Media Tadulako Edisi 92 Februari 2019

Page 1

92 Februari

Tahun Ke 6


2

Suara Redaksi

Edisi 92 Februari 2018

Tahun ke 6

Editorial

Rektor dan Seluruh Jajaran Civitas Akademika Universitas Tadulako

Menjaga Pilar Kelima Demokrasi

Mengucapkan turut berduka cita atas berpulang kerahmatullah

Prof. Dr. H. Zainuddin Bolong, MA Prof.Dr.Ir.H. Muhammad Basir,SE.,MS Rektor Prof. Dr. Sutarman Yodo,SH.,MH Warek. Bidang Akademik Prof.Dr.Ir. H. Mahfudz,MP Warek. Bidang Umum & Keuangan Prof.Dr.H.Djayani Nurdin,SE.,M.Si Warek. Bidang Kemahasiswaan Prof. Mery Napitupulu,M.Sc.,Ph.D Warek. Bidang Pengembangan & Kerjasama Prof.Ir.H. Andi Lagaligo Amar,M.Sc.,Ph.D Warek. Bidang Prencanaan&Pengawasan

ia Med ko

la Tadu

Pengantar Redaksi

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh Media Tadulako edisi kali ini hadir dalam suasana riang gembiranya kita pada perayaan Hari Pers Nasional (HPN) 9 Februari kemarin. Sebegitu penting peranan pers, hingga edisi kali ini kami ingin hadir dalam tampilan yang mungkin akan sangat kental nuansa HPN-nya. Dalam liputan khusus kali ini kami menampilkan mahasiswa-mahasiswa tadulako yang sembari menjadi mahasiswa juga berkiprah di dunia kewartawanan. Tiga orang mahasiswa ini terbilang mahasiswamahasiswa langka, ditengah sejumlah pekerjaan yang mungkin memberika tawaran pemasukan yang lebih bagi kantong mereka. Pada akhirnya, dari mereka kita belajar, bahwa pekerjaan, terutama aktivitas jurnalitik, bukan tentang seberapa rupiah yang didapat, tapi juga tentang kesan sebuah rasa yang tak bisa digambarkan dengan katakata. Istilah mereka, hanya wartawanlah yang mengerti nilai sebuah berita melebih harga angka nol dalam lembar rupiah. Pada kolom dialog akademik, kami menampilkan pikiran-pikiran Dr Achmad Herman, terkait situasi dunia perwartaan

Visit Us

Indonesia saat ini, terkhusus tentang perkembangan teknologi informasi yang telah membawa banyak pengaruh dalam budaya pers hari ini. Pandangan-pandangan pengajar ilmu komunikasi ini dapat kita simak langsung pada rubric dialog akademik edisi ini. Selain HPN yang ramai dalam Februari ini, kami juga mengangkat tema yang sedang aktual menjadi pembicaran masyarakat. Perilaku menyimpang LGBT menjadi perhatian khusus yang coba kami sajikan dalam kolom akademisi bicara kali ini. Pandangan dua akademisi Tadulako tersebut semoga dapat menjadi referensi baru bagi kita dalam memandang fenomena LGBT ini. Menyambut Maret yang telah di hadapan kita, dari dapur redaksi Media Tadulako kami mengucapkan selamat menikmati sajian informasi kami edisi kali ini. Semoga kami terus dapat membersamai dalam menapaki hari di kampus tercinta ini. Salam….

Edisi 92 Februari 2018

Tahun ke 6

Desain & Layout : Joko Suparlan / MT Foto Sampul : Joko Suparlan / MT

mediatadulako @media_tadulako Media Tadulako

Siapa yang menguasai informasi, maka dia akan menguasai dunia. Avlin Toffler, seorang peramal masa depan (futurelog) membagi peradaban ke dalam tiga kategori era yang dilalui. Peradaban pertanian, peradaban industry, dan peradaban informasi. Saat ini, kita berada di tahap ketiga dari ramalan Avlin Toffler, peradaban informasi. Kalimat tentang siapa yang menguasai informasi maka akan menguasai dunia, dahulu erat pemaknaannya pada kepemilikan institusi media. Bahwa siapa yang memiliki media dialah yang akan menguasai dunia. Dalam konteks ke-Indonesiaan, pada awalawal reformasi kalimat ini terbukti benar, mereka yang menguasai media (institusi media) benar-benar memiliki kuasa mengendalikan isi kepala manusia. Percakapan publik pun berputar pada hal-hal yang diproduksi oleh media. Kebijakan-kebijakan pemerintah pun, tidak jarang tunduk pada kritikkritik yang dikelola oleh institusi media. Kebijakan kenaikan BBM misalnya, protes masyarakat yang diblow-up melalui media massa sering menurunkan citra pemerintah dalam kacamata publik. Masuknya teknologi informasi merubah banyak hal dalam tatanan masyarakat, terutama dalam bagaimana berita diproduksi dan diterima. Tiba-tiba saja publik dapat menjadi konsumen dan produsen media. Pameo tentang siapa yang ingin menguasai dunia harus menguasai informasi, di era ini diterjemahkan dalam makna yang lebih spesifik lagi, bahwa siapa yang ingin menguasai dunia ia harus pandai mengelola sosial media. Keampuhan media sosial, paling tidak dapat tergambarkan dalam pemilihan presiden Amerika Barack Obama, presiden kulit hitam pertama dalam sejarah Amerika, sekaligus menjadi presiden pertama dalam era teknologi informasi. Terpilihnya Barack Obama salah satunya dipengaruhi oleh kemampuannya dalam mengelolah isu di sosial media. Keberhasilan Barack Obama membuka mata banyak orang, bahwa media sosial memiliki kekuatan yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Apa yang diperlihatkan oleh proses politik di Amerika selanjutnya menginspirasi Joko Widodo dalam strategi kampanye di Indonesia. Tim media sosial Jokowi berhasil mengantarkan mantan Bupati Solo ini ke istana kepresidenan. Peran-peran strategis yang dulu dijalankan oleh mediamainstream perlahan diambil alih oleh media sosial. Media sosial kerap menyampaikan apa yang tidak disampaikan oleh media mainstream hari ini. Hal itu salah satunya bersebab media sosial merupakan alat penyampai informasi yang bebas dari kepentingan. Dia tidak terpengaruh pada kekuatan politik, tidak pula tunduk pada otoritas pemilik modal. Kini, media baru menjadi alat yang sangat strategis dalam melakukan penetrasi isu. Hal ini didukung pula oleh data pengguna internet di Indonesia. Data Menkominfo tahu 2016 menyebutkan pengguna internet di Indonesia mencapai angka 51,5% dari total jumlah penduduk Indonesia sebanyak 256,2 juta jiwa. Dari jumlah tersebut sekitar 63,1 juta orang atau 47,6% menggunakan internet melalui smartphone. Hal ini terlihat bagaimana sebuah informasi begitu mudah viral di sosial media, kemudian menjadi isu public. Kasus Cicak vs Buaya dengan

tagar “Gerakan 2 juta facebooker bebaskan BibitChandra” berhasil mempengaruhi kebijakan negara. Kasus dwi kewarganegaraan Arcandra Tahar, mantan menteri Energi dan Sumberdaya Mineral yang kemudian diberhentikan, sekaligus menjadikannya sebagai menteri dengan jabatan terpendek dalam sejarah kabinet di Indonesia adalah akibat riak-riak yang pertama kali bergulir di media sosial. Media sosial kini menjadi kekuatan baru dalam tatanan demokrasi. Tidak salah bila kemudian media sosial dimasukan sebagai pilar kelima demokrasi. Masyarakat pernah menitipkan harapan pada media mainstream sebagai penyambung lidah rakyat, sebagai corong menyampaikan situasi arus bawah yang mesti dilihat oleh negara. Belakangan publik tersadar, mereka tidak bisa lagi menitip harapan pada media arus utama ketika pemilik media sudah berselingkuh dengan negara, saat kepentingan modal menjadi pertimbangan utama dalam mengeluarkan berita. Dulu, apa yang diketahui oleh masyarakat dikontrol oleh institusi media, masyarakat hanya menerima apa yang telah diolah dan diberi kerangka (framing) oleh media, sesuai dengan agenda dan kepentingan masing-masing perusahaan pers. Kini, setiap orang adalah media. Informasi, berita bahkan ekspresi individual bisa dengan cepat disampaikan di ruang publik (Anis Matta : 2014:87) Membangun Keadaban Media Sosial Media sosial merupakan anak kandung modernitas yang terus bergerak maju. Ia hadir sebagai penanda kemajuan berpikir manusia. Sebuah situasi yang mesti direspon dengan cara yang smart. media sosial dengan segala kompleksitasnya yang ada, mestilah dipandang sebagai sebuah jembatan penghubung spirit kebangsaan dan keindonesiaan. Masyarakat hari ini adalah masyarakat yang berjejaring, baik jejaring budaya, sosial, politik, hingga jejaring ekonomi. Implikasi terpenting dari meningkatnya konektivitas ini adalah semakin mudahnya ide, informasi, dan sumber daya menyebar. Tentunya ini berlaku sama baik penyebaran yang bersifat positif maupun negatif. (Anis Matta :2014:99) Sederhananya, agar media sosial menjadi alat pemersatu bangsa kita perlu pendidikan khusus tentang barang baru bagi masyarakat yang sedang belajar menikmati demokrasi ini. Pendidikan yang akan memandu masyarakat untuk cerdas dan tepat memanfaatkan media sosial untuk tujuan yang lebih besar, membangun peradaban. Media sosial perlu dilihat sebagai kesempatan menyatukan masyarakat yang beragam ini. Sebagaimana dahulu bangsa ini melihat laut bukan sebagai penghalang, tapi penghubung yang menyatukan pulau-pulau yang terpisah hingga tersebutlah Nusantara. Ketika bangsa ini berhasil memandang Media Sosial sebagai alat yang menyatukan, bukan tidak mungkin, Indonesia akan berhasil menciptakan sebuah peradaban baru dengan kekayaan dan keragaman budaya yang dimiliki. Kita memiliki sejuta kekayaan yang terbenam pada gugusan pulaupulau yang membentang luas ini. Kekayaan ekonomi, politik, sosial budaya, hingga kekayaan alam yang semuanya memiliki peluang untuk “dijual” lewat sosial media.

Pembina: Rektor Universitas Tadulako. Pengarah: Prof. Dr. Sutarman Yodo, SH.,MH., Prof. Dr. Ir. Mahfudz, MP., Prof. Dr.H. Jayani Nurdin, SE.,M.Si Prof. Dra. Mery Napitupulu, M.Sc., Ph.D., Prof. Ir.H. Andi Lagaligo Amar, M.sc.Agr.,Ph.D Pimpinan Umum/Penanggungjawab: Dr. Muhammad Khairil, S.Ag.,M.Si. Dewan Redaksi: Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Basir, SE., MS., Dr. Muhammad Khairil, S.Ag.,M.Si., Dr. Arianto, M.Si., Dr. Ridwan Tahir, SH., MH., Takbir Launtina, S.Sos., Pemimpin Redaksi: Andi Akifah, S.Sos., M.ICT., Wakil Pemimpin Redaksi: Taqyuddin Bakri S.Pd., M.Pd Redaktur Pelaksana: Rafani Tuahuns. Wakil Redaktur Pelaksana: Raisa Alatas M.Ikom Redaktur Rubrik: Drs. Samsumarlin, M.Si, Isrun, SP., MP., Akhmad Usmar, S.Sos, Reporter: Taqyuddin Bakri, Rafani Tuahuns, Raisa Alatas M.Ikom, Wardatul Nurjannah, Ari Fahry, Wandi Latoko, Vivi Sasmita, Nur Ramadhana, Sri Utami, Moh. Uswang, Fauzannur Ramadhan, Ayu Agustin, Sitti Aisyah Nadianti, Layouter: Joko Suparlan. Distributor: Moh. Uswang, Sri Utami Kesekretariatan: Drs. Sammen, M.Pd., Rafani Tuahuns, Alamat Redaksi: Jl. Soekarno-Hatta Km. 9 Lt. 1 Nomor 112 Gedung Rektorat Universitas Tadulako. email: media_tadulako@yahoo.com. Fanpage FB: Media Tadulako Twitter: @mediatadulako Instagram : Mediatadulako

inform, inspire, and educate


Liputan Khusus Edisi 92 Februari 2018

Muhammad Salam Bahasa Inggris FKIP Untad

Muhammad Rafiq Ilmu Hukum Fakum Untad

Tahun ke 6

3

Nurkomariah Ilmu Komunikasi FISIP Untad

Mahasiswa Yang Menjadi Jurnalis “Bermodal kartu pers, dapat wawancara Menteri Pendidikan hingga Ketua KPK” Jurnalistik adalah pekerjaan yang bisa dilakukan setiap orang tanpa menganal dari bidang ilmu mana orang tersebut berasal, begitu juga yang dialami alumni fakultas Hukum, Muhammad Rafiq yang kini menjadi reporter Koran Harian SULTENG Raya. Mengawali karir di dunia jurnalistik sejak Maret 2017, Rafiq mengaku hal yang membuatnya tertarik menjadi seorang wartawan adalah karena ruang untuk menggali ilmu yang lebih banyak sangat terbuka luas mulai dari ilmu menulis, komunikasi, ekonomi dan masih banyak ilmu lain. Meski di awal kariernya Rafiq masih berstatus mahasiswa, ia mengungkapkan hal tersebut sama sekali tidak menggangu akademiknya. “Kalau kegiatan instansi dijadwal pagi hari, kita bisa ikut mata kuliah pertama setelah itu kita datangi lokasi kegiatan dan bertemu kepala instansi atau yang berkompeten, bisa juga buat janji narasumber,” ungkapnya. Saat ditanya tentang perlakuan dosen di kelas, ia mengaku walaupun berstatus jurnalis, di kelas ia tetap mendapatkan perlakuan yang sama dengan temanteman. Ia pun menjelaskan, bidang ilmu yang berbeda bukan merupakan penghalang untuk menjadi seorang jurnalis, karena menurutnya semua bidang ilmu tidak akan terlepas dari dunia jurnalistik. Ia melanjutkan bahwa sebagai seorang jurnalis bukan hanya Ilmu, profit serta pengalaman yang menyenangkan saja yang bisa didapatkan, tetapi hal yang kurang menyenagkan pun kerap dirasakan sebagai seorang jurnalis. “Suka dukanya, hadapi kerasnya lapangan, narasumber yang PHP, data kurang lengkap, akses kadang dibatasi dan terlalu sering menunggu,” terangnya. Pernah meliput kegiatan KEMENDIKBUD dan mewawancarai langsung menteri, baginya adalah pengalaman yang sangat mengesankan. “Pada umumnya wawancara kementrian itu susah dan penjagaannya ketat, yang tanpa kartu pers, wartawan sulit menembus penjagaan, apalagi harus besaing dengan wartawan TV yang pasti butuh ruang gerak untuk meliput,” ungkapnya. Ia pun berbagi tips untuk menjadi seorang jurnalis yang baik, khususnya saat melakukan wawancara dengan petinggi negara dan orang-orang yang memiliki aktivitas yang padat. “Pertanyaan yang diajukan tidak oleh sembarangan, harus singkat padat dan berbobot. Kalau tidak, narasumber jadi bingung dan jawabanya tidak akan sesuai apa yang kita butuhkan”, tandasnya. Lebih lanjut ia mengungkapkan bahwa dunia jurnalis sangat menyenangkan, berbagai hal dan pengalaman menarik bisa didapatkan seorang jurnalis. “Informasi yang ditulis rapi dan sistematis adalah karya sehari yang langkah, hanya dilakukan oleh jurnalis”,

imbuhnya. Berbeda dengan Rafiq, Nurkomariah mahasiswa Ilmu Komunikasi ini juga punya cerita berbeda. ia mengatakan bahwa berprofesi sebagai wartawan bukan suatu hal yang mudah jika tidak ditekuni dengan baik. “Awalnya terjun di dunia jurnalistik itu sekitar tahun 2011 pada saat itu saya magang disalah satu media cetak yang ada di Palu setelah itu saya lanjut bekerja di tempat tersebut.” ujar mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi FISIP tersebut. Menurutnya menjadi wartawan itu memiliki sensasi tersendiri, seperti masuk waktu deadline yang harus berburu dengan tulisan yang belum kelar sedangkan sudah bertepatan dengan waktu terbitnya koran. Selain itu, seorang wartawan juga mendapatkan informasi lebih cepat. “Saya pernah punya pengalaman, ketika di dalam kelas perkuliahan mendapatkan pesan pendek mengenai akan ada tawuran disekitar kampus dan ternyata belum lama setelah saya baca pesan tersebut kejadian itu terjadi.” Tuturnya. Nurkom sapaan akrabnya mengatakan bahwa informasi itu sangatlah penting bagi masyarakat karena itu perlunya kita sebagai wartawan untuk menyediakan informasi yang berimbang seputar kejadian yang baru saja terjadi. “Berprofesi sebagai wartawan itu harus memiliki akses informasi yang lebih luas dibandingkan masyarakat biasa, kita harus pandai dalam memilah-milah berita mana yang layak untuk menjadi konsumsi masyarakat dan sumbernya harus jelas.” Lanjutnya. Nurkomariah mengatakan bahwa tidak ada perlakuan khusus dari dosen ketika berada dalam kelas, akan tetapi dosen sering menyebut namanya ketika ada materi yang berkaitan dengan jurnalistik dan ia dengan sigap menjelaskan kepada teman-temannya. Lebih lanjut, nurkom mengatakan bahwa hal yang paling berkesan saat menjadi wartawan ialah pada saat bertemu tokoh idola. Ia tidak menyangka bahwa pada saat itu dirinya bertemu seorang tokoh nasional yaitu Abraham Samad dan sempat berfoto dengannya. “Seorang jurnalis dapat mengubah dunia bahkan juga dapat mematikan atau menghancurkan reputasi seseorang hanya karena tulisannya, akan tetapi sebagai seorang jurnalis juga harus dapat melihat dan terjun langsung kelapangan untuk mencari sumber-sumber terpercaya tanpa menyudutkan seseorang tutupnya. Berbeda dari dua wartawan sebelumnya, Ia Mengenal dan masuk kedunia Jurnalis sejak tahun 2016 awalnya hanya ditugaskan membuat reportase oleh sebuah NGO Kemanusiaan kemudian direkomendasikan untuk menjadi Jurnalis Media Online. Ada berbagai hal yang membuat Muhammad Salam tertarik dengan dunia jurnalis. Salah satunya adalah dapat mengekspresikan apapun melalui tulisan. Bagi alumni Program Studi Bahasa Inggris yang

belum lama menyandang gelar sarjana ini, tantangan sebagai seorang jurnalis memang setiap hari bahkan setiap saat harus turun dilapangan mencari berita, akan tetapi kewajiban seorang jurnalis yang juga masih berada dibangku mahasiswa saat itu menuntutnya agar segera sarjana tepat pada waktunya. Muhammad Salam punya trik sendiri membagi waktu kuliah dan kerja-kerja jurnalistiknya, ia kerap membuat catatan kecil dan memetakan kapan waktu harus kuliah, kapan waktu liputan dan kapan waktu untuk mengerjakan tugas kuliah. “Inti dari semuanya adalah pembagian waktu yang baik dari kita yang bekerja sebagai pengejar berita yang juga sekaligus adalah mahasiswa,” terang Salam. Bagi Salam, pengalaman meliput yang paling berkesan adalah ketika pertama kali ia bekerja di salah satu media cetak. Pada saat itu ia ditugaskan oleh redaksi untuk meliput sebuah aksi sejumlah petugas kesehatan yang beberapa bulan tidak dibayarkan. “Awalnya itu murni aksi yang berada di luar ruangan akan tetapi pihak yang diprotes meminta kepada massa aksi untuk memediasi di ruangan aula. Saat pertemuan tersebut semua orang tidak bisa memasuki ruang mediasi termasuk rekan-rekan media, tetapi saya dengan penampilan yang cukup rapi bisa masuk kedalam ruangan mediasi tanpa diketahui oleh aparat yang berjaga didepan pintu ruangan Aula,” “Sekitar beberapa menit posisi saya masih aman hingga akhirnya sejumlah petugas yang curiga dan langsung memeriksa saya dan hasilnya telepon saya yang sedang merekam apa segala pembicaraan mediasi tersebut diambil dan disita oleh aparat. Setelah dari itu saya diminta oleh aparat untuk berkata jujur siapa yang menyuruh saya untuk liputan tersebut hingga saya harus dikawal oleh dua orang aparat membawa saya ke Kabid Humas Polda Sulteng dan direncanakan saya akan di bawa keKriminal Khusus sebab sudah masuk ke ruangan aula tanpa izin padahal saya masuk kedalam ruangan aula itu melalui pintu yang dijaga ketat oleh aparat.” Salam menambahkan, ia tak bisa bayangkan bagaimana bila saat itu persoalannya terus berlanjut hingga ke meja pengadilan, atau berujung pada persoalan hukum, sebab saat itu ia juga tengah sibuksibuknya mengurus jadwal untuk maju ujian skripsi. “Bila kasusnya saat itu berlanjut, mungkin sekarang saya belum Sarjana,” tutur Salam mengenang. Salam berpesan, kepada mahasiswa yang memiliki keingan di dunia tulis menulis untuk memilih berkarya di dunia Jurnalistik. Menurutnya, sebuah keistimewaan menjadi jurnalis ialah, ia bisa bertemu dengan siapa saja, kapan saja bila dibutuhkan. “Menjadi Jurnalis kita bisa berteman dengan siapa saja, sebuah keistemewaan ketika kita bisa berkawan dengan tokoh public sekalipun,” tuturnya. Sr/Vv/Ndh


4

Opini Edisi 92 Februari 2018

Tahun ke 6

Menjalankan Hukum Tanpa Hati Nurani! oleh : Nasrullah Muhammadong

Masih ingatkah kita dengan kasus yang menimpa AAL (pelajar berusia 15 tahun) yang dijatuhi hukuman bersalah oleh pengadilan negeri palu karena mencuri sandal jepit? Masih ingatkah kita dengan nenek Minah yang divonis 1,5 tahun, hanya karena mencuri tiga buah Kakao yang harganya tidak lebih dari Rp 10.000? Dan di berbagai media ketika itu, masyarakat begitu marah atas putusan hakim yang memvonis bersalah para pelaku sebagaimana yang diceritakan tadi. Dan baru tahun kemarin (tepat 2 Agustus 2017), kita disuguhkan lagi dengan pemberitaan yang sungguh mengharukan. Seorang penanam ganja bernama Fidelis di vonis 8 bulan penjara, dan denda Rp 1 miliar atau subsider 1 bulan penjara. Sebelum dijatuhi vonis, ia sempat membacakan nota pembelaan di Pengadilan Negeri Sanggau, Kalimantan Barat. Isak tangis pun terdengar dari beberapa pengunjung yang ada di ruang sidang. Mengapa penanam ganja harus ditangisi? Mungkin itulah pertanyaan di benak kita sekarang. Memang benar, Fidelis diseret ke meja hijau karena menanam ganja. Namun, kisah Fidelis menanam ganja, tentu tidak sama dengan cerita penanam ganja lainnya. Kisahnya sungguh sangat unik. Seperti diwartakan, pada tahun 2016, Yeni, istri Fidelis menderita sakit. Oleh RSUD Sanggau, sang istri didiagnosa menderita Tumor Buli. Setelah dirujuk ke RSU Soedarso Pontianak, pihak rumah sakit itu pun menyatakan tidak ada penyakit tumor buli. Yang ada berdasarkan hasil MRI, sang istri didiagnosa menderita penyakit “syringomyelia�. Fidelis mulai frustrasi dengan berbagai informasi yang diberikan pihak rumah sakit. Pantang menyerah, ia pun mulai berselancar di dunia maya untuk mencari tahu tentang penyakit yang diderita istrinya. Ia kemudian menemukan beberapa referensi yang menyatakan, bahwa ganja itu ekstraknya bisa untuk pengobatan berbagai jenis penyakit, termasuk yang diderita istrinya. Salah satu rujukan yang dijadikan referensi oleh Fidelis (yang juga berprofesi PNS itu) adalah seorang penderita syringomyelia di Kanada yang mampu bertahan hidup dengan ekstrak ganja. Dengan fakta tersebut, ia ingin mencoba kepada istrinya. Fidelis pun akhirnya menanam ganja di halaman rumah. Dan ajaib. Setelah ekstrak ganja diberikan, sang istri mulai menunjukkan tanda-tanda kesembuhan. Hilangnya nafsu makan maupun susah tidur yang dialami, kini tak ada lagi. Bahkan tubuh yang nyaris lumpuh total, kini beberapa bagian mulai dapat digerakkan. Namun, sial bagi Fidelis. Ia ditangkap pada 19 Februari 2017. Dan tragisnya, tepat 32 hari setelah ia ditangkap, sang istri pun meninggal dunia. Mereka dikaruniai dua orang putra. Namun, kini kedua anaknya hidup sebatang kara. Ditinggal sang ibu karena meninggal dunia, dan berpisah dengan sang bapak karena masuk penjara. Kisah Fidelis menggugah perhatian dan simpati banyak pihak. Beberapa LSM menyesalkan langkah BNN yang menahan Fidelis. Mereka menilai, Fidelis tidak seharusnya ditangkap karena menanam ganja untuk pengobatan isterinya. Seperti pernyataan Yohan Misero (Analis Kebijakan Narkotika LBH Masyarakat) dalam jumpa pers-nya di Jakarta, (2/4/2017): "Justru kasus ini sarat dengan nilai-nilai kemanusiaan. Apabila tetap dilanjutkan di pengadilan, dapat menampilkan wajah penegakan hukum yang tidak humanis. UU Narkotika tidak seharusnya melarang pemanfaatan zat atau tanaman apapun pun untuk kesehatan�.

oleh : Nasrullah Muhammadong Penulis adalah Pengajar Ilmu Hukum pada Fak. Hukum, Universitas Tadulako.

Dari kasus yang diketengahkan di atas, nampak jelas, para penegak hukum wajib mengedepankan aspek kepastian hukum. Kepastian hukum yang dimaksud adalah hukum yang resmi sebagaimana yang ada dalam peraturan perundang-undangan, dilaksanakan oleh negara dengan penuh kepastian, dan setiap orang dapat menuntut agar hukum itu wajib dilaksanakan. Serba Nasional Sejak asas konkordansi ditanamkan di Indonesia, cara berhukum kita lebih banyak berkiblat kepada tata cara Belanda yang kolonial itu. Mulai dari kewajiban mematuhi apa yang tertera dalam pasal-pasal, menjunjung tinggi doktrin yang sudah usang, hingga, bila perlu, menegakkan hukum dengan kultur kolonialnya. Begitu pula budaya hukum yang kita warisi sekarang ini, sesungguhnya berkultur hukum yang liberal. Cirinya-cirinya dapat diamati, di antaranya, lebih berpijak kepada aspek prosedural atau serba rasional dalam menjalankannya. Dari penjelasan tadi, apa yang kita lihat sekarang? Para penegak hukum kita, hampir tidak menguasai pengetahuan yang mendalam tentang masalah sosial dan psikologi si pelaku. Yang lebih difokusi hanyalah, apakah hukum itu sudah sesuai dengan prosedur? Pasal-pasal apa saja yang dapat menjeratnya? Dan seterusnya. Jadi targetnya lebih mengejar kuantitas ketimbang kualitas perkara yang ditangani. Dalam posisi demikan, para penegak dimaksud, tak lebih dari tukang atau teknisi hukum. Begitu pun menyangkut soal kepastian. Sebagai negara hukum yang menjunjung tinggi asas legalitas, kepastian hukum memang tetap diperlukan. Namun apabila hanya berpijak pada aspek ini saja, maka hukum akan menjadi statis. Bahkan dapat menciptakan ketidakadilan tersendiri (summum ius summa iniuria). Oleh karena itu, hukum membutuhkan ramuan, baik dari aspek kepastian, keadilan, dan kemanfaatan. Menarik apa yang dikatakan Andre Comte-Sponville. Bahwa keadilan tidak lahir dari kehampaan, tetapi bagian dari sejarah. Keadilan adalah soal kebudayaan, seperti juga hukum. Baik keadilan maupun hukum adalah bagian dari masyarakat. Olehnya hakim tidak boleh memosisikan diri (sebagaimana yang disemboyankan oleh Montesquieu), yaitu qui pronounce les paroles de loa. Hakim Progresif Patut disyukuri, di negeri ini, masih ada juga hakimhakim yang berwatak responsif. Mereka ketika diperhadapkan dengan antinomi antara kepastian hukum dan rasa keadilan, maka sikap progresif yang diambil adalah tidak ingin memosisikan dirinya sebagai penyambung lidah undangundang. Sebagai contoh. Masih ingatkah kita dengan kasus Kedungombo? Dengan beraninya, majelis hakim yang diketuai Hakim Agung Asikin Kusuma Atmadja ketika itu, menjatuhkan vonis dengan menyimpangi prinsip hukum beracara. Yang dituntut oleh 34 warga Kedungombo hanyalah ganti rugi tanah sebesar Rp 10.000 per meter persegi. Namun oleh majelis hakim, ternyata diputuskan bahwa warga wajib mendapatkan ganti rugi sebesar Rp 50.000 per meter persegi. Bahkan ditambah lagi, pemerintah wajib membayar ganti rugi immateriil kepada warga sebesar Rp 2 Miliar. Putusan majelis hakim agung dalam kasus di atas, tentu merupakan Ultra Petita. Namun, yang ingin ditegakkan oleh hakim bukan sekadar aturannya, atau aspek kepastianya. Tapi lebih dari itu adalah aspek keadilan dan kebenaran itu sendiri. Jadi, intinya, hakim bukan sekadar corong undangundang. Tetapi dalam situasi tertentu ia dapat mengangkangi undang-undang, bahkan (bila perlu) menembus undangundang. Tentu dengan mengedepankan prinsip-prinsip kemanusiaan dan keadilan. Majelis hakim yang bermata elang adalah mereka menjatuhkan putusan dengan melihat dari semua sisi. Sebaliknya, memutus sesuatu dengan menjarakkan hukum dengan keadilan, tak ubahnya mereka menegakkan hukun dengan menggunakan kaca mata kuda alias menjalankan hukum tanpa hati nurani. Inilah (yang mungkin) terjadi pada kasus AAL, nenek Minah, Fidelis dan kasus-kasus lain yang serupa.

Perseteruan Dua Kutub Pemikiran Dalam dunia filsafat hukum, ada dua aliran yang selalu bertolak belakang. Bahkan, dua kutup pemikiran itu (kelihatannya) masih dipakai dan dipertahankan hingga sekarang. Yaitu, aliran positivistik hukum dan aliran Sociological Jurisprudence. Bagi aliran positivistik, demi kepastian, maka prinsip keadilan dan asas kemanfaatan boleh dikorbankan. Dengan kata lain, kepastian hukum harus dijunjung apapun akibatnya. Tidak ada alasan untuk tidak menjunjung kepastian hukum. Karena dalam paradigmanya, hukum positif adalah satu-satunya hukum. Sebaliknya bagi aliran Sociological Jurisprudence, hukum selalu dikaitkan dengan kepentingan masyarakat. Artinya, asas kemanfaatan hukum dan rasa keadilan masyarakat Penulis adalah Pengajar Ilmu Hukum pada Fak. Hukum, lah yang harus didahulukan. Hukum yang baik haruslah hukum Universitas Tadulako. yang sesuai dengan hukum yang hidup di dalam masyarakat.


Profil

Edisi Edisi90 92Desember Februari 2018 2017

Tahun Tahunke ke65

5

Dosen dan Wartawan, Profesi yang Berjodoh Dr. Rahmat Bakri SH., MH

Dr. Rahmat Bakri SH., MH

Dosen dan Wartawan, Profesi yang Berjodoh

Lahir dari keluarga petani di salah satu desa di Kabupaten Majene Sulawesi Barat Rahmat Bakri melewati masa kecil selayaknya anak-anak desa pada umumnya. “Selepas sekolah kami ke kebun atau ke sawah membantu orang tua. Mengambil makanan ternak. Sekali-sekali juga ke laut untuk cari ikan.” Bahkan, ia bersama kawan-kawan sebayanya kadang membolos dari sekolah untuk pergi ke kebun atau pergi memancing ikan. Hal itu dilakukan demi mendapat tamabahan uang jajan. Meskipun hidup dalam lingkungan keluarga petani dengan segala keterbatasan, kedua orang tuanya sangat menyadari akan arti penting pendidikan bagi anak-anakanya. Di kampung halamannya saat itu, jarang dijumpai keluarga yang kesemua anak-anaknya bersekolah. Beruntung, Rahmat Bakri bersama kedua kakanya disekolahkan oleh orang tuanya hingga bangku perguruan tinggi. Niatan tulus orang tua tersebut memjadi semangat bagi dalam bersekolah. Ketika ia duduk dibangku SMP, Rahmat Bakri remaja menikmati perjalanan ke sekolah dengan menempuh jarak 6 kilometer setiap harinya. Berkat do'a kedua orang tua, tekad kuat dan kesungguhannya tersebut tidak sia-sia. Ia memperoleh buah dari perjuangannya dengan berbagai capaian yang diraihnya kini. Begitu pula dengan kedua kakaknya yang saat ini telah menjadi Pegawai Negeri Sipil. Dibangku kuliah, Rahmat Bakri merupakan sosok mahasiswa yang aktif. Pada tahun 2000, ia dipercaya memimpin Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Hukum Untad. Ditahun yang sama pula, Ia dipercayakan menjadi Asisten Sekjen Ikatan Senat Mahasiswa Hukum Indonesia (ISMAHI). Selain aktif di organisasi internal kampus, Ia pun aktif di organisasi eksternal. Ketika itu, ia banyak menempa diri di Himpuanan Mahasiswa Islam (HMI). Stimulus lingkungan aktivis itu pun memberikan pengaruh dalam membentukan karakter diri dan daya analisis yang kritis sebagai kaum intelektual. Salah satu hobinya adalah membaca. Tak hanya tulisantulisan yang berkaitan dengan jurusan keilmuannya, namun ia juga membaca segala teks bacaan yang ditemuinya saat itu. Baginya, membaca bukan hanya sekedar hobi biasa, melainkan sebuah kebutuhan dasar. Sebab dengan membaca, akan banyak memberikan wawasan menyangkut kehidupan. Membaca tidak berhenti pada teks namun juga konteks yang ada pada lingkungan sekitar. Selanjutnya, dicari pula benang merah antara teks dengan konteks tersebut. Tak berhenti sampai disitu, hasil bacaan tidak akan bisa berkembang jika dipendam sendiri. Kebutuhan akan ruang-ruang diskusi mendorong Rahmat Bakri mendirikan kelompok diskusi yang ketika itu dinamakan Lingkar Studi Isu-Isu Strategik (LiSIS). Keaktifannya pada diskusi-diskusi rutin bersama rekanrekan sesama aktivis, jiwa jurnalisnnya yang sejak SMP telah nampak, semkain terasah. Dan semakin menemukan momentum, dengan atmosfer kenegaraan yang sangat dinamis saat itu sebab baru saja mengalami reformasi 1998 dari sistem otoratiraian ke sistem yang lebih demokratis. Gagasan-gagasan yang terbentuk dari hasil bacaan dan diskusi itu kemudian dituangkannya dalam bentuk tulisan opini lalu dibawanya ke media cetak. Latar belakangnya sebagai mahasiswa fakultas hukum, membuatnya sangat tertarik mengangkat topik-topik yang yang menyangkut hukum, demokrasi serta isu-isu ketatanegaraan. Ia juga sering menulis rilis terkait aktivitas-aktivitas lembaga kemahasiswaan di kampus

khususnya yang dilaksanakan oleh BEM ketika itu. Bersentuhan langsung dengan dunia juranilstik dimulainya pada tahun 2001. Kerap menyetor tulisan ke media cetak, membuatnya akrab dengan para wartawan profesional. Hingga ia pun diajak bergabung untuk menjadi salah satu wartawan tetap. Meski masih terbilang wartawan baru, atasannya tak segan-segan membnerikan Ia tugas liputan di Pengadilan Negeri Palu. sambil berkuliah di fakultas. Sejak saat itu, ia menggeluti dunia jurnalis sembari menjalani aktivitas akademiknya di Fakultas Hukum Untad. Aktivitas meliput menjadikannya banyak berinteraksi dengan tokoh-tokoh penting. Begitupun di kampus, ia memperoleh banyak kesempatan untuk berinteraksi dengan dosen-dosen secara non formal. Hal itu membuatnya cukup akrab dengan para dosen-dosen. Dengan keakraban itu, ada banyak kemudahankemudahan yang diperolehnya dalam menjalani proses akademik hingga tuntas Terlepas dari status sebagai mahasiswa dan masuk ke dunia kerja, tidak membuat daya kritisnya kendor. Begitupun dengan jiwa jurnalisnya. Kecintaan dalam dunia tulis menulis masih konsisten dipertahankannya hingga sekarang. Selain bertugas sebagai dosen di Universitas Tadulako, Ia pun tengah mengelola salah satu media harian Kota Palu. Berbekal bacaan, diskusi dan pengalamannya, Ia terus mengisi ruang baca m a s y a r a k a t K o t a Pa l u d e n g a n p a n d a n g a n pandangannya terkait perkembangan yang terjadi, khususnya di Kota Palu. Baginya, mempublikasikan gagasan itu sangat penting. Salah satunya yakni dalam bentuk tulisan. Sebab sebuah opini merupakan respon terhadap kondisi lingkungan. Ide-ide itu jika terpublikasi, akan bisa mempengaruhi kebijakan publik, dikarenakan gagasangagasan itu dapat menjadi menjadi referensi bagi pengambil para pemangku kebijakan publik dalam mengevaluasi kebijakan-kebijakannya. Menurutnya, dengan menulis juga akan membantu mensistematisasi persoalan-persoalan yang mengantarkan secara lebih mudah untuk menemukan solusi atas persoalan-persoalan tersebut. Adapun dengan tulisan, akan membuat gagasan-gagasan dapat terdokumentasi. Sehingga konsistensi berpikir kita dapat terukur. Sebagai pengajar di Fakultas Hukum Untad ia mengatakan, dosen dan wartawan adalah profesi yang berjodoh. Baginya kedua profesi itu saling melengkapi satu sama lainnya. “Saya sangat merasakan itu dalam menjalani kedua profesi itu secara bersamaan,” terangnya. Baginya, sebagai akademisi ia dituntut mempelajari dengan baik bidang keahliannya, sebagai jurnalis ia pun mengikuti isu-isu actual terkait masalah-masalah hukum dan pemerintahan. “jadi kloplah, dari kampus saya punya bekal teoritis, sebagai wartawan saya punya pengalaman praktis terkait masalah-masalah penegakan hukum,” terangnya. Di tahun 2012 Rahmat Bakri mengikuti uji kompetensi wartawan yang diselenggarakan Lembaga Pers Dr Soetomo bersama para pimpinan redaksi Jawa Pos Group dari seluruh Indonesia. Ia pun lulus sebagai wartawan utama, sekaligus mencatatkan namanya sebagai wartawan pertama di Sulawesi Tengah yang mengantongi setifikat Wartawan Utama. Saat ini, Ia juga tengah menjabat sebagai Ketua Pusat Pengembangan Deradikalisasi dan Penguatan Sosio Akademik Universitas Tadulako. Wn


Dialog Akademik

6

Edisi 92 Februari 2018

Tahun ke 6

Memaknai Hari Pers Nasional

“

Dr. Achmad Herman S.Sos M.Si

Setiap tanggal 9 Februari, masyarakat Indonesia memperingati Hari Pers Nasional. Hari Pers Nasional dimaknai sebagai salah satu pilar demokrasi yang saat ini diadopsi oleh sistem yang diterapkan di Indonesia. Perayaan Hari Pers Nasional ini dilaksanakan setiap tahun secara bergantian di Ibu Kota Provinsi yang berbeda di Indonesia. Pers merupakan suatu lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang menjalankan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan menggunakan berbagai jenis media atau saluran yang tersedia. Kemajuan informasi dan pemberitaan saat ini, melahirkan banyak perusahaan media dengan produk yang dapat diakses dan dijangkau melalui media cetak, media elektronik maupun media online. Dr. Achmad Herman S.Sos M.Si selaku akademisi di bidang Media dan Pers asal prodi Ilmu Komunikasi FISIP Untad memaparkan pandangan nya seputar perkembangan media dan pers sekaligus Hari Pers Nasional yang ada di Indonesia.

1. ? Bagaimana anda melihat wajah Media/Pers di Indonesia saat ini? Jika kita berbicara kuantitas, pertumbuhan media/pers saat ini semakin banyak bagai jamur di musim hujan. Namun jika kita berbicara kualitas masih menjadi hal yang perlu di teliti lebih lanjut. Saat ini meskipun banyak media dan pers yang bermunculan, tak sedikit yang tidak mampu bertahan dan berhenti di tengah jalan diakibatkan manajemen dan sistem pendanaan yang tidak memadai. Sehingga menjadi penting untuk lebih kritis apakah media yang menjamur saat ini memberikan banyak manfaat dan mencerdaskan masyarakat atau sebaliknya. Beberapa dekade yang lalu, media tidak terlalu bebas namun bertanggung jawab, sedangkan saat ini pers telah di berikan kebebasan namun tidak terlalu bertanggung jawab.

...

? Apa perbedaan mencolok antara media dan 2. pers di zaman lampau dan media saat ini? Sebenarnya, berbicara Hari Pers Nasional adalah hal yang masih di perdebatkan antara AJI (Aliansi Jurnalis Independen) dan IJTI (Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia) karena Hari Pers Nasional adalah hari yang ditetapkan pada zaman PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) di bawah pemerintahan Soeharto sehingga masih perlu di kaji kembali. Peran media di bagi beberapa fase seperti pers zaman penjajahan yang kebanyakan mendengungkan hak untuk mendapatkan kemerdekaan dan mengedukasi masyarakat bahwa berada di bawah penjajahan adalah hal yang buruk. Pada zaman orde baru, lebih banyak terjadi pengekangan terhadap pers untuk bereksplorasi bahkan untuk menerbitkan sebuah pers memerlukan Surat Izin Pers dan Surat Izin Terbit dari pemerintah. Padahal hal tersebut bersifat mengontrol perusahaan di bidang media sehingga jika media ingin membuka perusahaan di bidang pers, mereka secara tidak langsung harus banyak berpihak kepada pemerintah sehingga idealisme lebih banyak muncul di perguruan tinggi ketimbang media. Itupun menteri penerangan pada saat itu, Bapak Daud Yusuf, menerapkan NKKBKK (Normalisasi Kehidupan Kampus Badan Koordinasi Kampus) sehingga banyak mahasiswa yang di tekan untuk tidak berpolitik praktis di kampus. Kemudian ketika masa kepresidenan BJ Habibie, kendali kepada pers dibuat lebih longgar dan diberi kebebasan melalui undang undang pers no 40 tahun 1999 satu tahun setelah Presiden Soeharto lengser dari kursi presiden pada tahun 1998. Jadi bisa di katakan, bahwa BJ Habibie sebagai pembuka awal kemerdekaan pers di Indonesia hingga saat ini.

...

3. -

?

Seperti apa karakter Jurnalis saat ini?

... Sumber daya manusia jurnalis saat ini masih

Akademisi di bidang Media dan Pers prodi Ilmu Komunikasi FISIP Untad

belum optimal. Kebanyakan hanya bermodalkan kartu nama pers, beberapa orang sudah menganggap diri nya jurnalis hanya berdasarkan ikut pelatihan dasar jurnalis. Pengalaman serta pelatihan yang sesuai prosedur membuat seseorang dapat dikatakan sebagai jurnalis yang professional. Saya pun pernah mengikuti pelatihan pers seperti pelatihan tingkat dasar maupun tingkat madya dan sebagainya. Tanpa pengalaman dan pelatihan tersebut, akan sangat kelihatan kualitas seorang jurnalis dari tulisan tulisan yang dibuatnya. 4. ? Apakah media/pers kita saat ini banyak memberikan asupan bacaan yang 'bergizi' bagi pembacanya? Berbicara mengenai konten berita, tidak luput dari yang namanya tanggung jawab moral karena ada media tidak mampu memisahkan antara kepentingan iklan perusahaan dan kepentingan redaksi sehingga hal tersebut berpengaruh pada kualitas konten medianya. Belum lagi sumber daya jurnalis yang masih minim dalam memahami konteks berita yang dia liput. Selain itu, faktor 'kemalasan' pada jurnalis yang kerap terjadi seperti lebih memilih meng copy paste berita di internet kemudian mengubah sedikit intisari artikelnya kemudian dia muat sebagai hasil dari tulisannya padahal dia tidak turun langsung ke TKP, misalnya. Banyak sekali hal tersebut kerap terjadi dalam profesi sebagai jurnalis. Jika kita berbicara mengenai tanggung jawab profesi jurnalis tentu kita akan berbicara etika didalamnya. Apakah kode etik jurnalistik benar benar di jalankan selama ini dalam menyajikan berita di media. Sehingga tidak mengherankan banyak jurnalis hanya memenuhi kepentingan redaksinya semata tanpa melihat kepentingan bacaan di masyarakat. Meskipun begitu, tidak sedikit juga media yang masih mengedepankan kualitas bacaan nya untuk masyarakat yang memang telah berdiri sejak dulu dan tetap bertahan hingga saat ini karena mempertahankan kualitas kontennya.

...

5. ? Dengan kemajuan teknologi informasi, media kini tak hanya fisik saja seperti Koran melainkan media online yang kini cukup berpengaruh besar di Indonesia. Bagaimana tanggapan anda? Kemajuan teknologi di bidang informasi tentu saja memiliki banyak dampak positif. Media cetak dan media online memiliki wadah pasarnya tersendiri serta kelemahan dan kelebihannya masing masing. Kemajuan teknologi tentu saja banyak membantu proses jurnalistik seperti cepat dalam mengupdate berita terkini, media dapat menyajikan berita lebih luas ke berbagai Negara. Meskipun begitu, ada hal hal yang mempengaruhi kinerja jurnalis dalam kemajuan teknologi seperti malas mencari berita kemudian dalam mengisi konten media lebih banyak mengedepankan opininya sendiri ketimbang fakta dilapangan. Di

...

Sulawesi Tengah sendiri, mengenai literasi media masih sangat lemah karena seharusnya media mampu memberikan wadah untuk publik seperti surat pembaca jika kurang puas terhadap pemberitaan, disitulah wadah untuk masyarakat dalam memberikan kritik di media cetak. Masyarakat harus terlibat dan mampu memanfaatkan literasi media. Selama ini masyarakat hanya membaca berita saja dan tidak ada edukasi tentang literasi media. Sehingga sebagai akademisi di bidang media, saya banyak memaparkan kepada mahasiswa mengenai pentingnya literasi media mengenai fakta bahwa semua berita yang ada di media itu tidak seluruhnya benar dan langsung di percaya. Realitas yang ada di media adalah realitas kedua sedangkan realitas sesungguhnya di rasakan langsung oleh jurnalis saat di TKP sehingga kemurnian sebuah berita sudah tercampur dengan opini jurnalis yang membuat artikel tentang realita tersebut. 6. ? Berbicara mengenai media/pers tidak lepas dari fenomena 'Hoax' yang dalam kurun waktu terakhir cenderung popular di berbagai media. Tanggapan anda? Jika kita berbicara mengenai 'hoax' maka pers tidak boleh menggunakan hoax tersebut dalam menyajikan sebuah bacaan kepada masyarakat karena jurnalis harus pandai memisahkan antara fakta dan opini. Karena fakta nya, masyarakat akan membaca tulisan yang di sajikan oleh media terlepas apakah itu hoax atau tidak. Sehingga penting bagi para jurnalis untuk mementingkan kebenaran tulisannya dengan melihat langsung fakta di lapangan tanpa mendengar desas desus saja agar media tidak memperbesar opini semata melainkan memaparkan sebuah kebenaran yang akurat. Selain itu, hoax tidak akan disebar oleh jurnalis yang memiliki pengetahuan serta pendidikan yang memadai.

...

7. ? Adakah ada yang ingin anda sampaikan terkait Hari Pers Nasional? Pers harus bisa mencerdaskan dan mencerahkan pengetahuan masyarakat mengenai apa yang terjadi di tengah tengah mereka. Tak hanya mengedepankan sebuah fakta, jurnalis di tuntut menyajikan fakta yang bisa di dukung dengan ada nya data konkret yang dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan etika. Masyarakat pada akhirnya tak hanya tercerahkan secara faktual melainkan dari segi pemikirannya bisa baik karena salah satu pembentuk opini publik yang paling kuat adalah media sehingga jangan sampai media bermain-main dengan opini nya sendiri. Jurnalis dan media harus bisa berada di antara fakta dan opini. AA

...


Kabar Tadulako Edisi 92 Februari 2018

Tahun ke 6

7

Rektor Bentuk Cef-InAP, Tingkatkan Publikasi Internasional Dalam rangka meningkatkan SDM akademisi Untad di bidang kepenulisan Jurnal Internasional, Pelatihan CeF-InAP (Center For International Article Publication) yang mengangkat tema “Melalui Pelatihan CeF-InAP, Kita Tingkatkan Kualitas Karya Ilmiah Menuju Peningkatan Jumlah Karya Ilmiah Dosen Terpublikasi" di gelar pada 4 – 7 Februari 2017 bertempat di Meeting Room Best Western Hotel Palu. Pada salah satu materi tentang 'Strategi dan Kiat Di Terima Publikasi di Jurnal Internasional' dipaparkan beberapa poin alasan mengapa Jurnal Internasional menjadi salah satu hal yang penting untuk sebuah Perguruan Tinggi, diantaranya diseminasi hasil penelitian tidak hanya tersebar di ruang lingkup lokal melainkan pada komunitas yang lebih luas, m e n u n j u ka n re p u t a s i ku a l i t a s p e n e l i t i a n , menunjukan daya saing bangsa pada bidang riset dan pendidikan, sebagai 'alat' yang mempermudah untuk mendapatkan beasiswa Internasional, sekaligus berperan untuk menjalin kerjasama dan funding skala internasional. Ditemui pada Selasa (6/02) Siang, Dr. Amiruddin Kade M.Si selaku Sekretaris LPPMP Untad Sekaligus Ketua Panitia Pelatihan CeF-InaP menuturkan secara rinci pelatihan jurnal yang berlangsung

selama 4 hari tersebut. Dalam penjelasannya, Dr Amiruddin mengatakan Rektor Untad menginginkan agar semakin banyak para dosen kita yang mampu membuat jurnal berkualitas dan yang paling terpenting untuk tidak plagiat. Tugas para peserta pelatihan adalah bagaimana tulisan mereka nanti dapat mengikuti standar jurnal Internasional. “Pada pelatihan jurnal saat ini,. Mereka banyak di a j a r k a n t e k n i k m e m b u a t a b s t r a k / j u r n a l , Pemanfaatan Aplikasi Zotero dalam Citasi dan Daftar Pustaka dan Akses Jurnal International Terindex SCOPUS Minimal Q3. Beberapa pemateri juga mengajari bagaimana cara untuk submit artikel ke jurnal Internasional dsb,” Dr Amiruddin berharap, setelah pelatihan ini akan semakin banyak dosen yang bisa menerbitkan jurnal nya di tingkat Internasional karena mereka telah banyak diajari oleh para pakar dari akademisi yang ada di Universitas Tadulako. “jika para dosen yang membutuhkan informasi mengenai standar penerbitan jurnal internasional, mereka bisa datang dan terhubung dengan para peserta yang telah dilatih beberapa hari ini” Jelas Dr. Amiruddin. Dr Amiruddin mengatakan bahwa kebanyakan artikel dari dosen yang ada di Untad saat ini masih belum banyak yang memenuhi syarat untuk diterbitkan di wadah jurnal internasional

Ket Foto : Rektor Universitas Hasanudin, Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu MA saat berdiskusi bersama Prof Dr Ir Muhammad Basir SE MS dan sejumlah pejabat Untad di ruang Rektor Universitas Tadulako

dikarenakan penulisan artikel/jurnal nya yang masih belum mengikuti standar Internasional. “Saat ini baru beberapa dosen saja yang Jurnal nya berhasil di terbikan sebagai Jurnal Internasional,” terangnya. Nanti nya Pusat Jurnal Universitas Tadulako akan berada di Lantai III Rektorat Untad yang akan digunakan untuk menjadi lokasi Center For International Article Publication sehingga para dosen yang nantinya akan menulis sebuah artikel

REKTOR UNHAS KUNJUNGI UNTAD

atau jurnal, bisa mendatangi Pusat Jurnal tersebut untuk evaluasi lebih lanjut. Di akhir acara Pelatihan CeF-InAP, Prof. Dr. Ir Muhammad Basir SE M.S selaku Rektor Untad menyampaikan kepada para peserta training agar dapat mengimplementasikan ilmu yang di dapatkan dengan maksimal sehingga dapat membantu akademisi Untad yang membutuhkan khususnya dalam penerbitan jurnal internasional. AA

DIREKTUR BARU RSU TADULAKO DIKUKUHKAN

Prof Dr Sutarman Yodo SH MH, Wakil Dekan Bidang Akademik Universitas Tadulako

Ket Foto : Rektor Universitas Hasanudin, Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu MA saat berdiskusi bersama Prof Dr Ir Muhammad Basir SE MS dan sejumlah pejabat Untad di ruang Rektor Universitas Tadulako

Rektor Universitas Hasanudin, Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu MA mengunjungi Universitas Tadulako Rabu (06/02). Kedatangan Prof Dwia ke Untad disambut hangat Rektor Universitas Tadulako, Prof Dr Ir Muhammad Basir SE MS yang didampingin oleh Direktur Pascasarjana, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarkat, Dekan Fakultas Keokteran, dan Dekan Fakultas Ekonomi. Kunjungan ini merupakan lanjutan dari pertemuan sebelumya antara Unhas dan Untad dalam rangka membahas persiapan Program Studi S2 dan S3 Kesehatan Masyarakat di Univeritas Tadulako. Sebelumnya, pada 19 Januari lalu, telah diutus Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Prof Dr drg Andi Zulkifli Mkes beserta Wakil Dekan Akademik Universitas Hasanudin, Dr Ida Leida Maria SKM MKM MSc PH guna membahas kerjasama tersebut. Universitas Tadulako sendiri, telah mempersiapkan fasilistas penunjang bagi berjalannya program tersebut. Selain Gedung Pascasarjana, rencannya akan digunakan pula Video Conference Room UPT TIK dan Conference Room IT Center. Prof Dwia mengatakan dalam diskusi hangat di ruang Rektor itu, Untad dan Unhas harus mempersipakan rencana kerjasama ini secara matang, khususnya Universitas Tadulako yang menjadi pelaksana utamanya. Program Studi S2 dan S3 yang rencannya akan dijalankan secara distance learning ini telah disampaiakan pula

kepada Kemenristekdikti serta Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan. Selain mendiskusikan persiapan Progam S2 dan S3, dalam kesempatan tersebut juga dilakukan sharing tentang persoalan-perosalan yang dihadapi oleh perguruan tinggi, diantaranya terkait persoalan infrastruktur, sumber daya pengajar, pengelolaan sistem dan hal-hal menyangkut kemahasiswaan. Pada kesempatan itu, Prof Dwia selaku Rektor dari kampus yang menelurkan Universitas Tadulako memberikan dukungan kepada Untad untuk terus melakukan pengembangan-pengembangan baik dari segi infrastrukur maupun akademik. Dalam kunjungannya kali ini, Prof Dwia juga menyempatkan diri menyambangi Rumah Sakit Umum (RSU) Tadulako yang berada dikawasan Fakultas Kedokteran (FK) Untad. Kepada sejumlah Dokter dan pegawai RSU Tadulako Prof Dwia mendorong agar fungsi dan pelayanan di rumah sakit pendidikan tersebut dapat dimaksimalkan. “Rumah sakit ini adalah aset yang harus difungsikan dengan sebaik-baiknya, khususnya bagi mahasiswa, dosen dan segenap masyarakat kampus Untad.” tuturnya. Pada kesempatan itu, Prof Dwia juga mendorong agar RSU Tadulako kedepannya dapat berjalan secara mandiri. Sehingga bisa lebih leluasa memberikan pelayann kepada masyarakat. Ia mengaku kagum dengan Universitas Tadulako dengan kondisi kampusnya yang terus mengalami kemajuan dari waktu ke waktu. Menurutnya, hal ini merupakan potensi untuk kedepannya Untad bisa berkembang menjadi kampus yang besar. Wn

Ket Foto : Dr dr Ketut Suarayasa MKes bersama jajaran formasi baru pimpinan RSU Tadulako

Prof Dr Ir Muhammad Basir SE MS, Rektor Universitas Tadulako secara resmi mengukuhkan Dr dr Ketut Suarayasa MKes, sebagai Direktur baru Rumah Sakit Umum Tadulako menggantikan, dr Rustam Amiruddin Sp PD, Direktur RSU Tadulako sebelumnya.Dr dr Ketut Suarayasa MKes pernah menjabat sebagai Wakil Dekan Bidang kademik Fakultas Kedokteran. Dalam sambutannya Rektor mengharapkan, pengalaman Dr Ketut sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik tersebut dapat diterapkan dalam memimpin RSU Tadulako kedepan. Bersama Dr Ketut, dikukuhkan pula dr Rahma Mkes SpA sebagai Direktur Pendidikan, Penelitian, dan Pengembangan SDM menggantikan dr Indah PK Demak Mmed Ed, dr Diah Mutiarasari MPH sebagai Direktur Pelayanan Medis dan Keperawatan dan Kefarmasian menggantikan dr Asrawati Sofyan MKes SP KK.Selain itu, juga dikukuhkan dr Haerani Harun Mkes Sp PK sebagai Direktur Penunjang Klinik dan Non Klinik menggantikan dr Rosa Dwi Wahyuni MKes Sp PK, serta dr Asrawati Sofyan Mkes Sp KK sebagai Direktur Administrasi Umum, Keuangan dan Pemasaran yang menggantikan dr Diah Muiarasari M PH.“Saya percaya, ini adalah kombinasi pimpinan yang pas untuk RSU Tadulako. Semoga dengan kombinasi ini dapat berjalan langgeng.” Ujar Prof Basir.Ia juga mengatakan, RSU Tadulako tidak sepenuhnya berorientasi pada keuntungan. Akan tetapi, rumah sakit pendidikan tersebut juga mengedepankan nilai-nilai akademik.“Untuk itu, Dr Ketut sebagai Direktur utama dibantu olehn Direktur yang menangani pendidikan, penelitian dan pengembangan SDM, dr Rahma MKes SpA.” Tambahnya. Rektor menghimbau kepada Dr Ketut dan sejumlah Direktur Rumah Sakit Umum Tadulako, agar dapat bersama-sama melakukan bekerja untuk memajukan RSU Tadulako.“Semoga RSU bisa berjalan dan mengemban tugasnya dalam melayani masyarakat sebagaimana yang kita harapkan.” Imbuhnya. Wn


8

Media

Kabar Tadulako Edisi 92 Februari 2018

Tahun ke 6

Sosialisasi Jelang Pemilihan Rektor Universitas Tadulako Periode 2019-2023 Jelang pemilihan rektor periode 2019-2023, panitia pemilihan rektor akan melakukan sosialisasi pada tanggal 06 Maret mendatang. Dalam sosialisasi nantinya panitia pemilihan akan mengundang civitas akademika Universitas Tadulako (Untad). Dr. Amirudin Kade selaku sekretaris panitia mengatakan bahwa dalam penjaringan bakal calon rektor Untad mempersilahkan seluruh Warga Negara Indonesia (WNI) tanpa membedakan gender maupun Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA). “Selagi bakal calon tersebut memenuhi syarat yang sudah ditetapkan dalam peraturan senat Untad Nomor 01 Tahun 2018 yang merujuk pada Permenristekdikti nomor 19 Tahun 2017.” Ujarnya (22/2). Amir mengatakan bahwa banyak kriteria yang harus dipenuhi oleh bakal calon rektor salah satunya Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang memiliki pengalaman jabatan sebagai Dosen dengan jenjang akademik paling rendah lektor kepala. “Bakal calon juga harus memiliki pengalaman paling rendah ketua jurusan atau sebutan lain yang setara, atau ketua lembaga paling singkat dua tahun di perguruan tinggi negeri atau pimpinan tinggi pratama/pejabat eselon II.a di lingkungan instansi pemerintah” Lanjutnya. Lebih lanjut Seleksi calon maupun pemilihan rektor, akan dilakukan secara berjenjang mulai tahapan penjaringan bakal calon rektor oleh panitia kerja, penyaringan calon oleh senat, serta pemilihan calon, penetapan dan pelantikan oleh

Senat dan Kemenenristekdikti. Sementara itu, Prof Sutarman Yodo selaku Ketua Panitia, berharap rektor yang terpilih nantinya pada periode 2019-2023 legi untuk membawa Universitas Tadulako yang

Prof. Dr. Sutarman Yodo, SH, MH. Selaku Ketua Panitia Pemilihan Rektor Universitas Tadulako Priode 2019-2023

IO UNTAD Motivasi Mahasiswa Taklukkan Beasiswa LN International Office (IO) melaksanakan sosialisasi beasiswa, penegnalan pendidikan dan budaya luar negeri. Kegiatan yang dihadiri sekitar 400 mahasiswa dari berbagai kampus ini, dilaksanakan pada sabtu (10/02) di teater room UNTAD. Prof Ir Marsetyo MSc Ag PhD, selaku ketua International Office UNTAD dalam sambutannya menyampaikan bahwa saat ini dalam persaingan beasiswa tidak akan dilihat lagi dari latarbelakang pendaftar. “Jangan beralasan saya tidak punya uang, justru karena tidak punya uang, maka anda harus kuliah ke luar negeri. Saya kuliah keluar negeri tidak bawa uang seperser pun, tapi dalam waktu 1 minggu di sana saya bisa beli mobil”, imbuhnya. Pasjan Satrimafitrah PhD alumni University of Miyazaki, dalam presentasinya menyampaikan bahwa terdapat sangat banyak beasiswa yang tersedia untuk kuliah di Jepang, baik yang diberikan pemerintah Indonesia maupun pemerintah Jepang. “Website Jasso menyediakan semua informasi beasiswa ke Jepang”, terangnya. Lebih lanjut ia mengungkapkan tidak hanya bagi penerima beasiswa, peserta didik yang termasuk golongan kurang mampu juga akan tetap bisa kuliah karena biaya pendidikan di Jepang tergolong murah. “Di Jepang anda bisa mendapatkan potongan biaya SPP jika anda tidak punya duit, bahkan istri saya bisa

menyelesaikan kuliahnya dengan SPP Rp.0, karena kami dianggap tidak mampu”, pungkasnya. Senada dengan Pasjan, Muh. Reza Rizqi P. Sangadji ST MSc (awardee scholarship LPDP University of Brimingham, S2 Urban and Reginal Planning) yang juga menjadi speaker dalam kegiatan tersebut menuturkan bahwa beasiswa adalah jalan untuk menghilangkan keluhan, penghalang dan alasan-alasan yang mengatakan saya tidak punya uang pada orang yang mau belajar. “Tentunya juga butuh toefl, tapi kalau sudah memiliki LOA dari universitas tidak perlu lagi itu”, tuturnya. . Ia pun menyampaikan bahwa dalam LPDP, IPK bukan menjadi hal utama, tapi yang dilihat dari esay yang dibuat, apakah calon penerima tahu apa yang akan lakukan di universitas tujuan, dapat meyakinkan dan tahu apa yang akan dilakukan ketika kembali. “Satu yang paling penting, tidak cukup hanya dengan usaha, karena kalau hanya usaha berapa banyak orang di dunia ini yang berusaha, tapi berapa banyak yang berdoa? Tidak bisa hanya mengandalkan usaha kita sendiri, tapi kita juga harus berharap pada Ilahi”, pungkasnya. Moch. Arief Bachtiar S Sos (Australian Award short course alumni and ASEAN Youth Ambassador Indonesia 2017) dalam materinya menyampaikan tidak ingin mencoba dan bersikap berlebihan akan menyianyiakan kesempatan.Vv

semakin maju dikancah nasional maupun internasional. “kita berharap yang akan mendaftarkan diri sebagai rektor akan banyak, baik itu dari Universitas Tadulako maupun dari Instansi lain yang memenuhi syarat ketentuan calon rektor.” Tutupnya. (Sr)

Dr. Amirudin Kade, M.Si Selaku Sekretaris Panitia Pemilihan Rektor Universitas Tadulako Priode 2019-2023

Himadiksi Touring Sosialisasi Beasiswa

Himpunan Mahasiswa Bidikmisi (Himadiksi) tempat berhimpun mahasiswamahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi melakukan sosialisasi beasiswa Bidikmisi ke 18 SMA sederajat di sejumlah daerah, diantaranya Donggala, Parigi Moutong, Morowali, Toli-toli, Tojo Una-una, dan Mamuju Utara. Kegiatan yang berlangsung sejak tanggal 4-28 Januari ini mendapat sambutan hangat dari setiap sekolah yang mereka datangi. Ketua umum Himadiksi Untad, Moh. Khaerul (04/01) mengatakan meski infornasi pendaftaran Bidikmisi bisa diakses dengan mudah melalui internet, sosialisasi ke sekolahsekolah tetap mereka lakukan karena masih banyak pihak sekolah yang belum sepenuhnya menyampaikan kepada siswanya tentang program pemerintah ini. “Bahkan tidak sedikit sekolah yang asal mendaftarkan saja, tidak menyeleksi terlebih dahulu untuk mengetahui siswa yang benar-benar kurang mampu untuk didaftarkan sebagai calon penerima Bidikmisi”, terangnya. Menurut Khaerul, pendaftaran yang tidak melalui tahap seleksi dari pihak sekolah inilah yang membuka peluang besar bagi para siswa untuk memasukkan data diri yang tidak sesuai, sehingga tidak jarang ditemukan penerima Bidikmisi yang memalsukan data kemiskinan ekonomi. Ia berharap sosialisasi pedoman Bidikmisi 2018 ini dapat memberi banyak informasi secara langsung kepada para siswa yang ingin mendaftar sebagai calon penerima beasiswa. Dalam panduan yang dikeluarkan pada Januari 2018, dicantumkan beberapa pelanggaran dan sanksinya, yang salah satunya yaitu mahasiswa yang terbukti memalsukan data kemiskinan ekonomi akan dikenakan sanksi minimal pemecatan sebagai penerima Bidikmisi sekaligus mengembalikan biaya hidup bahkan bisa mendapat pemecatan sebagai peserta didik. Khaerul menambahkan beasiswa yang pertama kali diluncurkan 2010 itu, telah banyak mengalami perubahan, mulai dari dinaikkannya dana biaya hidup mahasiswa Bidikmisi sampai syarat untuk menjadi penerimanya. “Untuk tahun ini, program Bidikmisi ada perubahan dari tadinya pendapatan orang tua maksimal 3 juta, sekarang naik menjadi maksimal 4 juta dan akan diprioritaskan untuk adikadik yang memiliki kartu Indonesia sehat dan kartu Indonesia pintar”, imbuhnya. Sejak tahun 2010 Pemerintah Indonesia melalui Dirjen Pendidikan Tinggi (sekarang kementrian riset dan perguruan tinggi), rutin memberikan Bantuan Pendidikan Mahasiswa Miskin Berprestasi (Bidikmisi). Program merupakan kesungguhan pemerintah untuk memberikan akses pendidikan tinggi kepada masyarakat miskin dengan tujuan memutus mata rantai kemiskinan. Program ini ditujukan pada peserta didik yang kurang mampu namun memiliki prestasi akademik yang baik. Program pemerintah melalui RISTEK DIKTI yang telah membiayai 432.490 mahasiswa ini, akan kembali dibuka pada 21 Februari-6 Maret dan akan diumumkan pada pada 17 April mendatang untuk jalur SNMPTN. Vv


Kabar Tadulako Edisi 92 Februari 2018

Tahun ke 6

9

TOMBOLOTUTU LAYAK JADI PAHLAWAN NASIONAL

Menurut Dr Lukman Nadjamudin MHum, Tombolotutu sangat layak dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional, atas jasa-jasanya dalam melakukan perlawanan pada masa penjajahan Belanda, khususnya di kawasan Teluk Tomini. Hal ini disampaikan oleh Dr Najamuddin pada Bedah Buku “Bara Perlawanan Di Teluk Tomini, Perjuangan Tombolotutu Melawan Belanda” yang diinisiasi oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Untad b e k e r j a s a m a d e n g a n B a d a n P e r e n c a n a a n d a n Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Parigi Moutong di Conference Room, Media Center, Universitas Tadulako (14/2). Tercatat, Tombolotutu merupakan sosok yang karismatik dan menjadi salah satu tokoh penting dalam perlawanan masyarakat Tomini terhadap pemerintah kolonial Belanda. Tomblolotutu terus-menerus melakukan gerakan perlawanan terhadap Belanda yang telah banyak merugikan masyarakat melalui eksploitasi sumber daya serta memonopoli sistem ekonomi pada saat itu. Beberapa peristiwa perlawanan yang digerakkan oleh tombolotutu antaralain perlawanan pada Perang Perang

Dunduan di Tomini Popa, Perang Bolano di Benteng Bajo, Perang Katabang Raja Basar di Lobu Moutong, dan Perang Dode di Gio. Olehnya itu, dimata Belanda, Tombolotutu merupakan salah satu satu tokoh yang sangat berbahaya. Hal ini dibuktikan dengan kuatnya ambisi Belanda dalam melakukan pengejaran terhadapnya saat itu, hingga terjadi peristiwa pembunuhan Raja Silala, yang ketika itu berusaha melindungi Tombolotutu. Sementara itu, catatan sejarah lainnya yang menunjukkan konsistensi perlawanan Tombolotutu terhadap Belanda ialah penolakannya untuk dijadikan Raja pada saat itu. Konon, Keterikatan kontrak dengan kolonial Belanda, menjadi alasan terkuat Tombolotutu untuk menolak amanah tersebut. Hingga tampuk kepemimpinan ketika itu diberikan kepada Daeng Malino. Hadir sebagai pembedah ialah Dr Sri Margana MPhil yang berasal dari Universitas Gajah Mada serta Dr Suriadi Mapppangara MHum dari Universitas Hasanudin. Turut hadir pula Dr Ma'ruf Bantilan, Rektor Universitas Madako serta para Guru besar Untad, Sejarawan Untad, serta sejumah mahasiswa Universitas Tadulako. Sr

RINTARA JAYA SULTENG Siap Bantu Mahasiswa UNTAD Dalam Bidang Kemaritiman

RUBALANG dan BRM Ajak Mahasiswa Lirik Masyarakat Pesisir Bekerjasama dengan BRM (Badan Riset Mahasiswa) FMIPA, RUBALANG (Rumah Bahari Gemilang) melaksanakan talk show bincang Indonesia dengan mengusung tema “Indonesia Kini Dan Nanti” pada Sabtu (28/01) di IT center UNTAD. Direktur utama RUBALANG Moh. Tofan Syaputra dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan tersebut dilaksanakan sebagai upaya untuk membentuk kesadaran masyarakat terutama mahasiswa untuk melihat kondisi negeri ini. “Kita harus sadar dengan kondisi negara kita dan kita perlu melihatnya disaat ini dan juga bagaimana di masa mendatang serta bagaimana kita mengambil peran dalam setiap gerak geriknya”, terangnya. Ia pun mengungkapkan bahwa saat ini pemerintah memang sedang melaksanakan pembangunan besar-besar hampir di semua bidang. Namun, ternyata masih banyak masyarakat yang belum merasakan dampaknya, terutama masyarakat pesisir. “Daerah pesisir masih tertinggal baik ekonomi, pendidikan wawasan dan sebagainya”, ungkapnya. Melalui kesempatan tersebut, Tofan mengajak peserta yang hadir untuk bersama membangun kesadaran membangun Indonesia dari berbagai hal salah satunya dari bidang Maritim. “Spirit membangun negeri ini tidak mesti dimulai dengan uang, tapi dimulai dengan niat yang baik dan diaplikasikan dengan sungguh-sungguh dan kemudian kita perlu berkolaborasi dengan pihak lainnya”, tandasnya Lebih lanjut ia menambahkan ketertinggalan yang dialami masyarakat pesisir Indonesia sebenarnya karena cara pandang mereka terhadap masa depan, yang diakibatkan oleh kurangnya wawasan yang mereka miliki. Olehnya beberapa waktu ke depan, RUBALANG yang bekerjasama dengan TDA Palu akan melaksanakan program pertukaran pelajar untuk siswa-siswi pesisir, guna mendekatkan mereka dengan pusat kemajuan. “Semoga program ini ke depan kita bisa ajak seluruh pihak untuk berkolaborasi karena kami tahu 1 kebaikan tidak bisa diperjuangkan sendiri harus berkolaborasi,” harapnya. Deputi IV Bidang Koordinasi SDM, IPTEK dan Budaya Maritim, Dr Ir Safri Burhanuddin DEA yang merupakan salah satu pembicara dalam kegiatan tersebut menyampaikan bahwa saat ini Indonesia berada di posisi ke-5 pertumbuhan ekonomi dunia dan pertumbuhan pariwisata Indonesia terbesar 25,5% dibanding negara lain. “Pariwisata merupakan urutan ke-2 penghasil devisa Indonesia dan Indonesia saat ini benar-benar mendapatkan bonus demografi, jika itu bisa kita manfaatkan, sungguh merupakan sumberdaya yang luar biasa,” ungkapnya.Vv

didirikan dengan visi “Menjadi pusat koordinasi relawan bidang kemaritiman nasional dalam upaya membantu pembangunan negeri di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Terkecil (WP3K) untuk mencapai kesejahteraan masyarakat dan mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia”. Rintara Jaya SULTENG sendiri baru dibentuk pada akhir Januari dan sampai saat in masih dalam penyusunan program kerja (proker). Muhammad Ilham Alisa (Teknologi Informasi, 2015), selaku koordinator Rintara Jaya SULTENG ForNas Perintis Maritim Nusantara (RINTARA) Jaya menjelaskan bahwa pembentukan Rintara Jaya nasional

ForNas (Forum Nasional) Rintara Jaya resmi dibentuk di Wisma P.H.I Jakarta pada 19 November 2017 dengan koordinator pusat Irfan Hakim. Sedangkan wilayah SULTENG dikoordinatori Muhammad Ilham Alisa dengan 28 mahasiswa UNTAD lainnya sebagai pengurus wilayah.

melibatkan seluruh alumni ekspedisi Nusantara jaya se Indonesia, begitu pula pengurus dan anggota yang ada di wilayah provinsi. “Yang melatarbelakanginya adalah agar kegiatan-kegiatan ekspedisi dari kemaritiman bisa terus berlanjut dan memberikan dampak yang baik bagi seluruh masyarakat, terutama peserta Ekspedisi Nusantara Jaya (ENJ)”, jelasnya.Ilham pun mengungkapkan bahwa mereka akan selalu berupaya untuk menggali isu dan melanjutkan pengabdian-pengabdian seperti yang telah mereka dapatkan saat ENJ yang diselenggarakan oleh kementrian bidang kemaritiman.“untuk rana kerja, kita koordinasi dengan pusat. Tapi untuk kegitan tergantung dari wilayah masing-masing untuk apa yang ingin dibuat”, ungkapnya. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa sejauh ini keberadaan Rintara Jaya SULTENG memang belum memberikan dampak yang besar untuk UNTAD.“Tapi, selagi kegiatan organisasi di kampus itu berhubungan dengan bidang maritim, kita bisa bantu karena kita punya relasi yang kuat di KEMENKOMAR,” imbuhnya. Suhendar, kepala Bidang SDM KEMENKOMAR (28/01), saat pertemuan perdananya bersama pengurus dan anggota Rintara jaya SULTENG di gedung IT Center UNTAD mengatakan bahwa kegiatan ENJ berfungsi untuk merekatkan bangsa Indonesia, karena lautan bukanlah pemisah tetapi justru pemersatu bangsa. “Kita punya banyak pulau dari Sabang sampai Merauke, maka alumni ENJ harus bisa mengajak temannya yang lain, karena tugas ENJ adalah merangkul dan menguangi masalah yang dihadapi Indonesia terutama di WP3K”, imbasnya. Ia pun menambahkan bahwa selain banyak kesulitan yang akan dihadapi, kehadiran Rintara Jaya akan sangat memberikan manfaat, sehingga semangat mereka harus terus dikobarkan.“Rintara jaya baru berdiri, kalian punya banyak kekuatan, kalian bisa menyurati menteri”, pungkasnya.Vv


10

i Infotorial

Edisi 92 Februari 2018

Tahun ke 6

Rektor inisiasi Pelatihan Cef-InAP Kita tingkatkan kualitas karya ilmiah menuju peningkatan jumlah karya ilmiah dosen terpublikasi

FOTO DAN NASKAH : AKHMAD USMAR/HUMAS

Sambutan Rektor Prof. Dr. Ir. H.Muhammad Basir Cyio, SE.MS pada saat Pembukaan Pelatihan CeP-INAP di Hotel BW

Pemateri Pelatihan CeP-INAP

Salah Satu Pemateri Bohari S.Gz. M.Kes Mengecek Laptop Peserta untuk melakukan Penulisan Journal Terpublikasi dan Submit Artikel ke Jurnal Terindeks Scopus

Suasana Pelatihan CeP-INAP di hotel best westren

Pemateri Pelatihan CeP-INAP Dr. Golar, S. Hut.,M.Si, Dan Dr. Amiruddin Kade, M.Si di hotel best westren

Kepala BAKP Rudy Gosal, SE.M.Si Mengecek Laptop Peserta untuk mengecek Penulisan Journal Terpublikasi


Infotorial

Edisi 92 Februari 2018

Tahun ke 6

Kunjungan Rektor Universitas Hasanuddin di Universitas Tadulako

FOTO DAN NASKAH : OKKY ANUGRAH RAHMAT /HUMAS Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu MA bersama Prof.Dr.Ir. Muhammad Basir SE MS serta segenap Perawat RSU Tadulako

Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu MA disambut hangat di Ruang Rektor

Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu MA melihat view taman Untad dari Ruang Rektor

Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu MA saat bincang-bincang bersama Prof Basir di Ruang Rektor

Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu MA bersama staffnya

Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu MA saat berdiskusi dengan Pengelola RSU Tadulako

Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu MA saat menyambangi ruang UGD RSU Tadulako

11


12

Info Fakultas Edisi 92 Februari

2018 Tahun ke 6

WADEK FAHUTAN DILANTIK, REKTOR : JANGAN LUPAKAN TUGAS UTAMA Setelah dilantiknya Dr Ir Adam Malik MSc sebagai Dekan Fakultas Kehutanan pada bulan lalu, menyusul Wakil Dekan Fahutan periode 20182022 pun secara resmi dilantik oleh Rektor Universitas Tadulako pada kamis (01/02). Prof Dr Ir Muhammad Basir dalam sambutannya berpesan, agar pejabat yang dilantik tidak melupakan tugas utamanya sebagai dosen yang mengemban tri dharma perguruan tinggi. “Jangan sampai tugas tambahan ini membuat kita mengabaikan layanan akademik yang menjadi hak mutlak mahasiswa.” ujarnya. Ia juga mendorong agar para wakil dekan untuk terus melakukan penelitian-penelitian dalam rangka meningkatkan kapasitasnya sebagai dosen. Dr Ir H Imran Rachman MP sebagai Wadek Bidang Akademik menggantikan Dr Sc Agr Yusran SP MP, Dr Hasriani Muis SHut MSi sebagai Wadek Wadek Bidang Umum dan Keuangan menggantikan Dr Ir Sri N i n g s i h M a l o m b a s a n g M P d a n D r

Zulkaidhah SP MP sebagai Wakil Dekan Bidang kemahasiswaan menggantikan Dr Ir Adam Malik MSc. Rektor mengatakan, pergeseranpergeseran sumber daya manusia adalah hal yang biasa dalam Perguruan Tinggi, termasuk di Universitas Tadulako. Hal ini merupakan bagian dari tahapan dari p ro s e s p e n g e m b a n ga n , k h u s u s nya p e n g e m b a n g a n d i b i d a n g penatalaksanaan. Prof Basir juga menuturkan, Fakultas Kehutanan secara bertahap terus melakukan pembenahan-pembenahan untuk mencapai kemajuan. Ia mengatakan, pembenahan merupakan suatu yang harus terus dilakukan. Melihat tantangan kedepan yang tidak semakin ringan. Ia berharap, Fakultas Kehutanan dengan formasi pimpinannya yang baru ini, dapat membuat kinerja yang lebih maksimal khususnya komunikasi kepada mahasiswa dalam rangka pelayanan akademik. “Semoga dengan upaya-upaya yang kita lakukan, dapat menjadikan Universitas Tadulako secara keseluruhan lebih baik lagi kedepannya.” Ujarnya. Wn

Ket Foto : Prosesi pelantikan Dr Ir H Imran Rachman MP Wakil Dekan Akademik, Dr Hasriani Muis SHut MSi sebagai Wadek Wadek Bidang Umum dan Keuangan dan Dr Zulkaidhah SP MP sebagai Wakil Dekan Bidang kemahasiswaan Fakultas Kehutanan periode 2018-2020

KULIAH UMUM FISIP BANGUN ETIKA KOMUNIKASI SANTUN DALAM DUNIA KAMPUS Senin (05/01), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) gelar Kuliah Umum dengan tema “Membangun Etika Komunikasi Santun Dalam Dunia Kampus” bersama Dr. Achmad Herman, S.Sos, M.Si. Bertempat di Ruang Senat Lama FISIP, kegiatan ini diikuti mahasiswa beserta dosen FISIP. Ledakan teknologi informasi dan komunikasi telah membentuk budaya baru bagi masyarakat . Di awal pemaparannya, Dr Herman menjelaskan secara singkat mengenai perkembangan teknologi informasi yang semakin tidak terbatas. Mulai dari tersedianya berbagai sarana berkomunikasi, dan lain sebagainya. “Seperti dikatakan Gary Krug, bagi masyarakat, teknologi telah bertransformasi menjadi sebuah budaya baru. Teknologi menawarkan prinsip cepat, murah, mudah, dan hemat waktu,” paparnya. Namun, hal ini ternyata tidak hanya membawa pengaruh positif. Segala bentuk kemudahan yang ditawarkan juga membawa pergeseran pada nilai-nilai dan norma yang ada. Etika dan norma menjadi hal yang perlu untuk kembali diperhatikan hari ini. Khususnya dalam hal berkomunikasi. Dalam dunia kampus tidak terkecuali. Terutama etika dalam berkomunikasi antara mahasiswa dan dosen. Melihat betapa tidak eloknya cara berkomunikasi yang merupakan latar belakang pelaksaan kuliah umum senin lalu.

“Etika itu melekat pada diri manusia dalam berperilaku yang baik terhadap orang lain,” lanjut Dr. Herman. “Teknologi itu membantu kehidupan manusia, tetapi bukan berarti segalanya diperoleh secara instan. Bijaklah menggunakan teknologi dalam berkomunikasi agar persepsi orang terhadap diri positif.” Lebih lanjut, Dr. Herman menjelaskan, ketersediaan perangkat dan teknologi komunikasi juga kadang tidak dimanfaatkan dengan baik. Sarana yang seharusnya memudahkan, malah menyebabkan kecacatan lantranan kurang baiknya penggunaan. Faktor penting lain dalam berkomunikasi melalui perangkat teknologi adalah SMS dan WhatsApp. “Banyak yang kurang menyadari bahwa kesantunan berbahasa dalam mengirim pesan singkat terhadap dosen adalah perilaku yang baik. Pesan yang bertee-tele, penuh emoticon, singkatan ambigu, pengiriman SMS dan WhatApp yang sama berulang kali hingga telepon berkali-kali bukanlah etika yang baik,” Ungkap Dr. Herman. Memerhatikan waktu menghubungi dosen, menggunakan tata bahasa yang umum dimengerti, menggunakan tanda baca yang baik dalam konteks formal, ditulis secara singkat, padat, dan jelas, adalah contoh dari etika berkomunikasi yang baik melalui telepon genggam.ndh

PLP 2018, DEKAN FKIP BERPESAN PENTINGNYA MENJAGA NAMA BAIK KAMPUS Program Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) tahun ajaran 2018 resmi dilaksanakan pada hari sabtu (10/2). PLP tahun ajaran 218 diikuti sekitar 580 mahasiswa yang terdiri dari semua program studi yang ada di FKIP, kecuali prodi PGPAUD. Kegiatan pembekalan bagi mahasiswa PLP 2018 diawali dengan penyampaian arahan oleh bapak Dr. Lukman, M.Hum selaku dekan FKIP. Beliau berpesan pentingnya menjaga persatuan serta nama baik kampus selama pelaksanaan PLP di sekolah penempatan masing-masing. P a d a k e s e m p a t a n t e r s e b u t d e k a n F K I P menyampaikan pesan kepada mahasiswa yang mengikuti pelaksanaan PLP tahun 2018 agar menjaga perilaku di sekolah yang akan ditempati nantinya. “pertama, jaga nama baik almamater. Tunjukkan yang terbaik selama berada di sekolah,” ujarnya. Selain itu, dekan FKIP juga berpesan bahwa mahasiswa PLP tidak membebani sekolah tetapi harus mampu memberikan solusi dari sekian banyak permasalahan yang ada di sekolah tempat mereke dititipkan, sehingga kedatangan mahasiswa PLP bermanfaat bagi sekolah. “Jangan menjadi beban dalam aktivitas dipersekolahan. Tetapi justru kehadiran mereka memberi solusi dari sekian banyak permasalahan disekolahan. Sehingga kedatangannya

m e n g g e n a p k a n d a n k a l a u m e r e k a n k e m b a l i i t u mengganjilakan. Artinya, memang datang kesana bermanfaat,” paparan dekan FKIP saat memberi arahan pada mahasiswa PLP. P L P m e r u p a k a n k e s e m p a t a n a w a l u n t u k mengimplementasikan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama mengikuti kuliah di kampus. Sehingga terjadi interaksi antara mahasiswa PLP dengan dengan guru-guru sekolah, khususnya hal-hal yang berkaitan dengan teori maupun inovasi dalam pembelajaran. Dalam keterangan berikutnya, Dekan FKIP menjelaskan bahwa kedatangan mahasiswa PLP di sekolah tidak untuk menggantikan peran guru, melainkan untuk berbagi pengetahuan serta berupaya untuk memformulasikan teoriteori pembelajaran yang telah didapatkan di kampus dengan kenyataan yang ada di sekolah. Dengan begitu diharapkan mahasiswa akan mampu menemukan keterkaitan antara teori belajar yang telah diperlajari dengan penagalaman selama di sekolah. “Pada prinsipnya mereka tidak menggantikan peran guru, di sana mahasiswa datang belajar untuk memadukan apa yang mereka dapatkan dalam bentuk teori di kelas, dengan aplikasi di lapangan,” jelas Dr Lukman. ID


Info Fakultas

Edisi 92 Februari 2018

Tahun ke 6

13

Tahun Demi Tahun, Sosialisasi Jurusan Kimia FMIPA UNTAD Mulai Meluas. Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Tadulako (UNTAD) kembali mengadakan sosialisasi jurusan di Kabupaten Parigi Moutong. Sosialisasi yang dilakukan oleh seluruh Dosen dan beberapa Mahasiswa Kimia ini bertujuan memperkenalkan Jurusan Kimia murni di salah satu Kabupaten terdekat dari Ibu Kota Sulawesi Tengah itu. Sosialisasi yang merupakan kegiatan tahunan oleh Jurusan Kimia di Parigi Moutuong ini terbilang sukses, sebelumnya sosialisasi serupa juga dilaksanakan di Kabupaten Donggala. Dr. Ruslan, S.Si, M.Si, selaku Ketua Jurusan Kimia mengatakan bahwa respon yang didapatkan dari pihak sekolah dan siswa sangat baik, diharapkan akan banyak siswa-siswi dari daerah tersebut yang mendaftar jurusan kimia murni lewat jalur SNMPTN nantinya. “Alhamdulillah kami mendapat respon yang bagus disana, walaupun kuota mahasiswa untuk jurusa kimia terbatas tapi kami tetap berharap nantinya banyak yang akan masuk di jurusan kimia ini,” ungkapnya. Dr Ruslan juga menjelaskan bahwa sosialisasi ini merupakan program jurusan yang dilaksanakan setiap

tahun guna memperkenalkan Jurusan Kimia murni diseluruh SMA se-Sulawesi Tengah. “Sosialisasi ini sengaja dianggarkan agar mereka tau jurusan kimia murni ini sudah ada di Universitas Tadulako khususnya di Fakultas MIPA,” terang Dosen Analitik tersebut. Kegiatan tahunan ini diawali dengan perkenalan profil Jurusan Kimia, visi dan misi program studi, kurikulum, sarana prasarana, sampai praktek sederhana pembuatan sampo dan parfum dari santan kelapa. Tidak sampai disitu, Ruslan juga memaparkan bahwa lapangan pekerjaan untuk Sarjana Kimia tidak mesti di bidang Kimia. “Kalau masalah pekerjaan, Sarjana Kimia juga bisa bekerja di Dinas Pemerintahan, tidak mesti harus selalu berhubungan dengan kimia.” paparnya Sementara itu, Ramdani, selaku Ketua Himpunan Mahasiswa Kimia (HIMAKIM) yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut juga berharap siswa-siswi yang mendaftar di jurusan kimia lebih banyak dari tahun kemarin dan mau berhimpun di Himpunan Mahasiswa Kimia. “Setelah dilaksanakannya sosialisasi ini, saya berharap jumlah mahasiswanya tahun ini lebih banyak dan juga banyak yang mau berhimpun di Himpunan nantinya,” harapnya. AFT

FKIP Sosialisasikan Panduan PLP Kepada Sekolah Mitra Sehubungan dengan pelaksaanan kegiatan Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) Semester Genap Tahun Akademik 2017/2018 kepada Mahasiswa PLP yang akan dilaksanakan mulai tanggal 12 Februari – 24 Maret 2018, Unit PPLT FKIP Untad menggelar Sosialisasi sekaligus Penyamaan Persepsi kepada perwakilan 39 sekolah mitra Untad pada Kamis (08/02) Pagi bertempat di Ruang Senat Lama Universitas Tadulako. Dalam sosialisasi tersebut, acara di mulai dengan memaparkan beberapa tata tertib M a h a s i s w a P e n g e n a l a n L a p a n g a n Persekolahan (PLP) kepada perwakilan sekolah meliputi melapor kepada Kepala Sekolah tempat Mahasiswa melakukan PLP, menemui guru pembimbing untuk mendapatkan penjelasan tentang apa yang harus dilakukan oleh mahasiswa PLP, berpakaian rapi, sopan dan bersih. Memakai kemeja/blus putih dan celana panjang/rok hitam. Khusus bagi PJOK berpakaian olahraga pada saat di lapangan. frekuensi tatap muka minimal 5 kali pertemuan. Setiap pertemuan didampingi

oleh guru pamong dan dilengkapi dengan RPP, mematuhi semua ketentuan yang berlaku di sekolah tempat mahasiswa PLP, memperlakukan siswa sebagaimana perlakuan guru yang baik kepada siswanya dan setiap mahasiswa wajib membuat laporan pelaksanaan PLP dan menyerahkannya satu minggu setelah penarikan. Drs. Anang Wahid M Diah M.Si., Ph.D selaku panitia PLP menuturkan instrument kegiatan mahasiswa PLP sebelum diterjunkan ke sekolah

untuk mengajar. “ Aktivitas PLP merupakan salah satu mata kuliah wajib bagi mahasiswa FKIP yang dilaksanakan per semester sesuai kuota mahasiswa yang ada. Biasanya mahasiswa yang mengambil mata kuliah PLP berada di semester akhir seperti semester 6 dan seterusnya. Mereka akan praktek langsung untuk mengajar dan mengobservasi sekolah sekaligus praktek mengajar yang akan di bimbing langsung oleh

guru disana sekaligus dosen pembimbing dari segi akademik. Sekolah yang akan di masuki oleh mahasiswa PLP di antara nya tingkat SMA, SMK, MA, SMP dan SD sesuai dengan kouta jurusan mahasiswa yang terdaftar”. Jelas Drs. Anang Wahid. Mahasiswa PLP pada semester sebelumnya telah di ajari mengenai micro teaching secara teori kemudian mempraktekan hal tersebut dalam praktek PLP di sekolah – sekolah. Sebelum praktek langsung di sekolah, mahasiswa PLP telah melakukan observasi selama seminggu seperti mengenal keadaan sekolah, melihat bentuk program dan perangkat pembelajaran serta mengamati guru melaksanakan kegiatan pembelajaran. Setelah melakukan observasi, mahasiswa P L P k e m u d i a n m e n y u s u n p e r a n g k a t pembelajaran seperti RPP, bahan ajar, instrument penilaian dan media pembelajaran. Jika prosedur telah di jalankan semuanya, mahasiswa PLP dapat melakukan proses pembelajaran kepada siswa untuk melatih profesionalisme mereka sebagai calon guru. Usai pemaparan, acara kemudian di lanjutkan dengan tanya jawab antara perwakilan sekolah mitra dengan tim panitia PLP FKIP Universitas Tadulako. AA

Berkiprah Bersama Srikandi UKPM Baru, Mantapkan Program Kerja Senin (29/1), Unit Kegiatan Penalaran Mahasiswa (UKPM) resmi memiliki ketua umum yang baru. Hasna Hasanudin didaulat untuk melanjutkan kepemimpinan sebelumnya. Pemilihan ketua UKPM tersebut berlangsung di Gedung Pendidikan Profesi Guru (PPG) yang turut dihadiri oleh seluruh anggota UKPM. Sebagai ketua yang terpilih melalui Musyawarah Besar, Hasna merasa bahwa ini menjadi tantangan yang cukup sulit karena harus mampu menggerakkan dan memimpin seluruh pengurus agar dapat bersama-sama memajukan UKPM. “Sebenarnya ini tanggung jawab besar harus saya emban karena teman-teman sudah memberikan kepercayaan untuk menjadi ketua UKPM, ini berarti saya harus berusaha melakukan yang terbaik selama masa jabatan menjadi pemimpin. Saya berharap mampu mengajak dan menggerakkan mereka untuk dapat bersama-sama memajukan UKPM,” ungkapnya. Namun tentunya, Mahasiswi Pendidikan Bahasa Indonesia ini sudah mempersiapkan beberapa bidang yang nantinya akan dirancang lalu kemudian akan dijalankan. “Nah, untuk UKPM sendiri pada periode kepemimpinan sekarang ada beberapa bidang yang kami rombak sistem kerjanya. Periode ini kita fokus membina Divisi Kewirausahaan, Divisi Ilmu Teknologi, Divisi Riset Edukasi dan Pengabdian Masyarakat. Sebenarnya ini ada perubahan rancangan yang dipengurusan tahun lalu, tetapi kali ini Divisi Kepenulisan ditiadakan karena diwajibkan setiap divisi pecapaiannya dapat menghasilkan karya

tulis yang nantinya kita fokuskan di program Training of PKM,”jelas Hasna sapaan akrabnya. Masih menurutnya, ia mengaku dengan terbentuknya kepengurusan yang baru, Hasna berharap seluruh anggota dapat bergerak bersama-sama untuk satu tujuan yaitu memajukan lembaga t e r c i n t a , s e t i d a k n y a d e n g a n merealisasikan program-program yang telah direncanakan. “Keselarasan gerakan kepengurusan menjadi salah satu hal yang penting, kepercayaan yang teman-teman berikan bisa memberikan motivasi tersendiri. Tentunya saya dan temanteman mau yang terbaik untuk UKPM kedepannya, Optimis bisa membangun UKPM karena berkat dukungan yang diberikan. Saya sangat membutuhkan kerja sama dan kolaborasi dari semua pengurus, terkhusus tim juang yang nantinya bersama dalam kepengurusan”,tutup mahasiswa angkatan 2016 tersebut. Sementara itu, Muh Idil mantan ketua demisioner UKPM menyimpan harapan besar terhadap ketua terpilih, ia berharap lembaga yang bergerak pada bidang penalaran ini bisa terus berkembang.

“Harapan saya banyak ,UKPM bisa menjadi pusat pengembangan keilmiahan di Fkip, tentu hal ini didukung kerja keras saudari hasna bersama timnya kelak hingga bisa mengabdikan diri dilingkungan masyarakat melalui program – program yang telah direncanakan. Yang paling penting bahwaUKPM bisa berkarya dan berprestasi bukan hanya ditingkat fakultas tetapi mampu menembus persaingan ditingkat nasional. Semoga pembinaanya bisa dilaksanakan serapi mungkin kita gerak bersama,”terangnya penuh harap. ST


14

Info Fakultas Edisi 92 Februari

2018 Tahun ke 6

Prodi Ilmu Hukum Pascasarjana Untad Terakreditasi B dari Jakarta melakukan visitasi ke prodi kami. Alhamdulillah dengan berhasilnya akreditasi ini tentunya menjadi sebuah kesyukuran bagi Prodi dan Pascasarjana tentunya” tuturnya. Dr Sahrul SH MH juga berharap dengan naiknya peringkat akreditasi Prodi Ilmu Hukum ini menjadi B, calon mahasiswa Ilmu Hukum akan semakin bertambah untuk mendaftarkan diri ke prodi tersebut. “Tentunya dengan akreditasi B ini, kami dari Prodi Ilmu Hukum akan lebih meningkatkan pelayanan akademik untuk mahasiswa agar kedepannya prodi Ilmu Hukum ini semakin diminati.” Lanjutnya Lebih lanjut, Dr Sahrul mengatakan bahwa dengan meningkatnya akreditasi ini tidak terlepas dari dukungan Ia juga mengatakan bahwa reakreditasi ini tidak terlepas semua pihak yang telah meluangkan waktu, tenaga dan dari pengaruh tim penyusun borang yang di ketuai oleh Dr pikiran dalam penyelesaian re-akreditasi Prodi Ilmu Zubair SH MH.“Kami membutuhkan waktu sekitar Hukum ini. sembilan sampai sepuluh bulan, untuk mengajukan “Prodi Ilmu Hukum itu juga termasuk dalam satu disiplin reakreditasi dengan menggunakan SAPTO (sistem ilmu dengan Fakultas Hukum Universitas Tadulako jadi Ket foto : Tinjauan Tim Assesor ke Program Studi Ilmu Hukum (dok. Prodi Ilmu Hukum) akreditasi perguruan tinggi online), jadi kami besar harapan kami apalagi dari hasil ini teman-teman m e n n g u m p u l ka n d o ku m e n - d o ku m e n ya n g a ka n menyusun dan mengirimkan dokumen, selain itu tim BAN-PT dari alumni dan juga teman-teman mahasiswa dapat dikirimkan secara online melalu surat elektronik.” Ujarnya. jakarta akan memeriksa dokumen yang dikirimkan tersebut mempromosikan Prodi tersebut ke masyarakat lebih luas lagi.” Sistem akreditasi perguruan tinggi online (SAPTO) ini juga dengan mengevaluasi dan menilai kelayakan dokumen yang ada. Tutupnya. (Sr) memberikan kemudahan bagi tim penyusun borang untuk “Setelah melalui beberapa proses evaluasi dan penilaian, tim

Program Studi Ilmu hukum Pascasarjana Untad beberapa waktu yang lalu resmi menyandang akreditasi B. Dr Sahrul SH MH yang ditemui reporter Media Tadulako (19/2) di ruangannya mengatakan usaha mendapatkan predikat akreditasi B telah melalui proses yang panjang, hingga sampai pada tahap penetepan akreditasi dari C menjadi B.

Evaluasi Kinerja Dosen Jurusan Sosiologi Bentuk Quality Aware Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) kembali gelar salah satu kegiatan terprogramnya, Evaluasi Kinerja Dosen (EKD) untuk kali ketiga. Kegiatan ini, seperti diungkapkan Ketua Jurusan Sosiologi, Dr. Sulthan Zainuddin, M.Si saat ditemui di ruangannya pada Selasa (13/02) lalu, bertujuan untuk mengevaluasi sekaligus upaya untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran. “Tujuan atau sasaran dari evaluasi kinerja dosen ini adalah bagaimana kita meningkatkan kualitas proses permbelajaran atau transfer pengetahuan dari dosen kepada mahasiswa. Untuk itu, maka kami menyediakan seperangkat metode untuk melakukannya,” ungkap Dr. Sulthan. Selanjutnya, Dr. Sulthan menjelaskan, evaluasi ini dilakukan pada setiap dosen yang mengajar dalam satu kelas atau satu mata kuliah. EKD kali ini dilakukan dengan cara menyediakan kuesioner yang berisi 2 substansi penilaian. Diantaranya, proses pembelajaran itu sendiri dan personaliti dosen pengajar. “Untuk proses pembelajaran, ada 3 indikator yang kita perhatikan. Untuk proses pembelajaran meliputi, pertama, bagaimana kesiapan Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) yang menjadi panduan. Yang kedua, pencapaian mata kuliah, apakah mahasiswa paham atau tidak dengan materi yang dibawakan. Dan yang ketiga ketepatan waktu mengajar dan maksimalisasi waktu mengajar sesuai dengan jadwal yang ada,” paparnya. “Sedangkan terkait dengan personality,” lanjutnya, “berkaitan dengan kemapuan dosen menguasai materinya, penguasaan

Teknologi Informasi, penguasaan ruang kelas, serta karakter dosen itu sendiri.” Lebih lanjut, Dr. Sulthan menyebutkan, Hasil Evaluasi Kinerja Dosen kali ini juga terbilang menggembirakan karena menghasilkan beberapa nama dosen generasi muda sebagai peraih Dosen dengan kinerja terbaik dalam 3 kategori yang ada. Kategori Dosen Terbaik ditingkat program studi (prodi), masingmasing diraih oleh Citra Antasari, S.Sos, MA untuk prodi Ilmu Komunikasi, Drs. H. Andi Maddukelleng, S.Sos, M.Si untuk prodi sosiologi, dan Hendra, S.Sos, Mp.Phil, MA. Kategori kedua, lintas prodi diraih oleh Drs. Sudirman K. Udja, M.Si, dan kategori lintas jurusan disabet oleh Shadiq, S.Sos, M.Si. S e m e n t a ra i t u , D e ka n F I S I P, D r. Muhammad Nur Ali, M.Si mengapresiasi bentuk evaluasi ini sebagai upaya dalam memacu peningkatan kinerja. Sehingga fungsi layanan institusi dapat berjalan d e n g a n b a i k d a n b a h k a n b i s a menunjukkan progres dan kemajuannya. Hal ini senada dengan visi fakultas, yaitu pemberian layanan prima bagi mahasiswa. “Selaku Dekan, saya pikir ini adalah kemajuan. Memang kami akan melakukan evaluasi, tapi, jurusan sudah terlebih dahulu berinisiatif. Quality aware atau sadar mutu sudah tumbuh. Karena persoalan ada di kita, bagaimana mau memberikan penjaminan mutu terhadap proses kita, sedangkan kita sendiri

belum sadar,” terangnya. Dr. Nur Ali menambahkan, “Karena tahapannya dimulai dari sadar mutu, peduli mutu, dan budaya mutu. Kita masih ada di tahap pertama. Kalau sudah mencapai budaya mutu, maka penjamninan atas pelayanan mutu sudah memadai. Tinggal melakukan pengembangan sesuai dengan perkembangan tuntutan zaman,” tutup Dr. Nur Ali. ndh

HIMASKI FKIP UNTAD, Latih Kader Kepengurusan Training Of Trainer (TOT) kembali diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Pendidikan Kimia (HIMASKI) selama dua hari (10-11/02) di ruang Fkip 50 dengan mengangkat tema “Progresivitas Dalam Meningkatkan Kepengurusan yang Konsisten dan Loyalitas Demi Kejayaan HIMASKI”.

Dr.Kasmudin Mustapa S.Pd M.Pd selaku koordinator program studi pendidikan kimia menjelaskan tujuan diadakan kegiatan pelatihan tersebut merupakan pembekalan awal bagi pengurus yang akan melaksanakan masa baktinya. “Jadi melalui kegiatan seperti ini para pengurus baru akan kita bekali dengan beberapa materi demi kesiapan untuk melanjutkan tongkat estafet dari pengurus sebelumnya, melalui pelatihan kita coba bangun sifat tanggung jawab adik-adik serta melatih untuk tetap menjaga komunikasi dan koordinasinya dalam tim,”jelasnya. Senada dengan itu, Ketua Himpunan terpilih Try Rahmat Setya Putra menjelaskan ini merupakan kegiatan rutin yang tiap tahun

dilaksanakan oleh Himpunan Mahasiswa Pendidikan Kimia sebelum menjalankan tanggung jawab. “Kegiatan pelatihan seperti ini sudah merupakan agenda tiap tahun dari himpunan kami, yang dijadikan sebagai wadah awal teman-teman sebelum melaksanakan tanggung jawab dipengurusan periode kepemimpinan saya, serta tentunya sangat membutuhkan kerja sama dan kolaborasi searah dari pengurus,”ungkapnya. Sementara itu, Fikran merupakan salah satu peserta yang mengikuti kegiatan Training of Trainer mengungkapkan banyak hal ia dapatkan dari kegiatan tersebut terutama tentang cara mengatur waktu antara akademik dan berlembaga. “Usai mengikuti kegiatan, banyak sekali yang kami dapat selama pelatihan yang berkaitan dengan dunia kelembagaan, kami diajarkan bagaimana cara membagi kesibukan antara kuliah dan membaur di dunia kelembagaan, agar nantinya kami bisa seimbangkan kedua hal tersebut,”terangnya. Ia pun juga mengungkapkan harapannya setelah mengikuti kegiatan pelatihan kepengurusan seperti ini. “Ini adalah awal kami berproses untuk ikut andil dikepengurusan, dasar-dasar dalam membangun kekompakkan disebuah tim setidaknya telah diketahui, harapnya apa yang pemateri-pemateri beri kepada kami menjadi bekal penting untuk kami dalam m e n c i p t a k a n h i m p u n a n l e b i h m a j u d a n berkembang,”harapnya.


Akademisi Bicara Edisi 92 Februari 2018

Tahun ke 6

15

Penyebab Munculnya LGBT

Dr. Hasan Muhammad, M.Si

Sitti Radhiah, S.Km., M.Kes

Dosen Sosiologi FISIP Untad

LGBT terjadi akibat pengaruh lingkungan pergaulan. Lingkungan pertama yang berpengaruh adalah lingkungan keluarga. Bagaiamana keluarga memperlakukan seseorang, maka akan membentuk karakter dirinya. Biasanya ada anak laki-laki yang diperlakukan layaknya anak perempuan. Sejak masa kecilnya, ia diperkenalkan dengan hal-hal yang identik dengan perempuan. Begitupun sebaliknya, ada anak perempuan yang diperlakukan layaknya laki-laki. Hal inilah yang membentuk karakter anak, dan dapat pula sampai pada kecenderungan hasrat seksualnya. Inilah yang terjadi pada LGBT. Terang Dr Hasan yang dijumpai Media Tadulako disela-sela kesibukannya. Pengajar Ilmu Sosiologi ini menerangkan, factor lingkungan juga berperan penting dalam membentuk mental dan kepribadian seseorang. “Jika individu tersebut bergaul dengan para pengidap LGBT, maka kemungkinan besar ia akan terikut sebagaiamana llingkungannya itu,” jelasnya. Ia menambahkan, lingkungan masyarakat memiliki cakupan yang luas, meliputi masyarakat dunia. Perkembangan teknologi seperti sat ini telah membuat dunia sekan tanpa jaraka dan tanpa batasan. Kita bisa berinteraksi dengan orang di belahan dunia yang berbeda. Ini memungkinkan pertukaran nilai sosialbudaya tidak bisa terelakkan. “LGBT di Indonesia adalah salah satu contohnya. Perilaku ini bukanlah budaya asli bangsa kita melainkan budaya yang diadopsi dari dunia barat,” tuturnya Menurut Dr Hasan, Perilaku LGBT adalah hak individu dan menjadi pilihan individu. Ketika perilaku ini dipraktikkan secara individu dalam kondisi yang tertutup, ataupun dipraktikkan di lingkungan masyarakat yang seluruhnya LGBT, maka hal itu bukan sebuah masalah. Sebab hal itu masih merupakan tindakan individu atau tindakan kelompok yang sama. “Namun akan berbeda ketika perilaku LGBT ini dipraktikkan secara terang-terangan, melibatkan banyak orang pada lingkungan yang memiliki strukutur tatanan sosial yang berbeda-beda. Sebab hal ini telah merupakan tindakan sosial yang akan memicu adanya reaksi sosial bahkan konflik sosial,” jelasnya. Dr Hasan menegaskan bahwa benar perilaku LGBT merupakan hak individu, namun demikian ia mengingatkan, ada hak sosial yang harus diakomodir.

Dosen Kesehatan Reproduksi FKM Untad “Hak sosial itu cakupannnya menyangkut hak banyak orang, lebih luas dari cakupan hak individu. Olehnya itu, toleransi berlaku terhadap perilaku LGBT pada batasannya sebagai tindakan individu, dan tidak bisa berlaku pada ranah LGBT sebagai tindakan sosial.” Pengajar yang akrba dengan penelitianpenelitian Sosiologi ini menjelaskan, dalam teori sosiologi, terdapat beberapa macam norma yang melekat pada masyarakat, diantaranya kebiasaan (falkways) dan moral (mores) . Apabila falkways dilanggar salah satu anggota masyarakat, maka masyrakat cenderung akan menganggapnya sebagai suatu bentuk ketidaksopanan. Namun berbeda dengan mores. Norma ini memiliki dampak yang sangat besar melebihi falkways. “LGBT dipraktikkan dalam lingkungan masyarakat berbudaya. Dari budaya itu, berkembang nilai-nilai yang melakat erat, menjadi prinsip dan tidak bisa dipisahkan dari masyarakat.” Dr hasan mengatakan bahwa Indonesia memiliki kurang lebih 17504 pulau dengan 300 etnik belum termasuk sub etnik. Secara keseluruhan, tidak ada yang membenarkan perilaku LGBT, sebab memang tidak pernah dipraktikkan oleh para leluhur kita. Ketika suatu tindakan sosial bertentangan dengan norma yang berlaku pada masyarakat, maka tindakan tersebut adalah suatu perilaku menyimpang. “Sebuah perilaku menyimpang jika dibiarkan menjadi besar, akan menimbulkan masalah sosial yang besar. Masalah-masalah sosial itu dapat berupa konflik atau pun penyakit sosial seperti narkotika, seks bebas, miras, judi dan sebagainya. Meski LGBT pun bukan satu-satunya sumber masalah sosial, tapi yang pasti LGBT turut andil akan hadirnya masalah-masalah sosial tersebut.” Terangnya. Ia mengingatkan, Jika satu individu yang sakit, kemungkinan kita masih mudah mengatasinya. Ketika individu tersebut teratasi, penyakit itu pun sekitika akan hilang. Namun lain halnya jika masyarakat yang sakit. Maka tidak akan mudah mengatasinya, membutuhkan waktu yang lama dan materi yang besar, dikarenakan masyarakat memiliki kompleksitas. Namun demikian Dr Hasan mengatakan para pengidap LGBT tidak boleh dijauhi. Harus ada langkahlangkah untuk merangkul mereka secara bertahap. Hal itu Dapat dimulai dengan upaya penyadaran agar

melahirkarkan motivasi dari dalam dirinya untuk berubah, keluar dari buaian perilaku menyimpang tersebut. Sebab penguatan individu tidak lahir oleh orang lain, melainkan dari diri sendiri. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengubah perilaku menyimpang pengidap penyakit LGBT, menurutnya pendekatan pembinaan keagamaan, kegiatan sosial dan ekonomi, bisa coba diterapkan mengatasi para pelaku LGBT. “Ada kemungkinan mereka memilih lingkungan LGBT karena ada ada ketimpangan yang terjadi pada aspek-aspek tersebut. Dengan aktivitas itu, secara perlahan mereka akan melupakan perilaku-perilaku menyimpang tersebut,” tutupnya Sementara itu, Menurut Sitti Radhiah SKm MKes perilaku menyimpang disebabkan oleh banyak factor, termasuk di dalamnya lingkungan dan keluarga. Menurutnya, Bila dikaji dari sisi keluarga penyebab utama kerap ditemukan kerena ketidakharmonisan keluarga yang kadang menimbulkan kekerasan dalam rumah tangga, sehingga pola asuh terhadap anak tidak mendapat perhatian yang utama. “Nah, ketika anak dalam keluarga tersebut semakin dewasa, maka dia akan mengingat memori masa kecilnya yang kelam itu,” jelasnya. Memori masa kelam yang masih melekat itulah menurt Sitti Radhiah yang bila tidak mendapatkan perhatian yang cukup ia akan mencari jalan lain yang menyimpang. Dosen Kesehatan reproduksi FKM Untad ini menjelaskan, Penyebab LGBT bisa muncul pola asuh dalam keluarga yang tidak baik, selain itu, ditinjau dari sisi kesehatan seperti penularan penyakit akibat perilaku LGBT berdasarkan data yang didapatkan bahwa penularan HIV lebih mudah menular dari pelaku yang pengidap LGBT “Dan itu sangat tinggi resikonya dibandingkan dengan masyarakat biasa yang sering gonta-ganti pasangan.” Menurutnya naluriah laki dan wanita akan cenderung pada lawan jenisnya, penyakit akibat perilaku menyimpang ini bisa sangat berbahaya, sebab tidak disalurkan sebagaimana mestinya. Wn


16

Mimbar Mahasiswa Edisi 92 Februari 2018

Tahun ke 6

Sharing Sesion Nasional Pemuda Antar Agama dan Keyakinan, Untad Kirimkan Delegasi Agus, Mahasiswa Fakultas Hukum menjadi perwakilan diajang Nasional Interfaith Youth Camp (IYC) yang diadakan oleh Ambon Reconciliation and Mediation Center (ARMC) IAIN Ambon di Pantai Liang Maluku (25-30/01).

Ket foto : Agus bersama peserta IYC (keempat dari kanan)

Kepada Media Tadulako Agus mengatakan, kegiatan itu merupakan pertemuan pemuda antar agama dan keyakinan yang ada di seluruh Indonesia untuk saling bertukar pikiran dan ide mengenai perdamaian. “Dalam kegiatan ini kami melakukan sharing sesion yang dibagi dalam beberapa kelompok diskusi yang membahas isu-isu mengenai intoleransi, radikalisme, terorisme, dan kejahatan ektrimisme” ujar agus. Agus juga menjelaskan bahwa kegiatan yang mempertemukan pemimpin muda ini mempunyai misi dan citacita yang sama mewujudkan Indonesia yang damai. Kegiatan yang dilaksanakan oleh ARMC ini juga menumbuhkan rasa

saling percaya antara pemuda lintas agama untuk mencapai citacita dunia yang lebih beradab. “Saya mengikuti kegiatan ini dengan beberapa tahapan seleksi yang sangat ketat, mulai dari menulis essay dan mengirimkan curiculum vitae. Nah kegiatan ini juga memiliki projek sosial yang tentunya akan siap berperan aktif kepada masyarakat sekitar” lanjutnya. Kegiatan yang dilaksanakan selama enam hari menurutnya sangat berkesan apalagi dapat bertemu orang-orang yang memiliki agama dan kepercayaan yang berbeda-beda. Selain itu, dapat saling bertukar pikiran dari sisi dan sudut pandang yang berbeda tanpa menyudutkan atau menyingung perbedaan diantara masing-masing pesertanya. “Orang-orang yang mengikuti kegiatan ini tidak hanya mahasiswa seperti saya akan tetapi ada yang sudah bekerja dan dari profesi yang berbeda-beda” imbuhnya. Agus adalah salah satu dari 120 orang dari 34 Provinsi yang mengikuti kegiatan bergengsi tersebut dan merupakan satusatunya yang mewakili Universitas Tadulako. Sr

3 Tahun Berkarya, SPOT Bertekad Jadi UKM Universitas Saran Pecinta Fotografi (SPOT) gelar Dies Natalis ketiga pada Sabtu-Minggu (17-18/02) bertajuk 3 Tahun SPOT Berkarya dengan mengangkat suasana tradisional dan mengambil tempat di Kampung Kaili. Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang berada di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) ini rangkaikan Dies Natalis SPOT kali ini dengan Pameran 25 karya terbaik yang sudah melewati proses kurasi dan dihadiri oleh fotografer profesional Kota Palu.

berkualitas dalam bentuk pameran tunggal misalkan.” Selain itu, membangun dan mempertahankan eksistensi sebuah lembaga tentu bukan merupakan hal mudah. Hal ini diungkapkan Robi Tan yang juga merupakan salah satu pendiri SPOT. Khususnya dalam dunia fotografi yang terus berkembang, ada banyak hal yang perlu diperhatikan.

“Banyak suka duka, banyak hal yang bisa dipelajari, bahwa menbangun sesuatu agar tetap berdiri dan eksis itu butuh proses, butuh perjuangan. Harapan, teman-teman semakin betambah, bertambah karya, dan bertambah solid. Juga bisa semakin melihat bahwa dalam fotografi yang penting bukan hanya dalam proses memotret tapi juga dalam merepresentasikan, dalam hal ini fokus utamanya pameran,” ungkap Robi.ndh

Usia 3 tahun memang terbilang masih relatif muda, namun, Basrah, Ketua Umum SPOT mengatakan, dirinya dan tim optimis untuk bisa segera naik menjadi UKM Universitas sehingga dapat menjadi wadah bernaung bagi pegiat fotografi yang ada di Universitas Tadulako. “Harapan terbesar kami adalah bisa segera naik ke Universitas. Dengan cara meningkatkan eksistensi SPOT terlebih dahulu. Harapannya juga, kedepan skill dari para anggota menjadi lebih meningkat agar dapat menarik minat dan perhatian para pegiat fotografi maupun mahasiswa secara umum,” pungkas Basrah Budy Papeo sebagai salah satu pendiri SPOT memberikan apresiasi besar terhadap pelaksanaan Dies Natalis SPOT ini karena telah berani menggelar kegiatan-kegiatan yang belum pernah di gelar oleh pengurus sebelumnya. “Harapannya, kedepan teman-teman sebagai calon fotografer yang memiliki kapasitas dan kualitas, sebisa mungkin mengintervensi ruangruang kota yang ada seperti ini dengan memunculkan karya-karya serta tidak berhenti sampai disini. menggelar pameran yang berkualitas untuk kemudian menjadi contoh bagi teman-teman yang lain. Artinya, SPOT menaruh ukuran yang tinggi kualitas untuk fotografi di Kota Palu,” ungkapnya Budy. “Tapi, jangan cepat berbangga dan berpuas diri,” lanjutnya, “Saya tantang anda kedepan, lewat anniversary selanjutnya untuk mengintervensi ruang kota Palu dengan karya-karya yang bermutu dan

Akhiri Masa Kuliah, Ryan Hankey Ranonto Sabet Penghargaan Terakhirnya Dengan memasong judul Instrumen Geolistrik dengan Sistem Pemindai dan Interprestasi Data Resistivity Otomatis, Ryan Hankey Ranonto S.Si bersama Timnya berhasil lolos sebagai 109 Inovasi Indonesia Prospektif. Karya Inovasi yang diikuti lebih dari 6400 karya inovasi se-Indonesia ini dilaksanakan tiap tahun oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Business Innovation Center (BIC). Dalam masa akhir studinya di Jurusan Fisika Fakultas MIPA, Ryan Hankey Ranonto lagilagi meraih penghargaan yang membawa nama Universitas Tadulako diajang karya inovasi Indonesia prospektif. Ia mengungkapkan bahwa karya yang ia buat bersama timnya saat itu ketika ia masih berstatus mahasiswa sehingga nama yang terdapat di sertifikat penghargaan tersebut masih belum mendapat gelar sarjana, demikian ungkapan Ryan saat dijumpai di Gazebo fisika, Kamis (01/02). Setelah sebelumnya mewakili Untad dalam memenangkan OSN Pertamina tahun 2016,

Penghargaan yang dikeluarkan di Jakarta 27 Desember 2017 tersebut juga merupakan Karya Inovasi pertama yang mewakili Untad dalam mengikuti lomba Inovasi Indonesia Prospektif. Ryan mengatakan bahwa Karya Inovasi yang ia lombakan merupakan hasil kolaborasi bersama Dosen pembimbingnya, Dedy Farhamsa, S.Si, M.T dan Dahlan T.H Musa, S.Si, M.T serta seniornya,

Agung Danu Wijaya, S.Si. Ia juga menjelaskan bahwa proses seleksi yang dilewati tidak mudah dan sangat lama, mulai dari wawancara hingga peninjauan setiap perkembangan karya tersebut. “ Setelah kami kirim bulan juni tahun kemarin, proses seleksinya tidak hanya diwawancarai namun kami harus mengirim segala perkembangan karya tersebut dari waktu ke waktu,” jelasnya. Lebih lanjut ia mengungkapkan bahwa mahakarya yang berhasil dipilihi dalam 109 Karya itu memiliki nilai jual yang tinggi karena karya tersebut akan dipamerkan dimana dihadiri oleh para pengusaha dan investor se-Indonesia. “ Karena karya inovasi yang terpilih memang memiliki nilai jual tinggi maka ketika investor melirik karya tersebut akan terjadi yang namanya transaksi,” ungkapnya. Sarjana muda ini berpesan kepada seluruh mahasiwa tadulako bahwa jadilah mahasiswa yang berprestasi karena nantinya akan menjadi bekal saat mencari pekerjaan. “ Jadilah mahasiswa yang bernilai, artinya jangan menyia-nyiakan kuliah. Dengan adanya prestasi saat jadi mahasiwa, itu akan meningkatkan nilai CV diri sehingga akan mendapatkan pekerjaan yang lebih mudah.” pesannya


Mimbar Mahasiswa Edisi 92 Februari 2018

Tahun ke 6

17

Rubalang Kembali Sambangi Masyarakat Pesisir Rubalang The Explorer 2018 merupakan kegiatan kepedulian dari Rumah Bahari Gemilang (RUBALANG) dengan tujuan menumbuhkan rasa peduli pada masyarakat pesisir. Kegiatan dengan mengangkat tema Merangkul Asa Anak Negeri ini dilaksanakan di Kabupaten Donggala Kecamatan Sojol tepatnya di dua pulau yaitu Pulau Maputi dan Pulau Pangalasiang, sabturabu (27-31/01).

“ Warga disana mempunyai tempat penampungan air hujan di setiap rumah mereka sehingga ketika hujan turun terlalu singkat, mereka selalu mengeluh karena tempat penampungan mereka belum tersisi penuh, beda dengan kita di Palu,” ungkapnya. Sementara itu, Siti Mastura, salah satu Relawan mengatakan bahwa salah satu tugas mahasiswa ialah mengabdi pada masyarakat. Ia merasa harus perlu dibangkitkan rasa kepedulian karena banyak masyarakat pesisir Indonesia yang sangat membutuhkan orang-

orang peduli. “Setelah melihat keseharian warga pulau disana, saya merasa belum menjadi mahasiswa seutuhnya, sebab masih banyak masyarakat pesisir Indonesia yang membutuhkan uluran tangan orang-orang yang peduli dan itu merupakan salah satu tugas dari mahasiswa, namun saya juga bersyukur karena dapat berbagi dengan warga disana walaupun bukan dalam bentuk uang tunai namun mereka memberikan respon yang sangat baik,” ungkapnya. (Fauzan)

Rubalang The Explorer 2018 yang disingkat RTE 2018 ini bertujuan untuk menyambungkan silahturahmi dengan Masyarakat pesisir agar Mahasiswa dapat mengetahui kondisi kehidupan yang ada pada masyarakat di pesisir Indonesia. Kegiatan ini juga membuka pendaftaran bagi para Relawan dari berbagai Perguruan Tinggi se-Sulawesi Tengah. Pendaftaran yang dilakukan secara online ini diseleksi sesuai dengan kualifikasi peserta yang diharapkan. Hasnaini, selaku ketua panitia RTE 2018 mengatakan bahwa kegiatan yang dilaksankan di akhir bulan Januari ini mempunyai empat agenda diantaranya kado awal tahun, festival anak pesisir, jelajah bahari dan kelas gemilang. Kegiatan ini juga mengaktifikan kembali perpustakaan masyarakat yang ada di daerah tersebut. “ Selain keempat agenda yang kita jalankan, ada juga beberapa agenda tambahan seperti kelas cita-cita, kelas bakat dan maghrib ceria, kami juga melihat Perpustakaan sudah tidak layak karena telah menjadi taman bermain dan tempat jemuran bagi anak-anak dan masyarakat disana, sehingga kami juga melakukan perbaikan sedikit terhadap Perputakaan tersebut,” imbuh mahasiwa Sejarah tersebut. Setelah merasakan kehidupan masyarakat disana, Neni mengaku lebih banyak belajar bersyukur atas apa yang telah ia dapat selama ini terutama air bersih. Ia mengungkapkan bahwa masyarakat disana sangat kesulitan air bersih sehingga harus menampung air hujan untuk digunakan sehari-hari.

Enam Mahasiswa FMIPA Lulus Cum LaudeDengan Masa Studi di Bawah 4 Tahun Mengawali tahun 2018, FMIPA berhasil luluskan 6 mahasiswa dengan masa studi kurang dari 4 tahun. Jumlah ini adalah jumlah terbanyak untuk lulusan dengan masa studi tercepat di FMIPA. Dekan FMIPA, Dr H. Muh. Rusydi H, MSi sangat mengapresiasi prestasi yang diraih Andi Nur Rahmy Zaenal dengan masa studi 3 tahun 6 bulan dan IPK 3,66, Nofianto Hari Wibowo 3 tahun 7 bulan 12 hari IPK 3,88, Nilu Sri Maharani, Ryan Hankey Ranonto 3 tahun 6 bulan IPK 3,54, Fariz Muhammad Gazali 3 tahun 5 bulan 20 hari IPK 3,97 dan Rahmat Hidayatullah 3 tahun 6 bulan 12 hari dengan IPK 3,69. Rusydi (22/02) berharap agar prestasi seperti itu dapat diraih oleh semua mahasiswanya, sehingga fakultas berupaya untuk memberikan perhatian kepada mahasiswa terutama pada mahasiswa yang berprestasi dan yang bermasalah melalui kerjasama dengan semua prodi yang ada di fakultas tersebut. Fariz Muhammad Gazali (20/02) mengaku, prestasi tersebut ia raih tidak terlepas dari peran orang lain terutama orang tua, jurusan dan teman-temannya serta keinginan untuk meraih beasiswa. Fariz melanjutkan bahwa hal tersebut tidak bisa diraih hanya dengan bersantai, tetapi butuh usaha dan kerja keras. “Kerjakan tugas tanpa menunda-nunda, jangan terlalu sering bersantai, ingat orang tua kita juga sedang bekerja keras uintuk menyekolahkan kita, kita juga harus kerja keras, santai juga perlu, tapi jangan kelebihan”, ujar peraih Juara Regional OSN PERTAMINA 2017 itu. Pria yang semasa kuliahnya aktif di TP. Al-Ishlah dan BRM itu berharap agar nanti dapat kembali ke UNTAD sebagai dosen peneliti muda yang siap membangun UNTAD menjadi universitas yang lebih hebat, karena baginya “The future belongs to those who believe in the beauty of their dreams”. Sama seperti Fariz, Andi Nur Rahmy Zaenal

BADAN PEKERJA RAYON-X SULTENG TUAN RUMAH Pertemuan Mahasiswa Arsitektur Se-indonesia Setelah dilaksanakan di Jakarta pada tahun ini, kegiatan Temu Karya Ilmiah Mahasiswa Arsitektur Indonesia (TKI MAI) XXXIV akan dilaksanakan di Sulawesi Tengah pada bulan Agustus mendatang di tiga tempat berbeda yaitu Kepulauan Togean, Kabupaten Poso dan Kabupaten Luwuk yang akan diikuti oleh seluruh mahasiswa arsitektur dari perwakilan Dekan FMIPA - Untad tiap-tiap perguruan tinggi di Indonesia.

Dr. Muhammad Rusydi H. M.Si (20/02), mahasiswa yang merupakan awardee XL Future Leaders Batch V, change management innovator, enterpreneurship 12000 mahasiswa di Indonesia, aktif di HIMAFAR dan mengikuti lombalomba kefarmasian itu, berbagi tips dan triknya. “Dari semester awal saya sudah buat goals kalau saya harus cum laude, buat individual development plan tentang kapan harus maju proposal hasil dan kompre, apa saja yang bisa membantu dan menghambat”, tandas Ami. Alumni Farmasi itu mencoba berbagi motivasi kepada mahasiswa lain untuk selalu berpikir positif. “kerja keras tidak akan menghianati hasil, tapi pastikan kerja keras itu pantas untuk tidak dihianati and never undervalued yourself, because you are more than what you think”, tuturnya.Vv

Setelah pelaksaan TKI MAI XXXIII di Jakarta sukses dilaksanakan, Badan Pekerja Rayon-X melaksanakan pameran pasca TKI MAI di Universitas Tadulako. Menurut Ghifari Ramadhan selaku ketua panitia pelaksana pameran menjelaskan bahwa pameran TKI MAI dilaksanakan dengan tujuan untuk mensosialisasikan hasil pertemua mahasiswa arsitektur se-Indonesia yang dilaksanakan di Jakarta pada 23-30 Juli 2017. “kegiatan ini sebenarnya bertujuan untuk memperkenalkan TKI MAI khususnya pada mahasiswa baru atau teman-teman mahasiswa arsitek yang tidak sempat mengikuti pelaksaan TKI MAI XXXIII di Jakarta kemarin,” ucap mahasiswa arsitektur itu.

Kegiatan pameran tersebut dilaksanakan di lingkungan jurusan Arsiktur Fakultas Teknik Universitas Tadulako selama dua hari yakni mulai Rabu (24/02) sampai Kamis (25/02). “pameran slaser kemarin dilaksanakan selama dua hari Rabu dan Kamis, tepatnya tanggal 24-25 Februari dilingkungan jurusan,” tambah Ghifari. Penentuan Sulawesi Tengah atau Badan Pekerja Rayon X sebagai tuan rumah pelaksaaan TKI MAI XXXIV ditetapkan pada Forum Komunikasi Rayon, sebagai rangkaian kegiatan TKI MAI Jakarta. Saat itu, saudara Anggi Ahmad Zulfikar Fauzi mahasiswa arsitek Untad terpilih sebagai ketua panitia pelaksana kegiatan TKI MAI XXXIV yang akan dilaksanakan pada bulan Agustus mendatang. “penunjukkan ketua panitia itu pasca FK Rayon. FK Rayon itu merupakan forum komunikasi Rayon. Jadi, lingkupnya lebih ke provinsi Sulawesi Tengah,” ucap Zulfikar. Kegiatan TKI MAI XXXIV yang akan dilaksakan di Sulawesi tengah pada tiga tempat atau kabupaten berbeda menganggkat tema “Arcipelago” atau atau arsitektur nusantara. Menurut Zulfikat, pemilihan tema tersebut dikarenakan wilayah nusantara pada umumnya terbagi atas dua yaitu perairan dan perbukitan. ID


18

Resensi Edisi 92 Februari 2018

Tahun ke 6

Perjalanan Kerinduan Judul Novel: Rindu Pengarang: Darwis Tere Liye Penerbit : Republika Tahun Terbit: 2014 Tebal buku: 544 halaman Kerinduan mengunjungi tanah suci Mekah, bukan hanya milik mereka yang pernah menunaikan ibadah haji. Tapi, milik seluruh umat muslim di dunia yang dalam ketaatan ingin melaksanakan rukun islam yang kelima. Naik Haji bagi yang mampu. Perjalanan haji telah berlangsung lama. Jauh sebelum kemerdekaan menjadi milik Indonesia. Ingatan tentang itu ditulis oleh seorang Tere Liye dalam novel Rindu karangannya. Penulis dengan kreatif mengulik rentetan panjang perjalanan haji menggunakan Kapal Blitar Holland yang menjadi satu Alternatif menuju Ka'bahNya di masa Hindia Belanda. Itu salah satu teknologi paling canggih di zaman itu. Penulis, dengan lihai menceritakan detail perjalanan serta tempat persinggahan kapal, sehingga membawa pembaca berpetualang jauh dalam imajinasi tentang sejarah di masa lalu. Rindu merupakan satu diantara karya Tere Liye yang mendapat perhatian di hati banyak pembaca. Rindu bahakan mendapatkan pengakuan sebagai buku Islam Terbaik pada tahun 2015 dalam Islamic Book Award. Dalam perjalanan kerinduan, Tere Liye sebagai penulis sangat apik mengemas 5 cerita dalam sebuah perjalanan sekaligus, dengan alur maju dan bahasanya yang sederhana memudahkan pembaca semua kalangan memahami tulisan dengan mudah. Perjalanan kerinduan adalah kisah yang mengharukan dan menggetarkan. Dengan kondisi penjajahan oleh Belanda, umat muslim di Indonesia berusaha mengumpulkan rupiah demi rupiah, menunggu tahun demi tahun hingga akhirnya niat baik itu bisa ditunaikan. Namun, waktu yang begitu panjang dan melelahkan, membuat sebagian orang menyerah, batal berangkat karena terlebih dahulu menghadapNya. Ada penumpang haji yang meninggal saat dalam perjalanan suci itu di tengah lautan seperti salah satu yang dikisahkan oleh penulis dalam Rindu. Dalam setiap perjalanan, terselip pertanyaan-pertanyaan tentang keraguan yang menyelimuti hati para calon jamaah haji. Apakah Tuhan akan menerima hamba yang

datang padaNya dengan masa lalu yang kotor, dengan rasa benci yang teramat besar dan juga kemunafikan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut diramu oleh penulis dengan apik menjadi satu kesatuan cerita yang menarik dan membuat penasaran dalam setiap babnya. Pertanyaan pertama, dimiliki seorang boenda Upe, yang memiliki masa lalu suram sebagai seorang cabo, pelajur. Pertanyaan kedua, datang dari Daeng Andipati yang merupakan pedagang kaya raya asal Makassar memiliki kebencian terhadap ayahnya. Ketiga, Berasal dari seorang sepuh bernama Eyang Kakung, yang kehilangan kekasih hati dalam perjalanan kerinduan. Keempat, pertanyaan itu bersal dari Ambo seorang kelasi yang baru bekerja di Kapal Holland Blittar saat mendarat di Pelabuhan Makassar tentang perasaan patah hati. Pertanyaan kelima, berasal dari seorang ulama termasyur, Gurutta Ahmad Karaeng apakah kemerdekaan hanya dikatakan dengan lisan dan tulisan, atau dengan pertumpahan darah yang membuatnya kehilangan seorang kekasih hati. Buku ini tidak hanya mengembalikan ingatan tentang kerinduan kepadaNya, tentang pertanyaan-pertanyaan keraguan dalam sebuah perjalanan dan tentang masa-masa sulit saat bangsa Indonesia masih dijajah, namun juga mengajak pembaca merenungi kehidupan dengan berbekal kepada kisah. Kisah dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan menyiratkan pesan yang amat mendalam bagi pembaca bahwa dalam perjalan singkat hidup, kita jangan terjebak dalam kisah masalalu yang memilukan. Tetap hadapi kenyataan, meskipun rasanya sakit. Berhenti untuk mengkhawatirkan penilaian orang lain atas diri kita. Tetap berbuat baik sebanyak yang kita bisa. Sisi lain Rindu adalah untaian kalimat yang sangat panjang, sekitar 433 halaman membuat pembaca

kelelahan dan bosan dan beberapa kejadian mudah ditebak. Ada bagian-bagian yang mirip dan terulang dari bagian pertama hingga terakhir dan juga pernah ditemui oleh pembaca dalam novel-novel yang ditulis sebelumnya. Tapi, kekurangan yang ada tidak sebanding dengan pesan-pesan kebaikan yang disampaikan oleh penulis. Untuk itu, Rindu sangat direkomendasikan untuk dibaca oleh semua kalangan. Semoga bisa memetik hikmah dibalik setiap kejadian. Muliati Supandi Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)

Judul Buku : Ujung Sebuah Kepasrahan Penulis : Idrus Shahab Tebal buku: 167 lembar Penerbit: Pustaka Hidayah Resensor : Tami Syah Tokoh Ratna dalam buku ini memiliki peran yang sangat penting, gadis cantik berusia 23 tahun mengganti peran ibunya yang telah lama meninggalkan mereka. Putri sulung dari bapak Subroto ini mengambil semua peran dan tugas sebagai ibu dengan dibantu oleh dua orang pembantu rumah tangganya yaitu Mbok Munah dan Neng Rustini. Ratna yang memiliki 12 orang adik ini sangat kewalahan untuk mengatur semuanya. Apalagi ditambah dengan aktivitas kuliah semester akhir yang membuatnya semakin sibuk. Tokoh Ratna didalam buku ini sangatlah menyayangi adikadiknya dan penurut kepada orang tuanya. Sampai suatu ketika, Ratna mendengar percakapan ayahnya dengan seorang lelaki yang tak dikenalnya diruang tamu rumah mereka. Ratna mendengar bahwa ia akan dijodohkan dengan seorang pria yang belum dikenalnya. Padahal ia sudah memiliki kekasih bernama Bondan yang menurutnya paling terbaik. Teryata Bondan merupakan sosok lelaki yang tidak dapat dipercaya dalam buku tersebut, ia membawa lari perhiasan Ratna kekasihnya. Kemudian Ratna bertemu dengan seorang Lelaki tersebut berprofesi sebagai seorang wartawan salah satu media cetak yang sedang mengemban misi untuk memecah sebuah kasus penggelapan barang-barang yang berasal dari luar negeri atau

biasa disebut pasar gelap. Lelaki misterius tersebut mencoba mengungkap kasus tersebut, tapi ia merasa sangat iba melihat Ratna karena perhiasaannya telah raib dibawa oleh Bondan. Lelaki misterius tersebut membantu Ratna mencari Bondan dengan bertanya kepada setiap orang yang mereka temui dijalan. Perjalanan mencari Bondan pun sudah cukup jauh dari tempat satu ke tempat yang lain, sampailah mereka ke sebuah villa yang terlihat dari luar sangat tak terawat. Mereka mendapatkan informasi bahwa di villa tersebut ada seorang lelaki yang bernama Bondan, Ratna dan lelaki misterius itu masih menerka-nerka lelaki yang didalam tersebut ialah Bondan yang mereka cari. Pada akhirnya Ratna menyesal telah memilih Bondan sebagai kekasih hatinya sosok yang sangat ia dambakan. Setelah kejadian itu Ratna kembali ke rumah dengan rasa menyesal, kemudian menuruti keinginan sang ayah untuk dijodohkan. Tidak berselang akad nikah pun berlangsung dikediaman Ratna dengan hikmat, setelah akad mulailah pertemuan Ratna dengan jodoh yang telah disiapkan oleh ayahnya. Buku ini menceritakan ujung kepasrahan seorang wanita yang pada akhirnya memenuhi permintaan sang ayah untuk dijodohkan dengan lelaki pilihan orang tuanya.


Cerpen Edisi 92 Februari 2018

Penulis : An-Nisa Az-zahra Duniaku terasa berbeda, entah mengapa sore ini tubuhku sakit sekali seperti baru saja mengalami benturan, sepoi angin pantai yang menembus kulitku semakin membuatku merasa kesakitan. Aku ingin meminta bantuan, tapi tak ada seorangpun disini. Bingung bercampur tanya “mengapa dan sejak kapan aku disini?”. “Ah, sudahlah mungkin aku ketiduran saat mendengarkan musik, atau mungkin aku baru saja terbangun dari pingsan”, pikirku. Meski hatiku masih menyimpan tanya, kucoba mengabaikan rasa bingung ini. tubuhku sakit sekali dan aku ingin pulang, tapi ingin meminta ka Hasan menjemput, aku lupa dimana ku letakkan hpku. Setelah sekitar 2 jam berjalan, akhirnya sampai juga di isatana kesayanganku. “trekk” kubuka pintu sambil memanggil Bunda. Tapi, entah mengapa Bunda tak menjawabku. “Bunda kemana?” tanyaku dalam diam. Ku langkahkan kaki menuju kamar, tak sabar rasanya bertemu bantal Doraemon kesayanganku. “Allahu akbar, Allahu akbar”, adzan pun berkumandang tepat saat kujatuhkan tubuh di atas ranjang. ku teruskan niatku untuk tidur, “lagi pula tak ada Bunda atau pun ka Hasan yang akan memaksaku untuk shalat”, pikirku. *** Pagi dunia Ku buka jendala kamarku, gelap telah berganti terang, kicau burung menambah keindahan pagi ini. Kulihat ke arah jam dinding, ketiga jarum jam itu menunjukkan pukul 08.00 WITA. “Astaga, aku bakal telat masuk kelas, mengapa Bunda tak membangunkanku?” pikirku kesal. Padahal biasanya setiap pukul 04.30, Bunda selalu memaksaku bangun, untuk bersiap shalat subuh. Yah, walaupun rasanya tubuhku belum bisa dipisahkan dari bantal dan kasur yang seakan melarangku beranjak darinya, ditambah ka Hasan yang selalu meneriakiku dengan kata “akhwat”, sambil menjewer telingaku agar segera bergegas untuk berwudhu. Aku tak mengerti makna kata itu, bahkan bahasa apa itu, aku juga tak tahu. “Mungkin itu bahasa Arab” terkahku selama ini. Ya maklum saja, sejak kecil aku sering bolos pelajaran agama, apalagi belajar bahasa Arab, sama sekali tak membuatku tertarik. Berbeda dengan kakakku yang sejak 3 bulan lalu mengubah penampilannya itu. Saat ini ia sedang tertarik memperdalam ilmu agama dan mempelajari bahasa dari negeri padang pasir itu. “mereka semua kemana? Apa mereka marah karena aku meninggalkan waktu magrib dan isyaku semalam?”, kataku sambil berusaha memadamkan bara api dalam hatiku. Setelah beberapa lama berdiam dengan kekesalanku, aku baru tersadar bahwa aku semakin terlambat. Akhirnya aku mandi dan bersiap-siap ke kampus, meski mata kuliah di jam pertama sudah tidak mungkin ku ikuti. “Lagi pula, di kampus aku bisa nongkrong dan berlatih seni bersama teman-temanku”, pikirku penuh harap. “brak” ku buka pintu kamar agak kasar dan menunjukkan wajah cemberut agar Bunda tahu aku sedang kesal dan agar ia berusaha membujukku. Tapi berbeda dengan yang ku harap, Bunda sekan tak peduli, yang kulihat Bunda hanya menangis dan ka Hasan berusaha menenangkannya. Baru kali ini lagi, ku lihat Bunda sesedih itu. Tangis itu sama persis seperti tangis Bunda setahun yang lalu saat kakakku Tania menghadap Sang Pencipta. “apa mungkin Bunda menangis karena kesal padaku yang selalu melalaikan sahalatku?”, aku tak berani mendekat, aku berlari dengan rasa sesal dan perasaan bersalah yang menggerogoti jiwaku. Aku sayang pada Bunda, meski sering malas-malasan dan ogah-ogahan saat diminta shalat oleh Bunda, tapi aku tak sanggup melihat Bunda menagis karena ulahku. “Bunda, maafin Key yang udah bikin Bunda sedih, yang udah bikin Bunda kesal, Key ga mau Bunda nangis lagi, Key janji bakal

Tahun ke 6

19

*nama pena

berubah”, ucapku yang diiringi tetesan air yang tak sadar membasahi pipi dan bibirku. “Kesyah? Kamu kenapa” tanya seorang pria berkulit sawo matang yang ditutupi baju kokoh putih yang berdiri di tepat di depanku. Ternyata Ridwan teman sekelasku yang kini menjabat sebagai ketua MPM di fakultasku dan kulihat akhir-akhir ini sering dekat dengan kakakku Hasan. Segera ku usap air mataku. “ga apa-apa kok”, jawabku dengan nada ketus dan berlalu meninggalkannya. Aku agak kesal dengannya, mungkin bisa dibilang cemburu, karena semenjak berteman dengannya, ka Hasan rasanya berubah. Kasih sayangnya seakan terbagi, bukan hanya untukku dan Bunda, tapi juga untuk pria sok alim itu. Setelah meninggalkannya, kembali ku ayunkan langkah menuju ke teman-temanku. Tapi sayang, hadirku seakan tak dianggap. Hatiku semakin merontah, rakyat-rakyat kecil dalam kepala seakan tak mampu menemuhkan jawaban, meski hanya untuk sebuah tanya “apa yang terjadi?”. Rasa kesal, membuatku memilih meninggalkan mereka dan menuju kelas dengan harap masih ada teman untukku berbagi dan mungkin diantara mereka ada yang bisa menjawab tanyaku. “lagi lagi Ridwan”, ungkapku dalam hati, melihat ke arah manusia yang seakan tak pernah kehilangan senyum itu. Hidupnya seakan tanpa beban, sungguh berbeda denganku. “sudahlah, lagi pula aku kesini bukan untuk melihatnya”, pikirku mengalihkan pandanganku darinya. Lagi dan lagi, hal yang sama terjadi lagi ditempat ini, mereka mengabaikanku dan tak satupun mau mendengarkanku, bahkan Vino lelaki berkacamata yang sejak MABA menjadi sahabatku pun, kini seakan menganggapku tak ada. Aku semakin merasa terasing, sepih dan sendiri di tengah keramaian. Sendiri, ku coba temukan jawaban dalam diri, untuk sebuah tanya yaang memaksa meminta jawaban yang tak bisa kuberi. Bunda, Ka Hasan, Vino dan yang lainnya, aku disini. “Kesyah, sudah dzuhur”, sapa Ridwan memutus lamunanku. “tadi katanya mau berubah dan ga mau bikin Bundanya menangis lagi”, lanjutnya sambil menunjuk ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 12.20 WITA. Ternyata dia dengar ucapan dalam tangisku tadi. Dengan perasaan bingung disertai tanya “mengapa hanya dia yang menganggap keberadaanku?” aku mengikutinya menuju musholah dan melaksanakan shalat berjama'ah. Hatiku kembali merasakah ketenangan setelah mengadukan semua keluhku pada sang Ilahi. Rasa yang tak pernah kurasakan bahkan di shalat-shalatku sebelumnya. Shalat kali ini terasa begitu istimewa. “apa mungkin karena niatnya yang berbeda?”, tanyaku dalam hati. Ku coba kembali menikmati suasana kampus dengan melangkah ke luar musholah, ternyata Ridwan menungguku dengan kain berwarna biru ditangannya yang ternyata adalah sebuah jilbab ukuran sepinggang. Aku teringat Bunda dan ka Hasan yang selalu memintaku menutup aurat dan selalu kubantah dengan kata “aku belum siap”. “mau ikut kajian? Ada ka Hasan juga kok”, tanyanya seolah membujukku sambil menyodorkan jilbab yang sejak tadi dipegangnya. Pandanganku tentangnya kini mulai berubah, ternyata dia orang yang baik. “Bukan dia yang merenggut kebersamaanku dengan kakakku, tapi aku yang memang belum terbiasa dengan kehadiran orang lain diantara kami selain Bunda. Bukan dia yang sok alim, tapi aku yang memang selama ini jauh dari

Tuhan”, pikirku mencoba mengubah pola pikirku tentangnya dan tentang kehidupan. Waktu terus berlalu, sang mentari kini mulai bersembunyi. Aku, Ridwan dan Vino pulang bersama karena rumah kami memang searah, yah walaupun Vino masih saja dengan sikapnya pagi tadi, dia seakan hanya berjalan sendiri dan tak sadar ada sahabatnya di sampingnya. Tiba di rumah, suasananya sangat aneh, sunyi ternyata tak seorang pun ada di rumah. Entah kemana Bunda dan ka Hasan, semoga mereka segera kembali, aku rindu sehari ini tak menyapa mereka. Ba'da Isyah dan usai membaca Al-qur'an, aku bergegas untuk tidur. “Assalamu'alaikum”, suara itu tak asing, ternyata Ridwan dengan senyum dan wajahnya yang bersinar melambaikan tangan ke arahku dan pergi menjauh. Semampuku mengejarnya, namun ia semakin menjauh dan menghilang tanpa jejak. Tanpa sadar air mataku menetes saat ku sebut namanya. Tiba-tiba ku dengar suara Bunda, ka Hasan, Vino dan temantemanku berteriak memanggilku. Saat ku buka mata ternyata semua wajah itu ada di depanku, mereka tersenyum menatapku, tapi entah mengapa pipi mereka basah, terlebih Bunda langsung merangkulku dalam peluknya. Kalimat Hamdalah tak henti-hentinya mereka ucapkan. Terimakasih Tuhan, karena ternyata aku hanya bermimpi, mereka semua masih ada untukku. Sejenak kupandangi mereka satu per satu, ada wajah yang hilang.”mana Ridwan?” semua terdiam seakan tak mampu mengucap satu kata pun. “Ridwan mana? Dia kan juga teman Kesyah, ka, ka Hasan jawab, mana Ridwan? Kenapa kalian diam? Kenapa kalian menangis? Kaka, Vino, Bunda, jawab Kesyah. Ridwan dimana? Jangan bikin Kesyah bingung”, rintihku sambil terus menanti jawaban mereka tentang keberadaan Ridwan. Berusaha tegar, namun dengan suara lirih ka Hasan mencoba menenangkanku “Ridwan udah pulang Key, dia udah nyusul ka Tania, setelah 3 hari koma bareng Kesyah disini, dia yang uda nyelamatin Kesyah saat jatuh dari perahu”. Ternyata kisah itu hanya dalam mimpi, mimpi ditidur panjang yang telah mengubahku. Wan, thanks untuk semua pelajaran yang telah kau beri, meski hanya sebentar, tapi kau adalah lentera yang di kirim Tuhan untuk menerangi jalanku kembali pada-Nya. Meski tak nyata, tapi kau mampu membuatku mengerti arti persahabatan. Persahabatan yang bukan hanya dilandasi kepentingan, tapi kepedulian untuk selalu mengingatkan tentang Tuhan. Selamat jalan untukmu sahabat, yang telah memberiku kesempatan merasakan nikmatnya dekapan ukhwah, ukhwah fiillah til jannah. *The End* Penulis : An-Nisa Az-zahra (nama pena)


KEPUTUSAN SENAT UNIVERSITAS TADULAKO OMOR 01/SENAT-UTD/2018 N TANGGAL 21 PEBRUARI 2018 Universitas Tadulako

TENTANG PENGESAHAN JADWAL PROSES PEMILIHAN REKTOR UNIVERSITAS TADULAKO MASA JABATAN 2019-2023

NO.

TANGGAL

KEGIATAN

Pelaksana

1

29 Januari 2018

Rapat Senat (1) Pembahasan dan pengesahan tata cara pemilihan rektor, dan (2) Pembentukan Panitia Pemilihan Rektor

2

21 Februari 2018

Rapat Senat Pengesahan Jadwal Proses Pemilihan Rektor Periode 20192023

3

28 Februari - 09 Maret 2018

Sosialisasi secara terbuka tahapan pelaksanaan dan persyaratan calon Rektor

4

12 - 16 Maret 2018

Penyampaian secara tertulis formulir pernyataan kesediaan bakal calon Rektor kepada yang memenuhi syarat oleh Panitia

6

19 Maret - 05 April 2018 09 - 11 April 2018

7

12 - 17 April 2018

8

18 April 2018

9

19 - 27 April 2018

10

07 Mei 2018

Pengumuman hasil Penjaringan Bakal Calon Rektor Penjaringan dan Pengumuman Bakal Calon bila ada penundaan (belum cukup 4 orang) Rapat Senat Penetapan bakal calon Rektor

11

8 - 18 Mei 2018

Penyerahan Visi Misi dan Program Kerja Bakal Calon Rektor ke Panitia

5

12

23 Mei 2018

Penerimaan pendaftaran bakal calon Rektor Seleksi berkas persyaratan administrasi bakal calon Rektor Pemenuhan Kelengkapan Berkas bagi yang tidak lengkap

Penyampaian Visi Misi dan Program Kerja Bakal Calon Rektor dihadapan Rapat Senat Terbuka yang dihadiri pejabat Kementerian Pemilihan Bakal Calon menjadi Calon Rektor melalui Rapat Senat tertutup

13

30 Mei 2018

14

25 Juni - 5 Juli 2018

15

Juli - Agustus 2018

16 17 18

20 Agustus - 10 September 2018 12 - 18 September 2018 19 September 2018

Batas akhir penyerahan 3 (tiga) nama Calon Rektor kepada Menteri disertai dengan: (1) Berita Acara proses penyaringan; (2) Daftar riwayat hidup; dan (3) Visi Misi dan Program Kerja masing-masing Calon Rektor Sosialisasi Visi Misi dan Program Kerja Calon Rektor kepada Civitas akademika dan umum oleh Panitia Penelurusan Rekam Jejak Calon Rektor oleh Menteri melalui koordinasi dengan PPATK dan/atau lembaga/instansi pemerintah lainnya Penjaringan Ulang bila ada Calon Rektor yang ditolak oleh Menteri berdasarkan hasil penelusuran rekam jejak calon Masa Tenang

Senat dan Panitia Panitia & Pelaksana/Pihak Terlibat Panitia Bakal Calon & Panitia Panitia Bakal Calon & Panitia Panitia Ketua Senat & Panitia Senat Bakal Calon & Panitia Bakal Calon, Panitia, Senat & Kementerian Bakal Calon, Panitia, Senat Panitia Panitia Kementerian Panitia & Senat Panitia

Pemilihan Rektor oleh Senat UNTAD dan Menteri (menyesuaikan jadwal Menteri)

Sekretariat : Lantai 4 Rektorat Universitas Tadulako

Senat

Panitia, Senat & Menteri

KETUA SENAT UNIVERSITAS TADULAKO

Prof. H. HASAN BASRI, M.A., Ph.D. NIP. 195205011977021006


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.