Edisi 30

Page 1

EDISI 30/28 MARET 2016

PERTAHANKAN BUDAYA SUMENEP LEWAT ARSITEKTUR

DALAM RENCANA PKG ONLINE DINILAI TELAT

Bupati tidak ingin penyusunan RPJMD sekedar formalitas. Bersama Wabup Fauzi, Bupati Busyro menyusun apa yang menjadi kebutuhan warganya. 28 MARET 2016 | MATA SUMENEP | 1


BPRS

Berkembanglah Ekonomi Sumenep

Dalam hal kontribusi pembangunan Sumenep, keberadaan BPRS sebagai BUMD ikut menyumbang PAD setiap tahun sebagai bagian dari sumber pendapatan Sumenep. Sejak berdiri di tahun 2002 hingga 2015 mencapai Rp 83 miliar. Khusus kepemimpinan Kiai Busyro pada tahun 2010-2015, BPRS nyetor PAD sebesar Rp 27 miliar.

Mengawal Program Wirausaha Muda

Tidak masuk 9 program unggulan, tapi BPRS sudah merancang buka 9 kantor cabang baru di 9 kecamatan dalam tempo 99 hari kepemimpinan BusyroFauzi.

B

eberapa hari pasca pelantikan Bupati KH A. Busyro Karim dan Wabup Achmad Fauzi, Bank BPRS Bhakti Sumekar, membuka tiga kantor cabang baru yang berlokasi di Kecamatan Masalembu, Manding dan Dasuk. “Enam kantor cabang baru lainnya, seperti Ganding, Gapura, Saronggi, Batu Putih, Rubaru dan Gayam akan dibuka bertahap sambil menunggu ijin keluar dari otoritas jasa keuangan (OJK),” terang Novi Sujatmiko, Direktur Utama PT BPRS Bhakti Sumekar, saat ditemui Mata Sumenep di ruang kerjanya, awal Maret lalu. Pembukaan 9 kantor baru di 9 kecamatan tersebut merupakan rangkaian dari program BPRS menyambut kepemimpinan Bupati Kiai Busyro di periode kedua. Selain itu, Novi berharap di kepemimpinan Super Mantap, roda ekonomi Sumenep bergeliat agar kesejaheraan warga

terwujud. Novi berdalih, tolak ukur kebangkitan perekonomian suatu daerah bisa dilihat dari berapa banyak perbankan dan lembaga keuangan bertengger di daerah tersebut “Semakin banyak perbankan dan lembaga keuangan ada semakin maju daerah tersebut,” ujarnya. BPRS tergolong jitu mengambil terobosan. Ketika bank beken lain belum buka, BPRS mengambil putusan seperti di Masalembu dan Sapeken. Kehadiran BPRS benar menjadi refrensi pertumbuhan ekonomi di kepulauan nun jauh dari kota Sumenep. Potensi laju ekonomi kepulauan mulai tumbuh kembang. Hasil dari terobosan BPRS, tiap bulan perputaran keuangan di Sapeken cukup menggembirakan. “Khusus Kecamatan Sapeken BPRS berjalan hampir 3 tahun. Tiap bulan kami kirim dana segar Rp 3 miliar untuk kebutuhan penarikan dana tabungan yang bersumber transfer dana bank lain yang masuk ke pulau Sapeken,” sambung Novi. Karena itu, Novi berharap dukungan dari semua pihak agar setiap kecamatan di Sumenep

2 |MATA SUMENEP |28 MARET 2016

BPRS sebagai bank milik Pemkab bisa buka dan berkembang.

Aset Rp 1 Triliun BPRS Bhakti Sumekar sedang mewacanakan kode A1Y18 (aset 1 triliun tahun 2018). Novi berharap cita-cita ini semoga bukan sekedar wacana tapi benarbenar terwujud pada saatnya. Aset BPRS di September 2015 mencapai Rp 449, 2 miliar. Aset itu sebagian besar titipan amanah dana masyarakat dengan total DPK (dana pihak ketiga) dalam dana tabungan dan deposito lebih dari Rp 250 miliar. “Alhamdulillah, masyarakat semakin percaya kepada BPRS. Mohon doanya, semoga BPRS terus berkembang dan menjadi bank yang sehat, kuat dan bermanfaat,” harap Novi. Berapa jumlah nasabah BPRS? Novi menyebut angka 40 ribu nasabah dari jumlah penduduk Sumenep yang 1 juta lebih masih tergolong rendah jika diasumsikan dengan jumlah kelurga di Sumenep sekitar 500 ribu. Kurang dari 10% populasi keluarga Sumenep mengakses perbankan BPRS dari 11 perbankan yang berlokasi di Sumenep.

Salah satu tantangan Baru BPRS saat ini adalah harus menjadi pioner program mencetak 5000 wirausaha muda yang dicanangkan Busyro-Fauzi. Selain itu, BPRS diharap menjadi bank ekonomi desa dengan berdirinya BUMDes. Novi mengaku siap karena banyak program yang telah digulirkan BPRS untuk membantu pelaku UMKM Sumenep. Salah satunya, terang Novi, adalah Pusyar iB. Yaitu, program pembiayaan Usaha Syariah. Bunga pinjaman 0% tanpa agunan dengan maksimal pinjaman Rp 5 juta. “Selain itu, kami juga menyiapkan program pinjam UMKM dengan suku bunga 9% per tahun. Semua itu demi berkembangnya perekenomian warga Sumenep dalam kepemimpinan Busyro-Fauzi,” ujarnya. Disinggung pola bantuan modal bagi calon wirausaha muda dalam program itu, Novi masih belum memiliki format antar SKPD terkait yang menyalurkan program calon wirausaha muda.

BPRS di 24 Kecamatan Pada tahun 2016, Novi menarget 24 Kecamatan BPRS sudah buka kantor cabang baru. Di bulan Maret ini, BPRS sudah melayani di 14 kecamatan. “Dua bulan ke depan, BPRS melayani 20 kecamatan. Sisanya menunggu proses lebih lanjut,” ujar Novi. Khusus Kecamatan Kangayan, Nonggunong dan Batuan, kehadiran BPRS menjadi kajian lebih jauh.

hamrasidi/*


Kru Redaksi Komisaris Asmawi Dewan Redaksi Moh. Jazuli, M. Ali Al-Humaidi Redaksi Ahli Moh. Ilyas Redaktur Tamu Suhaidi Direktur Hambali Rasidi Penanggung Jawab/Pemred Hambali Rasidi Koordinator Liputan Rahmat Redaktur Pelaksana Rafiqi Reporter Anton, Ozi’ (Non Aktif), Yono Design Grafis A. Warits Muhshi Manajer Iklan & Promosi Rusydiyono Iklan Masrul, Edi Wardi, Udiyanto Penagih Iklan Fathorrahem, Wardi Mnj. Sirkulasi & Distribusi Moh. Junaedi Keuangan Wardani Kontributor Farhan Muzammily, Hairul Penerbit PT. MATA SUMENEP INTERMEDIA NPWP 70.659.553.5-608-000 SIUP 503/29/SIUP-M/435.213/2014 TDP 13.21.1.58.00174 Percetakan CV Mediatama Karya Alamat Percetakan JL Manyar Tirto Asri VIII/40, Surabaya

Kantor Redaksi : Jl. Matahari 64 Perum Satelit, Tlp (0328) 673100, E-Mail : matasumenep@gmail.com, mataopinisumenep@gmail.com Website : www.matasumenep.com

Mengawal Kemandirian Desa

Daftarisi

28

Dari Study Banding DPU Cikatarung Sumenep ke Pulau Bali

15

Pendidikan Dalam Rencana PKG Online dinilai Telat

16

RSUD

Pertahankan Budaya Sumenep Lewat Arsitektur

24

Mata Desa Fokus Bangun Infrastruktur Desa

31

BIOGRAFI Berharap ASN Disiplin Kerja, Kreatif dan Inovatif

Bupati Ngantor di RSUD Bupati sangat sungguh-sungguh untuk memperbaiki pelayanan RSUD. Sehingga beliau ngantor beberapa hari di rumah sakit milik Pemkab.

22

Listrik Tenaga Gas di Kepulauan

30

OASE Inspiratorku

28 MARET 2016 | MATA SUMENEP | 3


RPJMD BERPACU KEPENTINGAN ATAS NAMA RAKYAT YA KAN BUDA PERTAHAN AT ARSITEKTUR LEW SUMENEP

Sembilan misi Kepemimpinan Busyro-Fauzi sedang dirancang dalam buku besar Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk lima tahun kedepan. Sembilan misi itu merupakan penjabaran dari visi BusyroFauzi yang populer dengan Sumenep Semakin Sejahtera dengan Pemerintahan yang Mandiri, Agamis, Nasionalis, Transparan, Adil dan Profesional (Supermantap). Visi ini disampaikan Busyro-Fauzi saat mendaftar di KPU yang kemudian dijabarkan dalam sembilan misi. Merumuskan sembilan misi itu diawali dengan terobosan mengundang segenap elemen masyarakat Sumenep dalam jaring aspirasi RPJMD, 10 Maret di Pendopo. Acara tampak guyub karena diformat lesehan. Dengan harapan, bisa memperkuat ikatan silaturrahmi dan menekan kesenjangan antara pemangku kebijakan dan masyarakat.

MARET 201

6

“Kami sadar, pembangunan mustahil berhasil tanpa komunikasi intens antar semua elemen,” terang Kiai Busyro mengawali sambutan. Bupati Kiai ini mengakui, bentuk ikhtiar mewujudkan visi misi Bupati dan Wakil Bupati Sumenep saat kampanye, harus menerima masukan dari semua unsur elemen masyarakat Sumenep. “Kami berharap masukan dan pemikiran dari semua elemen masyarakat Sumenep bisa menjadi rujukan dalam merumuskan kebijakan pembangunan selama lima tahun yang terangkum dalam RPJMD,” tambah Bupati. Bupati juga tidak ingin penyusunan RPJMD sekedar formalitas, tidak berasas realitas. Bersama Wabup Fauzi, Bupati Busyro berusaha sekuat tenaga menyusun rencana pembangunan lima tahun berdasar kebutuhan warganya. Dalam jaring aspirasi yang diikuti seluruh SKPD dan camat

4 |MATA SUMENEP |28 MARET 2016

PERTAH SUMENEP ANKAN BUDAYA LEWAT AR SITEKTUR

EDISI 30/28

2016 28 MARET EDISI 30/

S

Baru kali ini, penyusunan RPJMD melibatkan segenap elemen masyarakat Sumenep untuk terlibat aktif dalam jaring aspirasi RPJMD. Sembilan misi Kepemimpinan BusyroFauzi sedang dipertaruhkan. Mampukah, Busyro-Fauzi merancang, merumuskan dan mengimplementasikan visi Supermantap?

CANA DALAM REN ILAI TELAT E DIN PKG ONLIN

DALAM PKG ONLIN RENCANA E DINILAI TELAT

RPJMD Provinsi Jawa Timur. Hasil dari usulan peserta jaring aspirasi, kini, sedang dikomparasikan dengan sembilan pointer misi untuk disusun materi oleh Tim Penyusun RPJMD sebelum digelar Focus Group Discussion (FGD) setiap pointernya. Setelah itu baru digelar Musrenbang RPJMD.

bup rsama Wa litas. Be nya. Bupati tid ar forma an warga akeding JMD sek in di kebutuh Fauzi,yan unan RP ENEP | 1 g menjapenyusunan RPJM MATA SUM in penyus apa Bupati Busyr ing ET 2016 | D sekeda un MAR ak us 28 tid o ny menyusun r formalita o me Bupati apa yang s. Bersama pati Busyr menjadi Wabup Fauzi, Bu kebutuha n warganya . 28 MARET 2016

serta ratusan perwakilan masyarakat, Bupati Busyro sempat mereview pengadaan kapal laut yang sempat digagalkan di era kepemimpinan sebelumnya. “Pengadaan kapal laut sebagai sarana transportasi masyarakat kepulauan sengaja saya tunda karena tidak tercantum dalam RPJMD lima tahunan. Kalau pengadaan kapal itu terus dilakukan, saya melanggar hukum dan menyeret pada tindak pidana,” cerita Bupati. Karena itu, dalam penyusunan RPJMD 2016-2021, selain kebutuhan kapal yang akan teralokasi, Bupati Busyro juga merancang program sebagaimana tertuang dalam sembilan misinya sebagai ruh pembangunan Sumenep. Antusias peserta serap aspirasi begitu responsif . Ada banyak usulan terkait sembilan bidang misi Supermantap. Sembilan misi itu tentu berpijak pada rencana pembangunan nasional dan

| MATA SUM

ENEP | 1

Pointer Sembilan Misi Pertama, meningkatkan kualitas SDM melalui pendidikan, kesehatan dan pengentasan kemiskinanan. Poin ini diterjemahkan menjadi lima tema, 1) Strategi Peningkatan Kualitas Pendidikan Berbasis Karakter dan Budaya Saing Global 2) Strategi Peningkatan SDM dan Manajemen Pelayanan Kesehatan di Puskesmas dan RSUD 3) Strategi Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat melalui Kemandirian Ekonomi yang Berdaya Saing Tinggi 4) Strategi Penguatan Peran Permpuan di Sektor Publik serta


MATA UTAMA Perlindungan Anak 5) Strategi Pengendalian pendudul dan Perluasan Lapangan Kerja. Misi poin kedua adalah mempercepat pembangunan infrastruktur wilayah kepulauan yang diterjemahkan menjadi tiga tema : 1) Strategi Percepatan Penataan dan Ketersediaan Sarana Transportasi Laut, Darat dan Udara 2) Strategi Penataan Tata Ruang dan Perumahan 3) Stategi Peningkatan dan Pemerataan Pemangunan Infrastruktur, Ruas Jalan dan Kelistrikan darat dan Kepulauan. Sedangkan misi poin ketiga adalah meningkatkan kemandirian perekonomian perdesaan dan perkotaan dengan memperhatikan potensi ekonomi lokal yang unggul dan berdaya saing yang diterjemahkan menjadi satu tema yaitu,Strategi Peningkatan Kemandirian Perekonomian Perdesaan dan Perkotaan dengan Memperhatikan Potensi Ekonomi Lokal yang Unggul dan Berdaya Saing. Misi dalam poin keempat adalah eningkatkan kultur dan tata kelola pemerintahan yang professional, dan accountable. Kemudian diterjemahkan menjadi satu tema yaitu, Strategi Peningkatan Profesionalitas dan Inovasi Birokrasi.

Misi pointer kelima adalah meningkatkan partisipasi masyarakat dan stakeholders dalam proses pembangunan. Poin ini diterjemahkan menjadi satu tema, Strategi Peningkatan Partisipasi Masyarakat dan Stakeholders dalam proses pembangunan. Misi pointer keenam yaitu, mengoptimalkan pengelolaan SDA dan lingkungan yang berkalanjutan (sustainable) untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Poin ini diterjemahkan menjadi satu tema yaitu, Strategi Pengelolaan SDA dan Lingkungan yang berkalanjutan (sustainable)

untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Untuk misi pointer ketujuh yaitu, meningkatkan tata kehidupan masyarakat aman dan kondusif. Kemudian diterjemahkan menjadi satu tema, Strategi Peningkatkan Tata Kehidupan Masyarakat Aman dan Kondusif. Sedangkan misi pointer delapan adalah meningkatkan dan mengembangkan nilai nilai keagamaan dan nasionalisme dalam kehidupan bermasyarakat yang diterjemahkan menjadi satu tema, Strategi Peningkatan dan Pengembangan Nilai-nilai Keagamaan dan Nasionalisme

dalam Kehidupan Bermasyarakat. Terakhir, misi pointer sembilan adalah memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal sebagai jati diri masyarakat. Kemudian diterjemahkan menjadi satu tema, Strategi Manejemen Pengelolaan dan Pengembangkan Nilai-nilai Budaya dan Kearifan Lokal sebagai Jati Diri Masyarakat.

Apa dan Bagaimana RPJMD? Apa itu RPJMD? Dadang Solihin, Senior Strategic Planner, menjelaskan panjang lebar soal RPJMD. Menurutnya, RPJMD sebuah dokumen rencana resmi daerah untuk mengarahkan pembangunan daerah dalam jangka waktu lima tahun masa pimpinan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih. Sasaran RPJMD? Dia menyebut arah pengembangan dan apa yang hendak dicapai dalam lima tahun mendatang. Kedua, bagaimana mencapainya? Ketiga, langkah strategis apa yang perlu dilakukan agar tujuan tercapai? Substansi RPJMD juga dipaparkan bagaimana titik tekan pentingnya menerjemahkan visi misi kepala daerah terpilih ke dalam tujuan, sasaran, strategi dan kebijakan pembangunan Bagaimana tahapan RPJMD? Dadang merinci, pertama, tahap persiapan. Kedua, tahap penyusun rencana awal RPJMD. Ketiga, tahap penyusunan

28 MARET 2016 | MATA SUMENEP | 5


TAHAP-TAHAP PENYUSUNAN RPJMD III TAHAP PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RENSTRA SKPD

I. TAHAP PERSIAPAN 1. Orientasi Perencanaan Daerah. 2. Pembentukan Tim Penyusun RPJMD 3. Penyusunan Rencana Kerja Penyiapan Dokumen RPJMD. 4. Visi, Misi dan Program Prioritas Kepala Daerah Terpilih. 5. Orientasi Renstra SKPD. 6. Pembentukan Tim Penyusun Renstra SKPD 7. Penyusunan Rencana Kerja Penyiapan dokumen Renstra SKPD 8. Identifikasi Stakeholder 9. Penentuan Stakeholder untuk konsultasi public 10. Penyiapan draft SK Tim Penyusun dan SK Panduan Penyusunan dokmen RPJMD 11. Penetapan SK Tim Penyusun dan SK Panduan Penyusunan Dokumen RPJMD 12. Surat Perintah KDH kepada SKPD & surat permintaan kepada seluruh stakeholders agar berkontribusi dalam proses RPJMD 13. Sosialisasi bahwa daerah akan menyusun RPJMD 14. Perumusan metode dan panduan Jaring Aspirasi, FGD, dan Musrenbang RPJMD

II TAHAP PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RPJMD 1. Pengumpulan Data/Informasi Kondisi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah 5 tahunan 2. Penyusunan profil daerah dan prediksi masa depan 3. Kajian terhadap RPJMD 4. Kajian terhadap Visi, Misi dan Program Prioritas Kepala Daerah terpilih 5. Analisis keuangan daerah 6. Kajian RTRW-D 7. Review RPJMD Provinsi dan Nasional 8. Jaring aspirasi: Isu dan harapan masyarakat 9. Formulasi Dok. Rancangan Awal RPJMD 10. FGD untuk setiap Topik 11. Pembahasan Ranwal RPJMD bersama SKPD 12. Penyusunan Rancangan Awal RPJMD untuk dibahas dalam Musrenbang RPJMD

rancangan awal Renstra SKPD. Keempat, tahap pelaksanaan musrenbang daerah jangka menengah. Kelima, tahap penyusunan rencana akhir RPJMD/ Renstra SKPD. Keenam, tahap penetapan perda/perkada tentang RPJMD (lebih lengkap lihat tabel). Dalam penyusunan RPJMD ini, Bupati Busyro tentu menunjuk Sekda sebagai penanggungjawab yang dibantu oleh Kepala Bappeda dan SKPD terkait berdasar Permendagri 54/ 2010 tentang PP 8/ 2008 tentang Tahap, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan RPJMD yang sinergis dengan Renja tahunan yang aspiratif. Selain itu, Bupati juga mengacu UU 32/2004, UU 17/2003, UU 25/2004, UU 32/2009 dan PP 58/2005 yang menekankan tentang RPJMD merupakan dasar dalam penyusunan Rancangan APBD, RKPD, Renja SKPD dan RKA SKPD sebagai penerjemahan RPJMD.

Bupati sadar bahwa masyarakat harus dilibatkan sebagai subjek untuk ikut serta memajukan kabupaten kuda terbang ini. “Masyarakat bukan hanya menjadi objek dalam pembangunan. Masyarakat menjadi subjek yang harus dilibatkan mulai proses awal. Termasuk nanti juga saat implementasi program,” ujarnya. Yang dimaksud pelibatan masyarakat saat implementasi program adalah keterlibatan masyarakat melakukan evaluasi setiap program yang dilaksanakan. Karena itu, Kiai Busyro berharap digelarnya serap aspirasi RPJMD itu, dapat menganalisa program apa saja yang perlu ditingkatkan atau program baru yang mendesak dianggarkan. “Nah, setelah berbagai masukan dari perwakilan elemen masyarakat ini kami tampung, nanti kami akan bahas dan sinergikan dengan SKPD terkait,” jelas Bupati dalam sambutan

6 |MATA SUMENEP |28 MARET 2016

1. Pengumpulan Data/Informasi Kondisi Pelayanan SKPD 2. Penyusunan profil pelayanan RPJMD& prediksi jangka menengah 3. Tupoksi SKPD4. Perumusan Visi dan Misi RPJMD 5. Evaluasi Renstra SKPD (Renstra Dinas) periode lalu 6. Review Renstra K/L dan Renstra SKPD Provinsi 7. Identifikasi capaian keberhasilan dan permasalahan 8. Perumusan program (SKPD, Lintas SKPD, Kewilayahan) 9. Pembahasan Forum SKPD10. Berita Acara Hasil Kesepakatan Forum SKPD 11. Penyusunan Dokumen Rancangan Renstra SKPD

IV TAHAP PELAKSNAAN MUSRENBANG DAERAH JANGKA MENENGAH 1. Musrenbang RPJMD 2. Naskah Kesepakatan Hasil Musrenbang RPJMD

V TAHAP PENYUSUNAN RANCANGAN AKHIR RPJMD DAERAH / RENSTRA SKPD 1. 2. 3. 4.

Penyusunan Rancangan Akhir dokumen RPJM Daerah Penyusunan Naskah Akademis Ranperda RPJMD Penyusunan Rancangan Akhir dokumen Renstra SKPD Penyusunan Naskah Akademis Rancangan Perka SKPD

VI TAHAP PENETAPAN PERDA/PERKADA TENTANG RPJMD 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Penyampaian Naskah Perda RPJMD kepada kepada Bupati cq Bappeda Kabupaten Konsultasi dengan Bupati cq Bappeda Kabupaten Penyampaian Naskah perda RPJMD serta lampirannya kepada DPRD Pembahasan DPRD tentang Ranperda RPJMD Penetapan Ranperda menjadi Perda Dokumen RPJM-D yang telah disyahkan Dokumen Renstra SKPD telah disyahkan

serap aspirasi RPJMD yang didampingi Wabup Fauzi dan sejumlah tokoh masyarakat dan Formpimda.

FGD & Musrenbang RPJMD

Relawan Busyro-Fauzi, KH Darwies Maszar sangat berharap dalam tahap penyusunan RPJMD, Focus Group Discussion (FGD) dan Musrenbang RPJMD bisa terlaksana secara maksimal. Bagi amatannya, FGD menjadi salah satu titik kunci

dalam pengumpulan data atau informasi tentang kondisi pemkab Sumenep selama lima tahun. “Di FGD itu, segenap stakeholders bisa mendalami isu-isu strategis yang bergelindang di masyarakat dan sudah terumus dalam jaring aspirasi RPJMD,” terangnya kepada Mata Sumenep. Sedangkan maksud digelarnya Musrenbang RPJMD menurut mantan anggota DPRD Prov Jatim ini, guna mengkomparasikan hasil kajian stakeholders dari rumusan FGD. “Bupati dalam hal ini Bappeda sebagai institusi perancana program pemkab bisa mengkoneksikan atau mempertemukan usulan/ kebutuhan masyarakat (bottom up planning) dengan apa yang akan diprogram pemerintah (top down planning). Begitu idealnya penyusunan RPJMD melibatkan stakeholder non pemerintah melalui jaring aspirasi, FGD dan Musrenbang,” urai Kiai Darwies.

hamrasidi


28 MARET 2016 | MATA SUMENEP | 7


PARIWISATA

DISBUDPARPORA GENJOT PENGEMBANGAN PARIWISATA Disbudaparpora mencanangkan Sumenep menjadi pusat seni, budaya, dan destinasi parawisata Madura. Sudah menetapkan target, dimulai dari menggerakkan potensi wisata.

D

konsep itu, kesejahteraan masyarakat yang berbasis kemandirian nanti benar-benar nampak di depan mata. Ada pun langkah yang ingin ditempuh salah satunya adalah menggerakkan potensi wisata yang selama ini sudah dianggap berjalan. “Kita

i tengah geliat dan

boomingnya berbagai destinasi wisata dari

Kepala Disbudparpora, Sufiyanto berbagai potensi dan kekayaan daerah, Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemudan dan Olahraga (Disbudparpora) Kabupaten Sumenep menargetkan Sumenep menjadi pusat seni dan budaya, juga destinasi pariwisata di Madura. Hal itu akan dilakukan karena berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat Sumenep. Tentu saja cita-cita itu akan tetap menjadi konsep mati jika tidak ada langkah konkret. Pembuktian di ranah praksis inilah yang akan menjadi perhatian serius Disbuparpora. Kepala Disbudparpora Kabupaten Sumenep, Sofiyanto, mengaku memiliki beberapa langkah mewujudkan Sumenep menjadi pusat seni dan budaya, juga destinasi pariwisata di Madura itu. Ia berharap, dengan

memiliki banyak potensi wisata, termasuk di antaranya adalah wisata alam. Potensi itu menjadi salah satu kekayaan alam kita untuk mendongkrak kesejahteraan masyarakat,” paparnya, pekan lalu. Wisata alam tersebut di antaranya adalah Pantai Lombang, Pantai Slopeng, Gili Labak, Gili Iyang, Pantai Sembilan. Potensi wisata alam itu, kata Sofi, ke depan akan dimaksimalkan digerakkan, tentu dengan beberapa sentuhan agar tempat-tempat itu semakin memikat hati pengunjung. Segala bentuk fasilitas akan dibenahi, sehingga wisatawan merasa memiliki kenangan tersendiri setelah angkat kaki dari tempat-tempat wisata itu, dan berniat menyisihkan waktu untuk kembali merasakan

8 |MATA SUMENEP |28 MARET 2016

indahnya panorama alam tempat wisata tersebut. Khusus pengembangan Pulau Gili Labak, Disbudparpora membentuk paguyuban pengusaha pariwisata yang terjun di layanan transportasi. Para pelaku pengusaha pariwasata itu dikumpulkan untuk keperluan penyamaan tarif layanan. Penyamaan tarif perlu dilakukan untuk menghindari kebingungan masyarakat yang hendak pelesir ke Gili Labak. Terpenting juga soal keamanan pelayaran menjadi perbincangan serius pada pertemuan pengusaha pariwisata itu, sehingga masyarakat tidak dihantui was-was sebelum berangkat atau saat hendak pulang dari tempat wisata yang dituju. “Nah, soal keamanan ini, nanti akan berimbas pada modifikasi bentuk perahu yang bisa menjamin keselamatan penumpang. Kita tidak hanya ingin booming, tapi mengabaikan keselamatan pengunjung,” ungkap Sofi. Sofi mengaku mendengar kabar yang menyebut Gili Labak di kenal orang luar berkat usaha vendor wisata yang menjajakan layanan transportasi, bukan hasil jerih payah dinas yang dinakhodainya. Dia mengakui memang ada upaya itu. Tapi yang dilakukan vendor berbeda dengan yang dilakukan dinas. Kalau vendor lebih pada aspek bisnis, sementara usaha dinas lebih pada promosi pariwasata. Selain potensi wisata di atas, ada potensi wisata air yang selama ini dirasa masih kurang diperhatikan, yaitu wisata Kirmata yang ada di Desa Saronggi, Kecamatan Saronggi. Tempat wisata satu ini rencananya akan dikelola dengan menggandeng investor. Diharapkan, Kirmata ini juga akan menyedot perhatian

pengunjung. Dengan konsep baru yang dibawa, Sofi yakin, Kiramata akan menjadi salah satu primadona destinasi wisata. Selain akan menawarkan nilai eksotisme yang cukup menawan, pengolaan Kirmata juga memasukkan konsep outbond dan kuliner. “Konsep baru ini tentu saja tidak ada sebelumnya,” tegasnya. Dia menambahkan, lokasi Kirmata terletak di jalan laluan. Warga Sumenep yang hendak ke luar daerah bisa mampir terlebih dahulu ke tempat itu dengan alternatif jalan yang mudah dijangkau, begitu juga bagi warga luar daerah yang ingin mencecap keindahan semua potensi wisata masih bisa sejenak mampir di Kirmata. Dengan lokasi yang dirasa menunjang terhadap keeksisan wisata itu, geliat wisata Kirmata akan semakin bagus. Pengelolaan wisata religi, seperti Asta Tinggi dan Asta Sayid Yusuf, juga akan diubah. Mode transportasi yang sebelumnya langsung menuju tempat wisata, kini akan dialihkan menggunakan tansportasi khusus yang disediakan masyarakat sekitar. Dengan mode transportasi seperti itu, diyakini akan menggerakan perekonomian warga penyedia layanan transportasi alternatif. Dengan beberapa langkah tersebut, Sofi yakin, target Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor wisata akan tercapai. Tahun ini Disbudparpora menargetkan PAD sebesar Rp289 juta. Keyakinan itu didasarkan pada pencapairan target PAD tahun lalu sebesar Rp264 juta. “Tahun lalu target PAD terlampaui. Insya Allah tahun ini akan terlampaui lagi,” pungkas mantan Kabag Humas Setkab Sumenep itu.

rahmat/*


WIRAUSAHA

USAHA MACET INGIN KERJASAMA PEMERINTAH Sudah 7 tahun usaha tambak udang H. Mahar terganjal ijin dan virus. Tahun ini, ia berharap pemerintah bisa bekerjasama mempercepat izin dan memberikan arahan untuk kemjuan usahanya.

M

emulai karier dari usaha pangkalan kayu yang macet pada tahun 2003, H. Mahar akhirnya beralih usaha ke tambak udang. Bernama UD Sarijaya dengan ijin terbit pada tahun 2004, ia mengaku sempat sukses hingga tahun 2007. “Setelah pindah ke tambak udang, alhamdulillah saya berhasil,” katanya, memulai cerita. Bagaimana tidak, dengan 7

petak tambak seluas 3000 m2/ petak pada 2004, tiap petaknya bisa panen mencapai 4-5 ton setiap 4 bulan. Dengan harga udang Rp 36 ribu, waktu itu, ia mendapat keuntungan Rp 12 ribu/kg dengan biaya produksi Rp 24 ribu dari 0-panen. Jika ditotal, katanya, keuntungan dari 7 petak tambak tersebut minimal menghasilkan laba Rp 500 juta setiap 4 bulan. Sayangnya, kondisi itu tak berjalan lama. Mulai tidak jelas sejak 2008, akhirnya ia benarbenar jatuh di tahun 2014 lalu dan masih berlangsung hingga hari ini. “Udang banyak yang mati karena terkena virus dan beragam penyakit,” keluhnya, kepada Mata Sumenep.

Terganjal Virus dan Ijin

Salah satu tambak Udang H. Mahar di Desa Sendang

Malang benar H. Mahar. Tak hanya terugikan terus-menerus lantaran virus dan penyakit, rupanya UD Sarijaya juga tengah terganjal ijin. Sejak tiba waktu

perpanjangan pada tahun 2007 lalu, hingga kini ijin usaha tambak itu belum juga kelar. Padahal, kata dia, pihaknya sudah mengurus ijin itu berkali-kali. Sempat gagal dengan bantuan orang pada tahun 2007 dan 2011, akhir tahun lalu ia kembali ajukan permohonan. “Yang terakhir ini juga masih belum keluar. Kata BPPT cuma tunggu, tunggu, tunggu,” ujarnya, pekan kedua Maret lalu. Meski begitu, saat ini ia mengaku terus berproduksi. Sebab, sekalipun ijin belum terbit dan hasil panen cenderung impas dengan modal, produksi harus dipaksa berjalan demi lapangan kerja bagi 27 orang karyawan. “Sekarang kita agak macet. Tapi kalau benar-benar berhenti, saya mau usaha apa?” dalihnya.

Berharap Kerjasama Pemerintah Dengan segala persoalan yang dialami, kini H. Mahar

sangat berharap kerjasama dari pemerintah daerah. Kepada Mata Sumenep, ia mengatakan ingin sekali keluhannya disampaikan kepada pihak terkait bahwa usahanya kini butuh perhatian. Terutama soal ijin usaha dan pembelian solar yang sangat dibutuhkan. “Dengan hormat, kami mohon agar perijinan segera diselesaikan. Soalnya undang-undangnya minta segera ngurus, setelah ngurus ini belum ada kejelasan,” ujar warga Desa Sendang ini. Ia menambahkan, tak hanya sekedar minta dipercepat, segala hal yang kurang dari permohonan agar segera disampaikan supaya pihaknya tahu apa yang musti dipenuhi. Selain itu, ia juga meminta perhatian Dinas Kelautan dan Perikanan, kalaukalau ada program yang bisa membantu mengembangkan usahanya yang selalu mengalami kerugian. “Saya berharap kepada dinas terkait, jangan cari kesalahan pengusaha seperti kami. Tolong dibimbing biar maju, sebab kami ini juga membantu menciptakan lapangan kerja,” tandasnya.

masrul/rafiqi/*

INFO PENDIDIKAN

SMPN 1 Guluk-Guluk

GAET SISWA DENGAN MASCOT

M

athematic and Science Contest (MASCOT) digelar UPT SMPN 1 Guluk-Guluk, untuk ketujuh kalinya. Kali ini, ajang pemetaan kualitas siswa SD-MI Se-Kecamatan GulukGuluk itu, berhasil meraih anemo peserta lebih besar dari tahun sebelumnya. “Pesertanya sudah meningkat. Dulu 80-an, sekarang mencapai 132,” kata Kepala SMPN 1 Guluk-

Guluk, M. Chalid Mawardi, Kamis, 17 Maret lalu. Selain pemetaan kualitas dalam materi Matematika dan IPA, maksud dan tujuan MASCOT ke-7 SMPN 1 Guluk-Guluk tahun 2016, menurut Chalid juga untuk mensosialisasikan program sekolah kepada masyarakat sekitar serta ingin mengenalkan lingkungan SMPN 1 GulukGuluk kepada siswa SD-MI

sewilayah kecamatan. “Ini juga cara kami menggaet siswa,” jelasnya, kepada Mata Sumenep. Sementara itu, lanjut Chalid, MASCOT memiliki tujuan khusus untuk menambah semangat belajar siswa SD-MI agar semakin meningkat. Karena dorongan ingin menang, kata dia, otomatis semangat belajar mereka bertambah. Sehingga kepada guru-guru SD dan MI, ia meminta betul untuk

Kepala SMPN 1 Guluk-Guluk M. Chalid Mawardi, M.Pd menyiapkan siswa kelas 5 dan 6 agar bersiap dalam lomba. “Pesertanya memang kelas 5-6. Karena kelas 6 sudah akhir, maka kelas 5 ini adalah bibitnya,” jelas Chalid, soal katagori peserta.

masrul/rafiqi/*

28 MARET 2016 | MATA SUMENEP | 9


CERBUNG

Aeng Soca Ebu 2 Catatan Kecil di Sekolah

B

usyro, Muzaini, dan Mat Hasan mengenakan seragam putih hijau. Baju yang seharusnya berwarna putih telah berubah kecoklatan dimakan waktu, sedang celana pendek berwarna hijau mereka kenakan tanpa ikat pinggang dan menggantinya dengan karet. Di bahu mereka tercagklong kresek merah yang mereka fungsikan sebagai tas sekolah. Mereka juga

Oleh: Andilala*

tidak memakai sepatu atau sandal, seolah-olah kaki-kaki mereka telah bersahabat dengan dinginnya udara dan embun pagi yang menemani setiap langkah mereka melewati jalan setapak di pinggir sungai. Di

tengah suara gemericik air mengalir dan kicau burung yang merdu, Busyro, Mat Hasan, dan Muzaini bernyanyi lagu kesukaan mereka, yaitu lagu-lagu padang pasir. Busyro menjadi vokalis, sedangkan Mat Hasan dan Muzaini menjadi pemain musiknya dengan bertepuk tangan dan

bersenandung meniru musik gambus. Mereka juga menari saffin di jalan setapak yang sempit. Tanpa sadar mereka telah menghalangi jalan orang lain. “Aduh duh le’.. kalau kalian bertiga menutup jalan, terus saya lewat mana?” kata salah seorang warga yang kebetulan berpapasan dengan mereka. “Kak, sampeyan tahu tidak saya lagi bersama siapa?” tanya Muzaini sedikit protes. “Maksudnya, le’?” tanya orang itu tidak mengerti. “Maksud teman saya, dia itu lagi bersama saya dan Mat Hasan pemain gambus terkenal dari desa Beraji,” kata Busyro mendahului Muzaini. “Ah…kalian ini ada-ada saja. Minggir aku mau lewat!” kata orang itu dengan nada yang sedikit kesal dan langsung pergi. “Mat, begitu kalau orang tidak tahu caranya menghormati guru. Padahal saya tahu dia itu pernah nyantri di pondok,” kata Muzaini sinis. “Maksudnya, Ni?” tanya Mat Hasan. “Dia itu kan santri, seharusnya dia yang minggir dan mempersilahkan Kiai Busy untuk lewat. Bukan malah marah-marah seperti itu,” jelas Muzaini. “Benar juga kamu,” kata Mat Hasan. Mendengar perkataan kedua santri yang sekaligus temannya itu Busyro hanya tersenyum simpul. “Kalian ingat tidak waktu pengajian Ummi pernah bilang kalau ada batu atau duri yang menghalangi jalan harus dibuang ke pinggir? Tadi kita manghalangi jalan, dan kakak itu sudah berbaik hati hanya menyuruh kita minggir tidak membuang kita ke sungai,” jelas Busyro sambil tersenyum.

Redaksi Mata Sumenep menerima tulisan Opini, Cerpen dan Cerita Bersambung dalam berbagai perspektif (Islam, Budaya, Sosial, Politik-Pemerintahan, dan Ekonomi) dengan materi seputar Sumenep. Panjang tulisan maksimal 850-1200 kata. Tulisan bisa dikirim via email ke: matasumenep@gmail.com

10 |MATA SUMENEP |28 MARET 2016


CERBUNG Kata-kata Busyro itu membuat mereka tersipu malu sekaligus sadar bahwa mereka harus menilai orang lain dari sisi yang baik, bukan sebaliknya. “Tadi sebelum berangkat sekolah kalilan bilang kalian ingin menjadi orang pandai. Kalau boleh tahu, kelak kalian ingin jadi apa?” tanya Busyro kepada keduanya. “Tidak tahu, saya bersekolah SD karena waktu itu Nyi Nura menyuruh saya untuk sekolah,” jawab Mat Hasan. “Gimana dengan kamu Ni?” tanya Busyro pada Muzaini. “Saya juga sama dengan Mat Hasan. Kalau Kyai ingin jadi apa?” tanya Muzaini. “Aku ingin jadi penceramah. Kelak kalau aku diundang berceramah, kalian yang jadi Qori’ ya..” kata Busyro. “Siap, Kyai.” Muzaini dan Mat Hasan menjawab serentak. “Habibi…habibi…” Busyro bernyanyi lagi yang diikuti oleh Mat Hasan dan Muzaini sambil ber-saffin. *** Setelah berjalan selama tiga puluh menit, Busyro, Muzaini, dan Mat Hasan akhirnya sampai di SDN Paberasan. Di depan pintu pagar sekolah nampak Pak Zaini, guru kelas enam dan guru yang lainnya menyambut siswa yang datang. Busyro, Muzaini, dan Mat Hasan langsung memanggil salam dan bersalaman sambil mencium tangan para guru. Mat Hasan langsung masuk kelas bergabung dengan teman-teman lain yang sudah datang lebih dulu untuk membersihkan kelas karena sekarang adalah jadwal piketnya. Kelasnya begitu bersih, tidak ada sampah yang berserakan bahkan debu seolah-seolah malu untuk singgah di kelas itu. Sebab siswa kelas enam begitu menjaga kebersihan. Ada pemandangan yang menarik di sekolah itu, gurunya memakai baju hitam beskap dengan bawahanya berupa sewek dan juga memakai blangkon untuk guru laki-laki serta terselip sebilah keris dipinggangnya sedangkan untuk guru perempuan memakai gelung. Sehingga guru

di SDN Paberasan kelihatan seperti bangsawan Madura yang membuat mereka lebih berwibawa. Neng…neng…neng… bel berdentang tiga kali pertanda anak-anak harus segera masuk kelas karena pelajaran akan segera dimulai. Pak Zaini, wali kelas Busyro memasuki kelas begitu bel selesai berdentang. “Ketua kelas silahkan disiapkan!” perintah pak Zaini. Busyro sebagai ketua kelas langsung berjalan ke depan untuk memimpin teman-temannya berdo’a. “Di tempat duduk, siap gerak! Berdo’a mulai!” perintah Busyro kepada teman-temannya. Anak-anak kelas enam berdiri di bangkunya sambil berdo’a dengan khusyuk. “Berdo’a selesai,” ujar Busyro mengakhiri do’a bersama. “Assalamu’alaikum Warahmatullah,” pak Zaini memanggil salam. “Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh..” jawab para murid serempak. “Bapak senang kalian berdo’a dengan khusyuk. Berdo’a itu memang harus khusyuk, karena ketika berdo’a kalian sedang memohon kepada Allah SWT sama seperti kalian meminta uang kepada orang tua kalian jadi kalian harus melakukannya dengan sungguh-sungguh. Silahkan duduk!” Busyro dan teman-temannya belajar dengan penuh semangat. Tidak ada yang bergurau di tengah pelajaran. Mereka memperhatikan setiap kalimat yang disampaikan oleh Pak Zaini. “Sekarang kalian kerjakan soal ulangan berhitung yang ada di papan tulis. Kerjakan dengan benar dan yang terpenting harus jujur!” kata Pak Zaini. Semua siswa kelas enam mengerjakan soal berhitung dengan tekun. Ada yang tersenyum penuh keyakinan karena yakin dengan jawabannya, ada juga yang melihat langit-langit kelas seolah menghitung jumlah genteng, mungkin mereka mencari inspirasi di balik genteng-genteng itu, dan ada juga yang garuk-garuk

kepala karena bingung. Tidak lama kemudian, Muzaini berdiri dengan penuh keyakinan melangkah maju ke meja guru untuk mengumpulkan hasil ulangannya. Setelah itu, Busyro juga menyusul berdiri mengikuti Muzaini. “Kalian sudah selesai?” tanya Pak Zaini. “Ya pak,” jawab mereka serentak. “Kalian sudah yakin dengan jawaban kalian?” tanya pak Zaini. “Saya sudah yakin dengan jawaban saya,” jawab Busyro. “Ya Pak, saya juga yakin,” kata Muzaini. “Ya sudah, silahkan dikumpulkan,” kata Pak Zaini. “Ya Pak,” jawab mereka serentak. Neng...neng... bel berbunyi dua kali menandakan waktu istirahat telah tiba. “Sekarang kalian boleh istirahat, nanti setelah istirahat hasil ulangan akan dibagikan,” ujar Pak Zaini. “Baik, Pak,” jawab siswa kelas enam serentak. Di halaman sekolah sudah ramai siswa dari kelas lain yang sudah keluar kelas lebih dulu. Mereka asyik dengan kesenagan mereka masing-masing. “Uangku masih ada, Mat?” tanya Busyro pada Mat Hasan. “Ada, Kiai,” jawab Mat Hasan. “Kalau begitu aku mau beli rujak ke Nyi Sama’innah. Kalian mau beli juga?” kata Busyro kepada teman-temannya. “Ya, kami mau beli juga,” kata teman-temannya serentak. Mereka lalu berjalan menuju warung yang terbuat dari bilah bambu sebagai tiangnya dengan beratap ilalang. Di bawahnya duduk seorang wanita setengah baya di sebuah lencak. Di hadapan wanita yang bernama Nyi Sama’inna itu ada berbagai macam perlengkapan membuat rujak seperti cobik dan cek-kocek, wadah kecil berisi petis, gaddhang berisi irisan buah pepaya dan kedondong, dan ada sebuah kelmo’ berisi air. “Nyi Sama’innah, saya mau beli rujak dulit, buahnya pakai pepaya,” kata Busyro.

“Ya. Kalian juga mau beli?” tanya Nyi Sama’innah pada teman-teman Busyro. “Iya, Nyi. Saya buahnya pakai kedondong,” kata Muzaini. “Kalau saya campur, Nyi. Pepaya dan kedondong,” sambung Tris. “Saya pepaya saja tanpa kedondong,” kata Mat Hasan. “Busy dan Mat Hasan pakai pepaya, Muzaini pakai kedondong, Tris campur.. Semuanya pedas?” ulang Nyi Sama’innah. “Ya benar, seratus untuk Nyi Sama’innah,” kata mereka serentak sambil tertawa. “Kalian ini ada-ada saja. Sudah sana duduk, saya buatkan dulu rujaknya,” kata Nyi Sama’innah. “Siap...” kata Busyro dan temantemannya. Nyi Sama’innah hanya tersenyum melihat tingkah Busy, Muzaini, Tris, dan Mat Hasan yang selalu riang. Mereka duduk di lencak sambil melihat Nyi Sama’innah memotong buah sesuai pesanan dengan cepat dan cekatan, lalu mengulek petis, lombok, dan air di cobik untuk bumbu rujaknya. Aroma khas rujak dulit mulai menguar, membuat keempat anak itu menelan ludah. Rujak dulit Nyi Sama’innah, meskipun terbuat dari bahan dan buah yang sederhana, tapi rasanya nyaman onggu. “Ini yang Busy dan Mat Hasan, ini untuk Tris, dan ini untuk Muzaini,” kata Nyi Sama’innah sambil membagikan piring yang berisi rujak dulit. “Uiiiiihhhh sedapnya...” kata mereka serentak sambil menyambar piring masingmasing. Rujak dulit Nyi Sama’innah adalah rujak dulit terlezat di dunia bagi mereka, maklum mereka tidak pernah beli rujak di tempat lain. “Hei...jangan lupa sebelum makan kita harus baca... bismillahirrahmanirrahim..” kata Busyro, mengingatkan ketiga temannya. “Bismillahirrahmanirrahim...” sahut ketiga temannya mengikuti.

bersambung... *Guru SDN Pangarangan III, Kec. Kota Sumenep.

28 MARET 2016 | MATA SUMENEP | 11


MATA BUDAYA

LUDRUK MADURA: SENI PERTUNJUKAN DAN KUASA AJHING (4)

S

Tari Remo/Nremo yang biasa dipentaskan dalam pembukaan pertunjukan ludruk (foto/ist)

emua sudah mafhum bahwa pengaruh ajhing Madura lama terlihat pada ciri lawakannya yang diwarisi ludruk. Itu pula yang mendasari kuatnya kelahiran ludruk Madura sebagai entitas kesenian yang lahir dari rahim daerah pulau Garam ini, khususnya di Kabupaten Sumenep. Dan sejauh ini, selain Kalianget, jelas sekali bahwa Saronggi sebagai salah satu tempat berkembangnya ajhing memiliki pengaruh kuat terhadap kelompok ludruk Madura di wilayah barat dan utara. Sebuah pertanda sekaligus petanda akan eksistensi suatu kesenian daerah. Akan tetapi, selain muasal, pengaruh dan perkembangan, ada sisi lain yang perlu dibahas dalam perbincangan ludruk ini. Sebagai sebuah lakon yang dipentaskan, ludruk memiliki struktur pertunjukan, repertoar dan berbagai gaya lokal. Semua itu merupakan satu kesatuan yang disajikan dalam setiap pertunjukan ludruk, yang tak bisa kita lupakan.

Karakter dan Struktur Pertunjukan Soal karakter dalam pertunjukan ludruk, Wikipedia Bahasa membahasnya dari soal dialog. Menurut situs ini, dialog atau monolog dalam ludruk dipastikan bersifat menghibur dan membuat penontonnya tertawa. Hal itu biasanya dilakukan dengan menggunakan bahasa khas masing-masing daerah, seperti Surabaya, Jombang, Malang, Madiun dan tentu Madura, dengan

12 |MATA SUMENEP |28 MARET 2016

logat yang berbeda. Disisi lain, penggunaan bahasa lugas pada ludruk juga merupakan karakter yang melekat. Dengan bahasa tersebut, pada akhirnya membuat ludruk menjadi kesenian yang mudah diserap oleh kalangan non intelek, seperti tukang becak, peronda, sopir angkutan umum, dan lainnya. Sementara dalam struktur pertunjukan, Wiki mencatat strukturnya dengan ringkas dan juga tanpa merinci ragam kecenderungan dari setiap daerah yang berbeda. Menurut data ini, sebuah pementasan ludruk dikatakan biasa dimulai dengan Tari Remo dan diselingi dengan pementasan seorang tokoh yang memerankan “Pak Sakera�, seorang jagoan dari Madura. Padahal, sebagaimana ulasan ludruk pada umumnya, dalam bahasan dialog dan monolog, informasinya justru cenderung mencerminkan ciri ludruk Jawa Timur daripada menyebut unsur Madura. Namun, berbeda dengan sumber pertama, struktur pementasan ludruk menurut Tim Indonesia Exploride Indonesia Kaya, terdiri dari 4 bagian. Keempatnya yaitu, pembukaan yang diisi dengan atraksi tari Ngremo atau Remo, atraksi Bedayan yang berupa penampilan beberapa travesti yang berjoget ringan sambil melantunkan kidungan Jula-Juli, adegan lawak atau dagelan, dan penyajian lakon atau cerita yang merupakan inti dari pementasan.

Sumber ini juga menyebutkan, biasanya pementasan ludruk dibagi menjadi beberapa babak dan setiap babak juga dibagi lagi menjadi beberapa adegan. Di sela-sela bagian ini pula biasanya diisi selingan yang berupa tampilan seorang travesti dengan menyajikan satu tembang Jula-Juli, yang sangat popular dengan Cak Kartolo dari grup ludruk Kartolo CS. Di satu artikel dengan penulis berbeda, sumber Indonesia Kaya mengulas bahwa pertunjukan ludruk memang dimulai oleh tari Remo. Namun begitu, berbeda dengan pertunjukan Tari Remo pada biasanya, kata sumber ini, tari Remo yang menjadi pembukaan pertunjukan ludruk hanya dibawakan oleh seorang penari. Selain itu, satu sumber dengan penulis berbeda ini juga menyebutkan tidak adanya pakem yang pasti mengenai pertunjukan ludruk. Hal itu baik mengenai jumlah pemain, jumlah babak, dan sebagainya, termasuk dengan cerita yang dibawakan. Padahal terkait jumlah pemain misalnya, Helene Bouvier dalam La matiere emotion. Les arts du temps et du spectacle dans la societe madouraise (Indonesie) (2002: 138) mengatakan, kini rombongan loddrok terdiri dari sekitar lima puluh orang (pemain musik, pemain teater, pelawak, teknisi, sutradara) yang tidak satu pun merupakan tenaga purnawaktu dan profesional teater. Dengan pernyataan ini, setidaknya terdapat jumlah mayoritas yang lumrah dalam jumlah pemain ludruk, serta menegaskan keragaman realitas dalam praktik pertunjukan seni yang satu ini. Meski begitu, secara lebih lanjut, Agung dalam Indonesia Kaya masih pula menyebut bahwa dalam pertunjukan ludruk memang tak terlalu menyoal perkara jumlah pemain, jumlah babak, maupun cerita. Menurutnya, dalam pertunjukan ludruk justru sangat dipentingkan kemampuan para pemain untuk dapat berimprovisasi dan mengembangkan jalan cerita. Sebab selain sebagai celah lawakan, improvisasi dalam naskah yang dibuat juga merupakan ciri tersendiri saat ludruk dipentaskan.

bersambung‌ *) disusun dari berbagai sumber


MATA BUDAYA

KOSA KATA BASA MADURA (5)

Cemmacemma Basa Pangangguy, Pakakas & Lalakon

28 MARET 2016 | MATA SUMENEP | 13


Kesehatan Kesehatan

Sehat tidak harus Mahal

Sembilan Buah Ini Ampuh Turunkan Kolesterol

K

olesterol adalah lemak yang dapat ditemukan di dalam darah, yang dibutuhkan sel tubuh. Selain diproduksi tubuh secara alami di dalam hati, kolesterol juga didapat dari makanan yang kita konsumsi. Secara lebih rinci, kolesterol terbagi dalam dua jenis, yaitu LDL (low-density lipoprotein) dan HDL (highdensity lipoprotein). LDL, sering disebut kolesterol jahat, dapat meningkatkan risiko sakit jantung, serangan jantung maupun stroke. Sementara HDL atau disebut kolesterol baik, justru mampu menekan risiko munculnya beragam penyakit tersebut. Di edisi kali ini, Mata Sumenep memang tidak membahas seputar kolesterol dan akibat yang ditimbulkan dari produksi yang tidak stabil dalam tubuh manusia. Namun, berikut kami sajikan salah satu cara ampuh menurunkan kolesterol dengan hanya mengonsumsi 9 buah, seperti dilansir situs kesehatan www.rumahgreenworld. com, www.alodokter.com, dan lainnya. 1. Alpukat Sampai kini, alpukat sering dianggap sebagai buah yang mengandung banyak lemak dan tidak baik untuk kesehatan. Namun begitu, banyak orang tidah tahu bahwa lemak pada alpukat adalah lemak menyehatkan, karena 63% penyusunnya adalah asam lemak tak jenuh, terutama asam lemak tidak jenuh tunggal. Makanya, dengan rajin mengonsumsi alpukat justru akan membantu menurunkan kolesterol jahat (LDL) yang sangat buruk bagi kesehatan.

2. Tomat Selain alpukat, tomat juga termasuk buah penurun kolesterol yang paling ampuh. Bahkan laporan riset di jurnal Maturitas menyebutkan, tomat yang sudah dimasak memiliki khasiat yang hampir sama dengan obat kimia penurun kolesterol seperti statin (obat gangguan jantung). Bedanya, tomat tidak memberi efek samping yang buruk seperti sakit otot, lemas dan bahkan kerusakan saraf. 3. Jeruk Nipis Selama ini jeruk nipis memang tidak terlalu banyak dikonsumsi secara langsung. Umumnya buah ini lebih banyak digunakan sebagai teman minum atau dicampur dalam masakan. Padahal jeruk nipis mengandung senyawa flavonoid yang berkhasiat menghambat produksi kolesterol LDL, sehingga otomatis akan mengurangi resiko serangan jantung. 4. Apel Bukan rahasia lagi bahwa apel merupakan buah yang sangat menyehatkan. Bahkan ada anggapan yang mengatakan makan apel setiap hari, maka Anda tidak perlu dokter lagi. Dari berbagai penelitian menyebutkan, mengonsumsi 2 buah apel setiap hari mampu menurunkan kadar LDL dalam darah hingga 40%, lebih efektif dibanding obatobatan kimia yang mengandung polifenol. Apel juga mengandung banyak beta glucan yang bermanfaat mengontrol produksi dan penyerapan kolesterol dalam tubuh. 5. Mangga Buah ini termasuk buah yang enak dan terjangkau jika

14 |MATA SUMENEP |28 MARET 2016

Foto/Ist

sedang musimnya. Tidak hanya itu, dibalik rasa nikmatnya, mangga juga termasuk buah penurun kolesterol yang handal. Mangga mengandung banyak serat prebiotik yang membantu menurunkan kadar kelesterol jahat dalam darah. Selain serat, ada juga pectin dan vitamin C yang mampu mengikis kolesterol LDL. Vitamin C ini akan mencegah kolesterol LDL teroksidasi, sehingga penumpukan plak dalam pembuluh darah bisa dihindari. 6. Jambu Merah Selain dipercaya sebagai asupan yang baik bagi penderita demam berdarah, jambu merah juga ternyata salah satu buah penurun kolesterol yang baik. Hal ini karena jambu merah mengandung banyak vitamin dan senyawa baik seperti flavonoid, vitamin C dan E, karotenoid dan selenium. Antioksidan flavonoid dikenal baik mampu menurunkan kadar kolesterol jahat dan trigliserida. 7. Anggur Selain enak dan segar, buah anggur juga memiliki banyak khasiat baik untuk kesehatan. salah satunya adalah sebagai penurun kolesterol yang ampuh. Buah anggur mengandung serat dan berbagai jenis senyawa

flavonoid dan zat catechin yang berkhasiat menurunkan kolesterol LDL, sekaligus meningkatkan kolesterol baik (HDL). Untuk mendapatkan manfaat buah ini secara maksimal, sebaiknya minumlah jus anggur dua gelas setiap hari. 8. Blueberry Buah blueberry sangat dianjurkan oleh para pakar kesehatan sebagai buah penurun kolesterol yang efektif. Senyawa pterostilbene yang terdapat pada buah blueberry ini mampu merangsang protein reseptor yang ada dalam sel, yang berperan penting dalam menurunkan kolesterol dan lemak tubuh lainnya. Selain blueberry, plum dan strawberry juga memiliki kandungan berkhasiat yang mirip. 9. Delima Hasil penelitian yang dilakukan National Academy of Sciences (AS) membuktikan bahwa jus delima mampu meningkatkan produksi oksida nitrat yang membantu mengurangi timbunan plak pada arteri. Kandungan antioksidan pada buah delima kabarnya mencapai tiga kali lipat lebih banyak dibanding anggur merah.

rafiqi/ *) diolah dari berbagai sumber


idaiknan Pdeniddik Pen

DALAM RENCANA PKG ONLINE DINILAI TELAT Dinas Pendidikan Sumenep mulai bangun secara perlahan. Berencana terapkan sistem PKG Online melalui Bidang Ketenagaan dan Pengawasan.

Jadikan PKG, Langkah Pembenahan Langkah ini, menurut Kepala Bidang Ketenagaan dan Kepengawasan Disdik, M. Anwarul Hidayat, akan dimulai dengan rencana pemantauan Penilaian Kinerja Guru (PKG) secara online. Selain berhubungan erat dengan kenaikan pangkat, sistem ini dinilai bakal memudahkan pemantauan berbasis data base bahwa sekolah tertentu sudah melakukan penilaian kinerja sesuai prosedur yang berjalan. “Jadi nanti kita bisa memantau kira-kira bagaimana pelaksanaan PKG yang dilakukan oleh UPT di setiap kecamatan. Tapi ini masih rencana,” ujar Dayat, panggilan Kabid Ketenagaan dan Kepengawasan. Penjelasan serupa juga disampaikan Kasi Ketenagaan

SMP dan SMA Kejurusan Disdik, Sunarto. Menurutnya, sudah ada sebuah server yang memang disediakan untuk jaringan online di bidang ketenagaan, dimana di dalamnya nanti akan berisi informasi PKG, PKKS, juga sistem layanan informasi yang jaringannya di sekretariat Dinas Pendidikan. “Itu nanti online ke sekretariat,” terang Sunarto, kepada Mata Sumenep. Namun,

itu, cuma tinggal membuka jaringannya. Pokoknya, saya ingin ada perubahan di ketenagaan,” jelasnya, Selasa, 15 Maret lalu. Sedangkan menurut Narto, terganjalnya realiasasi program tersebut karena gedung baru, memang sudah kesepakatan. Sebab, penjelasan dari penyedia jasa, pembongkaran dan pemasangan ulang dari gedung

Foto/Ist

B

ukan rahasia lagi jika dunia pendidikan Sumenep amat menjadi sorotan. Apalagi dengan beragam problem yang tak juga selesai disusul soal lain yang terus berdatangan, otomatis semakin menyudutkan pemangku bidang ini dalam wacana keseriusan pengelolaan. Bukan hanya soal kualitas out put dan fasilitas seperti sudah sering diberitakan, sisi ketenagaan merupakan hal yang juga tak bisa dilupakan. Menanggapi hal ini, Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Sumenep tampak mulai berbenah. Setidaknya, didorong persoalan carut-marut guru di wilayah kepulauan, Bidang Ketenagaan dan Kepengawasan Disdik hendak mengambil langkah demi langkah sebagai perubahan.

M. Anwarul Hidayat berbeda dengan penjelasan Kabid, Narto menyebut program ini sebagai Sistem Informasi Manajemen Bidang Ketenagaan. Sementara terkait pengadaan, baik Dayat maupun Narto mengaku sudah ada sejak tahun 2015 lalu. Namun saat dikonfirmasi soal nominal pengadaan, ia mengaku lupa dan menolak untuk menyebutkan. Hanya saja, keduanya memastikan bahwa servernya benar-benar sudah ada, hanya tinggal menunggu boyongan ke kantor baru dan melihat kekuatan anggaran. Begitupun dengan cara kerja dan operator sistem tersebut, Dayat mengatakan perkembangan selanjutnya akan berjalan saat kantor baru sudah difungsikan. “Kapan pindahnya, ya nunggu dari Pak Kadis. Yang penting, kita sudah siapkan semua

Muhammad Suhaidi lama ke gedung baru dipastikan memakan biaya ulang. “Makanya kita tunggu dioperasikan di gedung baru,” jelas Narto, 18 Maret lalu.

Diapresiasi Meski Telat Soal rencana pemantauan Penilaian Kinerja Guru (PKG) secara online ini, Dewan Pendidikan Kabupaten Sumenep (DPKS) menilainya sebagai sebuah langkah yang agak terlambat. Namun demikian, niat tersebut, kata Sekretaris DPKS Suhaidi, cukup positif untuk diterapkan. Apalagi, mengingat salah satu poin dalam program 99 Hari Kerja Bupati dan Wakil Bupati adalah menerapkan absensi online untuk pegawai negeri, khususnya di wilayah kepulauan dan terkhusus lagi untuk guru di kepulauan. “Jadi kalau Disdik punya

ikhtiar, punya mimpi, punya harapan, itu menurut saya sangat positif. Dan terus terang secara pribadi dan institusi di DPKS, saya sangat mengapresiasi langkah ini,” ujar Suhaidi. Lebih lanjut, ia meminta agar program tersebut jangan hanya sebatas rencana. Sebab berdasar informasi yang dikumpulkan DPKS, persoalan kedisiplinan guru di kepulaun kini sudah masuk pada konteks darurat lantaran aspek pengawasan yang sangat lemah. Karena itu, jika belum beroperasinya sistem tersebut lantaran menunggu difungsikannya gedung baru, Suhaidi menilai itu sebagai langkah yang kurang serius. Bahkan, apabila menjadikan gedung baru sebagai alasan untuk tidak berbuat, ia menyebut itu cara berpikir yang tidak mau maju. “Kapan lagi dinas akan berbuat kalau tidak dalam program 99 Hari Kerja Pak Bupati ini. Justru menurut saya, ini pintu masuk bagi Disdik untuk berbuat, beramal shaleh untuk peningkatan perbaikan kinerja guru di kepulauan. Jangan menunggu kantor baru! Kan masih gak jelas juga kapan pindahnya,” tegasnya, Minggu, 20 Maret lalu. Ia menambahkan, jika dalam semangat program 99 Hari Kerja Bupati dan Wakil Bupati, Kepala Dinas Pendidikan tidak berbuat, maka itu sama saja dengan tidak mendukung program Pemerintah Daerah untuk memperbaiki kinerja Aparatur Sipil Negara (ASN), khususnya di lingkungan Dinas Pendidikan saja.

rafiqi

28 MARET 2016 | MATA SUMENEP | 15


Hari Pertama: Bupati KH A. Busyro Karim rapat bersama di RSUD dr H. Moh. Anwar, Selasa (22/03). Bupati berencana berkantor beberapa hari di RSUD. Salah satu tujuannya agar lebih cepat peroleh inventarisasi masalah untuk dicarikan solusi.

Bupati Berkantor Sementara di RSUD Efek Bupati Kiai Busyro ngantor di RSUD mulai terasa. Salah satunya, keluarga pasien tidak lagi repot nebus obat dan pengurusan admin pasien SPM tersedia satu pintu di RSUD.

K

abar Bupati Sumenep KH A. Busyro Karim akan berkantor di RSUD dr H. Moh. Anwar Sumenep, sontak membuat suasana di rumah sakit hari itu mendadak lebih ramai dari sebelumnya. Informasi kedatangan orang nomor satu di kabupaten ujung timur pulau Madura ini di rumah sakit milik Pemkab tersebut ternyata mampu menyedot perhatian banyak pihak, termasuk para pengunjung dan awak media, lebih-lebih pihak rumah sakit sendiri. Kepada Mata Sumenep, informasi seputar tujuan Bupati ngantor di rumah sakit itu disampaikan tidak lain untuk memperbaiki sistem dan manajemen pelayanan kesehatan. Begitu pentingnya persoalan ini, sehingga Bupati turun gunung demi membenahi standar layanan yang selama ini kerap dikeluhkan banyak orang. Tak ayal, tepat pagi hari, Selasa, 22 Maret lalu, telah stand by Asisten III Pemkab Sumenep Edy Sutrisno, Direktur RSUD dr H. Moh. Anwar dr Fitril Akbar,

dan Kadis Kesehatan dr Fatoni serta beberapa staf mendahului kedatangan Bupati di lobi rumah sakit. Tiba tepat pukul 09.00 Wib di lokasi, Bupati langsung menuju ruangan Fitril di lantai atas, tanpa basa-basi. Kegiatan hari itu dimulai dengan rapat tertutup, yang kemudian diketahui untuk mengoreksi dan mencari solusi dalam meningkatkan pelayanan rumah sakit agar semakin baik. Memang, selama rapat berlangsung di ruang Direktur RSUD tersebut, sebagian awak media tetap setia menunggu pertemuan perdana itu selesai hingga titik 12.30 Wib siang. Namun sayang, usai rapat pun Bupati masih tidak bisa ditemui di luar ruangan. Pasalnya, suami Nurfitriana ini memilih istirahat dan shalat dzuhur di ruang itu hingga dilanjutkan kembali rapat kedua sejam kemudian. Beruntung, usai rapat pada pukul 14.50 Wib, Bupati langsung disambut awak media untuk memberikan keterangan

16 |MATA SUMENEP |28 MARET 2016

pers tentang seputar pertemuan tersebut. Namun begitu, beliau tak banyak berkomentar soal hasil rapat. Menurutnya, Pemerintah Kabupaten Sumenep telah jelas berkomitmen untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Karena itu, rapat perdana dimulai dengan membahas upaya pembenahan sitem dan manajemen RSUD melalui program peningkatan mutu pelayanan dan keselamatan pasien. “Saya dituntut untuk banyak bekerja, bukan banyak bicara,” katanya, kemudian berlalu menuju pintu keluar. Sementara Direktur RSUD dr H. Moh. Anwar, Fitril Akbar, saat ditemui Mata Sumenep, mengatakan pihaknya merasa senang atas kedatangan Bupati Sumenep dua periode tersebut. Sebab, kata Fitril, kehadiran Bupati merupakan pertanda i’tikad baik seorang pemimpin untuk mencari solusi tentang pelayanan terbaik di rumah sakit yang kini sedang dinahkodainya.

Di hari kedua, Bupati ngantor di RSUD pada jam 13.00 WIB. Apa hasilnya? “Salah satunya, setiap pasien tidak akan direpotkan penebusan obat ke Apotik. Rumah sakit harus menyediakan obat,” jelas Bupati kepada wartawan. Selain itu, bagi pasien SPM tidak lagi mengurus admin SPM ke Dinas Kesehatan. “Di rumah sakit akan ditempatkan petugas untuk mengurus SPM. Saya sudah perintahkan Dinas Kesehatan, Dispendukcapil dan Dinas Sosial untuk menempatkan staf di rumah sakit. Dengan harapan, kepengurusan SPM bisa langsung diselesaikan di rumah sakit. Keluarga pasien tidak lagi direpotkan ke Dinas Kesehatan,” imbuh Kiai Busyro. Dalam 99 Hari Kerja Bupati dan Wakil Bupati, A. Busyro Karim – Achmad Fauzi, Optimalisasi Pelayanan Rumah Sakit memang menjadi salah satu 9 program unggulan Karenanya, untuk mengawali langkah tersebut, aksi berkantor sementara di RSUD dipilih Bupati sebagai cara paling efektif dan efisien. Dengan berhadapan langsung dengan kondisi setempat, ia memastikan optimalisasi pelayanan rumah sakit bakal segara dicapai, sehingga pelayanan tak lagi banyak dikeluhkan warga.

rusydiyono/rafiqi/*


DIKLATPIM IV/97

GODOK KEPEMIPINAN DAN ETOS KERJA ASN TATA SDM: Pembukaan Diklatpim IV/97 oleh BKPP di SKD Batuan.

K

enyataan bahwa dalam melakukan suatu perubahan harus bertahap dan sistematis, sangat disadari oleh Bupati Sumenep, KH A. Busyro Karim. Oleh sebab itu, langkah pertama dalam tahapan tersebut, kata dia, harus dimulai dari penataan Sumber Daya Manusia (SDM) agar memiliki etos kerja serta kreativitas tinggi. Dalam konteks pembangunan Kabupaten Sumenep, ujung tombak SDM, menurut Bupati, adalah Aparatur Sipil Negara (SN). Dengan demikian, Bupati menyatakan ASN harus terus berbenah dan mencari inovasi terbaik untuk kemajuan Negara, khususnya Kabupaten

Sumenep sebagai daerah. “Inovasi itu harus dilakukan, dan itu harus diawali oleh PNS yang ada di Kabupaten Sumenep. Digelarnya DIKLATPIM ini tentunya sudah disesuaikan dengan tingkatan masing-masing, agar di tiap tingkatan ada inovasi. Makanya inovasi itu harus dimulai dari diri kita sendiri, setelah itu baru inovasi menjadi kekuatan,” paparnya, dalam sambutan pembukaan Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Angkatan 97 Tahun 2016, Senin, 21 Maret lalu. DIKLATPIM kali itu diikuti 40

orang pejabat eselon IV dengan rincian 20 orang dari dinas, 6 orang dari badan, 1 orang inspektorat dan 2 orang dari bagian di lingkungan Pemkab. Dengan materi diantaranya Diagnosa Kebutuhan Perubahan Organisasi, Taking Ownership, Merancang Perubahan dan Pembangunan Tim, serta Laboratorium Kepemimpinan dan Evaluasi, kegiatan di Gedung SKD Batuan itu mendatangkan tenaga akademik mulai dari pakar, praktisi dan tokoh profesional lainnya. Hal itu menurut kepala BKPP Sumenep R. Titik Suryati bertujuan untuk menggodok setiap individu pegawai di lingkungan Pemkab Sumenep

agar terbentuk kepemimpinan operasional dan memiliki etos kerja yang baik dalam menjalankan tugas serta fungsinya sebagai abdi Negara. “Terutama membentuk pemimpinpemimpin dimana peserta akan membuktikan dengan melakukan perubahan dalam praktek langsung di kantornya,” jelas Titik. Sementara Kabid Diklat BKPP Abd. Khalid menambahkan, sistem pelaksanaan kegiatan tersebut dibagi dua, yakni dalam bentuk in class dan out class. Sedangkan rencana tindak lanjut, menurutnya, untuk sementara telah direncanakan ke Sidoarjo, Malang atau ke kabupaten/kota yang sesuai dengan komposisi peserta DIKLATPIM 2016. “Karena peserta terbanyak dari Dinas Kesehatan,” terangnya, kepada Mata Sumenep.

rusydiyono/rafiqi/*

BIMTEK ADMINISTRASI

JELANG KENAIKAN PANGKAT BKPP GELAR BIMTEK

U

ntuk mewujudkan ketertiban Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sumenep, Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan (BKPP) setempat, menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) Penyelesaian Administrasi Kenaikan Pangkat bagi ASN, pada Rabu, 23 Maret lalu. Dalam acara yang digelar di Gedung SKD Batuan itu, Bupati Sumenep KH A. Busyro Karim berharap pasca kegiatan semua ASN di lingkungan Pemkab Sumenep menjadi paham dan tahu betul terhadap aturan yang mengikat pola kerja mereka sebagai abdi Negara. Adapun aturan yang wajib diketahui oleh semua ASN tersebut adalah Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 53 Tahun 2010 Pasal 3 tentang kedisiplinan dan kerajinan. Sebab, jika aturan tersebut tidak

diindahkan, ASN bersangkutan, kata Bupati, akan mendapat sanksi sesuai bentuk pelanggaran dan berdasarkan peraturan yang ada. “Pegawai itu harus banyak belajar, biar pintar dan kinerjanya bisa memenuhi target,” tegasnya, didampingi Wabub Achmad Fauzi. Bimtek Penyelesaian Administrasi Kenaikan Pangkat tersebut diikuti oleh 171 orang, terdiri dari Kasubag Kepegawaian di semua SKPD, UPT Pendidikan, dan UPT Puskesmas khusus periode April. Dari itu, menurut Kepala BKPP diharapkan semua permasalahan kelengkapan administrasi bisa terselesaikan

BINA ASN: Sambutan Bupati dalam Bimtek Penyelesaian Administrasi Kenaikan Pangkat., di SKD Batuan. dengan cepat dan baik sebelum batas ditentukan. “Maka kalau ada kekurangan terkait dengan kenaikan pangkat, bisa langsung dikomunikasikan dengan Kasubag Kepegawaiannya. Sehingga administrasi kenaikan pangkatnya bisa diselesaikan tepat waktu,” jelasnya, kepada Mata Sumenep. Titik menyebutkan, untuk periode April mendatang ada 1021 pegawai yang akan naik pangkat. Karena itu, ia menghimbau 1021 pegawai bersangkutan agar segera

menyiapkan administrasi dari sekarang supaya tak telat saat penyetoran. Begitupun disampaikan Kabid Kepangkatan dan Mutasi BKPP Sumenep, Bambang Suyitno. Selain untuk sosialisasi peraturan, dengan Bimtek tersebut diharapkan semua ASN di Kabupaten Sumenep bisa lebih baik dan tertib, terutama dalam persoalan administrasi. Sebab, kata Bambang, jika tidak tertib otomatis akan berakibat kepada kelancaran karir kepegawaian di masa depan.

rusydiyono/rafiqi/*

28 MARET 2016 | MATA SUMENEP | 17


Kisah Inspiratif Mengenal Sosok Hasan Basri

Salah satu Kepala TK lelaki di Desa Pakondang, Kecamatan Rubaru, Sumenep

DIPERCAYA SETELAH GAGAL JADI TKI Ia sempat putus asa dan memilih menjadi TKI ke luar negeri. Didorong manfaat bagi orang lain, mengantarnya menjadi kepala TK di salah satu lembaga dekat rumahnya.

M

embahagiakan kedua orang tua, menggapai cita-cita, dan bermanfaat bagi orang lain. Ketiga poin tersebut merupakan pijakan hidup seorang pemuda yang saban hari mengabdi di sebuah lembaga pendidikan swasta di Desa Pakondang, Kecamatan Rubaru, Sumenep. Pemuda itu bernama Hasan Basri. Anak pertama dari dua bersaudara ini, kini dipercaya menjadi Kepala Sekolah Taman Kanak-Kanak (TK) Islam AlQodiri setelah ia gagal berangkat ke Arab Saudi untuk menjadi TKI. Layaknya anak pada umumnya, Basri orang memanggilnya, mulai mengenyam pendidikan di SDN Pakondang, Kecamatan Rubaru hingga lulus tahun 2003 dan melanjutkan ke tingkat SMP di kecamatan yang sama. Lalu setamat dari pendidikan menengah pertama, putra pertama dari pasangan suami-isteri Muasan dan Ibu Siti ini memilih meneruskan pengembaraan intelektualnya ke MA 1 Annuqayah Guluk-Guluk pada pertengahan 2007 silam. Kepada Mata Sumenep, Basri mengaku tahun pertamanya di Pondok Pesantren Annuqayah memang kurang kerasan. Salah satu penyebabnya, karena latar belakang pendidikan sebelumnya bukan di lembaga pesantren. Karena itulah, membutuhkan waktu dan perjuangan baginya untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan baru. Hingga dua tahun disana barulah

ia sudah banyak teman dan mulai nimbrung di komunitas qira’ah, bahkan sempat menjadi Ketua Jami’atul Qira’ah. “Alhamdulillah, setelah dua tahun saya mondok di Ponpes Annuqayah tepatnya di Daerah Lubangsa Raya, saya sangat senang mengikuti latihan qira’ah,” paparnya, ketika ditemui Mata Sumenep, pekan kedua Maret lalu.

Gundah Gelar Sarjana Selanjutnya, kegelisahan melanda pemuda kelahiran Sumenep, 14 Juni 1991 ini usai diwisuda di Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (INSTIKA) akhir 2014 kemarin. Sebab, status sarjana yang bakal dibawa pulang ke kampung halaman dirasanya akan menjadi beban dan tanggung jawab hidup yang lebih berat. Dan rupanya, hal itu bukan sekedar prediksi belaka. Sebab semua menjadi nyata saat gelar sarjana tanpa aktivitas jelas yang dijalaninya hanya menjadi buah bibir tetangga. Walaupun awalnya Basri merasa semua itu tidak perlu diladeni, tetapi lama-lama ia mengaku risih dengan ocehan yang kerap datang padanya. Tak lama berselang, kegelisahan itu benar-benar membuat Basri sedikit tertekan. Meski hal itu pula yang membuatnya membangun banyak jaringan, sehingga suatu ketika mendapat saran salah seorang temannya semasa di Annuqayah agar berangkat ke Arab Saudi untuk menjadi driver disana. Karena tak ada

18 |MATA SUMENEP |28 MARET 2016

Hasan Basri pilihan, akhirnya saran tersebut juga membuat Basri yakin akan berangkat ke negeri para nabi itu. Bahkan tiga hari setelah mendapat informasi, Basri mengaku langsung belajar nyetir mobil ke lembaga kursus belajar nyetir mobil di Kota Sumenep.

Dipercaya Menahkodai TK Setelah bisa mengemudi si kuda besi itu, tekad Basri pun semakin bulat untuk mengais rezeki di di Arab Saudi. Singkat cerita, ia pun meminta restu kedua orang tuanya sekaligus meminta pertimbangan kepada sanak famili di keluarga besarnya. Namun rupanya takdir berkata lain, keinginan yang selama ini dipendam harus kandas dalam proses pamitan. Kedua orang tua dan kerabatnya kurang setuju jika ia harus menjadi TKI. Malah, Basri disarankan agar mengabdikan dirinya ke lembaga pendidikan agar ilmu yang di dapat semasa menempuh pendidikan di INSTIKA lekas bermanfaat. Terlebih, jurusan yang dipilih Basri waktu kuliah

adalah konsentrasi di bidang Pendidikan Agama Islam (PAI). “Kalau kamu ke Arab Saudi dan menjadi sopir, lalu kapan ilmu yang kamu dapatkan itu mengalir dan bermanfaat bagi orang lain,” kata Basri, menirukan pertanyaan kedua orang tuanya saat pamitan. Akhirnya memang benar. Seseorang hanya berusaha, dan Tuhan-lah yang menentukan segalanya seperti halnya Basri yang gagal menjadi TKI ke negeri kelahiran Nabi Muhammad itu. Dan tanpa diduga, Basri mengaku tiba-tiba malah dipanggil oleh Ketua Yayasan di lembaga terdekat di desanya. Yang lebih mengejutkan, ternyata ia dipanggil dalam rangka diminta menjadi kepala TK di lembaga tersebut. Karena itulah, tanpa sedikit pun ragu Basri langsung menerima tawaran itu. Dalam hatinya, ia bertekad akan menjalankan visi dan misi di lembaga yang baru di bebankan kepadanya. Yakni mencetak anak didik yang cerdas, iman, dan ceria.

rusydiyono/rafiqi


MATA PESANTREN

Ponpes Al-Muqri Bentengi Aqidah Aswaja Berdiri sejak 1916 silam, Pondok Pesantren rintisan KH Ahmad Muqri ini terus eksis membangun Sumber Daya Manusia (SDM) melalui pendidikan. Dipimpin KH Zainur Rahman sejak 2009, ponpes ini aktif bentengi aqidah Aswaja kepada setiap lulusan.

P

ondok Pesantren (Ponpes) Al-Muqri merupakan pesantren tertua di Desa Prenduan, Kecamatan Pragaan. Ponpes ini kini sedang menyisipkan materi ‘wajib’ sebagai barometer kelulusan santri yang harus dikuasai mulai dari Madrasah Ibdtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Dua materi itu adalah keNU-an dan Ahlussunnah Wal Jama’ah (Aswaja). Sebagaimana materi pelajaran lain, nilai dua materi itu dicantumkan dalam rapor. “Dua materi itu sudah diterapkan di pesantren sejak lima tahun yang lalu,” papar Pengasuh Ponpes AlMuqri, KH. M. Zainur Rahman Hammam, dua pekan lalu. Diterapkannya dua materi itu, lanjut Kiai Zainur, merupakan upaya membentengi aqidah Aswaja yang merupakan nafas berdirinya NU sebagai ormas diniyah ijtima’iyah terbesar. Penerapan dua materi itu diakui Kiai Zainur bukan maksud mendiskreditkan paham lain selain Aswaja. Hanya saja, hal itu sebagai upaya membentengi paham yang sudah dirawat sejak pendahulu. Terlebih paham Aswaja sudah dianggap pas diterapkan dalam konteks kenusantara-an.

Terbukti, Kiai Zainur tidak menampik ada ormas selain NU yang juga memiliki paham Aswaja. Tapi dia sendiri lebih memilih Aswaja ala NU karena dianggap lebih pas dijadikan pegangan. Kendati demikian, dia tidak mewajibkan santri maupun alumi terjun menjadi kader NU. Terpenting, dia ingin paham Aswaja tetap melekat dalam diri tiap santri dan para alumni. “Santri dan alumni tidak wajib menjadi kader NU, tapi aqidah Aswaja ini harus diperkuat. Monggo silakan mau di mana saja!” katanya.

Pertahankan Nuansa Salaf Ponpes al-Muqri didirikan KH. Ahmad Muqri pada tahun 1916 lampau. Sejak awal berdiri, pondok ini menerapkan metode pengajaran salaf. Setelah KH. Ahmad Muqri wafat pada tahun 1960, kepemimpinan pesantren diteruskan oleh sang menantu, KH. Moh. Ali Bakri. Dari kepengasuhan KH. Moh. Ali Bakri inilah pesantren mulai membuka pendidikan formal. Meski membuka jalur pendidikan formal, nuansa salaf tetap diteruskan. Cara mempertahankan nuansa salaf itu dilakukan dengan mewajibkan tiap jenjang pendidikan formal yang ada, mengajarkan materi pelajaran bermuatan lokal, atau harus ada pelajaran yang berbasis kitab kuning. Seperti halnya materi fiqh, tauhid, tajwid, dan akhlak dengan referensi kitabkitab klasik semacam ‘Aqidah al-‘Awām, Sullam al-Taufīq, Safīnah an-Najāh, Ta`lim al-Muta`allim,Taqrīb dan sebagainya. Setelah KH. Moh. Ali Bakri wafat pada tahun 1992, kepengasuhan ponpes diteruskan

KH Zainur Rahman: Pengasuh Ponpes Al-Muqri, Desa Prenduan, Kecamatan Pragaan, Sumenep, saat ditemui Mata Sumenep beberapa waktu lalu.

oleh KH. Abdullah Hammam Ali. Semasa kepemimpinannya di pondok, metode mengajar tetap mengacu pada metode yang diterapkan KH. Moh. Ali Bakri. Pondok tetap melanjutkan pendidikan formal yang di dalamnya tetap mengajarkan kitab kuning. Metode itu hingga kini tetap dipakai, yakni setelah wafatnya KH. Abdullah Hammam Ali pada tahun 2009 yang kemudian dilanjutkan oleh KH. M. Zainur Rahman Hammam. Kini, Ponpes Al-Muqri mengelola pendidikan formal dari tingkat Raudlatul Athfal (RA) Al Muqri, Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah (MII) Al Muqri, Madrasah Tsanawiyah Islamiyah (MTsI) Al Muqri, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Al Muqri. Selain itu, Al-Muqri juga mengelola pendidikan Madrasah Diniyah Al Muqri (MADINA). Aktivitas kegiatan belajar-mengajar (KBM) diniyah ini dilakukan di luar jam efektif

pendidikan formal dengan menggunakan kitab-kitab klasik standar pesantren pada umumnya semacam Amtsilatus Tashrif, Jurmiyah-ImrithiAlfiyah, Kaylāniy, Qawā’id al-I’lāl, Taqrib, Fath al-Qarib, Fath al-Mu`in, Safinah anNajā berikut Kāsyifah as-Sajā, Sullam at-Taufiq berikut Mirqāt Shu`ūd at Tashdiq, Ta`lim al-Muta`allim, Arba`in Nawawiyah, Lubāb alHadits, Tafsir al-Jalālain dan sebagainya. Selain itu, pesantren tidak menutup mata terhadap keterampilan yang dimiliki santri. Karenanya, tiap keterampilan yang dimiliki santri difasilitasi. Bentuk pehatian yang diberikan kepada santri itu adalah dengan mengadakan pelatihan-pelatihan. Di antaranya yang disukai santri adalah dunia jurnalistik, karya ilmiah, jahit dan bordir.

rahmat

28 MARET 2016 | MATA SUMENEP | 19


K. MOH. AHYAK SHOLEH Tarate, Pandian, Sumenep Majelis Taklim

P

embawaannya yang tenang, dan sesekali menghiasi wajahnya dengan senyum adalah ciri khas pria kelahiran Sumenep 1954 silam ini. Khususnya seperti yang ditunjukkan pada suatu sore beberapa waktu lalu. “Asssalamu’alaikum,” sapa Mata Sumenep, begitu memasuki halaman rumahnya, sore itu. “Wa’alaikum salam,” balas sang tuan rumah yang kebetulan tengah bersantai di ruang depan sekaligus tuang tamu. Ya, rumah yang bercorak kuna. Nuansanya juga kental dengan aroma sakral. Tampak di sekeliling dinding rumah terpajang sejumlah foto berbingkai ukuran lebih dari 10 R. Foto-foto para ulama atau Kiai di Madura dan Jawa Timur pada umumnya. Seperti di antaranya, foto Kiai Haji Zainal ‘Arifin Terate, Kiai Haji Aliwafa Ambunten, Kiai Haji As’ad Syamsul Arifin Sukorejo, Kiai Haji Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, Kiai Haji Sufyan Miftahul Arifin, para masyaikh Sidogiri, Sampang, Pamekasan, Bangkalan, dan lainnya. Rumah yang disambangi oleh tabloid ini memang memiliki benang merah dengan salah satu foto ulama yang terpajang disana. Rumah atau ndalem tersebut ialah bekas kediaman Kiai Haji Zainal Arifin Tarate, salah satu ulama besar Sumenep di masanya. Penghuninya, ialah tuan rumah yang menyambut Mata Sumenep, Kiai Mohammad Ahyak Shaleh, putra almarhum Kiai Mohammad Shaleh bin Kiai Haji Zainal Arifin. Dengan kata lain, Kiai Ahyak adalah cucu dari Kiai Zainal ‘Arifin.

Membaca Silsilah Kiai Zainal Arifin memang diketahui memiliki beberapa putra-putri. Diantaranya Kiai Haji Usymuni, Kiai Haji Mohammad Imam, Kiai Mohammad Shaleh, Kiai Haji Taqiyuddin, dan lainnya. Kiai Zainal Arifin sendiri adalah putra Kiai Thalabuddin yang berasal dari Bellu’ Slopeng, sebelum kemudian hijrah dan wafat di

SELALU MENJAGA TATA KRAMA Terate. Berdasar riwayat dan “Rumah ini memang catatan silsilah dari dibangun pertama kali Langgar Toros oleh Agung (kakek; Kebunagung, Kiai red). Sebelum Thalabuddin pada akhirnya masih memiliki ditempati oleh hubungan saya,” kata saudara dengan Kiai Ahyak, Kiai Toros melanjutkan pertama, yaitu bincangKiai Mudhfar bincang Kiai Mohammad Ahyak Shaleh Isma’il. Kiai selanjutnya. Mudhfar disebut berasal dari Rumah tersebut memang berada Kodas, Ambunten. hampir di paling barat area Ponpes Sementara Kodas berdasar Tarate. Di sebelah barat laut rumah catatan silsilah keluarga Kiai Kiai Ahyak adalah masjid Ponpes Raden Wongsoleksono Pandian, Tarate. Dulu, masjid tersebut merupakan sebutan yang mengacu adalah sebuah langgar tempat pada Langgar Kodas, yang Kiai Zainal Arifin morok. Langgar didirikan oleh Bindara Fata, adik tersebut kemudian dipugar dan Kiai Bayan, Waru Pamekasan. dibina’ menjadi masjid oleh Bindara Fata memang dikenal salah satu putra Kiai Zainal, yaitu menurunkan banyak ulama di almarhum Kiai Haji Taqiyuddin. Ambunten dan Sumenep pada Tata Krama, Bagian umumnya. Bindara Fata sendiri dari Akhlaqul Karimah adalah putra Kiai Agung Waru Pesantren Terate terbagi dalam dan Nyai Agung Waru binti beberapa bagian. Secara garis Raden Entol Janingrat. Dari garis besarnya ada empat bagian. pancer, Bindara Fata merupakan Masing-masing bagian memiliki keturunan Pangeran Katandur pengasuh dan dinaungi oleh alias Sayyid Ahmad Baidlawi, cucu yayasan yang berbeda. Dimulai dari Sunan Kudus. bagian Timur, ialah area pesantren Sementara di catatan silsilah yang diasuh oleh Nyai Hajjah Bani Buju’ Balang, Pakondang, Aqidah Usymuni, lalu di sebelah disebutkan jika ibu dari Kiai barat merupakan area pondok Thalabuddin, yaitu Nyai Arifah asuhan Kiai Haji Abdullah Khalil adalah putri dari Kiai Tharifa bin (menantu Kiai Usymuni), yang Kiai Abdul ‘Adil bin Kiai ‘Abdul berhadap-hadapan dengan area Karim alias Buju’ Agung Balang. pondok asuhan Kiai Haji Abdur Jika ditarik ke atas lagi, Kiai Abdul Rahem Usymuni. Dan yang paling Karim adalah putra Kiai Syits bin barat ialah area pesantren yang ‘Abdul ‘Alim bin Kunita bin Jasad diasuh oleh adik Kiai Ahyak Sholeh, bin Kiai Cendana alias Sayyid Zainal ‘Abidin, Kwanyar Bangkalan, Kiai Qusyairi. “Namun meski tidak satu cicit Sunan Ampel. pengasuh dan satu yayasan, bukan Sedang ibu Kiai Zainal bernama berarti tidak solid. Hubungan Nyai Aisyah. Nyai Aisyah keluarga tetap yang diutamakan. bersaudara dengan Nyai Sa’edah Apalagi ini lembaga pesantren dan Nyai Sarina. Sama-sama putri yang mengabdi dan difungsikan dari Kiai Marzuqi. Nyai Sa’edah bagi masyarakat umum,” tegas Kiai dinikahi oleh Raden Bagus Ashim Ahyak. bin Sultan Abdurrahman, dan Kiai Ahyak Sholeh merupakan melahirkan Raden Ario Abdulghani pensiunan Pegawai Negeri Sipil. Atmowijoyo, salah satu waliyullah Beliau purna tugas dua tahun besar Sumenep di masanya, yang lalu, tepatnya tahun 2014. Bisa sekaligus merupakan guru dari Kiai dibayangkan kesibukannya Zainal Arifin.

20 |MATA SUMENEP |28 MARET 2016

ketika masih aktif sebagai abdi Negara ditambah kegiatan yang berhubungan dengan sosial masyarakat dan pesantren. Meski tidak langsung membawahi para santri di Tarate, Kiai Ahyak tetap dilibatkan dalam setiap aktivitas yang berhubungan dengan pesantren. Terlebih lagi saat ini beliau diserahi sebagai Ketua Ta’mir Masjid Tarate. “Ya, saat ini lebih fokus mengurus Masjid yang merupakan peninggalan sesepuh,” katanya. Disamping mengurus masjid Terate, Kiai Ahyak juga dipercaya sebagai pimpinan ojagan (Khwajakan) Thariqah Naqsyabandiah Muzhhariyah. Menurut Kiai Ahyak, sebenarnya yang ditunjuk awal oleh Mursyid Thariqah ialah saudara sepupunya, yaitu Kiai Abdur Rahem Usymuni. Namun kemudian Kiai Rahem memasrahkannya pada Kiai Ahyak, dengan persetujuan mursyid. “Namun setiap ada kegiatan atau segala sesuatu yang berkaitan dengan perkumpulan, jama’ah maupun thariqah saya tetap berkonsultasi dengan Haji Rahem. Jadi tata krama tetap dipakai. Tata krama pada yang mempercayai saya untuk memimpin kwajagan thariqah, meski dia itu masih adik sepupu saya,” tambah Kiai Ahyak. Menurut Kiai Ahyak, tata krama tidak hanya ditunjukkan bagi seseorang yang dari segi usia lebih tua. Namun terhadap yang lebih tua, dan apalagi terhadap guru atau tokoh yang dituakan, maka tata krama wajib dipakai. “Ini adalah bagian dari akhlaqul karimah,” imbuhnya. Oleh karenanya, Kiai Ahyak berpesan agar tata krama harus selalu dijaga. Tidak semata atau hanya merupakan tradisi atau adat ketimuran, tata krama juga merupakan bagian dari akhlaq yang menjadi sebab diutusnya Rasulullah SAW untuk memperbaikinya. “Jadi jangan sampai ditinggalkan,” tutupnya sambil tersenyum.

R B M Farhan Muzammily


Tersadar Berkat Istiqamah Bershalawat Nabi SAW Ismail, ayah Rabi’ah sempat menyadarkan Gubernur Bashra, Isa al Zadan setelah mendapat pesan dari Rasulullah. Sang Gubernur sadar dirinya alfa bershalawat kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang biasa baca tiap hari dan tiap Jumat malam. Sang Gubernur menaruh hati kepada ayah Rabi’ah yang terkategori keluarga sangat miskin tapi memiliki hubungan sangat dekat kepada Allah Swt dan Rasulullah SAW. Siapa yang tidak kenal Rabi’ah al-Adawiyyah? Beliau dikenal sebagai sufi perempuan pertama yang memperkenalkan madzhab cinta kepada Allah Swt. Diluar ketenarannya, Rabi’ah lahir dari keluarga sangat miskin. Waktu kelahiran Rabi’ah, Isma’il, ayahnya, tidak memiliki setetes minyak untuk mengolesi pusar Rabi’ah. Rumahnya pun gelap gulita karena tak ada lampu penerang. Dan tidak ada kain untuk membungkus tubuh bayi Rab’iah. Ayah Rabi’ah memiliki tiga anak perempuan. Rabi’ah termasuk anak perempuan keempat. Itulah mengapa dinamai Rabi’ah (artinya keempat). Sang istri kebingungan karena bayi yang baru dilahirkan ke dunia sudah menderita akibat kemiskinannya. “Pergilah ke tetangga dan minta setetes minyak agar aku dapat menyalakan lampu,” pinta istri Ismail. Namun, Ismail terlanjur

bersumpah tidak akan meminta apa pun dari manusia. Karena didesak sang istri dan melihat bayi baru lahir sungguh menderita, Ismail dengan terpaksa pergi dan menyandarkan tangannya di pintu-pintu rumah tetangganya. Selang beberapa menit, Ismail kembali pulang ke rumah dengan tangan hampa karena tidak ada yang membukakan pintu. Mendengar sang suami tidak membawa apa-apa, ibu Rabi’ah menangis pilu. Dalam keadaan membingungkan, ayah Rabi’ah menyandarkan kepala di atas lututnya dan tertidur. Dalam tidurnya, ayah Rabi’ah bermimpi berjumpa Nabi Muhammad Saw. “Jangan bersedih,” hibur Nabi Saw. “Anak perempuanmu yang baru saja lahir adalah seorang ratu diantara kaum wanita. Putrimu kelak akan menjadi pemberi syafaat bagi 70 ribu umatku kelak,” lanjut Nabi Saw dalam mimpinya. Di dalam mimpi itu, Nabi Saw memerintah ayah Rabi’ah untuk menemui Gubernur

Bashrah. “Pergilah kepada Isa al Zadan, Gubernur Bashrah. Tuliskan kalimat ini di atas selembar kertas: Setiap malam kau bershalawat atasku seratus kali dan empat ratus kali pada Jumat malam. Kemarin malam adalah Jumat malam dan kau melupakanku. Untuk menebusnya, berikan kepada laki-laki pembawa surat ini, sebanyak empat ratus dinar yang kau peroleh secara halal.” Seketika ayah Rabi’ah terjaga dari tidur. Ayah Rabi’ah tak kuasa mengingat perjumpaan dengan Sang Nabi Saw walau dalam mimpi. Tak terasa air mata bercucuran membasahi pipinya. Beliau bangun dan menuliskan kalimat sebagaimana yang diperintahkan Nabi Saw. Lalu surat itu dikirim ke Gubernur Bashra melalui pembantu Gubernur. “Bagikan dua ribu dinar kepada fakir miskin,” perintah Gubernur setelah ia membaca pesan. “Sebagai ungkapan syukurku karena Nabi Saw mengingatku. Bagikan juga

orang tua itu empat ratus dinar dan katakan padanya,” sambung Gubernur. Kemudian Sang Gubernur menemui ayah Rabi’ah. “Aku dapat bertatap muka dengan Anda. Namun kurang pantas Anda datang menemuiku. Lebih pantas bila aku yang mendatangi Anda dan menempelkan janggutku di ambang pintu rumah Anda,” ucap Gubernur. Dari pertemuan singkat itu, Sang Gubernur berharap ayah Rabi’ah tidak sungkan menyampaikan kepada dirinya apa yang menjadi kebutuhannya. “Aku memohon pada Anda dengan sangat, Demi Allah, apa pun yang Anda butuhkan, beritahu aku,” pinta sang Gubernur. Dalam kisah, ayah Rabi’ah hanya disebut menerima uang pemberian Gubernur dan membeli segala yang dibutuhkan. Tidak ada keterangan bagaimana komunikasi lebih jauh antara Sang Gubernur dan ayah Rabi’ah.

*Disadur dari buku Kisah-Kisah Sufi Agung.

28 MARET 2016 | MATA SUMENEP | 21


LISTRIK KEPULAUAN

BERENCANA KEMBANGKAN LISTRIK TENAGA GAS UNTUK KEPULAUAN Aliran listrik untuk kepulauan dirasa belum maksimal. Melalui ESDM, Pemkab berencana kembangkan Listrik Tenaga Gas.

SOLUTIF: Kepala Kantor ESDM Sumenep, Abd. Kahir.

K

eluhan akan kebutuhan aliran listrik di daerah kepulauan Sumenep belum juga berakhir. Meski sudah ada Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) dan terbaru disusul Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang dipasang di beberapa titik, keduanya masih belum sepenuhnya menjawab kebutuhan warga akan listrik. Akibatnya, warga kepulauan pun terus menyampaikan keluhan dan berharap segera dicarikan solusi yang cemerlang. Menjadi kabupaten yang wilayahnya banyak terdiri dari kepulauan, persoalan listrik di Kabupaten Sumenep memang perlu menjadi perhatian. Sehingga wajar, jika Kepala Kantor Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sumenep, Abd. Kahir, pun membenarkan bahwa aliran listrik di kepulauan memang belum maksimal. Ditemui di ruangannya, beberapa waktu lalu, Kahir mengakui jika listrik dari PLTD dan PLTS yang sudah dikembangkan selama ini memang belum memenuhi kebutuhan warga. Karena itu, untuk menyiasati kebutuhan listrik warga kepuluaun, saat ini

pemerintah daerah berencana akan mengembangkan Listrik Tenaga Gas. “Tahun ini kita memang ada perencanaan (mengembangkan Listrik Tenaga Gas, red),” ujar Kahir, dua pekan lalu. Untuk mengembangkan listrik tenaga gas itu, Kahir mengatakan pihaknya memang masih perlu diskusi serius dengan beberapa pihak terkait, diantaranya dengan pihak PLN setempat. Tapi yang jelas, rencana itu diakui sudah mantap untuk kepentingan warga kepulauan. Meski tidak bisa digarap tahun ini karena masih memerlukan tahapan-tahapan, ia yakin rencana tersebut kemungkinan besar bisa direalisasikan satu tahun mendatang. “Jika pembangkit listrik tenaga gas ini nanti berjalan, prioritas kami untuk Pulau Sapudi dan Arjasa,” jelas mantan Kabag Humas Setkab Sumenep ini. Sementara warga Desa Talaga, Kecamatan Nonggunong, Pusawi, menyambut baik gagasan Pembangkit Listrik Tenaga Gas di daerah kepulauan. Ia berharap, gagasan tersebut bisa menjawab kebutuhan listrik warga pulau yang selama ini memang tidak pernah

22 |MATA SUMENEP |28 MARET 2016

beres. Sebab, kata dia, selain tidak full selama 24 jam, yakni hanya dari pukul 5 sore sampai pukul 5 pagi, nyala listrik di kampung halamannya juga tidak berlangsung penuh selama sepekan. Meski tidak rata, ia membeber bahwa dalam sepekan masih terdapat 1 hari yang nyala listriknya hanya berlangsung selama 6 jam, dari pukul sore hingga pukul 12 malam. Sehingga aktivitas warga yang sangat bergantung pada aliran listrik sangat terganggu, termasuk kegiatan berbau bisnis. “Kondisi ini tentu saja sangat merugikan kami, karena kami juga memerlukan listrik yang full selama satu minggu,” keluhnya, kepada Mata Sumenep. Padahal, menurut Pusawi, potensi bisnis di Pulau Sapudi sangat banyak. Tapi karena aliran listrik bermasalah, akhirnya banyak bisnis tidak bisa dijalankan sesuai potensi yang ada. Ia mencontohkan pabrik es dan foto copy yang sangat menguntungkan. Warga disana notabene merupakan nelayan. Es bagi nelayan sangat penting untuk pengawetan ikan tangkapan. Sementara bisnis foto copy sangat dibutuhkan oleh lembaga sekolah, sehingga bisa mendatangkan keuntungan besar jika aliran listrik prima. Memang, berdasarkan informasi yang ia terima, listrik tidak menyala sehari penuh karena kapasitas mesin diesel di daerahnya kecil. Tapi menurutnya, alasan itu justru dianggap janggal, sebab aliran listrik ternyata masih mampu menjangkau dua kecamatan sekaligus. Karena itu, ia berharap pemerintah serius menyikapi persoalan aliran listrik di kepulauan, lebih-lebih di pulau yang kini dihuninya.

“Ini perlu saya pertegas, masalah listrik sangat tidak membantu perekonomian kami,” tandasnya. Keluhan warga ini pun diamini oleh anggota DPRD Sumenep dari daerah kepulauan, Akhmad Zainur Rahman. Politisi Partai Demokrat itu bahkan memaparkan kondisi tersebut sudah berlangsung selama bertahun-tahun. Tapi hingga kini, ia menilai belum ada langkah konkret yang dilakukan pemerintah agar kebutuhan listrik warga bisa terpenuhi. Oleh karenanya, ia mengaku sangat mengapresiasi gagasan apa pun yang berkaitan dengan keterpenuhan listrik warga. “Banyak aktivitas warga yang membutuhkan aliran listrik,” paparnya. Pria yang kerap dipanggil Azed itu menuturkan, selain tidak menyala selama 24 jam, warga juga bergantian dalam menikmati fasilitas listrik. Misalnya hari ini menyala, maka besok cenderung bisa dipastikan tidak akan menyala. Sehingga aktivitas warga yang sepenuhnya disokong penggunaan listrik, terbengkalai begitu saja. Setelah ditelisik lebih jauh, lanjut Azed, aliran listrik tidak normal memang karena kapasitas mesin tidak sesuai dengan kebutuhan. Selain itu, pasokan solar untuk mesin PLTD masih terus tersendatsendat. Oleh karena itu, ia berharap pihak terkait segera mencarikan solusi untuk persoalan listrik yang dialami warga kepulauan, seperti Sapudi itu. “Kasihan sekali. Warga Pulau juga membutuhkan listrik. Seharusnya pihak terkait menjadikan hal ini sebagai sesuatu yang urgen,” tandas Azed.

rahmat/rafiqi


EKONOMI KREATIF

KREASI DAN INOVASI KEPITING SOKA Harga rendah kepiting tangkapan nelayan, memacu Imam Hanafi berkreasi dan berinovasi. Hasilnya, ia sukses ciptakan pangsa pasar, buka lapangan kerja, dan berjuta keuntungan.

I

de usaha ini muncul ketika pemuda kelahiran Sumenep, 07 Desember 1984 ini tak tega melihat kondisi masyarakat petani kepiting sekitarnya selalu dihargai dengan murah. Waktu itu, kata dia, hasil tangkapan petani ukuran 50-100 gram hanya dihargai pengepul tak lebih dari Rp 15-20 ribu perkilogramnya. Akhirnya, ia pun terketuk. Analisis sosial itu berbuah usaha Budidaya Kepiting Soka (cangkang lunak) yang kini digelutinya. Sebuah pasar baru sekaligus inovasi nilai ekonomis ala Imam Hanafi.

KEPITING SOKA: Imam Hanafi menunjukkan kepiting yang sudah berganti cangkang dan siap panen, di tambaknya, Jum’at (18/03). (Foto/Yono)

Nilai Ekonomis Sebuah Budidaya Budidaya kepiting soka pun dimulai alumni Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang tahun 2011 ini, sejak 2013 kemarin. Kepeting ia beli dari para petani dengan harga lebih tinggi, yakni Rp 25-30 ribu. Dari situ kemudian ia budidaya 1000 bibit kepiting soka pertama, untuk 15-25 hari kemudian bisa dipanen sebagai kepiting soka. “Ketika sudah molting (ganti kulit), nanti kita panen. Nah, itu sudah ada perubahan nilai ekonomis dari harga Rp 30 ribu bisa menjadi Rp 80-90 ribu perkilogram,” katanya, kepada Mata Sumenep. Ia menuturkan, dalam usahanya itu tambahan nilai ekonomis dari kepiting biasa didapat dari proses budidaya. Makanya, sejak tahun 2014 hingga kini, ia sudah berani membudidayakan 8000 bibit kepiting soka. Sebab, kata dia, nilai keuntungan dari budidaya kepiting soka sangat luar biasa. Setidaknya, pada posisi sejelekjeleknya pasar, harga kepiting soka tetap antara Rp 75-80 ribu. Sampai sekarang, Imam masih

tetap mendapat bibit kepiting dari petani dan pengepul. Sementara hasil produksi, katanya biasa dikirim ke Sidoarjo dan Surabaya. Di Sidoarjo kepada pengepul, sedangkan di Surabaya ia kerjasama dengan rumah makan Jepang disana. “Ya artinya pasar bagi kami terbuka luas, baik ke pengepul, pengecer, terlebih ke resto. Di Sumenep sendiri juga ada sejumlah warung makan dan perorangan,” jelas warga Desa Pinggir Papas, Kecamatan Kalianget ini. Soal pasar, Imam bahkan sudah pernah merambah luar negeri, meski melalui pengepul di Surabaya. Bahkan, andai tak terganjal peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan yang mengatur ekspor kepiting soka pada ukuran 150 gram ke atas, sejak 2015 ia sudah mendapat peminat dari Thailand. Sayangnya, permintaan tinggi dari luar itu hanya untuk ukuran 60-120 gram. Namun meski hanya bergantung pada pasar resto

dan perseorangan, keuntungan yang didapat Imam dari usaha ini masih cukup tinggi. Dengan standar jual minimal 150 kali lipat dari harga beli, per-1000 kepiting soka ia sudah bisa dapat Rp 4 juta laba bersih. Dan jika ditotal, dari 8000 kepiting soka yang ia budidaya keuntungan perbulan atau 25 hari maksimal, berkisar Rp 32 juta. “Kalau di perikanan ini kan kita ada resiko tinggi, seperti kematian dan terjangkit virus. Jadi untuk mengantisipasi kerugian itu, kita patok standar minimal 15o %,” terangnya, pekan ketiga Maret lalu.

Wirausaha itu, Inovasi Berkelanjutan Tak hanya budidaya, awal tahun lalu, Imam juga sempat membuka Rumah Makan Kepiting Soka di sekitar Jl. KH. Mansur, Pabian, Sumenep. Meski hanya berjalan 8 bulan karena persoalan manajemen dan mengatur waktu, kata dia, itu merupakan salah satu terobosan. “Kita mencoba tidak hanya berakhir disini.

Artinya kita mengawali usaha itu betul-betul dari hulu ke hilir. Ya, meski sekarang ditutup dulu sementara,” ujarnya. Sebab bagi Imam, seorang pengusaha tidaklah hanya menjadi suplier pengepul atau pabrik. Akan tetapi harus bisa melakukan terobosan langsung kepada pihak konsumen. Prinsipnya, harus ada inovasi produk, sehingga nilai ekonomisnya menjadi lebih bertambah. “Cuma lagi-lagi kalau kita gagal adalah hal yang wajar. Tapi yang pasti kita tidak boleh berhenti mencoba dan mencoba. Karena kalau tidak mencoba, bagaimana bisa ada suatu perubahan,” tegasnya, mantap. Apalagi, lanjut Imam, saat melakukan inovasi berkelanjutan itu sudah berarti kita menciptakan lapangan kerja baru. Terbukti, untuk usaha budidayanya saja, saat ini ia sudah bisa menggaji 2 orang pekerja dengan Upah Minimum Regional (UMR), bahkan di atasnya.

rafiqi

28 MARET 2016 | MATA SUMENEP | 23


MataDesa FOKUS BANGUN INFRASTRUKTUR DESA Memimpin Desa Pakondang sejak Desember lalu, A. Rahman Faisal bertekad berikan kemajuan. Tahun 2016 ini, bidang infrastruktur menjadi perhatian besar.

T

ekad pemerataan infrastruktur itu, dicanangkan A. Rahman Faisal sejak 15 Desember 2015 lalu. Usai resmi menjabat Pj Kades Pakondang yang berhalangan tetap lantaran meninggal dunia, programnya dimulai dengan membentuk Forum Komunikasi UlamaUmara’ (FKUU) yang menjadi jembatan memuluskan segala upayanya dalam membangun desa. Dengan FKUU itu, ia berhasil menyediakan media silaturrahim sekaligus jalin komunikasi antara pemerintah desa, ulama atau tokoh masyarakat berikut perwakilan maupun seluruh warganya. Sesuai harapan, forum tersebut diinginkan menjadi solusi berlangsungnya serap aspirasi masyarakat secara rutin, demi kemajuan desa yang dipimpinnya sejak 4 bulan lalu. Menurut Faisal, sejauh tiga kali pertemuan, dampak FKUU terhadap proses mengawal kemajuan desa sangat terasa. Terbukti, respon masyarakat sangat baik. Bahkan, mereka berbondong-bondong untuk menghadiri FKUU karena merasakan aspirasinya mulai direspon oleh pemerintah desa. “Makanya, ini kami lakukan secara rutin setiap Jum’at Legi di Balai Desa,” ujar Faisal, Kamis, dua pekan lalu. Selain menjadi media komunikasi, lanjut Faisal, FKUU juga menjadi media tawassul kepada arwah nenek moyang. Sehingga tak hanya menjadi forum serap aspirasi, namun juga terdapat kegiatan yang bernilai religi. “Intinya ada dua hal. Pertama, kita bisa menggelar doa bersama dan kedua bisa menyediakan media berbagi

kepada masyarakat yang jalan pemecahannya nanti dibahas di internal perangkat desa,” jelasnya, bersemangat.

Dimulai dengan Infrastruktur Lalu bagaimana program infrastruktur dipilih dan direalisasikan? Faisal menuturkan, fokus program tersebut awalnya dipicu terjadinya ketidakmerataan infrastruktur di tiga dusun Desa Pakondang dari sebelumnya. Sebab itu, masyarakat, kata dia, menginginkan adanya peningkatan pembangunan tersebut sesuai kebutuhan. Sehingga pihaknya pun sudah menyusun program tersebut sesuai perioritas dan aspirasi warga Pakondang. Berdasar rencana pembangunan yang didapat Mata Sumenep, selama tahun 2016 ini Desa Pakondang memiliki 8 pembangunan ifrastruktur, peningkatan ekonomi masyarakat dan lainnya. Bidang infrastruktur antara lain terinci kepada 1 Paving, Plengsengan dan Pengerasan Jalan Makadam di Dusun Bana Kaje, 2 pembangunan Jembatan dan Pengaspalan di Dusun Pakondang Tengah, 1 Paving dan Pengaspalan di Dusun Pakondang Daja, dan Pembangunan Pos Kamling di setiap dusun. Sementara bidang peningkatan ekonomi, sudah terlihat dengan berdirinya BUMDes satu-satunya di Kecamatan Rubaru sejak akhir 2015 kemarin.

24 |MATA SUMENEP |28 MARET 2016

BANGUN INFRASTURKTUR: Proses awal pengaspalan jalan di Dsn Bana Kaje, Desa Pakondang, Kecamatan Rubaru, beberapa waktu lalu.

“Kami juga menyambut baik program Mencetak 5000 Wirausaha Muda dengan mengikutsertakan 6 orang untuk tahun 2016 ini,” ujar Faisal, didampingi seorang perangkat Desa Pakondang. Soal pelayanan, Faisal bersterung terang bahwa pihaknya mengerahkan seluruh perangkat desa untuk memberikan pelayanan 24 jam penuh. Itu juga termasuk menjaga keamanan yang tak hentinya saban malam.

Berharap Dukungan Pemkab Untuk mewujudkan semua program yang bakal berjalan sekitar April tersebut, kata Faisal, anggaran sudah teranggarkan full dari Dana Desa (DD) dan Alokasi Dana Desa (ADD) tahun 2016. Hanya saja, menurutnya, masih terdapat kendala karena DD dan ADD yang di dapat desanya tidak cukup untuk merealisasikan semua program yang sudah direncanakan. Namun begitu, ia mengaku

tidak patah arang. Untuk menyiasati back up anggaran, saat ini pihaknya berusaha mendapat sumber lain baik dari swadaya, jalur pokmas, terutama mengharap bantuan lain dari sumber keuangan pemerintah daerah. “Karena itu, kami berharap semoga pemerintah daerah mendukung,” katanya, kepada Mata Sumenep. Ia menambahkan, dukungan itu terutama untuk perbaikan jalan dari Dusun Bana Kaje sampai Dusun Pakondang Tengah. Bantuan nyata diharapkan karena jarak jalan yang harus diperbaiki mencapai 5 km dan sudah lama sekali tidak dilakukan perbaikan sejak 1997 silam. Meski sebenarnya bisa saja pihaknya melakukan perbaikan jalan itu tanpa bantuan pemerintah. Namun, ia tidak ingin pengalihan anggaran penuh untuk jalan tersebut memotong anggaran perioritas pada pembangunan jalan dan infrastruktur lain di setiap dusun yang diutamakan. “Nanti jadi terbengkalai. Jadi karena dana tidak memadai, sekali lagi kami berharap dukungan,” tandas Faisal.

rafiqi/*


MataDesa GALI POTENSI KECAMATAN MASALEMBU Hampir setahun memimpin Masalembu, Farouk mulai menemukan banyak potensi luar biasa. Tak hanya sekedar dicover, upaya pengembangan sedang dilakukan.

Camat dan Ketua TP PKK Kec. Masalembu, Farouk Hanafi dan Siti Azizah

P

otensi luar biasa itu tersebar di pulau sekaligus kecamatan sejauh 2 mil dari pelabuhan Kalianget, Sumenep. Menurut camat muda yang kini memimpinnya, terdapat ikan berlimpah, kelapa, juga potensi wisata bawah laut disana. Mengembangkannya, adalah mimpi besar setelah hampir setahun meng-cover seluruh wilayah Masalembu dan masyarakatnya. Soal potensi ini, camat Farouk Hanafi memang sedang menjalin banyak komunikasi dengan dinas terkait Pemerintah Kabupaten Sumenep, guna mengembangkan dan memberi manfaat bagi kesejahteraan ekonomi masyarakat disana.

Seperti ikan, selama ini beragam ikan bagus nan berlimpah dari laut lepas Masalembu hanya dijual seadanya. Bahkan, kata suami Siti Azizah ini, terkadang sebagian terbuang percuma. Masalahnya, lanjut Farouk, para nelayan terkendala di pemasaran. Padahal, hasil tangkapan yang besar perlu jaringan dan mekanisme pemasaran agar bisa dipasarkan lebih luas, seperti ke Kalimantan, Surabaya dan lainnya. “Biar bisa mendongkrak ekonomi warga, khususnya nelayan kita,” ujar, ayah dua anak ini, kepada Mata Sumenep. Sementara potensi kelapa yang juga tak kalah berlimpah, selama ini hanya dibuat Kopra dan

minyak kelapa. Namun, meski hasilnya sangat bagus lebih dari daerah lainnya, produk itu tidak mampu menjadi tumpuan besar ekonomi warga. Sebabnya, jelas camat kelahiran Sumenep, 21 Maret 1977 ini, prosesnya tradisional dan belum mendapat sentuhan teknologi yang bikin mapan. “Jadi cepat basi. 6-7 hari sudah tidak bisa dipakai,” jelas Farouk. Sedang untuk potensi wisata, mantan Sekcam Guluk-Guluk ini mengatakan bahwa Masalembu memiliki potensi wisata Diving dan Snorkeling yang mungkin menyaingi Taman Bawah Laut Bunaken, Sulawesi Utara. Seandainya ada sentuhan dari pemerintah, kata dia, dua titik yang berada di Dusun Kampung Baru, Desa Masalima, di sekitar Pantai Cemara dan di daerah Dusun Mandar, Desa Suka Jeruk, merupakan tempat Diving dan Snorkeling yang luar biasa. Sejauh ini, terumbu karangnya masih perawan, meski sebagian rusak oleh sebab tindakan orang yang kurang bertanggung jawab dan tidak faham.

“Ini bisa jadi lokasi wisata baru di Sumenep. Ikannya bagusbagus, seperti ikan Nemo dan ikan hias lainnya,” terangnya, berapi-api. Untuk itu, kini ia mulai melangkah mewujudkan mimpi besar mengembangkan ketiga potensi utama Kecamatan Masalembu tersebut. Sementara ini, tutur ayah Iklima Izzah Safinah dan Ikhwan Muhammad Faruqi ini, pihaknya sudah berusaha mendekat ke dinas terkait, seperti Disperindag, Diskoperasi dan sebentar lagi juga Disbudparpora. Kedepan, ia berharap tak ada kendala signifikan. Meski sebenarnya, transportasi yang lebih nyaman menjadi mimpi yang belum juga tersampaikan. Namun ia sudah bersyukur dengan adanya Kapal Sabuk Nusantara 56. “Inginnya sih ada kapal cepat seperti ke Pulau Kangean itu. Bahkan kalau bisa langsung pesawat, karena disini ada bekas landasan milik El Nusa dari tahun 60-an,” harap Farouk.

rafiqi/*

PAW Sangat Berisiko DARI 10 desa yang direncanakan melakukan Pemilihan Antar Waktu (PAW) oleh Bagian Pemerintahan Desa (Pemdes) SetdaKab Sumenep, Desa Pakondan, Kecamatan Rubaru merupakan salah satu yang masuk diantaranya. Pasalnya, kepala desa definitif yang terpilih pada Pilkades serentak 2013 lalu, berhalangan tetap lantaran meninggal dunia. Mengenai PAW ini, Pj Kades Pakondang, A. Rahman Faisal, mengaku tak bisa menjelaskan apa-apa. Namun demikian,

Pemerintah Desa Pakondang, kata dia, sebenarnya sangat khawatir dengan pelaksanaan PAW. Hal itu karena mekanisme pemilihan yang dipakai di dalamnya memungkinkan terjadinya konflik di tengah masyarakat desa. “Sangat berisiko, Mas. Soalnya yang milih kan cuma perwakilan,” katanya. Selain Faisal, dua tokoh masyarakat dari Dusun Pakondang Tengah bernama Agus dan Sambuto, juga keberatan dengan model PAW. Alasannya pun serupa. “Makanya jika bisa,

kami lebih setuju dilakukan pemilihan secara normal saja. Baik menunggu jadwal pemilihan maupun dipercepat,” jelas Agus, didukung Sambuto. Menurut Faisal, dalam hal ini Pemkab Sumenep harus mempertimbangkan sisi positif dan negatifnya. Masalahnya, kata dia, di bawah itu rentan konflik. Sangat mudah sekali mengetahui siapa pilih siapa, yang pada akhirnya bakal menimbulkan permusuhan di masyarakat. “Ini beda dengan Pilkada. Paling tidak, efeknya nanti adalah

pada keamanan desa pasca PAW,” tambah Kades yang rutin patrol tiap malam ini. Jika harus PAW, baik Agus, Sambuto maupun Faisal menyarankan setidaknya kandidat mengambil dari perangkat desa yang ada. “Itu bisa mengurangi risiko. Jika tidak, ya kami tetap setuju PAW. Tapi dengan catatan, asalkan betulbetul jelas teknisnya dan ada sosialisasi langsung oleh Pemdes kepada seluruh masyarakat kita.”

rafiqi

28 MARET 2016 | MATA SUMENEP | 25


RSUD

AGAR KELUARGA PASIEN DUDUK MANIS MENUNGGU Menyongsong Reformasi Pelayanan yang diagendakan dalam 99 Hari Kerja, RSUD dr H. Moh. Anwar terus berbenah. Terbaru, ada evaluasi SDM dan beberapa perubahan lainnya.

SUKSESI: Dirut RSUD, dr Fitril Akbar (kiri) saat menjelaskan seputar pembenahan di RSUD dr H. Moh. Anwar Sumenep kepada Wabup Fauzi dan Sekda Hadi Soetarto, ketika Sidak dan Jum’at Bersih bersama ASN, Jum’at (04/03) lalu.

D

i sisa waktu kurang lebih 41 hari menyongsong 99 Hari Kerja Bupati dan Wakil Bupati Sumenep KH A. Busyro Karim dan Achmad Fauzi, Dirut RSUD H. Moh. Anwar Sumenep, dr. Fitril Akbar terus berbenah guna mensukseskan salah satu poin yang terangkum dalam 9 program unggulannya, yakni Perubahan Pelayanan di RSUD H. Moh. Anwar. Saat ditemui Mata Sumenep, Fitril mengaku bahwa langkahlangkah mencapai itu sudah dilakukan. Salah satunya dengan melakukan evaluasi, mulai dari Sumber Daya Manusia (SDM), Administrasi, Sarana dan Prasarana yang ada di RSUD Sumenep. Namun yang terpenting dalam evaluasi itu adalah penguatan SDM, sebab kata dokter kelahiran Pamekasan ini, kualitas SDM akan berpengaruh kepada sistem pelayanan yang akan diberikan pihak rumah sakit kepada masyarakat atau pasien. Oleh karenanya, setelah evaluasi dilakukan, Fitril mengaku menggandeng tim ahli guna

mencari format pelayanan yang bisa menyentuh semua lapisan masyarakat. “Kami menggandeng tim ahli tentang pengelolaan manajerial disini (RSUD Moh. Anwar,red). Dengan harapan agar tidak ada keluhan atau bahkan dirugikan dalam hal pelayanan kepada pasien,” jelasnya, Kamis pekan lalu. Kedepan, ia juga memastikan keluarga pasien tidak perlu repot menebus obat ke apotek karena akan disediakan pihak rumah sakit. Namun begitu, ini tidak berlaku bagi semua pasien karena ada klasifikasi tertentu, yakni khusus pasien yang ikut asuransi seperti BPJS, Jamkesda, dan termasuk SPM. Kesimpulannya, sistem pelayanan tersebut tidak berlaku bagi pasien umum. Bagi pasien umum tetap diberi kebebasan untuk membeli obat di apotek manapun. Tak hanya itu, soal penyediaan obat, lanjutnya, kedepan pihak RSUD juga akan segera merancang pembelian secara online. Artinya, pasien atau keluarga pasien yang butuh obat

dengan segala bentuk dan merk cukup mendaftar ke komputer farmasi saja. “Dengan sistem ini, setelah obat-obat yang dibutuhkan didaftarkan ke komputer farmasi langsung diantar oleh petugas farmasi ke kamar pasien. Jika demikian kan enak, keluarga pasien bisa tenang dan duduk manis menunggui dan menjaga keluarganya yang lagi terbaring sakit. Hehe,” terangnya, diselingi canda tawa keakraban. Selain itu, persiapan menuju perubahan pelayanan rumah sakit ini juga didukung penambahan tenaga medis. Fitril mengaku saat ini sedang ada penambahan dokter spesialis. Adapun dokter spesialis itu

meliputi dokter spesialis jiwa dan dokter spesialis kulit. Sementara saat disoal pengolahan sampah yang selama ini menjadi persoalan akut RSUD, baik sampah domestik maupun medis, Fitril mengaku sejauh ini sudah melakukan koordinasi dengan pihak terkait. Terutama mengenai sampah domestik atau sampah yang dihasilkan dari keluarga dan pengunjung rumah sakit. Sedangkan untuk pengolahan sampah medis, kata dia, sudah ada yang menangani. Terkait sampah medis, Kasi Penunjang Non Medis RSUD Moh. Anwar, Soepardi, menjelaskan bahwa khusus pengolahan sampah medis sejak awal 2016 sudah dikerjasamakan dengan pihak swasta di Surabaya. Sementara terkait tata kelola sampah medis itu, clening service rumah sakit cukup mengumpulkan sampah tersebut di satu tempat saja, lalu setiap akhir pekan pihak swasta itulah yang mengangkut sampah ke tempat pengolahan di Mojokerto. “Khusus pengelohan sampah medis, kita sudah bekerjasama dengan pihak yang memang kompeten di bidang pengelolaan sampah medis. Dan sistem kontraknya dengan pihak itu akan diperpanjang setiap tahun, tentunya setelah dilakukan evaluasi,” pungkasnya.

rusydiyono/rafiqi/*

BERBENAH: Salah satu proses perbaikan sarana dan prasaran RSUD dr H. Moh. Anwar Sumenep.

26 |MATA SUMENEP |28 MARET 2016


PIN

PIN POLIO SUMENEP SUKSES MENCAPAI TARGET Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio berakhir, pekan lalu. Berlangsung selama seminggu, PIN di Sumenep, sukses sejak Dideklarasikan Bupati Busyro.

KOMPAK: Para Bidan, Kader, Pegawai Puskesmas, foto bareng Bupati dan Bunda Fitri, usai Deklarasi PIN Polio 2016, Selasa (08/03/2016) di Puskesmas Kec. Batuan.

M

encegah lebih baik daripada mengobati. Dengan berpijak kepada pepatah tersebut, Pemerintah Kabupaten Sumenep ikut serta menggelar imunisasi serentak pada momentum Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio yang dilaksanakan serentak se-Indonesia sejak tanggal 8 hingga 15 Maret, pekan lalu. Dari awal dideklarasikan oleh Bupati Sumenep, KH A. Busyro Karim, bertempat di UPT Puskesmas Batuan, Selasa, 08 Maret kemarin, di bawah komando Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep PIN Polio telah sukses mencapai target dari jumlah 71.561 bayi yang akan divaksin. Hal itu dilakukan tak lain dengan melibatkan 30 Puskesmas, 1.541 Posyandu, dan 296 Polindes, serta 231 Ponkesdes dan 332 Poskedes, juga 71 Puskesmas Pembantu (Pustu) se-Kabupaten Sumenep. Saat itu, Deklarasi PIN Polio oleh Bupati Busyro Karim diawali dengan penyerahan bantuan secara simbolis kepada Kepala UPT Puskesmas, kemudian dilanjutkan dengan sambutan. Dalam sambutannya, suami Nurfitriana tersebut menegaskan akan pentingnya Deklarasi PIN Polio sebagai langkah pertama untuk melakukan pencegahan polio di Sumenep. Walaupun sejak

tahun 2006 Kabupaten Sumenep berada dalam garis aman dari gangguan polio, politisi PKB tersebut tetap menekan masyarakat agar satu komando dalam mencegah adanya polio pada bayi dengan cara mendukung dan membawa bayibayinya ke pos-pos PIN yang telah disediakan. “Kami harap ada kesadaran dari masyarakat agar membawa bayinya untuk divaksin dalam rangka mencegah dari penyakit polio serta menjaga bayibayi kita agar tetap sehat,” katanya samar, di tengah ramainya suara bayi yang dibawa para ibu menghadiri Deklarasi PIN Polio. Sementara Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumenep, dr. Fatoni, usai acara Deklarasi PIN menyampaikan bahwa pihaknya memang optimis akan keberhasilan PIN Polio 2016. Alasannya, selain pos, tenaga medis, dan pengawas yang tersedia, juga karena jumlah

sasaran PIN kali ini khusus di Kabupaten Sumenep merupakan data riil Dinas Kesehatan Sumenep. “Bukan atas intruksi (data) pusat,” katanya, kepada sejumlah wartawan. Kendati demikian, lanjutnya, bukan berarti Dinkes Sumenep akan tutup mata apabila ada lonjakan jumlah bayi yang akan mendapatkan imunisasi. Sebab ia juga mengaku, jauh sebelum tanggal pelaksanaan pihaknya sudah berkoordinasi dan mewanti-wanti semua pos PIN Polio agar bisa mengantisipasi beberapa kemungkinan yang terjadi di luar rencana, termasuk

Selain dihadiri Bupati Busyro dan Ketua TP PKK Nurfitriana, Deklarasi PIN Polio waktu itu, juga dihadiri Wabub Fauzi beserta isteri Nia Kurnia, dan Sekkab Hadie Soetarto bersama Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) Nunuk Luthfia Soetarto. Kehadiran mereka menurut Kepala UPT Puskemas Batuan, Desi Febriana, menambah optimisme akan keberhasilan pelaksanaan PIN Polio 2016. Alasannya sederhana, jika semua sesuatu diawali dengan kompak, Desi sangat yakin hal itu akan menjadi spirit sampai titik akhir pelaksanaan.

AKSI PIN POLIO: Bunda Fitri (atas), dan dr. Fatoni (kiri) saat ikut memberikan vaksin polio kepada salah satu bayi.

bertambahnya angka bayi selama PIN terlaksana. Tidak hanya itu, Fatoni juga meminta kepada para petugas yang ada di 334 desa agar tidak stand by di tempat. Melainkan semua yang telah ditugasi wajib keliling desa dan perkampungan dalam rangka menjemput atau mendatangi warga yang memiliki anak dari usia 0-59 bulan. “Pasti petugas akan jemput bola,” papar Fatoni.

Sebagai evaluasi pelaksanaan PIN Polio 2016 awal kali digelar, Fatoni menyampaikan meski ada kendala dalam kegiatan tersebut tetapi tidak terlalu serius. Salah satu kendalanya adalah berangkat dari kesadaran masyarakat sendiri. Namun hal itu segera bisa diatasi dengan cara mendatangi langsung rumah-rumah warga dan meminta masyarakat agar menyebarluaskan serta mengajak para ibu bayi agar datang ke Pos PIN terdekat sebelum habis tenggat waktunya.

rusydiyono/rafiqi/*

28 MARET 2016 | MATA SUMENEP | 27


CIKATARUNG

Cenderamata untuk Pemkab Karangasem. Kadis Bambang Irianto menyerahkan kenangkenangan kepada Asisten I Bupati Karangasem, Ketut Wage Saputra.

Dari Study Banding DPU Cikatarung Sumenep ke Pulau Bali

Pertahankan Budaya Sumenep Lewat Arsitektur Pulau Bali bukan hanya menjadi jujukan wisata. Penerapan ijin mendirikan bangunan (IMB) yang mensyaratkan bangunan harus bercorak langgam budaya lokal berhasil diterapkan. DPU Cikatarung Sumenep belajar ke Bali. Study Banding ini berawal dari kesulitan Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang (Cikatarung) Sumenep menerapkan Perda Nomor 4 Tahun 2014 tentang Bangunan Gedung. Selama dua hari, 15-16 Maret, DPU Cikatarung dan Komisi III DPRD Sumenep mengunjungi Kabupaten Karangasem dan Kotamadya Denpasar. Di dua tempat itu, ada jawaban dari keresahan penerapan Perda Bangunan Gedung. Di Karangasem, rombongan diterima Asisten I Bupati, Ketut Wage Saputra dan Kabid

PRBG PU, Agus Budiarsa serta perwakilan DPRD Karangasem, Marjukin. Bertempat di ruang paripurna DPRD Karangasem, rombongan dari Sumenep diberi penjelasan tentang penerapan Perda Provinsi Nomor 5/2005 yang dijabarkan dalam Perda Karangasem Nomor 3/2012 yang menyebut setiap bangunan gedung harus bercirikan arsitektur tradisional Bali. “Saat mengajukan IMB, pemohon melampirkan detail gambar bangunan gedung yang bernuansa budaya Bali dengan ketinggian maksimal 15 meter. Balai ijin meneliti apakah pemohon memenuhi syarat arsitektur Bali. Setelah memenuhi syarat, petugas perijinan baru memproses maksimal 9 hari IMB keluar,” terang Agus Budiarsa. Di hari kedua, rombongan Sumenep berkunjung di Kotamadya Denpasar bertempat di ruang rapat. Di tempat itu,

28 |MATA SUMENEP |28 MARET 2016

rombongan diterima Asisten 2 Wali Kota, Nyoman Jimmy Sidharta dan Kabid Perizinan Pemkot Denpasar, Ida Bagus Benni. Mereka menjelaskan Perwali No 25 tahun 2010, tentang syarat arsitektur bangunan. “Termasuk standar serta prosedur bangunan yang harus bercorak langgam budaya Bali,” jelas Ida Bagus Benni.

Perda Bangunan Gedung Syarat bangunan gedung Sumenep harus berarsitektur budaya Madura memang sudah lama tertuang dalam Perda Nomor 4 Tahun 2014 tentang Bangunan Gedung di pasal 28 ayat 1 dan 4. Di pasal itu menyebut, perlunya bangunan gedung berarsitektur Madura sebagai bentuk kawasan cagar budaya dan pelestarian budaya dalam bangunan gedung. Penjelasan ayat 4 dimaksud bangunan gedung berasitektur

Madura tertera dalam Pasal 82 huruf b. Yaitu, langgam arsitektur Tanean Lanjhang berupa bentuk tatanan massa bangunan berderet membujur arah Timur-Barat berbentuk “U” dengan ujung Barat sebagai fungsi tempat ibadah. Opsi lain langgam arsitektur Rumah Panggung sebagai bentuk bangunan yang diangkat dari tanah dengan ketinggian tertentu dengan menggunakan tiang. Bentuk arsitek Madura lain adalah menggunakan model atap Trompesan, Pegun dan Bangsal. Kepala Dinas PU Cikatarung, Bambang Irianto mengakui hasil study banding di dua tempat itu bisa menjadi bekal membuat format teknis sebelum dibuatkan Perbup. Dengan harapan pelaksanaan Perda Bangunan Gedung benar terwujud. “Itulah salah satu tujuan study banding ke Bali,” terang Bambang, kepada Mata Sumenep


CITAKARUNG

Foto Bersama di Karangasem

Cenderamata untuk Pemkot Denpasar. Kadis Bambang Irianto menyerahkan kenang-kenangan kepada Asisten II Wali Kota Denpasar, Nyoman Ngurah Jimmy Sidharta. sebelum meninggalkan Pulau Bali. Bambang menjelaskan, pengawasan bangunan gedung di Sumenep yang bercorak arsitek budaya Madura perlu ditingkatkan. Karena itu, ia sangat setuju bila proses pengurusan izin mendirikan bangunan (IMB) di Sumenep diperketat untuk memuluskan bangunan bercirikan budaya Madura. “Langkah strategis ternyata bisa dilalui sebelum mengeluarkan IMB. Pemohon harus menunjukkan gambar bangunan yang berarsitek langgam budaya MaduraSumenep,” ujar pria hobi hunting foto landscape ini.

Diawali Gedung Baru DPRD & RSUD Pada tahun 2016, ada rencana bangunan gedung baru DPRD Sumenep dan gedung RSUD dr Moh. Anwar. Bambang sangat berharap rancang bangunan dua gedung pemerintah itu bisa menerapkan Perda Gedung Bangunan yang memiliki nuansa arsitek budaya MaduraSumenep. Sehingga menjadi refrensi bagi masyarakat dalam membuat bagunan gedung bernuansa budaya Sumenep. Bambang bercerita, hasil kunjungan di Bali setelah melihat dan berdiskusi mendalam mengenai pengalaman membangun kota berciri khas langgam budaya lokal, diawali dari bangunan gedung pemerintah. Setelah itu, proses pengurusan IMB diperketat. Bambang berharap, warga yang hendak membangun rumah harus mengantongi IMB dengan tujuan semua bentuk bangunan di Sumenep bercirikan kearifan lokal. “Kami tidak mengharuskan bentuk bangunan sama satu lainnya. Dalam perda

itu dijelaskan tentang ketentuan bangunan gedung dengan langgam tradisional. Terdiri dari ketentuan pada aspek perencanaan, pembangunan, dan pemanfaatan,” sambung Bambang. Berbicara penentuan langgam arsitektur lokal Sumenep, Bambang menyebut tergantung arah atau orientasi bangunan gedung, besaran dan/atau luasan bangunan gedung dan tapak, simbol dan unsur/elemen, tata ruang dalam dan luar bangunan gedung dan lainnya. “Bangunan tradisional berdasar kaidah/ norma tradisional masyarakat Sumenep, yakni bangunan tradisional berupa pola permukiman Tanean Lanjhang (halaman panjang) dan bangunan Rumah Panggung,” jelasnya. Disebut Bambang, bentuk bangunan Tanean Lanjhang dan bangunan Rumah Panggung memiliki ciri khas bentuk atap trompesan, pegun dan bangsal. “Arah atau orientasi Tanean Lanjhang pada konsep kekerabatan keluarga pokok, dengan pola masa bangunan membujur

Foto Bersama di Pemkot Denpasar Barat-Timur,” sebutnya. Jika di Denpasar dan Karangasem, bisa menertibkan IMB sebagai bentuk penyelarasan bangunan bercirikan budaya Bali, apakah Sumenep bisa? “Sumenep juga punya pola dan budaya yang cukup tinggi, serta pakem rumah budaya. Sama seperti di Bali. Karenanya, kesuksesan Denpasar menyelaraskan bangunan sebagai implementasi budayanya, kita gali untuk bisa kita terapkan di Sumenep,” tegas mantan Kadisparbud ini. Ketua Komisi III DPRD Sumenep, Dul Siam mendukung langkah Cikatarung dalam mencari strategi penerapan Perda Bangunan Gedung yang bercirikan budaya Sumenep. “Kami di komisi III selalu mendukung program kemaslahatan. Memang corak bangunan gedung yang bercirikan budaya Sumenep perlu dilestarikan,” terang politisi PKB ini, kepada Mata Sumenep, usai kunjungan di Kotamadya Denpasar.

hamrasidi/*

Pendopo Sumenep warisan Panembahan Sumolo salah satu bangunan bercirikan arsitek Budaya Sumenep.

28 MARET 2016 | MATA SUMENEP | 29


OASE

Inspiratorku Oleh: KH A. Busyro Karim*

S

osok perempuan ini selalu saya ingat sepanjang hidup. Dari perempuan itu, saya diajari banyak hal tentang kehidupan. Mulai dari ilmu-ilmu agama hingga rahasia untuk meraih kesuksesan dalam hidup ini. Masa kanak-kanak saya hidup dengan dua perempuan. Perempuan satu ini, sangat perhatian. Saban pagi saya dibangunkan dari tidur agar melaksanakan shalat shubuh dan mengaji al-Qur’an. Setelah itu, saya disuruh mandi lazimnya anak-anak SD sebelum berangkat ke sekolah. Pesan nilai kehidupannya selalu mengiang sepanjang hidup. Sambil bantu pasangkan baju seragam sekolah, beliau membisikkan empat kunci hidup sebagai rahasia untuk meraih sukses dalam kehidupan. “Senga’ ya..ba’na kodu penter,” pesannya sembari bantu pasangkan kancing baju seragam sekolah. “Kuncina oreng odhi’ rea perak penter. Oreng penter rea apa bhai bisa. Ba’na kodu bannya’ ajar,” jelasnya sambil memegang ubun-ubun kepala. Karena itu, sejak kanakkanak, saya dilatih banyak menghafal ilmu-ilmu agama dan disuruh selalu banyak membaca dan belajar. Pada umur sekian tahun, saya sudah khatam ngaji al-Qur’an. Dalam belajar ilmu agama, saya dilatih tidak membaca tapi langsung menghafal. Seperti Rukun Islam, Rukun Iman, Rukun Shalat, hingga menghafal Aqoid 50 yang menerangkan tentang 20 sifat wajib bagi Allah, 20 sifat mustahil bagi Allah, 1 sifat jaiz bagi Allah, 4

sifat wajib bagi rasul, 4 sifat Mustahil bagi Rosul, 1 sifat jaiz bagi Rosul. Kegemaran menghafal ayat al-Qur’an dan Hadits Nabi Saw terbawa hingga mondok sambil sekolah PGA Sumenep. Waktu itu, saya jatuh hati untuk ngaji kitab kuning daripada belajar pelajaran PGA. Dalam pikiran terucap pamit untuk berhenti sekolah PGA. Dan memilih belajar ilmu-ilmu agama. Tapi perempuan itu melarang. Begitupun ketika saya ingin melanjutkan kuliah di IAIN Surabaya, saya dianjurkan kuliah IAIN Jogjakarta. Pertimbangannya, ada pesantren besar, Ponpes alMunawwir, Krapyak, sebagai tempat mondok sambil kuliah. Pesan kedua dari perempuan itu adalah berani. Pada suatu waktu, sebelum berangkat sekolah, perempuan itu berpesan, “ta’ cokop oreng gun penter. Ba’na kodu bengal”. Pesan ini, beliau juga sampaikan jelang tidur. “Lagguna ba’na mangkadha asakola, e jalan, mon badha apa-apa, ba’na jha’ buru,”. Memang, jarak rumah dengan sekolah di Paberasan tergolong jauh. Kalau dibahasakan saat ini, pesan kedua ini, mengisyaratkan saya harus berani menghadapi apa pun yang terjadi. Bila di perjalanan ada rintangan, jangan sesekali mundur. Rintangan itu harus dihadapi. Saat ini saya baru sadar, pesan itu bisa dikata jangan menghindar jika ada masalah. Bagi beliau, sikap pemberani bisa menopang kepintaran seseorang untuk lebih banyak berkarya dan membantu orang yang membutuhkan. Untuk melatih keberanian,

MARET2016 2016 30 |MATA SUMENEP |28 MARET

perempuan itu selalu mengikut sertakan saya dalam setiap kegiatan atau kompetisi dari tingkat paling rendah hingga tingkat kecamatan dan kabupaten. Seperti perlombaan 17-an atau perlombaan apa saja. Termasuk lomba cerdas cermat RRI, sejak kecil saya ikuti. Pernah suatu waktu, saya menangis malu karena tidak dapat juara saat ikut perlombaan. Tapi perempuan itu selalu nyuruh saya agar ikut sebagai peserta kompetisi. Apa hikmah di balik banyak ikut perlombaan? Perempuan itu menjelaskan, agar saya berani naik panggung. Terlatih menghadapi banyak orang. Ikut perlombaan bukan semata meraih juara dalam perlombaan. Pernah suatu ketika saya lari dari kerumunan temanteman bermain. Secara kebetulan, perempuan itu melihat saya menghindar. Beliau menegur saya, “Badha apa? Mara abali,”. Perempuan itu menyuruh saya kembali ke kerumunan teman-teman bermain untuk menghadapi apa yang menjadi

penyebabnya. Waktu itu, ada pertikaian anak-anak. Maklum usia kanak-kanak pertikaian kecil biasa terjadi. Saya disuruh perempuan itu untuk ikut membantu menyelesaikan pertikaian. Beliau berpesan agar saya berani menghadapi konflik. Melatih keberanian berikutnya, perempuan itu nyuruh saya gabung di grup gambus desa. Dan pada malam Jum’at, ada penampilan gambus di RRI. Meski malam hari perempuan itu nyuruh saya ikut rombongan. Saya ikut rombongan gambus naik sepeda onthel bersama anggota grup. Tiba di RRI, saya didaulat sebagai vokalis gambus. Saya masih ingat bai-bait syair Arab yang selalu di dendangkan. Assalamu’alaik Zainal Anbiya Assalamu’alaik Atqol Aqiya...dst

bersambung... *Bupati Sumenep dan Pengasuh Ponpes Al Karimiyyah, Beraji, Sumenep.


BIOGRAFI Mengenal Sosok dan Pemikiran Wakil Bupati Sumenep; Achmad Fauzi (2)

Berharap ASN Disiplin Kerja, Kreatif dan Inovatif

W

abup, Achmad Fauzi, berjanji apabila tiga tahun bertugas di Sumenep tidak membawa perubahan, dirinya akan hengkang. Pernyataan Wabup muda ini disampaikan saat serap aspirasi RPJMD, awal Maret lalu yang dihadiri semua SKPD dan camat srta undangan berbagai elemen. Kepada Mata Sumenep, pengusaha muda ini bercerita panjang soal kemajuan suatu daerah akan tercapai jika perjalanan pemerintahan berjalan sesuai harapan. Dan pemerintahan bisa dibilang sukses bila para pekerjanya komitmen menjalankan tanggung jawab. Karena itu, Fauzi bermimpi aparatur sipil negeri (ASN) sebagai penyelenggara pemeritahan dapat menjalankan tugas dan fungsinya secara disiplin, kreatif dan inovatif. “Jika ASN bekerja sesuai tanggung jawab, otomatis layanan yang diberikan kepada masyarakat bisa maksimal, dan perubahan yang diharapkan bisa terwujud. Nah, pengabdian total ASN ini menjadi kunci keberhasilan perjalanan pemerintah yang berimbas pada pelayanan maksimal,” jelasnya, Sabtu, 19 Maret lalu. Apa resep memaksimalkan kinerja ASN? Wabup Fauzi menyebut disiplin kerja ASN. Nah..untuk memaksimalkan kerja ASN ia akan memberlakukan absen online, sehingga tingkat kehadiran sulit untuk dimanipulasi laiknya absen offline. Fauzi memaparkan bahwa pemberlakuan absensi online tersebut direncanakan

maksimal akan dimulai pertengahan tahun 2016 ini. Dia mengakui bahwa kebijakan itu untuk menekan jumlah angka ASN yang suka bolos. Padahal mereka digaji negara dengan maksud memberikan pelayanan masyarakat. “Absen online itu dipastikan akan diterapkan untuk semua wilayah, karena potensi ASN bolos tidak hanya terjadi di kepuluan, tapi juga di daratan,” aku suami Nia Kurnia ini. Bagaimana dengan kelengkapan fasilitas dan kesejahteraan? Fauzi berencana akan meanggarkan dalam Perubahan Anggaran Kegiatan (PAK) tahun ini. Kendati demikian, jika nanti kebijakan itu diberlakukan, Fauzi berharap PNS bekerja dengan panggilan hati untuk mengabdi kepada negara, bukan karena merasa tertekan. “Kami yakin akhir tahun

ini sudah bisa sepenuhnya dijalankan. Dengan kebijakan ini, kehadiran pegawai bisa terpantau,” ungkapnya. Selain itu, Fauzi juga berharap peran pengawasan dari pimpinan masing-masing ASN. Kontrol wajib diberikan secara berkelanjutan agar disiplin ASN tetap terjaga. Dengan ditopang pengawasan itu, niscaya penerapan absen online akan semakin maksimal. Dengan ketegasan pimpinan di masing-masing instansi tersebut, Fauzi yakin disiplin ASN akan meningkat. Kedisiplinan pimpinan ASN sendiri diharap bisa terwujud dalam bentuk kreasi dan inovasi guna mendatangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) lebih besar. “Menjadi tanggung jawab besar bagi tiap pimpinan SKPD yang ada untuk berkompetensi menunjukkan

program unggulan dan berkualitas. Sehingga PAD tiap tahun terus bertambah, dan berdampak pada kesejahteraan masyarakat,” sambungnya. Karena itu, Fauzi berharap dukungan dari semua kalangan untuk mewujudkan harapan itu. Tanpa adanya dukungan dan doa, harapan yang ditautkan dikhawatirkan sulit digapai dengan maksimal. Fauzi berkayakinan untuk menjadikan Kabupaten Sumenep lebih maju dan sejahtera, diperlukan adanya peran serta masyarakat dan dukungan dari semua pihak. “Mari kita bergotong-royong demi kemajuan bersama. Semoga kita diberikan kemudahan dan petunjuk oleh Allah SWT, sehingga bisa membawa Sumenep ke arah yang lebih baik,” pungkasnya. (habis) rahmat

28 MARET 2016 | MATA SUMENEP | 31


Mata Madura merupakan media cetak dan online yang sedang berkembang di Madura- Surabaya, membutuhkan : TENAGA IT ( Web Programmer / WP )

WARTAWAN - Pria usia maksimal 30 tahun - Mahasiswa/Ijazah S1 - Berpengalaman dalam bidang jurnalistik - Memiliki Integritas dan mudah bergaul (komunikatif) - Bersedia bekerja dibawah tekanan (Deadline) - Memahami wilayah Madura - Surabaya - Memiliki sepeda motor dan SIM C

1. Pria umur maksimal 35 tahun. 2. Persyaratan kemampuan pribadi : - Mampu berinteraksi/berkomunikasi dengan baik. - Mampu bekerja dalam tim. - Sanggup bekerja di bawah tekanan. - Bersedia bekerja dalam waktu yang telah dijadwalkan.. - Memiliki motivasi kuat untuk mengembangkan diri. 3. Persyaratan kemampuan teknis : - Tenaga Web Programmer – Menguasai bahasa pemograman PHP berbasis framework (MVC). – Menguasai HTML dan CSS (Advanced). – Menguasai Jquery. – Menguasai pemrogramam berbasis obyek (OOP). – Berpengalaman bekerja sebagai web programmer lebih diutamakan. – Berpengalaman bekerja dengan dyanamic HTML lebih diutamakan. – Berpengelaman bekerja dengan database SQL Server, MySQL. – Berpengalaman bekerja dengan Apache Web Server lebih diutamakan

TENAGA IKLAN - Pria usia maksimal 30 tahun - Mahasiswa/Ijazah S1 - Berpengalaman dalam bidang diplomatik - Memiliki Integritas dan mudah bergaul (komunikatif) - Bersedia bekerja dibawah tekanan (Deadline) - Memahami wilayah Madura - Surabaya - Memiliki sepeda motor dan SIM C

32 |MATA SUMENEP |28 MARET 2016

KIRIM SURAT LAMARAN

Paling lambat 30 April 2016 ke alamat Jl. Matahari No. 64 Perum Satelit Sumenep Madura atau melalui e-mail di : matasumenep@gmail.com

FOTOGRAFER - Pendidikan Min. D3 segala jurusan - Menguasai teknik fotografi - Berpengalaman di bidang fotografi minimal 1 tahun - Menyukai dunia jurnalistik - Bersedia bekerja dibawah tekanan (Deadline) - Dapat bekerjasama dalam tim


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.