Edisi 28

Page 1

“

Kepemimpinan KH A. Busyro KarimAchmad Fauzi bertekad meningkatkan kesejahteraan ekonomi warga dan pelayanan kesehatan gratis dalam tempo 99 hari. Lewat 9 program unggulan, pesan Bupati dan Wabup Sumenep yang baru dilantik 17 Februari lalu, ditujukan kepada para pemangku jabatan di lingkungan Pemkab Sumenep agar mengkrongkritkan harapan warga Sumenep

“

22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 1


2 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016


22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 3


Susunan Redaksi Komisaris : Asmawi Dewan Redaksi : Moh. Jazuli, M. Ali Al-Humaidi Redaksi Ahli : Moh. Ilyas Redaktur Tamu : Suhaidi Direktur : Hambali Rasidi Penanggung Jawab/Pemred : Hambali Rasidi Koordinator Liputan : Rahmat Redaktur Pelaksana : Rafiqi Reporter : Anton, Ozi’ (Non Aktif), Yono Design Grafis : A. Warits Muhshi Manajer Iklan & Promosi : Rusydiyono Iklan : Masrul, Edi Wardi, Udiyanto Penagih Iklan : Fathorrahem, Wardi Mnj. Sirkulasi & Distribusi : Moh. Junaedi Keuangan : Wardani Kontributor : Farhan Muzammily, Hairul Penerbit : PT. MATA SUMENEP INTERMEDIA NPWP : 70.659.553.5-608-000 SIUP : 503/29/SIUP-M/435.213/2014 TDP : 13.21.1.58.00174 Percetakan : CV Usaha Wira Mandiri Alamat Percetakan : JL Patemon 3 No 180, Surabaya Kantor Redaksi : Jl. Matahari 64 Perum Satelit, Tlp (0328) 673100, E-Mail : matasumenep@gmail.com, mataopinisumenep@gmail.com Website : www.matasumenep.com

Mengawal Kemandirian Desa

dari redaksi

JHA’ A WACANA Istilah Jha’ A Wacana memang muncul seketika saat acara Doa Bersama dan Silaturrahim Bersama para ulama, tokoh masyarakat dan relawan Busyro-Fauzi di GNI, 20 Februari. Akan tetapi, istilah ini selalu terlontar dari lisan Abuya-sapaan akrab Bupati Sumenep, KH A. Busyro Karim, jauh sebelum acara doa digelar. Dalam beberapa kesempatan, Abuya selalu merespon dengan istilah jha’ a wacana. Jawaban ini keluar ketika orang dekat atau bawahannya melontarkan setumpuk ide agar mendapat respon dari Abuya. Seperti, bagaimana kalau begini. Atau seharusnya bisa beginibisa begitu, dan sebagainya. Dan Abuya langsung menyahut dengan kalimat, “ambhu jha’ a wacana. Kongretkan.” Secara harfiah, jha’ kata Madura bermakna jangan. Wacana dalam kamus bahasa Indonesia berarti komunikasi verbal; percakapan atau pertukaran ide secara verbal. Jika dimaknai bebas, jargon Jha’ A Wacana berkonotasi, hentikan berdiskusi konsep atau ide. Berpikirlah langkah nyata yang bisa dirasakan dari wujud hasil konsep atau ide. Sampai sekarang memang belum keluar bahasa resmi makna dari istilah Jha’ A Wacana dari Abuya. Tapi dari ghairah melakukan perbaikan atau peningkatan program yang pernah ditelorkan saat kepemimpinan periode pertama, bisa menjadi indikator dari jargon Jha’ A Wacana. Bisa kita bayangkan. Sejumlah kreasi dan inovasi program pelayanan publik hanya bisa dikata beberapa program yang dirasa masyarakat. Sebut saja, konsep perijinan terpadu, kesehatan gratis, perubahan status RSUD menjadi BLUD, pemberdayaan ekonomi, tata ruang kota, dan lain sebagainya. Dari sekian program kreasi dan inovatif itu, hanya segelintir masyarakat ikut merasakan puas. Seperti pelayanan kesehatan gratis di puskesmas dan pelayanan medis dan administratif di RSUD. Secara normatif, konsep kesehatan gratis, masyarakat bisa berobat gratis. Namun, dari sejumlah fakta di lapangan ditemukan pelayanan medis sejumlah puskesmas masih kurang prima. Begitu pun pasien yang rawat inap di RSUD Sumenep. Konsep reformasi birokrasi di periode pertama Abuya, RSUD dirubah menjadi BLUD semata ingin lebih prima secara pelayanan, efektif dan efisien dari administrasi dan transparan secara keuangan, masih berjalan terseok-seok. Dan di periode kedua ini, duet Busyro Fauzi benar dipertaruhkan. Keinginan bupati hendak menata RSUD dengan langkah membuat tim reformasi RSUD terdiri para ahli dari Sumenep dan luar Sumenep perlu mendapat apresiasi. Apalagi Bupati Busyro turun langsung menjadi ketua tim penyelamat RSUD. Semoga langkah kongkrit bupati diikuti sikap nyata para pembantunya dalam mewujudkan 9 program unggulan di waktu 99 hari kerja. Saatnya bekerja. Jha’ A Wacana

Selamat Membaca

DAFTAR ISI

08

HARAPAN BARU BUSYRO-FAUZI LEGISLATOR MENYAMBUT...

21

GURU OTODIDAK ANAK-ANAK GILI LABAK

13

Cara Virzannida Busyro Karim Promo-Lestarikan Gili Labak

38

ESAI RELIGIUS & INSPIRATIF KH A. BUSYRO KARIM

4 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016


MATA UTAMA

BERJIBAKU 99 HARI SEPERTI tabuhan gong. Pasca dilantik sebagai Bupati Sumenep di Gedung Grahadi Surabaya, Rabu 17 Februari, pada siang hari, Bupati KH A. Busyro Karim langsung mendeklarasikan program 99 hari dalam 9 program unggulan. Angka keramat dalam mistis NU ini, sebagai penjelmaan dari 9 visi-misi Pasangan Busyro-Fauzi saat Pilkada 9 Desember lalu. Menjadi pemenang dalam pertarungan Pilkada memang bukan persoalan mudah. Tapi masih ada problem lebih rumit menghadang bagi kontestan pemenang dalam mewujudkan janji dan harapan yang pernah ditebar saat kampanye untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Karena itu, beberapa jam usai dilantik sebagai Bupati Sumenep, KH A. Busyro Karim bertekad meningkatkan kesejahteraan ekonomi warga dan meningkatkan pelayanan kesehatan gratis. Dalam wawancara bersama sejumlah wartawan di salah satu restoran di Surabaya itu, Bupati Busyro sangat berharap dalam 100 hari kerjanya, roda ekonomi warga mulai menggeliat dan kesan pelayanan kesehatan gratis benar

terasa memuaskan. Dalam menggerakkan roda ekonomi, Bupati Kiai ini, mengambil langkah awal dengan memberi skill of entrepreneurship (bekal kewirausahaan) bagi 1000 calon pengusaha muda sebelum diberi bantuan modal usaha di tahun 2016. “Konsep ini berlangsung selama lima tahun. Dengan harapan tercipta 5000 wirausaha muda di Sumenep,” terangnya. Bupati Busyro juga membagi peran dengan wakilnya, Achmad Fauzi. Dengan latar belakang seorang pengusaha, Bupati membagi tugas kepada keponakan MH Said Abdullah, untuk merevitalisasi pasar tradisional sebagai tonggak ekonomi desa. Dengan harapan pergerakan ekonomi desa cepat menggeliat. Wabup Fauzi juga diberi peran menata pedagang kaki lima (PKL) yang kian menjamur di areal open space alias taman kota Sumenep. Dalam peningkatan pelayanan kesehatan gratis, Bupati membuat tim reformasi pelayanan RSUD dr Moh. Anwar Sumenep. “Dalam waktu sangat dekat, kami akan membuat tim untuk memperbaiki pelayanan RSUD Sumenep. Saya sebagai ketua dan akan dibantu tim ahli lain dari luar Sumenep,” janjinya.

hamrasidi

Usai dilantik sebagai Bupati dan Wabup, KH A. Busyro Karim dan Achmad Fauzi sowan dan minta doa dari KH A. Basyir AS sebelum menginjakkan kaki di Pendopo Sumenep.

SEMBILAN PROGRAM UNGGULAN ITU..... 1. Pelatihan 1000 wirausaha muda; Tahun pertama melatih 1000 calon wirausaha muda dengan melibatkan 6 SKPD terkait secara terpadu dan berkelanjutan. Setelah pelatihan, mereka akan difasilitasi alat produksi dan permodalan/kredit usaha serta pemasaran. 2. Revitalisasi Pasar Tradisional Kecamatan; Upaya ini untuk menghilangkan kesan kumuh pasar tradisional di sejumlah kecamatan melalui rehabilitasi sarana dan prasarana dari dana APBD maupun APBN. Seperti Pasar Dungkek. 3. Optimalisasi pelayanan Rumah Sakit; Langkah konkret ini Bupati membentuk Tim Reformasi Pelayanan Rumah Sakit. Dengan harapan dalam tempo 100 hari masa kepemimpinan Busyro-Fauzi ada perubahan signifikan dari aspek manajerial, profesionalitas dan transparansi RSUD dr Moh. Anwar.

Bersambung ke hal...6

22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 5


MATA MATA UTAMA UTAMA Sambungan hal...5 4. Penataan Taman Bunga sebagai bentuk optimalisasi open space (taman bunga) sebagai kawasan wisata kota dan ruang terbuka hijau (RTH). Bentuknya, melalui revitalisasi dan tatakelola PKL sebagai sentra ekonomi rakyat secara terpadu seperti aspek ketertiban umum dan keindahan kota. Karena itu, akan dibentuk tim penataan PKL. 5. Penataan dan Penertiban Perizinan seperti rumah makan, IMB, HO, media luar ruang dll. 6.Pembangunan Ruang Terbuka Hijau yang masih kurangnya RTH (Ruang Terbuka Hijau) di Kabupaten Sumenep. Karena itu, akan dibangun RTH dengan konsep Taman Edukasi di Perumnas Giling dan Perumahan Satelit . 7. Perijinan Online dan Absen Online. Bentuk perijinan di BPPT diterapkan secara Online. Dengan harapan, masyarakat tidak harus datang ke kantor BPPT. Surat Ijin yang dikeluarkan berkode khusus (QR Code Reader). Dan pengurusan ijin dari luar daerah dapat bertransaksi data dengan BPPT secara Online. Sehingga, pengurusan ijin bisa lebih cepat, efisien dan transparan. Sedangkan Absen Online, absensi pegawai utamanya di wilayah kota secara realtime langsung tercatat di BKPP (Badan Kepegawaian). Dengan harapan disiplin PNS dapat meningkat. 8. Pembentukan BUMDes dalam rangka Desa Mandiri. BUMDes ini akan dibentuk di setiap desa untuk memfasilitasi permodalan para UKM/IKM yang tersebar di sejumlah desa. 9. Serap Aspirasi Masyrakat untuk RPJMD. Masyarakat melalui semua stakeholder akan dilibatkan dalam penyusunan RPJMD. Sehingga visi misi Bupati bisa terpahami dan terealisasi dengan baik. Bentuk serap aspirasi ini akan dilakukan dalam 99 hari kerja melalui FGD (Focus Group Discussion) untuk semua sektor pembangunan dengan menghadirkan para tokoh dan stakeholder yang kompeten sesuai bidangnya.

6 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016

Apa itu Reformasi Birokrasi...? Birokrasi. “Sebenarnya Bapak SEKRETARIS Daerah Bupati sejak periode pertama (Sekda) Hadi Soetarto, punya (2010-2015, Red) di tahun pertama, pandangan menarik soal ghirah sudah mencanangkan tahun Bupati Kiai Busyro untuk reformasi birokrasi. melakukan Dan di periode kedua reformasi ini beliau juga akan birokrasi melakukan reformasi di Pemkab birokrasi. Artinya, Sumenep. Pak Bupati memiliki Dalam komitmen dan perhatian penilaian serius terhadap Sekda, gagasan reformasi birokrasi ini,� bupati itu terang mantan Kepala semata guna Bappeda, mengawali meningkatkan pembicaraan dengan kualitas Sekda Hadi Soetarto Mata Sumenep, Jum’at, kinerja 19 Februari. Aparatur Sipil Negara (ASN) di Pria yang kerap dipanggil Atok Kabupaten Sumenep. ini merinci poin pertama dalam Sekda Soetarto menyebut delapan area reformasi birokrasi delapan area yang menjadi itu adalah organisasi. Organisasi target reformasi birokrasi di Pemkab Sumenep, katanya, sebagaimana amanat Peraturan harus tepat fungsi dan ukuran. Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Desain Reformasi Tepat fungsi dimaksud Pemkab


MATA UTAMA dan instansi bawahannya berjalan sesuai dengan kewenangannya. Sementara, tepat ukuran disesuaikan dengan beban kerja yang menjadi urusan kewenangan yang ada. Atok melanjutkan, poin kedua adalah tata laksana. Pemerintah akan mewujudkan sistem dan prosedur kerja yang jelas, efektif, terukur untuk mewujudkan Good government. Tata laksana itu dirasa penting karena berkaitan dengan sistem mekanisme kerja perangkat daerah, sehingga pelayanan bisa maksimal. Sedangkan ketiga adalah peraturan. Di dalam poin ketiga ini, Atok menerangkan peran Pemkab membuat regulasi yang tertib, atau peraturan yang satu tidak tumpang tindih dengan peraturan yang lain. Dari perjalanan yang sudah dilalui, Pak Atok menilai Pemkab sudah melakukan evaluasi terhadap regulasi yang diterbitkan. Sebab, katanya, jika ada regulasi tumpang tindih, penerapannya

pun akan menuai persoalan. Sementara keempat adalah SDM. Atok menjelaskan, SDM dimaksud adalah menciptakan aparatur yang berintegritas, kompeten, kapabel, profesional, dan memiliki kinerja yang tinggi. Guna meningkatkan SDM itu, Pemda mengikutsertakan aparatur dalam pendidikan dan pelatihan (diklat) juga bimtek yang digelar Pemda sendiri, Pemprov maupun Pemerintah Pusat, termasuk juga yang diadakan oleh pihak ketiga. “Termasuk juga kesejahteraan aparatur diperhatikan. Sehingga kinerja lebih baik,� imbuhnya. Lanjut pria yang berkarir birokrasi dari bawah ini, menyebut akuntabilitas menjadi poin kelima. Poin ini berkaitan dengan upaya peningkatan kapasitas dan kapabilitas kinerja birokrasi. Kapasitas dan kapabilitas bisa dilihat dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang disusun tiap akhir tahun anggaran.

Dan tak kalah penting adalah pelayanan publik yang masuk dalam poin keenam. Pelayanan publik ini harus ditingkatkan agar masyarakat terlayani maksimal. Contoh yang bisa dilihat adalah diterapkannya Program Sistem Pelayanan Administrasi Kecamatan (Paten). Dan Paten ini kini sudah dikembangkan di seluruh Kabupaten/Kota di Indonesia. Selanjutnya, poin ketujuh adalah budaya aparatur. Ini lebih mengedepankan perubahan paradigma aparatur yang sebelumnya sebagai orang dilayani, tapi kini sebagai orang yang melayani. Sedangkan poin kedelapan adalah pengawasan. Pengawasan internal melalui inspektorat akan ditingkatkan, juga pengawasan eksternal yang bisa dilakukan masyarakat tak bisa dikesampingkan. “Kedelapan area reformasi itu dilakukan guna menciptakan terselenggaranya pemerintah yang lebih baik,� pungkasnya.

rahmat

22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 7


MATA UTAMA

HARAPAN BARU BUSYRO-FAUZI LEGISLATOR MENYAMBUT DAN

BERHARAP PENINGKATAN Bupati Sumenep KH A. Busyro Karim dan Wabup Sumenep Achmad Fauzi baru saja dilantik Gubernur Jatim Seokarwo untuk menjalankan roda pemerintahan Sumenep periode 2016-2021. Ada sejumlah harapan masyarakat bagi hasil duet parpol pengusung PKB-PDI-P serta Nasdem untuk mensejahterakan masyarakat. Berikut pandangan para legislator Sumenep kepada Mata Sumenep. KOMITMEN Bupati dan Wakil Bupati Sumenep KH A. Busyro Karim-Achmad Fauzi untuk membangun Sumenep lebih baik di periode 2016-2021 ini, menjadi semakin mudah. Pasalnya, pasangan Super Mantap Jilid II ini sudah mendapat dukungan penuh dari jajaran politisi di DPRD Sumenep. Usai pelantikan Rabu, 17 Pebruari lalu, Ketua DPRD Kabupaten Sumenep, H Herman Dali Kusuma mengungkapkan sambutan positifnya kepada koleganya di eksekutif itu. Di tangan Busyro-Fauzi, ia berharap Kabupaten Sumenep ini menjadi semakin baik. Karenanya ia mengajak Bupati Busyro dan Wabup Fauzi untuk saling bersinergi dan berharap segera mengambil langkah cepat dan konkret guna merealisasikan seluruh visi dan misi. Untuk mendukung semua itu, Ketua DPRD asal

Darul Hasyim Fath Ketua Komisi I

P

emberlakuan absen online yang akan diterapkan di wilayah Kota diharapkan mampu meningkatkan kedisiplinan kinerja Aparatur Sipil Negara (ASN). Dengan metode absen online itu, tingkat kehadiran ASN masuk kantor tidak bisa direkayasa. Berbeda dengan absen manual yang sangat berpotensi direkyasa. Data absen onilene tiap hari dapat terpantau instansi terkait. Sehingga ASN yang sebelumnya jarang masuk kantor, pasti jera dengan sendirinya. Absen online ini merupakan inovasi baru bagi duet Busyro-Fauzi untuk menekan tingkat indisipliner ASN. Jika berhasil diterapkan, performa

8 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016

FKB ini menyarankan Bupati dan Wabup mulai merangkul seluruh komponen masyarakat Sumenep. Bagi Herman, partisipasi aktif seluruh komponen masyarakat lebih mudah merealisasikan visi dan misinya. “Rangkul kembali seluruh kelompok masyarakat Sumenep. Khusus mereka yang berbeda pandangan dalam momentum Pilkada serentak barubaru ini,” sarannya, beberapa waktu lalu. Kepada masyarakat, Herman juga menghimbau agar turut andil bersama Bupati dan Wakil Bupati. “Kita jangan memperpanjang silang pendapat tidak usah lagi saling mencari kesalahan-kesalahan kecil yang kemudian bisa membuat kebisingan di tengahtengah masyarakat. Mari kita ciptakan Sumenep yang ramah dan aman untuk kita semua,” ajak Herman.

HERMAN DALI KUSUMA KETUA DPRD SUMENEP

anton/rafiqi

pemerintah semakin baik dan pelayanan terasa di mata masyarakat. Begitulah pernak pemikiran Ketua Komisi I DPRD Sumenep, Darul Hasyim Fath, merespon gagasan absen online yang dilontarkan duet Busyro-Fauzi dalam program 99 hari. “Bupati Busyro sangat ngerti apa yang mesti dilakukan untuk meningkatkan kinerja ASN. Bupati sudah kaya pengalaman. Beliau menjabat periode sebelumnya dan menjabat Ketua DPRD selama dua periode. Bupati Busyro sudah paham tipikal para pejabat yang sebenarnya. Dengan modal pengalaman itu, saya yakin Bupati Busyro mampu mencari cara jitu dalam mendongkrak tingkat kedisiplinan ASN,” terang Darul. Pria asal Masalembu ini, mereview sanksi ASN tahun 2015 akibat kasus indisipliner. Karenanya, politisi PDIP itu mengingatkan Bupati Busyro agar memperhatikan realitas itu dengan sungguh-sungguh. Darul yakin, Bupati Busyro dalam kepemimpinan di periode kedua ini mampu mewujudkan kinerja aparatur negara lebih baik. Terlebih hal itu merupakan harapan masyarakat agar pelayanan maksimal dan kinerja ASN bagus. Sehingga masyarakat tidak lagi hidup di alam wacana.

rahmat

A

pembangunan daerah. Apalagi, nggota Komisi II DPRD 2016 ini sudah memasuki Sumenep, AF Hari Masyarakat Ekonomi Asean Pontoh, mengapresiasi (MEA). Kalau tidak mengandalkan pembentukan 1.000 wirausaha potensi lokal, dia khawatir para muda di 99 hari kerja yang melibatkan 6 SKPD secara terpadu wirausahawan muda akan kalah bersaing dengan produk luar. dan berkelanjutan. Dia bahkan “Jangan lupa juga difasilitasi menganggap program ini sebagai untuk mencari ide kreatif. pasar. Ini penting “Target tiap dilakukan. Arahkan tahun anggaran dan bimbing mereka menciptakan untuk menguasai sebanyak 1.000 pasar,” jelas politisi wirausawan ini cukup Partai Golkar itu. menarik. Konsep Terkait ini bagi saya cukup revitalisasi pasar tertata, karena kalau tradisional, Pontoh diwujudkan dalam mengatakan hal AF Hari Pontoh satu tahun anggaran Ketua Komisi II itu memang perlu sebanyak 5.000, dilakukan. Saat ini, rasanya memang sulit,” ujarnya, pedagang maupun pembeli di Sabtu, 20 Pebruari 2016. pasar tradisional selalu mengeluh Agar rencana itu berjalan dengan soal kondisi pasar. Terutama maksimal, Pontoh menyarankan ketika memasuki musim hujan, singkronisasi program dengan mayoritas pasar menjadi becek potensi lokal. Karena dengan dan berakibat barang pedagang penguasaan potensi lokal, dia yakin tidak ada yang terjual. Sebab itu, para wirausahawan muda tersebut Pontoh menganggap revitalisasi tidak akan gagap dalam bersaing di pasar merupakan langkah tepat. dunia bisnis. “Mari tetap jadikan pasar sebagai Selain itu, menggalakkan sentra ekonomi,” jelasnya, wirausaha muda dinilai kepada Mata Sumenep. sangat penting dalam upaya rahmat


MATA UTAMA

P

bagian dari pelayanan yang diberikan. erizinan online yang akan Karena selain mempermudah investor, dikembangkan di Badan diyakini akan mampu menambah Pelayanan Perizinan Terpadu pundi PAD dari sektor perizinan. (BPPT) akan memudahkan Setelah berjalan, politisi asal masyarakat mengurus izin yang Kepulauan ini mengingatkan Bupati diperlukan, termasuk di dalamnya Busyro melakukan pengawasan adalah izin usaha dalam bentuk apa dengan menggerakkan SKPD terkait. pun. Dengan mudahnya pengurusan Apabila menemukan jenis izin itu, maka usaha dijalankan tidak pertumbuhan investasi di sesuai dengan izin yang Sumenep akan tergenjot dikeluarkan, Dulsiam dengan sendirinya. berharap izin tersebut Ketua Komisi III DPRD segera dicabut. Sumenep, Dulsiam, Terkait penataan memaparkan para Taman Bunga dengan investor akan senang maksud optimalisasi mendengar program Ruang Terbuka Hijau perizinan online ini. Dulsiam (RTH), memang sudah Sebab untuk mengurus Ketua Komisi III saatnya pemerintah izin usaha, mereka cukup mengembalikan fungsinya. memberikan data ke BBPT lewat daring, izin sudah bisa terbit. “Ini tentu Sementara para pedagang kaki lima (PKL) yang ada di sekeliling Taman hal baru. Tidak semua daerah memiliki Bunga, akan lebih baik dipusatkan di pelayanan perizinan macam begini,” satu tempat strategis yang juga tidak ungkapnya, Sabtu, 20 Pebruari lalu. jauh dari keramaian Kota. Politisi PKB ini menganggap “PKL tidak perlu khawatir. saatnya Bupati Busyro memberikan Karena jika masyarakat luas sudah yang terbaik bagi semua kalangan, tahu posisi mereka, di mana pun karena periode ini merupakan terakhir tempatnya, masyarakat akan tetap untuk menjadi orang nomor satu di ‘memburu’ dagangan atau jasanya”. gerbong eksekutif. Model perizinan online dinilai langkah tepat menjadi rahmat

O

ptimalisasi pelayanan rumah sakit dinilai sangat tepat menjawab kegelisahan para pasien. Dengan mewujudkan optimalisasi pelayanan rumah sakit itu, diharapkan masyarakat tidak mengeluh lagi tentang pelayanan yang didapatkan. Ketua Komisi IV DPRD Sumenep, A. Subaidi mengatakan, meski sering terkabar pelayanan rumah sakit dikeluhkan, sebenarnya komisi yang dipimpinnya belum menerima laporan. Tapi dengan upaya optimalisasi pelayanan, dia yakin tidak akan mendengar ada pasien mengeluh. “Pelayanan memang harus prima. Karena pelayanan kesehatan yang baik merupakan hak setiap anggota masyarakat,” ungkapnya, beberapa waktu lalu. Sebagai wakil rakyat, Subaidi mengaku akan mendukung program pemerintah yang berkaitan langsung dengan masyarakat. Apalagi, kesehatan sangat penting dijaga untuk melanjutkan roda kehidupan. Namun ia mengingatkan, optimalisasi pelayanan rumah sakit tidak hanya sebuah konsep di atas kertas, tapi direalisasikan dalam tindakan nyata. “Masyarakat sekarang sudah

A. Subaidi Ketua Komisi IV pintar memberikan penilaian. Saya tidak ingin ada komentar miring terkait program yang disiapkan,” ungkap politisi PPP itu. Selain itu, petugas medis dianggap sebagai ujung tombak bidang layanan kesehatan. Apabila kinerjanya buruk, apalah artinya nilai program unggulan yang dipersiapkan. Untuk menghindari petugas medis lalai, Subaidi pun mengingatkan pentingnya pengawasan ketat berkelanjutan. Jika tidak, potensi petugas medis melalaikan tugas menganga lebar. Dan jika hal itu terjadi, akan mencoreng citra pemerintah yang baru saja berjalan.

rahmat

22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 9


MATA MATA UTAMA UTAMA

APA KATA MEREKA? Pembentukan wirausahawan muda sangat ditunggu-tunggu masyarakat, khususnya kaum muda. Para pemuda selama ini umumnya tidak punya aktivitas. Para orang tua khawatir anaknya akan terjerumus pada hal yang tidak diinginkan, seperti menjadi pemabuk dan lainnya. Semoga dengan adanya program ini, kaum muda bisa disibukkan dengan kegiatan bermanfaat, sehingga menjadi kebanggan orang tua.

Mohammad Sono, peternak ayam pedaging, Desa Bicabi, Kecamatan Dungkek. foto/Ist

Pelayanan rumah sakit selama ini cenderung tidak beres. Banyak masyarakat mengeluh. Mestinya dengan status sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), pelayanan maksimal. Eh, pelayanan yang diberikan malah sering mengecewakan. Kami harap bupati dan wakil bupati yang baru tidak hanya menebar janji untuk mengoptimalkan pelayanan rumah sakit. Masyarakat akan melihat hal itu sebagai komitmen dari pemimpin yang mesti ditunaikan.

Imam Arifin, mahasiwa STITA Tarate, Kecamatan Kota. foto/Ist

Revitalisasi pasar tradisional harus menyeluruh. Jangan hanya sebagian. Pasar-pasar yang ada di berbagai kecamatan memang kebanyakan kumuh. Bahkan di Pasar Anom saja kalau hujan becek. Perbaiki saran dan prasarananya. Selain itu, keberlangsungan pasar tradisional juga perlu dilindungi. Izin minimarket harus diperketat, karena menjamurnya minimarket mengancam keberadaan pedagang kecil di pasar-pasar tradisional.

Fauzan Adhima, Sekretaris DPD KNPI Sumenep. foto/Ist

10 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016


MATA UTAMA

Suasana akrab dalam acara doa bersama dan silaturrahim bersama para ulama, tokoh masyarakat dan relawan atas kepemimpinan Busyro-Fauzi berlangsung meriah di GNI, Sabtu 20, Februari.

SAATNYA BEKERJA BUKAN LAGI A WACANA

S

ehari setelah dilantik Gubernur Jawa Timur, Soekarwo, pasangan Bupati dan Wakil Bupati Sumenep, KH A. Busyro Karim-Achmad Fauzi pulang ke Sumenep diiringi ratusan mobil. Sebelum ke pendopo, Busyro-Fauzi menuju kediaman Pengasuh Ponpes Annuqayah daerah Latee, GulukGuluk, KH Basyir AS. Memang Kiai Basyir orang pertama yang dikunjungi BusyroFauzi. Tidak ngerti apa yang menjadi pertimbangan. Dalam wawancara bersama

wartawan, Bupati Busyro pernah menyebut Kiai Basyir sebagai sosok inspirsi dalam berpolitik karena sabar dan istiqamah. Tepat pukul 14.45 WIB Kamis sore (18/2), pasangan Bupati dan Wakil Bupati langsung sungkem. Mereka kemudian memohon wejangan dan doa dari Kiai Basyir agar diberi kekuatan memimpin Sumenep 5 tahun mendatang. Doa berlangsung hikmat. Dalam wejangan, KH Basyir menitipkan beberapa hal kepada pasangan Busyro-Fauzi. Pertama,

pengawasan Dana Desa (DD) dan Alokasi Dana Desa (ADD). Kedua, bantuan madrasah yang banyak disalahgunakan penerima. Ketiga, distribusi raskin perlu pengawasan. Usai mendapat wejangan, rombongan Busyro-Fauzi bertolak melewati pertigaan Bluto, menuju Saronggi. Di Lapangan Saronggi, ribuan elemen masyarakat menunggu sejak pukul 14.00 WIB. Pada pukul 16.30 WIB, mobil plat nomor M 1 VB tibda dan masyarakat segera mengerumuninya. Senyum hangat

KH A. Busyro Karim beserta Nurfitriana, menyambut tangan masyarakat yang ingin bersalaman. Karuan saja jalanan macet dipadati peserta pawai. Beberapa peserta memakai kostum komunitas, ada juga berpakaian bebas, dan ada juga yang tubuhnya dilumuri dengan cat berwarna hijau dan merah sebagai simbol dari partai pengusung Busyro-Fauzi. Iring-iringan pawai terus bergerak menuju pendopo. Di pertengahan jalan, terlihat grup musik tradisional, saronen berdendang dari pintu gerbang Kantor Nasdem sebagai bentuk penyambutan terhadap KH A. Busyro Karim dan Achmad Fauzi. Buya, panggilan akrab Bupati Sumenep akhirnya menghentikan laju mobilnya beberapa saat untuk bersalaman dengan beberapa petinggi partai Nasdem yang menyambut hangat kedatangannya. Setelah bersalaman, perjalanan pun dilanjutkan.Di Pendopo, seluruh peserta pawai melakukan doa bersama.Usai acara, Bupati Busyro melanjutkan perjalanan menuju kediamannya di Desa Beraji bersama para peserta pawai yang masih ingin mengiringinya. Keesokan hari, Bupati Busyro bersama ibu Nurfitriana menyambangi Rumdis dan senam pagi bersama para pegawai di lingkungan pemkab. Pada hari Sabtu malam, para relawan menggelar doa bersama dan silaturrahim dengan sejumlah ulama NU yang istiqamah mendukung kesuksesan duet Busyro-Fauzi dalam Pilkada, 9 Desember lalu. Terlihat KH Said Abdullah, Pengasuh Ponpes Mathliul Anwar, Pangarangan. KH Taufikurrahman FM, Jambu. KH Nashih Fauzi, Pragaan. KH Abdullah Kholil, Terate,Pandian. Ada hal menarik saat pemutaran video profile Kiai Busyro dan karir politiknya. Di akhir video itu, tertulis Dengan Kepemimpinan Busyro-Fauzi Mari Kita Wujudkan Masyarakat Sumenep Sejahtera dan Bermartabat. Saatnya Bekerja. Bukan lagi berwacana.Istilah ini juga terlihat di kaos yang dipakai panitia acara. Istilah ini seperti menjadi jargon di kepemimpinan Busyro-Fauzi. Semoga..Bermakna....

anton/rafiqi

22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 11


EKONOMI KREATIF

TAHU KRIBO Jajanan Murah Beromset Jutaan Rupiah Di kelas penganan ringan, pentol tahu memang sedang menjadi trend kuliner kekinian. Agar mendulang ekonomi, Wahid mengkreasikan rasa hingga tampilan yang mengundang selera.

S

iapa yang tidak kenal dengan tahu. Makanan berbahan dasar kedelai ini bak artis yang terkenal dimana-mana, dari pelosok desa hingga ke perkotaan. Sebabnya mudah ditebak, selain gampang didapat dimana saja, alasan mayoritas karena harganya pasti murah meriah. Tahu yang awalnya hanya menjadi lauk, kini sudah banyak disulap menjadi berbagai macam aneka kuliner mengundang rasa. Mulai dari pentol tahu, tahu isi, tahu sumedang, dan banyak lagi aneka makanan berbahan dasar tahu, sudah pernah dibuat dan bisa dinikmati oleh pembaca Mata Sumenep dimana saja. Bahkan kini, di Warung Sudi Mampir milik pasangan Wahid dan Ani juga menawarkan kuliner baru berbahan dasar tahu yang diberi nama Tahu Kribo. Nama Tahu Kribo sendiri diambil karena jika dilihat dari penampilannya, bentuk tahu yang sudah siap disantap itu keriting, seperti rambut yang kribo. Ide membuat Tahu Kribo diakui Wahid didapatkan dari salah satu kuliner Banyuwangi, yaitu Tahu Walik. “Kalau bakso Malang kan ada kripiknya. Di Banyuwangi memakai Tahu Walik. Disini dikemas lain, sehingga menjadi Tahu Kribo,” cerita Wahid saat ditemui Mata Sumenep di kediamannya. Tahu kribo yang dapat ditemui di Jl. Dr. Cipto Perumahan Pondok Indah Gg 7 No 22 (sebelah timur Pasar Anom Baru) ini, sangat

berbeda dengan penganan tahu yang lain. Hal itu karena selain cara membuatnya yang hampir sama dengan pembuatan bakso, juga ada campuran ikan laut segar di dalamnya. Saat digigit, tahu jadi terasa sangat renyah dan rasa ikannya benar-benar menendang di lidah. Kelezatan tahu kribo ini juga terasa tambah mantap saat dipadukan dengan saus khas buatan tangan Ani. “Sausnya membuat sendiri dengan resep rahasia,” kata Ani, menambahkan cerita suaminya. Selain

rasanya yang mantap, tahu kribo bisa dinikmati oleh para pelanggan dengan harga yang murah meriah. Dibuka mulai pukul 06.00 pagi s/d 21.00 WIB malam, tahu kribo dijual seharga Rp. 5.000,- dan Rp. 10.000,- per porsi sesuai ukuran. Menurut Wahid, usaha yang sudah ditekuni selama dua tahun lebih ini bisa menghasilkan omset rata-rata 1 juta lebih setiap bulan. Maklum, pemasaran tahu kribo masih dilakukan secara manual, yaitu dari pelanggan ke

12 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016

pelanggan. Di samping itu, rumah yang dijadikan tempat usaha pun belum banyak diketahui oleh orang. Wahid menilai seandainya usaha ini dibuka di tempat yang lebih terbuka dan mudah dijangkau, omsetnya pasti akan lebih besar. “Ada impian untuk membuka di Taman Bunga atau di pinggir jalan. Hanya saja masih terkendala dengan anak kecil,” tuturnya, awal Februari lalu. Wahid bercerita bahwa usaha tahu kribo pada awalnya tidak sebesar saat ini. Dulu, tahu kribo

hanya dijual di Pasar Minggu, itu pun dititipkan ke penjual lain. Jika bulan puasa tiba, dirinya juga menitipkan ke penjual takjil yang bertempat di bibir jalan Taman Adipura. “Dulu masih dititipkan di Pasar Minggu dan di penjual takjil. Sekarang kami sudah membuka usaha juga di rumah,” kenang Wahid. Saat ini, pelanggan tahu kribo di Warung Sudi Mampir sudah cukup ramai. Dari siswa dan guru di sekolah, mahasiswa dan dosen di

beberapa kampus, bahkan beberapa dinas di Sumenep juga sering menikmati jajanan lezat ini. “Ada dari rumah sakit, Perpustakaan Daerah, Disbudparpora, dan banyak lagi,” terang ayah yang sudah memiliki dua buah hati ini. Rupanya, usaha tahu kribo juga menyisakan cerita suka dan duka di balik kesuksesannya menjadi ladang ekonomi keluarga Wahid. Hal duka yang terjadi, pernah beberapa hari tidak ada pelanggan sama sekali, sehingga Wahid harus mengalami kerugian. “Padahal, bahan bakunya sudah siap semua. Jadi, terpaksa kami buang,” kata Wahid. Sementara cerita suka, datang di bulan Ramadhan tahun lalu. Saat itu, tahu kribo yang dititipkan ke penjual takjil dibeli oleh Istri Bupati Sumenep, Ny. Nurfitriana Busyro Karim dan dimuat di salah satu media nasional. “Ada kebanggan tersendiri karena dari banyak kuliner, tahu kribo menjadi salah satu pilihan Bunda Fitri,” ungkap Wahid kepada Mata Sumenep. Warung Sudi Mampir ini juga menyediakan jajanan lain seperti Tahu Kress, Tahu Petis, dan Pisang Panggang. Untuk penghilang haus sehabis menyantap jajanan lezat, juga disediakan pop ice dan es teh. Selain itu, warung ini juga menerima pesanan berupa kue ulang tahun, kue kering, dan juga kue basah. “Meski begitu, yang paling laris tetap tahu kribo,” jelas Wahid.

anton/rafiqi


SHARE IT Pulau Gili Labak disebut Virzannida Busyro Karim, sangat berpotensi. Baksos dengan Share It kedua kali, kembali lestarikan ekosistem serta promosikan pulau Surga tersembunyi.

Cara Virzan Promo & Lestarikan Gili Labak

V

irzannida tampak sibuk mengkoordinir sejumlah muda-mudi di dermaga Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II Kalianget, Sumenep, Sabtu pagi itu. Dua kapal motor bermuatan masingmasing sekitar 30 orang sudah siap membawa rombongannya. Mereka hendak menuju Gili Labak, sebuah pulau di wilayah administrasi Desa Kombang, Pulau Poteran, Kecamatan Talango. Surga tersembunyi bagi wisatawan, apalagi penyuka diving dan snorkeling. Bersama Share it, sebuah komunitas dimana pemudapemudi terbaik Nusantara bersatu untuk membangun daerah terpencil di pelosok negeri melalui

pemberdayaan masyarakat di bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan dan entrepreneurship, Virzan memiliki rencana panjang hebatkan Gili Labak. “Jadi kita disini berkumpul menjadi satu buat punya mind goal yang sama, yaitu untuk menghebatkan Gili Labak,” katanya kepada sejumlah wartawan. Untuk planning awal, pengurus komunitas sosial ini serta volunteer (relawan) dari Sumenep dan Surabaya _termasuk mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia, waktu itu beragenda utama melakukan pendekatan terhadap warga dengan survei door to door ke 15 kepala rumah tangga. Karena selain untuk menghebatkan Gili

KOMUNIKATIF: Survei door to door Share It ke 15 Kepala Rumah Tangga dipandu Neng Virzan.

REBOISASI: Para Volunteer Share It saat menanam 275 bibit pohon jenis penghalau angin.

TELATEN: Neng Virzan memberikan obat kepada kakek-kakek warga Gili Labak dan menjelaskan agar resepnya ditanyakan kepada cucunya.

Labak, kata Virzan, pihaknya membawa misi eco adventure tourism sebagai pengembangan konsep wisata. Yakni melestarikan dan mengembangan pulau Gili Labak menjadi kawasan wisata alami yang menawarkan semangat jelajah dan petualangan bagi para pengunjungnya. “Intinya, kondisi disini tetap apa adanya, tidak disediakan berbagai fasilitas lengkap seperti di Gili Terawangan,” papar Virzan. Namun demikian, agenda kegiatan akhir pekan pertama Februari lalu itu cukup banyak. Selain baksos, seharian itu ada penanaman 275 bibit pohon jenis penghalau angin, pembersihan sampah di sepanjang garis pantai Gili Labak, pengobatan gratis bagi warga, dan penanaman 1000 terumbu karang untuk mengganti terumbu karang yang rusak sebagai upaya melestarikannya. Untuk survei, putri Bupati Sumenep, KH A. Busyro Karim ini, memimpin sendiri dari setiap rumah ke rumah. Sebagai putri daerah, otomatis ia lebih faham serta mudah berkomunikasi dengan rakyat disana. Sehingga sebagai tindak lanjut langsung hasil surveinya, hari itu pula warga yang perlu mendapat pengobatan segera ditangani oleh dokter yang sedia ikut baksos, melayani kesehatan warga. Sedangkan untuk penanaman, setiap volunteer yang terbagi dalam kelompok masingmasing juga dibantu dinas terkait melalui Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) disana. Ketua Pokmaswas Gili Labak, Yanto menuturkan, pihaknya sangat merasa senang dengan kegiatan positif yang dikomandani Neng Virzan. Baginya, mendapati

kenyataan pulau Gili labak dilirik dan dipedulikan oleh orangorang luar, adalah kebanggan luar biasa. Apalagi, kedatangan mereka membawa kelestarian dan pengembangan terhadap alam sekitar, terlebih dilakukan oleh anak-anak muda yang tergabung dari seluruh Indonesia. Hanya saja, Yanto selalu berharap agar para pengunjung menjaga kelestarian lingkungan yang ada. “Walaupun tidak ada kegiatan menanam pohon semacam ini, tetap harus menjaga kelestarian lingkungan. Jangan sampai merusak pohon-pohon disini yang sudah ditanam,” tegasnya. Harapan itu pun selaras dengan Virzan. Menurut dara cantik ini, Gili Labak harus benar-benar dilestarikan. Sebab hanya dengan itu potensi yang tersembunyi bisa dilirik wisatawan. Apalagi di zaman sekarang, orang-orang tidak lagi mencari objek wisata yang hanya eco tourism. Khususnya wisatawan asing, eco adventure tourism-lah yang selalu menjadi primadona idaman. “Jadi saat mereka kesini itu, kondisinya masih benar-benar pure, masih alami, dan masih benar-benar perawan. Sehingga tak hanya sekedar menikmati keindahan, tetapi mereka juga bisa berpetualang,” tandasnya. Untuk mendukung itu, Yanto juga mengaku siap berikan layanan. Meski sementara hanya bertugas sebagai pengawas, bersama 10 orang anggotanya, ia selalu stand by kalau-kalau pengunjung membutuhkan bantuan. “Tiap hari yang bertugas sudah ada 2 orang. Tapi kalau Sabtu dan Minggu, 11 orang kita selalu turunkan.”

rafiqi

22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 13


Bedah Buku

MENGENAL TOKOH NASIONAL DARI SUMENEP M Kamil Akhyari*

S

tereotipe miring tentang masyarakat Madura secara umum hingga saat ini belum sepenuhnya luntur. Ketika mendengar kata Madura, yang terbayang di benak orang luar adalah karakter orangnya yang kasar, keras kepala, dan bodoh. Stigma itu membuat sebagian generasi muda Madura merasa minder. Seakan tak ada tokoh yang bisa dibanggakan dari tanah kelahirannya. Mungkin dulu stereotipe tersebut tidak sepenuhnya salah, namun seiring perubahan waktu masyarakat Madura juga berubah. Di Madura, Sumenep secara khusus, menyimpan segudang tokoh yang patut dibanggakan. Tapi mungkin tak banyak yang mengetahuinya bahwa mereka putra pulau garam, karena orang-orang hebat dari Madura itu kurang mendapatkan publikasi. Halim Perdanakusuma, prajurit TNI Angkatan Udara yang dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional adalah putra Sumenep. Namanya diabadikan menjadi nama pangkalan udara di Jakarta, dan Pemkab Sumenep mengabadikannya menjadi nama monumen. Ia lahir di Sampang pada 18 November 1922, namun Halim tumbuh dan besar di Sumenep (hlm. 32). Halim mengawali pendidikannya di Hollandsoh Inlandsche School di Sumenep (1928-1935). Setelah itu melanjutkan sekolah ke Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs di Surabaya. Setelah itu menempuh pendidikan di Mideelbaar Opleiding School Voo Inlandsche Ambutenaren. Pendidikan militernya Pendidikan Opsir Torpedo di Surabaya dan Royal Canadian Air Forces di Amerika Serikat. Sepulangnya dari Amerika

Data Buku Judul Penulis Penerbit Tebal ISBN

: Sumenep Menyimpan Segudang Cerita : Noevil Delta : Oksana Publishing : 108 halaman : 978-602-6769-38-1

Serikat, ia diserahi tugas sebagai instruktur navigasi di Sekolah Penerbangan yang dipelopori Agustinus Sutjipto. Halim sempat pulang ke Madura pada 12 Mei 1946 dengan membawa pesawat. Ia meninggal dalam perjalanan udara untuk mendapatkan bantuan

senjata dan logistik untuk keperluan perjuangan. Sementara salah satu akademisi asal Sumenep yang patut dibanggakan adalah Prof. Mien Achmad Rifai, M.Sc. Ph.D. Ahli botani di Indonesia ini lahir di Gapura, Sumenep, pada 1 Januari

1940. Dari 100 lebih jenis tumbuhan baru yang berhasil ditemukan dalam penelitiannya ia menemukan tanaman sejenis pacar air yang hanya ditemukan di Sumenep (hlm. 23). Berbagai pertemuan ilmiah di dalam dan luar negeri serta jabatan penting pernah diembannya. Buku dan artikel yang telah ditulis mencapai puluhan. Belasan penghargaan bergengsi telah diterima sebagai apresiasi atas kiprah dan pengabdiannya. Pendekar hukum kebanggaan Sumenep adalah Artidjo Alkostar, Hakim Agung Mahkamah Agung RI. Sekalipun ia lahir di Situbondo, namun kedua orangtuanya berasal dari Sumenep. Sehingga, karakter beliau sangat dipengaruhi karakter Madura. Termasuk ketegasannya dalam menegakkan hukum. Terpilihnya Artidjo sebagai hakim agung tidak lepas dari peran ulama di Madura. Sebelum beliau menerima jabatan tersebut terlebih dahulu konsultasi ke salah satu kiai di Madura. Kiai tersebut memberikan saran menerima jabatan tersebut, sehingga akhirnya Artidjo mengikuti fit and proper test dan dinyatakan lulus (hlm. 59). Buku Sumenep Menyimpan Segudang Cerita penting dibaca generasi muda untuk memperkenalkan beberapa tokoh nasional asal kabupaten ujung timur Pulau Madura ini. Bahasanya dikemas dengan sederhana dan babnya pendek-pendek, serta dilengkapi pula dengan foto-foto, sehingga tak membosankan. Noevil Delta dalam buku 108 halaman ini juga menjelaskan filosofi nama-nama desa, beberapa tradisi, dan infrastuktur peninggalan Belanda.

*) Sarjana Instika, GulukGuluk Sumenep Madura.

Redaksi Mata Sumenep menerima tulisan berupa Opini dan Resensi dalam berbagai perspektif (Islam, Budaya, Sosial, Politik-Pemerintahan, dan Ekonomi) dengan materi seputar Sumenep. Panjang tulisan maksimal 850 kata. Tulisan bisa dikirim via email ke: matasumenep@gmail.com

14 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016


Mata Opini

MENGENAL MADURA LEBIH DEKAT Muzayyinatul Hamidia*

terlihat dalam kehidupan nyata, kehidupan masyarakat seharihari. Salah satunya adalah belajar mengaji Al-Qur’an sejak kecil. Bagi orang Madura, tidak bisa mengaji atau tidak pernah khatam Al-Qur’an adalah sesuatu yang tercela, tidak dianggap bahkan bisa diolok-olok. Mengapa demikian? Karena bagi masyarakat Madura, percuma bisa membaca dengan huruf abjad latin tetapi tidak bisa mengaji. Orang yang tidak bisa membaca Al-Qur’an

bahkan pulangnya berupa jasad. Memang sangat beresiko, namun begitulah karakter orang Madura tidak pernah takut mengambil resiko demi mengubah nasibnya. Selain merantau untuk bekerja, banyak juga pemuda Madura yang merantau untuk menununtut ilmu. Dan banyak yang sukses dari mereka tak jarang yang menjadi professor, budayawan, pengusaha, dan profesi bergengsi lainnya, bahkan seperti Mahfudz MD yang pernah menjabat

dianggap sebagai orang yang tidak berguna, itulah mengapa sangat sulit ditemui orang Madura yang tidak bisa mengaji.

sebagai ketua MK di masa SBY. Uniknya, meskipun orang Madura berada di dunia rantauan, jika bertemu dengan sesama orang Madura, mereka akan menganggap sebagai saudara seperjuangan meski pada awalnya saling tidak kenal. Hal ini terjadi karena masyarakat Madura memegang teguh asas kekeluargaan dan persaudaraan.

foto/ist

M

adura adalah sebuah pulau yang dikenal dengan sebutan pulau garam. Hal ini terjadi karena Madura adalah salah satu daerah penghasil garam terbesar di Indonesia. Selain itu, Madura juga dikenal dengan kuliner khasnya, yaitu sate dan soto. Cita rasa yang khas membuat jenis kuliner Madura ini dikenal dan dikagumi banyak orang, bahkan di seluruh Nusantara. Secara demografi, Madura terdiri dari empat kabupaten, dari ujung timur adalah Kabupaten Sumenep, Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Sampang, dan Kabupaten Bangkalan. Selain kulinernya, Madura juga tersohor dengan masyarakatnya yang religius, masyarakat yang sangat menjunjung tinggi nilainilai agama, memegang teguh prinsip agama. Hal ini tercermin dari ungkapan idiomatis orang Madura, seperti ‘abantal syahadat, asapo’ iman, apajung Allah’ yang arti tekstualnya adalah ‘berbantal syahadat, berselimut iman, dan berpayung Allah’. Secara kontekstual, ungkapan tersebut bisa dimaknai bahwa orang Madura sangat berpegang teguh pada agama, tidak akan pernah goyah sampai kapanpun karena agama sudah menjadi jati diri, karakter serta ruh kehidupan orang Madura. Ungkapan idiomatis lain yang dimiliki oleh orang Madura terkait karakter yang kuat terhadap nilainilai keislaman adalah, ‘oreng sala tako’ ka jangbajanganna dibi’ (orang yang salah akan takut pada bayangannya sendiri). Artinya orang yang melakukan dosa, hidupnya tidak akan tenang karena dia akan terus-menerus dihantui perasaan bersalah (Hani’ah, 2010). Kekentalan nilai-nilai agama masyarakat Madura tidak hanya tercermin pada ungkapan idiomatis yang dimiliki, namun juga lebih

Masyarakat Perantau Jika kita keliling Nusantara bahkan dunia, maka disitu kita temukan orang Madura. Dengan kata lain orang Madura ada dimana-mana. Masyarakat Madura memiliki tipikal pekerja keras, namun karena kondisi wilayah Madura yang gersang dan tidaklah cukup jika hanya mengandalkan usaha bercocok tanam, sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidup kebanyakan dari masyarakat Madura pergi merantau. Diantara mereka banyak yang berhasil dengan menjadi pedagang besi tua, menjual sate atau soto, serta menjadi kuli pengangkut es. Namun, juga tak sedikit dari mereka yang gagal, terlebih bagi mereka yang merantau ke luar negeri,

Kuliner Khas Madura juga kaya akan kulinernya, khususnya kue basah. Tapi sayangnya, yang dikenal di luar Madura hanya sate dan soto saja. Selain itu, ada Bebek Sinjay yang kini sedang naik daun. Padahal di Madura memiliki beragam kuliner khususnya di bidang kue basah, seperti kocor, bilus, cakrah, dan lain sebagainya. Penulis sendiri yang saat ini berdomisili di Malang belum pernah melihat dan mencicipi kue kocor yang seenak di Madura. Di

Malang memang ada, tetapi rasa serta warnanya tidak sekhas kue kocor Madura. Sebenarnya hal ini menjadi peluang bagi orang Madura yang merantau ke luar Madura untuk mencoba mempromosikan kue-kue khas Madura. Selain juga untuk bisnis, hal ini juga sebagai langkah untuk mengenalkan kuliner Madura. Selain kue basah, Madura juga memiliki bubur khas, seperti tajin mera. Jenis bubur ini biasanya dibuat di bulan-bulan tertentu yang bertujuan untuk bersedekah, saling berbagi, kata orang Madura menolak bala’. Bubur ini juga masih langka ditemui di luar Madura, jadi tidak ada salahnya jika ada orang Madura yang mencoba mengenalkan bubur ini ke dunia luar. Madura kaya akan budaya, tradisi, kesenian, adat-istiadat yang merupakan jati diri, karakter, serta kekhasan tersendiri, dan inilah daya pembeda masyarakat Madura dengan masyarakat daerah lain. Sehingga mengenal dan mengenalkan seluruh kekayaan Madura adalah kewajiban kita semua. Jika kita bersikap apatis terhadap budaya dan tradisi sendiri, lalu siapa yang akan melestarikannya? Di Madura tidak hanya ada carok, begal, blater atau bajingan, namun Madura juga memiliki sejuta budaya dan tradisi positif yang mencerminkan jati diri masyarakatnya. Sekarang tinggal kewajiban kita untuk belajar mengenal dan mengenalkannya sehingga terciptalah Madura yang semakin berkualitas, semakin dikenal dunia, bahkan menjadi role model akan kekentalan nilainilai religiusnya. Selamat mengenal Madura lebih dekat!

*) Mahasiswi asal Pamekasan, Madura. Sedang menempuh S2 PBI di Pascasarjana Universitas Islam Malang

22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 15


MATA BUDAYA

LUDRUK MADURA: SENI PERTUNJUKAN DAN KUASA AJHING (2)

Salah satu penampilan Ludruk (foto/ist)

S

ejauh ini secara umum tidak ada kepastian dimana asal kelahiran seni pertunjukan ini. Bahkan, banyak sumber menyebutkan, hingga kini belum didapat satu kepastian mengenai tempat asal kelahiran ludruk. Usaha untuk menentukannya, kata sumber itu, bukan tak ada, namun selalu terbentur pada dua pendapat yang berbeda. Pendapat pertama misalnya, mengatakan bahwa kesenian ini berasal dari Surabaya, sedang pendapat yang kedua menganggap bahwa ludruk berasal dari Jombang. Kendati pada akhirnya umum dikenal dari Surabaya, kedua pendapat ini pun sama-sama kuat argumentasinya. Menurut penuturan beberapa narasumber dan kalangan seniman ludruk, embrio kesenian ludruk pertama kali muncul sekitar tahun 1890. Pemulanya adalah Gangsar, seorang tokoh yang berasal dan desa Pandan, Jombang. Gangsar pertama kali mencetuskan kesenian ini dalam bentuk ngamen dan jogetan. Ia mengembara dan rumah ke rumah. Dalam pengembaraannya ini Gangsar kemudian melihat seorang lelaki sedang menggendong anaknya yang sedang menangis. Lelaki itu berpakaian perempuan, dan ini dianggap Gangsar sebagai satu pertunjukan yang lucu dan menarik, sehingga dia terdorong menanyakan alasan pemakaian

baju perempuan tersebut. Keinginan itu pun terpenuhi, dimana alasan si Lelaki memakai baju perempuan tersebut adalah untuk mengelabui anaknya, untuk membuat anaknya merasa bahwa dia digendong oleh ibunya. Menurut narasumber ini, peristiwa itulah yang menjadi asal munculnya laki-laki yang berperan sebagai wanita dalam kesenian ludruk. Narasumber lain menuturkan, kemunculan Ludruk bermula dari pengembaraan seorang pengamen yang bernama Alim. Seperti halnya Gangsar, dalam pengembaraannya, Alim berjumpa dengan seorang lelaki yang sedang menghibur anaknya. Laki-laki itu mengenakan pakaian wanita. Diceritakan bahwa Alim berasal dari daerah Kriyan yang kemudian mengembara sampai ke Jombang dan Surabaya. Dalam pengembaraannya Alim disertai oleh beberapa orang temannya. Mereka bersamasama memperkenalkan bentuk seni ngamen dan jogetan. Kemudian kelompok Alim ini mengembangkan bentuk tersebut menjadi bentuk seni yang berisi parikan dan dialog. Oleh karena tarian yang dibawakan selalu menghentakkan (gedruk-gedruk) kaki, seni itu kemudian diberi nama “ludruk”. Kedua versi itu pun ternyata masih berbeda dengan pendapat Hendricus Supriyanto, dosen

16 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016

Universitas Negeri Surabaya dan juga peniliti ludruk. Ia mengatakan, ludruk sebagai teater rakyat dimulai tahun 1907 oleh Pak Santik dari Desa Ceweng, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang. Diwek adalah kampung kelahiran Asmuni anggota Srimulat, dan Kholik pelawak anggota Depot Jamu Kirun. Awalnya, ludruk dimulai dari kesenian ngamen yang berisi syair-syair dan iringan musik sederhana. Pak Santik yang berteman dengan Pak Pono dan Pak Amir berkeliling dari desa ke desa. Pak Pono mengenakan pakaian wanita dan wajahnya dirias coret-coretan agar tampak lucu. Dari sinilah penonton melahirkan kata “Wong Lorek”. Akibat variasi dalam bahasa, maka kata “Lorek” berubah menjadi kata “Lerok”. Ludruk dan Perkembangannya Sementara itu, sebuah sumber menyebutkan perkembangan Seni Ludruk terjadi pada tahun 1931. Ketika itu, kata sumber ini, pementasan ludruk sudah mulai berbentuk sandiwara dan jumlah pemainnya pun mulai bertambah. Namun demikian, ciri khas dari ludruk yakni Ngremo, Kidungan, Dagelan dan Cerita (Lakon) tidak hilang karena tetap dipertahankan. Kemudian hingga pada tahun 1937, muncullah tokoh-tokoh baru dalam kesenian ludruk seperti Cak Durasim yang merupakan tokoh dari Surabaya. Oleh tangan beliau, Ludruk akhirnya menceritakan kisah Legenda dan dalam bentuk drama. Menurut sumber lain, pada zaman ini (zaman Jepang) kesenian ludruk juga mulai berfungsi sebagai media kritik terhadap pemerintah. Hal itu tampak terutama dalam ludruk Cak Durasim yang terkenal dengan parikan “Pagupon omahe dara, melok Nippon tambah sengsara”. Dengan parikan serupa itu, Cak Durasim akhirnya berhasil membangkitkan rasa tidak senang rakyat terhadap Jepang, sehingga pada akhirnya ditangkap dan

meninggal dalam tahanan Jepang. Hingga pada zaman kemerdekaan, seni ludruk masih hidup dan berkembang sebagai kesenian rakyat tradisional yang berbentuk teater. Hanya saja, pada masa republik ini fungsi ludruk sudah mengalami pergeseran. Jika pada masa sebelumnya kesenian ini berfungsi sebagai penyalur kritik sosial, pada masa itu fungsinya bergeser menjadi penyampai kebijaksanaan pemerintah. Selain itu, ludruk juga digunakan sebagai media promosi oleh sponsor tertentu. Di zaman itu, sebuah barang dagangan tertentu sudah biasa melakukan promosi melalui ajang pagelaran ludruk. Sedangkan Peacock (1967a: 44) dalam Helene Bouvier, dalam sebuah studi lapangannya menulis bahwa Tjak Gondo Durasim atau Cak Durasim merupakan orang yang pertama kali menciptakan pertunjukan drama lengkap dengan berbagai tokoh berbeda dari cerita yang ditampilkan sebelumnya pada cerita Ludruk Besut. Bahkan menurut penelitian itu, bentuk ludruk di sekitar akhir 30-an tersebut, dipentaskan secara lengkap di dalam gedung teater komersial seperti Taman Hiburan Rakyat dan berlangsung dari pukul 20.00 malam sampai lewat pukul 24.00 malam. Di dalam perkembangannya, secara umum seni ludruk merupakan persatuan dari empat unsur elemen yang tak dapat di pisahkan yang disebutkan di atas, yaitu Ngremo, Kidungan, Dagelan dan Cerita (Lakon). Sebagian cerita yang di tampilkan dalam seni ludruk biasanya membawakan Cerita Rakyat. Meski juga terdapat cerita lain seperti cerita perjuangan pahlawan, menurut sumber ini, kelaziman itu terjadi karena rakyat merupakan unsur historis yang sangat kental dalam cerita ludruk itu sendiri.

bersambung… *) disusun dari berbagai sumber


MATA BUDAYA

KOSA KATA BASA MADURA (3)

Cemmacemma Basa Pangangguy, Pakakas & Lalakon NENG edisi ka’dhinto, badi ejellasagi dhalem tabel cem-macemma basa pangangguy/pakakas/lalakon e dhalem basa Madura. Basa

kasebbut, manabi neng e basa Indonesia esebbut kalaban kata Keterangan, Kata Benda sareng Kata Kerja.

22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 17


KESEHATAN

SEHAT TIDAK HARUS MAHAL

Daun Kelor, Sayuran Ajaib Ampuh Obati Penyakit Ganas

S

edikit orang yang mengerti tentang banyak khasiat daun kelor untuk kesehatan. Padahal, sayuran khas Indonesia ini, mulai populer di kawasan Eropa, Amerika dan belahan dunia lain. Sehingga sayuran bernama latin Moringa Oleifera, mulai dikemas dalam bentuk kapsul dengan harga selangit sebagai obat herbal yang banyak digemari. Dilansir dari berbagai sumber kesehatan, daun kelor ini, mengandung 3 kali potasium dari pada pisang, 4 kali vitamin A dari wortel, 25 kali zat besi dari pada bayam, 7 kali vitamin C dari pada buah jeruk, 4 kali kalsium susu, dan 3 kali protein yoghurt. Sungguh luar biasa bukan? Sayur ajaib penuh faedah ini, mengundang banyak peneliti yang merekomendasikan khasiat daun kelor untuk kesehatan badan. Kandungan vitamin dan mineralnya tertinggi diantara buah atau sayuran. Hanya dengan makan daun ini saja, semua kebutuhan nutrisi telah terpenuhi karena mudah terserap tubuh yang bersifat natural. Dan rasanya nikmat bila dimasak sebagai kuah masakan. Faedah daun kelor untuk badan sangatlah banyak, dari mulai menyembuhkan penyakit dalam hingga penyakit luar. Berikut sebagian faedah yang dapat di ambil dari daun kelor.

foto/ist

1. Menyehatkan Kulit

3. Menyehatkan Mata

Daun kelor memiliki kandungan vitamin C serta antioksidan yang sangatlah tinggi. Kedua zat ini sangatlah baik untuk kesehatan kulit. Dengan dijadikan sebagai sayur serta dikonsumsi dengan cara teratur daun kelor bisa menghaluskan kulit serta mencegah munculnya jerawat. Sedangkan daun kelor yang ditumbuk dapat juga jadikan sebagai masker muka yang dapat membuat kulit muka makin halus serta cantik.

Daun kelor juga banyak terkandung vitamin A yang sangatlah baik untuk mata. Mengonsumsi daun kelor bisa bikin mata senantiasa dalam situasi sehat serta jernih. Daun kelor dapat juga mengobati penyakit mata, langkahnya dapat dikonsumsi segera maupun air rebusan daun kelor dibasuhkan pada mata yang sakit setiap hari hingga sembuh.

2. Mengatasi Diabetes Salah satu faedah daun kelor adalah mengurangi kadar gula dalam darah. Daun kelor berfungsi sebagai insulin alami untuk menangani diabetes.

4.Mencegah Kanker Antioksidan dalam daun kelor yang sangat tinggi memberi khasiat mencegah kanker. Yakni bisa memperlambat bahkan juga menghentikan serta menyingkirkan kanker yang ada dalam tubuh.

5. Menyembuhkan Rematik Daun kelor juga sangat baik untuk menyembuhkan rematik dengan mengurangi rasa sakit pada sendi serta bisa mengurangi penumpukan asam urat pada sendi hingga bisa mengobati rematik atau asam urat.

6. Penyakit Jantung

18 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016

foto/ist

Sebuah studi pada hewan laboratorium yang diterbitkan Februari 2009 dari “Journal of Medicinal Food� menemukan daun kelor mencegah kerusakan jantung dan memberikan manfaat

antioksidan. Dalam studi tersebut, pemberian dosis 200 miligram per kilogram berat badan setiap hari selama 30 hari, menghasilkan tingkat lebih rendah dari lipid teroksidasi dan jaringan jantung dilindungi dari kerusakan struktural. Para peneliti menyimpulkan bahwa daun kelor dapat menawarkan manfaat yang signifikan untuk kesehatan jantung.

7. Membantu Pencernaan Daun kelor mempromosikan pencernaan makanan yang merupakan bantuan yang tepat terhadap masalah perut.

8. Sumber Energi Menyantap daun kelor setiap pagi bisa menguatkan bagian tubuh untuk tetap pro aktif sepanjang hari. Dengan langkah ini, tubuh akan secara otomatis merasa baik dan berenergi dari sebelumnya.

9. Menyediakan Nutrisi Selain sebagai minuman bergizi untuk seluruh tubuh, teh daun kelor juga memiliki peran penting dalam memelihara otak dan mata. Gizi otak membantunya dalam mengambil keputusan yang tepat bahkan pada situasi sulit sekalipun. rusydiyono/ diolah dari berbagai sumber


KESEHATAN

PASIEN DBD MENAKUTKAN Setiap hari, penderita penyakit DBD terus meningkat. Dua korban sudah berjatuhan. Anggota Dewan menyarankan status Kejadian Luar Biasa (KLB) perlu disematkan. terjadinya penyebaran DBD. Dan kini, kekhawatiran warga itu sudah nyata. “Dari awal saya sudah berkomunikasi dengan instansi terkait agar melakukan langkah antisipasi,” paparnya. Subaidi mengatakan, dengan ditetapkannya status KLB itu, diharapkan ada greget dari instansi terkait dalam menekan jatuhnya korban baru. “Selain itu, puskesmas dan petugas kesehatan di desa juga diharapkan lebih maksimal mensosialisasikan cara pencegahan DBD, juga cepat bertindak ketika ada warga sudah terserang DBD,” katanya.

MEMBLUDAK: Pasien DBD di RSUD dr. H. Moh. Anwar Sumenep. (foto/ist)

P

enyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang melanda Kabupaten Sumenep kini semakin menakutkan. Pasalnya, gejala yang dirasakan tidak seperti pada tahun sebelumnya. Jika tahun lalu penderita mengalami panas badan tinggi dan mengeluarkan darah dari hidung menjelang kritis, tapi kini tidak lagi. Penderita hanya merasa mual dan sedikit panas badan. Dan jika kondisi itu dibiarkan, maka tak urung dalam waktu kurang lebih dari tiga hari penderita langsung kritis. Terkait fenomena ini, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sumenep, dr. Fatoni, menyarankan warga untuk bersiap-siaga. Kalau-kalau salah satu anggota keluarga ada yang mengalami panas badan dan mual-mual, segeralah bawa ke puskesmas terdekat sebab khawatir anggota keluarga bersangkutan sudah terjangkit penyakit DBD, terlebih jika yang merasakan gejala itu adalah anak-anak. “Gejala yang ditimbulkan musim ini sangat berbeda dengan tahun sebelumnya. Jadi, lebih baik semua warga berhati-hati,” katanya, saat ditemui Mata Sumenep. Data dari Dinas Kesehatan, hingga Kamis, 18 Pebruari lalu penderita DBD mencapai 220

orang. Sebanyak 189 dirawat di RSUD dr. H. Moh Anwar, dan selebihnya dirawat di puskesmas yang tersebar di daratan dan kepulauan. Sedangkan dua di antaranya dinyatakan telah meninggal dunia. Mantan Sekretaris Dinkes itu juga menuturkan, kendati penderita DBD bisa dari segala usia, baik dari dewasa, remaja dan anak-anak, tetapi penderita paling banyak adalah anak-anak. Sementara untuk wilayah endemis DBD meliputi 48 Desa yang tersebar di 15 Kecamatan, dan penderita DBD paling banyak ada di wilayah Kecamatan Kota. “Oleh karenanya, semua warga kami himbau menjaga diri dari ancaman DBD ini,” saran Fatoni. Lebih lanjut Fatoni memaparkan, untuk menekan jumlah penderita DBD, Dinkes sudah melengkapi Puskesmas yang ada dengan alat fogging serta serbuk abate untuk membunuh jentik nyamuk aides aegypti. Selain itu, masyarakat juga diharapkan menjaga kebersihan lingkungan seperti menguras, menutup dan mengubur segala sesuatu atau barang yang berpotensi menjadi sarang perkembangbiakan nyamuk.

Selama ini yang sangat berpotensi menjadi tempat berkembang biak nyamuk adalah bak mandi besar. Sebab itu, Fatoni menyarankan warga sering menguras bak mandi yang dimiliki, sehingga nyamuk tidak leluasa berkembang biak. “Jika itu dilakukan, niscaya perkembangbiakan nyamuk tidak akan signifikan,” terangnya. Ketua Komisi IV DPRD Sumenep, A. Subaidi, menyebut penyakit DBD yang menyerang banyak wilayah di kabupaten ini sudah layak masuk Kejadian Luar Biasa (KLB). Hal itu disebabkan karena penyakit DBD telah merenggut dua korban jiwa. Menurutnya, status KLB tidak perlu menunggu jatuhnya korban lagi. Warga yang terserang DBD sudah banyak, apalagi dua di antaranya sudah meninggal. “Jangan menunggu korban banyak berjatuhan. Saya kira status KLB sudah pantas disematkan,” ujarnya. Subaidi menuturkan, sewaktu reses ke bawah, dia mendapatkan keluhan dari warga tentang penyakit DBD yang biasa datang tiap musim penghujan. Katanya, warga berharap instansi terkait mengambil langkah untuk mengantisipasi kemungkinan

Rumah Sakit Overload Membludaknya pasien DBD pun membuat pihak RSUD dr. H. Moh. Anwar Sumenep kewalahan. Rumah sakit yang kini berstatus Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) itu overload. Banyak pasien yang kebanyakan menderita dirawat di lorong-lorong rumah sakit akibat kekurangan kamar rawat inap. Seperti yang terlihat di ruang interna, satu ruang yang semestinya menampung sebanyak 28 pasien, kini malah menampung 48 pasien. Pasien lain yang tidak kebagian kamar, terpaksa dirawat di lorong luar ruangan dengan menggunakan ranjang seadanya. Selain karena didominasi penderita DBD, rata-rata pasien yang dirawat inap menderita hipertensi dan tipus. Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan rumah sakit, Tatik Kristiowati, mengatakan bahwa banyaknya pasien itu disebabkan intensitas hujan yang cukup tinggi. Dengan banyaknya pasien yang masuk, rumah sakit akhirnya kewalahan karena kekurangan fasilitas. “Tapi pihak rumah sakit tetap menerima pasien yang datang. Kami tetap akan memberikan pelayanan maksimal, meskipun dirawat di luar ruangan yang tidak semestinya,” tegasnya.

anton/rahmat

22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 19


SMPN 1 Gapura, Sumenep

MENANGKAN ADAM, JADIKAN MALAM SEPERTI SIANG Herfi dan Fishal bersyukur bisa membawa nama harum sekolah. Sempat didera grogi di babak penyisihan, tapi ia berhasil meraih Juara.

BERPOSE: Herfiana Pratiwi dan M. Fishal Abrori foto bersama usai menerima penghargaan sebagai Juara 2 dan 3 Ajang Kecerdasan Majemuk (ADAM) 2016.

A

gak malu-malu saat dua orang peraih juara Ajang Kecerdasan Majemuk (ADAM) ini ditemui Mata Sumenep, pekan kedua Februari lalu. Ditemani Wakil Kepala Sekolah Seksi Kesiswaan, keduanya tak hanya berbagi kisah tentang kemenangan, tetapi sebuah proses tak terbantahkan siang dan malam demi membawa harum nama sekolah yang dipertaruhkan. Adalah Herfiana Pratiwi dan M. Fishal Abrori. Dua dari 21 siswa dan siswi SMPN 1 Gapura peserta ADAM yang otomatis bakal menikmati jenjang pendidikan lanjutan di SMAN 1 Sumenep dengan mudah, berkat prestasinya di gawai tahunan sekolah menengah atas itu. “Pastinya seneng. Tapi juga gak nyangka,” kata Herfiana, disambut angguk temannya, Fishal Abrori. Gadis kelahiran Sumenep, 23 Juli 2000 silam ini bercerita, prestasi pertama mereka itu merupakan prestasi impian. Kendati dengan rendah hati ia masih bermungkin bahwa kemenangannya di ADAM adalah buah hasil belajarnya, ia juga tidak menampik dalam hidupnya telah

ada target-target prestasi. Sehingga pasca kemenangan di ADAM, kedua siswa kelas IX5 ini berencana maju kembali pada lomba menulis surat yang diselenggarakan POS Indonesia 9 Maret nanti. “Kebetulan kami mendapat kesempatan lagi bersama satu teman lainnya. Itu jadi target kemenangan kami,” tutur putri Herman dan Sofi Indra Astutik ini. Usaha mencapai hal itu pun terus dilakukan. Seperti dalam ADAM, upaya mengukir prestasi dengan raih kemenangan memang ditempuh mereka dengan belajar. Bedanya, kata Herfi, mereka menggunakan malam seperti siang. Yakni belajar dari waktu lepas tengah malam. “Soalnya kalo malam belajarnya lebih efektif,” dalih Fishal. Namun tak hanya itu, sepenuturan Wakasek Kesiswaan, Moh. Taufiq, selain pembinaan khusus yang dilakukan langsung oleh guru bersangkutan maupun difasilitasi dalam banyak kegiatan ekstrakurikuler, anak-anak didiknya di SMPN 1 Gapura memang tidak saja digembleng secara materi. Akan tetapi, nilai sosial dan spiritual juga ditekankan menjadi

20 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016

motivasi. Sehingga tak heran, kunci kesuksesan belajar yang disebutkan mereka kepada Mata Sumenep adalah berdoa dan al-Fatihah untuk para guru di SMPN 1 Gapura. Apalagi, ADAM tak hanya mempersaingkan ratusan siswa sekolah menengah untuk kelima materi yang meliputi Natural, Intra-Interpersonal (Sosial), Linguistik Indonesia, Linguistik Inggris, Matematika-Logis, dan Diniyah. Proses mencapai 10 besar saja membuat Herfi, Fishal dan Syaifurrahman, degdegan dibuatnya. Beruntung, support para guru membuat Herfi dan Fishal lolos sampai 5 besar. Meski harus merelakan Syaifur gugur di ujung jalan, akhirnya Herfi berhasil membawa pulang gelar Juara 2 untuk Linguistik Indonesia dan Fishal berhasil meraih Juara 3 untuk kecerdasan Intra-Interpersonal atau Sosial. Demi ketenangan dan konsentrasi dalam kompetisi, para guru memang tidak membebani pikiran keduanya dengan kemenangan. Di waktu babak penyisihan, Herfi dan Fishal masih ingat betul pesan Kepala Sekolah dan Wakasek Kesiswaan. “Kamu gak usah mikirin apa-apa, yang penting kamu buat yang terbaik. Nama sekolah ada di tangan kamu, jadi semuanya terserah kamu. Gitu,” kata Herfi, menirukan pesan gurunya. Hal itu pun dibenarkan Moh. Taufik. Wakasek Kesiswaan yang popular sebagai pembina ekstrakurikuler Parenteng Lampa (kegiatan seni, budaya dan tradisi Madura) di SMPN 1 Gapura ini mengungkapkan, pihak sekolah memang tak hanya mengajarkan siswa sekedar materi akademik semata. Selain motivasi sosial dan spiritual, sudah bertahuntahun SMPN 1 Gapura menerapkan kepemimpinan E-MASLIM. Dengan konsep yang berarti Edukator, Manajerial, Administrator, Service, Leader, Inovator, dan Motivator itulah, pihak sekolah mampu menanamkan karakter yang kuat terhadap semua siswa. Sehingga tak hanya saat ADAM,

banyak siswanya yang berhasil mempertahankan prestasinya saat melanjutkan di SMAN 1 Sumenep maupun lembaga lainnya. Meski jumlah peraih ADAM tahun ini menurun dari sebelumnya, Taufiq tetap mengaku bangga. Hanya saja ia berpesan, agar anak didik yang belum berhasil jangan pernah menyerah. Sebab meski belum sekarang, barangkali di tingkat dan kesempatan berbeda nanti akan meraih prestasi. Begitupun bagi Kepala SMPN 1 Gapura, Drs. H. Achmad Machfud, MM, M.MPd. Pihaknya merasa sangat bangga terhadap prestasi yang dicapai kedua anak didiknya. Ia berharap prestasi itu bisa menjadi motivasi terhadap teman-temannya yang lain, sehingga bisa memacu diri meraih prestasi. Bahkan, sebagai langkah apresiasi dan upaya memancing ghirah siswa lainnya, beragam bentuk penghargaan dari sekolah diberikan kepada Herfi dan Fishal atas kemenangan dan keberhasilannya melawan malas belajar setiap tengah malam. “Selain di pintu gerbang sekolah, kami juga memasang baner ucapan selamat dan sukses di jalan raya depan rumah atau menuju rumah mereka,” ujar Machfud. Yang unik, pihak sekolah juga mencoba mendatangi SD asal siswa. Kata Taufiq, hal itu dilakukan untuk memberitahu guru dan kepala sekolah bahwa anak didik mereka berhasil meraih suatu kejuaraan. “Agar mereka ikut bangga sekaligus memotivasi putra-putri didiknya yang ada di SMPN 1 Gapura,” jelasnya. Karena itulah, Herfi dan Fishal mengucapkan banyak terimakasih kepada para guru, orang tua serta teman-temannya. Mereka bersyukur bisa dibina dengan sabar dan telaten sehingga bisa memenangkan ADAM dan membawa nama harum sekolah. Kedepan, keduanya telah memasang beragam agenda untuk selalu meraih juara.

rafiqi


Kisah Inspiratif Mengenal Sosok Rindi Wiriandani,

Desa Kombang, Pulau Gili Labak, Kecamatan Talango

GURU OTODIDAK ANAK-ANAK GILI LABAK Di wilayah kepulauan, kesenjangan pendidikan memang tak terbantahkan. Begitupun di pulau Gili Labak, kesenjangan itu mengetuk Rindi mengajari anak-anak sekitar seadanya.

R

indi Wiriandani tak pernah menyangka kehadirannya di Pulau Tikus akan lebih dari sekedar menjadi seorang istri. Lahir dan besar di Desa Essang, Pulau Poteran, Kecamatan Talango, takdir cinta membawanya hidup diantara sekitar 15 keluarga RT 005 RW 003 Desa Kombang, Pulau Gili Labak, Kecamatan Talango. Sebuah surga tersembunyi yang menyimpan pasir putih dan terumbu karang nan alami. Tempatnya kini mengabdi kepada sang suami juga warga sekitar yang tak pernah merasakan kerasnya bangku sekolah demi mengais secuil ilmu pengetahuan. Usianya memang sangat belia. Namun kesenjangan yang ditemukannya setiap hari sungguh tak memandang batas dan usia. Apalagi situasi dan kondisi sekitar seperti mendukungnya begitu saja. Memberi jalan untuk mulai mengambil langkah, menuntun anak-anak sekitar bangkit dari kebodohan meski tanpa fasilitas pendidikan. “Awalnya anak-anak yang meminta saya untuk ngajarin mereka,” katanya, saat berbincang dengan Mata Sumenep, pekan pertama Februari lalu. Rindi pun mengaku tak tahu alasan anak-anak tetangganya itu. Seingatnya, sejak tiba di pulau yang kini jadi idola destinasi wisata snorkeling dan diving di Kabupaten Sumenep ini, anak-anak sekitar datang begitu saja sambil membawa buku. “Katanya mereka seneng sama saya,” ujar Rindi, apa adanya.

Terpanggil untuk Berbagi Rupanya tak hanya menjadi awal, kenyataan tersebut semakin menusuk nurani Rindi, membuka mata hatinya untuk segera berbuat sesuatu. Bahwa jagoan-jagoan kecil yang mendatangi rumahnya

dengan polos itu berhak mendapat pendidikan. Sebab sebagai orang yang pernah merasakan manisnya ilmu pengetahuan hingga bangku sekolah menengah pertama, nuraninya menolak apabila di jaman yang sudah tercerahkan ini masih ada generasi yang tertinggal dalam kebodohan. “Makanya saya langsung mau. Seneng aja bisa ngajarin mereka,” kata perempuan 19 tahun itu. Apalagi sebagai menantu Pak RT. Posisinya semakin mendukung untuk berbagi di tengah tumpuan harapan masyarakat Pulau Gili Labak. Dan karena otomatis menjadi seorang figur, dengan mudahnya ia mendapat peran sehingga bisa berbagi sedikit ilmu dengan anak didiknya yang hanya berjumlah 3 orang. Anak-anak usia emas yang seharusnya menikmati Play Group, Taman Kanak-Kanak (TK), bahkan Sekolah Dasar (SD) dengan damai. Kondisi itulah, kata Rindi, yang mengantarnya menjadi guru otodidak sejak 2014 lalu. Meski tak siap, rasa kasihan lebih memanggilnya untuk berbuat. “Saya kasihan sama anak-anak disini. Saya jadi ingin mereka bisa membaca, agar tak bernasib sama dengan orang tuanya,” terangnya kepada Mata Sumenep. Memang tak banyak yang bisa ia lakukan. Selain baca-tulis, hanya berhitung dan mengaji Al-Qur’an yang terus diajarkan dengan keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan. Di langgar mertuanya yang menjadi tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, hanya terdapat sebuah papan dan kapur tulis sebagai fasilitas belajar. Itupun hanya sisa dari sekolah yang bangunannya kini sudah rata dengan tanah. Menurut masyarakat sekitar, sekolah itu ditutup lantaran di masa lalu tak

CURHAT: Rindi (kanan) berbincang dengan Neng Virza, putri sulung Bupati Sumenep KH A. Busyro Karim, saat berkunjung bersama komunitasnya awal Februari lalu. (Foto/A. Warits)

ada tenaga pengajar yang kerasan tinggal disana.

Motivasi Anak-anak untuk Sekolah Selama satu tahun, perempuan kelahiran 25 Desember 1997 itu telaten mengajari 3 orang anak berusia 5, 6 dan 7 tahun di rumahnya. Tak ada kendala yang berarti ia hadapi lantaran memang tak terdapat dinamika kelas sebagaimana biasanya. Hingga di bulan Juni 2015 kemarin, ia tak lagi mengajar karena harus merantau ke Jakarta. Di perantauan, Rindi hanya menghabiskan waktu dua bulan. Ia berdalih tak kerasan karena selalu memikirkan nasib anak didik yang ditinggalkan. Namun meski sebentar, ia tetap meminta anakanak agar sekolah ke Pulau Poteran. Sebab di pulau yang menjadi pusat Kecamatan Talango itu, ia percaya masa depan mereka lebih terjamin dengan pendidikan. Dengan dorongan Rindi, anakanak itu pun akhirnya mau sekolah di Talango. Meski dengan itu hingga kini ia tak lagi punya murid baru, kata Rindi, itu lebih baik. “Soalnya disini saya kan cuma ngajarin mereka apa adanya,

gak ada ijin dan fasilitas belajarmengajar yang memadai,” dalihnya. Sejauh ini, Rindi mengaku bahagia berhasil mendorong anak-anak yang sebenarnya enggan menempuh pendidikan di Kecamatan Talango lantaran harus meninggalkan orang tua atau harus bolak-balik jalur laut 1-2 jam dengan cuaca yang kadang tidak menentu. Akan tetapi, ia masih punya harapan lain yang ingin diwujudkan oleh Pemerintah Kabupaten Sumenep untuk Pulau Gili Labak. “Pengen sekali disini ada sekolah,” kata Rindi, mengutarkan harapannya. Sama halnya dengan Rindi, para orang tua disana juga menginginkan adanya lembaga pendidikan yang sebenarnya. Sebab demi menimba ilmu pengetahuan, setiap anak harus berpisah dari orang tua mereka untuk tinggal bersama famili atau sanak saudara di Pulau Poteran Talango. Selain itu, jika masih tak ada lembaga pendidikan dalam setahun kedepan, sudah pasti beberapa anak yang kini masih berusia 2-3 tahun bakal Rindi didik sebisanya, berbekal ilmu dan fasilitas ala kadarnya.

rafiqi

22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 21


KEPULAUAN

5 Kapal Perintis dalam Rute Kepulauan Sumenep Resah akibat sulitnya transportasi bagi masyarakat kepulauan, tak perlu lagi dirisaukan. Dari 5 Kapal Perintis, 2 kapal telah beroperasi menyusul 2 kapal sebelumnya.

D

engan luas kepulauan yang mencapai 45,21 persen dari total luas daerah Kabupaten Sumenep, alat transportasi laut menjadi salah satu bagian terpenting bagi warga kepulauan. Oleh karena itu, lima kapal perintis telah disiapkan untuk melayani transportasi ke sejumlah kepulauan mulai tahun 2016 ini. Lima Kapal Perintis yang dimaksud yaitu KM Maumere 1, KM Miami, KM Amukti Palapa, KM Sabuk Nusantara 27, dan KM Sabuk Nusantara 56. “Namun, untuk sementara ini baru dua kapal perintis yang sudah beroperasi,” ujar Kepala Bidang Perhubungan Laut dan Udara Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Sumenep, M. Choyroni Argoto di Sumenep, akhir Januari lalu. Sepekan kemudian, 2 kapal perintis lainnya yakni KM Amukti Palapa dan KM Sabuk Nusantara 27 terlihat di pelabuhan Kalianget menyusul KM Maumere 1 dan KM Miami yang beroperasi sebelumnya. Dari kelima kapal tersebut, setiap kapal memiliki rute berbeda-beda. Misalnya, kapal Sabuk Nusantara 56 akan melayani pelayaran dari Surabaya, Masalembu, Karamean, Masalembu, Kalianget, Sapudi, Kangean, Pangerungan Besar, Sapeken, Banyuwangi dan sebaliknya. Sedangkan KM Sabuk Nusantara 27 akan melayani rute Banyuwangi, Sapeken, Pangerungan Besar, Kangean, Sapudi, Kaliangaet, Masalembu, Karamean, Masalembu, Surabaya dan sebaliknya. Sementara KM Maumere 1 berpangkalan di Pelabuhan Bima, KM Sabuk Nusantara 27 di Pelabuhan Tanjung Wangi, dan tiga lainnya (KM Miami, KM Amukti Palapa, dan KM Sabuk Nusantara 56) di Pelabuhan Tanjung Perak. Argoto menjelaskan, pemerintah daerah tidak terlibat secara teknis dalam pengelolaan maupun operasional kapal perintis.

Salah satu kapal perintis saat hombase di pelabuhan Kalianget beberapa waktu lalu. (foto/ist)

“Penanggung jawab administrasi operasional kapal-kapal perintis itu ditangani oleh pihak terkait di Kemenhub. Kami di pemerintah daerah memang tidak terlibat,” ujarnya. Pengoperasian lima kapal perintis yang jangkauan pelayarannya ke sejumlah pulau di Kabupaten Sumenep itu di bawah tanggung jawab tiga pihak terkait, yakni Kantor Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Perak (Surabaya), Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Tanjung Wangi (Banyuwangi), dan KSOP Bima (NTB). Argoto juga mengemukakan, tiga dari lima kapal perintis yang jangkauan pelayarannya ke sejumlah pulau di Sumenep, di antaranya Masalembu dan Sapeken, berstatus kapal milik negara, yakni KM Amukti Palapa, KM Sabuk Nusantara 27, dan KM Sabuk Nusantara 56. “Kami terus berkoordinasi dengan para pihak terkait untuk menanyakan kepastian operasional tiga kapal

22 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016

perintis lainnya, karena dibutuhkan oleh warga pulau,” katanya. Argoto mengatakan bahwa tidak semua dari lima kapal tersebut akan singgah di Pelabuhan Kalianget. “Hanya KM Amukti Palapa yang akan singgah di Pelabuhan Kalianget, sementara empat kapal lainnya tidak,” tuturnya. Terkait tarif bagi para penumpang, jalur perintis mematok harga lebih murah karena merupakan rute yang mendapat subsidi dari pemerintah melalui Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Namun, jalur yang akan dilayani termasuk rute panjang, sehingga membutuhkan waktu yang sedikit lama dalam sekali berlayar. Lebih lanjut Argoto memaparkan, tahun ini pemerintah pusat juga berencana akan menambah dua kapal perintis yang akan melayani rute Kepulauan Sumenep. Dua kapal tersebut direncanakan akan homebase di Pelabuhan Tanjung Tembaga Probolinggo dan akan

melayani rute Branta Pesisir Pamekasan, Kangean, Sapeken, Sepanjang, Sakala, Branta, dan Tanjung Tembaga. Sedangkan satu kapal akan homebase di Panarukan Situbondo yang direncanakan akan melayani rute Branta Pesisir Pamekasan, Kangean, Sapeken, Sepanjang, Sakala, Branta, Tanjung Tembaga, dan sebaliknya. “Sesuai pengajuan, dua kapal itu akan beroperasi di tahun 2016. Semoga saja tidak molor lagi,” katanya. Pihaknya berharap, penambahan dua kapal perintis tersebut bisa membuat frekuensi pergerakan orang dan barang dari luar Sumenep ke sejumlah kepulauan berlangsung lebih cepat. Oleh sebab itu, jumlah kapal yang sudah pasti akan beroperasi di tahun 2016 sebanyak 10 unit. Rinciannya, 5 kapal perintis, satu unit kapal milik pemerintah daerah yakni DBS II, Kapal Mega, dua Kapal Cepat, dan dua unit Kapal DLU. ”Kalau dua kapal perintis bisa beroperasi tahun ini, berarti ada 12 kapal yang akan beroperasi nantinya,” pungkasnya.

btrns/ton/mat


Ponpes Sumber Payung, Bataal Barat, Ganding MATA PESANTREN

PERNAH DIBUBARKAN BELANDA Berdiri sejak pra kemerdekaan, Ponpes Sumber Payung sudah berkembang pesat. Selain bidang intelektual, kesehatan dibidik menjadi prioritas.

KIAN MAJU: Salah satu tampak bangunan madrasah di lingkungan Ponpes Sumber Payung, masa kini.

P

ondok Pesantren (Ponpes) Sumber Payung, Desa Bataal Barat, Kecamatan Ganding, pernah dibubarkan Belanda sekitar tahun 1948 silam. Pondok tersebut dibubarkan karena dikhawatirkan mengancam keberadaan Belanda yang ingin menjajah tanah air terus-menerus. Waktu itu, Kiai Hasyim Thabrani sebagai pendiri dan pengasuh berjuang mempertahankan kemerdekaan RI dengan mengomandani pejuang Sabilillah untuk wilayah Kecamatan Ganding. Para santri pun terpaksa pulang untuk menyelamatkan diri. KH. Ahmad Sa’duddin, anak pertama Kiai Hasyim Thabrani yang kini menjadi pengasuh pondok, menceritakan bahwa pendiri pondok sempat mengungsi ke Desa Karduluk, Kecamatan Pragaan, untuk menyelamatkan diri. Jika memilih tetap berada di lingkungan pondok, dikhawatirkan akan menjadi tawanan Belanda. “Masa-masa itu memang sulit bagi pendiri pondok juga para santri,” tuturnya. Tapi Kiai Hasyim Thabrani hanya mengungsi sebentar.

Terbukti tidak sampai satu tahun dari pengungsian, Kiai Hasyim Thabrani kembali lagi ke Desa Bataal Barat untuk memimpin pondok, meneruskan aktivitas keseharian demi mengajarkan syiar Islam. Para santri kembali lagi ke pondok, meski dengan berbagai perasaan berkecamuk gara-gara merasa diawasi terus oleh Belanda. “Akhirnya kegiatan pondok normal lagi seperti sebelumnya,” ungkap KH. Ahmad. Sebenarnya, Ponpes Sumber Payung tidak sengaja didirikan oleh mendiang Kiai Hasyim Thabrani. Kata KH. Ahmad, awalnya di desa tersebut hanya ada masjid yang membutuhkan imam salat. Kiai Hasyim Thabrani selalu menjadi imam di masjid itu. Lalu Kiai Hasyim Thabrani diminta masyarakat untuk mengajari anak-anak baca Al-Qur’an. Lambat laun jumlah anak-anak yang belajar mengaji Al-Qur’an semakin bertambah. Untuk menampung

anak-anak yang belajar mengaji itu, kemudian didirikan tempat bermalam bagi anak-anak yang berkembang menjadi pondok pesantren. Seiring bergulirnya waktu, kini ponpes itu sudah memiliki semua tingkatan lembaga pendidikan. Madrasah Ibtidaiyah (MI) berdiri pada tahun 1970, sementara Madrasah Tsanawiyah (MTs) tahun 1980 baru berdiri. Dan pada tahun 1983 barulah berdiri Madrasah Aliyah (MA). Setahun setelahnya, yakni tahun 1984, berdiri Raudatul Atfal (RA). “Kiai Hasyim Thabrani meninggal pada tahun 1990. Perannya di pondok lalu digantikan saya,” ucap KH. Ahmad.

Santri Dibekali Ilmu Akupuntur Ponpes Sumber Payung cukup memberikan perhatian besar terhadap kemampuan santri di bidang akupuntur. Hal itu didasarkan pada pentingnya menjaga kesehatan dan menyembuhkan penyakit dengan metode yang berasal dari Cina itu. Harapannya, kelak ketika sudah berbaur dengan masyarakat, santri langsung bisa memberikan pertolongan bagi masyarakat yang membutuhkan. KH. Ahmad Sa’duddin mengaku mewajibkan semua santri memiliki kemampuan akupuntur itu. Pasalnya, setiap hari bisa dipastikan ada persoalan kesehatan di tengah-tengah masyarakat. Dan tidak semua masyarakat bisa lepas dari persoalan kesehatan itu, sebab terkendala keterbatasan materi. Oleh karena itu, ketika para alumni pondok menemukan masyarakat

semacam itu di daerahnya, diharapkan langsung bertindak dengan memberikan pertolongan. “Memberikan pertolongan itulah yang kami harapkan,” ujarnya. Meski kemampuan akupuntur sangat diperhatikan, kemampuan intelektual santri juga tidak dikesampingkan karena keberadaan mereka di pondok semata menuntut ilmu. Oleh sebab itu, para santri diajari baca kitab kuning yang dilakukan di luar jam pelajaran di semua jenjang pendidikan. Santri juga diwajibkan mengikuti kursus bahasa Arab dan Inggris agar bisa berkomunikasi dengan orang asing, mengingat dua bahasa itu disebut-sebut sebagai salah satu bahasa komunikasi internasional. “Dalam mengasah kemampuan santri, kami lakukan dengan sungguh-sungguh. Ketika nanti santri sudah bergaul dengan masyarakat di daerahnya, sudah bisa diandalkan oleh masyarakat,” ujarnya. Selain itu, santri juga juga digiring untuk tidak ‘takut’ pada Matematika. Kesan di masyarakat bahwa Matematika selama ini sangat sulit dikuasai. Karenanya, pondok menyediakan kursus Matematika bagi semua santri. “Kalau dipelajari sungguh-sungguh, tidak ada satu materi pelajaran pun yang tidak bisa dikuasai,” jelas KH. Ahmad. Sementara di bidang kesenian, pondok juga menyediakan fasilitas. Santri rata-rata menyukai kesenian islami seperti musik hadrah dan qira’ah. Sebab itu, pondok memfasilitasi dua bidang kesenian tersebut, sehingga para santri merasa betah karena memiliki hiburan tersendiri di dalam pondok.

rusydiyono/ rahmat

22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 23


K. ZAINURRASI ILYAS Larangan, Ganding, Sumenep

Majelis Taklim

Meski berakar dan bersusurgalur pada keluarga pesantren, Kiai Zainurrasi tidak memilih jalur kiprah seperti para pendahulunya. Baginya, pengabdian pada masyarakat tak harus dilakukan di dalam area tembok pesantren.

MENGABDI DARI LUAR TEMBOK

P

embawaan pria berusia 39 tahun yang tergolong pada kategori murah senyum ini, membuatnya selalu mudah bergaul dengan siapapun. Apalagi di desanya, Larangan, Kecamatan Ganding, pria bernama Kiai Zainurrasi Ilyas atau yang biasa dipanggil Lora Zainur ini merupakan tokoh masyarakat. Sebutan Lora atau kiai di depan namanya menunjukkan asalusulnya secara tegas. Ya, secara genealogi, Zainur masih terhitung 3 generasi dari Kiai Haji Imam bin Mahmud, pendiri pondok pesantren al-Karawi, Karay, Ganding. Salah satu pesantren kuna dan kesohor di Kabupaten Sumenep. Ibu Zainurrasi, Nyai Hajjah Halilah adalah putri dari Kiai Usmuny dan Nyai Izzah binti Kiai Imam Karay. Nyai Izzah ini bersaudara dengan Kiai Haji Ahmad Dahlan (Karay), Kiai Haji Utsman (Billapora, Lenteng), Kiai Haji Abdulwali (Slopeng), Kiai Haji Asnawi (Jambu), dan lainnya. Sementara ayah Zainur, Kiai Ilyas adalah keturunan Kiai Haji Abdul Mukti (Bangselok, Sumenep), yang masih memiliki ikatan darah dengan Kiai Haji Zainal Arifin (Tarate, Sumenep). Makam Kiai Abdul Mukti bersebelahan dengan Kiai Zainal Arifin, alias satu komplek juga dengan Kiai Haji Usymuni Terate, dan Kiai Raden Wongsoleksono (Pandian, Sumenep).

Beda Jalur untuk Satu Tujuan Bukan Masalah Besar Berakar dan bersusurgalur pada keluarga pesantren tidak membuat Kiai Zainurrasi harus berkiprah seperti para pendahulunya. Baginya, pengabdian pada

masyarakat tak hanya harus dilakukan di dalam area tembok pesantren. Justru menurut ayah tiga anak ini, pengabdian terbesar harus dilakukan di luar tembok. Hal itulah yang kemudian membawa suami dari Diinul Merilla Syuhada ini terjun ke lembah politik praktis. Di dunia politik tersebut, Zainurrasi mengaku lebih bisa melebarkan sayap Islam. Meski awalnya, proses yang dilalui Zainurrasi tidaklah mudah. Apalagi partai yang dipilihnya merupakan partai yang kerap mengundang pro kontra di kalangan umat Islam sendiri, meski bendera yang diusung adalah bendera Islam, yakni Partai Keadilan Sejahtera (PKS). “Ya, selama ini memang partai yang menjadi sarana perjuangan saya memang kerap diklaim Wahabi. Tapi itu tidak benar. Secara tegas, saya katakan saya kader NU, dibesarkan dalam keluarga NU, dan berasal dari keluarga yang turut ikut memperjuangkan NU,” kata Kiai Zainurrasi, saat ditemui Mata Sumenep. Menurut Zainurrasi, meski satu tujuan, jalan yang ditempuh setiap orang kadang tidak sama. Seperti halnya orang Sumenep yang bermaksud melakukan perjalanan menuju kota Surabaya, ada yang lewat jalur utara, ada juga yang melewati jalur selatan. “Jadi masak hanya perbedaan jalur saja namun tujuannya sama harus dipermasalahkan. Saya kira nanti dikembalikan pada personalnya. Sehingga selama ikut berpartisipasi dalam memperjuangkan kepentingan masyarakat seperti untuk kepentingan lembaga Islam dan

24 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016

pesantrenpesantren, dan juga ikut berperan aktif dalam mengentaskan kemiskinan, mengurangi pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sumenep khususnya di Kecamatan KIAI Ganding ini misalnya, ya sahsah saja naik kendaraan atau parpol apapun,” tambahnya.

Kiai Harus Selalu Tampil Tak Hanya di Perayaan Agama Zainurrasi mengaku miris melihat kondisi umat Islam saat ini. Perbedaan pemahaman di kalangan umat Islam kadang sampai berujung pada anarki. Dari yang awalnya hanya perdebatan, lalu menjadi saling hujat, caki-maki hingga kemudian kekerasan yang mengarah pada fisik. Oleh karena itu di saat-saat yang genting seperti itu peran tokoh agama atau yang juga disebut kiai oleh sebagian masyarakat umum di Indonesia, sangat dibutuhkan untuk mendinginkannya. “Oleh karena itu sejatinya tokoh agama atau kiai itu memang harus lebih banyak ke eksternal daripada internal. Jadi porsi di pesantren misalnya itu harus lebih sedikit dibanding porsi publik secara luas,” terang kiai muda ini. Alumnus INSTIK Annuqayah Guluk-guluk ini juga mengaku sangat prihatin sekali dengan

ZAINURRASI ILYAS kondisi sebagian masyarakat yang sampai bermusuhan karena beda paham. Ia menduga hal itu terjadi karena salah satu sebabnya ialah sudah jarang sekali para kiai turun aktif secara langsung pada masyarakat. “Terkadang kiai tampil di masyarakat hanya disaat momen-momen penting seperti saat perayaan Islam atau acara-acara lembaga pendidikan pesantren seperti haflatul imtihan misalnya,” tambah Zainur. Ke depan, Zainur berharap semakin banyak muncul para tokoh agama yang bisa mendinginkan suasana daripada mementingkan ego, terutama yang alasannya hanya mempertahankan pendapat. “Dan yang terpenting lagi sudah saatnya berbagai ormas seperti NU, Muhammadiyah, Ansor, Masyumi dan Persis, serta partaipartai politik bersatu serta tidak lagi mementingkan golongannya sendiri. Jadi sekali lagi intinya ialah perbedaan jalur tidak perlu dipermasalahkan, karena bukan perbedaan tujuan,” tutupnya.

R B M Farhan Muzammily


KISAH SAHABAT

Asing di Kehidupan Manusia, Populer di Kehidupan Langit Ia tak dikenal banyak orang dan juga miskin. Banyak orang suka menertawakan, mengolok-olok, dan menuduhnya sebagai tukang membujuk, tukang mencuri serta berbagai macam umpatan dan penghinaan lainnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, suatu waktu bercerita mengenai sosok Uwais al-Qarni. Meski belum pernah bertatap muka langsung, Nabi Muhammad Saw bersabda kepada para sahabat. “Ada seorang pemuda yang tinggal Yaman, daerah Qarn, dari kabilah Murad. Ayahnya telah meninggal dunia. Dia hidup bersama ibunya. Pemuda itu sangay berbakti kepada ibunya. Dia pernah terkena penyakit kusta. Dia berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, lalu dia diberi kesembuhan, tetapi masih ada bekas sebesar dirham di kedua lengannya. Sungguh, dia adalah pemimpin para tabi’in.” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu, “Jika kamu pernah bertemu pemuda itu, minta doa kepadanya untuk memohonkan ampunan Allah Swt. Pemuda itu ahlis syurga,” Ketika Umar radhiyallahu ‘anhu telah menjadi Amirul Mukminin, dia bertanya kepada para jamaah haji dari Yaman di Baitullah pada musim haji, “Apakah di antara warga kalian ada yang bernama Uwais alQarni?” “Ada,” jawab mereka. Umar radhiyallahu ‘anhu melanjutkan, “Bagaimana keadaannya ketika kalian meninggalkannya?”

Mereka menjawab tanpa mengetahui derajat Uwais, “Kami meninggalkannya dalam keadaan miskin harta benda dan pakaiannya usang.” Umar radhiyallahu ‘anhu berkata kepada mereka, “Celakalah kalian. Sungguh, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bercerita

“Tepatnya dari kabilah mana?” tanya Umar radhiyallahu ‘anhu. Dia menjawab, “Dari kabilah Murad.” Umar radhiyallahu ‘anhu bertanya lagi, “Bagaimana ayahmu?” “Ayahku telah meninggal dunia. Saya hidup bersama

tentangnya. Kalau dia bisa memohonkan ampun untuk kalian, lakukanlah!” Dan setiap tahun Umar radhiyallahu ‘anhu selalu menanti Uwais. Dan kebetulan suatu kali dia datang bersama jamaah haji dari Yaman, lalu Umar radhiyallahu ‘anhu menemuinya. Dia hendak memastikannya terlebih dahulu, makanya dia bertanya, “Siapa namamu?” “Uwais,” jawabnya. Umar radhiyallahu ‘anhu melanjutkan, “Di Yaman daerah mana?’ Dia menjawab, “Dari Qarn.”

ibuku,” jawabnya. Umar radhiyallahu ‘anhu melanjutkan, “Bagaimana keadaanmu bersama ibumu?” Uwais berkata, “Saya berharap dapat berbakti kepadanya.” “Apakah engkau pernah sakit sebelumnya?” lanjut Umar radhiyallahu ‘anhu. “Iya. Saya pernah terkena penyakit kusta, lalu saya berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga saya diberi kesembuhan.” Umar radhiyallahu ‘anhu bertanya lagi, “Apakah masih ada bekas dari penyakit

tersebut?” Dia menjawab, “Iya. Di lenganku masih ada bekas sebesar dirham.” Dia memperlihatkan lengannya kepada Umar radhiyallahu ‘anhu. Ketika Umar radhiyallahu ‘anhu melihat hal tersebut, maka dia langsung memeluknya seraya berkata, “Engkaulah orang yang diceritakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mohonkanlah ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untukku!” Dia berkata, “Masa saya memohonkan ampun untukmu wahai Amirul Mukminin?” Umar radhiyallahu ‘anhu menjawab, “Iya.” Umar radhiyallahu ‘anhu meminta dengan terus mendesak kepadanya sehingga Uwais memohonkan ampun untuknya. Selanjutnya Umar radhiyallahu ‘anhu bertanya kepadanya mengenai ke mana arah tujuannya setelah musim haji. Dia menjawab, “Saya akan pergi ke kabilah Murad dari penduduk Yaman ke Irak.” Umar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Saya akan kirim surat ke walikota Irak mengenai kamu?” Uwais berkata, “Saya bersumpah kepada Anda wahai Amirul Mukminin agar engkau tidak melakukannya. Biarkanlah saya berjalan di tengah lalu lalang banyak orang tanpa dipedulikan orang.”

bersambung...

22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 25


26 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016


22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 27


MATADESA

PRAGAAN DAJA BERTEKAD MAJUKAN DESA Beragam peningkatan dilakukan Imrah sejak menjabat Kades Pragaan Daya. Tekad kuatnya memajukan desanya, mendapat apresiasi dari warga. KALEBUN atau Kepala Desa Pragaan Daja, Imrah, memiliki tekad kuat untuk memajukan desa dalam berbagai hal. Dan yang jadi perhatian utama adalah pelayanan kepada masyarakat. Untuk memberikan pelayanan itu, dia mewajibkan semua perangkat desa masuk kantor. Jika ada yang tidak masuk tanpa ada pemberitahuan atau izin, maka perangkat desa bersangkutan akan dikenakan sanksi dalam bentuk denda sebesar Rp 5 ribu. Hasilnya akan dimasukkan dalam kas desa. “Kami hanya ingin memberikan pelayanan prima kepada masyarakat,” ungkapnya, Sabtu, 20 Pebruari lalu. Imrah mengakui bahwa untuk sementara waktu para perangkat desa berkantor di rumahnya, karena balai desa kini masih dalam pembangunan. Dalam waktu dekat, kemungkinan besar pembangunan balai desa akan tuntas. Jika pembangunan balai desa sudah tuntas, Imrah yakin pelayanan akan lebih maksimal, sebab lokasinya berada di pinggir jalan raya yang sangat mudah dijangkau masyarakat. Imrah juga berencana akan membangun pasar desa yang akan diletakkan bersebelahan dengan balai desa. Rencana itu digagas untuk mendongkrak perekonomian warga. “Di desa kami banyak warga yang terjun ke dunia bisnis, terbanyak menggeluti bisnis kuliner tradisional,” ujarnya kepada Mata

Sumenep. Selama ini, warga menjajakan dagangannya keluar desa ketika ada acara besar. Begitu juga dengan pedagang pakaian yang hanya mengandalkan hari pasaran untuk menjual barangnya. Jika pasar desa itu sudah ada, maka para pedagang itu tidak usah jauh-jauh lagi menjajakan barang. Tinggal menempati pasar dan menunggu pembeli datang. Di bidang olahraga, anak muda yang gemar bermain sepak bola yang tergabung dalam Club Prada FC juga mendapat perhatian serius. Imrah mencari bantuan dana ke Disbudparpora Provinsi untuk membuat lapangan sepak bola. Dia berharap bantuan itu segera terealisasi, sehingga bakat para pemuda di desanya tertampung. Sementara di bidang kesehatan, Pragaan Daja sudah memiliki Ponkesdes dan Polindes yang membuat warga mudah terlayani untuk berobat. Desa juga menyediakan ‘mobil sehat’ untuk mengantarkan warga yang akan dibawa ke puskesmas atau rumah sakit. Infrastruktur jalan juga diperbaiki untuk kenyamanan warga. Imrah berharap ada bantuan program pembangunan maupun perbaikan jalan yang belum selesai dari instansi terkait.

28 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016

SEMAKIN BAIK: Suasana perbaikan infrastruktur jalan di Desa Pragaan Daya.

Dia juga berencana memperbaiki saluran air yang kurang normal, karena air yang masuk ke badan jalan mempercepat rusak jalan. Pembangunan bahu jalan juga akan dilakukan untuk menghindari penyempitan jalan yang disebabkan apa pun. Imrah juga berusaha maksimal mengamankan desa dari berbagai tindak pencurian, baik pencurian hewan (curwan) maupun pencurian kendaraan bermotor (ranmor). Itu dilakukan untuk kenyamanan warga.

Diapresiasi Warga Kepemimpinan Imrah mendapatkan apresiasi dari warga. Gaya yang ditampilkan dengan sikap ramah, santun, dan murah senyum melekat di hati warga.

Dengan gaya kepemimpinannya itu, masyarakat tidak sungkan menyampaikan keinginan yang terpendam. Sehingga meskipun masih tergolong muda dari sisi usia dan belum banyak makan garam dunia pemerintahan, dia terbilang berhasil mempimpin desa. Seperti disampaikan warga Dusun Bulu, Baikuni, gaya kepemimpinan Imrah sangat disukai masyarakat. Tiap melayani kepentingan warga, kata Baikuni, Imrah lakukan penuh keikhlasan. Setidaknya hal itu bisa dilihat ketika salah satu warganya ada yang meninggal. “Dia tidak segan memberikan bantuan dari dana pribadi untuk keluarga yang sedang berduka cita,” tuturnya. Oleh karena itu, imbuhnya, masyarakat masih berharap agar Imrah tetap bisa memimpin desa hingga periodenya berikutnya. Masyarakat sudah merasa senang dengan gaya kepemimpinan Imrah.

masrul/anton/rahmat


22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 29


30 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016


22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 31


32 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016


22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 33


34 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016


22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 35


36 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016


22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 37


OASE

INSPIRATORKU Oleh: KH A. Busyro Karim*

S

epanjang hidup, saya pasti selalu ingat terhadap sosok perempuan berpostur tubuh kecil. Beliau menjalani hidup sangat sederhana. Rendah hati. Bila bertutur lembut. Dengan sikap penyabar, bertingkah laku halus kepada orang. Sehingga beliau selalu memancarkan aura kedamaian bagi orang-orang yang berada di dekatnya. Saya saksikan perempuan itu waktu kecil. Saban hari, kehidupan perempuan itu berorientasi akhirat. Apabila tiba waktu 2/3 malam, beliau selalu bangun dari tidurnya. Suasana masih gelap gulita. Maklum di zaman itu, belum ada aliran listrik. Ketika bangun dari tidur, perempuan itu mencari damar talpek atau membawa senter sebagai penerang untuk pergi ke kamar mandi guna ambil wudhu’. Kemudian melaksanakan shalat malam (qiyamul lail). Saya saksikan, perempuan itu tidak turun dari alas sajadah hingga tiba waktu shalat subuh. Setelah shubuh, beliau masih tidak turun. Sampai beliau

bertemu dengan Shalat Israq yaitu shalat ketika matahari terbit. Perempuan itu masih tidak beranjak dari alas sajadah. Beliau masih dzikir hingga usai melaksanakan shalat duha. Setelah shalat duha, beliau baru beraktivitas seperti orang kebanyakan. Karena perempuan, beliau mengurus keperluan dapur dan beraktivitas lainnya. Pada waktu shalat duhur, beliau ngajar para santri. Saat adzan asar, beliau berhenti ngajar lalu shalat asar. Jika masih ada sisa santri yang belum mengaji, perempuan itu pasti melanjutkan. Setelah semua santri selesai mengaji kitab, beliau baru turun dari tempat morok santri-santrinya. Perempuan itu nyaris tidak lepas dari wudlu’. Sebelum shalat maghrib, beliau sudah bersiap untuk shalat maghrib. Kemudian wiridan dan membaca Ratib Al-Haddad. Setelah shalat isya’, beliau langsung morok santri lain. Suasana dan metode mengajar santri zaman dulu memang butuh ketelatenan dan kesabaran. Mengajar model sorogan. Bisa dibayangkan. Setiap santri diajari kitab satu per satu. Tidak belajar bersamasama santri lain. Kitab yang diajari salah satunya kitab Sulam Safinah, Bidayatul Hidayah, Daqoiqul Akhbar. Model sorogan ini tentu menyita waktu lama.

38 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016

Tapi hasil yang diperoleh santri sangat memuaskan. Kalau dipadukan model belajar zaman sekarang orang mengenal model belajar private. Perempuan itu dengan sabar dan telaten mengajari tiap santri hingga larut malam. Terkadang baru selesai jam 12 malam atau jam 2 dini hari. Tidak bisa saya bayangkan siklus kehidupan perempuan itu. Istiqamah dan sabar. Kehidupan sehari-hari perempuan itu selalu dihiasi dengan doa dan dzikir kepada Allah Swt. Perutnya dibiasakan lapar. Selain puasa sunnah senin dan kamis. Saya rindu sosok perempuan itu. Lisannya selalu basah dengan ayat-ayat suci al-Qur’an. Terkadang dalam sehari bisa mengaji 30 juz al-Qur’an. Maklum, perempuan itu seorang hafidzah. Berdekatan dengan orang seperti sosok perempuan itu, saya ingat firman Allah Swt dalam surat Al Kahfi ayat 28 yang berbunyi, “Dan bersabarlah kamu bersamasama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya

dan adalah keadaannya itu melewati batas,”. Kalimat bersabarlah pada ayat di atas memberi pelajaran bahwa ketika berkumpul atau dekat bersama orang seperti perempuan itu, janganlah berharap keuntungan duniawi atau kapital. Memang, efek mendekat dengan seperti sosok perempuan di atas, tidak sama nilai keburuntungannya apabila mendekat dengan penguasa atau pejabat. Secara nalar, dekat dengan seorang penguasa atau pejabat, bisa mendatangkan banyak keberuntungan duniawi atau kapital. Tapi itu sifatnya sesaat. Bukan jangka panjang. Mendekat dengan orang yang memiliki keperibadian seperti perempuan di atas, saya yakin sangat perlu. Sebab, keperibadiannya menjadi tiang perjuangan umat Islam dan tiang generasi akan datang. Saya juga sangat yakin, dekat dengan sosok manusia yang memiliki keperibadian seperti perempuan itu akan menelorkan generasi-generasi tangguh dan hebat. Dengan doa-doa manusia yang dekat dengan Tuhannya, pastinya luar biasa. Hijab-hijab Allah Swt akan tersingkap. Kata-katanya menjadi doa. Bersambung...... *Bupati Sumenep dan Pengasuh Ponpes AlKarimiyyah, Beraji, Gapura


22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 39


40 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.