Edisi 27

Page 1

1 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 1


2 |MATA SUMENEP |1 FEBRUARI 2016


1 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 3


Susunan Redaksi Komisaris : Asmawi Dewan Redaksi : Moh. Jazuli, M. Ali Al-Humaidi Redaksi Ahli : Moh. Ilyas Redaktur Tamu : Suhaidi Direktur : Hambali Rasidi Pemimpin Redaksi : Hambali Rasidi (Non Aktif) Wakil Pemimpin Redaksi : Rahmat Redaktur Pelaksana : Rafiqi Reporter : Ozi’ (Non Aktif), Yono Design Grafis : A. Warits Muhshi Manajer Iklan & Promosi : Rusydiyono Penagih Iklan : Fathorrahem Mnj. Sirkulasi & Distribusi : Moh. Junaedi Keuangan : M. Adi Irawan Kontributor : Farhan Muzammily, Hairul Penerbit : PT. MATA SUMENEP INTERMEDIA NPWP : 70.659.553.5-608-000 SIUP : 503/29/SIUP-M/435.213/2014 TDP : 13.21.1.58.00174 Kantor Redaksi : Jl. Matahari 64 Perum Satelit, Tlp (0328) 673100, E-Mail : matasumenep@gmail.com, mataopinisumenep@gmail.com Website : www.matasumenep.com

Mengawal Kemandirian Desa

DAFTAR ISI

09 16

Terimakasih Kiai Basyir, Para Kiai dan Masyarakat Sumenep

Kisah Pilu Guru Honorer

4 |MATA SUMENEP |1 FEBRUARI 2016

Waktunya Bersanding Bukan lagi Bertanding

P

j Bupati Sumenep, Sudarmawan merasa senang melihat dinamika politik Sumenep yang berjalan lancar tanpa riak-riak yang mengkhawatirkan. Pak Pj tentu menilai proses demokrasi mulai dari pendaftaran hingga saat masyarakat menggunakan hak pilih dalam Pilkada berjalan secara bebas berdemokrasi. Pasca Pilkada juga dinilai tidak ada gejolak. Meski ada gejolak, tetapi bisa diselesaikan dengan musyawarah mufakat. Kandidat yang tidak puas pun mengambil jalur konstitusi. Itu hebatnya Sumenep, kata Pak Pj Sudarmawan. Karena itu, dalam memberikan sambutan di rapat pleno penetapan Paslon terpilih oleh KPU, ia menyebut saat ini masyarakat Sumenep waktunya bersanding. Bukan lagi bertanding. Pesan Pak Pj ini selaras dengan pidato politik Cabup terpilih KH A. Busyro Karim. Dalam pidato politik di penetapan Paslon, Kiai Busyro menyebut dalam proses demokrasi tentu ada interaksi sosial yang membuat masyarakat bergolak. Untuk menciptakan kondusifitas bersama, ia mengajak seluruh elemen untuk bersatu dan bersama-sama membangun Sumenep. “Marilah kita tinggalkan pernak-pernik Pilkada, dan bersatu untuk merajut kebersamaan untuk menuju Sumenep yang satu hati dan kita lanjutkan pembangunan di Sumenep ini guna terwujudnya Sumenep yang lebih Super Mantap,” ajaknya, yang disambut tepukan hadirin. Tidak luput dari perhatian Cabup Busyro, ucapan terimakasih dikhususkan kepada mantan Cabup Zainal Abidin dan Cawabup Dewi Khalifah yang telah ikut serta kelancaran proses demokratisasi di Sumenep. Karena itu, Cabup Busyro mengajak Paslon Za-EVA untuk menyatukan komitmen dalam memakmurkan Sumenep. Sebab ia meyakini, kemajuan Sumenep tidak hanya bergantung kepada satu orang saja, melainkan butuh kepada banyak pikiran yang terintegrasi dari banyak orang. “Dari itu, saya menunggu kiprah dari Bapak Haji Zainal Abidin dan Nyai Hj Dewi Khalifah untuk bersama-sama membangun dan memakmurkan Kabupaten Sumenep yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat,” ajak Kiai Busyro. Selamat Membaca

18 Pj Bupati Sumenep ; Drs. Ec. Sudarmawan, MM

Elemen Masyarakat Sumenep Memberi Kesan Manis


MATA UTAMA

Pada Rapat Pleno Terbuka Penetapan Pasangan Calon Terpilih Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Sumenep Tahun 2015 oleh KPU Sumenep, Rabu, 27 Januari 2016 lalu, Cabup terpilih Dr. KH A. Busyro Karim, M.Si menyampaikan pidato politik perdana mengawali kiprahnya di periode kedua. Berikut pidato politik yang sarat makna dalam proses demokrasi, yang disampaikan di aula Hotel Utami Sumenep. Assalamu’alaikum War. Wab.

AYO BERSATU.... BANGUN SUMENEP BERSAMA merasa memikul beban yang begitu

mengumumkan, siapapun yang ke

benar-benar

professional

dalam

berat atas amanah masyarakat yang

rumah saya, aman. Sipapun yang

menjalankan

tugasnya.

Tidak

diberikan kepada kami. Saya ditanya

masuk ke Masjidil Haram, aman.

lupa kami sampaikan terimakasih

oleh salah seseorang, “apakah sudah

Siapapun yang masuk ke rumah

kepada Ketua KPU Sumenep dan

menangis?”. Kenapa? Karena ini

Abu Sufyan (ia adalah rajanya orang

jajarannya, Ketua Panwaslih dan

dari

memang amanah yang berat bagi

munafiq, Red.), juga aman. Saya

jajarannya, para wartawan yang

pendaftaran hingga masuk ke meja

saya. Jika di masa kampanye, kami

datang ke Makkah dari Madinah

banyak

Mahkamah Konstitusi dan berakhir

menyatakan siap kalah dan siap

bukan untuk balas dendam. Tetapi

kepada kami dengan berita-berita

dalam putusan MK, mari kita hargai

menang. Maka inilah gerbang awal

saya datang ke Makkah untuk

yang

sebagai sebuah proses demokrasi

untuk memaknai kata siap menang

membangun. Inilah yang harus

Pilkada.

dan

tersebut.

menjadi filosofi kita semua untuk

Semua

proses

Pilkada

pembelajaran

berharga

memberikan seimbang

masukan

selama

proses

Terima kasih kepada segenap

sekaligus ajang pendidikan politik

Kami tidak akan terlena dengan

bagi masyarakat yang mulai respek

kemenangan ini. Kami akan selalu

terhadap penyelenggaraan Pilkada

mengabdi

masyarakat

mengucapkan banyak terima kasih

Pilkada

di Sumenep.

Sumenep. Kami akan bekerja untuk

dan penghargaan setinggi-tingginya

semangat netralitas yang tinggi.

rakyat Sumenep sesuai visi-misi

kepada yang sangat kami hormati,

Terima kasih kepada partai kami,

yang

Selanjutnya, mari kita tinggalkan pernak-pernik

Pilkada,

kepada

membangun Kabupaten Sumenep. Untuk

itu,

kami

aparat kepolisian dan TNI yang

perlu

sudah

mengawal ini

pelaksanaan

dengan

dilandasi

Super Mantap. Oleh karena itu,

yaitu Bapak Haji Zainal Abidin dan

PKB dan PDI juga Nasdem, serta

mungkin

sudah

mengganggu

kami sangat membutuhkan peran.

Ibu Nyai Hajjah Dewi Khalifah yang

seluruh

interaksi

sosial

di

tengah

Sekali lagi kami membutuhkan

telah berperan aktif menghidupkan

tanpa

masyarakat. Marilah kita bersatu

peran serta dan dukungan dari

suasana

kepada semua masyarakat yang ada

kembali

kebersamaan

seluruh kalangan untuk turut serta

proses

untuk menuju Sumenep yang satu

mewujudkan cita-cita mulia kita

Sumenep. Kami juga senantiasa

Mari kita semua pihak untuk

hati. Kita lanjutkan pembangunan

semua.

menunggu kiprah Bapak Zainal

berdoa kepada Allah SWT agar kita

dan Ibu Eva untuk membangun

diberi kekuatan untuk membangun

kabupaten yang kita cintai.

Sumenep yang lebih baik.

di

merajut

Kabupaten

Sumenep

demokratisasi Pilkada

di

selama

Kabupaten

guna

Dulu, ketika Rasulullah menang

terwujudnya Sumenep yang lebih

pada Fathu Makkah (pembebasan

Super Mantap.

kota Mekkah, Red.), apa yang

Terima kasih juga kepada Pj

dilakukan beliau? Beliau langsung

Bupati Sudarmawan yang sudah

Di atas kemenangan ini, kami

relawan meminta

yang

bergerak

bantuan,

serta

di Kabupaten Sumenep.

Wassalamu ‘alaikum War. Wab.

tidaklah berbangga. Melainkan kami

1 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 5


MATA MATA UTAMA MATAUTAMA UTAMA

Cabup Terpilih: KH A. Busyro Karim memberi pidato politik saat Rapat Pleno Terbuka Penetapan Paslon oleh KPU.

DITETAPKAN KPU SETELAH BERPACU GUGATAN Penantian panjang itu tiba. Paslon Nomor Urut 1, KH A. Busyro Karim-Achmad Fauzi resmi ditetapkan sebagai Bupati dan Wakil Bupati Sumenep, Periode 2016-2021 oleh KPU. Rapat Pleno KPU dengan agenda penetapan Paslon terpilih digelar selang sehari setelah Mahkamah Konstitusi membaca putusan dismissal di sesi pertama Selasa (26/1) pada jam 10.32 WIB. MK menolak tujuh gugatan perkara sengketa Pilkada. Ketujuh gugatan sengketa Pilkada itu adalah Kabupaten Keerom Provinsi Papua, Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan, Kota Ternate Provinsi Maluku Utara, Kabupaten Merauke Provinsi Papua, Kabupaten Pegunungan Bintang Provinsi Papua, Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi

6 |MATA SUMENEP |1 FEBRUARI 2016

Utara, dan Kabupaten Sumenep Provinsi Jawa Timur. Ketua KPU Sumenep, A. Warits dalam sambutan menyebut, penetapan Paslon terpilih sesuai dengan amanah yang tertuang dalam Peraturan KPU Nomor 11, serta Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan UU Nomor 4 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UU Nomor 40 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Wali Kota. “Peraturan KPU dan UU mewajibkan KPU menetapkan pasangan calon terpilih satu hari setelah adanya keputusan

MK,” tuturnya, dalam sambutan. Dalam Rapat Pleno Terbuka di Hotel Utami Sumenep, Rabu (27/01/2016) itu, Warits mengajak semua pihak untuk tetap menjaga kondusifitas Kabupaten Sumenep pasca Pilkada. Ia berharap semua pihak bisa menghormati dan menghargai hasil keputusan dismissal dari MK. Sementara itu, Pj Bupati Sumenep Sudarmawan menyampaikan terima kasih kepada semua pihak lantaran proses penyelenggaraan Pilkada Sumenep dapat berjalan baik sesuai tahapan-tahapan yang telah ditentukan. Kesuksesan itu semua, sebut Pak Pj tidak terlepas dari pemahaman masyarakat Sumenep yang dewasa dalam berpolitik dan menegakkan nilai-nilai demokrasi. “Kesuksesan Pilkada adalah peran

masyarakat dan peran rakyat yang harus diapresiasi,” ujarnya, saat sambutan. Dalam kesempatan itu, Sudarmawan juga menyampaikan ucapan selamat kepada pasangan calon terpilih KH A. Busyro KarimAchmad Fauzi. Pj Darmawan mengingatkan, pasca penetapan KPU, sudah bukan saatnya kedua belah pihak untuk bertanding. “Mari secara bersamasama semua pihak harus bersanding demi mewujudkan Sumenep kedepan. Kedua calon dapat mengkolaborasikan visinya dalam memakmurkan rakyat Sumenep sebagai i’tikad baik membangun daerah,” pesannya yang disambut gemuruh tepuk tangan undangan. Pasca penetapan pasangan calon terpilih, KPU Sumenep menyerahkan Surat Keputusan (SK) KPU tentang Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara dan Surat Keputusan (SK) tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Sumenep Tahun 2015. Ketua KPU, A. Warits menyebutkan, keputusan MK dengan penetapan pemenang sudah final dalm proses Pilkada. Dalam arti, seluruh proses tahapan Pilkada dinyatakan selesai dengan Rapat Pleno Penetapan Paslon. Warits memastikan Paslon terpilih menunggu pelantikan dari Mendagri. Namun demikian, pelantikan itu, kata dia, sudah bukan lagi kewenangan KPU. Karena itu, agenda sehari pasca penetapan Paslon terpilih adalah menyerahkan SK Penetapan kepada DPRD Sumenep. Sebab, dalam mekanisme proses pelantikan nanti, DPRD-lah yang akan melakukan Rapat Pleno Istimewa dan hasilnya diajukan ke Mendagri melalui Gubernur. “Soal itu jadwalnya sudah di Mendagri, bukan di KPU,” tandasnya.

rafiqi


MATA UTAMA

Pasal 158 UU PIlkada dan PMK 2015 Mahkamah Konstitusi (MK) menyelesaikan putusan sela (dismissal) untuk sengketa Pilkada Sumenep pada hari Selasa (26/1) pada jam 10.32 WIB. Majelis hakim MK menilai sengketa Pilkada Sumenep tidak memenuhi syarat sebagaimana ditentukan dalam Pasal 158 UU 8/2015 dan Pasal 6 PMK 1-5/2015. MK telah menyelesaikan putusan dismissal sebanyak 140 permohonan sengketa perselisihan hasil pemilihan kepala daerah (PHP-Kada). Pembacaan putusan dismissal ini, berlangsung bertahap sejak Senin (18/1) 40 pemohon, Kamis (21/1) 26 pemohon, dan Jumat (22/1) 23 pemohon. Senin (25/1) 26 pemohon, Selasa (26/1) 25 pemohon. Sehingga total 140 pemohon dari 147 yang selesai dibaca putusan oleh MK. Sisanya berlanjut Senin (1/2). Pada putusan dismissal perdana, 35 daerah ditolak MK karena bertolak dengan pasal 157 UU Nomor 8 Tahun 2015, dimana permohon penggugat melewati waktu 3x24 jam setelah penetapan hasil suara dari KPU setempat. Dan lima daerah gugur karena pemohon mencabut permohonan yang terlanjur di daftarkan ke MK. Pada sidang kedua putusan dismissal, para majelis hakim MK baru menerapkan Pasal 158 UU

Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pilkada (UU Pilkada) yang kemudian dijabarkan dalam Pasal 6 ayat (3) Peraturan MK (PMK) Nomor 5 Tahun 2015 tentang Pedoman Beracara dan Perselisihan Hasil Pilkada. Hasilnya, sebanyak 32 pemohon ditolak MK karena tidak memiliki landasan hukum berperkara di MK. Dua aturan di atas membatasi selisih suara maksimal sebagai syarat pengajuan permohonan PHPKada ke MK, mulai dari 0,5 persen, 1 persen, 1,5 persen, sampai 2 persen, yang ditetapkan berdasarkan jumlah penduduk masing-masing daerah. Dan sebanyak 26 gugatan pemohon, gugur di palu majelis hakim MK. Begitu pun di hari ketiga sidang dismissal. Sebanyak 17 gugatan pemohon juga ditolak oleh majelis hakim MK karena menabrak syarat

pengajukan permohonan PHP-Kada ke MK. Hanya ada satu daerah, gugatan permohonan pasangan calon (Paslon) asal Halmahera Selatan, Bahrain Kasuba-Iswan Hasjim, yang diterima MK karena selisih 18 suara dengan pemenang. Pada hari Senin (25/1), majelis hakim konstitusi menyidangkan sebanyak 26 gugatan sengketa Pilkada. Dari jumlah itu, tak ada satupun yang diterima. Begitu pun di hari Selasa (26/1), sebanyak 25 perkara sengketa juga ditolak MK. Dari 140 perkara tersebut, MK mengabulkan lima daerah setelah menarik permohonan di MK. 134 perkara ditolak MK dengan rincian 35 perkara dinyatakan permohonan yang diajukan melewati tenggang waktu 3x24 jam sejak penetapan hasil perolehan suara diumumkan. Tiga perkara dinyatakan salah objek, yaitu Kabupaten Kepulauan Meranti, Kabupaten Tanah Bumbu, dan Kabupaten Wonosobo. Dan 96 perkara ditolak MK karena pemohon tidak memiliki kedudukan hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 158 UU Undang Undang Pilkada Tahun 2015 dan Pasal 6 PMK 1-5 Tahun 2015, yang mengatur selisih perolehan suara antara pihak pemohon dengan pihak terkait atau pasangan yang ditetapkan mendapat perolehan suara terbanyak. “Hari ini (Selasa 26/1, Red.) pembacaan putusan sela terakhir. Tujuh sisa perkara lainnya akan disidangkan mulai Senin (1/2) nanti,” ujar Juru Bicara Mahkamah Konstitusi Fajar Laksono di Gedung Mahkamah Konstitusi Jakarta, Selasa, sebagaimana dikutip fajarnews.com.

rusydiyono

SEKDA DAN SEMUA PIMPINAN SKPD SERTA 27 CAMAT IKUT MERAYAKAN KEMENANGAN PASLON 1 KH A. BUSYRO KARIM - ACHMAD FAUZI BERTEMPAT DI HALAMAN MASJID MUHAMMAD SA’ID PONPES ALKARIMIYYAH, BERAJI GAPURA PADA HARI SABTU, 30 JANUARI 2016. ACARA TASYAKKURAN DENGAN TEMA “DARI KITA UNTUK KITA; BAWA TUMPENG DAN MAKAN BERSAMA” MENJADI MERIAH KARENA DIIKUTI OLEH SANTRIWAN-SANTRIWATI PONPES AL-KARIMIYYAH

1 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 7


MATA MATA UTAMA UTAMA Didik Aspri Buya, memecah keheningan suasana. Relawan yang lain menimpali dengan kata-kata Lanjutkan Super Mantap. Didik bercerita, acara bakar-bakar ikan sengaja dipilih Abuya untuk menyalurkan kegembiraan para relawan Paslon Busyro-Fauzi agar tidak terlalu euforia. “Semula relawan ingin konvoi. Tapi tidak baik jika kemenangan dilampiaskan dengan hura-hura di jalan,” terang Didik. Acara bakar-bakar ikan segar berlangsung dua hari. Selasa hingga Rabu. Pada hari pertama, ikan sengaja didatangkan dari Pulau Sapudi dan Dungkek serta Pasongsongan. Di hari kedua, ikan didatangkan dari Ambunten, Gapura dan Dungkek. Tiga grup shalawat sengaja diundang dan dibagi tiga waktu. Pada jam 08.00 hingga jam 12.00. Kemudian giliran grup kedua, pada jam 13.00 hingga jam 17.00 WIB. “Malam hari, ba’dha isya’, grup shalawat putri yang ikut meramaikan bacaan shalawat bersama Abuya,” tutur Didik. Selasa siang hingga malam, sejumlah pendukung mulai berdatangan di Beraji. Para tamu langsung diarahkan ke tempat bakar ikan, sebelum bercanda ria bersama Abuya. Suasana begitu ramai pada malam hari karena bersamaan antara tamu Berbaur: KH A. Busyro Karim mengipas ikan bakar sebagai tanda syukur pasca putusan MK muslimat dan tamu laki. Untung saja, cuaca mendung tidak menurunkan hujan. Sehingga para tamu undangan bisa lesehan di luar teras rumah MENSYUKURI PUTUSAN MK Abuya. Sebagian duduk di altar masjid. Sisanya ikut menikmati bakar ikan.

SHALAWATAN SEHARI BAKAR IKAN 2 HARI

M

ensyukuri putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menyatakan menolak gugatan Paslon (1) Zainal Abidin-Dewi Khalifah (ZAEVA), pada hari Selasa (26/1) jam 10.32 WIB, Cabup KH A. Busyro Karim mengundang tiga group shalawat hadrah bertempat di komplek Ponpes Al-Karimiyyah, Beraji, Gapura, Sumenep. Memang tidak lama dari putusan MK, sejumlah relawan dan loyalis Paslon Busyro-Fauzi mulai berdatangan ke tempat tinggal Abuya, panggilan akrab KH A. Busyro Karim. Dan ternyata, sejumlah relawan sudah menyiapkan ratusan ikan segar untuk dibakar bersama sebagai tanda merayakan kemenangan dalam Pilkada Sumenep 2015. Terlihat aneka jenis ikan ekspor yang sengaja didatangkan dari sejumlah sentra ikan di Sumenep beserta peralatan bakar, sudah siap menunggu komando dari tuan rumah. Sesekali senyum manis mengumbar dari bibir suami Nurfitriana ini. Untuk menambah keakraban bersama, Abuya ikut mengipas agar api arang tambah membakar ikan. Tidak lama kemudian, Ny Nurfitriana Busyro pun ikut nimbrung. Suasana kian akrab dengan aroma ikan segar yang menyengat hidung. “Wah ini…acaranya bakar-bakar. Tapi hanya bakar ikan, ya..,” celetuk

KH A. Busyro Karim ikut menabuh rebana sebelum pesta bakar ikan

8 |MATA SUMENEP |1 FEBRUARI 2016

Sekerumunan fatayat dan muslimat ikut meramaikan lantunan shalawat di kediaman KH A. Busyro Karim.

Di hari kedua, Rabu (27/1), Cabup Busyro harus mendatangi undangan penetapan Paslon terpilih dari KPU Sumenep. Pada jam 10 pagi, Cabup Busyro datang sendiri tanpa didampingi Cawabup Terpilih, Achmad Fauzi karena posisi masih di Jakarta. Usai penetapan, Cabup Busyro langsung kembali ke Beraji karena sejumlah tamu sudah lama menunggu. Tidak terlihat konvoi dari relawan yang mengiringinya. Hanya beberapa sepeda motor ikut di belakang mobil dengan plat nomor M 1 BY. Achmad Zubaidi, anggota KPU mengaku mengundang semua pasangan calon yang ikut kontestasi di Pilkada Sumenep, 9 Desember lalu. Namun, di hari penetapan itu, tidak terlihat Paslon Nomor urut 2, Zainal Abidin-Dewi Khalifah (ZA-EVA) di deretan kursi undangan. Pada Rabu malam hari, habis Isya’, Abuya masih menghadiri undangan maulid warga. Di sana Buya didaulat sebagai ceramah agama. Memang, pasca Pilkada, Buya terus melayani undangan warga untuk mengisi ceramah maulidan. Satu hari minimal 3-4 undangan. “Kasihan kan kalau tidak dihadiri,” jelas Abuya kepada Mata Sumenep. Usai dari acara maulidan, Cabup Busyro menghadiri syukuran yang digelar MWC NU dan PAC PKB Kota Sumenep bertempat di kantor DPC PKB, JL Imam Bonjol. Sekitar 45 menit berlangsung, Cabup Busyro harus kembali ke Beraji karena sudah ditunggu sejumlah Kades untuk melepas 100 dhamar korong di halaman masjid Mohammad Said, alKarimiyah. Selain itu, para relawan juga melepas kembang api.

hamrasidi


MATA UTAMA

Terimakasih Kiai Basyir, Para Kiai dan Masyarakat Sumenep

C

abup Sumenep Terpilih, KH A. Busyro Karim menghaturkan banyak terimakasih kepada para kiai dan sejumlah masyarakat Sumenep yang telah memberi kepercayaan untuk memimpin Sumenep di periode kedua. Ucapan terimakasih khusus, Kiai Busyro haturkan kepada KH Ahmad Basyir AS, Pengasuh Ponpes Annuqayah Daerah Latee, GulukGuluk, Sumenep. Dalam penilaian Kiai Busyro, sosok Kiai Basyir merupakan tokoh penting keberhasilannya dalam pencalonan Bupati Sumenep periode kedua. Kiai Busyro berdalih, pribadi Kiai Basyir menjadi sumber inspirasi dalam menentukan strategi perjuangan karena konsisten apa yang menjadi pilihan politik sejak awal. “Sosok Kiai Basyir itu, istiqomah dalam berpolitik, “ ujarnya kepada

sejumlah wartawan beberapa jam pasca putusan Mahkamah Konstitusi (MK), Selasa (26/1), di kediamannya, komplek Ponpes AlKarimiyyah, Beraji, Gapura. “Saya harus menyampaikan banyak terima kasih kepada Kiai Basyir.

Beliau itu luar biasa perjuangannya dalam proses pemenangan pasangan Busyro-Fauzi di Pilkada kali ini. Sekali lagi, perjuangan beliau sangat luar biasa,” papar suami Nurfitriana ini. Karena itu, Kiai Busyro tetap

berharap bimbingan, arahan, dan do’a para ulama’ serta masyarakat Sumenep, agar masa kepemimpinan di dua periode ini, capaian program lebih maju. Dan kehidupan masyarakat Sumenep lebih sejahtera.

rafiqi

1 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 9


Mata Opini

FILOSOFI TSULATSI MUJARRAD; TAWARAN SUKSESI KEPEMIMPINAN POLITIK-PROFETIK MUKHLISHI*

T

sulatsi Mujarrad merupakan konsep dalam ilmu sharraf atau tashrif yang familiar diajarkan pada santri di berbagai institusi pesantren atau lembaga pendidikan pemula (ibtida’) berbasis pesantren. Pertama kali kita akan diajari Bab tsulatsi mujarrad yang terdiri dari 6 bab ini adalah berfungsi untuk memindah satu wazan pada wazan lain atau satu bentuk kalimat pada bentuk kalimat lain untuk memperkaya arti. Adapun macam wazan tersebut adalah sebagai berikut: bab satu adalah nashara (menolong), dua dharaba (memukul atau mendobrak), tiga fataha (inklusif), empat ‘alima (tahu atau paham apa yang dialami rakyat), lima hasuna (berperilaku baik) dan terakhir keenam adalah hasiba (evaluasi diri). Hal ini jika kita analisis secara kritis tentu ada nilai filosofis dalam suatu konsep kepemimpinan kita. Semua ini dapat dirunut seperti analisis berikut: Bab I Nashara yang berarti menolong. Perbuatan menolong bagi seorang pemimpin adalah kegiatan membantu secara sukarela demi misi kemanusiaan global, demi menolong orang-orang yang kelaparan dan membutuhkan uluran tangan, demi membantu anak-anak yang kesusahan tanpa menghiraukan identitas agama, etnis, bahasa, dan bangsa orang yang mereka tolong, serta tanpa mengharapkan imbalan sepeser pun. Bab II Dharaba berarti mendobrak. Dalam hal ini seorang pemimpin harus dibarengi dengan ketegasan melalui usaha gebrakan dalam kepemimpinannya. Dalam konteks pelaksanaaan kebijakan birokrasi terkait dengan kebijakan publik (public policy) misalnya, seorang pemimipin harus punya gerbrakan strategis sehingga hasilnya dapat dirasakan langsung oleh rakyat yang dipimpinnya. Untuk itu ada beberapa faktor penyebab gebrakan yang berarti yang harus diperhatikan para pemimpin: pertama, taraf pengetahuan dan

pengalaman orang terhadap suatu kebijakan itu sendiri berbeda-beda. Kedua, semangat masing-masing bawahan juga berbeda. Maka yang lebih penting lagi, ketiga, paham tentang sistem kehidupan yang selama ini tidak memungkinkan untuk berpikir dan bertindak serius dalam membenahi negeri ini. Bab III Fataha berarti terbuka atau inklusif. Dalam melakukan pelayanan, seorang pemimpin secara teoritik inklusif harus dapat membentuk sikap dan perilaku kehidupan masyarakat yang nyata melalui komunikasi dialogis, serta survive menghadapi tantangan kehidupan melalui caracara yang benar. Pada masyarakat yang terbuka, fungsi dialog adalah persis seperti mesin bubut yang menghaluskan permukaan yang kasar pada setiap benda. Sebaliknya, dalam masyarakat yang tertutup, “permukaan-permukaan yang kasar” itu tak mendapatkan kesempatan untuk mengalami proses gesekan dengan kecenderungan yang beragam dalam masyarakat untuk kemudian, melalui gesekan itu, mengalami penghalusan (moderasi). Demikianlah, jika kita menghendaki agar kecenderungan dialog dan moderasi makin menguat dalam masyarakat, maka tiada jalan lain kecuali kita harus terus berusaha membangun masyarakat yang terbuka, sekaligus mempunya komitmen yang kuat pada kerangka etis tertentu. Istilah lainnya adalah “open and ethical society”. Bab IV ‘Alima yang berarti tahu (mengalami apa yang dialami rakyat). hal yang menarik dari konsep ini ialah tekanan begitu besar yang diberikan oleh Islam terhadap dimensi pengetahuan (‘ilm). Dalam pandangan penulis, ini menandakan visi sosial yang dikehendaki Islam ialah tegaknya masyarakat yang terbuka (open society), dimana pertukaran informasi, pengetahuan dan perbedaan pendapat bisa berlangsung dengan bebas. Masyarakat yang tertutup (biasanya

10 |MATA SUMENEP |1 FEBRUARI 2016

menjadi ciri khas puritanisme) tidaklah meggambarkan visi sosial yang dikehendaki oleh Islam. Bab V Hasuna berarti berperilaku baik. Konsep ini merupakan salah satu indikasi kepemimpinan yang baik bahwa adanya sebuah bangsa dikatakan demokratis seperti adanya kesediaan warga untuk well-informed. Keterbukaan untuk menerima sebuah informasi tentang pelaksanaan pemilihan secara demokratis misalnya, yang dalam hal ini berarti ikut menentukan sukses tidaknya pemilihan pemimpin. Untuk kebutuhan informasi ini, media massa-lah yang memikul peranan penting. Media massa sering disebut sebagai pilar demokrasi keempat. Demokrasi tanpa keterbukaan media massa tidak mungkin terjadi. Sebagai pembentuk opini publik, media bisa menyuburkan gagasan beragam untuk membentuk masyarakat plural dan bersikap toleran, tapi di sisi lain juga bisa menjadi sarana penyebar kebencian dan mempertajam perbedaan. Demokrasi akan terpelihara karena adanya partisipasi warga negara yang aktif dalam kehidupan politik dan peduli terhadap masalah-masalah kewargaan negara (civic affair). Selain ditopang oleh rasa tanggung jawab yang besar kemungkinan besar partisipasi tersebut juga ditopang oleh kesediaan warga negara akan informasiinformasi bagaimana caranya hidup berdemokrasi. Jika dikontekskan pada pemilu yang baru saja digelar (dan masih menunggu penetapan) sebagai pemimpin harus bisa menerima dengan lapang hati. Siapapun yang terpilih nantinya harus didukung selama yang dilakukan adalah konteks kebaikan dan kesejahteraan rakyat. Bab VI Hasiba berarti Evaluasi. Hal ini penting terlebih adalah evaluasi pada diri yang sehingga punya energi positif dengan ditandai beberapa keyakinan terhadap nilai prinsip tertentu serta bersedia

mempertahankannya walaupun menghadapi kelompok kuat. Mampu bertindak berdasarkan penilaian yang baik tanpa merasa bersalah jika memang salah atau menyesali tindakannya jika orang lain tidak menyetujuinya. Peka terhadap kebutuhan orang lain dan pada kebiasaan sosial yang lebih diterima Adapun evaluasi yang berimplikasi negatif bercirikan sebagai berikut: pertama, peka pada kritik. Hampir selalu merasa tidak tahan terhadap kritikan yang diterimanya. Dia melihat hal tersebut sebagai usaha orang lain untuk menjatuhkan harga dirinya. Sehingga, dia terkadang tampak keras kepala dan berusaha mempertahankan pendapatnya dengan menggunakan berbagai justifikasi dan logika yang keliru. Kedua, responsif terhadap pujian. Meskipun dia tampak tidak peduli dan menghindari pujian, namun antusias menyambut terhadap pujian masih akan tampak. Dan ketiga, bersikap pesimis terhadap kompetensi. Hal tersebut terungkap dalam keengganannya untuk bersaing dengan orang lain dalam prestasi. Dia menganggap tidak berdaya melawan persaingan yang merugikan dirinya. Sebagai epilog dalam tulisan ini, suksesi kepemimpinan pada pokoknya harus suka menolong baik kawan ataupun lawan, menjadi pendobrak birokrasi yang suka bermain-main, terbuka menerima kritikan dan masukan, tahu pada apa yang dialami rakyatnya serta selalu berbuat baik pada semua rakyat dan mampu mengevaluasi diri apabila terjadi kebijakan yang tidak pro rakyat. Tentunya semua ini harus didukung dengan iklim birokratik yang baik sehingga mampu mensejahterahkan masyakarat dan tentu pula harus didukung oleh stabilitas politik yang aman. Hal ini penting agar visimisi kepemimipinan profetik sang pemimpin berada dalam wilayah pemimpin bukan pemimpi.

* Mengabdi di MWC NU Gapura.


Mata Opini

MADURA DAN ROMANTISME MAULID Muzayyinatul Hamidia*

M

asyarakat Madura dikenal dengan masyarakat yang religius Hal ini terjadi karena memang leluhur Madura adalah para ulama besar yang tersebar di seluruh wilayah Madura, salah satunya adalah Syaikhona Cholil Bangkalan. Masyarakat Madura menempatkan para ulama atau kiai pada strata yang sangat tinggi, sehingga apa yang menjadi fatwa, titah, dan tradisi para ulama juga akan diikutinya, salah satunya adalah perayaan maulid Nabi Muhammad SAW. Kemeriahan perayaan maulid nabi di Madura bisa dikatakan tidak ada tandingannya. Mengapa demikian? Karena perayaan maulid dilaksanakan selama sebulan penuh, dan hal itu terjadi tidak hanya di mushalla, masjid, atau majelis-majelis ilmu, namun juga di rumah-rumah warga, setiap hari bergantian dari rumah ke rumah dengan pembacaan Barzanji, ceramah agama, dan suguhan yang istimewa. Selebrasi maulid nabi sangatlah meriah dan tentu setiap warga Madura memberikan banyak pengorbanan, baik pikiran, tenaga, dan materi. Semiskin-miskinnya orang Madura, jika dihadapkan dengan ihwal perayaan maulid, pasti akan mengerahkan segenap tenaganya dan mengorbankan materi yang tidak sedikit. Bagi orang Madura tak mengapa makanan sehari-hari cukup tahu-tempe, tetapi demi merayakan kelahiran Rasulullah SAW, demi menyambut kedatangan Rasulullah SAW, mereka rela menabung jauh-jauh hari dari hasil bercocok tanam. Dalam penelitian Pramono (2012) menjelaskan bahwa masyarakat Madura dalam merayakan kelahiran Rasulullah

biasanya mengadakan acara baca doa bersama dan membaca shalawat. Masyarakat Madura percaya dan yakin bahwa dengan memperingati hari kelahiran Rasulullah SAW akan mendapatkan syafa’at dan barokah dari nabi Muhammad SAW. Mereka juga percaya bahwa ketika salawat dibacakan Rasulullah hadir di tengah-tengah mereka. Keunikan lain dari selebrasi maulid di Madura adalah tradisi pulang kampung. Sebagaimana perayaan maulid pada tahun ini, orang Madura yang ada di perantauan pulang ke Madura demi merayakan maulid serta berkumpul dengan sanak keluarga. Mengapa warga Madura begitu antusias dalam merayakan maulid? Karena perayaan maulid Nabi Muhammad SAW di Madura telah menjadi budaya. Ketika perayaan maulid nabi berlangsung, semua warga ikut serta, bahkan anak kecil pun dibolehkan, bahkan sangat dianjurkan. Hal ini dilakukan untuk menanamkan kecintaan kepada Rasulullah sejak dini kepada anakanak, sehingga setelah dewasa mereka semakin cinta kepada Rasulullah SAW. Dan inilah yang membuat orang Madura selalu merindukan kampung halamannya di manapun mereka berada. Bagi orang Madura, perayaan maulid Nabi Muhammad SAW tidak hanya perayaan tahunan yang sekadar, namun sebuah selebrasi yang harus dipersiapkan dengan matang. Di mata orang Madura, perayaan maulid nabi tidak kalah penting dengan Hari Raya Idul Fitri ataupun Idul Adha. Sehingga penulis menarik benang merah bahwa kecintaan warga Madura kepada Rasulullah SAW sangatlah tinggi.

Menurut hemat penulis, terlepas dari persepsi warga Madura yang keras kepala dan tradisi carok, ada beberapa nilai atau karakter orang Madura yang mencerminkan akhlaq Rasulullah SAW dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Pertama, kekeluargaan. Masyarakat Madura sangat menjunjung tinggi asas kekeluargaan, dalam Islam kita mengenal dengan silaturrahim. Jika ada orang meninggal dunia, setiap warga akan segera takziyah dan mengurus pemakamannya, demikian juga ketika ada tetangga sakit, tetangga melahirkan, atau kecelakaan, bahkan bila ada tetangga yang jatuh dari pohonpun, masyarakat Madura akan berduyun-duyun untuk menjenguknya, sebagai tanda kepedulian dan eratnya persaudaraan meskipun pada kerabat yang tidak sedarah. Tidak hanya itu, jika orang Madura memasak sesuatu, meskipun hanya singkong rebus, mereka tidak akan lupa untuk berbagi dengan tetangganya. Kedua, sikap iffah (menjaga kehormatan diri). Perempuan Madura pasti identik dengan hijab atau kerudung, karena sejak kecil setiap perempuan Madura dididik dengan rasa malu dan harus menjaga kehormatan dirinya. Menurut hemat penulis, sikap iffah dan tradisi carok di Madura memiliki korelasi. Mengapa demikian? Karena orang Madura pada dasarnya memiliki rasa penghargaan diri yang tinggi, namun karena minimnya pengetahuan dan sempitnya wawasan, cara menjaga harga diri dilakukan dengan carok. Bagi orang Madura lebih baik mati daripada harus hidup menanggung malu atau harga dirinya terinjak-injak,

meski tradisi carok saat ini sudah tidak segencar zaman jahiliyah orang Madura. Ketiga, gotong royong. Orang Madura sangat anti individulais. Jika ada hajatan atau kerepotan warga lain, tanpa disuruh dan dibayar pun orang Madura pasti membantunya. Hal itu berangkat dari kesadaran bahwa setiap orang membutuhkan orang lain. Hal ini juga terjadi pada pembangunan tempat-tempat ibadah atau madrasah, seperti masjid, musholla, dan gedung madrasah. Nilai-nilai ini harus terus dilestarikan oleh warga Madura khususnya kaum muda Madura, karena penulis khawatir para pemuda Madura yang menuntut ilmu atau bekerja ke luar Madura akan terpengaruh dunia luar yang bisa merusak nilai-nilai dan karakter orang Madura yang religius, cinta Rasul, serta sifat-sifat positif lainnya. Karena itu, pada perayaan maulid Nabi Muhammad SAW, hendaknya tidak hanya dimakanai secara parsial, namun harus pada sisi substansinya, yaitu pemuda Madura harus mampu meneladani akhlaq Rasulullah SAW dimanapun mereka berada. Setiap pemuda Madura khususnya yang merantau ke luar Madura harus tetap memiliki jiwa kekeluargaan, sikap iffah, serta suka membantu teman yang dalam kesusahan. Dengan demikian, romantisme maulid Nabi Muhammad SAW tidak hanya berwujud perayaan, namun melekat dalam sanubari kita; meneladai akhlaqnya. Semoga!

*Penulis adalah Mahasiswi asal Pamekasan Madura, menempuh S2 Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Islam Malang.

Redaksi Mata Sumenep menerima tulisan Opini dalam berbagai perspektif (Islam, Budaya, Sosial, Politik-Pemerintahan, dan Ekonomi) dengan materi seputar Sumenep. Panjang tulisan maksimal 850 kata. Tulisan bisa dikirim via email ke: matasumenep@gmail.com

1 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 11


MATA BUDAYA

LUDRUK MADURA: SENI PERTUNJUKAN DAN KUASA AJHING (1)

Salah satu penampilan ludruk. (foto/ Lucia Juningsih)

M

elihat seni pertunjukan Madura, maka Topeng Dalang Madura menjadi satu genre teater yang sangat akrab di setiap ingatan masyarakatnya. Bahkan, tentu masih sangat segar betapa seni pertunjukan yang satu itu mampu popular hingga ke negeri seberang, menembus Jepang dan mengguncang beberapa negara di benua eropa. Namun menyoal seni pertunjukan lokal kita, satu produk kebudayaan lain yang cukup mencakupi Madura pula beroleh kita ulas untuk sekedar tamasya budaya atau menyisir macam kesenian yang ikut melebur dalam identitas pulau tercinta ini. Dan disini, kita akan mengenalnya sebagai ‘Ludruk Madura; seni pertunjukan dan kuasa Ajhing Madura lama’ untuk memberikan penegasan identitas akan ragam versi Ludruk ini sebagai kesenian drama tradisional yang lazim dikenal berasal dari Jawa Timur.

Ludruk, Sejarah dan Muasal Istilah Secara umum, masyarakat Indonesia mengenal Ludruk sebagai suatu kesenian drama tradisional dari Jawa Timur. Pengertian ini selaras dengan catatan Wikipedia Bahasa yang menjabarkan bahwa Ludruk merupakan suatu drama tradisional yang diperagakan oleh sebuah grup kesenian yang dipergelarkan di sebuah panggung dengan mengambil cerita tentang kehidupan rakyat sehari-hari, cerita perjuangan, dan sebagainya yang diselingi dengan lawakan dan diiringi dengan gamelan sebagai musik.

12 |MATA SUMENEP |1 FEBRUARI 2016

Ludruk juga didefinisikan sebagai kesenian teater Jawa Timur yang berasal dari kalangan rakyat jelata. Disebutkan, dialog dalam ludruk bersifat menghibur dan membuat penontonnya tertawa. Sementara dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia kata “ludruk” berarti pertunjukan sandiwara dengan menari dan bernyanyi. Dimana pengertian tersebut, disebut Zaiturrahiem RB lebih luas dari terminologi ludruk di Madura yang mengartikannya sebagai sebuah pertunjukan sandiwara (sejenis teater) yang diperankan oleh sekelompok orang yang kesemuanya adalah laki-laki _meskipun dalam kisah pertunjukannya ada peran perempuan, dan diiringi dengan menyanyi dan menari serta alunan musik tradisional. Jika masyarakat Jawa Tengah memiliki Ketoprak sebagai pertunjukan hiburan, masyarakat Jawa Timur memiliki Ludruk sebagai satu produk pertunjukan yang sama dari sekian banyak kesenian tradisional yang terdapat di provinsi ini. Kesenian ini berkembang pada sekitar abad XII – XV yang pada awal mula kemunculannya dikenal dengan Ludruk Bandhan dengan mementaskan sebuah pertujukan berbau magis, seperti kekebalan tubuh dan kekuatan lainnya. Kemudian, sejarah mencatat sekitar abad XVI - XVII muncul sebuah genre Ludruk yang lain yaitu Ludruk Lerok yang dipelopori oleh Pak Santik dari Kota Jombang, Jawa Timur. Kata Lerok sendiri diambil dari kata Lira yaitu alat musik semacam kecapi (Ciplung Siter)

meski pada awal mula dipentaskan, Lerok menggunakan musik yang keluar dari mulut pemain. Istilah Ludruk memang memiliki banyak tafsir bagi masyarakatnya. Mayoritas orang Jawa, begitu mendengar kata ‘ludruk’, pemahaman mereka adalah Ludruk Jawa Timur-an. Sementara pada masyarakat Madura, saat mendengar kata ‘ludruk’ pemahaman mereka pasti Ludruk Madura. Perbedaan istilah dan pemahaman ini pun selaras dengan ragam versi sejarahnya. Hasil penelitian Suripan Sadi Hutomo misalnya, mengatakan Ludruk adalah Grapppermaker atau Badutan. Dalam hal ini, Suripan mengacu kepada kamus Javanansch Nederduitssch Woordenboek karya Gencke dan T Roorda (1847). Beda halnya dengan Suripan, WJS Poerwadarminta, Bpe Sastra (1930) mengatakan Ludruk berarti penari wanita dan Badhut artinya pelawak. Sedangkan menurut S.Wojowasito (1984), kata ‘badhut’ sudah dikenal oleh masyarakat Jawa Timur sejak tahun 760 masehi di masa kerajaan Kanyuruhan Malang dengan rajanya Gajayana; seorang seniman tari yang meninggalkan kenangan berupa candi Badhut. Sementara itu, peneliti asal Paris, Helene Bouvier, dalam La matiere emotion. Les arts du temps et du spectacle dans la societe madouraise (Indonesie) mengatakan, Loddrok adalah pertunjukan teater musikal tanpa topeng dan saat ini popular di Sumenep. Menurut Helene, terminologi dalam Ludruk berubahubah, berasal dari bahasa Jawa yang diserap oleh bahasa Indonesia. Bahkan, sangat berbeda dengan pendapat lainnya, ia menyebut seni pertunjukan ini dengan dua istilah yang berasal dari bahasa Jawa, yakni Ludruk dan Ketoprak. Pigeaud (1938: 322-323) dalam Helene (2002: 133) menyebut, asal-usul Ludruk harus ditelusuri dalam badoot dan ludrug, yakni tari duet yang salah satu penarinya berbusana perempuan (dan terbukti sudah ada pada akhir abad ke-19), yang berasal dari suatu tari duet banci laki-laki yang disebut Lerok. Semua pertunjukan itu, menurut Pigeaud dimainkan di Pesisir Utara Jawa Timur, di sekitar Surabaya. Sementara jika mengacu kepada bahasa Indonesia modern, istilah ‘badut’ berarti ‘pelawak’. Sedangkan di dalam bahasa Madura, luddruk atau loddrok, menurut Killiaan, berarti ‘tukang lelucon atau pelawak’, dan mengacu pada tjon-lotjon atau ‘punakawan’. Istilah-istilah itu, menurut Sudyarsana (1985: 36) menekankan pentingnya unsur jenaka di dalam kemunculannya di panggung pertunjukan.

bersambung…


MATA BUDAYA

KOSA KATA BASA MADURA (2)

D

uminggu setapongkor, ampon ejellassagi neng Mata Sumenep terbitan sekapeng 26 jha’ saongguna Ondagga Basa Madura ka’dhinto ebagi dha’ tello’ ondagan: Kasar (enja’iya), Tenga-tenga (enggi-enten), ban Alos (enggi-bunten).

Saterrosepon neng terbitan sekapeng 27 mangken badi ejellassagi kosa kata basa Madura searopa’agi kata ganti orang, penunjuk, ban laen epon kalaban tabel kosa kata menorot ondaganna basa se tatello’ kasebbut.

Kosa kata e attas paneka minangka namong conto kaangguy majarna’ ropana ondagga basa se tatello’ e dhalem Basa Madura se ampon Mata Sumenep pakompol dari sittung-dhuwa’ somber. Dari ka’dhinto, tanto sanget bannya’ kosa kata laen se bisa daddi tera’na pangaonengan kaangguy maakrab Basa Madura se ampon molae lontor ta’ ekarassa.

Sabab manabi etalektegi, ampon ta’ kabitong saponapa bannya’na generasi anyar otaba na’kana’ ngoda se saamponna babbar ka dunnya lebbi epakennal ka basa Indonesia otaba laenna. Padahal _ta’ kalaban maksod ngentengngagi basa persatuan, basa Madura tanto lebbi penting ekadhara ka’adha’ sabab oropa basa kalahiran.

bersambung...

1 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 13


KESEHATAN

RAHASIA HERBAL DARI SI PERDU Namanya Kersen atau Talok. Orang Belanda menyebutnya Ceri Indonesia, meski ternyata buah ini terdapat pula di berbagai negara. Tumbuh liar di sekitar kita, pohon ini menyimpan manfaat pengobatan yang tak terkira.

kesehatan, kandungannya antara lain: setiap 100 gram Kersen mengandung air (77,8 gram), protein (0,384 gram), lemak (1,56 gram), karbohidrat (17,9 gram), serat (4,6 gram), abu (1,14 gram), kalsium (124,6 miligram), fosfor (84 miligram), besi (1,18 miligram), karoten (0,019 gram), tianin (0,065 gram), ribofalin (0,037gram), niacin (0,554 gram), dan vitamin C (80,5 miligram). Sedangkan nilai energi yang dihasilkan adalah 380 KJ/100 gram. Menakjubkan bukan?! “Kandungan itu membuat buah kersen banyak bermanfaat bagi tubuh manusia. Masyarakat dulu sering menggunakan buah kersen sebagai obat untuk mengatasi asam urat,� kata Suhardjono. Pernyataan ini juga senada dengan cerita Hj Bashiroh. Pada perbincangan sore hari di tokonya, di Desa Longos, Kecamatan Gapura, beberapa waktu lalu, ia juga mengutip pesan dari orang tua jaman dahulu. Bahwa tak hanya sebagai ingatan masa kanak, saran memakan buah bernama latin Muntinga Calabura ini ternyata memiliki rahasia pengobatan herbal yang tersembunyi.

Atasi Asam Urat dan Diabetes

HERBAL: Kersen atau Talok (Latin: Muntinga Calabura).

T

ak sengaja menyambangi sebuah toko menjelang petang di akhir November lalu, Mata Sumenep terantuk fakta menakjubkan. Sebuah rahasia dari tanaman liar (jenis perdu) meluncur dari seorang pemilik toko. “Katanya ini bagus untuk penderita asam urat,� ujar Hj Bashiroh sembari memakan buah Kersen yang dipetik sang suami dari pohon setinggi 3 meter di depan tokonya. Rasa penasaran akan ujaran itu pun membawa Mata Sumenep untuk menemukan kebenarannya secara medis. Bagaimana si kecil yang tumbuh liar dimana suka ternyata justru menyimpan manfaat herbal yang menakjubkan. Padahal dalam setiap ingatan masa kecil semua orang, buah ini hanya santapan usai bermain dahulu kala, yang bahkan kini sudah tak lagi menjadi keseharian masa kecil anak-anak generasi kita. Secara karakteristik, pohon Kersen atau juga disebut Talok, Baleci, dan Ceri Indonesia ini adalah jenis tanaman perdu yang memiliki tinggi rata-rata 1-4 meter dengan tinggi maksimal bisa mencapai 6-12 meter. Dengan cabang mendatar dan membentuk naungan rindang, buah yang oleh orang Belanda disebut Ceri Indonesia ini berbuah bulat dan kecil. Sewaktu muda buahnya hijau seperti daunnya, namun bila sudah

masak akan berubah berwarna merah merona. Buahnya pun berasa manis dengan banyak biji kecil seperti pasir di dalamnya.

Khasiat dan Kandungan Kersen Meski kerap ditemukan tumbuh dimana saja, seperti di pinggir jalan atau sengaja ditanam di depan rumah sebagai peneduh, soal khasiat buah yang satu ini jangan ditanya. Seorang ahli tanaman obat bernama Drs Suhardjono Apt, M.Si dari salah satu perguruan tinggi negeri ini, misalnya, menyebutkan bahwa kandungan gizi buah lokal ini tidak kalah dengan buah lain. Sebab berdasarkan hasil penelitian diketahui, perbandingan kandungan vitamin C dan kalsiumnya lebih tinggi daripada buah Mangga. Misalnya, kandungan vitamin C buah mangga 30 mg, sedangkan buah kersen malah 80,5 mg. Sementara kandungan kalsium buah kersen juga mencapai 124,6 mg, jauh lebih banyak dari buah mangga yang hanya memiliki kandungan kalsium15 mg. Secara umum, Kersen memang mengadung zat-zat yang bermanfaat besar bagi kesehatan tubuh manusia, apalagi bagi mereka yang mengidap penyakit agak bandel seperti Asam Urat. Dilansir dari sebuah situs tentang

14 |MATA SUMENEP |1 FEBRUARI 2016

Salah satu penyakit yang banyak diderita masyarakat kita lantaran pola hidup yang tidak sehat adalah Asam Urat dan Diabetes. Penyakit ini sudah semakin meluas, apalagi seperti Diabetes yang kadang diderita lantaran potensi gen dari orang tua. Namun kini, bagi penderita Asam Urat usahlah bersusah payah dahulu memikirkan biaya untuk pengobatan secara medis. Sebab memakan buah Kersen terbukti mengurangi rasa nyeri akibat penyakit ini. Dengan kandungan Purin yang rendah dan kandungan air yang tinggi, komposisi air akan melarutkan Purin yang mengendap pada ginjal atau persendian. Bahkan, lantaran kandungan Serat yang tinggi dalam buah Kersen, susah BAB (Buang Air Besar) pun dapat diatasi dengan dengan mengonsumsi beberapa butir saja. Tak hanya buah, daun Kersen juga bermanfaat untuk kesehatan. Terbukti, penggunaan daun Kersen untuk menurunkan kadar gula pada penderita Diabetes ternyata sudah dialakukan sejak lama. Menurut hasil penelitian beberapa ilmuan menyatakan, daun Kersen mengandung senyawa kimia golongan Saponin dan Flavonoid. Sementara itu, Senyawa golongan Flavonoid diketahui dapat bekerja sebagai antioksidan, sehingga bisa menyekresi hormon insulin yang diperlukan untuk metabolisme gula. Selain dapat mengobati Diabetes, daun Kersen juga mempunyai manfaat untuk penyakit lain. Diantaranya bermanfaat sebagai antitumor dan otot jantung. Kandungan senyawa Tanin, Flavonoids, dan Saponin dalam daun Kersen dapat menjadi antiseptik dan antiflamasi atau antiradang. Hal itu bisa dilakukan dengan

cara meminum air rebusan kersen secara rutin.

Cara Pengobatan Pada dasarnya terdapat sekitar 15 manfaat buah Kersen bagi kesehatan tubuh manusia. Kelimabelasnya tersebut antara lain; mengobati Asam Urat, menyembuhkan Diabetes, meredakan gejala Flu, mengatasi Kejang atau Kaku di bagian saluran pencernaan akibat Gastritis dan Diare, sebagai Antibakteri atau Antiseptik, menurunkan tekanan darah tinggi, menurunkan kadar Kolesterol dalam darah, mengatasi Infeksi, Antitumor, meningkatkan daya tahan tubuh sehingga tidak mudah sakit, meredakan sakit kepala, membunuh Mikroba, kandungan air pada buah Kersen juga dapat mengembalikan kelembaban alami kulit sehingga kulit akan terus terlihat segar, mencegah dan menyembuhkan Batuk, dan mengatasi Radang. Namun demikian, dari berbagai penyakit yang sebagian besar bisa diobati dengan langsung mengonsumsi buah Kersen atau meminum air rebusan daun Kersen, berikut Mata Sumenep hadirkan cara khusus mengobati 4 penyakit kronis yang bisa saja sedang diderita pembaca saat ini: 1. Hipertensi Jemur daun Kersen sampai kering, seperti kita membuat teh. Setelah daun kering, seduh secukupnya dengan air putih panas untuk satu gelas kecil. Tunggu beberapa saat hingga air putih berubah seperti air teh. Minum dua kali sehari. 2. Antidiabetes Gunakan 50-100 gram daun Kersen yang telah dicuci bersih dan rebus dalam seliter air hingga mendidih dan tersisa separuhnya. Hasil rebusan itu minum dua kali sehari. Jika menggunakan ekstrak daun kering, 2-5 gram seduh dalam 200 ml air. 3. Asam Urat Makan sembilan butir buah kersen tiga kali sehari. Itu terbukti dapat mengurangi rasa nyeri yang ditimbulkan oleh penyakit Asam Urat. 4. Kolesterol Rebus 1-2 gengam daun Kersen segar dengan tiga gelas air. Sisakan air rebusan hingga tinggal satu gelas dan minum ramuan itu secara teratur tiga kali sehari. Nah pembaca, itulah beragam rahasia manfaat herbal tersebunyi dari si perdu yang dapat kita temui dengan mudah di sekitar kita. Dan ternyata, tanaman lokal kita ini tidak hanya tumbuh di Indonesia saja. Di beberapa negara lain seperti Inggris, Kosta Rika, Kamboja, Vietnam, Thailand, Meksiko, dan India juga bisa ditemukan pohon yang sayangnya oleh orang Belanda sudah dicap sebagai Ceri Indonesia. Semoga bermanfaat!

rafiqi


DINAS KESEHATAN

KESEHATAN GRATIS TAK DIIMBANGI DANA CUKUP

Kapala Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep, dr Fatoni.

Program kesehatan gratis sudah menjadi tumpuan warga Sumenep. Melampaui ekspektasi, tapi dana tak cukup. Sebuah tantangan dalam program.

P

rogram kesahatan gratis yang digulirkan Pemerintah Kabupaten Sumenep melalui Dinas Kesehatan, rupanya tak selalu sejalan dengan rencana. Meski dilihat dari animo masyarakat terhadap program ini sangat besar, hingga melampaui batas ekspekstasi, namun ada kendala yang cukup signifikan beberapa bulan di akhir tahun anggaran 2015 kemarin. Terkait kendala tersebut, Kepala Dinas Kesehatan Sumenep, dr Fatoni mengatakan, dana untuk pelayanan kesehatan gratis tahun 2015 belum terbayar semua. Akibat serapan anggaran untuk RSUD dr H Moh Anwar Sumenep saja sudah sangat besar. “Setiap bulan menelan dana antara 2-3 M,” ujar Fatoni. Untuk pelayanan kesehatan gratis, Pemkab bekerjasama dengan RSI Kalianget, RS Paru Pamekasan, RS dr Sutomo Surabaya dan seluruh Puskesmas se-Kabupaten Sumenep. Dari dana pelayanan kesehatan gratis senilai 34 M yang disiapkan tahun lalu, sebagian besar terserap untuk RSUD dr H Moh Anwar Sumenep. Namun begitu, dana pelayanan kesehatan gratis untuk RSUD tahun 2015 pun masih hanya terbayar sampai bulan Agustus. “Kenapa seperti itu? Ya karena

dananya tidak cukup,” jelasnya. Akibat serapan besar RSUD tersebut, dana untuk Puskesmas hanya terbayar sampai bulan November, RSI Kalianget terbayar sampai Oktober, RS dr Sutomo Surabaya terbayar sampai November, dan RS Paru Pamekasan juga terbayar sampai November. Fatoni menjelaskan, dalam evaluasi kesehatan gratis ini pihaknya hanya bisa menyampaikan bahwa ekspektasi masyarakat akan pelayanan kesehatan gratis sangat

besar, bisa dikata begitu membludak. “Ekspektasinya melampaui. Padahal untuk anggaran pelayanan kesehatan gratis ini kita sudah naikkan dari tahun lalu sebesar 10 M. Dulu sebesar 24 M, sekarang menjadi 34 M ternyata masih juga kurang,” katanya. Indikasi itu, bisa dilihat, misalnya, dengan tingginya jumlah Surat Pernyataan Miskin (SPM) yang dibuat di Dinas Kesehatan rata-rata antara 50-100 per hari. Sementara itu, berbeda dengan dana pelayanan, dari dana belanja obat senilai 17 M untuk 30 Puskesmas se-Kabupaten Sumenep, sampai awal tahun ini stok obatnya masih ada. Karena khusus pengadaan obat dimulai bulan Agustus 2015 lalu (memang tengah tahun), sehingga diperkirakan baru habis pada pertengahan 2016 pula. Melihat ekspektasi tersebut, Fatoni pun berkomitmen untuk meningkatkan pelayanan kesehatan gratis di tahun 2016 ini. Seperti alatalat kesehatan, ia menegaskan agar masyarakat tak lagi khawatir karena alkes di Puskesmas-puskemas sudah mulai lengkap. Ia mencontohkan, tiap Puskesmas sekarang sudah ada EKG (Elektrokardiografi), sehingga rekam jantung tidak perlu jauh-jauh ke kota. Sementara untuk masalah pelayanan lain, terlepas dari peningkatan SDM, menurutnya,

yang terpenting masyarakat harus tahu hak dan kewajibannya. “Karena kalau misalnya tidak miskin, ya jangan mengaku miskin. Sehingga anggaran kita nanti tidak membengkak. Kasian yang benarbenar miskin,” harap Fatoni. Tanpa menyebut upaya penaikan anggaran, dari sisi pelayanan ia sudah siap melayani masyarakat. Upaya lebih penting selanjutnya adalah tinggal bagaimana mendidik masyarakat agar supaya sadar untuk menjaga kesehatan. “Terutama ngerti promotifpreventif, biar tidak gampang sakit. Kemudian jika misalnya sakit, ya tahu haknya-lah,” sarannya. Ia sangat yakin, SDM untuk pelayanan, terutama pelayanan dasar sudah mumpuni sesuai prosedur. Sedangkan untuk hal-hal yang bersifat spesialistik, semisal penanganan pasien jantung, pasien dengan kecelakaan gagar otak, dan lain-lain, Fatoni mengakui memang sedang dalam upaya peningkatan. Namun untuk Puskesmas, dari sisi SDM, sarana-prasarana, kemudian masalah obat, masyarakat tidak perlu khawatir meski berada di kepualuan sekalipun. “Sampai masalah oksigen dan lain-lain, itu kita anggarkan di tahun 2016 ini,” tandas Fatoni, kepada Mata Sumenep.

rafiqi

Membludak: Pasien Kesehatan Gratis di RSUD dr H. Moh. Anwar Sumenep

1 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 15


R

mengahabiskan bensin 1 liter. Sedangkan jika dikalikan, 1 liter bensin eceran seharga Rp 8000 x 4 x 5 = Rp 160.000, belum termasuk biaya hidup lainnya. Sementara uang transport yang diterima dari Pemkab Sumenep setiap bulan hanya antara Rp 110.000 - 120.000 saja.

upanya potongan lirik lagu Iwan Fals tersebut adalah realitas sosial pendidikan yang tak terbantahkan sepanjang masa. Tak hanya dulu, bahkan Oemar Bakri kini terus bermuculan seiring meluasnya kesenjangan dan ketidakmerataan pengelolaan pendidikan oleh pemerintah. Derita guru dalam lagu, begitupun di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur ini. Berbagai problematika pendidikan tak kunjung menemukan titik temu, bahkan terus membesar bak virus penyakit kronis dalam tubuh manusia. Padahal senyampang 70 tahun usia kemerdekaan, sudah seyogyanya pengelola pendidikan mencari solusi yang tepat guna membasmi virus tersebut yang lazimnya menjelma dalam tubuh mafia-mafia pendidikan _yang berteduh di bawah ketiak kepentingan pribadi segelintir orang. Sebab jika tidak, kisah pilu pendidikan Sumenep ini akan menjadi sebuah film menyedihkan; yang bakal menjadi tontonan gratis produksi Dinas Pendidikan.

Semangat di Tengah Minim Kesejahteraan

KISAH PILU GURU HONORER

Tak Cukup Buat Transport Tak perlu jauh mengawang, salah satu problem pendidikan krusial dari sekian banyak yang dimiliki Kota Kuda Terbang ini adalah tentang kesejahteraan guru; khususnya bagi mereka yang masih berstatus “honorer”. Selama ini upah atau ganti transportasi yang mereka terima bisa dikatakan tidaklah manusiawi. Sebab jumlah upah yang diberikan oleh pemerintah setempat tidak mencukupi biaya transportasi dari rumah tempat mereka tinggal ke lembaga dimana guru honorer tersebut mengabdi. Belum lagi biaya hidup sehari-hari, masih untung bila dapat rejeki. Walaupun sebagian dari guru itu tidak terlihat mempermasalahkan dengan alasan ikhlas membantu, tetapi persoalan yang demikian tidak bisa dibiarkan karena menyangkut kebijakan dan keadilan pemerintah dalam mensukseskan pendidikan. Jika pendidikan adalah cita-cita besar, maka kesejahteraan guru adalah modal awal untuk menggapai keberhasilan itu.

Oemar Bakri... Oemar Bakri pegawai negeri Oemar Bakri... Oemar Bakri 40 tahun mengabdi Jadi guru jujur berbakti memang makan hati Oemar Bakri... Oemar Bakri banyak ciptakan menteri Oemar Bakri... Profesor dokter insinyur pun jadi Tapi mengapa gaji guru Oemar Bakri seperti dikebiri Sebagaimana penuturan Nurul Arifin, seorang guru honorer di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Bakeyong II Kecamatan GulukGuluk Sumenep yang dengan ikhlas menerima uang ganti transport sebesar Rp 110.000-120.000/bulan dari Pemkab Sumenep melalui lembaga tersebut. Dimana jumlah tersebut, kata dia, sebenarnya tidak cukup untuk membeli bensin jika dihitung dengan banyaknya jumlah jam pelajaran dan jarak tempuh dari rumahnya di Desa Payudan Dundang ke sekolah tempat dia mengajar di Desa Bakeyong. “Jika dibanding dengan Kabupaten lain, uang sejumlah Rp 110.000 sampai dengan 120.000 itu kecil. Tetapi bagi saya ini sudah lumayan walaupun hanya cukup

buat beli bensin. Ya, meski kalau ada uang lebih kami tidak menolak, hehe,” jelasnya sambil guyon, ketika ditanya soal kesejahteraan dirinya selama menjadi guru honerer, pada Senin, 4 Januari 2016 lalu. Pria kelahiran Sumenep 5 Februari 1991 ini mengaku, semenjak menjadi guru honorer di SDN II Bakeyong itu ia mengampu mata pelajaran Penjaskes atau menjadi guru olahraga dengan jadwal mengajar sebanyak 4 hari selama satu minggu. Maka jika mengingat jumlah jam pelajaran dan jarak tempuh dari rumahnya ke sekolah, sudah jelas uang ganti transport dari Pemkab Sumenep tidak mencukupi kebutuhan transportasinya. Kepada Mata Sumenep ia menjelaskan, perjalanan dari rumah ke SDN II Bakeyong biasanya

Kendati perhatian Pemkab Sumenep sangat minim terhadap kesejahteraan guru honorer yang ada, tetapi semangat Nurul, sapaannya, tidak ciut di tengah jalan. Sampai kini, ia tetap berusaha istiqomah mengisi setiap jam pelajaran yang dibebankan kepadanya. Karena ia beranggapan bahwa tanggung jawab mencerdaskan anak bangsa adalah tugas semua insan yang memiliki kecerdasan dan sikap untuk selalu berjuang mengentaskan kebodohan, serta tidak musti selalu menunggu uluran tangan pemerintah, apalagi harus meminta-minta. Hanya saja Nurul tetap berharap kepada Pemkab Sumenep, agar pengelolaan pendidikan, terutama soal anggaran pendidikan, bisa dikelola secara proporsional sehingga kesejahteraan guru terus ditingkatkan. Tidak hanya soal gaji, melainkan dengan pembekalan materi melalui pelatihan-pelatihan, agar kesiapan tenaga pendidikan semakin matang. Hal itu, kata dia, agar anggaran yang lumayan besar jumlahnya itu tidak hanya dinikmati oleh segelintir orang yang lebih mengedepankan kepentingan pribadi ketimbang urusan rakyat dan bangsa di masa depan. Karena diakui atau tidak salah satu pendukung kemajuan pembangunan di suatu daerah bertumpu pada sejauhmana kesuksesan pendidikan dapat diwujudkan. “Saya berharap semoga kedepan Pemkab Sumenep terus meningkatkan perhatiannya terhadap kesejahteraan guru honorer di semua lembaga yang ada, karena terkadang guru honorer tugasnya lebih berat dari guru PNS yang sudah digaji dengan jumlah yang cukup besar tiap bulan,” harapnya.

rusydiyono/rafiqi

Redaksi Mata Sumenep menerima informasi terkait dunia pendidikan. Meliputi; prestasi siswa, kesejahteraan tenaga pengajar, kelayakan aktivitas kegiatan belajar siswa. Informasi bisa dikirim via email ke: matasumenep@gmail.com atau langsung ke alamat redaksi : JL Matahari 64 Perum Satelit, Pabian, Sumenep.

16 |MATA SUMENEP |1 FEBRUARI 2016


1 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 17


WAWANCARA

Pj Bupati Sumenep; Drs. Ec. Sudarmawan, MM

Elemen Masyarakat Sumenep Memberi Kesan Manis Mendapat tugas dari Gubernur Jatim, Soekarwo, untuk menjabat Pejabat (Pj) Bupati Sumenep, tentu menjadi tantangan sendiri bagi Sudarmawan. Bagaimana tidak? Dalam situasi jelang pelaksanaan Pilkada, ia harus meredam isu miring yang disandingkan dengan Cabup Zainal Abidin, pensiunan Bappeprov Jatim. Bagaimana ia melewati tantangan tersebut dengan mulus? Dalam wawancara yang berlangsung sekitar 1,5 jam, Darmawan sangat ramah. Saat ditemui Mata Sumenep di ruang tamu Rumah Dinas Bupati, Kamis sore, 14 Januari lalu, mantan Sekda Bangkalan ini, punya banyak cerita tentang Sumenep.

Assalamu ‘alaikum Pak Pj Bupati...? Wa’alaikum salam War. Wab. Bagaimana kesan Bapak Darmawan selama menjabat Pj Bupati Sumenep? Kesan pertama, alhamdulillah. Masyarakat Sumenep menerima saya. Bagaimana Bapak menilai para birokrat Sumenep? Ada sesuatu yang terkesan dalam diri Bapak? Sebagai orang birokrasi, tentu saya mendahulukan sesama birokrasi. Alhamdulillah birokrasi di Sumenep welcome dengan kehadiran saya. Mereka kompak dan bersinergi dalam rangka menjalankan tugas-tugas pemerintah dan pembangunan yang ada di Kabupaten Sumenep. Bagaimana kesan dengan elemen masyarakat Sumenep, selama ini? Elemen masyarakat juga memberikan kesan manis. Segenap elemen masyarakat sering menemui saya. Saat beliau-beliau bersedia datang kesini (rumah dinas bupati dan kantor Pemkab, Red.) dan berinteraksi, merupakan salah satu indikasi, kami dapat diterima dengan baik oleh elemen masyarakat Sumenep. Jika dibandingkan antara kesan menyenangkan dan kesan lain, mana yang lebih dominan? Kesan memang relatif. Apalagi dengan waktu terbatas, sejak 2 Nopember, saya berada di Sumenep. Namun, Pilkada 9 Desember adalah kesan yang sangat memberikan makna tersendiri dalam perjalanan karir saya. Sebagai birokrasi, saya harus memposisikan diri. Posisi bupati ini kan pejabat politik. Tapi karena vakum, maka dijabat oleh pejabat birokrasi. Artinya, saya harus paham dan ngerti tentang politik, walaupun tidak boleh berpolitik praktis. Nah, bagaimana saya menyeimbangkan antara bupati sebagai pejabat politik dan bupati yang berasal dari pejabat birokrasi dalam menghadapi kondisi yang sangat dinamis. Hal ini sangat mengesankan karena partisipasi masyarakat dalam Pilkada sampai 60%. Tugas yang dirasa enjoy Pak Pj? Masyarakat melaksanakan hak pilih dalam Pilkada dalam kebebasan berdemokrasi sangat luar bisa. Tidak ada gejolak. Meski ada gejolak, tetapi bisa diselesaikan dengan musyawarah mufakat. Sampai pasca pelaksanaan Pilkada, kita bisa lihat dan rasakan sendiri tidak ada gejolak yang berarti. Jika ada riak-riak, kandidat yang tidak puas mengambil jalan yang benar yaitu lewat konstitusi. Itu hebatnya Sumenep.

Sebagai Pejabat Bupati, Bapak tentu punya pengalaman selama menjadi Pj Bupati Sumenep? Saya ini ditugasi 4 hal sebagiamana pidatonya Pak Gubernur. Pertama,

Drs. Ec. SUDARMAWAN, MM Tempat dan Tanggal Lahir: Bangkalan, 12 Pebruari 1958 Istri: Roosdiantini Anak: Miradiantika, Isabella Marwina, Mega Malinda Karir: Staf Dispenda Pemkab Bangkalan (1985-1990), Kabag Kesra Setdakab Bangkalan (1990-1993), Camat Kota Bangkalan (1993-1995), Kadispenda Bangkalan (1995-2003), Kepala Bappeda Bangkalan (2003-2005), Sekda Bangkalan (2005-2011), Kepala BPBD Provinsi Jawa Timur (2011-sekarang).

18 |MATA SUMENEP |1 FEBRUARI 2016


APBD yang belum terselesaikan segera diselesaikan, karena itu dokumen rakyat yang harus digunakan untuk kepentingan rakyat. Kedua netralitas, yakni netralitas birokrasi. Ketiga, masalah ketahanan pangan. Lalu yang keempat adalah penyerapan anggaran. Empat hal ini yang harus saya jalankan sebagai amanah dan harus saya kembangkan dengan model saya. Dan alhamdulillah, semua bisa diselesaikan walaupun penuh dengan dinamika. Tetapi prosesnya ya seperti itu, meski penuh dengan tantangan dan dinamika toh akhirnya bisa diselesaikan dengan baik. Kesan sebagai orang Pak Karwo selalu melekat dengan Pak Darmawan jelang Pilkada kemarin karena Pak Zainal Abidin, salah satu Cabup, yang juga mantan anak buah Pak Karwo. Bisa diceritakan? Betul, saya anak buah Pak Gubernur karena yang melantik beliau. He he he, kan begitu. Mengapa saya disini? Itu sudah sesuai kriteria dan syarat-syarat tertentu yang sudah melekat yang tidak saya tidak tahu. Gitu ya pak ya, karena saya tidak pernah minta jabatan. Kecuali kalau saya pernah minta jabatan, tentu saya paham kriterianya. Yang saya tahu, itu hak prerogatif Gubernur yang diusulkan kepada presiden lewat menteri. Jadi, saya memandang masih dalam tataran demokrasi yang manusiawi. Tetapi, sebagai seorang pemimpin harus menjawab dan berjalan dengan pikirannya sendiri.

Dalam era demokrasi, semua orang boleh berpendapat. Semua bisa melakukan asosiasi. Semua bisa mengembangkan opini. Boleh-boleh saja, itu alam demokrasi yang harus kita sikapi secara arif dan bijaksana. Kenapa demikian? Ya manusiawi, saya memang stafnya pak Gubernur. Ya toh? Hehehe. Jadi, kalau ada kecurigaan seperti ini, ya manusiawi. Tetapi sebetulnya kalau saya tidak membuka kran komuniasi, mungkin kesan itu akan melekat. Tetapi ketika saya melakukan kran komunikasi dengan dinamika, maka kesan itu bergeser. Komunikasi, lalu potret apa adanya. Ada pesan Bapak Pj terhadap Cabup dan Cawabup terpilih dalam memajukan Sumenep? Bupati dan Wabup difinitif punya kewajiban menyusun RPJMD. RPJMD merupakan panduan atau rujukan bupati dan wakil bupati difinitif yang memuat berbagai aspirasi dari sejumlah elemen masyarakat yang kemudian dijabarkan dalam renstra SKPD. Kalau boleh berpendapat, RPJMD masa lalu, dikomparasikan dengan RPJMD yang akan datang. Kenapa demikian? supaya berkesinambungan. Dinamika pada saat penyusunan RPJMD periode sebelumnya yang tidak ada, maka perlu dimuat di RPJMD yang baru. Maka, kalau sekarang berbicara RPJMD harus mengintegrasikan kepentingan daerah kabupaten, provinsi dan kepentingan pemerintah pusat.

1 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 19


KESMAS

RAYAKAN MAULID INGIN PNS TELADANI NABI Meski agak telat, Peringatan Maulid Nabi Muhammad oleh Pemkab Sumenep berjalan dengan khidmat. Tak peduli waktu dan seremonial, kegiatan berfokus pada sikap aparatur negara teladani Nabi sebagai pemimpin dunia.

KHIDMAT: Pj Bupati Sumenep Sudarmawan (4 dari kanan), penceramah, dan Sekda Hadi Soetarto serta undangan, dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, di Pendopo Agung Keraton Sumenep, Kamis (13/01/2016).

P

esan untuk pegawai di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sumenep itu, disampaikan Pj Bupati Sudarmawan, pada acara Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Kamis malam, 13 Januari lalu. Menurutnya, untuk mewujudkan rasa cinta kepada sang junjungan sebenarnya tidaklah cukup dengan merayakan momen kelahiran. Sebab meneladani apa yang diajarkan nabi akhirus zaman ini kepada umatnya, lebih penting dari sekedar peringatan seremonial belaka. “Tema kali ini adalah tentang aparatur negara. Jadi peringatan maulid ini digelar dengan harapan semua aparatur bisa bekerja dan melaksanakan tugasnya di masingmasing unit yang ada di Pemkab Sumenep, khususnya bisa meniru apa

saja yang sudah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW,” terangnya kepada sejumlah wartawan, usai acara di Pendopo Agung Keraton Sumenep. Meski terkesan terlambat sebab dalam hitungan kalender Hijriyah momentum bulan Maulud (Rabi’ul Awal, red) sudah habis pada Ahad, 9 Januari 2016 kemarin, peringatan Maulid Nabi Muhammad itu tetap tidak mengurangi khidmatnya acara dan rasa cinta kepada nabi pendobrak segala kebatilan. Sebab, bagi Kepala Bagian Kesmas Sekretariat Daerah Kabupaten Sumenep, Moh. Syahwan Efendi selaku penanggug jawab kegiatan, merayakan dan memperingati kelahiran Nabi

20 |MATA SUMENEP |1 FEBRUARI 2016

Muhammad SAW bisa di bulan dan hari apa saja tanpa adanya batasan. “Hanya saja masyarakat sudah lumrah mengadakan acara maulidan tepat di momen bulan maulud. Tapi yang terpenting sebenarnya kan bagaimana kita bisa memetik hikmah dari perayaan maulid nabi ini,” ujar Syahwan. Ia menjelaskan, semula acara maulid itu dijadwalkan digelar seminggu sebelumnya. Namun karena pada Kamis, 7 Januari itu, Pj Bupati dan Sekda sedang ke Jakarta, acara pun diundur hingga Rabi’ul Akhir tiba. Ditambahkan Syahwan, pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW kali ini juga sedikit berbeda dengan tahun-tahun

sebelumnnya. “Terutama masalah undangan,” katanya. Menurut Syahwan, jika tahun kemarin semua Camat, keluarga keraton dan seluruh pegawai di lingkungan Pemkab Sumenep diundang, pada perayaan kali ini undangan terbatas pada Camat SeKabupaten Sumenep, keluarga keraton, tokoh masyarakat dan Pimpinan seluruh SKPD saja. Semua itu, tak lain merupakan permintaan Pj Bupati dengan alasan efektivitas dan spesifikasi di lingkungan kerja. “Memang tidak semua pegawai di lingkungan Pemkab Sumenep kita undang, karena di masing-masing SKPD sudah melaksankan perayaan Maulid Nabi Muhammad. Kami hanya mengundang pimpinan saja dengan harapan pesan-kesan yang disampaikan penceramah barusan bisa disampaikan kepada bawahannya,” harap Syahwan. Di sisi lain, dalam acara yang juga dihadiri Forpimda, Ketua TP PKK dan Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kabupaten Sumenep itu, Sudarmawan menegaskan pentingnya perayaan maulid Nabi Muhammad oleh Pemkab Sumenep harus lebih sakral ketimbang peringatan lain. Pengistimewaan itu tak lain karena Nabi Muhammad sendiri merupakan panutan umat Islam serta sosok atau tokoh besar dunia. Sehingga dalam penyambutannya, kata dia, harus diadakan dengan semeriah mungkin dan yang terpenting semua PNS bisa meneladaninya.

rusydiyono/rafiqi


PENDIDIKAN DPKS: Disdik Harus Direstrukturasi

Kamalil Ersyad Ketua DPKS

A. Shadik Kadis Pendidikan

RB Nurul Hamzah Ketua PGRI

Kualitas dunia pendidikan di Kabupaten Sumenep belum dikatakan bagus. DPKS menawarkan solusi. Langkah utama adalah restrukturasi secara institusi.

REFORMASI INSTITUSI; SOLUSI PENDIDIKAN SUMENEP

P

erbincangan pendidikan di Kabupaten Sumenep, hingga kini terus bergulir. Tak hanya soal isu perubahan kurikulum nasional dan melulu pencairan dana sertifikasi, mutu dan kualitas pendidikan secara umum seringkali mendapat sorotan dan evaluasi. Membaca hal ini, menurut Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Sumenep, Kamalil Ersyad, peran Dinas Pendidikan setempat menjadi penentu tercapainya target lahirnya out put yang baik melalui penyelenggaran pendidikan yang maksimal. Namun faktanya, berbagai problem pendidikan untuk peningkatan mutu hingga kini masih terbilang berserakan. Anehnya, ketika wartawan Mata Sumenep, ingin mengorek banyak tentang dunia pendidikan Sumenep, Kadis Pendidikan Sumenep, A. Shadik selalu menghindar. Berulangkali dilakukan komunikasi, jawaban yang terlontar adalah kata sibuk.

PGRI: Banyak Hal Harus Dibenahi Soal mutu pendidikan ini, Ketua PGRI Sumenep Nurul Hamzah, menyebut ada banyak hal yang harus dibenahi. Terlepas dari adanya peningkatan yang tak ia sebutkan kondisinya, befokus kepada peningkatan kedepan justru menjadi agenda yang lebih penting agar tak ada pihak yang berpuas diri. Kemauan teknologi yang kian modern dalam pendidikan misalnya, masih menjadi PR bersama. Apalagi ditambah dengan adanya 3 peristiwa besar saat ini, pengaruh besarnya terhadap dunia pandidikan harus sudah diantisipasi. “Pertama, dilaunching-nya Pasar Bebas Asia (MEA). Kedua, perubahan bidang pembelajaran, yakni kurikulum. Ditambah lagi dengan

banyaknya buku pelajaran yang tidak hanya direvisi, akan tetapi diganti,” kata H Nono, panggilan akrab Kabid Dikmen Disdik Sumenep ini. Karena itu, lanjut H Nono, pemangku pendidikan Sumenep harus mendengar dan melihat bagaimana pendidikan sebenarnya. Sebab, meski semua pihak tahu pendidikan adalah proses kemanusiaan dan pemanusiaan, jika ketiga hal di atas tak bisa menjadi landasan berfikir untuk meningkatkan mutu pendidikan kedepan, maka Sumenep akan ketinggalan. Dalam penilaian H Nono, pendidikan Sumenep masih memiliki tiga problem yang tak kunjung usai, yakni SDM, fasilitas, dan peran stakeholder. Ketiganya ia sebut sebagai indikator bentuk peningkatan ideal yang seharusnya sudah dicapai untuk melahirkan out put pendidikan yang baik. “Coba sekarang misalnya, ketika UN sudah online, kita masih terjebak dimana? Fasilitas. Di tingkat menengah, hanya SMK 1 Sumenep dan ada SMAN 1 yang juga memulai. Faktanya, fasilitas, alat dan sarana yang ada dalam pendidikan kita tidak berbanding lurus dengan jumlah siswa, sehingga fasilitas menjadi kendala,” ujar Ketua PGRI Sumenep ini, saat ditemui Mata Sumenep, pekan pertama Januari lalu. Namun begitu, ia menyatakan sudah banyak yang Dikmen lakukan. Untuk peningkatan SDM, kualitas guru telah ditingkatkan melalui diklat dan dibina dalam organisasi-organisasi guru seperti MGMP. Meski pihaknya mengaku peningkatan mutu ini berfokus dimulai dari eksistensi guru, sarana-prasarana tetap menjadi perhatian. Bahkan, untuk tahun 2016 ini, ia sudah merencanakan evaluasi sebelum melanjutkan dan meningkatkan apa yang telah dilakukan.

Sementara itu, Ketua DPKS, Kamalil Ersyad, punya pendapat soal peningkatan kualitas pendidikan di Sumenep. Dia nyebut pemerintah harus mampu membangun komitmen bahwa keberhasilan pendidikan menjadi salah satu penentu kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Kuda Terbang ini. Sebab, kata dia, ada banyak hal yang harus dibahas demi peningkatan mutu, terutama dari perspektif SDM-nya. “Pertama, harus ada restrukturisasi. Artinya pendidikan di Kabupaten Sumenep harus direformasi secara institusi atau kelembagaan. Kelembagaan dimaksud tentunya adalah Dinas Pendidikan,” ujar Ersyad. Ersyad menjabarkan, secara SDM idealnya Dinas Pendidikan harus diisi oleh orang yang benarbenar punya komitmen dan mengerti persoalan pendidikan. Sebab dengan SDM yang memiliki i’tikad baik dan professional di bidangnya, sudah pasti cita kesuksesan pendidikan Sumenep menjadi satu-satunya oreintasi dan tidak lagi dicampuri dengan profit-oriented, yakni baru bekerja jika terdapat proyek dalam program pendidikan itu. Rupanya, di Kabupaten Sumenep, kata Ersyad, performens pendidikan harus diakui memang mau bergeser ke arah profit-oriented. Padahal, fenomena “saya mau berbuat kalau memberikan hasil finansial bagi saya” merupakan penghambat tidak kunjung selesainya program pendidikan. “Belum lagi, masih banyak problem lain yang masih eksis. Kesenjangan pendidikan yang terjadi lantaran faktor geografis misalnya, menjadi awal musabab yang barakibat kepada bobroknya berbagai aspek pendidikan di kepulauan dibanding dengan daratan. Mulai dari gurunya, sarana-prasarananya, dan kebutuhan pendidikan yang lain,” terangnya. Akan hal ini, Ersyad meyakini intervensi puncak pimpinan di Kabupaten Sumenep harus dilakukan. Artinya, Bupati Sumenep terpilih harus tegas dalam menempatkan SDM yang akan duduk di kursi jabatan Dinas Pendidikan, khususnya posisi kepala dinas. Bisa jadi, lantaran salah menempatkan orang yang tidak memiliki komitmen dan mengerti bidang serta tidak memiliki jiwa kepemimpinan yang baik, maka pada akhirnya hanya akan menjadi boomerang bagi kesuksesan pendidikan yang dicitakan pemerintah. Opini tersebut juga selaras dengan fakta di lapangan. Sebab selama ini upaya peningkatan mutu pendidikan yang dilakukan DPKS melalui rekomendasi kepada Dinas terkait masih terkesan kertas mati. Apalagi ditambah dengan fungsi DPKS yang tak sama dengan DPR yang memiliki kewenangan legislasi, mustinya antara kedua institusi pendidikan ini harus ada sinergi. “Artinya rekomendasi DPKS harus didengarlah,” kata mantan anggota DPRD Sumenep ini. Lantaran tak punya kewenangan eksekusi, DPKS hanya bergantung pada keputusan Bupati. “Pendidikan Sumenep belum bagus secara kualitas. Kami berharap bupati nanti benar-benar bisa mendudukkan orangorang yang memang berkomitmen dan mengerti pendidikan. Kalau bukan karena tuntutan agama bahwa putus asa itu dosa, sebenarnya saya sudah putus asa untuk mengurusi pendidikan di Sumenep ini,” keluhnya.

rusydiyono/rafiqi

1 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 21


MA Al-Karimiyyah, Beraji, Gapura

SABET JUARA III DI KEJURNAS PSHT UNESA Sempat mengagetkan pihak sekolah saat mengutarakan keinginannya mengikuti Kejuaraan Pencak Silat. Bawa harum MA Al-Karimiyyah di Kejurnas Pencak Silat PSHT Antar Pelajar di UNESA, Surabaya.

HIAT: Yustia Ningsih, berpose di Gedung Olahraga Bima Loka UNESA, usai menerima medali sebagai Juara III Kejurnas Pencak Silat PSHT Antar Pelajar 25 Desember 2015 lalu.

B

anner sekitar 2x3 meter itu terpampang jelas di sisi kanan gerbang utama menuju komplek Pondok Pesantren Al-Karimiyyah, di Desa Beraji, Kecamatan Gapura, Kabupaten Sumenep, Madura. Sebuah apresiasi kepada seorang pelajar beprestasi di bidang olahraga di tingkat Madrasah Aliyah (MA), diberikan pihak sekolah agar menjadi motivasi bagi siswa-siswi lainnya. Kepada Yustia Ningsihlah, ucapan terimakasih serta penghargaan itu diberikan lantaran minat terpendamnya _yang sempat mengagetkan sekolah, dapat membawa nama harum MA AlKarimiyyah di kancah Pencak Silat PSHT Nasional. Ditemui di ruang tamu kantor Yayasan Kariman pekan pertama Januari lalu, gadis kelahiran 15 September 1999 ini berbagi kisah tentang muasal prestasinya. “Ya,

semuanya berkat latihan dan kerja keras saya setiap hari, Kak” katanya, kepada Mata Sumenep. Ini bukan kali pertama. Sepenuturan siswi kelas X4 MA Al-Karimiyyah ini, satu kejuaran pencak silat sudah pernah ia sabet sebelumnya. Hanya saja, gelar Juara I yang ia bawa pulang dari Kabupaten Pamekasan kali itu, masih di tingkat Madura dan belum menjadi siswi di MA AlKarimiyyah. Lalu, hingga Kejuaran Nasional (Kejurnas) Pencak Silat Antar Pelajar Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) digelar oleh Universitas Negeri Surabaya (UNESA) di Gedung Olahraga Bima Loka Kampus Lidah Wetan Surabaya, pada 21-25 Desember 2015 lalu, berbagai event kejuaraan dan perlombaan demi perlombaan sudah ia ikuti sejak lama. “Waktu kelas IX MTs

22 |MATA SUMENEP |1 FEBRUARI 2016

pernah ada perlombaan dari tingkat SD sampai Mahasiswa. Tapi karena berbarengan dengan UN, jadinya saya tidak ikut,” katanya. Kemudian saat duduk di bangku kelas X4 MA Al-Karimiyyah inilah ia mempersembahkan Juara III. “Lomba kali ini banyak. Ada di UNESA, Banyuwangi, Magetan, dan Jakarta. Tapi saya pilih di UNESA, biar dekat,” ujar Yustia. Ditanya soal prestasi ini, ia mengaku cukup bangga. Rasa bangga itu antara lain karena ia dapat membawa nama harum bagi sekolah dan tentu membuat kedua orang tuanya ikut berbangga pula. Sebab, menurut putri semata wayang pasangan Sahir dan Misnama ini, jalannya menjadi seorang atlet dan warga PSHT yang sah pada 2013 lalu, tidaklah mudah. Mulai tertarik dan bergabung saat masih duduk di kelas VI Madrasah Ibtidaiyah (MI), ia sempat mendapat keberatan dari kedua orang tuanya. “Kata bapak takut mengganggu pelajaran di sekolah. Tapi saya tetap maksa,” tutur Yustia, mengingat lika-liku prosesnya. Jadilah, saat sang bapak pergi merantau ke luar daerah, ia rutin berlatih di Ranting PSHT Juruan Daya hingga berhasil membuktikan semangat dan cita-citanya. Memang. Berangkat bersama 4 orang atlet lain dari MA Al-Karimiyyah, keinginan Yustia mengikuti Kerjunas akhir Desember lalu itu cukup mengagetkan pihak sekolah. Sebagaimana dituturkan Yustia, Ketua Yayasan Kariman KH Nadlir Mabruri, mewakili Kepala MA Al-Karimiyyah H. Marsuto, membenarkan bahwa pihaknya agak kaget mendapati keinginan siswinya itu. “Soalnya, selain dia perempuan, pihak sekolah tidak tahu kalau dia itu ikut pencak

silat,” ujar KH Nadlir, kepada Mata Sumenep. Namun, saat tak hanya mendapat penjelasan tentang minat Yustia di bidang pencak silat, tetapi juga membawa prestasi bagi MA Al-Karimiyyah, KH Nadlir mengaku pihak sekolah bangga dan berucap terimakasih kepadanya. Bahkan, ia mengatakan akan selalu mendorong setiap minat dan bakat siswa-siswi Al-Karimiyyah lainnya agar terus berprestasi di berbagai bidang. Mendapat angin segar ini, Yustia pun hendak lebih semangat lagi untuk kian berprestasi. Selain rasa tidak puas atas apa yang ia dapat kali ini, gelar juara nasional pertama yang ia raih diyakininya menjadi awal untuk terus menaikkan debutnya di bidang olahraga tanpa mengenyampingkan sekolah. Apalagi, kenangan bahwa bapaknya tidak marah ketika akhirnya mendapati dirinya telah aktif di PSHT sepulang merantau dari luar daerah, itu semakin membuatnya optimis untuk bercita besar menorah prestasi. Namun seberapa tak puas akan ingin dan cita itu, baginya, menjadi Juara III di Kejurnas Pencak Silat Antar Pelajar PSHT ini tetap merupakan buah dari latihan pagi, siang dan sore yang tak ada habisnya. Selain itu, pengalaman gagal di babak delapan besar pada salah satu kejuaraan beberapa tahun silam masih tetap mengajarkannya latihan rutin tanpa menunggu jadwal kejuaraan. “Karena tidak puas, saya akan lebih semangat lagi, belajar dan latihan giat lagi, dan selalu mempersiapkan diri kalau-kalau nanti ada even lagi. Apalagi, insyaAllah bulan Maret ada kejuaraan lagi antar pelajar,” tutupnya.

rafiqi


Kisah Inspiratif Sosok Maufiqurrahman Surahman,

Penulis 125 Kata Penyejuk Hati KH A. Busyro Karim

KIAI BUSYRO DI BALIK MOTIVASI MENULIS Soal tulis-menulis, sosok ini mempunyai motivasi positif dalam melahirkan buku terbarunya. 125 Kata Penyejuk Hati KH A. Busyro Karim; kado terindah dari seorang pengidola.

P

enulis atau penyusun buku 125 Kata Penyejuk Hati KH. A. Busyro Karim ini ternyata adalah seorang santri yang baru saja menyelesaikan program magisternya di UIN Sumatera Utara tahun 2015 lalu. Ia juga baru saja menjalankan tugas kepesantrenan yakni pengabdian kepada pesantren di salah satu pesantren wakaf terbesar di kota Medan, Sumatera Utara. Menariknya, jauh dari Madura tidak membuatnya lupa untuk mengikuti perkembangan pembanguanan di bumi Sumekar ini.

Karena Kagum Berat Maufiqurrahman Surahman namanya. Ia lahir di Kota Pamekasan, 11 September 1987 dan menamatkan studi S1-nya di Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien (IDIA) Prenduan, yang sebelumnya telah nyantri di Pesantren Nurul Huda, Desa Pakandangan, Sumenep. Soal tulis-menulis, sosok ini mempunyai motivasi positif dalam menyusun dan mengumpulkan kata-kata atau komentar KH A. Busyro Karim menjadi sebuah buku yang menurutnya akan diajukan kepada Bupati Sumenep untuk mendapat pertimbangan dan persetujuan. “Saya hanya ingin orang hebat seperti beliau ini menjadi tokoh teladan bagi masyarakat, para santri/ siswa, mahasiswa lebih-lebih seluruh jajaran Pemerintah Daerah Kabupaten Sumenep. Paling tidak harapan yang sarat dengan nilai progresivitas dan kemajuan pembangunan Sumenep menjadi abadi dan dan dapat dibaca oleh generasi selanjutnya,” ujarnya kepada Mata Sumenep, beberapa bulan lalu. Maufiq bercerita, sebagian katakata penyejuk hati itu sebenarnya telah ia susun saat aktif menjadi mahasiswa pascasarjana. “Saya

memang mengidolakan Kiai Busyro saat ia masih menjabat sebai Ketua DPRD Sumenep. Jadi saat ia terpilih menjadi Bupati Sumenep membuat saya semakin penasaran tentang kinerja dan kiprahnya sebagai Bupati. Makanya saya selalu membaca media untuk meng-update informasi tentang perkembangan Sumenep,” tutur penulis buku Ciuman Terakhir Ayah (2013) ini; sebuah novel inspiratif korban Tsunami Aceh. Sejak itulah, ia mulai mengumpulkan setiap mutiara kata dari Kiai Busyro. “Dan saya catat beberapa komentarnya pada momen tertentu yang saya anggap itu penting untuk saya inventarisir” katanya, menjelaskan. Bapak satu anak ini pun mengatakan, ada sebuah pepatah Arab yang menurutnya sangat cocok jika dialamatkan kepada Kiai Busyro, yakni “khoirul kalam ma qolla wadalla”, sebaik-baik perkataan adalah yang sedikit tapi mengena. Seakan baginya, itulah gambaran sosok KH A. Busyro Karim. Seorang pribadi yang mempunyai kharisma kepemimpinan yang jarang dimiliki oleh pimimpin lainnya. Sebab terlepas beliau adalah kiai atau tidak, menurut Maufiq, Kiai Busyro mampu menjadi pemimpin yang dihargai dan disegani oleh lawan maupun kawan politiknya

karena kecerdasan dan kemahirannya dalam memposisikan diri dan mengambil keputusan.

Cita Besar Kado Terindah Selain itu, menulis atau menyusun buku dengan judul 125 Kata Penyejuk Hati KH A. Busyro Karim _yang Insya Allah sudah berada di tangan pembaca kini, merupakan cita-cita besarnya menulis kumpulan kata, komentar, pendapat dan harapan tokoh Sumenep itu. “ Ini adalah kado terindah untuk Bapak Bupati (Kiai Busyro, red) yang sudah saya rencanakan sejak awal beliau menjabat sebagai Bupati,” katanya penuh haru. Yang lebih spesial, ia mengaku menyusun buku tersebut dengan istrinya. Sebagai perempuan kelahiran Sumenep yang sudah tinggal bersamanya, Maufiq mangajak sang istri mengisi bulan Ramadhan kemarin dengan menyusun buku itu. Harapannya, sebagaimana telah terwujud, tiada lain kecuali buku 125 Kata Penyejuk Hati KH A. Busyro Karim mendapat persetujuan penerbitan dari Bupati waktu itu. Sebagai pengagum besar, teringat benar dalam ingatannya, selama kurun waktu tiga tahun memimpin Sumenep

Sang Bupati dan Wakilnya saat itu, telah meraih 21 penghargaan tingkat regional dan nasional. Tak hanya itu, Maufiq pun merasa ada beberapa perubahan signifikan dalam kepemimpinan KH A. Busyro Karim seperti sering memenuhi media lima tahun terakhir. Diantaranya seperti Peningkatan Pelayanan Publik di semua sektor dan bidang. Hal ini, seingatnya, sudah membuat Sumenep mendapat penghargaan dari Jawa Pos sebagai Kabupaten dengan Pelayanan Publik Paling Menonjol dari seluruh Kabupaten di Madura dan sederet penghargaan besar lainnya hingga UNPSA. “Perubahan juga dilakoninya di bidang Infrastruktur, Ekonomi dan Kesehatan ke arah yang lebih baik. Untuk itu, supaya Kabupaten Sumenep ini terus maju dan berkembang baik, kami ingin menjadikan catatan yang telah kami kumpulkan dari berbagai media online maupun cetak ini sebuah kado persembahan,” jelasnya. Kendati sudah berhasil terbit, ia tidak menutup kemungkinan bahwa masih banyak lagi harapan dan komentar beliau yang tidak dapat ia susun karena keterbatasannya. “Untuk itu, kami mohon maaf yang tiada batas. Akhirnya, kami hanya bisa berharap dan berdoa semoga catatan yang kami juga lengkapi dengan muatan dalil, baik langsung dari al-Quran, hadits, semboyan maupun falsafah dan Qoul Ulama, semoga menjadi amal ibadah bagi Bapak Bupati dan jajarannya. Pun juga menjadi ladang amal bagi kami,” harapnya, di akhir wawancara.

ms/rafiqi

1 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 23


LANSIA Mengunjungi Nyi Atmoya (Mae), Janda Lansia di Desa Andulang, Gapura

TERLANTAR, BELUM TERSENTUH BANTUAN Layaknya PMKS, Nyi Atmoya pantas mendapat uluran tangan dari Pemerintah. Sayang sekali, meski masih terlantar, bantuan yang pernah datang kini tak menyentuhnya lagi.

TERLANTAR: Nyi Atmoya (Mae), Janda Lansia bertongkat dan hidup sebatang kara.

D

ari jauh, rumahnya tampak jelas seperti tak berpenghuni. Ditemani dua bangunan lainnya berupa kamar mandi tak beratap dan dapur sederhana berdinding anyaman bambu, di situlah perempuan 80 tahun-an itu tinggal sebatang kara, menghabiskan sisa hidup sebagai janda lansia tanpa sentuhan pemerintah. Saat berkesempatan mengunjungi rumahnya, Rabu pagi, pekan pertama Januari lalu, Mata Sumenep kesulitan menemukan keberadaannya. Menurut Satna, tetangga yang tinggal kurang lebih 300 meter dari rumah tak terurus itu, Nyi Atmoya bisa dicari di rumah saudara sepupu atau ponakan suaminya. “Tadi pagi, pas saya anterin nasi yang saya masakin, insyaAllah dia pamit mau ke rumah sepupunya,” kata Satna. “Kebetulan tadi pagi saya kesana, karena beberapa hari ini dia nitip beras untuk dimasakin,” sambung perempuan setengah baya itu. Soal Nyi Atmoya, rupanya Satna banyak tahu. Itu wajar, sebab bila sedang ingin, kata dia, Nyi Atmoya juga sering menginap di rumahnya. “Biasanya kalo malam Jum’at,” ujar Satna. Ia bercerita, di pekarangan yang menyisakan satu rumah itu, dulu Nyi Atmoya tinggal bersama suami,

anak perempuan, menantu dan seorang cucunya. Namun sudah belasan tahun, kondisi itu berubah. Satu-persatu, anggota keluarganya mulai meninggal. Dimulai dari menantunya dan selang dua tahun disusul oleh sang suami tercinta, berkuranglah anggota keluarga mereka. Bahkan, di lain sang cucu juga sudah beristri dan tinggal jauh darinya, anak semata wayangnya pun juga berpulang lebih dulu keharibaan sang pencipta. Semenjak itu, lengkaplah statusnya sebagai janda sebatang kara. Apalagi kini di usianya yang sudah semakin lanjut, Janda Lansia adalah status yang ia sendiri tak mengerti artinya. Yang ia tahu, rumah beserta dapur dan kamar mandi peninggalan putrinya untuk sang cucu sekarang sudah rata dengan tanah. Selain beberapa saudara sepupu yang tinggal jauh, ponakan suaminya yang sering ia kunjungi untuk menginap, dan cucunya yang sesekali menjenguk, hanya sebidang tanah dekat rumahnyalah harta satu-satunya yang ia miliki. “Beras yang saya masakin itu, Raskin yang ditebus beberapa hari lalu,” jelas Satna. Lalu dari mana nenek sepuh ini dapat uang? “Ya, kalau cucunya lagi berkunjung,

24 |MATA SUMENEP |1 FEBRUARI 2016

kadang dikasi uang. Tapi yang sekarang ini katanya dapet hasil jual lidi,” terang Satna, sambil menunjukkan beberapa daun kelapa kering yang siap diserut untuk diambil lidinya. Sungguh miris hidup lansia terlantar bernama asli Mae itu. Apalagi, saat ditanya adanya bantuan dari pemerintah, tak juga ada. Seingatnya, bantuan terakhir yang ia dapat hampir setahun lalu. “Marena jareya adha’ pas. Tak tao arapa, cong. (Habis itu tidak ada lagi. Tidak tahu kenapa, Nak),” kata Nyi Atmoya, yang berhasil ditemui Mata Sumenep di rumah sepupunya. Padahal, menurut data Dinas Sosial Kabupaten Sumenep, warga semacam Nyi Atmoya merupakan salah satu dari 26 Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). “Di Dinas Sosial ini kami Tupoksinya adalah menangani masalah PMKS, salah satunya adalah Lanjut Usia Terlantar,” kata Kadis Sosial, Moh Ramli, Selasa, 12 Januari lalu. Penanganan terhadap Lanjut Usia Terlantar itu, lanjut Ramli, melalui bantuan Jaminan Sosial Lanjut Usia (JSLU) dalam bentuk program Asistensi Lanjut Usia Terlantar atau ASLUT. Konkritnya, secara teknis ada nilai bantuan kepada masing-masing sasaran sebanyak Rp 200 ribu perbulan kali 10 bulan dalam 1 tahun. “Itu di tahun 2014. Di tahun 2015 ini, ada 72 orang dan sudah 12 bulan dalam

1 tahun. Jadi sudah 1 tahun penuh,” terangnya. Hingga kini, bantuan yang dicairkan melalui Pos itu, kata Ramli, terus berkelanjutan atau tetap dibantu selama penerima masih hidup dan terlantar. Hanya saja, soal jumlah penerima pihaknya memang hanya dapat mengajukan karena berada di bawah tanggung jawab Negara. Namun demikian, Ramli tak menyangkal bahwa memang ada peluang tambahan. Meski itu belum pasti, dari 72 orang yang menjadi penerima sampai kini, pihaknya sudah menyampaikan data Lansia Terlantar terupdate di Sumenep yang mencapai 5.999 orang. “Yang 72 orang itu sudah ada kartunya dan diberikan 4 bulan sekali melalui Pos. Jadi 1 tahun 3 kali,” kata Kabid Perlindungan Sosial, Rasadi. Melihat tipisnya kemungkinan menerima bantuan JSLU ASLUT di tahun 2016 ini, nasib Nyi Atmoya masih tergantung pada Dinas Sosial Kabupaten Sumenep. Namun kata Kadis Sosial, Moh Ramli, dari dana APBD Kabupaten Sumenep, bantuan hanya ada dalam bentuk sembako. Itupun juga terbatas sesuai kemampuan keuangan daerah. Sementara jumlah penerima bantuan yang diberikan setahun sekali itu, hingga kini masih hanya 100 orang di 10 desa. Pembagiannya, kata Kabid Perlindungan Sosial, Rasadi, masing-masing desa mendapat jatah 10 paket sembako untuk 1o orang saja.

rafiqi


SOSIAL Kunjungan Menteri Sosial RI, Khofifah Indar Parawansa di Kel. Bangselok, Kec. Kota, Sumenep, Madura, Jawa Timur

PKH SIGNIFIKAN PUTUS KEMISKINAN Program PKH disebut Bank Dunia efektif dalam memutus mata rantai kemiskinan. Ada sinyal bagus, Presiden ingin luaskan penerima hingga 1% PDB.

W

aktu menunjukkan sekitar pukul 17.00 WIB saat Menteri Sosial Republik Indonesia, Khofifah Indar Parawansa menuju Kelurahan Bangselok, Kecamatan Kota, Kabupaten Sumenep, Sabtu sore, pekan kedua Januari lalu. Tiba di kabupaten ujung timur pulau Madura usai kumandang adzan Ashar di Masjid Agung Sumenep hari itu, Khofifah memulai kunjungannya dengan membuka Pekan Pelajar pada Pelantikan Pimpinan Cabang IPNUIPPNU Sumenep, di Gedung Nasional Indonesia (GNI) setempat. Disana, bantuan senilai Rp 25 juta juga ia serahkan kepada sejumlah anak yatim dan Lansia. “Bantuan dari Kementerian Sosial RI ini diberikan kepada dua kategori penerima. Rinciannya, 50 paket sembako dan uang tunai senilai Rp 150 ribu diberikan kepada 50 orang Lansia dan 50 paket tas sekolah, buku, dan uang tunai senilai Rp 150 ribu diberikan kepada 50 anak yatim,” kata Ketua II PC IPNU Sumenep, Moh. Lutfi, kepada Mata Sumenep.

Jitu Putus Kemiskinan, Dapat Perluasan Di Bangselok, mantan Kepala BKKBN itu disambut ratusan warga di sepanjang gang menuju rumah Siti Munarsih, Wardatun, dan Nanik. Ketiga warga Kelurahan Bangselok ini merupakan penerima bantuan PKH yang salah seorang diantaranya juga mendapat bantuan RUTILAHU. Ditemani Pj Bupati Sumenep Sudarmawan, Sekda Sumenep Hadi Soetarto, Kadis Sosial Moh. Ramli, dan para pendamping PKH, Khofifah mengecek langsung realisasi program Kemensos itu kepada setiap penerima. Menurutnya, hal itu dilakukan demi mengkonfirmasi langsung kondisi tepat sasaran demi mendukung perluasan program PKH dalam memberantas kemiskinan. Khofifah mengatakan, dari jumlah

3,5 juta penerima di tahun lalu, jumlah penerima PKH tahun 2016 akan ditambah 2,5 juta sehingga mencapai 6 juta. Kebijakan tersebut, lanjutnya, lahir bersamaan dengan rilis survei Bank Dunia (World Bank) yang manyatakan bahwa PKH merupakan satu-satunya program yang bisa mempersempit generasio. Bersama 92,4 juta Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan Kartu Indonesia Sehat (KIS), PKH yang secara terminologis disebut conditional cash transfer (tunai bersyarat) sangat signifikan untuk memutus mata rantai kemiskinan. “Nah, program ini insyAllah akan terus mendapatkan perluasan,” ujar Khofifah. Bahkan, pada sidang kabinet pekan pertama Januari lalu, kata Khofifah, Presiden Jokowi sudah memberikan sinyal awal. Jika seluruh infrastruktur program memang siap dan didukung oleh kepala desa, camat, dan bupati, maka presiden punya niat untuk meluaskan sampai satu persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) demi meniru suksesnya Brazilia dalam menurunkan angka kemiskinan. “Kalau 1% dari PDB, itu bisa diluaskan sampai 110 triliun. Padahal tahun 2015 baru mencapai 9,9 triliun dan tahun kemarin baru 5,6 triliun,” jelasnya. Berdasarkan fakta dan analisa tersebut, Khofifah tak menampik betapa signifikansi PKH untuk memutus mata rantai kemiskinan dan mempersempit generasio, memang sangat besar. Karena itu, pihaknya sudah mengagendakan programprogram komplementaritas antara lain seperti RUTILAHU, untuk dimaksimalkan oleh Kementerian Sosial. “Tahun 2016 ini, 70% program RUTILAHU (Rumah Tinggal Layak Huni) dan KUBE (Kelompok Usaha Bersama ) diprioritaskan untuk penerima PKH,” papar mantan Wakil Ketua DPR RI 1999 ini. Karena itu,

TURBA: Mensos RI, Khofifah Indar Parawansa, saat mengunjungi keluarga Ibu Wardatun, penerima PKH sekaligus RUTILAHU di Kel. Bangselok, Kec. Kota, Sumenep.

supaya disiplin dalam mendapatkan program pengintegrasian dari seluruh intervensi program penanganan fakir miskin ini, Khofifah berharap masyarakat ikut andil dalam menyisir kemungkinan adanya anak penerima PKH belum terima KIP dan keluarga penerima PKH belum terima KIS.

Dengan Graduasi, 400 Ribu Siap Mandiri Tak hanya itu, dalam mendukung realisasi program jitu ini, pihaknya juga menerapkan konsep Graduation. Graduation atau Graduasi sendiri yang berarti proses pemandirian bertujuan untuk terus mengukur tingkat entasan yang sudah dialami oleh penerima PKH. Dalam hal ini, peran pendamping, kata Khofifah, sangat menentukan. Sehingga jika terdapat salah sasaran dalam temuan masyarakat, maka pendamping yang akan menjadi rujukan. Ia menambahkan, konsep graduasi sebenarnya selaras dengan sifat PKH yang conditional cash transfer dan bukan unconditional. Pemakaian conditionality menunjukkan adanya komitmen pemerintah untuk

mengentaskan masyarakat penerima PKH kepada kondisi yang sejahtera dengan didukung RUTILAHU dan KUBE. “Conditionality atau kondisi dimaksud misalnya, dia keluarga kurang mampu lalu hamil, dia keluarga kurang mampu punya balita, dia keluarga kurang mampu punya anak SD, SMP, dan SMA,” terang Khofifah. Dalam PKH, sambungnya, pendamping juga terlibat untuk memastikan beberapa tahapan penting dalam mencapai proses pemandirian. Bagi yang sudah dapat PKH 4 tahun misalnya, pendamping bertugas memastikan si penerima untuk mendapat RUTILAHU dan KUBE pada tahun ketiga dan memasuki persiapan graduasi pada tahun keempat. Sehingga seperti tahun 2016 ini, pada tahun kelima, 400 ribu keluarga sudah terverifikasi dipastikan siap mandiri menjadi keluarga tanpa harus menerima PKH. “Ini sudah dimasukkan di dalam proses penyiapan untuk penerima baru di 2016,” tandasnya.

rafiqi

1 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 25


KH MAKTUM DJAUHARI (1958 - 2015)

Pengasuh Pondok Pesantren al-Amien Prenduan, Sumenep, Madura

Jejak Ulama Sumenep

P

enghujung tahun 2015 merupakan tahun kelabu bagi segenap keluarga Ponpes AlAmien Prenduan, Sumenep. Pasalnya, ujung tombak ponpes yang didirikan oleh Kiai Haji Ahmad Djauhari Chothib pada tahun 1952 silam ini dipanggil oleh Penciptanya dua hari menjelang peralihan tahun Masehi kali ini. Ya, Kiai Haji Maktum Djauhari tutup usia pada 29 Desember 2015, di Rumah Sakit Darmo Surabaya. Tokoh ulama yang alim dan dikenal getol menyerukan perang terhadap korupsi ini wafat setelah mengalami perawatan intensif di rumah sakit tersebut.

Asal Usul dan Kelahiran Kiai Maktum Djauhari lahir di Sumenep 14 Mei 1958. Beliau adalah putra Kiai Haji Ahmad Djauhari Chothib dengan Nyai Sahati. Kiai Djauhari diketahui memiliki lima anak dari dua isteri. Isteri pertama bernama Nyai Maryam melahirkan tiga anak, yaitu Nyai Tsaminah, Kiai Haji Ahmad Tidjani, dan Kiai Haji Idris. Setelah Nyai Maryam wafat, Kiai Djauhari menikah lagi dengan Nyai Hamlah namun pernikahan tersebut tidak bertahan lama. Terakhir Kiai Djauhari menikah lagi dengan gadis dari Pajung Batuputih, yang tak lain ialah ibu dari Nyai Mahtumah dan Kiai Maktum sendiri, yaitu Nyai Sahati. Ayah Kiai Maktum, Kiai Djauhari merupakan pendiri Ponpes Al-Amien Prenduan. Kiai Djauhari dikenal tak hanya sebagai tokoh yang mumpuni di bidang agama. Beliau juga dikenal sebagai salah satu pejuang Sumenep di era pra dan pasca kemerdekaan RI. Dalam perjuangannya, bahkan Kiai Djauhari sempat ditangkap dan ditahan di Kalisosok Surabaya selama kurang lebih tujuh bulan. Dari segi nasab, Kiai Maktum merupakan keturunan tokoh-tokoh ulama besar di Sumenep. Terbukti dari adanya garis kekerabatan yang cukup dekat dengan keluarga pesantrenpesantren besar lainnya di Sumenep, Pamekasan, hingga daerah tapal kuda. Ayah Kiai Maktum, yaitu Kiai Djauhari adalah putra dari Kiai

Chothib bin Idris, Patapan. Kiai Chothib bersaudara dengan Nyai Nursiti (isteri Kiai Haji Imam pendiri Ponpes Karay) dan Nyai Mariyah (isteri Kiai Haji Syarqawi, pendiri Ponpes Annuqayah Guluk-Guluk). Ditarik ke atas lagi, ayah Kiai Chothib, yaitu Kiai Idris ialah keturunan Kiai Abdul Qorib dan Nyai Musyarrafah yang merupakan keturunan Kiai Ibrahim Batuampar, saudara Bindara Saut Raja Sumenep. Dari garis Kiai Abdul Qarib inilah hubungan dengan kiai-kiai Pamekasan (Bangkoneng, Bergajam, Berbato, Bata-bata, Beranyar), Situbondo, Probolinggo, dan lainnya didapat.

Pendidikan Sebagai putra seorang kiai, jejak pendidikan Kiai Maktum tentu tidak akan lepas dari pesantren. Selepas duduk di bangku salah satu Madrasah Ibtidaiyah di Prenduan, Kiai Maktum dikirim ke Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) Ponorogo, mengikuti jejak kedua kakaknya, Kiai Tidjani dan Kiai Idris. Konon, pengasuh PMDG, Kiai Zarkasyi pernah berkata bahwa ketiga putra Kiai Djauhari tersebut adalah kelopak bunga mawar yang mekar di Madura. Ya, Kiai Maktum memang dikenal sebagai sosok yang cerdas. Selama menimba ilmu di PMDG beliau selalu menjadi bintang kelas. Tak jarang, keenceran otaknya tersebut mengundang rasa iri dari temantemannya. Selepas menamatkan pendidikan

26 |MATA SUMENEP |1 FEBRUARI 2016

hingga tingkat SMA di PMDG, Kiai Maktum merambah dunia pendidikan di luar negeri. Sasarannya ialah Universitas Islam Madinah di Saudi Arabia. Di sana Kiai Maktum meraih gelar S1. Selepas itu Kiai Maktum masih melanjutkan program S2 di Universitas al-Azhar Kairo, Mesir, hingga lulus tahun 1990.

Kiprah Di bidang sosial kemasyarakatan, Kiai Maktum dikenal sebagai organisatoris. Kiprahnya di dalam organisasi sudah sejak menuntut ilmu. Saat kuliah di Madinah, Kiai Maktum aktif sebagai Sekretaris Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Madinah tahun 1977. Begitu juga saat kuliah di Universitas al-Azhar tahun 1984, Kiai Maktum didaulat sebagai Ketua Ikatan Keluarga Pondok Modern (IKPM) Kairo. Kiai Maktum juga berperan sebagai salah satu deklarator ICMI Malang, dan juga sebagai anggota BP3 Departemen Agama Provinsi Jawa Timur pada 2006 silam. Selain itu Kiai Maktum juga dikenal sebagai sosok ulama yang getol menyerukan perang pada korupsi. Dalam setiap kesempatan dalam memberikan taushiah pada segenap masyarakat semua lapisan agar tidak mendekati apalagi terlibat dengan korupsi. Bahkan kepada santri dan alumninya beliau mengatakan bahwa sebagian indikator telah bermanfaatnya ilmu ialah dengan menjauhi korupsi.

“Anti korupsi adalah sebagian tanda mendapatkan ilmu nafi’ dari Allah SWT,” kata beliau dalam sebuah kesempatan, sebagaimana disebutkan salah satu alumni TMI al-Amien, R B Nurul Hidayat, S.Pd., kepada Mata Sumenep. Korupsi memang sebuah penyakit kronis bagi negara dan masyarakat. Sehingga sehat tidaknya suatu tatanan pemerintahan salah satunya ialah tergantung pada seberapa besar upaya pencegahan sekaligus pemberantasan korupsi. “Oleh karena itu, tidak lelah beliau menyuarakan tentang penanaman sikap anti korupsi. Karena Korupsi memang bahaya laten, tidak kalah dari ideologi terlarang misalnya,” tambah Nurul. Disamping sebagai aktivis dan organisatoris di bidang yang telah disebut di atas, Kiai Maktum juga berkiprah dalam dunia pendidikan khususnya di lingkungan Ponpes alAmien. Sebelum menjadi IDIA saat ini, Kiai Maktum memang telah diamanahi sebagai pimpinan akademik. Seperti sebagai Ketua STI (Sekolah Tinggi Ilmu) Da’wah Al-Amien (1992-1996), Ketua STAI al-Amien (1996-2000), dan Rektor IDIA al-Amien Prenduan (2000-2012). Sepeninggal kedua kakaknya, Kiai Tidjani dan Kiai Idris, Kiai Maktum menggantikan sebagai Pemimpin sekaligus Pengasuh Ponpes al-Amien Prenduan sejak 2012 hingga berpulang ke rahmatullah.

Wafat Pada Selasa, 29 Desember 2015 lalu, sebuah kabar merayap dari salah satu Rumah Sakit ternama di Surabaya. Kabar duka yang selanjutnya dalam sekejap menjalar ke semua penjuru bagai api yang menjalari seluruh ruangan berminyak. Kiai Maktum wafat dengan meninggalkan isteri bernama Nyai Hajjah Nurjalilah dan keenam putraputrinya, yaitu Muhammad Haitsam, Samiyah, Afaf, Nabil Fuadi, Rania Izzati, Madilah Amani, serta seluruh keluarga besar Ponpes al-Amien. Innaa lillaahi wa inna ilaihi raaji’uun..

R B M Farhan Muzammily


KISAH SAHABAT

Asing di Kehidupan Manusia, Populer di Kehidupan Langit Ia tak dikenal banyak orang dan juga miskin. Banyak orang suka menertawakan, mengolok-olok, dan menuduhnya sebagai tukang membujuk, tukang mencuri serta berbagai macam umpatan dan penghinaan lainnya. Pada zaman Nabi Muhammad SAW, ada seorang pemuda bermata biru, rambutnya merah, pundaknya lapang panjang berpenampilan cukup tampan, kulitnya kemerahmerahan, dagunya menempel di dada selalu melihat pada tempat sujudnya, tangan kanannya menumpang pada tangan kirinya, ahli membaca Al Qur’an dan menangis, pakaiannya hanya dua helai sudah kusut yang satu untuk penutup badan dan yang satunya untuk selendangan, tiada orang yang menghiraukan, tak dikenal oleh penduduk bumi akan tetapi sangat terkenal di langit. Dia, jika bersumpah demi Allah pasti terkabul. Pada hari kiamat nanti ketika semua ahli ibadah dipanggil disuruh masuk surga, dia justru dipanggil agar berhenti dahulu dan disuruh memberi syafa’at, ternyata Allah memberi izin dia untuk memberi syafa’at sejumlah qobilah Robi’ah dan qobilah Mudhor, semua dimasukkan surga tak ada yang ketinggalan karenanya. Dia adalah “Uwais al-Qarni”. Ia tak dikenal banyak orang dan juga miskin, banyak orang suka menertawakan, mengolok-olok, dan menuduhnya sebagai tukang membujuk, tukang mencuri serta berbagai macam umpatan dan penghinaan lainnya. Seorang fuqoha’ negeri Kuffah, karena ingin duduk dengannya, memberinya hadiah dua helai pakaian, tapi tak berhasil dengan baik, karena hadiah pakaian tadi diterima lalu dikembalikan lagi olehnya seraya berkata: “Aku khawatir, nanti sebagian orang menuduh aku, dari mana kamu dapatkan pakaian itu, kalau tidak dari membujuk pasti dari mencuri”. Pemuda dari Yaman ini telah lama menjadi yatim, tak punya sanak famili kecuali hanya ibunya

yang telah tua renta dan lumpuh. Hanya penglihatan kabur yang masih tersisa. Untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari, Uwais bekerja sebagai penggembala kambing. Upah yang diterimanya hanya cukup untuk sekedar menopang kesehariannya bersama Sang ibu, bila ada kelebihan, ia pergunakan untuk membantu

selama ini hati Uwais selalu merindukan datangnya kebenaran. Banyak tetangganya yang telah memeluk Islam, pergi ke Madinah untuk mendengarkan ajaran Nabi Muhammad SAW secara langsung. Sekembalinya di Yaman, mereka memperbarui rumah tangga mereka dengan cara kehidupan Islam. Alangkah sedihnya hati Uwais

tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti keadaannya. Kesibukannya sebagai penggembala domba dan merawat ibunya yang lumpuh dan buta, tidak mempengaruhi kegigihan ibadahnya, ia tetap melakukan puasa di siang hari dan bermunajat di malam harinya. Uwais al-Qarni telah memeluk Islam pada masa negeri Yaman mendengar seruan Nabi Muhammad SAW yang telah mengetuk pintu hati mereka untuk menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang tak ada sekutu bagi-Nya. Islam mendidik setiap pemeluknya agar berakhlak luhur. Peraturan-peraturan yang terdapat di dalamnya sangat menarik hati Uwais, sehingga setelah seruan Islam datang di negeri Yaman, ia segera memeluknya, karena

setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka itu telah “bertamu dan bertemu” dengan kekasih Allah penghulu para Nabi, sedang ia sendiri belum. Kecintaannya kepada Rasulullah menumbuhkan kerinduan yang kuat untuk bertemu dengan sang kekasih, tapi apalah daya ia tak punya bekal yang cukup untuk ke Madinah, dan yang lebih ia beratkan adalah sang ibu yang jika ia pergi, tak ada yang merawatnya. Diceritakan ketika terjadi perang Uhud Rasulullah SAW mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuhmusuhnya. Kabar ini akhirnya terdengar oleh Uwais. Ia segera memukul giginya dengan batu hingga patah. Hal tersebut dilakukan sebagai bukti kecintaannya kepada beliau SAW, sekalipun ia belum

pernah melihatnya. Hari berganti dan musim berlalu, dan kerinduan yang tak terbendung membuat hasrat untuk bertemu tak dapat dipendam lagi. Uwais merenungkan diri dan bertanya dalam hati, kapankah ia dapat menziarahi Nabinya dan memandang wajah beliau dari dekat? Tapi, bukankah ia mempunyai ibu yang sangat membutuhkan perawatannya dan tak tega ditingalkan sendiri, hatinya selalu gelisah siang dan malam menahan kerinduan untuk berjumpa. Akhirnya, pada suatu hari Uwais mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinya dan memohon izin kepada ibunya agar diperkenankan pergi menziarahi Nabi SAW di Madinah. Sang ibu, walaupun telah uzur, merasa terharu ketika mendengar permohonan anaknya. Beliau memaklumi perasaan Uwais, dan berkata: “Pergilah wahai anakku ! temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa, segeralah engkau kembali pulang”. Dengan rasa gembira ia berkemas untuk berangkat dan tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkan serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah berpamitan sambil menciumi sang ibu, berangkatlah Uwais menuju Madinah yang berjarak kurang lebih empat ratus kilometer dari Yaman. Medan yang begitu ganas dilaluinya, tak peduli penyamun gurun pasir, bukit yang curam, gurun pasir yang luas yang dapat menyesatkan dan begitu panas di siang hari, serta begitu dingin di malam hari, semuanya dilalui demi bertemu dan dapat memandang sepuas-puasnya paras baginda Nabi SAW yang selama ini dirindukannya.

bersambung...

1 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 27


Direktur Utama PLP EPC Evi Febriani DUKUNG PENUH: Herman Dali menyampaikan sambutan pada acara Sosialisasi dan Orientasi Program Kerja PLP EPC 2016 di Sekretariat JL Setia Budi

Sambut Kehadiran Eviera Permata Consultant

A

cara sosialisasi Pusat Layanan Psikologi Eviera Permata Consultant (PLP EPC) Kabupaten Sumenep, digelar di Jl Setia Budi No 2, Pajagalan Sumenep, Senin, 18 Januari lalu. Sebagai lembaga konsultan psikologi, PLP EPC ingin memberikan konstribusi dalam peningkatan pembangunan Sumenep di bidang peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM). PLP EPC berdiri 10 Juni 2014 dan diresmikan mantan Bupati Sumenep, KH A. Busyro Karim di awal tahun 2015 lalu. Dan di awal tahun 2016, Sosialisasi dan Orientasi Program Kerja digelar kembali lantaran dianggap strategi dalam mengembangkan PLP EPC. Acara meriah itu, dihadiri sejumlah pejabat teras pemkab Sumenep. Terlihat Ketua DPRD Sumenep, Herman Dali Kusuma, Pj Bupati Sumenep Sudarmawan, Sekkab Hadi Soetarto, dan

sejumlah kepala SKPD di lingkungan Pemkab Sumenep, serta Stakeholder EPC. Semua tampak khidmat mengikuti sosialisasi program kerja EPC tersebut. Ketua DPRD, Herman Dali Kusuma, menyambut baik kehadiran EPC sebagai filter atas degradasi moral dan

28 |MATA SUMENEP |1 FEBRUARI 2016

bertambahnya angka pengangguran, khususnya di kalangan pemuda. Karena itu, ia berharap keberadaan EPC diharap benar-benar bisa mengubah pola pikir, gaya hidup dan semua persoalan masyarakat Sumenep. Sehingga tercipta suasa kondusif. Agar kian maksimal, politisi PKB ini, menyarankan EPC meniru gerakan yang dilakukan sang psikolog dunia Nabi Muhammad SAW. “Perjuangan beliau selalu disertai kesabaran dan melakukan pendekatanpendekatan berbasis emosional. Sehingga beliau berhasil membuat sebuah perubahan,” katanya, saat sambutan di Kantor EPC. Bak gayung bersambut, harapan

Herman Dali berbanding lurus dengan komitmen Direktur Utama PLP EPC Sumenep, Evi Febriani. Evi, panggilan akrabnya, menyebut program yang sudah dicanangkan bercita mencetak generasi cerdas dengan segudang kreativitas sesuai dengan bakat dan kemauan setiap klien. “Saat ini EPC sudah memiliki berbagai jenis program layanan. Diantaranya Psikotest, Pelatihan, Konseling, dan Psikoterapi yang mencakup tiga segmen yakni bidang industri, pendidikan, dan umum,” terangnya, saat perkenalan sekretariat barunya. Karena itu, Evi berharap dukungan semua pihak agar terwujud apa yang dicitakan bersama. “Kedepan kami memiliki banyak target, seperti mendirikan lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD),” terang Evi, di depan undangan. Pj Bupati Sudarmawan, menilai kehadiran lembaga konsultan psikologi di Sumenep sangat urgen di tengah kehidupan masyarakat modern. “Keberadaan PLP EPC masih langka di Sumenep. Hal ini perlu didorong untuk membantu program-program pemerintah. Terutama dalam peningkatan para SDM sebagai ujung tombak kesuksesan pembangunan,” terang pria kelahiran Bangkalan ini.

rusydiyono/rafiqi


1 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 29


YAYASAN MISHBAHUL MUNIR

KOMITMEN

CIPTAKAN GENERASI KRITIS Berdiri sejak tahun 2002, Yayasan Mishbahul Munir bervisi ciptakan lembaga yang kritis demi lahirkan generasi cerdas dan berakhlaqul karimah.

C

ita menciptakan lembaga yang kritis dan mampu melahirkan generasi bangsa yang tak hanya cerdas, namun berakhlaqul karimah, terus dipegang erat oleh Kiai Taufiqurrahman. Hal itu telah ia lakukan setidaknya sejak menjabat Ketua Yayasan Mishbahul Munir menggantikan Kiai Ach. Thayyib, pamannya yang sekaligus pendiri Pondok Pesantren di Dusun Dandan, Desa Pragaan Daya, Kecamatan Pragaan, Kabupaten Sumenep, yang cepat sekali berpulang ke rahmatullah itu. Secara usia, sebenarnya yayasan ini masih terbilang muda. Namun, meski baru berdiri sejak 15 Juli 2002 lalu, Yayasan Mishbahul Munir kini sudah memiliki 11 lembaga mulai dari

Ketua Yayasan, K. Taufiqurrahman Pondok Pesantren hingga Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ). Menurut Kiai Taufiq, seperti tampak pada baner di salah satu bangunan, semua biaya pendidikan di lembaganya cuma-cuma. “Kerena itu, kami berharap pemerintah ikut andil dalam menyukseskan niat baik kami memberikan pendidikan gratis dan berkualitas ini bagi para generasi,” ujar Kiai Taufiq, saat ditemui Mata Sumenep. Harapan itu pun selaras dengan ucapan Mashudi. Kepala SMPI Al-Furqan yang berada di bawah naungan Yayasan Mishbahul Munir ini mengatakan, seingatnya lembaga

30 |MATA SUMENEP |1 FEBRUARI 2016

pendidikan disana belum pernah disentuh pemerintah. “InsyaAllah sejak Kiai Taufiq belum pernah mendapat bantuan,” tuturnya. Padahal meski terselenggara tanpa pungutan biaya alias gratis, Mashudi mengaku kekuatan finansial internal yayasan tentu tidak memadai secara penuh untuk memberikan layanan pendidikan maksimal kepada masyarakat sekitar. Sehingga demi memberikan kualitas pendidikan yang baik _yang tentu harus ditunjang dengan ketersediaan berbagai fasilitas, ia berharap lembanganya dapat dilirik oleh pemerintah daerah. “Ya seperti sarana-prasarana dan

lainnya, agar output lembaga kami yang di pelosok ini pada akhirnya juga mampu menyamai lembaga pendidikan yang ada di kota,” katanya, kepada Mata Sumenep. Namun begitu, senada komitmen Kiai Taufiq, Kepala SMPI yang menjabat sejak 2014 lalu ini juga tetap menjunjung tinggi visi Yayasan dalam melahirkan generasi cerdas berakhlaqul karimah melalui lembaga yang kritis dan aktif memajukan pendidikan. Di tengah harapan akan perhatian pemerintah, mereka tidak mau mengecewakan almarhum Kiai Thayyib yang lebih dulu meninggalkan Ponpes Mishbahul munir serta istri dan seorang putri kecilnya.

masrul/rafiqi


DPRD

LELETNYA GAJI DPRD

A

Sekda Hadi Soetarto

wal tahun 2016, jadi bulan kelabu bagi 50 anggota DPRD Sumenep. Bagaimana tidak. Semua PNS dan anggota dewan di Indonesia, menerima gaji bulanan. Sedang anggota DPRD Sumenep hanya menerima catatan keuangan alias tidak gajian. Buntut petaka ini sebagai sanksi atas keterlambatan pembahasan RAPBD 2016 yang baru ditetapkan 30 Desember 2015. Padahal, berdasar Pasal 312 ayat 1 UU 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah (Pemda), berbunyi,

Kepala daerah dan DPRD wajib menyetujui bersama rancangan Perda tentang APBD paling lambat 1 (satu) bulan sebelum dimulainya tahun anggaran setiap tahun. Yaitu, bulan November. Sebaliknya, pasal 312 ayat 3 UU 23/2014, menyebut, sanksi tidak dapat dikenakan kepada anggota DPRD apabila keterlambatan penetapan APBD disebabkan oleh kepala daerah yang lamban menyampaikan rancangan Perda tentang APBD kepada DPRD dari jadwal yang telah ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Belakangan kabar baik datang dari Sekda Hadi Soetarto. Kepada wartawan, Pak Atok, panggilan akrab Hadi Soetarto, mengatakan dari hasil koordinasi dengan Mendagri Senin (25/1), gaji 50 anggota dewan sudah bisa dicairkan. Kendati demikian itu, masih menunggu surat balasan secara tertulis,

sehingga Pemkab belum berani mencairkannya. Menurut Sekda, keterlambatan pembahasan APBD tahun 2016 tidak sepenuhnya kesalahan legislatif, melainkan juga terkait dengan eksekutif. Karena itu, sejumlah petinggi Pemkab, termasuk Pejabat (Pj) Bupati Sudarmawan, terus memperjuangkan agar gaji anggota dewan bisa dicairkan. “Ini bukan keselahan eksekutif, maupun legislatif, tapi ini kesalahan semua. Makanya kami bersamasama menemui Mendagri. Bahkan kami juga mengundang dari Mendageri ke Sumenep untuk menjelaskan permasalahan gaji dewan,” jelas Sekda. Berdasar hasil koordinasi dengan Mendagri, gaji dewan Sumenep sudah bisa dicairkan. “Jika tidak ada halangan, akhir bulan Januari 2016 dipastikan sudah bisa dicairkan,” tegasnya.

(yon)

1 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 31


MATADESA

Sumur Warga Keluar Gas

K

epala Kantor Energi Sumber Daya dan Mineral (ESDM) Sumenep, Abd. Kahir, meneliti air sumur bor milik Busani, 40, Warga Dusun Batu Jaran, Desa Pragaan Daya, Kecamatan Pragaan, Sumenep. Air di lokasi sumur bor yang menyemburkan gas itu, dibawa ke kantor ESDM Provinsi Jatim dan SKK Migas Jabanusa, pada hari Senin, 18 Januari lalu. “Kamis (28/1) SKK Migas dan ESDM Jatim akan meninjau lokasi. Sampai sekarang, sumur masih mengeluarkan gas,� terang Kahir, saat dihubungi Mata Sumenep. Kahir meninjau lokasi bersama Camat Pragaan, Abd. Halim, Kapolsek Pragaan, AKP Jawali dan Danramil Paragaan, Kapten (inf) Taryono dan Kades Pragaan Daya, M Imrah. Kedatangan Kahir, memberi sosialisasi kepada masyarakat untuk memantau perkembangan gas yang keluar dari sumur warga. Selain itu,

32 |MATA SUMENEP |1 FEBRUARI 2016

Kahir meminta kepada Kades Pragaan Daya agar memberi pembatas area sumur gas. Dengan harapan, menjaga kemungkinan dari bencana. Sejak sumur bor milik Busani mengeluarkan gas, membuat penasaran warga, termasuk wartawan dan sejumlah aparat terkait. Sumur bor yang berlokasi di belakang rumah Busani, mengeluarkan air pada hari Jumat (15/1/2016). Tapi airnya keruh dan tersengat bau gas. Sumur itu, dibor kedalaman 105 meter dari permukaan tanah selama dua minggu lebih oleh para pekerja. Karena air tidak bisa dikonsumsi, ada inisiatif untuk mengalirkan gas yang ada dalam sumur untuk memasak nasi. Hanya saja, semburan gas masih kecil. Tidak bisa dipakai secara massal. Karena itu, ESDM mencari tahu debit kandungan gasnya.

(ham)


DPPKA

B

SAMBUT BPK SOSIALISASI PERBUP 54/2015

endahara adalah pusat arus keluar-masuknya uang dalam sebuah institusi atau lembaga, sehingga diperlukan tenaga ahli dan lihai dalam mengaturnya. Karena itu, Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kabupaten Sumenep menganggap perlu melakukan pembinaan secara intens kepada pegawai di posisi ini, terutama yang berkaitan dengan kebijakan. Seperti Peraturan Bupati Sumenep Nomor 54 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah yang sudah disosialisasikan kepada seluruh bendahara dinas, badan, dan kantor serta bendahara kecamatan se-Kabupaten Sumenep, pekan ketiga Januari lalu. Kepala DPPKA Sumenep, Didik Untung Samsidi mengatakan, adanya Peraturan Bupati Sumenep Nomor 54 Tahun 2015 tersebut mengharuskan dinas terkait untuk mem-briefing semua bendahara dinas kemudian memberikan pengarahan. Sebab dalam penjabarannya, ada peraturan yang mengalami perubahan dan tidak sama dengan pedoman pelaksanaan APBD sebelumnya. Peraturan tersebut, kata Didik, disesuaikan dengan peraturan terbaru dari pemerintah pusat, yakni Peraturan Menteri Keuangan Nomor 65/PMK/.02/2015 tentang Standar Biaya Masukan Tahun 2016, Peraturan Presiden Nomor 53 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan Perubahannya, dan Peraturan

BERSIAP: Kepala DPPKA, Didik Untung Samsidi (tengah), memberikan pengarahan pada acara Sosialisasi Perbup No 54 Tahun 2015.

Sumenep bakal kedatangan Badan Pengawas Keuangan (BPK) bulan depan. Ada perubahan penyesuaian Permenkeu Nomor 65. DPPKA sigap gelar sosialisasi dan pengarahan. Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara. “Ada hal krusial yang mengalami perubahan dari peraturan pedoman pelaksanaan APBD terdahulu, dan hal itu wajib diketahui oleh semua bendahara dinas,” kata mantan Kepala Inspektorat ini, pada Kamis, 21 Januari lalu. Didik menyebutkan, poin yang dianggap krusial dan mengalami perubahan itu, yakni Perjalanan Dinas Luar Daerah yang disesuaikan dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 65/PM.02/2015 tentang Standar Biaya Masukan

Tahun Anggaran 2016, Biaya Perjalanan Dinas Dalam Daerah untuk Wilayah Kepulauan, dan Uang Representasi dan Biaya Bahan Bakar Minyak (BBM). Untuk memaksimalkan pembinaan, kegiatan tersebut dilaksanakan selama 2 hari dari tanggal 20-21 Januari 2016. Selain kapasitas ruangan, Didik berasalan penempatan di aula DPPKA itu demi intensitas dan maksimalisasi pembinaan, sebab bertujuan untuk menyambut Badan Pemerikasa Keuangan (BPK) yang akan melakukan audit di Kabupaten Sumenep bulan mendatang. Menghadapi itu, didik menganggap dokumen

Laporan Pertanggung Jawaban Pelakasanaan Kegiatan APBD Tahun 2015 perlu disiapkan dan benar-benar sesuai dengan aturan yang berlaku. Sehingga demi mencapai itu, pihaknya menginginkan para peserta serius dalam mengikuti jalannya acara, agar semua lancar tanpa kendala. “Saya berharap kepada seluruh bendahara supaya benar-benar siap, terutama dalam menyiapkan dokumen kegiatan agar saat diaudit BPK nantinya semua berjalan lancar sesuai prosedur,” harap Didik, saat ditemui Mata Sumenep usai memberikan pengarahan kepada peserta.

rusydiyono/rafiqi

1 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 33


KREATIVITAS GURU

T

idak disangka, kreativitas siswa-siswi kelas IVa SDN Pangarangan III, Kabupaten Sumenep, berbuah prestasi. Video goyangan siswa dengan iringan lagu I Like Dangdut, yang diupload ke www. vidio.com, masuk tiga nominasi juara pilihan Indosiar. Video ini, tayang di rangkaian HUT Indosiar, Senin, 11 Januari 2016 lalu, pada pukul 1 siang bersamaan dengan dua kiriman video lain yang masuk nominasi juara. Video dengan tagline Asyiknya Belajar#KontesIndosiar21 ini, dibuat oleh Andilala, Wali Kelas IVa SDN Pangarangan III, Kecamatan Kota Sumenep, sekitar bulan Oktober 2015. Kemudian diupload ke www.vidio.com, pada 21 November 2015 jam 01:38. Dalam video itu, ditulis uraian, ketika belajar di kelas untuk mengurangi kejenuhan dan membuat suasana menjadi santai, salah seorang murid berjoget “I Like Dangdut” yang diikuti oleh teman-temannya yang lain. Kepada Mata Sumenep, Andilala mengaku senang atas kreativitas anak didiknya. Menurut Andi, video ini dibuat untuk memberi motivasi kepada anak didiknya agar lebih kreatif dan berani menghadapi tantangan kehidupan. Sebab, selama mengajar dan menjadi wali kelas, Andi

KREATIVITAS I LIKE DANGDUT: Andilala, Wali Kelas VIa SDN Pangarangan III Sumenep, foto bersama siswasiswinya usai Joget Massal I Like Dangdut.

JOGET ASYIK BELAJAR RAIH JUARA 3 NOMINASI INDOSIAR melihat sebagian anak didiknya ada yang pemalu dan kurang semangat dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas. Karena itu, Andilala mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi anak asuhnya. “Bersamaan ada info lomba bikin video I Like Dangdut di semarak HUT Indosiar ke-21 itu, muncul ide saya untuk bikin video, lalu dikirim

34 |MATA SUMENEP |1 FEBRUARI 2016

ke alamat yang tertera di dalam pengumuman,” kata Andi, saat ditemui di ruang guru SDN Pangarangan III, Selasa, 12 Januari 2016. Andi ikut nonton tayangan Indosiar, Senin siang itu. “Alhamdulilah, Mas. Saya tidak menyangka video yang kami kirim masuk tiga nominasi juara pilihan Indosiar,” terang Andi. Andi berharap, prestasi yang diproleh

anak didiknya menjadi cambuk untuk terus memacu semangat dan kreasinya dalam mengarungi perjuangan di dunia pendidikan. Sebab juara dari Indosiar itu, menurutnya, bukan kepuasan terakhir, sehingga harus ada prestasi selanjutnya yang bisa diraih oleh siswa-siswi SDN Pangarangan III secara umum.

rusydiyono


1 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 35


36 |MATA SUMENEP |1 FEBRUARI 2016


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.