100
Oktober - November
Tahun Ke 6
Visi
Universitas Tadulako
Pada tahun 2020, Unggul dalam Pengabdian kepada Masyarakat melalui pengembangan Pendidikan dan Penelitian.
Misi Meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi yang bermutu, modern, dan relevandengan kebutuhan pembangunan bangsa; Meningkatkan penyelenggaraan penelitian yang bermutu untuk pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni yang diabdikan bagi kesejahteraan masyarakat, bangsa, dan negara secara berkesinambungan; Meningkatkan kualitas penyelenggaraan pengabdian kepada masyarakat sebagai pemanfaatan hasil pendidikan dan hasil penelitian yang dibutuhkan dalam pembangunan masyarakat; dan Meningkatkan kualitas penyelenggaraan kerja sama dengan pihak lain yangsaling menguntungkan, tanpa adanya ikatan oleh haluan politik,kepercayaan, dan agama.
UNTAD BANGKIT “Bangunan boleh porak-poranda, batin kita harus tetap utuh.�
1
Suara Redaksi
Edisi 100 Oktober - November 2018 - Tahun ke 6
Editorial
Edisi 100 Oktober 2018 - Tahun ke 6 Desain & Layout : Andi Sarif / MT Foto Sampul : Akhmad Usmar/HUMAS UNTAD
https://issuu.com/mediatadulako
Untad Bangkit “Kita boleh kehilangan banyak hal setelah bencana ini, tapi kita tidak boleh kehilangan semangat untuk bangkit kembali� ko dula ia Ta Med
Pengantar Redaksi
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh Izinkan kami mengawali pengantar redaksi ini dengan ucapan bela sungkawa atas bencana yang menimpa Palu, Sigi dan Donggala. Ada ribuan nyawa yang meninggal, sebagian lainnya hilang belum ditemukan, rumah-rumah dan bangunan rubuh tak beraturan. Kita dirundung duka yang tak terkata sudah perihnya. Edisi terbit media tadulako kali ini kami putuskan untuk menamainya dengan edisi Untad Bangkit. Penamaan edisi ini juga kami maksudkan untuk mengirimkan pesan pada kita semua untuk tak berlamalama larut dalam duka. Kehidupan mesti terus berlanjut, di depan sana ada banyak pekerjaan rumah yang harus kita selesaikan segera. Selepas bencana gempa 7.4 SR itu, Media Tadulako segera membentuk tim relawan berita. Reporter-reporter yang pernah bersama-sama di dapur redaksi MT kami ajak untuk turun gunung lagi, mencari sumber-sumber berita untuk
Visit Us
disajikan dalam edisi Untad Bangkit. Walau tak lagi menjadi reporter media, skill teman-teman dengan profesinya masing-masing ternyata tidak juga hilang. Tak berselang lama, list berita telah terisi penuh oleh daftar rencana liputan temanteman relawan berita. Dan kamipun berjibaku untuk tetap hadir walau tetap telat dari edisi biasanya. Bila kerja-kerja redaksi dahulunya kami lakukan di kantor media tadulako, kali ini kantor media tadulako juga berpindah sementara di Blok A 10 No 8 perumahan dosen. Bencana ini juga ikut membawa sejuta kenangan kami di kantor media tadulako. Dari ruang sederhana di perumahan dosen inilah berita-berita Untad bangkit kami coba rangkum untuk dibawa kehadapan pembaca semua. Benacana mungkin membawa banyak hal dari kita, tapi ia tak boleh membawa serta semangat kita untuk kembali bangkit berdiri. Selamat menikmati edisi Untad Bangkit kami kali ini.
mediatadulako @media_tadulako Media Tadulako
Beberapa tahun belakangan Universitas Tadulako perlahan hadir, namanya mulai jadi bahan perbincangan nasional. Sederet prestasi mahasiswanya membawa harum nama tadulako. Perwajahan kampus juga mulai dipercentik, keindahan Tadulako tersiar ke seantero Indonesia, dikabarkan oleh orang-orang yang pernah berkunjung ke sini. Sampai kemudian bencana itu tiba. Keindahan kampus hilang seketika. Bangunan-bangunan megah yang pernah kita banggakan ambruk diguncang gempa. Taman-taman kampus yang dulu hijau, kini mulai ditinggalkan mahasiswa, diganti oleh tenda-tenda pengungsian. Untad berduka, kampus kehilangan banyak hal setelah bencana ini. Tapi yang perlu dipastikan, kita tidak boleh kehilangan semangat untuk membangun kembali. Bencana 7.4 SR di Jum'at 28 September itu menyisakan duka yang mendalam bagi banyak orang. Universitas Tadulako juga kehilangan banyak putra-putri terbaiknya. Mereka pergi bersama bencana yang maha dahsyat petang itu. Gempa, Tsunami dan Likuefaksi yang menghantam Palu, Sigi dan Donggala telah memporak-porandakan keadaan, tapi bagaimanapun, bencana ini tidak boleh memporakporandakan semangat untuk kembali bangkit berdiri. Selepas bencana ini, pekerjaan berat sudah menanti segenap masyarakat kampus di depan. Warga kampus mesti segera lepas dari bayang-bayang bencana yang masih menyisakan trauma bagi banyak orang. Ya‌kita tidak boleh berlamalama menyesalkan situasi yang ada.
Tiga hari selepas peristiwa itu Rektor sigap mengumpulkan jajaran pimpinan, bertemu dan berkoordinasi untuk menempuh langkah-langkah taktis dalam penanggulangan kampus pasca bencana. Dalam masa-masa tanggap darurat itu, berulang-ulang rektor menyampaikan pesan bahwa layanan kampus mesti segera berjalan kembali. Dua pekan setelah bencana, setelah melalui proses cepat, rapatrapat maraton yang dilakukan unsur pimpinan kampus. Layanan ujian skripsi sudah dimulai dalam kondisi yang serba sederhana memanfaatkan ruang-ruang terbuka yang masih bisa digunakan. Menyaksikan geliat aktifitas kampus yang mulai ramai saat ini, kita pantas optimis Untad akan bagkit kembali. Nama kampus ini telah harum oleh prestasi mahasiswamahasiswanya di kancah nasioal maupun international. Keindahan kampus kita juga telah disaksikan oleh sejumlah mata yang pernah datang dan berkunjung ke sini. Seluruh elemen kampus mulai hari ini mesti berdiri tegak. Saling merangkul untuk tumbuh bersama. Kita akan menggelar sebuah pertunjukan kolosal, memperlihatkan dihadapan banyak orang, bahwa Tadulako akan bangkit dan tumbuh lebih baik lagi. Seluruh elemen kampus mulai hari ini mesti berdiri tegak. Saling merangkul untuk tumbuh bersama. Kita akan menggelar sebuah pertunjukan kolosal, memperlihatkan dihadapan banyak orang, bahwa Tadulako akan bangkit dan tumbuh lebih baik lagi.
Pembina: Rektor Universitas Tadulako. Pengarah: Prof. Dr. Sutarman Yodo, SH.,MH., Prof. Dr. Ir. Mahfudz, MP., Prof. Dr.H. Jayani Nurdin, SE.,M.Si Prof. Dra. Mery Napitupulu, M.Sc., Ph.D., Prof. Ir.H. Andi Lagaligo Amar, M.sc.Agr.,Ph.D Pimpinan Umum/Penanggungjawab: Dr. Muhammad Khairil, S.Ag.,M.Si. Dewan Redaksi: Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Basir, SE., MS., Dr. Muhammad Khairil, S.Ag.,M.Si., Dr. Arianto, M.Si., Dr. Ridwan Tahir, SH., MH., Takbir Launtina, S.Sos., Pemimpin Redaksi: Andi Akifah, S.Sos., M.ICT., Wakil Pemimpin Redaksi: Taqyuddin Bakri S.Pd., M.Pd Redaktur Rubrik: Drs. Samsumarlin, M.Si, Isrun, SP., MP., Akhmad Usmar, S.Sos, Editor : Ary Fahry S.Ikom Redaktur Pelaksana: Ikerniaty Sandili, S.Ikom. Layouter: Andi Sarif Reporter: Rafani Tuahuns, S.H, Raisa Alatas M.Ikom, Wandi Latoko, Vivi Sasmita, Nur Ramadhana, Sri Utami, Moh Uswang, Fauzannur Ramadhan, Ayu Agustin, Sitti Aisyah Nadianti, Sulistiawati, Ahmad Fauzan T. Distributor: Moh. Uswang Kesekretariatan: Drs. Sammen, M.Pd., Alamat Redaksi: Jl. Soekarno-Hatta Km. 9 Lt. 1 Nomor 112 Gedung Rektorat Universitas Tadulako. Fanpage FB: Media inform, inspire, and educate Tadulako Twitter: @mediatadulako Instagram : Mediatadulako
Liputan Khusus Edisi 100 Oktober - November 2018 - Tahun ke 6
2
UNTAD BANGKIT “Bangunan boleh porak-poranda, tapi batin kita harus tetap utuh.”
Musibah itu datang seketika, tak ada yang pernah menduga di pukul 18:00 pada Jum'at 28 September petang itu akan menjadi hari yang paling mengerikan. Bencana itu tak pernah permisi agar kita awas lebih dahulu. Gempa, Tsunami, juga Likuefaksi, yang menghantam sekitaran Palu, Sigi dan Donggala telah meluluhlantakan kota. Tanah terbelah, bangunan rubuh, rumah-rumah habis disapu tsunami, ribuan korban jiwa ikut dalam bencana maha dahsyat itu. Kampus Tadulako juga ikut menjadi koban yang
pertemuan itu pihak kampus bersepakat memberikan izin
keadaan. Langkah cepat dan taktis telah disiapkan
dijadikannya area kampus sebagai posko pengungsian
memulihkan situasi kampus.
dengan memfokuskan pada tanah lapang dekat gerbang utama agar mudah terkontrol.
Layanan mahasiswa sudah mulai aktif kembali. Di beberapa fakultas sudah terlihat giat pelaksanaan ujian
Hasil pertemuan itu juga menyatakan proses belajar
sidang bagi mahasiswa tingkat akhir. Ujian karya tulis
mengajar di kampus Tadulako dinyatakan libur hingga
ilmiah yang dilaksanakan dalam suasana pasca bencana itu
tanggal 3 November yang kemudian akan dievaluasi dalam
juga terlihat unik dan tidak biasa. Beberapa fakultas
batas waktu tersebut. Proses perkuliahan seperti KKN,
melaksanakan ujian akhir di tempat-tempat terbuka sebab
PPL/PLP juga dihentikan dan dinyatakan selesai.
gedung yang biasa digunakan sudah mengkhwatirkan untuk
Selanjutnya, bagi mahasiswa co-ass yang tidak
digunakan kembali.
memungkinkan melanjutkan di rumah sakit di Kota Palu,
Sementara pelaksanaan KKN seperti yang tertera
diharapakan ada kampus yang dapat mengakomodasi
dalam edaran resmi yang ditandatangani rektor akan
pelaksanaan co-ass.
dipusatkan pelaksanaannya di dalam kampus berbasis
Sementara itu, proses belajar mengajar digantikan
fakultas dengan tetap melakukan koordinasi bersama LPM.
dengan sistem blended learning, dalam sistem ini,
Pelaksanaan KKN yang dipusatkan ke dalam kampus juga
terdampak peristiwa bencana 28 September. Beberapa
mahasiswa nantinya akan melaui perkuliahan secara
untuk mempercepat proses recovery yang juga tengah
bangunan rusak parah, sebagian besar menyisakan retak di
online dimana materi-materi perkuliahan akan diupload
dilaksanakan.
dinding-dinding bangunan, mahasiswa, dosen, juga
melalui laman Untad.ac.id. Sistem ini diharapkan dapat
Mahasiswa yang telah menyelesaikan segala proses
pegawai kampus tidak sedikit ikut menjadi korban baik
menggantikan proses perkuliahan tatap muka sebanyak 3-
akademiknya juga tak perlu khawatir. Untad telah
yang sedang berada di kampus, atau dititik-titik rawan
4 kali perkuliahan.
bencana.
Di masa-masa tanggap darurat, rapat-rapat koordinasi
menyiapkah langkah taktis agar momen spesial itu tidak berlalu begitu saja. Wisudawan angkatan 94 kali ini patut
Senin, 1 Oktober selang tiga hari setelah bencana,
pemulihan kampus dilaksanakan dikediaman rumah
berbangga, sebab nama mereka akan tercatat dalam
Rektor Untad segera mengumpulkan jajaran pimpinan
jabatan rector. Rapat-rapat tersebut dilaksanakan dengan
sejarah sebagai orang-orang yang berhasil menyelesaikan
kampus untuk merembugkan langkah-langkah yang akan
sangat sederhana, layaknya diskusi lesehan diselasar-
studi di masa-masa kritis. Peristiwa wisuda tahun ini akan
diambil pasca bencana. Pertemuan yang dilaksanakan
selasar kampus. Pertemuan pimpinan kampus itu sesekali
dikenang sepanjang masa, keunikan suasananya akan
dalam masa-masa tanggap darurat itu berlangsung dengan
diselingi cerita-cerita lucu saat bencana terjadi.
mengalahkan sejumlah prosesi wisuda di angkatan-
sangat sederhana. Rapat lesehan yang dipimpin Rektor
Pertemuan selanjutnya membahas lebih teknis tentang
Untad berjalan lancar walau ditengah situasi yang masih
hasil rapat-rapat sebelumnya. Pimpinan kampus
angkatan sebelum atau sesudahnya nanti. Musibah 7.4 SR itu sontak menghentak kita semua.
mencekam, bila gempa tiba-tiba kembali datang,
melakukan koordinasi secara maraton demi menjamin
Merubuhkan sejumlah tempat-tempat penuh kenangan di
kediaman rumah jabatan rektor yang dijadikan tempat
layanan mahasiswa tetap berjalan. Rektor bersama
kampus ini. Tapi pun demikian, bencana tak boleh
pertemuan itu masih menyisakan retak-retak di bagian
jajarannya, dibantu pimpinan-pimpinan fakultas terus
mengubur mimpi-mimpi kita tentang Untad yang akan
dinding yang bisa saja ambruk menimpa peserta rapat yang
menselaraskan langkah, membangkitkan kembali Tadulako
menjadi mercusuar Indonesia bahkan di dunia. Kita akan
tengah serius membahas pemulihan kampus di dalam sana.
yang sempat “rubuh” karena bencana.
Tapi begitulah, komitmen untuk segera memulihkan
Dua pekan setelah musibah gempa 7.4 SR itu denyut
kampus telah menjadi komitmen bersama yang mesti
kehidupan kampus mulai terasa. Layanan mahasiswa
bangkit dengan segenap rasa optimis untuk menjadi lebih baik lagi. Seperti amanat rektor dalam video singkatnya yang
d i s e l e s a i k a n s e g e ra d a l a m k on d i s i d a n s i tu a s i
sudah mulai bergerak walau dalam kondisi serba terbatas,
tersebar di akun-akun media sosial. Untad harus bangkit,
bagaimanapun.
begitulah amanat Prof Basir yang selalu ditekankannya
kelak, pada masanya nanti kita akan kembali seperti biasa.
Di rapat pertama pasca bencana itu pimpinan kampus bersepakat tentang langkah-langkah yang akan ditempuh dalam masa-masa pemulihan pasca bencana. Dalam
dalam setiap rapat-rapat koordinasi. “Layanan mesti tetap berjalan,” kalimat it uterus diulang dan diucapkan rektor dalam setiap pertemuan. Prof Basir memang tak igin berlama-lama meratapi
Dalam kondisi porak-poranda batin kita harus tetap utuh. Ya…batin kita inilah energy besar yang kita miliki untuk membangun Untad kembali. (af)
3
Profil Edisi 100 Oktober - November 2018 - Tahun ke 6
Balada Relawan Lokal Siang Relawan, Malam Jadi Korban
G
empa Bumi, Tsunami, dan Likuefaksi yang mengguncang Palu, Sigi dan Donggala (Pasigala) pada Jum'at 28 September lalu memantik rasa kemanusiaan sejumlah anak-anak Tadulako untuk hadir di tengah-tengah pengungsi, mendistribusikan bantuan, menghibur, hingga belajar dan bermain bersama anak-anak korban pengungsi.
“Saya ingin membalas budi pada orang yang sudah menolong ibu saya, makanya saya terpanggil untuk ikut dengan teman-teman jadi relawan,” terangnya. Menurut Faisal, dia mungkin tidak bisa berterima kasih pada orang yang telah menolong ibunya, sebagai gantinya ia ingin menolong ibu orang lain.
Mahasiswa-mahasiswa yang sebenarnya juga merupakan korban ini, memantapkan hati untuk berbagi bersama saudara-saudara senasib lainnya. Dari mereka ada yang menginisiasi menjadi relawan mandiri, ada yang terpanggil sebagai bentuk balas budi, ada pula yang datang sebagai ungkapan rasa syukur selamat dari bencana. Mahasiswa-mahasiswa ini, di siang hari mereka aktif sebagai relawan, tapi di malam mereka juga merangkap menjadi korban. Tinggal di tenda-tenda pengungsian, beratapkan terpal beralaskan tikar.
“Dengan menjadi relawan saya mungkin bisa menolong ibu orang lain,” jelas Faisal Selama menjadi relawan Faisal telah turun ke sejumlah tempat di titik-titik terparah yang terdampak bencana. Ia sudah mendatangi sepanjang Pantai Barat hingga balaesang Tanjung, di bagian Sisi ia bersama teman-temannya sudah turun hingga ke Sidera. “di arah Sigi tinggal Kulawi yang belum kami masuk,” jelasnya.
Faisal (Mahasiswa FMIPA Untad) “Saya ingin balas budi pada orang yang sudah menolong ibu saya”
Bersama relawan Palu Bangkit Faisal dan teman-temannya fokus pada pendampingan anakanak, serta menyediakan kebutuhan bayi serta anak-anak sekolah. “Di relawan Palu Bangkit kami fokus pada anak-anak,” tutup Faisal
Faisal, Mahasiswa MIPA Untad angkatan 2016 ini mengaku terpanggil menjadi relawan sebagai bentuk balas budi pada orang yang telah menolong ibunya saat gempa terjadi.
Jadi relawan karena jaringan Handphone yang tetap menyala
“Saat gempa itu saya bersama teman-teman dalam perjalan pulang setelah kegiatan di Luwuk. Kami dalam perjalanan menuju Palu saat itu. Saat gempa yang saya pikirkan Ibuku, karena sedang sendiri di rumah, apalagi sementara sakit dan tidak bisa berjalan,” tutur Faisal.
Bila Faisal terpanggil atas dorongan balas budi, lain pula cerita dari mahasiswi FKIP satu ini. Sehari setelah bencana Dwi Putri Utami tersambung dengan sejumlah teman-temannya di luar daerah yang ingin mengetahui dan menyalurkan bantuan ke Palu.
Faisal bersyukur, ibunya selamat dari bencana itu. Dalam penuturannya, Faisal mengatakan ada orang yang berbaik hati memapah ibunya yang sulit berjalan kemudian memboncengnya menuju ke daerah yang lebih tinggi.
“Kebetulan saat itu hp saya masih bisa dihubungi. Dan satu-satunya orang yang bisa dihubungi oleh teman-teman saya diluar daerah hanya nomor saya. Mereka ingin mengetahui informasi jelas juga ingin menyalurkan bantuan,” Jelas Wiwi. Bersama beberapa temannya Wiwi kemudian
Dwi Utami Putri (Mahasiswi FKIP Untad)
berinisiatif membuat posko gabungan. Posko yang dibentuknya tersebut merupakan kumpulan teman yang dikenalnya juga dari jejaring pertemanan di sosial media. Tidak sedikit relawan yang ikut bersama Wiwi yang juga merupakan korban Likuefaksi Petobo dan Balaroa. “Jadi kami ini relawan yang juga korban sebenarnya. Banyak juga teman-teman dari Balaroa dan Petobo yang ikut bersama-sama kami. Alhamdulillah, di sini kami saling berbagi cerita, saling membantu, juga saling menguatkan satu sama lain,” tuturnya. Selain menyalurkan bantuan logistik ke beberapa tempat, Wiwi dan teman-temannya juga melaksanakan trauma healing ke posko-posko pengungsian. Menurut Wiwi, Trauma Healing yang dilakukannya bersama anak-anak tersebut juga sebenarnya Trauma Healing untuk dirinya sendiri. “Saya ini kan sebenarnya masih takkut-takut masuk rumah, kadang masih datang rasa khawatir, dengan ikut trauma healing seperti ini sebenarnya saya juga sedang melaukan trauma healing pada diri sendiri. Bahagia dan senang juga bisa melihat anak-anak ceria, tertawa, seolah tidak ada apa-apa yang terjadi,” ungkapnya. Ilham (Mahasiswa Teknik Untad) “Saya selamat dari bencana, mungkin Allah sedang memilih saya untuk membantu orang yang membutuhkan” Ilham merasa bersyukur selamat dari bencana yang menakutkan itu. Sebagai bentuk kesyukurannya, ia kemudian mengajak temantemannya turun bersama pada lembaga yang telah lama digagasnya, bersamakami.com. Di komunitas yang diinisiasinya ini Ilham dan teman-temannya terjun ke sejumlah titik di tendatenda pengungsian untuk menyalurkan bantuan yang mereka dapat.
“Alhamdulillah, ini mungkin isyarat dari Allah agar saya bisa bermanfaat bagi orang banyak. Saya tidak bisa bayangkan kalau saya seperti teman-teman yang kehilangan rumah, kehilangan orang tua dan keluarga. Saya merasa Allah sedang memilih saya untuk berbagi dengan orang,” tutur Ilham. Mahasiswa Fakultas Teknik angkatan 2015 ini sudah terjun bersama kakaknya sejak hari pertama. Segala persediaan makanan yang dimilikinya diberikanpada orang yang membutuhkan. Saat itu juga bermodal kendaraan yang masih full bahan bakarnya, Ilham berkeliling Palu mencari teman-temannya yang selamat. Teman-temannya itu kemudian diajaknya untuk sama-sama ikut terlibat sebagai relawan. “Saya ingat sekali pesan teman-teman yang saya temui, jangan lupa libatkan saya,” dorongan itulah yang menguatkan Ilham mengumpulkan lebih banyak temannya untuk sama-sama membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan. Selama menjadi relawan, Ilham merasa terenyuh pada relawan yang ikut bersamanya, diantara mereka ada yang telah ditinggal ibunya, ada pula yang rumahnya rubuh akibat guncangan gempa. Pendiri bersamakami.com ini mengaku terkesan pada teman-temannya itu. “Kalau dipikir, mereka ini juga korban sebenarnya. Tapi Alhamdulillah mereka masih bisa tertawa bahkan bahagia saat pulang dari mengantarkan logistik. Dari wajah mereka seolah mereka ini bukan korban, padahal kita tau samasama, rumah mereka sudah tidak ada, diantara mereka ada juga yang orang tuanya sudah meninggal,” jelasnya. Sejauh ini bersamakami.com menyalurkan bantuan dalam dua tahap. Tahap pertma distrubusi logistik ke tempat-tempat pengungsian yang sulit dijangkau. Saat ini, bersamakami.com fokus pada pendirian sekolah-sekolah darurat. (af)
Opini Edisi 100Edisi Oktober - November2017 2018 - Tahun 90 Desember Tahunke ke65
4
Images : Google.com
LITERASI BENCANA* Oleh Neni Muhidin (Pegiat Literasi dan Founder Nemu Buku)
Senin siang, 24 Januari 2005, saya dan peneliti aksara kuno, Sugi Lanus, tiba di Meulaboh, ibukota Kabupaten Aceh Barat. Belum satu bulan lamanya peristiwa gempa dan tsunami meluluhlantakkan Aceh dan pesisir barat Sumatera, juga negara-negara tetangga di garis pantai itu pada minggu pagi yang syahdu, 26 Desember 2004. Saat kami tiba di kota yang setelah hampir sebulan itu masih berstatus tanggap darurat, dari kamp-kamp pengungsian, kabar tersiar, Palu diguncang gempa. Di salah satu kantor dinas yang dioperasikan untuk relawan, ada sekira 20 gagang telepon satelit berjejer di meja. Orangorang bisa menelepon ke mana saja di dunia ini dari situ, dioperasikan 24 jam. Meski harus tetap antri dan batas waktu bicara juga dibatasi. Gawai belum semassif sekarang. Saya langsung menelepon rumah. Tersambung tapi tidak diangkat. Saya lalu membayangkan betapa trauma Aceh dari layar tv yang dikonsumsi sedunia, dan apalagi buat orang yang tinggal di Palu dan sekitarnya. Saking takutnya tsunami, sebagian besar warga kota bahkan lari ke arah Bora di Sigi, pusat episentrum gempa. Perjalanan saya dan bli Sugi dengan bis Elf dari kota Medan lebih dari 24 jam. Mestinya lebih cepat. Tetapi karena saat itu situasinya sama mengkhawatirkan seperti yang terjadi di Palu 3 hari pasca bencana, saat truk-truk bantuan ditahan di perjalanan oleh warga yang belum makan dan bertahan di tenda-tenda pengungsian. Saat itu, perjalanan kami diiringi kontak senjata antara TNI/Polri dan Gerakan Aceh Merdeka. Keluar masuk desa jalanan dibuat zig zag oleh kawat atau drum bekas untuk pemeriksaan. Belum ada kesepakatan damai antara Indonesia dengan GAM di Helsinki, kota yang dipilih sebagai tempat elit keduanya berunding. Awalnya saya tak percaya ada ombak setinggi yang dibicarakan banyak orang atau bahkan yang diberitakan media massa. Jejak tsunami yang saya lihat sejak memasuki kota Meulaboh tampak jelas dari pohon-pohon kelapa yang masih tegak berdiri lurus. Warna dedaunan pohon-pohon kelapa itu semuanya berwarna pasir pantai. Putih. Bukan hijau lagi. Dua hari mengitari Meulaboh, saya menyaksikan banyak hal serupa dengan yang terjadi di Palu. Evakuasi jenazah masih berlangsung, gedung-gedung yang masih diratakan alat berat, debu di mana-mana, dan bau amis menusuk hidung. Di pemandangan yang lain, saya menemukan beberapa orang relawan yang diamputasi tangan atau kakinya karena terinfeksi tetanus. Aksi vandalisme warga juga marak. Yang paling saya ingat adalah tulisan di dinding kantor DPRD kabupaten itu. Tak sama persis, tapi kurang lebih maksudnya adalah bencana itu terjadi karena orang Aceh lebih suka ke warung kopi daripada ke mesjid. Dari tenda-tenda terpal, asap dandang berkumandang. Warung kopi membuka lapak di kamp-kamp pengungsian. Ramai. Bercampur obrolan antara warga, relawan asing dan lokal, dan aparat keamanan. Dua hari di Meulaboh kami
melanjutkan perjalanan ke sebuah pulau kecil di barat, Kabupaten Simeulue. Kami harus balik lagi ke Medan dengan kekhawatiran yang sama saat datang. Kontak senjata masih berlangsung di kampung-kampung. Bisa naik kapal dari Meulaboh ke Simeulue, tapi ini lebih mengkhawatirkan. Kapal-kapal GAM lebih berani saat bertarung di laut. Naik helikopter daftar antrinya panjang. Persis seperti di Palu saat orang-orang berjubel di bandara Mutiara Sis Aljufri menunggu Hercules membawa mereka pergi dari kota dengan lansekap ngarai ini. Setibanya di Medan, kami membeli tiket pesawat ke Simeulue, pesawat balingbaling, namanya Seulawah, milik maskapai SMAC dengan kapasitas penumpang 6 orang. Bukan kue atau air mineral yang dikasih copilotnya saat pesawat bergerak ke landasan pacu di Bandara Polonia, tetapi kapas untuk menutup telinga. Pilotnya pun masih sempat mengisap kreteknya saat pesawat akan lepas landas. Saya dan Sugi hanya bisa saling tatap dan menyerahkan keselamatan perjalanan kami ke Yang Maha Kuasa. Seulawah mendarat di bandara perintis di Sinabang, ibukota kabupaten. Sapi dan kambing berkeliaran bebas di runway bandara. Pasca peristiwa 26/12 banyak orang menyangka pulau kecil di depan Sumatera itu bakal tenggelam. Sangkaan yang salah. Yang tenggelam di sana adalah pulau-pulau kecil yang mengelilingi Simeulue. Pulau-pulau tak berpenghuni dan hanya ditumbuhi bakau. Pulau-pulau itulah yang menjadi penghadang (buffer zone) yang menahan laju tsunami ke sana. Masyarakat Simeulue juga meyakini pengetahuan turun temurun tentang tsunami, gelombang pasang setelah gempa yang diambil dari bahasa Jepang itu. Mereka menyebutnya Smong! Sehari sebelum terjadi gempa dan tsunami 26/12, warga membaca tanda-tanda alam dari hewan peliharaan yang eksodus ke bukit-bukit. Ada 1 korban jiwa di sana yang berpulang karena tertimpa bangunan akibat gempa. Usia bencana jauh lebih tua dari peradaban manusia. Jejak gempabumi dan tsunami di Palu yang ditemukan dalam bentuk moluska (kerang laut) oleh arkeolog satusatunya kota ini, Iksam Kaili Sam, adalah mahluk hidup yang hidup 12 ribu tahun yang lalu. Selain moluska, artefak lain di kawasan megalit Besoa di Poso, ratusan km jaraknya dari Palu, menyimpulkan kepadanya, nenek moyang manusia Sulawesi berasal dari sana, Besoa! Pusat Arkeologi Nasional memang memberi legitimasi. Artefak tertua di Nusantara ini dari banyaknya situs-situs megalit memang dari sana, dari Besoa (dalam penyebutan lokal dilafal Behoa). Eksodus nyaris setengah dari total jumlah penduduk Palu dan sekitarnya pasca peristiwa 28/9, adalah pengulangan berpencarnya manusia dari Besoa yang bermigrasi ke empat arah mata angin ribuan tahun yang lalu. Eksodus itu terjadi karena bencana. Catatan tentang bencana di lembah Palu sudah dimulai oleh geolog Eduard Cornelis Abendanon di buku yang terbit pada 1915 di Leiden, Belanda. Buku yang dibagi dalam 3 bagian dan menghasilkan ribuan halaman yang saya membayangkan ketebalannya bisa serupa bantal kepala. Midden-Celebes-Expeditie: Geologische En Geographische Doorkruisingen van Midden-Celebes (19091910). Google translate saja puyeng apalagi saya. Di beberapa bagian dalam buku berbahasa
Belanda yang bisa dibaca dari google books itu usaha menerjemahkannya terasa bikin kram otak. Pffttt! Abendanon yang ini (karena juga ada Rosa Abendanon, sahabat pena RA Kartini) adalah serupa Snouck Hurgronje di Aceh. Intelektual yang ditugaskan Belanda mencatat segala hal tentang alam di wilayah koloni. Di Sulawesi Tengah, kita juga mengenal duet ilmuwan cum misionaris A. C. Kruyt dan Nicolaus Adriaani yang seringkali dirujuk sebagai sumber utama penulisan sejarah Sulawesi Tengah. Geolog-geolog zaman now tentu membaca catatan terdahulu. Di lembah Palu dan sekitarnya, memasuki abad 20, peristiwa gempabumi dan beberapa di antaranya diikuti oleh tsunami merentang panjang. Di buku geologi Abendanon itu, geolog Mudrik Rahmawan Daryono peneliti sesar Palu Koro menyebut catatan peristiwa bencana gempa 1907 dan berulang menjadi lebih besar pada 1909. Peristiwa 28/9 menurutnya adalah siklus dari dua gempabumi di buku Abendanon itu. Antara 111 dan 109 tahun yang lalu. 1 Desember 1927, gempabumi dan tsunami terjadi di Teluk Palu. Setahun lalu saya menuliskannya di fb, memberitahukan sebuah ekspedisi yang saya gagas bersama Trinirmala Ningrum. Gagasan yang lahir pertamakali sejak pertemuan awal kami di rentang 2009-2010. Mbak Rini saat itu mengoordinir Platform Nasional (Planas), organisasi payung bagi forum pengurangan risiko bencana dari seluruh daerah di Indonesia. Ekspedisi yang akan melahirkan buku dan video dokumenter itu dimaksudkan untuk memperingati 90 tahun peristiwa gempabumi dan tsunami itu pada 1 Desember 2017. Ekspedisi itu terkendala pembiayaan dan menundanya ke tahun berikutnya, 2018. 20 Mei 1938. Gempabumi terjadi di Teluk Tomini, bersama tsunami menghantam sepanjang pesisir Parigi. Harian Belanda, De Gooi En Eemlander menurunkan berita pada 23 Mei 1938. Korban dari gelombang pasang merenggut 9 orang dewasa dan 8 anak-anak. Jalan dari Tawaeli ke Parigi putus. Di catatan pakar kebumian Untad, Dr. Abdullah, peristiwa itu juga memicu tsunami di Teluk Palu. Jika ada peristiwa yang kurang lebih sama dengan yang terjadi pada 28/9 barusan adalah gempabumi dan tsunami yang terjadi 50 tahun lalu, berpusat di Tambu, Balaesang, Pantai Barat Donggala pada 14 Agustus 1968. Peristiwa yang sama dalam perihal skala. 7,4 Skala Richter. Tsunami menjalar hingga ke Teluk Palu. Catatan paling baru gempabumi dan tsunami yang terjadi di pesisir pantai barat Donggala adalah pada 1 Januari 1996 di Simuntu-Pangalaseang. Tinggi tsunami mencapai 4 meter dan terjadi penurunan di daratan pantai Desa Siboang, Kecamatan Sojol. Peristiwa demi peristiwa itu menuntut kita agar bisa hidup harmonis dengan alam. Maksud alam di sana adalah, Palu dan sekitarnya terberi sebuah patahan/sesar yang ketika bergerak melepas energinya lalu memicu gempa, juga tsunami, bahkan likuèfaksi, ancaman serius lainnya karena banyak kawasan di Palu muasalnya adalah rawa yang lapisan permukaan tanahnya tebal sedimen, endapannya. Sungai-sungai purba yang diurug waktu dan modernitas. Sesar Palu Koro! Harus berapa kali lagi peristiwa agar kita menjadi lebih waspada?
*) oleh penulis tulisan ini dibagi dalam beberapa bagian. Saat ini telah ada 10 bagian. Ulasan di atas merupakan bagian 1 dan 2.
5
Akademisi Bicara
Edisi 100 Oktober - November 2018 - Tahun ke 6
GEMPA DENGAN MAGNITUDO >7 SR BUTUH WAKTU PULUHAN TAHUN UNTUK TERJADI LAGI Tsunami menjadi bagian bahasa dunia, setelah gempa besar di Jepang pd 15 Juni 1896 dan menimbulkan tsunami besar yg melanda kota pelabuhan Sanriku yang menelan korban jiwa 270.000 orang serta merusak pantai barat Honshu sepanjang 280 km. Di Indonesia sendiri, bahkan di seluruh dunia, istilah tsunami mulai populer setelah terjadinya gempa dan tsunami Aceh pada 26 Desember 2004, dengan korban jiwa sekitar 250.000 org di Indonesia dan 5 negara lainnya. Belum hilang duka Lombok, 28 September 2018, Kota Palu, Sigi, Donggala dan sekitarnya diguncang gempa Bumi disusul tsunami. Rentang waktu kejadian antar Lombok dan Palu, mirip dengan musibah Tsunami Aceh pada 26 Desember 2014 dan Gempa Bora pada awal Januari 2015. 89,5 tahun lalu, tepatnya 1 Desember 1927 Palu pernah dilanda gempa berkekuatan 6, 5 SR dengan pusat gempa pada koordinat 0,50 LS dan 119,50 BT. “Catatan sejarah menginformasikan kepada kita, bahwa waktu itu air laut di Teluk Palu “berdiri” setinggi 15 meter, lalu menerjang sekeliling wilayah pesisir Teluk Palu. Gempa dan air laut tersebut merobah morfologi sebagian pantai Teluk Palu, merusak rumah penduduk, merusak kantor, pasar, dermaga, jalan dan lain-lain serta menimbulkan korban jiwa.” Sebagaimana dalam buku ”Tsunami di Teluk Palu dan Sesar palu Koro” beberapa subjudul pernah dimuat di harian Mercusuar (Sebuah buku untuk memberingati 90 Tahun Air Laut beridiri di Teluk Palu dan langkah antisipasi jika terjadi tsunami yang ditulis oleh Drs Abdullah MT, yang diterbitkan tahun 2017), Menurut sumber dari Stasion Geofisika Palu, waktu itu terjadi kerusakan bangunan di Palu, Donggala, Biromaru dan sekitarnya. Di Palu 3 kios besar di pasar rusak total, yang lainnya rusak berat. Jalan utama menuju pasar rusak berat dan beberapa bagian jalan di belakang pasar tersebut turun setengah meter. Pasar Biromaru rusak total dan kantor kecamatan rusak berat. Kantor Pemerintah Daerah Donggala roboh sebagian. Gempa juga dirasakan di bagian tengah Sulawesi yang jaraknya sekitar 230 km dari pusat gempa. Terjadi “gelombang pasang” dari Teluk Palu dengan ketinggian maksimum 15 meter. Rumah-rumah di pantai mengalami kerusakan, 14 orang meninggal dan 50 orang luka-luka. Tangga dermaga Talise hanyut sama sekali. Dasar laut setempat turun 12 meter. Gempa susulan dirasakan sampai di Parigi hingga 17 Desember 1927. Sesar Palu-Koro Gempa bumi yang menyebabkan “air laut berdiri” di Teluk Palu atau “gelombang pasang” dari Teluk Palu, sebagaimana disebutkan di atas adalah gempa tektonik yang disebabkan oleh aktivitas sesar Palu-Koro. Gempa tersebut disebut gempa Donggala 1927, tetapi penulis, dengan alasan tertentu, lebih sering menyebutnya gempa Watusampu 1927. Menurut Soedradjat, A. (Disertasi, ITB Bandung, 1981), sesar ini adalah sesar geser atau sesar horizontal berciri sinistral (pergerakan mengiri) dengan kecepatan pergeseran sekitar 14 – 17 mm/tahun. Namun demikian, baik di Lembah Palu dan Lembah Koro maupun di perairan
Teluk Palu dan Selat Makassar, terdapat beberapa segmen sesar Palu-Koro yang bersifat vertikal. Segmen vertikal inilah, bila terdapat di dasar laut, yang bisa menyebabkan air laut berdiri. Sementara pada gempa Bora, Lajur sesar Palu – Koro memanjang dengan arah hampir utara – selatan, mulai dari sekitar batas perairan Selat Makassar dengan Laut Sulawesi sampai pesisir utara Teluk Bone. Melintasi beberapa wilayah seperti perairan Teluk Donggala atau Teluk Palu, Lembah Palu dan Lembah Koro. Gempa-gempa yang terjadi pada lajur ini adalah gempa-gempa yang pusatnya dangkal sehingga getarannya tetap kuat setelah tiba di permukaan bumi. Diperkirakan, panjang total lajur sesar ini sekitar 500 km. Di darat, panjangnya sekitar 250 km, mulai dari Kota Palu hingga pantai utara Teluk Bone. Sesar ini adalah sesar aktif dan merupakan zone pergeseran antara 2 lempeng. Kecepatan pergeserannya antara 14 – 17 mm/tahun. Gempa Watusampu atau Gempa Donggala, Gempa Tambu, Gempa Tonggolobibi, dan lain-lain, serta yang terakhir Gempa Bora, semuanya berpusat pada zone atau lajur sesar ini. Ada 3 jenis pusat gempa tektonik, yaitu: zone divergen, zone konvergen (zone subduksi) dan zone sesar. Gempa tektonik 7, 4 SR yang memicu tsunami di Teluk Palu dan sekitarnya pada 28 September 2018 adalah akibat dari aktivtas sesar Palu-Koro. Zone sesar, termasuk sesar Palu-Koro, tidak pernah menimbulkan gempa dengan magnitudo lebih dari 8 SR. Karena itu, jika ada berita yang mengatakan akan ada gempa susulan di Kota Palu dan sekitarnya dengan magnitudo atau kekuatan lebih dari 8 SR, maka berita itu adalah berita hoax atau dusta. “Sebuah rumus empiris, yang didasarkan pada hitungan-hitungan statistik, telah dikemukakan oleh K. Kasahara dalam bukunya “Earthquake Mechanics” pada 1981: bahwa periode berulangnya gempa-gempa “besar” adalah dalam rentang waktu 69 13, 2 tahun, atau dalam kisaran 55,8 sampai 82,2 tahun. Dengan demikian, gempa 7, 4 SR yang terjadi pada Jumat kemarin, dan menimbulkan tsunami 4 – 10 m di Teluk Palu, kemungkinan akan berulang lagi paling cepat 55,8 tahun yang akan datang. Karena itu, warga Kota Palu dan sekitarmya yang masih mengungsi di ketinggian, sudah bisa kembali ke rumahnya masing-masing bagi yang rumahnya masih layak huni dan menjalani kehidupan sebagaimana biasanya.” Energi gempa M=5 SR setara dengan 1 bom atom Hiroshima (7, 4 x 105 tenaga kuda/jam). Energi gempa M=6 SR setara dengan 32 x bom atom Hiroshima. Energi gempa M=7 SR setara dengan 32 x 32 = 1.024 bom atom Hiroshima. Gempa dgn M = 7,4 SR termasuk gempa besar. Sejauh ini, sesar Palu-Koro sudah 2 kali menimbulkan gempa dgn M > 7 SR … dan keduax menimbulkan tsunami, yakni pada 20-5-1938 dgn M = 7,6 SR dan pd 28-9-2018 dgn M = 7,4 SR. Jarak antara kedua pusat gempa tsb adalah sekitar 30 km dengan selisih waktu antara kedua gempa tsb adalah 80 tahun. Jadi, sesar Palu-Koro pada segmen 30 km dan sekitarnya, untuk mengumpulkan energi yang lebih besar dari 1.024 bom atom Hiroshima, butuh waktu puluhan tahun untuk kemudian dia lepaskan lagi dalam bentuk gempa dgn M > 7 SR. Fenomena Lain selain Tsunami Secara sederhana dapat dikatakan bahwa liquifaksi adalah terjadinya gangguan terhadap “lapisan batuan/tanah berpori dan jenuh air” ketika terjadi gempa bumi. Sehingga lapisan tersebut dan permukaan tanah di atasnya mengalami perubahan bentuk. Lapisan
Drs Abdullah MT (Pengamat Kebencanaan Sulteng)
batuan/tanah tersebut tiada lain adalah lapisan aquifer, yakni lapisan yang dapat menyimpan air tanah dan/atau yang dapat dilewati oleh fluida (airtanah dan/atau gas). Peristiwa liquifaksi akibat gempa Palu pada 28-9-2018 bersifat regional, sedangkan peristiwa liquifaksi lainnya di beberapa tempat bersifat lokal atau setempat. Contoh liquifaksi LOKAL adalah liquifaksi akibat gempa Niigata Jepang tahun 1964. Ada 8 lokasi utama liquifaksi akibat gempa palu (28 September 2018); (1) Permukiman padat (jauh dari pantai) di Kel. Balaroa Kec. Palu Barat, (2) Permukiman padat (jauh dari pantai) di Kel. Petobo Kec. Palu Selatan, (3) Permukiman BTN GRP Karta Blok A sampai D (jauh dari pantai) di Desa Lolu Kec. Sigi Biromaru Kab. Sigi, (4) Permukiman tdk padat dan kebun (jauh dari pantai) di Desa Jono Oge Kec. Sigi Biromaru Kab. Sigi, (5) Permukiman tdk padat, lapangan bola dan kebun (jauh dari pantai) di Desa Sibalaya Selatan Kec. Tanambulava Kab. Sigi (6) Permukiman agak padat dan sawah (jauh dari pantai) di Desa Jono, Desa Sambo dan Desa Wisolo Kec. Dolo Selatan Kab. Sigi, (7) Permukiman agak padat dan sawah (jauh dari pantai) di Desa Rogo dan Desa Baluase Kec. Dolo Selatan Kab. Sigi, (8) Permukiman padat (dekat pantai, sisi barat muara Sungai Donggala) di Kel. Boya Kec. Banawa Kab. Donggala. Di Desa Lolu, tanah bersama lumpur sekitar 150 – 500 m ke arah selatan. Semua rumah rusak total, 3 org korban jiwa dan masih ada yang tertimbun tanah. Di Desa Jono Oge, Rumah, pohon, kebun jagung, tower, dan jalan raya, bergerak ke arah barat sekitar 500 m. Lumpurx mengalir jauh dan menutupi permukiman timur Desa Kabobona (Kec. Dolo Kab. Sigi) setinggi 1 m. sedangkan di Dea Siabalaya Selatan, lapangan bola bergeser > 100 m ke arah barat, permukaan tanah dan kuburan retak dan 20 mayat terangkat ke permukaan. Kesaksian Kepala Desa Jono, di Desa Jono, permukaan tanah bergelombang seperti gelombang laut dengan tinggi sekitar 4 m. Lalu puncak-puncak gelombang retak cukup lebar di banyak tempat, sawah-sawah langsung kering. Di Desa Rogo, jalan poros yang tadinya rata menjadi patah dengan selisih ketinggian sekitar 6 m. Sementara di Kelurahan Boya, setelah tertelan laut, permukiman tersebut juga tertelan dasar laut Sekitar 30 rumah dan 15 orang terkubur hidup-hidup di bawah dasar laut. Seorang penyelam (orang Boneoge) melaporkan pada hari ke-4, atap rumah masih kelihatan di atas dasar laut yang kedalamannya menjadi > 20 m. Pada hari ke-7, atap sudah tidak kelihatan. Artinya, semua rumah sudah tertanam di bawah dasar laut. Fenomena lain, selain tsunami dan liquifaksi, adalah down-lift (penurunan permukaan tanah secara cepat) yg juga menelan korban jiwa yg tdk sedikit. Beberapa lokasi yg mengalami down-lift, di antaranya adalah: (1) Sebagian pantai Watusampu/Loli, sehingga jarak antara jembatan Watusampu/Loli dgn pantai menjadi dekat. (2) Sebagian pantai Buluri, sehingga jarak antara jembatan Buluri dengan pantai menjadi dekat. (3) Sebagian pantai Silae, sehingga anjungan timbunan yang menjorok ke laut hilang, (4) Sebagian pantai Lere, sehingga mesjid terapung “turun” dan lantainya digenangi air laut. (5) Sebagian pantai Besusu Barat, sehingga anjungan depan TVRI hilang. (6) Sebagian pantai Talise, sehingga lokasi Palu Nomoni hilang. (7) Muara sungai Palu, sehingga pondasi tengah jembatan IV (kuning) “ikut” turun akibatnya jembatan tersebut patah “dua”. (8) Sebagian pantai Mamboro, sehingga 2 pohon kelapa seakan-akan tumbuh di laut. (9) Permukiman dekat pantai Desa Tompe Kec. Sirenja Kab. Donggala (sekitar 60 km utara Palu), sehingga permukiman tersebut digenangi air laut. ikr
6
Kabar Tadulako Edisi 100 Oktober - November
2018 - Tahun ke 6
Tinjau Kondisi Untad Pasca Tanggap Darurat
Belmawa Kemenristekdikti Kembali Sambangi Tim Untad Dari pemaparan Prof Basir, pasca gempa, di FKIP ada 42 ruangan yang tersisa dari 42, ruang microteaching dan PPG tetap utuh. Di Fisip, total 28 ruang perkualiahan tidak terdampak gempa, FK ruang tutorial hanya dapat digunakan 10 ruang saja dari 14 ruang, sementara 4 ruang perkuliahan dan Lab Biomedik, aman dan masih layak digunakan, serta 12 skill Lab (RS Tadulako) dilakukan penyekatan pasca gempa. FKM dan FMIPA, kondisi ruangan masih aman, tiadk ada kerusakan. Fakultas Hukum, tersedia 26 ruang dan hanya dapat digunakan 5 ruang saja. Faperta, 10 ruangan dapat digunakan dari 21 ruang. Fakultas Teknik, ada 34 ruang dapat digunakan dari 50 ruang. Fapetkan, 16 ruangan tersedia sebelum gempa, dan tersedia 12 ruangan pasca gempa. Terakhir, Fahutan, ada 9 ruang tersedia pasca gempa dari 12 ruang.
Pasca masa tanggap darurat sejak dikeluarkannya surat keputusan (SK) Gubernur, Palu, Sigi dan Donggala (Pasigala), berangsurangsur pulih. Berbagai lapisan masyarakat termasuk pula korban yang rumahnya sudah tidak layak pakai berusaha bangkit. Tidak terkecuali Universitas Tadulako (Untad). Hal itu ditandai dengan berbagai aktifitas di institusi ini mulai diaktifkan, misalnya layanan akademik. Selain layanan akademik, Untad akan membuka perkuliahan pada 5 November. Hal itu disampaikan Rektor Untad, Prof Dr Ir Muhammad Basir SE MS ketika tim Belama (Direktorat Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan) Kemenristekdikti berkunjung di Untad pada Senin (29/10) malam di ruang Rektorat sementara, gedung Pascasarjana. Kedatangan tim tersebut disambut langsung oleh Rektor, para wakil rektor, Para Dekan, Ketua Senat, Kepala LPPM, dan jajaran Untad lainnya. Rektor Untad, menyampaikan kondisi fasilitas ruang belajar, serta kesiapan SDM, termasuk tenaga pengajar. Dari data Untad, kurang dari 30% akademisi Untad dinyatakan meninggal. Angka 30% juga termasuk akademisi yang hilang pasca gempa, tsunami, dan liquifaksi. “Selain SDM kami, fasilitas kelas seperti ruang perkuliahan kurang dari 10% rusak ringan. Infokus di kelas-kelas juga memprihatinkan, bahkan sudah tidak ada. Gedung-gedung berlantai lebih dari
dua banyak yang rusak kategori sedang dan berat. Misalnya gedung dekanat FISIP. Ruang belajar Fakultas Kehutanan yang tiga lantai, kalau kita lihat hilang satu lantai, karena dua gedung di atasnya jatuh dengan rapih, dan menindih gedung bawah,” ucap Prof Basir. Masih dalam penyampainnya, Rektor menghaturkan terima kasih kepada Dewan Rektor atas bantuan donasinya pada gelombang kedua dengan nominal yang cukup banyak. Juga menyampaikan rasa terima kasih atas segala dukungan dan kehadiran tim belmawa.
"Kami berterima kasih kepada majelis rektor perguruan tinggi Negeri di Indonesia berupa bantuan logistik yang telah kami salurkan ke beberapa titik pengungsian. Bantuan tunai kami akan gunakan untuk pembelian LCD di setiap kelas perkuliahan yang mengalami kerusakan. Awalnya kampus ini sudah seperti kampus mati. Tapi Palu pasti bangkit, sama halnya dengan Untad. Meski nantinya kita akan berdesak-desakkan, perkuliahan tidak boleh terhenti. Apalagi kami melihat banyaknya dukungan kepada kami, kami merasa kami tidak sendiri, terlebih kehadiran bapak, ibu tim belmawa di Untad,” tuturnya.
Dilansir dari untad.ac.id, pada kesempatan yang sama, tim belmawa Kemenristekdikti memberikan apresiasi kepada pihak Untad yang tetap kuat. “Setelah mendengarkan pemaparan pak rektor, kami sangat mengapresiasi Bapak Rektor dan para akademisi Untad yang tetap bertahan pasca bencana. Kedatangan kami ke sini memang untuk mengetahui apa saja yang dibutuhkan Untad, agar bisa segera pulih, sehingga bantuan untuk Untad dapat segera terealisasi,” ungkap perwakilan Tim Belmawa Kemenristekdikti. ikr
Trauma Belum Hilang, Dosen Muda Siapkan Diri Seleksi CPNS Bencana yang menimpa kota Palu (28/09) ternyata benar-benar meninggalkan rasa duka yang mendalam untuk masyarakat setempat. Kehilangan anggota keluarga, sahabat hingga harta benda tentu saja begitu meninggalkan rasa trauma mendalam bahkan terparahnya hal tersebut bisa menganggu psikologis seseorang. Trauma adalah salah satu item psikologis yang harus disembuhkan ketika setelah terjadinya bencana dan hal tersebut tidak bisa hilang dalam waktu sekejap. Dalam proses pemulihan trauma (trauma healing), beberapa orang mencoba menghadapi seleksi serentak CPNS 2018 yang memang telah berlangsung sebelum bencana terjadi, tidak terkecuali seleksi dosen Kemenristekdikti yang akan diikuti oleh Dosen BLU dan NonPNS Universitas Tadulako. Beberapa dosen muda Universitas Tadulako ada yang memilih bertahan di Kota Palu dan exodus ke berbagai kota di Indonesia. Hal tersebut tentu mempengaruhi perubahan psikologis dari yang berada di kota Palu dan yang berada di luar kota. Seperti Suci Ramadhani Arifin yang merupakan salah satu dosen BLU di jurusan Teknik Informatika, suci merasa belum merasakan perubahan rasa trauma yang berarti bahkan setelah dia melakukan exodus ke kota Makassar. “Masa awal pasca gempa saya cukup depresi. Reaksi emosional saya berlebihan dan kualitas serta semangat hidup saya terasa sangat menurun. Namun memasuki minggu ketiga pasca gempa, kondisi psikis saya mulai membaik. Saya
sudah mulai melanjutkan hal-hal serta pekerjaanpekerjaan yang tertinggal selama tidak aktif bekerja,” ucap Suci. Begitupun yang dirasakan Asriyani, Dosen NonPNS dari fakultas hukum yang diwawancara oleh reporter via whatsapp mengatakan bahwa dia masih sangat merasakan
trauma bahkan perasaan tertekan. Asriyani yang lebih memilih untuk tidak meninggalkan kota Palu tentu saja masih harus menghadapi rasa trauma di tengah gempa susulan yang masih terasa. Di tengah rasa trauma yang belum sepenuhnya menghilang, dosen-dosen muda ini harus tetap menghadapi seleksi CPNS
kemenristekdikti yang memang telah berlangsung. Ketidakjelasan seleksi mulai menguat ketika seluruh akses di kota Palu baik internet sampai Pos yang belum efektif berjalan melingkupi perasaan caloncalon dosen ini. Asriyani merasa Kemenristekdikti harus turun langsung dalam memberikan informasi mengenai rekrutmen karena hal tersebut menurutnya untuk menghindari berita-berita hoax yang akan menyebar nantinya. Lain halnya dengan Suci Ramadhani yang memilih untuk melanjutkan proses seleksinya di kota Makassar. “Saya mengerti kondisi kota Palu saat ini, sehingga wajar kalau informasi mengenai CPNS di Sulteng terlambat kami terima. Rencana ke depan mulai saya pikirkan termasuk untuk melanjutkan proses pendaftaran dari Makassar agar tidak terlambat,” Pungkasnya. Posisi tanggap bencana yang masih berlangsung ternyata tidak mematahkan semangat dosen-dosen muda ini untuk mengikuti seleksi CPNS, Setidaknya ini menjadi titik awal dari sikap bangkit mereka melewati rasa trauma pasca bencana. Seperti Suci yang memilih mempelajari bahanbahan dari internet karena bahan belajar CPNS yang tertinggal di kota Palu dan Asriyani yang juga tetap memilih membuka soal-soal latihan. “Tetap menyempatkan waktu untuk belajar soal-soal latihan yang dapat diakses secara bebas dan gratis dan tentunya yang terpenting menjaga kesehatan, “ Tegas Asriyani. Ra
Untad Bangkit, Pelayanan Prima Terus Dilakukan Gempa bumi, tsunami dan likuifaksi yang melanda kota Palu, Sigi dan Donggala secara tidak langsung meluluhlantakkan dan melumpuhkan segala macam aktivitas yang berlangsung pada keseharian tidak terkecuali Universitas Tadulako. Walaupun sempat lumpuh dikarenakan beberapa fasilitas gedung yang rusak, tapi secara sigap untad mempercepat untuk membuka pelayanan akademik. Slogan pelayanan prima yang digaungkan Biro Akademik Kemahasiswaan dan Perencanaan (BAKP) terus dilaksanakan bahkan dalam keadaan tanggap bencana dan dengan tempat yang seadanya dikarenakan beberapa kerusakan pada gedung semula BAKP. BAKP yang melayani beberapa kegiatan akademik seperti registrasi mahasiswa, wisuda, bidikmisi, pencetakan ijazah, cuti, pencetakan ijazah bahkan untuk menerbitkan surat keterangan pengganti ijazah (SKPI) bagi alumni Untad yang kehilangan ijazah dan transkrip pada saat bencana. Maka dari itu menurut Sukirman, S.Kom, MMSI, OCA selaku Kasubag Akademik dan Evaluasi, Pelayanan di BAKP harus segera disiapkan. “Kesiapan awal BAKP sesuai arahan pak rektor dan diteruskan oleh Kabiro ke kami kasubag dan pegawai adalah untuk mencari gedung yang
masih layak dipakai untuk melaksanakan pelayanan. Kemudian melakukan pembersihan serta
memindahkan sebagian peralatan kerja yang dianggap penting buat pelayanan,” Ungkap
Sukirman, Menurut Sukirman dengan segala keterbatasan ruangan yang ada diupayakan untuk tetap memaksimalkan kinerja dan pelayanan walaupun juga harus disesuaikan dengan keadaan yang ada. Sebisa mungkin dalam kondisi tanggap bencana seperti itu, seluruh pegawai diarahkan agar sebisa mungkin melayani secara efektif terhadap mahasiswa. “pelayanan telah dibuka sejak tanggal 16 oktober 2018, kami BAKP pindah pelayanan di gedung Kopma Untad. Pelayanan akan terus berlangsung sampai kuliah kembali efektif di bulan November,” tegas Kasubag akademik dan Evaluasi tersebut. Informasi tambahan yang kemudian diberikan kepada reporter adalah untuk alumni Untad yang kehilangan ijazah, transkrip akibat bencana gempa, tsunami dan likuifaksi bisa dilayani di BAKP Untad yang untuk sementara beroperasi di gedung Kopma Untad dengan melampirkan surat keterangan kehilangan dari kepolisian setempat dan foto 4x6 sebanyak 3 lembar, yang nantinya akan diterbitkan SKPI (Surat Keterangan Pengganti Ijazah) berdasarkan nomor surat dari kepolisian tersebut, sesuai aturan perundang-undangan. Ra
7
Kabar Tadulako
Edisi 100 Oktober - November 2018 - Tahun ke 6
World Pharmacists Day Untad Turut Ambil Peran Pengabdian Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) mengajak seluruh Apoteler di Indonesia untuk ikut berpastisipasi memeriahkan peringatan World Pharmacists Day (WPD) dengan berbagai kegiatan pengabdian masyarakat di wilayah masing-masing, Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Tadulako (Untad) turut ambil bagian. Di Istanbul, Turki pada 25 September 2009 setelah ditetapkan sebagai Hari Apoteker Sedunia oleh Dewan Federasi Apoteker International (International Pharmaceutical Federasi). Tahun ini, menyambut ajakan IAI dalam melaksanakan kegiatan di bidang pengabdian, Apotek PenTa (PendidikanTadulako) selenggarakan agenda sosial dengan mengusung tema, "Interprofesional Collaboration : Sharing Skill and knowledge to improve the quality of patien care". Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 25 September 2018 pada jam 08.00-14.00 WITA dengan beberapa rangkaian agenda seperti Layanan Kesehatan Gratis serta Pemeriksaan : Tekanan darah, gula darah, Asam Urat dan kolestrol. Segala bentuk pemeriksaan tersebut ditangani oleh beberapa apoteker dan tenaga medis dari Untad.
Selain memperingati Hari Apoteker Sedunia atau WFD 2018, kegiatan tersebut juga bertujuan agar apotek dan klinik yang berada di Jalan Untad 1, yang akan diresmikan dalam waktu dekat sebagai Apotek Pendidikan, semakin dikenal masyarakat luas agar dapat lebih maksimal memberikan pelayanan keseharan yang baik. Yusrini, salah seorang mahasiswa Farmasi sekaligus asisten apoteker berharap apa yang merkea kerjakan hari ini dapat memberikan cerminan bagi yang lain. "Harapannya kedepan Apotek Pendidikan Tadulako bisa memberikan pelayanan kesehatan yang optimal dan menjadi apotek panutan bagi yang lainnya," ungkapnya. Dilansir dari laman farmasetika.com, Dr Carmen Peña mengatakan tema Hari Apoteker Dunia menekankan bahwa apoteker adalah sumber pengetahuan dan saran yang terpercaya, tidak hanya untuk pasien tetapi untuk profesional perawatan kesehatan lainnya. Untuk setiap pasien yang masuk ke apotek, apoteker memastikan bahwa obat yang tepat diberikan pada dosis yang tepat dan dalam formulasi yang paling sesuai. “Kami bekerja dengan profesional perawatan kesehatan lainnya untuk memastikan bahwa setiap individu menerima perawatan yang optimal. Selain itu, sebagai salah satu profesional perawatan kesehatan yang paling mudah diakses secara global, kami menggunakan pembelajaran kami untuk melindungi kesehatan dan mencegah penyakit, ”tambah Dr Peña. ikr
FENOMENA GEMPA BUMI DAN LIQUEFAKSI Palu (28/9) terjadi bencana gempa yang mengguncang Palu dan Donggala di Sulawesi Tengah. Fenomena gempa tersebut menurut pengamat kebencanaan, Drs Abdullah MT yang merupakan Dosen FMIPA untad merupakan gempa multiefek. ''Gempa dengan kekuatan 7,4 SR memicu fenomena alam lain seperti tsunami, longsor, dan juga liquifaksi (tanah bergerak) yang terjadi di daerah Petobo, Balaroa dan Jono Oge yang membuat rumah terbenam dan terjadinya downlift (penurunan) di sebagian teluk Palu serta longsor di jalan penghubung pantai barat dan trans sulawesi,'' ungkapnya. Dari beberapa fenomena yang ditimbulkan oleh gempa bumi, Liquifaksi yang terjadi di Palu menjadi perbincangan menarik belakangan ini. Menurutnya, Fenomena liquifaksi sebenarnya bukan hal yang baru. Hampir semua daerah memiliki potensi terjadi liquifaksi. Hanya saja, liqufaksi yang terjadi sebelumnya tidak memakan banyak korban seperti yang terjadi di Palu. Hal tersebut yang menarik perhatian masyarakat Indonesia maupun masyarakat dunia. Prof Subagyo yang merupakan ahli Geologi UGM memandang fenomena liquifaksi yang terjadi daerah Sigi karena kondisi tanah di wilayah tersebut merupakan tanah berpasir. Saat terjadi gempa, tanah berpasir itu tercampur dengan air di bagian bawah sehingga melarut dan akhirnya menerobos rekahan di permukaan. Ia menjelaskan, sebenarnya penelitian terhadap kontur tanah di Sulawesi sudah dilakukan sejak 2005 silam. Sepanjang Teluk Palu merupakan wilayah yang memiliki tanah dengan kontur berpasir yang rentan terjadi liquifaksi.
Ketebalan sedimen mencapai 170 meter sehingga tidak aman untuk dijadikan tempat tinggal. “Karena berpotensi terjadi liquifaksi saat terjadi gempa, daerah ini tidak aman untuk tempat tinggal,” ujarnya. Ahmad Imam Abdullah (dosen geologi Untad yang merupakan lulusan magister ITB), mengungkapkan ''Liquifaksi merupakan fenomena alam yang sering terjadi setelah
kejadian gempa bumi. Karakter wilayah yang sering terdampak dari liquifaksi memiliki lapisan air tanah dangkal (akuifer bebas) yang hanya ditutupi oleh lapisan top soil tipis di atasnya sebagai zona vadose (tidak tersaturasi air). Akuifer bebas ini umumnya memiliki litologi berupa pasir atau kerikil dengan sedikit lempung jenuh air, atau secara geologi berupa material sedimen yang berasal dari proses pengendapan.''
''Sebelum adanya getaran (gempa) litologi tersebut dapat mempertahankan kekuatan atau ikatan antar butirnya, meskipun jenuh dengan air dalam keadaan normal. Namun ketika terjadi guncangan dari getaran gempa, maka air akan kehilangan posisi stabil muka air tanahnya (groundwater table) sehingga menghasilkan tekanan atau gaya dorong untuk mematahkan ikatan antar butir tersebut, kemudian saat inilah massa air akan dapat menuju ke segala arah baik vertikal maupun horizontal atau lulus dari ruang butir (porositas) yang telah cukup terbuka. Selanjutnya, gerakan vertikal air menuju permukaan tanah akan memberikan desakan pada lapisan di atasnya untuk muncul ke permukaan, dan membawa material ikutan dari bawah seperti pasir dan/atau lempung yang telah bercampur dan menjadi lumpur,'' ungkapnya. Potensi liquifaksi pada suatu tempat bisa diidentifikasi, bahkan bisa dihitung. Ahli Geologi, Dr.Eng. Imam Achmad Sadisun menjelaskan, daerah yang berpotensi terjadi liquifaksi dapat dilihat dari jenis tanahnya saja yang umumnya berupa pasir, sampai dengan pendekatan analitik kuantitatif, dengan menghitung indeks potensi liquifaksi. Secara umum liquifaksi terjadi pada wilayah yang rawan gempa, muka air tanah dangkal dan tanahnya kurang terkonsolidasi dengan baik. "Memang terkadang agak susah (mengetahui liquifaksi), tapi dalam tingkatan yang paling sederhana, kalau bangunan kita duduk di atas material tanah pasir yang lepas, dengan muka air tanah yang relatif dangkal, dan berada pada daerah berpotensi gempa tinggi," katanya. Ly
Program Sit In di Unhas Tembus 1.500-an Mahasiswa Sebab bencana yang meluluhlantakkan Palu, Sigi dan Donggala, Jumat (28/9/18) lalu, sebanyak 1.680 mahasiswa Universitas Tadulako (Untad) mengikuti program sit in di Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar. Perkuliahan sementara ini di bawah kordinasi Majelis Rektor PTN se-Indonesia (MRPTNI) dengan pengawasan Kementrian Ristek Dikti. Kegiatan yang bertempat di Gelanggang Olahraga (Gor) Unhas, Jumat (19/10/18) ini diterima secara resmi oleh Prof. Dwia Aries Tina Pulubuhu, Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas). Dalam sambutannya, Prof. Dwia Aries Tina Pulubuhu mengajak mahasiswa Untad untuk tetap semangat menjalani perkuliahan. “Ruang kelas boleh runtuh tapi semangat harus tetap utuh,” tuturnya. Disisi lain, postingan ucapan selamat datang yang di lansir di laman instagram akun anakunhas juga memberi energi positif bagi mahasiswa Untad. Postingan yang diberi tagline #UnhasBersamaTadulako itu dan telah disukai sebanyak 2.842 orang berisi kalimat “Selamat datang saudara-saudara kami dari Universitas
Tadulako. Proses sit in bukan hanya tempat belajar. Ini adalah proses membagi rasa empati. Kalian tidak sendiri. Di sini ada banyak teman untuk berbagi. Proses penerimaan ini adalah bahasa yang ingin kami ucapkan. Kami memelukmu.” Andi Dhiza Ainun Wulansari, mahasiswi Teknik Elektor Untad merupakan salah satu yang mengikuti program Sit in ini. Dhiza menjelaskan, bahwa untuk melakukan kuliah sementara di Unhas tidaklah sulit. “Saya langsung datang ke Rektorat Unhas kemudian menyetor fotocopy KTM/KRS/Slip atau berkas apa saja yang menandakan kita adalah mahsiswa Untad. Di sana sudah stand by panitia Sit in dan akan memberikan formulir,” jelas mahasiswi semester 5 ini. Dhiza ketika ditanya, apakah akan kembali lagi ke Palu jika situasi sudah kembali kondusif, dengan cepat ia menjawab, “Ya, tentu akan kembali lagi. Saya memang asli Makassar tapi tetap saya akan ke Palu lagi untuk selesaikan kuliah. Sekarang sudah semester 5 sisa 1, 5 tahun lagi. Saya juga sudah punya banyak teman di sana. Saya aktif di himpunan. Senior dan dosen-dosen juga baik semua. Tidak akan pindahlah. In syaa Allah,” jelas
Dhiza. Menyoal tentang fasilitas yang didapatkan selama sit in, Khaula Syahidah narasumber berbeda, mahasiswi jurusan Kesehatan Masyarakat Untad semester 5 mengaku sangat senang, sebab diberi kesempatan menggunakan fasilitas yang ada di Unhas secara gratis termasuk ikut aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). “Kami langsung difasilitasi dengan kartu mahasiswa yang bisa digunakan jika mau ke perpustakaan. Kemudian waktu di Untad saya banyak terlibat aktif di komunitas pas di sini bebas masuk UKM apa saja, jadinya senang sekali. Dapat k e l u a rg a b a r u , d a n b e r b a g i pengalaman. Dan tentunya banyak pelajaran baru yang tidak saya dapatkan di Untad saya dapatkan di sini. Terus kurikulumnya beda. Rasanya ini lagi study banding saja,” ucapnya sambil tersenyum. Adapun sebaran mahasiswa
Untad berdasarkan fakultasnya yaitu, 363 Fakultas Teknik, 23 orang Fakultas Peternakan, 140 orang Fakultas Pertanian, 98 orang Fakultas MIPA, 108 orang Fakultas Kedokteran, 109 orang FISIP, 240 orang Fakultas Hukum, 176 orang Fakultas Farmasi, dan 196 orang Fakultas Ekonomi. Ash
Kabar Tadulako
Edisi 100 Oktober - November 2018 - Tahun ke 6
8
360 Enumerator dan 40 Supervisor Untad Digandeng IOM Turun Lapangan Sebagai bagian dari kerjasama yang telah terbina lama antara Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) dengan Pemerintah Indonesia, Kementerian Sosial Republik Indonesia meminta IOM melakukan pendampingan teknis untuk kegiatan Pendataan Pengungsian Terpadu (PPT) di Palu, Sigi dan Donggala bersama dengan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan BNPB. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang menyeluruh terhadap kondisi dan kebutuhan pengungsian di ketiga kabupaten terdampak sehingga pemerintah melalui Pos Komando Satuan Tugas Gabungan Paduan bencana Gempa dan Tsunami Provinsi Sulawesi Tengah (Poskogasgabpad) dapat melakukan penanganan darurat terhadap pengungsi dengan lebih baik dan efisien. "Untuk melakukan kegiatan ini, IOM menggandeng Universitas Tadulako (Untad) sebagai implementing partner yang bertanggung jawab untuk menyediakan enumerator dan perencanaan strategi pengumpulan data di ketiga daerah tersebut. Pemilihan Untad dilakukan mengingat kebutuhan enumerator yang memiliki integritas dan pemahaman yang tinggi serta kepedulian terhadap kondisi bencana tsunami dan gempa di Sulawesi Tengah," papar Tjossy Mitaan Sipasulta sebagai Pimpinan Tim DTM/PPT untuk Sulawesi Tengah. Pendataan Pengungsian Terpadu (PPT) ini telah dilakukan sebelumnya dengan sukses di Aceh, Bali dan NTB dan kini dilaksanakan kembali untuk daerah terdampak di Sulawesi Tengah. Untuk
mengomandoi program tersebut, Rektor Untad, Prof Muhammad Basir, menugaskan Dr Tutang Muhtar Kamaludin ST MSi, sebagai koordinator kegiatan. disela-sela aktivitasnya Tutang Muhtar menjelaskan, kegiatan dilakukan selama 8 hari yang dimulai dengan pelatihan di hotel Jazz pada Sabtu (13/10/2017).
"Sehari sebelumnya juga telah diadakan pelatihan supervisor yang diikuti oleh 40 orang supervisor yang diambil dari Dosen Untad. Esoknya baru pelatihan enumerator yang diikuti oleh 360 Mahasiswa, sesuai quota yang disyaratkan oleh pihak IOM, walaupun yang mendaptar tercatat hampir 800 orang, ini adalah hal yang sangat positif
sebab mahasiswa ingin berperan serta dalam tugas mulia ini. Mereka juga optimis untuk Palu bangkit demikian dengan Untad yang juga merupakan salah satu yang terdampak gempa namun inilah sedikit peran dari Untad yang kita bisa berikan untuk Sulawesi Tengah. Alhamdulillah kita bisa menerjukan 400 relawan dalam topik pengabdian, baik dosen maupun mahasiswa. Minimal kita bisa ada gambaran awal tentang data pengungsi terpadu. Selaku kordinator, saya juga sangat berterimasksih kepada pihak IOM yang telah menggandeng Untad dalam program ini," jelasnya. Kemudian, Tutang menambahkan, untukDashboard hasil PPT/DTM Dapat diakses pada tautan berikut ini: https://bnpb.go.id/pengungsisulteng. Disisi lain, Agreysia cita putri sesa mahasiswi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Untad ini bersyukur bisa mengikuti program ini, sebab Ia berharap bisa memberikan kontribusi nyata bagi daerah tempatnya menimba Ilmu ini. "Saya bersyukur Kak bisa selamat dan bisa langsung ikut program ini. Karena saya liat sudah banyak sekali korban dan pengungsi. Saya yang tinggal di salah satu daerah terparah yang kena likuifaksi di Petobo harus bersyukur masih selamat. Kebetulan waktu itu saya dan sepupu lagi keluar. Cuma rumah hancur terendam lumpur. Di Palu saya tinggal sama sepupu, orang tuaku di Papua. Semoga dengan saya menjadi enumerator ada sedikit yang bisa saya lakukan untuk Palu ini,” pungkas mahasiswi semester 9 prodi pendidikan matematika ini. Ash
Tiga Mahasiswa Untad Juara Peksiminas di Yogyakarta Tiga mahasiswa Universitas Tadulako (Untad) meraih juara di Pekan Seni Mahasiswa Nasional (Peksiminas) ke-14 yang dilaksanakan sejak senin (15/10) hingga minggu (21/10) di Daerah Istimewa Yogyakarta. Perhelatan yang digelar 2 tahun sekali ini diikuti oleh mahasiswa terbaik yang lolos dalam Pekan Seni Mahasiswa Daerah (Peksimida) yaitu diikuti 33 pengda Badan Pembina Seni Mahasiswa Indonesia (BPSMI) dengan jumlah 1.036 mahasiswa dan 441 official. Pembukaan digelar di lapangan Pancasila Universitas Gadjah Mada (UGM) sedangkan perlombaan di agendakan di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Perwakilan Untad yang berhasil juara adalah Wahyu Trivandy mahasiswa jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi yang meraih Juara 1 Nasional Tangkai Lomba Fotografi Warna. Windi Mirawan mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat yang meraih Juara 3 Nasional Tangkai Lomba Fotografi Hitam Putih. Muh.Afiat, mahasiswa jurusan Aksitektur Fakultas Teknik yang meraih Juara Harapan 2 (peringkat 5) Tangkai Lomba Komik Strip. Saat ditanya mengenai proses seleksi, ketiganya melalui seleksi awal yang dinamakan Peksimida yang dilakukan secara terbuka untuk semua mahasiswa di Sulawesi Tengah. “kami diseleksi melalui karya yang kami berikan, dan akhirnya saya bisa terpilih menjadi perwakilan Sulteng”,ungkap Wahyu. Sedangkan karya yang menjadikannya juara di peksiminas adalah objek foto ibu-ibu yang sedang membatik. “saya hunting mulai dari tugu yogya sampai di titik 0 KM dan ambil objek ibu-ibu yang
lagi membatik,” jelas mahasiswa angkatan 2015 ini. Lebih lanjut Ia mengungkapkan kebahagiannya meraih juara di tengah duka akibat bencana alam gempa 7,4 SR, Tsunami dan Likuifaksi pada Jum'at (28/09) yang terjadi di Kota Palu, Sigi, dan Donggala. “Saya sangat terharu, ditengah bencana yang saya alami, rumah saya habis ditelan bumi
dikarenakan saya tinggal didaerah petobo, saya masih bisa membanggakan kampung halaman saya dan juga orang tua saya. Saya sangat bersyukur kepada Allah swt. Saya juga sangat berterima kasih kepada orang-orang dekat saya yang sudah banyak mensupport saya,”ujar Wahyu. Sama halnya dengan Windi, mahasiswa
angkatan 2015 ini juga merasa bangga bisa meraih juara. “Saya sangat senang dan sangat terharu karena di tengah-tengah tragedi atau bencana yang melanda kita, kita masih bisa berusaha untuk memberikan yang terbaik kepada Sulteng khususnya Untad,” jelas mahasiswa asal Tarakan ini. Windi pun membawa karya foto budaya lokal dan budaya nasional yang berhasil membuatnya meraih juara. Sedangkan Afiat pun merasa senang walaupun sempat mengalami kendala saat latihan. “Senang sekali, mengingat latihannya kemarin terkendala karena bencana, saat itu di Palupi, latihan buat komik strip disana,” ungkapnya. Tetapi ia bersyukur karena semua keluarga selamat. “Alhamdulillah keluarga selamat. Saya asal Randomayang (pasangkayu, Sulbar) dan di Palu tinggal sama saudara,” kata mahasiswa angkatan 2017 ini. Mereka pun berpesan bahwa meskipun terkena bencana, harus tetap bersyukur masih diberi keselamatan dan kesehatan. “Dalam keadaan apapun kita harus tetap bersyukur dengan apa yang masih kita miliki, karena selama kita masih bisa bersyukur, semua hal yang kita inginkan insyaAllah masih bisa kita dapatkan kembali, terus semangat,” terang Windi. Begitu pula dengan Wahyu yang memberi motivasi untuk tidak takut gagal. “jangan takut dengan kegagalan, tetap sungguh sungguh dan sabar..insya Allah kita bisa menjadi yang terbaik di bidang yang kita geluti,”ujarnya. Ketiga mahasiswa ini berhasil membawa nama baik Sulawesi Tengah khususnya almamater Untad. Mereka mendapatkan hadiah sertifikat, piala, uang tunai atas juara yang diraihnya. sna
UHO juga menerima mahasiswa sit in Untad Sama seperti Universitas lainnya yang telah menerima mahasiswa Universitas Tadulako (Untad) untuk mengikuti proses Sit-In di kampusnya, Universitas Halu Oleo (UHO) sejak awal oktober telah melakukan hal yang sama. Menurut berita yang diterbitkan media lokal setempat, ada 9 mahasiswa yang sudah terdata dan tersebar di beberapa fakultas. Namun, ketika pihak media tadulako, mengonfirmasi hal tersebut, pihak birokrat yakni wakil Rektor bidang Akademik melalui Kasubag Humas UHO menyatakan belum ada data resmi terkait berapa jumlah Mahasiswa Untad yang belajar di kampus mereka. “Kami menerima mahasiswa asal UNTAD yang ingin mengikuti proses titip belajar di UHO, namun sejauh ini kami belum menerima data resmi berapa jumlah keseluruhan. Terlebih, pihak birokrat universitas masih akan mendiskusikan
berbagai kebijakan terkait proses Sit-In,” Jelas Hamdan selaku Kasubag Humas Universitas Halu Oleo. Ia juga menambahkan bahwa tidak jelasnya berapa jumlah mahasiswa asal Untad yang ada di kampus UHO dikarenakan belum adanya laporan dari pihak prodi- prodi yang menerima secara langsung. Lebih lanjut, proses penerimaan titip belajar bagi mahasiswa UNTAD pun tidak dilakukan dalam satu waktu, sehingga kapanpun mahasiswa UNTAD datang ke UHO, mereka bisa langsung mengikuti proses belajar setelah melaporkan diri ke pihak akademik pada fakultas yang dituju. Dr Muh Yani Balaka SE MSc Agr selaku Wakil Dekan bidang Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis menyatakan hal yang sama. Pihaknya menerima kapan saja sehingga data yang masuk dipihaknya masih terus bertambah dan belum dapat dilaporkan pada pihak universitas.
“Fakultas Ekonomi dan Bisnis merupakan salahsatu fakultas yang menerima mahasiswa asal UNTAD untuk proses titip belajar. Sejauh ini data terus bertambah dan hari ini kita menerima 1 orang lagi. Sehingga totalnya sudah 4 orang” terang Dr Yani. Dr Yani juga menjelaskan 4 orang mahasiswa asal untad yang tersebar di beberapa prodi seperti Akutansi maupun Manajemen, telah memulai proses belajarnya pada fakultas yang telah mengantongi akreditas A tersebut. Mereka belajar sesuai dengan mata kuliah yang telah diprogram pada universitas asal. “Semuanya sudah mulai belajar. Mereka boleh ikut kelas sesuai dengan yang sudah mereka program di UNTAD. Mereka tidak harus mengikuti seluruh kelas dari program yang kami tawarkan meskipun semester atau konsentrasinya sama,” tutup Wadek 1 tersebut. RFJ
9
Infotorial
Edisi 100 Oktober - November 2018 - Tahun ke 6
Kebersihan dan Penataan Kampus
NASKAH : AKHMAD USMAR / HUMASUNTAD FOTO : AKHMAD USMAR
Prof. H. Moh. Nasir Ak,Ph.D bersama rektor dan tim lainnya saat hendak ke rumah jabatan Rektor
Pendistribusian Bantuan Sembako dan Hunian Sementara
Penyerahan Bantuan MRPTNI Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Se Indonesia di Desa Baluase
Penyerahan Bantuan MRPTNI Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Se Indonesia di Desa Baluase
Salah seorang dokter, Muhammad Fardhal Pratama, S Ked saat memeriksa kesehatan korban bencana gempa di Kab Sigi
Pendistribusian Bantuan Sembako dan Hunian Sementara Universitas Padjajaran, UNPAD PEDULI
Bantuan Pendistribusian Sembako, Bantuan Dana Hunian Sementara dan Bantuan Medis Desa Saloya Kab. Donggala
10
Infotorial
Edisi 100 Oktober - November 2018 - Tahun ke 6
NASKAH : AKHMAD USMAR / HUMASUNTAD FOTO : AKHMAD USMAR
Menristekdikti Prof. H. Moh. Nasir Ak. Ph.D mengunjungi Dekanat FISIP bersama Rektor Untad Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Basir, S.E.,M.S, serta Drs. Samsumarlin, Kepala Bagian Perencanaan dan Informasi
Dekanat Fisip
Rektorat Lama
Media Center
Menristekdikti bersama Rektor Untad dan rombongan menatap gedung Auditorium Untad
Gedung Perkuliahan Fakultas Kehutanan
Shalat berjamaah diimami Menristekdikti Prof. H. Moh. Nasir Ak. Ph.D bersama pimpinan Untad di Rumah Jabatan Rektor
11
Info Fakultas Edisi 100 Oktober - November
2018 - Tahun ke 6
Ujian Skripsi Pasca Gempa, Mahasiswa Tetap Bangkit Untuk Mewujudkan Mimpi Dua orang mahasiswa Program Studi Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Untad, melaksanakan ujian skripsi pada Jum'at (19/10) pukul 09.00 Wita. Bertempat di parkiran dosen, ujian ini pertama kali diadakan pasca terjadinya bencana alam gempa dan tsunami pada Jum'at (28/09) yang melanda Kota Palu, Sigi dan Donggala. Menurut Ketua Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Untad, sidang ujian ini terpaksa dilakukan di tempat darurat. “Kondisi ruangan di prodi kimia semuanya tidak layak untuk digunakan utk kegiatan akademik dan administrasi, sehingga kami menggunakan fasilitas yg masih bisa digunakan salah satunya adalah yaitu parkiran mobil dosen”, katanya. Hal ini terkait pesan Rektor dan Dekan FKIP yang disebarkan melalui Surat Keputusan Rektor untuk segera bangkit dari kondisi pasca gempa. “menyahuti pesan Rektor dan Dekan FKIP kami menginfokan kepada mahasiswa yang sudah layak untuk diuji segera melapor dan menyiapkan administrasi ujian”, tambahnya. Meskipun kondisi masih dalam keadaan berduka, lima orang dosen FKIP sebagai tim penguji yaitu Dr. Afadil, M.Si, Dr. Kasmudin Mustapa, M.Pd, Ratman, S.Pd.,M.Si, dan Prof. Daud K Walanda, serta Purnama Ningsih ,S.Pd, M.Si,Ph.D, semangat dan siap untuk melayani mahasiswa. “Jika kita sebelumnya melayani mahasiswa secara prima maka tugas ini harus dilanjutkan walaupun kondisi tidak sebaik dan sesempurna dulu lagi. Kita yang masih diberikan kesempatan oleh yang Maha Kuasa harus segera bangkit dan melanjutkan hidup ini dengan sebaik-baiknya”, ujar Purnama. Selain sidang ujian skripsi, kegiatan pembelajaran daring sudah berlangsung pasca gempa dan perkuliahan langsung akan dilaksanakan nantinya mulai tanggal (05/11). Tentunya tidak mudah untuk melupakan bencana yang meluluh lantahkan sebagian kota Palu, meregang nyawa hingga ribuan, serta hancurnya rumah dan bangunan lainnya. Namun kesedihan ini tidak boleh terlalu berlarut, harus segera mengambil langkah. “Tidak mudah mengembalikan keadaan ini seperti dulu lagi, rasa kehilangan, trauma, ketakutan pasti menghantui para civitas akademika. Tetapi dengan saling menguatkan satu sama lain dan langsung bekerja dan memberikan pelayanan merupakan "trauma healing" bagi mahasiswa sehingga mereka mendapat kekuatan untuk tidak larut dalam kesedihan dan ketakutan berkepanjangan dan melanjutkan tugas mereka sebagai mahasiswa”, ungkap Purnama. Ujian Skripsi perdana di Prodi Kimia ini menjadi moment penting untuk mengajak para mahasiswa untuk kembali beraktifitas, baik mahasiswa yang masih ada di Kota Palu maupun yang sedang memulihkan diri ke luar Kota Palu. Adapun mahasiswa yang diuji pada sesi pertama adalah Ersa William Lakukua angkatan 2014 dan sidang sesi kedua adalah Gleryl Florisca Novemly angkatan 2014. Selamat kepada kedua mahasiswa, semoga Untad tetap kuat, dan Palu harus bangkit. (sna)
Himpunan Mahasiswa Elektro dan Forum Komunikasi Himpunan Mahasiswa Elektro Indonesia di pengungsian Desa Lende Tovean Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala
Ulang tahun ke-19, Himpunan Mahasiswa Elektro Jadi Relawan Pasigala Memperingati hari jadi yang ke-19, Himpunan Mahasiswa Elektro Fakultas Teknik menjadi relawan pada korban bencana Alam Gempa, Tsunami, dan Likuifaksi di Kota Palu, Sigi dan Donggala (Pasigala). Bekerja sama dengan Forum Komunikasi Himpunan Elektro Indonesia (FKHMEI), kegiatan peduli bencana ini dilaksanakan sejak (10/10) sampai saat ini. Aksi mahasiswa ini bertempat di Walantana Kabupaten Sigi, Watusampu, dan Desa Lende Tovean Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala. Bantuan yang disalurkan berupa beras, susu, energen, susu bayi, susu ibu hamil, popok bayi, sabun mandi, sikat gigi, biskuit, gula pasir, dan ikan sarden. Ketua umum Himpunan Mahasiswa Elektro, Moh Izzul Muslimin, mengatakan memutuskan menjadi relawan karena termotivasi dengan relawan mahasiswa lain dari luar Kota Palu. “Melihat kondisi yang begitu memprihatinkan dan trauma bagi masyarakat Palu ,Sigi, dan Donggala dan banyaknya masyarakat kelaparan maka kami memutuskan untuk menjadi relawan meskipun kami juga menjadi korban bencana juga banyaknya mahasiswa dari berbagai kota datang ke Palu untuk jadi relawan, sehingga jadi motivasi bagi kita semua bahwa orang lain saja masih ingin membantu kita, maka kita selaku masyarakat Palu perwakilan mahasiswa ikut turun dan membantu untuk menjadi relawan”, jelasnya. Selain Mahasiswa Elektro Tadulako, ada perwakilan dari FKHMEI wilayah 14 yang turut membantu yang berjumlah 3 orang yaitu Yovan Yusuf dan Agus dari Universitas Fajar
Makassar dan Dewi Sartika dari Universitas Uki Paulus Makassar. Mengingat bencana yang terjadi sangat memberi duka mendalam bagi masyarakat Sulawesi Tengah, mahasiswa Untad perlu bangkit. “Pesan saya untuk semua mahasiwa di Universitas Tadulako bahwa bencana yang telah terjadi bukanlah alasan untuk putus kuliah, tetap semangat meskipun kondisi kampus banyak gedung yang rusak dan fasilitas yang kurang memadai”,ungkap mahasiswa angkatan 2015 ini. selain itu ia juga berpesan agar mahasiswa shit in untuk menjaga nama baik almamater. “Dan untuk teman-teman yang shit in di kampus luar agar jaga nama baik dan buat prestasi untuk Universitas Tadulako. Kami juga turut berduka cita karena kehilangan banyak saudara kita yang menjadi korban bencana gempa, tsunami dan likuifaksi”, tambahnya. Pada ulang tahun yang ke 19 himpunannya, izul beharap agar himpunannya tetap jaya sebagaimana slogan mereka. “Harapan saya selaku ketua umum Himpunan Mahasiswa Elektro Universitas Tadulako, semoga semakin jaya selalu, tetaplah menjadi wadah untuk masyarakat himpunan dan torehkan prestasi serta tetap jadi pilihan terbaik sesuai dengan slogan kami, ELEKTRO is the best choice”,katanya. Ia pun berharap semoga bantuan dan tenaga yang mereka berikan untuk korban gempa dapat mengobati luka para korban bencana. “Semoga para korban senang dengan apa yang kami berikan, dan dapat menjadi berkah dan ladang amal kebaikan untuk kita semua”, tutupnya. (sna)
Untad Bangkit, BEM Fakultas Hukum Berbenah Bencana Alam berupa Gempa berkekuatan 7,4 SR,
dosen dan pegawai kampus yang juga sudah mulai menghidupkan
Tsunami, dan Likuifaksi yang menerjang Kota Palu, Sigi, dan
kampus. “Sudah saatnya bangkit, kondisi Palu sudah aman, jadi
Donggala, menyisakan duka yang sangat mendalam bagi
sudah seharusnya BEM cepat mengambil langkah, saling bahu
masyarakat Sulawesi Tengah. Bagaimana tidak, musibah yang
membahu membantu. Jadi teman-teman yang masih berada di luar
terjadi pada Jum'at (28/09) silam, menurut Sutopo Purwo Nugroho,
Palu, sudah boleh datang”, ujarnya pada Senin (22/10). Kerusakan
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional
Fakhum sendiri ada di bagian Dekanat, sehingga aktivitas di pindah
Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sudah 2.113 orang
di ruang laboratorium dan ruang Dekan di ruang darmawanita.
meninggal dunia, 65.000 unit kerusakan bangunan di Sulawesi Tengah, dan 70.821 pengungsi yang tersebar di 141 titik.
Menurut data bahwa 5 orang mahasiswa Fakhum yang masih dinyatakan hilang dan 1 orang dinyatakan meninggal dunia.
Korban jiwa dan kerusakan bangunan pun dialami oleh
“Tentu bencana kemarin menyisakan duka dan trauma yang
kampus Universitas Tadulako (Untad) yang beberapa bangunan
mendalam untuk masyarakat Pasigala, tak terkecuali pula
dekanat fakultas maupun ruang kelas serta bangunan lainnya rusak
mahasiswa yang belajar di Untad. Tapi untuk saat ini, tak ada waktu
hingga tercatat 50% kerusakan. Hal ini menyebabkan Pihak Kampus
lagi, Fakultas Hukum harus bangkit, Untad harus pulih, kita jangan
mengeluarkan Surat Keputusan terkait keberlanjutkan kegiatan
sampai terlarut dalam keterpurukan dan kesedihan”, ungkap
administrasi maupun perkuliahan di kampus.
Mahasiswa angkatan 2015 ini.
Mengacu pada kondisi tersebut, sebagian mahasiswa yang
BEM Fakultas Hukum turut serta membantu karena atas
tidak keluar Kota Palu, memutuskan untuk membantu berbenah di
kesadaran dan tanggung jawab untuk almamater tercinta dan untuk
kampus. Termasuk Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas
maksimalnya perkuliahan demi mencerdaskan kehidupan bangsa
Hukum. Menurut Prayogo Alwi Yunus, Ketua Umum BEM Fakultas
sesuai amanat Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
Hukum, kondisi Palu sudah aman, perlu untuk saling membantu
Tahun 1945.(sna)
Anggota BEM FAKHUM sedang membantu membersihkan Dekanat dan Laboratorium Fakhum Untad
12
Info Fakultas Edisi 100 Oktober - November
2018 - Tahun ke 6
Pasca Gempa, FISIP langsungkan Sidang Skripsi Perdana di Untad Pasca bencana gempa, Tsunami dan Liquifaksi yang terjadi pada 28 September yang lalu, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) kembali membuka pelayanan akademik. Belum hilang duka bencana, FISIP langsungkan sidang Skipsi mahasiswa pertama di Untad, pada Rabu (17/19), setelah Ssebelumnya, FISIP telah membuka pelayanan legalisir ijazah, transkip nilai, dan akreditasi sejak minggu kedua Oktober. Jelas situasi siang skripsi kali berbeda, tidak hanya karena masih merasakan sesekali gempa kecil, ujian kali ini dilangsungkan dengan terbuka di halaman samping masjid Al-Ikhlas FISIP Untad. Ujian tersebut dianggap sebagai langkah awal Untad bangkit mengembalikan atmosfir aktifitas pembelajaran, khususnya di FISIP. Arif, mahasiswa Jurusan Sosiologi, yang menjadi mahasiswa pertama yang berani mengambil langkah lebih dulu untuk menyelesaikan studinya. Mahasiswa yang judul skripsinya, “Dukun
Beranak Dalam Tradisi Masyarakat Desa Toaya” saat ujiannya, dihadiri para penguji dan pembimbing skripnya yakni, Drs Hadisuddin Bolong MSi (Ketua Penguji), Zaiful Ssos MSi (Penguji Utama), dan Dr Andi Macunra Amir MSi
sebagai pembimbing. Turut hadir pula Dekan FISIP, Dr Nur Ali MSi, Wadek Bidang Akademik, Dr Muhammad Khairil Sag MSi, serta staf dekanat FISIP. Pada kesempatan tersebut, Dekan FISIP, Dr Nur
Ali mengakatan bahwa tidak hanya ujian skripsi yang akan difasilitasi tetapi juga seminar porposal dan seminar hasil. “Selain ujian skripsi, proposal, dan seminar, FISIP juga sudah membuka pelayanan pendaftaran KKN sebagaiamana biasa. Program-program studi juga sudah bisa membuka pelayanan akademik,” ungkap Dekan FISIP. Arif yang masih trauma, sedikit terganggu fokus konsentrasinya. Pikirannya terbagi antara menjawab pertanyaan penguji, dan khawatir gempa lagi, dan bangunan dekat tempatnya ujian roboh. “Pikiran saya terbagi, antara memaparkan dan menjawab dengan baik pertanyaan tim penguji, dan saya takut gempa yang seperti saat itu lagi. Saya terus berdoa dalam hati. Alhamdulillah, ujian say selesai dengan tertib. Kita memang sedang berduka, tapi jangan sampai terpuruk dalam duka. Insya Allah, Allah punya maksud baik dari duka ini,” terangnya melalui whatsapp. ikr
Himagrotek Untad Ikuti Pengkaderan Wilayah di Poso Dalam rangka pengkaderan tingkat wilayah,
Perasaan berduka juga masih menyelimuti
Himpunan Mahasiswa Agroteknologi (Himagrotek)
mereka saat kegiatan karena dosen yang menjadi
Fakultas Paertanian (Faperta) Universitas Tadulako
korban tsunami yaitu Ir.Dastar Saro, M.Si. “kami
(Untad) mengikuti Seminar Nasional (Semnas) dan
masih merasakan duka yang sangat mendalam
Training Organisasi Profesi Mahasiswa Agronomi
karena salah satu dosen kami di Fakultas Pertanian
Tingkat Wilayah (TOPMAWIL). Kegiatan yang
menjadi korban tsunami di Mamboro, serta kawan-
dilakukan di Gedung Bapelitbangda Kabupaten
kawan Pertanian lainnya yang juga menjadi korban,”
Poso digelar sejak Selasa (23/10) hingga kamis
ungkap mahasiswa jurusan Budidaya Pertanian ini. Disaat banyaknya mahasiswa Untad yang sit ini
(25/10). Bekerjasama dengan Forum Komunikasi dan
di luar kota palu, himagrotek mengajak untuk
Kerjasama Mahasiswa Agronomi indonesia ( FKK
kembali ke kampus. “Ayo ke Untad lagi. hilangkan
HIMAGRI ) KTW V, kegiatan ini merupakan salah
rasa takut kita walaupun trauma itu masih ada,
satu program kerja dari FKK HIMAGRI KTW V itu
setidaknya kita tidak mungkin hanya diam di tempat
sendiri dan panitia penyelenggaranya adalah
saja (dikampung),
Himpunan Mahasiswa Agroteknologi Fakultas
membutuhkan kita begitu pula kita sangat
kampus masih sangat
Pertanian Universitas Sintuwu Maroso Poso dan
membutuhkan ilmu, untuk kawan himagrotek
diikuti oleh institusi yang berada di pulau sulawesi,
khsususnya marilah kembali ke sekret dari awal
maluku dan papua yg tergabung dalam wilayah V.
kejadian sampai saat ini kami masih membuka posko
Menurut Aliyatunisa, Ketua umum Himagrotek, kegiatan ini merupakan pengkaderan tingkat wilayah setelah mengikuti pengkaderan di
Himagrotek saat mengikuti kegiatan semnas dan topmawil di Poso pada selasa (23/10) hingga kamis (25/10)
di sekretariat di fakultas pertanian,” jelas Alya, mahasiswa angkatan 2015 ini.
sedang berada di sekret di Fakultas Pertanian,
Dibalik terjadinya bencana, ada hikmah dan
mendalam sebab terjadinya bencana alam gempa,
namun seiring berjalannya waktu kami juga tidak
kesyukuran yang harus dipetik. “Alhamdulilah,
tsunami dan likuifaksi yang menerjang Kota Palu,
harus berlama-lama dalam ketakutan kami sehingga
seiring berjalannya waktu kami sudah memulai
kami mulai bangkit dan akhirnya kami memutuskan
aktifitas kembali walaupun tidakk begitu rutin tiap
himagrotek pun masih merasakan trauma yang
universitas masing-masing.” Kegiatan ini membahas gerakan mahasiswa, kepemimpinan dan manajemen organisasi tetapi tidak melupakan materi
Sigi dan Donggala pada Jum'at (28/09) silam. “kami
keprofesian kita sebagai mahasiswa pertanian,”
kawan-kawan himagrotek sendiri masih sangat
untuk bisa mengikuti kegiatan di Poso,” ungkap
harinya.Semoga kami semuanya bisa di pertemukan
tuturnya.
merasakan trauma karena pada saat kejadian kami
Alya.
kembali di bulan november nantinya ketika perkuliahan akan kembli di mulai,” tutupnya. sna
Meskipun sedang mengikuti kegiatan,
Mapatala Untad dan Relawan Pecinta Alam Indonesia Distribusikan Logistik untuk Pasigala bersabar,” jelas mahasiswa jurusan Sosiologi ini.
Sejak Kamis (04/10) hingga saat masa tanggap
Sejak terjadinya bencana, selain banyaknya
darurat ini, Mahasiswa Pecinta Alam (Mapatala) Universitas Tadulako (Untad) bersama komunitas
bangunan dan rumah yang rusak, Untad pun sekitar
dan Relawan Pecinta Alam se-Indonesia, turun
50% mengalami kerusakan bangunan. Sehingga
tangan untuk membantu korban bencana alam
banyak mahasiswa Untad yang beralih sementara ke
Gempa, Tsunami dan Likuifaksi. Bencana yang
luar daerah untuk melanjutkan perkuliahan
menerjang Kota Palu, Sigi dan Donggala pada Jum'at
sebagaimana izin dari Rektor Untad untuk Sit in di
(28/09) ini memakan 2.000 lebih korban jiwa hingga
38 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang disediakan
70.000 lebh pengungsi yang tersebar di tiga titik
Kemenristekdikti. Karena itu, Ivan mengajak temanteman mahasiswa untuk bersedia kembali di
tersebut.
almamater Untad. “Ditunggu kedatangan
Bantuan logistin yang diberikan berupa bahan makanan, perlengkapan sekolah, dan perlengkapan
mahasiswa Untad diluar daerah untuk sama-sama
ibadah. Selain itu ada pembuatan sekolah darurat,
meramaikan kampus kita tercinta,” ungkapnya.
bakti masyarakat, bakti pendidikan, dan trauma
Ivan pun berpesan bahwa setelah terjadinya bencana
healing. Trauma healing dilakukan melalui
ini, masing-masing kita mesti mengamnbil hikmah
permainan, menyanyi dan olahraga. Adapun tempat kunjungan mereka yaitu di Desa Manimbaya, Desa
Mapatala Untad dan Relawan Pecinta Alam se-Indonesia bersama korban gempa di pengungsian
dan pelajaran. “Pelajaran yang bisa saya petik, selalu berbuat baik dengan alam niscaya alam juga berlaku baik terhadap kita, intinya lakukan yang terbaik
Bolapapu, Desa Sibalaya Utara, Desa Saloya, dan
“Rasa kemanusiaan yang memanggil kami untuk
korban yang telah berpulang ke sisi Allah, yang pergi
Desa Bangga.
bergerak,” tuturnya. Beriringan dengan itu Ia pun
meninggalkan kita tetap kita kenang dan yang masih
kepada sesama umat, alam dan sekitarnya,” tutupnya. sna
Ketua umum Mapatala Untad, Ivan Bagaskara,
berharap Palu dan Untad khususnya bisa bangkit dari
diberikan umur panjang mari kita berjuang dalam
mengatakan bahwa aksi ini murni rasa kemanusiaan.
kesedihan ini. “Mari sama-sama mendoakan korban-
misi kemanusiaan, tetap semangat dan harus
13
Info Fakultas Edisi 100 - November Edisi 100Oktober Oktober
2018 - Tahun2018 ke 6- Tahun ke 6
Himabris Charity : Meringankan Beban Saudara Pasigala hikmah dibalik kejadian. “Saya berharap agar kita
Himpunan Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris (Himabris) Fakultas Keguruan dan
semua dapat melihat lebih dalam apa yang menjadi
Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Tadulako
sebab dari bencana yang menimpa tanah kelahiran
(Untad), membantu meringankan beban korban
kita, mungkin saja kita banyak lalai,jadi mari
bencana alam Gempa, Tsunami, dan Likuifaksi
introspeksi diri,” jelas mahasiswa program studi
yang menerjang Kota Palu, Sigi dan Donggala pada
Bahasa Inggris ini. Sampai saat ini,sampai tanggap bencana
Jum'at (28/09) silam. Kegiatan yang dilaksanakan sejak delapan hari setelah bencana hingga saat ini,
selesai,Nico dan anggota Himabris akan beralih
dilakukan di beberapa lokasi Palu, Sigi dan
kearah bantuan dalam hal pendidikan. Begitu pula yang disampaikan oleh Mohammad Fitrawan,
Donggala. Kegiatan sosial kemanusiaan ini memberikan
Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Untad
bantuan berupa makanan, pakaian, dan peralatan
bahwa Sebagian mahasiswa Untad adalah korban
bayi. Immanuel Nico Setyono, Ketua Umum
di daerahnya masing-masing. “Walaupun menjadi
Himabris mengatakan seluruh anggota Himabris
korban, sekarang mereka turun lapangan menjadi
perlu mengambil bagian membantu saudarasaudara yang terkena bencana. “Karena masih minimnya bantuan dan banyaknya kebutuhan korban bencana maka kami membantu menyalurkan logistik tersebut,” ungkapnya. Bencana yang sudah memakan seribu lebih korban jiwa ini, dinilai sangat memprihatinkan hingga membuka mata hati semua pihak hingga
HIMABRIS bersama pengungsi di Labuana
relawan di masing-masing daerah nya. Dalam hal ini BEM Untad selaku kepala dari seluruh Lembaga
beberapa negara. “saat ini kita berada dalam
kita harus mengamalkan poin ke tiga dari Tri
kondisi yang cukup memprihatinkan, ribuan
Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pengabdian
korban berjatuhan , pengungsi dimana-mana dan
kepada masyarakat hingga saat ini Himabris telah
kelaparan tak bisa dihindari oleh beberapa daerah
membuka mata terhadap lingkungan sosial
yang terkena dampak besar sari gempa”,katanya.
sekitarnya,” katanya.
Menurut Nico, sudah saatnya menerapkan Tri
Musibah ini seharusnya menjadi pelajaran
Dharma Perguruan Tinggi. “Sebagai mahasiswa
untuk semua warga negara dan dapat mengambil
yang ada di Untad hanya bisa memberikan suport dan masukan kepada teman-teman Lembaga Agar tidak terprovokasi mengenai isu-isu yang berkembang diluar dan tetap fokus pada misi kemanusiaan yang memanusiakan manusia,” jelasnya. sna
Pasca Bencana Alam di Pasigala, Permahkota Untad Gelar Doa Bersama kekuatan bahkan segalanya adalah dari Tuhan,”
Pasca terjadinya bencana alam yang
jelasnya.
menimpa Kota Palu, Sigi dan Donggala pada Jum'at
Disamping itu, berkumpul bersama berdoa
(28/09) yang lalu, Persatuan Mahasiswa Kristen Oikumene Untad (Permahkota) menggelar doa
dapat membangun kembali kekuatan. “Perlu ada
bersama pada senin (22/10).Bertempat di Gedung
persekutuan karena sebagai orang yang percaya di
GBI woorward Palu, acara ini diikuti oleh seluruh
saat seperti ini harus terus membangun persekutua,
mahasiswa Kristen dari sebelas Persatuan
karena dua hingga 3 orang yang berkumpul, pasti
Mahasiswa Kristen (PMK)
Tuhan melihat dan yakin sesuatu pasti terjadi
di berbagai fakultas
Untad yang masih ada di Kota Palu, yaitu UPEMKIP
termasuk pemulihan,” ujar mahasiswa jurusan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, PERSOMI
Agribisnis ini.
Fakultas Ekonomi, PMK Fakultas Ilmu Sosial dan
Dengan membawa tema “Pray Our
Ilmu Politik, POMKRIS Fakultas Hukum, PMKO
Country”, mereka berharap agar mahasiswa Untad
Fakultas Pertanian, UKKOM Fakultas Teknik,
yang sedang mengamankan diri di dalam maupun
PRAISE Fakultas kehutanan, PRISMA SAINS
luar Kota Palu agar jangan berlarut dalam rasa takut
Fakultas MIPA, PEMKRIP Fakultas Peternakan,
d a n t r a u m a n . “ Te t a p s e m a n g a t , t e t a p
FAITH Fakultas Kedokteran, dan PERMATA
berpengharapan, tetap kuat dan jangan takut untuk melanjutkan studi, Palu pasti akan pulih, jadi mari
Fakultas Kesehatan Masyarakat. Diketahui sejak terjadinya bencana banyak mahasiswa yang keluar Palu untuk menyelematkan diri. Febryanto Kurnia Idaman, Ketua Permahkota mengatakan acara ini digelar sebagai
11 Persekutuan Mahasiswa Kristen Oikumene Untad pasa doa bersama di GBI Woorward Palu bentuk dorongan hati atas banyaknya korban
berdoa bagi Kota Palu dan menyadari keterbatasan
berjatuhan.” Ada dorongan dalam hati kami bersama
kita dalam segala hal maka kita perlu datang di kaki
sebelas PMK di Untad untuk berkumpul bersekutu
Tuhan, berserah karena sumber pertolongan,
kita sama-sama membangun kembali Kota Palu lewat keiilmuan yang kita punya, tetap berjaga-jaga dan jangan putus asa karena semua yang terjadi atas seizin dan kehendakNya,” tutupnya. sna
Himpunan Mahasiswa Manajemen Peduli Bencana Alam Mahasiswa Jurusan Manajemen ini.
Atas rasa kemanusiaan yang tinggi, Himpunan Mahasiswa Manajemen (HMM) Fakultas Ekonomi
Bencana alam yang menimpa Sulawesi Tengah ini
(Fekon) Universitas Tadulako (Untad) memberikan
memang sangat berbeda sebab sangat banyak korban
bantuan kepada korban bencana Alam Gempa,
berjatuhan, rumah dan bangunan rusak, bahkan
Tsunami dan Likuifaksi yang terjadi pada Jum'at
kampus Untad sebagian mengalami kerusakan pada
(28/09) yang lalu. Kegiatan yang dilaksanakan pada
gedung dan ruang kelasnya. Sehingga sebagian
Sabtu (13/10) itu bertempat di Dusun IV Desa Rogo,
masyarakat pun mahasiswa meninggalkan Palu
Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi dan
untuk sementara waktu, salah satunya Sit in di 38
memberikan bantuan logistik berupa beras, mie
kampus yang sudah ditentukan oleh
instan, biskuit, peralatan bayi, dan perlengkapan
KemenRistekdikti. Sehingga, Ketua HMM
mandi sebagai bahan-bahan yang dibutuhkan oleh
mengajak teman-teman mahasiswa untuk tetap kuat
masyarakat yang mengungsi disana.
dan kembali bersama menghidupkan kembali kampus. “Untuk teman-teman saya, saya memahami
HMM yang bekerja sama dengan relawan mahasiswa Univesitas Andi Djemma (Unanda)
Distribusi bantuan logistik kepada masyarakat di Kabupaten Sigi Kecamatan Dolo Selatan Desa Rogo Dusun IV
betul tidak semua orang kuat dan sanggup menghadapi musibah ini, tapi saya mohon, kuatkan
Palopo, ketua HMM, Sukardi, mengatakan seharusnya kita yang masih muda harus membantu
berat daripada saya baik dari segi materi, mental
saudara kita yang sedang berduka. “Saya masih
maupun fisik”, ungkapnya. Baginya, Palu sudah
bencana alam berlangsung, kami tidak ingin pergi
kampus kita tercinta ini. Untad bisa Bangkit,”ujar
muda dan saya masih sanggup membantu korban
menyimpan banyak kenangan, tidak seharusnya
saat keadaan Palu seperti ini, kami juga ingin
mahasiswa angkatan 2015 ini. (sna)
lain yang terkena dampak bencana alam yang lebih
meninggalkannya saat telah hancur. “Palu telah
menjadi bagian dari pemulihan Kota Palu,” tegas
memberikan banyak kesan menyenangkan sebelum
diri dan segera kembali, kita pulihkan bersama2
Cerpen
Edisi 100 Oktober - November 2018 - Tahun ke 6
14
Images : @ikerniatysandili
Hujan Mengguyur Tanah Kaili Oleh Ikerniaty Sandili Hujan, suka sekali mengguyur tanah Kaili akhir-akhir ini. Di
Beberapa kali mobil kami berputar-berputar, berhenti sebentar,
Tim medis kami bergerak, membersihkan luka si adik.
basecamp kami, relawan Palu Bangkit,permadani kami, dari terpal
lalu lanjut lagi. Mobil yang dikemudikan Bintang--Mahasiswa angkatan
Membuka perbannya, dan mengganti dengan perban baru. Al Khaf
oranye merembes beberapa tetes air, bukan karena terpal bagian atap
2018, stambuk baru, tapi salut ia berani terjun berlembaga dna menjadi
menangis, meraung-raung, menahan sakit. Tidak henti-hentinya air
dipasang tidak standar seperti semestinya tenda saat camp pramuka.
relawan--melambat dan berhenti di titik pengungsian para korban
matanya berlinangan. Pastilah sangat sakit. Orang dewasa pun
Melainkan karena tekstur permukaan pijakan kami. Beberapa dari kami
gempa dan tsunami. Sembari membongkar paket donasi bayi dan jajan
meringis, apalagi bocah sepertinya. Ibunya, tidak tahan melihat
sibuk menyelamatkan berkas, charges, kabel-kabel, dan lain-lain. Ah
untuk anak-anak, kami mendekat ke tengah pengungsian. Anak-anak
putranya itu menangis. Matanya menerawang ke langit dari teras
betapa repotnya hidup di tenda.
merapat, beberapa orang dewasa memeriksakan kesehatannya.
rumah kerabatnya. Digigitnya bibirnya menahan perih yang anaknya
Shubuh tadi saat bangun untuk shalat shubuh, Jo, perempuan
Hujan mereda sebentar saja. Ketika kami bertepuk semangat
dengan rambut panjangnya bak iklan bintang Shampo turut bangun.
bersama anak-anak, air langit itu menderas. Bergegas kami berlari ke
rasa. Aku yakin, andai bisa ditukar, ibunya pasti ingin ia saja menahan perih itu.
Padahal aku tahu ia umat Nasrani. Sembari memegang sleaping bag
bawah tenda salah satu pengungsi. Di bawah hujan, kami duduk
Al khaf, terseret berapa ratus meter dari rumahnya. Bumi yang
nya, ia senyum mengantri ke kamar mandi. Antrian ini biasa terjadi,
melingkar lagi. Senyum-senyum anak-anak tiada henti mengembang.
bergoncang disusul air laut yang tumpah ruah, rumah mereka ttidak
karena kamar mandi di basecamp kami hanya satu. Itu saja, sudah
Berbalas pantun hingga bernyanyi diiringi riuh tepuk tangan. Ah
berbekas lagi. Kini rata tanah. Si Al Khaf menangis dalam gelap. Ia
syukur si empunya rumah dengan legowo menyerahkan satu kamar
bahagianya. Sampai ada seorang anak menyanyi lagu Kaili, Randa
terpisah bersama keluarganya yang sudah berlari pada ketinggian. Al
mandinya yang dekat dapur untuk kami, para relawan gunakan. “Saya basah, Kak. Hujan ternyata semalam, kau tidak basa?” tanya Jo, tipis-tipis ia tersenyum.
Ntovea, kemudian semuanya turut bernyanyi. Seketika, di hati kami
Khaf meraba-raba dalam sepi, dalam gelap yang mencekam dan
terasa gamang, duh, ada sedih menyeruak dari dasar kalbu. Kami ikut
menakutkan. Bocah berusia dua tahun itu panik. Sementara bumi
bernyanyi, tapi tidak ada lagi senyum. Kami sadar, kengerian masih
masih digoncang.
menjadi simbol
Ah aku tidak sanggup. Tim Medis kami bekerja, aku terdiam.
tubuhmu, dan meresap ke sleaping bag-mu. Syukur kau di depanku,
hancurnya tanah Kaili dari nada syahdu nan sedih, lewat mereka, anak-
Kututupi wajahku dengan masker, bukan karena betapa kusamnya
hehehehe,” ucapku sambil tertawa-tawa pelan.
anak Kaili.
“Ndak ji. Mungkin karena air hujannya sudah terhalang
“Ya. Kalau tidak, basah juga kita,” sambung perempuan
membekas. Betapa traumanya mereka. Lagu itu
Tidak lama kami bercengkerama, hujan masih menderas.
wajahku, melainkan, tak tahan aku menengok Al Khaf. Kusandarkan tubuhku di tembok, lalu melorot. Kupeluk kameraku, ngilu hatiku,
kelahiran Poso. Kami terkekeh-kekeh. Ia berganti pakaian, meremas
Setelah kami bagikan paket snack untuk anak-anak, kami berlari di
gemetar tanganku, rasa-rasanya aku tidak punya kekuatan lagi untuk
sleaping bag-nya dan kembali lagi tidur.
bawah hujan, berkejaran berlomba masuk mobil, dan berpindah ke titik
menekan tombol shutter mengabadikan kerja Ibu Dokter dan relawan
*** Beberapa kali hujan, rutinitas kami selalu demikian, merapikan
lain yang jaraknya tidak jauh dari titik awal. Tim medis masih bekerja. Jika di basecamp kami sibuk merapikan barang-barang kami
lain yang turut menenangkan si adik. Luka di kakinya meranggas mulai dari tumit hingga betisnya yang kecil. Tubuhnya penuh luka-luka. Kakak
barang-barang, memperbaiki posisi tenda dum. Aku, relawan yang
saat hujan, di sini para pengungsi juga merapikan tenda-tenda mereka.
si Al Khaf bercerita. Adiknya ditemukan oleh orang yang melewati jalan
ditugaskan membuat laporan dan mengirimkannya ke group besar.
Barang-barang mereka basah, terpal lantai mereka jadi jalur air hujan
itu. Mereka mendengar tangis anak, lalu turun dari mobil dan mencari
Laporan dalam bentuk tulisan itu akan di forward ke group-group
mengalir. Mushallah darurat mereka juga basah. Seorang ibu
sumber suara itu. Al Khaf di evakuasi, dan dipertemukan dengan
Whats App para donatur. Tujuannya sederhana, menyentuh hati
merapikan tendanya, basah-basah ia membuat selokan. Di bagian
ibunya.
pembaca agar turut membantu para korban. Hari ini kami
tenda yang lain juga demikian, membuat selokan, biar air yang
Hujan semakin menderas. Luka Al Khaf selesai dibersihkan.
berkesempatan menuju titik pengungsian Desa Tipo dan Kelurahan
merembes tidak mengalir melalui tenda Tak tahan kami melihatnya,
Kami meninggalkan si adik, tangisnya agak reda. Dan sepanjang jalan di
Buluri. Tidak jauh dari Palu, tepatnya basecamp Relawan Palu Bangkit.
miris. Sekarang curah hujan sedang sering-seringnya. Bisa dibayangkan
bibir pantai yang bersisa puing-puing rumah itu, air mataku meluap,
Hanya berjarak 1 km. Hanya saja kami sempat tersesat mencari lokasi
betapa repotnya mereka.
berlomba ia menjatuhi pipiku yang semakin tirus. Rasanya ini mimpi. Tapi bagaimanapun, Tuhan tentu Maha Baik. Tubuhku masih bergetar,
mengungsi mereka. Rekan kami, Fitri yang jauh-jauh dari Jakarta menaikkan kaca mobil. Ia datang tidak membawa nama lembaga
Hujan mereda, kami kembali bermain dengan anak-anak,
hampir hampir dua minggu bekerja di bawah reruntuhan, merekam
apapun, seorang diri, dan tidak punya kenalan di Palu. Entah bagaimana
seperti di titik awal. Lalu kami membagikan snack, perlengkapan bayi,
para pengungsi, mendengarkan kisah mereka, lalu aku tuliskan.
akhirnya ia terhubung dengan salah satu relawan palu Bangkit dan
dan berlanjut ke titik terakhir.
Bergetar tubuhku. Betapa luar biasa mereka yang mampu bertahan,
dijemputlah dia di bandara. Fitri, perempuan asli Medan Melayu yang
Kalau sebelumnya lagu Randa Ntovea cukup mengoyak-ngoyak
betapa kuatnya mereka yang masih memberi segaris senyum pada para
bekerja di Batam. Hampir seluruh Asia telah di jamahnya. Ia juga pernah
hati, di titik ini, anak-anak bernyanyi lagu posisani. Bahagia sekali
relawan yang datang menyambangi posko pengungsian mereka,
mereka. Posko mereka ini, di gunung Desa Buluri. Untuk Menemukan
padahal ayah ibu mereka, anak-anak mereka telah tiada.
ke Afrika, membawa misi kemanusiaan. Hujan kembali berjatuhan, perlahan-lahan lalu menderas. Tiga
ini, kami perlu melewati beberapa gunung. Hidup di bivak-bivak
Hujan semakin deras, mengguyur tanah Kaili. Pastilah mereka
Sepeda motor mengikut di belakang mobil andalan kami,di mobil itu
mereka, seperti sebuah perkampungan. Korban gempa dan tsunami
kedingingan, air hujan merembes masuk ke dalam tenda. Tapi
bertuliskan panther. Mobil itu milik kerabat seorang pengusaha,
yang luka-lukanya mengering, sudah bisa senyum. Tapi tidak dengan Al
tenanglah, setelah hujan sedikit reda, puing-puing dibersihkan, kita
sengaja ia "wakafkan" sementara sebagai kendaraan operasional misi
Khaf, yang usianya baru dua tahun, yang kakinya harus di jahit,
pasti bisa bangkit bersama. Palu Bangkit.
kemanusiaan. Wajah-wajah kami sedikit basah. Rintik hujan mereda.
tubuhnya memar dan lebam, juga luka-luka. Sejak di atas gunung, kakak
Anak-anak tanpa diminta mulai mengerumuni kami. Tim medis
Al Khaf sudah membisiki Ibu Dokter. Meminta agar adiknya diperiksa,
menggelar obat-obatan.
dibuka perban lukanya.
(Palu, 13 Oktober 2018)
KELUARGA BESAR
UNIVERSITAS TADULAKO TURUT BERDUKA CITA ATAS JATUHNYA KORBAN JIWA MAUPUN LUKA DALAM MUSIBAH GEMPA BUMI, TSUNAMI DAN LIKUEFAKSI DI KOTA PALU, SIGI DAN DONGGALA
REKTOR UNIVERSITAS TADULAKO
Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Basir, SE.,M.S