Edisi 5 Mata Sumenep

Page 1

17 NOVEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 1


salam redaksi Pembaca Mata Sumenep, kali ini, redaksi menurunkan liputan One Stop Event sebagai cara Bupati Abuya Busyro Karim mendongkrak ekonomi warganya.

4

Gila...Spektakuler... begitulah bentuk kekaguman, siapa pun yang melihat one stop event di hari Minggu, 9 November, di jantung kota Sumenep. Kegiatan dimulai secara maraton dan antusiasme warga begitu dahsyat yang datang dari segala penjuru Sumenep.

TESTIMONI

19

11

Bupati Makan Nasi "Pocong" Beralas Daun Jati

Lirik Lagu sadar Sarat Pesan Sufistik

12

Aktor Dibalik Kesuksesan Pegelaran Budaya saat Hari Jadi Sumenep ke 745

Komunitas Vespa nyambangi Rumdis Bupati Abuya Busyro Karim

24

susunan redaksi Komisaris Dewan Redaksi Dewan Ahli Redaktur Tamu Direktur Pemimpin Redaksi Redaktur Reporter

: Asmawi : Moh. Jazuli, Ali Humaidi : Fathorrahem, M. Ilyas : Suhaidi : Hambali Rasidi : HambaliRasidi : Rusydiyono : Rusdiyono, Mahdi, Ahmad Faidi, Imam Rasyidi,

Desain Grafis Manajer Iklan&Promosi Penagih Iklan Manajer Sirkulasi & Distribusi Keuangan Penerbit NPWP SIUP TDP

: Ahmad Yadi : M. Adi Irawan : Fathor Rahem : Moh. Junaedi : Imraatun Nisa’ : PT MATA SUMENEP INTERMEDIA : 70.659.553.5-608-000 : 503/29/SIUP-M/435.213/2014 : 13.21.1.58.00174.

Asip Kusuma Kantor Redaksi: Jl Matahari 64 Perum Satelit, Tlp (0328) 673100 Email: matasumenep@gmail.com , mataopinisumenep@gmail.com PIN BB: 7D0B6F42 2 | MATA SUMENEP | 17 NOVEMBER 2014


one stop event

Bupati Sumenep Abuya Busyro Karim menerima penghargaan dari MURI. Sebelah: susana JL Dipenogoro yang berubah menjadi kedai makanan

Minggu pagi, 9 November, Jalan Dipenogoro, Panglima Sudirman, dan Halim Perdana Kusuma, Kota Sumenep berubah menjadi kedai makanan gratis. Belasan ribu warga Sumenep, tumplek blek, menyerbu sajian gratis 10 ribu piring makanan Campor. Karuan, banyak warga gigit jari karena tak kebagian porsi Campor. Kehadiran warga overload,melebihi jatah porsi Campor yang tersedia. Sisi lain, kegiatan ini berefek domino dalam mengerek kehidupan ekonomi warga Sumenep.

aneka action saat pesta one stop event

Overload 10 ribu piring Campor, Ludes

T

idak sampai 1 jam, 10 ribu piring Campor ludes diserbu warga. Kejadian ini, tentu di luar antisipasi. Panitia tidak berpikir jauh antusiasme warga Sumenep yang begitu luar biasa untuk menikmati rangkaian one stop event. Panitia sebatas menyediakan 10 ribu porsi Campor, yang bisa memecahkan Museum Rekor Indonesia (MURI). Di menit-menit terakhir warga yang telat menukarkan kupon makanan, harus menyisir stand. Hasilnya juga gigit jari. “Cepat habis. Saya sama anak-anak harus muter-muter cari stand yang masih ada, tapi juga nihil” cerita Wardani (37) warga Desa Kolor, Sumenep. Pesta Kuliner khas Sumenep ini, kian meriah, dengan aksesoris pelayan makanan Campor, memakai baju tradisional Madura, Sakerah dan Marlena. Termasuk seluruh pejabat Pemkab Sumenep mengenakan baju serupa. Pesta rakyat kuliner yang digagas Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kabupaten Sumenep ini melibatkan seluruh penjual Campor dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), BUMN dan BUMD, serta PKK Kecamatan.

Campor merupakan makanan khas Sumenep. Wujudnya serupa soto. Sajiannya berupa irisan lontong berpadu kuah santan berbalut ulekan kacang dicampur daging sapi dipotong dadu kecil-kecil, ditambah bihun atau soun dan taburan kecambah pendek yang digoreng. Agar rasanya kian uenak..., Campor bisa disantap dengan korket atau singkong goreng yang dibentuk lonjong. Rasanya bener-bener mantap di lidah. Asin, manis, dan pedas, perpaduannya benarbenar bikin ketagihan, siapa pun yang mencicipinya. Nurfitriana Busyro Karim, Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Sumenep, selaku panitia, menyebut, makanan Campor yang tersaji melibatkan semua kader PKK untuk mempromosikan wisata Kuliner Sumenep. “InsyaAllah, ini masuk kategori pesta kuliner terbesar di Nusantara,” tutur ibu Fitri. Darimana ihwal ide ini? Nurfitriana menjelaskan, makanan Campor mempunyai keunggulan tersendiri. Dari harga beli tergolong murah, bahan baku mudah didapat alias tidak sulit. Terpenting, cita rasa sesuai dengan lidah banyak orang. Kenapa milih makanan Campor? Agar makanan yang satu ini tidak tergeser dengan makanan modern lainnya. Sekaligus bentuk tali silaturrahmi,” tegas ibu Fitri sapaan Nurfitriana, yang menyebut pesta rakyat kuliner ini merupakan sarana pelestarian

dan promosi wisata Kuliner Khas Sumenep ke tingkat regional dan nasional. “Makanan Campor banyak keunggulannya. Selain lezat dan mudah didapat, cita rasanya sesuai dengan lidah kebanyakan orang.Makanan Campor bukan hanya milik selera warga Sumenep. Tapi juga selera masyarakat Nusantara,” tambahnya. Usai acara, Bupati Sumenep A Busyro Karim dan Nurfitriana Busyro selaku Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten, mendapat piagam penghargaan dari MURI yang diserahkan langsung oleh Senior Manager MURI, Paulus Pangka, SH. Bupati sangat berharap kegiatan ini bisa mendongkrak ekonomi warganya dengan meningkatnya produktifitas usaha dari berbagai sektor. “Pemerintah sebatas menyediakan ruang aktivitas yang bisa menarik perputaran ekonomi warga. Bisa bayangkan, jika harga Campor Rp 6.000 dikali 10.000 porsi. Belum lagi hasil dari jasa salon dan penjual konveksi. Termasuk jasa transportasi dan pedagang kecil lainnya,” urai bupati kepada Mata Sumenep. Karena itu, bupati sangat optimis salah satu pola meningkatkan kesejahteraan warganya melalui banyaknya perputaran uang di tengah kehidupan masyarakat Sumenep. mahdi

17 NOVEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 3


one stop event G i l a . . . S p e k t a k u l e r. . . begitulah bentuk kekaguman, siapa pun yang melihat one stop event di hari Minggu, 9 November, di jantung kota Sumenep. Kegiatan dimulai secara maraton dan antusiasme warga begitu dahsyat yang datang dari segala penjuru Sumenep.

foto-foto arief cool briek

Sosok Bupati kian Beraura

T

epat pukul 05.30 WIB, Bupati Sumenep, Abuya Busyro Karim menghadiri acara penanaman bibit pohon dalam rangka Hari Tata Ruang. Usai acara, bupati langsung menuju tempat untuk membuka jalan-jalan santai (JJS) pada pukul 06.00 pagi, yang diikuti ribuan peserta. JJS yang mengambil tema, Sumenep Cinta Bunga,ini menjadi meriah karena sang bupati dan ibu Nurfitriana, Sekda Hadi Soetarto dan ibu, beserta sejumlah pimpinan SKPD, ikut berjalan, bersama ribuan peserta lain, menyusuri jalan-jalan kota Sumenep. Sesampai di finish, bupati harus berganti pakaian kaos untuk mendatangi acara yang ditunggu banyak orang. Makan Campur gratis bersama rakyat. Beberapa menit kemudian, bupati dan ibu berpakaian batik dasar warna cream motif kembang warna orange dengan kombinasi warna kuning dan hijau, tampak keluar dari Rumah Dinas (Rumdis). Sosok bupati kian beraura dengan memakai Odheng Peredan yang menjadi simbol pakaian Raja Keraton Sumenep. Pakaian para Raja Sumenep ini, sengaja dimodif oleh desainer bupati, dengan balutan jas tutup motif kembang yang memantulkan aura kharisma dan keserasian warna odheng, antara jas kembang dan samper merah soga. Odheng Peredan memang menjadi hak cipta Raja Sumenep. Menurut Edy Setiawan, senior Budayawan Madura, busana Madura memiliki ciri khas di tiap kabupaten. Termasuk busana rakyat di masing-masing daerah Madura. Edy mengacu dari sejumlah foto tempo doelo dan sejumlah refrensi yang pernah ia baca. Baju pesa’an dan kaos oblong dengan celana gomboran biasa dipakai rakyat Madura beragam bentuk dan warna. Masing-masing mengandung makna simbolis (lebih lengkapnya baca Filosofi Busana Rakyat Madura). Bupati Abuya Busyro Karim seperti fa-

4 | MATA SUMENEP | 17 NOVEMBER 2014

ham makna simbol Odheng Peredan yang ia pakai. Dengan posisi Odheng seakan menunjukkan tingkatan derajat kebangsawanannya. Siapa desain busana bupati? Sopir bupati, Mohammad Ready, menyebut Pak Daru, seorang pengrajin Odheng yang berdomisili di Kecamatan Rubaru, sebagai desain Odheng Peredan yang dipakai bupati saat Pesta Kuliner Campor. Sedang yang menjahit baju dan samper, Pak Jamal, langganan jahit bupati. “Soal desain, motif dan warnanya, Bapak dan Ibu yang memilih,” tutur Didik, panggilan akrab Moh. Ready. Memang, bentuk dan cara memakai odheng menyimpan makna simbolis. Menurut Didik, posisi Odheng saat dipakai menunjukkan tingkat derajat kebangsawanan. Bentuk Odheng Peredhan, ada pelintiran di ujung simpul bagian belakang tegak lurus melambangkan huruf alif. “Tentu ini mengandung arti sangat dalam,” tambah Didik, yang tidak menjelaskan secara rinci maksud makna huruf alif itu. Dalam Pesta Rakyat 10.000 piring, kuliner khas Sumenep, Campor gratis, ini merupakan rangkaian kegiatan, yang satu sama lainnya saling melengkapi. Seperti usai JJS, sambil menunggu undian berhadiah, peserta bisa menikmati suguhan alunan musik dengan bintang tamu Yus Yunus. Sembari digelar lomba mewarnai untuk anak SD dan senam anak sehat. Kemudian bupati menuju ke arah barat, untuk meresmikan Tugu Keris, sebagai deklarasi Sumenep Kota Keris. Di tempat itu, warga dan bupati dihibur pagelaran budaya. Malam harinya, warga Sumenep disuguhi pesta Musik Group Band eks Saltis, yang kini menjelma menjadi Group Band Super Mantap, yang dibintangi Encung Hariyadi (vocalis), Jass (Gitar), Awex Labeng (Keyboard), Zady Gozaly (Bass), dan Drumer. hambali rasidi


one stop event

foto-foto for mata sumenep

Seperti action: Komandan Kodim 0827, Kol Inf Permadi, Ketua DPRD Herman Dali dan Kapolres Sumenep AKBP Marjoko. Di seberang, foto bareng sebagian piminan SKPD

Filosofi Busana Rakyat Madura

K

omandan Kodim 0827, Kol Inf Permadi tidak tampak seperti prajurit. Baju ala Sakera yang ia pakai memantulkan wajah Madura. Begitupun AKBP Marjoko, Kapolres Sumenep. Dengan odheng sebagai penutup kepala dan baju pesa’an serta celana gomboran warna hitam dengan kaos loreng merah putih, berbaur dengan warga Sumenep menikmati Campor Gratis sebagai pesta rakyat masakan khas Sumenep. Pak Dandim dan Pak Kapol beserta Muspida plus dan pejabat eselon pemkab Sumenep, Minggu, 9 November, sedang bersuka ria dalam rangkaian Hari Jadi Sumenep ke 745. Mereka menikmati Pesta Kuliner Khas Sumenep, dengan baju rakyat Madura, populer istilah Sakerah. Sedangkan sang perempuan mengenakan baju Ibu Marlena; terdiri dari kebaya merah dan kain panjang khas Madura. Apa dan Bagaimana sejarah dan makna baju khas rakyat Madura? Edy Setiawan, Senior Budayawan Madura, menyebut pakaian khas Madura dengan baju hitam serba longgar dengan kaos bergaris merah putih atau merah hitam, lengkap dengan tutup Odheng Santapan, dari bahan kain batik biasa, yang berbentuk segitiga, asing di Madura Timur (Sumenep), tapi populer di Madura Barat. Tapi karena sudah menjadi icon busana rakyat Madura oleh para peneliti dan wartawan, maka jadilah semacam kesepakatan bahwa busana rakyat Madura seperti di atas. Edy berdalih busana rakyat Sumenep memiliki ciri khas tersendiri. Ia mengacu sejumlah foto tempo dulu dan sejumlah renfrensi terbitan Belanda yang menggambarkan busana rakyat Sumenep, celana ž agak ketat (contongan). Baju atas seperti baju koko, tanpa kaos atau kaos warna putih. Selalu diikat dengan sarung, yang menjadi aksesoris dan sewaktu bisa dipakai shalat. Pakaian semacam ini mudah dijumpai para kusir dokar. Sedangkan pakaian hitam dan kaos loreng ada persamaan dengan busana pendekar Reog Ponorogo, yang melambangkan kejantanan dan kewibawaan seorang pendekar masa lalu. Bagi Edy, bentuk busana memiliki makna simbolis dan menjadi identitas para pemakainya. Ia menjelaskan makna busana rakyat Sumenep, dengan motif koko menunjukkan identitas rakyat Sumenep relegius, dengan sikap rendah hati dan ramah dalam menghadapi fenomena sosial dan politik. Kaos warna putih dengan celana ž menunjukkan gesit dalam bekerja. Alas kakinya taropah, waktu itu memakai ban dalam, sebelum ada produk sandal. imam rasyidi

17 NOVEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 5


refleksi

MELANGKAH DALAM MASA LALU “Jas Merah, Jangan sekali-kali melupakan Sejarah” Begitu ucapan Bung Karno sang proklamator di suatu kesempatan. Kalimat itu sebenarnya menarik dan filosofis. Bung karno mengatakan hal seemacam itu di masanya, karena ia berpikir begitu banyak hal yang perlu diambil sebagai pelajaran pada peristiwa masa lalu. Ketika aku bertemu dengan kalimat itu di sebuah buku yang kubaca atau mendengarnya entah di mana, kalimat itu hanya singgah untuk basah dalam ingatanku lalu pergi begitu saja. Aku tak pernah memikirkannya benar-benar apalagi sampai menayakan kebenarannya. Aku selalu ingat pernyataan asing, terkadang sejarah hanya berisi tentang kebohongan sebab sejarah ditulis oleh pemenang. Kata-kata itulah yang terus mendominasi sehingga ketika orang lain membenarkan ucapan Soekarno tersebut, ucapan itu bagiku terdengar biasa saja. Tapi sejak aku ditakdirkan untuk melakukan perjalanan unik dan tanpa sengaja, rasanya aku harus memikirkan perkataan Bung Karno tersebut sekali lagi. Semua ini bermula dari langkahku ke dalam masa lalu. Menelusuri jeja-jejak pewaris tahta dan mengagumi setiap pahatan dan ukiran memesona pada peninggalannya.

Berziarah ke Pasarean Raja-raja Sumenep Waktu itu selasa, 14 Januari 2014 bertepatan dengan tanggal 12 Rabi’ul Awwal 1435 H. Aku dan keluargaku serta teman-teman adikku (kebetulan mereka sedang berkunjung ke rumah untuk liburan) berziarah ke makam raja-raja sumenep yang terkenal dengan sebutan asta tinggi. Mengapa disebut asta tinggi? Sebab makammakam itu memang terletak di tempat yang tinggi. Bisa jadi. Atau pemakaman itu dinamakan asta tinggi karena di sana disemayamkan orang-orang yang berkedudukan tnggi (status sosial). Mulai dari raja-raja, putra-putrinya dan bangsawan yang berdarah biru. Hm, bisa jadi juga. Ini hanya prediksiku. Apapun namanya, itu tidaklah penting bagiku. Hal yang penting adalah substansi dan nilainya. Walaupun kadang nama menunjukkan simbol kedudukan dan dimaknai secara filosofis. Tapi sekarang kita tidak sedang membicarakan nama. Hal yang akan kita bicarakan adalah nilai sejarah pada warisan leluhur ini. Mari, benarkan tempat dudukmu, nyamankan posisimu, akan kuceritakan satu persatu sambil menikmati secangkir teh hangat dan belaian angin sore hari. Sebenarnya, ini bukan kali pertama aku di sini. Hari ini adalah kedua kalinya aku menginjakkan kaki di tempat ini. Namun pesona yang ditunjukkan kali ini sungguh berbeda. Aura masa lampau benar-benar terasa saat ini. Seolah aku berdialog dengan para leluhur yang terbaring di

6 | MATA SUMENEP | 17 NOVEMBER 2014

sana. Mereka menceritakan tentang kegungan dan kewibawaan kota Sumenep. Yah, seolah-olah begitu. Bahkan pada setiap peziarah yang melantunkan Yasin dan tahlil serta kalimat-kalimat thayyibah lainnya. Hal pertama yang aku dan keluargaku lakukan adalah membaca yasin dan tahlil bersama-sama. Sementara aku hanya menunggu di luar, karena menurut apa yang kami yakini perempuan yang sedang berhalanga tidak diperbolehkan untuk berziarah ke kuburan. Namun dapat kurasakan getar kekhusyukan mereka ketika menyenandungkannya. Pembacaan tahlil pertama dilakukan di kuburan utama. Tempat para raja dan penguasa Sumenep disemayamkan. Makam-makam itu ditempatkan di sebuah bangunan yang tak terlalu besar dan relatif sederhana. Namun di pojok kanan ruangan terdapat undakan khas kerajaan zaman dahulu. Tiga kuburan besar dinaungi dengan sebuah papan dengan penyangga yang kokoh. Di tepi atap yang terbuat dari papan itu juga tertulis nama-nama raja yang menempati makam itu. Setelah keluar dari bangunan, kami menuju ke sebuah bangunan yang terletak di sebelah kanan bangunan ini. Makam-makam di dalamnya juga lebih kecil dari makam yang ada di bangunan sebelumnya. Bangunan ini adalah tempat di mana para keturunan dan menantu kerajaan dikebumikan. Pesona yang ditampilkan juga tak kalah dengan bangunan sebelumnya. Nuansa mistis dan magis juga terasa di tempat ini. Namun pengunjung tidak begitu memadati ruangan. Sementara aku menunggu di luar, kulihat ada seorang turis yang juga mengunjungi tempatnya. Ternyata tempat ini tidak hanya dikunjungi penduduk dalam negeri, tapi juga pengunjung dari luar negeri. Hal ini membuktikan bahwa Sumenep memiliki daya tarik tersendiri dalam memikat setiap orang. Rombongan itu terdiri dari seorang laki-laki berusia sekitar 40-an dan seorang perempuan yang jarak usianya mungkin hanya selisih 2-3 tahun. Seorang pria muda berusia 25 tahunan. Mungkin ini adalah keluarga, dan seorang perempuan berwajah pribumi. Mungkin dia adalah penerjemah yang membantu ketiga turis tadi berkomunikasi dengan penduduk setempat. Kuhampiri turis perempuan yang sedang asyik memotret pemandangan di sekitarnya. “Excuse me Ms, is this for research?” tanyaku dengan bahasa Inggrisku yang tak seberapa. Dia menoleh padaku karena mendeengarku menyapanya. “No, this is just for holiday” ia menjawabku pendek. Hm, aku mengerti akhirnya bahwa mereka berkunjung ke tempat ini untuk liburan dan mengobati keingintahuan yang mungkin bercokol di benak mereka yang semakin lama semakin membesar.

Nur Faizah* Hal ini membuktikan bahwa Madura terutama Sumenep, memiliki banyak harta kekayaan yang tak ternilai dengan rupiah. Makam-makan atau pasarean raja-raja yang disebut dengan asta tinggi ini membuktikan bahwa Sumenep memiliki pesona dan daya magis yang cukup mempu menarik orang asing untuk melihat dan membuktikannya sendiri. Tak heran kiranya, jika Sumenep diwacanakan sebagai kota wisata.

Terpukau oleh Kecantikan Museum Keraton Sumenep Aku adalah penduduk asli Sumenep. Dilahirkan dan dibesarkan di Kabupaten tercinta ini. Namun baru kali ini aku menginjakkan kaki di keraton tempat raja dan ratu Sumenep tinggal dan menghabiskan waktunya. Nyaris di usiaku menginjak angka 24. Maka tak pelak, ketika aku baru sampai di depan pintu utama (mereka menyebutnya Labhang mesem) aku sudah dibuat takjub oleh kemegahannya. Warna catnya memang agak memudar, namun aku yakin pintu itulah yang merupakan benteng utama pertahanan kerajaan Sumenep dari serangan musuh. Setelah mendaftarkan diri di meja resepsionis, seorang guide membimbing kami untuk melihat dan mengabadikan setiap pemandangan yang terlihat di sana. Aku bebas bertanya apapun pada lelaki yang mungkin telah berkepala empat itu dan saat ini menjadi guide dalam perjalanan menuju masa lalu ini. Ada sebuah kereta kencana berdiri kokoh dan masih terawat. Aku yakin itu adalah kereta yang biasa dinaiki oleh raja dan keluarganya setiap kali keluar istana. Tak jauh dari tempat kereta tampak sebuah meja panjang dan besar. Di atasnya terdapat berbagai macam peralatan. Mulai dari kursi, meja, tempat duduk yang berbentuk nampan besar yang akhirnya kuketahui bahwa itu adalah tempat terdakwa ketika sedang diadili. Ternyata patron keadilan di Sumenep telah tegak dengan kokoh di zaman Sumenep Kuno. Lalu bagaimana dengan keadilan Sumenep zaman sekarang? Masihkan tegak dan berdiri kokoh di tangan penguasa Sumenep saat ini? Di saat Sumenep dinobatkan sebagai salah satu kabupaten terkorup sejawa timur? Ataukah keadilan di Sumenep hanyalah simbol kengkuhan yang mulai rapuh? Mari kita tanya hati kita masing-masing.


refleksi

Pada saat selanjutnya, kami diperlihatkan pada sebuah tempat yang membuatku harus bertasbih kepada-Nya. Sebuah bangunan tua tegak di hadapanku, masih angkuh seolah mengatakan padaku “Akulah lambang kejayaan Sumenep di masa lalu!�. Di depan bangunan angkuh yang seolah mmencibirku itu, terlihat patung-patung yang juga tak kalah arogannya. Mereka seolah berkata “hei, manusia yang sok pintar! Mana bukti kecintaanmu pada tanah kelahiranmu? Belajar tinggitinggi hasilnya hanya menjadi manusia yang pandai menggerus kelemahan orang lain? Tapi lupa pada budaya dan bahasa serta tatakrama tanah sendiri!� sungguh aku merasa malu. Tak kupedulikan patung yang sedang mencibirku itu. Aku melangkahkan kakiku menuju keputren Putri Saini atau yang terkenal dengan sebutan potre koneng. Potre koneng, lambang kecantikan bagi perempuan Sumenep. Bagiku tak hanya kecantikan secara fisik. Namun juga nilai yang terkandung dalam kata cantik itu sendiri. Cantik rupanya, cantik akhlaknya, cantik budi pekertinya, cantik tata bahasa dan tatakramaya dan luas pengetahuannya. Perempuan Sumenep harus memiliki usaha untuk bisa cantik dalam segala hal. Di dalam keputren potre koneng, ada sebuah cermin besar yang jika seseorang berdiri di hadapannya akan terlihat seluruh tubuhnya dari ujung kaki sampai ujung rambut. Bagiku cermin besar itu bukan hanya berfungsi sebagai alat bantu menghias diri. Namun lebih dari itu, cermin itu adalah alat untuk melihat diri kita lebih dalam. Melihat setiap kekurangan dan kealpaan diri lalu kemudian mencoba untuk memperbaikinya. Cermin itu bagaikan satu

warning bahwa untuk menjadi baik kita tak perlu melihat kekurangan orang lain. Cukup perbaiki diri kita sendiri. Setelah puas berdialog dari hati ke hati dengan potre koneng, aku menuju ke taman sare. Tempat para ratu dan putri membersihkan diri. Sungguh ini bukan suatu kebetulan. Air adalah alat untuk membersihkan diri. Air adalah simbol kejernihan hati dan pikiran. Setelah dipertemukan dengan cermin besar di keputren potre koneng, kini aku dapat melihat dengan jelas kejernihan taman sare. Kesimpulanku, setelah instropeksi diri, hendaknya kita segera tersadar dan segera membersihkan hati dan pikiran dari segala bentuk prasangka dan penyakit yang dapat merusak kemurnian dan kesuciannya. Di tengah-tengah museum terdapat sebuah aula besar dengan kursi dan meja yang berderet-deret. Aula ini seperti ruang rapat. Dan benar saja, aula ini memang digunakan untuk sidang istana dan menyambut tamu agung. sidang istana yang menghadirkan raja dan para punggawanya untuk membahas tentang rakyat serta menanyakan keadaannya. Dari sini sudah tampak pengayoman raja terhadap rakyatnya. Sidang istana yang kadang membuat raja harus meminta pendapat kepada punggawanya. Di sini kita sudah merasakan esensi demokrasi telah ada di zaman Sumenep kuno. Pada akhirnya aku tersadar, perjalanan yang tak panjang ini memberiku pelajaran yang jauh lebih besar daripada membaca buku-buku sejarah yang menjemukan. Bagi sebagian orang, jalan-jalan ke museum mungkin hanyalah rekreasi biasa sekedar melepas diri dari himpitan rutinitas. Namun bagiku, perjalanan ini adalah

perjalanan emosional yang membuatku flashback ke beberapa abad silam. Bahwa sekalipun Sumenep hanyalah kerajaan kecil yang merupakan bagian dari kerajaan Adidaya Majapahit. Namun Sumenep adalah bagian sejarah yang tetap mengabadi di tanah air. Adipati Arya Wiraraja yang merupakan Adipati pertama adalah penasehat sekaligus sosok kepercayaan bagi Raja Majapahit yang pertama yaitu Raden Wijaya. Dari sini kita tahu, bahwa Sumenep memiliki peranan penting dalam kejayaan Majapahit. Sumenep telah mengukir sejarah kemakmuran dan kejayaannya di masa lalu, yang seharusnya menjadi cermin bagi rakyat Sumenep masa kini. Matahari semakin condong ke arah barat. Itu adalah matahari yang sama dengan matahari ratusan tahun yang silam. Matahari yang menjadi saksi akan kepandaian Arya Wiraraja dalam memimpin Sumenep. Matahari yang menjadi saksi akan kegagahan Jokotole melawan Dempo Abhang. Matahari yang menjadi saksi akan kecantikan dan kelembutan serta kesantunan Potre Koneng. Matahari yang menjadi saksi akan kemakmuran dan kewibawaan Sumenep zaman dulu. Matahari yang menjadi saksi perjalanan kita saat ini. Warga Sumenep yang sibuk dengan segala modernitas dan berbagai tuntutan zaman. Semoga kita mampu melakukan yang terbaik dalam segala hal yang kita jalani. Semoga kita mampu menjaga kedamaian dan keadilan di Sumenep. Amin. Kini, JAS MERAH bung Karno menjadi kata-kata yang luar biasa di telingaku. Wallahu A’lam bisshawab. *Leggung, Batang-Batang

17 NOVEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 7


mata opini

Kudeta Simbolisme Pembangunan atas Substansi Peradaban Abrari Alzael*

T

ahun ini, Sumenep berulang tahun yang ke 745. Dari aspek kelahirannya, usia tersebut tidak muda lagi, untuk tidak menyebutnya renta. Jika hitungan normal manusia berusia rata-rata 60 tahun, maka usia yang ke 745 ini setidaknya sudah 124 generasi. Selama 124 turunan ini, apa yang telah dihasilkan Sumenep? Agak merepotkan menyebut keberhasilan Sumenep selama 745 tahun sejak kabupaten ini berdiri sebagai sebuah teritorial geografis pada tahun 1269 silam. Begitu juga agak repot menyebut ketidak berhasilan Sumenep dalam banyak hal. Tetapi dilihat dari yang ada saat ini, Sumenep nyaris berkembang biak dalam asbak. Sumenep seakan-akan berjalan apa adanya dibanding dengan yang diinginkan terjadi. Bahwa hal ini terkatakan, ini bukan untuk mengkritisi Sumenep, melainkan hal ini disampaikan sebagai bentuk perhatian yang berbeda dari anak kandung sejarah. Dari tahun ke tahun, dari generasi ke generasi berikutnya, pembangunan di Sumenep memberi kesan tidak fokus pada setiap periode. Semua digarap dengan maksud yang baik; pemerataan. Karena tidak ada konsentrasi, Sumenep ibarat teritorial yang memamah isu. Pembangunan dari berbagai sektor terealisasi setengah-setengah. Ini terjadi karena Sumenep memposisikan sebagai herbivora dan karnivora pada saat yang sama. Sehingga, tidak ada yang menonjol dari hasil pembangunan yang bisa dilihat dengan nagras. Sekedar menyebut contoh, Sumenep tidak sepenuhnya berhasil mengembangkan industri pariwisata. Ini lantaran perjalanan Sumenep mengadopsi pola lama sebagai omnivora. Potensi wisata yang ada pun terengah-engah karena konsep dan realisasi pembangunannya berjalan setengah-setengah. Sumenep pada akhirnya memaksa dirinya pada program yang tidak berbasis data dan riset. Wal hasil, program industri pariwisata menjadi ajang proyek, bukan program inovatif. Adanya wisata pantai Lombang dan Salopeng, ini karya putera Sumenep. Melainkan ia ada karena Tuhan ikut campur. Sedangkan inovasi dari adanya potensi alam ini sejak sebelum Sumenep berdiri, hingga berulang tahun yang ke 745 tahun

ini, pertumbuhannya seperti berkembang biak dalam asbak. Ini pasti berbeda dengan bagaimana Lamongan yang mendadak masyhur karena sukses membangun industri pariwisata WBL, Wisata Bahari Lamongan. Ini hanya tamsil kecil inovasi yang lahir dari desain peradaban masa depan yang terkonsep dengan baik, berbasis data dan berpijak pada hasil riset. Konstruk wisata yang hanya menjadi bagian kecil dari sebagian besar pembangunan ini memberi kesan tersendiri dan diakui masyarakat luar Lamongan. Sedangkan di Sumenep, memaksakan dirinya untuk diakui sebagai teritorial yang diperhitungkan sejarah kontekstual. Contoh lainnya, Sumenep mendeklarasikan diri sebagai Kota Keris pada tahun 2013, bertepatan dengan ulang tahun Sumenep yang ke 744. Dengan agak bombastis dikatakan, Sumenep sebagai Kota Keris Terbesar di asia Tenggara. Ukuran terbesar ini berpijak pada Sumenep yang mengukur dirinya sendiri sendiri yang tentu saja, dengan kacamatanya sendiri. Penetapan Kota Keris ini diakui berpijak dari hasil diskusi dengan kelompok empu keris di Sumenep dan pemerhati keris di Surabaya. Dari diskusi itu terungkap, jumlah empu keris di Sumenep saat ini tercatat 554 empu. Jumlah ini diklaim sebagai empu terbanyak se Asia Tenggara, mengalahkan Yogjakarta dan Solo, benarkah? Selanjutnya, pemaksaan diri sebagai Kota Keris dikokohkan dengan pameran 5000 keris dan kemudian MURI memberi rekor. Rekor MURI ini bukan untuk mewisuda Sumenep sebagai Kota Keris, melainkan MURI memandang Sumenep sebagai panitia yang sukses dalam pameran keris dengan jumlah 5000 pusaka. Ini tidak dengan sendirinya mendaulat Sumenep sebagai Kota Keris karena kehadiran MURI bukan untuk melakukan legitimasi, kecuali membukukaannya sebagai sesuatu yang tidak biasa, yang unik. Pemaksaan kedua sebagai Kota Keris, ditandai dengan pembangunan Monumen Keris di simpang empat masuk kota Sumenep jalur tengah dari arah barat. Niat untuk membangun monumen sangat baik, tetapi hal ini menjadi tidak baik manakala koordinasi dengan jajaran terkait dan mengabaikan Andal (analisis Dampak Lingkun-

gan). Dari sisi ini, menjadi indikasi pembangunan monumen tersebut memberi kesan tidak koordinatif dan mengabaikan nilai filosofis layaknya monumen. Monumen Keris ini sangat jauh berbeda dengan pembangunan Monumen Arek Lancor di Pamekasan yang sarat nilai, estetik, dan filosofis. Sumenep sebagai Kota Keris yang diresmikan sendiri oleh orang dalam juga berbeda pada saat Pamekasan yang diumumkan sebagai Kota Batik di Jatim. Gubernur Soekarwo merasa berkepentingan untuk hadir saat itu untuk meresmikan. Ini karena Kota Batik di kabupaten dalam lingkup Provinsi Jatim memberi dampak pada masyarakat pembatik di Pamekasan dan menambah gengsi Jatim di khazanah nasional maupun internasional pasca pengakuan Unesco yang menyebut batik sebagai karya adilihung anak bangsa (Indonesia). Dari sisi akademik, sejumlah akademisi membuat kajian ilmiah serupa skripsi bertajuk Pengaruh Penetapan Pamekasan Sebagai Kota Batik Terhadap Pengrajin batik Kecamatan Proppo (2012). Ini sebagai tanda bahwa pengumuman Kota Batik bukan program simbolik, melainkan substantif dan berdampak. Lalu bagaimana nasib empu keris di Sumenep pasca dinobatkannya Sumenep sebagai Kota Keris yang agak bombastis karena dianggap terbesar di Asia Tenggara? Diskursus Monumen Keris yang dijadikan pilot project kajian atas pembangunan di Sumenep pada tulisan ini, hanya sebagian kecil dari kasus lainnya yang pantas diduga tidak berbasis data dan riset. Jajaran terkait seakan-akan hanya bekerja agar atasannya puas dan secara pribadi bawahan mendapat pujian bahkan keuntungan. Jika ini yang benar-benar terjadi, Sumenep pastilah berada dalam petaka yang nyata terutama manakala pembangunan hanya dilakukan dan bukan menjadi kebutuhan masyarakat secara umum. Jika bawahan hanya bekerja tanpa data, riset, dan skala prioritas, Sumenep pada akhirnya akan rapuh karena mengedepankan ruang simbolik dan mengabaikan rangka substantif. Benar kata Buya Hamka, jika hanya bekerja,binatang juga bekerja.

*Budayawan Muda Madura

Redaksi Mata Sumenep Menerima tulisan opini dalam berbagai perspektif dengan materi Seputar Sumenep. Panjang tulisan maximal 850 kata. Tulisan bisa dikirm via email: matasumenep@gmail.com 8 | MATA SUMENEP | 17 NOVEMBER 2014


REFLEKSI 10.000 cAMPOR

Soto Campor dan Gaya Bupati Mendongkrak Ekonomi Warga

Moh. Ilyas*

S

oto Campor sempat menghebohkan warga Sumenep. Pesta rakyat yang menyajikan 10 ribu porsi Soto Campor gratis untuk publik ini menjadi buah bibir kalangan politisi dan pengamat Sumenep lantaran baru dan mengagumkan siapapun yang menyaksikan. Apalagi berbarengan dengan rangkaian kegiatan one stop event di hari itu. Benar-benar menghebohkan dan spektakuler. Masyarakat awam dengan kacamata politis pasti mengira, kegiatan tersebut telah menghambur-hamburkan APBD. Padahal, kegiatan itu merupakan kegiatan partisipatif, sebagian dari CSR Bank, sponshorsip dan partisipasi sejumlah SKPD yang terkordinir lewat ativitas PKK Kabupaten hingga PKK Kecamatan. Tepatnya, kegiatan itu non-budgeter alias non APBD. Apa maksud dibalik kegiatan itu ? Tentu pemerintah kabupaten dalam hal ini Bupati Sumenep KH. A. Busyro Karim, bermaksud mendongkrak aktivitas ekonomi warga melalui rangkaian kegiatan yang melibatkan sejumlah elemen. Mulai dari pedagang rempah-rempah, pedagang sembako, pedagang busana khas Madura (pesa’an) hingga pedagang Soto Campor sendiri. Termasuk pedagang kaki lima yang pasti terkena imbasnya. Sekali lagi kegiatan itu bukan semata hura-hura. Wajar bila kegiatan spektakuler ini masih ada yang melihat dari kacamata sebelah. Tidak melihat secara utuh. Apalagi disusupi oleh kepentingan politik pribadi dengan membagi-bagi kaos bahkan mungkin fulus di tengah kegiatan pada saat berlangsung. 10 ribu porsi Campor gratis, bisa dibilang sebuah sajian kolosal yang digagas Ibu Nurfitriana Busyro Karim lewat Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang, karena mobilisasi massa penikmat Campor melibatkan seluruh SKPD, BUMD, BUMN, instansi vertikal hingga kelurahan. Dan peserta yang datang sangat antusias sehingga ada yang menaksir mendekati jumlah angka 13 ribu piring. Sebab per SKPD atau instansi terkait membawa lebih dari target 100 piring. Kenapa Ibu Nurfitriana memilih makanan

khas Sumenep SOTO CAMPOR? kok bukan kuliner khas Sumenep yang lain, seperti rujak cingur, soto babat atau kaldu soto (Kalsot) yang juga dikenal familier sebagai masakan favorite masarakat Sumenep ? dan kenapa harus ada rekor MURI dalam hajatan tersebut ? Hal ini yang menjadi tanda tanya banyak orang. Ditilik dari segi nama, Soto Campor memberi kesan seolah masakan campuran layaknya gado-gado yang dikenal sebagai masakan Jawa. Soto Campor kali pertama dikenal Ibu Fitri sama halnya dengan masakan soto lain yang memiliki kemiripan nyaris tidak ada perbedaan mencolok. Yang membedakan hanyalah variasi bumbu santan sebagai penambah nikmat. Apalah arti sebuah nama, Soto Campor barangkali hanyalah simbol pilihan nama yang sederhana agar mudah dikenal. Tetapi secara filosofis dibalik pilihan Soto Sampor yang menjadi icon baru pendeklarasian bahwa sumenep kaya akan kuliner, seolah ingin menegaskan tentang potret keberagaman masarakat Sumenep yang ber-campor-campor rasa, selera, warna serta kemauan yang tidak cukup dipaksakan dengan satu pemenuhan beragam rasa saja. Selain itu, semangat yang diusung dari gelaran makan Soto Campor gratis, penulis menangkap pesan ajakan tentang pentingnya sebuah kekompakan, kebersamaan meski beda selera akan tetapi jika berkumpul dan makan bersamasama, perbedaan selera dan hambarnya rasa akan hilang. Yang ada semangat melestarikan dan menjaga persaudaraan demi kedamaian dan keamanan Kabupaten Sumenep yang kita cintai. Satu sama lain, antar individu boleh berbeda selera, boleh apor campor rasa dan tidak ada yang melarang beda menu masakan. Tetapi untuk kemajuan Sumenep ke depan, dibutuhkan komitmen kuat bersama agar tidak terpecah belah karena beda visi-misi atau beda kelompok. Warga Sumenep harus tetap kompak bergandengan tangan. Kegiatan 10.000 campor gratis menjadi hajatan orang banyak lantaran yang datang dari berbagai kalangan, bercampur latar belakang ; mulai dari pejabat tertinggi, seperti Bupati, Wakil

Bupati, pejabat eselon, staf, hingga tukang becak berbaur dan bercampur aduk nyaris tidak ada jarak. Wuuuuuuussss‌.. bagai angin dalam sekejab sepuluh ribu lebih campor ludes. Mereka berjubel bersantap bukan sekedar lapar dan iseng mengisi perut, akan tetapi benar-benar lapar dan haus akan kehidupan yang penuh romantisme, kekompakan serta kebersamaan dalam wadah satu rasa. Rasanya baru kemarin, sajian porsi 10.000 campor gratis yang baru saja berlalu benarbenar menjadi kegiatan camporan dalam dinamika ruang publik antero kota sumenep, dari yang sekedar iseng ikut JJS untuk mendapatkan doorprise, berdangdut ria dengan Yus Yunus, ber-selfie bersama gadis-gadis marlena, antre menukar kupon campor, hingga yang paling lucu dan menggelikan ada bagi-bagi kaos Bacabup 2015, benar-benar menjadi penanda bahwa kegiatan campor gratis menjadi milik masarakat sumenep, menjadi lucu karena ada penumpang gelap politis numpang popularitas kegiatan makan 10.000 campor gratis. Soto campor benar-benar telah menjadi makanan yang merakyat dan terangkat kepermukaan menjadi fenomena baru sebagai instrumen daya saing potensi daerah. Karena Ibu Nurfitriana Busyro Karim sang penggagas kegiatan mengenalkannya agar semakin populer menasional lewat Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai media promosi wisata kuliner yang dimiliki Sumenep. Pesta belum usai. Tentu kita semua berharap agar capaian rekor yang digagas istri Bupati tersebut, tidak sekedar menjadi piagam yang digantung di museum milik Bang Jaya Suprana di Semarang. Dan agar kita tidak hanya kebagian sebagai tukang cuci piringnya pembangunan pasca usainya kegiatan sepuluh ribu campor, rekor-rekor baru yang lebih konkret benar-benar digarap lebih serius oleh para stakeholder pegiat wisata dalam rangka memajukan dan mempromosikan kuliner khas Sumenep. Mantap menikmati campor, mari kita ambil sisi positifnya !! * Dewan Ahli Mata Sumenep

17 NOVEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 9


one stop event Belakangan, sebagian warga Sumenep, terasa kaget bercampur takjub ketika menghitung aneka kegiatan seremonial di bumi Sumenep, yang selalu tampil begitu “wah�. Sebut saja kegiatan mulai dari HUT RI, Festival Soengennep Flowers, pameran pembangunan di tiap kecamatan, hingga perayaan 10 ribu piring makanan Soto Campor di Hari Jadi Kabupaten Sumenep, ke 745 yang terangkai dalam one stop event. Sehingga ada yang iseng mengkalkulasi, biaya yang tampak dihamburkan mencapai miliaran rupiah. Itu pun di luar angka hitungan kasat mata.

si abang becak ikut merengguh keuntugan dalam one stop event

Padat Kegiatan Menambah Pendapatan Warga

P

ertanyaan sebagian orang, jika disebut penghamburan uang APBD itu, apakah tanpa makna? Memang dari kacamata sepotong, bisa jadi benar asumsi di atas. Dari sekian agenda tampak seremonial,kurang substantif. Tahukah di Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) yang tercantum di APBD sedikit alokasi kegiatan yang tercantum. Sejumlah agenda itu banyak menggunakan non-bugeter alias non APBD. Dana itu berasal dari partisipasi SKPD dan CSR dari Bank serta sponshorsip yang sudi beriklan produk di Sumenep. Sebagian kegiatan tercatat di DPA masing-masing SKPD. Kegiatan seperti 10 ribu campor kuliner merupakan luar agenda besar tahunan yang terencana sehingga tak tercantum di DPA. Memang begitulah cara Bupati Sumenep, Abuya Busyro Karim yang selalu mencari terobosan untuk mendorong peningkatan ekonomi warganya melalui berbagai kegiatan. Memang belum ada survei terkait efek peningkatan ekonomi dari berjubelnya kegiatan seremonial ini. Setidaknya, fakta di sejumlah hotel di Sumenep, sudah fully booked, jauh sebe-

10 | MATA SUMENEP | 17 NOVEMBER 2014

lum acara digelar. Sehingga, mereka yang terlambat order hotel, terpaksa menginap di hotel Kabupaten Pamekasan. Sejumlah hotel dan penginapan di Sumenep sudah terisi penuh para wisatawan domestik. Sehingga, tidak heran, bila melihat pertumbuhan hotel dan penginapan, sejak kepemimpinan Busyro Karim, begitu pesat. Dan berimbas pada lompatan PAD yang begitu monumental, meski belum ada data riil dari DPPKA, perolehan retribusi dari hotel dan restoran setelah dipungut pajak 10% bagi pengunjung. Dari sisi peningkatan usaha warga. Seperti, pendapatan para pedagang kaki lima atau usaha kecil menengah, pasti merengguh keuntungan dari hasil jual, setelah banyak penonton yang membeli. Restoran, hotel dan alat transportasi, juga kena imbasnya, setelah para wisatawan domestik ramai-ramai, berkunjung ke bumi Super Mantap. Tak ketinggalan para penjual konveksi dan jasa salon, merasakan imbas pergerakan ekonomi. Dalam teori pertumbuhan ekonomi, berbagai aktivitas di Sumenep menjadi sebuah proses perubahan kondisi perekono-

mian warga secara berkelanjutan menuju ke arah lebih baik. Sebut saja, pasar Minggu sebagai pasar baru telah membuka roda ekonomi dibidang kuliner. Dan dalam pertumbuhan ekonomi bisa dilihat dari lonjakan kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan warganya. Pertumbuhan ekonomi warga menjadi indikator keberhasilan kepemimpinan sang bupati. Di luar gesekan ekonomi, sejumlah kegiatan merayakan sebuah moment, sudah terjalin transformasi kreatifitas dan inovasi warga dalam aktivitas baru atau peningkatan usaha. Kenapa? Dialektika dalam sebuah aktivitas tentu memberi makna dan nuansa tersendiri, yang tanpa sadar, menjelma sebuah ide baru, yang tidak terduga. Gagasan-gagasan baru itulah, melebihi sekedar bantuan materi yang diterima. Semangat dan gagasan baru, menjadi penggerak memulai aktivitas baru atau pintu baru peningkatan usaha. Selain hiburan gratis warga. Bukan sekedar berfoya-foya. redaksi


one stop event Lorong-lorong gelap langkahku tersendat - sendat Namun aku coba melangkah dan melangkah Walau kaki tak kuasa menahan raga Diantara dosa yang terikutkan

Disudut jalan bersinar seberkas lilin Bersama gema malam memeluk kesunyian Aku berhenti melepaskan lelah Bersandar menatap bintang satu dua

Kisah Legendaris SALTIS ROCK BAND Sumenep

Lirik Lagu Sadar Sarat Pesan Sufistik

Dan ketika kini aku pejamkan mata Ada berkas putih hinggap didepanku Ada desah bisikan ditelingaku Dijantungku diuluh hatiku Oh……… oh……….. Yeah…….. yeah…...

# Antara sadar dan tiada Terbuka mata hatiku tiba - tiba Menatap cahaya putih menyambutku Membersihkan hitamnya hatiku

Kembali ke # Kesadaranku kini telah datang Bersama suara - suara menggugah sukma Menyongsong dagu penuh kesucian Mengajak kembali ke jalan Ilahi Oh……… oh……….. Yeah…….. yeah…... Kembali ke #

S

ADAR ......begitulah judul lagu ciptaan Encung Hariyadi, dkk, berhasil menyentak dunia musik rock di Republik Indonesia, tahun 1989. Dari kabupaten, nyaris tidak terlihat di peta musik Indonesia, SALTIS ROCK BAND, berhasil membawa harum nama Sumenep ke pentas nasional. Lewat Rock Festival-Part Fivedi Surabaya, Saltis menempati 10 besar Rock Band se Indonesia. Berposisi 10 besar di jajaran group musik rock Indonesia, Saltis harus melewati berbagai seleksi yang dihelat Produser Logzhelebor. Sadey Gozal, Bass personel eks SALTIS ROCK BAND, bercerita, seleksi group terbagi, empat zona. Zona Satu, meliputi Jabar-DKI. Zona Dua, Jateng-DIY. Zona Tiga, Jatim-Bali. Zona Empat, meliputi Sumatera dan Provinsi lainnya. Hasil seleksi masing-masing zona wilayah, mengirim Lima Group Band untuk di pentaskan di Malang. Dan Saltis Band, masuk hasil seleksi, Zona Tiga, yang ikut berlaga di Malang, setelah berhasil menyisihkan sejumlah Group Band dari kota lain di Jatim-Bali. Hasilnya, SALTIS ROCK BAND Sumenep, masuk deretan 10 besar. Sepuluh Group Band hasil seleksi itu, kembali pentas dalam Rock Festival yang dipusatkan di Tambak Sari, Surabaya. Dalam pentas Rock Festival-Part Five- di Surabaya itu, lagu Sadar membahana di belantika musik rock Indonesia. Selain keberhasilan Saltis menembus pentas musik nasional, bait-bait lagu yang dibawakan, menyentuh alam sadar manusia. Siapa pun, yang mendengarnya, pasti merasakan sentuhan makna yang dimaksud dengan rindu ingin selalu mendengarnya. Lirik-lirik lagunya, tidak lekang

di makan zaman. Meski seabrek lagu-lagu anyar menyesaki etalase-etalase musik rock Indonesia. Pesan lagu SADAR tetap menempati ruang-ruang kosong pecinta musik rock Indonesia. Darimana ihwal lagu SADAR? Sadey Gozal, menyebut, nama itu diambil dari fenomena sosial, terutama anak muda saat itu, yang terjerembab dalam dunia hitam. Anak muda yang suka minum-minuman, yang masih belum mengenal dunia Narkoba. Teman-teman Saltis, yang terdiri dari Encung Hariyadi (vocalis), Jass (Gitar), Awex Labeng (Keyboard), dan Bakar (Drumer), berdiskusi dan memberi masukan bait per bait. Finishingnya, sang vocal, Encung Hariyadi, menyesuaikan dengan arensemen musik. Tersirat, makna tiap bait lagu SADAR memiliki nilai filosofis yang amat sangat dalam. Bila dilihat dari kacamata tasawuf, hampir menyerupai aliran puisi Rumi (Jalaludin Rumi), sang Sufi kelahiran Balkh (Afghanistan) ,1207 Masehi lalu. Puisi Rumi selalu bercerita fenomena sosial yang disandarkan pada nilai cinta kepada Tuhan, lewat hasil lakunya. Kita bisa memahami pesan Sufistik lagu SADAR, seperti di bait... Dan ketika kini aku pejamkan mata Ada berkas putih hinggap didepanku Ada desah bisikan ditelingaku Dijantungku diuluh hatiku Makna pejamkan mata, dalam kacamata Sufistik, memiliki arti keluar dari belenggu syahwat, yang mengantarkan dunia kegelapan, di loronglorong (jalan) hitam. Makna kalimat, ada berkas putih hinggap. Ini juga bermakna secercah cahaya

(sinar) yang diraih, setelah keluar dari belenggu lorong gelap. Sedangkan makna, desah bisikan, di jantung dan di uluh hati, memberi isyarat laku seorang pencari cinta Ilahi. Dan dilanjutkan dalam bait berikutnya: Antara sadar dan tiada Terbuka mata hatiku tiba - tiba Menatap cahaya putih menyambutku Membersihkan hitamnya hatiku Siapapun yang faham makna bait-bait di atas pasti menyebut luar biasa karena sarat makna yang tersimpan. Beberapa bait dalam lirik lagu SADAR, sepintas, seperti penegasan kisah seorang salik (pejalan) yang sebelumnya melalui dunia gelap lewat lorong-lorong gelap. Dan di tengah jalan meraih cahaya putih. Kenapa menyebut cahaya putih, tidak menyebut cahaya merah,kuning, hijau (pelangi)? Zadey Gozal tersipu malu. Ketika didesak, apakah ada orang luar crew eks Saltis, yang memberi materi lirik lagu SADAR, Sadey Gozal, hanya tersenyum. “Ya...lirik lagu SADAR ini, sekedar memberi motivasi agar anak muda segera keluar dari dunia hitam yang menggelutinya. Anak muda harus SADAR, kembali ke jalan yang benar. Baitnya gabungan dari ide teman-teman. Finalnya, di mas Encung. Makanya, pencipta lagu SADAR atas nama Encung Hariyadi,” ucap pemilik nama asli Abdul Kadir, yang kini masih menjabat Kabid Komunikasi di Diskominfo. Memang, bagi mereka yang suka dunia tuilis novel atau cerpen, lagu SADAR bisa menjadi inspirasi kisah. bersambung...... mahdi

17 NOVEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 11


Anggota Sanggar Mekar Sare saat latihan jelang Pagelaran Sendratari

Edy Setiawan Sherli Hastari Haristanti

Aktor Dibalik Kesuksesan Pagelaran Budaya (Sendratari) di Hari Jadi Sumenep ke 745

N

ama mengandung do’a. Seperti orang tua memberi nama kepada si buah hati dengan harapan sesuai makna namanya. Demikian dengan nama tokoh dalam sejarah, seperti Airlangga, Mapanji, Daja Bhaja, Kemaswara, Gajah Mada, Hayam Wuruk dan lainnya. Didalam kitab pararaton dikatakan bahwa Arya Wiraraja semula bernama Bayak Wide. Halaman 18 pararaton (edisi Belanda) menyebutkan “ Hana ta Wongira, babatangira buyuting nangka, aran Banyak Wide, arupa tan kandel denira, dinohaken, kinon adhipatiaring sungenep, angar ing madura wetan”. Selain itu dalam Kitab Kidung Ranggalawe dikatakan “ wonten wongiro binatang buyut nangka, Banak Wideanami, sinung abhiseka, Arya Wiraraja sira, arupa sinangsiyeni, dinohan preneh, kinon angadhipati”. Manggu ing Soengennep Madura Wetan, lawasipun anganti patang puluh tiga, duk andon balanabrang, sira Wiraraja dadi arasa-rasa, dene dinohan apti (nyanyian 1 Durma). Nama Arya Wiraraja, sangat jelas. Nama itu berarti Raja yang gagah perwira (Wira: perwira, kesatrya, Raja: Raja, pemimpin). Gelar Arya menunjukkan bahwa Wiraraja adalah seorang pejabat tinggi, lebih–lebih bila dikaitkan dengan jabatannya sebagai adhipati (adhi: pertama, baik, pati: raja, pemimpin). Gelar Arya dalam masyarakat Jawa Baru berubah menjadi Haryo (pangeran Haryo). Begitulah cara sang sutradara senior melakukan kajian sebelum membuat alur cerita dan mencari figur yang bisa membawahi karakter Arya Wiraraja dalam Prosesi Seni Drama dan Tari (Sendratari) dalam Pagelaran Budaya Hari Jadi Sumenep ke 745, 2 November lalu. Suara aplaus selalu bersahutan menandakan penampilan Sendratari benarbenar menghipnotis penonton. Kelaborasi Seni Tari dan Teater di luar bayangan penononton kebanyakan. Atraksinya menumbuh hijaukan kebersamaan, keakraban, dan senyum manis Sumenep yang semakin berseri. Tak ubahnya bau kembang melati yang selalu semerbak memberi keharuman dan ketenangan bagi seluruh masyarakat Sumenep. Sosok Arya Wiraraja memberi jalan terang dan kisah sejarah yang menakjubkan, dengan ketenaran dan dan kejayaan Sumenep sebagai pusat kerajaan tunggal di Pulau Madura. Siapa sosok dibalik kesuksesan pagelaran ini? Edy

12 | MATA SUMENEP | 17 NOVEMBER 2014

Setiawan, yang selama ini hanya dikenal di dunia fotografer, ternyata menyimpan keunggulan di bidang Sutradara Sendratari, sejak lama. Kemampuannya ia baru ditunjukkan ke publik di usia mendekati angka 70. Memang, tidak sedikit yang mencibir sosok Edy menjadi sutradara dalam even tahunan di Hari Jadi Sumenep. Sebab, Edy sebatas kondang di dunia wacana budaya dan fotografer. Terdengar asing bagi generasi muda Madura jika di lacak di dunia Sendratari. Ternyata, Edy sudah berkecimpung di dunia Sendratari sejak tahun 80-an. Ketika Mata Sumenep bertanya kebenarannya, Edy tersipu dan senyum. Maklum seusia Edy tergolong matang di dunia persilatan. Meski dirinya mendengar cibiran akan posisinya sebagai sutradara, Edy memilih diam. Tanpa duga, Mata Sumenep, melihat tumpukan piagam di atas meja ruang tamunya, di dalam map, yang menyimpan piagam penghargaan dari Direktorat Kesenian di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, pada tahun 1984, sebagai peserta Pekan Drama Tari dan Teater Tingkat Nasional. Disusul piagam penghargaan dari Bupati Sumenep, Soegondo, sebagai Sutradara Sendratari Joko Tole, pada tahun 1988, dalam aksinya di Taman Candrawati Wilwatika, Pandaan, Kabupaten Pasuruan. Terakhir Piagam dari Gubernur Jatim, Imam Utomo, diberikan kepada Edy Setiawan sang Sutradara Tombak Pateh Attas Langnget Majapahit, sebagai Seniman Berprestasi Tingkat Nasional dalam Penyaji Unggulan dan Ark-Arakan Terbaik Karnaval Prajurit Tradisional Nusantara Tahun 2007 di Jakarta. Ketika didesak untuk difoto copy, Edy melarang. Tapi setelah dirayu, akhirnya Edy luluh dan mengizinkan. Edi tidak sendirian. Ia dibantu ibu Sherly Hastari Haristanti, S.Si,Ketua Sanggar Mekar Sare. Kedua sosok ini membagi peran, karena deadline waktu sangat minim. Edy bertugas menyusun naskah alur cerita. Ibu Sherly mencari figur yang sesuai dengan peran dalam alur cerita. Pemilihan figur peran dan keserasian warna kostum menjadi pemikiran utama saat pementasan. Sedangkan Edy mencoba menghadirkan aura Raja–Raja Sumenep dan kemegahan kerajaan tempo dulu, sehingga para penonton bisa berfantasi susana tempo doeloe. Waktu 45 hari menjadi waktu sangat singkat untuk merekrut dan melatih pemain. Bagi Edy, pertunjukan Minggu, 2 November lalu, menjadi

pekerjaan sangat berat, karena 75 % figur yang memainkan peran tidak berlatarbelakang teater. Edi Setiawan dan Sherly Hastari Haristanti, mencoba melangkah di tengah kekhawatiran untuk menunjukkan hasil terbaik. Rukrutmen 300-an figur berasal dari sejumlah pelajar SMP, SMA, pemenang Kacong Cebbing Sumenep dan anggota Sanggar Potre Koneng dan Sanggar Mekar Sare. 45 orang, terdiri 15 cewek dan 30 peserta cowok dari Sanggar Mekar Sare. Sisanya diambil dari utusan SMP, SMA dan Sanggar Potre Koneng. Tarian dari Sanggar Mekar Sare adalah tarian Pangesto yang sengaja dicipta sendiri ibu Sherly. Tarian pangesto merupakan wujud restu atau patuh atas kehadiran Arya Wiraraja. Pangesto arti dalam bahasa Indonesia adalah sebuah Restu. Pengertian umum adalah sebuah do’a restu untuk Arya Wiraraja yang telah menyandang gelar Adhipati. Sherly bercerita sebelum menggelar training atau latihan, para anggota dilakukan uji mental. Selain itu, Sherly juga membuat beberapa property yang digunakan dalam pementasan saat Hari Jadi Sumenep yang ke 745. Guru SMP 1 Sumenep ini tidak menduga, penampilan anak asuhnya, saat pelantikan Arya Wiraraja jauh dari yang ia kira. Totalitas dan penghayatan antar masing masing pemain telah menjadi kelaborasi yang enerjik. Sehingga ia sangat bersyukur, melalui kerja keras dan metode latihan di Bidang Tari, bisa ikut partisipasi dalam merayakan Hari Jadi Sumenep dalam bentuk Pelantikan Arya Wiraraja sebagai Adhipati. Sang Sutradara Edi Setiwan, merasa bersyukur bisa berperan di puncak Hari Jadi Sumenepke 745. Hanya ia memberi catatan dari beberapa kesulitan saat proses latihan, seperti pemilihan figur pemain, pembentukan karakter serta pilihan kostum. Sebagian besar kostum dan properti masih milik sanggar. Sebagian, menyewa, sisanya disediakan oleh Disparbud.Rata-rata kostum yang disediakan Disparbud bernafaskan Singosari. Karena itu, Edy berpesan kepada generasi muda Sumenep agar terus berkarya dalam seni. Sehingga kebudayaan Sumenep tetap lestari dan menjadi kebanggan identitas warga Sumenep. imam rasyidi


PANGESTO

BKPP Sukses Gelar Test CPNS Menjadi Pegawai Negeri Sipil mayoritas menjadi incaran utama bagi lulusan sarjana Strata I, Strata 2, dan Strata 3. Seperti yang terjadi di Kabupaten Sumenep, di tahun 2014 ini ada 4162 orang yang mendaftar untuk mengikuti seleksi. Dari 4162 Calon pendaftar yang telah mengisi formolir pendaftaran, banyak yang tidak mengikuti tes seleksi. Padahal dari Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan (BKPP) sering mengkonfirmasikan kepada seluruh calon peserta tes. Pihak penyelenggara, Kepala Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan (BKPP) Sumenep, Titik Suryati mengatakan, membutuhkan waktu 5 hari untuk menyelesaikan tes seleksi. Kepala Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan (BKPP) Titik Suryati menuturkan, di tahun tahun sebelumnya tempat tes CPNS di Surabaya. Tanggal 17 September BKKP menerima surat dari Menpan yang isinya Sumenep bisa bekerjasama dengan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) dalam seleksi CPNS ini dan lokasinya ditempatkan di Sumenep. Badan penyelenggara tes seleksi menyediakan 10 lokasi yang akan menjadi pusat tes seleksi CPNS. Diantaranya kampus Akademi Komunitas, terdapat 140 unit komputer, SMA 1 Sumenep, SMKN Patean, SMP 1, 2 dan 3 Sumenep, SDN Pangarangan 3 dan SMA 2 Sumenep, SMK Kalianget, SKD. Di 10 lokasi ini tersedia 14 ruang, masing masing ruang tersedia 25 unit computer, 20 komputer di gunakan oleh peserta, 1 komputer pengawas, 1 unit di gunakan operator, 1 unit di gunakan administrator, dan 1 komputer digunakan oleh badan pengawas dari Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP). Pada 10 lokasi yang ada, tes koleksi dilakukan 3 sesi. Sesi pertama 20 peserta sampai sesi ketiga. Waktu pelaksanan dimulai dari jam 07:00 sampai jam 02:00 siang. Dimasing – masing hari ada 840 peserta tes. Titik Suryati mengatakan, ada beberapa tahapan yang diberikan oleh penyelenggara kepada CPNS, semacam sosialisasi, bimbingan teknis, dan pada saat h-1 BKPP memberikan simulasi kepada seluruh CPNS, agar penyelenggaraan tes seleksi berjalan sesuai yang diharapkan. Untuk materi tes yang di berikan adalah pengetahuan umum.

Secara keseluruhan total computer yang disiapkan sebanyak 300 unit yang tersebar di 10 lokasi itu. Untuk mengantisipasi kelambatan jaringan koniksi BKPP bekerja sama dengan Telkom. jumlah 300 unit komputer itu, pelaksanaan tes di Sumenep dipastikan hanya memakan waktu selama lima hari. Terkait biaya yang di anggarkan belum jelas, dari 43 formasi dan 4162 peserta takut ada formasi tambahan, sebab pemerintah setempat memang meminta formasi tambahan sebanyak 200 formasi sehingga Badan Penyelengga tes seleksi menganggar 400 juta rupiah yang sifatnya persediaan, ternyata formasi tambahan yang diminta tersebut tidak ada . sehingga untuk yang 43 formasi anggaran belum tahu pasti. Sementara Kepala Badan Kepagawaian Titik Suryati mengaku untuk tes seleksi tahun ini, menghabiskan biaya berapa belum diketahui. Sebab pihak penyelenggara belum selesai mengkalkulasi secara keseluruhan biaya yang dikeluarkan. Bagi seluruh CPNS harus tahu beberapa persyaratan yang telah tercantum seperti, ujian dengan sistem Computer Assisted Test: Seleksi Penerimaan CPNS 2014 secara Nasional dilaksankan dengan ujian / test menggunakan C.A.T. (Computer Assisted Test). Info dapat dibaca di Website Kemenpan & RB ( http://www.menpan. go.id/berita-terkini/1513 ), persyaratan umum: Sebagaimana diatur dalam PP Nomor 11 Tahun 2002 tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil, serta memenuhi persyaratan kualifikasi pendidikan sesuai lowongan formasi yang diminati, alamat E_mail: Seleksi Penerimaan CPNS 2014 hanya dapat diikuti melalui tahap pendaftaran di Portal ini, untuk itu calon pendaftar wajib memiliki alamat surat elektronik yang masih berlaku (email), pengisian data pribadi harus akurat: Semua informasi/data pribadi yang diisikan dalam formulir pendaftaran disini harus akurat, benar dan dapat dipertanggung jawabkan untuk menghindari hal-hal yang dapat merugikan diri sendiri atau merugikan pihak lain serta diberikannya sanksi hukum dikemudian hari. Calon peserta hanya dapat mendaftar 1 (satu) kali di portal ini (hanya mempunyai 1 kali kesempatan mengikuti test di salah satu instansi). Calon peserta dapat memilih 3 (tiga) formasi jabatan, yang kualifikasi pendidikannya sama pada instansi yang telah

diputuskan / dipilih oleh calon peserta, cermat danteliti : Harap mencermati setiap keterangan / instruksi / pemberitahuan / peringatan yang muncul di halaman-halaman pendaftaran, gratis : Penerimaan CPNS Tahun 2014 tidak dipungut biaya mulai dari pendaftaran s/d pengumuman hasil kelulusan. Persyaratan Umum CPNS Sumenep adalah Warga Negara Republik Indonesia, Pelamar adalah lulusan dari Perguruan Tinggi Negeri/Swasta yang telah terakreditasi, dan/atau telah mendapat ijin penyelenggaraan dari Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan atau Pejabat lain yang berdasarkan Peraturan Perundang-undangan berwenang menyelenggarakan pendidikan, Persyaratan Usia Pelamar berusia serendah - rendahnya 18 (delapan belas) tahun pada tanggal 1 Januari 2015, dan setinggi - tingginya 35 (tiga puluh lima) tahun pada tanggal 1 Desember 2014, Berkelakuan baik dan tidak pernah dihukum Penjara atau kurungan berdasarkan putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, Berbadan sehat dan tidak menggunakan obat-obatan terlarang, Tidak pernah diberhentikan dengan tidak hormat, tidak atas permintaan sendiri, atau tidak dengan hormat sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil/Pegawai Negeri Sipil atau diberhentikan tidak dengan hormat sebagai Pegawai Swasta, Tidak berkedudukan sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil atau Pegawai Negeri Sipil, Bersedia mengundurkan diri dari kepengurusan dan / atau keanggotaan Partai Politik jika dinyatakan lulus sebagai CPNS, Mampu mengoperasikan komputer. Sangat jelas sekali Titik Suryati mengatakan pengawai yang dicari adalah pegawai yang benar - benar faham dalam bidangnya, butuh penyeleksian yang sangat akurat dalam menetukan CPNS yang telah masuk final. Sehingga Kepala Dinas Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan (BKPP) Titik Suryati mengatakan akan mengadakan sumpah PNS yang akan diselenggaran di Korpri pada tanggal 18 November 2014 dengan jumlah 534 peserta. Yang mana ini bertujuan agar PNS di Kabupaten Sumenep dapat menjalankan tanggung jawab serta amanahnya dengan sesungguh sungguhnya. imam Rasyidi

17 NOVEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 13


PANGESTO

Ekonomi Kreatif di Pameran Kecamatan Pameran pembangunan di tiap kecamatan bisa menumbuhkan ekonomi kreatif dan memberi edukasi dalam menggali potensi desa. Tentu ini butuh peran aktif masyarakat untuk memunculkan aneka potensi di setiap desa. Apakah potensi SDA atau potensi SDM. Dalam minsed Bupati Sumenep, A Busyro Karim, pergelaran pameran di tingkat kecamatan, tentu melibatkan generasi muda baik sebagai peserta maupun pendukung. Semua kekayaan kecamatan atau desa seperti keragaman makanan (kuliner), hasil kreasi home industry dan hasil produk alam bisa ditampilkan lewat pameran.Ruang peran ini menjadi pintu untuk menunjukkan hasil kreasi yang bisa dipajang di setiap stand-stand kecamatan. “Saya yakin setiap desa pasti memiliki keunikan tersendiri. Melalui kegiatan pameran di tiap kecamatan, bisa menjadi ajang promosi potensi desa,� tutur bupati suatu ketika. Dalam kesempatan yang sama, Bunda Paud Kecamatan dan Desa dilantik oleh Bunda Paud Kabupaten, Nurfitriana Busyro. Dalam sambutannya, Bunda Fitri selalu menekankan pentingnya kualitas pendidikan yang harus dimulai sejak usia dini. Selain itu, ia juga berpesan agar para ibu untuk selalu memperhatikan kualitas gizi anaknya.

14 | MATA SUMENEP | 17 NOVEMBER 2014


PANGESTO

aneka aktivitas dan pertunjukan dalam pameran disetiap kecamatan yang menjadi leading sektor Diskominfo......Bravo...Super Mantap

17 17NOVEMBER NOVEMBER2014 2014| |MATA MATASUMENEP SUMENEP||1515


mata POTENSI

Dari Penyedia Service Komputer Kini Menjadi Raja Ponsel

Ustadz BQ nomor dua dari kanan

Mendengar nama BQ, orang langsung menunjuk toko komputer. Memang, BQ Computer tercatat sebagai perintis penyedia jasa service beserta kelengkapan komputer, di Sumenep. Dan label BQ, merupakan singkatan dari sang owner, Ustadz Subeki,- akrab dipanggil Ustadz BQ, yang sengaja mengambil identitas dalam bentuk usaha komputer. Buah dari perjuangannnya, ia petik kesuksesan dengan merambah usaha lain, seperti, konveksi, laundry, onderdil dan ponsel.

salah satu Gerai BQ di Prenduan

K

esuksesan saat ini, tentu melalui perjuangan yang sangat panjang dengan modal istiqomah dan keberanian mengambil risiko. Gairah usaha, beliau lalui setelah menamatkan pendidikan di Pesantren Al-Amien, Prenduan, tahun 1998. Awal usaha ia lalui dengan membuka jasa service komputer, di sekitar Ponpes. “Saya hanya bermodal kepercayaan dan uang saku sekolah yang ditabung sejak duduk di bangku SD,” cerita Ustadz BQ, mengenang ihwal usaha yang ia rintis. Dari hasil membuka jasa service, Ustadz BQ baru bisa membeli komputer untuk menyediakan kebutuhan dan permintaan konsumen, yang semakin meningkat. Antusiasme warga, ia respon dengan membuka kursus komputer yang dileng-

Biodata Nama Tetala Alamat

:SUBEKI Maret 1972 : Banyuwangi, 29 001 / 001 : Dusun Ketapang agaan Desa Jadung, Pr

: Kastubi Ayah : Marsun Ibu : Sri Astutik Istri , ni fa Ir Ahmad Fawas Nama Anak : 1) ani, 2) M. Farros Sofw arok ub 3) M. Nabhan M 2) Banyuwangi (198 Pendidikan : SD 9) 98 (1 gi MTs Banyuwan (1992) MA Banyuwangi (1997) an S1 IDIA Prendu fa’uhum Linnas” : “Khairunnas An Motto

kapi berbagai aksesoris komputer, hingga ke penjualan laptop dan perangkat tekhnologi modern seperti scanner, proyektor, LCD, printer multifungsi, finger print dan lain sebagainya. Dalam minsed Ustadz BQ, kehadiran teknologi komputer, laptop dan perangkat tekhnologi lain, sangat membantu pekerjaan individu dengan

16 | MATA SUMENEP | 17 NOVEMBER 2014

hasil maksimal dan efisien dalam waktu sangat singkat. Berangkat dari pemikiran itu, Ustadz BQ, terpecut mengembangkan usaha komputer di sejumlah tempat di Madura. “Pertama saya buka di rumah sendiri di Desa Jaddung Pragaan, pada tahun 1998,” tuturnya kepada Mata Sumenep. Pada tahun 2003, Ustadz BQ merambah Kota Sumenep, tempatnya samping Mapolres, memberi nama BQ Computer. Kemudian menambah gerai komputer di Jalan Kemala, Kelurahan Banselok, Sumenep, pada tahun 2008 dan Pamekasan, tahun 2010. Pada tahun 2013, Ustadz BQ memperluas bangunan usaha komputer di Sumenep dengan membangun gedung baru, setahun kemudian, toko anyar-nya, di lengkapi Bola-Bola Ponsel (pusat handphone). Di tahun itu pula, Ustadz BQ membuka BQ Galeri di Pakamban, yang menyediakan onderdil sepeda motor, jasa laundry, konveksi, tas sekolah, dan sepatu. Demi menjawab tantangan zaman yang serba ketergantungan dalam teknologi informasi dan komunikasi, Ustadz BQ membuka bisnis lebih spektakuler, dengan nama Dealer HP. Dari bisnis barunya, Ustadz BQ menambah gelar, Raja Ponsel di Madura. Kenapa? Di usaha Dealer HP itu, tergolong penyedia aksesoris HP (handphone) terbesar, terlengkap dan termurah di Madura, yang kini dikenal dengan nama BolaBola Ponsel. Usaha ini berpusat di dua tempat. Pertama, di Jalan Stadion, Pamekasan. Kedua, Jalan Urip Sumaharjo, Sumenep. Untuk memberikan kepuasan bagi para konsumen, Ustadz BQ, selalu memanjakan konsumen dengan pelayanan terbaik, tersedia berbagai macam merek terkenal seperti Apple, Samsung, Advance, Treq, Oppo dll. Disela menekuni usaha yang sudah berjalan dan berkembang pesat, Ustadz BQ juga sukses bergelut di bisnis real estate (Perumahan) di sekitar wilayah Sumenep dan Pamekasan dengan bermodal keinginan dan keyakinan serta relasi bisnisnya, yang tersebar di dalam maupun luar Madura. Harapan beliau jangka panjang dari usaha ini bahwa masyarakat Madura dapat

mandiri memiliki tempat tinggal yang sederhana namun layak ditempati. Dalam perjalanan merintis usaha, memang tidak lepas dari aral rintangan. Namun, bagi Ustadz BQ, kerikill perjalanan usaha itu, dijadikan cermin untuk instrospeksi demi perbaikan dan kemajuan usahanya. Karena itu, ia selalu menanamkan kepada karyawan dengan unsur pendidikan sehingga memiliki nilai plus. Bekerja sambil belajar. Tak heran, jika jumlah karyawan di bawah naungan usaha Ustadz BQ, mencapai 250 orang, yang diambil dari sejumlah tempat di Sumenep dan alumni Ponpes AlAmien. Motivasi utama dari semua usaha yang ia tekuni adalah untuk mengurangi angka pengangguran di masyarakat Madura. Ini terbukti dari keseharian keluarga, istri dan anak-anak beliau yang penuh dengan kesederhanaan dan jauh dari kemewahan. Hasil dari usaha-usaha beliau akan dikembangkan untuk membuka usaha lainnya, dengan demikian dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi mereka yang membutuhkan. Sehingga, dapat memberi konstribusi bagi negara, bukan hanya dengan menambah nominal PAD (pendapatan asli daerah), tapi bisa mengurangi angka pengangguran. Jiwa pejuang (ruhul jihad) Ustadz BQ, diaplikasikan ketika menimba ilmu dan menjadi guru di pesantren Al-Amien Prenduan yang cukup ternama di tanah Madura ini. Menurutnya, modal utama yang harus dimiliki untuk mencapai kesuksesan terutama dalam bidang wirausaha adalah Istiqomah, berani mengambil risiko dan mampu bekerja sama dengan orang lain. Memperbanyak jaringan atau relasi kerja, jangan terlalu banyak berfikir dengan risiko karena kesuksesan dapat diraih setelah melewati tangga kegagalan. Namun tujuan akhir dari semuanya, adalah memberikan manfaat bagi mereka sekitar kita seperti motto hidup beliau “Khairunnas Anfa’uhum Linnas” Berani mencoba!!!.. ahmad faidi


mata desa

Deklarasi Damai Pilkades Gratis Serentak Deklarasi Damai Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Serentak Sumenep 2014 berlangsung guyub di Pendopo Agung, pada hari Rabu 12 November 2014. Acara dihadiri 280 Calon Kepala Desa (Cakades), BPD, Ketua Panitia, Muspika dan Forpimda Kabupaten untuk menyaksikan Deklrasi Damai dan Ikrar untuk menyelenggarakan Pilkades damai.

Langkah ini tergolong baru dilakukan Pemkab Sumenep dalam kontestasi politik tingkat desa. Biasanya, deklarasi damai berlangsung pada kontestasi politik tingkat kabupaten. Bupati Sumenep Abuya Busyro Karim dalam sambutan meminta kepada Cakades yang ikut dalam Pilkades Gratis agar legowo dan siap menang dan siap kalah. Sehingga tidak ada permasalahan yang menonjol dan kedewasaan politik di tingkat desa mulai terwujud. “Berkompetisi politiklah secara dewasa. Karena, tidak seluruh calon bisa memenangkan pemilihan kepala desa. Pilkades serentak merupakan komitmen pemkab Sumenep untuk lebih meningkatkan kualitas demokrasi tingkat desa, sekaligus mereduksi konflik horisontal, dan mengurangi praktek perjudian atau taruhan,� papar bupati. Dalam acara itu, panitia dari Pemdes memberi kesempatan kepada masing-masing Forpimda untuk menjelaskan terkait aturan Pilkades. Khusus Mapolres, Pemdes memberi waktu kepada semua jajaran Kepala Satuan (Kasat) di Mapolres untuk menjelaskan secara rinci hal-hal yang melanggar peraturan. Seperti, Kasatlantas Polres Sumenep, AKP Musa Bakhtiar meyampaikan materi terkait lalu lintas saat Pilkades agar para pendudkung tidak melakukan konvoi sepeda motor yang dapat memicu ketersinggungan antar pendukung Calon Kades. Sedangkan persoalan hukum dipaparkan Kasatreskrim Polres Sumenep. rusydiyono

17 NOVEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 17


MATA DESA

Camat Batang-Batang saat menerima piala penghargaan dari Bupati Abuya Busyro Karim

Camat Terbaik Duta Sumenep Camat Batang-Batang, Anwar Syahroni Yusuf, berhasil menyisihkan 26 Camat untuk menjadi duta Pemkab Sumenep dalam seleksi peningkatan kinerja ke tingkat provinsi Jawa Timur. Camat Anwar terpilih setelah melewati seleksi 27 Camat. Camat Anwar lolos ke babak penyisihan 5 besar dan terakhir lolos seleksi 3 besar. Dari tiga besar ini, Camat Anwar dinilai memiliki program kreatif dan inovasi yang memudahkan pelayanan warganya. Kepala Bagian Pemerintahan umum dan Otoda Setdakab Sumenep, Ferdiyansyah Tetrajaya, menerangkan bahwa lima Camat terbaik yang masuk dalam tahap penilaian adalah, Mohamad Junaidi, Camat Kota Sumenep, Anwar Syahroni Yusuf, Camat Batang-Batang, Joko Sigit Supraworo, Camat Ambunten, Agus Dwi Saputra, Camat Lenteng, serta Wahyu Kurniawan Pribadi, Camat Dungkek. “Lima camat tersebut merupakan camat terbaik setelah melalui berbagai

18 | MATA SUMENEP | 17 NOVEMBER 2014

penilaian yang dilakukan tim Pemkab Sumenep, yang dipimpin langsung Bapak Bupati Sumenep’’ ujarnya Kepada Mata Sumenep. Dari 5 Camat menyusut menjadi tiga camat terbaik. Yaitu, Anwar Syahroni Yusuf, Camat Batang-Batang, Mohamad Junaidi, Camat Kota Sumenep, Joko Sigit Supraworo, Camat Ambunten. ‘’ Tiga nominator terbaik di Sumenep dianugerahi Piala Bupati Sumenep yang diberikan saat upacara Hari Jadi Sumenep ke 745, 31 Oktober 2014,” jelas Ferdiyansyah. Waktu penilaian kinerja camat digelar sejak tanggal 29 September hingga 6 Oktober 2014 lalu. Penilaian dengan presentasi potensi wilayah dan dilanjuti sistem kunjungan lapangan. Semua itu dilakukan untuk menentukan lima camat terbaik, dan menuju ke tahap penilaian berikutnya hingga menghasilkan lima camat dan mengkrucut menjadi tiga dan satu yang terbaik.

Ferdiansyah merinci penilaian tersebut dilakukan dalam rangka memaksilmalkan dan memotivasi kinerja para camat dalam memberikan pelayanan pada masyarakat. Penilaian tersebut dimaksud untuk mendorong pengembangan kreativitas dan inovasi perangkat yang ada di tingkat kecamatan. “Camat Batang-Batang tergolong kreatif dan inovatif karena membuka pelayanan 24 jam kepada masyarakat BatangBatang yang membutuhkan pelayanan. Pak Camat memberi mandat atau delegarasi wewenang kepada bawahannya, untuk melayani masyarakat yang memerlukan keterangan berobat. Pelayanan orang sakit kan tidak waktunya. Ini terobosan Camat Batang-Batang yang dinilai kreatif dan inovatif dalam memberikan pelayanan kepada warganya,” ujarnya dari bilik telpon. rusydiyono


KISAH DIBALIK PENDOPO

Camat Batang-Batang

Uswatun Hasanah Aynizar Sukma

Bupati Makan Nasi “Pocong” Beralas Daun Jati Arah jarum jam menunjukkan pukul 18.30 Wib. Mobil rombongan Bupati Sumenep berjalan beriringan menuju lapangan sebelah kantor Kecamatan Batang-Batang. Terlihat sejumlah pimpian SKPD ikut serta dalam rombongan bupati yang akan menghadiri Pembukaan Pameran Pembangunan Dan Pengokohan Bunda Paud di Kecamatan Batang-Batang. Rombongan tiba di perempatan jalan BatangBatang, sebelah selatan tempat acara, pada pukul 19.15 Wib. Selanjutnya, rombongan orang nomor satu di Sumenep itu, memasuki lokasi kegiatan yang sedang berlangsung. Kehadiran bupati bersama rombongan disambut hangat oleh Bapak Camat Batang-Batang, Anwar Syahroni Yusuf. Sambi lalu tersenyum Pak Camat menjabat tangan suami Nurfitriana itu dan mempersilahkan duduk. Suasana kembali hangat disaat Shalawat Badar bergema. Lantunan Shalawat Badar pun telah usai. Acara demi acara penyambutan selesai, sehingga pada akhirnya tiba giliran Bupati untuk menyapa masyarakat Batang-Batang. Namun ada kejutan yang tak terduga, sebelum Abuya naik ke atas panggung, tiba-tiba muncul puluhan penari kaum pria yang berdandan layak perempuan dengan iringan musik tong-tong Super Mantap. Sebelum tarian itu diakhiri, dua orang dari penari itu mengeluarkan secarik kain putih. Setelah dibuka kain itu, ternyata ada tulisan yang bermunyi “Sumenep Super Mantap”. Tepat pukul 20.45 Wib, bupati mengucapkan salam, dan menyapa semua pengunjung. Dengan ciri khasnya, yaitu menggunakan bahasa Madura dan selalu dibumbuhi senyum. Mengawali sambutannya, bupati berkata “saya sudah lama tidak berdiri di lapangan Batang-Batang ini, dulu saya sering, karena saya sebelum menjadi bupati, saya aktif di GP Ansor, NU, sampai akhirnya ke PKB

dan kebetulan sering mengadakan acara di tempat ini,” ujarnya. Dalam sambutannya, Bupati menyampaikan tentang hakikat adanya pameran. Katanya, Selain untuk silaturrahim, ada sisi lain yang tak kalah pentingnya, yakni peningkatan ekonomi rakyat. Lanjut Bupati, dengan adanya pameran, proses perputaran uang akan semakin lancar. Karena semua pedagang bisa ikut menikmati keuntungannya, maka dengan sendirinya ekonomi rakyat semakin berkembang. Selain itu, dengan adanya pameran tersebut, produk lokal tidak akan punah, malah berkembang dan tambah baik. Sebelum mengakhiri sambutannya, bupati berharap, agar masyarakat Sumenep, Khususnya warga Kecamatan Batang-Batang terus berinovasi dan berkreasi. “Sebentar lagi Sumenep akan memiliki gedung khusus untuk menampungkuliner khas Sumenep. Apabila masyarakat terus meningkatkan produksinya dan dikemas dengan baik, tidak menutup kemungkinan, Sumenep akan kaya dengan makanan lokal,” ujar bupati. Setelah itu, bupati menyampaikan kebanggaannya kepada Anwar Camat Batang-Batang, sebab dengan dana sekecil Rp. 6.000.000 yang diambil dari APBD Sumenep bisa melaksanakan acara semeriah itu. Bupati berkata demikian karena melihat format dan jalan acara yang berlangsung dengan memeriah. Semua ini berjalan lancar karena kecerdasan pemimpinnya dalam menyiasati keterbatasan, sedikit memuji orang nomor satu di Kecamatan Batang. Usai sambutan Bupati tidak langsung turun dari panggung, tetapi masih menyapa grup musik Super Mantap. Tidak lama kemudian turun dan duduk kembali ke tempat semula. Beberapa menit kemudian pembawa acara dalam kegiatan tersebut menyampaikan, bahwa bupati beserta rombongan akan berkunjung ke semua

Stan yang ada. Sepontan pengunjung berdiri di samping jalan, tiada lain hanya untuk bersalaman dengan bupatinya. Saat itu Mata Sumenep yang bersama Kasubag pemberitaan Humas dan Protokol Ali Alhamidi berjalan di belakang rombongan. Bupati langsung ke Stan Nasi Pocong, disana terlihat Bapak Sekda, Hadi Soetarto juga ikut menikmati Nasi Pocong. Dari kejauhan Aynizar Sukma, ajudan bupati dan Uswatun Hasanah selaku ajudan Bunda PAUD, Nurfitriana tampak sibuk mendampingi junjungannya. Tetapi ada seutas kebahagiaan yang dirasakan oleh Nana panggilan akrabnya, dengan selalu ikut Bunda Fitri, selain bisa menambah wawasan juga bisa ngerti terhadap budaya di tiap-tiap daerah yang ada di Sumenep ini. Bapak Sufiyanto, Kabag Humas dan Protokol terlihat mondar mandir. Pak Sofi-panggilan akrabnya selalu memantau stan-stan yang akan dikunjungi bupati beserta rombongan. Semua itu ia lakukan demi kelancaran dan khidmatnya acara. Sesampainya di stan, pengunjung berebut untuk bersalaman dengan bupati. Bupati juga membalas salam sapa rakyatnya itu dengan senyum dan bertanya kabarnya “katinapa padhe sehat” katanya sambil berjalan mengunjungi stan berikutnya. Bahkan kata Ali,pengunjung pameran kali ini cukup tertib dan sukses. Blusukan bupati ke stan-stan berakhir di stan Bakso Gratis yang disediakan oleh panitia pameran pembangunan. Sehabis itu bupati berbincang-bincang santai dengan Camat. Tak lama kemudian langsung menuju mobil. Sayonara..... bupati kembali ke Rumah dinas di Sumenep. Sesampainya di Rumdin jarum jam menunjuk angka 02. Cukup melelahkan, tapi itulah kenyataan sebagai pemimpin bangsa. Tidak cukup duduk santai di atas meja. rusydiyono

17 NOVEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 19


album mata

Surat Untuk Wakil Rakyat

M

KJS Launching PWI Gelar Raker

S

ejumlah wartawan Sumenep yang tergabung lewat Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sumenep menggelar Rapat Kerja (Raker) tahunan bertempat di Balai PWI Jawa Timur dihadiri Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Dikominfo) Sumenep, Yayak Nurwahyudi dan Ketua PWI Jawa Timur, Ahmad Munir serta sejumlah pengurus PWI Jatim. Pembukaan Raker PWI Sumenep ini sengaja ditempatkan di Balai PWI Jatim dan dibuka langsung oleh Ketua PWI Jatim, Ahmad Munir, kemudian dilanjutkan di Hotel Weta Surabaya. Sebelum dilakukan pembukaan Raker, para awak media ini berdialog dengan pengurus PWI Jatim tentang penguatan organisasi PWI Sumenep.“Sebagai ketua PWI Jatim, kami bersama pengurus PWI Jatim sangat berterima kasih kepada kepala Diskominfo yang menyempatkan diri hadir ke Balai PWI Jatim ini,” ungkap Ahmad Munir. Raker PWI Sumenep ini berlangsung mulai tanggal 15 hingga 16 November 2014. Sebelumnya, sejumlah awak media di Sumenep yang tergabung dalam Komunitas Jurnalis Sumenep (KJS) menggelar Launching dan Refleksi Hari Pahlawan sembari memberi anugerah bagi peserta Sayembara Menulis Satu Hati Membangun Sumenep. Kegiatan KJS ini berlangsung di WPS, Minggu 9 November 2014. Bupati Sumenep, Abuya Busyro Karim hadir dalam acara anugerah sayembara menulis itu. Bupati berharap kekompakan dan minsed para jurnalis Sumenep bisa memberi konstribusi dan solusi bagi peningkatan pembangunan Sumenep. redaksi

20 | MATA SUMENEP | 17 NOVEMBER 2014

elalui proses yang cukup panjang, akhirnya “Panitia Lomba Membuat Surat Untuk Wakil Rakyat Sumenep” memutuskan 13 orang sebagai pemenang dari 200 pengirim surat melalui email lombasuratdprdsumenep@gmail.com. Ketua Panitia Lomba, Ibnu Hajar mengungkapkan, kreteria penilaian berdasarkan fakta dan gagasan yang ditawarkan untuk menuju Sumenep lebih baik. “Pada dasarnya, semua surat yang masuk mengandung nilai dan wajib diakomudir oleh anggota dewan yang terhormat,” tutur Ibnu. 200 surat dari pserta diserahkan secara kelembagaan DPRD Sumenep agar menjadi kajian dan bahan pertimbangan selama 5 tahun kedepan. Adapun Pemenang Lomba : 1. Alifatul Khairiyah ( MA I Annuqayah, Guluk-Guluk) 2. Fauzi (Pasar Anom Kota Sumenep) 3. Nur Hikmah (SMU 1 Muahmmadiyah Sumenep) 4. Sukambeng (Batang-Batang) 5. Aribuddin (Gapura Tengah, Gapura) 6. Azna Abrory Wardana (Jl. Cendana Perum BSA Kolor) 7. M Ibrohim (Lubangsa Selatan Guluk-Guluk) 8. Atiqairiyah (Ketawang Karay Ganding) 9. Ach. Taufiqil Aziz 10. Cindy Lea Prastini (Unija Sumenep) 11. Nurul Fadhilah 12. Masyhuri Drajat (Gapura Timur) 13. Moh Yani (Totosan Batang-Batang)


MATA inspirasi

Produk Herbal asli Sumenep

Tersedia Sari Buah, Kopi dan Teh Cellup Mengkudu

B

erbagi sehat terhadap sesama, merupakan tujuan utama perusahaan Al-Maliki Herbal. Perusahaan yang memproduksi obat-obatan berbahan buah Mengkudu ini berada di Desa Marengan, Kecamatan Kota Sumenep, tepatnya sebelah timur pasar modern. Hasil produksinya terbilang unik dan termasuk langka. Tidak hanya di Sumenep, bisa di Indonesia. Sebab buah Mengkudu yang diolah menjadi obat alternatif ini adalah sari buah Mengkudu asli, dengan proses fermintasi. Bukan dijus ataupun direbus, sehingga mengahasilkan produk herbal bermutu tinggi. Perusahaan tersebut bermula dari pengalaman pribadi sang pemilik Herbal, Bapak Malik, ketika sering mengalami gangguan kesehatan. “Saya sering sakit kepala sebelah (migrain), kesemutan, letih dan selalu ngantuk. Berbagai usaha untuk sembuh telah dilakukan. Akan tetapi usaha saya nyaris tak membuahkan hasil yang maksimal,” cerita Malik kepada Mata Sumenep, yang menemuinya. Selang beberapa hari, Alumni Pondok Pesantren Annuqayah daerah Lubangsa itu bertemu dengan rekan bisnisnya di Surabaya. Dan atas saran rekannya, diperintahmengkonsumsi buah Mengkudu. Alhasil, penyakit yang dideritanya berangsur sembuh. “Alhamdulillah, berkat saran teman saya itu, penyakit saya sembuh dan tidak

kambuh lagi” katanya. Sumi Maisuroh ini bercerita tentang pengalaman yang mengantarkan dirinya ke ambang kesuksesan sebagai pengusaha herbal. Setelah penyakitnya hilang, ayah dua anak ini memproduksi sari buah Mengkudu, selain untuk dikonsumsi sendiri, juga untuk dibagi-bagikan kepada teman, keluarga, dan orang lain yang membutuhkan. Hal itu dilakukan sebagai wujud syukur atas kesembuhan dirinya dengan pelantara Mengkudu. Karena semua orang telah merasakan manfaatnya, sehingga mereka pun menyarankan agar produksi tersebut dikembangkan dan dijual. Lagi-lagi atas usulan teman, akhirnya produksi terus digalakkan, hingga menghasilkan produk dengan tiga varian. Yaitu, Sari Buah Mengkudu, Kopi Biji Mengkudu, dan Teh Cellup Mengkudu. Berkat usaha kerasnya itu, hasil kreativitas itu resmi dipasarkan pada hari Ahad tanggal 3 Agustus 2014, tersebar dibeberapa tempat, termasuk ketika pasar Minggu, di depannya Museum keraton Sumenep, dengan nama merk An-Noni. Untuk sementara, pemasaran An-Noni selain di Madura, sudah sampai ke Bali, Bekasi, dan daerah lain di Jawa Timur. Selain itu, produk yang dikemas dengan pembungkus warna hijau telah mengikuti pameran di wilayah Madura dan Jawa Timur. “Semuanya berkat kerja sama dengan Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Pertanian,

Buah Mengkudu yang mengeluarkan bau tak sedap, berubah menjadi minuman segar yang menyehatkan. Dari tangah Malik, Buah Mengkudu diolah menjadi tiga varian; Sari Buah Mengkudu, Kopi Biji Mengkudu, dan Teh Cellup Mengkudu. Minuman berbahan asli sari buah Mengkudu, dengan proses fermintasi, tanpa jus atau direbus, menghasilkan minuman herbal bermutu tinggi.

serta Dinas Perindustrian dan Pedagangan (Disperindag) Kabupaten Sumenep,” pungkas ayah Moh. Aisyul Kiromi ini. Dari mana bahan bakunya? “Semua buah Mengkudu itu membeli ke petani yang ada di daerah pegunungan yang jauh dari polusi. Selain memperhatikan kualitas buah, juga memperhatikan proses pemetikannya, sehingga ketika akan difermintasi nantinya bisa menghasilkan sari buah yang benar-benar berkualitas dan menyehatkan,” tandasnya. Sepintas Mata Sumenep membaca di papan nama yang ada di tempat proses pembuatan sari buah Mengkudu dilakukan, bahwa manfaatnya yaitu, untuk memelihara sistem imunitas (kekebalan Tubuh), anti oksidan, menormalkan tekanan darah, mencegah dan menghmbat sel tumur dan sel kanker, dan membantu mengeluarkan racun (Detoksifisika), serta kaya manfaat lainnya. Bahkan bagi perokok, sari buah mengkudu merupakan obat alternatif untuk mengatasi dampak ngatif bahya rokok. Di Al-Maliki Herbal sudah bisa mempekerjakan sembilan orang, dan semuanya digaji tiap bulan. Keberadaan Herbal tersebut tidak hanya bernilai bisnis belaka, tetapi lebih pada pemberdayaan ekonomi masyaakat, memakai semboyan berbagi sehat dengan kebaikan buah mengkudu. rusydiyono

17 NOVEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 21


MATA PESANTREN

Ponpes di area Wisata Pantai Lombang

H

anya satu dari sekian ribu, seperti Pondok Pesantren Yatim Terpadu Al-Akbar Santoso yang berada di dekat lokasi Wisata Pantai Lombang. Berjarak 5o meter dari bibir Pantai Lombang keberadaan Ponpes cukup unik. Sebab, lokasi yang dipilih dekat lokasi wisata. Beda dengan lazimnya lokasi Ponpes. Pengasuh Ponpes, Kiai Zainul, bercerita ihwalkeinginan seorang travelling dunia, H. Leksmono Santoso, untuk membangun Masjid. Hingga akhirnya berkembang menjadi Pondok Pesantren Yatim Terpadu Al-Akbar Santoso. Alasan Leksmono sederhana, ketika berlibur ke Pantai Lombang bersama rekan-rekannya seringkali mengalami kesulitan ketika akan menunaikan ibadah shalat. Memang, kondisi Mushallah dekat pantai sangat memprihatinkan, baik dari sisi kebersihannya ataupun kondisi bangunannya. Akan tetapi, perjalanan tak selamanya mulus, pada tahun 2008 pertama kali Ponpes berdiri, selalu saja ada aral dan rintangan menghadang. Berbagai tantangan dan cobaan menimpah sang pengasuh Ponpes. Pernah suatu ketika, dirinya disangka komplotan teroris. Bahkan dirinya sempat dicurigai sebagai perakit bom. Namun, suami Nyi Imaroh ini tetap tabah dan sabar menjalani ujian tersebut. Dalam hatinya sudah tertanam benih-benih perjuangan untuk dakwah. Sehingga gelombang yang datang bertubi-tubi menghantam, tidak membuat dirinya rapuh untuk berjuang di jalan Allah. Ibarat api yang menyala-nyala, akhirnya padam jua. Isu negatif sang pengasuh dan keberadaan Ponpes perlahan hilang. Lambat laun keberadaan Ponpes yang berada di Jl. Cemara Udang No 85,

22 | MATA SUMENEP | 17 NOVEMBER 2014

Desa Lombang Kecamatan Batang-Batang itu mulai mendapat ruang di hati warga sekitar. Buktinya tidak berselang lama dari peresmian Ponpes, anak-anak tetangga sekitar sudah mulai berdatangan untuk menuntut ilmu. Apalagi semenjak masyarakat tahu, kalau Ponpes itu bebas biaya, terutama bagi anak yatim dan anak yang berasal dari keluarga tidak mampu. Buktinya disana sudah terdapat tiga puluh lebih anak yang mondok, semuanya berasal dari keluarga tidak mampu. Belum lagi yang tidak menetap di asrama Ponpes, yang hanya belajar ngaji dan sesudah selesai sang murid pulang ke rumahnya masing-masing. Ujar Kiai dengan tiga anak. Menampung anak yatim dan menyantuni anak yang berasal dari keluarga tak mampu memang tujuan utama didirikannya Ponpes. Seperti yang tertuang dalam buku panduan Ponpes, bahwa tujuan mendirikan Ponpes atau rumah yatim itu tidak lain untuk membantu para yatim piatu agar dapat menyelesaikan pendidikan formalnya sesuai dengan jenjang pendidikannya. Tidak hanya sampai pada penyelesaian pendidikan, tapi titik tekan dari Ponpes tersebut bagaimana anak yatim ini memiliki keterampilan agar bisa hidup mandiri nantinya ketika sudah dewasa. Paparnya. Selain untuk menampung para yatim piatu dan anak yang keluarganya kurang atau sama sekali tidak mampu. Misi utama Ponpes yang bahan bangunannya didominasi dengan kayu ukir itu, untuk memfilter dampak negatif pengaruh wisata. Karena diakaui atau tidak, kata pria yang mengaku setiap hari selalu membersihkan halaman Ponpes, Wisata Pantai Lombang akan berdampak buruk bagi lingkungan dan pola hidup

masyarakat di sekitarnya. Sehingga perlu ada filterasi. Untuk menyaring semua pengaruh buruk tersebut. Ujarnya. Masalah biaya operasional Ponpes, selain memang dari sang perintis Ponpes yaitu Leksmono, juga dari aset lain yang dimiliki yayasan Al-Akbar, seperti tokoh yang ada di depan Ponpes, dan penginapan di sebalah utara Masjid Al-Akbar. Dari ketiga sumber dana itulah, Al-Akbar bisa menampung dan menyantuni anak-anak yang memerlukan perhatian khusus dari selain keluarganya. Selain itu, sudah memiliki satu ruang Perpustakaan, yang berisi buku-buku penunjang. Pungkasnya. Adapun materi yang diajarkan di Ponpes lebih mengutamakan pada penguasaan membaca al-Qur’an. Mulai dari tajwij dan makharijul huruf, serta lagu-lagu enak di dengar. Sehingga santri Ponpes Al-Akbar mahir dan indah bacaan al-Qur’annya. Untuk materi kitab belum ada, hanya saja sudah direncanakan dalam kurikulum Ponpes. Alasan kenapa kitab belum menjadi materi pelajaran, karena santrinya kebanyakan belum siap menerima pelajaran kitab. Sebab selain karena umur santri, juga dasar pendidikan sebelumnya. Lebih lanjut sang pengasuh berharap kepada semua elemin, agar selalu bersedia dan dengan ikhlas berjuang mengembangkan Pondok Pesantren Yatim Terpadu Al-Akbar Santoso. Sehingga pada akhirnya benar-benar bisa menjadi rumah tempat belajar, khususnya bagi anak yatim dan anak yang kelas ekonomi keluarganya berada pada peringkat paling bawa. rusydiyono


SURI TAULADAN

Metamorfosis Al-Ghazali (5) Dari Filsuf Menuju Sufi

azuli Muhtar Dosen STIT AlKarimiyah

Al-Ghazali menyebut kemesraan (uns) bergelayut dengan Allah Swt karena hatinya terserap dan tertuju pada Kekasih yang dicintanya, sehingga tidak ada ruang kosong di dalam hatinya kecuali berisi nama Kekasih (Allah Swt).

Praktek kesufian menurut AlGhazali harus dilalui dengan ‘uzlah (menyendiri), khalwat (menyepi), riyadlah (olah jiwa), dan mujahadah (sungguh-sungguh) demi memperbaiki hati dan akhlak agar selalu ingat Allah Swt, sehingga dapat merasakan (dzauq) hasil yang dilakukan. Sikap ‘uzlah dan khalwat diambil al-Ghazali sebagai proses elementri penyucian sifat-sifat kasar menuju kebeningan hati. Dia sadar, selama menjadi selebritas, alfa, bahwa kedudukan dan kemewahan, bagian dari orientasi hidupnya. Karena itu, setelah hampir sepuluh tahun ‘uzlah, al-Ghazali merasakan sesuatu yang baru saat kembali ke Naisabur, menjadi tenaga pengajar. Dirinya merasakan hal baru. Berbeda saat berada di Baghdad. Jiwa al-Ghazali tidak lagi mencari kedudukan, gelar dan pengaruh. Dirinya bersandar pada kalimat laa haula wa laa quwwata illa billah. “aku tidak berdaya. Dialah yang menggerakkan jiwa dan ragaku,” tulis al-Ghazali dalam alMunqidz. Masa reborn (kelahiran kembali) al-Ghazali waktu mengajar, memanfaatkan bertukar pikiran dengan para muridnya pada malam hari. AlGhazali menceritakan, tentang apa yang telah menimpa dirinya, sejak memutuskan mengembara menuju Allah. Serta bagaiman ia mendapat pengalaman spiritual. Bagi al-Ghazali, ‘uzlah sebagai bentuk proses netralisasi diri dari kekagetan seorang salik yang akan menemukan rahasia yang tak terhingga sebagai tahap awal menuju musyahadah (penyaksian yang Haq) kemudian meningkat pada mukasyafah (tersingkapnya hijab). Walau dalam keadaan sadar, kata al-Ghazali, ia akan bertemu para malaikat, arwah para Nabi dan Rasul kemudian naik kepada tingkatan lebih tinggi yang tidak bisa dilukiskan dengan kata, yaitu makrifatullah. Al-Ghazali menyebut tangga makrifatullah sebagai etape bagi perambah jalan Allah Swt. Dia melukiskan tujuh mi ‘raj (pertemuan) yang harus dilalui oleh para Salik sebelum

meraih atau mencapai terminal akhir yang dituju, yaitu pertemuan dengan Allah Swt (makrifatullah). Al-Ghazali meibaratkan makrifatullah seperti membaranya api. Sedangkan ilmu tasawuf adalah api. Makrifat hanya diberikan kepada orang yang dekat kepada Allah Swt berupa pemberian cahaya Nya yang ditautkan dalam hatinya. Cahaya makrifat muncul dalam hati yang bersih dari sifat hina, buruk, tercela, dan rasa malu diri sendiri. Al-Hujwiri menyebut makrifat merupakan hati yang hidup bersama Allah Swt dan dia selalu memalingkan diri selain Allah Swt. Dengan makrifatullah, kata alGhazali mengantarkan hamba untuk mencintai (mahabbah) Allah Swt karena merasakan manisnya bertemu yang dirindu. Hal ini yang membedakan pengertian mahabbah Al-Ghazali dengan para Sufi terdahulu, seperti Dzun Nun Al-Misri atau Rabi’ah Adlawiyah, yang melalui tahapan mahabbah sebelum makrifatullah. Keduanya sama dimengerti atau dibenarkan. Hanya saja, Al-Ghazali lebih menekankan wujud atau hasil konkret lebih dahulu sebelum menyatakan cinta kepada Allah Swt. Sebab, bagi Al-Ghazali, dirinya merasa kurang yakin menyatakan cinta sebelum berkomunikasi langsung atau merasakan pertemuan langsung dengan-Nya (makrifatullah). Titik perbedaan landasan cinta (mahabbah) itulah yang dirasakan Al-Ghazali menjadi bagian integral dalam kehidupannya. Sehingga, dirinya merasa ‘gila’ karena terbawa cinta-Nya. Tiada waktu untuk selalu bermesraan (uns) bersama kekasih yang dicinta. Dirinya rela (ridla) atau ikhlas menjalani apa yang menjadi ketentuan-Nya. Al-Ghazali menyebut mahabbah kepada Allah Swt merupakan buah makrifatullah dari para pejalan mencari Allah Swt. Sebab, katanya, cinta nya kepada Allah berakar dari manisnya bertemu. Rasa rindu menggelora bila tak bertemu kekasih. Karena itu, kata Al-Ghazali, cinta butanya mengantarkan untuk selalu menyendiri

demi merajut kemesraan dengan kekasih yang dicinta (Allah Swt). Tiada waktu kecuali bermunajat (komunikasi) melalui peleburan diri dengan merasakan manisnya dzikir. Sebab, kata Al-Ghazali, hati, pikiran, dan pengetahuan sudah terserap kemesraan dengan kekasih. Al-Ghazali menyebut kemesraan (uns) bergelayut dengan Allah Swt karena hatinya terserap dan tertuju pada Kekasih yang dicintanya, sehingga tidak ada ruang kosong di dalam hatinya kecuali berisi nama Kekasih (Allah Swt). Dia melihat yang Satu, tidak lagi melihat akan dirinya, karena kalah terserap ke dalam persatuan dengan Allah Swt. Menurut Al-Ghazali, para ‘arif melihat tidak ada wujud kecuali eksistensi Tuhan (Allah), semuanya binasa kecuali “Wajah”-Nya. Semuanya fana (hampa) kecuali yang Esa. Para ‘arif meleburkan diri dalam Kesatuan Mutlak. Akal pikiran hilang dan terbius di dalam-Nya. Mulutnya tidak memanggil selain nama Allah Swt. Lupa akan diri sendiri hanya Allah yang diketahui. Hatinya selalu ingat (dzikir) Allah Swt. Lisannya selalu memuji-Nya. Anggota badannya sibuk beribadah kepada Allah Swt. Para ‘arif menemukan kebahagian dan tidak mau berpisah dari yang dicintai. Allah selalu mengingat sebagaimana ia selalu ingat kepada Allah Swt. Allah mencintainya sebagaimana dia mencintai Allah. Para ‘arif merasa senang dan puas bila bersama Allah Swt.

17 NOVEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 23


Komunitas Vespa Menyambangi Bupati

P

ara pecinta vespa se Jawa Timur, Minggu, 16 November, menyambangi Rumah Dinas (Rumdis) Bupati untuk sekedar bertatap muka dan berfoto selfie, dalam kurun waktu sekitar 15 menit. Setelah beramah-tamah, ratusan pengendara vespa dengan bermacam-macam variasi itu, meninggalkan Rumdis menuju acara di Lapangan Gotong Royong untuk merayakan Hari Jadi Sumenep ke 745. Bupati Sumenep, Abuya Busyro Karim tampil muda menyesuaikan para tamu. Dalam sambutan sekitar 3 menit, bupati mengaku kembali muda seakan hidup saat mahasiswa dulu bila berkumpul dengan para pecinta vespa. “Sewaktu kuliah di IAIN Jogjakarta (sekarang UIN, red), berangkat dari tempat tinggal di Pondok Pesantren Krapyak ke kampus, selalu mengendarai sepeda vespa,” cerita bupati yang disambut respon jari jempol dari para pecinta vespa dengan identitat Cakrawala Enterpres. Karena itu, bupati merasa sangat senang bila para pecinta vespa mengajak pemerintah dalam setiap kegiatan sosial maupun aktivitas lainnya. “Kami siap memfasilitasi apa yang dibutuhkan para pecinta vespa,” ujar bupati mengakhiri sambutannya.

ADVERTORIAL

Rangkaian Hari Jadi Sumenep ke 745 dan Tahun Baru 1436 Hijriyah

Membumikan Shalawat Nabi SAW Melalui Gerak Jalan Shalawat

L

embaga Pendidikan (LP) Ma’arif dan Gerakan Pemuda (GP) Ansor Sumenep, menggelar Lomba Gerak Jalan Shalawat (GJS) yang diikuti 189 regu dari dua kategori pelajar dan umum. Kategori pelajar, diikuti tingkat SMP/MTs, SMA/MA,dan sederajat. Sedangkan kategori umum berasal Pondok Pesantren dan Organisasi Kepemudaan lainnya. Rute yang harus dilalui peserta yakni, Jl.Trunojoyo (depan Masjid Jami’, start), Jl. Jendral Sudirman, Hos Cokrominoto, K.H. Agus Salim, Imam Bonjol, Halim Perdana Kusuma, Pahlawan, K.H. Zainal Arifin, Wahid Hasyim, dan finis di Jl. Trunojoyo (sebelah barat Taman Bunga Sumenep). Bupati Sumenep, A Busyro Karim dalam sambutan pelepasan GJS, mengungkap adanya gerak jalan shalawat akan melahirkan pemuda berkualitas lahir bathin. “Saya bangga dan senang

24 | MATA SUMENEP | 17 NOVEMBER 2014

dengan kegiatan Gerak Jalan Shalawat ini. Karena akan mampu melahirkan pemuda berkualitas,” katanya. Dengan salawat, sambungnya, akan tertanam jiwa dan semangat peduli lingkungan, sehingga hidup ini banyak memberikan manfaat pada sesama. Ketua LP Ma’arif Sumenep, Moh. Ikhsan kepada Mata Sumenep mengaku bangga dengan kegiatan GJS hasil kerja bareng LP Ma’arif dan GP Ansor untuk menciptkan kehidupan Sumenep lebih makmur, aman dan damai. “Selain merayakan tahun baru 1436 Hijriyah dan Hari Jadi Sumenep ke 745, kegiatan ini untuk memasyarkatkan tradisi shalawat kepada Nabi Muhammad SAW,” tutur Kasi Sarana dan Prasaran Dikmen di Dinas Pendidikan Sumenep ini. Ketua Umum PC GP Ansor Sumenep, Muhri menyebut, Gerak Jalan Shalawat yang dimulai pukul 05:30 WIB dan berakhir pada pukul 12:30

WIB pada hari Minggu,16 November 2014, ini bertujuan untuk memasyarakatkan tradisi Shalawat Nabi SAW agar kehidupan masyarakat Sumenep meraih safaat Nabi Muhammad SAW. Adapun pemenang Lomba Grak Jalan Shalawat dari kategori pelajar putra diraih, SMA Nahdlatul Ulama Sumenep sebagai pemenang juara 1. SMP Plus Miftahul Ulum Tarate jura 2, dan juara 3 diraih SMA Plus Miftahul Ulum Tarate. Sedangkan pemenang kategori pelajar putri yakni, SMA Nahdlatul Ulama, juara 2 SMA Tarbiyatus Sibyan Dungkek, dan juara 3 diraih MA Nurul Muhlisin Rubaru. Pemenang kategori umum yakni, Komisariat IPPNU Tarsib Dungkek meraih juara 1, Ponpes Nurul Anwar Longos Gapura meraih juara 2, dan PAC GP Ansor Batuputih meraih juara 3. mahdi


Testimoni

Ghairah Intelektual Bupati Teraktualisasi Dengan Menulis Buku dan Kuliah

B Sufiyanto

Haji Sugianto

Bupati Sumenep Kiai Haji Abuya Busyro Karim tercatat sosok yang suka membaca dan menulis. Selama menduduki jabatan politik di DPRD dan Bupati, banyak buku lahir di tengah kesibukan memikirkan masyarakat Sumenep. Termasuk menulis kolom atau opini di sejumlah media cetak.

eberapa buku yang pernah ditulis bupati antara lain ; (1) Tafsir Tradisionalis Membumikan Teks dalam Konteks Kehidupan Sosial, [2009], (2) Tafsir al-Asas, Kandungan dan Rahasia di Balik FirmanNya [2011), (3) Fiqh Jalan Tengah Imam Syafi’i [2012], (3) Indonesia, Globalisasi dan Otonomi Daerah, Beberapa Pikiran untuk Sumenep [2005], (4)Migrasi Tanpa Kata, Catatan Dari Ruang Pojok [2012], (5) Bukalah Selimutmu [2012), terbaru Menuju Sumenep Cerdas 2015--Pengelolaan Pendidikan Secara Profesional (2014). Sufiyanto menyebut, ghairah intelektual bupati bisa teraktualisasi dengan menulis buku dan meneruskan ke program doktoral di Universitas 17 Agustus (Untag) di Surabaya. Dan di tengah menyelesaikan program doktoralnya, Abuya masih menyempatkan menulis buku Menuju Sumenep Cerdas 2015--Pengelolaan Pendidikan Secara Profesional. Menurut Kabag Humas dan Protokol ini, sang bupati menguraikan beberapa fakta yang menjadi penghambat kemajuan sebuah pendidikan, kemudian menawarkan solusi apa yang menjadi kendala dalam pengelolaan pendidikan. Dr. Muhammad Saidi, M.Pd., MM dalam pengantar buku anyar bupati menyebut mengelola pendidikan secara profesional, saling erat kaitan dengan Standar Nasional Pendidikan yang digariskan Pemerintah berupa: standar isi; proses; kompetensi lulusan; pendidik dan tenaga kependidikan; sarana dan prasarana; pengelolaan; pembiayaan; dan standar penilaian pendidikan. Dari semua standar itu adalah batasan minimal yang harus dipenuhi oleh satuan pendidikan, yang ditun-

jang pemenuhannya di antaranya Pemerintah Pusat dan Daerah. Kesemua standar itu tidak mungkin dicapai (hanya) oleh satuan pendidikan, baik negeri maupun swasta tanpa campur tangan pihak lain. Karena itu, kata M Saidi dalam pengantarnya, butuh kebersamaan antar stakeholder agar pengelolaan pendidikan menjadi profesional. Kalimat-kalimat yang dirangkai Bupati Abuya Busyro dalam beberapa buku yang diterbitkan, memang renyah dibaca. Sekedar contoh buku; Migrasi Tanpa Kata; Catatan Dari Ruang Pojok [2012] dan Menuju Sumenep Cerdas 2015--Pengelolaan Pendidikan Secara Profesional (2014). Haji Sugiyanto, Wakil Ketua REI Jatim, menilai sosok Abuya tergolong familier dan nyambung bila diajak bicara dengan banyak orang. Kendati tergolong sibuk sebagai bupati, tapi secara pribadi masih ikut memikirkan hal-hal yang bersifat teknis. Sugianto menyebut sebuah terobosan yang diambil bupati tentang proses IMB, khusus untuk perumahan RSA, sebagai langkah jitu. Sebab, bagi Sugianto, Sumenep butuh pengembangan lokasi baru untuk pengembangan kota, itu yang sangat dibutuhkan warga. Ini yang beda dari sosok Kiai Busyro yang memiliki jiwa entrepreneurship Sufiyanto hampir kesulitan menilai sosok Abuya Busyro Karim lebih jauh. Bukan tanpa alasan, ia mengaku banyak terinspirasi dari pemikiran dan sikap bupati. “Saya banyak belajar dari Abuya. Beliau sebagai bupati saya rasa bisa menjadi guru dalam mengarungi kehidupan,� tuturnya singkat. rusydiyono

1717 NOVEMBER NOVEMBER 2014 2014 || MATA MATA SUMENEP SUMENEP || 25 25


Mengenal Sang Mpu

Karangduwak (3)

Disebut Orang Tua Adipoday Sangat sedikit warga Sumenep atau Madura yang concern menelaah secara kritis keberadaan sosok atau figur para penghuni asta (makam) yang kini ramai dikunjungi peziarah luar Madura. Padahal, para penghuni Asta itu, menjadi legenda warga bahwa penghuninya bukan manusia biasa. Sebut saja, penghuni Asta Tinggi dan makam suci lain serta keberadaan Keraton Sumenep. Termasuk sosok Sang Mpu Karangduwak. Sang Mpu Karangduwak memang populer dikalangan pecinta keris. Tapi tahukah siapa Sang Mpu Karangduwak? Kisah seorang peziarah bisa menjadi petunjuk sekelumit sosok Sang Mpu.

S

uatu ketika, sebut saja, Pak Nawa, 50, salah satu peziarah di Makam KH Zainal Arifin, Jl Pahlawan berbincang santai dengan peziarah lain. Dalam perbincangan itu, peziarah asal Sapudi ini menyampaikan suatu keinginan untuk berziarah ke makam orang tua Adipoday di Sumenep. Pak Nawa bercerita, keinginan berziarah ke makam sang kakek Joko Tole itu, membetahkan diri berlama-lama di lingkugan Asta KH Zainal Arifin. Cita-cita Pak Nawa terwujud setelah ditunjukkan oleh seseorang ke makam Sang Mpu Karangduwak alias Gung Macan yang tidak jauh dari makam KH Zainal Arifin. Suhardi membenarkan jika Gung Macan atau Sang Mpu Karangduwak memiliki banyak putra yang sengaja disebar untuk menyiarkan agama Islam. Salah satu putranya, Adipoday dan Adirasa. Termasuk Mpu Citranala tercatat salah satu putra Sang Mpu. (Kisah Citranala akan diulas edisi berikutnya). Suhardi bercerita bahwa Sang Mpu Karangduwak masih tercatat keluarga besar dengan Sunan Ampel dan orang tua Sunan Bonang, Sayyid Abdullah. Juga berhubungan darah dengan Maulana Malik Ibrahim dan Bindara Saod di Sumenep. Bagaimana dengan orang tua Sang Mpu Karangduwak? Suhardi menyebut kedua orangtuang Sang Mpu bernama Syech Al Badri atau populer dengan Ki Carren. Sedangkan umminya, bernama Nyai Badri-

26 | MATA SUMENEP | 17 NOVEMBER 2014

yah. Makam kedua orang tua Sang Mpu, berada di sebelah utara makam Sang Mpu, berjarak sekitar 20 meter. Sosok Ki Carren mengingatkan kisah juru kunci asta atau buju’ Carron, yang berlokasi di Bukit Pecaron di Desa Pasir Putih, Kecamatan Bungatan yang menjadi salah satu objek wisata religi andalan di Situbondo. Menurut sang juru kunci, Syekh Maulana Ishaq, yang menempati Buju’ itu, masih terkait darah dengan Sumenep dan Arab. Dan sebagian orang meyakini makam tersebut masih terkait atau ada hubungan darah dengan makam Adipoday. Bisa jadi pemahaman sepotong bisa menjadi jalan benang merah keterkaitan antara satu lainnya. Memang, tidak sedikit peziarah asta Adipoday dan Asta Belingi, berasal dari Situbondo atau daerah Jawa Tapal Kuda. Salah satu juru kunci Adipoday sempat bercerita jika di sebelah makam Blingi ada gua yang memiliki jalan dua arah. Satu arah bisa menghubungkan jalan ke Buju’ Carron di Pasir Putih, Situbondo. Arah satunya bisa mengarah ke Sumenep. Tidak tahu maksud penjelasan sang juru kunci itu. Bisa jadi, keyakinan yang turun temurun itu bisa menjadi tafsir pengetahuan tentang keberadaan Asta Belingi dan Buju’ Carron dan Asta para waliyullah di Sumenep. Syech Al-Badri ditilik dari namanya berasal dari Arab (Timur Tengah, tepatnya Mekkah). Menurut Suhardi, orangtua Gung Macan memang berasal

dari Arab. Begitupun orangtua Syech Al-Badri bernama Sayyid Al-Qusyairi makamnya ada di Mekkah. “Tapi, sewaktu hidup Sayyid Al-Qusyairi berada di Sumenep. Hanya ketika wafat, jazadnya moksa (hilang) pindah ke Mekkah,” cerita Om Ndi kepada Mata Sumenep. Om Ndi merinci, Bindara Saod dan Kiai Usymuni masih bertalih darah dengan Sang Mpu Karangduwak. Tidak heran, keluarga Loteng masih terkait darah dengan Sang Mpu Karangduwak. Bupati Sumenep Kiai Haji Abuya Busyro Karim suatu ketika bercerita kepada Mata Sumenep, jika kakek Buyutnya, Kiai Wirajuda yang asli Karangduwak juga memiliki talian darah dengan Sang Mpu Karangduwak. Bupati sangat respek tentang menghidupkan kembali sosok sang Waliyullah dalam kisah yang bisa menjadi inspirasi dan suri tauladan para generasi saat ini. Sayang, kisah-kisah para waliyullah di Madura sulit mendapat tempat dalam kajian akademik. Berbeda dengan tradisi Persia yang banyak melahirkan para pemikir Islam termasuk para Sufi karena menjadi objek penelitian para akademisi, sehingga warisan pengetahuan dan kisah hidup para Sufi selalu menjadi kajian mahasiswa di mata kuliah bidang islamic studies. Saatnya Sumenep menghadirkan kajian Sufi Madura. Bersambung….. Asip Kusuma


one stop event

Bupati Sumenep Abuya Busyro Karim menandatangani monumen keris

Yus Yunus menyalami Sekda Hadi Soetarto sebelum menghibur di acara one stop event

Sumenep Kota Keris Terbesar di Asia

Penuh Deretan Sang Mpu dan Pengrajin Keris

G

elar Mpu memang dikhususkan kepada individu yang memiliki keahlian men”cipta” keris. Kemampuan men”cipta” tentu mengandung makna beda dengan individu yang bisa membuat keris dengan alat peraga yang ada. Karena itu, gelar Mpu atau Empu umum disematkan di tanah Jawa khusus mereka yang ahli pen”cipta” keris. Sedangkan di Bali, pen”cipta” keris teristilah nama Pande atau Wangsa Pandie. Di budaya Sunda dikenal dengan istilah Guru Teupa. David van Duuren dalam bukunya The Kris; menyebut Sang Empu merupakan orang-orang yang dianggap suci dan memiliki kedudukan tinggi di masyarakat. Mas Ngabehi Wirasoekadga dalam buku Misteri Keris menulis Sang Empu adalah mahluk/manusia yang memiliki derajat tinggi. Ajaran Pandie/Empu awal mula berasal dari Sekte Brahma, merupakan sekte yang menempati urutan sangat penting diantara sekte-sekte lain. Pengikutnya bergelar Brahmana Pandie. Pada zaman itu dikenal dengan Wangsa Brahmana Pandie. Di Jawa setelah Agama Hindu jatuh ke Agama Islam, istilah Brahmana tidak tampak lagi, tetapi istilah Wangsanya masih ada, yang sekarang lazim disebut Pandie Besi, Pandie Mas, dan sebagainya. Di Bali, Wangsa Pandie diikat kewajiban moril dan prasasti-prasasti wisama leluhur yang secara rohaniah berhubungan sangat erat antara keluarga satu dengan yang lainya dengan istilah Wangsa, Prasasti yang mengikat mereka yang paling terkenal disebut Prasasti “Pustaka Bang Tawang”. Mereka memiliki kesepakatan mengangkat Empu Baradah sebagai gurunya. Di Bali ilmu kepandean tidak sembarangan orang bisa

mempelajarinya karena hanya mereka yang keturunan wangsa pande yang boleh mempelajari. Sedangkan di luar tradisi Bali, sang Pandie hanya merupakan profesi saja dan siapapun boleh mempelajarinya dan mereka tidak diikat dalam satu sistem keluarga tertentu. Sumenep, kini mendeklarasikan Kota Keris dengan meresmikan Monumen Keris, pada Minggu, 9 November. Bupati Sumenep, Abuya Buyro Karim, meresmikan monumen keris yang berposisi di Kelurahan Karangduwak, Jalan Diponegoro. Menurut Bupati, pada tahun 2012 lalu, Kementerian telah melakukan penelitian soal keris di Sumenep. Sementara Unesco juga telah mengakui, jika Sumenep mempunyai pengrajin dan empu keris terbanyak di dunia. Bupatimenyebut bahwa keris merupakan karya agung budaya yang mendunia. Karena itu, pencanangan kota keris sekaligus menjadi promosi wisata di kota Sumenep. Selain memiliki potensi keindahan alam, Sumenep juga memiliki kebudayaan dan kesenian yang tergolong luar biasa. Pemkab mencatat jumlah pengrajin keris di Sumenep terbanyak di dunia. “Lebih banyak dari yang didata Unesco,” kata Bupati Sumenep, Abuya Busyro Karim, saat peresmian Monumen Keris. Bupati merinci, data Unesco tahun 2012 menyebut jumlah pengrajin keris di Sumenep sebanyak 524 orang. Namun, data Pemerintah Sumenep pada 2014 mencatat sebanyak 648 pengrajin keris. Menurut Abuya, jumlah pengrajin keris di Sumenep lebih banyak dibandingkan di Yogyakarta. Pengrajin keris Sumenep paling banyak

ditemukan di Kecamatan Saronggi, Bluto dan Lenteng. Berdasar data tersebut, Pemerintah Kabupaten Sumenep layak mencanangkan Sumenep sebagai ‘Kota Keris’. Pencanangan tersebut ditandai dengan pembuatan dan peresmian monumen keris. Bupati berharap ikon Kota Keris ini, bisa menjadi jalan untuk mempromosikan wisata Kabupaten Sumenep. “Apalagi sejak 2005, PBB telah menetapkan keris sebagai warisan dunia,” tambahnya. Menurut Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang, Bambang Irianto, keputusan mendeklarasikan Sumenep sebagai kota keris, tidak sekedar berdasar keinginan pemerintah Sumenep semata. Tapi melalui hasil diskusi dengan sejumlah kelompok pecinta keris di Sumenep dan pemerhati keris di Surabaya. Sumenep memang layak . Dari diskusi itu terungkap bahwa jumlah empu keris di Sumenep diklaim sebagai empu terbanyak se-Asia Tenggara. Daerah lain di Indonesia yang juga dikenal dengan kerajinan kerisnya seperti Yogjakarta, Solo dan Malang jumlah empu kerisnya dibawah 10 orang. “Kami anggap Sumenep layak miliki ikon kota keris,” kata Bambang. Ketua Ikatan Pengrajin Keris Indonesia (IPKI) Sumenep, Fathurrahman berharap dengan pendeklarasian Sumenep kota keris bisa meningkatkan kesejahteraan para pande keris di di sumenep. “Pasar keris Sumenep sudah menembus luar negeri, terutama Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam,” katanya. Asip kusuma/dari berbagai sumber

17 NOVEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 27


ADVERTORIAL

Berurutan dari atas kiri: Perwakilan HCML, Camat Gayam, Syamsuri, Staf Humas SKK Migas Jabanusa, Ami Hermawati, Kepala Kantor ESDM Pemkab Sumenep, Abd. Kahir. Sebelah: Peserta Pelatihan Pengolahan limbah sapi menjadi biogas. Dan ibu-ibu peserta Pelatihan Pengalengan Ikan di Pulau Sapudi. Kegiatan ini berlangsung, Selama tiga hari sejak Kamis (13/11) hingga Sabtu (15/11), diikuti 30 warga Desa Pancor, Kecamatan Gayam, Pulau Sapudi, Kabupaten Sumenep.

Kepedulian HCML Melalui Pengembangan Potensi Lokal

H

usky-CNOOC Madura Limited (HCML) sebagai Kontraktor Kontrak Kerja Sama (K3S) yang sedang melakukan eksplorasi Migas di perairan Pulau Raas melakukan bantuan kepada masyarakat di sekitar area, melalui Program Pendukung Operasi (PPO) HCML untuk masyarakat Pulau Sapudi dan Pulau Raas, Kabupaten Sumenep. Kegiatan bersama Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Wilayah Jawa, Bali, Madura, dan Nusa Tenggara (Jabamanusa), ini berlangsung sejak Kamis, 13/11 hingga Minggu 16/11 2014, yang terbagi di dua tempat. Selama tiga hari sejak Kamis (13/11) hingga Sabtu (15/11), sebanyak 30 warga Desa Pancor, Kecamatan Gayam, Pulau Sapudi, Kabupaten Sumenep, mendapat pelatihan biogas dan pelatihan pengawetan serta pengalengan ikan. Sedangkan Pelatihan Pengeringan Rumput Laut dan Pelatihan Pengolahan Hasil Rumput Laut, digelar sejak hari Jumat (14/11) hingga Minggu (16/11) di Pulau Raas. Program ini, HCML kembali menggandeng Lemba-

28 | MATA SUMENEP | 17 NOVEMBER 2014

ga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (LPPM-ITS) sebagai pelaksana kegiatan. “Untuk kelompok masyarakat di Pulau Sapudi, masyarakat diajari cara mengolah limbah sapi yang melimpah menjadi biogas. Termasuk, teknik pengalengan ikan dan teknik pengolahan hasil rumput laut di Pulau Raas. Saya berharap adanya Program Pelatihan ini dapat bermanfaat bagi masyarakat setempat untuk mengoptimalkan pendapatan warga,” jelas Site Relations & Community Development Officer HCML, Ali Ayuddin dalam press release yang dikirim kepada Mata Sumenep,Minggu (16/11). Aliyuddin menjelaskan bahwa Pulau Sapudi tercatat sebagai wilayah dengan populasi sapi terbanyak di Sumenep. Karena itu, ia memprogramkan pelatihan biogas supaya warga Sapudi bisa mengolah kotoran sapi menjadi energi alternatif biogas. “Pasca pelatihan, kami akan melakukan pendampingan supaya mereka benar-benar bisa mengaplikasikan semua materi pelatihan. Kami ingin pelatihan ini bisa berkesinambungan alias tidak

sekadar menggelar pelatihan,” tambahnya. Staf Humas SKK Migas Jabanusa, Ami Hermawati mengapresiasi positif pelatihan biogas dan pelatihan pengawetan serta pengalengan ikan di Pulau Sapudi yang digagas HCML. “Pelatihan yang dilakukan HCML sangat tepat, karena berbasis potensi lokal di Pulau Sapudi. Kami berharap warga Pulau Sapudi memaksimalkan pelatihan dengan cara menerapkan semua materi pelatihan alias jangan sekedar ikut pelatihan,” ujarnya kepada wartawan. Kepala Kantor ESDM Sumenep, Abd Kahir mengucapkan terima kasih atas kegiatan yang digagas HCML dan SKK Migas di Pulau Sapudi. Kahir berharap, masyarakat tidak lagi resah atau khawatir dengan keberadaan HCML. Kehadirannya meringankan negara, sehingga perlu didukung oleh masyarakat. Bila kegiatan HCML sukses, dampak positifnya pasti dirasa masyarakat sekitar. Dengan pelatihan Biogas, berarti masyarakat tidak perlu membeli LPG, karena sudah ada biogas,” tandasnya. hambali rasidi


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.