Edisi6

Page 1

1 DESEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 1


salam redaksi Pembaca Mata Sumenep, kali ini, redaksi menurunkan Materi Utama yang mengupas keberhasilan Sumenep menyabet Juara I dalam bidang Pemberdayaan Ekonomi yang digelar JPIPP. Dan secara kebetulan, sebelum piala diterima, edisi sebelumnya, Mata Sumenep, menurunkan liputan One Stop Event sebagai Gaya Bupati KH Abuya Busyro Karim mendongkrak ekonomi warganya.

4

9 Pendiri JPIP, Dahlan Iskan takjub melihat produk olahan daun kelor hasil kreasi Disperta yang menjadi kunci keberhasilan Sumenep menyabet juara I dalam Pemberdayaan Ekonomi

Dari sekian penulis muda Sumenep, masih tercatat alumni Pesantren Annuqayah, Guluk-Guluk. Tidak diketahui pasti jumlah keseluruhan. Yang jelas, para alumninya banyak menyimpan bakat dan bergelut di dunia tulis menulis yang melahirkan banyak karya. Seperti buku (kitab), cerpen, puisi, essay dan sebagainya. Apa dan Bagaimana potensi intelektual itu diramu dan dirawat?

Kisa Dialik Pndopo

12

27

NU Harus Melindungi Minoritas Membangun Negara Bangsa

Memilih Naik Bus Menambah Keakraban

susunan redaksi Komisaris Dewan Redaksi Redaksi Tamu Redaktur Tamu Direktur Pemimpin Redaksi Redaktur Reporter

: Asmawi : Moh. Jazuli, M. Ali Al-Humaidi : Fathorrahem, M. Ilyas : Suhaidi : Hambali Rasidi : HambaliRasidi : Rusydiyono : Rusdiyono, Mahdi, Ahmad Faidi, Imam Rasyidi,

Desain Grafis Manajer Iklan&Promosi Penagih Iklan Manajer Sirkulasi & Distribusi Keuangan Penerbit NPWP SIUP TDP

: Ahmad Yadi : M. Adi Irawan : Fathor Rahem : Moh. Junaedi : Imraatun Nisa’ : PT MATA SUMENEP INTERMEDIA : 70.659.553.5-608-000 : 503/29/SIUP-M/435.213/2014 : 13.21.1.58.00174.

Asip Kusuma, Rafiqi, Hairul Kantor Redaksi: Jl Matahari 64 Perum Satelit, Tlp (0328) 673100 Email: matasumenep@gmail.com , mataopinisumenep@gmail.com PIN BB: 7D0B6F42 2 | MATA SUMENEP | 1 DESEMBR 2014 1 DESEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 2


MATA UTAMA

seperti serial: Dari Mendongkrak Ekonomi Warga berwujud Pemberdayaan Ekonomi Warga

foto Aynizar for mata sumenep

Berhasil Berdayakan Ekonomi Warga

K

Ibu Nurfitriana Busyro Karim mencicipi produk olahan dari bahan hasil Laut

Pak De Karwo mencicipi produk olahan dari bahan baku Sangkok dari Pulau Sakala

esinambungan Inovasi untuk Pembangunan Berkelanjutan. Itulah tema utama dalam puncak acara Otonomi Awards (OA) 2014 yang digelar The Jawa Pos Institute of Pro-Otonomi (JPIP) di ballroom Empire Palace, Surabaya, (26/11). Sustainability Award dibagi dalam tiga kategori, yaitu kinerja bidang ekonomi, kinerja layanan publik, dan kinerja politik lokal. Dengan demikian, peraih OA special category pemberdayaan ekonomi, pemerataan ekonomi, dan pertumbuhan ekonomi nomine OA khusus Sustainability Award Bidang Pembangunan Ekonomi. Dan Sumenep, menjadi juara umum setelah berhasil menggeser Kabupaten Banyuwangi,Pacitan,Kabupaten Pasuruan, Kota Pasuruan, dalam bidang kategori khusus daerah dengan terobosan inovasi bidang pemberdayaan ekonomi. Keberhasilan Sumenep meraih juara pemberdayaan ekonomi berdasar indikator terobosan program dalam mengoptimalkan Potensi Ekonomi Warga melalui regulasi dan fasilitas untuk melakukan kreatifitas dan inovasi terhadap potensi lokal. Sehingga, hasil pertanian yang belum memiliki nilai ekonomis menjadi lebih bernilai. Seperti, tepung singkong, daun kelor (maronggi, Madura Red.) diolah menjadi teh, tepung dan kapsul kelor. Begitupun jagung, diolah snack mie jagung dan spaghetti jagung. (lebih jelasnya baca Kreasi Dinas Pertanian dan Produk Lokal go Nasional halaman berikutnya). Indikator berikutnya dibaca dalam terobosan Bupati Abuya Busyro Karim dalam mengurai pertumbuhan ekonomi dan kendala para pelaku ekonomi lokal. Tim JPIP menilai bupati berhasil membuat Peraturan Bupati (Perbup) yang mengatur jarak antara pasar modern dengan pasar tradisional. Selain itu, bupati juga menetapkan dalam aturannya agar pasar modern yang tersebar di Sumenep dapat mengakomodir hasil produk UKM dan hasil olah produk lokal (pertanian) Sumenep, untuk memajang di rak-rak mini market. “Termasuk dibukanya klinik koperasi dan konsultan pemasaran bagi para pelaku koperasi dan pendampingan bagi UKM. Serta dibukanya pasar minggu di depan keraton Sumenep yang begitu terasa per-

tumbuhan ekonomi para pelaku,” ujar Kepala Bappeda, Gus Idris, saat dihubungi, Mata Sumenep, via telpon, usai menyerahkan piala OA ke Bupati Abuya Busyro Karim. Dalam meningkatkan kapasitas ekonomi warga, bupati berhasil membuat terobosan dengan memfasilitasi sentra-sentra UKM dan hasil pertanian dengan aktivitas pameran antar kecamatan yang bisa memasarkan potensi lokal. Karena itu, bupati berancang membuka Gerai Produk UKM hasil olahan potensi produk Sumenep pada tahun 2015. Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumenep melalui bantuan alat dan pendampingan pemasaran terhadap Industri Kecil Menengah (IKM) agar para pelaku usaha dapat berjalan lancar dan berkembang dengan baik, sehingga dapat membantu ekonomi dan kesejahteraan warga Sumenep. Kabid Pemberdayaan Industri dan Perdagangan, Fathorrahem, menyebut usaha pemberdayaan ekonomi diberikan kepada rintisan usaha yang sedang merangkak maju. Dahlan Iskan, sebagai pendiri JPIP menjamin penilaian yang dilakukan JPIP sangat objektif. “JPIP hanya mendorong kemajuan daerah. Sekarang, bagaimanan daerah untuk terus konsisten menilai otonomi daerah.Ini momentum yang tepat untuk perubahan. Banyak daerah yang memiliki potensi. Saya melihat para kepala daerah sekarang sudah menyadari kekuatannya,” ucapnya saat memberi sambutan dalam anugerah OA. Hal senada diutarakan Menteri Kelautan,Susi Pudji Astuti. ’’Sebenarnya banyak inovasi di daerah-daerah. Karena itu, tinggal bagaimana sustainability ini bisa diterapkan dalam pemerintahan,”. Potensi ikan laut yang berlimpah di Sumenep juga dirangsang untuk diberdayakan. Lewat acara Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) dan Lomba Cipta Menu Berbahan Dasar Ikan diharap bisa memberdayakan pelaku usaha laut. “Potensi laut yang dimiliki, sangat perlu dikelola dengan baik. Salah satunya dengan gemar makan ikan,” ujar bupati Abuya Busyro Karim saat membuka acara di GNI, 25 November lalu. redaksi

1 DESEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 3


MATA UTAMA

Dahlan Iskan takjub melihat daun Kelor yang dimodif produk olahan

Kreasi Disperta dalam

Berdayakan Ekonomi

D

inas Pertanian Tanaman Pangan, setelah melaksanakan Survey Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Tahun 2012 dengan nilai 77,422 (termasuk kategori baik), terus melakukan kreatifitas dan inovasi dalam memberi pelayanan kepada para kelompok tani binaannya. Dengan cara mendirikan PUSAT INOVASI PELAYANAN PERTANIAN (PIPP), berisi: a. Informasi Data Pertanian Memberi informasi terkait layanan pertanian yang dibutuhkan kelompok tani maupun masyarakat umum. Masyarakat dan kelompok tani dapat konsultasi di loket dan petugas siap melayani apa yang menjadi problem. b. Sertifikasi Kelompok Tani Saat ini, ada 3.277 (tiga ribu dua ratus tujuh puluh tujuh) kelompok tani yang tersebar di Sumenep, sampai saat ini sudah tercakup sebanyak 1.305 (seribu tiga ratus lima) Kelompok Tani yang dilayani di Pusat Inovasi Pelayanan Pertanian. Dan sebanyak 522 (lima ratus dua puluh dua) Kelompok Tani melalui Pusat Inovasi Pelayanan Pertanian, telah tersertifikat.Kadisperta, Bambang Heriyanto, menjelaskan maksud sertifikasi agar kelompok tani memiliki legalitas ketika menerima layanan dan bantuan. Selain itu, Disperta melakukan terobosan bekerjasama dengan Dinas Peternakan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan serta Dinas Kelautan dan Perikanan berkaitan dengan data kelompok tani yang masih memiliki tanggungan. Artinya, proses legalisir kelompok tani akan ditangguhkan manakala dalam data base terdapat tanggungan atau problem pada instansi terkait. Secara langsung layanan ini mampu menyelamatkan dana Kas Daerah yang selama ini sulit untuk dibayar oleh Kelompok Tani. Lewat syarat sertifikasi, masing-masing kelompok tani langsung akan melunasi tanggungannya. Kedepan, proses teknis sejenis ini akan dilakukan secara house to house. Komunikasi antara instansi bidang pertanian bisa on line. c. Konsultasi Teknologi Pertanian Pelayanan konsultasi teknologi pertanian tersebut bertujuan sebagai alih pengetahuan atau transfer ilmu terkait teknologi pertanian. Konsultasi

4 | MATA SUMENEP | 1 DESEMBR 2014

ini bisa menjadi ajang kresi dan inovasi para kelompok tani untuk memproduksi produk hasil taninya bernilai ekonomis. Seperti, mie jagung, kopi dan teh mengkudu, tepung, teh dan kapsul daun kelor, teh sirsak, dan sebagainya. (lebih jelasnya baca; Produk Lokal go Nasionall). Terdapat beberapa produk yang telah dihasilkan Disperta, seperti; -Pengembangan Perbenihan bawang Merah Var. Rubaru - Pengembangan Perbenihan Padi Gogo Varietas Situ Bagendit - Kebun Bibit Desa dan Pelatihan Pembibitan - Jamu Ternak “Prima Rasa” - Klinik Agribinis - Pengembangan Agropolitan dan Replikasi M-P3MI (Prima Tani)

NO

DATA BASE PELAKU USAHA BINAAN DISPERTA SUMENEP ALAMAT PELAKU USAHA/KETUA JENIS USAHA DESA KECAMATAN

1 KWT.Sekar Putih Faridatul Amaniyah 2 KWT. Bunga Angrek Rusmiyati

3 KWT. Harum Melati Mohliso 4 KWT. Nuri Rumdani 5 KWT. Cahaya Qita Nufairi 6 KT. Aneka Tanai K.Asmawi Aliman 7 KWT. Melati 8 KWT. Tiara Hamida 9 KT. Tunas Muda Suparmin 10 KWT. Usaha Jaya Rodifa 11 KWT. Rezeki 12 KWT. Potre Koneng Istri 13 KWT. Bunga Sumekar 14 KWT. Bunga Desa 15 KWT. Putri Smber.Hasil Mariatul Qiptiyah,S.Pdi 16 KWT. Bunga Mekar 17 KWT. Putri Kano Mas Undatun 18 KT. Nurul Jannah K. Ahmad Nurdin

1. Opak Pisang 2. Q`tela Pinky 1. Instan Daun Sirsak 2. Instan Jahe 3. Instan Kunyit Putih 4. Instan Temulawak 5. Instan Temulawak Kunyit Putih 6. Marning Jagung 7. Mei Non Terigu 1. Bubuk KOPIJE 2. Keripik Sukun 1. Sirup Sabut Siwalan

Gapura Barat Gapura Kebun Dadap Saronggi

Ambunten

1. Sari Jagung

Ambunten Timur Gapura Timur Parsanga

1. Sangkok

Sakala

Sapeken

1. Krupuk Jagung 1. Sari kedelai 2. SadruKelor 1. Kripik Gayam 2. Kripik Pisang 3. Kripik singkong 1. Ulat Sutra 2. Kacang Putri Malu 3. Bakpia Tela 1. Rengginang Singkong 1.Minuman Sari Buah

Bun Barat Pkd Sangrah

Rubaru Bluto

Gedungan

Batuan

Pajudan

Guluk-Guluk

Rubaru Sendang

Banasare Pragaan

1. Kripik Sukun 1. Kripik Talas 1. Es Cream

Batudinding Bringin Paberasan

Gapura Dasuk Kota Sumenep

1. Kripik Pisang 2. Kripik Singkong 1. Kripik Gaddung

Lalangon

Manding

Poreh

Lenteng

Gapura Kota

1. Tepung Sergu Kelor Pkd Sangrah Bluto Prima Tani : merupakan komuni2. Teh Kelor tas dari para petani di Desa Bunbarat 3. Kapsul Kelor 1. Reginang Pkd Barat Bluto Kecamatan Rubaru yang menghasil- 19 KWT. Sejahtera Rahma 2. Krupuk Poli kan beberapa varietas unggulan dian3. Stic Sambal 1. Reginang Singkong Banasare Rubaru taranya : Padi Gogo, Jamu Ternak, Es 20 KWT. Sumber Sari Farida cream Jamur, Bawang Merah Rubaru, 21 Flamboyan 1. Crispy Jamur Pkd Sangrah Bluto Susu Jagung. Terhadap produk dan inNur Hasana 2. Kripik Bakul pisang ovasi yang telah dilakukan pada Dinas rul Amin” juga mendapatkan Piagam Penghargaan Pertanian Tanaman Pangan, telah diakui dengan diyang diberikan Presiden sebagai Pemenang Penerima terimanya beberapa penghargaan yaitu : Adhikarya Pangan Nusantara untuk kategori Peng-Pada Tanaman Kedelai keberhasilan juga diraih guna Kreatif Teknologi Ketahanan Pangan (kelommelalui pembinaan pada Kelompok Tani Barokah pok masyarakat/usaha mikro pengembang pangan Desa Guluk – Guluk Kecamatan Guluk – Guluk. Penlokal). ingkatan produksi kedele yang dilakukan oleh Kelom-Di tahun 2012, Disperta melalui pembinaan “GHIPpok Tani Barokah pada Musim Tanam 2008 berhasil PA Banjar Jaya” juga memperoleh kembali piagam pengmeraih Penghargaan Juara Tingkat Nasional pada hargaan yang diberikan Gubernur Jatim sebagai pemelomba Agribisnis Kedele yang diberikan Menteri Pernang/juara III Lomba GHIPPA. tanian RI dengan produktivitas rata-rata sebesar 2,4 Pada tahun, 2013, Disperta mendapat muara akhir ton/ha. penilaian oleh Kementerian Pertanian untuk memper-Piagam Penghargaan juga telah diberikan oleh ebutkan PIALA CITRA BHAKTI ABDITANI TAHUN Gubernur Jatim 2008 kepada KT Mandiri Al-Barokah 2013, yaitu piala Kasta tertinggi dalam penilaian kinsebagai Pemenang Agribisnis Tanaman Pangan dan erja pelayanan publik bidang pertanian. Hortikultura Tingkat Jatim Komoditas Jagung. hambali rasidi -Pada tahun 2011, Disperta melalui Gapoktan “Nu-


MATA UTAMA

Produk Lokal go Nasional

P

roduk olahan mie jagung dan daun kelor, menjadi salah satu indikator keberhasilan kepemimpinan Bupati Abuya Busyro Karim dalam memberdayakan ekonomi warganya yang dihelat The Jawa Pos Institute of Pro-Otonomi (JPIP). Bupati melalui Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan, sudah lama melakukan kreasi dan inovasi dengan dibukanya Pusat Inovasi Pelayanan Pertanian (PIPP) menjadi tempat konsultasi teknologi pertanian untuk mentransfer ilmu teknologi bagi para kelompok binaan dan masyarakat. Sejak dibukanya PIPP, tidak sedikit para kelompok binaan Disperta melakukan kreasi dan inovasi hasi pertanian dengan sentuhan teknologi menjadi produk olahan yang bernilai ekonomis. Salah satunya, produk jagung yang diolah menjadi sphagetti jagung hasil produk dari kerjasama antara LIPI dengan Disperta. Bahan baku sphagetti mie ini berasal dari Tepung Jagung dengan komposisi 60 % dan Tepung Sinkong 40 %. Menurut, Kadisperta, Bambang Heriyanto, produk mie jagung masih dicampur tepung singkong untuk memberi citarasa pada mie. “Jika murni tepung jagung, rasanya kurang nikmat. Kenapa tidak dicampur tepung terigu? Kami tidak mau menggunakan bahan ekspor. Tepung singkong sebagai pangan olahan lokal, masih bisa dimanfaatkan,” jelas Bambang, saat ditemui Mata Sumenep, di ruang kerjanya. Tahun 2015 Disperta sudah melakukan perencanaan nota kesepakatan dengan LIPI untuk meminjamkan beberapa alat dan pendampingan di Desa Sakala, Kecamatan Sapeken, dalam pembuatan tepung singkong. Sakala memiliki Luas tanaman singkong mencapai 65 ha yang dikelola 5 kelompok tani binaan Disperta. “Dengan begitu, keluhan KWT Bunga Anggrek, Saronggi, sebagai produsen Mie Jagung, bisa terjawab setelah bahan baku tepung singkong tersedia dari produk lokal sendiri. Termasuk ada jalinan kemitraan antara KWT Sakala dan KWT Saronggi. Se-

4 KWT binaan Disperta saat study banding di Australia

lama ini, harga tepung singkong tergolong mahal karena sulit didapat dan harus bersaing harga dengan pengusaha kripik singkong,” tambah Bambang. Memang, Disperta Sumenep sedang naik daun. Beberapa bulan lalu, Pemerintah Provinsi Jawa Timur bekerjasama dengan Pemerintah Australia Barat, mengundang empat Kelompok Wanita Tani (KWT) binaan Disperta bersama Kelompok Tani di 6 Kabupaten lain di Jawa Timur untuk Study Banding di Australia, sejak 23 Agustus hingga1 September 2014. Arif Firmanto, Kasubag Program dan Perencanaan Disperta, ikut mendampingi Program Pemberdayaan dan Peningkatan partisipasi Perempuan dalam Pembangunan ini. Study Banding ini melakukan kunjungan resmi ke Leanne’s Farm, Newtons Apple Orchard, Cambray Sheep Cheese, Two Fat Cows Ice Cream Dairy, Harvey Fresh, Bunburry Farmers Market, Rusty Vegetables (Ginmore Grazing), Anna Plains Cattle Station, and Shalimar Garden. Acara kunjungan di Australia ini diharap peran perempuan memiliki motivasi dan inovasi kreatif yang konstruktif dalam mengembangkan potensi dan kualitas SDM yang berbasis keunggulan kompetitif. Sehingga sehingga mampu bersaing secara mandiri dan berdikari. Termasuk memberikan manfaat ekonomi keluarga dan lingkungan. Disperta terus memberi kontribusi nyata lewat hasil produk pertanian yang bisa diunggulkan. Salah satunya, Sangkok, berupa makanan yang berasal dari tepung singkong, terdapat di Pulau Sakala, Kecamatan Sapeken. Saat ini, Sangkok dijadikan makanan pokok masyarakat pulau Sakala pengganti Jagung dan Beras. Sangkok juga bisa dijadikan bahan kue atau makanan karena bisa berfungsi sebagai tepung. Sangkok kini menjadi komuditas unggulan Sumenep untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap Beras (Padi). Dan tahun 2011, Sangkok telah diakui Pemerintah Pusat dengan diterimanya Anugrah Ketahanan Pangan Nusantara dari Presiden Republik Indonesia. hambali rasidi

Alat Pompa Air dari tenaga surya dan pupuk langsung dimasukkan waktu pengairan di lahan semangka di Australia.

Irigasi Tetes; sistem irigasi yang efektif karena selang air langsung menetes di tiap lubang tanaman.

1 DESEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 5


MATA UTAMA Cerita dari Hasil Study Banding di Australia

KELOMPOK WANITA TANI (KWT) TIARA Desa Pakandandangan Barat Kecamatan Bluto

D 3.

ari ke sembilan tempat yang kami kunjungi di Australia Barat, kami akan menerapkan kunjungan di Broome yang tertuju pada dua kunjungan: A. Pertanian Shellamar Station (Jagung manis) Kami akan belajar tentang teknik budidaya tanaman jagung manis. Belajar tentang sistem pengairan/ peny iraman dengan menggunakan alat/ mes in yang berbeda dengan Australia Barat/ Broome. Alat yang akan kami gunakan untuk pengairan jagung manis yaitu den gan menggunakan sistem Pulsating Sprinkler walaupun masih dalam skala luasan area yang kecil. Dengan demikian meskipun di musim kemarau kami bisa menanam jagung manis dengan menggu nakan alat tersebut. Belajar srategi meningkatkan produktivi tas dan menjaga kualitas jagung manis.

1. a.

B.Peternakan Anna Plains Station Peternakan sapi Belajar berternak sapi dan menjaga

1. 2.

b.

Pengairan ini semua dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin yang dirakit sendiri dengan estimasi biaya Rp 5 Milyar Rupiah ($ 15.000). Alat dan mesin yang digunakan untuk penyiraman seperti halnya alat sprinkler jet spray/sprinkler pulsating

kualitas sapi. Merawat sapi dengan memberikan air minum yang bersih, jernih dan selalu tersedia.

2. Pemanfaatan lahan pekarangan a. Pemanfaatan lahan area di pekarangan kami dan budidaya tanaman untuk memenuhi kebutuhan pangan dan sekaligus sebagai cadangan pangan hidup keluarga. b. Budidaya tanaman di area lahan pekarangan kami adalah seperti tanaman kubis, cabe, tomato, terong, wortel, sawi, bawang dll yang dirancang dengan menggunakan bangunan green house dengan sistem pengairan/ irigasi tetes (drip irrigation).

Salah satu KWT Sumenep berfoto di lahan pertanian jagung saat Study Banding di Australia

DAFTAR PENGHARGAAN/PIAGAM PADA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUMENEP TAHUN 2011-2013 NO

INSTANSI PENYELENGGARA/PEMBERI PENGHARGAAN

1. KEMENTERIAN PERTANIAN 2. DINAS PERTANIAN PROVINSI JATIM 3. DINAS PERTANIAN PROVINSI JATIM 4. DINAS PERTANIAN PROVINSI JATIM 5. BIRO ORGANISASI SETDA PROVINSI JATIM 6. KEMENTRIAN PERTANIAN RI 7. DINAS PERTANIAN PROVINSI JATIM 8. DINAS PERTANIAN PROVINSI JATIM 9. DINAS PERTANIAN PROVINSI JATIM 10. DINAS PERTANIAN PROVINSI JATIM 11. PEMDA KABUPATEN SUMENEP 12. BADAN KETAHANAN PANGAN PROV JATIM 13. BADAN KETAHANAN PANGAN PROV JATIM 14. BADAN KETAHANAN PANGAN PROV JATIM 15. BADAN KETAHANAN PANGAN PROV JATIM 16. 17. 18. 19.

DINAS PERTANIAN PROVINSI JATIM DINAS PERTANIAN PROVINSI JATIM DINAS PERTANIAN PROVINSI JATIM DINAS PERTANIAN PROVINSI JATIM

20. DINAS PERTANIAN PROVINSI JATIM 21. 22. 23. 24.

DINAS PERTANIAN PROVINSI JATIM DINAS PERTANIAN PROVINSI JATIM DINAS PERTANIAN PROVINSI JATIM PEMDA KABUPATEN SUMENEP

25. PEMDA KABUPATEN SUMENEP

6 | MATA SUMENEP | 1 DESEMBR 2014

NAMA PENGHARGAAN/PIAGAM

KETERANGAN PROVINSI

JUARA I ADIKARYA PANGAN NUSANTARA (APN) TINGKAT NASIONAL TAHUN 2011 JUARA II GELAR POTENSI PRODUK PERTANIAN DALAM RANGKA MEMPERINGATI HKP KE-39 TINGKAT PROVINSI JATIM TAHUN 2011 JUARA I KATEGORI PENGGUNA KREATIVITAS TEKNOLOGI KETAHANAN PANGAN TINGKAT PROVINSI JATIM 2011 JUARA II GELAR POTENSI PRODUK PERTANIAN TAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA TINGKAT PROVINSI JATIM DALAM RANGKA MEMPERINGATI HKP KE-41 TAHUN 2013 JUARA I MEWAKILI PROVINSI DALAM RANGKA PEMBERIAN PENGHARGAAN UNIT KERJA PELAYANAN PUBLIK BERPRESTASI BIDANG PERTANIAN TAHUN 2013 JUARA I PEMBERIAN PENGHARGAAN UNIT KERJA PELAYANAN PUBLIK BERPRESTASI BIDANG PERTANIAN KATEGORI PLAKAT ABDI BAKTI TANI TINGKAT NASIONAL TAHUN 2013 JUARA I POPT-PHP BERPRESTASI DIPROVINSI JATIM TAHUN 2013 JUARA I LOMBA LEMBAGA MANDIRI YANG MENGAKAR DI MASYARAKAT (LM3) TINGAKAT PROVINSI JATIM DALAM RANGKA MEMPERINGATI AKP KE-41 TAHUN 2013 JUARA III LOMBA PELAKU USAHA PENGOLAHAN HASIL (UP3HP) TINGKAT PROVINSI JATIM DALAM RANGKA MEMPERINGATI HKP KE-41 TAHUN 2013 JUARA I LOMBA AGRIBISNIS KEDELAI TINGKAT PROVINSI JATIM DALAM RANGKA MEMPERINGATI HKP KE-41 TAHUN 2013 JUARA I LOMBA EVALUASI KINERJA APARATOR DILINGKUNGAN PEMERINTAHAN KABUPATEN SUMENEP TAHUN 2013 JUARA I LOMBA ADHI KARYA PANGAN NUSANTARA TINGKAT PROVINSI KATEGORI PELAKU PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN (KOMODI PANGAN) TAHUN 2014 JUARA III ADHI KARYA PANGAN NUSANTARA TINGKAT PROVINSI KATEGORI PELOPOR PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN (PENGGERAK AGRIBISNIS KELOR) TAHUN 2014 JUARA I PAMERAN PANGAN DALAM RANGKA HPS 34 TINGKAT PROVINSI TAHUN 2014 JUARA HARAPAN II LOMBA CIPTA MENU (PENGGERAK AGRIBISNIS KELOR) KATEGORI UMUM TINGKAT PROVINSI TAHUN 2014 JUARA I PAMERAN PRODUK UNGGULAN TINGKAT NASIONAL DALAM PENAS TAHUN 2014 JUARA I PAMERAN PRODUK UNGGULAN TINGKAT PROVINSI DALAM AKP TAHUN 2014 PETANI TELADAN TINGKAT NASIONAL TAHUN 2014 DALAM RANGKA HKP TAHUN 2014 JUARA I CM3 HORTIKULTURADALAM RANGKA HPK TAHUN 2014 JUARA I AGRIBISNIS KOMUDITE KEDELAI TAHUN 2013 (MEWAKILI PROVINSI KE TINGKAT NASIONAL TAHUN 2014) JUARA III AGRIBISNIS KOMUDITE JAGUNG TAHUN 2013 JUARA II AGRIBISNIS KOMUDITE KEDELAI TAHUN 2014 JUARA I PETUGAS INFORMASI PASAR (PIP) TINGKAT PROVINSI TAHUN 2014 PENAMPILAN TERBAIK I SONGENEP FESTIVAL FLOVER TAHUN 2014 SKPD PERCONTOHAN EVALUASI KINERJA APARATUR DARI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

NASIONAL X

X X X X X X X X X

X X X X X X X

X


MATA Potensi

Beternak Benih Ikan Lele, Membantu Ekonomi Warga

Jumali menjelaskan bisnis benih ikan lele kepada mata

M

emang, belum ada angka pasti berapa kebutuhan ikan lele konsumsi di Sumenep. Dari hitungan pensuplai lele, saban malam, lele siap goreng disuplai dari Jawa ke Sumenep, hingga kini, kurang lebih 1,5 ton. Para peternak ikan lele Sumenep belum bisa memenuhi kebutuhan konsumen yang dijual para pedagang. Problemnya, kesulitan benih ikan lele yang masih tergantung pengiriman dari Jawa. Semula ada peternak yang mencoba usaha pembibitan ikan lele, tapi selalu gagal. Indukan lele betina dan jantan di datangkan dari Jawa kemudian dikawinkan. Nah proses pemijahan larva ikan yang harus dibesarkan dalam tahap pembenihan ikan lele ini, tidak bisa berjalan lancar, karena beberapa faktor. Peluang tersebut direspon oleh Jumali,31, warga Lumajang untuk membuka pembibitan benih ikan lele di Sumenep, yang kemudian disebar ke sejumlah mitra usaha peternak ikan lele di beberapa desa di Sumenep. Jumali melihat peluang bisnis pembenihan ikan lele, lebih menggiurkan, daripada pembesaran ikan lele untuk konsumsi. Ia menemukan cacing sutra sebagai menu utama larva ikan yang bisa didapat dari limbah pembuangan pasar Anom Sumenep. Semula, Jumali hanya sebagai penyuplai ikan lele konsumsi dari Jawa kepada para pedagang di Sumenep. “Setelah saya melihat potensi besar yang belum tergarap maksimal di sini, saya jadi punya ide untuk membuka usaha bibit ikan lele di Sumenep,” cerita Jumali. Ditemani salah seorang mitranya (Gatot), Jumali berkisah tentang bagaimana dirinya mampu

Potensi kuliner di Sumenep yang menggiurkan, masih belum dibaca sebagai peluang bisnis oleh sebagian orang. Salah satunya, menu ikan lele goreng. Selama ini, ikan lele konsumsi, masih banyak disuplai dari luar Sumenep. mencapai titik kesuksesan dalam berwirausaha benih ikan lele. Sebagai sebuah usaha yang melibatkan pemasaran, tentu persoalan pertama adalah modal. Setelah itu, strategi pemasaran. “Kalau pemasaran, tidak menemukan kesulitan. Kendalanya terletak pada modal usaha,” tutur ayah dua anak ini. Keterbatasan modal usaha sungguh menjadi hambatan Jumali untuk memenuhi permintaan bibit ikan lele dari para peternak. Para mitra usahanya, terus menambah jumlah kolam ikan lele, yang tentu memerlukan jumlah produksi bibit. Belum lagi, peternak baru yang akan memulai usaha. Bisnis bibit lele, ia mulai dari menyewa lahan kosong di perumahan Alam Permai Asri A13, Desa Kolor, Kecamatan Kota Sumenep. Usaha dirintis sejak 03 Desember 2013 lalu, menuai banyak hambatan, tapi ia lalui dengan sabar dan tekun. Bisnisnya tergolong baru dan pertama di Sumenep. Tidak sampai satu tahun, sudah ada 100 peternak ikan lele lewat jalan kemitraan yang ia bangun. Jumali membuka pola kemitraan dengan para peternak. Bagi peternak yang membeli bibit ke Jumali, dalam waktu tertentu, ia menyempatkan diri untuk melihat perkembangan benih yang dibesarkan. Termasuk konsultasi dalam perkembangan benih. Setelah panen, ikan lele konsumsi itu dibeli Jumali untuk disalurkan kepada langganannya di Sumenep, Pamekasan, Sampang dan Bangkalan. Harga benih ikan lele yang ia jual tergolong murah dan bervariasi tergantung ukuran benih. Dari harga Rp 75 per biji dengan ukuran 3 cm,

Rp 130 per biji ukuran 5 cm, Rp 150 per biji ukuran 6 cm. Setiap bulan, Jumali berhasil menjual 150 ribu biji benih lele. Kelebihannya, benih bisa diantar ke lokasi konsumen di daratan. Selain pembenihan, Jumali juga membuka kolam pembesaran ikan lele untuk konsumsi. “Meski produksi saya cukup besar, saya tetap membeli kepada para petani atau mitra. Selain menambah tingkat produksi, juga untuk membantu menyalurkan produksi mereka, karena saya sudah memiliki banyak konsumen,” sambungnya kepada Mata Sumenep, saat ditemui di kolam pembesaran, di Jl. Matahari No 26. Dari bisnis pembenihan ikan lele saja, Jumali mendapatkan omset minimal sekitar Rp 10 Juta per bulan. Omsetnya bisa naik drastis ketika pengiriman kepada langganan di kepulauan berjalan lancar. “Kalau ke pulau, saya kirimnya ke Kangean dan Sapeken. Order selalu ada, bahkan banyak. Hanya kendalanya di kapal. Entah karena jadwal atau kapal (langganan) yang rusak seperti sekarang. Apalagi kalau cuaca buruk seperti bulan ini,” pungkasnya. Dalam usahanya, Dinas Perikanan dan Kelautan ikut memfasilitasi apa yang menjadi kendalanya. Karena itu, Jumali bercita memberdayakan masyarakat dengan memaksimalkan segenap potensi yang ada. Menurutnya, sangat disayangkan sekali ketika banyak lahan menganggur, namun masyarakat hanya suka mengeluh tanpa ampun. Jumali berharap usahanya dapat membantu peningkatan ekonomi warga Sumenep. rafiqi

1 DESEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 7


mata opini

Social Capital Annuqayah dan Gerakan Civil Society M. Ali Al Humaidy,M.Si*

T

ulisan ini berupaya untuk menyajikan sebuah analisa kritis atas eksistensi pesantren sebagai institusi strategis dalam proses penguatan civil society. Fokus objek tulisan ini adalah yaitu Pondok Pesantren An-nuqayah Guluk-Guluk Sumenep sebagai pesantren tertua dan terbesar di Madura. Sebagai antaran, Dr. Soebardi dalam tulisannya The Place of Islam berpendapat bahwa pesantren merupakan bagian terpenting dalam mengembangkan masyarakat; kontek keilmuan, sejarah kemerdekaan bangsa bahkan mempunyai andil besar dalam penyebaran Islam. Meski demikian, ada pula pandangan yang memandang sebelah mata terhadap pesantren. Asumsi yang kuat bahwa pesantren representasi dari pendidikan kalangan bawah - tradisional, kumuh, lembaga pendidikan klasik dan eksklusif yang (hanya) dimiliki oleh pribadi atau sekelompok kyai-ulama’ (keluarga-nepotis). Demikian juga, tidak sedikit orang yang berasumsi bahwa pesantren merupakan lembaga pendidikan klasik dan mungkin paling tradisional di Indonesia, namun justru dengan kebanggaan tradisionalitasnya, tidak bisa dipungkiri, pesantren justru semakin survive - bahkan dianggap sebagai lembaga pendidikan alternatif ditengah glamouritas dan hegemoni modernisme yang didalam waktu bersamaan mengagendakan tradisi (budaya pesantren) sebagai masalah. Dari asumsi diatas, muncul pertanyaan, apakah dengan “stigma” tersebut perjalanan pesantren dalam mengembangkan civil society menjadi terhambat atau lebih ekstrim lagi, apakah keberadaan pesantren menghambat ke arah civil society ? Untuk menjawab pernyataan diatas, jelas membutuhkan pemikiran yang dalam dan objektif. Namun penulis melihat secara sosiologis antara pesantren dengan gerakan civil society justru saling berkaitan. Jawaban sederhana penulis ada dua hal, pertama bahwa pesantren yang di dalamnya terdapat beberapa elemenelemen khas seperti pondok, masjid, pengajaran

kitab-kitab klasik, santri dan kyai merupakan bagian hubungan yang sinergis - strategis. Sinergitas kelima elemen diatas adalah bagian penting dalam membangun masyarakat beradab, pluralis dan independen, setidaknya bagi santri yang bermukim di pesantren tersebut. Indikator sinergitas elemen diatas adalah bertahannya (sustainable) pesantren hingga saat ini dengan cirri khas yang melekat serta trust dari masyarakat maupun pemerintah. Ini berarti pesantren bagian yang melekat dari masyarakat (embeddedness), sehingga apapun yang terjadi dalam pesantren (dalam batas tertentu) masyarakat akan ikut andil membangun pesantren yang lebih maju. Jaringan (network) juga mempunyai nilai strategis dalam mengembangkan pesantren. Tidak heran bila banyak pesantren yang memiliki jaringan dengan pemerintah, Non Govermen Organization (LSM), dalam bahkan luar negeri. Realitas ini menunjukkan kemampuan dan kemandirian pesantren dalam mengembangkan tradisi keilmuan. Realitas ini secara sederhana mementahkan asumsi sebagian kalangan bahwa pesantren yang dipimpin seorang kyai-ulama yang miskin jaringan, kolot bahkan cenderung absolut. Dalam pandangan penulis, absolutisme kyai-ulama’ memang harus ada sebagimana hak-hak absolut yang dimiliki seorang raja bahkan presiden. Namun yang terpenting, konsep dan aplikasi absolutisme kiai muncul setelah melalui pertimbangan kajian usuhul fiqh dan masukan dari banyak kalangan Kedua, berdirinya pesantren secara mayoritas murni inisiatif dan swadaya masyarakat sehingga masyarakat ikut terlibat dan mempunyai rasa memiliki yang tinggi terhadap pesantren itu. Justru kondisi inilah yang menjadi modal besar hubungan sinergitas antara pesantren dengan masyarakat, dus program civil society semakin mantap. Kemudian dari sisi kepemimpinan pesantren, yang juga bercorak tradisionalis, yang dalam

banyak hal kerap menggunakan keunggulan kharisma kiai/ulama’ sehingga orang sering menyebut feodalistik. Namun melalui basis penguasaan kitab klasik (baca: kitab kuning), sejarah telah mencatat dan menyaksikan betapa tinggi tingkat kemandirian pesantren dalam relasi sosial yang lebih luas diluar dirinya, melebihi lembaga yang menyebut dirinya independen sekalipun. Dus, etos kerja populisme dan kedekatannya dengan masyarakat bawah (grassroot society), yang menurut penulis belum dapat diungguli oleh lembaga yang berlabelkan ‘rakyat’ atau ‘masyarakat’ sekalipun. Membaca kemandirian pesantren sebagaimana diatas dan didukung basis massa yang kuat, maka penulis meyakini bahwa dalam tubuh pesantren terkandung potensi terwujudnya masyarakat sipil (corpus civil society) sebagai pilar demokrarisasi. Contoh tradisi keilmuan di pesantren, perbedaan pendapat (ikhtilaf al-fuqaha) sudah menjadi lebih dari sekedar tradisi. Tentang perbedaan pendapat dikalangan pesantren tampaknya sangat toleran (tawasuth, tawazun, ta’adul). Bahkan ajaran/modal ajaran tawasuth, tawazun, ta’adul merupakan modal besar dalam proses demokratisasi. Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep sebagai salah satu contoh pesantren yang berbasis civil society, pertama, melihat peran kyai sebagai pimpinan pesantren yang selalu memberikan wejangan, penyadaran dan advokasi kepada kalangan bawah (grassroot), wali santri dan kelompok lain. Kiai pondok tidak segansegan membantu masyarakat bagi mereka yang membutuhkan. Kondisi ini menunjukkan bahwa kiai tidak hanya duduk mengajar santri tapi jauh lebih itu telah berkiprah langsung dengan kebutuhan masyarakat. Alhasil, potret ini mementahkan stigma bahwa kiai itu feodalistik absolut dan elitis. bersambung.... *Alumni Annuqayah Dosen STAIN Pamekasan twitter@masmalhum

Redaksi Mata Sumenep Menerima tulisan opini dalam berbagai perspektif dengan materi Seputar Sumenep. Panjang tulisan maximal 850 kata. Tulisan bisa dikirm via email: matasumenep@gmail.com 8 | MATA SUMENEP | 1 DESEMBR 2014


MATA BUDAYA

M Faizi; Kiai Sastrawan en at alumni Pesantr at rc te ih as m , ep han. lis muda Sumen ti jumlah keseluru as p i u ah Dari sekian penu et ik d ak t k-Guluk. Tid bakat dan bergelu an p m yi Annuqayah, Gulu en m k ya ku umninya ban karya. Seperti bu k ya n ba Yang jelas, para al n ka ir ah a poulis yang mel pa dan Bagaiman A . ya di dunia tulis men in ga ba se umeuisi, essay dan kolom ini, Mata S at ew L ? (kitab), cerpen, p at aw ir d i peru diramu dan bersambung. Edis ra ca tensi intelektual it se a ek er m es. nkan profile gasuh muda Ponp en p au nep, akan menuru at en tr an i keluarga pes dana, di awali dar ammad Faizi. h o M i ia K ti er ep S Lora M. Faizi

N

ama lengkapnya Mohammad Faizi. Kiai muda ini lahir di Sumenep, 27 Juli 1975. Di usia 33, ia mengganti posisi abahnya (KH Abdul Adzim) sebagai Pengasuh Komplek PP Annuqayah, daerah Al-Furqaan Sabajarin, Guluk-guluk. Ia termasuk salah satu Kiai muda Annuqayah yang membawa nama harum Pondok Pesantren Annuqayah, di tingkat Nasional, Asia bahkan Internasional dengan keliaran jemari menulis puisi. Kiai Muhammad Faizi menjadi tumpuan mayoritas santri yang gemar menulis khususnya menulis puisi. Kiai Faizi banyak menerima penghargaan. Kendati demikian, tidak membuat dirinya pongah atau sombong sebagai sastrawan muda. Sebab, baginya. apa yang didapat merupakan sebuah anugerah dan tanggung jawab yang harus dipertahankan. Diantara penghargaan yang ia peroleh adalah lomba penulisan karya sastra tingkat nasional. Ia mengaku pernah mengikuti dua kegiatan sastra nasional, yakni Temu Sastrawan Indonesia ke-IV di Ternate, Maluku Utara (2011); dan Pertemuan Penyair Nusantara ke-6 di Jambi, mengikuti dua kegiatan sastra internasional; “Ubud Writers and Readers Festival” di Ubud, Bali, tahun 2008, dan “Jakarta-Berlin Arts Festival” di Berlin, Jerman, 2011. Di tengah kesibukan sebagai Kiai Pesantren, guru di lingkungan pondok pesantren dan juga waktu bersama Istri, ia masih sanggup mengukir dan menerjemahkan gugusan bintang saat malam. Ini dapat dibaca dari berbagai karya dan rutinitas dirinya sebagai kiai sekaligus penyair. Penyair yang memiliki latar belakang pesantren, karyanya pasti kental sisi religius. Buku ‘Permaisuri Malamku’, buku yang ditulis oleh penyair yang kiai atau kiai yang penyair tersebut, berusaha mengungkap kembara malam. Dalam ‘Surat Cinta untuk Malam’, sangat terasa nilai relijinya, jika engkaulah alamat kebenaran/maka perkenankan/sepanjang hidupku menjadi malam/ atau pada puisi ‘Lembar-lembar Cahaya’, Lembar-lembar cahaya/dibuka satu demi satu/ menyibak rahasia/ke rahasia berikutnya. ‘Permaisuri Malamku’ adalah buku puisi. Maka, yang lebih ditekankan dalam tulisaannya bukan untuk membahas astronomi secara keseluruhan melainkan menyingkap rahasia malam. Hal ini bisa ditemukan

dengan tegas. Ia menyatakan pandangannya dalam puisi berjudul ‘Permaisuri Malamku’ yang dipilih sebagai pamungkas atau sebagai judul buku: saat cahaya bermakna bagi gelap/kubiarkan sepi melukaiku/butuh perih untuk menghargai nikmat Membaca karya tulis M Faizi, berharap mendapatkan ilmu tentang astronomi dengan segala tetek bengeknya. Penyair yang begitu terpesona dengan malam, berbagi pandangan dan kembara lewat puisi-puisinya. Tentu akan menarik bila dibaca dan dihayati. Wallaylu libasa (Dan malam serupa baju) wannahari ma’asya (Dan siang serupa medan juang), lalu mengapa penyair lebih tertarik pada malam. Apakah malam lebih menakjubkan daripada siang? Puisi Surat Cinta untuk Malam Pendar gugus bintang semesta raya Jika engkaulah alamat kebenaran Maka perkenankan, Sepanjang hidupku menjadi malam ……… Barangkali malam telah menjadi kekasih yang anggun baginya dalam mencari alamat kebenaran, barangkali pesona malam lebih menyilaukan daripada siang. Barangkali penyair lebih tertarik mengungkap rahasia malam, sehingga dengan setia dan penuh ketegasan, jika malam adalah alamat kebenaran maka tak segan-segan penyair mau menjadi malam sepanjang hidup. Lalu apakah kecintaan penyair pada malam hanya sekedar omong kosong, menghibur diri saja tanpa melakukan perjuangan yang berarti. Tentu penyair bukan diri yang suka berpangku tangan dalam pengembaraan malam, dalam pengembaraan mencari alamat kebenaran, maka dalam puisi berjudul ‘Permaisuri Malamku’ ………….. saat cahaya bermakna bagi gelap dan kubiarkan sepi melukaiku butuh perih untuk menghargai nikmat …………… Begitu anggun M Faizi mengurai malam yang dianggapnya permaisuri, begitu indah perjalanan penyair mencari alamat kebenaran, penyair membiarkan sepi melukai agar lebih bisa bersyukuri memaknai nikmat. Malam berisi sepi, kesepian yang membuat cin-

ta diuji, kesepian pula yang membuat pikiran melayang ke negeri antah berantah mencari sesuatu yang begitu berarti. Penyair telah menemukan alamat kebenaran kalau malam berisi sepi, kalau sepi bisa melukai diri, melukai kenangan, melukai ketabahan, namun bercinta dengan malam akan lebih mendewasakan batin, lebih menghargai karunia sehingga dengannya bisa tumbuh pohon syukur. Puisi dan Latar Belakang Penyair adakah hubungan antara puisi dengan latar belakang penyairnya, bisa ia bisa juga tidak, bagaimana cara mengetahui hubungan tersebut, barangkali dengan cara mengkaji hasil karya yang dimiliki. Buku ‘Permaisuri Malamku’ salah satu buku puisi yang akan mengembara ke dalam puisi yang penuh daya renung. Ia menulis puisi berjudul Namaku Malam, Namaku malam/kepingan waktu yang membentuk subuh/engkau fajar, merah ditempa matahari Malam, bagi Kiai Faizi merupakan kepingan waktu yang akan mengantar pada subuh, sebuah pintu pembuka bahwa berkencan mimpi telah usai dan mimpi harus diterjemahkan. Dalam puisi yang lain berjudul Jemputan, Muhammad Faizi menulis begini, Aku terisak/alangkah mahal jemputan/bagi sebuah kepergian. M Faizi menyatakan bahwa Puisi yang tercipta di ‘Terminal Bis Tirtonadi’ ini, entah merupakan suatu kebetulan atau memang disengaja menyampaikan isyarat mistis, betapa jemputan begitu mahal. Betapa jemputan harus membawa bekal yang cukup agar tak menjadi orang linglung. Disebut mahal harga jemputan adalah ajal, betapa ajal begitu mahal dan tak bisa ditawar. Dimaksud jemputan dari puisi adalah makna yang sebenarnya bahwa penyair memang sedang menunggu jemputan dari handautaulan, jika didasarkan pada Terminal Bis Tirtonadi. Yang tak kalah menarik kesan mistis yang dihasilkan penyair pesantren ini ada pada puisi Lembar-lembar Cahaya. Kiai Faizi, menulis begini; Lembar-lembar cahaya/dibuka satu demi satu/menyibak rahasia/ke rahasia berikutnya. Begitu kental pesan mistis yang dikandung puisi tersebut, Andy Fuller, seorang pengamat budaya dan sastra Indonesia kontemporer, menerjemahkan puisinya ke dalam bahasa Inggris dengan judul Pages of Light. imam Rasyidi

1 DESEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 9


Kisah Legendaris SALTIS ROCK BAND Sumenep (2)

Mengawali Rock Religi di Nusantara

D

ari kosakata nama Saltis tidak ada dalam kamus Indonesia. Tapi, jika dicari dalam dictionary (kamus Ingris) Salt bermakna garam. Dan Island punya arti pulau. Jika digabung, Saltis berarti Pulau Garam. Begitu pendiri Saltis Rock Band, (alm) H Muhlis mengambil nama Saltis sebagai penegasan jika Group Band yang akan berkompetisi dalam Rock Festival-Part Five berasal dari Sumenep, Madura. Waktu itu Group Band Saltis sudah memiliki studio dan peralatan lengkap untuk show out door. Kelengkapan peralatan dan fasilitas Saltis masih belum dimiliki Group Band Surabaya yang juga ikut berlaga. Dari sisi persiapan, Saltis terbilang unggul dibanding Group Band lain dari kota besar. Memang perhatian dan kepedulian, H Muhlis melihat potensi anak muda Sumenep di dunia musik begitu kuat. Meski sebagai politisi PPP, H Muhlis masih menyempatkan waktunya untuk menyediakan sarana penyaluran pemuda berbakat dalam aktivitas yang berbuah prestasi. Nilai kebaikan H Muhlis bisa jadi hilang ditelan zaman. Tapi, buah tanaman kebaikan yang sempat mengharumkan nama Sumenep ke pen-

10 | MATA SUMENEP | 1 DESEMBR 2014

tas nasional lewat Saltis Rock Band tidak akan lekang. Saltis seperti legenda yang tidak akan habis dibicarakan. Nama harum Saltis masih melekat pada generasi yang sempat bersinggungan di masa kejayaannya. H Homaidi misalnya, ketika membaca liputan kisah Saltis Rock Band di Mata Sumenep merasa kaget karena harus memutar memorinya pada tahun 89. H Homaidi menganggap keberadaan Saltis Rock Band seperti titipan Raja Sumenep yang mengawali aliran musik Rock Religi di Nusantara. Ia lalu bercerita bagaimana Joko Tole menjadi tonggak berdirinya Kerajaan Majapahit sebagai cikal bakal lahirnya Nusantara. “Rock Band lain di Indonesia belum ada yang bernafas religi. Group Band Bimbo bukan aliran musik rock, tapi aliran musik pop. Apalagi, lirik lagu Sadar penuh makna sufistik. Ingat, di tahuntahun itu, atribut musik rock masih berkonotasi negatif. Tapi, Saltis Rock Band Sumenep bisa menjawab dengan lantunan lagu bernafas sufistik,� jelas H Homaidi yang mengaku fans berat Saltis. Sejak wafatnya, H Muhlis personel Saltis ber-

Bermetamorfosis: eks Personel Saltis Rock Band berubah nama Super Mantap Band saat manggung penutupan one stop event memperingati Hatarung 2014

cerai berai. Sang vokalis Encung Hariyadi memilih hijrah ke Surabaya bersolo karier dan bergabung dengan Group Band Rock Tricle dan Group Band Andromeda, Surabaya. Sementara, eks personel Saltis seperti Zadey Gozal, Awix Labeng dan Jass membuat group anyar bersama teman-teman barunya. Kekosongan vocalis Encung diisi Zadey Gozal. Dan posisi Zadey diisi Sony. Sedangkan pemukul drumer diisi free lance. Mereka menamakan Group musik Jivas Band. Group pentolan Saltis sempat laris manis kerap diundang pada acara resepsi pernikahan. Tapi pamornya masih kalah dengan full personel Saltis. Saltis tidak mungkin reinkarnasi. Begitu asumsi Ilyas yang memiliki ide merajut eks personel Saltis Rock Band dalam sebuah Group Band dengan nama lain. Berawal dari reuni eks personel Saltis Rock Band, minus Bakar,Sang Drumer, diisi Diki, pada tahun 2009 Ilyas membuat pentas Tribut Iwan Fals di lapangan Bumi Sumekar dan mengawali perubahan nama menjadi Super Mantap Band. bersambung imam rasyidi


MATA POLITIK

Siap Kawal Perda CSR di Bumi Sumenep Jika Perda CSR terbentuk diharap menjadi titik terang realisasi perusahaan yang berdomisili di Sumenep dalam mewujudkan amanat UU tentang tanggungjawab sosialnya. Sehingga, masyarakat merasakan dampak posiif secara langsung.

D

esakan Kaukus Mahasiswa Sumekar (KMS), tentang perlunya (Peraturan Daerah) Perda CSR (Corporate Social Responsibility) di Bmi Sumenep, mendapat respon dari Komisi B DPRD Kabupaten Sumenep. Ketua Komisi B, Nurus Salam, mengaku sudah melakukan langkah-langkah terkait pembentukan Perda CSR. Seperti, komunikasi dengan Bappeda guna merespon desakan KMS atas Perda CSR. Bappeda sebagai koordinator melakukan pendalaman terkait pembuatan Perda CSR. Komisi B, baru-baru ini melakukan study banding ke Bandung untuk mendalami Perda CSR. Dari Bandung sudah menemukan titik jelas kemana langkah konkretnya. Setelah dari Bandung, Komisi B melangkah ke kantor KBKS (Keluarga Berencana dan Kesejahteraan Sosial), sebagai instantansi yang mendistribusikan CSR. “Jadi kami terus menindaklanjuti hingga terwujud Perda CSR di Bumi Sumenep,” ujar Oyock, panggilan akrab Nurus Salam, kepada Mata Sumenep. Apakah Perda tersebut nantinya akan memiliki taring yang kuat, mengingat CSR sudah diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) serta Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas (PP 47/2012)? Oyock optimis karena Perda CSR merupakan payung hukum, dimana perusahaan memiliki tanggung jawab sosial kepada masyarakat. Berkaitan dengan PP, UndangUndang dan lainnya, yang jelas Perda tidak akan bertolak belakang atau bertentangan dengan undang-undang di atasnya.

Secara teknis, Komisi B akan melakukan beberapa konsultasi dengan semua perusahaan untuk diajak berkomitmen. Guna ikut memberdayakan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan. “Jadi dibandingkan perusahaan menjadi tidak jelas pendirstibusian CSR-nya kepada masyarakat, dalam hal ini ketika sudah ada Perda, maka mereka akan merasa aman, karena ada payung hukum yang jelas memayungi mereka untuk menjalankan kegiatan perusahaannya yang ada di Kabupaten Sumenep,” jelasnya. Sementara, banyak fungsi CSR yang kurang jelas, seperti investasi sosial, mencegah, mengurangi dan mengendalikan dampak sosial, serta memperkuat kepedulian masyarakat. Pihaknya masih akan melakukan pertemuan langsung bersama antara eksekutif yang dalam hal ini dikoordinatori oleh Bappeda, legislatif dan perusahaan-perusahaan yang ada di Kabupaten Sumenep. Jika kemudian ditemukan ada yang tidak berjalan, pihaknya akan mencoba mencari jalan tengah. Selain CSR, Community Development (Com-Dev) merupakan bagian yang diatur dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 dan Undang-Undang No. 23 Tahun 2010. Menyikapi program ini dalam Undang-Undang tersebut di Kabupaten Sumenep, Oyock, mengatakan bahwa Com-

Ketua Komisi B; Nurus Salam Dev sebenarnya hampir sama dengan CSR. Hanya saja, skalanya lebih kecil. Menurutnya, Community adalah bagian dari Society, oleh kerena itu kepada beberapa pihak pengelola Perusahaan Sumber Daya Alam (SDA), yang ada di Sumenep pihaknya sudah menyampaikan beberapa hal yang sudah dilaksanakan berkaitan dengan CSR. Terkait data perusahaan yang berkewajiban menyalurkan CSR, dirinya mengaku sudah saya berikan kepada para aktivis KMS. “Data itu saya peroleh dari Bappeda dan sudah diserahkan kepada teman-teman KMS. Ini bukan lagi rahasia, tetapi sudah menjadi dokumen publik yang pantas diketahui dan dikonsumsi oleh masyarakat,” sambungnya mengakhiri pembicaraan. rafiqi/hairul

Mahasiswa menuntut Perda CSR terbentuk di Sumenep 1 DESEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 11


Kisah Dibalik Pendopo

Bupati dan Ibu Nurfitriana bersama rombongan SKPD dan Camat di dalam Bus menuju Tuban.

Bupati Naik Bus Menjadi Supporter Perssu

J

am 06.30 bus rombongan yang mengangkut sejumlah pimpinan SKPD dan Camat untuk menjadi Supporter Perssu berangkat dari halaman kantor Dishub menuju Stadion Loka Jaya Tuban. Mata Sumenep tidak menyangka jika salah satu penumpang bus ada figur Bupati Abuya Busyro Karim. Sehari sebelum berangkat memang dengar informasi jika bupati bersama SKPD berencana menonton permainan laga penentuan 8 besar Piala Nusantara 2014. Mata Sumenep terlambat datang sehingga tidak ngerti siapa saja penumpang dalam bus. Sembari ingin mengecek kebenaran figur bupati yang duduk di kursi depan, sambil lalu menyapa sejumlah pimpinan SKPD, berpindah dari tempat duduk satu ke tempat duduk lain. Ternyata benar, bupati lagi sendirian, dan sedang istirahat. Sehari sebelumnya, agenda bupati dari pagi membuka kegiatan yang digelar sejumlah SKPD, siang hingga sore menemui sejumlah tamu di rumdis dan malam hari, sekitar jam 22.00 bupati bersama ajudan dan sopir meninjau lokasi pelaksanaan Pilkades Gratis gelombang ke dua. Sebelum keluar melihat kondisi pelaksanaan Pilkades, bupati mendapat sms dari Kepala Bappeda, Gus Idris, bahwa Sumenep menjadi juara I dalam kategori khusus pemberdayaan ekonomi yang digelar JPIPP. Undangan bupati diwakili

12 | MATA SUMENEP | 1 DESEMBR 2014

Gus Idris. Sehingga saat penyerahan piala otonomi ward, posisi bupati diwakili Gus Idris. Bupati tentu kaget bercampur senang membaca sms. Sebelum sms masuk, tiada bayangan, program yang dilakoni bersama sejumlah SKPD, mendapat penilaian dan penghargaan dari lembaga riset otonomi Jawa Pos. Bus yang ditumpangi sedikit senyap. Berbeda dengan bus satunya yang mengangkut para PNS dan sebagian eselon III, suasana jadi ramai. Sehingga bisa membunuh kepenatan dalam perjalanan. Kursi bus yang ditumpangi bupati banyak kosong, yang mesti diisi para camat dan pejabat eselon II. Sebagian camat, berbenturan dengan pelaksanaan Pilkades Gratis. Sementara, kepala bagian sekretariat dan sejumlah pimpinan SKPD sebagian ikut bus bareng bupati, sebagian membawa mobil pribadi sambil mengawal supporter. Sang sopir bus mengaku kaget melihat bupati harus berpayah-payah dalam bus. Saat di JL Jakarta Surabaya, Ibu Nurfitriana Busyro Karim ikut dalam rombongan bus. Berhenti sejenak untuk makan siang di Lamongan. Bupati menyapa rombongan ikut makan bareng untuk menikmati sajian Soto Lamongan. Sebagian ikut bersalaman dan mengajak foto bareng. Tiba waktu shalat dhuhur, bupati menjadi imam di mushalla kecil di dalam restoran. Ikut menjadi makmum, ibu Fitri, Aynizar dan ajudan ibu Fitri.

Setiba di Tuban, bupati harus berjalan kaki menuju stadion karena bus tidak bisa masuk akses jalan sempit dan pelataran parkir penuh. Di tengah jalan, Kasatpol PP Abd. Madjid mencegat mobil Kadisinfokom yang sedang menuju lapangan berisi penumpang officer media Perssu dan Abd. Kadir untuk membawa bupati dan ibu. Bupati masuk dalam tribun VIP menyaksikan pemain Perssu. Saat jam istirahat permainan, bupati dan ibu turun dari tribun VIP menemui pemain Perssu di lapangan. Bupati berpesan agar selalu menjaga kekompakan antar pemain. Pluit berbunyi sebagai tanda permainan kedua akan dimulai. Bupati bersama ibu menaiki tribun untuk menyaksikan dari atas. Hingga pluit berakhir, bupati asyik menonton dan baru meninggalkan tribun dan menuju bus yang akan kembali berjalan ke arah Sumenep. Ketika bus berhenti untuk makan malam, bupati kembali menyapa para rombongan untuk menikmati hidangan yang tersedia. Bupati menyapa satu per satu, meja ke meja. Karuan, sebagian pimpinan SKPD merasa sungkan ketika didekati bupati saat mengunyah makanan. Kebetulan menu masakan yang dipesan bupati dan ibu, belum kunjung dihidangkan. Sehingga, bupati bisa leluasa menyapa rombongan sambil bercanda ria. hambali rasidi


pangesto

B

Motivasi PNS Lewat Asah Intelektual

adan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan (BKPP) Sumenep sedang melakukan terobosan untuk menjaring PNS yang memiliki kualifikasi dalam melaksanakan tugas pelayanan birokrasi. Sebanyak 534 Pegawai Negeri Sipil (PNS) dilingkungan Pemerintah Kabupaten Sumenep, diuji lewat asah kemampuan intelektual dalam Ujian Dinas (UD) dan Ujian Kenaikan Pangkat (UKP). Ujian dilaksanakan BKPP bekerjsama dengan Badan Kepegawaian Diklat (BKD) Provinsi Jawa Timur. Acara ini dibuka Bupati Sumenep KH Abuya Busyro Karim di UPT Sanggar Kegiatan Daerah (SKD) Batuan, Sumenep, Senin, 17 November lalu, diawali dengan pengambilan sumpah PNS. Bupati berpesan agar PNS selalu giat bekerja secara kreatif dan inovatif. “PNS tidak boleh hanya mengerjakan hal-hal yang sifatnya rutinitas,” jelas bupati. Karena itu, bupati menyarankan PNS di lingkungan Pemkab Sumenep harus banyak membaca buku dan belajar agar memiliki wawasan yang luas. “PNS saat ini wajib pintar. Sekarang, masyarakat di pedesaan sudah banyak yang sarjana. Jadi, jangan menganggap ujian kenaikan pangkat ini, sekedar formalitas belaka. Sebagai PNS harus terus meningkatkan profesionalismenya,” tegas bupati.

Kepala BKPP Titik Suryati menyebut kegiatan ini sebagai bentuk pembinaan terhadap PNS agar menjadi aparatur Negara dan abdi masyarakat yang taat pada Pancasila dan UUD 1945, negara, serta pemerintah. Para peserta ujian kenaikan pangkat harus bisa mengerjakan ujian dengan baik. Sebab, jika tidak memenuhi syarat kelulusan, wajib mengulang sekali ditahun yang sama. “Melalui kegiatan ujian kedinasan hendaknya dapat memotivasi para PNS dalam meningkatkan wawasan dari segala bidang. Tidak hanya pada saat akan mengikuti ujian, namun harus terus mencari informasi agar tidak ketinggalan,” jelas Ibu Yatik, kepada wartawan yang hadir di acara tersebut. Peserta ujian ini berasal dari PNS yang belum diambil sumpah jabatan yang diusulkan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) terkait, terdiri dari PNS baru dan PNS lama yang belum mengambil sumpah jabatan. Peserta ujian tergolong 4 klasifikasi, yakni ujian dinas tingkat I bagi Golongan II dan III, kemudian Tingkat II untuk Golongan III dan IV serta untuk penyesuaian ijazah dari terbagi dari SMP ke SMA dan SMA kepada Sarjana. imam rasyidi

1 DESEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 13


PANGESTO

14 | MATA SUMENEP | 1 DESEMBR 2014


1 DESEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 15


advertorial

BMT NU Gapura Sukses Berdayakan Eknomi Rakyat Berbasis Syari’ah Ketua BMT NU Gapura, Masyudi saat menerima penghargaan dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah sebagai Juara I tingkat nasional

B

aitul Maal Wat Tamwil Nahdatul Ulama (BMT NU) Gapura kembali menunjukkan prestasinya dalam menggerakkan roda ekonomi warga. Sejak berdiri, 1 Juni 2004 oleh Pengurus MWC NU Gapura, BMT NU beberapa kali menggondoli penghargaan. Pada tahun 2012, masuk nominasi Liputan 6 SCTV Award, yang sukses melakukan pemberdayaan ekonomi kerakyatan berbasis syari’ah. Prestasi berikutnya, pada 2013 lalu BMT NU Gapura kembali dinobatkan sebagai Penggerak Ekonomi Rakyat dalam MNCTV Pahlawan untuk Indonesia. Dan pada tahun 2014, BMT NU Gapura mendapat penghargaan dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Republik Indonesia sebagai Juara I Koperasi Terbaik Kategori Koperasi Simpan Pinjam, tingkat

nasional. BMT NU Gapura dinilai Penumbuhan Anggota dan Asset tersecpat. Selain itu, BMT NU Gapura juga dinilai memiliki sistem informasi laporan keuangan terbaik dan rasio keuangan terbaik. Keberhasilan menoreh prestasi nasional BMT NU tidak lepas dari tangan ketua BMT NU Gapura, Masyudi. Apa saja resepnya? Dengan sikap rendah hati, Masyudi menyebut keberhasilan membesarkan BMT NU berkat kerja keras pengurus dan pengelola BMT NU Gapura untuk membesarkan. Kendati demikian, berbagai prestasi dan penghargaan yang diperoleh tak membuat berbangga diri. Lebih dari, Masyudi menganggap penghargaan dan prestasi sebagi sebagai motivasi untuk terus berkreasi dan berinovasi. Sehingga mampu menjadi koperasi yang benar-benar ber-

manfat bagi masyarakat. Sejak berdiri hingga bulan Oktober 2014, pembiayaan yang dikeluarkan BMT NU Gapura mencapai Rp 17, 922 miliar yang tersebar di 11 kantor cabang. Adapun produk penyaluran dana/ pembiayaan meliputi; Pertama, Bai’ Bits Tsamani Al-Ajil (BBA), proses jual beli kredit dengan margin keuntungan yang disepakati. Kedua, Murabahah, proses jual beli dengan margin keuntungan yang telah disepakati. Ketiga, Mudlarabah, akad kerjasama usaha produktif dan halal antara BMT dengan nasabah, dimana sumber modalnya dari BMT NU. Keempat, Musyarakah, kerjasama usaha antara shohib al-maal (BMT) dengan mudharib (pengelola). Kelima, Al-Qardlul Hasan, pemberian pinjaman dengan tanpa bagi hasil maupun margin. Keenam, Gadai.**

Dishutbun Perhatikan Petani Tembakau

P

ersoalan tembakau selalu menjadi perbincangan tiada henti. Apalagi terkait problem yang membelit petani, hasil taninya tidak bisa menjadi tumpuan hidup. Karena itu, Dinas Kehutanan Dan Perkebunan (Dishutbun) Sumenep, mengundang sejumlah lembaga kelompok tani (Poktan) tembakau bertemat di Hotel Utami. Maksud pertemuan tersebut untuk melakukan penguatan dengan cara memberi penyuluhan agar para petani bisa mengidentifikasi, menginventarisasi karakteristik, dan menghitung tingkat kesesuaian lahan, yang akan ditanam. Selain itu, para petani diharap bisa mengetahui faktor-faktor pembatas dan merekomendasi perbaikan lahan dalam rangka meningkatkan kualitas tembakau. Kepala Dishutbun Sumenep, Edy Sutrisno, menyebut kegiatan inidilaksanakan guna melindungi varietas tanaman tembakau yang sesuai persyaratan ketentuan pemerintah. “Untuk mengetahui inovasi baru peningkatan kualitas tembakau dalam menciptakan varietas unggul dengan sistem persilangan,” katanya kepada Mata Sumenep. Dalam kegiatan tersebut, dihadiri oleh Empat Ratus Lima Puluh (450) orang petani yang berasal dari Tujuh Belas (17) kecamatan di Kabupaten Sumenep. Semua peserta tampak serius mengikuti rangkaian acara hingga berkahir. imam rasyidi

16 | MATA SUMENEP | 1 DESEMBR 2014


mata desa

Pilkades Gratis Berjalan Lancar Kabupaten Sumenep, menggelar Pilkades Gratis serentak secara bertahap yang diikuti oleh 87 desa. Untuk tanggal 20 November terselenggara di 31 desa, 26 November di 33 desa, dan 1 Desember 2014 di 23 desa.

K Kapolda) Jawa Timur Irjen Pol Anas Yusuf, ikut meninjau pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Gratis serentak yang digagas Bupati Sumenep Abuya Busyro Karim

Moh. Ramli

epala Kepolisian Daerah (Kapolda) Jawa Timur Irjen Pol Anas Yusuf, ikut meninjau pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Gratis serentak yang digagas Bupati Sumenep Abuya Busyro Karim, di putaran perdana, Kamis, 20 November. Menggunakan pesawat helikopter, Kapolda Jatim mendarat di halaman Mapolres Sumenep, pada pukul 11.30 WIB, disambut langsung Kapolres Sumenep AKBP Marjoko, Komandan

Kodim 0827 Letkol (Inf) Permadi Azhari, Bupati Abuya Busyro Karim dan pejabat Forum Pimpinan Daerah (Forpimda) lainnya. Bersama bupati dan kapolres serta pejabat Forpimda Sumenep, Kapolda mendatangi lokasi Pilkades di Desa Parsanga, Kecamatan Kota Sumenep. Kabag Pemdes, Moh. Ramli menyebut pelaksanaan Pilkades Gratis serentak dalam dua tahap yang usai digelar, 20 dan 26 November, berjalan aman dan lancar. “Do’akan, semoga tahapan terakhir 1 Desember, pelaksanaan Pilkades juga berjalan tanpa ada kendala,” tuturnya kepada Mata Sumenep. Pada pelaksanaan Pilkades serentak Polres Sumenep menerjukan 1.800 personel. Ribuan petugas pengamanan itu, di antaranya 2 SSK dari Brimob, 2 SSK bantuan Polda Jatim, 660 personel Polres sendiri, 100 personel dari Polres Pamekasan, serta dari instansi samping, seperti Kodim 0827, Satuan Polisi Pamong Praja, dan Perlindungan Masyarakat (Linmas) Sumenep. rusydiyono

advertorial

Aset Rp 352 Miliar, BPRS Luncurkan ATM dan Kredit Mobil

B

ank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)Bhakti Sumekar mulai menunjukkan komitmen pelayanan terbaik kepada warga Sumenep. Bank mililk Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep ini, sedang menawarkan kredit mobil murah bagi PNS, dengan angsuran Rp 900 ribu per bulan. Peluncuran program baru ini digelar dengan bendahara satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dan bendahara instansi vertikal di salah satu hotel di Sumenep,18 November. Direktur Utama (Dirut) BPRS Bhakti Sumekar Novi Sujatmiko juga berancang meluncurkan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) BPRS yang akan terkoneksi dengan ATM Bersama. Kepada perwakilan SKPD, dia mengharapkan agar disampaikan ke PNS dilingkungan instansinya agar selalu menjadi mitra BPRS. Novi juga memaparkan perkembangan keuangan perusahaan yang dipimpinnya. “Saat ini aset yang dimiliki BPRS mencapai Rp 352 miliar. Nasabah yang mempunyai saldo Rp 50 juta di BPRS akan mendapat hadiah tanpa diundi,” rayu Novi disambut audiens yang hadir. Novi merinci, 75 persen kredit BPRS tersalur ke PNS. “Dengan demikian, melalui bendahara SKPD diharapkan bisa membantu memaparkan program BPRS Bhakti Sumekar. Sebab, hasil yang diperoleh perusahaan tersebut juga kembali ke pemkab melalui sumbangan pendapatan asli daerah (PAD),” sambungnya. Acara yang berlangsung satu jam bersama BPRS ini diikuti 120 peserta. Hadir pula Komisaris Utama BPRS Bhakti Sumekar Hadi Soetarto. Sekda Hadi Soetarto sangat apresiatif dengan kinerja bank rintisan Bupati Ramdlan Siradj. Menurut Atok, BPRS Bhakti Sumekar mampu menunjukkan perkembangan positif hingga bisa nyumbang ke PAD Rp 5,3 miliar. Selain itu, tambah Atok, BPRS memiliki prestasi gemilang dengan men-

duduki peringkat dua nasional dalam kategori The Best Sharia Finance Institutions 2013 dalam hal kinerja keuangan selama 2012. “Prestasi ini semakin meyakinkan nasabah. Sebab, uang nasabah dijamin aman. Mari dukung BPRS Bahkti Sumekar agar tambah maju,” ajak Pak Atok. rusydiyono

1 DESEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 17


MATA DESA

Camat Kota Sumenep

Raih Prestasi Nasional dan Internasional

M

oh. Junaedi, M.Si tergolong camat yang penuh prestasi. Prestasinya, dimulai dari Kecamatan terbersih se Kabupaten Sumenep, pada tahun 2012. Kemudian disusul sebagai Juara 1 se Kabupaten Sumenep atas kinerja kecamatan tahun 2013. Dan menjadi kemacatan terbaik atas inovasi Pelayanan Publik se Madura. Atas prestasinya, Camat Junaedi, bersama 33 Camat terbaik Nasional, diundang ikut kompetisi tngkat internasional bertempat di Amerika. Dan terakhir Kecamatan percontohan untuk evaluasi kenerja di sumenep. Segudang prestasi ia tidak raih secara bin salabin. Camat Junaedi harus berjuang keras dan konsisten menggapai cita-citanya. Dimana tempat bekerja, ia selalu menorehkan prestasi. Begitulah ciri khas seorang Camat Kota Sumenep, Moh. Junaedi. Karir PNS ia lalui selepas kuliah, menjadi tenaga honorer di Kantor Sosial Politik (Sospol) selama 2 tahun, pada tahun 1980. Diagkat PNS sebagi Staf Kecamatan Bluto selama 7 tahun dan berlanjut sebagai Staf Bagian Keuangan Pemkab. Setelah itu ia dipercaya sebagai Kepala Sub Bagian (Kas-

18 | MATA SUMENEP | 1 DESEMBR 2014

ubag) di Dinas Kepegawaian dan Pelatihan. Kemudia pindah sebagai Kasubag Dinas P dan K. Sebelum menjabat Camat Kota Sumenep, Junaedi menempati posisi Kabid Perluasan dan Pembinaan Tenaga Kerja Disnakertrans. Dan Sekretaris Dinas Kebudayaan, Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora), serta Sekretaris Badan Pelayanan Tepadu. Pada bulan Juli 2012, ia dipercaya menjabat Camat Kota Sumenep. “Setelah menjadi Camat Kota baru merasakan nikmat yang luar biasa yang diberikan Allah Swt. Saya sangat berterima kasih karena telah diberikan amanah oleh Bupati Sumenep untuk menjadi Camat Kota. Kerena dengan menjadi Camat bisa langsung mengabdikan diri kepada masyarakat khususnya di Kecamatan Kota,” tutur Junaedi, kepada Mata Sumenep, di ruang kerjanya. Kesan yang sangat terasa menduduki Camat, Junaedi mengaku ketika bisa membantu memecahkan persoalan-persoalan yang terjadi di masyarakat. Bagi suami Sri Widiastutik ini, melayani keluhan warganya sudah menjadi komitmennya setelah mandat diberikan bupati kepada dirinya.

Apa saja program unggulan Pak Camat? “Program yang paling diprioritaskan adalah peningkatan pelayanan publik. Karena salah satu fungsi dari Camat adalah melaksanakan pelayanan publik. Dari pelayanan pablik ini bisa beriringan dengan apak yang menjadi kebutuhan warga,” jelasnya. Selain pelayanan prima diberikan kepada masyarakat, Camat Junaedi menyuguhkan kualitas pelayanan semakin baik dan bermutu. Sehingga kesejahteraan warga semakin tampak. “Kami selalu membangun nilai dalam budaya kerja di Kecamatan. Semua karyawan yang ada dilihat dari sisi positifnya dan didorong untuk bisa menunjukkan potensi yang baik. Selain itu juga dibekali Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai. Tentu juga sarana dan prasarana yang dibutuhkan dilengkapi semaksiamal mungkin. Kami menjaga kebersamaan dan kegotong royongan bersama semua pegawai yang ada. Dan saya tanamkan satu hal yang perlu diingat, bahwa bekerja itu adalah ibadah,” tambah Camat familier ini penuh semangat. rusydiyono


WISUDAWAN TERBAIK BERSAMA KETUA

Wisuda ke III STIT AL-Karimiyyah

ADVERTORIAL

S

ekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al-Karimiyyah (STIT Al-Karimiyyah), Desa Beraji, Kecamatan Gapuran, sukses menggelar Wisuda Strata I, yang ke III, pada hari Sabtu, (22/11 bertempat digedung Graha Adi Podai. Hadir dalam wisuda tersebut Prof Dr KH Ali Maschan Musa M. Si mewakili Prof. Dr. H. Nur Syam M. Si, yang kini menjabat Sekretaris Jendral Kementrian Agama RI, Bupati Sumenep KH A. Busyro Karim serta sejumlah undangan terkait. Mahasiswa yang di wisuda berjumlah 192 mahasiswa. Terdiri dari 12 mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Arab (PBA) dan 180 mahasiswa Jurusan Manajemen Pendidikan Islam (MPI), termasuk semua cabang yang ada. Undangan yang di sebar hampir 700 undangan. 400 orang untuk undangan wali wisuda yang termasuk kategori umum. Sementara untuk undangan VIP 100 orang. Moh. Jazuli, MAg, Ketua Panitia Wisuda menyebut, seremonial wisuda merupakan lambang sebuah ketuntasan proses belajar di sekolah tinggi atau universitas. Ini menjadi proses akhir dan pengesahan untuk menyandang gelar sarjana. Dibalik itu,

wisuda bukan akhir dari sebuah proses pembelajaran. namun hanya prosesi penerimaan gelar sarjan. Ektensinya wisuda adalah orentasi mahasiswa yang hendak memasuki pembelajaran baru yaitu belajar di masyarakat umum. Dari wisudalah sebuah pembelajaran yang sesungguhnya akan dimulai serta pengaplikasian teori-teori yang di proleh dalam bangku kuliah. “Kami bangga para Sarjana bisa menuntaskan proses belajar dengan baik. Dengan gelar sarjana bisa menerapkan ilmu yang didapat dari bangku kuliah. Mudah-mudahan mereka bisa mengamalkan ilmu yang selama ini di dapat di lembaga STIT Al-Karimiyyah dan menjadi manusia bermanfaat untuk lingkungan masing-masing,� tutur kepada Mata Sumenep. Ketua STIT Al-Karimiyyah DR Ach. Syaiful A’la, Mpdi berharap kepada mahasiswa mendapat gelar sarjana semoga menjadi gerbang perjuangan untuk melakukan kebaikan. hairul arifin

Para wisudawan/wisudawati angkatan ke III STIT AL-Karimiyah Beraji saat mengikuti proses wisuda, Sabtu, 22 November 2014

1 DESEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 19


Jejak Ulama Sumenep Bagi generasi sekarang, nama Kiyai Wongsoleksono, Pandian Sumenep mungkin kurang populer. Namun tidak bagi generasi tua kalangan Nahdlatul ‘Ulama (NU) Sumenep, dan ikhwan-ikhwan senior thariqah Naqsyabandiah Muzhhariah maupun Khalidiah. Dalam sejarah keta’miran masjid Jami’ Sumenep, nama Kiyai Wongsoleksono bahkan tercatat sebagai Imam Pertama masjid. Beliau juga salah satu tokoh sentral di balik terjadinya perang Pacca’ di era pemerintahan Bupati R. Soema’oem di tahun 1970-an. Kiai Wongsoleksono

K

iyai Wongsoleksono lahir di Sumenep pada tanggal 31 Agustus 1898 Masehi. Beliau lahir dalam keadaan yatim (ada yang mengatakan dalam keadaan yatim piatu). Ayahnya, Raden Sutojoyo (Haji Ahmad Muzammil) wafat pada saat beliau masih kecil, bahkan ada yang menyebutkan sebelum beliau lahir. Ibunya Nyai Nurmilah juga menyusul berpulang ke rahmatullah saat beliau masih belum dewasa. Beliau lalu diasuh oleh paman dan bibinya, Kiyai Muharrar (Kiyai Muqawwa) dan Nyai Musyarrafah (Nyai Muqawwa). Kiyai Muharrar ini kelak menjadi mertuanya, karena isteri pertama Kiyai Wongsoleksono ini adalah putri Kiyai Muharrar. Kiyai Muharrar ini juga ayah dari KH ‘Aliwafa Ambunten, Mursyid Thariqah Naqsyabandiah Muzhhariah. Jadi antara Kiyai Wongso dan Kiyai ‘Aliwafa disamping ada hubungan saudara sepupu juga sekaligus saudara ipar. Meski yatim piatu, Kiyai Wongsoleksono (nama kecilnya R. Mu’amar) memiliki pengaruh besar di tempat kelahirannya, di wilayah kecamatan Ambunten. Ibunya merupakan putri penguasa Ambunten, Kiyai Demang Singoleksono III, dan masih merupakan cucu R. Demang Singoleksono I (Kiyai Macan, Ambunten), salah satu tokoh legendaris di Ambunten yang terkenal dengan berbagai karomahnya. Sedangkan ayah Kiyai Wongso, R. Sutojoyo masih keturunan keluarga keraton Sumenep di masa dinasti Yudonegoro (R. Bugan). Dari kedua belah pihak, Kiyai Wongso juga masih terhitung keturunan Kiyai Ibrahim dan Kiyai Asiruddin Batuampar, adik Bindara Saud Raja Sumenep. Sedangkan secara nasab pancaran laki-laki beliau masih keturunan langsung Pangeran Saba Pele, Sampang, putra Adipati Sampang. Mengenai nasab jalur pancer ini memang ada perbedaan. Menurut catatan silsilah yang berasal dari salah satu putranya, K R Muhammad Mahfuzh (mantan Wedana Kangeyan), disebutkan bahwa Pangeran Saba Pele (Sosrodipuro) adalah putra Raden Adipati Pramono, Bupati Sampang, sekaligus adik dari Panembahan Ronggosukowati, Bupati Pamekasan. Raden Adipati Pramono ini adalah kakak dari Raden Pragolbo (Pangeran Arosbaya) yang menurunkan Pangeran Cakraningrat I, Bangkalan. Keduanya sama-sama putra Pangeran Demang Plakaran (Raja Bangkalan). Sedangkan dalam catatan lain, yang notabene dipegang para keluarga pesantren di daerah Pamekasan, keluarga Bani Ma’lum, dan sebagian di daerah Pasongsongan (keluarga Abdul Hadi WM), Pangeran Saba Pele disebut sebagai putra Panembahan Sampang alias Putromenggolo, putra sulung Sunan Cendana Kwanyar Bangkalan. Wa Allahu a’lam.

Pendidikan Menurut riwayat putra-putranya salah satunya K R Hasanuddin, Kiyai Wongso pertama kali men-

20 | MATA SUMENEP | 1 DESEMBR 2014

empuh pendidikan pesantren di pondok pesantren Karay, Ganding. Waktu itu pengasuhnya ialah pendiri ponpes tersebut KH Imam bin KH Mahmud. Dengan Kiyai Imam, Kiyai Wongso masih ada hubungan keluarga. Secara nasab beliau masih terhitung keponakan Kiyai Imam. “Kalau menurut Kai (ayah; red), beliau pernah bilang pada putra-putrinya bahwa antara beliau dengan putra-putri Kiyai Imam masih terhitung saudara sepupu dua kali (dupopo),” terang Kiyai Hasanuddin. Ada cerita menarik saat masa mondoknya Kiyai Wongso di Karay. Pada suatu waktu, Kiyai Imam sedang memberi pengajian kepada santri-santrinya. Setelah selesai, beliau memberikan pertanyaan untuk menguji para santri terkait isi pengajian yang baru diberikan. Namun ternyata tak ada satupun santri yang bisa menjawab. Lalu Kiyai Imam bertanya lagi, “kemana Mu’amar (Kiyai Wongso; red)?”. Saat itu memang Kiyai Wongso tidak ikut pengajian. Lalu ada santri yang menjawab,” Kiyai Mu’amar sedang memancing katak, Kiyai”. “Panggil kemari,” perintah Kiyai Imam. Singkat cerita, Kiyai Wongsoleksono dipanggil menghadap Kiyai Imam. Setelah menghadap, Kiyai Imam lalu memberikan pertanyaan seputar materi pengajian yang diberikan tadi. Lantas Kiyai Wongsoleksono pun menjawabnya dengan baik, dan ternyata jawabannya benar. Lalu Kiyai Imam berkata, “lihat ini Mu’amar, meski memancing katak tapi tahu menjawab. Kalian semua yang ikut pengajian mulai tadi tidak satupun yang bisa menjawab”. Para santri terdiam dan tertunduk. Sejak saat itu Kiyai Wongsoleksono cukup disegani di antara kawankawan santrinya karena kecerdasannya. Setelah dari Karay, Kiyai Wongso melanjutkan menimba ilmu pada pondok-pondok pesantren lain. Tidak ada catatan khusus mengenai riwayat mondoknya setelah dari Karay. Namun dari cerita tutur Kiyai Hasan putranya, Kiyai Wongso setiap mondok hanya sebentar. “Paling sebulan atau dua bulan di salah satu pesantren, lalu pindah ke pesantren lain. Istilahnya Tabarruk (mencari barokah),” kata pensiunan Kepala UP Dinas Pendidikan Kabupaten Situbondo ini pada Mata Sumenep. Bahkan Kiyai Wongso juga tercatat nyantri pada KH Muhammad Khalil Bangkalan. Namun tidak diketahui berapa lama. Mengenai ini tercatat dalam catatan tulisan tangan beliau yang berada di tangan putra bungsunya K R Isma’il (mantan Wakil Rais Syuriah NU Ranting Bangselok). Di dalam catatan yang berisi kumpulan wirid, do’a, dan hizib itu ada salah satu do’a yang keterangannya berbunyi “ka’dinto du’a papareng langsung/ijazah dari Syaikhona Khalil Bangkalan,” (terjemahnya, “Ini doa pemberian langsung/ijazah dari Syaikhona Kholil Bangkalan”).

Kiprah Da’wah dan kehidupannya Dalam masalah agama, Kiyai Wongsoleksono terkenal sebagai sosok yang tegas dan keras. Beliau sangat memegang teguh hadits qulil haqq walau kaana murran. Sebagai contoh saat di masa sepuh beliau, K A Nawas Bakri, Pandian pernah beliau tuntut karena salah dalam memberikan makna dalam pengajian seputar tauhid dan al-Quran. Parahnya kesalahan itu didengar umum karena memakai pengeras suara. Kasus tersebut segera ditangani pemerintah kabupaten dan pengadilan agama. Kiyai Nawas dipanggil dan disidang di Masjid Jami’ di hadapan para ‘ulama dan bupati. Pada waktu itu Kiyai Wongso yang ikut menyidang. Sebelum menunjukkan kesalahan Kiyai Nawas, Kiyai Wongso memberi kesempatan pada Kiyai Nawas agar mengulangi isi pengajiannya. Setelah diulang, oleh Kiyai Wongso diminta agar diartikan, dan ternyata memang keliru sekaligus fatal akibatnya, yakni yang mengucapkannya bisa murtad. Para ‘ulama dan hakim yang menyaksikan juga menyalahkan. Setelah itu Kiyai Nawas diperintahkan agar bersyahadat lagi. Selanjutnya sidang juga memutuskan melarang Kiyai Nawas mengadakan kegiatan berceramah agama yang ditujukan kepada umum dan hanya diijinkan berceramah kepada santri di langgarnya sendiri tanpa memakai pengeras suara. Keputusan tersebut disahkan oleh kepala kejaksaan Negeri Sumenep tertanggal 30 Januari 1971. Konon, setelah itu hubungan antara Kiyai Wongso dan Kiyai Nawas kurang harmonis. Saat masih muda, Kiyai Wongso juga terkenal sangat keras. Ketika ada orang yang berbuat menyimpang dari hukum agama, langkah awal yang diambil ialah dengan tangan. Seperti yang diceritakan K Raheli, cucu menantunya, dari KH Makki (keponakan KH ‘Aliwafa Ambunten), kalau ada Kiyai Wongso lewat, warga lelaki di Ambunten banyak yang masuk ke dalam rumah karena segan. Sebab jika kelihatan berbuat salah langsung ditegur dengan “tangan”. “Bahkan, jika dilihat ada lelaki yang memandang wajah perempuan bukan muhrimnya saja langsung dihajar oleh rama Wongso (Kiyai Wongso),” cerita Kiyai Makki pada K Raheli. Pada jaman kolonial Belanda, Kiyai Wongso termasuk tokoh agama yang diincar Belanda. Menurut saksi mata, Nyai Emmi di Ambunten, saat itu Kiyai Wongso menjabat sebagai penghulu di kecamatan Rubaru. Suatu hari tiba-tiba Kiyai Wongso ditangkap serdadu Belanda dan dimasukkan pada sebuah tong yang didalamnya berduri paku. Tong tersebut lalu diikat ke mobil jeep lalu ditarik dari Rubaru ke Sumenep. Ketika sampai Sumenep, ternyata Kiyai Wongso masih segar bugar dan tidak lecet sedikitpun. Akhirnya beliau dilepaskan dan Belanda juga mulai sungkan pada beliau. bersambung m. farhan muzammily


MATA PESANTREN

Cikal Berdirinya Ponpes Al-Amien

P

endidikan bukanlah proses aliensi seseorang dari lingkungannya, atau dari potensi alamiah dan bakat bawaannya, melainkan proses pemberdayaan potensi dasar yang alamiah bawaan untuk menjadi benar-benar aktual secara positif bagi dirinya dan sesamanya. Layaknya Bani Syarqawi adalah nickname yang kadang kala digunakan untuk merujuk sebuah kelompok elit politik berbasis pesantren yang sangat kuat di Sumenep, dan mendominasi politik dan pemerintahan di kota ini khususnya sejak tahun 1999. Nama Bani Syarqawi mengacu pada kalangan yang memiliki ikatan genealogis pada seorang tokoh ulama penting yang hidup di Sumenep pada abad ke-19 bernama Kiai Syarqawi. namun secara longgar istilah itu juga mengacu pada mereka yang memiliki kaitan pendidikan atau hubungan guru-murid dengan jejaring pesantren yang terkait dengan Kiai Syarqawi. Sentra jejaring ini adalah sebuah pesantren besar bernama Annuqayah yang terletak di desa Luk-Guluk (kadang ditulis sebagai Guluk-Guluk, namun pelafalan yang lazim menurut kaidah bahasa Madura adalah Luk-Guluk). Pesantren ini memiliki sejarah panjang. Ia dimulai dengan sebuah kejadian yang nyaris tanpa sengaja. Saat itu, seorang ulama dan pedagang dari Parenduan, pergi ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Dalam perjalanan di kapal laut, ulama ini berkenalan dengan seorang ulama lain yang lebih muda, berasal dari kota Kudus. Ulama Parenduan ini sangat terkesan dan segera menjadi sangat dekat dengan si ulama muda dari Kudus. Ketika berada di tanah suci, ulama asal Parenduan jatuh sakit. Ia merasa ajalnya sudah dekat, sehingga berpesanlah ia pada kawan barunya dari Kudus itu, agar si kawan bersedia menikahi istrinya jika Allah berkenan memanggil-nya pulang saat berada di tanah suci. Ketika Kiai Gemma, si ulama asal Parenduan itu meninggal, maka Mohammad Syarqawi, si ulama muda asal Kudus itu, menikahi jandanya pasca ‘iddah dan kemudian turut pulang ke Parenduan.

Kedatangan seorang ulama dari kudus ke Prenduan itu terdengar pula oleh Kiai Idris di dusun Patapan, desa Guluk-Guluk. Syahdan, beliau berkunjung ke Prenduan untuk memondokkan empat putra-putrinya untuk mengaji dan belajar kepada Kiai Syarqawi di Prenduan. Mereka adalah Kiai Chotib (putra sulungnya, yang kelak menjadi cikal bakal pendiri Pesantren Al-Amien Prenduan), Kiai Hafidzuddin (cikal bakal pendiri Pesantren Hidayatut Thalibin Lembung), Nyai Nursiti (yang kelak dinikahi Kiai Imam dan mendirikan pesantren di Karay), dan Nyai Mariyah (putri keempatnya, yang kelak menjadi isteri ketiga Kiai Syarqawi) dengan harapan mereka dapat menyerap sebanyak-banyaknya ilmu yang dimiliki Kiai Syarqawi yang alim dan wira’i itu. Sejak itulah Kiai Idris sering mendatangi Kiai Syarqawi untuk menjalin ukhuwah sambil menyerap ilmu dan mempererat tali persaudaraan. Pasalnya, didesa inilah Kiai Syarqawi mendirikan sebuah pesantren kecil untuk memulai kegiatan dakwah dan pendidikan keagamaan. Tak lama berada di sana ia sudah dikenal sebagai ulama yang handal. Namun, beberapa tekanan sosial sedikit memaksa Kiai Syarqawi untuk memikirkan relokasi pesantrennya. Ia kemudian memutuskan untuk pindah ke arah utara, ke desa Luk-guluk. Pesantrennya di Parenduan kemudian dilanjutkan oleh Kiai Chotib, dan kelak akan berkembang menjadi pesantren modern Al-Amien (yang menerapkan manajemen dan metode serupa di Gontor), di Guluk-Guluk Kiai Syarqawi memulai sebuah pesantren di area bekas sebuah kandang kuda. Catatan tertulis menyebutkan bahwa Kiai Syarqawi mendirikan pesantren ini pada tahun 1887. Di sini pulalah ia memulai sebuah network genealogis penting. A Tijani Syadzili selaku Sekertaris Yayasan Al-Amien mengatakan, Kiai Chotib menjadi cikal bakal pendiri Pesantren Al-Amien Parenduan Sumenep, kiai Chotib Pengasuh pengasuh Pondok Pesantren Al-Amien Parenduan. sekitar awal abad ke-20, Kiai Chotib mulai merintis pesantren

dengan mendirikan Langgar kecil yang dikenal dengan Congkop. Pasalnya, congkop inilah sebenarnya cikal bakal Pondok Pesantren Al-Amien yang ada sekarang ini dan kiai Chotib sendiri ditetapkan sebagai perintisnya. Setelah meredup dengan kepergian kiai Chotib, kegiatan pendidikan Islam di Prenduan kembali menggeliat dengan kembalinya kiai Djauhari (putra ke tujuh kiai Chotib) dari Mekkah setelah sekian tahun mengaji dan menuntut ilmu kepada Ulama-ulama Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Ia kembali bersama istri tercinta Nyai Maryam yang merupakan putri salah seorang Syekh di Makkah Al-Mukarromah. Sekembali dari Mekkah, Kiai Haji Djauhari tidak langsung membuka kembali pesantren untuk melanjutkan rintisan almarhum ayahnya. Ia melihat masyarakat Prenduan yang pernah dibinanya sebelum berangkat ke Mekkah perlu ditangani dan dibina lebih dahulu. Pasalnya, terpecah belah akibat masalah-masalah khilafiyah yang timbul dan berkembang di tengah-tengah mereka. Akhir tahun 1950-an Mathlabul Ulum dan Tarbiyatul Banat telah mencapai masa keemasannya. Dikenal hampir di seluruh Prenduan dan sekitarnya. Namun sayang kondisi umat Islam yang pada masa itu diterpa oleh badai politik dan perpecahan memberi dampak cukup besar di Prenduan dan Mathlabul Ulum. Memecah persatuan dan persaudaraan yang baru saja terbangun setelah melewati masa-masa penjajahan. Pimpinan, guru dan murid-murid Mathlabul Ulum terpecah belah. Periode Pendirian Pesantren (1952 – 1971) Menjelang akhir tahun 1951, di tengah keprihatinan memikirkan nasib Mathlabul Ulum yang terpecah. Pasalnya, Kiai Haji Djauhari teringat pada Pesantren Congkop dan almarhum ayahnya, teringat pada harapan masyrakat Prenduan saat pertama kali beliau tiba dari Mekkah. Ia pun bertekad untuk membangkitkan kembali harapan yang terpendam, membangun Congkop Baru. bersambung imam rasyidi

1 DESEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 21


OASE Mendengar nama Ibnu Atha’illah masih kalah populer dengan Kitab Al-Hikam. Padahal, tak kurang dari 20 karya Ibnu Atha’illah, meliputi tasawuf, tafsir, aqidah, hadits, nahwu, dan ushul fiqh. Dari beberapa karyanya itu yang paling terkenal adalah kitab Al-Hikam. Memang, al-Hikam seakan menjadi primbon bagi mereka yang ingin berjalan mendekat kepada Allah Swt. Untaian mutiara katanya memberi petunjuk, bagaimana beribadah yang bisa meraih ridlo Ilahi. Lewat kolom ini, biografi dan pemikiran Ibnu Atha’illah diturunkan secara bersambung. Semoga menjadi oase di tengah hegemoni syahwat dunia.

Sarjana Universitas Al-Azhar, Mesir dan Magister Tasawuf di UIN Sunan Ampel

Amal Ibadah Bukan Sandaran Meraih Rahmat Ilahi

Ibnu Athaillah as-Sakandary berkata: “Kosongkan hatimu dari segala sesuatu selain Allah (farrigh qalbaka min al-aghyar), maka Allah akan memenuhi hatimu dengan ma’rifat dan rahasia-rahasia (yamla`uh bi al-ma`arif wa al-asrar)”. Demikian, menurut Ibnu Athaillah bahwa ma’rifat merupakan tujuan dari tasawuf, bahkan agama itu sendiri. Allah menegaskan bahwa tujuan dari penciptaan jin dan manusia tiada lain adalah untuk bersujud dan mengenal Allah (ma’rifatullah). Segala macam taklif ibadah yang dibebankan Allah kepada hamba-Nya tak lain adalah sebagai perantara untuk mengenal lebih dalam Sang Khalik. “Dirikanlah sholat untuk mengingat-Ku”, sabda Sang Pencipta dalam surat Thaha. Hakikat semacam ini nyaris terlupakan oleh penulis kitab “al-Hikam” yang legendaris tersebut. Sebelum menempuh jalan spiritual hingga menjadi penerus tongkat estafet master sufi (mursyid) ketiga dalam ordo Syadziliah, Ibnu Athaillah adalah seorang ahli fiqh (faqih) yang tidak menaruh minat pada sufisme, bahkan cenderung sinis. Dalam pada itu ia berujar, “Aku tidak melihat sesuatu dari apa yang mereka (ahli sufi) lakukan kecuali membuat-buat (sesuatu) terhadap Allah”. Kealpaan demikian terus berlanjut hingga setelah perenungan mendalam ia memutuskan untuk menghadiri majelis Syekh Abi al-Abbas al-Mursi, mursyid kedua tarekat Syadziliah. Ibn Athaillah terkesima dengan penjelasan-penjelasan al-Mursi dan merasa ucapan tersebut lahir dari samudera Ilahiah. Hal tersebut membuatnya memutar haluan dan menekuni dunia tasawuf. Ibnu Athaillah sadar, bahwa selama ini ia terlalu menekankan diri pada aspek dhahir dari ibadah, sehingga melupakan samudera kedalaman makna yang luas. Pada perkembangannya, Ibnu Athaillah menjadi salah seorang sufi yang paling cemerlang dan menulis lebih dari 20 kitab bercorak tasawuf. Sebagai seorang pencari Allah (salik), Ibn Athaillah mengajarkan bahwa pada mulanya adalah dengan mengeliminir segala sesuatu selain Allah dari hati. Dalam untaian hikmahnya ia berpesan, “ Kaifa yashruqu qalb shuwar al-akwan munthabi’ah fi mir`atih (Bagaimana hati seseorang dapat tersinari sementara gambar dunia ini terlukis dalam cermin hatinya?)” Seorang salik harus menyadari bahwa dunia beserta segala

isinya tidak layak untuk dipatri dalam hati. Seorang salik tidak layak bersedih ketika kehilangan sesuatu dari dunia; apakah itu harta, kedudukan, atau anggota keluarga. Pun sebaliknya, tidak terlampau senang ketika mendapatkan anugerah duniawi. Ibnu Athaillah berkata, ”Jangan merasa aneh dengan banyaknya kekeruhan selama kau berada di dunia, karena apa yang tampak di dunia adalah memang layak dan sudah menjadi sifatnya”. Sementara dunia dijadikan Allah rumah ujian dan kesengsaraan tidak lain karena Allah ingin mengetahui manusia tidak menjadikan dunia keinginan utama dalam hidup dan segera berpaling kepada Allah. Derita dan kesulitan dunia merupakan nikmat atas hamba, karena hal itu membuat manusia tidak mencintai dunia dan di sisi lain dapat membuatnya dekat kepada Allah. Dari sana ia menghadap kepada Allah seraya mengharap ridha-Nya dan kebahagiaan dalam mengenalNya. Namun demikian Ibn Athaillah menegaskan bahwa hal ini tidak berarti bahwa seorang pencari kebenaran tidak memiliki apapun di dunia, akan tetapi lebih kepada melepaskan pertautan hati kepada dunia, yaitu dengan tidak menjadikannya orientasi utama dalam hidup (akbaru hamm). Kemudian setelah membulatkan tekad untuk menempuh jalan sufi, seorang salik hendaknya mengikutinya dengan jalan memperbanyak beribadah (suluk) kepada Allah. Memperbanyak ibadah merupakan jalan yang bagus untuk mencapai tujuan yang baik pula. “Man asyraqat bidayatuhu asyraqat nihayatuh, (barang siapa yang memulai (suatu perkara) dengan baik, maka itu adalah cermin yang memperlihatkan pada kesudahannya)”. Akan tetapi, Ibn Athaillah mewanti-wanti, bahwa memperbanyak amal ibadah, meskipun itu adalah prasyarat utama untuk wushul ila Allah, tetapi hendaknya seorang salik tidak semata-mata menggantungkan diri pada amal perbuatannya. Berkata Ibn Athaillah: “Salah satu tanda kalau seseorang menggantungkan diri pada amal usahanya sendiri (i’timad ala al-a’mal) adalah berkurangnya harapan terhadap rahmat Allah (nuqshan al-raja`) ketika terjadi kesalahan/ dosa”. Seorang salik seharusnya lepas terhadap amal usahanya, tidak memperdulikan apakah hasilnya baik atau buruk. Tempat bergantung hanyalah Allah, dan bukan perbuatan atau

Ahmad Muhammad

22 | MATA SUMENEP | 1 DESEMBR 2014

tindakan-tindakan diri sendiri. Amalan-amalan tersebut hanyalah bukti untuk memperlihatkan kehambaan kita kepada Allah. Untuk menunjukkan bahwa kita adalah hamba dan Allah adalah Tuhan. Adalah suatu kewajiban seorang hamba memohon kepada Tuannya dan berusaha sebaik mungkin, sementara hal yang layak jika seorang Tuan-lah yang berhak mengatur urusan hambaNya. Yang perlu dilakukan seorang salik hanyalah terus beramal, dan mengistirahatkan diri dari ikut mengatur hasilnya (arih nafsak an tadbir). Sebab itu adalah domain Allah. Sebaliknya, seorang salik hendaknya meminta anugerah kepada Allah agar memperbaiki dirinya dan mendekatkan diri untuk semakin mengenal-Nya (ma’rifatullah). “Jika Tuhan membukakan pintu ma’rifat bagimu, maka janganlah engkau menghiraukan soal amalmu yang masih sedikit (in qalla ‘amaluk). Karena sesungguhnya Tuhan tidaklah membukakan bagimu melainkan Dia akan memperkenalkan diri kepadamu (Huwa yurid an yata’araf ilaik). Tidakkah engkau tahu, bahwa ma’rifat itu adalah anugerah-Nya kepadamu (muriduh ‘alaik), sedangkan amalmu adalah pemberian dari dirimu (muhdiha ilaih). Maka di manakah letak perbandingan antara apa yang Dia anugerahkan kepadamu dengan apa yang engkau berikan kepada-Nya (ma tuhdih ilaih min ma Huwa muriduhu ‘alaik),”? dawuh Ibn Ataillah. Ma’rifatullah adalah sebuah anugerah luar biasa kepada hamba-Nya, maka ketika Allah telah membukakan bagi seseorang suatu jalan untuk mengenal-Nya, maka banyak sedikitnya amal tidak menjadi sebuah tolak ukur. Karena ma’rifat itu suatu karunia pemberian langsung dari Allah, maka sekali-kali tidak tergantung kepada banyak sedikitnya amal kebaikan seseorang. Yang perlu dilakukan dalam meniti jalan spiritual ialah bersungguh-sungguh beramal dan menyandarkan diri kepada Allah sejak awal mula perjuangannya (al-ruju’ ila Allah fi al-bidayaat). Dengan penyandaran diri pada Allah, dengan merenungi segenap hati kalimat la haula wa la quwata ila billah; tiada daya dan kekuatan sama sekali kecuali dengan pertolongan Allah, merupakan pertanda kelulusan (sampai kepada Allah) seseorang di akhir jalan spiritual (alamaat al-nujh fi al-nihayat). bersambung


SURI TAULADAN

Metamorfosis Al-Ghazali (6) Dari Filsuf Menuju Sufi

Jauli Mutar Dosn S AlKarimia

A

Pencetus Filsafat Makrifatullah

l-ghazali memang dikenal sebagai ulama cerdas dan produktif. Tidak terhitung, buku hasil karyanya yang menghiasi dunia intelektual muslim. Hanya saja, sebagian sarjana muslim kurang utuh mengkualifikasi karya al-Ghazali dalam dua kutub berbeda, terkait dengan perjalanan hidupnya, dari karya seorang intelektual yang bermetamorfosis menjadi karya seorang Sufisme. Kitab Ihya Ulumuddin, misalnya, sangat berbeda dengan kitab Misykat al-Anwar. Ihya Ulumuddin kitab yang ditulis al-Ghazali sebelum uzlah dan kajiannya dikhususkan bagi kalangan masyarakat umum sebagai petunjuk praktis kehidupan beragama. Sementara, kitab Misykat alAnwar ditulis al-Ghazali pasca uzlah, yang minsednya berkacamata tasawuf. Sehingga , isi kitab Misykat al-Anwar bertendensi bagi mereka yang ingin meraih kebenaran sejati (Makrifatullah). Ebrahim Moosa dalam bukunya; Ghazali and Poetics of Imagination, menyebut al-Ghazali telah melakukan eksperimen dalam dua jenis tulisan. Pertama, tulisan memori atau tulisan doksologis, sewaktu menjadi selebritas intelektual di Baghdad. Kedua, tulisan hati, hasil sebuah pengembaraannya di dunia Sufisme. Kacamata Sufisme memang menjadi titik tekan al-Ghazali melampaui metode lain dalam mengkaji sebuah objek sehingga melahirkan banyak karya yang lebih mengagumkan. Seperti, Karya Misykat al-Anwar (relung cahaya), yang menjadi cikal bakal lahirnya Epistemologi Islam, sebuah ilmu yang mengajarkan metode memperloleh kebenaran pengetahuan dalam Islam. Kitab Misykat al-Anwar, sekedar contoh kongkrit bagaimana al-Ghazali menerapkan cara penafsiran al-Qur’an secara Sufistik. Misykat arti harfiahnya adalah ceruk atau relung. Sedangkan al-Anwar memiliki makna cahaya (Nur). Judul kitab ini merujuk kepada sejumlah ayat al-Qur’an yang berbicara tentang Nur (cahaya). Seperti, Allah nur al-samawati wa al-ardh (Allah adalah cahaya langit dan bumi). Ada juga sebuah hadits yang mengungkap bahwa ada 70 tirai. Masingmasing tirai memiliki cahaya dan kegelapan. Jika semua tirai itu disingkap, keagungan wajah Tuhan akan membakar semua yang melihatnya. Dalam Misykat, al-Ghazali ingin menguraikan apa yang disebut sebagai filsafat cahaya. Den-

gan kata lain, bagaimana al-Ghazali menjelaskan kebenaran sejati itu hanya di dapat dalam Nur Ilahi. Menurut al-Ghazali, selain indera (mata), keberadaan benda-benda sangat ditentukan oleh cahaya. Tanpa cahaya, maka benda-benda tidak ada. Cahayalah yang menyebabkan semua penampakan terjadi. Cahayalah yang memanifestasikan benda-benda di sekitar kita. Al-dzuhur dimungkinkan karena ada Nur. Cahaya kasat mata adalah cahaya inderawi. Dalam kitab Faishal, al-Ghazali mengungkap lima tingkat wujud. Tingkatan inderawi ada cahaya yang mengantarkan manusia mengetahui sejauh kemampuan indera. Pada level pikiran, ada cahaya yang mengantarkan pengetahuan bagi pikiran. Sehingga, pikiran selalu melihat objek dan berlaku kesadaran yang selalu mengarah kepada objek. Al-Ghazali menyebut ada dua jenis mata untuk

“al-Ghazali ingin menyatakan bahwa cahaya sejati adalah cahaya Ilahi (Nur Ilahi). Sedangkan cahaya lain hanyalah sebuah majasi. Semua cahaya disebabkan cahaya mutlak. Allah adalah cahaya mutlak itu atau nur fauqa nur (cahaya di atas cahaya)” melihat. Pertama, mata inderawi. Kedua, mata ruhani (hati). Mata inderawi memiliki banyak keterbatasan ruang. Sedangkan, objek mata ruhani tiada batas. Sehingga cahaya yang dipantulkan mata ruhani bisa menjadi sumber cahaya. Dalam konteks ini, al-Ghazali ingin menyatakan bahwa cahaya sejati adalah cahaya Ilahi (Nur Ilahi). Sedangkan cahaya lain hanyalah sebuah majasi. Semua cahaya disebabkan cahaya mutlak. Allah adalah cahaya mutlak itu atau nur fauqa nur (cahaya di atas cahaya). Lewat kitab Misykat al-Anwar, al-Ghazali menawarkan metode kebuntuan para Filsuf Yunani dalam meraih kebenaran. Termasuk para Filsuf Barat modern yang juga mengalami kebuntuan soal objek kebenaran pengeta-

huan. Paradigma berpikir para Filsuf itu sebatas upaya merengkuh objek sejauh didefinisikan oleh subjek. Sebagai contoh, Imanuel Kant lewat konsep numena atau das ding un sich (ada pada dirinya) juga tidak mampu menjangkau subjek. Subjek hanya melihat sebuah fenomena atau penampakan. Edmund Husserl dan Martin Heidegger sekata menganjurkan penampakan eksistensial, objek disuruh berbicara atas namanya sendiri. Padahal, jauh sebelum Filsuf modern itu lahir, al-Ghazali sudah merumuskan konsep cahaya, di mana penampakan objek pada subjek berwujud sebab unsur lain, yaitu cahaya. Seperti yang tertuang dalam Surah an Nur ayat 35 – 38. “Allah (memberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah adalah seperti lubang yang tak tembus yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca dan kaca itu seakan-akan (bintang yang bercahaya) seperti mutiara yang menyalakan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, yaitu pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah baratnya yang minyaknya sahaja menerangi walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapislapis) Allah membimbing kepada cahayanya, siapa yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. bersambung....

1 DESEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 23


Testimoni

Dr Muhammad Saidi, MPd,MM

Seorang pemimpin tidak sebatas pintar secara intelektual, juga dituntut cerdas secara emosional dan spiritual. Ketiganya harus melekat dalam satu sosok yang pasti menghadapi aneka karakter manusia dan menumpuknya problem warga. Banyak orang menanti ide-ide cemerlang sosok pemimpin untuk menyelesaikan berbagai macam probelmatika kehidupan. Dan menemukan sosok di atas, ibarat mencari jarum ditumpukan jerami. Dalam pandangan Dr Muhammad Saidi, MPd,MM, karunia Ilahi di atas melekat pada sosok Bupati Sumenep, Kiai Haji Abuya Busyro Karim.

Guru Besar Untag Takjub Menilai Bupati KH Abuya Busyro Karim

S

uatu hari di awal 2013, Sahidi berkonsultasi dengan promotor doktornya di Universitas 17 Agustus, Prof Dr Ujianto, MS. “Saya ajung jempol pada bupati anda,” cerita Saidi mengenang pembicaraan dengan sang guru besar. Sahidi merasa kaget dan tercengang mendengar jawaban guru besar yang memiliki integritas tinggi terhadap penelitian dan ilmu pengetahuan di Indonesia. Di tengah sikap bisu Sahidi, sang guru besar melanjutkan penjelasannya. “Pak Busyro itu tekun mengikuti kuliah pada program doktor. Saya tahu, pak bupati sangat sibuk. Tapi, dalam berbagai kegiatan akademis, Pak Busyro tidak pernah mewakilkan kepada orang lain. Jika bertanya saat kuliah, materinya berbobot dan mendalam. Dia sosok pemimpin yang cerdas. Integritas dan perhatiannya terhadap ilmu pengetahuan tidak perlu diragukan,” begitu testimoni Guru Besar Ujianto, yang ditulis Sahidi dalam pengantar buku karya KH Abuya Busyro Karim, Menuju Sumenep Cerdas 2015; Pengelolaan Pendidikan Secara Profesional. Jiwa kempeminpinan (leadership) pada seseorang tidak tumbuh dengan serta merta. Namun, ada usaha serta proses yang dilalui oleh seseorang, sehingga tumbuh jiwa peminpin dalam dirinya. Begitu juga dengan Bupati Busyro Karim. Menurut cerita Muhammad Saidi, sebelumnya memang sudah ada tanda-tanda bahwa beliau memiliki jiwa pemimpin. Tanda itu mulai tampak semenjak Busyro Karim Muda nyantri di Pondok Pesantren Mathaliur Anwar, Pangarangan, Sumenep. Sosok Abuya selalu menjadi tumpuan problem solving dikalangan santri. Yang membuat teman-teman Kiai Busyro kagum, yaitu karena semua temantemannya tidak mampu memecahkan masalah,

24 | MATA SUMENEP | 1 DESEMBR 2014

sementara Suami Nyi Nurfitriana itu selalu saja bisa. Sepertinya dalam otaknya itu berisi cadangan jalan keluar dari semua permasalahan. Sehingga dengan enteng dan refleks ketika dimintai pandangan terhadap kejadian yang bermasalah. “Busyro itu cerdas dan tanggap terhadap persoalan yang terjadi dilingkungan sekitarnya,” katanya kepada Mata Sumenep. Selain cerdas dalam memecahkan masalah, mantan Wakil Ketua Tanfidziyah PCNU itu juga dinilai cerdas dalam menyiasati keterbatasan, dan sukses melintasi tantangan. Sahidi mencontohkan, sewaktu Busyro kuliah di IAIN Sunan Kalijogo Yogyakarta, sering kekuarangan biaya hidup. Karena uang pemberian dari kedua orang tuanya tidak cukup sebagai bekal hidup di kota pendidikan yang berbeda jauh dengan desa kelahirannya. Bayangkan yang dikasih hanya Dua Puluh Lima Rupiah (Rp. 25.000) selama satu bulan, sementara biaya hidup dan pembayaran kampus sudah lebih Lima Puluh Ribu Rupiah selama sebulan. Tapi nyali Busyro tidak melempem di tengah tantangan, harapan dan tekadnya tak putus dipertengahan jalan, semua dijalani dengan tenang dan penuh keyakinan. Lanjut Saidi, tidak lama setelah berada di Yogyakarta, Busyro diketahui banyak orang kalau dia piawai dalam hal ceramah. Selanjutnya, Busyro selalu diundang untuk ceramah dan mengisi berbagai pengajian. Berkat itulah Busyro bisa makan dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Menyelam sambil minum air, kira-kira begitu pengalaman manis sang pengasuh Pondok Pesantren Al-Karimiyah Braji itu. “Busyro itu makan dan mencukupi kebutuhan hidup lainnya dari hasil ceramah,” tandasnya.

Sehingga tidak heran, apabila Busyro datang dari Yogyakarta dan mampir ke Pondoknya pasti akan diminta untuk mengisi ceramah pada kegiatan rutin santri. Biasanya pada acara pelatihan santri dibidang ceramah, sambutan-sambutan, dan menjadi pembawa acara, yang dinamai Muhadharoh. Karena semua santri tahu kalau kakak angkatannya itu memang terkenal dibidang ceramah. Bahkan, kata pria yang bertugas sebagai Pengawas Sekolah di Dinas Pendidikan Kabupaten Sumenep itu, Busyro sempat bergantian menjadi bilal disebuah Masjid di Yogyakarta dengan Amin Rais politisi senior partai PAN itu. Ketika Amin Rais tidak bisa menjadi bilal, seperti biasa diganti oleh Busyro. “bahkan Busyro itu kualitasnya sama dengan Amin Rais dalam persoalan ceramah,” paparnya. Kenyang mencicipi rasa asinnya garam kehidupan, membuat jiwa Busyro semakin mantab menatap masa depannya. Sehingga kharisma kepeminpinannya kian harum dan melambung. Dan menjadikan seorang yang memiliki etos kerja yang bagus. Memiliki konsep menejerial yang bagus. Serta selalu disiplin dalam bekerja. Menurut cerita Haji Sulaendi pegawai di Kabag Pemdes, Kedisiplinan bupati itu terlihat dari jam masuk kantor. Selama tidak ada kegiatan diluar kantor, bupati pasti inten dan selalu ada dikantornya. Semua itu dilakukan untuk memberikan contoh yang baik bagi semua pegawai di Sumenep ini. “Saya selalu melihat bupati dikantornya, dan jam masuknya pun beliau sangat disiplin, pastas ditiruh oleh kami semua disini,” ujarnya. rusydiyono


MAJELIS TAKLIM

Kiai Mughni; petualang ilmu sampai ke Mekkah Ulama adalah pewaris para Nabi. Segala aktifitasnya ber orientasi dakwah. Setiap seruannya pasti mengarah pada peningkatan kualitas hidup. Ada beberapa cara mengajak masyarakat ke jalan yang diridhai TuhanNya. Ada yang melalui pengajian, ada pula yang lebih mengutamakan kedekatan emosional. Dengan harapan, dakwah yang disampaikan bisa mengantarkan umat untuk selalu ingat dan taat kepada Allah SWT.

KH Muhgni

S

alah satu ulama atau kiai yang menggunakan kedua cara tersebut adalah Kiai Haji Muhgni. Kiai asal Batu Putih ini selalu menyatu bersama masyarakat, selain melaksanakan tugasnya sebagai pengasuh di Pondok Pesantren Ad-Dakwah. Aktifitas keseharian, diniatkan sebagai ibadah. Sebab, semua pekerjaan yang dilakoni secara ikhlas berharap ridla Ilahi adalah Ibadah. Sehingga tak heran jika pesantren yang dirintis pada tahun 2002 cepat mendapat perhatian dari warga sekitar. Saat ini Ponpes yang dirintisnya memiliki ratusan santri. “Sampai sekarang ada dua ratus lebih santri yang mondok di sini,” kata sala satu pengurus ponpes, Zuhdi, 23, asal Batu Putih kepada Mata Sumenep. Kiai dengan dua anak ini sangat ramah pada tamunya. Baik kepada yang tua ataupun bagi yang masih mudah. Berdasarkan pengamatan Mata Sumenep, keramahan beliau terhadap tamu, saatmenyuguhkan secangkir kopi dan sebatang rokok ketika ada seseorang yang sowan ke kediamannya. Dan semua itu dilakukan sendiri, alias tidak menyuruh orang lain. Bukan tidak ada yang akan disuruh, akan tetapi hal demikian dilakukan sebagai bentuk penghormatan pada tamunya. “eatore kopina tor pendhut rokok ka’dintoh,” ujarnya dengan ramah.

Untuk kegiatan di luar rumah, selain menjadi pengasuh Ponpes, alumni Ponpes Annuqayah ini sering mengisi berbagai kompolan bersama warga sekitar. Diantaranya setiap malam Sabtu, khusus pemudah keluaran pesantren, sementara untuk malam Rabu anggota perkumpulan itu khusus masyarakat yang tidak pernah mengenyam pendidikan pesantren. Sehingga materinya pun berbeda. Untuk perkumpulan pemudah mengunakan kitab-kitab klasik seperti Fathul Mu’in, sementara khusus yang tua-tua menggunakan kitab-kitab yang mudah untuk di mengerti, seperti Safinatun Najah dan Sullam Taufik. Yang paling ditekankan dalam setiap perkumpulan yaitu masalah Shalat dan seputar kehidupan sehari-hari. Bahkan kata kiai yang mengaku pernah belajar ngaji kepada Syeh Ali Al-Yamani di Mekah itu, setiap setengah bulan sekali dirinya masih dimintah mengisi perkumpulan warga yang jauh dari tempat tinggalkannya. “kaule sering diminta warga kaangkuy ngesseeh kompolan, tempat epon cokop jeuh dari ka’dintoh,” pungkasnya. Akan tetapi, sikap peduli dan keramahan itu tidak terjadi secara sim salabin pada diri kakak Kiai Mawardi mantan anggota DPR Kabupaten Sumenep itu. Karena Ayah dari Muhammad Hasan dan Ahmad Fauzi itu

mengaku, setelah dirinya keluar dari Ponpes Annuqayah pada tahun 1977, yang ketika itu masih berumur sekitar 21 tahun masih sempat melanjutkan studinya ke tanah Suci Mekah. Disana berguru kepada banyak ulama, salah satunya Syeh Ali Al-Yamani, yang waktu menjabat sebaga menteri perminyakan Arab Saudi. Bahkan dari saking lamanya di Mekah, pernikahannya dengan Nyai Hafsah pun dilaksanakan disana. Tidak hanya itu, kedua putranya dilahirkan di Mekkah. Setelah putra pertamanya berumur lima tahun dan yang kedua berumur tiga tahun, pulang ke desa kelahirannya. Namun, kiai Mughni tidak pulang, hanya isteri dan anaknya yang disuruh pulang duluan. Di tanah rantau, beliau masih ingin belajar lebih banyak lagi. Sikap menghargai sesama yang selalu terpancar pada diri Kiai dari dua belas bersaudara itu. Beliau tidak pandang bulu, ataupun masalah usia. Berdsarkan cerita Miftahul Ulum, 24, bahwa sangat mengahragai dan menyayangi kaum muda. Ketika berkomunikasi dengan orang yang muda darinya. Beliau tetap menggunakan bahasa yang santun. “beliau sangat ramah pada siapapun, apalagi bai kaum muda,” ceritanya. rusydiyono

1 DESEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 25


Mengenal Sang Mpu

Karangduwak (4) Mpu Citra Nala juga tidak asing bagi pecinta keris di Sumenep. Beliau salah satu putra Sang Mpu Karangduwak. Hasil karyanya, memiliki ciri khas yang bernilai estetika tinggi dibanding hasil para Mpu lain. Berpamor deling dan bilah kerisnya, bermodel tegak yang menandakan karakter seorang Mpu yang keras. Sikap konsistensinya, membuat Raja Sumenep, ketika itu, murka kepada Sang Mpu Citra Nala. Sehingga, Sang Mpu Citra Nala harus hijrah ke Pamekasan.

Pak Djoko Adi Susanto, Juru Kunci Makam Sang Mpu Citra Nala

S

ikap keras Sang Mpu Citra Nala sudah menjadi legenda bagi komunitas keris di Sumenep. Suatu ketika utusan Raja menemui Sang Mpu Citra Nala minta dibuatkan keris yang akan digunakan Raja dalam tempo yang sangat singkat. Sang Mpu menolak dengan dalih, pemesan keris sebelum Raja sudah menumpuk. Sang Mpu tidak bisa mengutamakan pesanan Raja, sebelum pemesan sebelumnya selesai dibuat. Bagi Sang Mpu Citra Nala, kedudukan manusia sama, tidak ada beda antara Raja dan Rakyat. Akibat pendirian Sang Mpu, sang Raja tidak terima. Dan, Sang Mpu memilih meninggalkan Sumenep. Dari ratusan tahun legenda Sang Mpu Citra Nala mewarnai dunia perkerisan, tidak ada satupun pecinta keris Sumenep mengetahui keberadaan astanya. Tanpa sengaja, Mata Sumenep, mendapat informasi, di Dusun Kebun, Desa Polagan, Kecamatan Galis, Pamekasan, terdapat makam yang bertulisan Ki Citra Nala. Sehingga, ini menjadi menarik karena bisa memperjelas keberadaan para Mpu Sumenep. Sebelum berziarah ke makam Sang Mpu Citra Nala, Mata Sumenep, disarankan menemui juru kunci makam. Masyarakat sekitar, memberi mandat ke Pak Djoko Adi Susanto, sebagai juru kunci atas perantaranya, makam Sang Mpu Citra Nala diketahui dan dibangun. Bagaimana ihwal makam Sang Mpu Citra Nala diketahui? Guru Bahasa Ingris, SMA 2 Pamekasan ini, bercerita asal mula asta Sang Mpu Citra Nala melalui sebuah perbincangan dengan guru spiritual Pak Djoko, Suhardi, keturunan Sang Mpu Karangduwak. Pak Djoko menjelaskan, di sekitar daerahnya, ada beberapa buju’ (makam suci) yang sering

26 | MATA SUMENEP | 1 DESEMBR 2014

Gumpalan Cahaya dari Sang Mpu

dikunjungi warga. Guru Pak Djoko itu juga bercerita jika Citra Nala, putra Sang Mpu Karangduwak, pernah tinggal di Pamekasan. Dari perbincangan itu, Pak Djoko dan gurunya beserta santrinya, berziarah ke buju’ yang baru diperbincangkan. Lokasinya di Desa Pandan, samping area pegaraman. Setelah berziarah, guru Pak Djoko menyatakan bukan makam Citra Nala. Pak Djoko dan rombongan pulang menuju Sumenep melewati arah Vihara, Talangsiring. Di tengah jalan, Pak Djoko juga menunjukkan sebuah area makam yang kerap dizirahi masyarakat Dusun Kebun. Salah satu penghuni makam itu, ada kuburan Kiai Masluha, sesepuh warga Desa Polagan. Mobil rombongan berhenti. Dan guru Pak Djoko bertafakur beberapa detik, sebelum melangkah menuju kuburan dimaksud. Jalan menuju makam tidak bisa dilewati kendaraan roda empat dan jaraknya cukup jauh dari jalan desa, sekitar 300 meter. Sehingga mobil di parkir dan rombongan harus berjalan kaki. Setiba di lokasi yang ditunjuk, guru Pak Djoko menyatakan bukan Citra Nala. Disekitar makam, ada tiga pohon besar (pohon asam, pohon beringin dan pohon duwak) yang satu sama lainnya menyilang saling menempel, sehingga terlihat menjadi satu. Pak Djoko menunjuk tiga pohon besar yang selalu mengeluarkan cahaya. Guru Pak Djoko melangkah menuju arah dimaksud. Sepintas tidak ada tanda-tanda batu atau pusara, yang menandakan di lokasi itu ada jejak makam suci. Tapi, guru Pak Djoko menyatakan, lokasi yang ditunjuk merupakan tempat peristirahatan Sang Mpu Citra Nala. Djoko bercerita berdasar penuturan warga saat berziarah ke makam Kiai Masluha, tempat yang di-

tunjuk gurunya selalu mengeluarkan gumpalan cahaya (sinar) kemerahan dan terkadang cahaya berwarna putih menjulur ke atas, seakan menembus langit. Sehingga, area makam begitu terang benderang, sebagian warga menyangka ada kebakaran. Testimoni lain, para ojek yang sering mangkal di Slempek, pada Kamis malam Jum’at, sering melihat semburan cahaya kemerahan dan putih dari arah selatan (searah posisinya dengan keberadaan tiga pohon besar). Sepulang dari pencarian itu, Pak Djoko dan rombongan meninggalkan lokasi. Beberapa hari berikutnya, guru Pak Djoko menyampaikan keinginan ke Pak Djoko untuk membangun makam Sang Mpu Citra Nala, termasuk Kiai Rahmat Kholil, sahabat Sang Mpu dan Jumaisa Nala, istri Sang Mpu Citra Nala. Kata Pak Djoko, hasil dialog gurunya dengan Sang Mpu Citra Nala, lokasi tersebut mendapat restu, dengan syarat pekerjaan pembangunan selesai dalam tempo 1 hari. Sebelum membangun, Pak Djoko bermusyawarah dengan sejumlah tokoh masyarakat termasuk Kepala Desa Polagan, menyampaikan keinginan gurunya untuk membangun makam yang baru diketemukan. Para Tokoh Masyarakat tidak keberatan karena mereka juga yakin tempat itu dihuni waliyullah. Hanya saja, mereka tidak mengetahui siapa nama waliyullah itu. Bahkan, saat makam Sang Mpu dibangun, banyak warga setempat datang menyumbang sejumlah makanan. Masyarakat sangat bersyukur di daerahnya ada makam suci yang baru ditemukan. Kini, masyarakat banyak berziarah dan merawat kuburan yang dibangun tanggal 11 Oktober 2009 lalu. Bersambung‌.. Asip Kusuma


NU Harus Melindungi Minoritas Membangun Negara Bangsa

K

ehadiran Ketua Umum PBNU Prof Dr KH Said Aqil Siradj di Sumenep, Sabtu,29 November, menjadi obat rindu kaum nahdliyin akan kecemerlangannya saat memberi pencerahan agama. Tidak heran bila sejak sore jamaah NU mulai berdatangan ke Pendopo Kabupaten, tempat acara yang dimotori MWC NU Kota Sumenep. Ceramah Guru Besar Tasawuf ini dimulai sekitar jam 21.00. Awal ceramahnya, Kiai Said langsung mengupas filosifis sejarah tradisi pujian-pujian kepada Rasulullah SAW, yang masih berlangsung hingga kini di kalangan nahdliyin. Kiai Said menyebut tradisi pujian-pujian kepada Nabi SAW tergolong Sunnah Taqriyyah. “Sewaktu hidup Nabi Muhammad SAW, tidak sedikit sahabat yang memuji kelebihan Rasulullah dengan syair-syair yang melukis keagungannya. Dan Nabi SAW, tidak melarang. Jika Nabi SAW melarang umatnya memuji-muji beliau, sewaktu hidup sahabat yang memuji beliau sudah dilarang. Hal ini masuk kategori Sunnah Taqriyyah,” jelas Kiai Said disambut aplaus ribuan jamiiyah NU yang memadati Pendopo. Dalam ceramahnya Kiai Said mengupas beberapa kitab tarikh yang diakui sejumlah ulama dan intelektual muslim. Dan beberapa isi kitab tarikh tersebut dilantunkan di luar kepala hingga membuat suasana hening dan audiens merasa takjub. Syiir-siyir pujian dari sejumlah kitab-kitab kisah karya para ulama klasik, seperti, Al-Barzanji, Ad-Diba’i, Simtudh-Dhurar,

Dhiyaul-Lami’, Al-Burdah ataupun kitab-kitab kisah lainnya, diurai secara rinci dan jelas makna dan tujuan isi syiir. Begitupula ketika Kiai Said menyebut satu persatu silsilah Nabi Muhammad SAW hingga ke Nabi Adam AS, audiens merasa takjub dengan kekuatan ingatannya. Memang, Kiai Said seperti perpustakaan berjalan. Alumni S3 University of Umm Al-qura, Arab Saudi ini, dikenal sebagai ulama intelektual yang diakui penguasaan kitab-kitab klasik hasil karya ulama dahulu. Dan gelar guru besar bidang Tasawuf tergolong langkah. Dan cerama agama dalam rangka memperingati bulan Muharram ini seakan singkat mendengar isi ceramah agama yang penuh pencerahan. Kiai Said berpesan kepada pengurus NU Sumenep agar terus menjaga tradisi yang dibangun para ulama ahlussunnah jamaah, seperti syiir pujian kepada Rasulullah SAW. Termasuk menghafal syiir-syiir pujian dari beberapa kitab klasik. “Kalau bukan kiai NU, siapa lagi yang mau menghafal syiir-syiir pujian Nabi SAW,” tambah Kiai Said. Selain itu, Kiai Said juga berpesan kepada warga NU Sumenep agar selalu berpijak pada konsep negara bangsa yang dibangun para pendiri bangsa Indonesia. KH Wahid Hasyim, abah Gus Dur menjadi salah satu panitia kemerdekaan RI yang memberi konstribusi pemikiran konsep berbangsa dan bernegara Indonesia. Bukan konsep negara Islam. Kenapa berkonsep negara bangsa

bukan negara Islam? Menurut Kiai Said, konsep tersebut bukan semata tanpa dasar. Konsep ini selaras dengan isi piagam Madinah yang dibuat Rasulullah SAW saat menjadi pemimpin negara di Madinah. Bukan negara Islam yang dibangun Nabi SAW. “Kita tahu, negara-negara Islam di Timur Tengah, seperti di Libya, Irak, Afghanistan, selalu dilanda konflik karena menganut pemikiran negara Islam. Di Indonesia, masyarakat NU yang mayoritas harus selalu berpikir untuk melindungi minoritas karena konsep negara Indonesia adalah bersama-bersama dengan umat agama lain membangun dan membesarkan negara Indonesia,” tambah Kiai Said. Sebelum Kiai Said tiba, Bupati Sumenep, KH Abuya Busyro Karim diberi kesempatan oleh panitia untuk mengisi kekosongan waktu sambil menyerahkan bantuan kepada anak yatim piatu dari Bagian Kesmas. Dalam ceramahnya, bupati mengutip pola kepemimpinan para Raja Sumenep dahulu yang menekankan spiritual dengan adanya Masjid Agung. Kedua, kesejahteraan ekonomi dengan adanya pasar sekitar masjid. Ketiga, dibukanya areal olahraga untuk menciptakan suasana yang menyehatkan. “Alhamdulillah, Sumenep menjadi juara I dalam pemberdayaan ekonomi yang dihelat JPIPP. Ini bukti, kalau masyarakat Sumenep mulai berdaya secara ekonomi,” tutur bupati. hambali rasidi

1 DESEMBER 1 DESEMBER2014 2014| |MATA MATASUMENEP SUMENEP||2727


OLAHRAGA

Selangkah Lagi

Welcome Divisi Utama

S

elangkah lagi masuk di Divis Utama. Begitu optimisme Manajer Perssu, Didik Untung Samsidi, setelah menyaksikan kebolehan anak asuh Bhudiarjo Thalib yang bermain all out dari tiga laga yang dijalani di grup 9 dalam Piala Nusantara 2014. Meski baru masuk 8 besar sebelum terpilih 6 besar untuk masuk Divisi Utama musim depan, Didik menilai para pemain Perssu sudah masuk kualifikasi dengan polesan pemain di sana-sini. Memang beberapa laga sebelumnya, para pemain Perssu menunjukkan kebolehan bermain apik dengan pertahanan yang sulit ditembus lawan main. Pelatih Perssu, Bhudiarjo Thalib mengaku bangga kepada para pemain yang bisa menjaga pola permainan sehingga dapat bermain imbang dengan Persatu Tuban. �Salut untuk perjuangan anak-anak. Mereka tampil all-out. Alhamdulillah Perssu lolos 8 besar Piala Nusantara 2014. Selangkah lagi Perssu akan berlaga di Divisi Utama. Mohon do’anya dari publik Sumenep secara khusus serta masyarakat Madura umunya,� tutur Bhudiarjo Thalib kepada Mata Sumenep, di lapangan Persatu Tuban. Perssu dan Persatu sama-sama mewakili grup 9 ke babak 8 besar. Poin keduanya tidak terkejar Kaimana

28 | MATA SUMENEP | 1 DESEMBR 2014

FC dan Persekap Pekalongan. Persatu memiliki 7 poin hasil dari 2 kali kemenangan dan 1 kali imbang. Sementara Perssu yang berada diposisi runner up mengumpulkan 5 poin dari 2 kali imbang dan sekali menang. Sedangkan Persekap Pekalongan yang menang di laga akhir melawan Kaimana FC hanya mempunyai 3 poin dan disusul Kaimana FC pada posisi juru kunci dengan 1 poin. Dukungan semangat pemain Perssu datang dari berbagai elemen. Bupati Sumenep, Abuya Busyro Karim, ikut naik bus bersama sejumlah pimpinan SKPD, Camat dan para PNS Pemkab, berangkat ke Tuban untuk menyaksikan moment penentuan 8 besar Piala Nusantara 2014. Tak ketinggalan, para suporter mania Perssu yang tergabung dalam komunitas Peccot Mania Seongennep ikut memeriahkan lapangan Stadion Loka Jaya Tuban dengan ciri khas atribut. Binaan Yusuf Ismail ini semangat menyuguhkan dukungan ke pemain Perssu dengan lantunan lagu kebangsaan dan tarian khas suporter Peccot Mania. Sehingga suasana lapangan menjadi hidup dan berghairah. hambali rasidi

Manajer Didik U Samsidi

Pelatih Bhudiarjo Thalib


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.