Edisi 29

Page 1

Edisi 29 / 07 Maret 2016

7 MARET 2016 | MATA SUMENEP | 1


Bupati Sumenep, KH A. Busyro Karim saat memberi cenderamata kepada MH Said Abdullah, anggota Badan Anggaran (Banggar) DPR-RI, ketika berkunjung ke Pendopo Agung Keraton Sumenep, Kamis (03/03). Dalam kesempatan itu, Bupati Busyro berharap ada perhatian dari anggota Banggar DPR RI, mengingat Kabupaten Sumenep memiliki 126 pulau dengan jumlah penduduk satu juta seratus jiwa lebih, dengan hamparan lautnya sekitar 50.000 kilometer persegi. Tapi kekuatan anggaran sebesar Rp. 2,1 Triliun.

Ny Nurfitriana Busyro bersama Nia Kurnia Fauzi dilantik sebagai Ketua dan Wakil Ketua TP PKK sekaligus sebagai Ketua dan Wakil Dewan Kerajinan Nasional Daerah Kabupaten Sumenep di Gedung Grahadi Surabaya Rabu (18/2/2016). Ny Nina Soekarwo dalam sambutan berpesan, sebagai patner pemerintah dengan 10 program pokok PKK dalam mewujudkan program harus menggambarkan kebutuhan dasar hidup manusia.

2 |MATA SUMENEP |7 MARET 2016

Ny Nina Soekarwo bareng Ny Nurfitriana Busyro Karim


Mengawal Kemandirian Desa

Daftarisi Berawal dari Kecamatan Kota

25 31

07

SmartCity

16

Pendidikan

Gedung Sains Hadir dalam Sorotan

Mata Desa

Purna dalam Tugas dengan Mantap

Biografi

Mengenal Sosok dan Pemikiran Wakil Bupati Sumenep; Achmad Fauzi (1)

30

OASE

Inspiratorku

Susunan Redaksi Komisaris : Asmawi Dewan Redaksi : Moh. Jazuli, M. Ali Al-Humaidi Redaksi Ahli : Moh. Ilyas Redaktur Tamu : Suhaidi Direktur : Hambali Rasidi Penanggung Jawab/Pemred : Hambali Rasidi Koordinator Liputan : Rahmat Redaktur Pelaksana : Rafiqi Reporter : Anton, Ozi’ (Non Aktif), Yono Design Grafis : A. Warits Muhshi Manajer Iklan & Promosi : Rusydiyono Iklan : Masrul, Edi Wardi, Udiyanto Penagih Iklan : Fathorrahem, Wardi Mnj. Sirkulasi & Distribusi : Moh. Junaedi Keuangan : Wardani Kontributor : Farhan Muzammily, Hairul Penerbit : PT. MATA SUMENEP INTERMEDIA NPWP : 70.659.553.5-608-000 SIUP : 503/29/SIUP-M/435.213/2014 TDP : 13.21.1.58.00174 Percetakan : CV Mediatama Karya Alamat Percetakan : JL Manyar Tirto Asri VIII/40, Surabaya

EDISI 29

Kantor Redaksi : Jl. Matahari 64 Perum Satelit, Tlp (0328) 673100, E-Mail : matasumenep@gmail.com, mataopinisumenep@gmail.com Website : www.matasumenep.com 7 MARET 2016 | MATA SUMENEP | 3


MATA UTAMA

ACTION PERDANA 9 PROGRAM UNGGULAN

KERJA BHAKTI RSUD RSUD dr H Moh. Anwar menjadi pilihan perdana untuk action mewujudkan 9 program unggulan yang digemborkan Busyro-Fauzi usai dilantik. Meski tahapan program unggulan lain dilakukan secara senyap sebelum start program dimulai. BUPATI KH A. Busyro Karim berhalangan ikut kegiatan kerja bhakti RSUD. Wabup Fauzi mengganti peran bupati yang diikuti seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemkab Sumenep untuk bersih-bersih di area RSUD dr H. Moh. Anwar Sumenep, Jum’at

(4/3/2016) pagi hari. Bakti sosial yang mengusung tema ‘Juma’t Bersih’ itu dimulai pukul 06.00 dan berakhir pukul 09.00 wib. Waktu senam biasa digelar tiap hari Jumat di halaman Pemkab pagi itu, dialihkan untuk bersih-bersih di lingkungan RSUD yang butuh penyegaran. Kegiatan kerja bhakti itu semacam warming up sebelum tahapan optimalisasi pelayanan RSUD berlangsung. Sang komandan kerja bahkti langsung dipegang Wabup Ach. Fauzi didampingi Sekkab Hadi Soeharto dan para asisten. Tiba di areal RSUD, Wabup Fauzi didampingi Dirut RSUD, Fitril Akbar

dan ibu. Setelah keliling, Wabup ikut membersihkan, menyapu dan meninjauz ke seluruh tempat yang dinilai kurang bersih. Hasilnya? Dalam hitungan jam, halaman, taman dan lorong-lorong Rumah Sakit yang semula terlihat kurang terawat menjadi indah dan tertata rapi. Kondisi cepat berubah ini, direspon positif oleh Wabup Fauzi. Bagi Fauzi, segala pekerjaan harus di awali dengan

ntu emba ien m n s a P Kartu aran pasie c kelan

4 |MATA SUMENEP |7 MARET 2016 Wabup Fauzi melihat pendaftaran online di tempat Anjungan Registrasi Mandiri (ARM)


MATA UTAMA Optimalisasi Pelayanan Rumah Sakit Dalam 99 hari ada perubahan yang signifikan dari aspek manajerial, profesionalitas dan transparansi. Ada dua tahap sebelum ada Tenaga Ahli Pendamping dan setelah ada Tenaga Ahli Pendamping. Tenaga Ahli direncanakan dari warga Sumenep yang berpengalaman dalam pengelolaan Rumah Sakit di luar Sumenep.

TAHAP I Optimalisasi Tim Pembina dan Tim Pengawas BLUD Rumah Sakit • Titik berat pada motivasi SDM, pemeliharaan sarana dan prasarana, penambahan Perbub tentang pemanfaatan Alat • Kontrak dengan Tenaga Ahli diperkirakan Minggu Ketiga Maret

TAHAP II • Pembentukan Tim Reformasi Pelayanan Rumah Sakit • Akhir Maret start bekerjanya TIM • Rekomendasi Tim • Start Reformasi Pelayanan

kondisi dan situasi yang tenang. Sedangkan untuk mendapatkan ketenangan, katanya harus diawali di hati dan lingkungan yang bersih pula. “Segala sesuatu itu di manapun harus dimulai dari masalah kebersihan. Apabila semua tempat itu bersih, maka di kawasan itu pola pikirnya juga ikut bersih,” jelas politisi muda partai PDI perjuangan ini, ketika ditemui wartawan usai acara Jum’at Bersih. Dalam kesempatan itu, Wabup Fauzi sembari meninjau langsung sarana dan fasilitas yang perlu perhatian demi kemajuan RSUD. Salah satu fasilitas yang memantik tertarik Pak Wabup adalah sistem pendaftaran online bagi pasien rawat jalan atau kunjungan ulang ke RSUD Sumenep. Dengan alur administrasi yang mudah dapat memperlancar pasien rawat jalan atau bagi mereka yang sudah memiliki kartu kunjungan bisa langsung melakukan pendaftaran secara online ke tempat Anjungan Registrasi Mandiri (ARM). Wabup muda ini berharap, fasilitas ARM bisa memutus mata rantai administrasi yang selalu menjadi keluhan keluarga pasien sebelum ditangani dokter atau perawat. Fitril Akbar selaku awak rumah sakit Sumenep berjanji akan mengembangkan dan memaksimalkan keberadaan ARM. Karena itu, ia telah menempatkan petugas khusus untuk mensosialisasikan kepada masyarakat. Termasuk karyawan khusus yang selalu stand by di samping ARM agar masyarakat mudah menggunakan. Sekaligus sebagai antisipasi bagi masyarakat awam yang tidak bisa menggunakan atau memanfaatkan alur di ARM. “Kita sudah menyediakan petugas khusus untuk membantu masyarakat atau pasien yang belum bisa menggunakan sistem di ARM. Dengan harapan, fasilitas yang ada benar bermanfaat bagi masyarakat dalam hal pelayanan kesehatan,” pungkasnya.

rusydiyono

7 MARET 2016 | MATA SUMENEP | 5


WAWANCARA

MATA UTAMA MATA TA UTAMA UTAMA

Direktur RSUD dr H Moh. Anwar Sumenep: dr H Fitril Akbar

Mencari Format Pelayanan Sesuai Etika Masyarakat Bupati KH A. Busyro Karim dengan rela hati ‘turun gunung’ menjabat Ketua Tim Optimalisasi Pelayanan RSUD dalam kurun waktu 99 hari. Bupati bersama tim ahli lain akan melakukan kajian mendalam terhadap akar problem pelayanan RSUD, yang belakangan ini selalu menjadi trending topic warga Sumenep. Bagaimana respon Direktur RSUD dr H Moh. Anwar, dr H Fitril Akbar? Dalam wawancara bersama wartawan Mata Sumenep, Rusydiyono, dr Fitril terlihat letih setelah baru tiba dari Surabaya kemudian meeting di Pemkab. Dengan senang hati, dokter kelahiran Pamekasan ini berbicara banyak soal RSUD. Tapi, tidak sedikit cerita yang selalu ia minta off the record. Salah satu 9 program unggulan Kepemimpinan Busyro-Fauzi adalah optimalisasi pelayanan RSUD. Menurut Bapak? Terkait pelayanan kesehatan di Sumenep khusus pelayanan prima maka yang paling bertanggung jawab adalah rumah sakit (RSUD dr Moh. Anwar, red), selain Puskesmas. Hanya, perbedaan antara Puskesmas dan RSUD adalah jika problem Puskesmas dihadapi sederhana. Tapi problem RSUD sangat kompleks.

Apa problem dasar pelayanan RSUD? Titik dasar pelayanan kesehatan RSUD, yang harus kita bahas ada beberapa item. Pertama, sarana dan prasarana. Kedua, masalah administrasi. Ketiga, non sarana. Kita sedang akan meningkatkan sarana dan prasarana. Alhamdulillah, sejak 2015 telah banyak sarana dan prasarana baru yang berhasil kita wujudkan untuk mengganti sarana sebelumnya yang sudah rusak.

Menurut Bapak Dirut, problem utama RSUD? Kalau menurut saya masalah pertama dalam hal pelayanan rumah sakit pastinya fokus kepada persoalan etika. Yaitu etika pelayan atau perawat dalam melayani pasien. Bahkan kalau teknis medis saya rasa orang-orang yang ada di RSUD pinter-pinter semua. Artinya mereka itu kalau mengenai pengobatan dan hal lain terkait teknis medis tidak usah diajari. Tetapi kalau terkait etika melayani itu mereka harus dilatih. Intinya saat ini saya sedang mencari format pelayanan yang benar sesuai dengan etika masyarakat Sumenep. Bukan hanya melatih SDM teknik medis. Melainkan etika menjadi pelayan di rumah sakit itu bagaimana.

Bagaimana dengan birokrasi pelayanan RSUD? Sebenarnya masalah pelayanan itu adalah kewajiban semua elemen yang ada di RSUD Sumenep ini. Saya selalu berupaya menggerakkan

6 |MATA SUMENEP |7 MARET 2016

bagaimana cara sistem itu berjalan baik dan efektif serta dirasa banyak orang. Sampai detik ini, saya sebagai direktur tentu terus berusaha menyukseskan apa yang menjadi cita-cita Bapak Bupati bahwa rumah sakit harus berkembang. Karena itu, saya menarget agar rumah sakit ini segera beralih setatus dari C ke B. Dan itu butuh proses dan dukungan. Baik dukungan sarana dan prasana, SDM dan terpenting dukungan dari Pemerintah Kabupaten Sumenep. Terkait birokrasi adalah wajah dari sebuah pelayanan. Makanya saya selalu mewanti-wanti kepada petugas di sini agar mendahulukan

pelayanan pasien. Sementara persoalan lain terkait birokrasi pelayanan itu bisa diselesaikan kemudian. Dan permasalahan selama ini seperti antara pelayan dengan pasien atau keluarga pasien sering terjadi miskomunikasi, saya selalu berupaya menyelesaikan problem tersebut.

Salah satu aspirasi masyarakat soal Transparansi Keuangan RSUD, komentar Bapak? Kalau masalah pengelolaan keuangan RSUD kita sudah mengacu pada aturan Permendagri Nomor 61 tahun 2007. Kami sudah bekerjasama dengan lembaga audit keuangan di Surabaya.


MATA UTAMA

Berawal dari Kecamatan Kota Smart City menjadi indikator kemajuan suatu daerah. Kecamatan Kota menjadi pilot project salah satu andalan program Kepemimpinan Busyro-Fauzi dalam tempo 99 hari.

K

ali pertama, Bupati KH A. Busyro Karim dan Wabup Achmad Fauzi didampingi Ketua Tim Penggerak PKK, Nurfitriana Busyro dan Nia Kurnia Fauzi melakukan kegiatan silaturahmi di Kecamatan Kota bersama Camat dan jajarannya, UPT di lingkungan Kecamatan Kota, Kepala Desa serta Tim Penggerak PKK se Kecamatan Kota, Selasa (01/03) di Pendopo Kecamatan. Kunjungan itu, sebagai langkah perdana sosialisasi 9 program unggulan dalam tempo 99 hari kepemimpinannya. Karena itu, Bupati Busyro sangat berharap Kecamatan Kota bisa menjadi barometer kemajuan diantara kecamatan lain. “Dilihat dari sumber daya manusia (SDM) dan potensi ekonomi Kecamatan Kota jelas melebihi dari kecamatan lain. Apalagi Kecamatan Kota sudah terbukti berprestasi hingga tingkat dunia, melalui program PATEN (Pelayanan Terpadu Kecamatan),” terang bupati dalam sambutannya. Bupati berharap pelaksanaan pelayanan di Kecamatan Kota seperti PATEN bisa dikembangkan menjadi elektronik (e)-PATEN. Sehingga pelayanan PATEN bisa dilakukan lewat online. Bupati Kiai ini bercerita, salah satu 9 program unggulanya, Pemkab telah melakukan kerjasama dengan PT Telkom untuk mendukung terwujudnya program Smart City (Kota Cerdas) yang akan segera di launching dalam waktu dekat. “Smart City diharap menjadikan Kabupaten Sumenep semakin maju. Bulan April mendatang, pelayanan perijinan melalui online sudah bisa

Bupati-Wabup dan Istri melakukan kunjungan silaturrahim perdana ke Kecamatan Kota Sumenep pasca dilantik 17 Februari lalu. dilaksanakan. Jadi, untuk memproses ijin dan sebagainya, sudah tidak perlu lagi datang ke Kantor Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT), namun sudah bisa dilakukan dari rumah,” jelas Kiai Busyro yang disambut aplaus undangan. Camat Kota Sumenep, Moh. Junaidi menyambut baik atas dipilihnya Kecamatan Kota sebagai pilot project 9 program unggulan kepemimpinan BusyroFauzi. Karena itu, Camat Junaidi bertekad akan mencurahkan waktu tenaga dan pikiran dalam memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat.

Nia Kurnia Fauzi dan Nunuk Hadi Soetarto Junaidi mengaku Kecamatan Kota telah memulai lebih awal mempersiapkan Smart City dengan cara melakukan kunjungan dan pelatihan di Broadband Learning Center Surabaya (BLC). “Alhamdulillah, setiap desa sudah memiliki internet. Termasuk telah melatih operator IT di setiap desa. Adanya e-PATEN yang dicanangkan Pak Bupati di Kecamatan Kota, kami sangat mendukung dan siap meningkatkan pelayanan dengan sistem online. Pelayanan e-PATEN ini, tentu demi memudahkan masyarakat seiring perkembangan teknologi informasi saat ini,” jelasnya kepada wartawan usai acara.

rusydiyono Nurfitriana Busyro, Nia Kurnia Fauzi, Bupati dan Wabup memberi tandatangan kesepakatan keindahan kota dan mudahnya pelayanan di papan yang terpajang di Kantor Kecamatan Kota.

7 MARET 2016 | MATA SUMENEP | 7


MATA MATA UTAMA UTAMA Diantara 9 program unggulan Busyro-Fauzi yang masih menyita waktu dan tenaga adalah memulai calon pengusaha muda. Mereka terdaftar di enam SKPD untuk dilatih dan disuntik modal usaha kemudian akan dipelihara keberlangsungan wirausahanya. Akar problem mengkrucut dan dilakukan reformulasi sebelum tahapan berlangsung.

Suasana rapat tim persiapan peluncuran program 1000 Wirausaha Muda di 99 hari

Tidak Ber Wacana..... Benar-Benar Total Bekerja Para Tim dan Pimpinan SKPD sejak minggu kemarin benar-benar tersita waktu dan tenaga untuk merumuskan tahapan 9 program unggulan itu. Berikut diskripsi dan tahapan dari 9 program unggulan yang berhasil dirangkum Mata Sumenep

3. Penataan Taman Bunga A. Deskripsi • Optimalisasi TB sbg kawasan ‘wisata kota’ dan ruang terbuka hijau (RTH). Sehinga revitalisasi dan tatakelola PKL sbg sentra ekonomi rakyat secara terpadu seperti aspek ketertiban umum dan keindahan kota.

• Akan dibangun RTH dengan konsep Taman Edukasi di Perumnas Giling dan Perumahan Satelit. • Dilaksanakan oleh PU Cipta Karya B. Tahapan • Perencanaan • Pelaksanaan • Launching

DISKRIPSI DAN TAHAPAN PROGRAM 99 HARI 1.Mencetak Wirausaha Muda A. Deskripsi • Pelatihan 1000 wirausaha muda • Melibatkan 6 SKPD (Disperindag, Diskop UKM, Dinas Pertanian, Dinas Peternakan, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi • Dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan. • Setelah pelatihan akan difasilitasi alat produksi dan permodalan/kredit usaha serta pemasaran B. Tahapan • Finalisasi peserta pelatihan • Pelaksanaan pelatihan

2. Revitalisasi Pasar A. Deskripsi • Revitalisasi Pasar Tradisional Kecamatan • Menghilangkan kesan kumuh pasar tradisional • Rehabilitasi sarana dan prasarana dari dana APBD maupun APBN B. Tahapan • Peresmian Pasar Dungkek • Perencanaan Revitalisasi Pasar Lenteng, Ganding dan Rubaru dengan dana APBN

8 |MATA SUMENEP |7 MARET 2016

B. Tahapan • Pembentukan Tim Terpadu • Inventarisasi Jumlah, Jenis Usaha PKL • Rancangan Penataan PKL • Dialog dengan PKL

6. Smart City (Perijinan Online, Absensi Online, e-Paten, Broadband Learning Center, Taman Bunga Wi Fi Corner)

• Penataan PKL

Perijinan Online

4. Penataan dan Penertiban Perizinan A. Deskripsi • Beberapa Restoran dan Tempat Kost dikembangkan multifungsi • Telah dilakukan peringatan terhadap obyek penertiban dan ada pernyataan dari obyek untuk tetap memfungsikan sebagaimana ijin. • Melakukan tindak lanjut pelaksanaan penertiban perijinan yang disalah gunakan B. Tahapan • Bagian Hukum melakukan Kajian terhadap surat peringatan yang sudah dikeluarkan oleh BPPT dan Satpol PP beserta Surat Pernyataan dari obyek penertiban • Rekomendasi dari Bagian Hukum tentang langkah penertiban ( bias peringatan zkembali atau langsung penutupan )

5. Pembangunan Ruang Terbuka Hijau A. Deskirpsi

A. Deskripsi • Perijinan di BPPT secara online, masyarakat tidak harus datang ke kantor BPPT berkali kali. Surat Ijin yang dikeluarkan berkode khusus (QR Code Reader). Sehingga Pengurusan ijin dari luar daerah dapat bertransaksi data dengan BPPT secara online dan lebih cepat, efisien, serta transparan. B. Tahapan • Rapat Koordinasi Tim Perijinan untuk percepatan waktu keluarnya Rekomendasi utamanya untuk IMB dan Ijin Lingkungan. • Uji Coba Perijinan Online • Launching Penerapan e-Paten A. Deskripsi • Optimalisasi Pelayaanan Paten sehingga masyarakat dapat menyelesaikan perijinan secara online B. Tahapan • Perencanaan dan Penunjukan pembelian Soft-


INFO KECAMATAN UPK Kecamatan Gapura

Santuni 160 Yatim dan Dhu’afa

K

egiatan di Pendopo Kecamatan Gapura, Jum’at, 04 Februari itu digelar dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW dan Silaturrahim Bapak Bupati dan Wakil Bupati Sumenep serta Penyerahan Bansos UPK Kecamatan Gapura. Camat

Camat Mustangin

Gapura, Mustangin mengatakan, Bansos yang diberikan kepada 160 penerima terdiri dari anak yatim dan dhu’afa dari 17 desa tersebut bersumber dari surplus UPK Kecamatan Gapura selama periode 2015 yang mencapai Rp 150 juta. “Alhamdulillah, setelah tidak ada PNPM Mandiri, UPK Kecamatan Gapura tetap dikelola dengan baik oleh masyarakat. Dan dari surplus Rp 150 juta itu, Rp 40 juta dialokasikan untuk pembangunan gedung baru UPK, Rp 24 juta untuk Bantuan Sosial, sembako dan transport, dan sisanya direncanakan sebagai penambahan modal UPK kedepan,” terang Mustangin, dalam sambutannya. Atas pencapaian itu, Camat kelahiran Tulungagung, 13 Juli 1973 ini, mengucapkan terimakasih

ware e-Paten • Uji Coba e Paten • Launching Absen Online A. Deskripsi • Untuk meningkatkan kedisiplinan para PNS. B. Tahapan • Inventarisasi SKPD yang online ke BKPP (sementara ada 18 SKPD yang telah terkoneksi dengan Fiber Optic} • Persiapan software oleh BKPP • Uji coba • Launching • Mei telah diberlakukan secara penuh dan dikaitkan dengan penerapan Perbup Tunjangan Kesejahteraan Broadband Learning Center A. Deskripsi • Di tiap Balai Desa/Kelurahan di Kecamatan Kota disediakan Wi Fi

kepada semua pihak, sehingga lewat UPK Kecamatan Gapura bisa berbagi kepada yatim dan dhu’afa, sekaligus bisa memperingati Maulid Nabi serta menghadirkan Bupati dan Wabup Buysro-Fauzi. Dan sebagai puncak dari kegiatan, pembagian Bansos kepada beberapa perwakilan diserahkan langsung oleh Bupati Sumenep KH A. Busyro Karim secara simbolis dan dilanjutkan dengan pengarahan serta sosialisasi program 99 Hari Kerja yang sudah banyak dimulai sejak terlantik medio Februari lalu.

• Akan dilakukan proses pembelajaran bagi warga desa/kelurahan tentang pemanfaatan Teknologi Informasi. B. Tahapan • Uji coba • Launching Taman Bunga Wi Fi Corner A. Deskripsi • Menyediakan Akses Internet Gratis bagi Masyarakat • Memanfaatkan Bandwidh yang ada di Kominfo B.Tahapan • Persiapan Pembangunan Shelter • Uji coba • Launching 8. Pembentukan BUM Des A. Deskripsi • Dalam rangka percepatan permodalan bagi UMKM/IKM di desa • Percepatan pengelolaan Dana akan

Dalam sambutannya, Bupati Busyro mengapresiasi kegiatan UPK Kecamatan Gapura dan menyampaikan terimakasih kepada seluruh masyarakat Gapura, khususnya undangan yang hadir, atas kepercayaannya menyerahkan kursi Bupati Sumenep kepada dirinya. “Karena itu, untuk menyukseskan seluruh program kami, Busyro-Fauzi, terutama yang dimulai dalam 99 Hari Kerja ini, kami berharap dukungan dan doa dari masyarakat Gapura,” kata Bupati, menutup sambutannya.

rafiqi/*

bekerjasama dengan Perbankan B. Tahapan • Penyelesaian Perda BUM Desa • Penyusunan Aturan Turunan Perda ( bilamana diperlukan ) • Sosialisasi ke Desa • Revisi APBDesa • Pembentukan BUMDes 9. Serap Aspirasi Masyarakat untuk RPJMD A. Deskripsi • Penting untuk melibatkan seluruh komponen masyarakat Sumenep dalam penyusunan RPJMD • Akan dilakukan FGD untuk beberapa sektor pembangunan dengan menghadirkan pada tokoh dan stakeholder sesuai bidangnya. B. Tahapan • Pelaksanaan FGD

hamrasidi

7 MARET 2016 | MATA SUMENEP | 9


CERBUNG

Aeng Soca Ebu I Bekal Sekolah Oleh: Andilala*

D

inginnya udara pagi yang menusuk tulang tidak menyurutkan semangat Muzaini dan Mat Hasan menjemput Busyro di rumahnya untuk berangkat sekolah bersama. Mereka bertiga bersekolah di SDN Paberasan. Busyro adalah putra dari Nyi Hj Nuraniyah dan cucu dari Nyi Halimatus Sa’diyah atau yang lebih

dikenal dengan Nyi Anom, pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum, Beraji. Nyi Nura dan Nyi Anom adalah sosok yang sangat disegani oleh santri-santrinya dan

masyarakat di sekitarnya. Para santri yang mondok di pesantren Darul Ulum biasa memanggil Busyro dengan sebutan Kiai meskipun Busyro seusia dengan mereka. Ini adalah tradisi pesantren yang dilakukan untuk

menghormati keluarga besar pengasuh pesantren. Muzaini dan Mat Hasan terus berjalan melewati pematang sawah menembus dinginnya udara pagi menuju rumah Busyro dengan berdendang dan bercanda ria. Tidak terasa mereka sudah sampai di depan pagar pondok Darul Ulum. “Ni, kita sudah sampai. Sebaiknya jangan berisik takut mengganggu Nyi Nura,” kata Mat Hasan. “Ya, kamu benar, Mat. Biasanya kalau pagi Nyi Nura sholat dhuha atau mengaji,”, sahut Muzaini. Mereka tidak mengeluarkan suara sedikit pun ketika memasuki pekarangan rumah yang berada di sebelah masjid. Dari dalam rumah yang sederhana itu, terdengar suara lantunan ayat suci Al-Quran. Mereka merasa sungkan untuk membuat suara berisik karena khawatir akan mengganggu ibadah Nyi Nura. Meski sebenarnya Nyi Nura sendiri tidak pernah menegur mereka. Sikap Mat Hasan dan Muzaini ini yang dinamakan ta’dzim kepada guru, dan sikap ta’dzim sekarang sudah menjadi barang langka. “Bagaimana kalau kita menunggu Kiai Busy di teras masjid saja?” Mat Hasan berbisik di telinga Muzaini nyaris tak terdengar dan hanya dijawab dengan sebuah anggukan kepala. Keduanya pun duduk di teras masjid. Kicauan merdu burung di atas pohon tanjung menghiasi keheningan di antara

Redaksi Mata Sumenep menerima tulisan Opini, Cerpen dan Cerita Bersambung dalam berbagai perspektif (Islam, Budaya, Sosial, Politik-Pemerintahan, dan Ekonomi) dengan materi seputar Sumenep. Panjang tulisan maksimal 850-1200 kata. Tulisan bisa dikirim via email ke: matasumenep@gmail.com

10 |MATA SUMENEP |7 MARET 2016


CERBUNG Mat Hasan dan Muzaini. “Selama aku mengaji di pondok ini, aku tidak pernah dimarahi Nyi Nura. Tapi kenapa ya kita takut sekali berbuat salah di depan Nyi Nura?” kata Mat Hasan memecah keheningan, tetapi dengan suara yang sangat pelan. “Emang ada yang pernah dimarahi Nyi Nura? Setahuku semua santri yang pernah mondok disini tidak ada yang pernah dimarahi sama Nyi Nura. Mungkin karena kesabarannya itu yang menyebabkan semua santri sungkan sama Nyi Nura,” jawab Muzaini. “Kamu benar. Jangankan sampai dimarahi, berpapasan saja dengan Nyi Nura, aku rasanya malu sampai ke ubunubun. Seandainya masih ada jalan lain aku pasti menghindar untuk berpapasan dengan Nyi Nura,” lanjut Mat Hasan. “Tapi kenapa kalau kamu berbuat salah dan akan dihukum Nyi Anom kamu pasti duduk dekat Nyi Nura?” tanya Muzaini. “Aku duduk dekat Nyi Nura untuk minta perlindungan dari Nyi Nura, karena biasanya Nyi Anom urung menghukumku kalau aku duduk dekat Nyi Nura,” kata Mat Hasan menjelaskan. “Oh, begitu ya,” kata Muzaini. “Ya, tapi aku hanya satu kali melakukan itu karena aku malu sama Nyi Nura,” kata Mat Hasan. Kemudian mereka kembali diam, larut dalam keheningan. Mat Hasan memandang dengan tatapan kosong lurus ke depan. Satu tangannya menopang dagu. Sementara Muzaini menunduk sambil bermainmain dengan bunga tanjung yang jatuh tepat dekat kakinya. Entah apa yang mereka pikirkan sampai kening keduanya mengkerut sama seperti kerutan kain celana pendek yang mereka pakai. Setelah

mereka membisu beberapa saat akhirnya mereka bosan juga dengan kebisuan di antara mereka. Muzaini membuka tas kresek merah yang dibawanya. “Kamu bawa buku berapa?” tanya Muzaini dengan berbisik. “Memangnya kamu bawa buku berapa?” Mat hasan balik bertanya. “Aku cuma bawa satu,” jawab Muzaini. “Ya sama, kok kamu pakai tanya. Kita ini orang miskin yang tidak mampu untuk sekedar beli buku,” kata Mat Hasan. “Hehe..benar juga. Apa orang miskin seperti kita juga bisa pintar ya?” tanya Muzaini kembali. “Entahlah, aku juga tidak tahu. Kira-kira yang sekarang jadi Bupati, Gubernur, dan Presiden waktu sekolah SD apa juga orang miskin ya?” Mat Hasan lagi-lagi mengembalikan pertanyaan dengan pertanyaan. “Aku tidak tahu, mereka kan bukan teman SD-ku,” jawab Muzaini sederhana. Mat Hasan berpikir sejenak tapi kemudian menganggukanggukkan kepala sambil tertawa menaggapi jawaban dari Muzaini. Tanpa mereka sadari di belakang Mat Hasan dan Muzaini telah berdiri seorang anak yang sebaya dengan mereka memakai seragam yang juga sama. “Assalamualaikum...,”sapa Busyro. “Waalaikumsalam...,” jawab Mat Hasan dan Muzaini serentak sembari berdiri dari tempat duduknya. “Aku lihat pembicaraannya seru sekali. Memangnya apa yang kalian bicarakan?” tanya Busyro. Muzaini menceritakan secara singkat percakapannya dengan Mat Hasan. “Jadi, apa orang miskin seperti kami yang hanya punya satu buku juga bisa pintar

Kiai?” tanya Muzaini. “Benar juga kamu, Ni. Aku juga hanya punya satu buku.” kata Busyro. “Kalian sudah mau berangkat?” tanya Nyi Nura keluar dari rumahnya dengan masih memakai mukena. “Ya ummi. Oya ummi, tadi Mat Hasan dan Muzaini tanya, kami ini kan orang miskin yang hanya punya satu buku, apa kami nanti juga bisa pintar?” tanya Busyro mewakili temantemannya. “Oh begitu.. Kalau kalian suka membaca kisah para sahabat Rasul, tidak satupun dari mereka belajar ilmu agama dan ilmu pengetahuan kepada Rasulullah yang mempunyai buku. Tetapi mengapa mereka menjadi orang-orang pintar? Karena mereka rajin belajar dan patuh kepada Rasulullah. Buku memang penting. Memiliki buku tentu akan lebih baik. Tapi jika tidak punya buku karena tidak mampu membelinya pun kita masih bisa menjadi pintar. Seperti teladan sahabat Rasul. Untuk menjadi orang pintar, pertama-tama kalian harus rajin belajar dan patuh kepada guru-guru kalian. InsyaAllah kalian akan menjadi anak yang pintar,” kata Nyi Nura menjelaskan. Ketiga anak itu pun mengangguk, mereka mulai mengerti jika ingin pintar tidak harus memiliki banyak harta. Dalam keterbatasan pun seseorang dapat menjadi pintar asal memiliki niat dan semangat yang kuat untuk belajar juga patuh kepada para Guru. “Sekarang kalian cepat berangkat mumpung masih pagi,” suruh Nyi Nura. “Ya ummi,” kata Busyro. “Kalian mau lewat mana?” tanya Nyi Nura sebelum mereka berangkat. “Berangkatnya kami akan lewat pinggir sungai ke arah selatan. Kalau pulangnya kami akan lewat utara masjid Kiai

Syafaat,” jelas Busyro. “Kenapa jalan berangkat dan pulangnya berbeda?” tanya Nyi Nura heran. “Karena kami tidak memakai sandal. Pagi seperti sekarang lewat di pinggir sungai itu teduh, nyaman bagi kami. Tapi kalau jam pulang sekolah jalan pinggir sungai akan panas. Baiklah ummi, kami mau berangkat dulu,” kata Busyro berpamitan. “Tunggu sebentar!” Nyi Anom keluar dari dalam rumah. “Ini uang sakunya Bus, sasoko. Tolong pegang kamu ya Mat,” kata Nyi Anom. “Dhalem ka’dhinto,“ jawab Mat Hasan sambil menerima uang dari Nyi Anom setelah sungkem terlebih dahulu. “Sekarang kalian berangkat. Hati-hati nanti kalau menyeberangi sungai. Jangan bergurau karena jembatannya hanya terbuat dari sembilan buah bambu. Semoga Busy menjadi anak yang rajin belajar,” kata Nyi Nura mendoakan. “Assalamualaikum..” kata mereka bertiga serentak. “Waalaikumsalam Warahmatullah..” jawab Nyi Nura. Setelah mendengar nasihat dari Nyi Nura, mulai tumbuh semangat penuh keikhlasan dalam diri mereka yang membuat mereka lebih percaya diri bahwa mereka juga bisa menjadi anak-anak yang pintar jika belajar penuh semangat dan patuh kepada para guru yang mendidik mereka. Nasihat ini adalah bekal sekolah yang sangat berharga dari Nyi Nura. bersambung... *Guru SDN Pangarangan III, Kec. Kota Sumenep Elmo = Ngel-nongngel ta’ e temmo. (Ilmu bisa kita dapatkan dari siapa saja dan di mana saja, namun kadang-kadang kita tidak menyadarinya)

7 MARET 2016 | MATA SUMENEP | 11


MATA BUDAYA

LUDRUK MADURA: SENI PERTUNJUKAN DAN KUASA AJHING (3)

Penampilan Ludruk Madura Rukun Karya (foto/ist)

D

alam perkembangannya, ludruk memiliki ragam cerita yang tak lepas dari pengaruh tokoh dan kondisi geografis serta sosio-kultur dimana ia berkembang. Karenanya, sebuah penelitian yang dilakukan oleh mahasiswi Prancis, Helene Bouvier, pada akhir tahun 90-an sedikit-banyak menjadi referensi dalam melihat keterkaitan antara ludruk dan pulau Madura, hingga akhirnya muncul ragam sebutan baru untuk sebuah ludruk yang mencirikan produk kesenian di pulau garam yang merupakan bagian dari Provinsi Jawa Timur ini.

Ludruk Madura dan Pengaruh Ajhing Lama Tentang Ludruk Madura ini, mengutip James L Peacock, Helene menyebut, selain melakonkan adegan-adegan kehidupan seharihari (persoalan keluarga, suamiistri, perkawinan, dsb.), ludruk juga melakonkan episode perang kemerdekan serta cerita pahlawan dalam legenda-legenda Madura dan Jawa. Pernyataan yang dibukukan pada tahun 1987 itu dilakukan Peacock pada tahun 1962-1963. Selain menyebut soal jenis tontonan kaum buruh, ia (Peacock, 1967a: 44) menulis bahwa di Madura (di seberang teluk Surabaya) juga terdapat teater yang disebut “Ludruk”. Keterkaitan Madura, dalam Helene (2002; 134) juga disebutkan bahwa Peacock (1967b: 328)

12 |MATA SUMENEP |7 MARET 2016

menulis: “Setiap [pertunjukan] memperlihatkan baik unsur kebudayaan tradisional Jawa dan Madura maupun tema modern nasionalis-komunis-Indonesia”. Menurut bab genre kesenian yang sebenarnya dimaksudkan peneliti Prancis itu untuk mengulas evoluasi sejarah dan peristilahan ludruk ini, indikasi awal lahirnya ludruk Madura yang popular di Sumenep di kemudian hari, dapat dibaca dari pernyataan-pernyataan Peacock akan meleburnya unsur Madura dalam bagian-bagian pentas ludruk di masa awal kejayaan Cak Durasim. Selain itu, sebuah artikel yang ditulis Slamet Munsi Dian Pribadi mencatatkan terbentuknya ludruk di Madura (Sumenep) dimulai oleh Yudo Prawiro dengan membentuk komunitas Seni Remaja di Desa Pagar Batu, Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep. Meski tanpa tahun, melihat pergantian kepemipinan grup ludruk Rukun Famili _yang dibentuk Pak Yudo tak lama setelah pembentukan komunitas Seni Remaja, terjadi pada tahun 1975, maka perkiraan terkuat lahir dan berkembangnyanya ludruk Madura tak jauh dari ulasan Peacock, yakni pada tahun 1960-an. Apalagi, secara lebih lanjut pengaruh ke-Madura-an bahkan lebih khusus Kabupaten Sumenep dapat dilihat dari satu istilah terakhir tentang seni pertunjukan ini yang disebut Helene juga muncul disana-

sini setelah istilah ketoprak dan loddrok. Istilah yang diurutkannya di posisi ketiga itu adalah ajhing. Hasil wawancara Helene (2002: 135) dengan anggota rombongan dan penonton ludruk di Sumenep, bentuk teater ini (ajhing) dianggap oleh semua rombongan yang diwawancarai sebagai genre drama Madura, khususnya di daerah Sumenep. Mendukung Helene, bukti cikalbakal ludruk Madura disebutkan oleh Kiliaan. Menurut Helene, Kiliaan mengacu pada “panjdjhak (Bangkalan, Pamekasan): rekan sepermainan dalam pertunjukan topeng, di dalam salabadhan atau podjhijan; juga pemain orkes, lihat nadjagha.” Belum lagi, selain panjdjhak yang disebut Helene berada di bawah entri ajhing, pasangan Brandts Buys-van Zijp (1928: 149-153) dan Pigeaud (1938: 332-334) kata dia menggunakan istilah yang sama juga, ditambah istilah semprong, yang menurut Kiliaan, menyangkut pelawak atau perangkat gong dari bambu yang mengiringi mereka pada acara salabadhan. Meski Depdikbud (1986) menyatakan keberadaan ajhing Madura berbeda dengan ajhing yang mereka kenal atau pentaskan, yakni merupakan suatu pertunjukan yang bersifat “doa pembawa kebaikan atau keagamaan”, hasil wawancara Helene dengan beberapa rombongan loddrok di Sumenep dapat mencirikan sebuah kesimpulan bahwa ajhing menjadi cikal-bakal perkembangan ludruk Madura di kemudian hari. Informasi yang didapat dari rombongan loddrok Jata Kemala (dari Desa Juruan Daya, Kecamatan Batuputih) misalnya, kata Helen, menyatakan bahwa sebelum munculnya rombongan Karya Putra _rombongan perintis dari tahun 60-an yang kemudian pecah dan menjadi rombongan Jata Kemala dan Karya Kemala_ hanya ajhing yang dimainkan. Berdasarkan data ini, selain menegaskan muasal serta

pengaruh ajhing terhadap ludruk Madura, catatan tahun tentang berdirinya rombongan perintis ludruk di tahun 60-an semakin memperkuat pernyataan Peacock sebagai hasil studi lapangannya. Ditambah dengan pernyataan bahwa pendahulu Karya Putra telah memainkan ajhing pada sebelum tahun 60-an, maka wajar bila Helene (2002: 136) semakin mantap mengatakan, “loddrok Madura itu diilhami unsur dagelan ajhing lama: permainan kata, mimik, gerak badan, serta wajah berias warna hitam dan putih. Pelayan-pelayan tidak memotong percakapan tokoh utama, dan sebagian besar adegan lucu mereka bersifat visual atau kial: kapas di lubang hidung yang bergerak ketika tokoh bernapas, satu lengan kemeja yang dibiarkan melambai tidak dipakai, dan sebagainya. Raja tidak boleh merayu perempuan dan langsung naik panggung tanpa menari. Sebaliknya, para patih (pate) dari dulu selalu menari, dan berdiri ketika raja masuk, sebelum duduk kembali.” Tahap berikutnya, menurut Helene adalah ludruk-sandiwara dan terakhir muncul pula ludrukketoprak pada tahun 70-an. Memang banyak orang serta versi yang menyebutkan bagaimana ludruk Madura akhirnya berdiri dan bagaimana ajhing memiliki kuasa dalam mempengaruhi kemunculannya. Namun sumber Helene dari bekas rombongan ludruk yang sama dengan Slamet Munsi Dian Pribadi, yakni Rukun Famili, menyebut bahwa sebelum kemunculan Rukun Famili, Rukun Santoso yang dirintis oleh kakakberadik telah sejak jaman Belanda mementaskan sandiwara dan bukan ketoprak, yang semakin mendekatkan asumsi bahwa benar di awal abad 20-lah ludruk Madura juga muncul disertai pengaruh ajhing lama yang telah berkembang sebelum akhirnya banyak dipengaruhi unsur Jawa Timur-an.

bersambung… *) disusun dari berbagai sumber


MATA BUDAYA

KOSA KATA BASA MADURA (4)

Cemmacemma Basa Pangangguy, Pakakas & Lalakon

7 MARET 2016 | MATA SUMENEP | 13


KESEHATAN

SEHAT TIDAK HARUS MAHAL

SRIKAYA Sejuta Khasiat Hingga Akarnya

S

eperti Buah Kersen maupun Daun Kelor, tak banyak orang yang tahu akan ragam manfaat dari buah yang satu ini. Jika disebut namanya, khususnya di kabupaten ujung timur pulau Madura ini, banyak yang hanya akan mengingatnya sebagai tanaman yang biasa tumbuh liar di pagar alami rumah warga di desa-desa. Padahal sebagaimana namanya yang mengandung kata “Kaya�, Srikaya memiliki sejuta khasiat pengobatan dari daun, buah, biji, kulit, bahkan hingga akar-akarnya. Srikaya _yang dalam bahasa latin bernama Annona Squamosa L., merupakan tanaman buah yang memiliki banyak sebutan di berbagai daerah di Indonesia. Ada yang menyebutnya delima bintang, serba bintang, sarikaya, seraikaya, serkaya, surikaya, srikawis, sarkaja, serakaja, sirikaja, garoso, ata, atis soe walanda, sirikaya, sirikaja, dan hirikaya. Buah yang juga terkenal sebagai buah Nona atau Mona ini adalah salah satu jenis tanaman berbuah yang berasal dari daerah tropis. Dalam klasifikasi ilmiah, buah srikaya juga merupakan buah yang masuk dalam golongan genus Annona yang terdiri dari sekitar 120 spesies. Dilansir dari berbagai situs kesehatan, segala bagian dalam Srikaya mengandung masingmasing unsur atau elemenelemen yang banyak bermanfaat untuk kesehatan tubuh manusia. Khususnya di bagian buah, kandungan gizi di dalamnya sangat berlimpah. Tentang hal ini, banyak sumber menyebutkan, buah Srikaya mengandung energi sebesar 101 kilokalori, 1,7 gram protein, 25,2 gram karbohidrat, 0,6 gram lemak, 27 miligram kalsium, 20 miligram fosfor, dan 1 miligram zat besi. Selain itu, kata sumber ini, di dalam buah Srikaya juga

14 |MATA SUMENEP |7 MARET 2016

foto/ist terkandung vitamin A sebanyak 0 IU, vitamin B1 0,08 miligram dan vitamin C 22 miligram. Hasil tersebut didapat dari penelitian yang dilakukan terhadap 100 gram buah Srikaya, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 58 %. Berikut, Mata Sumenep telah merangkum beberapa manfaat Srikaya dari buah hingga akarnya.

Manfaat Buah Srikaya 1. Menurunkan Kolesterol Tinggi Kandungan niasin yang cukup banyak dalam buah Srikaya mampu menurunkan kadar kolesterol bagi penderita kolesterol. Konsumsi rutin buah ini akan membantu mengurangi kadar kolesterol dalam tubuh manusia. 2. Melancarkan Pencernaan Mengandung serat yang tinggi menjadikan buah Srikaya baik untuk dikonsumsi bagi para penderita konstipasi (susah BAB). Sebab serat tersebut berguna untuk memperlancar pencernaan

pada manusia. 3. Mencegah Diabetes Selain bermanfaat memperlancar pencernaan, serat yang terdapat dalam Srikaya dapat memperlambat laju penyerapan gula darah dalam tubuh manusia. Sehingga, dengan mengkonsumsi buah ini kita dapat mencegah dari dari penyakit diabetes. 4. Obat Diare Tak harus menunggu masak, buah Srikaya yang masih muda mampu mengobati Diare. Hal ini karena kandungan berbagai vitamin dan mineral dalam buah Srikaya sangat efektif untuk membantu menyembuhkan diare. 5. Mencegah Asma Dengan kandungan vitamin C yang merupakan salah satu jenis antioksidan, sudah tentu membuat Srikaya dapat menjadi pencegah beberapa penyakit. Salah satunya seperti penyakit Asma. 6. Menurunkan Hipertensi Selain vitamin C, Srikaya juga

mengandung potassium yang berperan menurunkan tekanan darah pada tubuh manusia. Karena itu, mengonsumsi rutin buah Srikaya ini sangat efektif untuk membantu menurunkan tekanan darah tinggi. 7. Mencegah Penyakit Jantung dan Stroke Dengan kandungan vitamin B yang dimiliki, buah Srikaya dapat mencegah perkembangan dari homocystein dimana dengan jumlah besar homocystein dapat menyebabkan stroke dan jantung koroner. 8. Menjaga Kesehatan Tulang dan Gigi Buah Srikaya juga mengandung magnesium. Kandungan ini dapat membantu kita dalam menjaga kepadatan tulang, termasuk juga gigi. 9. Menunjang Pertumbuhan Otak Bayi Tak disangka, buah Srikaya juga mengandung asam folat. Asam


KESEHATAN

foto/ist folat merupakan kandungam nutrisi yang sangat bermanfaat bagi pertumbuhan otak bayi. Maka dari itu, ibu hamil sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi asam folat untuk kebutuhan otak janin.

Manfaat Biji Srikaya Umumnya, buah Srikaya dikonsumsi tanpa melibatkan biji. Bahkan ketika ikut tertelan, bijinya pun akan keluar bersama feses dengan keadaan utuh. Karena itu, selain untuk keperluan ditanam, selama ini mayoritas mayarakat tidak faham bahwa biji buah ini mengandung banyak manfaat. Padahal, jika harus terbuang percuma, ada baiknya kita tahu bijinya pun bisa digunakan mengatasi berbagai penyakit yang diderita. Dengan langkah khusus yang bisa pembaca cari di berbagai situs kesehatan, setidaknya biji Srikaya bermanfaat untuk mengatasi pencernaan lemah, cacingan, dan mematikan kutu kepala dan serangga. Bahkan, tumbukan biji hitam yang disertai sedikit garam juga bisa digunakan untuk mematangkan bisul agar cepat sembuh dengan bantuan kain kasa.

Manfaat Daun Srikaya Selain buah dan biji, Srikaya ternyata memiliki beberapa khasiat yang sangat baik untuk kesehatan tubuh kita. Memang, daun Srikaya berasa pahit di lidah. Namun, di balik rasanya yang pahit itu, justru ia memiliki sejuta manfaat untuk tubuh kita. Dengan cara tertentu, daun Srikaya dapat bermanfaat sebagai obat antiradang, mengobati penyakit batuk ringan, menyembuhkan

demam, meredakan nyeri reumatik, membantu menurunkan kadar asam urat, mengobati diare, mengobati disentri, membantu melancarkan pencernaan, menyembuhkan flu, dan sejumlah penyakit kulit seperti borok, bisul, skrabies, kudis dan ekzema. Selain beberapa manfaat di atas, sebenarnya masih banyak lagi manfaat daun Srikaya. Diantaranya, seperti digunakan untuk kesehatan rambut; yaitu mengurangi rambut rontok, menghilangkan kutu pada rambut, dan berbagai manfaat lainnya yang baik untuk tubuh.

Selain beragam gizi yang baik, sebenarnya Srikaya juga mengandung racun bernama annonain dan resin. Berkat kandungan ini, Srikaya seringkali dijadikan sebagai anti hama atau racun bagi hama. Annonain paling banyak dijumpai pada biji Srikaya. Oleh karena itu, proses pembuatan obat herbal dengan berbahankan buah atau bagian lain dari Srikaya, sebaiknya dilakukan dengan cara yang tepat dan oleh orang-orang yang ahli di bidangnya. Karena

tidak menutup kemungkinan, kesalahan dalam ramuan membuat racun tersebut justru akan membahayakan tubuh manusia. Itu sebabnya, meski buah Srikaya mengandung asam folat yang sangat bagus bagi perkembangan otak bayi, disisi lain ibu hamil dilarang keras untuk meminum atau menggunakan air rebusan yang berbahankan Srikaya sebagai obat herbal. Baik itu dari biji, daun, kulit pohon, akar, bahkan hingga buahnya sekalipun. Jika terpaksa harus membuat obat herbal dari Srikaya, terutama berupa air rebusan, maka hatihati dalam mengolah biji, kulit kayu dan akar pohon Srikaya, karena di dalamnya mengandung dua jenis racun diatas. Karena itu, para medis dalam banyak sumber menyarakan, penggunaan bahan Srikaya sebagai olahan obat herbal sebaiknya didampingi atau atas pengarahan para herbalis yang sudah berpengalaman di bidangnya.

rafiqi/ *)diolah dari berbagai sumber

Manfaat Kulit Pohon dan Akar Srikaya Sebagaimana disinggung sedari awal, buah berwarna hijau ini memang pantas bernama Srikaya. Bagaimana tidak, seperti namanya ia sangatlah kaya. Saking kayanya akan manfaat, kulit pohon dan akarnya pun juga sangat berkhasiat mengobati berbagai penyakit ringan hingga depresi mental. Dikutip dari sebuah sumber kesehatan, kulit pohon dari pada Srikaya bisa digunakan untuk mengatasi diare, disentri, dan luka berdarah. Sementara Akarnya, bisa digunakan untuk mengobati sembelit, disentri akut, nyeri tulang punggung dan depresi mental.

Zat Racun dalam Srikaya Tak hanya melulu khasiat, terdapat satu kandungan dalam Srikaya juga bisa berakibat fatal bagi manusai. Karena itulah, para pembaca harus hati-hati dalam memanfaatkan jenis genus yang satu ini.

foto/ist

7 MARET 2016 | MATA SUMENEP | 15


iknan did en P a ik id Pend

GEDUNG SAINS HADIR DALAM SOROTAN Dalam rancangan awal, Gedung Sains dibangun sebagai candradimuka para siswa berprestasi dari SMP-SMA se Kabupaten Sumenep. Dari Gedung Sains ini diharap para siswa-siswi yang memiliki intelegensi di atas rata-rata bisa di asah sebelum diikutkan dalam ajang olimpiade di atasnya.

T

eramat banyak sedianya bila menyoal problem pendidikan di kabupaten

16 |MATA SUMENEP |7 MARET 2016

ujung timur pulau Madura ini. Saking banyaknya, setiap persoalan yang muncul terkesan dibiarkan

berlarut-larut tanpa titik terang penyelesaian. Tidak sampai kepada tindakan, semua hal cenderung

hanya tersusun sebatas rencana. Menurut Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Sumenep (DPKS), Moh.


iknan did en P a ik id Pend Kamalil Ersyad, ini bukan hal asing lantaran sesuatu yang penting di Kabupaten Sumenep ini cenderung tidak serius dalam penanganannya. Apalagi di bidang pendidikan, peran dinas terkait memang kerap dipertanyakan sejak bertahuntahun silam. Seperti baru-baru ini, selain masalah kualitas pendidikan

Kamalil Ersyad yang masih carut-marut, Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Sumenep rupanya kembali disoal terkait Sarana-Prasarana. Dikritik pemerhati dan ditulis oleh beberapa media, Gedung Sains yang kabarnya dibangun untuk menempa para siswa untuk mengikuti olimpiade ke tingkat nasional itu, masih teronggok percuma dengan agenda penggunaan yang hilang dalam rencana. Menghabiskan dana sebesar Rp 750 juta, sudah selayaknya fasilitas tranining center itu dapat dipetik manfaatnya sejak lama.

Karena Anggaran Semua Menjadi Lelet Ditemui di ruang kerjanya, Senin, 29 Februari lalu, Kasi Sarana dan Prasarana Bidang Pendidikan Menengah (Dikmen) Disdik Sumenep, Mohammad Iksan, membenarkan soal rencana pembangunan Gedung Sains akan digunakan dalam rangka persiapan Olimpiade Sains Nasional (OSN) tingkat Jawa Timur. Iksan menjelaskan rencana usai menyeleksi siswa berprestasi tingkat kabupaten, di bulan Maret tahun ini, Bidang Pendidikan

Menengah bakal segera memanfaatkan Gedung Sains sebagai pusat pembinaan siswa berprestasi guna menghadapi OSN yang bakal digelar sekitar medio Mei akan datang. “Waktu pastinya yang tahu Kasi Kurikulum Dikmens sebagai pelaksananya nanti. Sebagai Kasi Sarpras, saya sudah mengupayakan

sisanya, dialokasikan untuk melengkapi peralatan Sains yang dibutuhkan. Karena itulah, ia nampak tenang-tenang saja menghadapi sorotan tajam dari berbagai elemen masyarakat, khususnya media sepanjang tahun lalu. Disinggung alokasi anggaran rutin untuk Gedung Sains itu

Mohammad Iksan Gedung itu ready. Jadi sudah siap, semua peralatan tinggal memindahkan,” terang Iksan saat ditemui Mata Sumenep. Soal leletnya pemanfaatan, Iksan berdalih karena ada tahapan dalam mempersiapkan gedung berlantai dua tersebut hingga bisa digunakan. Akibat terganjal anggaran yang juga cair secara bertahap, skema gedung Sains ikut nganggur tiga tahun sebelum siap dimanfaatkan. “Jadi kan gedungnya kita bangun tahun 2014. Tahun 2015 baru bisa kita penuhi peralatannya, kemudian tahun 2016 ini penggunaannya,” ujar Ketua LP Ma’arif NU Sumenep. Belakangan, sorotan keberadaan Gedung Sains berlangsung sejak 2015 lalu akibat gedung yang tidak bisa digunakan lantaran dalam proses melengkapi peralatan. “Apa yang mau diberikan kepada siswa, jika tak ada apa-apa? Kalau sekarang, sementara insyaAllah sudah lengkap. Jadi kita sudah punya 2 teropong bintang dan beberapa alat lainnya,” tambah Iksan. Iksan merinci, anggaran Rp 750 juta dalam APBD 2014, dana sebesar Rp 450 juta digunakan biaya pembangunan. Sedangkan

di tahun 2015, Iksan menolak kabar itu karena belum pernah mealokasikan anggaran seperti dituding banyak orang. Baru di tahun 2016, aku Iksan, terdapat anggaran sebesar Rp 90 juta. Tapi, dikhususkan untuk pembuatan pagar dan jembatan yang bakal melintang di atas parit di depan bangunannya. “Sudah direncanakan, cuma karena Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 atau Perpres Nomor 1 Tahun 2016 mengamanatkan bahwa seluruh aktivitas kegiatan fisik untuk dibawah 1 M harus minta persetujuan dari Cipta Karya dengan 1 orang tenaga teknis, jadinya masih dalam proses. Ini masih belum selesai,” jelasnya.

Berharap Kelayakan Gedung dan Konsep yang Jelas Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Sumenep (DPKS), M. Kamali Ersyad, berkata jujur jika pihaknya menaruh harapan besar terhadap beroperasinya Gedung Sains agar para siswa yang memiliki intelektual bisa terajut baik dan membawa harum Sumenep. Ersyad masih pesimis walau Disdik optimis bisa menggunakan

Gedung Sains sesuai rencana dan fungsi semula sebagai candradimuka siswa-siswi berprestasi. Ersyad selalui ingat apa yang diketahui dan didengar DPKS soal penggunaan Gedung Sains yang banyak disorot banyak kalangan. “Hasil tinjauan lapangan, DPKS membenarkan pertanyaan banyak orang yang sering dilontarkan akan kualitas dan kelayakan pembangunan Gedung Sains,” cerita Ersyad saat ditemui Mata Sumenep. Mantan Ketua Komisi yang membidangi pendidikan di DPRD Sumenep ini, menyebut, bahwa representasi penggunaan gedung itu juga patut dipertanyakan. “Konsepnya tidak jelas. Masak gedung untuk mendidik dan melatih siswa berprestasi, bisa menjamin kenyamanan belajar? Terus kapan penggunaannya?. Cuma muncul di media massa, akan digunakan. Cuma akan,” gerutu politisi PKB ini dengan mimik acuh. Padahal setahu dia, pernyataan itu sudah berlangsung sejak tahun 2015. “Katanya akan difungsikan dengan baik. Tapi kan sampai sekarang masih belum tampak manajemen penggunaan Gedung Sains itu,” tambahnya lagi. Karena itulah, ia menyayangkan Disdik yang tidak mematangkan konsep Gedung Sains sejak awal. Padahal, jika gedung itu digunakan dengan baik, maka akan besar manfaatnya kepada masyarakat Sumenep dalam perspektif keilmuan. “Dalam hal ini seharusnya Dinas Pendidikan betul-betul harus bertanggungjawab terhadap penggunaan gedung Sains itu agar jelas peruntukannya. Jadi kita sebenarnya menunggu untuk pemfungsian gedung tersebut,” paparnya. Meski tak ada langkah eksekutif yang bisa diambil DPKS, bersama jajarannya, Ersyad tetap menunggu Gedung Sains bisa segera difungsikan. Untuk itu, ia menyarankan sebaiknya Disdik harus punya deadline penggunaan yang jelas. “Harus jelas itu! Dan kita akan menyaksikan manfaatnya nanti kalau betul-betul ditangani dengan baik,” tandasnya.

rafiqi

7 MARET 2016 | MATA SUMENEP | 17


Kisah Inspiratif Mengenal Ach. Wildan Al-Faizi

Santri Al-Karimiyyah Raih Wisudawan Magister Terbaik UIN

ACHMAD Wildan Al Faizi, lahir di Desa Beraji, Sumenep 7 Februari 1990 dari pasangan H. Nadlir Mabruri dan Hj. Nur Kholidah. Ia menempuh pendidikan formal sejak MI hingga MA di Pondok Pesantren Al Karimiyyah, Beraji, Sumenep. Setelah lulus dari Al Karimiyyah melanjutkan Studi S1 di UIN Malang. Sejak kecil, Wildan bercita-cita kuliah di UI atau UGM Jurusan Sosial Politik atau Jurusan Kajian Timur Tengah. Tapi, ortunya menginginkan Wildan kuliah jurusan Pendidikan Bahasa Arab. Semasa kuliah, Pria pengagum Gus Dur ini, aktif di berbagai Organisasi Intra dan Ekstra Kampus. ia pernah jadi Ketua Umum HMJ PBA 2010, Wakil Presiden Mahasiswa (BEM-U) 2011 dan puncaknya terpilih sebagai Presiden Mahasiswa UIN Malang tahun 2012. Di ekstra kampus, Wildan aktif sebagai Pengurus PMII mulai tingkat Rayon, Komisariat sampai Cabang Kota Malang. Sebelumnya juga pernah jadi Ketua Umum Forum Komunikasi Mahasiswa Sumenep (FKMS) Komisariat “Potre Koneng” UIN Malang. Di tahun yang sama juga tercatat sebagai Pengurus PKPT IPNU-IPPNU UIN. Dengan keterlibatan di berbagai Organisasi besar, tak heran kalau ia termasuk salah aktor penggerak yang di segani di Kampusnya saat itu. Ia cerita, dulu orang tuanya pernah ditelepon pihak Rektorat untuk membujuk agar tidak demo di kampus. “Bapak saya sampai ditelpon Wakil Rektor III, Mas, agar saya tidak melanjutkan demo membaikot pemilihan Rektor 2012,” ujarnya, sambil tertawa mengenang masa lalu. Tahun 2013 setelah lulus S1, ia dapat tawaran untuk menjadi Ketua Organisasi Sayap salah satu Partai politik. Akan tetapi ia lebih memilih hijrah ke Ibu Kota melanjutkan Studi dari pada terjun ke dunia politik praktis. Sebelum masuk UIN, sebenarnya sudah berencana daftar di Universitas Negeri Jakarta Jurusan Pendidikan Bahasa (Linguistik). Tapi karena tak dapat restu dari ortu ia pun masuk di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bagi Wildan, lulus cepat dan dapat IPK

18 |MATA SUMENEP |7 MARET 2016

bagus bukanlah target utama. Tapi berlamalama di kampus dengan IPK yang jelek juga bukan impiannya. Baginya Organisasi dan Kuliah harus berjalan bersamaan tidak boleh ada yang diutamakan apalagi diistimewakan. ia menambahkan, Kuliah dan Organisasi satu kesatuan yang tak boleh di pisahkan. “Kalau ada yang ngaku Aktivis tapi tak pernah kuliah, lulus sampai semester tua apalagi sampai di DO itu perlu di pertanyakan ke-aktivisannya,” kata Wildan. Tak heran jika jiwa berorganisasi yang ia miliki tetap berlanjut sampai S2 dengan dipercaya sebagai Ketua Umum Forum Mahasiswa Magister (FORMA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta selama dua periode. Wildan juga bercerita kalau mengagumi sosok Prof. Imam Suprayogo (Mantan Rektor UIN Malang) dan Dr. KH. Abuya Busyro Karim (Bupati Sumenep). Kekaguman tersebut bukan tanpa alasan, karena menurutnya kedua gurunya tersebut memiliki kebiasaan yang jarang dimiliki oleh orang lain yaitu kebiasaan menulis. Wildan menceritakan kebiasaan Prof. Imam yang setiap habis sholat Subuh menulis Artikel, begitu juga kebiasaan Kiai Busyro yang berkarya dengan beberapa buku. “Prof Imam dan Kiai Busyro saja yang begitu sibuk

dengan tugasnya sebagai Rektor/Bupati masih saja menyempatkan diri menulis dan berkarya, bagaimana dengan saya yang sama sekali tak punya kesibukan apa-apa,” kata Wildan, sambil bertanyatanya. Selama 3 tahun kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, ia belajar tanpa mengurangi waktu berorganisasi. Tidak lupa memperbanyak baca buku dan melakukan riset menjadi tantangan tersendiri bagi dirinya. Dalam beberapa kesempatan ia mencoba ikut presentasi makalah di Seminar Nasional. Aktif juga ngirim tulisan di berbagai jurnal. Tepat pada tanggal 4 November 2015, ia mengikuti sidang Promosi Tesis dan dinyataan lulus dengan Yudisium Kumlaude. Pada Wisuda UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Ke-99 21 Februari 2016 kemarin, ia dinobatan sebagai Wisudawan Terbaik. “Alhamdulillah, Mas. Walaupun saya bukan mahasiswa kupu-kupu, ternyata bisa juga jadi wisudawan terbaik,” syukurnya. Kedepan, Wildan masih ingin melanjutkan studinya di jenjang Doktoral. “Insya Allah tahun ini saya langsung S3, Mas. Mudah-mudahan Teka hajet,” Sambungnya, sambil mengkhairi pembicaraan.

wa/rusydiyono


MATA PESANTREN

Al-Is’af; Pesantren Salaf yang Masih Bertahan Udara sejuk menyengat poripori tubuh. Matahari mulai beranjak menampakkan sinar di ufuk timur. Kanan-kiri telihat perbukitan menambah panorama alami. Begitulah kondisi alam pondok Al-Is’af yang berlokasi di Dusun Kalaba’an, Desa Guluk-Guluk, Kecamatan Guluk-Guluk. UNTUK menuju pondok tersedia dua jalur. Pertama, bisa lewat pertigaan Prenduan dengan jarak sekitar 24 kilometer. Kedua, jika melewati kota Sumenep, sejauh 38 kilometer melalui Kecamatan Ganding. Pondok Pesantren Al-Is’af, tergolong unik. Ditilik dari makna Al-Is’af adalah Ambulan. “Nama itu sengaja diambil untuk menampung orang sakit bagi mereka yang butuh pengobatan rohani,” tutur KH Jurjis Muzammil, salah satu pengasuh ponpes, menjelaskan pesantrennya bisa menjadi rujukan bagi yang membutuhkan ilmu Islam. Al-Is’af tetap istiqamah, menempatkan sebagai pesantren yang melulu mengajarkan kitabkitab Islam klasik warisan ulama dahulu, hingga saat ini. Sejak berdiri hingga kini, konon, pengasuh Ponpes enggan menerima bantuan/hibah dari institusi pemerintah. Kecuali hibah individu atau pemberian dari alumni pondok atau wali santri. Ponpes yang memiliki hampir seribu santri putra-putri ini menolak modernisasi pendidikan dengan dalih sederhana; ingin menjadi benteng, menjaga serta merawat ilmu-ilmu Islam klasik yang sudah sepi peminat. Menurut Jailani, salah satu pengurus, Pesantren al-Is’af didirikan (alm) KH M Habibullah Rois Ibrahim, pada tahun 1960 yang berawal dari langgar kecil dan sederhana untuk mengajarkan 10 santri yang berasal dari warga sekitar. Kiai Habib wafat tahun 2010, sejak itu kepemimpinan pesantren diganti putra yang kedua, KH

Lathfan Habibi, sampai sekarang. Kiai Habib, begitu pangilan pendiri Al-Is’af, waktu berumur tujuh tahun, nyantri ke Ponpes Annuqayah. Di pesantren ini, Kiai Habib berguru ke KH M. Ilyas Syarqowi, yang masih tergolong keluarga. Kiai Ilyas merupakan putra dari Kiai Syarqowi, pendiri Ponpes Annuqayah. Kiai Ilyas, seorang ulama legendaris yang terkenal alim dan tawaddhu’. Kiai Habib menjadi kesayangan Kiai Ilyas. Seringkali Kiai Ilyas menyuruh Kiai Habib menulis kitab dengan bahasa Arab Fushah. Setelah menamatkan pendidikannya di Annuqayah, Kiai Habib melanjutkan pendidikan di Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuran. Beberapa bulan di Sidogiri, Kiai Habib pindah ke Pondok Pesantren Mambaul Ulum, Bata-Bata, Pamekasan. Di pesantren itu, Kiai Habib dibimbing langsung oleh pengasuh terkenal alim KH Abd alMajid ibn KH Abd. al-Hamid. Tidak dijelaskan berapa bulan, Kiai Habib nyantri di Bata-Bata. Sepeningggal Kiai Majid, Kiai Habib kembali ke Pondok Pesantren Sidogiri. “Setelah pulang dari Pesantren Sidogiri, kiai baru menerima santri untuk belajar kitab dan al-Qur’an,” tutur Jailani mengawali pembicaraan dengan Mata Sumenep. Sebagai pesantren salafi, al-Is’af memelihara dan mempraktekkan nilai-nilai yang diwariskan para ulama terdahulu. Setiap santri wajib mandiri dan hidup sederhana. Pola dan menu makanan sederhana termasuk cara berpakaian santri sehari-hari. Sikap asketisme atau zuhud menjadi ciri khas santri al-Is’af. Ketenaran Ponpes al-Is’af masih kalah akrab dengan sebutan Pesantren Kalaba’an, yang merujuk nama dusun lokasi pesantren. “Orang sudah biasa menyebut Pesantren Kalaba’an, ketimbang al-Is’af. Mungkin karena orang Madura lebih gampang menyebut daerah,” tutur Kiai Jurjis Muzammil. Diceritakan, nama al- Is’af disematkan oleh Kiai Habib, sang pendiri pesantren setelah proses

istikharah (minta pentunjuk kepada Allah Swt). Para santrinya, ditarget pandai membaca kitab kuning (kitab klasik Islam yang tidak berharkat). “Para santri dipacu untuk banyak menghafal berbagai macam kitab. Seperti Kitab Alfiyah Karya Ibnu Malik, Al-Ajurumiyah, Safinatunnaja, Zubad dan lainnya. Pengetahuan tentang baca kitab kuning, fardhu ‘ain. Sehingga kami menekankan santri untuk bisa membaca kitab kuning,” tambah Kiai Jurjis. Menurut Jailani, kitab tasawuf seperti al-Hikam karya Ibnu Ataillah menjadi pengajian wajib bagi santri senior. Pengajian kitab ini disyarah langsung oleh KH Latfan Habibi, setiap hari Sabtu. Dijelaskan, waktu pengajian kitab dibagi menjadi dua kali dalam sehari, yaitu pagi dan sore. Pagi hari materi kitab Tafsir Jalalain dan Riyadusshalihin. Sore hari ba’da Ashar pengajian kitab Alfiyah dan Fathul Mu’in. Kendati tergolong salafi, tiap santri akan dievaluasi dengan penjenjangan Madrasah Habibiyah yang berada di lingkungan pesantren. Setiap empat bulan ada ujian kepada santri. Butuh berapa tahun santri bisa lancar membaca kitab klasik (kitab kuning)? “Kalau yang standart butuh waktu kurang lebih 4 tahun, bisa saja tidak sampai, tergantung pada tingkat kemampuan santri,” tambahnya. Biaya mondok relatif terjangkau. Bagi santri baru cukup membayar Rp 330.000 selama setahun. Pada tahun berikutnya, setiap santri hanya

dibebani biaya Rp 300 ribu. “Dana ini untuk biaya belajar, uang kamar, lampu, dan air, serta kegiatan di pesantren,” jelas Jailani. Tenaga pengajar dari lulusan pesantren yang ingin mendarmabaktikan ilmu dan tenaganya. Termasuk santrisantri senior. Agar para santri memiliki kemampuan penguasaan kitab-kitab salafiyah, pesantren menyelenggarakan pengajian kitab untuk semua santri dengan berjenjang; kategori wusta, ‘ulya dan kelas musyawarah (yaitu forum diskusi yang diikuti oleh para ustadz), dengan menggunakan metode pembelajaran wetonan. Mempertahankan tradisi pesantren tradisional, yaitu sorogan, wetonan/ bandongan, musyawarah (bahtsu al-masail). Jumlah santri yang hampir mencapai 1000 di pesantren ini berasal dari berbagai daerah di Sumenep dan luar Madura. Kebanyakan santri berasal dari desa sekitar, seperti Pakong, Lengkong dan Ganding. Dari kepulauan, seperti Kecamatan Gili Genting dan Raas. “Serta putra habaib dari tanah Jawa yang banyak nyantri ke sini,”cerita Jailani. Ahmad, 55, warga sekitar pesantren merasa senang adanya pesantren Kalaba’an. Dia berdalih seperti warga lainnya, kehidupannya merasa damai dengan banyak mendengar suara santri mengaji. “Ate noro’ cellep jugan,” tutur Ahmad kepada Mata Sumenep.

rusydiyono

7 MARET 2016 | MATA SUMENEP | 19


KH MUDHFAR ISMA’IL DAN KH MUNFAR FAHRUDDIN Jejak Ulama Sumenep

B

agi generasi saat ini nama Toros mungkin hanya dikenal sebatas nama kampung di Desa Kebunagung, Kecamatan Kota Sumenep. Itu pun juga kemungkinan sebatas generasi di desa tersebut. Tak banyak yang tahu jika di salah satu sudut Desa Kebunagung tersebut dulu, di era keraton plus kolonial pernah berdiri sebuah pusat jujukan para penimba ilmu agama. Ya, Toros dulu dengan pesantren atau langgarnya merupakan salah satu pesantren kuna yang pernah eksis di akhir abad kesembilan belas hingga hampir pertengahan abad kedua puluh di kawasan kota Sumenep. Dan salah satu ulama besar yang tercatat nyantri di Toros adalah Kiai Haji Aliwafa, Ambunten. Ketika bicara langgar Toros, tentu tak bisa lepas dari peletak batu pertamanya sekaligus penerusnya. Pendiri langgar atau pesantren ini adalah Kiai Haji Mudhfar Isma’il, yang kemudian dilanjutkan oleh putranya Kiai Haji Munfar Fahruddin. Kiai Mudhfar ini yang kemudian dikenal sebagai Kiai Toros pertama, dan Kiai Munfar adalah Kiai Toros kedua. Menurut salah satu keturunan Kiai Toros, Mohammad Faqih Mursyid, Kiai Mudhfar Isma’il bukan asli kampung Toros. Kiai Mudhfar berasal dari Ambunten (dulu kedemangan, kemudian kawedanan, dan selanjutnya kecamatan). “Kiai Mudhfar berasal dari kampung Kodas (Qadas) Ambunten,” kata Faqih. Dulu, Kodas memang dikenal sebagai salah satu pusat belajar ilmu agama di Ambunten. Yang pertama kali morok (mengajar) ialah Bindara Fattah atau Kiai Fatah dari Waru Pamekasan. Kiai Fatah ini bersaudara dengan Kiai Bayana tau Kiai Waru ke-II, sama-sama putra Kiai Agung Waru atau Kiai Waru ke-I. Secara genealogi, Kiai Agung Waru adalah keturunan Pangeran Katandur (Sayyid Ahmad Baidlawi). Kiai Agung Waru juga tercatat sebagai keponakan Kiai Abdul Qidam, Arsoji, Larangan,

20 |MATA SUMENEP |7 MARET 2016

Cikal-bakal Pesantren/Langgar Toros Kebunagung, Sumenep, Madura Pamekasan, ayah Kiai Abdullah Batuampar yang menurunkan Bindara Saut, Raja Sumenep. Ayah Kiai Agung Waru, yaitu Kiai Pandita, Teja, Pamekasan adalah kakak dari Kiai Abdul Qidam.

Riwayat Kiai Mudhfar Isma’il Sebagaimana kebiasaan keluarga ulama kuna dulu, ketika sudah dewasa dan memiliki bekal ilmu agama yang cukup luas, seorang putra kiai biasanya dilepas atau diperintahkan untuk hijrah dari kampung atau desa tempat tinggalnya. Tentunya hal itu tidak bisa lepas dari proses istikharah dan istisyaroh. Begitu pula dengan Kiai Mudhfar, dari kampung Kodas Ambunten, beliau hijrah menempati sebuah lokasi di bagian Timur laut Desa Kebunagung, yaitu yang hingga sekarang dikenal sebagai Kampung Toros. Konon lokasi tersebut merupakan hibah dari Raja Sumenep. Kalau diperkirakan Kiai Mudhfar hidup di jaman pemerintahan Sultan Abdurrahman Pakunataningrat. “Namun kalau dari sejarahnya, sebenarnya kampong Toros itu aslinya bukan di lokasi yang didiami Kiai Mudhfar di Kebunagung, tapi di Desa Babbalan,” kata Faqih. Ceritanya, menurut Faqih, dulu Kiai Mudhfar dan isterinya mengadopsi anak dari Kampung Toros, Babbalan. Dalam riwayatnya, Kiai Mudhfar memang lama tidak dikaruniai keturunan. Lambat laun, kedatangan Kiai Mudhfar di Kebunagung menarik beberapa penduduk di kampung Toros, Desa Babbalan untuk menitipkan putraputrinya belajar mengaji al-Quran dan ilmu agama lainnya. Sehingga lambat laun, langgar yang didirikan Kiai Mudhfar dikenal dengan sebutan Langgarra Oreng Toros (Langgarnya orang-orang Toros yang belajar pada Kiai Mudhfar). “Sebutan itu lambat laun berubah dan menjadi langgar Toros,” tambah Faqih. Tak hanya itu, area sekitar langgar

Toros sejak jaman Kiai Mudhfar Isma’il dikenal orang dengan sebutan Kampung Toros. Dan kiai Mudhfar sendiri juga dikenal dengan gelar Kiai Toros. “Jadi sekarang Kampung Toros itu ada dua. Satu di Desa Babbalan dan yang satunya lagi ya di Desa Kebunagung ini,” kata Faqih. Setelah lama mengadopsi anak angkat bernama Fathimah, Kiai Mudhfar lalu dikaruniai putra bernama Kiai Munfar Fahruddin.

Riwayat Kiai Munfar Fahruddin Kiai Haji Munfar Fahruddin adalah satu-satunya putra dari Kiai Mudhfar Isma’il atau Kiai Toros ke-I. Kiai Munfar diperkirakan lahir di kurun 1850-an atau 1860-an Masehi. Menurut cerita salah satu kerabat dari keluarga Langgar Toros, Kiai Munfar dulu mondok di pesantren Kiai Haji Mohammad Khalil atau Syaikhana Khalil Bangkalan. Bahkan ceritanya, Kiai Munfar ini tercatat sebagai salah satu santri senior. “Bahkan ceritanya beliau ini mondok di Bangkalan lebih dulu disbanding Kiai Zainal Arifin Terate,” kata kerabat keluarga Toros, Drs Mohammad Raheli. Menurut Raheli, ada suatu riwayat mengenai Kiai Munfar saat masih mondok di Bangkalan. Kiai Munfar ini merupakan santri yang sangat ta’dzim pada guru. Bahkan diceritakan beliau ini lama mondok sambil mengabdi pada guru. Namun lama-kelamaan Kiai Munfar merasa ada sesuatu yang aneh pada dirinya. Beliau merasa kurang cepat dalam menyerap ilmu, bahkan terkesan sangat lambat. Malah tak jarang banyak santrisantri yang yunior melebihi beliau dalam hal kealiman. Santri-santri di bawah beliau bahkan sudah banyak yang mengamalkan ilmunya setelah berhenti mondok dan sudah banyak yang kesohor sebagai ulama besar, seperti contohnya di Sumenep ialah Kiai Zainal Arifin Terate. Singkat cerita, Kiai Munfar menghadap Kiai Khalil dan mengadukan perihal dirinya. “Wahai guru, mengapa hamba masih belum

juga menyerap ilmu yang guru berikan. Padahal secara hitungan waktu, hamba sudah lama mengaji disini,” kata Kiai Munfar. “Oo, begitu ya,” kata Kiai Khalil sambil tersenyum. Lalu Kiai Khalil menyuruh Kiai Munfar mengambil sebilah pisau. Lalu dawuhnya, “nondu’ ba’na, areya se ngandengi maso’na elmo,” perintah Kiai Khalil sambil ‘menyembelih’ leher bagian belakang atau tengkuk Kiai Munfar sampai mengeluarkan banyak darah. Setelah itu, Kiai Khalil berujar lagi, “ella dhuli mole ba’na, pas morok.” Konon, setelah itu, Kiai Munfar yang awalnya tidak alim, tiba-tiba atas idzin Allah berubah menjadi sosok yang alim luar biasa, dan mampu mengamalkan ilmunya. Singkat cerita, beliau langsung pulang ke Toros, dan menggantikan ayahnya Kiai Mudhfar. Kiai Munfar juga dikenal sebagai ulama besar di Sumenep yang diakui kealimannya.

Penerus Kiai Munfar Fahruddin menikah dengan Nyai Halimah dari Desa Lembung, Lenteng, dan dikaruniai 7 putra-putri. Yaitu Nyai Aminatuzzahra, Kiai Mohammad Dhafir, Nyai Sholihah, Nyai Zahiya, Nyai Hanifatuttayyibah, Nyai Hawa’un Naqiyah, dan Nyai Muthmainnah. Selepas Kiai Munfar, estafet pengasuh Pesantren Toros jatuh kepada putra dan menantumenantunya, hingga sekitar 3 generasi. Namun karena banyak diantara keturunannya yang berkecimpung di ranah pemerintahan, seperti sebagai penghulu, dan sebagainya, akhirnya pesantren Toros mengalami kemunduran. Di antara keturunan Kiai Toros adalah ibu dari Kiai Haji Mohammad Khathib Miftah, dan Kiai Haji Zaini Miftah bersaudara. Saat ini pesantren Toros tinggal bekasnya. Namun sejarahnya tetap hidup di benak keluarga keturunan pengasuh dan santri-santrinya.

RB M Farhan Muzammily


Asing di Kehidupan Manusia, Populer di Kehidupan Langit Uwais dikenal sebagai orang fakir yang tidak memiliki apa-apa. Kerjanya hanya sebagai penggembala kambing dan unta. Tetapi, ketika hari wafatnya, menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah dikenal warga. Setelah bertemu Khalifah Umar ibn Khattab, nama Uwais kembali tenggelam dan tidak lagi terdengar beritanya. Tapi diriwayatkan ada seorang lelaki pernah bertemu dan dibantu oleh Uwais. Kata orang itu, waktu itu dia sedang berada di atas kapal menuju ke tanah Arab bersama para pedagang. Tanpa disangka-sangka angin ribut bertiup dengan kencang. Akibatnya hempasan ombak menghantam kapal sehingga air laut masuk ke dalam kapal dan menyebabkan kapal semakin berat. Pada saat itu, ia melihat seorang lelaki yang mengenakan selimut berbulu di berada di satu sudut kapal lalu dipanggil. Lelaki itu bangun lalu melakukan salat di atas air. Betapa terkejutnya ia melihat kejadian itu. “Wahai waliyullah, tolonglah kami,” pintanya. Tetapi lelaki itu tidak menoleh. Lalu ia berseru lagi, “demi Zat yang telah memberimu kekuatan beribadah, tolonglah kami!” Lelaki itu menoleh kepadanya dan berkata: “Apa yang terjadi? Tidakkah engkau melihat bahwa kapal dibadai ribut dan dihantam ombak,?” tanyanya. “Dekatkanlah diri kalian pada Allah,” serua lelaki itu. “Kami telah melakukannya,” sahutnya. “Keluarlah kalian dari kapal dengan membaca bismillahirrohmaanirrohiim,” seru lelaki itu. “Kami pun keluar dari kapal satu persatu dan berkumpul di dekat itu,”

ceritanya. Pada saat itu jumlah penumpang mencapai lima ratus jiwa lebih. Sungguh ajaib, ia bersama penumpang lain tidak tenggelam. Sedangkan perahu yang lain tenggelam ke dasar laut bersama isinya. Lalu orang itu berkata padanya, “Tidak mengapalah

salam, tiba-tiba kapal itu muncul ke permukaan air, lalu ia menaikinya dan meneruskan perjalanan. Setiba di Madinah, seluruh harta di atas kapal dibagi ke orang-orang fakir di Madinah sehingga tidak ada satupun yang tertinggal. Beberapa waktu kemudian,

harta kalian menjadi korban asalkan kalian semua selamat. Demi Allah, kami ingin tahu, siapakah nama Tuan,” tanyanya. “Uwais al-Qarni,” jawabnya dengan singkat. Kemudian Uwais berkata kepadanya, “Sesungguhnya harta yang ada di kapal tersebut adalah milik orang-orang fakir di Madinah yang dikirim oleh orang Mesir. Jika Allah mengembalikan harta kalian. Apakah kalian akan membagi-bagikannya kepada orang-orang fakir di Madinah,” tanya Uwais. “Ya,” jawabnya. Uwais pun melaksanakan shalat dua rakaat di atas air, lalu berdoa. Setelah Uwais al-Qarni mengucap

tersiarlah kabar bahawa Uwais al-Qarni telah pulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia hendak dimandikan, tiba-tiba terlalu banyak orang yang berebut hendak memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafankan, begitu ramai orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburnya. Di sana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan keranda dibawa menuju ke perkuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebut hendak

mengusungnya. Meninggalnya Uwais alQarni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan penduduk Yaman. Sedemikian banyaknya orang yang tak dikenali datang untuk mengurus jenazah dan pemakamannya. Padahal Uwais adalah seorang fakir yang tidak dihiraukan orang. Sejak jenazah Uwais dimandikan sampai ketika jenazah hendak diturunkan ke dalam kubur, ada saja orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu. Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka tertanyatanya: Siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais al-Qarni? Bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir yang tidak memiliki apaapa, yang kerjanya hanyalah sebagai penggembala kambing dan unta? Tetapi, ketika hari wafatmu, engkau telah menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang diturunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamannya. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahui siapa Uwais al-Qarni yang ternyata tidak terkenal di bumi tapi terkenal di langit. habis

7 MARET 2016 | MATA SUMENEP | 21


LISTRIK KEPULAUAN

PEMBANGKIT TENAGA SURYA SOLUSI LISTRIK KEPULAUAN Listrik tenaga diesel sering menjadi momok bagi warga kepulauan. Memang perlu mencari solusi. Tahun 2016, PLN berencana bangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Gelap gulita akibat sulitnya pengiriman solar ke wilayah kepulauan yang menggunakan diesel sebagai pembangkit listrik utama, memang sudah menjadi peristiwa rutin selama ini. Sehingga kabar dari Pemerintah Kabupaten Sumenep untuk mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di sejumlah kepulauan pada paruh November 2015 lalu, otomatis menjadi solusi jawaban sekaligus kabar gembira bagi kesulitan warga kepulauan tersebut. Untuk mengembangkan listrik tenaga surya ini, Pemkab Sumenep menggandeng PT PLN Pembangkit Jawa

22 |MATA SUMENEP |7 MARET 2016

Bali dan sudah dituangkan dalam Memorandum of Understanding (MoU). Upaya ini tak lain berangkat dari penilaian strategis akan pengembangan PLTS karena tenaga surya di kepulauan yang surplus bisa dimanfaatkan untuk menjadi energi listrik. Beberapa kepulauan yang akan dipasangi listrik tenaga surya itu rencananya adalah pulau Masalembu, Sapeken, Kangean dan pulau Pagerungan. Manajer PT PLN Sumenep, Slamet menuturkan, dengan potensi surplus panas matahari yang tinggi, ketergantungan listrik warga kepulauan terhadap tenaga diesel dengan biaya yang sangat mahal sebenarnya bisa dikurangi. Apalagi, kata Slamet, PLTS memiliki kelebihan bisa menangkap panas matahari secara lebih baik sehingga mampu menghasilkan energi listrik yang maksimal. “Hanya jika cuaca mendung,

maka voltase-nya akan berkurang,” terang Slamet. Ia menambahkan, pengembangan PLTS di kepulauan itu diupayakan menggunakan alat tangkap surya terbaik dengan suku cadang yang tersedia dan lengkap untuk menjaga kemungkinan terjadinya kerusakan. Selain itu, program yang direncanakan terealisasi pada tahun 2016 ini juga akan menggunakan tarif listrik normal seperti konsumen PLN lainnya, sebab pengelolaan listrik sepenuhnya ditangani oleh PLN. “Kalau dikelola non PLN biaya jauh lebih mahal. Makanya PLTS ini akan dikelola PLN, jadi tarifnya nasional,” jelas Slamet. Sementara itu, anggota Komisi II DPRD Sumenep, Ahmad Muhlis rupanya menghendaki model pengelolaan yang berbeda. Meski sudah terjelaskan soal perbedaan tarif atas

pengelolaan non PLN, ia tetap meminta agar PLTS itu dikelola oleh Kelompok Masyarakat (Pokmas) di sekitar lokasi pembangkit listrik disamping harus dilakukan survei penempatan secara tepat sasaran. “Soalnya kalau melihat PLTS yang di pulau Sapeken itu, saya rasa kurang tepat. Karena pemasangannya ditempatkan di desa yang penduduknya sedikit, sehingga pemanfaatan energinya kurang maksimal,” ujar Muhlis. Ia menyarankan, untuk menemukan titik penempatan pembangunan PLTS yang baik dan strategis, Pemkab dan PLN bisa mengandeng tokoh masyarakat setempat. Hal itu dinilanya sangat efektif sehingga kehadiran pembangunan PLTS sebagai solusi listrik di kepulauan benar-benar bisa ditempatkan sesuai kebutuhan masyarakat. rafiqi

Panel Tenaga Surya sebagai sumber energi alternatif. Foto/ google


EKONOMI KREATIF Seperti saat memulai usaha UD Rahmana Jaya Makmur misalnya, ia telah melihat bahwa usaha jamur tiram di Sumenep cukup menjanjikan. Sebab tak hanya di Sumenep, di Madura pun sangat sulit ditemukan orang yang serius menekuni bisnis jamur tiram. “Jadi pangsa pasarnya cukup luas. Harganya juga sangat menarik,” ujarnya, mengenang kisahnya dari awal.

Terus Berkreasi

Fadel Abu Aufa menunjukkan hasil budidaya Jamur Tiram. Insert: produk olahan jamur made in Fadel yang dipajang di rak-rak mini market.

KREASI JAMUR TIRAM RAUP KEUNTUNGAN Kegagalan mengajarkan Fadel tekun mencari peluang usaha. Berambisi mengembangkan bisnis Jamur Tiram, Ia terus berkreasi menciptakan lapangan kerja dan lumbung penghasilan.

Seperti banyak pengusaha sukses lainnya, Fadel Abu Aufa selalu memulai usaha yang digarapnya hanya dengan satu modal. Bukan uang, tak juga latar belakang keluarga yang mapan demi memudahkan jalan meraup keuntungan. Merasakan kegagalan demi kegagalan dari mulai berjualan buku, jual-beli handphone dan pulsa, sablon, hingga kreasi olahan Jamur Tiramnya, hanya keberanian-lah modal Fadel yang sesungguhnya. “Harus berani. Jangan sampai ada sedikitpun keraguan di dalam hati,” katanya, saat memulai perbincangan dengan Mata Sumenep.

Menekuni beragam usaha selepas lulus dari tingkat sekolah menengah (MA), Fadel mengaku telah cukup merasakan pahitmanis dalam menuju sukses sebuah usaha. Namun meski kerap kali gagal, tak pernah sedikitpun dirinya patah arang. Sehingga untuk kesekian kalinya, Fadel kembali memulai usaha baru sejak awal 2012 silam. Dengan tekun memelihara jamur tiram, akhirnya ia berhasil menuju pintu kesuksesan.

Tiga Kunci Kesuksesan Awalnya, tak ada seorang pun yang menyangka Fadel bakal terkenal sekaligus untung besar hanya karena jamur tiram. Selain jumlah budidayanya yang sedikit, banyak alasan lain yang membuat orang pesimis akan usaha pemuda kelahiran 15 Juli 1979 itu. Terutama, karena jamur sangat asing dan tak lazim dipelihara di lingkungan masyarakat sekitar. Bahkan, jika pun harus berbuah penghasilan, semua orang juga berpikir sama bahwa jumlahnya tak

harus tembus hingga Rp 5 juta-an di awal mengecap kesuksesannya. “Kalau dijual jamur tiram-nya saja pasti gak bakal tembus segitu. Tapi saya pengusaha, bukan penjual. Kreativitasnya yang bisa bikin mahal,” katanya, seolah menyangkal anggapan umum masyarakat sekitar. Di tangan Fadel, Jamur Tiram memang tidak hanya dijual mentah. Akan tetapi ia kreasikan menjadi tiga macam produk olahan yang mampu menarik konsumen untuk memberinya nilai tambah penghasilan. Ketiga produk tersebut, kata dia, berupa Kripik Jamur Tiram, Es Krim Jamur Tiram, dan Abon Jamur Tiram. Dan entah suatu kebetulan, ketiga produknya itu juga dibarengi tiga hal yang disebut Fadel sebagai kunci menuju kesuksesan. Setelah modal keberanian, ia punya tiga rahasia yang ingin dibagikan, yakni tekun, sungguh-sungguh, dan bekerja keras. Selain ketiga hal itu, Fadel juga menyebut, seorang pengusaha harus pintar menangkap peluang.

Sejak tahun 2013, kesuksesan Fadel memang sudah tak dapat disangkal. Hal itu bukan saja karena dia mampu meraup banyak keuntungan. Akan tetapi masyarakat luas telah mengenalnya sebagai pengusaha jamur tiram, yang di kemudian hari juga mengantarnya berbagi pengalaman sebagai pembicara di forum-forum tentang pembudidayaan jamur tiram. Namun begitu, Fadil tidak pernah merasa puas, apalagi sombong dalam pencapaian. Dalam prinsipnya, seorang pengusaha tidak boleh berhenti berkreasi. Sehingga dengan jumlah budidaya jamur yang masih terbatas di tahun 2013 itu, dalam setahun ia berani bertekad untuk berproduksi jamur tiram dalam jumlah yang lebih banyak. Alasannya pun sangat mulia. Selain memenuhi permintaan pasar, dengan produksi yang banyak harapannya dapat mempekerjakan lebih banyak masyarakat sekitar sebagai karyawan. “Intinya, saya tak hanya sukses sendiri. Tetapi juga memberikan lapangan pekerjaan kepada masyarakat,” katanya, bersemangat. Sebagaimana citanya, saat ini usaha Fadel pun terus meningkat. Salah satunya dapat dilihat dari produk kripik jamur tiram yang menjadi andalan. Namun demikian, Fadel masih terus melakukan eksperimen untuk mengembangkan atau melahirkan kreasi baru. Meski hanya mengenyam pendidikan hingga bangku sekolah menengah, ia percaya ilmu bisa didapat di luar bangku sekolah. “Adakalanya, ilmu justur banyak lahir karena begelut dengan pengalaman nyata. Jadi, berpikir cerdas dan bekerja keraslah!”

rm/rafiqi

7 MARET 2016 | MATA SUMENEP | 23


24 |MATA SUMENEP |7 MARET 2016


MataDesa

PURNA TUGAS DENGAN MANTAP Jabatannya berakhir, 29 Februari lalu. Ciptakan prestasi dan kenyamanan selama menjabat Camat, dilepaskan masyarakat dengan berat.

B

ertugas selama kurang lebih 4 tahun 3 bulan di Kecamatan Rubaru, Kabupaten Sumenep, Camat Mohammad Taufik, akhirnya harus meninggalkan kecamatan dengan potensi pertanian itu. Memasuki purna tugas terhitung sejak akhir Februari lalu, banyak staf serta perangkat desa di kecamatan yang dipimpinnya terkejut. Pasalnya, pembawaan yang energik dan bersahaja dari pria kelahiran 14 Februari 1958 ini membuat bawahannya tak menyangka jika harus secepat ini berpisah dengan camat Taufik. Padahal dibandingkan camat-camat sebelumnya, ia sudah terbilang satu-satunya camat Rubaru dengan masa tugas paling lama. “Yang lain itu cuma 2 tahun lebih. Paling lama tiga tahun. Ini saya sudah 4 tahun lebih sejak November 2011, teman-teman merasa baru sebentar,” ujarnya, kepada Mata Sumenep.

Berprestasi, Dilepas dengan Berat Hati Ditemui di kediamannya di salah satu perumahan Kecamatan Batuan, 3 Maret lalu, Taufik mengaku sudah melaksanakan amanah pimpinan (Bupati) dengan sungguh, tulus dan ikhlas. “Tugas dari Bapak Bupati, saya laksanakan setulus-tulusnya dan sejujur-jujurnya. Pokoknya sudah

mantaplah” katanya, sambil tertawa. Memang, camat yang satu ini suka bergaul dan mudah akrab dengan masyarakat. Sehingga tak heran saat mulai pamitan kepada masyarakat di beberapa acara desa sebulan menjelang purna tugas, banyak yang merasa keberatan bila harus berpisah dengannya. Tidak hanya bagi Pak Taufik, bagi masyarakat pun sepertinya tak mudah, sebab suka-duka memimpin roda pemerintahan di Kecamatan Rubaru diakrabinya dengan kalangan bawah, sehingga masyarakat dengan berat hati melepas kepergiannya. Apalagi, selama kepemimpinannya sektor pertanian mampu dijadikan sebagai program unggulan, dimana produk potensi tersebut mampu menghasilkan varietas unggul dalam pertanian. Seperti varietas Bawang Merah unggulan dari Desa Mandala dan Basoka yang sejak tahun lalu sudah sangat terkenal di kelas produk pertanian Nasional. Sehingga tak heran, jika sebentar lagi Kecamatan Rubaru, kata dia, akan suskses menjadi lokasi Pilot Project Agropolitan se-Madura. Yakni semacam kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian (sektor usaha pertanian dalam artian luas) di wilayah sekitarnya. “Lokasinya bertempat di Desa Bunbarat, Kecamatan Rubaru. Sudah digarap dari tahun kemarin. Sekarang, insyaAllah akan memenuhi peralatannya” terang

Taufik. Selain bidang pertanian, masih banyak lagi program yang sudah berhasil dalam suksesi kepemimpinan Taufik selama memimpin Kecamatan Rubaru. Sebagai program yang sudah mendapat penghargaan di dunia Internasional, penerapan layanan publik (PATEN) dijalankannya dengan baik, bahkan memakai teori terapan jemput bola. “Jadi, selain stand by di kantor PATEN, ada petugas di bagian pelayanan itu saya berhasil arahkan untuk menggandeng pihak desa dan berkeliling untuk mendahului proses masyarakat dalam pengurusan hal-hal yang terkait pelayanan administrasi, seperti perijinan mendirikan bangunan (IMB). Pokoknya seperti PATEN Keliling teman-teman itu, walaupun hanya pakai sepeda motor. Hahaha…” terangnya, terpingkal-pingkal. Tak hanya itu, sebagai pembina TP PKK Kecamatan Rubaru, ia juga berkali-kali berhasil mengantarkan PKK meraih beragam penghargaan. Salah satu langkahnya, kata dia, dengan mengembangkan koperasi wanita (kopwan) di desa-desa sebagai tonggak program peningkatan kesejahteraan keluarga. Disamping itu, tumbuhnya produk kerajinan dan kuliner tradisional di masyarakat juga menjadi perhatian suami Budhiani Taufik ini. Sementara untuk pontensi wisata alam, terdapat pula situs air terjun alami di Desa Duko yang bisa mulai dikembangkan oleh camat selanjutnya.

Suka-Duka dan Rahasia Sukses Memimpin Soal suka dan duka memimpin Kecamatan Rubaru, Taufik bersemangat menceritakan bagaimana ia dua kali berjuang menyelesaikan konflik sosio-politik dalam salah satu ajang pemilihan kepala desa (Pilkades) dua tahun silam. Baginya, menjadi pengalaman

sangat menarik yang terkenang saat ia berhasil menggiring masalah menuju titik penyelesaian dengan segala strategi yang bisa dilakukan bersama anggota Forpimka lainnya. Meski tak ada rahasia khusus, bagaimana konflik menegangkan dalam Pilkades itu mampu dituntaskan, ia mengaku pedekatan intelektual dan sosio-kultur sangat ampuh menjadi solusi pemecahan persoalan. “Terutama, kunci sukses Kecamatan Rubaru berhasil dengan baik karena saya tidak merasa sebagai orang paling pintar. Sehingga saya selalu menjalin koordinasi dengan pihak-pihak terkait, lebihlebih tokoh masyarakat, ulama, dan kiai setempat” paparnya. Menurut Taufik, menjadi pemimpin harus selalu legowo saat harus menghadapi bermacam orang dengan ragam kebutuhan dan persoalan. Memegang teguh pepatah lama yang berarti; menjadi seorang pemimpin harus selalu tahu situasi dan kondisi wilayah yang dipimpinnya meski hanya sekedar selembar daun jatuh ke tanah, ia sangat menikmati saat segala hal bisa diatasi dengan lancar begitu saja. “Sukanya ya begitu. Kalau lagi tak ada masalah berat, ya lancar-lancar saja. Tenang,” tuturnya, mantap. Namun begitu, Taufik tetap selalu ingat, bahwa selain upayaupaya cerdas yang bisa dilakukan manusia, sudah selayaknya kita harus berdoa, memohon petunjuk dan keselamatan dalam menghadapi segala persoalan di masyarakat yang dipimpinnya. Meski berada dalam situasi dan kondisi pelik sekalipun, ia menyarankan kepada camat penggantinya dan siapapun juga untuk tidak takut dan hadapi dengan santai dan lapang dada apapun konflik di masyarakat. “Mereka itu hanya butuh kepuasan batin, butuh penjelasan, dan butuh pencerahan dari kita, biar tidak ada miskomunikasi,” tandas Taufik.

rafiqi

7 MARET 2016 | MATA SUMENEP | 25


26 |MATA SUMENEP |7 MARET 2016


7 MARET 2016 | MATA SUMENEP | 27


28 |MATA SUMENEP |7 MARET 2016


7 MARET 2016 | MATA SUMENEP | 29


OASE

INSPIRATORKU Oleh: KH A. Busyro Karim*

S

elain sosok perempuan

beliau. Kemudian di ajak shalat

berpostur tubuh kecil yang

tahajjud dan witir. Kemudian,

selalu mengiang sepanjang

disuruh membaca ya hayyu ya

hidup. Saya juga akan selalu ingat

qayyum sekian kali. Setelah

kepada sosok laki-laki berpostur

selesai, saya baru dipersilahkan

kecil. Beliau hidup di tengah

keluar dari kamar beliau.

gemerlap kehidupan duniawi. Tapi

Seringkali saya dilatih

tidak larut dalam hingar bingar

melaksanakan shalat malam

kehidupan kota.

dalam bimbingan beliau.

Ketaatan beribadah sudah pasti menjadi bagian dalam

Walaupun tidak setiap malam. Dalam memberi pelajaran

kehidupannya. Sikap wara’

kitab, saya menjadi satu-satunya

dan tawaddu’ sebagai hiasan

santri yang disuruh menghafal

hidupnya. Saya sangat beruntung sempat

Tashrif al-‘Izzi, sebuah terjemah kitab klasik berisi matan Syarah

menjadi bagian dalam kehidupan

Kailani untuk mengetahui ilmu

beliau. Sewaktu baru tiba untuk

nahwu dan sharaf. Bukan disuruh

nyantri kepadanya, saya diberi

menghafal nadzam imrithi yang

tantangan berat. Saya dipercaya

setiap baitnya menerangkan

menjadi imam shalat maghrib

tentang nahwu. Jika dibanding

berjamaah dalam masjid. Sosok

metode sekarang, para santri

laki-laki itu memilih ikut menjadi

lebih tertarik menggunakan

makmum shalat.

nadzaman agar lebih mudah ingat.

Kepercayaan itu kali pertama

Di balik itu, ternyata ada

dalam hidup saya diberikan dari

motivasi tersendiri bagi saya

seorang guru yang akan ditimba

walaupun beliau jarang mengajar

samudra ilmunya. Saya sempat

langsung. Saya tercambuk untuk

bertanya dalam hati, apa maksud

giat belajar. Sebab beliau selalu

dan tujuan itu semua.

nagih hasil hafalan Tashrif al-‘Izzi

Kepercayaan itu berlanjut saat para santri berkewajiban menyetor

untuk disetor kepada beliau. Dalam mengajar para santri,

bacaan al-Qur’an. Tepat pada giliran

beliau tidak mengenal lelah atau

saya, beliau selalu bilang tidak

sakit. Dalam kondisi sakit, beliau

perlu. Beliau hanya menyuruh saya

tetap memberi pelajaran kepada

untuk membaca al-Qur’an sendiri.

para santri.

Sementara para santri lain, harus

Meski terkadang sambil batuk-

nyetor bacaan al-Qur’an secara

batuk yang membuat prihatin

bergilir kepada beliau.

semua santri. Beliau tidak pernah

Perbedaan santri lain dengan saya kian terlihat. Pada malam

mengaku sakit di depan para santri. Beliau juga menanamkan

hari, saya sering dipanggil beliau

kedisiplinan dan istiqomah

sekedar untuk tidur bersama

dalam segala hal. Apabila hendak

dalam satu kamar. Saya memilih

mengajar para santri yang belum

tidur di bawah. Beliau tidur di

tiba waktu pukul 01.00 wib, beliau

atas ranjang.

tidak akan memulai pelajaran

Suatu ketika, sarung saya pakai tersulut api bersumber dari obat nyamuk yang biasa dinyalakan di dalam kamar beliau. Setiap pukul 02.00 dini hari, saya selalu dibangunkan oleh

30 |MATA SUMENEP |7 MARET 2016

walaupun beliau sudah berada di tempat mengajar. Beliau disiplin waktu. Keistiqomaan beliau selalu diingat para santri-santrinya. Keperibadian beliau bagi saya

sungguh luar biasa. Beliau hidup di perkotaan.

kehidupannya tidak terpengaruh dengan hingar bingar kehidupan

Pasti banyak godaan duniawi

kota. Itulah apa yang disebut

yang melingkarinya setiap waktu.

banyak orang sepi di tengah

Namun beliau tidak mengenal

keramaian.

gemerlap kehidupan kota. Beliau

Memang, menyepi atau

tetap konsisten dan menyibukkan

menyendiri salah satu metode

dirinya mengajari santri-antrinya.

mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Yang sulit dipercaya oleh

Tapi, menyendiri tidak harus pergi

nalar manusia, saat detik-detik

atau berdomisili di atas gunung atau

menjelang ajal tiba. Malam itu,

menyendiri di dalam gua.

beliau terbaring sakit di atas

Menyendiri disebut banyak

ranjang. Para santri dan sanak

orang sebagai praktek asketisme

familinya membaca al-Qur’an

atau zuhud. Praktek ini

yang dikhususkan kepada beliau.

merupakan etape para salik untuk

Ada suatu cerita dari seorang kiai berpengaruh saat beliau bertamu kediamannya. Ketika itu, sempat terjadi dialog

meraih cinta-Nya. Memang, laki-laki tersebut hidup dalam keadaan zuhud. Apa itu zuhud? Azzuhdu man ya

keduanya. “sampean enga’ kaule,”

takharrazu ‘ani as-syubhat? Yaitu

ujarnya sambil memegang dagu

orang-orang yang menjaga dirinya

kepada Sang Kiai.

dari hal-hal syubhat.

Sang Kiai menjawab, “enggi..

Walaupun hidup di perkotaan,

kaule enga’ sampean bindere...,”

tapi hal yang berbau syubhat beliau

“Sampean bedhe e kota tape

jaga, apalagi dengan hal haram.

tak ngarte bherna lampu kota,”

Sungguh luar biasa laki-laki itu.

sambung Kiai itu.

Sehingga kehidupannya tidak

Malam itu terjadi dialog panjang keduanya dan saling minta di doakan. Keesokan hari, Sang Kiai

terpengaruh kehidupan dunia. Saya kira praktek hidup lakilaki itu bisa meinspirasi kita dan generasi berikutnya untuk bertahan

mendengar kabar beliau wafat.

hidup di tengah kepungan gemerlap

Sang Kia silaturrahim ke rumah

keindahan dunia.

bersambung...

beliau dan bercerita penuh haru kepada keluarganya. Sungguh sangat luar biasa lakilaki itu. Beliau hidup di kota tapi

*Bupati Sumenep dan Pengasuh Ponpes Al-Karimiyyah, Beraji, Sumenep.


BIOGRAFI Mengenal Sosok dan Pemikiran Wakil Bupati Sumenep; Achmad Fauzi (1)

Berlatar Pengusaha Bertekad Majukan Sumenep

A

CHMAD Fauzi merupakan pengusaha muda kelahiran Sumenep 37 tahun lalu. Ia adalah anak sareang dari pasangan 窶連inun dan Slamet Wongsoyudo. Abah Fauzi, tercatat sebagai aktivis GP Ansor NU dan politisi PPP, yang bersikap kritis di masa orde baru.

Menginjak sekolah dasar, Fauzi ditinggal abahnya, sementara sang adik, Rita Agustiningsih, masih berusia 4 tahun. Praktis, masa kanakkanak, Fauzi hidup bersama dua perempuan, yakni adik dan sang ibu. Selepas ditinggal abahnya, otomatis Fauzi mengganti posisi ayah bagi adiknya di tengah keluarga dan menjadi anak penurut kepada sang ibu. Meski tanpa seorang ayah, Fauzi menjalani hidup normal layaknya seorang anak yang masih lengkap kedua orang tuanya. Lulus sekolah SD Pangarangan I, Fauzi melanjutkan sekolah ke SMPN 4 Batuan dan memilih pendidikan menengah atasnya di MAN Sumenep. Semasa sekolah di MAN, bibit leader Fauzi telah tampak. Terbukti, saat duduk di bangku kelas X, Fauzi mendapat kepercayaan dari temantemannya sebagai ketua kelas dan pada tahun berikutnya terpilih sebagai pengurus OSIS Pada 1997, Fauzi terpilih sebagai Duta Jurnalistik siswa Madura dari MAN Sumenep, untuk magang di koran bergengsi Jawa Pos. Pengalaman berharga yang di

kemudian hari menjadi bekal jurnalistik bagi Fauzi. Selepas dari bangku MAN, Fauzi dituntut harus mencari bentuk kejelasan hidup antara kuliah dan kerja. Sebagai kakak dan orang tua, ia harus menanggung biaya hidup dan biaya pendidikan sang adik. Sehingga pada keputusan terakhir, ia memilih hijrah ke Jakarta untuk mengembangkan usaha toko bangunan milik sang paman, MH Said Abdullah. Pada tahun 2002, Fauzi berhasil menjadi wartawan Tabloid Indonesia yang mengantarnya menjabat posisi Pemred pada perubahan tabloid menjadi Majalah hingga memiliki mayoritas saham dan menjabat CEO Majalah Indonesia Group, pada 2008. Di tahun yang sama, darah jurnalistik yang berpadu entrepreneurship ia salurkan dengan mendirikan perusahaan PT Karin Disni Jaya. Keberhasilan itu kemudian disusul datangnya kepercayaan dari sang paman sehingga Fauzi menjabat Direktur Umum PT Petrogas Pantai Madura, pada tahun 2011. Dan pada tahun 2013, Fauzi mendirikan perusahaan PT Djakarta Dua Satu yang bergerak di Industri Percetakan dan Laundry. Di tengah merintis dunia wirausaha itu, Fauzi juga membiayai sang adik kuliah di UNIJA hingga lulus dan menjadi PNS di salah satu SKPD Kabupaten Sumenep. Dari asyiknya menggeluti

dunia wirausaha, Fauzi bahkan baru menikah pada usia 32 dengan perempuan cantik asal Banten bernama Nia Kurnia. Berbekal semua itu, Fauzi yakin duet dengan Kiai Busyro dalam menjalankan roda pemerintah Sumenep bakal berjalan sukses. Fauzi juga optimis, Kabupaten Sumenep akan semakin baik dengan sentuhan pengalaman di dunia wirausaha dan jaringan bisnisnya untuk mewujudkan masyarakat

Sumenep yang lebih sejahtera. Pada perkembangannya, usai dilantik menjadi Bupati dan Wakil Bupati Sumenep Periode 2016-20121, Busyro-Fauzi sepakat membagi peran. Dalam kurun 99 hari, salah satu agenda Fauzi adalah menata pedagang kaki lima (PKL) yang kian menjamur di areal open space alias taman kota Sumenep. bersambung..... rafiqi

7 MARET 2016 | MATA SUMENEP | 31


Sudah 8 tahun pedagang Pasar Anom Baru Sumenep harus menggunakan lapaklapak darurat setelah kios dagangannya dilalap api. Pada 5 tahun berikutnya, terjadi kebakaran kios susulan di sebelah timur. Lengkap sudah penderitaan para pedagang yang menjadi korban kebakaran. Efek penderitaan juga dirasa para pembeli yang hendak berbelanja ke dalam Pasar Anom. Sesak jalan dengan tumpukan lalu lalang kendaraan dan orang ditambah tumpukan sampah yang mengeluarkan bau menyengat menambah predikat pasar terbesar warga Sumenep sebagai pasar paling amburadul dan semrawut. Sejak 2010, Pemkab Sumenep menggelar lelang proyek tapi gagal. Dan pada tahun berikutnya hingga 2015, Pemkab mengubah pola pembangunan dengan menggandeng investor guna menyelesaikan pembangunan Pasar Anom terdampak kebakaran tahap I. Sayang, progres pembangunan Pasar ini hingga minggu pertama Maret baru mencapai 75%. Dan sedang ditarget pembangunan selesai bulan Juni 2016 dengan jumlah kios 556 dan 86 lapak pedagang sayur dan ikan.

32 |MATA SUMENEP |7 MARET 2016


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.