline kerja, perjanjian kerja dan masalah penggajian karyawan serta bagaimana proses pemutusan hubungan kerja paling lambat hari ini (24/11),” pangkasnya. Surat anjuran merupakan syarat jika para karyawan ingin menuntut dan memperkarakan masalah ini secara lebih lanjut ke tingkat pengadilan. “Jika alasan PHK itu karena Kopma sedang defisit atau mengalami kerugian, maka pihak Kopma harus melampirkan rincian kerugian anggaran yang sudah diaudit selama dua tahun berturut-turut sesuai dengan pasal 164 ayat 3 pada UU No. 13 Tahun 2003, yang didalamnya berbunyi: “Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja karena mengalami kerugian 2 tahun berturut-turut,” jelas Pengunjung cyber Kopma sedang asyik Alumnus FISIP ini. Menurut Hasan sampai kini pihak Kopma belum “Kami akan mengeluarkan surat permintaan pada Kopma mengantarkan data yang dimaksud. “Bahkan menelpon pun atas data yang berisikan apa-apa saja yang menyangkut hak belum,” tambahnya.[] para karyawan berupa bagaimana dimulainya hubungan

Dosenku Hilang Oleh : Rizky Amaliah Dosenku hilang, dosen ku malang, mungkin itu kata yang tepat untuk menggambarkan seorang dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Sampai sekarang belum kembali dari kuliah di Inggris. Jojor Ria Sitompul dosen jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang kuliah S3 belum kembali sejak tahun 1997. Menurut Pembantu Dekan (Pudek) II FKIP Untan, Herkulana mengatakan bahwa tidak ada yang tahu dimana keberadaannya sekarang. Pihak fakultas sudah mengkonfirmasi masalah ini ke pihak keluarganya. Tetapi anehnya, pihak keluarganya tidak ada yang tahu dimana Jojor berada. Pihak fakultas juga sudah melakukan tindakan dengan membuat surat teguran yang maksudnya akan disampaikan kepada Jojor akan tetapi surat tersebut hanya sampai kepada keluarganya. Sementara itu Herkulana mengatakan bahwa kesulitan pencarian disebabkan karena perbedaan Negara. Dia juga mengatakan bahwa ada beberapa informasi tentang keberadaan jojor. “Ada yang bilang bahwa bu jojor tidak lagi di Inggris tapi di Australia, ada juga yang sempat bertemu di Bandara SoekarnoHatta tetapi tidak sempat berkomunikasi karena Jojor terlihat tergesah-gesah,” katanya. Salah seorang dosen sempat berkomunikasi melalui email, tetapi setelah dari pihak fakultas mencoba untuk berkomunikasi lewat email tersebut, tidak pernah ada balasan dari Jojor. Hal ini tentunya sangat merugikan baik itu dari pihak universitas, fakultas maupun mahasiswa. Selain rugi biaya dan berkurangnya dosen, perkembangan akademik pun menjadi akibatnya. Karena ilmuilmu baru yang ia dapatkan disana tidak bisa diberikannya kepada mahasiswa. Jadi perkembangan akademik mahasiswa pun jadi

terhambat. Herkulana juga mengatakan sekarang dosen di Untan tidak bisa seenaknya pindah baik yang baru maupun yang ingin sekolah. Dosen yang baru masuk dan yang ingin sekolah harus membuat surat pernyataan bahwa mereka tidak akan pindah selama waktu yang ditentukan. “Sekarang jangan harap dosen minta pindah, apalagi orang luar yang datang kesini hanya sebagai batu loncatan tidak akan bisa,”tuturnya. Menurut Tajudin selaku Ketua UPT PPL dan sebagai salah satu dosen di FKIP Untan mengatakan sekarang dosen tidak bisa pindah seenaknya tanpa disetujui oleh Rektor Untan Chairil Efendy. Salah seorang mahasiswa FKIP Untan program studi Pendidikan Bahasa Inggris angkatan 2008, Rio mengaku prihatin terhadap peristiwa ini, walaupun dia tidak tahu siapa dosen tersebut, tapi menurutnya peristiwa ini menyangkut nyawa seseorang dan merugikan berbagai pihak. “ Peristiwa ini merupakan PR besar bagi FKIP agar lebih jeli terhadap masalah ini. Tetapi kita juga tidak bisa menilai bahwa pihak universitas atau pihak dosennya sendiri yang salah. Oleh sebab itu yang terpenting sekarang adalah terus mencari keberadaan dosen tersebut agar dapat mengetahui masalah yang sebenarnya terjadi,” katanya.[]

Profile Nama : Drs. Jojor Ria Sitompul, M. Edxxx NIP : 131844117 Karpeg : E.853167 TTL : Pontianak, 30 Desember 1963

Edisi 48/Thn.XI/Desember/2009

5


Kampus Civitas

Ekstensi Menuju Reguler B Oleh: Ihwan Ridho

Sejak 1 Agustus lalu, program non reguler alias ekstensi resmi berganti nama jadi reguler B. Perubahan ini sesuai dengan keputusan Direktorat Jendral Perguruan Tinggi (Dirjen Dikti). Menurut Pembantu Rektor I Saeri Sagiman, Dirjen Dikti membatasi jumlah Sistem Kredit Semester (SKS) yang dapat diambil mahasiswa non reguler hanya sembilan SKS per semester. Untuk Strata 1 (S1), mahasiswa diwajibkan menyelesaikan rata-rata 140 SKS. Jadi masa perkuliahan dapat ditempuh secepatnya sembilan tahun. “Selain itu penggunaan nama non reguler juga diprotes oleh Perguruan Tinggi Swasta (PTS) lainnya, seperti Universitas Panca Bakti (UPB), Universitas Muhammadiah

(UM), Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP), dan perguruan tinggi lainnya”, jelasnya. Keputusan Dikti ini, menyebabkan Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Bagian Barat (BKPTBB) yaitu seluruh wilayah Sumatera, Kalimantan dan sebagian Jawa sepakat mengganti nama non reguler jadi reguler B. Sementara program reguler turut berubah jadi reguler A, begitupun Untan. “Secara prinsip dan hak akademis, tidak ada perbedaan antara reguler A dan reguler B,” kata dosen yang pernah mengajar di Fakultas Pertanian (Faperta) ini. Jika pelaksanaan perkuliahan reguler A di pagi hingga siang hari, perkuliahan reguler B dilaksanakan sore hingga malam. Pembayaran Sumbangan Penyelenggaraan Pendidikan (SPP) reguler A lebih murah dibanding reguler B. Mahasiswa reguler B tidak mendapatkan beasiswa seperti reguler A.

BEM Untan Harus Merakyat oleh: Agustinah Layaknya seorang presiden yang memerintah negara dan memperjuangkan nasib rakyatnya, begitupun Presiden mahasiswa (Presma) Untan, selain memajukan Universitas haruslah bisa merangkul dan memberikan yang terbaik bagi mahasiswa. Namun belakangan hal itu seakan memudar, bahkan ada mahasiswa yang tidak mengenal sosok presidennya. Demikian diungkapkan Ignatius Noreng mahasiswa FKIP Untan, ia mengatakan saat ini, BEM untan kurang sosialisasi di fakultasfakultas yang ada, beberapa kegiatan yang dilaksanakan oleh BEM, seperti memperkenalkan civitas akademika hampir tidak terlihat. Adapun acara pengenalan UKM yang harusnya dilaksanakan untuk mahasiswa baru, ternyata harus mengalami kemunduran selama 2 kali. Jadwal yang harusnya tanggal 25 Oktober diundur menjadi 1 November, kemudian diundur lagi

6

Edisi Thn.IX/Juni/ 2007 Edisi 39/ 48/Thn.XI/Desember/2009

Bangunan UKM Untan, ada beberapa yang belum ada papan nama

menjadi tangal 7 November. “Coba BEM Untan bisa berkunjung ketiap-tiap fakultas, mungkin bisa dikenal dengan rakyatnya, selain itu kegiatan yang dilaksanakan harus melibatkan semua fakultas, seperti yang dilakukan oleh BEM sebelumnya,” kata Ignas. Ignas menambahkan BEM harusnya merakyat sehingga dikenal dengan mahasiswa. Pandangan berbeda diungkapkan oleh Eko Sanjaya, ketua DPM Untan, katanya memudarnya BEM Untan saat ini, karena

PudekIII Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Achmadi menjelaskan beasiswa untuk mahasiswa reguler B, saat ini masih menunggu keputusan dari rektor. Apakah usulan mereka diterima atau tidak. Dia berharap, semoga dalam waktu dekat mereka sudah menerima keputusan. Pergantian nama itu belum banyak diketahui mahasiswa. Menurut mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi (Fekon)semester 7 Syarif Ahmad mengatakan, dirinya tidak mengetahui adanya perubahan nama tersebut. Ia juga tidak mengerti perbedaan sistem pembelajaran ekstensi dan reguler B. Ia hanya tahu perkuliahan ekstensi khusus yang sudah bekerja. Di fakultas yang sama, Oki Baskoro semester 1 Akuntansi hanya mengetahui perubahan nama reguler B saat pendaftaran kuliah. dia tidak mengetahui jika nama ekstensi tidak boleh mengambil 24 SKS per semester.[] kevakuman BEM sebelumnya dan banyaknya masalah di Pemirama lalu. “BEM Untan, harus memilih apa yang menjadi target mereka saat masa kepengurusan, apakah konsolidasi, aksi atau focus kegerakan, namun saat ini masih belum jelas,” kata Eko. Menjawab pertanyaan memudarnya kinerja BEM Untan, Staf Departemen Sosial BEM, Aprianto Ramdan, mengatakan, kevakuman BEM selama 6 bulan dari masa periode 2008/2009 BEM lama ke periode 2009/2010 yang menjadi alasan, selama itu pula kegiatan BEM kurang, bahkan SK yang lama juga menjadi kendala. “BEM tidak sepenuhnya salah, animo masyarakat kampus juga kurang, sehingga isu-isu kampus kurang, padahal kita ingin mengetahui perkembangan tiap fakultas,” kata Apriato. Dia mengatakan, saat ini BEM sudah mulai membenahi diri memperbaki kembali tugas BEM, terlihat adanya beberapa kegiatan yang sudah dilaksanakan. Untuk kedepannya bantuan dari tiap fakultas, terutama BEM fakultas berperan aktif bila diundang.[]


Khusus Civitas

Pertahankan Taring Esa Melalui Borneo Hard Rock Festival XV oleh: Tri Mulyaningsih

Di ruangan berukuran 3x3 M, bangunan yang terletak di belakang Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Untan tempat himpunan mahasiswa jurusan biasanya berkumpul, Denny Nurdwiansyah, mahasiswa angkatan 2007 Jurusan Bahasa Inggis menghabiskan waktunya selama tiga bulan penuh tanpa pulang ke rumah. Hal tersebut dilakukan pria berambut sebahu ini demi mempersiapkan event tahunan English Student Association (ESA) yaitu Borneo Hard Rock Festival (BHRF) XV . Festival BHRF XV diselenggarakan selama dua hari yaitu pada tanggal 13-14 November 2009 di gedung Auditorium Untan. Sesi pertama BHRF, Jumat malam, hujan turun deras sejak Maghrib hingga hampir tengah malam.

Akibatnya panitia hampir mengalami kerugian hingga empat belas juta rupiah. Target yang seharusnya mereka dapatkan ialah sepuluh juta rupiah di hari pertama. “Harusnye kami memeperoleh keuntungan sepuluh juta, namun karena hujan, hampir saja kite rugi sekitar empat belas juta,” kata Deny. Akhirnya, kerja keras mereka terbayarkan pada sesi kedua, Sabtu malam. Hampir semua kursi penonton dipadati untuk melihat pertunjukan music rock yang selalu di usung oleh mahasiswa ESA sebagai rangkaian kegiatan tiap tahunnya. BHRF dilaksanakan pada awalnya dilihat dari kefakuman festival music di Kalbar pada tahun 1984, pada saat itu music rock sedang berkibar dan memiliki banyak penggemar hingga saat ini

oleh kaum muda. Hal ini terbukti dari jumlah penonton borneo yang selalu mencapai 1000 orang. “Kite kan pingin sesuatu yang bede. Kalu music pop itukan udah biase,” kata Denny. Dalam pelaksanaanya, panitia BHRF sendiri tidak lepas dari berbagai kendala. Kendala yang dihadapi selain dana yaitu tidak adanya rekomendasi dari ketua prodi Bahasa Inggris. “Tahun lalu kan ga’ ada rekomendasi juga toh gak ada masalah.” Mengenai hasil pelaksanaan BHRF tahun 2009 ini cukup sukses walaupun tidak sesukses tahun lalu. Namun, para ESA member patut berbangga karena mereka tidak mengalami deficit seperti yang ditakutkan melainkan mengalami surplus.[]

PENGEMIS MASUK KAMPUS Siang itu sekitar pukul 12.00 WIB di taman Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)Untan, (19/11) tampak seorang lelaki tua dengan pakaian lusuh, sebelah tangannya membawa plastic hitam, dengan langkah perlahan ia menghampiri tiap mahasiswa yang sedang asyik duduk. Ditadahkannya plastic hitam itu berharap akan diberikan uang. Pria itu bernama Ahmad warga Tanjung Hilir yang sering beroperasi di lingkungan kampus, dan tempat-tempat sekitar Sepakat dan Imam Bonjol. Aktifitas yang dilakukannya di daerah kampus biasanya bukan hanya di taman bahkan juga masuk kelas saat jam perkuliahan berlangsung. Ahmad memilih kampus menjadi sasaran operasinya karena penghasilannya memadai dari tempat lain. “Jika meminta uang di Untan, saya dapat duit lebih banyak dari tempat lain,” katanya tanpa malu. Hasil yang diperolehnya biasanya berkisar Rp 33.000Rp 40.000 perhari.

oleh: Dewi Hairani dan Jimmy Aktifitas pengemis di lingkungan kampus sangat menggangu mahasiswa maupun dosen, apalagi saat perkuliahan, salah satunya mahasiswa FKIP Untan, Dilla, ia mengatakan, pengemis sering datang dan masuk di tiap-tiap kelas sehingga menganggu perkuliahan. Selain mahasiswa, dosen yang pernah mengajar dan diganggu oleh pengemis ialah dosen Fkip P.IPS Maria Ulfa. Ia mengatakan pernah dihampiri pengemis saat proses perkuliahan berlangsung. Kedatangan pengemis itu menghentikan proses belajar-mengajar. Dengan sopan dan layaknya orang bertamu pengemis itu menghampiri. “Saat itu, saya sedang mengajar, tibatiba datang bapak tua yang sudah beruban masuk dan meminjam uang dengan alasan anaknya sedang sakit, tapi anehnya ia selalu datang meminta uang bukan hanya dengan saya tapi dengan dosen lainya juga,

alasannya pun sama anaknya sakit,” cerita Maria. Pengemis diwilayah kampus bukan hanya di FKIP, namun juga di fakultas lain, langkah yang pernah dilakukan agar pengemis tidak lagi beroperasi sudah dilakukan. Seperti menyiapkan satpam yang siap siaga. Namun disebagian kampus tempat masuk bukan hanya di gerbang utama, namun pengemis tersebut bisa melewati pintu lain. Seperti FKIP, yang banyak tempat masuk, datangnya pengemis jadi susah dijangkau, seperti yang diungkapkan oleh Yanto, penjaga parkir. Ia mengatakan selain adanya pintu masuk yang berbeda, pengemis itu sulit untuk diberi tahu. “Pengemis itu, tidak mendengar apa yang dilarang, kadang sudah diberi tahu tetap saja mereka masuk dan meminta kepada mahasiswa dan dosen,” katanya.[]

Edisi 39/ Thn.IX/ Juni/ 2007 Edisi 48/Thn.XI/Desember/2009

7


Khusus Civitas

Indonesia Terkorup Ke – 111 di Dunia Oleh : Ignatius Noreng

Kasus korupsi di Indonesia tahun ini naik dari peringkat 126 tahun lalu jadi 111 di dunia. Bahkan indonesia dijuluki ‘Negara Amplop’ oleh Harian di Amerika Serikat The Strait Time. “Semua urusan bisa lancar bila ada amplop”, ungkap Direktur Lembaga Pengembangan Studi Arus Informasi Regional (LPS AIR) Deman Huri Gustira dalam seminar daerah yang diselenggarakan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Untan Rabu (25/ 11) lalu. Seminar yang bertemakan ”Korupsi Sebagai Musuh Bersama” itu juga hadirkan Komisaris Polisi S. Poernomo dari Polisi Daerah (Polda) Kalbar. Ia menyebutkan berdasarkan teori perilaku (Gone theory) penyebab korupsi ada empat. “Yaitu Greed (Perilaku serakah sebagai potensi dalam diri setiap orang), Opportunity (Adanya kondisi organisasi/masyarakat yang

memberikan kesempatan untuk melakukan kecurangan), Needs (Kebutuhan penunjang kehidupan yang menurutnya wajar), dan Exposure (Pengungkapan, konsekuensi yang akan dihadapi oleh pelaku apabila diketahui adanya kecurangan),” jelasnya. Di Gedung Rektorat lantai 3 itu Penasehat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abdullah Hehamahua membagi korupsi menyadi 3 bentuk. Yakni penyelewengan materi/uang , manipulasi suara dalam pemilu, komersialisasi jabatan, keputusan, dan sebagainya, serta manipulasi informasi atau ilmu pengetahuan. Dampak korupsi menurut Abdullah sudah merambah ke berbagai aspek kehidupan seperti ekonomi, politik, pelayanan publik, hukum, dan sosial budaya. “Kini karena tindak korupsi, Indonesia masih bergantung pada hutang luar

negeri sejumlah Rp 109,59 T. Selain itu terjadi kebocoran dana pembangunan sebesar 45% dan pungutan tidak resmi 30% dari biaya produksi,” tambahnya. Hal senada di ungkapkan Purnomo salah satu pemateri. “Di tahun ini sudah ada 12 kasus korupsi yang merugikan negara lebih dari 12 milyar rupiah,” tuturnya. Pemberantasan korupsi di Indonesia menurut Deman tidak bisa diperankan oleh para elite politik dan aparat pemerintahan semata. Mengingat penyakit ini sudah mengakar di berbagai sendi pemerintahan. “Peran masyarakat sipil yang berintegritas sangat mampu mendorong perubahan ini pada percepatan dan hasil-hasil yang nyata,” katanya. Lain lagi yang dikatakan Abdullah Hehamahua. “Dunia kampus merupakan lembaga ilmiah dan independent yang mampu lahirkan sistem tata kelola pemerintahan yang baik melalui penelitian dan pengkajian sistem yang melahirkan budaya keilmuan yang aplikatif,” ungkapnya. [ ]

Beberapa Anggota UKM Resah, Ada Waria di Bundaran Oleh : Irwan Kurniawan

Kehadiran 3-6 Waria di Bundaran Digulis sejak September lalu dirasa mengganggu beberapa anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Untan di Jalan M. Isya. “Saya merasa terganggu dengan berkeliarannya Waria di lingkungan Untan,” ungkap Ketua UKM Hijau Bersih (Hiber) Benny Tanheri. Dirinya khawatir kehadiran Waria akan merusak image Untan. 8

Edisi Thn.IX/Juni/ 2007 Edisi39/ 48/Thn.XI/Desember/2009

Karikatur: Iswandi

“Karena Untan adalah tempat penyelenggaraan pendidikan bukan gaya-gayaan dan ini akan memalukan Untan. Jadi Waria harus di usir,” kata Mahasiswa Kehutanan ini. Kehadiran Waria ini, juga di pantau Resimen Mahasiswa (Menwa) yang ber tugas membantu pengamanan di Untan. Anggota Menwa Hendri Artino

mengungkapkan para waria sering berkeliaran dari Jalan Tanjungsari ke Bundaran. “Biasanya 3-5 waria berkeliaran sejak jam 23.00 hingga 01.00,” tutur Mahasiswa Pertanian ini. Intuk pengamanan pihak Menwa memperingati dan menghukum mereka dengan Push-Up dan mengancam akan melaporkan mereka ke pihak berwajib. []


Religi Civitas Tidaklah kamu perhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah? (1); Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka’bah) itu sia-sia? (2); Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong (3); Yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari sijjil (4); Lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat) (5). ****

Surah Al-Fil yang terjemahannya adalah “Gajah”, menurut sementara pakar Alquran, merupakan wahyu ke-18 yang diterima oleh Rasulullah saw. sesudah turunnya surah Al-Kafirun. Di dalam mushhaf Alquran, surah Al-Fil diletakkan pada urutan ke 105, sebelum surah AlHumazah. Ada kaitan yang sangat erat antara surah ini dengan surah sebelumnya, baik surah sebelum turunnya – dalam hal ini AlKafirun – maupun surah yang diletakkan sebelumnya dalam mushhaf, yakni AlHumazah. Kalau pada waktu yang keenam belas Allah berbicara tentang orang-orang kafir yang diberi kebebasan untuk melaksanakan kepercayaan mereka selama tidak menganggu kaum Muslimin, maka pada

Kebenaran Akan Ditolong Oleh Allah SWT dan Kekafiran Akan Binasa surah Al-Fil ini Allah mengisahkan kepada mereka, bagaimana Allah memperlakukan sekelompok orang-orang kafir yang bermaksud meruntuhkan syiar agama-Nya, dengan menghancurleburkan mereka seperti daun yang dimakan ulat. Ini untuk memperingatkan orang-orang kafir yang telah diberi kesempatan dalam wahyu keenam belas, bahwa jika mereka melampaui batas-batas yang diberikan Allah sebagaiman dijelaskan pada kandungan surah Al-Kafirun, maka nasib mereka tidak akan lebih baik dari nasib Ashhab al-Fil yang dikisahkan di sini. Sedang hubungan surah ini, jika ditinjau dari segi perurutannya dalam mushhaf, maka terlihat bahwa dalam surah sebelumnya (Al-Humazah), dijelaskan bahwa harta benda yang merupakan salah satu faktor kekuatan manusia atau kelompok, tidak akan menolong dalam menghadapi siksa Allah, bila harta tersebut diperoleh secara batil dan digunakan bukan pada tempatnya. Dalam surah Al-Fil, salah satu faktor kekuatan manusia yang lain dan yang sering diandalkannya adalah kekuatan fisik (baca:

militer), lalu dibuktikan bahwa kekuatatan tersebut tidak ada artinya di hadapan kekuasaan Allah SWT. Demikian yang terlihat hubungan yang saling berkait dan serasi antara kedua surah yang berurutan ini. Surah ini dinamai surah Al-Fil, karena pada ayat pertamanya disebutkan kata Fil yang secara harfiah berarti “gajah”. Sedang yang dimaksud dengan ashhab al-fil adalah “tentara bergajah” yang dipimpin oleh panglimanya, Abrahah, menuju Makkah dengan tujuan meruntuhkan Ka’bah. Peristiwa tersebut cukup populer di kalangan orang-orang Arab, khususnya pada masa Jahiliah, sehingga tahun kejadiannya mereka jadikan awal tahun penanggalan mereka. Ia juga populer setelah kedatangan Islam karena kelahiran Nabi Muhammad saw. dinilai oleh banyak pakar bertepatan dengan tahun terjadinya peristiwa tersebut, yakni tahun 571 Masehi. Ada juga yang berpendapat bahwa peristiwa ini terjadi 23 tahun sebelum kelahiran Nabi Muhammad saw. atau empat puluh tahun, namun pendapat pertama adalah yang paling populer.[]

Edisi 39/ Thn.IX/ Juni/ 2007 Edisi 48/Thn.XI/Desember/2009

9


Iklan Civitas

Penerimaan pegawai di Untan Oleh : Andri Setiawan Berdasarkan keputusan menteri pendidikan nasional RI nomor 47190/A4/KP/2009 tanggal 4 September 2009 dan hasil rapat teknis kepegawaian tanggal 7-September 2009, Universitas Tanjungpura menerima Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS)sejumlah 35 orang yang pelaksanan tesnya Sabtu (21/11).

CPNS yang akan ditempatkan di masing-masing bidangnya berjumlah 35 orang, Berdasarkan data yang di peroleh secara akurat melalui website Untan, FKIP memerlukan dosen Pendidikan Seni Tari (1), Pend. Kepelatihan Olah Raga (1), Pendidikan Seni Musik (2), Bahasa Mandarin (2). FMIPA Ilmu Keperawatan (1), Biologi / Sistematika Hewan Tinggi (1), Ilmu Komputer (2). Kedokteran FMIPA Kedokteran Klinis (Bedah,internist) (1), Histologi (1), Fisiologi Kedokteran (1), Biokimia Kedokteran (1), Kesehatan Masyarakat (1), Anatomi/ Patologi Anatomi (1), Patologi Klinik (1), Farmakologi Klinik (1), Mikrobiologi Kedokteran (1), Mikrobiologi / Parasitologi Kedokteran (1), Anatomi (1). Fak. Hukum, Hukum Adat (1), Hukum Pidana / Kriminologi (1). FISIP Antropologi (1), Ilmu Pemerintahan (2). Di BAUK (2) (bukan dosen), dan Tehnik Informatika (1) (bukan dosen).

10

Edisi 48/Thn.XI/Desember/2009

Hal senada juga disampaikan oleh Pudek I FKIP Edi Yasmin. Saat ini jumlah dosen masih belum mencapai ideal, masih ada beberapa formasi pengajar yang kurang. “Dengan Adanya penerimaan Calon Pegawai Negeri Kekurangan pengajar di tiap Sipil dapat meyeimbangkan prodifakultas membuat pihak Untan me- prodi baru,” kata Edi. nerima calon pengajar tersebut. Edi mengatakan perlunya tenaga “Rasio perbandingan antara dosen dosen di FKIP karena adanya pemdan mahasiswa adalah 1: 3,” ujar Pem- bukaan prodi baru, yaitu Bahasa bantu Dekan (Pudek) I Fak.Hukum, Mandarin, begitu juga dengan tenaga Hermansyah. dosen di mata kuliah tertentu yaitu “Saya tidak terlalu mematok harus Penjas dan seni. “Tenaga pengajar di ideal, paling tidak perbandingan ke- mata kuliah itu bukan spesialisnya,” duanya mendekati ideal” tambah tambahnya.[] Hermansyah. Ia juga mengaku jika perbandingan keduanya jauh dari ideal, maka proses pembe-lajaran di kampus tidak dapat berlangsung maksimal. Hemansyah menyampaikan bahwa di Fak Hukum kekurangan tenaga ajar terutama di bagian mata kuliah Hukum Perdata (masalah hukum adat) dan Hikum Pidana. Tetapi dengan adanya penerimaan pengajar Fakultas Hukum juga mendapat tambahan tenaga ajar. Karikatur: Iswandi


Selingan Civitas

Cerita Anak Rantau Oleh: Riza Erni “Harapan orang tua bagaikan bilangan yang tak ternilai.” Begitulah pendapat Nani, mahasiswa semester tujuh Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Anak ke 2 dari 4 bersaudara ini mengawali langkahnya di kota Pontianak demi mengejar harapan yang diimpikan, tetap berusaha tegar dan mandiri walau di antara pelik dan kerasnya kehidupan ketika dia harus hidup sendiri di kota yang masih asing baginya. Perjuangan sebagai anak rantau dituturkannya dalam gaya ‘aku’. “Aku mempunyai cita-cita untuk keluargaku dikampung, terutama demi orang tua dan masa depan adik-adikku. Demi melanjutkan pendidikan di Pontianak, aku harus berkerja keras. Keterbatasanlah orang tuaku alasannya, apalagi sejak kecil bapakku sudah lebih dulu dipanggil oleh sang khalik, namun aku yakin doanya dan dukungan seluruh keluarga selalu menyertaiku. Sejak kecil aku tinggal bersama paman yang kini menjadi orang tua angkatku. Namun aku tetap mensyukuri apa yang aku dapat karena aku tidak kekurangan kasih sayang dari orang tua angkatku itu, dari kecil sampai sekarang pun aku dibiayai oleh orang tua angkatku, namun ketika aku memasuki bangku perkuliahan usaha orang tuaku mengalami kemunduran, dengan berat hati mereka menitipkan aku kepada bibiku yang kebetulan tinggal di Pontianak. Pada awal kuliah semester pertama dia menyanggupi pembiayaanku mulai dari biaya kuliah sampai biaya hidupku, namun bukan berarti oarang tuaku lepas tanggung jawab. Setiap bulan aku selalu mendapat kiriman walaupun tidak sesuai dengan pengeluaranku tapi aku sangat menghargainya. Disanalah aku memulai hidup baruku, bagiku susuatu yang baru itu sangat tidak nyaman, karena kita harus bisa mennyesuaikan diri dengan lingkungan dan keadaan disekeliling kita. Alhamdulillah kehadiranku bisa diterima, sehingga semakin bertambah kekuatanku untuk kuliah. Semakin hari aku merasakan sesuatu yang sebelumnya tak pernah terlintas didalam pikiranku, bahwa ada keinginan untuk hidup mandiri.Aku juga tidak enak kalau harus diantar jemput setiap hari dan lagi pula ruang gerakku juga sedikit terbatas, apa lagi waktu itu selain kuliah aku juga mengikuti salah satu dari organisasi, jadi aku sangat membutuhkan ruang gerak yang cukup luas. Setelah 3 bulan, aku pindah ke asrama atas saran kakak sepupuku, walau dengan berat hati memberiku ijin karena dia merasa mempunyai tanggung jawab terhadap diriku. Dengan sedikit keberanian aku langkahkan kaki untuk nenuju asrama dan memulai hidup baru, namun bibiku tetap memeberikan uang bulanan. Semenjak itu aku merasakan sedikit perubahan dan kebebasan, dan alhamdulillah kehadiranku bisa diterima oleh teman-teman. Disanalah aku memulai hidup yang mandiri, karena segala sesuatunya dipikirkan sendiri mulai dari mengatur keuangan, kebutuhan dan lain-lain. Pengalaman yang paling menyedihkan buat aku ketika aku harus kehilangan handphone satu-satunya aku miliki dan sebuah dompet. Saat itu aku baru pulang dari organisasi yang aku geluti, aku menyempatkan diri menunaikan kewajibanku sebagai seorang muslim di masjid Pontianak. Entah kenapa tak ada sedikitpun terlintas perasaan aneh, seusai sholat aku langsung mengambil handphone yang ada di dalam jaket yang kuletakan di salah satu

lemari kayu yang berisikan mukenah dan alquran. Sewaktu aku mau memeriksa handphone dan dompetku sudah tidak ada lagi, aku pun terduduk sejenak dan mencoba bersabar, aku bingung harus berbuat apa, mau pulang ke asrama terlalu jauh untuk ditempuh, selang beberapa menit aku melihat sosok seorang lakilaki duduk diteras masjid, dengan pelan aku melangkahkan kaki dan menghampirinya. “Asalamualaikum abang,”. “Walaikumsalam,” jawabnya. “bolehkah saya minta tolong, HP saya hilang barusa, saya boleh minta sms barang satu kali,”. Iya silahkan,” jawabnya seraya memberikan handphonnya ke tanganku. Dengan hati yang terharu aku langsung mengambilnya dan langsung mengirimkan SMS kepada kakak sepupuku, setelah itu aku sangat berterima kasih kepada orang yang telah menolongku saat itu. Tidak lama kemudian kakak sepupuku datang dan langsung mengajakku pulang, tiba-tiba saja motor yang kami kendarai mogok, kehabisan bensin. “Duh bensin motor kakak habis, mana gerimis lagi neh, kakak pinjam uang Nani dulu ya, dompet kakak tinggal di rumah,” kata sepupuku. “Dompetku tadi hilang kak,” cerita ku. Kami pun kebingungan apa yang harus kami lakukan. Dari kejauhan, terlihat ada kios bensin, hati kami sedikit tenang, kami mencoba untuk berbicara dengan abang penjual bensin. “ada apa dengan motornya,”. “Kehabisan bensin bang,”. “Mau mau beli bensin ya,” seraya mengambil ken yang berisi bensin. “Bang sebenarnya kami mau beli bensin tapi uang kami ketinggalan dirumah, bolehkah kami utang barang satu liter,” “Waduh gimana ya, adek punya KTP atau SIM gak,” “Waduh semua tanda pengenal saya ada di dompet bang,”. Untungnya penjual bensin itu baik. Dan memberikan kami bensin dengan bayaran kemudian hari. Itulah pengalaman terpahit yang pernah aku alami. Sedangkan utnu pengalaman yang berkesan bagiku ialah mendapakan 2pekerjaan 2 sekaligus, aku merasa bersyukur sekali. Namun saat itu aku tidak memiliki kendaraan, beberapa bulan aku bisa menjalaninya dengan membagi waktu 1 minggu masingmasing 3 kali pertemuan, dengan menggunakan jasa angkutan, tapi kadang-kadang pinjam motor teman. Alhamdulillah di sana aku merasa mendapat keluarga baru yang baik sekali. Dengan honor pertamaku Rp 150.000, hasil kerjaku sendiri. Namun 10 bulan kemudian aku harus melepas pekerjaanku karena anak yang aku ajar sekeluarga harus pindah keluar kota. Dan sedihnya lagi kenapa harus dua-duanya harus keluar kota dengan bersamaan. Walaupun aku tidak mempunyai sosok seorang bapak namun kasih sayang Allah selalu mengalir lewat orang-orang terdekat bahkan orang yang baru aku kenal sekalipun, inilah hidup walau sepelik apapun kita harus sabar dan tawakal menghadapinya karena segala sesuatu yang kita alami semua ada hikmahnya. Semoga teman-teman selalu mensyukuri sagala sesuatu yang didapat, baik itu suatu kebaikan maupun cobaan karena semua itu tidak terlepas dari Tuhan Yang Maha Esa. [] Edisi Khusus/Thn.XI/September/2009 Edisi 48/Thn.XI/Desember/2009

11


Jepretan Civitas

REKRUITMEN ANGGOTA BARU LPM UNTAN 2009 SEASON 1 LPM laksanakan rekruitmen yang pertama kepengurusan 2009/2010

Gambar 1. Tahap Perkenalan

Gambar 3. Penyampaian Materi Jurnalistik

Gambar 2. Tahap Pengerjaan Tugas Penulisan

Gambar 4. Berkunjung ke Media Lokal

Hidup Pers Mahasiswa ! Lawan Ketidakadilan & Gali Potensimu untuk Berkarya Bagi Bangsa Dan Negara. In Pose !

12

Edisi Thn.IX/Juni/ 2007 Edisi39/ 48/Thn.XI/Desember/2009


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.