Edisi 26

Page 1

28 DESEMBER 2015 | MATA SUMENEP | 1


Mari Kita Kawal dan Wujudkan 9 Visi-Misi Super Mantap

2 |MATA SUMENEP |28 DESEMBER 2015


28 DESEMBER 2015 | MATA SUMENEP | 3


APA KATA MAHKAMAH KONSTITUSI Pilkada Sumenep baru saja usai. Tapi, hiruk pikuk tuntutan Pemungutan Suara Ulang (PSU) di sejumlah TPS, masih mengiang di telinga hingga mendaftar gugatan sengketa Pilkada Sumenep ke Mahkamah Konstitusi (MK). KPU Sumenep pun menunda penetapan pemenang Pilkada Sumenep yang semula dijadwal 21-22 Desember, untuk diajukan SK pelantikan sebagai Bupati dan Wakil Bupati Sumenep 2016-2021 ke Mendagri melalui KPU RI. Setiap kontestan tentu ingin menang. Meski perolehan selisih suara Busyro-Fauzi unggul di atas angka 1,70 %, tidak menyurutkan langkah Paslon Nomor Urut 2, Zainal AbidinDewi Khalifah untuk mendaftar sengketa gugatan ke MK . Jika mengacu pendapat Jimly Asshiddiqie mantan Ketua MK, dengan membludaknya sengketa Pilkada serentak sebagaimana tertuang di pasal 158 UU No 8 Tahun, seharusnya MK bersikap tegas saat memutuskan perkara apakah dapat dilanjutkan atau tidak. Dengan harapan, penetapan pemenang Pilkada oleh KPU segera terlaksana. Semua pihak tentu harus bersabar sembari menunggu keputusan MK, minimal 18 Januari 2016, sebagaimana disampaikan Sekjen MK, Guntur Hamzah. Pak Sekjen bilang ke media nasional, dalam alur gugatan sengketa Pilkada, MK akan membaca putusan dismissal (proses penelitian terhadap gugatan). Di tanggal itu, bakal ada kepastian apakah majelis hakim akan memandang layak perkara gugatan sengketa Pilkada Sumenep dilanjut atau dinyatakan tidak dapat diterima alias gugur secara hukum. Dan penundaan penetapan Cabup dan Cawabup Sumenep terpilih Busyro-Fauzi dengan selisih 1,70% atas Paslon 2, ZAEva, hanyalah sebuah jeda. Begitulah kontestasi.

Mengawal Kemandirian Desa

Susunan Redaksi Komisaris Dewan Redaksi Redaksi Ahli Redaktur Tamu

: Asmawi : Moh. Jazuli, M. Ali Al-Humaidi : Moh. Ilyas : Suhaidi

Direktur Pemimpin Redaksi Redaktur Pelaksana Reporter Design Grafis

: Hambali Rasidi : Hambali Rasidi : Rafiqi : Ozi’, Yono : A. Warits Muhshi : Rusydiyono : Fathorrahem : Moh. Junaedi : M. Adi Irawan : Farhan Muzammily, Hairul : PT. MATA SUMENEP INTERMEDIA : 70.659.553.5-608-000 : 503/29/SIUP-M/435.213/2014 : 13.21.1.58.00174

Manajer Iklan & Promosi

Penagih Iklan

Mnj. Sirkulasi & Distribusi

Keuangan Kontributor Penerbit

NPWP SIUP TDP

Selamat Membaca

30 Monumen Kapal Perang di Bumi Sumenep

Kantor Redaksi : Jl. Matahari 64 Perum Satelit, Tlp (0328) 673100, E-Mail : matasumenep@gmail.com, mataopinisumenep@gmail.com Website : www.matasumenep.com 4 |MATA SUMENEP |28 DESEMBER 2015


MATA UTAMA

MENUNGGU KESAKTIAN

PMK 1/2015, UU 8/2015 DAN PERATURAN KPU Ada 145 Pasangan Calon Kepala Daerah, ramairamai mendaftar gugatan sengketa Pilkada ke Mahkamah Konstitusi. Peraturan MK, UU Nomor 8/2015 dan Peraturan KPU benar-benar diuji kesahihan (validitas) nya dalam Pilkada serentak kali pertama ini.

R

apat pleno terbuka rekapitulasi hasil penghitungan suara Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Sumenep tahun 2015 di tingkat Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sumenep, pada hari Kamis (17/12/2015), berhasil menetapkan Pasangan Calon (Paslon) BupatiWabup Nomor Urut 1, KH A. Busyro Karim-Achmad Fauzi (BusyroFauzi) sebagai juara alias pemenang dengan perolehan suara, 301.887 suara. Sementara Paslon Nomor Urut 2, Zainal Abidin-Dewi Khalifah (Za-Eva) meraih 291.779 suara. Sehingga selisih kemenangan Paslon 1 cuma 10.108 suara, alias 1,70 % dari total suara sah 593.666 suara. Meski rekapitulasi Pilkada tingkat kabupaten itu diwarnai demonstrasi dari pendukung Paslon 2 untuk menunda penetapan rekapitulasi, KPU terus melakukan rekap suara dari masing-masing Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK). Termasuk tuntutan Pemungutan Suara Ulang (PSU) sebagaimana Rekom PSU 4 Panwascam, Masalembu, Raas, Sapeken dan Guluk-Guluk yang ditunjukkan Siti Nur Asiyah, saksi Paslon 2, saat pleno berlangsung, KPU tetap melanjutkan penghitungan. (lebih jelasnya Baca berita: Muncul PSU Bodong di halaman 8). Dan rapat pleno KPU tuntas pada jam 17.25 WIB. KPU Sumenep semula menjadwal penetapan Paslon 1, KH A. Busyro

Quick Count: Rabu (09/12/2015), Pukul 15.30, Paslon 1 Busyro-Fauzi bersama MH Said Abdullah dan Direktur Terukur, A. Hasan Ubaid, mulai mengumumkan hasil hitung cepat (Quick Count) yang sedang berjalan. Perolehan suara 50,75% dan Paslon 2 mendapat suara 49,25%.

Karim-Achmad Fauzi sebagai Paslon terpilih antara tanggal 21 hingga 22 Desember 2015 sebagaimana Peraturan KPU Nomor 2 tahun 2015. Namun, jadwal tersebut tertunda berhubung Pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati Sumenep Nomor Urut

12:14 WIB. Dalam AP3 itu, disebut materi pokok pemohon (Paslon 2) adalah Perselisihan Hasil Pemilihan (PHP) Bupati Sumenep 2015. Dalam PKPU Nomor 2 Tahun 2015 menyebut, sengketa pemilihan bupati dan wakil bupati serta wali kota dan wakil wali kota dapat diajukan ke MK

Karim-Achmad Fauzi sebagai Paslon pemenang Pilkada Sumenep. ”Penetapan pasangan calon terpilih hasil pilkada di tingkat kota/ kabupaten dijadwalkan pada 12 Februari-13 Maret 2016 atau setelah selesainya proses di MK,” kata A. Warits kepada wartawan.

MK BANJIR GUGATAN

2, Zainal Abidin dan Dewi Khalifah, tercatat dalam daftar Akte Pengajuan Permohonan Pemohon (AP3) di Mahkamah Konstitusi (MK) dengan Nomor 50/PAN.MK/2015, pada hari Minggu, 20 Desember 2015 pukul

pada tanggal 18-21 Desember 2015. Sedangkan bagi sengketa pemilihan gubernur dan wakil gubernur dapat diajukan pada 19-22 Desember 2015. Karena itu, KPU Sumenep menunda penetapan KH A. Busyro

MK benar-benar kebanjiran gugatan sengketa Pilkada serentak. Pada penutupan pengajuan permohonan perkara Perselisihan Hasil Pemilihan (PHP) pada hari Rabu, 23 Desember 2015 pukul, 15:10 WIB, di halaman resmi MK terdapat 145 daerah yang terdaftar di MK. Menyikapi ramai-ramai gugatan sengketa Pilkada, Ketua MK Arief Hidayat, menenerangkan kewenangan MK hanya mengadili perselisihan hasil pemilihan (PHP), terkait selisih suara dalam Pilkada. Sedangkan terkait politik uang dan pelanggaran pidana serta lainnya tidak menjadi ranah MK. “Kalau sudah selesai di tingkat bawah kan kita tinggal selisih

bersambung hal ...6

28 DESEMBER 2015 | MATA SUMENEP | 5


MATA MATA UTAMA UTAMA

BAYI JELANG PILKADA WAKTU kurang dari sebulan pelakasanaan Pilkada Sumenep, 9 Desember, Ny Nurfitriana Busyro Karim, istri Cabup Paslon 1, Kiai Busyro Karim, melahirkan jabang bayi laki-laki, pada pukul 19.50 WIB, hari Kamis (12/11/2015) di RS Ibu dan Anak Kendangsari MERR Surabaya. Kelahiran putra ke-6, KH A. Busyro Karim ini, memunculkan opini mistis politik dari KH Roji Fawaid Baidlowi, Dungkek. Alumni Ponpes Salafiyah Syafi’iyah, Sukorejo, Situbondo ini, mengirim SMS ke Kiai Busyro. “Putrana lahir e tanggal 1, Bulan Safar. Dha’emma’a pole, tetep nomor 1 e tanggal 9 Desember bakal dhateng,” cerita Didik, salah satu Aspri Kiai Busyro kepada Mata Sumenep, ketika itu. Kiai Busyro menyampaikan banyak terimakasih atas doa dan dukungan para kolega atas kelahiran putranya. Kiai Busyro juga tidak bisa berkomentar banyak atas penilaian sejumlah orang tentang waktu kelahiran putranya. “Saya pasrah apa yang menjadi ketetapan-Nya. Dan itu yang terbaik bagi Allah Swt,” ujar Kiai Busyro saat ditelpon Mata Sumenep, ketika itu. Dan bayi yang lahir jelang pelaksanaan Pilkada itu, bernama Muhammad Qayshannawab. “Muhammad; Lelaki yang terpuji. Qayshan: Rupawan. Nawab: Pemimpin. Kalau digabung, menjadi pemimpin lelaki yang terpuji dan rupawan,” tulis putri sulung Kiai Busyro, Virzaninda Busyro di WhatsApp Group Laskar Super Mantap. (ham) suaranya saja benar atau tidak. Tapi kalau ada yang memang benar keterlaluan kita gali,” ujar Arief saat ditemui wartawan di Gedung MK, Jakarta, Jum’at (02/10/2015), sebagaimana dikutip viva.co.id. Arief Hidayat juga menyebut, syarat pengajuan permohonan sengketa Pilkada harus mengacu Peraturan MK Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman Beracara dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota, Pasal 6. Arief merinci syarat permohonan pemohon di MK sesuai bunyi pasal 6 yaitu untuk provinsi dengan penduduk yang lebih dari dua juta jiwa sampai enam juta jiwa, selisih suara paling banyak sebesar 1,5 persen. “Untuk jumlah penduduk lebih dari enam juta jiwa sampai 12 juta jiwa, perbedaan perolehan suara paling banyak 1 persen. Adapun untuk provinsi dengan penduduk lebih dari 12 juta jiwa, perbedaan perolehan suara paling banyak sebesar 0,5 persen. Sedangkan untuk Kabupaten/Kota dengan jumlah penduduk dibawah 250.000 batas maksimal selisih suara adalah 2%. Dan Kab/kota 250.000-500.000 selisih suara maksimal 1,5%. Kab/ kota dengan jumlah penduduk 500.000-1.000.000 selisih suara maksimal adalah 1%. Serta Kab/kota yang memiliki jumlah penduduk diatas 1 juta selisih suara maksimal adalah 0,5%,” tambah mantan Rektor Undip ini. Arief merinci, jangka waktu penyelesaian setiap sengketa pilkada

serentak memakan waktu 45 hari sejak perkara diterima. Jadwal Sidang akan digelar sampai awal Maret 2016. “Kita sudah melakukan uji coba untuk melakukan simulasi sekitar hampir mendekati 300 perkara yang kita lakukan. Kita harap bisa menyelesaikan dengan sebaikbaiknya,” tuturnya.

ALUR SENGKETA PILKADA DI MAHKAMAH KONSTITUSI Setiap pemohon berhak mengajukan keberatan atas penetapan rekapitulasi perolehan suara hasil Pilkada. Keberatan itu akan dicatat dalam daftar Akta Pengajuan Permohonan

Ketua KPU Husni Kamil Manik Pemohon (AP3) di kantor Mahkamah Konstitusi. Dalam Peraturan MK No 1 Tahun 2015 tentang Pedoman Beracara dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota, Pasal 1 poin (20), menyebut AP3 adalah akta yang memuat pernyataan antara lain bahwa pemohon yang diajukan oleh pemohon dan/atau kuasa hukumnya telah dicatat dalam BP2K. Sekretaris Jenderal, Mahkamah

6 |MATA SUMENEP |28 DESEMBER 2015

Usai Rekap PPK: Di pagi hari, Kiai Busyro bersantai bersama Qayshannawab sambil baca berita pagi

Konstitusi, Guntur Hamzah, menjelaskan, semua permohonan sengketa Pilkada yang terdaftar dalam AP3 di MK akan diseleksi oleh tiga panel yang beranggotakan 39 panitera pengganti. Mereka bertugas memeriksa persyaratan setiap AP3. “Selanjutnya, hakim yang akan memutuskan perkara, apakah AP3 bisa dilanjutkan ke persidangan atau sebaliknya dinyatakan tidak diterima alias gugur demi hukum,” terang Guntur Hamzah, sebagaimana dikutip koran Kompas, Senin (21/12/2015). Guntur menjelaskan, menurut rencana, 18 Januari 2016, akan ada sidang di MK dengan agenda pembacaan putusan dismissal (proses

Mendagri Tjahjo Kumolo penelitian terhadap gugatan). “Dari situ akan diputuskan oleh majelis hakim, mana perkara yang lanjut dan perkara mana yang dinyatakan tidak dapat diterima,” sambung Guntur Hamzah.

KPU-MENDAGRI SEPAKAT Ketua KPU RI, Husni Kamil Manik menyatakan, pengajuan pelantikan Kepala Daerah dilakukan secara bertahap. Tidak menunggu daerah yang terbelit sengketa Pilkada di

Mahkamah Konstitusi (MK). “Posisi KPU hanya sampai mengusulkan SK (pengangkatan kepala daerah, red.). Begitu selesai ditetapkan, selama tidak ada sengketa, SK pengangkatan langsung diajukan ke Mendagri,” jelas Husni menjawab pertanyaan wartawan, sebagaimana dikutip Koran Jawa Pos, Rabu (23/12/2015). Husni menjelaskan, jadwal pengusulan SK pengangkatan kepala daerah yang tidak bersengketa antara tanggal 23-29 Desember. “Ketika ada gugatan yang dismissal (pengajuan gugatan ditolak oleh MK, red.), pada 18 Januari mendatang, sehari setelahnya, KPU langsung mengajukan SK pengangkatan ke Mendagri. Sedangkan pengajuan SK berikutnya, dilakukan pasca putusan MK. Karena prosesnya lama, mungkin bulan Maret baru diajukan SK-nya,” tambah Husni. Pernyataan Husni ini menjawab pernyataan Mendagri Tjahjo Kumolo yang ingin memisahkan daerah yang bersengketa dan daerah yang tidak memiliki gugatan. “Bagi daerah-daerah yang tidak ada masalah hukum, sebaiknya segera dilantik serentak. Dan pelantikan berikutnya, bisa dilakukan dalam dua atau tiga gelombang sesuai dengan proses yang sedang dijalani. Harapannya, dengan pelantikan segera, program kepala daerah terpilih bisa dilaksanakan. Mengingat Plt tidak bisa mengambil keputusan strategis,” jelas mantan Sekjen PDI-P, sebagaimana dikutip Jawa Pos, Rabu (23/12/2015).

bersambung...hal 7


MATA UTAMA Terukur Paslon 1, Busyro-Fauzi : 50,97% Paslon 2, ZA-Eva : 49,03% dengan margin of Error : 1% Linier dengan.. Real Count Desk Pemilukada DPC PKB Sumenep PERCAYA DIRI: Syafrudin Budiman, Ketua DPD Partai Perindo Sumenep dengan optimisme membentangkan spanduk kemenangan Paslon 2 . Paslon 1, Busyro-Fauzi :

QUICK COUNT DAN REAL COUNT Saat penghitungan cepat (quick count) di angka 95%, Rabu (9/12/2015) jam 16.00 wib, Cabup Busyro tampak sumringah melihat angkat 50.97% suara yang diraih Paslon 1. Sedangkan, perolehan suara paslon 2, hanya memperoleh dukungan suara sebanyak 49.03% dari suara sah. Karena itu, Cabup Busyro menyampaikan rasa syukur mendalam dan rasa terima kasih tak terhingga kepada masyarakat Sumenep yang mengamanatkan mimpin Sumenep di periode ke 2. “Saya ingin menyampaikan terima kasih kepada mayoritas masyarakat Sumenep yang memberikan kepercayaan kepada saya dengan Achmad Fauzi untuk memimpin Sumenep. Walaupun ini masih hasil hitungan cepat, kami tetap optimis memang,” kata Cabup Busyro kepada sejumlah wartawan, di posko pemenangan Achmad Fauzi.

SUMENEP & 20 DAERAH BATAS UU JUMLAH penduduk Kabupaten Sumenep 1.115.000 jiwa berdasar data Disdukcapil Kabupaten Sumenep, menjadi menarik dalam kaitan gugatan Pilkada di MK. Direktur Riset, Setara Institute, Ismail Hasani, menyebut sebanyak 20 daerah (provinsi/kabupaten/kota) jika mengajukan sengketa Pilkada ke MK pasti ditolak oleh majelis hakim MK karena berbenturan dengan Undang-Undang 8/2015 tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 1/2015 tentang Penetapan Perppu No. 1/2014. Ismail menyebut 20 daerah

Saat bersamaan, kubu Paslon 2, Zainal Abidin-Dewi Khalifah juga mengklaim menang dengan raihan suara 50.73%. Sedangkan paslon 1, hanya memperoleh dukungan suara sekitar 49.07%, dari jumlah surat suara yang masuk. “Dukungan masyarakat Sumenep, untuk Paslon 2 sebanyak 50.73% suara, dari jumlah total surat suara. Paslon kami masih lebih unggul dari paslon 1, yang hanya mendapat dukungan 49.07% suara,” kata Sekretaris Tim Pemenangan Paslon 2, Zahrir Ridha, kepada wartawan di kantor pemenangan paslon 2. Pada Rabu malam hari, para relawan Paslon 2 melakukan konvoi dan membentangkan spanduk ucapan atas kemenangan Paslon 2 yang ditempatkan di sejumlah titik. Keesokan hari, sikap Paslon 1 menggelar Press Conference Hasil Quick Count versus Real Count Pemilukada Sumenep di Aula Hotel Utami Sumenep, Kamis (10/12/2015). Hasilnya? dalam gelar Quick Count itu adalah Pangandaran, Indramayu, Kabupaten Bandung, Tasikmalaya, Karawang, Cianjur, Jambi, Lampung Tengah, Belitung Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Cilegon, Serang, Pasuruan, Gresik, Bima, Soppeng, Kutai Kertanegara, Sumenep, dan Kotawaringin Timur. Ismail menjelaskan, batasan selisih suara hasil Pilkada yang

50,79% Paslon 2, ZA-Eva :49,21% Selisih Suara: 1,59% Setelah Press Conference Hasil Quick Count versus Real Count, acara dilanjut dengan aksi gundul para relawan sebagai rasa syukur atas kemenangan yang diraih. Meski bukan seorang tukang cukur, Paslon Busyro-Fauzi juga ikut ambil bagian mencukur rambut para relawan dan tim pendukung yang secara khusus diawali oleh Darwies Maszar. Sebelum acara Press Conference di Utami, sejumlah awak media diundang Paslon 2 untuk mendengarkan hasil real countnya. Apa yang yang ditetapkan Undang-Undang adalah untuk Propinsi dengan jumlah penduduk dibawah 2 juta selisih suara maksimal untuk dapat mengajukan permohonan adalah 2%. Sedangkan Propinsi dengan penduduk 2 juta-6 juta selisih maksimal adalah 1,5%. Dan Propinsi dengan penduduk 6 juta-12 juta selisih suara maksimal 1%. Serta Propinsi dengan penduduk >12

terjadi? Puluhan wartawan merasa kecewa dengan sikap Paslon 2 karena para wartawan hadir atas undangan untuk gelar jumpa pers, tapi tidak ditemui. Ditunggu sekitar satu jam lebih di rumahnya, Jl. Seludang, Kolor, malah utusan yang keluar dan bilang Pak Zainal masih sibuk menerima tamu. “Maaf teman-teman. Jagoan kami masih sibuk nemui tamu,” terang Veros Afif, kontributor TV One, meniru ucapan Fajar salah satu tim sukses Paslon ZA-EVA, Kamis (10/12/2015), saat bercerita ke sejumlah wartawan. Karuan saja, mendengar pernyataan tersebut, para kuli tinta merasa kecewa. “Kami diundang untuk jumpa pers, tapi malah nara sumbernya tidak keluar. Apa maksudnya?,” gerutu Veros.

(ozi’/yon/rfq/ham)

Darwies Maszar, mantan Sekjen PKB, rela gundul merayakan kemenangan Paslon 1

juta selisih maksimal 0,5%. “Sedangkan untuk Kabupaten/Kota dengan jumlah penduduk dibawah 250.000 batas maksimal selisih suara adalah 2%. Kab/kota 250.000500.000 selisih suara maksimal 1,5%. Kab/kota dengan jumlah penduduk 500.000-1.000.000 selisih suara maksimal adalah 1%. Dan Kab/kota yang memiliki jumlah penduduk diatas 1 juta selisih suara maksimal adalah 0,5%. Sedangkan Kabupaten Sumenep dengan selisih suara 1,70%, tetap tidak dapat mengajukan permohonan sengketa ke MK karena selisih suara maksimal untuk Sumenep adalah 0,5%,” ujar Ismail Hasan sebagaimana dikutip Bergelora.com di Jakarta, Jum’at (11/12/2015) lalu.

(ham)

28 DESEMBER 2015 | MATA SUMENEP | 7


MATA MATA UTAMA UTAMA

Muncul Rekom PSU Bodong

Demonstran di Pintu KPU: Relawan Paslon 2 menuntut PSU dan Penghentian Rekap KPU.

D

itengah Rapat Pleno Rekapitulasai Suara Hasil Pilkada Sumenep di KPU, Kamis (17/12/2015), ketua dan anggota KPU serta Panwaslih Kabupaten, dikejutkan dengan munculnya surat Rekomendasi Pemungutan Suara Ulang (PSU) dari Panwascam, Masalembu, Raas, Sapeken dan Guluk-Guluk. Interupsi dari Siti Nur Asiyah, saksi Paslon 2 untuk menghentikan jalannya rekap KPU, sempat jadi pusat perhatian peserta pleno. Asiyah dengan super pede menunjukkan rekomendasi PSU dari 4 Panwascam, ada 136 TPS yang direkomendasikan PSU, tapi tak diindahkan oleh KPU. Karuan saja, sejumlah anggota KPU dan Panwaslih Kabupaten kaget dan bertanya keheranan muasal rekomendasi PSU itu. Sebab, rekomendasi PSU yang kali pertama memunculkan dari saksi Paslon 2 saat berlangsung rapat pleno terbuka rekapitulasi KPU, bukan Rekomendasi PSU dari Panwaslih Kabupaten. Saat acara berlangsung, Anwar Noris, anggota Panwas Divisi Pengawasan dan Hubungan Antar Lembaga, bertanya kepada 4 Ketua Panwascam soal kebenaran rekom PSU. Keempat Panwascam secara koor tidak mengakui mengeluarkan rekomendasi PSU yang dibeberkan saksi Paslon 2. Kejadian aneh bin langka ini menimbulkan tanda tanya banyak pihak. Junaedi SH, Koordinator SCW berharap kejadian aneh di acara resmi KPU itu, harus diusut tuntas untuk meluruskan asumsi negatif yang mengarah kepada institusi negara, seperti KPU dan Panwaslih. “Saya yakin rekomendasi PSU itu ada rekayasa. Cari aktor dan pelakunya. Jika ada unsur pidana, Panwaslih Kabupaten segera lapor ke pihak kepolisian. Jika Pasnwaskab bersikap diam, publik akan menilai macam-macam,” terang Jund, panggilan akrabnya, kepada Mata Sumenep. Usai acara rekapitulasi KPU, kepada sejumlah wartawan, Noris, panggilan akrabnya, menyebut rekomendasi PSU yang ditunjukkan saksi Paslon

8 |MATA SUMENEP |28 DESEMBER 2015

2, bersifat ilegal. Noris menjelaskan prosedur sebelum rekomendasi dikeluarkan Panwascam, harus dikonsultasikan terlebih dahulu ke Panwas Kabupaten. “Panwascam berhak mengeluarkan rekomendasi. Tapi, secara aturan harus berkonsultasi ke Panwaslih Kabupaten terlebih dahulu,” terang Noris. Noris bercerita, pada Rabu (16/12) malam, Panwaskab melakukan koordinasi dengan anggota Panwascam di 27 kecamatan untuk membahas kemungkinan laporan dugaan pelanggaran Pilkada yang diajukan tim kampanye pasangan Zainal Abidin-Dewi Khalifah. “Saat itu, 27 pimpinan Panwascam tidak memberitahukan maupun menyatakan telah mengeluarkan rekomendasi PSU. Ini agak janggal bagi kami di Panwaskab. Karena rekomendasi PSU dari Panwascam ditunjukkan oleh saksi dari pasangan Zainal Abidin-Dewi Khalifah itu tertanggal 15 Desember 2015 sebelum acara koordinasi,” terang Noris. Sebagai tindak lanjut, Noris memanggil 4 Panwascam yang disebut mengeluarkan surat rekomendasi PSU itu. Hasilnya? “Rekomendasi

PSU dari Panwascam tidak sesuai prosedur,” terang Noris kepada sejumlah awak media, Jum’at sore (18/12). Kelucuan serupa juga terjadi sebelum menunjukkan 4 rekomendasi Panwascam. Atwari, saksi Paslon 2 saat Rakapitulasi KPU menyebut kecurangan di TPS 1 Desa Lapa Laok, Kecamatan Dungkek. Dia menyebut tingkat kehadiran pemilih mencapai 100% dari DPT 412, tingkat kehadirannya yang mencapai 412 berdasar form C1 yang ia kantongi. Untuk menkroscek kebenaran, petugas KPU pun membuka DAA KWK. Hasilnya, DPT TPS 1 Desa Lapa Laok berjumlah 533. Hadir 412 orang alias 77,30%. Tidak hadir 121 pemilih alias 22,70%. Rekapitulasi di KPU berjalan lancar dan tuntas pada pukul 17.25 WIB, meski ada riak gelombang demonstran dan protes dari saksi Paslon 2 yang menolak menandatangani berita acara Hasil Pleno Rekapitulasi Suara Hasil Pilkada di KPU Sumenep. Ketua KPU Sumenep, A. Warits Umar, mengaku tidak mempersoalkan dengan sikap saksi Paslon yang tidak berkenan menandatangani berita acara hasil rekapitulasi. Bagi Warits, rapat pleno rekapitulasi Pilkada yang digelar KPU sesuai dengan fakta yang ada di lapangan. “Silakan saja saksi paslon nomor urut 2 tidak tanda tangan, itu hak mereka. Dan jika ada yang dipersoalkan, maka mereka harus mengisi form keberatan yang telah disediakan,” katanya. Dan akhir tercerita, KPU menunda penetapan Calon Bupati dan Wakil Bupati terpilih karena masih tercatat dalam sengketa Pilkada yang di daftarkan ke gedung MK. (ozi’/yono)


JEJAK KH A. BUSYRO KARIM SAAT PLENO REKAPITULASI KPU Sebagian orang bertanya posisi Cabup terpilih KH A. Busyro Karim saat para demonstran minta penundaan Sidang Pleno Rekapitulasi Pilkada di KPU, Kamis (17/12/2015). Berikut aktivitas Cabup terpilih yang disaksikan crew Mata Sumenep.

17.35-18.00 WIB Cabup Busyro tiba di kediaman KH A. Basyir AS dan langsung sungkem serta menyampaikan hasil final Rekapitulasi KPU. Dengan suara terbata, Cabup Busyro mengucapkan terimakasih tidak terhingga atas dukungan moril dan doa KH A. Basyir AS kepada dirinya selama Pemilukada berlangsung. Dalam pertemuan singkat itu, KH A. Basyir AS menitip pesan kepada Cabup Busyro. “Rawat dan besarkan PKB sebagai wadah perjuangan. Dana untuk desa juga perhatikan,� pinta Kiai Basyir singkat yang direspon kata sanggup oleh Kiai Busyro. Sebelum berpamitan pulang, Cabup Busyro melaksanakan shalat maghrib berjamaah di mushalla Kiai Basyir dan menikmati hidangan makan malam yang telah disiapkan untuk para tamu.

Pukul 09.30-11.30 Cabup terpilih KH A. Busyro Karim berada di tengah sawah sedang bercanda ria dan makan bersama petani Desa Beraji, Gapura.

18.20-18.35 WIB

Cabup Busyro berziarah di Asta Ayahandanya, KH Abd. Karim, Bungbungan, Bluto.

18.35-19.00 WIB Cabup Busyro menuju Asta Pangarangan.

19.00-19.25 WIB

15.30 - 17.00 WIB

Cabup Busyro ziarah ke Asta KH Abdullah, Pendiri Ponpes Mathaliul Anwar, Pangarangan, paman sekaligus guru Abuya saat mondok.

Cabup Busyro menyambut peserta konvoi yang ingin mengucapkan selamat atas kemenangan dalam Pilkada Sumenep 2015. Barisan Serba Guna (Banser) dengan pakaian lengkap juga ikut mengucapkan selamat. Setelah ramah tamah dan foto bareng relawan, Cabup Busyro melayani wawancara dengan sejumlah awak media.

17.00-17.25 WIB Pukul 17.00 WIB, Cabup Busyro berpamitan kepada sejumlah tamu untuk 19.25 - 19.35 WIB sowan ke KH A. Basyir AS, Guluk-Guluk. Di tengah jalan, handphone Cabup Kiai Busyro menemui KH Said Abdullah, di kediamannya. Busyro berdering dan menerima kabar bahwa Rapat Pleno Terbuka Rekapitulasi Suara Pilkada yang digelar KPU, selesai. Hasil akhir perhitungan KPU tetap 19.45-20.00 alias tidak berubah sebagaimana hasil DA KWK rekapitulasi 27 PPK.

WIB

20.10-20.30 WIB

Cabup Busyro mampir ke kantor DPC PKB, di Jl Imam Bonjol, Pamolokan, Sumenep.

Cabup Busyro melanjutkan ziarah ke Asta Umminya, Nyai Nuraniyah di kompleks Ponpes Al-Karimiyyah, Beraji, Gapura.

20.30-00.00 WIB Cabup Busyro menerima sejumlah tamu di kediamnnya.

28 DESEMBER 2015 | MATA SUMENEP | 9


REKAP KABUPATEN HASIL REKAPITULASI HASIL PERHITUNGAN PEROLEHAN SUARA PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI SUMENEP TAHUN 2015 DI KOMISI PEMILIHAN UMUM (KPU) KABUPATEN SUMENEP Sumenep, 17 Desember 2015

10 |MATA SUMENEP |28 DESEMBER 2015


REKAP KECAMATAN HASIL REKAPITULASI HASIL PERHITUNGAN PEROLEHAN SUARA PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI SUMENEP 2015 DI MASINGMASING PPK SE KABUPATEN SUMENEP SUMBER: DA-KWK DI TIAP-TIAP PPK

28 DESEMBER 2015 | MATA SUMENEP | 11


12 |MATA SUMENEP |28 DESEMBER 2015


28 DESEMBER 2015 | MATA SUMENEP | 13


14 |MATA SUMENEP |28 DESEMBER 2015


28 DESEMBER 2015 | MATA SUMENEP | 15


16 |MATA SUMENEP |28 DESEMBER 2015


Kisah Inspiratif

Sosok Moh Zaini, dari Desa Banuaju Barat

BERBEKAL KREATIVITAS Baginya, hidup itu pengabdian dan perlombaan. Mengabdi sesuai kemampuan, dan berlomba untuk menguji kreativitas serta keahlian yang dimiliki.

ORGANISATORIS : Moh Zaini (paling Kiri) dalam satu musyawarah Gemasaba bersama Ketua DPC PKB KH A. Busyro Karim.

M

emang benar hidup harus banyak jaringan dan mitra. Tidak cukup mengandalkan ijazah sekolah melainkan skiil dan kreativitas yang dimiliknya. Jika tidak, siapapun ia maka cukup menjadi penyimak serta penonton setia saja. Tetapi jangan pernah berharap apa-apa sebab eksistensi sebagai makhluk tak pernah nyata. Sekelumit kata itulah yang keluar dari Moh Zaini ketika ditemui Mata Sumenep, Ahad, 20 Desember lalu, saat berbincang soal upaya mencari jati diri dan “meramal” masa depan. Semua itu tereksplor darinya atas dasar renungan selama malang melintang dalam ragamnya kehidupan yang ia jalani selama ini. Terperangkap dalam Ketidakjelasan Pria kelahiran Sumenep, 09 Maret 1986 ini mengaku sempat terpengaruh euforia kehidupan bebas semenjak lulus dari Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah di Yayasan Taufiqurrahman Desa Banuaju Timur, Kecamatan Batang-Batang, Sumenep, pada tahun 1999. Bahkan ia pun sempat putus sekolah. Namun setelah lama nganggur dengan aktivitas tak jelas, jenuh, akhirnya ia memilih melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi dan melabuhakan pilihan pada SMA 1 Gapura sebagai tempat mengasah kemampuan dan kreativitasnya. Setamatnya di lembaga tersebut, tahun 2004 anak pertama dari dua bersaudara ini mengaku kembali didera dilema untuk melanjutkan studinya ke perguruan tinggi. Perasaan bimbang itu bersarang lantaran pikirannya sudah terpengaruh dengan informasi yang

menampilkan akan menumpuknya angka pengangguran di negeri ini, dan sebagian pengangguran itu adalah mereka yang sudah lulus strata 1 (S1). Akhirnya ia lebih memilih bekerja ketimbang kuliah. Dan karena tekadnya sudah bulat, pemuda yang populer dipanggil Zaini ini hijrah ke Kabupaten Banyuwangi dengan maksud dan tujuan mencari kerja. Beberapa hari kemudian setelah berada di kota yang memiliki tari khas Gandrung itu, Zaini bekerja di salah satu toko milik tetangganya. Namanya nasib tidak akan kemana, tidak sampai satu bulan Zaini mulai tidak kerasan dan memilih pulang ke kampung halamannya di Desa Banuaju Barat, Kecamatan Batang-Batang, Sumenep, Madura. “Ada banyak kisah dan cerita pilu yang selama ini saya jalani, termasuk proses pendidikan tidak mulus seperti teman-teman sebaya. Bahkan, sempat terseret ke dalam kehidupan tidak jelas. Disitulah waktu saya banyak terbuang sia-sia dan saya menyesal bila ingat itu semua. Tetapi alhamdulillah kejadian tersebut membawa hikmah untuk bekal juga bahan introspeksi diri untuk kehidupan selanjutnya,” sesalnya. Berkat Bergabung dengan PMII Diceritakan, sekian lama menjadi pengangguran sepulangnya dari tempat rantau dimana ia bekerja, rupanya anak dari pasangan suami isteri Matbi dan ibu Nasiha ini tidak tahan juga dengan kondisi yang penuh dengan kevakuman. Akhirnya Zaini kembali memutuskan untuk kuliah lalu meminta izin kepada kedua orang tuanya. Ternyata keinginannya itu berbanding lurus dengan harapan bapak-ibunya. Niatnya untuk kuliah

mendapat dukungan penuh, bahkan familinya pun ikut mendorong semangatnya. Pada tahun 2007 Zaini mengaku memilih Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Aqidah Usymuni (STITA) Terate, Pandian, Sumenep, dengan mengambil konsentrasi jurusan PAI (Pendidikan Agama Islam). Sesampainya di STITA itulah, Zaini bercerita ia mulai sering ngumpul bersama, baik dengan teman kelas lebih-lebih dengan mahasiswa senior. Berkat sering ikut senior Zaini mendapat kepercayaan lalu diangkat menjadi pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM STITA). Tidak cukup disitu, seiring berjalannya waktu dalam dunia ilmiah itu, Zaini juga aktif di organisasi ekstra kampus Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Bahkan memasuki semester V sudah masuk di organisasi sayap partai PKB, Gemasaba, serta termasuk anggota PMI (Pelang Merah Indonesia) Cabang Sumenep di Korp Sukarelawan. “Berkat bergabung dengan PMII, teman dan jaringan saya semakin luas, sehingga terasa mudah dalam menjalani hidup ini,” pungkasnya. Menjadi Delegasi Disbudparpora Sumenep Sebelum akhirnya sukses di bidang mekanik, Zaini menuturkan dirinya sempat pusing dan galau memikirkan status Sarjana yang disandangnya usai Wisuda tahun 2014 kemarin. Namun akhirnya berkat jaringan serta komunikasi baik dengan temantemannya, menjelang akhir 2014 dirinya dipertemukan dengan Kabid Pemuda dan Olahraga Disbudparpora Kabupaten Sumenep, Kasim Shalihin. Berkat seorang temannya yang tahu benar bahwa Zaini memang memiliki

skiil mekanik meski bukan jurusannya, ia pun mendapat informasi bahwa Disbudparpora Jawa Timur meminta perwakilan pemuda Sumenep sebanyak dua orang untuk diikutkan pelatihan khusus masalah mekanik. “Teman saya percaya karena sebelumnya saya memang pernah mengikuti pelatihan semacam itu di UPT BLK Sumenep,” ujar Zaini. Berbagai pengalaman mekanis telah Zaini rasakan sehabis mengikuti pelatihan dari tahap Pratama hingga Madya di MPM PT. Pinastika Mulya Surabaya. Selanjutnya ia juga menjalani kontrak kerja dengan Disbudparpora Jawa Timur dengan cara magang selama tiga bulan di PT Anugerah Jaya Sumenep. Setelah kontraknya habis Zaini lebih memilih menciptakan lapangan kerja sendiri di rumahnya ketimbang bekerja di tempat ia dulu magang. Alasanya pun cukup sederhana, “kalau membuka perbengkelan sendiri lebih mandiri,” katanya, selain memang karena persoalan peluang, sebab di daerahnya masih jarang bengkel ditambah pengalamannya yang masih terbilang pengetahuan baru disana. Sementara saat ditanya soal apakah tidak gengsi dirinya yang berstatus Sarjana Pendidikan Agama Islam bergelut di bidang mikanik, Zaini mantap menjawab tidak. Baginya, hidup itu pengabdian dan perlombaan. Mengabdi sesuai kemampuan, dan berlomba untuk menguji kreativitas serta keahlian yang dimiliki. “Planning untuk kedepan usaha yang saya geluti kali ini sepertinya peluangnya besar, hanya saja untuk saat ini saya terkendala persoalan modal,” tukasnya. rusydiyono/rafiqi

28 DESEMBER 2015 | MATA SUMENEP | 17


MATA BUDAYA

Topeng Dalang Madura Dari Waktu Ke Waktu (5)

Grup Topeng Dalang Madura “Rukun Pewaras” sedang tampil di salah satu acara Rokat Pandawa, di Kecamatan Gapura, Kabupaten Sumenep. Grup Topeng Dalang Madura “Rukun Pewaras” sedang tampil di salah satu acara Rokat Pandawa, di Kecamatan Gapura, Kabupaten Sumenep, beberapa bulan lalu.

Sebagai Identitas Nilai Kebudayaan Madura Selama ini Topeng Dalang Madura telah menjadi identitas nilai kebudayaan pulau garam ini di luar daerah. Sebab selama tampil dari pentas ke pentas Topeng Dalang Madura selalu berhasil mengguncang penikmat pentas kesenian di luar sana. Bahkan, sebagai sebuah produk kesenian lokal Topeng Dalang Madura sering membuat pertunjukan yang senantiasa spektakuler hingga ke tingkat internasional. Dari itulah, kesenian ini kemudian menjadi identitas nilai atau sebagai cerminan kebudayaan Madura. Dimana banyak orang yang lalu kenal terhadap Madura dengan hanya menonton salah satu seni pertunjukannya, yakni pentas Topeng Dalang Madura. Dalam perkembangan terakhir,

Topeng Dalang Madura masih terbilang eksis sebagai kelompok kesenian masyarakat, utamanya dalam menjadi hidangan di setiap gelar kegiatan atau rokatan masyarakat Madura hingga hari ini. Meski sempat redup, dalam perjalanannya kesenian lokal yang satu ini telah menjadi komposisi ritual yang kembali mengakar dan memiliki nilai tersendiri dalam kehidupan masyarakat. Hal tersebut setidaknya tercermin dari kembali merebaknya pagelaran kesenian ini bahkan dalam bentuk serimonial tasyakkuran atau tanggapan hiburan sekalipun. Tidak hanya sebagai pentas kesenian, sejatinya akar eksistensi Topeng Dalang Madura dapat dilihat sebagai ritualisasi masyarakat untuk mencapai nilai moksa yang sempurna. Seperti

18 |MATA SUMENEP |28 DESEMBER 2015

rokatan misalnya, ketika tidak menggunakan Topeng Dalang Madura dengan sendirinya prosesi akan berasa kurang afdal dan mantap. Karena itu, tak heran jika umumnya ada sesi tersendiri untuk melaksanakan ritual inti dalam skenario Topeng Dalang Madura. Yakni, setelah para pemain (aktor) menyelesaikan alur cerita, masih harus ada adegan khusus berupa kejar-kejaran antara makhluk (karakter) bernama Batarakala dengan si anak Pandawa. Diceritakan, Batarakala adalah sejenis makhluk menyeramkan yang memiliki gigi panjangtajam dan memakan daging serta meminum darah hewan maupun manusia. Dalam skenario cerita, Batarakala yang berada di atas kayangan mula-mula ditampilkan sedang kelaparan. Namun karena

disana sudah tidak ada lagi yang bisa dimakan, maka orang tuanyalah yang menjadi sasaran santapan selanjutnya. Akan tetapi karena orang tua si Batarakala cerdik, alhasil mereka bisa membuang atau menyuruh monster tersebut turun ke bumi untuk mencari anak Pandawa sebagai santapannya. Disitulah pokok cerita yang terkandung di dalam pertunjukan Topeng Dalang Madura. Pengejaran Batarakala terhadap Pandawa itu adalah sebagai inti ritual dari prosesi Rokat Pandawa (Rokat Pandhaba, red) yang sesungguhnya. “Nah, Rokat Pandawa inilah yang menjadi inti dari kesenian Topeng Dalang Madura,” kata Syukri, salah satu pengamat kebudayaan asal Gapura, ketika menonton pentas Topeng Dalang Madura di acara Rokat Pandhaba, di Desa Gapura


MATA BUDAYA Barat, Kecamatan Gapura beberapa bulan lalu. Sebagai sebuah indentitas budaya, lanjut Syukri, nilai yang terkandung dalam kesenian Topeng Dalang Madura juga melekat dalam keindahan tariannya yang menyimpan sejuta makna. Selain itu, nada gamelan yang menyimpan filosofi dalam setiap ketukan nada masingmasing, semakin mengiring hikmat pergelaran Topeng Dalang Madura. Ditambah lagi dengan petuah-petuah dalang yang meluncur kepada penonton bak mutiara kehidupan, menjadi sarana renung yang cukup efektif meski tak terasa. Disisi lain, kosongnya pengaruh penokohan terhadap kehidupan sehari-hari aktor menjadi kelebihan tersendiri dari kesenian ini. Peran apapun dalam Topeng tidak akan mengubah sikap dan kepribadian aktor dalam kehidupan sehari-hari. Secara khusus, dalam seni peran ini para aktor hanya akan menyatu dengan perannya ketika topeng sudah dikenakan. Saat itu, bak tersengat aliran listrik, otomatis mereka berubah sesuai karakter penokahannya. Secara magis, ruh dalam topeng itu seolah masuk

ke setiap diri aktor yang disebut sebagai “Sensasi Abadi”. Hal ini berlangsung hingga peran selesai dan topeng dilepaskan. Misalnya pada seorang aktor yang berperan sebagai perempuan dalam satu skenario pementasan, dengan sendirinya ia murni kembali ke pribadi asli laki-laki selama di luar panggung pertunjukan. Dari sini dapat diketahui bahwa Topeng Dalang Madura benarbenar menjadi suatu identitas nilai budaya. Sehingga ketika orang luar Madura tahu dan menonton satu pertunjukan dari kesenian ini, mereka sudah dapat melihat Madura (setidaknya) dari kacamata budaya. Selain itu, mengidentitasnya Topeng dalam kebudayaan Madura juga memberikan pelurusan stigma kekerasan masyarakat yang kadung melekat dan didengungkan mayoritas orang di luar kita. Sebab dengan Topeng dan segala filosofi kelembutan dan kehalusan tindaktanduk, tutur kata serta komposisi kultur lain di dalamnya, dapat menunjukkan identitas Madura sebenarnya bahwa Madura tidak sesadis seperti dalam cerita dan lebih beradab sesuai faktanya. (Habis)

hairul/rafiqi

BATARAKALA: Sosok makhluk menyeramkan yang memiliki gigi panjang-tajam dan memakan daging serta meminum darah hewan maupun manusia, dalam lakon Topeng Dalang Madura.

KOSA KATA BASA MADURA

E

jaman mangken, pangaonengan masarakat dha’ basa Madura ampon tamba elang. Seka’dhimma elangnga basa minangka tanda lontorra kecintaan dha’ basa kasebbut, se saterrosepon ebudi are bisa daddi sabab kadinggalla basa Madura gun sabates careta ka careta. Melana dhari ka’dhinto, Mata Sumenep neng terbitan se kapeng 26, kasothok kaangguy abahas basa Madura kalaban pangarep pola daddi sabab maakrab pole tata cara aguna’agi sorot sanderra basa, se ampon daddi kabiasaan tatakrama monggu panotor basa Madura.

Ondagga Basa Saperte ampon padha ngaonengi, ondagga basa Madura ka’dhinto badha tello’, enggipaneka Kasar, Tenga-tenga, ban Alos:

1. Enja’-Iya (Kasar) Oca’ re-sa’are angguyanna oreng towa dha’ ka se ngodh’an. Ompama reng towa ka ana’na, kompoyya, peyo’na, majadi’ ka ponakanna, otaba padha na’-kana’na. Ompamana, oreng towa ka se ngodha’an otaba ka na’-kana’: Ba’na ella mare ngakan? Jawabba se ngodha’an ka oreng se towa’an: enggi kaula lastare nedda.

Manabi na’-kana’ ka padha na’kana’na: Ba’na ella mare ngakan? Jawabba: iya sengko’ ella mare ngakan. 2. Enggi-Enten (Tenga-tenga) Oca’ otaba basa se eangguy antara kanca ka kanca, otaba oreng towa ka se ngodha’an. Ompama oreng se abak roco (ka dhapadhana), taretan se atowa’an ka seangodha’an, mattowa ka manto, oca’ panemang ban salaenna.

Ompamana, antara kanca ka kanca: Dika ka Songennebba? Jawabba: enten bula ta’ ka Songennebba. 3. Enggi- Bunten (Alos) Oca’ otaba basa se eangguy monggu ka oreng agung, oreng baba’an ka attasan, se apangkat, otaba dha’ oreng towa, oreng se ngodha dha’ ka oreng se towa (atowa’an), oreng padha towana, kanca ka kanca se ta’ roco otabe e antara oreng se gi’ buru kennal. Ompmana, antara adi dha’ ka rato: abdi dalem badi dha’ Songennep. Oreng se ngodha ka se towa (atowa’an): Panjennengan/ sampeyan songkan? Manabi oreng padha towana otaba kanca ka kanca: Sampeyan ka Songennebba? Jawabba: enggi kaula ka Songennebba.

bersambung...

28 DESEMBER 2015 | MATA SUMENEP | 19


BEDAH BUKU

IJTIHAD SEORANG BUPATI KH ABUYA BUSYRO KARIM Ijtihad Kebijakan dalam buku ini merupakan sebuah upaya kongkrit yang dilakukan seorang Bupati KH A. Busyro Karim untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang lebih sejahtera.

S

ecara bahasa, Ijtihad berasal dari kata Jahada. Ijtihad bisa di artikan la-masyaqat (kesulitan dan kesusahan) bisa juga di artikan akth-thaqat (kesanggupan dan kemampuan). Kata al-jahd beserta seluruh turunan katanya menunjukkan pekerjaan yang dilakukan lebih dari biasa dan sulit untuk dilaksanakan atau disenangi. Dengan demikian kata ijtihad berarti pengerahan segala kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang sulit. Pengertian ijtihad menurut bahasa ada relevansinya dengan pengertian ijtihad menurut istilah, dimana untuk melakukannya diperlukan beberapa persyaratan yang karenanya tidak mungkin pekerjaan itu (ijtihad) dilakukan oleh sembarang orang. Ijtihad Kebijakan dalam buku ini merupakan sebuah upaya kongkrit yang dilakukan seorang pemimpin (Abuya Busyro Karim) dengan menggunakan segala potensi yang dimilikinya untuk memenuhi keperluan masyarakat yang lebih sejahtera. Pembangunan dalam suatu daerah memerlukan keterlibatan total dari pemerintah setempat. Jika pemerintah membatasi diri dan tidak mengambil peran dalam pengelolaan daerahnya, akan berakibat pada proses pembangunan tersebut. Pemerintah daerah merupakan fasilitator pembangunan dan masyarakat sebagai bagian dari pelaku pembangunan sehingga tidak hanya memposisikan diri sebagai penonton dari proses pemberdayaan dan pembangunan yang di lakukan oleh pemerintah (Hal 13). Karena itu, untuk mencapai tujuan tersebut harus ada sinergisitas yang baik antara pemerintah, swasta dan masyarakat

secara umum. Birokrasi dalam kacamata Bupati Kiai Busyro tidak lagi menjadi “Hantu menakutkan” bagi masyarakat. Tetapi benar-benar menjadi jembatan penuh makna dalam menyelesaikan layananlayanan terhadap rakyat dalam segala aspek kehidupannya. Sebab, ruh utama pemerintahan dengan birokrasi yang baik adalah kemampuan memberikan layanan maksimal terhadap masyarakat. Hal ini sesuai dengan perkataan Imam Syafi’e salah satu ulama terkemuka dari madzhab Sunni “Posisi pemerintah dalam hubungan dengan rakyat, seperti posisi wali terhadap anak yatim” (Hal 30). Artinya pemerintah harus melindungi rakyatnya, menjaga hak-hak mereka dan disalurkan aspirasinya. Mengambil hak rakyat sama dosanya dengan mengambil hak-hak anak yatim, karena itu harus dijauhi. Kebijakan yang mengabaikan kepentingan rakyat sama dengan mengambil hak rakyat itu sendiri, ini yang mesti diperhatikan oleh setiap pemimpin. Pandangan tersebut, jelas menggambarkan bahwa pemerintah memiliki tanggung jawab yang besar terhadap rakyat dengan posisi untuk mengayomi, memberikan dan melayani dengan baik. Dengan kata lain bahwa pemerintah dan rakyat tidak diposisikan dengan logikan posisi atas bawah, melainkan diposisikan pada posisi untuk menghargai,

20 |MATA SUMENEP |28 DESEMBER 2015

mengayomi dan melayani sebaik mungkin (Hal 30). Sebagai salah satu kabupaten yang ada di Madura, Sumenep merupakan wilayah yang memiliki berbagai macam potensi yang sangat luar biasa melebihi potensi empat Kabupaten lainnya. Potensi tersebut tidak hanya potensi Alam (SDA), akan tetapi potensipotensi lain yang bisa dikelola dengan baik untuk

meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat Sumenep (Hal 2). Misalnya pontesi Wisata Religi, Wisata Budaya serta potensi kulinernya yang begitu khas. Buku ini merupakan wujud dari pengalaman penulis selama menjabat sebagai Bupati Sumenep periode 2010-2015. Dalam buku ini banyak memaparkan pencapaian yang dilakukan penulis selama menjadi Bupati baik dalam bidang penguatan Reformasi Birokrasi, membangkitkan ekonomi kerakyataan, menata Infrastruktur dan sarana transportasi, pelayanan kesehatan, menguatkan sektor pendidikan dan lain sebagainya. Di bidang Reformasi Birokrasi Pemerintah Kabupaten Sumenep mendapatkan penghargaan internasional dari United Nations Public Service Awards (UNPSA) yang diberikan kepada Abuya Busyro karim selaku Bupati Sumenep terkait dengan pengembangan di bidang

Optimalisasi Regulasi melalui Penyelenggaraan Pelayanan Administrasi Kecamatan (PATEN). Konsep PATEN yang diterapkan oleh Pemerintah Kabupaten Sumenep merupakan salah satu indikator untuk menata kembali pelayanan publik yang benar-benar memberikan kenyamanan bagi masyarakat (Hal 371). Di bidang ekonomi, banyak cara yang dilakukan pemerintah daerah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat. Salah satunya adalah dengan adanya “Pasar Minggu” yang ada di sebelah timur taman Adipura Kabupaten Sumenep (Hal 201). Pemerintah mencoba memanfaatkan hari libur sebagai peluang terjadinya pertumbuhan ekonomi. Sehingga keberadaannya berdampak positif bagi masyarakat dalam mempromosikan produk-produk unggulan yang di hasilkan dari usaha masyarakat lokal. Di sektor pendidikan juga mendapatkan perhatian khusus dari Pemerintah Kabupaten Sumenep. Karena kondisi pendidikan di Kabupaten Sumenep berbeda dari daerah lain. Selain SDM, dan Pengelolaan Pendidikan ada juga yang menjadi salah satu problem besar yaitu persoalan letak geografis yang ada di Kabupaten Sumenep. Sehingga dibutuhkan pemikiran kreatif dalam mendorong dan meningkatkan mutu pendidikan di Sumenep (Hal 72). Dengan segala upaya yang ada, pemerintah daerah secara perlahan mampu memperjuangkan pemenuhan kebutuhan fasilitas pendidikan yang ada di KabupatenSumenep (Hal 92). Selain itu, peningkatan mutu sarana prasarana juga dilakukan terhadap pendidikan menengah mulai SMP sampai SMA ataupun SMK (Hal 73).


BEDAH BUKU telah mejadikan masalah kesehatan sebagai tolak ukur pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan. Problem biaya kesehatan yang dianggap mahal harus segera diputus agar ketimpangan sosial yang telah lama ini tidak terus terjadi. Salah satu terobosan kebijakan yang dilakukan pemerintah adalah merealisasikan program layanan kesehatan gratis yang kemudian dikenal dengan Jaminan Kesehatan Daerah (Hal 319). Oleh karena itu, tidak ada alasan lagi bagi masyarakat yang memiliki problem kesehatan untuk tidak diatasi karena alasan biaya yang terbatas. Karena kebijakan ini telah memberikan jalan mudah yang dimanfaatkan oleh masyarakat Sumenep. Kebijakan Upaya membangun pendidikan secara kaffah oleh pemerintah bukan hanya pada pendidikan dasar dan menengah, tetapi juga di tingkat perguruan tinggi. Baik perguruan tinggi yang berlatar belakang pondok pesantren maupun perguruan tinggi umum. Dengan begitu, masyarakat memiliki banyak pilihan dalam memilih perguruan tinggi sebagai tempat mencari ilmu (Hal 120). Tak hanya itu, pemerintah daerah juga menyediakan beasiswa bagi mahasiswa baik yang menempuh studi di Kabupaten Sumenep maupun diluar Madura. Untuk bidang kesehatan, pemerintah mempunyai program kesehatan gratis bagi masyarakat miskin. Mengingat selama ini kesehatan sering kali dijadikan sebagai problem besar yang sangat krusial di tengah-tengah kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat kelas menengah ke bawah. Stigma negatif tentang mahalnya biasa kesehatan telah menjadi problem sosial yang menimbulkan polemik

Judul Buku

Penulis Editor Penerbit Cetakan Jumlah halaman ISBN Tahun terbit Peresensi

: IJTIHAD KEBIJAKAN “Catatan Pemikirandan Solusi dalam Membangun Kabupaten Sumenep 5 Tahun (2010-2015)� : Dr. KH. A. Busyro Karim, M.si : Muhammad Suhaidi, M.Th.I : Muara Progresif Surabaya : Pertama : 380 halaman : 378 602 72244535 : Oktober 2015 : Ach Wildan Al Faizi, M.Pd.I*

serius. Akibatnya masyarakat dengan ekonomi terbatas kerapkali menjadi pihak yang selalu termarjinalkan. Tidak adanya kebijakan kesehatan yang pro masyarakat miskin secara otomatis telah mengaburkan semangat UUD 45 yang secara konkrit memberikan amanat kepada Negara untuk memberikan layanan kesehatan yang berkeadilan bagi masyarakat khususnya msyarakat kurang mampu (Hal 318). Pemerintah Sumenep dengan hak otonomi yang diberikan

ini tentu saja merupakan bagian dari misi pemerintah daerah untuk membangun masyarakat Sumenep yang sehat, sejahtera dan berkeadilan (Hal 324). Selain itu pembangunan Infrastruktur dan sarana transportasi juga mengalami peningkatan. Apalagi sejak pemerintah secara resmi mngkomersialkan Bandara Trunojoyo. Hal ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Sumenep. Sehingga

dengan adanya alat transportasi udara ini diharapkan berdampak positif terhadap perekonomian masyarakat Sumenep. Pemikiran, gagasan serta pengalaman yang ada dalam buku ini adalah pergolakan seseorang yang menjadi pemangku kebijakan sekaligus sebagai akademisi di bidang Kebijakan Publik. Karena itu, buku ini menjadi sumbangan yang berharga, paling tidak menjadi sebuah catatan dan kesaksian dari dua sudut pandang yang berbeda. Sehingga buku ini sudah layak dijadikan bahan rujukan utama mengenai topik Kebijakan Publik dan pembangunan daerah. Dilihat dari segi penulisan dalam buku ini bisa dikatakan sangat sederhana. Kalimat-kalimat dalam paragraf disusun secara runtut. Bahasa yang digunakan sangat komunikatif sehingga mudah dipahami oleh pembaca. serta pesan yang ingin disampaikan oleh penulis dapat dipahami secara langsung oleh pembaca. Keuggulan dari buku ini adalah penulis mampu memberikan informasi tentang apa saja hasil dan pencapaian yang telah dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Sumenep dibawah kepemimpinan Abuya Busyro Karim. Selain itu, dalam buku ini tidak hanya berbicara teori, akan tetapi juga memuat secara komprehensif dan secara gamblang tentang proses pembangunan Kabupaten Sumenep selama 5 tahun. Sementara itu, Sulit bagi saya untuk mencari kelemahan dari buku ini. karena menurut pendapat saya buku ini telah sukses mengantarkan seseorang untuk bisa memahami apa itu kebijakan, baik dari segi teori maupun proses. Namun hal yang seharusnya ada dalam buku ini adalah kritik dan saran dari para pengamat maupun tokoh terhadap Ijtihad Kebijakan yang diambil oleh Bupati Sumenep. Akan tetapi Secara keseluruhan buku ini sangat layak dibaca bagi semua kalangan baik Mahasiswa, Aktifis, LSM, maupun Masyarakat umum. Lebih-lebih para pemangku kebijakan yang ada di Kabupaten Sumenep.

*Alumnus Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Tinggal di Beraji, Gapura.

28 DESEMBER 2015 | MATA SUMENEP | 21


K ISMA’IL WONGSOLEKSONO Pengasuh TPQ al-Hikmah Kelurahan Bangselok

Majelis Taklim

T

Ingatan seputar ngaji dan langgar sangat kental sekali dalam kehidupan Kiai Isma’il Wongsoleksono. Selain merupakan cikal-bakal lahirnya pesantren, khususnya TPQ al-Hikmah, ada hikmah besar yang pernah dialaminya.

KISAH MENGAJI AL-FATIHAH TIGA BULAN

aman Pendidikan al-Quran (TPQ) al- Hikmah atau yang biasa disebut Langgar alHikmah di Kelurahan Bangselok tidak bisa lepas dari nama Doktorandus Kiai Isma’il Wongsoleksono. Meski bukan sebuah lembaga besar, yang namanya langgar tentu memiliki peran penting dalam proses awal pembentukan pribadi anak, terutama yang berkaitan dengan masalah agama. Seperti mengenal dasar-dasar agama Islam, sejarah umum turunnya Islam, serta pengenalan lib-aliban atau lif-alifan (mengaji kitab suci al-Quran). “Apalagi dalam sejarah kuna di Madura, khususnya Sumenep, yang dikenal ialah Langgar. Dulu tidak ada istilah pesantren. Tapi Langgar. Seperti Langgar Kodas Ambunten, Langgar Toros Kebonagung, Langgar Loteng Sarsore, Langgar Barangbang, Langgar Tarate, Langgar Pandian, dan lain sebagainya,” kata Kiai Isma’il membuka percakapan dengan Mata Sumenep, beberapa waktu lalu. Dan memang, dari langgar-langgar yang disebut beliau itu yang selanjutnya menjadi cikal-bakal berdirinya sejumlah lembaga-lembaga besar di Sumenep. Meski tidak di lokasi yang sama, paling tidak dari langgar-langgar kunalah bertebaran tokoh-tokoh alim ulama, para ‘arifbillah, dan sejumlah pondok pesantren di wilayah kabupaten Sumenep. “Awalnya bermula dari langgar. Bermula dari belajar mengaji al-Quran. Makanya, dalam tradisi pesantren atau kalangan pesantren, umumnya guru ngaji atau dulu Kaji, Kiai Aji atau Kiai Ngaji, atau istilah populernya guru alif, menempati urutan penting dalam tawashul atau hadiah al-fatihah,” tutur putra bungsu salah satu ulama kharismatik Sumenep, Kiai Raden Wongsoleksono, Pandian ini. Kembali pada langgar al-Hikmah, mendirikan langgar pada kurun 1990an silam bukanlah cita-cita dari Kiai Isma’il, melainkan tuntutan masyarakat sekitar yang ingin menitipkan putra-

putrinya belajar mengaji. Tentu saja hal itu tidak bisa ditolaknya meski di tengah kesibukan beliau mengajar di sekolah umum. Ya, Kiai Isma’il kala itu masih aktif sebagai guru di salah satu SDN di Desa Pangarangan. “Ya tidak bisa saya tolak. Kebetulan memang di antara walinya adalah dulunya santri yang mengaji pada Kai (ayah; red) di Langgar Pandian,” kata Kiai Isma’il.

Metamorfosis Langgar al-Hikmah Kediaman Kiai Isma’il di Jalan Mutiara Bangselok tergolong sederhana. Saat ini hampir tak ada lahan kosong di kediaman beliau. Dulu, sebelum mendirikan langgar, di belakang kediaman beliau ada sebidang tanah yang difungsikan sebagai kebun kecil dan kandang ayam yang agak luas. Kediaman tersebut beliau tempati sejak tahun 1987 silam. Sejak Kiai Isma’il pindah dari kediaman asal di Desa Pandian, mulai berdatangan sanak saudara dan tetangga di sekitar ke kediaman baru yang sejatinya merupakan hibah dari ibunya. Kedatangan mereka untuk ikut shalat berjamaah Maghrib, Isya’, dan Shubuh. Karena semakin lama semakin banyak yang berjamaah dan sekaligus mulai berdatangan wali santri untuk menitipkan putraputrinya mengaji, akhirnya diputuskan mengalihfungsikan lahan di belakang kediaman beliau. “Sekitar tahun 1996, akhirnya saya bangun langgar yang selanjutnya diberi nama al-Hikmah. Semakin lama, santri semakin banyak, lalu dilakukan perluasan dengan membedar ruangan atau kamar kosong di dalam rumah,” cerita mantan Wakil Rois Syuriah NU Ranting Bangselok ini.

Kisah Mengaji al-Fatihah Tiga Bulan Kiai Isma’il lahir di Sumenep tanggal 11 Juli 1954 silam. Ayahnya, Kiai Raden Wongsoleksono bin Raden Pandji Soetodjojo alias Hadji Ahmad

22 |MATA SUMENEP |28 DESEMBER 2015

Moezammil. Ibunya bernama Nyai Siti Khatijah. Sejak kecil beliau berada di bawah asuhan langsung ayahnya yang dikenal sebagai salah satu kiai Sumenep yang ‘alim di masanya. Kealiman Kiai Wongsoleksono diakui banyak ‘ulama di masanya. Bahkan Mursyid Thariqah Naqsyabandiyah Muzhhariyah, Kiai Haji Aliwafa Ambunten sering berkata pada santri dan ikhwanikhwannya: “kalau mau mengaji soal hukum (agama), mengajilah pada Mas Kiai Wongsoleksono Pandian”. Kiai Wongsoleksono juga dikenal sebagai Imam Pertama dalam sejarah keta’miran sekaligus inisiator peristiwa perang Pacca’ di Masjid Jami’ Sumenep tahun 1970-an. Pada waktu kecil, Kiai Isma’il ikut kakaknya Kiai Raden Bagus Mohammad Mahfuzh bin Wongsoleksono, Wedana Ambunten. Sehingga otomatis beliau masuk SD di Ambunten. Suatu hari, beliau dibawa ayahnya, Kiai Wongsoleksono ke kediaman Kiai Haji Imam bin Ahmad Dahlan Karay, menantu Kiai Aliwafa Ambunten. “Saya dibawa ke Emmak (panggilan kakak; red) Hajji Imam. Kebetulan masih ada hubungan saudara sepupu tiga kali (tello popo; red). Lalu Kai berkata pada Mak Hajji Imam; ‘Mam, iya’ ajari ngaji! ‘. Kiai Imam menjawab, ‘enggi Man (paman; red)’,” kata suami dari Raden Ajeng Silfanida binti Raden Bagus Mohammad Danafia ini. Lalu selanjutnya Kiai Isma’il setiap pulang sekolah dari rumah kakaknya di kantor Kawedanan Ambunten menuju ke kediaman Kiai Imam untuk belajar ngaji. Ketika masuk, Kiai Imam sudah menunggu. Lalu Kiai Imam berkata pada Kiai Isma’il, “baca Fatehahna! (baca surah al-Fatihahnya; red)”. Kemudian dibaca oleh Kiai Isma’il hingga ayat terakhir, dan setelah mengucapkan aamiiin, Kiai Imam langsung berkata; “toron!”. Maksudnya “turun” atau berhenti dan langsung pulang.

KIAI ISMA’IL WONGSOLEKSONO Kejadian itu berlangsung setiap hari, setiap minggu hingga tiga bulan. Kiai Isma’il hanya disuruh membaca surah al-Fatihah dan setelahnya pulang. “Selama tiga bulan tidak naik-naik,” kata Kiai Isma’il sambil tersenyum. Di saat mengaji pada Kiai Imam, Kiai Isma’il jadi sering mengetahui kebiasaan Kiai Imam yang dirasanya agak aneh. Setiap hari Kiai Imam menurunkan mesin dan onderdil sepeda motornya, lalu dipasangnya lagi seperti sedia kala. “Lalu Mak Hajji Imam berkata, ‘areya ta’ sa’apa, gi’ amalaradan pakakassa Nahwu (ini tidak seberapa sulit, jauh lebih sulit belajar pekakasnya ilmu Nahwu; red)’,” kata Kiai Isma’il menirukan kata-kata Kiai Imam. Karena merasa tidak ada tambahan pelajaran, Kiai Isma’il akhirnya memutuskan pamit pulang atau berhenti ngaji. Beliau juga merasa heran dan penasaran dengan sikap Kiai Imam. Kiai Imam juga tidak memberikan penjelasan. “Namun akhirnya baru saya paham, bahwa al-Fatihah adalah surah yang paling penting, terutama karena merupakan rukun shalat. Makanya saya sering tekankan pada keluarga dan para santri agar bacaan al-Fatihahnya harus sempurna. Karena sebagaimana sabda Rasulullah SAW bahwa tidak ada shalat tanpa Ummul Kitab atau alFatihah, tidak semata sekadar bisa baca al-Fatihah saja, tapi harus sempurna. Karena jika tidak, meski baca tapi bacaannya salah, sama saja, shalatnya tetap tidak sah,” tutup Kiai Isma’il sambil tersenyum.

RB Moh Farhan Muzammily


SURI TAULADAN

Metamorfosis Al-Ghazali (25) Dari Filsuf Menuju Sufi

Moh. Jazuli Muthhar Dosen STIT Al-Karimiyyah

D

i akhir tulisan panjang ini, saya ingin mengakhiri tulisan kehidupan dan pemikiran tasawuf sang Imam al-Ghazali dengan mereview beberapa poin. Pertama, memiliki kecerdasan otak dan kehormatan di mata penguasa, tidak membuat sang Imam al-Ghazali congkak dan cinta dunia. Kedetakan sang Imam dengan Nidzam Mulk, penguasa dari Dinasti Saljuk, seperti tiada batas. Dengan kecerdasan otak dan penguasaan ilmu-ilmu kitab, sang Imam dipercaya menjadi pengajar di madrasah (sekolah) milik penguasa Baghdad, tahun 484 H. Namun, sang Imam meninggalkan jabatan dan selebritasnya, pada tahun 488 H. Lalu menjadi seorang zuhud, berhaji dan tinggal menetap di Damaskus beberapa lama. Kemudian pindah ke Baitul Maqdis, lalu ke Mesir dan tinggal beberapa lama di Iskandariyah. Kemudian kembali ke Thusi. Kedua, dalam bathin sang Imam berkecamuk polemik (perang batin) antara mengarungi kehidupan cendikiawan atau selebritas dengan kehidupan sufisme. Dan, pilihan hidup sang Imam adalah kehidupan zuhud (sufisme). Penyakit bathin yang dirasa sang Imam merupakan hidayah Allah melalui sang adik, Syech Ahmad, ketika bermakmum shalat kepada al-Ghazali. Di tengahtengah shalat, Ahmad melihat darah menutupi badan sang Imam. Sehingga, Syech Ahmad memisahkan diri (muffaraqah). Usai shalat, sang Imam Al

Akhir Hidupnya Ditemani Guru sekaligus Adik Ghazali bertanya kepada sang adik, Ahmad,: “Mengapa engkau memisahkan diri dalam shalat yang saya imami ? “Syech Ahmad menjawab : “Aku memisahkan diri, karena aku melihat badanmu berlumuran darah.“ Mendengar jawaban sang adik, sang Imam mengakui ketika shalat, ingatan yang baru menyelesaikan kitab fiqih yang berhubungan haid, terbawa dalam shalat. Al Ghazali lalu bertanya kepada sang adik : “Dari manakah engkau belajar ilmu pengetahuan bathin?” Syech Ahmad menjawab, “Aku belajar ilmu kepada Syekh Al Utaqy AL-Khurazy, seorang tukang jahit sandal-sandal bekas (tukang sol sepatu). ” al- Ghazali kemudian mengajak sang adik untuk berguru ke si tukang sol sepatu. Kisah hidup al-Ghazali yang mengalami metamorfosis menjadi pelajaran berharga kepada generasi muslim saat ini. Dan sejak kejadian dalam shalat itu, sang Imam selalu ingin bersama sang adik hingga jelang nafas terakhirnya. Abul Faraj Ibnul Jauzi menyampaikan kisah wafat sang Imam al-Ghazali dalam kitab Ats Tsabat Indal Mamat, menukil cerita Ahmad, sang adik; Pada subuh hari Senin, saudaraku Abu Hamid berwudhu dan shalat, lalu berkata, “Bawa kemari kain kafan saya.” Lalu beliau mengambil dan menciumnya serta meletakkannya di kedua matanya, dan berkata, “Saya ikhlas dan pasrah untuk menghadap sang Khalik.” Kemudian sang Imam

meluruskan kaki dan menghadap kiblat. Sang Imam meninggal sebelum langit menguning (menjelang pagi hari). (Dinukil oleh Adz Dzahabi dalam Siyar A’lam Nubala 6/34). Sang Imam, Hujjatul Islam, wafat di kota Thusi, pada hari Senin tanggal 14 Jumada Akhir tahun 505 H dan dikuburkan di pekuburan Ath Thabaran (Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/201) ****** Akhir kehidupan sang Imam dihabiskan berkumpul dengan keluarganya. Imam Adz Dzahabi menulis,“Pada akhir kehidupannya, beliau tekun menuntut ilmu hadits dan berkumpul dengan ahlinya serta menelaah shahihain (Shahih Bukhari dan Muslim). Seandainya beliau berumur panjang, niscaya dapat menguasai semuanya dalam waktu singkat. Beliau belum sempat meriwayatkan hadits dan tidak memiliki, keturunan kecuali beberapa orang putri. Sang Imam tergolong ulama salaf yang produktif menulis. Karya ilmiah beliau sangat banyak sekali. Di antara karya yang terkenal ialah: Pertama, dalam masalah ushuluddin dan aqidah: 1. Arba’in Fi Ushuliddin 2. Qawa’idul Aqa’id 3. Al Iqtishad Fil I’tiqad 4. Tahafut Al Falasifah 5. Faishal At Tafriqah Bainal Islam Wa Zanadiqah Kedua, dalam ilmu ushul, fikih, filsafat, manthiq dan tasawuf. Sang Imam memiliki karya yang sangat

banyak. Secara ringkas dapat kita kutip yang terkenal, di antaranya: 1. Al Mustashfa Min Ilmil Ushul 2. Mahakun Nadzar. 3. Mi’yarul Ilmi. 4. Ma’ariful Aqliyah. 5. Misykatul Anwar 6. Al Maqshad Al Asna Fi Syarhi Asma Allah Al Husna. 7. Mizanul Amal. 8. Al Madhmun Bihi Ala Ghairi Ahlihi 9. Al Ajwibah Al Ghazaliyah Fil Masail Ukhrawiyah. 10. Ma’arijul Qudsi fi Madariji Ma’rifati An Nafsi. 11. Qanun At Ta’wil. 12. Fadhaih Al Bathiniyah dan Al Qisthas Al Mustaqim 13. Iljamul Awam An Ilmil Kalam 14. Raudhatuth Thalibin Wa Umdatus Salikin 15. Ar Risalah Alladuniyah. 16. Ihya’ Ulumuddin 17. Al Munqidz Minad Dhalalah. 18. Al Wasith. 19. Al Basith. 20. Al Wajiz. 21. Al Khulashah

habis

28 DESEMBER 2015 | MATA SUMENEP | 23


MATADESA PILKADES ANTAR WAKTU (PAW)

INISIATIF MENGISI KADES KOSONG

B

Kabag Pemdes, Ali Dafir,

A

rif Susanto, Camat Pasongsongan, Kabupaten Sumenep, tidak menyangka bakal terpilih sebagai kecamatan paling menonjol dalam memberikan pelayanan publik SeMadura. Apa sih kelebihannya? Camat Arif mengaku, melayani masyarakat dengan motto, 24 Hours Full Day Service. “Sehari dalam seminggu kami jemput pelayanan ke masyarakat Pasongsongan yang terletak di Selatan Gunung sebagai upaya mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. Barangkali ada sebagian warga yang butuh pelayanan, semisal pembuatan KTP dan Akta Kelahiran,” terang Camat Arif, saat ditemui Mata Sumenep, di kediamannya, pasca menerima penghargaan Madura Award dari Radar Madura Institute. Selain itu, Arif juga memberi ruang keterlibatan pemohon untuk ikut andil dalam menentukan jumlah retribusi pajak yang harus dibayarkan. Artinya, pemohon ikut menghitung berapa retribusi/pajak yang harus dibayarkan dengan rumus dan indeks yang jelas dan transparan. Dengan kreasi dan ketelatenan Camat Arif, panitia Madura Award, akhirnya menempatkan Kecamatan Pasongsongan sebagai

elum genap dua tahun, hasil pelaksanaan Pilkades Gratis dan Serentak di Sumenep, hingga akhir 2015, sudah ada 10 Kades yang kosong. Penyebabnya beragam. Sembilan Kades yang baru terpilih kosong karena meninggal dunia. Satu Kades kosong karena dicopot akibat terlilit kasus. Sepuluh Kades itu, tersebar di wilayah daratan dan kepulauan. Apa langkah Bagian Pemerintahan Desa (Pemdes) Setdakab Sumenep

untuk mengisi kekosongan Kades? “Pada tahun 2016, Pemkab Sumenep akan melaksanakan Pemilihan Antar Waktu (PAW) Kades di desa yang mengalami kekosongan Kades,” jelas Dafir, saat ditemui Mata Sumenep di ruang kerjanya, Rabu, 23 Desember 2015. Langkah jitu itu diambil Dafir setelah melakukan studi banding ke Kabupaten Bogor, Jawa Barat, beberapa waktu lalu. Kata Dafir, Bogor tergolong daerah atau kabupaten yang sukses

dalam gelar PAW. Dari hasil studi banding itu, Pemdes Sumenep memiliki gambaran tentang syarat dan mekanisme pelaksanaan PAW, walaupun tidak secara keseluruhan. “Bulan yang lalu (18 November 2015, Red) kami melakukan studi banding ke BPMPD Kabupaten Bogor dalam rangka mempelajari Undang-Undang No 6 tahun 2014 dan turunannya. Inti pokok dalam kunjungan itu untuk mengetahui tentang tata laksana Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu,” terangnya.

BERKAH PATEN MASUK DESA Tercatat sebagai Kecamatan Paling Menonjol dalam Pelayanan Publik se Madura tentu sangat membanggakan bagi Camat Pasongsongan, Arif Susanto. Anugerah itu dirasa Arif perlu disyukuri dan menjadi cambuk untuk berbuat lebih baik melayani kebutuhan masyarakat. saja, raut muka Arief tampak ceria saat namanya dipanggil ke atas panggung untuk menerima anugerah dari Radar Madura Institute yang dihelat setahun Kecamatan Terbaik se Madura: sekali. Camatan Pasongsongan Arif Susanto, saat Arief mengaku, penghargaan menerimat anugerah Madura Award 2015, di Gedung KORPRI, Selasa (22/12/2015). yang diraihnya tidak lepas dari Berkah Program PATEN juara pertama dari 20 kecamatan (Pelayanan Administrasi Terpadu Se-Madura. Kecamatan) yang digagas mantan Penghargaan itu, ia terima di Bupati Sumenep, KH A. Busyro Malam Anugerah Madura Award Karim. 2015, di Gedung Korpri, Selasa “Program PATEN begitu terasa malam, 22 Desember lalu. Pantas bagi masyarakat Sumenep saat

24 |MATA SUMENEP |28 DESEMBER 2015

BUKU PASONGSONGAN TANAH MARDIKAN: SALAH SATU KREASI CAMAT ARIF SUSANTO.

mengurus administrasi. Hanya saja, sebagian masyarakat belum maksimal dalam memanfaatkan kemudahan tersebut. Sehingga perlu terobosan baru untuk mensukseskan program PATEN,” tambah suami Siti Ermaniya ini. Arif mengaku, penilaian juri juga tak lepas dari terbitnya Buku Pasongsongan Tanah Mardikan. Sebuah buku yang menjelaskan Sejarah Pasongsongan yang menjadi bagian Sejarah Sumenep berupa Legenda, Asal-asul maupun Hikayat yang berkembang di masyarakat tentunya disertai bukti sejarah yang ada.

rusydiyono/rafiqi


DESAMATA Mantan Camat Batuan ini, menyebut, sepuluh desa yang tidak ada Kadesnya tersebar di 7 kecamatan. Yaitu, Kecamatan Lenteng ada satu desa yaitu, Desa Pore. Kecamatan Bluto, ada dua desa, yaitu, Desa Guluk Manjung dan Desa Lobuk. Sedangkan, Kecamatan Ambunten, juga ada dua desa, yaitu Desa Beluk Kenik dan Desa Bukabu. Sementara Kecamatan Rubaru, dua desa yaitu, Desa Rubaru dan Desa Basoka. Kecamatan Batang-Batang, satu desa, yaitu Desa Batang-Batang Daya. Kecamatan Dungkek, satu desa, yaitu Desa Bunpenang. Dan terakhir,Kecamatan Raas, hanya satu desa, yakni Desa Brakas. Dafir menambakan, ada perbedaan dan persamaan dalam pelaksanaan PAW Kades. Yang berbeda dari Pilkades pada umumnya adalah waktu pelaksanaan, Calon Kades (Cakades) dan siapa saja yang bisa memilih Cakades. Dan waktu PAW Pilkades tidak dilaksanakan secara serentak. Tergantung tiap desa untuk menentukan kapan akan

dilaksanakan pemilihannya. Persamaannya adalah semua orang bisa mendaftarkan diri kepada panitia pelaksana PAW Pilkades. Perbedaan berikutnya, calon maksimal tiga Cakades dan minimal dua Cakades yang berhak dipilih setelah dilakukan

seleksi oleh panitia. Adapun yang bisa memilih di PAW Pilkades itu adalah orang yang diudang dalam Forum Musyawarah Desa. Mengenai batasan atau kriteria undangan dalam Forum Musyawarah Desa ini, Supardi,

Kasubag Perangkat Desa Pemdes Sumenep, secara rinci menyebut siapa saja yang berhak diundang forum tersebut. Pertama, tokoh masyarakat. Kedua, delegasi dari masing-masing dusun sebanyak 2 orang di desa yang akan melaksanakan PAW. Mengenai persyaratan Cakades PAW, kata Supardi, syarat Cakades sama dengan Cakades biasa. “Persamaannya Pilkades Antar Waktu ini dengan Pilkades pada umumnya hanyalah mengenai persyaratan. Yang berbeda adalah mekanisme Pilkades,” pungkas Supardi. Berhubung Pilkades Antar Waktu ini baru pertama kali akan dilaksanakan di kota kuda terbang ini, Dafir berharap semoga terobosan ini sesuai dengan apa yang diharapkan. “Semoga memberikan warna baru dalam perkembangan dan kemajuan Kabupaten Sumenep untuk masa yang akan datang,” harap Dafir.

rusydiyono/rafiqi

JUARA TIGA KECAMATAN WISATA KESEHATAN

D

iantara 20 kecamatan Se-Madura, ada dua kecamatan dari Sumenep yang menerima penghargaan dalam anugerah Madura Award 2015 yang dihelat Radar Madura Institute di Gedung Korpri, Selasa malam, 22 Desember 2015 lalu. Jika Kecamatan Pasongsongan meraih juara pertama. Kecamatan Dungkek meraih juara ketiga. Sedangkan, juara kedua dalam ajang pernghargaan tersebut diraih Kecamatan Kota Pamekasan. Penghargaan berbasis kompetisi ini, salah satunya melibatkan kecamatan Se-Madura yang memberikan pelayanan publik paling menonjol untuk dinilai oleh dewan juri dari perguruan tinggi di Madura. Setiap kabupaten diminta panitia untuk mengirim lima kecamatan menonjol. Dan Kabupaten Sumenep, mengirim Kecamatan Pasongsongan, Gapura, Dungkek, Manding, dan Ambunten. Apa saja kelebihan pelayanan Kecamatan Dungkek? Camat

KREASI EKONOMI DESA: Perempuan Desa Se-Kecamatan Dungkek memamerkan hasil kerajinan dari bahan baku pasir laut dan kerang laut untuk tempat tisu, asbak rokok dan vas bunga.

Dungkek, Wahyu Kurniawan Pribadi mengaku, selalu memberikan Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) pada malam hari. Selain itu, Camat Wahyu bekerjasama dengan BPWS, melakukan pemberdayaan kepada masyarakat desa wisata Pulau Gili Yang, berupa pelatihan bidang kerajinan dari bahan baku lokal. Pelatihan pembuatan kerajinan tersebut yakni dari bahan baku pasir dan kerang laut (tempat tisu, asbak dan vas bunga). Setelah dilatih, secara mandiri pihak kecamatan juga mengadakan lomba cipta souvenir dari bahan alam dan hasilnya dipublikasikan

ke BPWS dan pameran di Sumenep. “Alhamdulillah pesanan datang dari lokal Sumenep, Surabaya bahkan sampai ke Bali,” terangnya, kepada Mata Sumenep. Pemberdayaan ekonomi ini, lanjut Wahyu, dimulai sejak bulan April- Mei 2014 lalu. Mereka yang dilatih adalah para pemudapemudi Pulau Gili Yang sebanyak 40 orang. Dari 40 orang itu, 4 orang diantaranya adalah ibu-ibu PKK Kecamatan. Sebab seusai pelatihan, ibu-ibu PKK Kecamatanlah yang bertugas menularkan ilmu pelatihan kepada ibu-ibu PKK Desa (2 orang per desa x 15 desa). “Kemudian pada momen HUT

Camat Dungkek Wahyu Kurniawan Pribadi Proklamasi 2014 saya adakan lomba. Ternyata hasil kerajinan yang ditampilkan bukan hanya dari pasir, tapi juga dari daun siwalan, bunga cemara udang dan daur ulang bungkus permen serta minuman ringan gelasan,” tutur Wahyu. Tak hanya itu, ia pun menyebut peningkatan SDM perangkat desa dalam rangka peningkatan pelayanan pada masyarakat merupakan program terobosannya. Sebab menurutnya, perangkat desa merupakan ujung tombak pemerintahan di tingkat desa.

rusydiyono/ham

28 DESEMBER 2015 | MATA SUMENEP | 25


DHARMAWANITA

SUKSES BERDAYAKAN PEREMPUAN Program Pemberdayaan Perempuan Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kabupaten Sumenep, berjalan lancar. Di usianya yang ke-16, pekan ketiga bulan ini, 90% program telah terlaksana.

M

enggenapi usia di angka ke-16, Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kabupaten Sumenep peringati hari ulang tahunnya dengan tema “Meningkatkan Kualitas Hidup Perempuan Menuju Ketahanan Keluarga”. Hal itu, kata Ketua DWP Nunuk Lutfiyah Hadi Soetarto, karena perempuan tak melulu harus cantik secara fisik, namun juga cantik dari sisi sikap, intelektual dan kreativitas dalam menjalani kehidupan keluarga. Maraknya kasus perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, dan pelecehan seksual kepada perempuan sudah menjadi bahan perbincangan banyak tokoh baik akademisi, tokoh agama, dan aktivis sosial serta beberapa organisasi lainnya. Termasuk DWP selaku lembaga perkumpulan para isteri Abdi Negara Sipil (ANS) di lingkungan pemerintahan, tentunya memiliki andil yang cukup signifikan dalam mengatasi persoalan tersebut. Sebab, sebagai wadah isteri ANS semua program di dalamnya diupayakan untuk mendukung program pemerintah setempat, terutama seputar pemberdayaan dan peningkatan mutu hidup kaum hawa itu. Oleh karenanya, Nunuk menyatakan bahwa perempuan baik ialah yang memiliki pola hidup dan etos kerja yang bagus sehinga

bisa mencapai tujuan hidup dengan sempurna. “Jiwa yang tangguh, etikanya yang bagus, hanya dengan itulah kita (perempuan, red) bisa sampai kepada tujuan hidup yang diharapkan,” ungkapnya kepada Mata Sumenep, usai acara di Pendopo Agung Keraton Sumenep, Senin, pekan ketiga desember lalu. Permasalahan-permasalahan dalam keluarga, sambungnya, tidak sedikit yang diakibatkan karena lemahnya manajemen hidup dan pengetahuan. Maka dari itu pihaknya mengaku akan terus meningkatkan programnya terutama persoalan pemberdayaan kaum perempuan. Sehingga apabila berstatus sebagai isteri atau ibu rumah tangga, mereka mampu menjadi benteng dan motivator untuk keberlangsungan hubungan rumah tangganya. Guna mencapai semua itu, pada perayaan Dirgahayu DWP Sumenep kali ini pun tak hanya dirayakan dengan kegiatan seremonial, seperti pemotongan tumpeng dan do’a bersama. Namun juga diisi dengan seminar yang mengusung tema “Mencapai Sukses Melalui Kepribadian yang Mempesona dan Good Public Speaking” serta mengundang Dr. Hj. Eny Haryati, M.Si. dari Surabaya sebagai pemateri di acara puncak,

Ketua DWP Sumenep, Nunuk Lutfiyah Hadi Soetarto

setelah sebelumnya menyerahkan bantuan kepada anak yatim dan kurang mampu di kalangan keluarga pengurus DWP sendiri. Bahkan isteri Sekretaris Daerah Kabupaten Sumenep ini memaparkan, capaian program DWP Sumenep selama kepemimpinannya terbilang sukses. Selama ini, kata dia, programnya terutama dalam menggerakan roda perekonomian kaum perempuan sudah mencapai 90%. “Kami sering memberikan pelatihanpelatihan keterampilan kepada kaum perempuan, baik di daerah pelosok pedesaan atau perkotaan, bahkan di daerah kepulauan. Tentunya kami

bekerjasama dengan SKPD yang memang menangani kegiatan semacam itu, seperti Disperindag, Dikoperasi dan UMKM. Kami bersinergi dengan SKPD tersebut, sehingga kalau diprosentasekan kegiatan DWP yang terlaksana dan sesuai harapan sudah mencapai 90%,” tegasnya optimis. Dalam acara yang berlangsung khidmat itu hadir semua pengurus DWP dari masing-masing SKPD di lingkungan Pemkab Sumenep, Pj Bupati Sudarmawan dan Ketua TP PKK Sumenep, Rusdiantini, Sekdakab Sumenep Hadi Soetarto dan Ketua DWP Sumenep sendiri, Nunuk Lutfiyah Hadi Soetarto.

rusydiyono/rafiqi

PEDULI SEJAHTERA: Foto bersama Anak Yatim dan Penerima Hadiah di acara Dirgahayu DWP Sumenep ke-16, di Pendopo Agung Keraton Sumenep. 26 |MATA SUMENEP |28 DESEMBER 2015


DINAS KOPERASI

KEMBANGKAN EKONOMI SYARI’AH Meningkatnya jumlah Koperasi Wanita di Jawa Timur menjadi perhatian Dinas Koperasi dan UMKM Jatim untuk keuangan berbasis syariah. Kabupaten Sumenep menjadi tuan rumah acara. Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Timur, I Made Sidartha, dalam acara Sosialisasi Pembangunan Infrastruktur Keuangan LKM Berbasis Kel. Fungsional, di Pendopo Keraton Sumenep.

K

omitmen fasilitasi dan upaya menumbuhkembangkan Koperasi di wilayah Jawa Timur itu diwujudkan Pemerintah Provinsi dengan Sosialisasi Pembentukan Infrastruktur Keuangan Lembaga Mikro Keuangan Berbasis Kelompok Fungsional, di Pendopo Agung Keraton Sumenep, Selasa, 15 Desember 2015 lalu. Kegiatan tersebut melibatkan Koperasi Wanita dari empat kabupaten di Madura dengan tema “Pengembangan Ekonomi Syari’ah Kelompok Wanita di Jawa Timur”, yang juga dihadiri Forpimda serta seluruh kepala SKPD dan Camat Se-Kabupaten Sumenep. Dengan keberhasilan menumbuhkan sebanyak 8.500 Koperasi Wanita yang tersebar hingga ke pelosok desa dan kelurahan di Jawa Timur ini, Pemprov melalui Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Provinsi dan Kabupaten Sumenep sebagai tuan rumah, melakukan sosialisasi pembangunan infrastruktur keuangan sebagai bentuk kepedulian terhadap pemberdayaan perempuan, khususnya di daerah pedesaan dan kelurahan. Hal ini, dimaksudkan sebagai turut

kiprah dalam pembangunan ekonomi, sehingga para perempuan tersebut mampu berkarya secara ekonomis untuk membantu perekonomian keluarga dan masyarakat sekitarnya. Selain itu, fakta bahwa 98% masyarakat Jawa Timur bergama Islam mendorong Pemerintah Provinsi untuk mengembangkan ekonomi syari’ah berbasis kelompok fungsional ini. Sehingga, demi merespon hal tersebut dan mewujudakan Gerakan Ekonomi Syariah serta Program Kementerian Koperasi dan UKM RI tentang Membumikan Ekonomi Syariah, maka pemprov bermaksud menumbuhkan 2.336 koperasi wanita berbasis syari’ah. Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Timur, I Made Sidartha, yang mewakili Gubernur Soekarwo mengatakan, di tengah lesunya ekonomi dunia, bahkan Indonesia, survival ekonomi yang dialami Provinsi Jatim dengan pertumbuhan terakhir di tahun ini mencapai 5,22%, tidaklah terlepas dari peran UKM. Sebab menurutnya, kendati pendapatan umum provinsi ini hampir 30% didapat dari industri, PDRB tersebut tetaplah industri yang berbasis UKM.

APRESIATIF: Kadiskoperasi dan UMKM Jatim, I Made Sudartha, melihat produk UMKM Sumenep, didampingi Kadiskoperasi Imam Trisnohadi, dan jajaran Forpimda.

“Jadi Pak Gubernur men-state bahwa Jawa Timur adalah provinsi industri yang berbasis pada UKM,’ jelasnya. Untuk itu, lanjut Sidartha, pemerintah provinsi memilih Lembaga Keuangan Mikro untuk menunjang pertumbuhan Industri Berbasis UKM dengan pilihan pertama mendirikan Koperasi Wanita. Alasannya sederhana, dalam hal ini pihaknya menilai wanita lebih teliti dalam pengelolaan keuangan dibanding dengan lelaki pada umumnya. “Jadi kenapa Koperasi, ketika koperasi awalnya merupakan bagian dari Lembaga Keuangan Mikro, keingianan bersama, niat bersama untuk ikut berkontribusi dalam ekonomi, membentuk suatu usaha ekonomi dengan cara memberikan bantuan-bantuan biaya dari uang yang dikumpulkan antara anggota dan kelompoknya, sekarang kita akan tingkatkan lagi, pemerintah yang akan hadir sekarang,” tuturnya panjang lebar. Sementara itu, Pj Bupati Sumenep Sudharmawan mengatakan, pihaknya merespon kegiatan yang digelar Pemprov di Kabupaten Sumenep ini sebagai sebuah kebanggaan sekaligus

tantangan dalam upaya meningkatkan peran dan kontribusi Koperasi Wanita dalam pembangunan di masa yang akan datang. Selama ini, Kabupaten yang dipimpinnya ini sudah terbilang sangat eksis dan komit dalam pengembangan koperasi sebagai soko guru perekonomian, termasuk di dalamnya koperasi wanita. “Kita telah sepakat bahwa koperasi tidak hanya sebagai mesin ekonomi, tetapi juga dalam penyerapan tenaga kerja untuk mengurangi pengangguran,” ujar Sudharmawan, dalam sambutannya. Dalam acara yang menghadirkan pemateri professional dari berbagai kalangan tersebut, Kadis Koperasi dan UMKM, I Made Sidartha pun diberikan kesempatan meninjau pameran produk hasil karya UKM binaan sejumlah SKPD, terlebih Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Sumenep. Didampingi Kadiskoperasi dan UMKM, Imam Trisnohadi dan jajaran Forpimda, ia tampak optimis melihat produk-produk unggulan kreasi masyarakat Sumenep, Madura.

rafiqi

CINDERAMATA: Kadiskoperasi dan UMKM Jatim, I Made Sudartha menerima cinderamata produk UMKM dari Pj Bupati Sumenep, Sudarmawan, Selasa (15/12).

28 DESEMBER 2015 | MATA SUMENEP | 27


DPPKA

GEMBLENG SDM: Sekdakab Sumenep, Hadi Soetarto dan Kepala DPPKA Sumenep, Didik Untung Samsidi, saat membuka acara Sosialisasi 2 Perbup, Rabu (16/12).

GEMBLENG PETUGAS INVENTARISASI BARANG Demi peningkatan kualitas SDM, DPPKA melatih petugas inventarisasi barang berdasar PP 71/2010 dan Perbup 04/2015.

Sekda Hadi Soetarto

R

upanya Pemerintah Kabupaten Sumenep faham betul bahwa salah satu akibat dari lemahnya Sumber Daya Manusia (SDM) akan menjadi penghambat bagi kemajuan suatu Negara, apalagi daerah. Hal ini terbukti pada upaya peningkatan kualitas SDM yang nampak terus digenjot, seperti kegiatan Sosialisasi Peraturan Bupati Nomor 04 Tahun 2015 Tentang Kebijakan Penyusutan Aset Tetap dan Peraturan Bupati Nomor 40 Tahun 2015 Tentang Kode Lokasi dan Kode Barang di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Sumenep, yang digelar oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan

Keuangan dan Aset (DPPKA) Kabupaten Sumenep, Rabu pagi, 16 Desember lalu. Sekretaris Daerah Kabupaten Sumenep, Hadi Soetarto yang mewakili Pj Bupati Sumenep, Sudarmawan, dalam pembukaan acara tersebut, memaparkan pentingnya kegiatan sosialisasi agar dimaksimalkan. Sebab, kata Pak Atok, Pemkab Sumenep benar-benar membutuhkan SDM yang berkualitas untuk memacu kemajuan di segala sektor demi mencapai sebuah pemerintahan yang baik. “Saya berharap kepada peserta sosialisasi untuk mengikuti kegiatan dengan seksama dan menyimak apa yang disampaikan oleh pemateri nantinya. Dengan demikian kegiatan sosialisasi kali ini memberikan kontribusi yang nyata bagi kualitas mutu pengelolaan barang milik daerah di lingkungan Kabupaten Sumenep,” paparnya, di depan 81 orang peserta sosialisasi. Sebagaimana dijelaskan Kepala DPPKA Sumenep, Didik Untung

28 |MATA SUMENEP |28 DESEMBER 2015

Samsidi, kegiatan sosialisasi yang digelar di aula Hotel C1 itu didasarkan kepada dua jenis peraturan yang ada. Pertama, Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013, yang isinya masalah penerapan standar akuntansi pemerintah daerah yang berbasis akrual. Kedua, berdasar Peraturan Bupati Nomor 4 Tahun 2015 tentang Kebijakan Penyusutan Aset Tetap. Kedua acuan yuridis ini, semakin menegaskan pentingnya pembaharuan serta keselarasan sistem informasi manajemen barang daerah (SIMBADA) yang sudah ada dan berjalan. Karena itu, Didik sengaja mencari pemateri yang memang kompeten dalam bidangnya. Dengan harapan, tujuan sosialiasasi bisa tercapai secara terarah dan maksimal. “Selain saya sendiri yang mengisi, kegiatan sosialisasi ini juga diisi Tim Teknis tentang Sosialisasi

Kepala DPPKA, Didik Untung Samsidi

Perbub tersebut,” terang Didik, saat ditemui Mata Sumenep. Didik menambahkan, selaku penyelenggara kegiatan sosialisasi dan sebagai nahkoda DPPKA, dirinya menaruh harapan besar kepada seluruh peserta sosialiasi. Dengan harapan, totalitas dalam diri masing-masing peserta diterapkan pasca sosialisasi. Sehingga pengetahuan dan informasi yang di dapat benarbenar diniatkan untuk kemajuan Sumenep tercinta.

rusydiyono/rafiqi


DINAS PERHUBUNGAN

LAPTER KANGEAN MULAI ADA KEJELASAN Mimpi memiliki Lapter di Kepulauan kini sudah mulai nyata. Kali ini, Dishub Sumenep sudah membebaskan sepertiga lahan dari luas total kebutuhan bandara.

U

paya mewujudkan cita-cita besar itu disampaikan Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Sumenep, pada pekan pertama Desember lalu. Sebuah perjalanan panjang dalam rangka pembebasan lahan untuk membangun lapangan terbang (Lapter) seluas 18 hektar di Kepulauan Kangean mulai dilakukan demi bukti nyata peningkatan infrastruktur yang berimplikasi besar terhadap lancarnya transportasi dan ekonomi masyarakat kepulauan. Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Sumenep, Moh Fadillah mengungkapkan, hari itu, Senin, 08 Desember 2015, pihaknya bersama Tim Pengadaan Tanah Kantor BPN

WUJUDKAN MIMPI: Camat Arjasa Mohammad Hosen, Kadishub Moh Fadillah, Kepala BPN, dan APrasial Sumenep, saat membebaskan lahan tahap I di Kepulauan Kangean Sumenep.

Sumenep telah membebaskan lahan pembangunan Bandara Kangean Tahap I seluas 7,1 hektar. Luas tersebut, kata dia, sudah merupakan sepertiga lebih dari total lahan yang dibutuhkan dalam pembangunan pangkalan udara yang dicanangkan dimulai tahun depan. “Itu merupakan bagian dari total Lahan 18 hektar yang direncanakan, dengan nilai nominal penetapan Apraisal sebesar Rp.13.612,- serta total pembayaran Rp.974.877.828,” kata ayah 3 anak ini, menjelaskan. Sementara untuk sisa lahan yang belum terbayar, lanjut Kadishub kelahiran Sumenep, 17 Mei 1960 ini, akan segara dilakukan pihaknya pada tahun

2016 mendatang. Sebab selain persoalan waktu, ia beralasan sisa lahan yang belum dibebaskan seluas 10,9 hektar itu tidak diselesaikan tahun ini lantaran terkait dengan anggaran yang dicanangkan. “Sisanya akan diproses pembebasannya pada tahap berikutnya yakni pada tahun 2016, dan proses pembayarannya pun nanti juga langsung melalui rekening pemilik tanah dengan pihak Perbankan setempat,” terang suami Dian Angraini ini. Berkat pembebasan lahan lapter di Kangean tahap 1 itu, Fadillah pun semakin optimis kalau mimpi Pemkab Sumenep memiliki lapter di daerah kepulauan akan segera

terwujud. Sehingga anak sulung dari tiga bersaudara ini berharap, nantinya keberadaan lapter tersebut memberikan kontribusi besar terhadap kondisi perekonomian masyarakat kepulauan agar semakin meningkat. “Dengan pembebasan lahan tahap I ini pembangunan Bandara Kangean tahun yang akan datang bisa segera terealisir seiring dengan harapan masyarakat kepulauan yang memerlukan modal transportasi yang aman, cepat dan terjangkau. Sehingga dapat memacu kemajuan perekonomian Kabupaten Sumenep, khususnya wilayah kepulauan,” pungkasnya, kepada Mata Sumenep.

rusydiyono/rafiqi

MANTAPKAN MANAJEMEN SEKTAP UKS MANTAP: Sekdakab Sumenep, Hadi Soetarto, membuka acara Pemantapan Manajemen Sektap UKS Tahun 2015, oleh Bagian Kesmas Setdakab Sumenep.

B

agi Pemerintah Kabupaten Sumenep kesehatan masyarakat adalah harga mati. Karenanya selain menyediakan program kesehatan gratis melaui SKPD terkait, Pemkab sudah mengambil langkah pasti dengan memaksimalkan usaha kesehatan untuk anak-anak atau siswa karena mereka merupakan garda terdepan generasi bangsa. Terbukti, Bagian Kesejahteraan Masyarakat (Kesmas) Setdakab Sumenep mengadakan kegiatan Pemantapan Manajemen Sekretariat Tetap Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Kabupaten dan Kecamatan, bertempat di aula Hotel Utami, Sabtu, 19 Desember 2015. Karena masalah kesehatan tidak hanya bergantung kepada satu indvidu

saja, melainkan ada banyak pihak yang mesti dilibatkan di dalamnya. Sekdakab Sumenep, Hadi Soetarto waktu membuka acara tersebut memaparkan panjang lebar tentang peranan serta fungsi dibentuknya Sektap UKS Kabupaten dan Kecamatan, bahwasanya dengan Sektap ini bisa menghadirkan sinergitas di kalangan pemerintah dan dengan serentak memerangi hal-hal yang dapat mengancam kesehatan warga. “Dibentuknya Sektap UKS Kabupaten dan Kecamatan ini merupakan kepedulian dan komitmen Pemkab Sumenep dalam meningkatkan kesehatan masyarakat Sumenep yang menyeluruh dan berkelanjutan,” papar suami Nunuk Lutfiyah, ketika membuka acara

Sejak lama kesehatan selalu menjadi perhatian pemerintah. Tak hanya di Puskesmas dan Rumah Sakit, kini merambah hingga Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).

pemantapan tersebut. Atok, panggilan akrab Sekdakab Sumenep ini berharap pasca acara tersebut dilakukan, hendaknya peran UKS di masing-masing lembaga yang ada benar-benar maksimal, dan bisa mensinergikan semua elemen yang ada. Hal itu agar keberadaan Sektap UKS tidak kaku atau bisa saja mati suri. Senada dengan Sekda, Kabag Kesmas Syahwan Efendi memaparkan, alasan di balik masksimalisasi Sektap UKS ini karena pihaknya menilai ancaman kesehatan bagi anak lumayan banyak. Hal itu terbukti misalnya, hari ini tak sedikit anak di bawah umur yang merokok, dimana fenomena tersebut dianggap musuh utama bagi UKS di tiap-tiap

lembaga untuk melakukan pencegahan lebih awal dan serentak. “Salah satu tujuan pemantapan manajemen Sektap UKS ini yaitu dalam rangka Optimalisasi Sektap dan Tim Pembina Usaha Kesehatan Sekolah,” jelasnya kepada sejumlah awak media. Menurutnya, pembentukan Sektap UKS sejauh ini memang masih fokus untuk daerah daratan saja. Namun demikian, Syahwan menegaskan bukan berarti daerah kepulauan dianaktirikan dalam program ini. Sebab sesuai rencana, untuk daerah kepulauan pihaknya sudah menargetkan selesai tahun 2016 mendatang. Hal itu terjadi karena sulitnya akses transportasi.

rusydiyono/rafiqi

28 DESEMBER 2015 | MATA SUMENEP | 29


MONUMEN KAPAL PERANG

OVITEN-10 BRONCO MONUMEN HP KUSUMA

Pemasangan Pesawat Oviten -10 Bronco oleh Tim Skatek 022 Lanud Abdurrahman Saleh, Malang, di area Bandara Trunojoyo, Kacongan. Usai gelar acara serah terima, monumen ini, resmi bernama Halim Perdana Kusuma.

R

asa syukur itu terucap dalam laporan Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Sumenep, Moh Fadillah, Rabu sore, 16 Desember lalu. Pasalnya, rombongan dari Pangkalan Udara (Lanud) Abdurrahman Saleh, Malang, yang sudah hampir sebulan ditunggu akhirnya hadir di ruang VIP Rumah Dinas Bupati Sumenep untuk melakukan serah terima pesawat Oviten -10 Bronco Monumen Halim Perdana Kusuma di Desa Kacongan, Sumenep. Sebelumnya, pemasangan pesawat oleh Tim Skatek 022 Lanud Abdurrahman Saleh, Malang itu, telah selesai dilakukan pada tanggal 15-17 November 2015 kemarin. Meski awalnya diperkirakan bakal memakan waktu sekitar 4 hari hingga 1 minggu, akhirnya pemasangan pesawat tempur tersebut hanya berlangsung dalam tempo kurang dari 3 hari. “Alhamdulillah selesai dalam 2 hari berkat semangat Tim Skatek yang dipimpin Pak Adit,” ujar Fadillah, dalam laporannya. Acara serah terima yang dihadiri oleh 10 orang utusan dari pihak Lanud tersebut, diterima Pj Bupati Sumenep Sudarmawan, Kadishub Moh Fadillah, Kadis Cipta Karya dan

sambutannya mengatakan, pesawat Tata Ruang Bambang Iriyanto, serta yang kini menjadi ikon monumen Kepala Bank Jatim Cabang Sumenep yang resmi disebut Monumen Halim Rachman Soebiyantoro. Berdasarkan Perdana Kusuma itu telah banyak laporan Fadillah, kehadiran beberapa mengukir prestasi dalam sejarah pihak selain dinas yang dipimpinnya operasi udaranya sejak tahun 1976. merupakan bagian dari terealisirnya Bahkan, keberhasilan menoreh pembangunan Monumen Halim prestasi sudah menuai julukan “Si Perdana Kusuma yang akan Kuda Binal” kepada pesawat tempur dikembangkan menjadi lokasi RTRH, tersebut. dengan gandeng dan support dari “Dengan melihat sepak beberapa SKPD. terjangnya yang “Untuk sedemikian hebat pemeliharaan dan dan selalu pengembangan menunjukkan keberadaan prestasi pesawat yang sangat agar tidak gemilang hanya untuk dalam setiap membetik pelaksanaan semangat tugas, maka kepahlawanan catatan heroik karena Halim ini sangat perlu Perdana Kusuma yang disimak oleh para asli Sumenep saja, tapi SUKSES: Serah terima si Kuda Binal. generasi penerus sehinga juga bisa menjadi sarana semangat pengabdian edukasi,” terang Fadillah. dan perjuangan demi bangsa dan Apalagi, keberadaan monumen itu negara dapat terus berkobar di disebutnya sebagai tambahan ikon dada setiap patriot bangsa,” kata pariwisata di kabupaten ujung timur Kolonel Penerbang M Arifin, dalam pulau Madura. sambutan Komandan Wing 2 Lanud Kolonel Penerbang M Arifin Abdurrahman Saleh. yang mewakili Dan Lanud Marsekal Dengan kehadiran Si Kuda Pertama Djoko Seno Putro, dalam

30 |MATA SUMENEP |28 DESEMBER 2015

Binal itu, lanjut Arifin, diharapkan masyarakat Kabupaten Sumenep, Madura dan sekitarnya dapat melihat langsung bukti semangat pengabdian dan perjuangan kesatriakesatria udara di dalam mewujudkan keutuhan NKRI. Sehingga keberadaanya sebagai monumen dapat menjadi sebuah referensi. Sementara itu, Pj Bupati Sumenep Sudarmawan menyebut resminya Si Kuda Binal menjadi Monumen Halim Perdana Kusuma sebagai sebuah anugerah. “Ini suatu kebanggan bagi kami dapat menerima amanah untuk memelihara dan mengembangkan pesawat Oviten -10 Bronco,” ujarnya dalam sambutan. Sebab ia menilai, pemasangan Oviten -10 Bronco yang diberikan melalui proses hibah merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan nilai-nilai sejarah. “Makanya TNI AU melalui Dan Lanud mempersembahkan kepada kita sebuah pesawat pilihan,” tambahnya. Ia berharap jalin kerjasama yang dimulai dari Monumen Halim Perdana Kusuma bisa terus ditingkatkan. Bahkan, jika hari ini 1 pesawat, kedepan diharapkan lebih dari itu.

rafiqi


DISPERTA

UNGGULI 19 SKPD SE-MADURA Menjadi SKPD terbaik se-Madura, versi Radar Madura Institute, menjadi pecutan bagi Kadis Pertanian dan Tanaman Pangan, Bambang Heriyanto, untuk terus berkreasi dan berinovasi dalam melayani kebutuhan petani dan masyarakat Sumenep.

o bersama Pj Bupati anto, (dua dari kiri) fot riy He g ban Bam h pemenang ta, PEMENANG: Kadisper di Soetarto dan seluru Sekdakab Sumenep Ha ng KORPRI. an, du aw Ge di arm p, Sud ene p, Sumene dari Kabupaten Sum 5 201 ard Aw ra du anugerah Ma

B

ambang Heriyanto selalu tersenyum manis. Di wajahnya, terpancar semburat syukur setelah namanya selaku Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Sumenep disebut sebagai SKPD paling menonjol di bidang Pelayanan Publik se-Madura, di acara Malam Anugerah Madura Award 2015, Selasa malam, 22 Desember lalu. Sebelumnya, Bambang mengaku tidak pernah memikirkan akan anugerah tersebut. Walaupun penganugerahan semacam itu dihelat saban tahun oleh Radar Madura Institute. Terpenting baginya adalah bekerja dan terus berinovasi untuk kemaslahatan masyarakat. Apalagi dalam segala hal yang memang berkaitan dan menjadi tugas pokok serta fungsinya sebagai nahkoda Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan di

Kota Sumekar ini. “Saya hanya bersyukur atas penganugerahan kali ini. Semua ini diperoleh memang sematamata karena Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Sumenep berkomitmen dan bersungguh-sungguh dalam memajukan pertanian dan terus siaga dalam menjaga keseimbangan dan ketersediaan swasembada pangan untuk warga Sumenep,” paparnya kepada Mata Sumenep, saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu, 23 Desember lalu. Bambang menyebut, program Pusat Inovasi Pelayanan Pertanian (PIPP) yang menjadi bahan pertimbangan utama dewan juri Madura Award 2015 itu kemudian bisa mengungguli 19 SKPD lain dari 4 Kabupaten yang ada di Madura; Sumenep, Pamekasan, Sampang, dan Bangkalan. Karena dengan program tersebut,

SKPD TERBAIK: Kadis Pertanian dan Tanaman Pangan, Bambang Heriyanto, saat menerima anugerah Madura Award 2015, Selasa (22/12/2015).

Dispertan bisa mendidik dan memberikan arahan kepada para petani secara lebih maksimal. Sehingga segala macam hambatan dan berbagai ancaman pertanian dengan segera bisa teratasi. Selain suatu keberuntungan yang harus disyukuri, menurut Bambang, predikat SKPD Terbaik Se-Madura yang disematkan baginya di Gedung KORPRI malam itu juga menjadi tantangan bagi Dispertan agar terus berupaya dan mencari gebrakan-gebrakan baru guna memberikan pelayanan yang lebih baik lagi untuk masa-masa mendatang. Sehingga keberadaan Dispertan selanjutnya benarbenar dirasakan oleh masyarakat Sumenep, lebih-lebih para petani. “Ayo kedepan kita samasama berkomitmen untuk terus menigkatkan produktivitas pertanian di Sumenep ini. SDM yang ada kita didik dan bina

agar lebih logis dalam melakoni pekerjaannya sebagai petani, sehingga ketersediaan swasembada pangan tidak keteteran,” ujarnya, mengajak masyarakat. Bambang menjelaskan, termasuk penyakit kronis yang menimpa petani selama ini, yakni kurangnya ketersediaan pupuk kimia bagi petani sudah pihaknya pikirkan. Meski fenomena tersebut tidak hanya terjadi di kabupaten ujung timur pulau Madura ini, ia mengaku telah mencari solusi yang tepat untuk mengatasi problem itu. “Meski begitu sulitnya, semua persoalan itu harus tetap diselesaikan,” katanya.Karena itulah, ia optimis predikat SKPD Terbaik versi Madura Award tahun ini bakal mendorong dirinya dan pihak Dispertan untuk bekerja keras dan cerdas bagi masyarakat petani.

rusydiyono/rafiqi

28 DESEMBER 2015 | MATA SUMENEP | 31


32 |MATA SUMENEP |28 DESEMBER 2015


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.