182 edition

Page 1

>> KARHUTLA, APA KABAR?

| EDISI 182/TAHUN IV  9 - 15 SEPTEMBER 2016


>> KARHUTLA, APA KABAR?

Pemimpin Redaksi Hary B Kori’un Wakil Pemimpin Redaksi Menrizal Nurdin, Furqon LW Redaksi Hary B Kori’un, Menrizal Nurdin, Furqon LW, Kunni Masrohanti, Gema Setara, Adrian Eko Layout Wan Sarudin Online Yendrizal Iklan/Pemasaran (62-761) 64633 Presiden Komisaris Rida K Liamsi Presiden Direktur: Makmur Kasim General Manager Zulmansyah Sekedang Wakil General Manager Asnida Syukur General Manager Online Raja Isyam Azwar Alamat Redaksi Graha Pena Riau Lantai 3, Jalan HR Subrantas KM 10,5 Pekanbaru, Telp (62-761) 64633, Fax (62-761) 64640, e-mail: majalah_riaupos@yahoo.com

FOTO: GEMA SETARA/RIAU POS

| EDISI 182/TAHUN IV  9 - 15 SEPTEMBER 2016


>> KARHUTLA, APA KABAR?

LIPUTAN UTAMA

KARHUTLA Apa kabar? LAPORAN: ERWAN SANI & GEMA SETARA (PEKANBARU)

HANYA KETEGASAN DAN HUKUM YANG TAK PANDANG BULU YANG BISA MENYELESAIKAN MASALAH KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI RIAU. JIKA TIDAK, SETIAP TAHUN MASALAH ITU AKAN TERUS BERULANG.

| EDISI 182/TAHUN IV  9 - 15 SEPTEMBER 2016


>> KARHUTLA, APA KABAR?

HALAMAN 2

KEBAKARAN hutan dan lahan (karhutla) dipastikan akan terjadi di Riau setiap tahunnya. Saat cuaca ekstrem dengan panas yang menyengat titik api (hot spot) dipastikan akan muncul di mana-mana. Sejumlah pelaku yang diduga ikut andil membakar lahan apakah individu maupun korporasi ditangkap, namun sayangnya akibat ulah mereka yang menyengsarakan orang banyak tidak sepadan dengan hukuman yang diterima. Malah ada yang di SP3 kan. Izin dan tata kelola hutan yang diberikan harus dihentikan agar persoalan ini tuntas. Kerja sama atau gotong-royong memadamkan api di Riau pasti terjadi setiap tahunnya. Semua pihak bertungkus lumus, tidak hanya masyarakat, polisi, tentara sampai ke pejabatpun turun tangan memadamkannya, walau untuk pejabat terkadang dibungkus dengan seremonial tertentu. Mengapa karhutla terjadi di Riau setiap tahunnya? Ada yang mengatakan bahwa daerah ini dikelilingi dengan kawasan gambut yang cukup tebal. Gambut jika sudah terbakar sangat susah dipadamkan. Walau terlihat sudah padam tetapi di lapisan bawah lahan itu masih tetap membara, karenanya perlu pemadaman yang begitu ekstra terhadap lahan gambut yang terbakar. Alasan lain karena ulah segelintir orang atau perusahaan yang tidak bertanggung jawab membuka areal perkebunan. Cara membakar dianggap paling mudah dan menguntungkan untuk membuka lahan karena tidak memerlukan biaya besar dan alasan ketiga mungkin ketidakpedulian semua pihak terhadap antisipasi dini. Bak kata pepatah api kalau kecil menjadi kawan, kalau sudah besar menjadi lawan. Harusnya sebelum api itu menjadi lawan sebaiknya jangan dibiarkan dia membesar, kalau sudah besar sulit untuk diantisipasi dan di padamkan. Apa yang terjadi selama ini di Riau seperti itu, antisipasi dini jarang dilakukan, ketika api membesar semua baru sibuk untuk memadamkannya dan itu sudah terlambat. Hasil investigasi Eyes on the Forest (EoF) 2015 lalu menunjukkan korporasi Hutan Tanaman Industri

Koordinator Jikalahari, Woro Supartinah. (HTI) maupun kebun sawit gagal dalam melindungi gambut sehingga pengecekan lapangan membuktikan gambut dirusak dan dibakar bersamaan dengan hutan alam, tanaman, maupun lahan. Sejumlah indikasi pembakaran dengan unsur kesengajaan dirangkum berdasarkan temuan dan analisa EoF. Seperti adanya bekas pohon kelapa sawit berusia muda diduga dibakar karena diperkirakan kurang produktif, adanya pembukaan jalan baru yang membelah konsesi tak lama setelah kebakaran, adanya temuan bekas kayu/ puing kayu sebagai bahan pembakar menunjukkan dugaan unsur kesengajaan, pembuatan parit kecil (1-1,5 meter) sebagai pembatas aliran api dari blok yang ditargetkan menuju blok yang memang sengaja dicegah dari kebakaran. Kemudian, adanya operasi alat berat pada saat asap masih mengepul maupun sejurus setelah kebakaran terjadi, adanya pembersihan lahan yang secar halus menghilangkan jejak bekas lahan kebakaran, namun masih ada indikasi kawasan baru saja mengalami kebakaran, adanya temuan bibit kelapa sawit di sekitar lokasi konsesi yang terbakar, menunjukkan adanya persiapan penanaman bibit tanaman di area yang baru terbakar dan diduga memiliki unsur kesengajaan dalam pembakaran. Sebagian besar pembakaran terjadi di lahan gambut yang jelas memicu penglepasan karbon yang besar ke udara dan kerusakan ekosistem gam-

PERSEPEKTIFBARU.COM

but, sehingga lokasi-lokasi ini wajib dilindungi dari operasional HTI dan kebun sawit sesuai arahan pemerintah RI, hutan lindung yang luasnya sedikit tersisa dan kurang memenuhi peraturan tata ruang HTI pun banyak yang mengalami pembakaran periode ini, koalisi EoF mempertanyakan komitmen kelestarin industri pulp dan kertas terhadap pelestarian hutan.

BERANTAS MAFIA DAN CUKONG

Tak kunjung selesainya jerebu atau kabut asap di Riau tak terlepas dari para mafia dan cukong yang berkuku besi bahkan bisa dikatakan bisa mengatur semua usahanya dari jarak jauh. Jika para cukong dan mafia ini tidak diberantas maka masalah asap di Riau tak akan selesai bahkan pemerintah akan terus menjadi kuli untuk memadamkan kebakaran hutan dan lahan sedangkan masyarakat menjadi korban dampak dari asap tersebut. Dengan kondisi tersebut pemerintah pusat, pemerintah daerah, penegak hukum dari pusat sampai ke daerah harus benar-benar serius menindak para mafia dan cukong yang bermain dan terlibat. ‘’Jika itu tak dilakukan yakinlah setiap tahunnya masalah asap di Riau tak akan pernah selesai. Meskipun kita akui intensitas atau jumlah lahan terbakarnya makin berkurang,’’ jelas Koordinator Jikalahari, Woro Supartinah. Berdasarkan data investegasi EoF 2015 lalu, terdapat 10.647 hektare hutan

| EDISI 182/TAHUN IV  9 - 15 SEPTEMBER 2016


>> KARHUTLA, APA KABAR? dan lahan terbakar. Ribuan hektare terbakar ini terdapat di 38 wilayah perusahaan yang ada di Riau. Dikatakan Woro, terjadinya kebakaran lahan dan hutan secara masif ini pada umumnya berada di wilayah Hutan Tanaman Industri (HTI) dan juga HGU perkebunan sawit. ‘’Jujur saja untuk perusahaan yang lahan konsesinya berkaitan dengan perkebunan sudah ada tindakan hukumnya. Sedangkan yang memiliki konsesi atau izin HTI seakan kebal dan sudah terbukti baru-baru ini sudah di SP3 kan. Kalau kita melihat, mereka memiliki kekuatan besar di belakangnya,’’ kata Woro. Diakuinya, terjadinya kebakaran lahan dan hutan di Riau tak terlepas dari kurangnya pengawasan. Terkadang, kata Woro, pihaknya juga tak mengerti apakah tidak ada pengawasan atau pengawasan dari pemerintah sengaja dilemahkan. Semua tahu kalau masalah perizinan untuk lahan HTI dan juga HPH semuanya kewenangan pusat sedangkan untuk konsesi perkebunan atau HGU lahan perkebunan adanya campur tangan pemerintah daerah. Hanya saja terkadang izin yang dikeluarkan begitu saja dan belum ada izin pelepasan hutan. Hal ini terjadi di Riau. Bahkan dari catatan pihaknya,

HALAMAN 3 dari 17 perusahaan yang ada di Riau, 80 persen izin pelepasan hutannya belum ada.

TINJAU TATA KELOLA HUTAN Untuk itu agar tak terjadi kebakaran lahan dan hutan di Riau harus dilakukan kembali peninjauan tata kelola hutan dan lahan di Riau. Peninjauan kembali itu harus dimulai dari hulu. Jika dimulai dari hulu yaitu menijau atau mereviuw kembali perizinan yang dikeluarkan pemerintah baik untuk izin HTI dan juga HGU. Sedangkan secara fisik harus dilakukan tinjauan langsung pelaku sebenarnya jangan sampai masyarakat saja yang menjadi korban. ‘’Sedangkan pelaku besarnya tak tersentuh sama sekali,’’ tegasnya. Woro juga menegaskan terkait kebakaran lahan dan hutan jika memang dilakukan masyarakat rasanya tak mungkin dilakukan secara besarbesaran. Walaupun terjadi kebakaran bisa saja ketidaktahuan atau tak paham mencegahnya. Sebab bagi masyarakat yang ingin membuat kebun untuk memenuhi kebutuhan ekonominya paling tinggi 1-3 hektare saja.

Tetapi adanya kelompok masyarakat yang membuka lahan besar-besaran dan mereka berani melakukan itu tentu jadi pertanyaan semua orang. ‘’Kalau masyarakat pasti berpikirpikir. Tapi kecuali ada cukong yang ada di belakangnya pasti mereka akan melakukannya sebab mereeka tak berpikir resikonya. Sebab cukong dan mapia itulah yang bisa membereskan semuanya,’’ kata Woro. Disinggung apakah terlambatnya RTRW di Riau sehingga terjadinya persoalan kebakaran lahan dan hutan ini, dengan tegas Woro mengatakan itu hanya bersifat politis. Sebab berkaitan izin HTI dan HGU itu semuanya kebijakan pemerintah pusat dan daerah. ‘’Kita tidak menuduh kebakaran lahan itu dilakukan perusahaan-perusahan tersebut akan tetapi realitanya di lapangan kebakaran lahan banyak terjadi di konsesi-konsesi perusahaan yang ada di Riau,’’ jelasnya. Kemudian dia menegaskan untuk mengurangi atau mencegah agar tak terjadi di lahan masyarakat sudah ada riak kecil dilakukan pemerintah. Misalnya membentuk Masyarakat Peduli Api (MPA). Itu sebenarnya, kata Woro tak berpengaruh besar mencegah terjadinya karhutla.

Bekas rumah pekerja ikut terbakar di lokasi PT APSL. FB SITI NURBAYA BAKAR

GEMA SETARA/RIAU POS

| EDISI 182/TAHUN IV  9 - 15 SEPTEMBER 2016


HALAMAN 4

>> KARHUTLA, APA KABAR?

Akan tetapi perlu jadi catatan kalau hal itu juga bisa menyadarkan masyarakat agar tak terjadi kebakaran lahan di tempat mereka. ‘’Untuk sekala kecil luasan kebakaran lahannya bisalah MPA itu mencegahnya. Tapi kalau ribuan hektare manalah terkendali bagi mereka,’’ jelasnya.

ALAM DIJADIKAN OBJEK

Ketua Harian Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau Al azhar, memandang, hari ini, manusia tidak lagi memposisikan alam sebagai subjek tetapi sebagai objek. Hubungan manusia Melayu itu dengan alam disebut interaktif dialogis atau hubungan dialog dengan alam. Orang Melayu membaca lingkungan alamnya itu, membaca alam sekitar kemudian mengekplorasinya, menjelajahinya, menelisiknya serta mengakrabinya kemudian alam sekitar diposisikan sebagai subjek bukan objek. “Sebagai sosok kawan berbagi, suatu budaya yang bersifat ekologikal determinisme,” ungkap Al azhar. Kebudayaan Melayu mengkespresikan hubungan lingkungan itu dalam dua sikap. Pertama ada yang dinamakan kepatuhan referensial, kebudayaan Melayu itu dalam satu pola bergerak mengikuti gerak ekologis. Dalam hal itu, dicontohkannya, ada sejumlah bentuk ekspresi budaya itu menampilkan penerimaan alam semesta sebagaimana adanya, ditafsirkan dalam semangat kepatuhan yang dihidangkan dalam berbagai upacara ritual seperti semah laut, tolak bala dan lain-lain. “Ritual-ritual seperti itu salah satu contoh yang menunjukkan kepatuhan referensial manusia kepada gerak alam sekitarnya,” jelas budayawan Riau itu. Kedua hubungan manusia Melayu itu dengan alam disebut interaktif dialogis atau hubungan dialog dengan alam. Orang Melayu, lanjut Al azhar menempatkan lingkungan alamnya itu sebagai sosok kawan berbagi. Berbagi pengetahuan, perasaan, dan berbagi keperluan-keperluan dan berbagi berkah. Hari ini, terjadi perubahan yang bertolak belakang dengan keadaan

Ritual-ritual seperti itu salah satu contoh yang menunjukkan kepatuhan referensial manusia kepada gerak alam sekitarnya

Sepanjang buktinya kuat dan terpenuhi unsur pidananya, Kapolri memerintahkan untuk menindak tegas. “Kalau ada koorporasi yang terbukti terlibat karhutla, saya perintahkan untuk ditindak tegas sesuai dengan proses hukum. Kita akan back up dari Mabes,” tegas Kapolri. Disinggung terkait Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3) terhadap perusahaan yang diduga melakukan pembakaran, Kapolri menegaskan persoalan itu juga menjadi agenda yang juga akan dibahas dalam kunjunganya kali ini. Tito memastikan, penanggulangan kebakaran akan dilakukan secara bersama-sama. Polri akan berkoordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup (KLHK), Badan Restorasi Gambut (BRG), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan pemerintah daerah. Karena persoalan kebakaran adalah persoalan bersama dan menyangkut kepentingan angsa dan negara.***

AL AZHAR Ketua Harian Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau. tersebut. Yang bermunculan belakangan adalah relasi hubungan dalam bentuk objektif eksploitatif. Lingkungan dijadikan sebagai objek untuk halhal yang memusat kepada keperluan manusia. Keperluan ini tentu tak terbatas karena jelas, apa yang diperlukan manusia dalam hidupnya dalam memenuhi kebutuhan tidak akan pernah puas, itu sudah hakikatnya. Padahal petatah-petitih sudah menyebutkan, minum jangan mengeringkan, makan jangan menghabiskan.

TINDAK TEGAS

Di bagian lain, Kepala Kepolisian (Kapolri) RI Jendral Pol Tito Karnavian dalam kunjungannya ke Riau belum lama ini menegaskan Kapolda Riau Brigjen Pol Supriyanto untuk tidak ragu dalam melakukan penegakan hukum.

| EDISI 182/TAHUN IV  9 - 15 SEPTEMBER 2016


>> KARHUTLA, APA KABAR?

HALAMAN 5

Tindak Tegas, Tak Ada Kompromi KAPOLRI BERJANJI AKAN MEM-BACK-UP PROSES PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PEMBAKAR HUTAN DAN LAHAN. BANYAK

pendapat, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di Riau saban tahun karena lemahnya penegakan hukum atau penegakan hukum hanya berlaku pada masyarakat kecil atau petani, sementara pihak korporasi yang diduga terlibat dalam karhutla senantiasa bebas dari jetan hukum. Padahal jika penegakan hukum dilakukan dengan tegas niscaya akan menimbulkan efek jera dan akan berujung bebasnya Riau dari karhutla. Kepala Kepolisian (Kapolri) RI Jendral Pol Tito Karnavian dalam

kunjungannya ke Riau belum lama ini menegaskan akan mem-back-up penuh proses penegakan hukum terkait karhutla di Riau. Terutama yang melibatkan koorporasi besar. Kapolri meminta Kapolda Riau Brigjend Pol Supriyanto untuk tidak ragu dalam melakukan penegakan hukum. Sepanjang buktinya kuat dan terpenuhi unsur pidananya, Kapolri memerintahkan untuk menindak tegas. “Kalau ada korporasi yang terbukti terlibat karhutla, saya perintahkan untuk ditindak tegas sesuai dengan proses hukum. Kita akan back up dari Mabes,”

tegas Kapolri. Disinggung terkait Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3) terhadap perusahaan yang diduga melakukan pembakaran, Kapolri menegaskan persoalan itu juga menjadi agenda yang juga akan dibahas dalam kunjunganya kali ini. ‘’ Saya akan bahas ini bersamasama. Intinya selagi itu bisa dibuktikan, saya sudah perintahkan kepada Kapolda untuk menuntaskan,” katanya lagi. Pada kesempatan tersebut Kapolri juga mendapatkan paparan langsung dari anggotanya di lapangan. Kendala

Hamparan kebun sawit PT APSL. FB SITI NURBAYA BAKAR

| EDISI 182/TAHUN IV  9 - 15 SEPTEMBER 2016


HALAMAN 6 dalam memadamkan api adalah minimlah peralatan pendukung. Terutama kendaraan yang bisa menjangkau kedalam lokasi kebakaran. “Ini tadi saya dapat masukan. Bahwa kondisi medan yang berat membutuhkan kendaraan khusus. Terutama mobil dobel kabin yang dimodifikasi mememiliki tangki pengangkut air. Ini

>> KARHUTLA, APA KABAR? nanti akan saya sampaikan ke pusat,” katanya. Tito memastikan, penanggulangan kebakaran akan dilakukan secara bersama sama. Polri akan berkoordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup (KLHK), Badan Restorasi Gambut (BRG), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan

pemerintah daerah. Karena persoalan kebakaran adalah persoalan bersama dan menyangkut kepentingan angsa dan negara. “Kita koordinasi dengan berbagai pihak. Untuk mencari solusi yang tepat mengatasi persoalan ini. Persoalan kebakaran ini menjadi atensi presiden,” tegas Kapolri.(Didik Herwanto)

Orang Melayu Sangat Menghormati Alam JIKA KITA HORMAT PADA ALAM, MAKA ALAM AKAN MELAKUKAN HAL YANG SAMA PADA MANUSIA. HARUS SALING BERBAGI DAN SALING MEMAHAMI. SELAMA ini orang Melayu Riau bersikap arif dan bijaksana, bagi orang Melayu alam sebagai tempat berbagi berkah. Karenanya orang Melayu senantiasa menjaga alam dengan sebaik-baiknya. Alam dijaga dengan bijaksana, sehingga alam senantiasa memberikan berkah bagi ummat manusia, bukan musibah seperti yang terjadi saat ini. Hari ini, manusia tidak lagi memposisikan alam sebagai subjek tetapi sebagai objek. Seperti halnya yang disampaikan Ketua Harian Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau, Al azhar. Hubungan manusia Melayu itu dengan alam disebut interaktif dialogis atau hubungan dialog dengan alam. Orang Melayu membaca lingkungan alamnya itu, membaca alam sekitar kemudian mengekplorasinya, menjelajahinya, menelisiknya serta

AKHWAN/RIAU POS

Sisa-sisa karhutla (kebakaran hutan dan lahan) di desa Karya Indah Kecamatan Tapung. mengakrabinya kemudian alam sekitar diposisikan sebagai subjek bukan objek. “Sebagai sosok kawan berbagi, suatu budaya yang bersifat ekologikal determinisme,” ungkap Al Azhar. Kebudayaan Melayu mengkespresikan hubungan lingkungan itu dalam dua sikap. Pertama ada yang dinamakan kepatuhan referensial, kebudayaan Melayu itu dalam satu pola bergerak mengikuti gerak ekologis. Dalam hal itu, dicontohkannya, ada sejumlah bentuk ekspresi budaya

itu menampilkan penerimaan alam semesta sebagaimana adanya, ditafsirkan dalam semangat kepatuhan yang dihidangkan dalam berbagai upacara ritual seperti semah laut, tolak bala dan lain-lain. “Ritual-ritual seperti itu salah satu contoh yang menunjukkan kepatuhan referensial manusia kepada gerak alam sekitarnya,” jelas budayawan Riau itu. Kedua, hubungan manusia Melayu itu dengan alam disebut interaktif dialogis atau hubungan dialog dengan alam. Orang Melayu, lanjut Al azhar

| EDISI 182/TAHUN IV  9 - 15 SEPTEMBER 2016


HALAMAN 7

>> KARHUTLA, APA KABAR?

AKHWAN/RIAU POS

Water Bombing di desa Karya Indah Kecamatan Tapung.

menempatkan lingkungan alamnya itu sebagai sosok kawan berbagi. Berbagi pengetahuan, perasaan, dan berbagi keperluan-keperluan dan berbagi berkah. “Inilah kita sebut alam terkembang menjadi guru. Alam berfungsi sebagai guru. Berbagi pengalaman atau dialog itu tadi. Kreasi-kreasi dan ekpresi budaya bersumber dari nilai-nilai yang dibentuk melalui keakraban dengan alam itu,’’ ujarnya. Misalnya, ada ekspresi budaya yang memperlihatkan hubungan harmonis manusia dan komuntias Melayu itu dengan lingkungannya. ‘’Jadi, antara manusia dengan alam itu berbagi berkah. Ekologi alam sekitar dan ekspresi budaya serta nilai-nilainya jika dianalogikan ibarat hubungan sarang dan burung, antara tanah dan tumbuh-tumbuhan, air dan ikan, adanya penyatuan,” ucapnya. Sedangkan hari ini, menurut Al

Azhar terjadi perubahan yang bertolak belakang dengan keadaan tersebut. Yang bermunculan belakangan adalah relasi hubungan dalam bentuk objektif eksploitatif, lingkungan dijadikan sebagai objek untuk hal-hal yang memusat kepada keperluan manusia. Keperluan ini tentu tak terbatas karena jelas, apa yang diperlukan manusia dalam hidupnya dalam memenuhi kebutuhan tidak akan pernah puas, itu sudah hakikatnya. Padahal petatahpetitih sudah menyebutkan, minum jangan mengeringkan, makan jangan menghabiskan. “Tapi hal itu berlawanan dengan paham kapitalisme. Sebab dia berkosentrasi pada keperluan manusia. Keperluan manusia yang tak terbatas,” ucap Al Azhar. Lebih jauh dijelaskan Al azhar menjelaskan, budaya Melayu dengan sangat tegas dan jelas menata ruang. Tata ruang dalam budaya Melayu itu

jelas. Mana yang disebut dengan tanah kampung yaitu berarti tempat rumah tegak berjajar. Kemudian, ada yang disebut tanah dusun, tempat orang Melayu menamam tanaman keras, buah-buahan. Tanah dusun itu biasanya terletak di belakang rumah. Ada pula yang disebut tanah perladangan yaitu tempat berladang. Sesudah itu ada hutan tanah cadangan, diperuntukkan bagi perkembangan jumlah penduduk. Sesudah itu, rimba larangan. Hutan di rimba larangan inilah yang dijadikan sebagai simbol marwah orang Melayu. Kesemua yang tersebut di atas, merupakan tanah mineral, sedangkan tanah gambut, bagi orang Melayu, bukan untuk usaha-usaha tanaman produktif, tetapi mereka mengambil produk-produk dari hutan itu yang non kayu seperti rotan dan lainnya. Gambut ini juga, kata Al azhar dikenal dengan pengertian rawa. Di

| EDISI 182/TAHUN IV  9 - 15 SEPTEMBER 2016


HALAMAN 8 sana, orang membangun dan membuat rumah-rumah rakit tempat mencari ikan. Jadi hasil airnya diambil tapi hutan dibiarkan merimbun. Tetapi di Riau, kira-kira di akhir tahun 80-an, gambut inipun dikapling-kapling oleh berbagai pihak yang hendak mencari keuntungan. Yang perlu pula diketahui kemudian, lanjutnya, orang-orang Melayu juga melakukan kegiatan menebas tebang serta membuka ladang hanya untuk keperluan setahun, bukan untuk tujuh turunan seperti halnya yang berlaku pada paham-paham kapitalis, dalam posisi amat kaya-raya, untuk sekurangkurangnya tujuh keturunan. “Orang-orang Melayu tidak main embat saja, lain halnya kalau kapitalis, mereka membuat perhitungan, yang semata-mata mempertimbangkan kepada kepentingn manusia. Sedangkan pada budaya Melayu tradisional itu tidak, tetap mengikuti gerak alam yang dibaca, baru muncul siklus. Kepatuhan dan hubungan dialogis dengan alam itu tadi,” tutupnya. (Jefrizal)

>> KARHUTLA, APA KABAR?

Hukum Jangan Pandang Bulu MENURUT ADE KOMARUDIN, JIKA HUKUM PILIH KASIH ATAU PANDANG BULU, MAKA PERSOALAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN TAK AKAN PERNAH SELESAI. SOLUSI mencegah berulangnya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Riau adalah penegakan hukum. Penegakan hukum terhadap pelaku karhutla, apakah individu maupun koorporasi, harus dilakukan. Penegakan tidak boleh pandang bulu, sebab jika penegakan hukum masih pandang bulu dan pilih kasih niscaya persoalan karhutla di negeri ini tidak akan pernah tuntas. Sepanjang tahun karhutla terjadi dan sepanjang tahun anggaran dihabiskan untuk pemada-

man titik api. Penegasan itu disampaikan Ketua DPR Ade Komarudin menyoroti penegakan hukum kasus kebakaran lahan dan hutan (karhutla) di Sumatera dan Kalimantan. Dia meminta aparat penegak hukum jangan pilih kasih dalam melakukan penindakan terutama pada perusahaan. Menurut Akom, sapaan Ade, kasus karhutla hanya bisa selesai kalau koordinasi antar instansi berjalan dengan

Gubri Arsyadjuliandi Rahman mendampingi Kapolri Tito Karnavian melihat salah satu laham terbakar. | EDISI 182/TAHUN IV  9 - 15 SEPTEMBER 2016

RIAU POS


HALAMAN 9

>> KARHUTLA, APA KABAR? baik. Karena itu kerja sama lintas kementerian dan lembaga serta penegak hukum harus disempurnakan. “Dulu sudah dilakukan penindakan tapi kok terjadi lagi. Artinya koordinasinya perlu disempurnakan. Berikan hukuman kepada badan hukum yang kembali mengulangi kesalahannya. Dan itu harus transparan ke publik dan jangan pilih kasih,” katanya belum lama ini. Dia menegaskan pemerintah harus adil terhadap

semua pihak yang melakukan pelanggaran dalam karhutla. Sebab, persoalan ini tidak terlepas dari masalah koordinasi dan kepastian hukum. “Harus benar-benar adil, jangan kemudian karena pengusaha besar pilih kasih. Kalau melanggar ya ditindak, harus adil. Ini persoalan koordinasi dan kepastian hukum,” pungkasnya. (M Fathra NI)

Pangdam I Bukit Barisan, Mayjen TNI Lodewyk Pusung mengunjungi kebakaran di Rokan Hilir.

Diperlukan Sistem Operasional Terpadu PERLU SISTEM YANG BENAR DAN TERPADU DALAM MENGATASI KEBAKARAN LAHAN DAN HUTAN. JIKA TIDAK, KONDISI SEPERTI INI AKAN TERUS TERJADI SETIAP TAHUN.

KEBAKARAN hutan dan lahan (karhutla) di Riau terjadi hampir di seluruh kabupaten/kota. Saban tahun, saat cuaca bersinar terik bahkan sampai ekstrem, karhutla dipastikan terjadi. Ironinya, karhutla 2016 ini membawa duka yang mendalam, karena seorang anggota TNI meninggal dunia saat bertugas memadamkan titik api. Tebalnya gambut sehingga api membara di manamana, diperlukan sistem operasional terpadu. Di tengah teriknya sengatan mentari di saat waktu

| EDISI 182/TAHUN IV  9 - 15 SEPTEMBER 2016


HALAMAN 10

>> KARHUTLA, APA KABAR?

tengah hari itu, Pangdam I Bukit Barisan, Mayjen TNI Lodewyk Pusung, meninjau lokasi kebakaran hutan dan lahan di Kepenghuluan Labuhan Tangga, Kecamatan Bangko. Termasuk meninjau lokasi gugurnya prajurit terbaik Pratu Wahyudi. ‘’Hasil peninjauan kami di lokasi kebakaran hutan dan lahan di Riau termasuk di Rohil ini, sangat luar biasa sekali,’’ kata Mayjen TNI Lodewyk Pusung usai meninjau lokasi Karhutla di Labuhan Tangga. Sebagai bentuk musibah kebakaran hutan dan lahan yang dinilai sangat luar biasa, Ledowyk mulai mengisahkan hasil peninjauan sampai ke lokasi gugurnya Pratu Wahyudi. ‘’Lahan gambutnya sangat tebal. Saya saja sempat terperosok ke dalam lahan gambut. Untung ada anggota yang menarik,’’ kata Lodewyk. Melihat lokasi serta kejadian yang telah menimpa, tambah Ledowyk, ke depan diperlukan sistim operasional yang terpadu. Setiap prajurit yang ditempatkan di lokasi karhutla dilakukan dalam bentuk tim. Satu tim minimal berisikan enam sampai tujuh orang prajurit. ‘’Jadi, tidak lagi dilakukan satu atau dua orang,’’ kata Lodewyk. Saat ditinjau, lokasi Karhutla berada jauh ke dalam yang mencapai sekitar satu kilometer. Lokasi Karhutla dipenuhi dengan beberapa semak belukar maupun tanaman sawit yang telah mengering karena kepanasan sisa kebakaran kemarin. Kepulan asap putih keluar dari celah-celah lahan gambut. Suara mesin pompa air terdengar keras di beberapa titik. Dari kejauhan, terlihat beberapa prajurit TNI melakukan penyiraman sebagai tahap pendinginan. ‘’Musibah Karhutla yang terjadi di Riau ini, segera kita evaluasi,’’ kata Lodewyk.

Hasil peninjauan kami di lokasi kebakaran hutan dan lahan di Riau termasuk di Rohil ini, sangat luar biasa sekali. Pangdam I Bukit Barisan, Mayjen TNI Lodewyk Pusung. Jendral bintang dua ini menegaskan, prajurit yang ditempatkan di lapangan untuk melakukan pemadaman dibekali atau dilengkapi dengan peralatan keselamatan. ‘’Kalau sepatu yang kita pakai dipergunakan untuk memadamkan api, jelas bisa terbakar,’’ kata Lodewyk. Selain itu, tambah Lodewyk, pemadaman Karhutla di Riau masih diprioritaskan. Sehingga, pasukan sebanyak dua batalion dari Sumut maupun Sumbar, siap dikerahkan ke Riau. ‘’Kalau memang diperlukan, kami siapkan prajurit sebanyak dua batalion untuk dikerahkan ke Riau menanggulangi Karlahut,’’ kata Lodewyk. Dan terakhir, lanjut Lodewyk, bersama semuanya pihak dan instansi terkait segera membentuk tim yustisi. Kehadiran tim yustisi untuk mencari dan mendata para pendatang sebagai pengelola kebun. ‘’Ini segera kita bentuk,’’ kata Lodewyk. (Syahri Ramlan)

Pemasangan plang dan PPNS FB

SITI NURBAYA BAKAR

| EDISI 182/TAHUN IV  9 - 15 SEPTEMBER 2016


DAERAH

SP3 Jangan di Polda

Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3) terhadap 15 perusahaan terduga pembakar hutan di Riau, tetap menjadi persoalan di masyarakat.

| EDISI 182/TAHUN IV l 9 - 15 SEPTEMBER 2016


>> DAERAH

HALAMAN 12

APALAGI, kondisi Karhutla

belum sepenuhnya reda. Ditambah pula dengan postingan medsos yang menyatakan bahwa lahan perusahaan yang di SP3 itu juga ada yang terbakar kembali. Namun demikina, bagi Polri yang menangkap aspirasi masyarakat, menyatakan bahwa polemik terbitnya Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3) terhadap 15 perusahaan terduga pembakar hutan di Riau menjadi catatan khusus Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian. Untuk menghindari terulangnya kembali polemik itu, Kapolri mengeluarkan kebijakan khusus agar setiap Polda tidak begitu saja mengambil keputusan terkait SP3 kasus kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Hal itu disampaikan Kapolri dalam rapat kerja (raker) bersama Komisi III DPR di gedung parlemen, Jakarta, 5 September 2016 lalu. Tito menyatakan, dirinya memahami bahwa publik banyak mempertanyakan terkait keputusan Polda Riau terkait SP3 perusahaan terduga pembakar hutan. Karena itu, SP3 terkait karhutla ke depan harus melalui supervisi langsung dari Mabes Polri. ”Saya sudah diskusi dengan Pak Kabareskrim. Prinsipnya kasus yang akan di-SP3 terkait dengan karhutla, harus digelar di Mabes Polri,” ujar Tito di depan anggota Komisi III. Kapolri menjelaskan, dengan menyampaikan langsung di Mabes, dirinya bersama Bareskrim bisa mengkaji kelayakan dari pengambilan SP3 itu. Nantinya, ujar Kapolri, gelar pengambilan putusan SP3 juga akan melibatkan Irwasum dan Propam Mabes Polri. ”Jadi pengawasnya banyak. Bisa juga nanti kita bentuk satuan tugas (satgas), utamanya kasus yang terkait dengan korporasi,” ujar Kapolri termuda itu. Dalam kaitan dengan SP3 15 perusahaan di Riau, Kapolri juga memberikan penjelasan. Dia menyatakan, 15 kasus yang diberhentikan penyidikannya itu diputus bertahap sejak Januari hingga Mei 2016. Selain karena kurangnya alat bukti, alasan SP3 dugaan pembakaran hutan dan lahan oleh 15 perusahaan juga

MHD AKHWAN/RIAUPOS

Aktivis lingkungan Walhi melakukan aksi penolakan SP3 di Tugu Zapin Pekanbaru Riau. Rabu (31/8/2016). Aksi tersebut dilakukan guna menolak penerbitan SP3 terhadap 15 Perusahaan diduga melakukan pembakaran hutan dan lahan di Pronvinsi Riau yang dikeluarkan Polda Riau. bermacam-macam. ”Alasannya, terbakar di luar peta kerja, dan lahan dikuasai masyarakat. Areal ini dulu milik perusahaan, tapi dicabut pemerintah, otomatis bukan hak yang bersangkutan,” jelas Kapolri. Terkait munculnya foto yang berisi sejumlah petinggi Polda Riau dengan seorang pemilik lahan hutan di Riau, Kapolri juga memberi penjelasan. Tito menyatakan bahwa dirinya sudah mengirim Propam untuk memeriksa kebenara foto kongko-kongko itu. ”Dari hasil pemeriksaan sementara, itu bukan kongko-kongko,” kata Kapolri. Menurut dia, foto itu terkait dengan dikirimnya tim dari Mabes Polri untuk melakukan pemeriksaan kasus Meranti. Kapolri mengaku dirinya sendiri yang mengirim tim untuk kasus terkait pembunuhan aparat polisi itu. Nah, saat tim dari Mabes datang, sejumlah petinggi Polda ikut menemui tim dari Mabes Polri itu untuk ramah tamah. ”Biasanya, saat tim datang, yang satu angkatan ingin bertemu, makan-makan lah di restoran tempat di foto itu,” kata Tito. Saat berada di restoran, tim Mabes dan dari Polda Riau bertemu dengan pemilik restoran. Lalu, ada satu ruang lain yang diketahui adalah seorang

pengusaha kelapa sawit juga berkenalan dengan tim Mabes dan Polda Riau. ”Pengusaha sawit ini tidak terkait dengan 15 perusahaan yang di SP3. Jadi kalau ini dikait-kaitkan, tidak tepat,” jelas Kapolri. Menurut Kapolri, setelah bertemu, mereka kemudian kembali ke meja masing-masing. Hasil pemeriksaan sementara itu akan dikembangkan dalam proses pemanggilan di Mabes. ”Nanti dipanggil di Mabes pada minggu-minggu ini,” ujarnya. Menanggapi paparan Kapolri terkait karhutla, anggota Komisi III dari Fraksi Partai Gerakan Indonesia Raya Supratman Andi Atgas menyatakan bahwa keputusan SP3 sejatinya bukan barang haram. Namun, seyogyanya keputusan itu disampaikan terbuka kepada publik. Apalagi, kasus karhutla menyita perhatian masyarakat, akibat kejadian asap tebal yang terjadi tahun 2015. ”Proses SP3 itu katanya kan dari Januari sampai Mei, jika disampaikan secara terbuka dan bertahap, saya kira tidak akan menimbulkan kecurigaan publik,” kata Supratman. Sementara, anggota Komisi III dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera Aboe Bakar Alhabsy menilai, SP3 itu jelas

| EDISI 182/TAHUN IV l 9 - 15 SEPTEMBER 2016


>> DAERAH

HALAMAN 13

DEFIZAL / RIAU POS

Massa dari Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Islam Riau (BEM UIR) menggelar aksi unjuk rasa di kantor DPRD Riau Jalan Jenderal Sudirman, Pekanbaru. Selasa (6/9/2016). Mahasiswa meminta agar DPRD Riau segera menyelesaikan masalah SP3 terhadap 15 perusahaan oleh Polda Riau. mengusik rasa ingin tahu publik. Jika alasannya kekurangan alat bukti, seharusnya kepolisian menerapkan azas tanggung jawab mutlak. ”Bebankan azas tanggung jawab mutlak, nanti biar pengadilan yang menentukan,” kata Aboe. Menurut Aboe, SP3 seharusnya memiliki pertimbangan yang kuat. Opsi agar publik melakukan praperadilan terhadap sebuah keputusan SP3 dinilai bukanlah keputusan yang tepat. ”Kalah membiarkan praperadilan, sama saja membebankan hal itu pada publik,” tegasnya. Anggota Komisi III dari Fraksi Partai Persatuan Pembanguan Arsul Sani menyatakan bahwa dirinya melihat sejumlah catatan kritis terkait keputusan SP3 kasus karhutla. Menurut dia, Polda Riau dalam hal ini tidak memiliki upaya yang cukup untuk membuktikan kasus tersebut. ”Pemilihan saksi ahli misalkan, apa tidak ada upaya mencari ahli lain, kesannya hanya secukupnya saja,” kata Arsul. Dalam hal ini, catatan tambahan adalah terkait keluhan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK). Kementerian LHK menyatakan ketidakpuasan atas keputusan itu. ”Nampaknya tidak ada koordinasi

dengan pihak terkait atas kasus ini,” ujar Sekjen PPP itu. Meski begitu, Komisi III dalam hal ini mengapresiasi atas rencana perbaikan Kapolri terkait penyelesaian kasus karhutla.

SATGAS DATANG, PERAMBAH MENGHILANG

Karhutla terjadi dengan sendirinya atau karena pengaruh alam, selalu tidak dipercaya oleh masyarakat. Masyarakat meyakini bahwa Karhutla pasti ada yang memulainya. Untuk itu, Satuan Tugas (Satgas) Siaga Darurat Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) Provinsi Riau tidak main-main dalam upaya melakukan pencegahan terhadap pelaku-pelaku perambah, pembakar hutan dengan cara dibakar. Prilaku membakar hutan dan lahan yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab ini berdampak buruk bagi lingkungan, dan juga kesehatan. Oleh karena itu, ketika mengetahui lahan terbakar Satgas langsung bertindak cepat melakukan pemadaman, baik dilakukan lewat darat

maupu udara. Satgas Siaga Darurat Karhutla Riau melakukan operasi penegakan hukum terhadap perambahan hutan dan juga pembalakan liar, termasuk juga pembakaran Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu. Operasi gabungan ini, terdiri dari TNI AD dan TNI AU, Polri dan lintas instansi, BPBD Riau, terbang dengan mengunaka helikopter langsung menuju Cagar Biosfer. Di sini, Satgas saat datang perambah langsung menghilang. Ini dibuktikan dengan ditemukannya identitas para perambah seperti KTP, STNK, handphone hingga buku tabungannya yang diyakini ketakutan saat mengetahui Satgas datang. Identitas ini ditemukan dalam pondok yang sengaja dibangun sebanyak empat pondok, diduga kuat menjadi tempat perencanaan dan istirahat para pelaku perambah hutan Riau di cagar biosfer ini. Di sekitar pondok juga terlihat ada tumpukan kayu dan kanal besar yang diduga fungsikan untuk mengalirkan kayu hasil rambahan keluar hutan. Lahan juga terlihat seperti habis dibakar. Disampaikan Dan Satgas Udara Karhutla Marsma TNI Henri Alfiandi, menyebutkan, operasi ini, tim berhasil mengantongi identitas para perambah. “Kita mendapatkan nama-nama para perambah dari barang bukti yang berhasil disita di lokasi,” kata Henri. Personel Batalyon 462 Paskhas bersenjata laras panjang, dan penyidik Ditreskrimsus Polda Riau diterjunkan ke lokasi perambahan menggunakan helikopter Super Puma. Mereka memasang police line, papan pengumuman pelarangan melakukan kegiatan di cagar biosfer, dan membakar gubuk-gubuk perambah. Dari BB Identitas yang ditemukan di TKP, sepertinya pelaku mengetahui kedatangan tim Satgas, kata Henri. “Identitas perambah sudah diketahui, mereka semua warga dari Riau. Untuk selanjutnya, semua barang bukti akan diserahkan ke Polda Riau untuk proses hukum selanjutnya,” tegas Henri. Sementara itu, Wakil Komandan Satgas Karlahut Riau, Kolonel Czi I Nyoman Perwata, mengatakan operasi

| EDISI 182/TAHUN IV l 9 - 15 SEPTEMBER 2016


>> DAERAH

HALAMAN 14 gabungan untuk penegakan hukum diharapkan bisa memberikan efek jera. “Satgas akan rutin melakukan operasi gabungan ini untuk memberikan efek jera, dan ini menunjukan wibawa pemerintah bahwa kita serius menangani kebakaran lahan dan hutan,” katanya. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, Edwar Sanger, mengatakan operasi gabungan TNI, Polri dan lintas instansi ini menunjukan bahwa Satgas Siaga Darurat Karlahut Riau tidak hanya fokus pada pemadaman kebakaran, melainkan juga menuntaskan akar masalah dalam penegakan hukum. ‘’Meski sekarang Riau tidak ada asap, bukan berarti kita tidak bekerja,” kata Edwar. Kepala Bidang Teknis Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Fifian J Yogaswara, mengatakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bersama pemerintah daerah kini berupaya untuk mengembalikan cagar biosfer kepada fungsi awalnya sebagai kawasan konservasi. Ia mengatakan kini ada sekitar 3.000 hektare dari kawasan seluas 178 ribu hektare itu yang rusak akibat perambahan, pembalakan liar dan pembakaran. ‘’Perlu ada upaya bersama untuk mengembalikan cagar biosfer seperti fungsinya,” tegasnya. Dilanjutkannya selain penegakan hukum, satgas juga melakukan pendampingan agar perambah yang sudah lama berada di sana tetap bisa melanjutkan hidup mereka dengan baik dan tidak merusak. “Solusinya, para perambah dari luar bisa dipulangkan ke daerahnya dan bisa juga dipekerjakan di perusahaan yang berada disekitar cagar biosfer,” tutupnya.

TUNTUT CABUT SP3

Sementara itu, puluhan mahasiswa yang tergabung dalam BEM Universitas Islam Riau (UIR) menggelar demonstrasi di depan pagar gedung DPRD Riau, 6 September 2016. Mereka mengajak anggota DPRD Riau bersama-sama melakukan aksi di Polda Riau menuntut pencabutan penerbitan SP3 terhadap 15 perusahaan

DEFIZAL / RIAU POS

Ratusan Mahasiswa dari BEM Universitas Riau datangi Mapolda Riau, Gelar aksi unjuk rasa dan Blokade Jalan Jend. Sudirman Pekanbaru. Senin (5/9/2016). Aksi unjuk rasa meminta Kapolda Riau memproses isu terkait kongko-kongko Perwira di jajaran Polda Riau dengan pengusaha Sawit beberapa waktu lalu. diduga pembakar lahan. Namun keinginan mahasiswa tersebut tidak dapat terlaksana. Pasalnya Kasubag Humas dan Perpustakaan Setwan DPRD Riau, Syefriadi yang menemui massa aksi menyampaikan, anggota DPRD terutama Komisi A yang membidangi masalah hukum berada di luar kota. Tidak terima dengan hal itu, massa meminta untuk dapat langsung mengecek kedalam gedung DPRD Riau. “Kalau mau diajak aksi hari Kamis saja. Tapi kalau mau orasi silahkan saja,” ujar Syefriadi saat menemui massa. Setelah dilakukan kesepakatan, akhirnya puluhan mahasiswa diizinkan masuk ke gedung DPRD Riau untuk mengecek langsung terutama ruangan Komisi A. Benar saja, saat dicek tidak ada satupun anggota Komisi A yang berada diruangan dan hanya menyisakan beberapa staf saja. “Dengan tidak adanya satupun anggota DPRD Riau, membuktikan bahwa DPRD tidak serius menangani masalah asap. DPRD diam seakan di Riau tidak ada persoalan. Kapolda Riau harus dicopot, yang menyuarakan ini seharusnya DPRD Riau. Apapun agendanya, yang harus diprioritaskan adalah rakyat,” ujar Menlu BEM UIR

Mirwansyah. Mirwansyah mengatakan, pihaknya akan mendatangi lagi kantor DPRD di lain waktu. Setelah melakukan aksi sweeping, massa kemudian membubarkan diri dan melanjutkan aksi ke Polda Riau. Dikonfirmasi terpisah, anggota Komisi A DPRD Riau Sugianto mengatakan, DPRD Riau mempunyai regulasi tersendiri dalam hal kasus penerbitan SP3 oleh Polda Riau. Tidak dengan ikut turun ke jalan, melainkan dengan caracara politis. “Porsinyakan lain-lain. Kalau mahasiswa menyuarakan aksi mereka dengan turun kejalan sah-sah saja, kalau kami tentunya dengan cara politis. Tidak diminta pun kami sebenarnya juga sudah mengawal persoalan ini, bahkan sampai ke Komisi III DPR RI,” ujarnya. Terkait ketidak hadiran anggota Komisi A di gedung DPRD Riau saat mahasiswa melakukan aksi, Sugianto mengatakan, bahwa anggota DPRD Riau memang sedang melakukan sejumlah tugas. “Pada intinya kita tidak menghindar tapi anggota DPRD inikan ada yang Panitia Khusus (Pansus) dan lainya,” jelasnya.(men)

| EDISI 182/TAHUN IV l 9 - 15 SEPTEMBER 2016


NASIONAL

HALAMAN 17

>> DAERAH

HALAMAN 13

RENCANA PENGGUNAAN E-KTP DI PILKADA 2017

Hak Pemilih Terancam Mengoptimalkan hak pemilih, dengan e-KPT dianggap akan semakin mudah. Ternyata juga bermasalah.

| EDISI 182/TAHUN IV l 9 - 15 SEPTEMBER 2016


>> NASIONAL

HALAMAN 16

HAK

jutaan orang yang terdaftar sebagai pemilih di Pilkada 2017 berada di ujung tanduk. Hal itu menyusul kesepakatan DPR, Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dalam rapat dengar pendapat (RDP), 6 September 2016 lalu untuk menggunakan e-KTP sebagai dasar pemutakhiran data pemilih. Padahal, dari 41 juta daftar pemilih di 101 daerah, lima juta di antaranya belum melakukan perekaman. Komisioner KPU Arief Budiman mengatakan, pihaknya sebetulnya belum menghendaki digunakannya e-KTP sebagai dasar pemutakhiran data pemilih. S eb ab p i ha k nya m e nya d a r i , masih banyak masyarakat yang belum merekam, maupun mencetak e-KTP. Oleh karenanya, dalam peraturan yang dibuat, pihaknya tidak menjadikan e-KTP sebagai satu-satunya dasar. “Makanya kenapa KPU tetap mengatakan di dalam PKPU, KK (Kartu Keluarga) juga boleh, paspor juga,” ujarnya di Kantor KPU Pusat Jakarta, 6 September 2016 lalu. Namun dalam RDP, Dirjen Kependudukan dan Catatan Sipil Kemendagri menjelaskan jika KK sering kali tidak ter-update dan membuat data kacau sehingga dilarang gunakan KK. Nah, sebagai alternatifnya, nantinya warga yang tidak memiliki e-KTP tetap diberi hak suara dengan menunjukkan surat keterangan dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) kabupaten. “Problemnya itu pemilih menuju ke kantor kabupaten jauh juga,” imbuhnya. Namun karena sudah menjadi kesimpulan rapat, KPU akan mengakomodir hal tersebut. Apalagi, salah satu ketentuan baru dalam UU Pilkada yang baru adalah mewajibkan KPU untuk menjalankan hasil kesimpulan RDP. “KPU ya setuju saja. Tapi kan sebetulnya kami itu ingin memudahkan pemilh, karena faktanya adalah masih ada orang yang belum e-KTP,” tuturnya. Anggota Komisi II DPR RI Arteria Dahlan mengatakan, kesepakatan tersebut tidak diambil tanpa pertimbangan matang. Bahkan pihaknya sudah mengetahui, jika ada lima juta dari 41 juta pemilih yang belum melakukan

SINARHARAPAN.CO

perekaman. Oleh karenanya, dalam RDP senin lalu pihaknya sudah mengkonfirmasi langsung kepada Kemendagri terkait kesiapannya. “Kami sudah tanyakan dan Kemendagri optimis bisa menyelesaikan. Tidak masalah,” ujarnya seperti ditulis Jawa Pos. Politisi PDIP itu menambahkan, sudah selayaknya semua kebijakan dibangun dengan sikap optimisme. Meski demikian, Arteria memastikan jika pihaknya juga sudah menyiapkan langkah antisipasi bila Kemendagri meleset memenuhi target perekaman. Salah satunya dengan menggunakan surat keterangan dari Disdukcapil. Dengan begitu, dia yakin, kemajuan dalam sistem kepemiluan di Indonesia bisa terlaksana. Sementara di sisi lain, hak warga tetap terlindungi. “Kita haramkan apabila ada pemilih yang sejatinya berhak karena tidak punya e-KTP akhirnya tidak dapat memilih,” kata pria yang mengganti Djarot Syaifullah Yusuf sebagai Pergantian Antar Waktu (PAW). Pernyataan sedikit berbeda disampaikan Dirjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri Zudan Arif Fakhrullah. Dia mengatakan, penggunaan e-KTP hanya dilakukan bagi warga yang tidak terdaftar sebagai Daftar Pemilih Tetap.

“Yang tidak terdaftar, di hari H pemungutan harus menunjukkan e-KTP,” terangnya saat dikonfirmasi. Sementara dalam hal proses pencocokan dan penelitian (Coklit) data pemilih, Zudan menyebut prasyarat e-KTP tidak mutlak. Sebab, coklit bisa dilakukan dengan berbagai cara. Meski begitu, Zudan mendorong masyarakat untuk segera melakukan perekaman E-KTP. Sebab, bukan hanya untuk kepentingan kepemiluan, melainkan juga untuk menjamin hak dan akses kebutuhan publik lainnya. Mengingat, KTP lama sudah tidak lagi berlaku penggunaannya per oktober 2017 nanti. “Kalau tidak rekam, warga sendiri yang rugi,” ujarnya. Pasalnya, berbagai lembaga sudah melakukan kerjasama dengan jajarannya untuk mengakses dan menjadikan NIK sebagai identitas tunggal. Nah, bagi yang belum merekam, Zudan memastikan akses pelayanan publik akan sulit diperoleh. Mulai dari BPJS, SIM, Perbankan, hingga daftar nikah di KUA. Selain itu, perekaman e-KTP juga akan memudahkan proses evakuasi jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti bencana alam maupun korban hilang. “Cukup scan jari atau mata, maka sudah bisa diketahui identitasnya,” pungkasnya.(men)

| EDISI 182/TAHUN IV l 9 - 15 SEPTEMBER 2016


EKONOMI

HALAMAN 15

MERPATI

Ingin Terbang Lagi Lama menghilang, Merpati muncul lagi. Pemerintah menargetkan maskapai penerbangan PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) akan kembali beroperasi secara penuh 2017 mendatang.

| EDISI 182/TAHUN IV l 9 - 15 SEPTEMBER 2016


>> EKONOMI

HALAMAN 18

TENTU saja, menghilangnya Mer-

pati Airlines selama ini karena berbagai persoalan. Pemerintah menegaskan pengoperasian ini seiring dengan tuntasnya restrukturisasi usaha yang dijalankan perseroan. “Kita berharap 2017 sudah bisa terbang, dengan syarat dalam sisa waktu satu tahun ini sudah mendapat izin privatisasi dari Kementerian Keuangan dan mendapatkan investor yang bersedia masuk ke Merpati,” kata Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha, Kementerian BUMN Aloysius K. Seperti diketahui, Merpati Nusantara berhenti terbang sejak Januari 2014. Operasinya berhenti karena Merpati terjerat utang hingga Rp7,3 triliun. Menurut Aloysius, sejak berhenti beroperasi pada Februari 2014, saat ini proses restrukturisasi Merpati sedang berlangsung, mulai penyelesaian merumahkan sekitar 1.500 karyawan. Bersamaan dengan itu, pemerintah sebelumnya juga memberi suntikan dana dalam bentuk Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk menuntaskan restrukturisasi usaha sekitar Rp400 miliar. Salah satu program konkret yang dilakukan saat ini adalah menggalang sinergi Garuda Indonesia dengan Merpati untuk melakukan kerja sama operasional antara Garuda Maintenance Facility (GMF) dan Merpati Maintenance Facility (MMF). “Ini langkah besar, MMF dikelola oleh GMF, untuk meningkatkan kapasitas bisnis perawatan pesawat di dalam

negeri,” katanya. Sedangkan langkah terakhir, selain menuntaskan utang perusahaan juga dibutuhkan investor yang bersedia menjadi pemodal Merpati. “Tidak mudah mencari investor untuk masuk ke dalam bisnis penerbangan dalam keadaan normal, apalagi dalam kondisi terpuruk seperti Merpati,” ujarnya. Meski demikian, dia optimistis pemegang saham mampu mencari investor karena Merpati masih memiliki kapasitas dan volume usaha yang bisa ditawarkan kepada pemilik modal. “Saat ini setidaknya sekitar 600-700 rute penerbangan belum terisi oleh maskapai yang ada saat ini, sehingga masih punya peluang pasar yang begitu luas. Hanya saja Merpati belum mendapat kesempatan pihak yang mampu membawa uang segar untuk menutupi defisit Merpati,” ujarnya. Nantinya proses pencarian mitra strategis akan diumumkan kepada publik setelah mendapat izin dari Kementerian Keuangan termasuk restu dari DPR-RI. Calon investor bisa merupakan perusahaan penerbangan berskala investor bisa juga merupakan investor murni. “Kita akan buka seluas-luasnya, dengan kriteria yang kita tetapkan. Peminat bisa mengambilalih atau akuisisi saham hingga terdilusi 95 persen tidak masalah. Yang penting Merpati bisa hidup dulu,” ujarnya. Terkait utang perseroan, Aloysius menambahkan, akan diberikan kemu-

dahan bahkan bisa dimasukkan sebagai dalam pola debt to equity swap atau mengonversi utang menjadi saham. Sejalan dengan itu menurut Aloysius, dalam pengoperasian Merpati juga harus mengembangkan bisnis seperti angkutan BBM terutama di pulau-pulau kecil di Indonesia Timur. “Syarat utamanya Merpati segera mendapat kembali izin terbang dari Kemenhub, serta tahap awal harus memiliki minimal lima unit pesawat. Rute sudah kita punya, tinggal menyelesaikan berbagai persyaratan saja,” tutup dia. Meski mendapat suntikan dana, tak lantas membuat Merpati keluar dari permasalahan. Kesedihan masih menyelimuti langit perusahaan pelat merah ini. Ketua Tim Penuntut Hak PT Merpati Nusantara Airlines (MNA) Sudiarto mempertanyakan besaran dana Pemerintah buat program pemulihan maskapai pelat merah tersebut. Menurut dia, jumlah Rp 350 miliar melalui Kementerian Koordinator Perekonomian bakal tak akan cukup memenuhi hak 1.400 bekas karyawan. “Padahal sebelumnya, manajemen Merpati yang diperkirakan 1.400, sesuai dengan kebutuhan dana mem-PHK seluruh pegawai Merpati sesuai ket-

INTERNET

| EDISI 182/TAHUN IV l 9 - 15 SEPTEMBER 2016


HALAMAN 19

>> EKONOMI

INTERNET

entuan adalah sebesar Rp 1,5 triliun, lalu bagaimana mengkonversi nilai segitu dengan jumlah karyawan,” ujar Sudiarto. Awak kabin senior PT MNA, Trianggarto meminta perhatian dari pemerintah terkait hak-hak normatif para karyawan. Saat ini, pemerintah belum membayarkan gaji serta biaya-biaya lain termasuk asuransi dan transport karyawan. “Kami minta dipenuhi dulu hak-hak karyawan. Kasihan ada yang masuk rumah sakit dan meninggal karena tidak mampu membayar. Untuk itu, ibu menteri kami minta menyelesaikan dengan segera dan tengok keluarga kami karena 17 bulan belum dibayar,” ujar dia yang ditemui di Kementerian BUMN. Menteri BUMN era Presiden SBY, Dahlan Iskan, mengatakan dirinya sampai dipusingkan untuk mencari seseorang yang mau memimpin Merpati keluar dari kebangkrutan. “Kalau diganti mau apa merpati, itu bukan soal diganti, siapa yang mau jadi Dirut Merpati?” ujar Dahlan. Sekelumit kisah miris Merpati hingga ditargetkan terbang tahun depan. Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla telah merinci kondisi merpati saat itu. Disa menegaskan beban keuangan Merpati sudah dalam kondisi kronis. Di samping tidak mempunyai aset untuk

dijual sebagai modal pembayaran gaji karyawan, Merpati juga masih memiliki utang pembelian pesawat. Selain itu, jangka waktu membayar cicilan pesawat-pesawat tersebut masih panjang. “Bukan soal Merpati, pesawat ini kan dibeli dengan kredit pemerintah. Maka akan diselesaikan dengan pabrik pesawatnya,” tutur JK. Saking beratnya masalah merpati, Sofyan Djalil yang saat itu menjabat sebagai menteri koordinator perekonomian mengaku berat untuk menghidupkan kembali Merpati Nusantara Airlines. “Kalau menurut saya Merpati harus diselesaikan secara tuntas karena sekarang agak berat kalau Merpati dihidupkan kembali,” ujar dia. Menurut dia, kompetisi perusahaan penerbangan sangat luar biasa. Sehingga, kata Sofyan, tidak memungkinkan untuk Merpati dihidupkan kembali. “Jadi harus dicarikan jalan bagaimana bisa menyelesaikan masalah ini one for all. Nanti kita lihat usulan Menteri BUMN,” pungkas dia. Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia pesimis dengan rencana pemerintah untuk hidupkan kembali PT Merpati Nusantara Airlines (MNA). Alasannya maskapai pelat merah ini menanggung utang mencapai triliunan Rupiah.

“Boleh saja dihidupkan lagi, tapi utang dihapus dulu,” ujar Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Telematika, Penyiaran, dan Ristek Ilham Habibie. Dia pun pesimis akan ada investor yang bersedia membayarkan utang tersebut. “Kalau investor suruh bayar itu, tidak bakalan ada yang mau. Mending buat beli lisensi saja,” kata dia. Selain itu, kata Ilham, pesawat milik Merpati banyak yang tidak bisa diterbangkan lagi. Menurut dia, jika ada investor yang berminat, investor tersebut hanya akan membeli pesawat yang masih memiliki kondisi yang baik. “Jadi, belum tentu ada yang mau beli Merpati punya aset. Untuk mendapatkan lisensi, kan tidak sulit asalkan punya lima pesawat,” pungkas dia.(men)

| EDISI 182/TAHUN IV l 9 - 15 SEPTEMBER 2016


LINGKUNGAN HALAMAN 17

>> EKONOMI

Bioflok, Lele Berkualitas & Ramah Lingkungan Penggunaan teknologi BioFlok dipercaya bisa menjadi solusi untuk sektor budidaya perikanan komoditas lele yang selama ini menjadi unggulan.

| EDISI 182/TAHUN IV l 9 - 15 SEPTEMBER 2016


HALAMAN 21

>> LINGKUNGAN

TEKNOLOGI

tersebut, layak untuk dipergunakan karena terbukti ramah lingkungan dan bisa meningkatkan kualitas daging lele yang akan dipanen. Pernyataan tersebut diungkapkan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Slamet Soebjakto, seperti yang ditulis mongabay belum lama ini. Menurut dia, jika sektor budidaya ingin menerapkan konsep berkelanjutan, maka harus dicari teknologi yang bisa mendukung ke arah tersebut. “Dari pengalaman pembudidaya yang sudah menerapkan teknologi bioflok ini, mengatakan bahwa rasa dagingnya berbeda dengan lele hasil budidaya konvensional,” ucap dia. Perbedaan rasa daging yang dihasilkan tersebut, dijelaskan Slamet, dihasilkan karena selain diberi pakan pelet, lele juga diberi makan flock atau gumpalan-gumpalan yang terdiri dari organisme-organisme hidup seperti alga, bakteri, dll. “Selain memberi manfaat peningkatan kualitas daging, teknologi ini juga mampu menekan pakan buatan atau pelet,” sebut dia. Dari hasil percontohan di beberapa tempat, Slamet mengungkapkan, pemberian pakan dapat ditekan di bawah satu jika menggunakan teknologi BioFlok. Manfaat tersebut, akan sangat bagus karena bisa menekan biaya yang harus dikeluarkan oleh pembudidaya lele. Tak hanya itu, Slamet menambahkan, jika menggunakan teknologi BioFlok, air hasil budidaya lele tidak berbau dan juga memiliki manfaat sangat baik sekali untuk pupuk tanaman.

Fakta tersebut juga menjadi catatan positif karena teknologi budidaya perikanan kini mengarah pada konsep keberlanjutan. “Karenanya, limbah dari BioFlok dinyatakan tidak mengganggu lingkungan sekitar dan bahkan dapat disinergikan dengan budidaya tanaman, misalnya hortikultur dan buah-buahan,” jelas dia. Manfaat tersebut bisa didapat, kata Slamet, karena dalam teknologi BioFlok ada mikroorganisme yang mampu mengurai limbah budidaya dan air yang dihasilkannya banyak mengandung bakteri baik seperti bacillus yang dapat menyuburkan semua jenis tanaman. Namun, Slamet mengingatkan, untuk mendapatkan hasil seperti di atas, suplai oksigen tidak boleh kurang. Oksigen ini, kata dia, untuk membantu proses penguraian dan sekaligus mengaduk air kolam untuk meratakan suhu dan pakan.

PERCONTOHAN DI SEMARANG

Untuk menyebarluaskan penggunaan teknologi BioFlok untuk budidaya lele, Dirjen Perikanan Budidaya membuat percontohan di Desa Duren, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Di sana, KKP menggandeng Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Karya Mina Sejahtera untuk mengembangkan budidaya lele yang ramah lingkungan. Slamet mengatakan, percontohan di Semarang bertujuan untuk menerap-

kan budidaya lele dengan kualitas yang baik, jumlah yang banyak, dan ramah terhadap lingkungan. Dan, dalam pelaksanaannya pun, teknologi BioFlok membuat penggunaan air dan pakan menjadi lebih hemat meski dilakukan di lahan yang terbatas. “Ini adalah wujud dari keselarasan pembangunan perikanan budidaya dengan tiga pilar pembangunan yaitu meningkatkan kedaulatan dalam arti kemandirian pembudidaya, mendukung keberlanjutan dalam hal usaha budidaya dan lingkungan serta mampu meningkatkan kesejahteraan pembudidaya,” papar dia. Tak hanya manfaat di atas, Slamet menambahkan, penggunaan teknologi Bioflok untuk budidaya lele juga memberi manfaat lain, karena bisa mendapatkan hasil memuaskan dengan jumlah yang banyak dan dalam waktu yang lebih singkat. Hasil tersebut jauh berbeda jika dibandingkan dengan budidaya lele yang dikembangkan secara konvensional. Slamet kemudian memberi gambaran, satu lubang atau satu kolam bioflok dengan kapasitas air 10 m3, dengan modal kurang lebih Rp5 juta rupiah, dapat menghasilkan lele sebanyak 1 ton secara parsial dalam waktu 2,5 bulan saja. “Jika harga lele konsumsi adalah 15 ribu rupiah per kilogramnya, maka akan dapat diperoleh hasil kurang lebih 15 juta rupiah. Jadi pembudidaya akan mendapatkan keuntungan sekitar 10 juta rupiah, selama kurun waktu 2,5 bulan untuk wadah satu lubang,”ungkap dia. Untuk diketahui, selama lima tahuhn terakhir sejak 2011, terjadi peningkatan produksi lele secara nasional hingga mencapai 21,31 persen. Peningkatan tersebut terlihat jelas pada 2015 yang mampu mencapai produksi 722.623 ton dari 337.577 ton pada 2011. “Peningkatan produksi lele per tahun yang mencapai 21,31 % ini merupakan kenaikan terbesar di bandingkan dengan komoditas air tawar lainnya seperti nila, mas, patin dan gurame. Ini juga menjadi bukti bahwa pemanfaatan teknologi yang ramah lingkungan serta efisien, mampu meningkatkan produksi ikan,” pungkas dia.(men)

| EDISI 182/TAHUN IV l 9 - 15 SEPTEMBER 2016


KESEHATAN

Tidur Awal, Terhindar Melar ANAK-anak prasekolah yang kerap tidur pada pukul 20.00 WIB, beresiko menjadi gemuk 10 tahun ke depan, daripada mereka yang masih terjaga setelah pukul 21.00 WIB.

| EDISI 182/TAHUN IV l 9 - 15 SEPTEMBER 2016


HALAMAN 31

>> KESEHATAN

BANGKUDEPAN.COM

“MENDORONG anak-anak

pergi tidur lebih awal mungkin menjadi salah satu cara untuk mencegah kenaikan berat badan berlebih dikemudian hari,� kata penulis utama studi, Dr Sarah Anderson, seperti dilansir jpnn. com Kelebihan berat badan pada anakanak menjadi masalah kesehatan utama di AS, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, sekitar 17 persen anak-anak dan remaja telah mengalami obesitas. Anderson menggunakan data pada

977 anak-anak yang lahir sehat pada 1991, yang dilacak setiap tahun sampai mereka berusia 15 tahun. Ketika anak-anak berusia 4 tahun, rata-rata ibu mereka melaporkan waktu tidur pada hari kerja biasa mereka. Setengah anak-anak tidur di antara pukul 20.00-21.00 WIB, seperempat pergi tidur pada pukul 20.00 WIB atau sebelumnya dan seperempat lagi pergi tidur setelah pukul 21.00 WIB. Ketika para peneliti melihat bobot anak-anak 15 tahun, mereka menemukan bahwa anak-anak prasekolah yang

PARENTODAY.COM

pergi tidur sebelum pukul 20.00 WIB, lebih kecil kemungkinannya menjadi gemuk saat remaja. Kemungkinan obesitas lebih besar untuk anak-anak yang tidur antara pukul 20.00 WIB dan 21.00 WIB. Dan terbesar adalah bagi mereka yang tidur setelah pukul 21.00 WIB, ketika mereka masih kecil. Tingkat obesitas remaja adalah 10 persen, 16 persen dan 23 persen, masing-masing dalam tiga kelompok. Para peneliti memperhitungkan pengaruh lain yang mungkin meningkatkan risiko obesitas, termasuk status sosial ekonomi dan obesitas ibu mereka. Mereka juga menyesuaikan dengan sensitivitas ibu, ukuran kualitas hubungan ibu-anak. Seperti apakah ibu memperhatikan kebutuhan emosional anak mereka, seberapa sering mereka mendukung keputusan anak mereka dan seberapa sering mereka membiarkan anak mereka membuat keputusan tentang diri mereka sendiri. “Ternyata sensitivitas ibu tidak memiliki efek,� pungkas Anderson.(men)

| EDISI 182/TAHUN IV l 9 - 15 SEPTEMBER 2016


>> BARU TAHU HALAMAN 24

>> HALAMAN BARU TAHU 29

BENAR & SALAH, BIASA? Salah dan benar dalam hidup ini harus Anda perhatikan, apalagi yang berhubungan dengan perintah agama. Namun, karena sudah menjadi kebiasaan yang berawak dari melihat orang lain melakukan, hal-hal yang salah, dianggap biasa saja oleh sebagian masyarakat.

TAHUKAH Anda, bahwa ada beberapa ke-

biasaan yang kita lakukan sehari-hari, kerap salah? Berikut ini Swarnadwipa menyediakan 10 hal yang berhubungan dengan kebiasaan yang kita lakukan sehari-hari yang kita anggap biasa dan benar, namun salah. Tentu saja, kesalahan ini tidak akan bisa dibaca dalam waktu sekejap, namun memerlukan proses. Namun demikian, sering kali penyesalan terjadi setelah semua terjadi. Untuk itu, pedulikan diri Anda untuk mengetahui, 10 hal ini kerap Anda lakukan salah. Ingat kalau tidak Anda sendiri yang mengubahnya, siapa lagi? Jika kita sekarang sudah mengetahui, maka upayakan untuk meninggalkan kebiasaan lama dan memulai dengan kebiasaan baru, meski agak berat. Sekali lagi, kesalahan yang Anda lalukan, tidak akan terasa dan lambat laut akan berdampak pada kondisi fisik dan psikologis Anda.(men)

| |EDISI EDISI182/TAHUN 178/TAHUNIVIVll 919- -1525SEPTEMBER AGUSTUS 2016 2016


HALAMAN 25

>> BARU TAHU

| EDISI 182/TAHUN IV l 9 - 15 SEPTEMBER 2016


>> TEKNOLOGI

HALAMAN 26

Pertama, Notebook Tertipis Dunia Acer baru saja memperkenalkan jajaran produk terbarunya. Kali pertama, produk ini diperkenalkan ke publik di Press Conference Acer #NextAtAcer, IFA 2016 Berlin, Jerman. Presiden Direktur Acer Indonesia, Herbet Ang mengatakan, produk anyar itu dibarengi dengan inovasi, fitur terdepan yang mendukung mobiltas dan produktivitas serta tetap mengandalkan gaya bagi siapa saja yang menggunakannya. Di antaranya, serangkaian notebook dari Swift series , Spin series, Chromebook R 13, notebook gaming Predator 21 X, serta headset Virtual Reality (VR) StarVR. “Tahun 2016 adalah tahun yang luar biasa bagi Acer dan kami bangga dapat menghadirkan deretan inovasi produk yang menawan di IFA Berlin, 2016,” kata Herbet Ang dalam keterangan persnya yang diterima JPNN.com, Senin (5/9). “Ini merupakan rangkaian dari komitmen kami untuk terus berekspansi dan mendorong beberapa mesin pertumbuhan pada bisnis inti, sementara menjajaki pasar baru untuk pengembangan bisnis sambil bertransformasi menjadi sebuah perusahaan hardware + software + services,” lanjut Ang. Yang paling menarik dari produk Acer adalah notebook Swift 7 yang diyakini tertipis pertama di dunia. Dengan ketipisan kurang dari 1 cm, Swift 7 diluncurkan dengan memadukan gaya dan performa. Notebook ini tampil menawan dengan bobot hanya 1,1 kg dan setipis 9,98 mm atau kurang dari 1 cm, menjadikan Swift

7 sebagai notebook tertipis pertama di dunia. Swift 7 pun hadir dengan dukungan prosesor Intel® Core™ i5 dan Intel® Core™ i7 generasi ke-7 Kaby Lake sehingga dapat meningkatkan performa productivity app dan browsing web yang lebih baik. Selain berbodi tipis, notebook berlayar 13,3 inci (Full HD IPS, Gorilla Glass 4) ini ditunjang oleh chassis-nya yang berbahan aluminium unibody agar tidak ringkih. Meskipun tipis dan ringan (1,1kg), Swift 7 yang memiliki kapasitas RAM 8 GB, Solid State Drive (SSD) 256 GB, dual port USB 3.1 Type-C dan fingerprint scaaner ini memiliki daya tahan baterai hingga 9 jam. Swift 7 merupakah model tertipis dari lini notebook ultrathin Swift series Acer. Selain Switft 7, Acer juga memperkenalkan model lainnya yaitu Swift 1, Swift 3 & Swift 5.(men)

| EDISI 182/TAHUN IV l 9 - 15 SEPTEMBER 2016


SENI BUDAYA PESTA SUNGAI BOKOR 2016

Duniakan Kampung Lewat Helat Budaya Semangat militant untuk menyelenggarakan iven di kampongkampung, terlihat dari Pesta Sungai Bokor 2016.

| EDISI 182/TAHUN IV z 9 - 15 SEPTEMBER 2016


>> SENI BUDAYA

HALAMAN 28

JEFRY AL MALAY/RIAU POS

Salah satu pementasan teater berjudul "Teking" dari Pekanbaru saat festival teater remaja, di Taman Budaya Riau, (26-27/8/2016).

BERBAGAI

latar belakang cerita dikuasai. Bermacam-macam konsep dipersembahkan dan Beragam karakter yang mereka perankan. Mereka adalah para remaja yang berasal dari berbagai daerah yang ada di Provinsi Riau. Keikutsertaan mereka dalam helat Festival Teater Remaja yang digelar di Gedung Olah Seni Taman Budaya, membuktikan bahwa seni teater sesungguhnya masih diminati. Tidak hanya itu, hal yang menggembirakan lainnya adalah potensi yang dimiliki oleh generasi muda di bidang seni teater. Setidaknya, dari yang telah dipentaskan masing-masing daerah menunjukkan potensi aktor muda Riau sangatlah dapat diharapkan untuk pengembangan seni teater ke depannya. Hal itu diakui oleh para dewan juri ketika memberikan evaluasi sebelum pengumuman pemenang dilangsungkan. Disebutkan salah seorang juri, Catur Wibono banyak potensi keaktoran di Riau terutama generasi muda atau

remaja yang bisa dan layak dikembangkan. Namun tentu dengan memiliki kemampuan dalam mengolah tiga alat ekspresi seorang aktor. Diantaranya bahasa verbal, bahasa tubuh dan juga bahasa jiwa atau inner action. Aktor itu nyawa dalam sebuah pertunjukan. Berhasil atau tidaknya sebuah pertunjukan sangat ditentukan oleh seorang aktor. Untuk itu, lanjut Catur, diperlukan proses latihan yang intens dengan disiplin yang tinggi bagi seorang aktor. Untuk aktor muda di Riau yang sepertinya belum tersentuh itu adalah masalah rasa atau bahasa rasa. “Maka jadilah seorang aktor yang observator, jangan jadi orang yang cuek. Aktor adalah pengamat kehidupan, tanggap dan peka terhadap persoalan sosial di sekitarnya,� ujar akademisi teater dari ISI Jogjakarta itu. Apresiasi yang tinggi patut pula diberian kepada mereka para aktor muda yang antusias dalam mengikuti Festival Teater Remaja se-Riau tersebut.

Karena menurut Catur, mereka semua sudah meleweati proses meskipun tampak tidak terlalu lama prosesnya. Tetapi mereka sudah berunjuk karya dengan semangat dan kegairahan kreatif, terlepas dari kekurangan dan kelebihan. Kekalahan dan kemenangan hal yang diperhitungkan nomor sekian tetapi hakekatnya proses lebih penting daripada hasil. “Proses dan unjuk karya inilah yang akan menjadi pengalaman dan guru yang paling baik, takkan pernah terlupakan sepanjang hayat bagi para teaterawan remaja peserta Festifal Teater Remaja,� ucapnya. Sedangkan pada kerja penyutradaraan, disebutkannya ada satu kekuatan yang perlu digali dan dikembangkan di Riau terutama dalam persoalan konsep garapan. Idiom-idiom tradisi Melayu perlu diperhitugkan seperti kekuatan syair, pantun, tembang, petatah-petitih. Kesemuanya masih bisa dieksplorasi sebagai kekayaan tradisi dan jati diri, sehingga kesemua unsur

| EDISI 182/TAHUN IV z 9 - 15 SEPTEMBER 2016


HALAMAN 29

>> SENI BUDAYA itu dapat pula memberikan warna dan kekayaan bentuk tersendiri. Demikian juga dengan penataan artistik yang juga dapat dibuat praktis, ekonomis, mobile, meruang dengan sentuhan warna lokal yang eksotis. Inilah semuanya akan menjadi daya tarik visual tersendiri. “Dipundak kalianlah, kearifan lokal akan sentiasa terjaga, tumbuh dan berkembang,� tutupnya. Begitu juga yang disampaikan dewan juri lainnya, Marhalim Zaini. Potensi aktor muda Riau terutama yang dapat diukur dari pentas yang dilakukan selama dua hari itu, tentu saja banyak sekali. Hanya saja pembinaan yang intensif terhadap para calon aktor yang potensial itu yang belum serius. Untuk itulah, kata Marhalim, perlu dan penting sekali dilakukan adanya pengamatan yang terukur atau katakanlah semacam penelitian. Tujuannya untuk melihat sejauh mana perkembangan teater remaja Riau dari tahun ke tahun. “Evaluasi semacam ini baiknya diiringi dengan pembinaan berkelanjutan. Susah memang, tapi bukan tidak mungkin jika mau bersinergi,� jelas Marhalim yang juga merupakan penyair asal Riau itu. Marhalim menyarankan ke depan-

nya, di sela-sela lomba, ada baiknya digelar diskusi, terutama untuk membaca berbagai problem teater di Riau, terutama remaja. Karena berbagai persoalan yang ada seperti naskah rata-rata masih lemah. Tema utama yang disuguhkan penyelenggara, dengan mengeksplorasi spirit teater tradisi Melayu Riau, masih belum dapat digali dengan sungguh-sungguh. Sehingga sebagian peserta masih membawakan teater tradisi, tanpa memberi sentuhan kekinian. Lalu yang menjadi sebuah penyakit, lanjut Marhalim adalah gejala peserta yang hanya mau ditonton tapi tidak mau menonton, masih tampak dari ivent tersebut. Sehingga tujuan utama pementasan seolah hanya tersaji untuk juri, tidak untuk bentang karya dalam rangka meningkatkan apresiasi.

TEATER DAN REMAJA Berteater bisa pula menjadi kesenangan tersendiri bagi remaja. Hal itu apabila dilakukan dengan kesadaran akan pentingnya dari proses berteater itu sendiri. Sebagai seni yang kolektif, teater bukan saja menyangkut segala bidang seni (rupa, tari, musik dan sastra) tetapi juga di dalamnya terdapat

ilmu manajemen, psikologi, sejarah, filsafat, sosial, politik dan sebagainya. Pembelajaran teater menjadi proses kerja yang sering yang serius karena ternyata teater bukan hanya pertunjukan, bukan semata-mata hiburan tetapi juga perjalanan pemikiran serta pembentukan karakter. Bahkan teater merupakan satu media langsung atau media komunikasi langsung yang dijadikanwahana penting dalam menyebarkan kebudayaan dan pemikiran lainnya. Seperti halnya yang telah dipentaskan oleh dua belas grup yang mewakili kabupaten/ kota masing-masing, terkadang di pementasa, mengisahkan tragedi yang begitu menyedihkan, terkadang memaksa penonton untuk terhanyut turut menangis. Ada pula yang menyodorkan pertanyaan kepada publik sbagai bahan renungan dan ada juga pertunjukan yang bisa membuat penontonnya tertawa lebar. Hang Kafrawi, juri lainnya, mengatakan, teater sesunguhnya dapat dijadikan sebagai media pengembangan kreatifitas. Caranya ialah dengan memanfaatkan peluang yang disediakan oleh teater itu sendiri. Dan bagi remaja hari ini, proses teater dipandang sangat tepat dalam hal pembentukan karakter.

JEFRY AL MALAY/RIAU POS

| EDISI 182/TAHUN IV z 9 - 15 SEPTEMBER 2016


>> SENI BUDAYA

HALAMAN 30

JEFRY AL MALAY/RIAU POS

Kepala UPT Museum dan Taman Budaya Riau, Sri Mekka (baju biru) foto bersama para pemenang usai pengumuman festival teater remaja. Bagaimana tidak? Karena semua kegiatan dalam proses penciptaan sebuah produksi teater itu dimulai dari sesuatu yang sifatnya megnamati. Disebutkan dalam hal menulis naskah. Ide dalam sebuah naskah teater bersumber dari pengamatan pengarang terhadap kehidupan manusia. Banyak masalah muncul dalam kehidupan manusia, seperti kelahiran, kematian, kegelisahan, harapan dan sebagainya. Sehingga dengan demikian, remaja yang berminat menulis naskah akan mendapat wadah dalam penyaluran daya cipta. Karya yang dihasilkan merupakan perwujudan dan penyimpulan dari pengetahuan dan pengamatan terhadap lingkungannya sendiri. Manfaat teater lainnya bagi pembentukan karakter remaja adalah ketika menjalankan masa latihan. Di mana, dalam proses latihan ini secara tidak sadar akan membina kekompakan kelompok, sebagai arena diskusi bahkan juga sebagai tempat rekreasi. Kekompakan itu akan terwujud apabila setiap individu menyadari tugas dan bertanggungjawab terhadap tugas yang telah dibagi. Di samping itu nilai kedisiplinan pun muncul dalam proses latihan. Dijelaskan Hang Kafrawi, dengan adanya ketaatan menepati jadwal, memikirkan kepentingan kelompok ketimbang pribadi. Apabila nilai ini telah mengakar pada setiap anggota grup, maka hilanglah segala persaingan, kecengengan yang tidak perlu selain dari rasa percara diri, kekompakan, kedispilinan, bertanggunjawab dan lainnya. Dalam proses latihan juga, kata Kafrawi, diskusipun dapat dilakukan. Dengan demikian proses dalam latihan ini dapat pula menjadi ajang pembentukan kepibadian, tempat untuk belajar mendengarkan pendapat orang lain, tempat belajar berargumentasi sekaligus menguji dan menilai seberapa jauh

pengetahuan seseorang terhadap dunia yang sedang digelutinya. “Saya kira bagi Remaja, sebagai apapun posisi yang diambil dalam rentetan kegiatan proses berteater, tetap dapat diambil manfaat dari kegiatan itu. Yang jelas dapat merangsang minat para pemuda. Sangat berguna pula untuk membentuk kepribadian khususnya pengembangan mental remaja. Dan mereka memiliki apresiasi seni, terutama dalam seni teater,” jelas Ketua Prodi Sastra Indonesia FIB Unilak itu.

SIAK PENYAJI TERBAIK Disebutkan oleh Kepala UPT Museum dan Taman Budaya, Sri Mekka, perhelatan yang ditaja merupakan ajang kreativitas generasi muda Riau di bidang seni teater. Diharapkan generasi muda dapat terus berkarya dan Pemerintah Riau selalu berupaya menyediakan wadah untuk itu. Bahkan disebutkannya, Kabupaten yang terpilih menjadi penyaji terbaik I akan mewakili Riau dalam Festival Teater Remaja se-Indonesia tahun 2017. “Pemenang Festival Teater Remaja Riau ini akan kita kirimkan mewakili Riau pada ajang Festival Teater se-Indonesia yang setiap tahun diadakan di Jakarta,” jelasnya. Perhelatan Festival Teater Remaja digelar selama dua hari (26-27 Agustus). Di hari pertama tampil enam kabupaten/kota yaitu Kabupaten Rokan Hulu, Bengkalis, Rohil, Siak, Pelalawan, dan Kuansing. Sedangkan di hari ke dua, tampil pula kelompok teater dari Kabupaten Kepulauan Meranti, Kota Dumai, Inhu, Kampar, Kota Pekanbaru, dan Kabupaten Indragiri Hilir. Sedangkan yang tampil sebagai pemenang penyaji terbaik I adalah kelompok teater dari Siak Sri Indrapura yang membawakan

naskah berjudul Alang Daud. Sebuah lakon yang mengangkat kisah tentang bagaimana cara manusia untuk dapat membebaskan diri dari belenggu kemiskinan. Salah satunya adalah dengan cara pergi merantau, meninggalkan kampung halaman seperti halnya yang dilakukan oleh Alang Daud di dalam lakon. Tetapi setelah Alang Daud berubah menjadi saudagar kaya, apa yang menjadi janjinya untuk membahagiakan ibu, kekasih dan juga teman-teman dengan kekayaan diperolehnya, tidak ditunaikan. Alang Daud sukses menjadi sudagar kaya, namun tidak sukses menepati janjinya. Demikianlah sepintas kisah yang dikemas rapi oleh kabupaten Siak Sri Indrapura sehingga mampu menyaingi kelompok teater dari kabupaten/kota lainnya. Sedangkan penyaji terbaik II diraih oleh Kabupaten Bengkalis, dengan membawa naskah berjudul Keris Bernyawa Buat Sendayu. Penyaji Terbaik III dari Kabupaten Kampar berjudul Umak Anak Hilang. Untuk sutradara terbaik I dari Kabupaten Kampar, sutradara terbaik II diraih Kabupaten Siak dan sutradara terbaik III dari Kabupaten Bengkalis. Sedangkan kategori pemeran Pria terbaik I dari Kabupaten Siak, terbaik II dari Kota Pekanbaru, dan terbaik III dari Kabupaten Kuansing. Pameran Wanita terbaik I dari Kabupaten Siak, terbaik II dari Kabupaten Kepulauan Meranti dan terbaik III dari Kabupaten Indragiri Hulu.Untuk penataan artistik terbaik I diraih Kabupaten Bengkalis, terbaik II Kabupaten Siak, dan terbaik III dari Kabupaten Indragiri Hulu. Adapun tim penilai atau dewan juri dari keputusan ini adalah Catur Wibono (Ketua Jurusan Teater ISI Yogyakarta), Hermansyah (Dekan FIB Unilak), Marhalim Zaini (dosen AKMR/UIR), Bero S Seokarno (seniman teater) dan M. Kafrawi (Ketua Program Studi Sastra Indonesia, Unilak). (Jefrizal)

| EDISI 182/TAHUN IV z 9 - 15 SEPTEMBER 2016


>> TEATER

HALAMAN 31

Kiprah Latahtuah dan UKM Batra Dua kelompok teater Riau mengikuti pertemuan teater mahasiswa se-Indonesia. Sebuah upaya membangun jaringan.

DUA

sanggar dari Riau ikut berpartisipasi dalam helat nasional, Temu Teater Mahasiswa Nusantara (Temu Teman) yang XIV di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Kedua sanggar itu adalah UKM Batra Unri dan Sanggar Latah Tuah UIN Suska. Acara yang berlangsung dari 20-29 Agustus tersebut dipusatkan di Taman Budaya Banjarmasin. Dikatakan salah seorang anggota sanggar Latah Tuah, Muhmmad Rezza Akmal, berbagai rangkaian kegiatan yang diikuti selama acara berlangsung. Kesemuanya tentu sangat bermanfaat bagi para peserta yang diperkirakan ikut sebanyak 50 sanggar teater di nusantara ini. Dari banyak Rangkaian kegiatan, dimulai dengan karnaval, Minggu (21/8). Dalam karnaval tersebut Sanggar Latah Tuah menampilkan Pakaian adat Melayu Riau. Kemudian, kegiatan dilanjutkan dengan pesta pembukaan Temu Teater Mahasiswa Nusantara yang langsung dibuka oleh Gubernur Provinsi Kalimantan Selatan, Sahbirin Noor. Selian itu juga, kata Rezza, ditaja workshop seni teater tradisi Mamanda dan teater modern yang diikuti oleh seluruh seniman teater nusantara. Dalam kesempatan itu, sanggar Latah Tuah mengutus 8 orang peserta. Dari pelatihan inilah, para peserta workshop pada malam penutupan menampilkan hasil karya workshop-nya. Adapun yang ditampilkan adalah Teater Mamanda yang merupakan teater tradisi masyarakat Banjar. Penampilan itu merupakan bentuk kolaborasi pemain dari berbagai komunitas teater mahasiswa Nusantara yang dipentaskan di Gedung Balairung Sari Taman Budaya Banjarmasin. Adapun judul teater Mamanda yang dipentaskan bertajuk Sarawin dan Raja Tuli karya yang ditulis maestro alm Bakhtiar Sandarta. Utusan sanggar Latah Tuah yang menjadi bagian dalam pesta penutupan Temu Teater Mahasiswa Nusantara di antaranya adalah Fytra Maulana Akmal berperan sebagai Raja, Anniza Qanitah Saena menjadi Putri, Weten Hafsa sebagai Mak Inang, Suci Dwikartini berperan sebagai Mak Inang. “Lakonan yang dibawakan penuh dengan canda dan tawa serta guyonan yang khas dari seluruh pemeran. Mereka semua sukses tampil dengan tetap membawakan ciri khas daerah masing-masing. Sedangkan pakem-pakem teater Tradisi Mamanda itu sendiri tidak luncas. Menurut saya,

BATRA FOR RIAU POS

Adegan teater Raja Minyak produksi UKM BATRA UR di Temu Teman ke-14 di Kalimantan Selatan, baru-baru ini. pertunjukan Mamanda malam itu pun sukses mengantarkan Temu Teater Mahasiswa Nusantara sampai pada penghujung acara dengan semangat kebersamaan yang mendalam,” ujar Rezza. Ada sekitar 50 komunitas teater mahasiswa dari 15 provinsi dalam helat ini. UKM Batra Unri dinobatkan sebagai tampilan perdana alias pembuka di acara yang acara Temu Teman Nusantara XIV. Para aktor remaja yang berasal dari Riau itu tampil memukau dengan naskah teater berjudul Raja Minyak yang langsung disutradarai oleh Pay Lembang. Disebutkan Pay Lembang, naskah Raja Minyak ini bercerita tentang kritik sosial masyarakat. Hal ini tergambar dari konflik yang dimunculkan dalam pementasan. Konflik yang terjadi antara Bang Leman sebagai pejabat negara dan Tigor seorang aktivis kampus yang merupakan anaknya sendiri. Bang Leman dan rekan-rekan yang “mempermainkan” kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM tanpa memperhitungkan kemelaratan rakyat akibat dari kebijakan tersebut. Tentu sajaTigor dan kawan-kawan mahasiswa sebagai aktivis kampus tidak tinggal diam. Mereka berusaha berjuang untuk menentang kebijakan yang sudah dikeluarkan. Dalam lakon tersebut diperkuat oleh para pelakon, Bang Leman yang diperankan oleh Arif Al Husein, Unde salmi, istri Bang Leman diperankan oleh Yuliana, Tigor anak Bg Leman diperankan oleh Destriawan, dan dua orang pengusaha yang masing-masing diperankan oleh Ivan Malibu dan Nirmala.(Jefrizal)

| EDISI 182/TAHUN IV z 9 - 15 SEPTEMBER 2016


>> SENGGANG

HALAMAN 32

Puisi sebagai Subjek CHAIRIL

Anwar pernah bilang elemen-elemen ruang yang halus, elemen-el“sebuah puisi adalah sebuah dunia.” Maka emen waktu yang tercabik-cabik. Yang terburai sebagaimana layaknya “sebuah dunia” ia dan tercabik itu saling bertemu, meramu realtidak kosong, bukan ruang hampa. Ia, dunia itas dengan makna-maknanya yang lain. Jika puisi itu, ditempat-tinggali oleh sesuatu, misalnya kemudian menemukan masa lalu sebut saja realitas. Tersebab ada realitas di di situ, itu adalah sebuah kelebat, yang boleh sana, maka kemudian kita kerap terobsesi jadi melekat, juga bisa jadi hanya perekat. untuk menengok dan menelisik berbagai Perekat obsesi-obsesi penyairnya terhadap realitas yang ada “di dalam” puisi itu. Kita realitas. Apalagi masa depan. Dalam “dunia (pembaca biasa atau juga pengkaji sastra) puisi” masa depan tak ada. Sebab, dunia puisi seolah dituntut untuk berharap bahwa di adalah dunia masa kini. Masa lalu dan masa dalam sana, ada pesan, ada amanat yang depan, adalah masa kini. Maka, dengan begimulia, yang bisa memberi semacam pencertu, sesungguhnya saya tengah menempatkan ahan. Dan di posisi semacam itu, puisi pun puisi sebagai subjek. menjadi objek. MARHALIM ZAINI Saya lalu jadi teringat, pertemuan saya Sebagai objek, ia kerap “diperlakukan” dengan seorang penulis novel, perempuan, sebagai sebuah “dunia aneh” dan atau “dunia asing.” Berbagai yang juga memilih jadi spiritualis, beberapa waktu lalu di pendekatan, melalui apa yang kerap disebut pembacaan kaki Borobudur. Ia bilang, manusia adalah subjek yang dikekritis, dengan berbagai teori canggih dicoba oleh para pakar lilingi oleh objek-objek. Sebagai subjek, tidak sepenuhnya sastra, untuk memperoleh “realitas” dalam puisi itu dengan “berkuasa” untuk dapat mengendalikan objek-objek itu, definisi-definisi tertentu. Definisi yang kelak, diharapkan karena ia berada di luar kendali diri subjek. Saya menangkap, dapat memberi pemahaman kepada “publik luas” bahwa ia hendak juga mengatakan bahwa, semua yang di luar diri puisi ini bicara tentang ini. Puisi itu, bicara tentang realitas kita punya “sejarah” dan “takdir”-nya masing-masing. Dan itu. Definisi-definisi yang berupaya untuk “mengkonkretkan” dengan begitu, manusia, sebagai si subjek, menjadi tak terlalu yang abstrak, mendekatkan pada yang empirik. kuatir pada kehilangan, pada segala yang akan tiba, segala Maka, hemat saya, inilah proses ulang-alik yang aneh, yang datang dan pergi dengan tiba-tiba. pun absurd. Dunia puisi yang berisi “realitas simbolik” itu, Jika kita menempatkan puisi sebagai subjek, maka kita yang ditengarai diperoleh (penyairnya) dari realitas empirik, pun tak perlu terlalu kuatir bahwa puisi akan “ditinggalkan” harus kemudian dikonkretkan kembali (oleh pembaca) orang. Sebagai subjek, puisi berhak untuk mengendalikan menjadi sebuah realitas empirik. Teori komunikasi (pun sedirinya sendiri. Andai puisi adalah subjek yang kuat, ia akan miotik) semacam ini--penyair-pesan-pembaca—memanglah selalu bertahan di segala zaman, dan begitu pun sebaliknya. sebuah proses saling memproduksi makna. Namun, jika beMaka, bisa jadi kita, para manusia dan alam, adalah objek-obgitu, dunia puisi adalah sebuah “mesin” yang memproduksi jek puisi. Sebagai objek-objek puisi, maka pendekatan kita realitas empirik menjadi “realitas simbolik,” dan kemudian terhadap dunia puisi tidak “kejam” dengan memaksakan kerap “dipaksa” untuk kembali bicara yang empirik. Andai analisa-analisa yang pejal. Tapi lebih kolaboratif; baik sebagai begini “perlakuan” kita terhadap puisi, maka “dunia puisi” objek, maupun sebagai sesama subjek. Sehingga, posisi hanya jadi tempat transit saja. Dunia puisi, tidak memiliki pembaca tak cukup merasa nyaman sebagai outsider saja, “kepercayaan diri” untuk berdiri sebagai dirinya sendiri, yang tapi sedapat-dapatnya masuk sebagai insider. Maka puisi, memang ditakdirkan untuk menjadi “simbolik.” tak akan pernah duduk lagi di kursi terdakwa, diadili sebagai Padahal, begitu “realitas empirik” masuk ke dalam mesin pesakitan, yang menunggu nasibnya ditentukan oleh para “realitas simbolik,” segalanya berbaur dalam ketidak-utu“pembaca otoriter” yang seolah menjadi pemegang “kuasa han realitas. Yang empirik terburai serat-seratnya dalam atas tafsir.”***

| EDISI| EDISI 182/TAHUN 182/TAHUN IV zIV9z - 159SEPTEMBER - 15 SEPTEMBER 2016 2016


HALAMAN 33

>> F I L M

JEFRY AL MALAY/RIAU POS

Pelatihan Film Bermodalkan Semangat Dua anak muda membuat gebrakan dalam dunia film Riau. Mereka membuat pelatihan film, dan pesertanya membludak.

AWALNYA

ingin menghimpun generasi muda untuk berbincang tentang hal yang berkait-kelindan dengan bidang perfilman. Tetapi kemudian, ide tersebut berkembang untuk menggelar pelatihan bagi generasi muda di Pekanbaru. Lalu, dilakukanlah upaya seadanya untuk menyurati beberapa sekolah dan juga universitas. Akhirnya, tanpa diduga, respon yang didapat malah melebihi kapasitas peserta yang telah ditetapkan. Hal itulah yang dialami Sendy al Pagari bersama rekannya Fetrawandi. Keduanya adalah pelaku film di Pekanbaru. Beberapa waktu lalu, mereka berdua mengambil inisiatif untuk membuat pelatihan bagi generasi muda, terutama pelatihan tentang film. Tidak ada dana dan bantuan, hanya bermodalkan semangat dan juga keyikinan, akhirnya pelatihan tersebut dapat terlaksana. “Pertama hanya bermodalkan keinginan, kemudian semangat saja,”

ujar Sendy. Sebanyak delapan puluh orang yang terdiri dari siswa-siswi dan mahasiswa ikut terlibat dalam pelatihan yang diselenggarakan satu hari itu, lokasinya di New iPoint, Kompleks Ruko Sudirman Point. Mereka awalnya tak menyangka akan seramai itu, bahkan menurut Sendy masih ada sekitar duapuluhan peserta yang terpaksa ditolak karena kapasitas tempat tidak mencukupi. Adapun pelatihan itu bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada generasi muda mengenai multimedia broadcast, film, dan komunikasi. Sedangkan materi yang diberi adalah materi dasar dari multimedia seperti pengetahuan dasar film, tahapan pra produksi, tahapan produksi, dasar sinematogarfi, pasca produksi dan delivery. “Jadi memang hal-hal dasar yang dijadikan sebagai materi tahap awal ini. Berikutnya setelah melihat antusias peserta, kita akan membuat pelatihan ini dengan sistem bertahap dan kontinu. Artinya, peserta nantinya akan bertemu lagi di tahapan ke dua dengan materi berikutnya. Paling tidak, kalau tak ada aral, bulan depan akan kita gelarkan lagi pelatihan ini, dengan peserta yang sama, agar ada proses kelanjutannya,” jelas Sendy. Ha l s e n a d a j u g a d i j e l a s k a n Fetrawandi, tak ada panitia selain dari

dua orang. “Panitia sekaligus narasumber,” ujarnya. Hanya saja, tempat pelaksanaan pelatihan difasilitasi oleh kafe New iPoint. Selebihnya, mereka berdualah yang “bergerilya” memberikan informasi kepada peserta terkait dengan pelatihan tersebut. Tetapi meskipun demikian, pelatihan yang dibuat juga telah dirancang dan susun tujuan dan sasarannya. Kata Fetra, tenologi dan komunikasi multimedia broadcasting menjadi ikon manusia. Tanpa mengenal itu semua, setidaknya bisa menghambat kemajuan seseorang. “Ya, paling tidak menyiapkan generasi untuk mengmebangkan kreatiftias merekalah terutama di bidang yang dilatih. Dan tentu saja, pelatihan ini guna membekali generasi muda berdasarkan potensi dan bakat serta minat yang dimiliki agar lebih produktif ke depannya,” ujar Fetra. Dia juga menambahkan, apa yang bisa dirasakan hari ini adalah manusia setiap saat, setiap waktu berkecimpung dan bergelut dengan bidang multimedia boradcasting teknologi informasi dan komunikasi tersebut. Sehingga menyita banyak waktu manusia untuk melihat, mempelajari, mempraktekkannya. Artinya, kecanggihan teknologi akan menjadi trend-trend di masa yang akan datang. (Jefrizal)

| EDISI 182/TAHUN IV z 9 - 15 SEPTEMBER 2016


>> W I S A T A

HALAMAN 34

CAMBA CAMBANG, BARU TETAP SERU Berangkat ke Pulau Camba Cambang Kecamatan Liukang Tupabbiring Utara, Kabupaten Pangkep, dari dermaga Maccini Baji Labbakkang, Pangkep, menumpang kapal motor atau perahu Jolloro.

WAKTU tempuh Maccini Baji Labakkang ke Cambang-cambang kurang lebih 15 menit, jarak 3 kilometer. Panorama keindahan Pulau Camba Cambang yang terletak di Kecamatan Liukang Tupabbiring Utara, cukup memberikan tambahan objek wisata untuk Anda. Meski, Camba Cambang adalah baru. Pulau ini menjadi ikon wisata bahari Spermonde Kabupaten Pangkep yang merupakan salah satu opsi untuk destinasi wisata laut. Pulau ini bisa dicapai dengan waktu tempuh 10-15 menit dari dermaga Maccini Baji Labbakkang, Pangkep.

Di Pulau Camba-cambang ini juga di lengkapi fasilitas seperti fasilitas olahraga, villa, water boom dan berbagai fasilitas lainnya. Provinsi Sulsel memiliki sejumlah wisata bahari yang menarik, hampir beberapa wilayah di Sulsel memiliki wisata bahari. Pulau Camba Cambang misalnya yang menjadi destinasi wisata baru yang kini mulai dilirik para wisatawan baik domestik maupun wisatawan asing. Pulau camba cambang yang terletak di Kabupaten Pangkep, Kelurahan Pundata Baji, Kecamatan Labakkang merupakan tempat wisata bahari yang

kini memiliki fasilitas baru di lokasi tersebut. Pasalnya Pulau Camba cambang belakangan disebut sebut sebagai pulau tak berpenghuni dan terlupakan. Namun kini pulau tersebut berubah drastis dan diminati para wisatawan. Melihat pesona wisata bahari yang ramai kini ramai dikunjungi para wisatawan. Untuk sampai kesana memerlukan waktu , dua jam dengan menggunakan Bus kemudian perjalanan akan dilanjutkan menggunakan perahu milik masyarakat yang telah berjejer dengan rapi di Dermaga Maccini Baji. Untuk biaya transportasi menuju

| EDISI 182/TAHUN IV z 9 - 15 SEPTEMBER 2016


HALAMAN 35

>> W I S A T A

ADVENTURENISME.BLOGSPOT.COM

lokasi tersebut cukup terjangkau, hanya mengeluarkan Rp150 ribu wisatawan sudah dapat menyewa perahu pergi dan pulang ke pulau dengan luas sekitar 1,4 hektar tersebut. Kalau perseorangan biaya yang dikeluarkan Rp10 ribu Perjalanan dari dermaga ke Pulau Camba cambang, tidaklah lama hanya sekitar lima menit, Anda sudah akan sampai dan kemudian menikmati kawasan tersebut, tinggal memilih tempat yang akan dipakai gazebo atau rumah-rumah kecil yang saat ini jumlahnya 11 unit dari 33 unit yang ditarget , Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata , Pangkep Ahmad Djamaan mengatakan saat ini untuk tahap pengembangan Camba cambang baru 80 persen, namun ini sudah dibuka untuk wisatawan Desember 2014 lalu. “Pengerjaanya baru sampai 80 persen , namun kami harapkan tahun depan ini semua sudah rampung dan

dinikmati menjadi destinasi yang utuh terutama untuk pulau yang ada disekitarnya,” kata Ahmad, Sabtu 20/6/2015 melalui telepon selulernya. Ahmad mengatakan wisatawan dibebaskan untuk memilih sendiri tempat tujuan wisata yang diinginkan, jika menginginkann wisata religi dan sejarah bisa menuju pulau Salemo , Sabutung, Pajennekang atau Saugi. “Di sana ada makam lama dan ini awal masuknya islam di Pangkep, bahkan di Pajennekang ada satu acara tahunan yang dilaksanakan setiap 1 Muharram dan biasa banyak yang datang kesana ,” ujar Ahmad lebih jauh. Ahmad menambahkan, kalau selain wisata religi , wisatawan bisa menyelam di spot yang dapat dijangkau dengan menyebrang dari pulau camba-cambang yaitu Pulau Cengkeh, Badi, dan kawasan Kapoposan. Sedangkan untuk yang hobi memancing, dapat menuju Pulau Sarantih, karena disana banyak ikan besar serta kumpulan lumba-lumba yang masih remaja.

“Untuk spermonde sebenarnya banyak pilihan bisa mencapai 50 pilihan, namun untuk saat ini yang dikembangkan dulu adalah ini,” terangnya. Untuk pengunjung , Ahmad menyebutkan di akhir pekan biasanya mencapai sekitar 1000 an pengunjung, sedangkan di hari biasa tercatat tiap hari sekitar 500 wisatawan lokal maupun nasional yang menyaksikan keindahannya Ia menambahkan, kalau dalam pengembangan dan pengelolaan pulau cambang-cambang ini, hampir melibatkan semua masyarakat dimana bisa merasakan langsung manfaatnya , seperti untuk perahu ini hasilnya bisa dinikmati masyarakat. Walaupun dengan keindahan laut, kemudian penataan tempat yang baik namun pengunjung disana masih kurang memahami kebersihan, walaupun telah disediakan plastik membuang sampah, tapi masih saja ada sampah berserakan termasuk didekat gazebo.(men)

| EDISI 182/TAHUN IV z 9 - 15 SEPTEMBER 2016


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.