Media Tadulako Edisi 96 Juni

Page 1

97 Juli

Tahun Ke 6

Visi

Universitas Tadulako

Pada tahun 2020, Unggul dalam Pengabdian kepada Masyarakat melalui pengembangan Pendidikan dan Penelitian.

Misi Meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi yang bermutu, modern, dan relevandengan kebutuhan pembangunan bangsa; Meningkatkan penyelenggaraan penelitian yang bermutu untuk pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni yang diabdikan bagi kesejahteraan masyarakat, bangsa, dan negara secara berkesinambungan; Meningkatkan kualitas penyelenggaraan pengabdian kepada masyarakat sebagai pemanfaatan hasil pendidikan dan hasil penelitian yang dibutuhkan dalam pembangunan masyarakat; dan Meningkatkan kualitas penyelenggaraan kerja sama dengan pihak lain yangsaling menguntungkan, tanpa adanya ikatan oleh haluan politik,kepercayaan, dan agama.

Dalam rangka PPRA ke-57, Lemhanas RI Sambangi Untad


1

Suara Redaksi Edisi 97 Juli 2018

Tahun ke 6

Edisi 97 Juli 2018

Editorial

Tahun ke 6

Desain & Layout : Joko Suparlan / MT Foto Sampul : Ryan Muhammad / HumasUntad

https://issuu.com/mediatadulako

Tentang Politik dan Perguruan Tinggi

ko dula ia Ta Med

Pengantar Redaksi

Assalamu'alaikum wr.wb Sebentar lagi kampus akan menyambut tamu yang akan menjadi keluarga baru di tempat ini. Tamu-tamu baru itu datang dengan segenap harapan yang nantinya akan ditanam di tanah Tadulako. Masamasa ini, civitas Untad juga tengah sibuk dengan segala persiapannya menyambut mahasiswa baru angkatan 2018 itu. Kita akan menyambut calon pemimpin bangsa, generasi yang akan mewarisi sejarah yang dibuat hari ini. Pada mereka, kita berikan sambutan yang istimewa, sambutan yang akan meninggalkan kesan positif sampai mereka telah menjadi alumni nanti. Kita sama-sama menanti dan mendo'akan, semoga penyambutan mahasiswa baru tahun ini berjalan dengan baik sesuai dengan yang direncanakan. Sidang pembaca‌ Edisi kali ini kami juga baru saja menyambut kembali kedatangan redaktur media tadulako yang setahun kemarin menjelajah hingga ke tanah sumatera. Kembalinya Ikerniaty Sandily, alumni Indonesia Mengajar ini membawa banyak dampak di dapur redaksi media tadulako. Dampak paling terasa bahwa kini handphone reporter MT lebih sering berdering dengan pertanyaan 'bagaimana beritamu ?'.

Visit Us

Edisi ini kami juga mulai memberlakukan sistem desk liputan. Setiap reporter bertanggungjawab pada desk liputannya masing-masing. Dengan sistem ini, reporter MT perlahan diajak untuk belajar tentang ritme kuli tinta sesungguhnya. Reporter-reporter yang juga mahasiswa ini sedari awal telah kami sadarkan, bahwa di sini, mereka memiliki waktu istirahat yang relatif lebih sedikit dari teman-temannya yang lain, waktu luangnya juga tak sebanyak teman-temannya, tapi itulah harga untuk pengalaman yang akan mereka bawa pulang dari kampus ini nanti. Sidang pembaca‌ Mengakhiri Juli ini, kami coba menyajikan pada anda tentang nasib anak jalanan di momen hari anak nasional yang diperingati di setiap tanggal 23 Juli. Kami juga menyajikan bincang-bincang kami bersama Dr Irwan Waris tentang peran kampus dalam menumbuhkan atmosfir politik bagi mahasiswa. Disamping tentunya sejumlah kabar-kabar yang tak kalah menarik di rubrik Kabar Tadulako, Info Fakultas, dan Mimbar mahasiswa. Te r i m a k a s i h , s e m o g a m e n u pemberitaan kami edisi ini dapat menemani anda menjejaki hari-hari di kampus tercinta ini. Tabe‌

mediatadulako @media_tadulako Media Tadulako

Ada sebuah ungkapan yang melekat erat dalam bincang-bincang kami bersama Dr Irwan Waris pada sebuah agenda wawancara media tadulako. Analis politik Untad ini mengajak kampus untuk berani dan mulai membincangkan politik. Ia bahkan mengatakan bahwa, pendidikan politik seyogyanya telah dimulai dari rumah, dimatangkan di sekolah dan perguruan tinggi. Sebagai laboratorium belajar, kampus berperan penting dalam menyiapkan stok masa depan agen-agen perubahan di masa mendatang. Politisi-politisi masa depan mestinya lahir dari rahim perguruan tinggi. Mereka tumbuh dengan pengalaman politik kemahasiswaan, dibekali dengan teoriteori akademis, diberikan kesempatan melihat dan membangun masyarakat lewat program Kuliah Kerja Nyata (KKN). Kita tak boleh lagi apatis, menyampaikan narasi-narasi pesimis pada aktivitasaktivitas politik. Sebagai lembaga pendidikan, kampus memiliki peluang menanamkan nilai pada aktivitas politik yang diniatkan untuk memberi sumbangsih pada negera. Menghadirkan politisi yang cakap, cukup bekal ilmu dan pengalamannya. Tugas kampus hari ini, menyerukan kepada pimpinan-pimpinan lembaga mahasiswa, kepada segenap peserta didiknya agar mempersiapkan diri, datang dan rebutlah tampuk-tampuk kepemimpinan daerah dan nasional, ambil dan kembalikan ia kepada rakyat dalam bentuk pengabdian. Di sisi yang lain, kita terganggu melihat apatisme mahasiswa untuk ikut berlembaga. Walau itu hanya pilihan, tapi di sanalah mahasiswa belajar banyak hal, inilah laboratorium mahasiswa sesungguhnya. Dari tempat itu, dari sekretariat-sekretariat lembaga,

pemimpin-pemimpin masa depan itu akan lahir. Mereka ditempa dari ruang-ruang perkuliahan dan dinamika kelembagaan. Sementara itu, pekerjaan rumah mahasiswa hari ini, mereka dituntut menciptakan atmosfir kelembagaan mahasiswa yang sehat, melakukan kaderisasi kepemimpinan, sebab tidak jarang kita menjumpai lembaga mahasiswa yang minim kader dan kesulitan mencari ketua ketika periode kepengurusan berakhir. Kualitas kepemimpinan daerah bahkan nasional ke depan merupakan gambaran dari situasi lembaga dan organisasi kemahasiswaan hari ini. Bila kampus gagal melahirkan kader-kader politisi yang cakap, kita khawatir, tampuk kepemimpinan ke depan, aturan-aturan yang daerah dan nasional, akan dikelola oleh orang-orang yang tidak paham dan tidak memiliki pengalaman mengatur sumber daya. Di samping mempersiapkan kepemimpinan bangsa, sebagai tempat berkumpulnya para cendekiawan, kampus juga memiliki tugas mengedukasi masyarakat untuk tidak larut dalam gagap-gempita pesta demokrasi ini. Ajang mencari pemimpin ini tidak boleh menjadi sebab berpecahnya kita. Di atas pundak perguruan tinggi ada amanat untuk turun gunung memberikan nasihat, menyampaikan pelajaran pada rakyat, bahwa pesta ini mesti menjadi ajang yang membahagiakan, bukan menyulut dendam dan rasa benci yang berkepanjangan. Sekali lagi, bila kampus juga tak tampil dalam mendidik masyarakat dalam momenmomen seperti ini (politik). Masyarakat akan mengambil pelajaran dengan sangat instan lewat postingan-postingan tak bertanggungjawab di sosial media.

Pembina: Rektor Universitas Tadulako. Pengarah: Prof. Dr. Sutarman Yodo, SH.,MH., Prof. Dr. Ir. Mahfudz, MP., Prof. Dr.H. Jayani Nurdin, SE.,M.Si Prof. Dra. Mery Napitupulu, M.Sc., Ph.D., Prof. Ir.H. Andi Lagaligo Amar, M.sc.Agr.,Ph.D Pimpinan Umum/Penanggungjawab: Dr. Muhammad Khairil, S.Ag.,M.Si. Dewan Redaksi: Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Basir, SE., MS., Dr. Muhammad Khairil, S.Ag.,M.Si., Dr. Arianto, M.Si., Dr. Ridwan Tahir, SH., MH., Takbir Launtina, S.Sos., Pemimpin Redaksi: Andi Akifah, S.Sos., M.ICT., Wakil Pemimpin Redaksi: Taqyuddin Bakri S.Pd., M.Pd Redaktur Rubrik: Drs. Samsumarlin, M.Si, Isrun, SP., MP., Akhmad Usmar, S.Sos, Editor : Ary Fahry S.Ikom Redaktur Pelaksana: Ikerniaty Sandili, S.Ikom. Layouter: Joko Suparlan. Reporter: Rafani Tuahuns, S.H, Raisa Alatas M.Ikom, Wandi Latoko, Vivi Sasmita, Nur Ramadhana, Sri Utami, Moh Uswang, Fauzannur Ramadhan, Ayu Agustin, Sitti Aisyah Nadianti, Sulistiawati, Ahmad Fauzan T. Distributor: Moh. Uswang Kesekretariatan: Drs. Sammen, M.Pd., Alamat Redaksi: Jl. Soekarno-Hatta Km. 9 Lt. 1 Nomor 112 Gedung Rektorat Universitas Tadulako. Fanpage FB: Media Tadulako Twitter: @mediatadulako Instagram : Mediatadulako

inform, inspire, and educate


Liputan Khusus Edisi 97 Juli 2018

ru a B n in t ti n a K 9 n ia m Peres n a k A d ta n U ru a B n ti Kan s ti ra G u n e M r e h c u o V Ada Dalam rangka akreditas kampus, kantin-kantin yang tersebar di seluruh fakultas dengan bangunan yang seadanya, Universitas Tadulako (untad) mengalihkan kantin tersebut pada titik-titik tertentu. Untad memfasilitasi penataan kantin dengan membangun kantin yang lebih rapi, setelah bangunan kantin sebelumnya dirobohkan. Pemindahan bangunan kantin itu selain dalam rangka akreditas kampus, juga untuk memperbaiki kerapihan baik secara struktur maupun kondisi kantin yang ada di wilayah Untad. Bangunan kantin yang sudah permanen yang tersebar di sembilan titik di kampus kaktus ini diresmikan pada Senin, (02/07) oleh Rektor Untad, Prof Dr Ir Muhammad Basir SE MS. Peresmian ditandai dengan pemotongan pita yang berpusat di Kantin Bougenville Tadulako, Fakultas Kedokteran, dan dilakukan serentak di sembilan titik. Peresmian kantin itu dihadiri oleh dekan, wakil-wakil dekan, ketua jurusan, ketua prodi, serta dosen-dosen dan para pegawai, juga pemilik kantin setempat. Selain Kantin Bougenville Tadulako yang diresmikan langsung oleh Rektor, dititik-titik lain pun telah ditugaskan para civitas universitas untuk serentak menghadiri sekaligus meresmikan. 8 titik lainnya yakni Kantin Angelonia Tadulako (Fisip), dihadiri Prof Sutarman-Warek Bidak, Kantin Adenium Tadulako (FKIP Utara), Prof Mahfudz-Warek Biduk, Kantin Violet Tadulako (FKIP Barat), Prof Djayani-Warek Bima, Kantin Anggrek Tadulako (Faperta), Prof Andi Lagaligo-Warek Canwas, Kantin Edelweiss Tadulako (Fahutan), Prof Syamsul Bachri-Ketua DP, Kantin Sun Flower Tadulako (Fatek), Dr Ikbal-Ketua SPI, dan Kantin Flamboyan Tadulako (Fekon), Prof Hasan BasriKetua Senat. Dalam sambutannya, Prof Basir menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh tim yang telah bekerja sama dalam merampungkan pekerjaan kantin baru tersebut. “Pada pagi ini kita serentak meresmikan kantin yang ada di wilayah Universitas Tadulako yang baru saja dikerjakan. Maka dari itu saya selaku pimpinan mengucapkan terima kasih kepada seluruh tim yang bahu membahu menyelesaikan pekerjaan kantin,” ujarnya. Prof Basir juga menyampaikan, bahwa ada kebijakan yang di perkenalkan oleh sistem kantin baru dimana setiap akademisi Untad dapat menyisihkan sedikit rezekinya, dan dititipkan pada pemilik kantin. Rezeki yang disisihkan itu dapat digunakan sebagai voucher menu gratis bagi mahasiswa yang kurang

mampu. “Ke depannya, jika bapak ibu Akademisi Untad ingin berbagi kepada mahasiswa yang kurang mampu, dapat menyisihkan sebagian rezekinya yang bisa dititipkan pada pemilik kantin. Rezeki itu semacam voucher menu gratis, dengan nomor-nomor voucher diberikan pada mahasiswa. Jadi setiap pemilik kantin harus mencantumkan nomor-nomor tersebut di dinding depan kantin,” terangnya. Adanya toleransi sesama pemilik kantin juga sempat Prof Basir ungkapkan dalam sambutannya sembari memberikan sedikit kalimat candaan, agar kiranya tidak ada rasa cemburu di antara para pemilik kantin. “Setiap orang pasti memiliki rezeki masingmasing. Di dunia ini tidak ada yang namanya rezeki yang tertukar. Pastinya setiap pemilik kantin sudah ditetapkan rezekinya. Jadi harapan saya jangan ada rasa iri dan dengki sesama pemilik kantin, kalua kantin teman sebelahnya lebih ramai,” harapnya. Dr dr M Sabir MSi, Dekan Fakultas Kedokteran, mengapresiasi adanya program penataan kantin tersebut. Ia juga mengatakan bahwa dosen ahli gizi akan mengecek makanan yang terjual di setiap kantin. “Ada salah satu staf dosen yang memang ahli gizi. Mungkin ini juga menjadi bagian pelibatan dari staf dosen tersebut, untuk melakukan kontroling di dalam proses higienitas makanan, dan pengecekan kadar gizi makanan yang terjual di kantin tersebut,” tukasnya. Dekan FK itu juga berharap pengadaan kantin seperti ini bisa lebih ditingkatkan pengelolaannya dari segi kebersihan tempat, makanan, dan sekitarnya. “Harapan kami dari Fakultas Kedokteran tentu secara khusus Kantin Bougenville, untuk menglola kantin dengan baik, sehingga menjadi kantin yang sehat, bersih serta higienis,” harapnya. Di Fisip, Prof Sutarman turut memeriksa beberapa dapur kantin dan toilet, usai pemotongan pita. Ditemani Dekan dan Wakilwakil Dekan Fisip, ia berkeliling sembari menunggu arahan selanjutnya dari Rektor melalui koordinasi via HT. Nadia, salah seorang mahasiswa yang ditemui reporter Media Tadulako, mengungkapkan bahwa Untad terlihat lebih tertata dengan adanya renovasi penataan kantin. Juga memudahkan para pembelinya. “Menurut saya dengan penataan kantin seperti itu Untad terlihat lebih rapi. Selain itu memudahkan mahasiswa dan siapapun yang berbelanja. Ada banyak varian menu, yang bisa didapatkan dari satu kantin ke kantin yang lain, hanya dengan berjalan kaki. Kan tinggal menengok ke sebelah, hehehe. Jadi tidak perlu pakai kendaraan,” ungkap Nadia. Dana pembangunan sembilan kantin baru tersebut berkisar sebesar 1,5 miliar, dengan harapan agar tujuh kantin yang belum tergabung dapat mengambil bagian dari kantin Untad yang baru saja diresmikan. St/ikr

Tahun ke 6

2


3

Profil Edisi 97 Juli 2018

Tahun ke 6

FOTO : Coretan Penghuni Jalanan - WordPress.com

HUSNUL HATIMAH, SE., MSA., Ak., CA “Dosen sekaligus Aktivis Sosial yang Menikmati Step by Step Proses Hidup”

“Ibarat menaiki tangga, saya akan melewati satu persatu. Saya tidak akan melompatinya hanya untuk sampai lebih cepat.” Husnul Hatimah, kira-kira begitu namanya. Dosen Akuntansi Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Tadulako, yang memiliki filosofi sederhana menjalani hidup, menikmati dan menerima. Anak sulung dari Muh. Reza Assidi, siswa kelas dua SMA AL-Azhar dan Muh.Akhtar Danish, siswa kelas tiga SDIT Al-Fahmi, mengaku tidak begitu senang melibatkan diri dengan organisasi kala menjadi mahasiswa S1. Dewasa ini, kelahiran Ampana, 09 November 1990 tersebut merasa menjadi seseorang yang sangat rugi karena tidak menyibukkan diri dengan aktivitas lembaga. Tapi hal yang sangat ia sayangkan itu, lebih-lebih jika ia hanya mampu menilai kerugian tersebut tanpa berbuat. Sekilas, ia nampak biasa saja, seperti kebanyakan dosen yang melaksanakan aktivitas selayaknya akademisi, mengajar, penelitian, jurnaljurnal, dan lain sebagainya. Tapi dibalik kesibukannya sebagai tenaga pendidik di kampus kaktus tercinta ini, perempuan yangmenyelesaikan pendidikan dasarnya di SDN 5 Palu pada 19972003, lalu SMPN 1 Palu pada 2003-2005, dan SMAN 2 Palu pada 2005-2008, menyibukkan dirinya dengan berbagai kegiatan sosial yang mulai ia tekuni sejak S2 di Universitas Brawijaya, Malang tahun 2013. Sembari menghilangkan dahaga, dengan menikmati teh kotak dingin rasa melati yang ia beli di swalayan saat perjalanan menuju kampus, dosen yang menyelesaikan kuliah S1 nya di Untad tahun 2012, sejak sepuluh tahun silam tercatat sebagai mahasiswa di FE, melanjutkan obrolannya. Pe n e l e h , r u a n g ya n g m e m b u a t nya c i n ta pertamanya jatuh pada kegiatan sosial. Tepatnya Yayasan Rumah Peneleh, diketuai oleh Aji Dedi Mulawarman (Ketua DPN Fordebi; Sekolah Islam Bani Hasyim Singosari, Malang), yang akrab disapa Husnul dengan panggilan Pak Aji, yang juga dosennya dan ibu Ari Kamayanti . Sebelum bergabung dengan Peneleh, ia telah terlibat dalam kepengurusan jurnal pada Tim Manajemen. Nama jurnalnya Jamal, Jurnal Akuntansi Multi Paradigma.

Ia yang waktu itu mengambil konsentrasi syariah juga tergabung dalam FORDEBI, Forum Dosen Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Setelah bergabung di Jamal dan FORDEBI, barulah putri tunggal dari Dr. Luthfi., SE., M.Si-Dosen Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, FE Untad, dan Rospiah, S.Pd-guru Matematika SMP Negeri 3 Palu, tergabung dalam Peneleh. “Peneleh sebenarnya nama jalan di Surabaya, yang saat itu tempatnya para pemuda-pemudi seperti Soekarno, yang dikoordinatori sama Pak Cokroaminoto. Mereka belajar bahasa Indonesia di situ, lalu lahirlah para tokoh-tokoh Indonesia,” ucapnya. Anggota Himaksi, Himpunan Mahasiswa Akuntansi pada masanya itu memperbaiki posisi duduknya. Diseruput kembali teh kotak di depannya yang mulai berkurang dinginnya. Ia kembali bertutur, “ Pak Aji itu begitu mengagumi Pak Cokro. Beliau kan yang menulis buku Jang Oetama: Jejak dan Perjuangan HOS Tjokroaminoto (2015) – Best Seller Nasional. Pokoknya segala yang terkait dengan Cokroaminoto mulai beliau lahir, Pak Aji khatam. Saya awalnya sekadar ikut-ikut saja. Belum dari hati. Tapi lama kelamaan, kok asyik ya. Dari situ saya belajar bahwa memberi itu tidak berharap kembali, dari situ juga saya, mendapatkan banyak pengalaman yang tidak saya dapatkan di mana pun. Jujur saja, saya secara intelektual, saya masih perlu banyak belajar. Pun secara emosional, itu PR saya sampai sekarang, bagaimana saya memenej emosional saya. Nah, Bu Ari itu bilang ke saya, mungkin kecerdasan kamu adalah kecerdasan sosial, yang bisa sedikit membantu kamu. Saya juga baru paham, kalau ada kecerdasan social,” tutur Husnul. Menurut dosennya, Pak Aji dan Bu Ari, Husnul bak cheetah. Lincah mengerjakan sesuatu, dan selalu menghadirkan diri pada kebanyakan kegiatan, hampir pada setiap kesempatan agenda Peneleh. Sampai akhirnya, ia diamanahkan menjadi Koordinator Rumah Peneleh Wilayah Sulawesi Tengah, sejak 2007 hingga sekarang. Tentu saja, akunya, amanah ini sama sekali tidak pernah dimimpikannya. D ila n s ir d a ri http://www.rumahpeneleh.or.id/tentang-rumahpeneleh/ Rumah Peneleh merupakan gerakan yang didedikasikan bagi penggodokan ide dan upaya-

upaya perubahan sosial kebudayaan menuju peradaban nusantara yang berketuhanan, adil, makmur, dan sejahtera. Organisasi ini merujuk secara historis pada rumah HOS Tjokroaminoto, Raja Jawa Tanpa Mahkota, tokoh sentral Syarikat Islam (SI), di Jalan Peneleh Surabaya. Di rumah tersebut berkumpul anak-anak muda dan tokoh-tokoh pergerakan, yang berdialektika dalam dialog keislaman dan kebangsaan dengan visi memerdekakan nusantara dari penjajahan dunia. Mereka diantaranya, H. Agoes Salim, Abdoel Moeis, K.H. Wahab Chasbullah, K.H. Ahmad Dahlan, K.H Mas Mansoer, A.M. Sangaji, Abikoesno Tjokrosoejoso, Soerjo Pranoto, Soekarno, RM. Kartosoewirjo, HAMKA, Semaoen, dan lain-lain. Berangkat dari peneleh, Husnul kembali ke Lembah Palu tatkala menyelesaikan studi magisternya pada Maret 2016. Segudang aktivitas sosial mulai ia kembangkan bersama timnya, meski satu tahun awal, ia menggarap project ini seorang diri. Project-project yang sudah digelontorkan rumah peneleh Palu yakni, Sekolah Aktivis Peneleh, Seminar Nasional Rekonstruksi Pemikiran HOS Tjokroaminoto di Era Globalisasi, Pelatihan Teknik Penulisan dan Aplikasi Referensi Karya Ilmiah, Buka Bersama Anak Yatim, Sekolah Kesehatan, Sekolah Alam, dan lain-lain. Perempuan yang mengambil pendidikan profesinya di STIE Malangkucecwara, pada 20132014 tersebut tidak punya tujuan hidup, dan perencanaan yang matang, begitu akunya. Karena itu seluruh aktivitasnya, tidak ada keinginan lain yang terpatri di hati selain menjadi baik dalam hal kebaikan dan bermanfaat untuk orang lain. Ia menyadari tujuan hidupnya yang sempat membuatnya berpikir panjang hanya sesederhana ia membuat orang lain disekitarnya bahagia. Karena itulah ia kemudian menerima segala hal yang terjadi dalam hidupnya sebagai bagian dari proses step by step. Perihal menerima ini, telah ia temukan di MPM AL-Iqro tatkala tergabung dalam lembaga itu. Kala itu, penampilannya masih sangat berbeda dengan pengurus lainnya. Jilbabnya pendek, dan seadanya, yang baru mulai ia kenakan ketika semester tiga. “Saya baru memutuskan berhijrah ketika saya hendak masuk kuliah magister. Saya pikir, saya tidak bisa terus seperti ini, harus ada kemajuan. Saya lalu memilih untuk memperbaiki sedikit penampilan

saya. Jilbab saya mulai agak panjang, dan saya mulai terbiasa memakai rok atau gamis. Saya terus belajar, mendalami. Karena saya lebih memilih berjalan di tempat asalkan tidak mundur, kalaupun belum juga maju ke tahap selanjutnya,” ungkap p e re m p u a n ya n g l o l o s p a d a A s i a F u t u re Conference, di Korea pada Agustus mendatang. Orang tuanya sangat mendukung keputusannya. Meski di awal-awal berhijrah, sempat ada kecurigaan mempelajari aliran tertentu. Tapi lambat laun, orang tuanya mulai memahami dan mendukung, termasuk kegiatan rumah peneleh, baik itu waktu, materi, hingga kediaman mereka di jalan Dewi Sartika menjado sekretariat rumah Peneleh. Husnul yang juga tergabung dalam relawan sejenakhening.com, selalu menekankan kepada mahasiswanya untuk saling berbagi dengannya. Jauh di lubuk hatinya, ia hanyalah perempuan di era millennium yang belum memiliki banyak kiprah. Sehingga di hadapan mahasiswanya ia katakan, “saya akan memberikan apa yang saya tahu. Dan teman-teman boleh memberikan apa yang emanteman tahu, sehingga kita saling memberi.” Seiring menjadi dosen, menebar benih-benih ilmu dan menyebarkan kebaikan, ia turut belajar dari tempatnya berpijak. Mengajar, sesungguhnya ada keraguan yang berbisik di hatinya. Apakah ia pantas atau tidak, termasuk kegiatan-kegiatan sosialnya. Tapi seperti tag line-nya, menjalani step by step dengan terus belajar. Sehingga ia harus menikmati segala langkah yang sudah ia pilih. “Ibarat menaiki tangga, saya akan melewati satu persatu. Saya tidak akan melompatinya hanya untuk sampai lebih cepat,” pungkasnya yang pernah bekerja di PT Indoswara dan KPP Palu, juga staff Jurnal Jamal Universitas Brawijaya. Selain peneleh, dosen BLU Untad sejak 2016 hingga sekarang, memiliki club baca kegiatan sosial yang ia garap dengan mahasiswa, termasuk mahasiswa FE. “Saya punya club baca. Di situ kami membahas banyak hal, tidak hanya buku-buku ekonomi, tetapi buku lain hingga novel,” tandas Husnul yang menjadi kontributor tentang Masa Depan Peradaban Asia pada 24-28 Agustus di Seoul, Korea Selatan dalam program Asia Future Conference, denan judul tulisan : Accounting Cosmology, Dynamic Interplay of Religion and Local Wisdom Toward Prophetic Civilization. Ikr


Opini

Edisi 90 Edisi Desember 97 Juli 2018 2017

Tahun Tahunkeke65

4

Krisis Media di Era Digital Oleh : Ikerniaty Sandili

Dewasa ini, digital semakin digandrungi manusia mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. anak-anak kecil semakin mahir mengoperasikan gadget, pun remaja tidak bisa hidup tanpa gadget. Seolah para remaja juga pemuda ini mengatakan, lebih baik kelupaan membawa dompet dibandingkan lupa membawa ponsel. Kalau kita tilik tahuntahun sebelum digital menempati posisi pertama di hati insan yang mengangungkannya, para pemuda lebih sering membawa buku ketika berpergian. Kaum intelek memanfaatkan waktu mengantri dengan membaca buku. Tapi sekarang, orang-orang lebih memilih memegang gadget. Di situ tersedia segalanya. Mulai bahan bacaan kelas tinggi dengan analitikal yang sontak mengerutkan dahi pembacanya, sampai sekadar urusan remeh temeh artis yang cerai, menikah, ulang tahun, atau sedang show. Memang, era digital ini memudahkan umat manusia. Beragam aplikasi bisa diakses dalam sekejap. Buku-buku bisa di-download kapan dan di mana saja sepanjang terkoneksi dengan provider. Kita dapat menonton siaran piala dunia, kontes dangdut, aktivitas selebriti favorit kita, dan segala yang kita inginkan, termasuk berjualan. Dahulu, mengakses segala yang disebutkan di atas tidak semudah sekarang. Masih pakai laptop, komputer, dan perangkat keras lainnya yang sedikit susah dibawa ke mana-mana, dan tentunya menambah beban pundak menanggung berat ransel. Transformasi dari komputer dan kawan-kawannya ke android atau smartphone, menjadikan dunia benar-benar dalam genggaman. Apalagi dengan media sosial yang semakin banyak menyuguhkan inovasi-inovasi dalam dunia digital. Tetapi kemudahan itu ternyata memberi dampak yang kurang baik bagi kita yang tidak bijak media. Hanya seimprit dari ratusan juta penduduk Indonesia menjadi manusia sehat media. Manusia sehat media ini menurut Rahmat Bakri adalah orang-orang yang bijak dalam menanggapi berbagai pemberitaan di media massa dan media sosial, dengan menelusuri kebenaran informasi yang ia dapatkan, atau setidaknya tidak ikut-ikutan menyebarkan berita yang ia sendiri belum tahu kebenarannya. Ungkapan Rahmat Bakri itu memang benar. Informasi bohong atau berita hoax telah ada sejak dahulu. Disebar ratusan hingga ribuan kali lewat berbagai media sosial. Dan pelakunya adalah pengguna media sosial, baik itu FB, Twitter, Instagram, Whatsapp, dan lain-lain. Pengguna Media sosial ini lebih didominasi oleh generasi Z atau generasi digital. Sedang generasi sebelum mereka lebih sering menggunakan media sosial sebagai wadah bersilaturahmi. Kecuali orang-orang tertentu, para perekayasa informasi yang kemudian disuguhkan ke Media massa, disebarluaskan ke media-media sosial, dan akhirnya dikonsumsi khalayak sebagai “racun”. Para perekayasa ini bisa jadi orang-orang dari berbagai generasi yang memiliki tujuan individu yang sedang disitir. Idi Subandy Ibrahim mengatakan informasi yang muncul di media

massa adalah iklan yang mengarah pada bisnis dan politik. Jika ditelaah, fakta saat ini membenarkan kata lelaki kelahiran Belitung itu. Kita lihat, informasi yang kita baca, jelmaan dari berita-berita media online yang disebar ribuan kali di status-status media sosial, sesungguhnya adalah bagian dari iklan yang output-nya adalah bisnis dan politik. Contoh berita tentang Lalu Mumahammad Zohri. Entah siapa yang pertama kali memunculkan berita itu. Atau media apa yang pertama kali memposting berita tentang si Lalu. Rasa-rasanya memang kasihan si Lalu, tapi kalau dipikir-pikir lebih kasihan lagi. Kenapa? Karena si Lalu, titisan darah biru itu, namanya menjadi bahan kampanye periklanan baik itu orentasinya politik atau bisnis. Kemenangan si Lalu didramatisir oleh kita sendiri dengan menyebarkan gambar-gambar, dan berita-berita yang hanya kita baca pada paragraf awal. Atau mungkin tidak lagi kita baca, telah kita sebarkan hanya dengan melihat gambar. Para partai-partai politik, brand-brand usaha, juga turut mengambil andil menyebarluaskan. Dari sekadar memberi ucapan selamat, sampai menjatuhkan rezim tertentu. Padahal, kita sendiri tidak tahu kebenarannya karena kita tidak pernah bertemu si Lalu dan mewawancarainya langsung. Perihal Lalu hanya satu dari sekian banyak contoh informasi yang berseliweran. Tentu beberapa dari kita banyak yang tidak peduli dengan isu-isu politik yang terus diminati, hastag ganti Presiden, hingga dalil dakwah dihasilkan dari media sosial. Memang media sosial ini adalah tempat paling pas menarik perhatian khalayak. Dari media sosial lalu kita berkomentar panjang lebar di dunia nyata dalam diskusi-diskusi. Tetapi acap kali kita tidak paham dengan apa yang kita dibicarakan. Lebih-lebih, kita tidak sadar kalau kita sedang memainkan peran yang telah diskenariokan orang-orang tertentu lewat industri media massa. Maka benar kata Jean Baudrillard bahwa kita sedang berada dalam semesta yang begitu melimpah informasi, tetapi begitu hampa makna. Manusia sekarang mudah kehilangan kemampuan untuk berpikir secara mandiri. Sehingga begitu mudah diperdaya oleh industri media. Apalagi jika iklan-iklan politik tidak hanya menawarkan pilihan nilai moral dari individu tertentu, untuk dikomentari. Melainkan menyuguhkan kepercayaan baru. Ya, kepercayaan, yang kemudian kita imani. Kenapa demikian? Karena kita begitu percaya dengan pemberitaan itu. Sebab setiap detik kita membaca hal yang sama. Jadi mau tidak mau kita terecoki dengan informasi itu. Harusnya kita tahu, ada banyak situs-situs tidak resmi yang menyebarkan informasi tidak akurat. Para jurnalisnya tidak melaksanakan kode etik jurnalistik. Pokoknya tidak kredibel-lah. Terkait model informasi yang terus menjadi santapan kita, jauh sebelum para ilmuan Komunikasi berbicara mengenai revolusi Komunikasi, Jhon Stuart Mil telah mengingatkan anak cucu Adam dalam bukunya On Liberty (1974), “bahwa dewasa ini individuinvidu lenyap dalam massa. Sedangkan dalam politik, pendapat umum menguasai dunia.” Sehingganya, sebagai generasi yang berpendidikan, khatam berorganisasi, aktivis sosial dan sekelumit aktivitas kita, harusnya meningkatkan minat baca kita. Mencari beragam sumber bacaan, untuk mengecek kebenaran informasi yang kita peroleh. Tidak elok menjadi generasi yang “menuhankan digital” tetapi tidak berminat sama sekali untuk membaca. Sebab era digital ini jika tidak diseimbangkan dengan pengetahuan, kita akan seperti kuda yang talinya dilepas, dan kita meloncat-loncat tanpa arah. Minat baca ini lebih melekat pada penggiat-penggiat literasi. Mereka memanfaatkan android atau smartphone, untuk mendukung literasi. Mengkampanyekan kebaikan, tanpa berusaha mengarahkan pada politik. Benar sekali kata Rahmat Bakri di awal-awal tulisan ini : menjadi manusia sehat media. Agar supaya kita tidak menjadi manusia di tengah krisis kepemimpinan dengan menciptakan krisis pula, krisis media, dengan cara turut menyebarkan berita-berita hoax, parahnya lagi membumbu-bumbui dengan hal negatif. Tentu saja akan semakin memperkeruh krisis yang terjadi. *) Penulis Buku di Ujung Desember dan Alumni Pengajar Muda XIV, Indonesia Mengajar


5

Kabar Tadulako Dialog Akademik Edisi Edisi 96 97 Juni Juli 2018 2018

Tahun Tahun ke ke 66

“Atmosfir Politik di Kampus Perlu Didorong”

Dr. Drs. Irwan Waris, M.Si “Ranah politik itu sesuatu yang baik, ia menjadi buruk, jika pelaku menjadikkannya buruk. Sama halnya dengan ekonomi. Ada macammacam kejadian ekonomi yang membodohi orang dan menyebabkan kerugian. Tapi bukan ekonominya yang buruk, melainkan pelakunya.” Siang yang terik, reporter Media Tadulako (MT) berkesempatan berbincang bersama Dr. Irwan Waris, terkait isu yang tidak pernah lekang oleh waktu dan terhempas oleh badai. Ya, tak terhempas oleh badai meski sebentar saja, bahkan di antara persiapan ASEAN Games yang kian mendekati hari pelaksanaan, isu ini selalu yang paling utama mengundang perhatian khalayak. Politik. Bagaimana tidak, mulai dari perihal olahraga hingga urusan remeh temeh industri media massa, acapkali diselipkan hal-hal yang jelas diarahkan pada politik dan sedikit perkara bisnis. Sehingganya politik seolah menjadi sendi kehidupan umat manusia saat ini. Dengan kondisi yang terus memanas baik karena memang momentumnya, maupun karena dipanas-panasi oleh actor yang terus bekerja di depan monitor, dalam ruangan, tetapi menjelajah seantoro sudut dunia, pengamat politik sekaligus dosen Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Tadulako, Dr. Drs. Irwan Waris, M.Si, menerima kedatangan awak MT di ruang kerjanya. Berikut petikan bincang redaksi Media Tadulako bersama analis politik Universitas Tadulako ini. Dengan kondisi politik saat yang terus diberitakan industri media massa, bagaimana bapak menilai situasi ini ? Pendidikan politik saat ini memang kurang diimplementasikan dalam kehidupan, terutama oleh pihak-pihak yang semestinya bertanggung jawab. Pendidikan politik ini biasa disebut sosialisasi politik. Ada beberapa pihak yang harus bertanggung jawab yakni keluarga, sekolah, lingkungan, media massa, dan partai politik itu

sendiri. Kita bahas satu per satu. Pertama, keluarga. Jadi keluarga sebagai madrasah pertama memang memegang andil yang sangat besar. Madarasah pertama ini tidak hanya mengajarkan perihal agama, sosial, nilai-nilai kesopanan, dan keluhuran, tetapi juga persoalan politik. Keluarga nyaris tidak banyak lagi menanamkan pendidikan ini. Padahal sejatinya, keluarga sebagai bagian dari warga negara harusnya menjadi bagian yang utama menanamkan integritas, jujur, adil, dan dapat dipercaya. Tapi pada kenyataannya, orang tua sekarang sangat sibuk untuk melakukan hal ini. Kedua, sekolah atau pendidikan. Mulai dari PAUD, SD, SMP, SMA, dan Pendidikan Tinggi, pendidikan politik masih sangat kurang. Kurang dilaksanakan dan diminati. Padahal kita ini warga negara, harusnya kita paham betapa pentingnya pendidikan politik. Karena kita akan bersentuhan langsung dengan politik itu. Ketiga, lingkungan pergaulan. Pergaulan sekarang lebih mengajarkan hangout, tidak saling mengingatkan, apalagi terhadap isu-isu politik yang kian marak diperbincangkan di mana saja. Kalau orang punya medsos, orang akan membaca beritaberita hoax yang bertebaran di mana-mana. Selain itu lingkungan di sini, termasuk juga lingkungan p e ke r j a a n . S e p e r t i nya s u d a h s u s a h k i ta membedakan mana haq dan mana bathil. Orangorang yang baik bekerja malah disingkirkan, orangorang yang kinerjanya kurang baik, justru kadangkadang itu yang dibutuhkan. Keempat, Media Massa. Media massa kita memborbardir anak-anak, remaja, bahkan orang dewasa. Tentunya, bombardir media ini bukanlah mengajarkan pendidikan yang baik. Melainkan pemberitaan yang saling menjatuhkan, tidak benar atau lebih dikenal hoax. Apalagi kalau kita tidak didukung dengan pemahaman media yang bijak. Bisa-bisa kita diporak-porandakan oleh media sendiri. Ini jelas sangat-sangat berpengaruh. Karena generasi sekarang, atau lebih dikenal dengan generasi Z, telah khatam dunia digital yang bisa mengakses segala bentuk informasi. Kelima, partai politik. Salah satu tugas utama partai politik itu adalah memberikan pendidikan politik. Ironisnya, partai politik bersentuhan dengan rakyat hanya menjelang pemilu dan

pilkada. Di situlah baru mereka mau bicara pada masyarakat. Tapi selesai urusan pemilu, pilkada, ataupun kampanye, putus hubungan mereka. Harusnya mereka menemui rakyat saat mencari ka d e r d a n p e n d u ku n g , m e re ka m e m b e r i pemahaman, misalnya “sebagai warga negara, apa tugas kita. Kalau anda ada di partai saya, hak anda akan saya perjuangkan. Ini hak anda dan ini kewajiban anda.” Apa peran partai politik selain dalam urusan politik? Partai politik itu memegang peranan yang luar biasa. Tidak ada hal yang melata, terbang, yang merayap, yang lepas dari partai politik. Bahkan bukan hanya Indonesia, tetapi dunia. Kita mau jadi apa, harus lewat partai politik. Mau duduk di kursi DPR, harus melalui partai politik. Mau jadi anggota KPU, harus lewat partai politik. Oleh karena itu politik harus kita dekati, juga orang partai harus sadar bahwa perannya terhadap pendidikan politik harus dilaksanakan. Jika tidak seperti yang kita rasakan sekarang, kita tidak tahu kewajibankewajiban kita terhadap politik. Tetapi memang, yang terjadi sekarang adalah politik uang. Mereka memberi uang kepada warga negara, dan nanti akan dipilih. Sebagai masyarakat awam, ya dikasih uang, diambillah. Sehingga ketika politisi ini berkuasa, maka dapat dipastikan akan koruptif. Logikanya adalah, ia akan mengembalikan dana yang sudah ia keluarkan dengan jalan korupsi. Padahal kalau partai politik ini menjalankan tugasnya, masyarakat akan menjadi pemilih rasional. Untuk tataran Kampus khususnya Untad, bagaimana pendidikan politik ini bisa menyeluruh, tanpa harus berharap pada partai politik ? Di kampus ini, kita harus saling membesarkan. Saya menginginkan semua fakultas menyenangi bicara-bicara politik. Ranah politik itu sesuatu yang baik, ia menjadi buruk, jika pelaku menjadikkannya buruk. Sama halnya dengan ekonomi. Ada macammacam kejadian ekonomi yang membodohi orang d a n m e nye b a b ka n ke r u g i a n . Ta p i b u ka n ekonominya yang buruk, melainkan pelakunya. Politik dan ekonomi itu seni. Ketika dia menjadi seni lalu salah diimplementasikan, bukan seninya yang salah, tetapi aktornya. Saya mau semua fakultas, BEM-BEMnya

berperan. Menyediakan ruang untuk diskusi politik, tidak hanya di FISIP. Kalau misalnya FKIP tidak terjun langsung dalam dunia politik, BEM-BEMnya dapat mengundang pakar politik, dosen-dosen politik, atau bahkan teman sejawat yang paham dunia politik untuk mengisi diskusi itu. Begitu juga dengan fakultas-fakultas lain. Diskusi tidak mesti langsung membahas politik, tetapi bisa dimulai dari hal-hal kecil sesuai dengan konsen fakultas masing-masing. Selain itu dalam pemilu-pemilu ketua lembaga, himpunan, BEM, dan UKM lain, kiranya perlu mempraktekkan pendidikan politik ini. dengan melakukan kampanye, dosen-dosen dan teman-temannya akan menonton, sama seperti di FISIP ada panggung demokrasi. Mereka akan memilih, menimbang, sekaligus mempraktekkan menjadi pemilih rasioanl. Bicara pendidikan politik di lingkungan kampus, sejauh ini sedikit kesusahan mencari bakal calon ketua UKM karena sedikit sekali yang mau mencalonkan diri. Bahkan ada yang terpilih secara aklamasi. Menurut bapak, mengapa situasi seperti ini bisa terjadi? Memang, pada beberapa UKM, sebagian besar bahkan, sedikit sekali yang mau mencalonkan diri sebagai bakal calon ketua. Tidak hanya tataran fakultas, tetapi juga UKM di tingkat Unversitas. Barangkali karena mereka masih tidak terlalu percaya diri, dan kurangnya dorongan dari orangorang disekitarnya. Sehingga atmosfir politik belum sepenuhnya tercipta. Juga sertifikat-sertifikat belum seluruhnya dihargai. Bagaimana cara agar mahasiswa tidak lagi takut mengambil peran? Menurut hemat saya, dapat didorong lewat lembaga-lembaga eksternal, baik itu HMI, KAMMI, PII, dan lain-lain. Pasti mahasiswa yang tergabung dalam UKM ini tergabung pula dengan lembaga lain di luar. Seperti di HMI misalnya - karena saya pernah di HMI, jadi saya mencontohkan lembaga itu. Mereka membuat diskusi-diskusi dengan berbagai tema. Nah, dari diskusi itu, harusnya kaderkadernya dapat didorong untuk menempati posisiposisi sebagai pemimpin di UKM. Karena kampus tempat kita belajar, simulasi, untuk nanti kita praktikkan di luar, ketika sudah selesai studi, baik beririsan langsung dengan partai politik, maupun tidak, demi kemashalatan umat manusia. ikr


Kabar Tadulako Edisi 97 Juli 2018

Tahun ke 6

6

Dalam rangka PPRA ke-57, Lemhanas RI Sambangi Untad Senin (16/07)-Bertempat di Media Center, Lembaga Ketahanan Nasional (LEMHANAS) Republik Indonesia melakukan kunjungan ke Universitas Tadulako (Untad) dengan tujuan pelaksanaan Studi Strategis Dalam Negeri (SSDN) – Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) ke 57 tahun 2018, yang diikuti para Wakil Rektor, para Dekan dan Wakil-wakilnya, serta Kepala Biro juga akademisi Untad. Rektor Untad, Prof Dr Ir Muhammad Basir SE MS menyambut kedatangan tamu seluruh elemen Pimpinan dan Staf LEMHANAS RI, serta peserta LEMHANAS Sulawesi Tengah di kampus kaktus ini dengan hangat “Saya mewakili segenap keluarga Universitas Tadulako, merasa sangat senang mendapatkan kunjungan dari rombongan LEMHANAS 2018, dalam rangka SSDN-Program Pendidikan Reguler Angkatan 57,” sambut Prof Basir. Melalui momentum kunjungan tersebut, masih menurut Rektor Untad, pemimpin adalah sebuah amanah, sehingga bagaimanapun situasinya,

harapan rakyat dan nasionalisme menjadi prioritas utama. “Letih dalam hidup tidak menjadi alasan, karena estafet kepemimpinan ada di tangan LEMHANAS sekalian. Karenanya kita abaikan segala perbedaan diantara kita, sebab perbedaan itu bisa jadi energi raksasa untuk bangsa,” lanjutnya. Sementara itu, Mayjen TNI Asrobudi, Pemimpin rombongan LEMHANAS RI menjelaskan bahwa tujuan diselenggarakannya SSDN kepada peserta LEMHANAS di Untad diantaranya, agar kekayaan berpikir peserta lebih luas dan menyeluruh tentang sebuah daerah secara objektif. “Peserta Lemhannas mengikuti Studi Strategis

Dalam Negeri (SSDN) guna mempelajari, memahami dan mengkaji potensi dan permasalahan terkait aspek kesejahteraan dan keamanan di daerah termasuk di Sulawesi Tengah. Selain itu, kunjungan ini guna membekali peserta untuk menemukan isuisu strategis di daerah,” jelas Mayjen Asrobudi. Sebelum mengujungi Kampus Bumi Kaktus (Untad), Rombongan Pimpinan beserta peserta LEMHANAS RI telah melakukan ekspedisi beberapa lokasi yang ada di Palu, yakni Pemerintah Daerah Provinsi Sulteng, DPRD, Polda, dan Korem 132/Tadulako. “Kegiatan LEMHANAS 2018 sendiri telah mengunjungi beberapa lokasi seperti Pemerintah

Persiapan Borang Akreditasi Universitas

Tim Optimis Capai Akreditasi A

Daerah Provinsi Sulteng, DPRD Provinsi Sulteng, Polda Sulteng, dan Korem 132/Tadulako. Selanjutnya akan mengujungi Pemkot Palu, Pemkab Donggala, DPRD Kabubaten Donggala dan Objek Strategis PT PLTU Mpanau di Palu,” terangnya. Pada pelaksanaan kegiatan, peserta dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan tiga poin mengenai kondisi objektif daerah diantaranya mengenai kearifan lokal, pelaksanaan pembangunan nasional serta kondisi ketahanan nasional daerah provinsi Sulawesi Tengah. Kelompok yang sudah terbagi, selanjutnya melakukan diskusi terkait poin-poin. ST/ikr

Mulai tahun 2015 Universitas Tadulako mendapatkan akreditasi B dengan Poin 307. Dalam kurun waktu 3 tahun, Universitas Tadulako mulai berbenah untuk mencapai target akreditasi menuju A atau Unggul. Lembaga Pusat Penjaminan Mutu Pendidikan (LPPMP) telah mempersiapkan pencapaian akreditasi tersebut mulai dari jauhjauh hari. Dr Amirudin Kade yang ditemui diruangannya (10/7) selaku Ketua Tim Penyusun Borang, mengatakan bahwa saat ini LPPMP tengah menyiapkan borang untuk akreditasi institusi sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh pemerintah. Penyusunan borang dikerjakan dalam waktu yang cukup lama, karena dalam penyusunannya membutuhkan berbagai data yang harus dilengkapi. “Borang saat ini sudah mencapai tahap finishing, kami menargetkan borang ini selesai secepatnya agar proses pengiriman ke BAN PT tepat waktu,” ujarnya. Menurut Dr Amirudin Kade, pembenahan akan terus dilakukan untuk menuju akreditasi A

atau unggul. Hal ini membutuhkan dukungan semua pihak untuk dapat bekerja sama menyukseskan borang akreditasi. “Saya bersama tim selalu berkoordinasi dengan pihak fakultas yang ada di Universitas Tadulako untuk melengkapi semua data-data yang dibutuhkan,” lanjutnya. Masih dalam pemaparannya, Dr Amir melanjutkan ia bersama tim terus melakukan pertemuan untuk membahas akreditasi tersebut. Selain itu, mendatangkan beberapa pendamping dari Kementrian dan Universitas lain yang bertujuan untuk berbagi ilmu mengenai penyusunan borang akreditasi. “Kami berharap yang terbaik untuk Universitas Tadulako agar mencapai target sesuai apa yang kita harapkan bersama,” lanjutnya. Hal senada pula disampaikan oleh Dr Golar SHut MSi, selaku Penanggung Jawab Tim Penyusun Borang, yang mengatakan bahwa ia optimis akan mendapatkan Akreditasi A atau unggul, karena melihat Universitas Tadulako yang semakin berkembang dari tahun ke tahun. “Dengan melihat sarana dan prasarana yang telah tersedia dan mahasiswa juga semakin berlomba-lomba dalam mencetak prestasi kami yakin bahwa Untad akan mendapatkan akreditasi A atau Unggul,” tegas Ketua LPPMP tersebut. Sr

WISUDA KE 92 UNTAD

Lulusan Termuda dari Fakultas Kedokteran (05/07) Universitas Tadulako kembali menamatkan putra-putri terbaiknya pada Wisuda ke-92 yang diselenggarakan di Auditorium Utama Untad. Dari 1071 lulusan yang diwisuda, untuk pertamakalinya, lulusan termuda berasal dari Fakultas Kedokteran. Ialah Fitria Amanda SKed, yang hingga hari wisuda tersebut berusia 20 tahun 4 bulan dan 12 hari. Anak kandung dari Prof Dr Juraid M.Hum ini berhasil menyelesaikan studi 3 tahun 11 bulan 6 hari dengan raihan IPK 3,27. Hal ini diapresiasi oleh Ketua Senat Universitas Tadulako, Prof Hasan Basri MA PhD mengungkapkan, hal ini jarang terjadi di Fakultas Kedokteran yang selama ini dikenal dengan masa studi yang cukup lama dikarenakan proses pendidikannya mempunyai tahapan yang cukup panjang. Namun, Fitria Amanda berhasil melaluinya dengan baik. “Saya rasa hal ini adalah suatu capaian yang baik bagi Universitas Tadulako khususnya Fakultas Kedokteran,” tutur Prof Hasan Basri. Dalam sambutan almamaternya, Rektor, Prof Dr Ir Muhammad Basir SE MS berpesan, kepada para Fitria Amanda SKed bersama kedua orang tua tercinta wisudawan, agar senantiasa dapat menggelorakan penyelenggara pendidikan tinggi di tanah air telah berupaya semangat dalam menggapai setiap asa. melakukan pembenahan dan memberi layanan terbaik. Cita-cita dan “Semuanya itu harus dibarengi dengan kesungguhan, niat yang ikhtiar untuk terus berbenah sebagai PTN telah dimulai dari Prof Dr baik, pandai berterimakasih, serta pandai bersyukur,” tutur Prof Basir. Matullada (alm), Prof Dr H Musy Amal Pagiling MA (alm), Prof Drs Ia juga menyampaikan, Universitas Tadulako selaku H Aminudin Ponulele MS, Drs H Mohammad Rasyid MS (alm) dan

Drs H Sahabuddin Mustapa MSI (alm). “Tanpa tali temali perjuangan dan kerja keras beliabeliau, Untad tidak mungkin bisa bangkit seperti yang kita alami saat ini,” Ucapnya. Terdapat 1071 lulusan yang diwisuda, dengan rincian Pascasarjana 27 orang, Fakultas Kedokteran (FK) 61 orang, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Pemerintahan (FISIP) 157 orang, Fakultas Hukum (FH) 153 orang, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) 316 orang, Fakultas Teknik (FT) 47 orang, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) 16 orang, Fakultas Peternakan dan Perikanan (Fapetkan) 20 orang, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) 71 orang, Fakultas Ekonomi (Fekon) 88 orang, Fakultas Kehutanan (Fahut) 42 orang, dan Fakultas Pertanian (Faperta) 73 orang. Selain Fitria Amanda SKed, lulusan jenjang S1 dengan prestasi akademik yang membanggakan lainnya ialah Mafirani Syam SPd dari Program Studi Pendidikan Fisika FKIP sebagai wisudawan dengan IPK tertinggi yaiu 3,98, Anisa Hardianty SPt sebagai wisudawan tercepat dengan masa studi 3 tahun 8 bulan 8 hari. Lulusan untuk jenjang S2 ialah Rita Suirlan yang meraih predikat Cum Laude dengan IPK 4,00, lama studi 1 tahun 9 bulan 22 hari. Dan pada Program Doktoral ialah Dr Husein Mohammad Saleh SE MSi, dari Program Doktoral Ilmu Ekonomi yang berhasil menyelesaikan pendidikan 3 tahun 9 bulan 4 hari dengan IPK 3,93 dan mendapat predikat sangat memuaskan. Wn


7

Media

Kabar Tadulako Edisi 97 Juli 2018

Tahun ke 6

5.560 Peserta Ikuti Ujian SMMPTN 2018 di Untad Tepat pukul 7 pagi, Rektor Untad, Prof. Dr. Ir. Muhammad Basir SE MS bersama Wakil Rektor Bidang Akademik, Prof Dr Sutarman Yodo SH MH, melakukan penyerahan Naskah Ujian SMMPTN kepada panitia Ujian SMMPTN 2018 bertempat di Lantai I Rektorat Utama Untad, pada Selasa (17/07). Dalam penjelasannya, Prof Sutarman menjelaskan detail jumlah peserta yang terdaftar dalam Seleksi Mandiri Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SMMPTN) 2018. “ Dalam SMMPTN kali ini, peserta jurusan SosHum berjumlah 3.220 peserta, sedangkan untuk jurusan Saintek sebanyak 1.975 peserta. Khusus untuk peserta Pasca Sarjana berjumlah 80 peserta. Kemudian untuk Kampus II Morowali, jurusan Saintek berjumlah 24 peserta dan SosHum 77 peserta. Sedangkan Kampus II Tojo Una Una untuk Jurusan SosHum berjumlah 61 peserta dan jurusan Saintek 36 peserta. Ditambah dengan peserta CBT (Computer Based Test) sebanyak 87 peserta, sehingga total peserta SMMPTN tahun 2018

sebanyak 5.560 peserta,” jelas Prof. Sutarman. Pada kesempatan yang sama, Prof Basir mengapresiasi seluruh pihak yang telah bekerja maksimal hingga pada tahap seleksi masuk perguruan tinggi tahap tiga setelah sebelumnya telah menyelenggarakan SNMPTN dan SBMPTN. “ Seleksi masuk perguruan tinggi telah memasuki tahap ketiga. Banyak perkembangan yang luar biasa dalam prosesnya. Peningkatan jumlah pendaftar seleksi merupakan cerminan dari kian membaiknya reputasi Universitas Tadulako dalam menarik minat para calon peserta dari berbagai wilayah,” ungkap Prof Basir.

Usai sambutan, Prof Basir bersama Prof Sutarman menyerahkan soal ujian SMMPTN secara simbolis kepada panitia SMMPTN 2018, untuk didistribusikan kepada seluruh peserta ujian SMMPTN yang tersebar di 12 lokasi Ruang Ujian di Wilayah Universitas Tadulako. AA

IO Perkenalkan Beasiswa Belajar di Australia Senin (16/07)-Prof Dr Ir Marsetyo MSc Ag PhD, Kepala Internasional Office (IO) Universitas Tadulako (Untad) saat ditemui reporter Media Tadulako mengatakan bahwa saat ini tersedia beasiswa Australia Awards Scholarship (AAS) yang sudah ada sejak dua tahun terakhir. “Secara umum Untad adalah salah satu partner AAS dalam mensosialisasikan beasiswa ini untuk disebarluaskan secara meluas. Bisa juga langsung mengunjungi website resminya http://australiaawardsindonesia.org/. Dua tahun belakangan ini ada beberapa alumni Untad pernah mencoba mendaftarkan diri untuk melajutkan S2 maupun S3-nya melalui AAS,” tutur Prof Marsetyo.

AAS disediakan oleh pemerintah Australia untuk warga negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk belajar S2 atau S3 di Australia. Beasiswa ini ditujukan untuk Kampus PTN atau PTS. Beasiswa tersebut meng-cover biaya sekolah, riset, asuransi, dan biaya hidup, serta transportasi dari negara asal. “Beasiswa AAS menanggung biaya sekolah, biaya hidup, biaya penelitian, asuransi dan transportasi. Semua biaya wajar yang dibutuhkan seseorang yang menuntut ilmu S2 atau S3 akan diberikan oleh pihak dari Australia. Saya sendiri sudah dua tahun menjadi bagian tim dari beasiswa ini,” imbuhnya. Namun, untuk mendapatkan beasiswa AAS beliau juga menambahkan bahwa ada beberapa persyaratan yang harus dituntaskan. Untuk lanjut studi S2 dan S3 standar minium IPK 2,9 dan score TEOFL 525, atau score IELTS 5.5. Sedangkan score TOEFL beasiswa S3 550 atau score IELTS 6.0.

Di Untad, sejak dua tahun AAS hadir, minat para sarjana untuk mendaftar sangat minim. Hal itu disebabkan karena beasiswa tersebut terbilang baru, dan kurangnya info pada khalayak. Prof Marsetyo berharap, AAS ini lebih dikenal publik, karena merupakan kesempatan baik dan peluang besar bagi mereka yang ingin melanjutkan studi di negeri Kanguru. “Mungkin karena beasiswa ini baru di Untad jadi untuk info ke publik masih sangat minim. Sehingga peminat yang ingin mendaftar juga masih kurang. Sementara pengalaman kemarin banyak orang menyerah karena terkendala dalam bahasa, khususnya Bahasa Inggris. Ke depan, semoga publikasi lebih ditingkatkan,karena menjadi hal yang penting. Khalayak umum harus tahu bahwa ternyata ada beasiswa seperti AAS ini, sehingga banyak peminatnya dan berpengaruh pada jumlah pendaftar, ”tutupnya. ST

Sharing Cross Cultural, IO Hadirkan Pembicara dari Australia International Oficce (IO) Universitas Tadulako (Untad) gelar Sharing Cross Cultural dengan pembicara Debora Paloppi, Praktisi bahasa dan budaya Australia, pada Senin (16/07) di Class Room IT Center Untad. Peserta kegiatan ini ialah sejumlah mahasiswa yang sebagian besar dari Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, FKIP Untad. Pada kesempatan tersebut, Debora, membagikan sejumlah pengalamannya dalam berinteraksi dengan orang banyak dari lintas negara yang datang ke Australia, baik dari Eropa, Timur Tengah, maupun Asia termasuk Indonesia. Ia juga memperkenalkan beberapa pengetahuan tentang Australia seperti budaya masyarakat, dan pola komunikasi masyarakatnya. Sebagai seorang pengajar, Debora juga membagikan pengalamannya itu kepada peserta sharing, yang merupakan calon-calon guru. Ia memotivasi peserta untuk bisa menjadi guru yang yang dicintai murid-muridnya. Debora juga

mendorong para peserta agar terus meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris, sebagai bahasa yang digunakan oleh masyarakat International saat ini. “The more you speak, the more you hear,” ujarnya. Debora melanjutkan, melatih berbicara bahasa Inggris, dapat dilakukan dengan mendengarkan dialog-dialog berbahasa Inggris. Hal itu akan sangat membantu meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris yang dimiliki. Namun, Debora menekankan agar para peserta tidak mengabaikan bahasa Indonesia. “Kalian dapat melatih diri dengan mendengarkan dialogdialog berbahasa Inggris. Itu akan sangat membantu meningkatkan kemampuan bahasa Inggris kalian. Tetapi kalian tetap harus bersungguh-sungguh belajar bahasa Indonesia. Anak-anak Indonesia harus bangga dengan bahasa Indonesia, dan perlu pula untuk memperdalam bahasa ibu kalian, bahasa Indonesia. Saya sendiri kagum dengan bahasa Indonesia, sebab bahasa Indonesia merupakan

Sesi diskusi sharing cross cultural bersama Debora Paloppi

bahasa yang fleksibel,” ungkap Debora. Kepala IO, Prof Dr Ir Marsetyo MSc Ag PhD, berharap dengan kehadiran Debora Poppi yang telah membagikan sejumlah ilmu dan pengalamannya, dapat menjadi motivasi bagi mahasiswa untuk terus berpacu meningkatkan kemampuan diri, khususnya dalam berbahasa

Inggris serta mampu berpikir secara global. “Saya harap dengan kegiatan ini, mahasiswa nantinya, tidak hanya berkeinginan menjadi guru di Indonesia, tapi juga menjadi guru secara International, di lintas negara. Karena itu sudah semestinya bahasa Inggris dikuasai,” tutur Prof Marsetyo. Wn


Kabar Tadulako Edisi 97 Juli 2018

Tahun ke 6

8

Dr H Jamaludin, Berhasil Inovasi Pemanfaatan Labu Siam

Dr H Jamaludin M Sakung SPd MKes saat mempresentasikan hasil disertasinya dihadapan penguji pada Ujian Promosi Doktor (28/6).

Dr H Jamaludin M Sakung SPd MKes berhasil melakukan inovasi atas pemanfaatan Labu Siam dalam disertasi yang dipresentasikannya pada Ujian Promosi Doktor yang berlangsung di Pascasarjana Unhas, (28/6). Tanaman subtropis dengan nama latin Sechium edule Sw itu, oleh Dr H Jamaludin dibuat dalam bentuk praktis dalam kantong kecil yang dapat diseduh layaknya teh celup. Menurut pria kelahiran Leok, 17 April 1972 ini, hal tersebut dikarenakan fakta dilapangan bahwa labu dalam bentuk sayuran seringkali enggan untuk dikonsumsi. “Biasanya, ketika labu siam ini dihidangkan dalam bentuk sayur, orang enggan untuk mengonsumsinya,” tuturnya. Padahal, labu siam dengan kandungan glikosida, alkaloid, plaonoid, dan saponin memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, seperti anti diabetik dan mencegah penyumbatan pembulu darah. Dari hasil penelitiannya, Dr H Jamaludin

menemukan, labu siam yang diseduh tersebut cukup efektif dalam menurunkan kadar glukosa dalam tubuh dan juga menurunkan tekanan darah. Singkatnya, tahapan yang dilakukan Dr H Jamaludin dalam penelitiannya yaitu mula-mula labu siam dihancurkan menjadi potongan-potongan yang lebih kecil, selanjutnya dikeringkan dengan menggunakan oven. Setelah kering, potonganpotongan tersebut dimasukkan ke dalam kantong-kantong kecil yang sudah disediakan dan labu siam pun siap untuk diseduh bersama air hangat. Tim penguji Disertasi Dr H Jamaludin antara lain Prof Dr Andi Zulkifli MKes dan Dr Stang MKes selaku Co Promotor, Dr Toto Sudargo selaku penguji Ekternal dari Universitas Gadjah Mada serta tiga penguji lainnya yaitu Prof Dr drg A Arsunan Arsin MKes, Dr Masni Apt dan Dr Nurhaedar Jafar Apt. Disertasinya yang berjudul “Pengaruh pemberian Labu Siam Instan terhadap Perubahan Kadar Glukosa dan Tekanan Darah guru SMA Pre Diabetes di Kota Palu” itu memperoleh nilai A sekaligus mengantarkan mantan Dekan 2 periode di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Palu ini resmi memperoleh gelar Doktor dengan predikat kelulusan Cum Laude dengan lama studi 2 tahun 10 bulan. Ia berharap, dapat bekerjasama dengan pemerintah povinsi Sulawesi Tengah untuk mengembangkan hasil penelitiannya tersebut. Menurutnya, hal tersebut perlu dilakukan sebagai langkah dalam menanggulai penderita Diabetes dan pengidap Hipertensi di Sulawesi Tengah, khusunya di Kota Palu. Dr H Jamaludin seringkali melakukan penelitian terkait hal-hal yang menjadi problem di masyarakat, khususnya di wilayah Sulawesi Tengah. Ia pernah menjadi salah satu peneliti di Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Provinsi Sulawesi Tengah selama tiga tahun. Saat ini, Dr H Jamaludin mengajar di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Tadulako. Sebelumnya, pada tahun 2008-2009, Ia pernah menjadi sekretaris Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat periode yang saat itu masih tergabung dengan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Wn

BNI 46 Untad Kenalkan Aplikasi Yap pada Masyarakat Untad

Ket foto : customer service dan nasabah yang sudah download aplikasi YAP

Senin, (16/07)-Era digital yang kian digandrungi manusia abad millenium, kini terus memperkenalkan beragam aplikasi yang dapat mendukung semakin lancarnya orang-orang berkomunikasi, dan melakukan aktivitas kesehariannya. PT Bank Negara Indonesia (BNI) tbk turut menyumbang kebaruan teknologi dengan aplikasi Yap.

“Aplikasi tersebut merupakan solusi pembayaran masa kini yang dilakukan dengan scan QR Code melalui smartphone. Sumber dana dari metode pembayaran dapat dilakukan terdiri dari 3 pilihan yakni kartu kredit, debit, dan UniQu,” ungkap Kiren, Manager BNI 46 Untad saat ditemui awak Media Tadulako. Dilansir dari https://yap.id/, kelebihan menggunakan aplikasi ini adalah (1) easy, cara transaksi yang mudah, hanya dengan Log In, scan, dan bayar. (2) Modern Life Style, gaya hidup masa kini yang serba digital, (3) Secure, dengan dua lapis pengamanan : pasword login dan pin transaksi. (4) Convenient, terdapat tiga sumber dana yaitu dari kartu Debit, Kredit, dan UniQu. Dan (5) free, bebas biaya operasional. PT BNI Tbk telah bekerjasama dengan sejumlah tempat-tempat perbelanjaan, diantaranya

Pelepasan 1545 Mahasiswa KKN,

Wakil Rektor Bidang Akademik : Jaga Nama Baik Almamater Universitas Tadulako.

1545 Mahasiswa KKN mengikuti pelepasan di Lapangan Kampus Untad

Sebanyak 1545 mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN), angkatan 81 Tahun 2018 Universitas Tadulako (Untad) diturunkan ke lokasi-lokasi, pada Kamis (19/07) di lapangan Kampus Untad, yang dihadiri LPPM, Sekretaris LPPM, Dekan Fakultas Hukum, Dekan Fakultas Kehutanan, Koordinator PPI IPTEK, Sekretaris PPI IPTEK dan para Dosen Pembimbing Lapangan (DPL). Dalam sambutannya, Prof Sutarman Yodo SH MH selaku Wakil Rektor Bidang Akademik, mengatakan bahwa KKN merupakan suatu proses yang wajib diikuti oleh setiap mahasiswa. Selain itu, KKN juga mengajarkan mahasiswa untuk lebih peka terhadap orang disekitarnya dan sebagai wujud nyata Tri Dharma Perguruan Tinggi. “Mahasiswa KKN diharapkan dapat memberikan perubahan yang baik bagi daerah penempatan nantinya, demi mewujudkan Tri Dharma Perguruan Tinggi,” ujar Prof Sutarman. Masih dalam sambutannya. ia berpesan agar mahasiswa KKN benar-benar mengikuti secara seksama dan selalu menjaga nama baik Universitas. Prof Sutarman juga menegaskan bahwa mahasiswa KKN harus dapat bersosialisasi dengan baik terhadap masyarakat sekitar. “Karena kehadiran ananda sekalian dilokasi KKN akan menjadi pusat perhatian bagi warga sekitar, jadi saya berharap kalian dapat menjaga sopan santun. Karena apa yang anda lakukan adalah cerminan dari Universitas Tadulako,” terangnya. Sementara itu, Muhammad Arif SIp MSi selaku Ketua Paniti Pelaksana KKN mengatakan bahwa, mahasiswa KKN nantinya akan ditempatkan di empat kabupaten dan kota yang diikuti dengan 6 model yaitu BKKBN, PUPR, Revolusi Mental, Bina Desa, Bina Kampus, dan KKN PPM . “Saya berharap dengan 6 model ini mahasiswa dapat menerapkan apa yang sudah didapatkan ke lokasi KKN,” pungkasnya. Lanjutnya, Dosen Pendamping Lapangan (DPL) juga akan terus memberikan arahan dan mengawasi mahasiswa KKN selama di penempatan. “Mahasiswa nantinya akan mendapatkan tugas tambahan dari DPL masing-masing sesuai dengan model yang akan diterapkan,” imbuhnya. KKN angkatan 81 berjumlah 1545 orang, 9 orang di antaranya merupakan mahasiswa asing. 9 orang mahasiswa tersebut berasal dari Negara Vietnam, Timor Leste, dan Papua Nugini. (Sr)

supermarket, minimarket, warung kopi, toko elektronik, toko sport, toko emas, toko bangunan, hotel, penginapan, pusat belajar (kursus), dll. Selain tempat-tempat perbelanjaan tersebut, khusus di kota Palu, beberapa warung sari laut telah menjalin kerja sama. Sementara di Untad, Kiren menuturkan bahwa BNI 46 telah bekerja sama dengan salah satu kantin. “Di kota Palu, kita sudah bekerja sama dengan BNS, beberapa kafé dan warung kopi, serta mas joko atau warung sari laut. Sementara di Untad, kami sudah bekerja sama dengan salah satu kantin yaitu di Foodcourt FMIPA Untad. Sehingga, jika membeli di Foodcourt FMIPA, nasabah telah dapat menggunakan fasilitas Yap dalam melakukan transaksi pembayaranya,” tuturnya. Melaui fasilitas ini, masih menurut Kiren, BNI mengajak masyarakat khususnya masyarakat Untad, agar menjadikan Yap sebagai model transaksi masa kini. Bertransaksi menggunakan aplikasi tersebut, nasabah secara tidak langsung telah berpartisipasi dalam mensukseskan gerakan non tunai yang tengah digalakkan oleh Bank Indonesia sejak 14 Agustus 2014 lalu.

“Kami juga mengajak mahasiswa sebagai kaum millenia yang sangat akrab dengan teknologi untuk dapat menikmati budaya transaksi baru, yaitu d e n g a n Ya p i n i . S e l a i n i t u , d e n g a n k i t a menggunakan Yap, secara tidak langsung kita sebagai nasabah telah berpartisipasi dalam mensukseskan gerakkan non-tunai yang digalakkan Bank Indonesia sejak 14 Agustus 2014. Tujun dari gerakan itu adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pembayaran non tunai yang lebih praktis, efisien dan aman dalam rangka efisiensi pengendalian peredaran uang di masyarakat,” lanjut Kiren. Fauzan, mahasiswa Untad sekaligus salah satu pengguna aplikasi Yap, mengatakan bahwa aplikasi ini begitu praktis. Selain itu memudahkan nasabah melakukan transaksi. “Saya baru saja menggunakan aplikasi ini. Sangat praktis, dan memudahkan saya. Saya memang tidak suka kembalian recehan, karena suka tercecer. Jadi dengan Yap, itu sangat membantu saya. Apalagi jika nominal yang saya bayar, misalnya 32.700, recehannya jadi aman, langsung terpotong di rekening. Juga memudahkan, misal kita keluar dan lupa bawa dompet, aplikasi ini menjadi solusi. Jadi tidak harus bolak-balik untuk ambil dompet. Karena kita jarang sekali lupa bawa ponsel. Soalnya, ponsel itu sudah begitu dekat dengan kita,” ucapnya. Wn/ikr


9

Infotorial

Edisi 97 Juli 2018

Tahun ke 6

WISUDA XCII (Ke-92) LULUSAN UNIVERSITAS TADULAKO

FOTO DAN NASKAH : AKHMAD USMAR / HUMASUNTAD

Rektor beserta Anggota Senat Universitas Tadulako

Prof. Dr.Ir.H. Muhammad Basir Cyio, SE.MS.

Pengukuhan Muhammad Assep Dwitama Cyio, S.Ked oleh Rektor Untad Prof. Dr.Ir.H. Muhammad Basir Cyio, SE.MS. Selaku Orang Tua Wisudawan

Paduan Suara Mahasiswa Untad

Pengumuman Mahasiswa Terbaik Oleh Wakil Rektor Bidang Akademik Prof. Dr. Sutarman Yodo, SH.MH

Wakil Dekan Fakultas dan wakil direktur Pascasarjana

Kasubag Humas dan Crew Humas Untad berfose bersama Muhammad Assep Dwitama Cyio, S.Ked dan Ibunda Hj.Fadhliah Basir, S.Sos, M.Si


Infotorial

Edisi 97 Juli 2018

10

Tahun ke 6

WISUDA XCII (Ke-92) LULUSAN UNIVERSITAS TADULAKO

FOTO DAN NASKAH : AKHMAD USMAR / HUMASUNTAD

Suasana Proses Wisudawan di Gedung Auditorium Utama Universitas Tadulako

Penyerahan Setifikat Oleh Asisten 1 Gubernur Sulteng kepada Wisudawan Termuda ke 92 Lulusan UNTAD

Rektor Prof.Dr. Ir. H. Muhammad Basir Cyio, SE.MS bersama Ibu dan Putra Bungsa Bungsu Muhammad Assep Dwitama Cyio, S.Ked

Pembacaan Ikrar Wisudawan Di Akhir Pengukuhan Wisuda ke 92

Rektor Prof.Dr. Ir. H. Muhammad Basir Cyio, SE.MS Salah Satu Mahasiswa Berprestasi tingakt Universitas Tadulako Jurusan Bahasa Inggris

Undangan MUSPIDA Universitas Tadulako

Ceriah dan bahagia bersama Muhammad Assep Dwitama Cyio, S.Ked se usai Pengukuhan pelantikan wisudawan bersama Ibu dan anggota DWP


11

Info Fakultas Edisi 97 Juli 2018 Tahun ke 6

Dekan FKIP Lantik 27 Ketua Lembaga Kemahasiswaan

(Jumat, 06/07) – Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Tadulako melantik 27 lembaga kemahasiswaan lingkup FKIP periode 2018-2019, di Aula FKIP Untad Gedung Dekanat. Kegiatan yang mengambil tema “Organisasi Kemahasiswaan sebagai Wahana dalam membangun Karakter Bangsa” itu dimulai pada pukul 13.00 WITA. Acara tersebut diikuti oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), dan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) selain itu, 4 Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), 13 Himpunan Mahasiswa Program Studi (Himaprodi), dan 8 Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Setiap lembaga diwakili oleh masing-masing 3 orang perwakilan. Kegiatan dibuka langsung oleh Dr Lukman M.Hum selaku Dekan FKIP dan dihadiri oleh sejumlah jajaran pengurus lembaga kemahasiswaan lingkungan FKIP Untad. Dalam sambutanya Dr Lukman mengapresiasi ketuaketua lembaga kemahasiswaan yang terpilih karena mampu bersaing dengan puluhan ribu mahasiswa FKIP. “Saya percaya bahwa adik-adik mahasiswa di luar sana banyak yang ingin menjadi seperti kalian, namun tidak mendapat kepercayaan. Ada yang sudah mendapat kepercayaan namun tidak memiliki kemampuan. Sehingga kalian ini benarbenar menajdi mahasiswa pilihan dari yang terbaik,” ungkapnya.

Selain itu ia juga memberikan motivasi bagi ketua-ketua lembaga agar dapat menjadi pemimpin yang optimis dalam menghadapi masalah “Ketua-ketua lembaga yang hadir ini adalah pemimpin masa kini dan pemimpin masa depan, namun sekarang yang dipimpin adalah lembaga, kedepanya bangsa yang akan dipimpin,” tambahnya. Pelantikan tersebut dirangkaian dengan Workshop Kelembagaan Mahasiswa, yang bertujuan untuk pembinaan–pembinaan kegiatan terutama pada bagian administrasi bagi pengurus lembaga. Selama 2 hari para pengurus lembaga kemahasiswaan memaparkan rincian program kerja mereka masing-masing. Drs Saharudin Barasandji M.Pd selaku ketua panitia dalam kegiatan itu menjelaskan bahwa, perlu adanya pembinaan bagi pengurus lembaga kemahasiswaan. karena lembaga kemahasiswaan nantinya akan sering melibatkan penggunaan dana keuangan dan penyusunan laporan pertanggung jawaban, demi terwujudnya kemajuan dilingkungan FKIP. “Tujuannya tentu untuk penguatan lembaga kemahasiswaan, hal yang sangat prinsip adalah pembinaan dalam penataan administrasi, khususnya administrasi keuangan,” ujarnya. Agenda pelantikan pengurus diisi dengan pengambilan sumpah yang dipimpin langsung Dekan FKIP, Dr Lukman yang berlangsung dengan khidmat. NB

FK UNTAD Lantik 35 Dokter Muda Fakultas Kedokteran (FK) Untad melantik 35 dokter muda, diantaranya dr Yudi Tesi Listirawila genda, dr Meliana perdana safitri dan dr Aditya febriansyah putra. Kegiatan pelantikkan dan sumpah dokter ke-XII tersebut dilaksanakan di Aula Fakultas Kedokteran pada Selasa, (3/7). Dr dr M. Sabir MSi, selaku Dekan FK menyampaikan bahwa 35 dokter yang dilantikkan pada kegiatan tersebut adalah para dokter yang telah dinyatakan lulus ujian kompetensi nasional batch Mei 2018. “Pada ujian kompetensi nasional batch Mei 2018, peserta dari UNTAD yang lulus persentasinya 91% dan memang selama ini setiap kita mengikuti ujian kompetensi nasional yang lulus itu selalu di atas 90%”, jelasnya. Ia mengatakan bahwa para calon dokter yang bisa mengikuti ujian tersebut, hanyalah mereka yang telah menyelesaikan seluruh rotasi klinik di rumah sakit dan beberapa persyaratan lainnya, serta telah mengikuti try out. d r S a b i r m e n a m b a h k a n b a h w a pelantikkan dokter kali ini, jumlah dokter yang dilantik merupakan jumlah terbanyak dari pelantikkan-pelantikkan dokter s e b e l u m n y a y a n g p e r n a h m e r e k a laksanakan. “Total alumni dokter kita sudah mencapai 216 dokter yang telah dinyatakan lulus ujian nasional serta telah melewati pelantikkan dan sumpah dokter,” ungkap dr Sabir. Dekan FK tersebut juga mengatakan

bahwa para dokter muda yang telah dilantik dan disumpah tersebut masih harus m e n g u r u s p e m b e r k a s a n u n t u k mendapatkan sertifikat kompetensi, surat tanda registrasi dan akan mengikuti program intensif maksimal 1 tahun. “Mereka akan dikirim ke PUSKESMAS mana saja selama 8 bulan dan 4 bulan di rumah sakit. Setelah menyelesaikan intensif tersebut, selanjutnya terserah mereka mau langsung bekerja atau bisa juga lanjut untuk ambil spesialisasi,” tuturnya. Ia berharap alumni-alumni kedokteran dapat menyebar ke seluruh wilayah Sulawesi Tengah dan memberikan pengabdian terbaiknya kepada masyarakat serta dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk fakultas mereka. “Sedangkan untuk yang masih menjadi mahasiswa, kami berharap agar mereka s e l a l u b e l a j a r d e n g a n g i a t , k a r e n a kesuksesan itu tidak terjadi secara instan. Apalagi tahun-tahun pertama itu adalah tahun terberat untuk mahasiswa kedokteran, jadi harus semangat dan kerja keras, semangat tidak boleh luntur,” harapnya. dr Yudi Tesi Listirawila genda yang merupakan lulusan dokter terbaik pada pelantikkan kali ini, berharap agar kegiatan pelantikkan dokter selanjutnya bisa lebih baik lagi. “Semoga fakultas bisa terus menghasilkan dokter-dokter berkualitas”, harapnya. Vv

Lakukan Evaluasi BAN-PT

Prodi Sosiologi Mengalami Peningkatan Nilai Akreditasi. Evaluasi secara berkala terus dilakukan oleh Universitas Tadulako dalam mempertahankan mutu institusi. Salah satu bentuk evaluasi resmi dengan melakukan reakreditasi Program Studi oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) yang dilakukan oleh Program Studi Sosiologi, pada Senin- kamis (02-05/07). Ketua Jurusan Sosiologi, Dr. Sulthan Zainuddin S.Sos, M.Si menuturkan bahwa upaya yang telah dilakukan oleh seluruh civitas baik itu Dosen, Staff maupun mahasiswa dalam meningkatkan kualitas dari prodi sosiologi sudah maksimal. “ Upaya yang dilakukan sudah sesuai kriteria yang telah ditetapkan oleh tim borang, semua keriterianya kami perhatikan, sehingga kinerja tersebut menghasilkan peningkatan nilai dari 311 menjadi 327, pencapaian tersebut terkait dengan kinerja dosen dan metode pembelajarannya serta hubungan dosen dan mahasiswa. Jadi selain di kelas kita membuat ruang bagi dosen sehingga masih terjalin komunikasi yang baik,” tuturnya. Lebih lanjut, Ia mengatakan bahwa alumni yang dihasilkan juga semakin berkualitas. “Alumni kita juga sekarang mengalami peningkatan kualitas buktinya banyak yang memegang pucuk pimpinan baik di Kota Palu maupun di luar Kota Palu,” tambahnya. Sementara itu, Koordinator Program Studi, Dr, Roslinawati, M.Si, menyebutkan bahwa dalam meningkatkan kualitas prodinya, ia membuat tim khusus yang terdiri dari tujuh orang untuk mensiasati bagaimana menaikan nilai akreditasi prodi. Dr. Roslinawati mengatakan bahwa poin penting dalam menaikan nilai akreditasi yaitu dengan mengumpulkan data dari berbagai aktivitas yang telah terjalin selama empat tahun berjalan. Salah satunya merevisi Rencana Pembelajaran Studi (RPS) tiap dosen.

“Ada masukkan yang kami dapat dari tim visitasi yaitu membuat peraturan mengeani pengumpulan RPS oleh setiap dosen dan jika tidak maka akan dikenakan sanksi. Hal ini sangat penting karena itu adalah patron atau pola dosen memberikan materi secara terstruktur kepada mahasiswa. Sehingga dari situ mahasiswa juga dapat menambah ilmunya selain dari materi yang dosen berikan, “ ungakpnya. Sementara terkait upaya yang dilakukan untuk m e n a i k a n i n d e k s p re s t a s i m a h a s i s wa , D r Rosnilawati mengatakan upaya yang bisa ditempuh ialah dengan dengan melakukan remedial dan beberapa bimbingan khusus “Dalam meningkatkan indeks prestasi mahasiswa, pertama kami lakukan remedial, bimbingan khusus, serta bimbingan untuk organisasi mahasiswa, sehingga mahasiswa yang terbengkalai dapat dibimbing,” ujarnya S e l a i n i t u , u n t u k m e n c e g a h t e r j a d i n y a pengangguran oleh para alumni, dilakukan pelatihan kewirausahaan. “Upaya lain yang kami lakukan untuk mengantisipasi terjadinya pengangguran oleh alumni kami, dilakukannya pelatihan kewirausaha sehingga mahasiswa bisa membaca pasar, apa yang akan dilakukan setelah dia keluar tapi belum terserap dilapangan kerja lain. Dan alhamdulillah hasilnya sangat memuaskan, ada beberapa mahasiswa yang sudah menjalankan usaha dan menghasilkan upah sekian juta,” jelasnya. Dr Rosilnawati mengaku mendapat beberapa saran dari tim civitasi dalam menaikan lagi nilai akreditasi prodi, salah satunya melakukan studi banding. “Saran yang diberikan oleh tim civitasi yaitu melakukan studi banding ke beberapa universitas yang memiliki Prodi Sosiologi yang terakreditasi dengan nilai A. Dari situ dapat diketahui apa-apa saja yang dilakukan dalam mensiatasinya sehingga mendapat nilai yang sangat baik, ” ucapnya. AFT


Info Fakultas Edisi 97 Juli 2018

Tahun ke 6

12

Seminar Nasional Prodi PPKn

Ajak Semua Emelen Bahas Pendidikan FKIP siap terapkan Transformatif dan Multikultural Pembelajaran Daring Program PPG

P r o g r a m s t u d i ( p r o d i ) Pe n d i d i k a n Pa n c a s i l a d a n Kewarganegaraan (PPKn) melaksanakan kegiatan seminar nasional mengusung tema “Pengembangan Kewarganegaraan Transformatif dalam Masyarakat Multikultural Era Globalisasi” di Media Center, Universitas Tadulako Sabtu, (14/07) Kegiatan ini dibuka langsung oleh Dr. Lukman Nadjamudin M Hum selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Untad. Beliau mengaku sangat mengapresiasi semua panitia atas kerjasama dan kerja keras mereka dalam kegiatan ini. “Guru yang profesional adalah guru yang berkompeten dan telah melalui proses yang ketat dan memiliki kemampuan memadai untuk mencerdaskan anak bangsa ” ungkap Dr. Lukman dalam akhir pembukaannya. Dr. Lukman berharap melalui kegiatan ini peserta seminar nasional dapat terinspirasi dan mendapat pencerahan khususnya dalam hubungan dengan pendidikan melalui pengembangan transformatif masyarakat multikultural khususnya di era modern. Seminar nasional ini menghadirkan tokoh-tokoh nasional yakni, Dr. Supratman Andi Agtas, S.H, M.H selaku ketua badan legislasi DPR RI dan Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si. selaku guru besar Universitas Pendidikan. Kegiatan ini tidak hanya dihadiri oleh masyarakat Universitas

Tadulako tetapi juga ikut dihadiri oleh banyak tokoh masyarakat mulai dari guru-guru, kepala-kepala sekolah dan alumni mahasiswa prodi PPKn. Prof. Dr. Karim Suryadi dalam pemaparan materinya menjelaskan tentang pengembangan kewarganegaraan dalam transformasi masyarakat multikultural di era globalisasi dari sudut pendidikan “Pendidikan multikultural seharusnya bisa menjadi suatu proses transformasional bukan sekedar proses transformasi, yang mana artinya pendidikan multikultural bukan hanya sekedar mengajar tentang kebudayaan sendiri yang berbeda tetapi juga menoleransi kebudayaan dari yang lain” ungkap Prof. Dr. Karim Prof. Dr. Karim mengungkapkan yang terpenting dalam pendidikan multikultural adalah seorang pendidik dituntut tidak hanya menguasai materi yang dia ajarkan tetapi lebih dari itu seorang pendidik harus mampu menanamkan nilai-nilai inti dari pendidikan multikultural seperti demokrasi, humanisme dan pluralisme atau menanamkan nilai-nilai keberagaman. Seminar Nasional ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam rangka menuju pelaksanaan kegiatan reuni akbar alumni mahasiswa prodi PPKn yang diadakan ke esokan harinya di Untad. ST

Fakultas Kedokteran Kembangkan Penelitian Animal Model Lewat WOAM

Workshop On Animal Model (WOAM) yang dirangkaikan dengan Diesnatalis Fakultas Kedokteran dan Diesnatalis Universitas Tadulako ini merupakan pelatihan tentang pembuatan Animal Model di berbagai bidang kesehatan. Pelatihan yang dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Kedokteran ini dihadiri oleh Dosen-dosen dari berbagai Universitas di Kota Palu, kamis-sabtu (19-21/07). dr. Mohammad Salman, Instruktur Praktikum pada pelatihan ini mengatakan bahwa kegiatan pelatihan yang menggunakan model hewan ini merupakan rangkaian kegiatan dalam Diesnatalis oleh Fakultas Kedokteran dan Diesnatalis Universitas Tadulako. Dengan mengacu pada tri dharma perguruan tinggi yang salah satunya di bidang Penelitian, maka kegiatan pelatihan pertama ini sangat penting dalam melakukan berbagai penelitian sederhana dengan menggunakan alat serta biaya yang sedikit. Ia melanjutkan bahwa pelatihan yang diadakan selama tiga hari ini lebih banyak dengan melakukan praktikum dari hari pertama sampai ketiga. “ Dalam penelitian ini, kita mengutamakan praktikum agar peserta dapat mengetahui langsung bagaimana cara dalam pembuatan model hewan coba sampai dengan memilih metode sederhana dalam mengumpulkan data menggunakan software, “ jelasnya. Lebih lanjut ia mengutarakan jalannya praktikum yang dimulai dari operasi sampai tahap pengumpulan data saat hari terakhir. “ Praktikum pertama kita lakukan operasi mencitnya, setelah dioperasi, diharapkan mencitnya dapat hidup di hari kedua, lalu diambil sampel yang akan dibuat seperti memiliki penyakit ginjal, selanjutnya dilakukan Immunohistochemistry (IHC) untuk melihat eksresi antibodi,

dan di hari ketiga dilanjutkan dengan beberapa tahap pewarnaan hingga tahap pengumpulan data, “ tuturnya. Sementara itu, dr. Nur Arfian, Ph.D, Dosen Departemen Anatomi Universitas Gajah Mada sekaligus Pemateri dan Instruktur Praktikum, mengaku bahwa motivasinya saat menjadi tokoh utama dalam pelatihan ini yaitu untuk terus mengembangkan metode tentang Animal Model di berbagai perguruan tinggi yang memiliki riset yang baru berkembang. “ Kita dari UGM di bidang magister ilmu biomedik, ingin mengembangkan tentang Animal Model. Banyak Peneliti dan Dosen kesulitan membuat suatu model penyakit, kita mempunyai program yang bertujuan untuk menginisiasi tentang hewan coba yang bisa dilakukan di berbagai institusi, dan karena memang riset di Fakuktas Kedokteran di Untad ini masih baru, sehingga sangat cocok Animal Model ini dikembangkan lagi,” tegasnya Sedikit membagi pengalaman saat memulai penelitiannya di Departement Anatomi UGM, Ia memilih penelitian yang mudah dengan biaya yang sedikit, dan itu semua bisa dilakukan dengan menggunakan metode Animal Model. “ Dulu di Departemen Anatomi, saya tidak mempunyai apa-apa, kami tidak tau penelitian seperti apa yang akan dilakukan. Pada akhirnya kami memilih penelitian ke arah Animal Model, selain murah, biaya yang dikeluarkan cukup sedikit dan yang paling penting menggunakan alat-alat yang sederhana. Sebab itulah Mahasiswa, Dosen ataupun para Peneliti yang melakukan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Tadulako menyelenggarakan sosialisasi dan Pelatihan Pendidikan Profesi Guru (PPG) Dalam jaringan (Daring) tahap II pada Selasa, (10/7). Kegiatan ini diikuti oleh 65 mahasiswa PPG dalam jabatan dari berbagai daerah di Sulawesi untuk pembelajaran Daring, bertempat di Aula FKIP Untad Gedung Dekanat. Program PPG merupakan amanat Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2017 tentang kewajiban guru, memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik. Proses pembelajaran program PPG berbasis daring baru pertama kali diterapkan diseluruh Indonesia. Dengan menerapkan sistem tersebut, proses pembelajaran dapat dilakukan walaupun berjarak jauh, karena menggunakan internet berbasis jaringan yang diselenggarakan Kemenristedikti. Sosialisasi ini dibuka dengan sambutan ketua panitia dan dilanjutkan dengan sambutan Dr Lukman M.Hum Selaku Dekan FKIP yang sekaligus membuka kegiatan pada pagi hari itu. Dekan FKIP Dr Lukman, M.Hum mengatakan, sesuai dengan VISI FKIP, fakultas yang dipimpinnya itu bercita-cita menjadi kiblat pendidikan guru di Sulawesi Tengah. “Itu bisa dilihat Lewat perjuangan para dosen yang luar biasa, kita dinyatakan layak berpartisipasi dalam PPG,” tegas Dr. Lukman. Koordinator PPG FKIP, Dr Hj Ijriana M.Si mengungkapkan, program PPG dalam jabatan merupakan pengganti dari program Pendidikan Latihan Profesi Guru (PLPG) yang dilaksanakan pada tahun sebelumnya. Selain pelaksanaan program akan dilakukan selama 3 bulan, perbedaan PPG dalam jabatan dibandingkan dengan PLPG yakni diberlakukanya pembelajaran dalam jaringan, agar nantinya kualitas guru-guru professional sesuai yang diharapkan. “Setelah dievaluasi, guru-guru yang dinyatakan professional melalui PLPG ternyata tidak memenuhi standar yang diharapkan oleh Kemendikbud, olehnya itu diluncurkan kembali sistem baru namanya PPG,” ungkap Dr. Ijriana Dalam mematangkan persiapan sistem pembelajaran tersebut, FKIP melakukan sosialisasi dan pelatihan PPG dengan memberikan 2 tahapan. Tahapan sebelumnya dinilai masih banyak yang belum mengerti tentang penggunaan akun PPG, sehingga FKIP melakukan sosialisasi tahap ke 2 ini. “Tujuanya adalah memfasilitasi mahasiswa PPG dalam jabatan maupun Dosen yang akan mengikuti pembelajaran daring, supaya dapat menguasai konten. Karena hal ini merupakan hal baru bagi mereka,” tambahnya lagi. Kegiatan yang berlangsung selama sehari itu mengundang 65 peserta dari berbagai daerah di Sulawest, terbagi atas 3 bidang studi yakni Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Bimbingan Konseling (BK) dan Pendidikan Matematika. “Harapan saya semua yang dilatih ini fokus pada penguasaan konten materi yang diajarkan lewat daring, sehingga semua memperoleh sertifikat sebagai pengakuan guru professional,” tutupnya. NB

penelitian yang bisa dipublikasikan dalam bentuk jurnal,” ujarnya. dr. Arfian berharap melalui pelatihan ini, peserta bisa mendapatkan pengalaman dalam menggunakan metode sederhana dari Animal Model serta bisa diaplikasikan sendiri dibidang mereka masing-masing. “ Harapannya peserta bisa mendapat gambaran, karena kebanyakan dari farmasi atau farmakologi itu saat mencoba suatu obat, mereka akan memilih apakah menggunakan induksi diabetes atau metode operasi pada model hewan coba yang sesuai dengan obat yang diberikan,“ harapnya. AFT


13

Info Fakultas Edisi 97 Juli 2018 Tahun ke 6

Halal bil Halal FMIPA Dekan FMIPA Sampaikan Pentingnya Kebersamaan Fakultas Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) menggelar halal bi halal bertema Membangun Silaturahim dan Persaudaraan Civitas Akademika FMIPA Untad. Acara yang dilaksanakan pada Selasa (3/7) ini berlangsung dalam suasana kekeluargaan yang hangat. Kegiatan silaturahim yang telah menjadi rutinitas tahunan ini nampak dihadiri oleh sejumlah Wakil Rektor dan pimpinan fakultas yang berkesempatan memenuhi undangan, turut hadir pula Ketua Darmawanita Persatuan Untad. “Kegiatan ini kami laksanakan untuk mempererat kebersamaan di FMIPA dan untuk mewujudkan moto satu Untad, satu nafas, satu keluarga”, tutur Dr Rusydi, selaku Dekan FMIPA. Menurut Dr Rusydi, kegiatan ini dilaksanakan akan kesadaran pentingnya kebersamaan dan kekompakan menjalani aktivitas dalam mengelola fakultas. “Dekan memang bisa meminta kepada dosen-dosen atau pun pegawai. Tapi tanpa rasa kebersamaan, tentu akan sulit untuk melaksanakan kegiatan secara maksimal. Kita ingin membangun pengelolaan tim yang solid dalam mengelola fakultas ini, tim yang kerja-kerjanya berlandasakan pada rasa kebersamaan dan kekeluargaan,” tandasnya. Dekan FMIPA berharap kedepannya kegiatan tersebut dapat menjadi momentum membangun kembali kebersamaan dalam menjalankan kegiatan-kegiatan di Fakultas MIPA.

“Di FMIPA ini, Alhamdulillah serangkaian kegiatan sudah kita laksanakan, dan semuanya berjalan dengan baik. Semua itu menurut saya terlaksanakan sebab rasa kebersamaan dan silaturahim yang sudah terbangun diantara sesama kita.

Tentu ini merupakan kesyukuran tersendiri bagi kami dan semoga terus seperti ini kedepannya,” terang Dr Rusydi. Kegiatan Silaturahim FMIPA kali ini semakin spesial dengan hadirnya Dr Khairan yang tampil sebagai penceramah. Dr Khairan merupakan dosen di Universitas Islam Jakarta yang sebelumnya juga pernah mengajar di FMIPA Untad. “Saya sangat berbahagia karena penceramah kita hari ini bisa meluangkan waktu di tengah padatnya agenda beliau. Bukan kebetulan Dr Khairan rupanya pernah mengajar di fakultas ini sebelum beliau menjadi pengajar di Universitas Islam Jakarta. Jadi sebenarnya dia adalah salah satu warga kami juga,” ungkap Dr Rusydi. Dalam ceramahnya, Dr Khairan menyampaikan betapa pentingnya menyambung silaturahmi yang akhir-akhir ini justru kurang menjadi perhatian sebagian muslim. “Saat ini, orang barat justru lebih unggul dalam silaturahmi dibanding kita, terutama dalam keilmiahan, bahkan mereka punya divisi khusus untuk membantu orang-orang yang lemah, baik dari segi finansial maupun pengetahuan. Padahal nabi dan para sahabat mengajarkan kita untuk menanamkan ukhuwah dalam segala bidang,” pungkasnya. Masih dalam ceremahnya, Dr Khairan juga menekankan bahwa selain membangun kebersamaan, program-program yang sudah dicanangkan oleh suatu instansi juga harus menjadi perhatian untuk benarbenar dilaksanakan dengan usaha yang maksimal.Vv

Dekan Fapetkan Lantik Pimpinan Lembaga Kemahasiswaan Dalam sambutannya, Prof Burhanuddin menyatakan bahwa pergantian kepengurusan secara periodik merupakan hal yang penting untuk dilaksanakan oleh sebuah organisasi. “Adanya proses penggantian pengurus, menandakan bahwa organisasi itu masih hidup, masih beraktivitas, serta masih memiliki tujuan dan ambisi,” terangnya. Masih dalam sambutannya, Prof Burhanuddin menyampaikan bahwa pengurus-pengurus organisasi kemahasiswaan yang akan dilantik, harus mampu mengimplementasikan apa yang akan mereka ucapkan saat prosesi pelantikan. “Siapa saja yang mengatakan bersediah menjadi pengurus, berarti sebagian tenaga dan waktunya sudah harus dia wakafkan untuk organisasi, sehingga dia harus lebih pandai memenejemen waktu untuk tujuan-tujuan besar, yaitu tujuan kuliah dan tujuan organisasinya,” jelasnya. Pada kegiatan itu juga, Prof Burhanuddin dipercayakan untuk membawakan materi keorganisasian. Dalam materinya ia memaparkan bahwa selain struktur, sebuah organisasi juga harus memiliki tujuan. “Tujuan dari organisasi adalah bagian yang akan menentukan seperti apa kita berbuat dan seperti apa kita berusaha,” paparnya. Prof Ir Burhanuddin Sundu MSc Ag PhD, Dr Ir Syahrir MP dan 4 ketua lembaga yang dilantik. Menurutnya, sebuah tujuan tanpa realisasi atau

Bertempat di Aula FAPETKAN, Dekan FAPETKAN, Prof Ir Burhanuddin Sundu MSc Ag PhD, melantik ketua-ketua lembaga kemahasiswaan (20/07), diantaranya Hamdi, ketua Badan Eksekuif Mahasiswa (BEM) dan Moh. Dermawan Putra ketua Unit Kegiatan Olahraga Fakultas (UNIKOF).

pun sebaliknya, tidak akan memberikan hasil yang baik. “Jika anda punya keinginan, tapi keinginan itu anda tidak eksekusi, maka tidak akan mungkin tercapai, seperti mimpi di siang bolong. Akan tetapi, aksi tanpa mimpi sama dengan mimpi yang mengerikan,” tuturnya. Dekan Fapetkan itu berharap workshop tersebut dapat memberikan banyak pengetahuan kepada mahasiswanya tentang peran mereka dalam menjalankan aktivitas organisasi. Dr Ir Syahrir MP, wakil Dekan bidang Kemahasiswaan menyatakan bahwa dalam kegiatan tersebut, ke-11 organisasi mahasiswa FAPETKAN itu masing-masing menyampaikan program kerjanya (proker). Menurutnya, hal itu penting dilakukan mengingat tujuan pelaksanaan kegiatan workshop yang merupakan rangakaian pelaksanaan pelantikkan tersebut adalah untuk sikronisasi proker organisasi serta memenejemen keuangan lembaga. “Ada tim perumus dalam pemaparan proker tersebut, hasil rumusannya akan saya serahkan ke bendahara, sehingga bendahara tahu bahwa jadwal kegiatan organisasi dan bendahara sudah bisa menyiapkan dananya,” pungkasnya. Dr Syahrir yang juga merupakan pemateri dalam workshop tersebut, dalam materinya menerangkan bahwa dalam sistem penganggaran, keterlambatan pengumpulan laporan pertanggungjawaban (LPJ) kegiatan sebelumnya, akan menghambat pencairan dana untuk kegiatan selanjutnya. Ia berharap agar administrasi organisasi kemahasiswaan di FAPETKAN, dapat tertatah rapih dan tidak terjadi tumpang tindih antar proker masingmasing organisasi, serta tidak terjadi lagi keterlambatan pencairan dana untuk kegiatan organisasi-organisasi tersebut.Vv

Tujuh Mahasiswa FKIP PPL di Thailand dan Filiphina Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) kembali mengirimkan tujuh mahasiswa Program Pengalaman Lapangan (PPL) ke dua Negara yakni Thailand dan Filiphina lewat program The Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO). Selain itu, Untad juga akan kedatangan mahasiswa asing dari dua Negara yang sama. Saat ditemui di ruang rapat FKIP, Drs. Anang WM Diah, M.Si., Ph.D selaku koordinator program SEAMEO mengatakan bahwa program ini sudah berjalan dua tahun di FKIP, di tahun ini tujuh mahasiswa PPL yang berhasil lulus seleksi akan ditempatkan di dua Negara yaitu Thailand dan Filiphina selama sebulan penuh. Ia melanjutkan bahwa, melalui program ini diharapkan mahaiswa dapat memperoleh pengalaman terutama pengalaman mengajar bagi calon guru di negara yang memiliki budaya berbeda dari Indonesia. “Sebenarnya melalui program ini kami berharap dapat memberikan pengalaman kepada para mahasiswa calon guru terkait dengan pendidikan, kurikulum serta budaya di Negara Asean, sehingga mereka tau bagaimana pendidikan di negara lain dan diharapkan bisa dikembangkan di Indonesia,” tuturnya. Drs. Anang kembali menjelaskan bahwa program ini merupakan pertukaran mahasiswa antar negara sehingga Untad juga akan menerima mahasiswa asing yakni dari Thailand dan Filiphina. “ Kami juga akan menerima tujuh mahasiswa asing, dua mahasiswa dari Filiphina dan lima orang dari Thailand, dan semuanya memiliki latar belakang

pendidikan bahasa Inggris,” jelas Dosen Kimia Organik tersebut. S e l a i n i t u , A n a n g mengungkapkan bahwa akan dibentuk tim pendamping yang terdiri dari mahasiswa yang juga melaksanakan ppl untuk mendampingi mahasiswa asing selama di Palu. “ Kita juga menyiapkan tim pendamping yang berisikan Mahasiswa PPL untuk mendampingi mahasiswa asing yang datang disini,” ungkapnya. Sementara itu, Muhammad Iqra selaku peserta mengatakan bahwa alasan ia mengikuti program ini adalah untuk menambah pengetahuan bagaimana cara mengajar dengan baik dan menambah pengalaman di negeri yang memiliki budaya yang berbeda dengan Indonesia. “Alasan saya itu sebenarnya mau cari pengalam, bukan hanya itu, saya juga ingin menambah pengetahuan saya serta

bagaimana cara mengajar yang baik, karena di sana beda budaya maka pasti memahami karakter siswa pasti beda dengan di Indonesa,” ungkap mahasiswa Pendidikan Biologi itu. AFT


Mimbar Mahasiswa Edisi 97 Juli 2018

Tahun ke 6

14

Hindari ISPA, BEM FK follow Up Bina Desa Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kedokteran (FK) langsungkan kegiatan follow up desa binaan di Desa Salana dengan tema “Bersahabat dengan Udara, Bantu Cegah Infeksi Saluran Pernafasan (ISPA)” yang diikuti mahasiswa dari setiap angkatan di Fakultas Kedokteran, pada Minggu (08/07). Ditemui reporter Media Tadulako, Fikri Akbar Mustamar, ketua BEM FK mengaku kegiatan ini merupakan kegiatan tahunan yang dilaksanakan dua kali dalam setahun oleh BEM FK. “Kegiatan bina desa sudah diadakan sejak tahun 2013 sampai saat ini. Untuk bina desa pertama Alhamdulilah sudah terlaksana dan insya Allah yang kedua akan kami laksanakan kembali di bulan Oktober nanti,” ungkap Fikri. Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam bina desa, antara lain pemeriksaan kesehatan, ruang edukasi kesehatan dan sosialisasi mengenai pola hidup sehat bebas ISPA. Selain kegiatan di atas panitia juga melakukan pembudidayaan lele dan tanaman buah naga dalam skala kecil. “Melalui pembudidayaan lele dan buah naga kami berharap dapat menjadikan desa Salana menjadi desa yang mandiri serta dapat

membantu perekonomian masyarakat desa, meskipun hanya dalam skala kecil,” tutur Fikri. Bina Desa bertujuan agar mahasiswa dari Fakultas Kedokteran dapat bersosialisasi langsung dengan masyarakat dan mengedukasi masyarakat desa Salana mengenai pola hidup sehat salah seorang anggota BEM sedang memeriksa masyarakat (foto : dok. BEM FK) serta pentingnya menciptakan lingkungan yang sehat bebas dari ISPA. bebas dari ISPA. Asdwiyenti Miftahulresty, ketua panitia, menjelaskan desa Salana “Melalui kegiatan ini saya berharap semoga bermanfaat bagi merupakan salah satu desa dengan segi kesehatan yang masih rendah. masyarakat di desa Salana dan masyarakat dapat lebih paham tentang Masyarakat desa Salana umumnya adalah penderita IPSA dikarenakan ISPA serta menjaga kesehatan mereka dengan menghindari rokok, ” mayoritas masyarakat di sana adalah perokok. harap Asdwiyenti. “Kami mengangkat tema bersahabat dengan udara, bantu cegah IPSA Kegiatan ini diapresiasi banyak pihak termasuk anggota BEM FK dikarenakan banyaknya masyarakat di desa Salana yang masih kurang sendiri, diantaranya Ofel Mazmur, yang mengatakan dengan adanya aware dengan kesehatan pernapasan, tidak hanya bapak-bapak tetapi bina desa, masyarakat di desa Salana dapat lebih peka dengan kesehatan. ibu-ibu di sana juga mayoritas perokok aktif,” jelas Asdwiyenti. Masih menurut Ofel, keterlibatan dalam kegiatan semacam ini Asdwiyenti berharap dengan adanya kegiatan ini masyarakat di desa memberikan kepuasan sendiri karena dapat terlibat dalam kegiatanSalana dapat merubah pola hidup mereka dengan pola hidup sehat dan kegiatan positif, yakni membantu orang lain. Adr

Energi Pemuda Timur FIM 2018 2018, Forum Indonesia Muda (FIM) kembali diadakan dengan Indonesia Timur-Wilayah 5, menjadi tuan rumah yang mengusung tema “Energi Pemuda Timur” Jumat-Sabtu, (6-8/7)-FIM, ungkap Retno Budiasih, Koordinator regional FIM Palu, merupakan forum independen yang beranggotakan pemuda dan mahasiswa dari berbagai aktivitas, universitas, maupun lembaga kepemudaan dari seluruh Indonesia dengan cita-cita membangun bangsa dengan semangat kontribusi bersama. “Forum ini dibuat sebagai sarana peningkatan kompetensi pemuda dan mahasiswa dalam rangka menyiapkan pemimpin masa depan dan wadah silaturahmi untuk membangun kontribusi bersama gerakan kaderisasi kepemudaan,” ungkap Retno. Ia juga mengatakan bahwa pelatihan FIM tahun lalu digelar di kelurahan Cibubur, kecamatan Ciracas, Jakarta Timur. Sedangkan tahun 2018 pelatihan FIM di gelar di lima titik di Indonesia yang disesuaikan dengan pembagian regional FIM. “Ada lima titik pelatihan FIM tahun ini yakni wilayah 1 Bukit Tinggi Sumatra Barat, wilayah 2 Bogor Jawa Barat, wilayah 3 Solo Jawa Tengah, wilayah 4 Malang Jawa Timur dan wilayah 5 Makassar Sulawesi Selatan,” tuturnya. Retno melanjutkan, peserta pelatihan FIM wilayah 5 merupakan para pemuda yang berasal dari 9 wilayah regional Indonesia Timur yakni Jayapura, Kendari, Gorontalo,

Manado, Ambon, Palu, Maluku Utara, Makassar dan Majene dengan jumlah peserta sebanyak 82 orang. “Dari 82 orang tersebut, sebanyak 23 pemuda pemudi atau para mahasiswa terbaik dari Palu berhasil lolos seleksi mengikuti pelatihan FIM wilayah 5. Pasca kegiatan, follow up dari FIM kader dari next generasi masing-masing regional dapat menjalankan project sesuai dengan hasil presentasi kader FIM. Dan saya berharap, semua kader next gen bisa mengembangkan diri untuk kebermanfaatan di sekeliling mereka berpijak,” lanjut Retno. Hasna Hasanudin, Mahasiswa Bahasa Indonesia, FKIP, salah serorang perwakilan Untad, begitu antusias mengikuti pelatihan FIM. Menurutnya, FIM begitu luar biasa. Ia menemukan pelatihan yang kece dan keren, serta begitu memotivasi. “Menurut saya FIM itu luar biasa, tidak ada pelatihan yang terkeren dan terkece selain FIM. Semuanya ada di FIM mulai dari kekeluargan, keseruan, kelucuan, motivasi maupun inspirasi yang terpenting orang-orang di dalamnya sangat totalitas dan saling mendukung,” pungkas Hasna. Dalam pengelolaannya, FIM menyuguhkan berbagai macam kegiatan berdasarkan regionalnya. Di wilayah Timur, kegiatan diisi dengan seminar kebangsaan, pelatihan, outbond, pertunjukan seni, dan project sosial. Juga menyuguhkan tokoh nasional dan kepemudaan diantaranya sebagai pemateri dalam pelatihan, di antaranya ketua KPK periode 2011-2015, Abraham Samad, Fatimah Kalla-ketua Yayasan Kalla, Muhammad Assad-Co founder dan CEO Tamasia, dan tokoh-tokoh hebat lainnya. Adr

Mahasiswa Untad Kembangkan Aplikasi Fundraising Berbasis Web Kelompok mahasiswa Untad yang terdiri atas 15 mahasiswa dari berbagai fakultas berhasil mengembangkan aplikasi berbasis web dengan nama BersamaKami.com yang bergerak dalam bidang fundraising (penggalangan dana) digital untuk kegiatan sosial dan kemanusiaan. Menurut Muhammad Ilham Alisa, Chief Executive Officer sekaligus penggagas BersamaKami.com, ketika ditemui pada Sabtu (07/07) aplikasi tersebut bertujuan sebagai wadah penghubung antara komunitas sosial dan masyarakat. “Jadi aplikasi ini dibuat antara lain untuk menyukseskan kegiatan amal yang akan dilakukan oleh seluruh pegiat sosial serta memberikan ruang seluas-luasnya kepada orangorang untuk turut terlibat membangun negeri,” terangnya. Aplikasi tersebut, lanjut Ilham, berawal dari keprihatinannya terhadap kegiatan-kegiatan sosial yang sering terkendala dengan masalah biaya. “Padahal menurut saya kegiatan-kegiatan tersebut sangat bagus dan bahkan bisa memberikan dampak yang besar, namun banyak yang diundur atau yang paling parah dibatalkan karena kurangnya biaya. Di sisi lain, saya melihat banyak orang di luar sana yang ingin membantu, namun mereka tidak dapat saling bertemu. Makanya di sini saya ingin menghubungkan orang-orang yang ingin berbuat kebaikan dengan orang-orang yang mau membantu menyumbangkan dana maupun tenaga. Sehingga saya berinisiatif untuk membuat suatu sistem digital agar mudah diakses oleh semua orang di mana saja dan kapan

saja,” terangnya. Mahasiswa Prodi Teknik Informatika 2015 tersebut menambahkan, ke depan pihaknya akan mencoba bekerjasama dengan lembaga-lembaga yang ada di Universitas Tadulako, “Saat ini kami masih berkomunikasi dengan lembaga-lembaga dari orang-orang yang terlibat dalam project ini yakni HMTI dan BEM FISIP. Ke depannya pihak dari lembaga kemahasiswaan lainnya akan kami ajak untuk bergabung. Karena beberapa program kami juga melibatkan mahasiswa, contohnya Beasiswa BersamaKami dan Pesisir BersamaKami,” jelasnya. Ilham berharap, aplikasi ini dapat menjadi wadah bagi para pegiat sosial dan agen kebaikan untuk terlibat dalam agenda-agenda kebaikan serta dapat menumbuhkan jiwa sosial yang tinggi kepada pemuda-pemuda Indonesia khususnya mahasiswa. “Kami juga berharap ini dapat menjadi perubahan yang baik bagi mahasiswa, serta sebagai pembuktian bahwa mahasiswa bisa berkarya dan bermanfaat untuk orang tua dan masyarakat,” ujarnya. Ditemui terpisah, Fathul Bahri, Ketua Himpunan Mahasiswa Teknik Informatika (HMTI) yang juga salah satu anggota tim BersamaKami.com menuturkan bahwa HMTI sendiri rencananya akan membantu menyebarkan informasi melalui media sosial. “Hal ini dilakukan sebagai motivasi untuk teman-teman Informatika bahwa mahasiswa Informatika Untad sudah harus bisa menciptakan sebuah start-up di segala bidang untuk mengembangkan teknologi, khususnya di kota Palu, sebelum mereka lulus,” ujar Fathul. Aplikasi yang akan resmi launching pada 22 Agustus 2018 ini memiliki empat program utama yakni Galang Bersama, Beasiswa BersamaKami, Kemanusiaan BersamaKami, serta Pesisir BersamaKami. Nr


15

Mimbar Mahasiswa Edisi 97 Juli 2018 Tahun ke 6

Grace, Wisudawan Terbaik Untad :

"Organisasi Tidak Mengganggu Perkuliahan" Grace Novenasari Manurung dari Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP berhasil meraih predikat sebagai wisudawan terbaik program Strata Satu (S1) dengan IPK 3,97, pada Wisuda Lulusan ke-92 Untad yang digelar di Gedung Auditorium Baru Universitas Tadulako, Kamis (05/07). Grace menyelesaikan pendidikannya dalam kurun waktu 3 tahun 8 bulan 12 hari. Ditemui seusai kegiatan, Grace, sapaan akrabnya, menyatakan tidak menyangka dapat menyandang predikat tersebut. “Waktu sekolah memang sering dapat peringkat, sementara di perkuliahan menurut saya biasa-biasa saja, makanya tidak menyangka bisa dapat predikat ini,” ucapnya haru. Perempuan kelahiran Palu, 25 November 1996 tersebut bercerita, Ia mulai menyusun skripsi pada Juli 2017. “Kebetulan ada mata kuliah Research on ELT dan Seminar in ELT, nah mulai dari situ saya sudah mengambil judul dan menyusun proposal. Setelah mata kuliah tersebut selesai, saya langsung menyetor judul dan diterima oleh dosen pembimbing. Mulai bimbingan juga di akhir Juli, namun sempat tertunda 1 bulan karena pada Agustus hingga September saya harus berangkat ke Filipina dalam rangka pertukaran mengajar,” ungkapnya. Meskipun aktif dalam beberapa organisasi antara lain Himpunan Mahasiswa Bahasa Inggris FKIP Untad dan Sanggar Seni Maliuntinuvu yang bergerak dalam bidang paduan suara, Grace menyatakan bahwa kesibukannya tersebut tidak mengganggu jadwal kuliahnya. “Itu tergantung dari bagaimana kita memanajemen waktu.

Misalnya ketika ada tugas yang diberikan oleh dosen, malamnya langsung saya kerjakan. Apalagi jadwal latihan saya di sanggar itu seminggu tiga kali, jadi kalau tugas tersebut saya tunda pasti tidak bakal terkejar lagi,” ujarnya. Banyak suka-duka yang dialami alumni angkatan 2014 tersebut selama masa perkuliahan, salah satunya mendapat anggapan yang kurang baik dari orang-orang di sekitarnya. “Karena kebetulan ayah saya juga dosen di Prodi Bahasa Inggris, sehingga kadang orang mengatakan bahwa nilai saya bagus karena ayah saya yang seorang dosen. Namun anggapan-anggapan seperti itu yang membuat saya semakin termotivasi untuk menunjukkan bahwa bukan karena orang dalam makanya kita bisa sukses, tapi dari usaha saya sendiri,” tuturnya. Kepada seluruh mahasiswa yang saat ini sedang menempuh studinya, agar bisa selesai tepat waktu, Grace berpesan agar berusaha lebih giat dan tidak menunda tugas yang diberikan. “Kita harus punya patokan. Kalau misalnya kita harus bisa menyelesaikan studi setidaknya kurang dari 4 tahun, maka kita harus berusaha lebih giat untuk mencapai hal tersebut. Intinya usaha, jangan malas, jangan menunda-nunda pekerjaan, dan jangan pernah berpikir bahwa himpunan maupun Unit Kegiatan Mahasiswa itu mengganggu

Berbagi kepedulian

25 Mahasiswa Untad Ikuti ENJ 2018

Keterangan foto : Muhammad Suhendar (Kabid Pelatihan Teknis Kemaritiman), Prof. Mery Napitupulu, MSc. PhD, beserta peserta ENJ Untad 2018 saat pembekalan kegiatan.

perkuliahan. Itu tidak sama sekali. Itu tergantung dari pribadinya sendiri mau menyelesaikan kuliahnya tepat waktu atau tidak,” ujar Grace. Rencananya, Grace akan melanjutkan studinya pada jenjang S2, “Kalau bisa, saya ingin melanjutkan studi di luar negeri. Namun kalau belum dapat, kemungkinan saya akan melanjutkan pendidikan di Untad, kebetulan juga diterima di Pascasarjana Untad,” kata Grace. Ayah Grace, Prof Konder Manurung DEA PhD, mengungkapkan kebahagiannya atas prestasi yang diraih oleh putrinya tersebut. “Saya sangat bangga dengan prestasi yang Ia raih. Saya harap mudah-mudahan prestasi ini dapat dipertahankan apabila sudah terjun ke masyarakat. Kalau di rumah belajarnya memang sudah teratur, sudah terjadwal dengan baik. Dia juga selalu mencoba memonitor apa yang sudah dia kerjakan dan apa yang belum dikerjakannya,” ujarnya. Nr

Sebanyak 25 mahasiswa Untad dari berbagai fakultas mengikuti program Ekspedisi Nusantara Jaya (ENJ) Untad 2018 dengan tema “Satu Pulau Beribu Kebaikan” di Pulau Masoni, Desa Sonit, Banggai Laut, 3-23 Juli 2018. Kegiatan ini merupakan hasil kerjasama antara Universitas Tadulako dan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman (KEMENKOMAR). Menurut Wakil Rektor Bidang Pengembangan dan Kerjasama, Prof Mery Napitupulu MSc PhD sebagai Penanggung Jawab, ENJ Untad telah disetarakan dengan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) sehingga mahasiswa yang telah mengikuti kegiatan ini tidak perlu lagi mengikuti KKN. “Mahasiswa yang mengikuti kegiatan ENJ tinggal program saja KKN di Siakad. Jadi, setelah pendaftaran online, kami akan seleksi berdasarkan IP dan jumlah SKS yang telah diselesaikan, kemudian terakhir adalah wawancara,” jelasnya saat ditemui

pada Jumat, (13/07). Sementara itu di lain kesempatan, Schayrul Hadi Purnomo selaku Ketua Tim ENJ Untad 2018, menyatakan bahwa salah satu tujuan kegiatan ini adalah untuk berbagi kepedulian dan rasa sosial terhadap masyarakat di pulau-pulau terpencil di Sulawesi Tengah. “Selain itu, kegiatan ini juga untuk memperkenalkan potensi budaya dan pariwisata Indonesia, serta melatih kepribadian, kepemimpinan, sosial, serta cara berinteraksi kepada masyarakat,” imbuhnya. Lebih lanjut, program kerja yang dilakukan secara garis besar adalah di bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan, bakti sosial, agama, seni, dan ekonomi. “Di bidang pendidikan, contohnya ada Pustaka Pesisir, Bimbingan Belajar, serta Kelas Inspirasi. Kemudian di bidang kesehatan antara lain ada pemeriksaan kesehatan serta sosialisasi gerakan masyarakat sehat, dan sebagainya. Harapannya, dengan adanya proker-proker tersebut dapat memberikan dampak positif terhadap masyarakat di Pulau Masoni yang selama ini belum mendapat perhatian lebih dari pemerintah,” pungkasnya. Nr

Jelang PESPARAWI, PSM Untad Langsungkan Konser malam pelepasan (Ahad, 07/07) – Dalam rangka mengikuti Pesta Paduan Suara Gerejawi (PESPARAWI) Mahasiswa Nasional ke XV di Manokwari, Papua Barat, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Paduan Suara Mahasiswa Universitas Tadulako (PSM Untad) mengadakan konser malam pelepasan di Gedung Madamba LPP RRI Palu. PESPARAWI sendiri merupakan ajang kompetesi Paduan Suara Mahasiswa tingkat nasional yang digelar oleh Direktoral Jendral Pendidikan Tinggi (Dikti) setiap dua tahun sekali. Pada tahun ini PSM Untad akan bertanding dengan 46 paduan suara mahasiswa dari seluruh Indonesia.

Konser malam pelepasan ini, adalah bentLangsunguk persiapan akhir PSM Untad sebelum berangkat untuk mengikuti PASPARAWI pada tanggal 15-19 Juli 2018 mendatang. Konser ini digelar untuk menggalang dukungan dan restu dari berbagai pihak, khususnya dari para penonton yang diundang untuk menyaksikan konser pelepasan yang dihadiri perwakilan sponsor dan Prof Mery Napitupulu MSc PhD, Wakil Rektor Bidang Pengembangan dan Kerjasama, sekaligus memberi sambutan dan melepas tim PSM Untad. Dengan persiapan yang terbilang cukup matang, Tim PSM Untad yang akan bertanding optimis akan meraih juara di ajang tersebut. Senada dengan optimis akan menang, Prof Merry juga berharap hal yang sama. Hal itu disampaikan dalam

sambutannya, karena Tim PSM Untad sudah mempersiapkan dengan matang. “Untuk tahun ini Tim PSM Untad betul-betul well prepare dalam menghadapi kompetisi, mulai dari atribut hingga dana yang akan digunakan. Saya sangat berharap PSM Untad akan menang,” jelas nya. Tidak hanya itu, konser yang berlangsung selama 3 jam ini bertujuan sebagai simulasi ajang kompetesi PESPARAWI, dimana PSM Untad akan membawakan 4 lagu yang terbagi dalam dua kategori yaitu Musica Sacra dan Gospel Spiritual. Sebelumnya, PSM Untad telah melakukan latihan selama kurang lebih 4 bulan untuk tampil maksimal di kompetisi tersebut. Dalam persiapan menuju kompetesi nasional itu, PSM Untad

mempercayakan Murda Timbul Tarida Hasioland Saragih yang kerap disapa Bang Olan, alumni Untad sebagai pelatih sekaligus conductor tim lomba. PSM Untad akan mengirimkan 42 orang sudah termasuk pelatih dan tim official. 42 orang itu tak hanya mahasiswa Nasrani. melainkan semua kepercayaan. “Kami berharap bisa membawa gold untuk universitas tercinta kita, karena banyak perjuangan yang telah dilewati seperti latihan yang begitu rutin kami jalani, kami Optimis bisa menang,” ungkap Adil selaku anggota tim PSM Untad. Tim PSM Untad menambahkan 3 lagu religi dari Kepercayaan Islam, Nasrani, dan Hindu, sebagaimana yang dianut anggota PSM Untad, sekaligus mengakhiri konser malam pelepasan. NB


Mimbar Mahasiswa Edisi 97 Juli 2018

Tahun ke 6

16

UPGRADING KINESIK

Mapala Lalimpala “Intelektual dalam Harapkan Orienteering Berorganisasi dan Berkarya” Semakin Diminati Khalayak

Membuka periode kepengurusan baru, Komunitas Intelektual Mahasiswa Ilmu Komunikasi (KINESIK) gelar upgrading sebagai upaya peningkatan kapasitas pengurus periode 2018/2019 dengan mengusung tema “Intelektual dalam berorganisasi dan berkarya. Kegiatan yang berlangsung di Ruang Senat Lama Rektorat Untad, senin s/d selasa (17-18/07) ini diikuti oleh 64 orang pengurus dari masing-masing divisi dan Badan Semi Otonom (BSO). Ilham Romadhona, Ketua Umum KINESIK menyampaikan, tujuan pelaksanaan upgrading ini tidak lain adalah peningkatan kapasitas pengurus dan membangun semangat kepengurusan. Penyajian materi mulai dari manajemen organisasi, sistem administrasi, pemahaman sistem BSO dan divisi, sampai pada materi management event. “Selain penyajian materi, di hari kedua ada sesi brain storming atau curah pendapat bersama pengurus inti KINESIK sebelumnya. Hal ini diadakan sebagai sesi berbagi pengalaman dari senior-senior kami mengenai pengalaman pada masa kepengurusannya agar kami dapat belajar, mengambil hikmah dan memperbaiki yang harus kami perbaiki,” jelas Ilham. Upaya peningkatan kapasitas pengurus tidak boleh hanya pada tataran teknis, tetapi juga pada kemampuan manajemen dan perancangan konsep. Dibutuhkan daya kritis untuk merespon hal-hal yang terjadi di sekitar untuk dibuat menjadi sesuatu yang bermakna. Hal ini disampaikan oleh Koordinator Program Studi Ilmu Komunikasi, Dr Ilyas SSos M I Kom selaku Pembina KINESIK dalam sambutannya sekaligus membuka kegiatan. “Mahasiswa tidak boleh menjadi menara gading yang hanya asik dengan dirinya sendiri. Memiliki kemampuan teknis itu penting, tapi untuk masuk di level atas, orang dengan kemampuan manajemen dan perancangan konsep yang bisa.

Perlu dihadirkannya kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak hanya mendorong peningkatan kompetensi teknis, tetapi juga mengembangkan kompetensi ilmiah,” terangnya. Selain itu, Dr Ilyas juga berharap kegiatan ini akan menghasilkan kepengurusan yang lebih baik, meningkat kualitasnya, dan bisa memberikan warna bagi KINESIK maupun Ilmu Komunikasi secara umum. Beliau juga berpesan agar pengurus dapat mengantisipasi kehadiran mahasiswa baru 2018. Berbeda dari kepengurusan pendahulunya, periode ini, pelaksanaan upgrading didahului dengan proses screening bagi calon pengurus oleh Pengurus Inti Terpilih dan Dewan Pertimbangan KINESIK (DPK) yang dilaksanakan pada jumat s/d sabtu (13-14/07) lalu. Proses screening berupa wawancara dilakukan sebagai tahap akhir penilaian kapasitas calon pengurus sekaligus pernyataan komitmen dalam menjalankan kepengurusan selama satu periode ke depan. Hal ini dijelaskan Ilham, bahwa proses screening adalah langkah strategis sebagai upaya pengenalan karakter pribadi masing-masing pengurus. Agar ke depan akan mempermudah sistem koordinasi, serta mempermudah melihat potensi dan kecenderungan calon pengurus. “Screening ini memang tidak kemudian menjadi jaminan, kalau pengurus yang telah lulus tahap ini dan menyatakan komitmennya akan bisa bertahan sampai selesai dan menuntaskan tanggung jawabnya dengan maksimal. Tetapi harapan besar kami, hal-hal seperti pengurus mundur tanpa berita, mandeknya sistem koordinasi, dan banyak hal teknis lainnya bisa diminimalisir, mengingat kami sudah mengetahui passion masing-masing dan menjelaskan secara sederhana gambaran kondisi yang akan dihadapi selama periode kepengurusan,” jelas Ilham. ndh

Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Lalimpala Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Tadulako (UNTAD) gagas Latihan Gabungan (Latgab) Total Orienteering yang diikuti masyarakat se-Sulawesi Tengah (Sulteng), pada Jumat s/d Sabtu (26-27/07). Ditemui reporter Media Tadulako, pada Senin (16/07) Irwandi Sanggayu, ketua umum Mapala Lalimpala FKIP UNTAD mengungkapkan bahwa tujuan Latgab Total Orienteering yakni menambah pengetahuan, membina serta mengembangkan jenis olahraga orienteering. Kegiatan tersebut merupakan rangkaian lomba total orienteering nasional ke 6 yang akan diadakan Mapala Lalimpala pada bulan September mendatang. Orienteering, sejak tahun 2007 Mapala Lalimpala terus melakukan upayaupaya agar olahraga itu dikenal masyarakat luas melalui perlombaan total orienteering baik tingkat regional maupun nasional. Sehingga kegiatan ini menjadi kegiatan dua tahunan Mapala Lalimpala FKIP UNTAD. “Kami terus berusaha agar olahraga orienteering dikenal masyarakat luas. Sehingga kami mencoba melaksanakan perlombaan total orienteering baik tingkat regional maupun nasional setiap dua tahun sekali. Kegiatan ini juga dapat diikuti semua kalangan masyarakat se-Sulteng baik organisasi pencita alam, sispala, pelajar dan masyarakat umum lain yang tertarik dengan orieentering,”jelas Irwan. Beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan dalam Latgab Orienteering yakni Publik Forum di ruang Senat FKIP, dan Total Orienteering Game di seputaran Untad. Sebelum melakukan olahraga orienteering, peserta akan dibekali hal-hal mengenai orienteering serta simulasi awal orienteering. Aditya Moh Algafari, salah seorang anggota, Mapala Lalimpala, berharap semoga kegiatan tersebut dapat bermanfaat untuk seluruh masyarakat luas. “Saya berharap, semoga kegiatan latgab orienteering ini dapat berjalan dengan baik dan bisa bermanfaat buat semua orang yang mengikutinya, serta olahraga ini dapat semakin dikenal banyak orang,” harap Aditya. Adr

Seminar Regional Administrasi Se-Sulawesi 2018

Sadarkan Generasi Muda dari Bahaya Radikalisme Himpunan Mahasiswa Administrasi Publik (HIMAP) FISIP Universitas Tadulako (Untad) bekerjasama dengan Ikatan Mahasiswa Administrasi se-Sulawesi selenggarakan seminar regional dengan tema “Peran Administrasi dalam Menyikapi Harmonisasi Masyarakat dan Deradikalisasi” pada Senin, (02/07) di Auditorium Lama Universitas Tadulako. Ketua Panitia, Muhammad Rifki mengatakan kegiatan ini bertujuan untuk menyadarkan generasi muda akan bahaya radikalisme. “Selain itu, generasi muda khususnya mahasiswa juga perlu mengetahui bagaimana cara mencegah berkembangnya radikalisme tersebut dalam rangka menjaga keamanan dan kedaulatan Republik Indonesia,” ujar Rifki. Ketua Program Studi Administrasi Publik, Dr Daswati MSi dalam sambutannya menyatakan bahwa perkembangan globalisasi dan IPTEK saat ini tidak hanya memberikan dampak positif namun juga dampak negatif, baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa

maupun bernegara. “Masuknya berbagai paham yang tidak sesuai dengan nilai-nilai pancasila kepada masyarakat menyebabkan mereka semakin mudah menganut paham radikalisme. Hal ini dapat mengancam keutuhan NKRI,” tuturnya. Untuk itu, lanjutnya, dibutuhkan peran semua elemen bangsa dan masyarakat termasuk civitas akademika khususnya mahasiswa dalam mencegah maupun mengatasi hal tersebut. Dr Muzakir Tawil MSi, Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sulteng sebagai salah satu narasumber menyatakan bahwa keanekaragaman suku, agama, budaya, serta tradisi yang ada di Indonesia menjadi salah satu potensi terjadinya konflik dalam masyarakat yang dapat menjadikan terorisme dan radikalisme tumbuh dan berkembang. “Selain itu, faktor lain yang menyebabkan lahirnya radikalisme antara lain kondisi sosial politik yang dapat menyebabkan timbulnya gerakan-gerakan yang berpaham radikal, serta perbedaan yang sangat tajam antara si kaya dan si miskin yang menimbulkan kecemburuan sosial, serta faktor media massa yakni penyebaran hoaks baik melalui

pesan singkat maupun media sosial juga menjadi sumber terjadinya radikalisme,” jelas dosen Administrasi Publik tersebut. Sementara itu, Dr Fahrudin D Yambas selaku Kepala Badan Kesbangpol Sulteng menyatakan bahwa radikalisme tidak hanya berbentuk tindak kekerasan secara fisik namun juga dalam bentuk pemikiran atau ide. “Jadi yang disebut radikalisme bukan hanya yang menggunakan metode kekerasan namun juga ada radikalisme dalam bentuk pemikiran, ide-ide, yang dapat memprovokasi orang,” kata Fahrudin. Menurutnya, hal tersebut menjadi tanggung jawab semua pihak terutama dalam menjaga ideologi bangsa Indonesia agar tidak tercemar dengan radikalisme. Kegiatan yang merupakan salah satu rangkaian dari Kongres Ikatan Mahasiswa Administrasi se-Sulawesi ke-VI tersebut diikuti oleh mahasiswa Prodi Administrasi Untad serta delegasi dari setiap himpunan mahasiswa administrasi yang berasal dari 15 universitas seSulawesi, diantaranya Universitas Halu Oleo dan Universitas Negeri Gorontalo. Nr


17

Dialog Akademik Edisi 97 Juli 2018

Tahun ke 6

Nasib Anak Jalanan di Hari Anak Nasional

Credit FOTO : SNP Photography Published by Detiktravel

Di beberapa kota-kota besar kita biasa melihat sekumpulan anak mengamen, meminta-minta, baik di lampu-lampu merah, terminal, atau pasar-pasar tradisional. Situasi itu kurang lebih adalah gambaran dari kompleksnya masalah social masyarakat perkotaan. Pemandangan serupa belakangan juga mulai sering kita lihat di jalanan Kota Palu. Sebagian mereka ada yang mengamen, menjual tisu, ada pula yang menadahkan tangan berharap iba dari siapa saja yang lewat. Situasi seperti ini rasa-rasanya belum kita jumpai di 10 tahun sebelumnya. Perubahan situasi sosial dengan kondisi kota yang belum semetropolitan kota besar lainnya kiranya perlu menjadi bahan refleksi bersama, sudah sekompleks inikah permasalahan kita ? Persoalan yang sedang kita perbincngkan ini selajutnya bertemu di momen Hari Anak Nasional yang setiap tahunnya diperingati setiap tanggal 23 Juli. Anak, sebagai generasi penerus bangsa, seharusnya dapat memperoleh hak-haknya sebagaimana mestinya, agar dapat tumbuh menjadi generasi penerus bangsa yang berkualitas. Seperti apa nasib anak jalanan ini ? langkah apa yang bias diambil menyelamatkan masa depan mereka ? siapa yang harus terlebih dahulu turun menyapa mereka ? Edisi kali ini Media Tadulako secara khusus berbincang bersama dua narasumber, Dr Rosmala Nur MSi serta Munifah SPsi MPsi tentang fenomena anak jalanan. Bincang-bincang kamipun diawali dengan kalimat pembuka Dr Rosmala yang menuturkan, bahwa menurut undang-undang perlindungan anak, yang dikategorikan anak jalanan adalah mereka yang berumur 18 tahun ke bawah. “Sehingga, kalau anak jalanan ini berkumpul, tentu secara sosioemosional masih kurang matang, ditambah lagi tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan yang rendah,” ujarnya. Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan Fakultas Kesehatan Masyarakat tersebut menyatakan, anak jalanan rentan terhadap resiko kejahatan seksual dan hubungan seksual di kalangan anak jalanan. “Anak jalanan ini dalam arti kesehatan dia 'tidak sehat secara sosial'. Hal ini akan mempengaruhi kesehatan seksual dan kesehatan jiwanya. Mereka hidup di jalan itu kan secara sosiopsikologi tidak sehat, sehingga kecenderungannya untuk melakukan kriminal jauh lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang kehidupannya normal. Mungkin pernah atau sering kita dapatkan informasi bahwa seorang anak jalanan menjambret, membegal, nah itu semua hasil dari kehidupan yang tidak normal tadi,” terangnya. Menurutnya, hal ini dipengaruhi dari berbagai faktor, yakni kondisi sosial ekonomi yang tidak mendukung, konflik atau perpecahan dalam keluarga, pengaruh teknologi, dan lingkungan masyarakat. “Misalnya kita tinggal di lingkungan masyarakat yang memang mengarah ke hal-hal negatif, maka besar kemungkinan anak-anak akan terpengaruh,” jelasnya. Hal yang miris, masyarakat sekarang cenderung individualistik, sehingga kurang memperhatikan kehidupan orang-orang di sekitarnya. “Jadi terkadang kita cuek dengan kehidupan mereka yang ada di

Munifah, S.Psi M.Psi sekitar kita. Mestinya kalau ada anak yang seperti itu kita sebagai masyarakat turut peduli. Misalnya ketika kita lihat ada anak-anak dibawah umur yang merokok, harusnya ditegur, bukan dibiarkan. Padahal kontrol sosial itu sangat penting,” kata Rosmala. Untuk mengatasi semakin berkembangnya anak jalanan, dibutuhkan peran negara sebagai pengambil kebijakan. “Negara disini harus hadir, dalam arti bagaimana pemerintah dalam hal ini Dinas Sosial memberikan solusi, misalnya memberikan pelatihan keterampilan, memberikan beasiswa, supaya mereka tidak terjun sebagai anak jalanan,” imbuhnya. Namun, Ia menambahkan, hal tersebut bukan hanya tugas negara semata, namun menjadi tugas seluruh elemen masyarakat untuk menjadikan anak jalanan sebagai manusia yang berkualitas. Di lain sisi, akademisi berperan dalam memberikan penyuluhan dan pendampingan bagi anak-anak tersebut. “Selain itu, universitas dapat turut membantu, misalnya dengan memberikan beasiswa, sehingga dapat menekan angka persentase anak jalanan, khususnya di kota Palu,” Ia berharap, anak-anak dapat mendapatkan hak-hak mereka sebagaimana mestinya, “Hak mereka yakni hak untuk hidup, hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak, hak untuk mendapatkan kasih sayang, serta perlindungan terhadap kekerasan,” Sementara itu, Dosen Jurusan Ilmu Pendidikan, Munifah SPsi MPsi, menyatakan bahwa keluarga adalah elemen paling kecil dalam sebuah masyakarat namun juga paling penting bagi seorang anak, karena idealnya keluarga berperan dalam penanaman nilai-nilai kehidupan dan perilaku. “Kenapa anak sampai terjun ke jalan? Peran keluarga dimana? Nah kita harus lihat lagi kondisi dari keluarganya. Broken home kan salah satu ciri-ciri bahwa keluarga tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Kemungkinan karena faktor ekonomi, lalu mungkin juga adanya kekerasan dalam rumah tangga, atau keluarga tersebut memang apatis, tidak saling mempedulikan,” ujarnya prihatin. Terkait dengan kasus-kasus kriminalitas yang marak terjadi di jalanan selama ini, Munifah mengatakan bahwa hal tersebut bukan sepenuhnya dilakukan oleh anak-anak jalanan. “Kita perlu punya data yang pasti bahwa kriminalitas, misalnya di

Dr. Rosmala Nur, M.Si Kota Palu, mayoritas dilakukan oleh anak-anak jalanan. Kita belum mempunyai data terkait hal tersebut. Namun, memang tidak dapat kita pungkiri bahwa beberapa oknum dari anak-anak jalanan itu melakukan beberapa tindakan yang boleh dikatakan ciri-ciri tindak pidana ringan. Seperti misalnya pemalakan atau pembegalan,” ucapnya. Senada dengan Rosmala, Munifah menyatakan bahwa anak-anak jalanan adalah bagian dari perlindungan negara. Namun, institusiinstitusi terkait belum sepenuhnya mampu menangani hal tersebut, “Saya kira memang perlu ada koordinasi antara kita sebagai pemerhati dan juga institusi-institusi pemerintah yang terkait dengan permasalahan tersebut untuk dapat memberdayakan anak-anak jalanan. Ini perlu perhatian pemerintah dan juga kerjasama dari kita semua,” kata Munifah. Tindakan nyata yang dapat dilakukan adalah bekerjasama dengan institusi pemerintah, contohnya Dinas Sosial. “Di dinas sosial ada yang namanya Panti Sosial Bina Remaja (PSBR). Disitu anak-anak, seperti anak-anak jalanan, ditampung untuk diberikan semacam pelatihan keterampilan. Setelah itu mereka dikembalikan ke kampung halamannya masing-masing. Karena banyak anak-anak jalanan di kota Palu ini, berdasarkan data yang saya dapatkan sewaktu menjadi instruktur psikologi di PSBR, sebenarnya bukan dari kota Palu juga, namun dari kabupaten-kabupaten terdekat di Kota Palu, bahkan ada yang berasal dari provinsi lain,” ujarnya. Di momen Hari Anak Nasional, Munifah berharap agar semua anakanak di Indonesia mendapatkan kesejahteraan baik secara fisik maupun mental, “Bagaimana kita semua, masyarakat, individu, masing-masing memberikan kontribusi sekecil apapun untuk dapat memberdayakan anak-anak, baik anak-anak jalanan maupun anak kita sendiri. Contohnya ada Gerakan 1821, itu bagaimana orang tua kembali ke rumah. Karena sebenarnya kenapa anak-anak sampai turun ke jalanan menurut penelitian-penelitian yang dilakukan ternyata pemicu utamanya adalah ketiadaan orang tua di rumah. Ketiadaannya bukan hanya secara fisik namun juga secara psikologi. Jadi mungkin dapat dimulai dari kita sendiri sebagai individu,” pungkasnya. Nr


Cerpen

Edisi 97 Juli 2018

Tahun ke 6

18

Oleh: Zakiyatul Fathanah* Images : Google.com

Nirina membiarkan peluhnya tumpah ke bumi. Kaki

lemahnya. Menangis tanpa air mata. Menumpahkan sesak di

Mama. Entahlah. Nirina tidak pernah tahu bahwa

mungilnya dipaksa menyusuri aspal yang mengepul karena

dada karena telah dibentak meski baginya itu tidak seberapa

mama bukan sekedar nama tetapi ia adalah payung kala

sengatan matahari. Jauh dalam hatinya ia merapal pulang

dibanding pulang tanpa membawa makanan untuk adik

hujan, selimut kala dingin, penyejuk kala panas, pelipur kala

meski lisannya menolak itu terwujud. Sebab ia tahu bahwa

kesayangannya. Nirina, apalah daya. Anak kecil yang hanya

sedih, pelindung kala takut, dan tempat di mana cinta

pulang tanpa uang berarti lapar. Nirina anak lima tahun

bisa tunduk pada titah orang dewasa.

berawal. Tempat di mana syurga diletakan. Tempat di mana

Ketika matahari merubah warna langit di bagian barat

berbaju lusuh penuh sobek. Celananya cokelat kotor selutut.

pelukan hangat diperoleh. Baginya, mama adalah pemberi

Rambut kemerahan lagi kasar persis seperti rambut ekor

menjadi jingga, mereka berdua telah tiba di gubuk seluas

titah. Pengatur jadwal kerja. Penseleksi ibu-ibu penyewa

sapi. Sorot matanya redup penuh lelah. Bibirnya kering

3x5 cm, berdinding tripleks yang miring setengah rubuh,

anak kecil dan tempat Nirina menyetor pendapatan.

pecah-pecah. Seharian berjalan kaki membuat ia dehidrasi.

lantainya spanduk bekas, pintunya rapuh, atapnya bocor. Bila

Harapannya sederhana ia hanya ingin sekantong nasi bungkus

hujan tiba, mereka membungkus diri dengan plastik agar

yang dia tahu tubuh mungilnya bergerak karena punya tulang,

dengan kerupuk serta air mineral untuk bekal pulang. Karena

tidak basah tertimpa hujan.

daging, dan nama. Dia tidak pernah tahu bahwa seorang

“Ini anakmu!” Bentak ibu tua, tangannya mendorong

berada di jalan ini lebih lama tanpa sebotol air minum rasanya seperti kematian yang dekat tapi tidak juga

Nirina hingga membuatnya setengah terjatuh. “Mana uang sewanya?” seorang ibu kerempeng bergigi

merenggut nyawa hanya memantau untuk sekedar menakuti atau membuat harapan untuk hidup menjadi putus. Setelah berusaha bertahan dengan perut

hitam menyambut mereka dari bingkai pintu yang hampir

manusia dikatakan manusia karena dia punya pilihan. Sebab ia tidak bisa memilih untuk tidak lahir dari rahim seorang pelacur yang kini telah pensiun. *** Nirina menatap lelah hidupnya yang penuh uji bahkan

copot. “Uang sewa apa? Yang ada malah sial membawa dia

keroncongan, matahari mulai bersahabat menurunkan suhu

Gadis malang yang tidak mengerti apa itu manusia,

saat dirinya masih terlalu kecil untuk mengenal hari bekerja.

panasnya . Akhirnya Nirina bisa pulang. Tetapi ia tidak

ikut mengemis. Tidak ada orang yang iba dengan anakmu.

Main seolah tak pernah berkawan dengannya. Baginya hanya

menyambut itu dengan senang karena pulang tanpa uang

Tidak ada yang kasihan melihat mukanya. Pantas saja sedikit

ada peluh tumpah demi sebungkus nasi. Tak ada peluh

berarti lapar.

orang yang mau menyewanya,” semakin keras suara ibu tua

tempah karena tawa bermain.

“Ayo pulang!” sergah ibu tua berkulit hitam hangus lagi licin mengkilat. Bajunya tak kalah compang camping

itu, tangannya menunjuk Nirina yang mematung tidak berdaya. “Kau sudah membawanya seharian, mana uang

dengan baju Nirina. Nirina berusaha bertahan pada pijakannya. Ia tidak

sewanya?” “Uang sewa hanya akan dibayar jika pendapatan di

beringsut sama sekali meski tangannya telah berada dalam genggaman ibu tua itu.

atas Rp. 50.000.” “Dasar kau! Jangan coba-coba menipu saya! Kau bawa

“Pulang! Aku antar kau ke rumah orang tuamu,” bentak ibu tadi.

anak saya, berarti kau bayar sewanya.” Nirina memandang kedua Ibu tua yang sedang baku

Nirina menolak. Ia tidak ingin pulang tanpa sepeser

Ia kian kurus bak tulang berbungkus kulit. Hariharinya tampak yatim piatu padahal ibunya masih bernafas di bumi. Seolah diciptakannya gadis kecil itu hanya untuk menjadi mesin uang sang ibu. Tiada pelukan hangat untuknya. Tiada elusan lembut dirambutnya. Tiada tawa renyah untuk kepolosannya. Terkadang bagi dia, hidup terlalu kejam, keras, bengis, rakus. Baginya hidup adalah mengumpulkan uang untuk ibunya dan menjadi malaikat pelindung untuk adiknya. Bak dua sisi yang memberi beban seberat gunung dipikul oleh pundak kecilnya.

rupiah digenggamannya atau sebungkus nasi. Perutnya tidak

lempar caci maki. Di matanya masih ada sisah-sisah bulir.

berisi apa-apa sejak pagi bahkan air seteguk. Ia hanya perlu

Sementara di dalam sana terbaring adiknya berusia satu

sebungkus untuk dimakan tiga mulut. Ia, mama dan adiknya.

tahun yang semakin kurus karena sakit akibat sering diberi

untuk menggambarkan duka hidupnya. Aku hanya berharap

Walaupun jauh di dalam hati gadis berambut kering itu hanya

obat tidur saat disewa oleh ibu-ibu pengemis. Hari itu Nirina

semoga tak banyak Nirina di negeri ini. Tak banyak anak yang

ingin berbagi kepada adik tersayang.

tak mendapatkan makanan. Tidak ia, tidak pula adiknya.

harus hidup menjadi pekerja sewaan demi mengemis iba dari

Nirina, aku tak tahu ada kata apalagi yang tepat

Diangkatnya tubuh si adik yang tinggal tulang dibungkus

orang lain. Menjadi anak yang harinya adalah kerja demi

saya, hah?” ibu tua itu semakin geram. Mata merahnya

kulit. Tidak ada gerak kecuali jantung yang masih berdetak

mengenyangkan perut orang dewasa. Menjadi budak tanpa

melotot. Telapaknya meremas lengan mungil Nirina.

serta nafas yang berhembus.

harga, asal bisa bertahan hidup itu sudah lumayan. Mestinya

“Dasar anak tidak tahu diri! Kau mau menyusahkan

Nirina tidak tau lagi bagaimana cara bersedih, air

Gadis lima tahun itu meringis. Tanggul matanya membendung bulir . “Dasar anak miskin! Anak pemalas! Tidak tahu diri!”

mata seolah kering setelah tumpah selama ia menjadi anak

mahal, tanpa kerja tak ada sesuap nasi, tanpa peluh tak ada

sewaan. Dirinya tidak bisa memilih apakah harus pergi atau

kenyang.*)

ibu berkulit hangus itu murka terhadap sikap gadis di

tetap tinggal di gubuk tua dan tetap setia pada profesi

depannya .

menyiksa itu. Bahkan tidak tahu bahwa ada Tuhan tempat

Anak berbaju lusuh itu diseret paksa oleh ibu tua

anak-anak tak perlu akrab dengan kalimat hidup adalah

berdoa dan meminta. Bagi Nirina tubuhnya hanya seonggok

yang diikutinya seharian. Entah sikap Nirina mana yang

daging yang diciptakan untuk menjadi mesin uang seorang

membuat ia sebegitu marahnya. Pasrah. Lapar yang

wanita yang sejak kecil dikenalnya sebagai pemilik nama

memberontak membuat gadis lima tahun itu mengalah pada

mama.

*) biasa dipanggil kia, anak bungsu dari tiga bersaudara. Alumni IAIN Palu, angk 2011. Suka menulis sejak kecil. Jika ingin membaca karyanya yang lain mampir saja ke gudang karyanya di www.zakiyahalfathanah.blogspot.com, bisa dihubungi via akun facebook : Zakiyah Al-Fathanah, email : perumser@gmail.com.


Infotorial

Edisi 97 Juli 2018

Tahun ke 6

Workshop dan Pelantikan Pengurus Lembaga Mahasiswa Fakultas Peternakan dan Perikanan

FOTO DAN NASKAH : VIVI SASMITA / MEDIATADULAKO

Foto bersama Dekan, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan ketua-ketua lembaga yang dilantik

sambutan Dekan FAPETKAN sekaligus membuka acara workshop dan pelantikkan ketua lembaga

penandatanganan oleh ketua lembaga

Pelantikkan ketua lembaga kemahasiswaan oleh Dekan FAPETKAN

game tenik penyusunan strategi dan kekompakkan organisasi

penyampaian materi tentang kelembagaan oleh dekan FAPETKAN Pemaparan materi keuangan lembaga


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.