178 edition

Page 1

>> HARIMAU SUMATERA MENUNGGU PUNAH

| EDISI 178/TAHUN IV z 12 - 18 AGUSTUS 2016


>> HARIMAU SUAMTERA MENUNGGU PUNAH

Pemimpin Redaksi Hary B Kori’un Wakil Pemimpin Redaksi Menrizal Nurdin, Furqon LW Redaksi Hary B Kori’un, Menrizal Nurdin, Furqon LW, Kunni Masrohanti, Gema Setara, Adrian Eko Layout Wan Sarudin Online Yendrizal Iklan/Pemasaran (62-761) 64633 Presiden Komisaris Rida K Liamsi Presiden Direktur: Makmur Kasim General Manager Zulmansyah Sekedang Wakil General Manager Asnida Syukur General Manager Online Raja Isyam Azwar Alamat Redaksi Graha Pena Riau Lantai 3, Jalan HR Subrantas KM 10,5 Pekanbaru, Telp (62-761) 64633, Fax (62-761) 64640, e-mail: majalah_riaupos@yahoo.com

FOTO: RONALSAPUTRA.BLOGSPOT.COM

| EDISI 178/TAHUN IV z 12 - 18 AGUSTUS 2016


LIPUTAN UTAMA

>> HARIMAU SUMATERA MENUNGGU PUNAH

LAPORAN: GEMA SETARA & ERWAN SANI (PEKANBARU)

TERUS DIBURU UNTUK ALASAN EKONOMI DAN DIJADIKAN MUSUH OLEH MANUSIA, HABITAT HARIMAU SUMATRA KIAN SEMPIT. KEPUNAHAN, PELAN TAPI PASTI, BAKAL TERJADI.

| EDISI 178/TAHUN IV z 12 - 18 AGUSTUS 2016


>> HARIMAU SUAMTERA MENUNGGU PUNAH

HALAMAN 2 HARIMAU sumatra (Panthera tigris sumatrae) di Riau kian kritis, jumlah populasinya semakin sedikit. Perburuan liar dan pembukaan areal perkebunan yang menghancurkan habitat hidup mereka disinyalir menjadi penyebab utama semakin kritisnya jumlah harimau di Riau maupun di Sumatera. Saat ini auman harimau Sumatera tidak lagi menggerunkan (menakutkan). Aumannya dicari dan diburu hingga ke ceruk hutan yang tak bertepi. Makin lama, habitat si Raja Hutan semakin sempit dan tinggal menunggu waktu untuk punah. Kebun di ujung pelosok sebuah kampung yang bernama Tasik Serai, Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis beberapa waktu lalu heboh dan masyarakatnya gundah gulana. Betapa tidak, harimau sumatera yang sebelumnya tidak pernah muncul di kampung itu, tiba-tiba menampakkan dirinya. Kondisi ini mengkhawatirkan masyarakat setempat. Betapa tidak, munculnya harimau itu mengakibatkan segala aktivitas pekerjaan mereka terganggu, mereka khawatir terjadi halhal yang tidak diinginkan saat mereka melakukan aktivitas di luar rumah, apakah di kebun atau di mana saja. Memang kampung ini dikelilingi hutan dan perkebunan yang cukup luas. Hutan yang bersempadan dengan kampung itu memang telah diketahui masyarakat sebagai tempat bermastautin (tempat tinggal) harimau sumatera. Melihat kondisi itu, masyarakat berembuk dan akhirnya mendapatkan kesimpulan munculnya hewan yang ditakuti itu karena selama ini mereka lupa menggelar acara belo kampung. Kegiatan ini sebagai bentuk rasa persahabatan yang dibina masyarakat setempat dengan segala macam makhluk ciptaan sang khalik, terutama harimau. Jika melihat geografis kampung itu memang tidak dipungkiri hewanhewan buas yang ada di kawasan hutan bisa sekehendak hatinya datang tanpa diundang ke kampung itu. Dan sesuai kesepakatan masyarakat akhirnya acara belo kampung digelar. Ritual belo kampung hari itu dipimpin Zulkifli. Semerbak aroma kemenyan menyeruak menusuk hidung seekor kambing disembelih dan ba-

Jalan menuju desa Tasik Serai

TASIK SERAI.BLOGSPOT.COM

Kantor desa Tasik Serai.

TASIK SERAI.BLOGSPOT.COM

gian-bagian tertentu dari kambing tadi seperti kepala, kaki bagian depan dan belakang dipisahkan, sementara bagian lainnya dimasak untuk selanjutnya akan di makan masyarakat sekampung. Usai mengubur kepala kambing, Zulkifli memisahkan kaki kambing menjadi dua bagian dan dimasukkan ke dalam dua dulang yang berbeda. Masing-masing dulang sudah berisi dua piring nasi pulut yang di atasnya terdapat telur ayam kampung, satu sisir pisang kepok dan satu gelas air putih.

| EDISI 178/TAHUN IV z 12 - 18 AGUSTUS 2016

‘’Yang bagian tangan (kaki kambing bagian depan, red) laut sedangkan bagian kaki untuk bagian darat,’’ kata Zulkifli saat itu. Bersama kepala desa dan warga setempat, Zulkifli mengantar dan meletakkan tangan kambing, nasi kunyit, air putih dan pisang tadi di sekitar kawasan hutan yang tidak jauh dari sungai. Hal yang sama juga dilakukan terhadap kaki kambing yang ditempatkan pada hutan sebelah darat. ‘’Alhamdulillah semuanya sudah


>> HARIMAU SUMATERA MENUNGGU PUNAH selesai dengan baik. Mudah-mudahan semuanya memberi manfaat bagi semua masyarakat. Tolong perhatikan dan ikuti pantang larang yang ada. Bendera hitam yang sudah diberi tanda tadi sudah bisa dicacakkan pada empat sudut batas kampung,’’ kata Zulkifli ketika itu. Mengapa kain hitam diberi tanda silang, sementara kain lainnya tidak, Zulkifli mengatakan itu tanda bahwa yang melakukan atau yang memimpin upacara belo kampung itu masih keturunan yang sama. Adapun pantang larang yang dimaksud jangan mencincang tunggul, ketika masuk ke hutan hendaklah menggunakan baju dan baju jangan diletakkan di leher serta ketika mandi hendaklah menggunakan basahan. ‘’Selama ini kampung ini memang kampung dibelo, sayo sudah genersi ketiga yang memimpin acara ini. Diharapkan dengan kegiatan ini kampung dibelo adatpun tejago (terjaga, red),’’ ujarnya.

HALAMAN 3 Di Pulau Muda, Kabupaten Pelalawan upaya ‘’bersahabat’’ dengan harimau juga dilakukan masyarakat. Bentuk ‘’persahabatan’’ itu juga dilakukan dengan menggelar tradisi semah kampung. Ritualnya sama dengan belo kampung di Tasik Serai, Bengkalis. Intinya, pemimpin ritual meminta kepada Allah SWT agar harimau tidak mengganggu kampung mereka. Kearifan lokal masyarakat tempatan seperti ini sudah jarang dilakukan. Kearifan lokal seperti ini bisa mengekalkan hidup dan kehidupan baik manusia maupun harimau. Manusia tidak diganggu oleh harimau sehingga bisa mencari nafkah untuk anak dan isterinya, sementara harimau bisa hidup bebas di belahan hutan yang lebat.

TINGGAL 300400 EKOR Manajer Program WWF Sumatera Bagian Tengah, Wishnu Sukmantoro,

| EDISI 178/TAHUN IV z 12 - 18 AGUSTUS 2016

didampingi Humas WWF Riau, Syamsidar, mengugkapkan, saat ini diprediksi jumlah harimau di Sumatera khususnya Riau dan Jambi sekitar 300-400 ekor saja. Ada beberapa penyebab menurunnya populasi harimau sumatera. Pertama, katanya, karena adanya penurunan kawasan hutan sebagai tempat habitat harimau. Penurunan kawasan ini dilakukan untuk berbagai kegiatan, terjadinya penurunan kawasan hutan jelas sangat berpengaruh terhadap populasi harimau itu sendiri. Kedua, penurunan populasi harimau dikarenakan perburuan. Indikasinya bisa dilihat dengan masih banyak perdagangan kulit harimau dan sebagainya. ‘’Identifikasi kami, hotspot pemburu itu berada di Riau dan Jambi,’’ sebutnya. Para pemburu ini menggunakan berbagai macam cara untuk memburu harimau, ada yang menggunakan sistim jerat, ada yang menggunakan senjata api dan pula yang menggunakan teknik racun. Hanya saja, teknik


HALAMAN 4

>> HARIMAU SUAMTERA MENUNGGU PUNAH

INDRAPOERNOMO.TYPEPAD.COM

racun ini sudah banyak ditinggalkan para pelaku pemburu, karena teknik ini kurang efektif karena kualitas kulit harimau yang mereka dapatkan kurang bagus. Ditambahkannya, di Riau sendiri basis para pemburu itu ada di Pekanbaru, Indragiri Hilir (Inhil) dan Kuantan Singingi (Kuansing) dan ada penampung. ‘’Dalam catatan kami untuk penampung ini ada sekitar empat sampai lima orang, sementara pemburu jumlahnya sangat banyak bisa mencapai puluhan orang,’’ ujarnya lagi. Untuk penjualan biasanya para pemburu ini memanfaatkan mediator, sedangkan untuk harga kulit harimau utuh berkisar Rp10-20 juta, sedangkan untuk tulang mencapai Rp5 juta. ‘’Untuk pembeli biasanya dijual lokal, namun tidak menutup peluang masuk ke Malaysia dan Thailand,’’ ungkapnya.

Sementara untuk landskap harimau sumatera di Riau berdasarkan pendataan yang dilakukan pihaknya berada di hutan Senepis, Kota Dumai, dengan perkiraan populasi 20-40 ekor, Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu belum diketahui jumlahnya, sekitar CPI Kecamatan Mandau sekitar 2-3 ekor, Rimbang Baling 20-22 ekor, Bukit Betabuh 11-14 ekor, Bukit Tigapuluh 20-40 ekor, Kerumutan 7-10 ekor, dan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) sekitar 7-9 ekor. ‘’Sebenarnya seluruh area di Riau ini ada harimau terutama di area-area konsesi beberapa perusahaan di Riau. Artinya, harimau sumatera itu tidak hanya ada di kawasan yang disebutkan tadi, melainkan ada di seluruh area, hanya saja kami tidak memiliki data berapa jumlahnya,’’ ujarnya. Alasan ekonomi, tambahnya, selalu

| EDISI 178/TAHUN IV z 12 - 18 AGUSTUS 2016

menjadi alasan para pemburu mengapa mereka melakukan tindakan ilegal itu, karenanya untuk menghindari itu pemerintah sebaiknya melakukan pendekatan ekonomi terhadap masyarakat seperti itu sehingga mereka mau menghentikan aktivitas perburuan mereka terhadap harimau.

KERUGIAN EKOLOGI Punahnya populasi harimau di Riau sebenarnya sangat disayangkan, karena punahnya harimau itu bisa berdampak pada ekologi, karena harimau itu menjadi predator terhadap hama babi. Jika populasi harimau menurun maka predator hama babi akan hilang. Kerugian lainnya adalah citra Indonesia di mata internasional akan semakin jelek karena dianggap tidak mampu menjaga hewan langka yang ada di Indonesia dan ikutan dari itu


>> HARIMAU SUMATERA MENUNGGU PUNAH semua akan berpengaruh terhadap komoditi yang diekspor Indonesia tidak akan laku di pasar internasional. ‘’Jika ini terjadi dampaknya akan dirasakan Indonesia dan yang mengalami kerugian pastilah rakyat Indonesia karena komoditi yang ada di Indonesia tidak laku di pasar internasional, karenanya untuk menghindari ini semua mari kita menjaga kelestarian hutan dan harimau sumatera yang ada di Riau,’’ ujarnya. Sisi lain, Wishnu menambahkan, dengan kondisi yang ada saat ini pihaknya memprediksi 60 tahun mendatang harimau sumatera akan punah sama sekali. Punahnya harimau sumatera 60 tahun mendatang ini tergantung dari laju cepatnya perburuan yang dilakukan manusia dan pembukaan lahan hutan sebagai tempat hidup mereka beralih fungsi. ‘’Harimau ini bisa bertahan hidup di habitat apapun. Hanya saja jika terus-menerus diburu dan areal hutan hancur karena alih fungsi lahan yang berdampak minimnya hewan buruan harimau tentu dengan sendiri akan berdampak pada harimau itu sendiri yang tidak bisa makan dan akhirnya mati. Atau akhirnya mereka keluar dari habitatnya dan masuk ke areal pemukiman manusia,’’ ujarnya.

JAGA KAWASAN Tingkat perburuan yang cukup tinggi harus menjadi perhatian semua pihak. Di Riau sendiri tindakan perburuan itu masih terjadi dan ini terbukti di kawasan hutan Rimbang Baling. Di kawasan tersebut, pihaknya menemukan puluhan jerat baik yang menggunakan tali nilon maupun yang menggunakan seling. ‘’Kalau sekilas memang terlihat tujuan mereka untuk menjerat hewanhewan buruan seperti rusa, kancil, dan sebagainya, tetapi jika harimau terkena pada jerat mereka pasti akan diambil dan dijual juga. Di kawasan Rimbang Baling kami menemukan itu semua dan sudah dihancurkan,’’ ujarnya. Lalu apa upaya yang bisa dilakukan agar harimau sumatera tetap survive hidup di alam, dia mengatakan pengawasan terhadap kawasan dimana habitat harimau itu berada harus dilindungi

HALAMAN 5 secara maksimal, kawasan-kawasan yang dimana habitat harimau ada jangan diberi izin untuk usaha apapun. Mendirikan pos-pos dan menjaga secara ketat hutan konsesi maupun hutan lindung harus dilakukan karena para pemburu tidak jarang masuk melalui kawasan tersebut, sehingga ketika areal itu dijaga secara ketat dengan sendirinya para pemburu berpikir dua kali untuk masuk ke kawasan hutan untuk berburu. ‘’Sekarang yang harus menjadi perhatian adalah penggunaan senjata api untuk berburu itu, karena kalau masih menggunakan jerat bisa kita musnahkan, tetapi kalau menggunakan senjata hanya aparat yang bisa mengambil tindakan,’’ ujarnya. Hal utama yang harus menjadi perhatian terkait penggunaan senjata, karena tidak jarang senjata itu selain untuk berburu juga dilakukan untuk mempertahankan diri dalam menjaga kawasan kebun yang mereka miliki. Sekarang perlu dilakukan penguatan dari peradilan hukum, karena dengan penguatan tersebut dan memberikan hukuman yang maksimal kepada pemburu maupun penampung kulit harimau akan menimbulkan efek jera sehingga mereka tidak lagi melakukan pemburuan illegal. ‘’Kita berharap ada perubahan undang-undang dari memberikan hukuman maksimal menjadi hukuman minimal. Dalam undang-undang yang ada sekarang dibunyikan hukuman maksimal lima tahun penjara dan denda Rp100 juta. Ke depan kita berharap bunyi undang-udang itu diubah dari hukuman minimal menjadi maksimal,’’ ujarnya.

TERDEGRADASI Kepala Bidang Teknis Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Riau, Fifin Arfiana Jogasara, menyatakan secara umum pihaknya menyatakan habitat semua satwa liar di Indonesia terdegradasi. Ini terjadi akibat adanya frakmentasi-frakmentasi, pembangunan-pembangunan, perubahan kawasan konservasi yang tadinya hutan menjadi kebun. Karena gangguan-gangguan itu

| EDISI 178/TAHUN IV z 12 - 18 AGUSTUS 2016

Kepala Bidang Teknis Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Riau, FIFIN ARFIANA JOGASARA jelas semua satwa liar menjadi tidak nyaman dan keluar dari habitatnya. Khususnya harimau, hewan ini memilih keluar karena luasan kawasannya berkurang tersebab perambahan yang mengurangi bentuk tegakan dan illegal loging mengurangi tempat bernaungnya habitat harimau. ‘’Secara kasat mata jelas ada penggerusan. Secara fisik itu berkurang, meski secara hukum tetap masih hutan. Tapi perlu diingat saat ini habitat harimau tidak hanya di kawasan hutan, tapi ada juga di luar dari kawasan hutan,’’ terang Fifin. Kawasan di luar hutan yang dimaksud adalah berada di areal hutan produksi dan hutan konservasi yang sudah berubah menjadi areal peruntukan lain seperti kebun, perumahan dan lainnya. Akibat hal ini membuat harimau itu menjadi masalah.

PERKEBUNAN TIDAK MENGGANGGU? Yang menarik adalah pernyataan Kepala Dinas Perkebunan (Kadisbun) Riau, Muhibul Basyar, yang membantah pernyataan banyak pihak yang menyatakan punahnya satwa-satwa dilindungi di daerah ini karena banyak areal perkebunan yang dibuka. ‘’Tidak benar tudingan tersebut. Bagaimana bisa perkebunan menjadi kambing hitam atas pengurangan


HALAMAN 6 habitat satwa. Yang jelas, hutan Riau ini sudah rusak sejak lama, sejak tahun 70-80-an itu sudah terjadi. Jangan pula perkebunan disalahkan dalam hal ini. Justru perkebunan ini yang menyelamatkan hutan di Riau,’’ terangnya. Penyelamatan hutan yang dimaksudnya adalah selama ini hutan di Riau sudah dirambah, baik secara legal maupun illegal. Namun begitu, langkah reboisasi yang dilakukan belum berhasil bahkan tidak ada dilakukan reboisasi. Akibat hal tersebut, banyak lahan yang dibiarkan kosong. Melihat hal tersebut, banyak masyarakat yang memanfaatkan kawasan tersebut sebagai kawasan perkebunan. Dengan begitu, kawasan tersebut kembali seperti hutan meski tidak sama dengan hutan awalnya. Dengan begitu, perkebunan ini bisa menjadi habitat baru dari satwa tanpa ada gangguan dan ancaman. ‘’Begini saja, saat ini izin pembukaan lahan sudah banyak dikantongi perusahaan di Riau. Tapi nyatanya banyak yang tidak tergarap dan dibiarkan,’’ ujarnya. Akhirnya, masyarakat yang ingin berkebun memanfaatkannya. Itu membuat masyarakat berkonflik dengan perusahaan. Siapa yang salah, jelas perusahaan, kenapa dibiarkan bertahuntahun tidak digarap. Jika tidak mampu, kembalikan ke negara biar bisa digarap masyarakat. ‘’Artinya, perkebunan ini tidak merusak lingkungan atau habitat hutan, karena perkebunan itu sudah memenuhi standar perizinan dan manfaat,’’ tambahnya.***

>> HARIMAU SUAMTERA MENUNGGU PUNAH

Kepala Dinas Perkebunan (Kadisbun) Riau, MUHIBUL BASYAR

RRI.CO.ID

Senepis, ’’Rumah’’ Harimau yang Terancam HUTAN SENEPIS DI DUMAI, ADALAH SALAH SATU “RUMAH” HARIMAU SUMATRA DI RIAU. SAYANGNYA, ANCAMAN TERUS DATANG, YANG JUGA MEMBUAT ANCAMAN TERSENDIRI BAGI MASYARAKAT SEKITAR BILA SI HARIMAU MEMILIH MASUK KE PERMUKIMAN WARGA. HARIMAU sumatera menjadi salah satu subspesies harimau yang dilindungi. Keberadaan hewan karnivora ini memang semakin langka bahkan di

| EDISI 178/TAHUN IV z 12 - 18 AGUSTUS 2016

daerah asalnya sendiri. Di Riau salah satu tempat yang menjadi konservasi harimau yakni Desa Senepis, Kelurahan Batu Teritip, Kecamatan Sei Sembi-


HALAMAN 7

>> HARIMAU SUMATERA MENUNGGU PUNAH lan. Sayangnya, hutan di kawasan itu mulai menepis akibatnya hidup dan kehidupan harimau di kawasan itu juga terancam. Hewan berbelang yang biasa disebut ‘’datuk’’ itu, tampaknya kian terancam punah. Bahkan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan (Distambunhut) Kota Dumai tidak memiliki data ter-update mengenai berapa populasi hewan langka tersebut. Desa Senepis memang cukup jauh dari jantung Kota Dumai, bahkan sebagian dari daerah itu berada di Kabupaten Rokan Hilir (Rohil). Menurut warga Batuteritip untuk mencapai daerah konservasi harimau yang berada di Senepis tidaklah bisa dilalui melalaui jalan darat. Untuk menuju ke lokasi hanya bisa dicapai menggunakan boat atau jalur air. ‘’Kalau mau ke sana tidak bisa sembarangan, harus lewat jalur air, itupun nanti diantar oleh pihak perusahaan yang ada,’’ terang Angga (26) salah seorang warga Kecamatan Sungai Sembilan. Ia menjelaskan memang ada beberapa perusahaan pengelola hutan yang ada di dekat dengan lahan konservaasi harimau itu. Mengenai keberadaan harimau di desa Senipis memang tidak banyak diketahui masyarakat, menurutnya

sudah lama tidak terdengar adanya konflik antar harimau dengan manusia. ‘’Saya mulai ragu, apakah harimau sumatera di Senepis ini masih ada atau tidak, karena saya melihat hutan ini semakin hari semakin mengecil, karena terus dirambah,’’ tuturnya. Menurut data yang ada pemko Dumai yakni Distanbunhut setempat, sebagian wilayah di Kota Dumai atau sekitar 104 ribu hektare kawasan hutan alami yang berada di Kecamatan Sungai Sembilan, sebelumnya sempat di tetapkan sebagai kawasan hutan alam Sei Senepis-Buluhala, tempat berlindungnya kawanan harimau Sumatra yang memiliki khas warna dengan corak loreng. Pemerintah Kota Dumai menetapkan daerah Senepis-Buluhala menjadi kawasan konservasi harimau sejak tahun 2004, namun hingga kini penetapan itu tak kunjung diresmikan oleh pihak kementrian terkait. ‘’Mengenai konservasi harimau itu bukan wewanng kami Distambunhut, melainkan mewenang pemerintah pusat, termasuk dalam pengawasannya, namun karena berada di wilayah Dumai, kami tetap harus mengetahui hal itu, namun hanya sebatas mengetahui saja,’’ ujar Kadistambunhut Dumai, Dwi Oristyawan. Dari cacatan yang dihimpun dari

| ED EDISI DISI ISI 17 IS 1178/TAHUN 78/TA 88//TA TAHHUUN IV IV z 122 - 18 18 AAG AGUSTUS GUS USTTUUS 2016 2200166

berbagai sumber, ada beberapa kejadian konflik harimau dan manusia yang terjadi di Dumai pertama kali terjadi pada tahun 2002 dan terus berlanjut hingga tahun 2004 yang telah memakan korban jiwa sebanyak enam orang penduduk desa. Mereka tewas mengenaskan akibat dicabik-cabik kucing besar yang memiliki nama manja “Tuk Belang” ini. Setelah tujuh tahun kemudian, tepatnya Juni 2011, kawanan harimau liar kembali muncul kepemukiman warga yang berada tidak jauh dari kawasan hutan konservasi Sinepis. Memang, populasi harimau sumatera saat ini kian terancam. Ada luas kawasan Senepis-Buluhala ada sekitar 200 ribu hektare. Dari luasan tersebut, terdapat 104 ribu hektare yang dinyatakan masih berstatus hutan alam, selebihnya adalah hutan produksi. Hutan alam yang tersisa ini sebelumnya menjadi harapan besar bagi kawanan harimau liar, dan diharapkan mampu menjadi salah satu kantong habitat bagi hewan dilindungi itu.(Hasanal Bulkiah)

Tim Mata Harimau Greenpeace di Hutan Senepis.


HALAMAN 8

>> HARIMAU >>SUAMTERA SAPA DUNIA MENUNGGU DENGAN WISATA PUNAH

GREENPEACE.ORG

Kawasan Konservasi Harga Mati KAWASAN KONSERVASI TAK BISA DITAWAR LAGI. TAPI, KARENA FAKTOR EKONOMI, TANTANGANNYA AMAT BERAT. RIAU memiliki kawasan hutan luas. Kondisi ini dipertegas masih banyaknya ditemukan satwa liar. Meski begitu, kenyataan di lapangan banyak terjadi aktivitas gangguan yang membuat satwa liar tersebut terancam bahkan menjadi ancaman manusia. Bagaimana Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Riau melihat kondisi ini? Secara umum, BKSD menyatakan habitat semua satwa liar di Indonesia terdegradasi. Ini terajdi akibat adanya frakmentasi-frakmentasi, pembangunan -pembangunan, perubahan kawasan konservasi yang tadinya hutan menjadi kebun. Karena gangguangangguan itu jelas semua satwa liar menjadi tidak nyaman dan keluar dari habitatnya. Khususnya harimau, hewan ini menjadi keluar karena luasan kawasannya berkurang karena perambahan yang mengurangi bentuk tegakan dan ilegal loging mengurangi

tempat bernaungnya habitat harimau. ‘’Secara kasat mata jelas ada penggerusan. Secara fisik itu berkurang, meski secara hukum tetap masih hutan. Tapi perlu diingat saat ini habitat harimau tidak hanya di kawasan hutan, tapi ada juga di luar dari kawasan hutan,’’ terang Bidang Teknis BKSD Riau, Fifin Arfiana Jogasara. Kawasan di luar hutan yang dimaksud adalah berada di areal hutan produksi dan hutan konservasi yang sudah berubah menjadi areal peruntukan lain seperti kebun, perumahan, dan lainnya. Akibat hal ini membuat harimau itu menjadi masalah. Untuk diketahui, tambahnya, harimau sama seperti hewan lain pada umumnya yang memiliki kawasan jelajah dan habitat yang jelas. Jika kawasannya terganggu, tentunya harimau akan keluar untuk mencari mangsa. Ekosistem harimau juga memiliki

| EDISI 178/TAHUN IV z 12 - 18 AGUSTUS 2016

mata rantai yang saling berkaitan dengan hewan lain sebagai mangsa harimau. Jika habitat terganggu tentunya tidak hanya harimau saja yang terancam, begitu juga hewan mangsa harimau itu sendiri. Untuk itu, penyelamatan harimau harus dimulai dari penyelamatan habitatnya yang cukup luas. Dan ini, tidak bisa dilakukan hanya di kawasan konservasi, tapi juga di kawasan hutan produksi. Hal lain yang harus diperhatikan terkait perlindungan harimau adalah maraknya perburuan yang tidak mudah dilihat namun nyata adanya. Dengan aktivitas terlarang tersebut, populasi harimau akan berkurang atau bisa mengakibatkan harimau ini punah. Dengan begitu, Fifin berharap seluruh elemen masyarakat menjaga satwa tersebut dengan tidak menggangu habitat asli mereka yang memang semakin tahun semakin berkurang


HALAMAN 9

>> HARIMAU SUMATERA MENUNGGU PUNAH akibat dari pengembangan yang tidak terkawal. Dalam hal ini, BKSDA fokus pada tupoksi mereka. Yaitu menjaga kawasan konservasi untuk tetap menjadi kawasan konservasi. ‘’Harapan kami tetap mempertah-

ankan kawasan konservasi bisa menjadi hutan sebagaimana hutan yang digambarkan, ada pohon dan tidak ada kawasan kosong akibat illegal loging atau hal lainnya di tengah-tengah. Jika kawasan konservasi diganggu juga,

jelas habitat semua satwa terganggu tidak hanya harimau. Intinya, kawasan konservasi itu harga mati dan semua sudah sepakat dan sepaham mempertahankan kawasan konservasi,’’ terangnya. (Adrian Eko)

Pembukaan Lahan Perkebunan, Hentikan! SALAH SATU YANG MEMBUAT HABITAT HARIMAU SUMATRA DAN HEWAN LAINNYA DI RIAU SEMAKIN MENYEMPIT, ADALAH PEMBUKAAN LAHAN PERKEBUNAN. BERANIKAH MENGHENTIKANNYA? PEMBUKAAN lahan perkebunan dan juga Hutan Tanaman Industri (HTI) disinyalir menjadi penyebab rusaknya habitat satwa dilindungi yang ada di Provinsi Riau. Akibat rusaknya habitat asli hewan tersebut, juga secara tidak langsung akan membuat berkurangnya jumlah populasi hewan dilindungi yang mendiami kawasan tersebut. Pihak legislatif meminta agar izin pembukaan lahan perkebunan ditinjau ulang. Melihat fakta di atas, anggota Komisi A DPRD Riau, Sugianto, mengatakan, meskipun hutan yang digarap nantinya akan ditanami tumbuhan lain. Namun hal itu sudah merusak habitat asli hewan dan juga dalam proses penggarapan lahan perusahaan menggunakan alat berat dan berbagai macam alat lainnya yang pasti dapat menggangu satwa yang ada di sekitarnya termasuk Harimau Sumatera. “Pemerintah sudah harus meninjau kembali izin-izin yang diberikan untuk pembukaan konsesi. Karena dari hasil monitoring yang kami lakukan, masih banyak perusahaan yang menggunakan lahan di luar konsesinya sehingga masuk kawasan hutan lindung dan itu sangat menggangu keberadaan satwa langka di dalamnya termasuk harimau,” katanya. Lebih lanjut dikatakan politisi PKB tersebut, khusus untuk harimau suma-

Hutan Senepis yang akan dijadikan kawasan perkebunan tera sendiri sudah menjadi ikon bukan hanya untuk Riau saja melainkan juga bagi negera. Karena itu sudah sangat perlu dilakukan penanganan khusus bagi harimau sumatera dengan terus menjaga habitat aslinya dengan caracara perbaikan habitat yang rusak agar para satwa langka yang dilindungi tersebut dapat terus bertahan hidup. “Kalau pemerintah tidak segera

| EDISI 178/TAHUN IV z 12 - 18 AGUSTUS 2016

mengambil tindakan tegas, bisa-bisa harimau sumatera itu bisa punah dan yang tertinggal hanya kucing sumatera saja nanti. Jadi pemerintah harus tinjau ulang perizinan pembukaan kawasan, kembalikan habitat asli harimau dan juga cek langsung seperti apa kondisi habitat aslinya sehingga tahu apa yang harus segera dilakukan,” jelasnya. (Soleh Saputra)


HALAMAN 10

>> HARIMAU SUAMTERA MENUNGGU PUNAH

Perkebunan Riau Tidak Ganggu Habitat Satwa? KATA KEPALA DINAS PERKEBUNAN RIAU, PERKEBUNAN TIDAK MENGANGGU HABITAT SATWA. BENARKAH? PROVINSI Riau saat ini mulai dikenal sebagai salah satu kawasan perkebunan terbesar di Indonesia. Tidak hanya Sawit, berbagai kebun produksi juga sudah berkembang dengan pesat di Bumi Melayu ini. Meski secara ekonomi mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun hal tersebut juga disinyalir sebagai faktor terganggunya habitat satwa liar, khususnya harimau. Bagaimana tanggapan Dinas Perkebunana (Disbun) Riau terkait tudingan tersebut? ‘’Tidak benar tudingan tersebut. Bagaimana bisa perkebunan menjadi kambing hitam atas pengurangan habitat satwa. Yang jelas, hutan Riau ini sudah rusak sejak lama, sejak tahun 70-80-an itu sudah terjadi. Jangan pula perkebunan disalahkan dalam hal ini. Justru perkebunan ini yang menyelamatkan hutan di Riau,’’ terang Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Provinsi Riau, Muhibul Basyar. Penyelamatan hutan yang dimaksudnya adalah selama ini hutan di Riau sudah dirambah, baik secara legal maupun ilegal. Namun begitu, langkah reboisasi yang dilakukan belum berhasil bahkan tidak ada dilakukan reboisasi. Akibat hal tersebut, banyak lahan yang dibiarkan kosong. Melihat hal tersebut, banyak masyarakat yang memanfaatkan kawasan tersebut sebagai kawasan perkebunan. Dengan begitu, kawasan tersebut kembali seperti hutan meski tidak sama dengan hutan awalnya. Dengan begitu, perkebunan ini bisa menjadi habitat baru dari satwa tanpa ada gangguan dan ancaman. ‘’Begini saja, saat ini izin pembukaan lahan sudah banyak dikantongi perusahaan di Riau. Tapi nyatanya banyak yang tidak tergarap dan dibiarkan,’’ ujarnya.

Akhirnya, masyarakat yang ingin berkebun memanfaatkannya. Itu membuat masyarakat berkonflik dengan perusahaan. Siapa yang salah, jelas perusahaan, kenapa dibiarkan bertahun-tahun tidak digarap. Jika tidak mampu, kembalikan ke negara biar bisa digarap masyarakat. ‘’Artinya, perkebunan ini tidak merusak lingkungan atau habitat hutan, karena perkebunan itu sudah memenuhi standar perizinan dan manfaat,’’ tambahnya. Karena hal tersebut, dia menilai ada kampanye hitam yang membuat perkebunan sebagai biang kerok rusaknya lingkungan. Di Riau tercatat 3,5 juta hektare adalah kawasan perkebunan dan itu sudah diakui nasional. Jumlah tersebut terdiri dari 2,4 juta hektare sawit dan masing-masing 350 hektare kelapa, sagu, dan karet. Meski begitu, dari SK pelepasan kawasan yang dikeluarkan tahun 2014 yang lalu, kawasan hutan yang dicatat hanya 1,6 hektare. Artinya, 1,9 hektare yang sudah tercatat di BPS nasional di Riau adalah lahan illegal. Hal ini membuatnya rancu. Selain itu, jika ditemukan kawasan perkebunan ada di kawasan hutan konservasi, Muhibul tegas meminta aparat untuk menangkap pemiliknnya. Pasalnya, hal tersebut yang membuat kawasan hutan rusak dan menganggu habitat alamai di sana. ‘’Yang jelas saya sebutkan, perkebunan ini tidak akan bersinggungan dengan habitat alami hutan. Siapa yang mau berkebun di antara habitat liar dan masih ada harimau atau gajah. Makanya, harus dicari benang merahnya apa yang membuat habitat satwa liar itu terganggu. Jika ditemukan, langsung berikan tindakan jangan dibiarkan. Saya mendukungnya,’’ tegasnya. (Adrian Eko)

| EED EDISI DISSI 117 178/TAHUN 78/ 8/TTAAHU 8/TA HUN IV IV z 1122 - 1188 AG AAGUSTUS GUUSSTTUUS 2016 201166 20


DAERAH

Cinta IPDN Terbagi Tiga Hanya karena kasus perkosaan di Kampus Institut Perguruan Dalam Negeri (IPDN) di Rokan Hilir, Mendagri Tjahjo Kumolo murka dan bertindak binasa?

| EDISI 178/TAHUN IV z 12 - 18 AGUSTUS 2016


>> DAERAH

HALAMAN 12

YANG

jelas, sejak berkembang pemberitaan pro dan kontra masalah IPDN Rohil mencuat ke permukaan, hingga akhirnya Mendagri mengambil keputusan tegas, cinta IPDN di daerah ini terbagi tiga. Apakah sebenarnya yang membuat Mendagri murka dan mengambil tindakan nyata dengan pemindahan itu? Masyarakat awam belum bisa menerima, apakah hanya masalah sekecil itu –perkosaan dianggap masyarakat sebagai kasus moral yang tidak harus diselesaikan dengan pemindahan, tapi pembenahan saja—menyebabkan IPDN harus hengkang di negeri seribu kubah? Ya, yang jelas, ketika Mendagri menginjakkan kakinya ke Bumi Lancang Kuning di sela rapat koordinasi dengan Pemprov Riau, di Gedung Daerah, Jalan Diponegoro, Pekanbaru, 3 Juli 2016 menyatakan IPDN harus pindah ke Pekanbaru. Anehnya, meski menjelaskan kepada wartawan soal kasus perkosaan di kampus yang mendidik calon pemimpin di lingkungan PNS itu, Mendagri juga menyebut alasan lain. “Pelakunya ada 6 orang, semuanya sudah saya pecat. Tidak hanya itu, sejumlah pihak-pihak yang bertanggung jawab dengan kampus itu juga kita copot. Sebab, mereka juga harus bertanggungjawab dalam kasus itu,” katanya dihadapan war-

tawan. Tapi, Tjahjo juga menyebut, keberadaan Kampus IPDN di Rohil, dinilai tidak efektif. Jarak yang begtu jauh dari akses kota Pekanbaru, membuat dosen yang mengajar ke kampus juga kelelahan. “Setiap dosen yang datang dari Pekanbaru menuju Rohil sudah jauh sekali. Sampai sana, dosennya malah nggak bisa ngajar lagi karena kecapean,” katanya. Untuk sekedar diketahui, jarak Kampus IPDN di Rohil itu sekitar 200 km arah utara dari Pekanbaru. Karena itu, Mendagri berharap, secepatnya kampus IPDN tersebut segera dipindahkan ke Pekanbaru. “Banyak praja juga mengeluh, kalau mereka jauh akses dari kota, hiburannya hanya nonton TV saja,” kata Tjahjo. Disamping itu, katanya, dengan akses yang begitu jauh, sehingga kampus IPDN ini susah terkontrol. “Kalau jauh seperti sekarang bagaimana kita mau mengontrolnya? Susahkan? Tapi memang untuk memindahkan dengan kampus yang baru di Pekanbaru, juga butuh waktu dan dana. Kalau bisa tukar

guling saja kalau ada pengusaha yang mau,” kata Tjahjo. Titah Cahyo itu, memang tidak terlalu membuat Riau merana. Kampus kebanggaan pemerintahan yang sudah eksis di Rohil selama ini, tetap berada di Riau, meskipun perintahnya dipindahkan. Artinya Riau masih memilki secercah cahaya, bahwa cahaya IPDN masih ada di daerah ini. Ketegasan tetap di Riau pun datang dari Rektor Institut Perguruan Dalam Negeri (IPDN) Ermaya. Dia menginginkan agar kampus IPDN tetap berada di Provinsi Riau. “Saya inginnya bagaimana agar kampus itu tetap berada di Riau, tapi kalau tidak ada titik temunya apa boleh buat,” ujar Ermaya, ketika wacana pindah IPDN mulai mencuat Mei 2016 lalu. Tak ayal lagi, dua kepala daerah – karena sejalan dengan keinginan Mendagri agar IPDN dipindah ke Pekanba-

| EDISI 178/TAHUN IV z 12 - 18 AGUSTUS 2016


HALAMAN 13

>> DAERAH ru- yang berdekatan dengan Pekanbaru pun ‘’kasak-kusuk’’ melobi agar IPDN pindah ke wilayah mereka. Dua tuan rumah yang sudah sangat serius menawarkan diri adalah Wali Kota Pekanbaru Firdaus MT dan Bupati Kampar Jefri Noor.Dikabarkan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kampar sudah menyiapkan lahan di kawasan Rimbo Panjang. Sedangkan Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru sudah pula siap dengan lahannya di kawasan Tenayan Raya. Kedua kawasan ini punya kekhasan dan kekhususan untuk bisa dijadikan sebagai lokasi pembangunan Kampus IPDN Riau yang baru. Dari segi akses transportasi misalnya. Kedua kawasan ini tidak terlalu jauh dari Ibukota Provinsi Riau, Pekanbaru. Ke Rimbo Panjang, Kampar, cuma perlu waktu 30-45 menit dari bandara untuk sampai ke sana. Begitu juga dengan kawasan Tenayan Raya. Meski letaknya di Pekanbaru, namun titik lokasinya juga hampir sama, perlu waktu untuk

sampai ke sana. Begitu juga dengan sarana penunjang lainnya, seperti infrastruktur jalan, telekomunikasi, listrik, air bersih dan keperluan dasar lainnya, kedua lokasi ini sama-sama memadai. Terlebih kalau dikaitkan dengan keinginan Pemko Pekanbaru untuk merangkai kawasan Pekan Sikawan (Pekanbaru, Siak, Kampar dan Pelalawan), rencana pembangunan Kampus IDPN yang baru ini, apakah nanti di Kampar atau di Pekanbaru sendiri, nampaknya akan berdampak positif bagi kemajuan kawasan-kawasan tersebut. Tentu berbeda dengan pendapat Rektor IPDN Riau dan Bupati Rohil sebagai tuan rumah yang sudah dicabut kepemilikannya terhadap IPDN. Lihat saja pernyataan Direktur Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Riau, bahwa Kota Pekanbaru dan Kabupaten Kampar yang diwacanakan lokasi pemindahan IPDN dari Rokan Hilir dinilai belum layak untuk penempatan sekolah kepamongprajaan tersebut. “Untuk wilayah Riau yang ditunjuk oleh Pemprov saya pikir belum ada

yang layak daripada kampus yang ada di Rohil,” kata M Ilham usai menghadiri acara Malam Keakraban Pelepasan Praktek Lapangan III Nindya Praja XXIV dengan Pemerintah Daerah Rokan Hilir Tahun 2016 di Bagansiapiapi. Meski sudah tahu tentang surat yang menyatakan bahwa Kampus IPDN Riau di Rokan Hilir akan segera pindah ke Pekanbaru, bahkan telah melakukan peninjauan ke lokasi termasuk di Kabupaten Kampar, dia tetap menyatakan IPDN Rohil tetap diharus dipertahankan. “Saya pikir keberadaan kampus IPDN di Rohil secara konteks keberadaan sinergitas pendidikannya sudah bagus, memang kekurangan kita adalah untuk mendapatkan informasi ilmu pengetahuan masih terlalu jauh, tapi untuk sementara masih layak,” bebernya. Sebelumnya Ilham juga menyampaikan bahwa adanya wacana pemindahan sementara kampus IPDN dari Rokan Hilir bukan dikarenakan kasus Asusila yang terjadi beberapa waktu lalu di sekolah kepamongprajaan itu, melainkan belum tersedianya pasokan air bersih dan sejumlah fasilitas lainnya. “Seharusnya itu yang harus dibenahi bersama dengan melakukan koordinasi kepa-

| EDISI 178/TAHUN IV z 12 - 18 AGUSTUS 2016

RIAUHEADLINE.COM


>> DAERAH

HALAMAN 14

INHILKLIK.COM

da instansi terkait, bukan malah melakukan pemindahan,” ujarnya. Saat ini Pemko Pekanbaru hanya menyiapkan lahan dan penempatan sementara kampus dengan menyewa ruko yang ruang kelasnya tidak ada, sementara Kabupaten Kampar hanya mengandalkan Eks Gedung Kantor Bupati yang fasilitasnya belum memadai. “Untuk sementara saya masih tetap menunggu kebijakan pemerintah dan mendukung sepenuhnya kampus IPDN Riau tetap berada di Rohil,” tegasnya. Sementara itu, Bupati Rokan Hilir Suyatno mengaku lega karena sampai saat ini kampus IPDN Riau didaerah itu tidak jadi pindah ataupun dipindahkan sementara. “Wacana pemindahan kampus ke Pekanbaru maupun Kampar itu tidaklah benar, buktinya sekarang masih berada di Rokan Hilir. Tapi kita minta dukungan dan perjuangan masyarakat agar nantinya kampus yang sudah ada didaerah ini dipertahankan,” harapnya. Terkait ketersediaan air bersih yang menjadi kendala bagi praja IPDN, Bupati menegaskan sudah memprogramkan fasilitas tersebut, dan bahkan Pemkab Rohil juga sudah mulai membangun PAM di Kecamatan Tanah Putih. “Memang program penyediaan air bersih termasuk mesjid sudah ada tapi

belum sempat dilelang. Insya Allah kedepan akan kita perhatikan Kampus IPDN Riau di Rohil ini,” tuturnya. Bupati Rokan Hilir menyatakan jika ada yang kurang tidak perlu dipindah namun diperbaiki. “Ngapo pulo IPDN dipindah, kan di Rohil itu masih layak dan bagus. Tidak ada kata-kata dipindah, “ujar Suyatno usai dilantik. Suyatno bahkan menyebutkan kampus IPDN yang di Rohil dianggap layak, dan dirinya tidak sepakat bila dipindah dari kampung halamannya tersebut. Karena sejak awal sudah didirikan di Rokan Hilir. “Kalau memang airnya kurang, maka dibolo (diperbaiki), ada yang rusak diperbaiki, bukan fisik semuanya dipindah,”ujar Suyatno. Sebagaimana diketahui, Pihak IPDN sendiri sudah memutuskan jika Kampus IPDN di Rohil sudah tidak layak dan harus dipindah. Jika tidak dipindah maka Riau terancam mendapatkan kampus IPDN lagi. Di tengah semangatnya Pekanbaru dan Kampar menawarkan diri, dengan tegas pula Gubernur Riau H Arsyadjuliandi Rahman menyatakan bahwa kampus IPDN Rohil akan diambil alih Pemprov Riau. ‘’Sudah jelas pemprov Riau yang kelola. Ini sesuai dengan kesimpulan Mendagri dan IPDN sendiri,’’ kata Andi.

Lebih tegas, Anda menjelaskan bahwa keputusan itu untuk menghidarkan terjadinya kesalahpakahaman antara kebupaten dan kota di Riau. Tinggal lagi kepada pihak pemerintah pusat, termasuk pihak IPDN sendiri sebagai user (pengguna) nantinya. Jangan sampai kejadian kurang baik sebelumnya, berpotensi terulang pula lagi di kampus baru tersebut. Selain itu, para praja IPDN yang nantinya akan menjadi pamong setelah tamat dari lembaga tersebut, hendaknya betul-betul menjadi praja-praja yang bermoral. Untuk itu, biarlah keputusan yang diambil sekarang ini penuh dengan pertimbangan. Jangan dimunculkan hal-hal lain yang subjektif dalam memilih lokasi untuk dijadikan kampus IPDN yang baru ini. Ke depankanlah objektifitas dan utamakan kepentingan para praja yang akan dididik di kampus ini. Intinya, jangan sampai keliru lagi dalam memilih lokasi yang baru. Mudah-mudahan kejadian buruk yang pernah menimpa kampus IPDN Riau di Rohil sebelumnya, bila nanti benar-benar dibangun lagi di lokasi yang baru, apakah itu di Kampar atau di Pekanbaru, tidak sampai terulang lagi. Cukuplah nama Riau sekali saja tercoreng, dan jangan sampai tercoreng dua kali apalagi cinta ikut terbagi pula.(men)

| EDISI 178/TAHUN IV z 12 - 18 AGUSTUS 2016


NASIONAL HALAMAN 17

>> DAERAH

Reshuffle Jilid II,

Multi Misteri Banyak yang bertanya, apakah reshulle jilid II Presiden Joko Widodo, lebih banyak membawa duka atau derita?

| EDISI 178/TAHUN IV z 12 - 18 AGUSTUS 2016


HALAMAN 16

>> NASIONAL

YANG

jelas, pergantian personil menteri kali ini menghapus delapan wajah menteri dan memunculkan sembilan wajah menteri baru dan empat menteri pindah pos. Seakan hendak menjawab dugaan publik selama ini, pengamat politik dari Universitas Padjajaran Idil Akbar menilai reshuffle jilid II tidak murni berdasarkan kinerja. Indikasinya, seharusnya ada menteri lain yang juga harus kena reshuffle. “Saya menilai beberapa pos menteri terutama yang diisi PDI Perjuangan tidak bergeser. Ini saya kira bukan soal kinerja. Sebab jika terkait kinerja, menteri Menko PMK dan Menkumham cukup relevan di-reshuffle. Sebab kinerja yang ditunjukkan masih biasa-biasa saja,” kata Idil. Analisa Idil ini memberikan indikasi politik bahwa, reshuffle jilid II ini tidak lepas dari cara Presiden Jokowi mengakomodir parpol yang dulu berseberang dengannya –PDIP dan Koalisi Indonesia Hebat—akhirnya menjadi sahabat dekat. Tentu saja, dari perhitungan dan kalkulasi menteri yang diganti dan digeser, dapat dilihat bahwa Presiden Jokowi memang ingin mengakomodir kepentingan politik, dibandingkan dengan kalkulasi kinerja antara partai dan professional. Analisasi ini juga diperkuat oleh analisas Idil bahwa posisi dua menteri yang menurut banyak pihak layak untuk diganti, namun karena alasan politis, menjadi tidak tergantikan. Keduanya sama-sama dari partai sang Presiden: PDI Perjuangan. “Namun, harus saya katakan, nama-nama menteri hasil reshuffle jilid 2 yang baru diumumkan (dan sudah dilantik) Presiden Jokowi cukup membawa pencerahan untuk Indonesia,” ucap dia. Menurut Idil, sembilan dari 12 menteri yang dilantik itu adalah wajah baru. Idil berharap dengan masuknya wajah baru ini dapat mengerahkan segala kapasitasnya untuk Indonesia lebih baik. Idil menegaskan, tugas para menteri harus disertai time line yang jelas dan terukur. Idil tidak ingin para menteri dibiarkan bekerja tanpa ada penga-

wasan dan penilaian objektif secara intensif. Terutama terkait permasalahan yang ada di depan mata. “Saya ambil contoh misalnya, persoalan utang negara yang kian membengkak. Ini menjadi problem cukup krusial untuk diatasi, namun tetap bagaimana penyelesaiannya tidak terlalu mengganggu pembangunan yang sedang berlangsung,” ungkap dia. Idil meyakini, tangan dingin Menteri Keuangan Sri Mulyani akan cepat memulihkan persoalan ekonomi. Pun halnya terkait sengkarut pengelolaan Energi dan Sumber Daya Mineral yang lebih banyak menguntungkan asing dan kaum kapitalis. “Masuknya Archandra Tahar (Menteri ESDM) juga perlu tetap diperhatikan, agar tidak mengikuti jejak yang sama (dari menteri terdahulu), termasuk dalam kasus Freeport,” tegas dia. Idil meminta Presiden mengawasi intensif kinerja para menterinya. Idil tidak ingin ke depan ada lagi proses tambal sulam seperti reshuffle. “Saya kira rakyat tidak dalam kerangka membangun optimisme maupun pesimisme dengan pergantian menteri kali ini. Hanya, tetap berharap agar para menteri bisa bekerja lebih baik, lebih akseleratif untuk mencapai kemakmuran rakyat,” kata dia. Dalam analisa lainnya, di permukaan memang reshuffle ini banyak menimpa menteri bidang ekonomi. Namun, ada juga yang menilai bahwa reshuffle ini justru lebih banyak mengandung sinyal dan gebrakan politik dari Presiden. Ujungnya adalah penguatan sistem presidensial, di tengah realitas politik multi-partai yang kompleks. Yang lebih penting lagi, meskipun eksekutif (Presiden, Kepala Daerah) bukan pim-

pinan parpol, otoritas eksekutif tetap jauh lebih kuat daripada otoritas parpol. Kedua hal tersebut sangat positif bagi demokrasi dan tata pemerintahan kita. Ada beberapa alasan yang mendasari analisis saya. Pertama, Presiden akhirnya mengabaikan tekanan politik yang sangat kuat dari PDIP untuk menggusur Rini Soemarno. Bukan hanya itu. Menteri yang pernah berseberangan dengan Rini pun tergeser. Kegagalan pemerintah menurunkan harga daging sapi selama Ramadhan dan Idul Fitri tidak lepas dari pertentangan tajam antara Menteri BUMN dan Menteri Pertanian versus Menteri Perdagangan. Kubu pertama dipertahankan. Tom Lembong digeser. Rini saat ini adalah the untouchable yang mendapat kepercayaan penuh dari Presiden. Kedua, reshuffle ini menjadi koreksi yang cukup keras kepada Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla. Dua menteri politisi terdekatnya diganti, yaitu Yuddy Chrisnandi dan Ferry Mursyidan Baldan. Saya sangat mengetahui kedekatan keduanya dengan Wapres. Dari kelompok non-politisi, Sofyan Djalil digeser, Sudirman Said diganti. Yang lebih menarik, Sudirman Said secara publik menyerang Dirut PLN Sofyan Baasyir yang “dilindungi” Rini. Lagilagi Rini yang lebih didengar. Koreksi terhadap Wapres makin jelas dengan masuknya Sri Mulyani. Ketika menjabat Menteri Keuangan (Menkeu) di bawah Presiden SBY, Sri Mulyani sering berseberangan dengan Wapres Jusuf Kalla. Padahal saat itu beliau—Jusuf Kalla—adalah Ketum Golkar dengan kursi terbanyak di DPR.

| EDISI 178/TAHUN IV z 12 - 18 AGUSTUS 2016


HALAMAN 17

>> NASIONAL

INTERNET

Satu lagi, politisi PAN yang didukung Wapres, Didik J Rachbini, tidak jadi masuk kabinet. Memang Didik bukan calon utama dari Ketum PAN Zulkifli Hasan. Namun logikanya, dukungan Wapres menjadi poin positif. Ketiga, Presiden memberi peringatan keras kepada para menteri agar tidak ribut di publik. Tidak boleh sesama menteri saling kepret di publik. Tidak boleh ada “Ahok-isme” di kalangan menteri. Rizal Ramli, Yuddy Chrisnandi, dan Sudirman Said—dengan kontroversi “papa minta saham” dan PLN—diganti. Ini pesan yang sangat penting bagi kabinet ke depan. Presiden memerintahkan soliditas. Jangan mencoba populer di media dengan membuat kegaduhan. Jika tidak, anda di-kepret sendiri oleh Presiden. Keempat, Wapres, parpol pendukung, dan para menteri harus paham bahwa Presiden ini memiliki kultur Jawa Solo yang sangat kental. Anda harus bisa membaca sinyal yang tidak diucapkan. Sama persis dengan Presiden Soeharto, meskipun Presiden Jokowi lebih “nyantai” orangnya. Proyek kereta cepat dan reklamasi adalah contohnya. kereta cepat terlambat karena berbagai hambatan birokratis. Dirjen Perkeretaapian dicopot dan sekarang Menteri Perhubungan Jonan. Dalam rapat kabinet membahas proyek reklamasi, Presiden menegaskan perlunya kepastian usaha, tapi tetap harus sesuai peraturan. Menteri Rizal sepertinya kurang membaca sinyal yang sudah cukup keras ini untuk ukuran kultur Jawa. Kelima, Presiden memberi sinyal kepada para menteri, “Apa pun latar belakang Anda, Anda harus bertindak

profesional dalam koridor kebijakan politik Presiden”. Keberpihakan Presiden kepada Rini dan Luhut adalah buktinya. Keduanya mampu menggabungkan profesionalisme dengan politik. Bahkan, dalam reshuffle ini Menteri Luhut lagi-lagi menjadi “Mr Fix It”. Luhut bukan digeser, tapi ditugaskan membereskan “kekacauan”. Keenam, Presiden memilih hari yang unik untuk mengumumkan reshuffle. Di satu sisi, 27 Juli dianggap sebagai “hari baik” bagi Presiden karena sesuai dengan hitungan weton Jawa. Namun, di sisi lain, 27 Juli adalah hari kelam bagi PDIP. Saya yakin Presiden telah menghitung plus-minus faktor sejarah ini. Bahwa beliau tetap memilih 27 Juli, itu seperti mengatakan “I’m the man! It’s my call!” Dan itulah pesan terpenting dari reshuffle ini. I’m The Man. Ya memang sudah seharusnya begitu karena kita menganut sistem presidensial. Untuk itu saya harus memuji Presiden dan “Mr Fix It” Menko Luhut karena bisa melakukannya tanpa harus menjadi Ketum/penguasa parpol. Ini positif bagi demokrasi dan tata pemerintahan kita. Indikasi reshuffle jilid II sangat erat kaitan dengan Pilpres semakin nyata. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengambil jarak dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sebagai partai utama yang mengusungnya pada Pilpres 2014. Gayung pun bersambut saat Partai Golkar mendeklarasikan dukungan kepada Jokowi untuk maju dalam Pemilu Presiden 2019. Meski sejumlah kalangan menilai dukungan tersebut terlalu dini, faktanya Jokowi sudah mengantongi tiket untuk lebih berjarak dengan PDIP. “Jokowi ingin mengambil jarak dengan PDIP karena selama ini dianggap petugas partai,” kata Dosen Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Ali Munhanif. Ali menilai, reshuffle kabinet jilid II juga memutarbalikkan tuduhan kepada Jokowi yang selama ini dianggap tidak berpengalaman dan hanya tun-

duk kepada partai. “Buktinya, Jokowi sanggup mengontrol partai, berhasil menerapkan dinamika dengan memasukkan PAN dan Golkar ke dalam kabinet,” ucap Ali. Lalu apa tanggapan dari PDIP sendiri soal reshuffle jilid II ini? Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Effendi Simbolon menilai, komposisi kabinet hasil reshuffle jilid II merupakan kabinet daur ulang. Hal demikian diungkapkannya dalam sebuah diskusi bertajuk amnesti di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, kemarin. “Pemerintahan sekarang serba baru, recycle cabinet, kabinet daur ulang, lihat saja personelnya,” kata Effendi Simbolon. Namun, dia tidak menjelaskan detail maksud kabinet daur ulang tersebut. “Silakan ditafsirkan sendiri,” ucapnya. Anggota Komisi I DPR ini pun mengkritik pesimis dengan komposisi Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)Jusuf Kalla (JK) hasil reshuffle kabinet jilid II . “Sudah teruji yang daur ulang tidak akan lebih baik dari yang original,” tutur Effendi. Dia pun menilai komposisi pemerintahan setelah reshuffle kabinet jilid II lebih proneo liberal. Sementara itu, pengamat politik Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Adi Prayitno, dari sejumlah nama menteri baru yang dilantik Jokowi, nama Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani dinilai berpeluang besar mendulang popularitas. Maklum, Sri dinilai salah satu sosok yang diharapkan mampu memperbaiki kinerja ekonomi di Pemerintahan Jokowi. “Sejauh ini, Sri Mulyani menjadi salah satu figur yang relatif diperhitungkan untuk bisa dampingi Jokowi,” kata Adi. Meski demikian, peluang Sri mendampingi Jokowi masih perlu diuji berdasarkan kemampuannya menyelesaikan carut marut masalah fiskal. Sejauh ini kata dia, Sri dipilih Jokowi karena adanya harapan perbaikan dari sektor ekonomi. “Dalam konteks perbaikan ekonomi, terlepas dari sosoknya yang kerap kontroversial, Sri Mulyani adalah bintangnya,” pungkasnya.(men)

| EDISI 178/TAHUN IV z 12 - 18 AGUSTUS 2016


HALAMAN 14

EKONOMI

Manufaktur, Gerbong Pertumbuhan Ekonomi Untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi, pemerintah diminta berfokus menggarap sektor manufaktur. Saat ini kontribusi dari ekspor sektor pengolahan barang mentah menjadi barang jadi itu menurun sehingga perlu mendapat perhatian lebih.

| EDISI 178/TAHUN IV z 12 - 18 AGUSTUS 2016


HALAMAN 19

>> EKONOMI

CHIEF

Economist PT Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat menyatakan, pertumbuhan 5,18 persen pada kuartal kedua 2016 memang lebih tinggi daripada kuartal sebelumnya. Bahkan melampaui ekspektasi konsensus. Hanya, pertumbuhan itu lebih banyak disokong permintaan domestik. Ada kenaikan konsumsi di dalam negeri seiring dengan kebutuhan dan peningkatan daya beli. Sebaliknya, jika dilihat dari rasio ekspor terhadap produk domestik bruto (PDB), pertumbuhan turun tipis menjadi 21,5 persen pada kuartal kedua 2016 jika dibandingkan dengan 22 persen pada periode sama 2015. “Masih ada tantangan memperbaiki pertumbuhan, yaitu mendorong industrialisasi,” ungkapnya. Budi melihat pemerintah perlu melakukan revitalisasi pada bidang manufaktur sehingga rasio itu meningkat. Sebab, Indonesia tidak boleh hanya mengandalkan ekspor barang mentah seperti yang selama ini terjadi. “Harus bergerak untuk mengekspor barang jadi yang mendukung industri,” tuturnya.

Karena itu, sektor swasta perlu dilibatkan secara aktif untuk membangun infrastrukturnya. Kekuatan pemerintah untuk membangun infrastruktur relatif terbatas. “Pertumbuhan pada kuartal kedua ini bisa jadi merupakan dampak percepatan pengeluaran pemerintah pada sektor infrastruktur yang hasilnya mulai mendukung sektor produksi dan distribusi,” jelasnya. Gencarnya pembangunan infrastruktur akan membuka akses lalu lintas pengiriman barang lebih baik dan efisien. Saat situasi itu terjadi, minat investor, terutama swasta, untuk berinvestasi di sektor manufaktur bisa lebih bergairah lagi. Walaupun risikonya pengeluaran pemerintah yang dipercepat untuk infrastruktur memerlukan dana cukup besar. Padahal, pengumpulan pajak baru mencapai 35 persen dari target sepanjang tahun. “Tax amnesty menjadi salah satu program yang harus menjadi solusi agar pemerintah dapat melanjutkan pembangunan,” ujar Budi seperti ditulis jpnn.com. Investasi pemerintah merupakan

crowding in investment. Artinya, apa yang didukung pemerintah akan menarik investasi swasta untuk melakukan investasi lanjutan. Budi menyarankan agar pemerintah tidak mengerem upaya-upaya membangun infrastruktur yang sudah dilakukan. Sambil itu berjalan, pemerintah juga bisa semakin giat mendorong investasi di sektor manufaktur dan melakukan berbagai kebijakan positif dalam rangka memperkuat ekspor barang jadi. Di pasar saham Indonesia, kenaikan indeks saham sektor manufaktur menjadi indikator kurang bergairahnya industri pengolahan itu. Secara year to date sejak awal tahun sampai akhir pekan lalu, indeks sektor manufaktur menguat 20,51 persen atau sedikit di atas pertumbuhan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang mencapai 18,01 persen. Momentum untuk membangun infrastruktur dalam memperkuat ekspor barang jadi cukup tepat saat ini. Menurut Head of Research PT NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada, tanda-tanda perbaikan ekonomi di beberapa negara maju sudah mulai terli-

| EDISI 178/TAHUN IV z 12 - 18 AGUSTUS 2016


HALAMAN 20

hat. Perkiraan awal pelaku pasar terhadap data US nonfarm payrolls di Amerika Serikat (AS) periode Juli tumbuh 185 ribu dan tingkat pengangguran turun menjadi 4,8 persen. Faktanya lebih dari itu. US nonfarm payrolls tumbuh 255 ribu. Hal itu cukup menggembirakan terlihat dari reaksi di pasar saham AS yang pada akhir pekan lalu menguat cukup signifikan. Indeks Dow Jones Industrial melesat 1,04 persen, indeks Nasdaq menguat 1,00 persen, dan indeks S&P

>> EKONOMI

500 menanjak 0,86 persen. Sejalan dengan itu, mayoritas bursa saham Eropa juga mencatatkan penguatan cukup signifikan. Sebab, Bank of Europe (BoE) memangkas suku bunga 25 bps menjadi 0,25 persen. Dipangkasnya tingkat suku bunga dan penambahan stimulus menjadi 435 miliar Euro juga membawa kabar positif bagi pelaku pasar. Data tersebut cukup menjadi pendorong penguatan nilai tukar dolar AS (USD) terhadap seluruh mata uang dunia. “Situasi itu pula yang membuat

nilai tukar rupiah seolah tidak banyak terkena imbas data positif dari pertumbuhan ekonomi di dalam negeri,� tambahnya. Reza memandang, meskipun harga komoditas seperti minyak dunia dan CPO sudah berbalik menguat, sentimen tersebut belum mampu memberikan dampak positif terhadap rupiah. Karena itu, perbaikan ekspor, terutama melalui barang jadi yang bernilai tambah tinggi, selain diharapkan menjaga pertumbuhan, akan berdampak positif terhadap nilai tukar rupiah.(men)

| EDISI 178/TAHUN IV z 12 - 18 AGUSTUS 2016


LINGKUNGAN HALAMAN 17

>> EKONOMI

KONDISI MASYARAKAT ADAT TALANG MAMAK

Terjepit Antara Karet dan Sawit

Keberadaan masyarakat adat Talang Mamak, banyak memerikan pelajaran tentang lingkungan dan kemasyarakatan.

| EDISI 178/TAHUN IV z 12 - 18 AGUSTUS 2016


HALAMAN 22

>> LINGKUNGAN

LUSIA ARUMINGTYAS

TBS sawit milik masyarakat Komunitas Anak Talang, Indragiri Hulu, Riau.

UNTUK

berkunjung ke Komunitas Anak Talang dan Ampang Delapan, Kecamatan Indragiri Hulu, Riau, dari Pekanbaru, menggunakan mobil, perjalanan memakan waktu antara tujuh sampai delapan jam. Selama lima jam, jalan beton memanjang ditelurusi. Tak jarang jalan bergelombang mungkin karena beban kendaraan terlalu berat. Tampak beberapa truk pembawa tandan buah segar (TBS) sawit ataupun kayu gelondongan lalu lalang. Sesekali, duakali, makin jauh dri pusat kota, makin sering dijumpai. Selebihnya, kami melalui jalan hanya dengan pemadatan tanah. Kala hujan, mobil seringkali tergelincir karena tanah lempung menyulitkan ban berjalan. Sebagian jalan juga berlubang. Beruntung, kami datang kala kemarau. Inilah akses jalan keseharian masyarakat adat Talang Mamak. Ada jalan lain, jalur perusahaan. Jalan berupa padatan tanah, sesekali aspal, tertata rapi dan sangat mulus untuk dilalui. Sepanjang jalan, perkebunan sawit hampir di kiri kanan jalan. Suku Talang Mamak berada di sep-

anjang Sungai Indragiri, Indragiri Hulu, Riau. Masyarakat ini tergolong Melayu Tua (Proto Melayu). Mereka suku asli Indragiri dan sering menyebut sebagai Suku Tuha. Berarti, suku pertama datang di Indragiri Hulu. Asal muasal sejarah Talang Mamak beragam. “Katanya awalnya Datuk Pepatih berakit kulim (kayu tua,red.) berlayar dari Kerajaan Paranguyung (Sumatera Barat, red),” kata Abu Sanar, masyarakat Talang Mamak sekaligus Ketua AMAN Indragiri Hulu. Datuk Pepatih menyusuri aliran Sungai Indragiri. Dalam perjalanan itu, dia mengenalkan budaya, adat dan puasaka. Budaya terakulturasi juga dari Malaysia karena Pepatih memiliki silsilah keluarga dari Johor. Wilayah jelajah Pepatih di empat kecamatan, yakni Kecamatan Batang Gangsal, Batang Cenaku, Kelayang, Rakit Ulu dan Renggat Barat. Ada satu kelompok di Jambi, di Dusun Semaratihan, Desa Suo-Suo, Kecamatan Sumai, Tebo Jambi. Suku yang berbahasa Melayu Tinggi ini memiliki tiga Balai besar sebagai pusat pemerintahan. Ada Talang Duri-

an Cacar dipimpin Patih Bunga, Talang Parit dipimpin Patih Besi, dan Talang Perigi dipimpin Patih Kelopak. Batin merupakan pimpinan adat di suatu komunitas yang memiliki hak otonom atas wilayah adat, lembaga adat dan tatanan adat. Suku Talang Mamak, ada sekitar 29 komunitas. “Lima belas komunitas dipetakan luasan wilayah mencapai 195.000 hektar terletak di Batang (sungai, red.) Ekok.” Sebanyak 22 komunitas bergabung di Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), meski dua tak aktif. Kini, ada empat komunitas mengajukan pemetaan wilayah ke AMAN terletak di Batang Gangsal.

SOSIAL EKONOMI Mata pencarian warga Talang Mamak, sebagian besar berladang dan berkebun. “Mereka berpindah-pindah dalam berladang,” kata Abu. Karet, komoditas utama mereka dengan sistem tumpang sari.”Sebelum pohon karet besar, mereka biasa menanam padi, ladang atau tanaman semusim.”

| EDISI 178/TAHUN IV z 12 - 18 AGUSTUS 2016


HALAMAN 23

>> LINGKUNGAN Kondisi mereka makin terjepit, kala wilayah hidup sebagian menjadi sawit ‘milik’ perusahaan. Sebelumnya, diawali konsesi hak pengusaan hutan (HPH) pada 1970-an di Indragiri Hulu. Penebangan hutan makin masif. Data Sajogyo Institute, menyebutkan, kondisi ini erat kaitan dengan kebijakan ekonomi Indonesia menjadikan Riau sebagai provinsi penyedia kayu log. Hingga perusahaan berizin pemanfaatan kayu menebang kayu lebih banyak ketimbang HPH. Data Eye On The Forest, menyebutkan, pada 2000, tutupan Riau tersisa 41%. Kondisi ini, berimbas pada wilayah Talang Mamak. Transmigrasi pemerintah pemerintahpun jadi menambah masalah. “Sekitar 1980-an dari Jawa Tengah dan Jawa Barat, saat itu masih melalui pertanian palawija,” katanya. Nurman, anak Talang, menceritakan, transmigran ke Talang Mamak, banyak meninggalkan rumah karena merasa tak cocok. Saat inilah mulai ada

perampasan wilayag adat. Lahan transmigrasi banyak jadi kebun sawit mandiri. Masyarakat mulai menyerahkan lahan untuk mendapatkan satu kapling kebun sawit. “Meningkatkan perekonomian juga, namun kadang tanah yang dijanjikan tak kunjung datang,” katanya mengingat cerita sang ayah. Pada 1990-an, perambahan lahan buat sawit makin terasa. Perusahaanperusahaan mulai menduduki wilayah Talang Mamak. Kesenjangan terjadi. Saat inilah, muncul konflik, kerusakan lingkungan meski tak dipungkiri segelintir orang menikmati peningkatan ekonomi. Batin Gunduk, penguasa adat Kebatinan Ampang Delapan mengatakan, soal pelestarian adat, katanya, dilakukan dalam pertemuan adat disebut Rayo Penghulu. Ia biasa setelah Lebaran Haji. Kepala Adat, Batin Pemangku, Monti, Bubungan, katanya, tokoh adat yang berbicara disana. “Itu juga tempat

jika ada aturan yang perlu direvisi,” kata Aan Pradinata, pemuda sembilan atau Dubalang Anak Talang. Aan menceritakan, sejak teknologi masuk ke Talang Mamak, banyak merasa adat tak lagi penting. Beberapa pihak tak terima dikritik. Bersama dubalang lain, Aan pun sering diskusi dengan Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN) Batin kekhawatiran identitas maupun adat istiadat Talang Mamak yang makin luntur. Dia mencontohkan, dulu dalam pertemuan warga masih bergotong royong masak bersama, kini tinggal catering. “Adat jangan sampai hilang.”

PENJAGA TALANG MAMAK Pada Suku Talang Mamak, ada istilah Dubalang. Ia alat lembaga adat atau bisa disebut alat pertahanan adat. Guna memperkuat pertahanan adat inilah, komunitas Anak Talang, sub Suku Talang Mamak, ini membentuk Anggota

Datuk Rajo Penghulu (berbaju orange), bersama keluarga. | EDISI 178/TAHUN IV z 12 - 18 AGUSTUS 2016

LUSIA ARUMINGTYAS


HALAMAN 24

>> LINGKUNGAN

LUSIA ARUMINGTYAS

Kondisi Sungai Cenaku, sumber air masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari. Sayangnya, hari demi hari, sungai ini mulai tercema Pemuda Sembilan. Patroli hutan, salah satu tugas mereka. “Patroli hutan dengan Pak Batin dan masyarakat, mengajak pemuda peduli lingkungan,” kata Aan Pradinata. Sejak dua tahun ini, anggota Pemuda Sembilan membantu Datuk Raju menjaga hutan adat seluas empat kilometer persegi. Dia bilang, hutan adat itu tak boleh diganggu. Untuk menggunakan lahan itu, perlu berunding dengan tetua kampung. Mengenai nama Pemuda Sembilan, katanya, dari bentukan awal berjumlah sembilan. Mereka diresmikan secara adat Talang Mamak. Kini, jumlah mereka sudah 70 orang dari 15 kebatinan. Selain pemuda dari Anak Talang, ada juga pemuda Kebatinan Rakit Kulim. “Mereka tergabung dalam BPAN.” Mereka penjaga lini terluar hutan Talang Mamak. Para emuda ini juga menjadi wadah penggerak ekonomi masyarakat. “Kita penghubung masyarakat dengan koperasi,” katanya. Mereka menjadi penghubung dengan koperasi, katanya, agar masyarakat tak terlibat dengan tengkulak. “Kalau terlibat tengkulak, bisa terjerat utang.”

*** Kala saya ke Talang Mamak Kebatinan Ampang Delapan dan Anak Talang, kondisi miris. Perusahaan-perusahaan masuk, hutan adat tergerus. “Manusia tanpa air, apa bisa hidup, tanpa hutan tak bisa makan, tak ada obat,” kata Datuk Rajo Pengulu, pimpinan adat dan Panglima Dubalang Anak Talang. Sumber kehidupan di hutan menipis, hasil kebun seperti karetpun menurun. Beragam masalah ini bikin masyarakat adat makin terjepit. Sedang warga transmigran banyak berkebun sawit dan dinilai hidup lebih layak. Warga adat Talang Mamak, berkebun karet dan kesulitan kala harga produk terus menurun. “Mereka (transmigran,red.) bisa menyekolahkan anak. Kita petani karet, tak bisa,” kata Supriyadi, warga Komunitas Anak Talang. Kesenjangan itulah menjadi salah satu alasan masyarakat Talang Mamak ada yang beralih dari karet ke sawit. Harga karet, katanya, seringkali tak stabil menyebabkan warga, seperti Supriyadi enggan terus noreh.”Kalau sedang musim hujan, ya jarang bisa me-

Sungai Cenaku yang melintasi wilayah Anak Talang. Kini, air mulai keruh, tak lagi jernih seperti dulu. manen,” katanya seperti yang ditulis wartawan mongabay.com. Pada 2007-2009, harga karet bisa Rp 12.000 per kilogram. Harga segitu, cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dulu, transaksi masyarakat dengan

| EDISI 178/TAHUN IV z 12 - 18 AGUSTUS 2016


HALAMAN 25

>> LINGKUNGAN

Rumah masyarakat Kebatinan Ampang Delapan.

LUSIA ARUMINGTYAS

Supriyadipun mencari pekerjaan lain. Selain bertani sawit, dia membantu mengangkut tandan buah segar (TBS) sawit dari desa ke koperasi. Biaya Rp500.000, sekali angkut. Masalah tak sampai disitu. Perusahaan masuk ke hutan adat, konflikpun terjadi.

KONFLIK LAHAN

LUSIA ARUMINGTYAS

barter barang. Semua kebutuhan sehari-hari dipenuhi dengan berladang dan kebun. Hanya bahan energi untuk penerangan dan garam yang beli. “Sekarang harga karet Rp4.500, bahkan pernah Rp2000 per kilogram,” katanya. Biaya hidup rata-rata per bulan bisa Rp2 juta hingga hasil karet tak mencukupi.

Salah satu konflik antara Anak Talang dan PT. Runggu. Komunitas adat di Kecamatan Batang Cenaku ini, resah dengan kehadiran Runggu. Luas wilayah adat mereka 17.000 hektar, 1.000 menjadi kebun sawit. Runggu berada di Kecamatan Peranap hingga Batang Cenaku, Indragiri Hulu. “Memang agak jauh dari komunitas, bisa pake mobil tapi ada yang harus jalan kaki,” kata Akhwan BInawan dari Hakiki, organisasi pendamping warga. Datuk Rajo Penghulu, pimpinan adat dan Panglima Dubalang Anak Talang mengatakan, perusahaan ada sejak 2010, tetapi mulai menanam 2013. Selama itupun, perusahaan tak pernah sosialisasi kepada masyarakat. Bahkan, temuan warga, sekitar 100-

an hektar kebun sawit perusahaan di Hutan Lindung Bukit Betabuh. Komunitas Talang Mamak melaporkan kasus kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kapolri, KPK, Kepala Desa Anak Talang, Camat, Kapolsek, Dinas Perkebunan sampai Dinas Kehutanan. “Tapi belum ada tindakan hingga sekarang,” katanya. Konflik tak ada penyelesaian hingga membuat warga kesal. Pada 2014, warga Anak Talang, Muska Bujang Hadi dipenjara karena menghadang perusahaan. Intimidasipun seringkali diterima para pejuang hak tanah adat ini. Awal 2014, masyarakat adat sempat menyetop alat buldozer perusahaan kala menggali tanah. “Tak sampai seminggu, ada orang datang dengan senjata api rakitan meminta kami melepas.” Pada 20 Februari 2016, terjadi pertemuan antara Runggu dengan atas permitaan masyarakat adat. Tak tercapai kesepakatan. Dua buldozer kembali ditahan masyarakat dengan harapan kejelasan izin Runggu. Selang dua hari, alat berat menghilang. “Ya oknum bermain, sebenarnya juga dari masyarakat Anak Talang.” Perusahaan ini diketahui tak memiliki izin beroperasi di Talang Mamak. “Mereka hanya punya surat keterangan tanah surat keterangan ganti rugi dari oknum mafia tanah tanpa sepengetahuan Datuk Dubaang dan Batin serta masyarakat sekitar,” ucap Ketua Pengurus Daerah AMAN Inhu, Abu Sanar.

LINGKUNGAN RUSAK Tak hanya lahan adat terampas, lingkunganpun rusak, seperti air bersih tercemar. “Hutan lindung kami tergerus, sumber air sulit,” kata Datuk Rajo Panghulu. Sebelum 2014, masyarakat masih mudah mendapatkan air bersih kebutuhan sehari-hari, kini sulit. Pada 70-an, Sungai Cenaku di hulu dekat Komunitas Talang Anak sangat bersih. “Surut lama, dan dalam.” Kini, sungai beraih bersih hanya cerita. “Sering gatal-gatal.” Bukan itu saja. Sejak 2015, banjir kerap datang berulang kala hujan lebat setengah hari saja.(men)

| EDISI 178/TAHUN IV z 12 - 18 AGUSTUS 2016


KESEHATAN

HALAMAN 20

>> LINGKUNGAN

Awas Amuk Angin Duduk Apakah Anda kerap mendengar arti angin duduk? Tentu ya, penyakit ini miliki bermacam asumsi di masyarakat kita.

| EDISI 178/TAHUN IV z 12 - 18 AGUSTUS 2016


HALAMAN 27

>> KESEHATAN

CHSEHAT.BLOGSPOT.CO.ID

ADA

yg beranggapan kalau angin duduk karena sebab terlalu banyak duduk di bawah (lantai), ada juga berasumsi kalau angin duduk menyerang lantaran angin yang terjerat di dalam badan. Yang jelas, masyarakat tahunya, masih angin yang bisa menyebabkan fatal untuk nyawa.

TANDA-TANDA ANGIN DUDUK Pada intinya, angin duduk adalah satu di antara permasalahan pada jantung yang karena sebab menyusutnya oksigen yang masuk dalam jantung, dan berkurangnya aliran darah pada badan. Umumnya untuk pasien bakal rasakan sesak pada ulu dada, nyeri, dan bahkan juga mati rasa saat diserang angin duduk. Bahkan juga lebih parahnya penyakit angin duduk dapat mengakibatkan kematian dengan cara mendadak apabila tidak selekasnya diakukan. Swarnadwipa, mencatat ada beberapa gejala yang di rasa waktu terserang penyakit angin duduk, salah satunya:

Nyeri pada dada, yang peluang dapat menebar ke lengan kiri, punggung, rahang, dan leher, sesak napas, badan merasa capek, mual, pusing, gelisah dan keluarkan keringat terlalu berlebih. Penyebabnya terjadinya Angin duduk umumnya berlangsung lantaran beragam, seperti kolesterol tinggi, mempunyai penyakit diabetes, hipertensi, stress, obesitas, merokok, kurang olahraga dan factor umur. Lalu, bagaimana langkah mengobatinya?

lah jaket tidak tipis serta hangat dan selimut tidak tipis agar badan keluarkan keringat dingin. Tunggulah hingga dapat buang angin.

Lalukukan langkah berikut: .Memoleskan minyak angin di bagian perut, pinggang, dada, dan sisi punggung si pasien angin duduk. Setelah itu tempelkan 2 botol yang diisi air hangat di bagian ulu hati atau dibagian perut depan tempat di mana angin duduk tidak dapat keluar. Sedang untuk botol yang di isi air hangat yang ke dua di letakkan pada telapak kaki. Posisi yang cocok yaitu dengan rebahan agar badan merasa santai.

yaitu dengan konsumsi obat Antiplatelet (sel pembeku darah) untuk melonggarkan sumbatan. Obat Antiplatelet yg paling murah dan paling gampang didapati yaitu Aspirin. Selain dapat menolong melonggarkan penyumbatan, aspirin berguna juga dan berperan untuk menangani nyeri yg berlangsung disebabkan angin duduk.

1

2. Seandainya angin di dalam badan selalu tidak ingin keluar juga, gunakan-

3. Jika langkah diatas belum dapat pulih, anda dapat konsumsi obat-obatan yang mempunyai kandungan nitroglycerin. Zat ini memiloiki manfaat mengendurkan pembuluh darah dan dapat turunkan desakan darah pada badan.

4. Langkah lain yg bisa dikerjakan

5

. Lantas bagaimanakah jika angin duduk belum dapat juga sembuh dengan 4 langkah di atas? Bila dengan cara di atas belum juga pulih, jadi cepatlah bawa ke dokter paling dekat untuk beroleh perlakuan selanjutnya.(men)

| EDISI 178/TAHUN IV z 12 - 18 AGUSTUS 2016


HALAMAN 28

>> KESEHATAN

MONGABAY

Makhluk Aneh di Laut Australia Laut adalah wilayah yang penuh misteri. Berbagai kehidupan di daerah berair ini belum bisa dijabarkan hingga kini. Salah satu contoh adalah sebuah ‘benda biologis” aneh dan mengejutkan yang ditemukan di pantai Bunbury, Australia Barat.

BEBERAPA

nelayan yang menemukan dan mengambil gambar benda tersebut, cukup bingung karena mereka belum pernah menemukan hal ini sebelumnya. Halus, licin, merah mudah, berdaging, tingginya dua meter, dan amat sangat bau. ‘Benda’ ini sulit sekali untuk diidentifikasi, awalnya. Mark Watkins, nelayan berusia 36 tahun, yang melihat benda itu memastikan bahwa dia tak pernah melihat sebelumnya. Awalnya, Mark berangga-

pan bahwa yang dilihatnya adalah alien, karena tampilannya yang aneh. Punggung yang sangat besar, mata di kepala kecil, dan menyembul di permukaan laut. Begitu didekati, bentuknya sangat menjijikkan, bau amis dan busuk menyengat. Nyatanya, semakin didekati, benda tersebut ternyata paus yang sudah mati. “Perutnya penuh gas, jadi menggelembung,” katanya kepada West Australian, sebagaimana ditulis

mongabay.com. Watkins kemudian mengambil sejumlah foto yang menunjukkan bangkai paus mati itu, sesaat sebelum meletus. Kulitnya sudah sangat meregang sehingga tampak semburat merah muda. Di sejumlah badannya, terdapat sejumlah luka gigitan. Dugaan muncul, satwa ini sudah mati lebih dari dua hari. Beberapa saat setelah Watkins meninggalkan bangkai paus tersebut, beberapa hiu memakannya dan perlahan bangkai paus tersebut mengempis. Isi perutnya pun bertebaran di lautan. Pada ahli meyakini bahwa paus tersebut adalah paus bungkuk atau shouthern right whale, salah satu jenis paus yang banyak ditemukan di perairan Australia barat.(men)

| EDISI 178/TAHUN IV z 12 - 18 AGUSTUS 2016


HALAMAN 29

>> BARU TAHU

MONGABAY

MONGABAY

| EDISI 178/TAHUN IV z 12 - 18 AGUSTUS 2016


HALAMAN 30

>> TEKNOLOGI

Cari Masjid dengan Pokemon Go Mahasiswa Jurusan Teknik Informatika Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya menciptakan aplikasi baru di handphone untuk membantu umat Muslim di kota itu untuk mencari masjid. Aplikasi bernama Go Go Masjid itu akan memudahkan untuk mencari tempat ibadah terdekat. Hampir mirip Pokemon Go. Namun, ini bukan untuk mencari monster.

RADARLAMPUNG.CO.ID

MAHASISWA

pencipta aplikasi itu adalah Wisnu Candi Abdi Kusumo. Aplikasi berlogo masjid dua dimensi itu berfungsi untuk mencari masjid di Kota Pahlawan dengan menggunakan teknologi augmented reality berbasis Android. Wisnu menjelaskan, aplikasi terse-

JENGPATROL.COM

but terintegrasi dengan internet, kompas, global positioning system (GPS), dan akselerometer pada smartphone Android. “Untuk saat ini, aplikasinya baru bisa digunakan di Android versi 5.0,� ujarnya seperti dirilis jpnn.com. Cara kerja aplikasi tersebut cukup mudah. Tinggal klik aplikasi Go Go Masjid dan arahkan kamera ke timur, barat, utara, atau selatan. Lalu, pilih lokasi masjid terdekat. Selanjutnya, di layar ponsel tertera data detail masjid. Mulai nama masjid, alamat, kota, kecamatan, nomor identitas (ID) masjid, dan topologi. Aplikasi tersebut masih butuh penyempurnaan. Sebab, saat ini aplikasi Go Go Masjid belum bisa di-download di PlayStore. Jumlah masjid yang ada di Go Go Masjid juga masih sedikit. Saat ini baru 238 masjid di Surabaya yang masuk dalam database. Padahal, ada 700 masjid di Surabaya.(men)

| EDISI 178/TAHUN IV z 12 - 18 AGUSTUS 2016


PUAN

Motivasi Baru Hijaber KOMUNITAS wanita berhijab bernama Hijaber United bersama portal www.diaryhijaber.com membuat satu hari khusus untuk para Hijaber di Indonesia. Kegiatan tersebut bertajuk Hari Hijaber Nasional.

| EDISI 178/TAHUN IV z 12 - 18 AGUSTUS 2016


HALAMAN 32

>> PUAN

ACARA

ini berlangsung selama dua hari yakni 7 dan 8 Agustus 2016 di Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta seperti yang ditulis jpnn.com. Hari Hijaber Nasional adalah hari apresiasi untuk para muslimah di Indonesia. Diharapkan Hari Hijaber Nasional ini menjadi motivasi baru untuk para Hijaber, sehingga ýbisa berkreasi secara positif dengan hijab yang mereka kenakan. Selain itu, Hari Hijaber Nasional diharapkan bisa menginspirasi muslimah untuk berhijab. Pendeklarasian Hari Hijaber Nasional jatuh pada Minggu (7/8) dan ditandatangani langsung oleh Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa yang dinilai sebagai tokoh inspirasi muslimah Indonesia. Pada acara pendeklarasian, juga dilaksanakan aksi seribu hijab, yang diberikan secara simbolis oleh Khofifah kepada perwakilan Diary Hijaber dan Hijaber United. Nantinya, hijab tersebut akan didistribusikan ke seluruh panti asuhan di Jakarta. Beragam acara mewarnai Hari Hijaber Nasional. Mulai dari bazar makanan, fashion, hingga lomba marawis. Acara Hari Hijaber Nasional juga akan diramaikan dengan kehadiran Dude Harlino dan Alyssa Soebandono.(men)

INTERNET

SIKUPU.WORDPRESS.COM

Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa (keempat kanan) didampingi Duta Hijab Alyssa Soebandono (kelima kanan) serta sejumlah anggota Komunitas wanita berhijab bernama Hijaber United menyapa anak-anak secara simbolis mencanangkan Hari Hijaber Nasional, di Masjid Agung Sunda Kelapa, Jakarta, Minggu (7/8/2016). | EDISI 178/TAHUN IV z 12 - 18 AGUSTUS 2016

ANTARANEWS.COM


OPINI

Menyemai Toleransi Munculnya konflik yang bernuansa suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) di Tanah Air akhir-akhir ini, mengindikasikan, bahwa “pohon toleransi” kian jarang tumbuh dalam alam kehidupan.

KALAU

pun tumbuh, akarnya tidak depan perbedaan tidak lagi sesuatu yang menghunjam ke dalam hati anak bangsa, asing dan mesti dimusuhi. dan daun-daunnya mudah rontok akibat Sebaliknya, menjadi lazim untuk hembusan isu-isu yang tidak signifikan. dirangkul serta didekati sebagai wujud harKeberadaan pohon toleransi inilah monisasi dalam heterogenitas. yang seharusnya banyak tumbuh dan Kedua, menanam benih-benih yang kokoh dalam kebun besar yang bernama berkualitas, yakni hadirnya kefahaman Indonesia. hidup dalam keberagaman. Kalau tidak, bumi Indonesia akan gerDi antaranya menghormati nilai-nilai sang dan mudah tersulut api perbantahan. yang dianut oleh mayoritas yang selama ini Apalagi Indonesia terdiri dari beragam hidup dalam masyarakat. suku,agama, ras dan setumpuk perbedaan Kefahaman ini juga hadir dalam laku Oleh lainnya. mayoritas untuk melindungi minoritas. Hal Untuk itu, menyemai dan menanam ini penting, agar benih-benih itu tumbuh Mahasiswa Program Doktor bibit-bibit toleransi agar tumbuh menjadi dalam alam kewajaran dan bukan paksaan. pohon yang kokoh menjadi pilihan mutlak. Sehingga mayoritas tidak melihat miUIN Suska Riau Sehingga nantinya bangsa ini dapat hidup noritas sebagai ancaman terhadap kehiduharmoni dalam keberagaman. pan mereka, malah memandang sebagai Menyemai dan menanam bibit toleransi bukanlah pekersaudara yang membuat warna-warni kehidupan mereka jaan mudah, oleh karena itu perlu usaha dan langkah-langkah menjadi indah. yang tepat, agar bibit itu tumbuh dengan baik dan benar-beSelama ini, kefahaman itu kurang hadir dalam laku nar menjadi pohon toleransi yang akarnya kuat dan daunnya alamiah kehidupan masyarakat. Minoritas dengan berblebat dalam melindungi dan menjaga keberagaman Indoneagai kelebihannya seperti penguasaan ekonomi dan kedesia. Usaha dan langkah tersebut antara lain. katannya dengan kekuasaan dipandang meremehkan dan Pertama, menyuburkan lahan dengan menanamkan kesamenjadi ancaman bagi mayoritas, demikian juga sebalikdaran, bahwa berbeda itu adalah sunnatullah atau hukum nya. alam. Alhasil, ketika ada celetukan kecil bisa menjadi ledaKita tidak bisa memilih lahir dari suku-suku tertentu, warkan besar akibat benih-benih itu tidak tumbuh dengan na kulit atau yang lain. Bahkan kita tidak bisa memilih dari rabaik. him siapa kita dilahirkan. Ketiga, menyiramnya dengan keadilan. Tidak tumbuAllah menyebutnya dalam Al-Qur’an surah Ar-rum ayat 23 hnya benih-benih toleransi sejatinya lebih banyak disebab“Dan dari tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah penciptaan selukan oleh ketidakdilan. ruh langit dan bumi, dan perbedaan bahasamu dan warna kuKetidakadilan itu bisa ekonomi, politik, sosial ataupun litmu. Sesungguhnya dalam yang demikian itu ada tanda-tanpemberitaan media. Selama ini penduduk tempatan atau da bagi mereka yang berilmu”. mayoritas (baca: Islam) tidak memiliki akses dan kran Artinya berbeda adalah karunia dan rahmat Tuhan yang ekonomi seperti minoritas. patut kita syukuri. Bila hal ini telah dimaknai dengan baik, ke Ditambah lagi dengan pemberitaan media yang tidak

SUHARDI

| EDISI 178/TAHUN IV z 12 - 18 AGUSTUS 2016


HALAMAN 34 berimbang dalam memberitakan yang berkaitan dengan mayoritas. Kalau sesuatu terjadi dengan minoritas, semua pihak mengutuk kejadian dan mem-blow-up berita besar-besaran. Namun bila menyangkut Islam, media seakan tidak memberlakukan sama, malah terkesan tidak bergairah untuk mengangkatnya. Pendek kata, ada ketidakadilan pemberitaan dan penanganan dalam kasus yang serupa. Keempat, memotong dahan-dahan yang mengancam pohon toleransi. Membiarkan tumbuhnya dahan-dahan intoleransi hanyalah akan menghambat tumbuh kembangnya pohon toleransi dengan baik. Seperti sikap-sikap arogan, prejudice terhadap orang lain yang berbeda dengan komunitasnya, terlebih lagi terkait dengan sensitivitas agama. Mungkin sebagian pihak memandang remeh sikap-sikap seperti itu, namun dalam masyarakat yang heterogen, apalagi dengan jurang ekonomi yang menganga lebar, akan melahirkan perasaan tidak senang dan berpotensi menjadi kumpulan dendam. Demikian juga dengan prilakuprilaku lain yang mengancam toleransi harus segera dipotong dan tidak dibiarkan berkembang hidup, agar ia tidak menjadi virus yang akan menggerogoti pohon toleransi umat. Kelima, menjaga dan merawat bersama pohon toleransi. Artinya kerjakerja menjaga dan merawat ini merupakan kerja seluruh elemen bangsa, terutama pemerintah. Kerja ini memerlukan panduan dan teladan jelas dari pemerintah. Hal ini harus tercermin dari seluruh kebijakannya.

>> OPINI

Jangan sampai pemerintah sebagai penjaga utama toleransi melakukan diskriminasi dalam bentang panjang kebijakannya. Seperti penegakkan hukum yang tidak adil dan transparan.

Jangan sampai pemerintah sebagai penjaga utama toleransi melakukan diskriminasi dalam bentang panjang kebijakannya. Seperti penegakkan hukum yang tidak adil dan transparan. Sejatinya, siapapun yang melakukan kesalahan semuanya diperlakukan sama di depan hukum (equality before the law ). Tidak ada perlakuan yang berbeda antara orang kaya atau orang dari etnisetnis tertentu dengan orang miksin, pejabat dengan rakyat. Sehingga keberadaan, keadilan pemerintah itu terasa dan kian terang dalam memagar pohon toleransi agar tumbuh subur dalam taman kehidupan masyarakat. Usaha-usaha di atas adalah sebagian kecil dari kerja-kerja menyemai toleransi. Langkah lain yang tak kalah pentingnya adalah menghargai dan menghidupkan kearifan lokal yang telah hidup lekat dengan kehidupan masya-

rakat dan selanjutnya dijadikan acuan dalam membangun pohon toleransi agar menjadi harmoni kehidupan. Seperti pepatah mengatakan, “ di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung�. Aturan dan kearifan lokal yang menjadi panutan masyarakat setempat harus dihormati. Artinya saling menghargai antara komunitas yang berbeda menjadi kunci penting dalam menumbuhsuburkan pohon-pohon toleransi dalam setiap jengkal kehidupan anak bangsa. Apalagi, perbedaan bukanlah halangan untuk menanam pohon toleransi dalam kehidupan kita. Malah, perbedaan itu menjadi amunisi untuk bersinergi dalam memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara. Bukankah para pendiri bangsa ini telah memberikan acuan dan teladan dalam mengelola kemajemukan ini, sebagaimana yang tertuang dalam semboyan kebangsaan kita, “Bhinneka Tunggal Ika�, walaupun kita berbedabeda suku, ras dan agama, namun hakikat kita tetap satu sebagai bangsa Indonesia. Semoga konflik yang terjadi akhirakhir ini mampu menyadarkan anak bangsa untuk kembali berlomba-lomba menyemai dan menanam pohon toleransi. Alhasil, akan lahir pohon-pohon toleransi yang akarnya menjunam dalam sanubari kebangsaan serta daun-daunya lebat melekat dalam melindungi anak bangsa dari panasnya mentari perbedaan. Dan akhirnya perbedaan benar-benar menjadi pelangi yang membuat langit Indonesia menjadi indah untuk dinikmati oleh seluruh anak bangsa. Wallahu’alam.***

| EDISI 178/TAHUN IV z 12 - 18 AGUSTUS 2016


SENI BUDAYA

Hari Puisi: Ke Puncak Pengakuan Peringatan Hari Puisi 2016 semarak di berbagai daerah, termasuk Riau. Puncaknya pada Oktober di Jakarta.

| EDISI 178/TAHUN IV z 12 - 18 AGUSTUS 2016


HALAMAN 36

>> SENI BUDAYA

22 NOVEMBER 2012 adalah pendeklarasian hari puisi. Sekitar 40 penyair seluruh Indonesia berkumpul di Riau. Mereka menyepakati: 26 Juli atau hari lahirnya Chairil Anwar sebagai Hari Puisi Indonesia. Hari itu pun dirayakan. Setiap tahun di berbagai daerah. Tak ketinggalan Riau sebagai saksi sejarah. Genap 4 tahun sudah. Hari yang diagungkan para pujangga Indonesia itu masih belum diakui negara. Mereka tak berhenti. Ingat mengingat, bahu membahu. Terus bergeliat dengan melakukan perayaan. Terus berbuat atas nama kesusasteraan. Terus bertarung demi lahirnya maha karya. Menjaga kebersamaan melalui kata. Menjunjung peradaban dengan kata. Puisi pengikat yang renggang, pemersatu yang berbeda. Riak-riak perayaan hari puisi tidak hanya di kota, tidak hanya di tanah Sumatera, tapi juga ke ceruk-ceruk kampung, di tanah Jawa, di tanah Sunda, dari Sabang hingga Papua. Layaknya hari-hari lain, puisi juga ingin diakui dengan harinya: Hari Puisi Indonesia.

MENJAGA “GONG” PUISI TETAP BERDENTANG Berbagai rangkaian yang telah diselenggarakan oleh Komunitas Seni Rumah Sunting (KSRS) dan komunitas serta lembaga seni lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa HPI yang telah dideklarasikan di Bumi Lancang Kuning ini patut untuk dirayakan . Ia menjadi penanda, menjadi pengingat kepada bangsa ini, bahwa puisi sesunguhnnya bukanlah semata kata-kata indah yang dibalut metafora. Tetapi dalam bentangan waktu perjalanannya, puisi juga memberikan sumbangsih kepada bangsa. Sebagaimana yang telah dipaparkan oleh Kritikus Sastra Indonesia, Maman S Mahayana bahwa siapa yang berkhianat pada puisi maka ia juga berkhianat kepada para leluhur. “Jadi, jangan pernah berkhianat pada puisi karena Indonesia ini ada, bermula dari puisi yaitu Sumpah Pemuda. Begitu pentingnya posisi puisi bagi bangsa ini, puisi sesungguhnya sudah menyelusup

SAGANGONLINE.COM

dalam kehidupan sehari-hari. Para leluhur bangsa ini sudah menempatkan puisi sejak awal menjadi bagian dari awal terbentuknya Indonesia. Makanya, di beberapa negara besar, Hari Puisi dirayakan sudah sejak lama karena mereka sadar, roh kebudayaan itu berada pada puisi,” ujar Maman S Mahayana. Bahkan menurutnya, perkara patriotisme dalam puisi Indonesia sesungguhnya punya sejarah panjang. Syairsyair ygn ditulis para ulama Nusantara, puisi-puisi para penyair perintis dan para penyair Pujangga Baru, puisi-puisi zaman Jepang dan Angkatan 45, hingga para penyair hari ini dengan nama yang berderet panjang adalah ekspresi kepedulian mereka atas bangsa dan negara ini. “Jadi puisi, berfungsi dalam hal atau perkara menanamkan nilai-nilai, enyentuh kepekaan hati nurani dan coba membangun spritualitas dan kesadaran dalam memandang problem manusia dan kemanusian,” ujarnya. Demikian juga yang disampaikan oleh penyair asal Singapura, Anie Din. Katanya bagaimana mungkin bisa disangkal bahwa puisi itu sebagai penghalus akal budi karena baginya, puisi itu

ibarat makanan, pakaian, kebutuhan. Setiap peristiwa dalam kehidupan ini adalah puisi yang selalu dibutuhkan oleh manusia, terutama yang mampu untuk “membaca”. Ianya merangkum semua isi hidup dan kehidupan ini. Sementara itu, selaku penggagas HPI, Rida K Liamsi menyebutkan pelaksanaan HPI tahun ke empat sudah menunjukkan bahwa semangat puisi itu hidup dan berkembang terutama di Riau. Semuanya berkat panitia pelaksana yang setia menjaga semangat puisi itu dari tahun ke tahun sejak dideklarasikan 2012 lalu. “Deklarasi itu dilaksanakan di Pekanbaru-Riau. Untuk itulah kita yang harus menjaga semangat hari puisi itu, terutama saya harapkan kepada anakanak muda,” ujar budayawan Riau itu. Di tingkat Nasional, bersama dengan penyair Indonesia lainnya, juga sudah menyiapkan struktur untuk tetap menjaga perayaan HPI, yakni dengan mendirikan Yayasan Hari Puisi. Dan kata Rida, yayasan inilah yang akan tetap menjaga dan menaja kegiatankegiatan sebagai simbol “gong” dari HPI tersebut.(Jefrizal)

| EDISI 178/TAHUN IV z 12 - 18 AGUSTUS 2016


HALAMAN 37

>> SASTRA

Aryo dan Novel Pertamanya TIDAK

keluar rumah selama 40 hari, Suharyoto Sastro Suwignyo mampu menyelesaikan satu novel yang sudah diluncurkan. Suharyoto Sastro Suwignyo lebih dikenal dengan seniman metateater. Di kalangan seniman dan budayawan, pria berambut panjang ini tidaklah asing lagi. Seorang pria kelahiran 6 Oktober 1967 ini, biasa dipanggil Aryo. Kiprahnya di dunia seni, tentu tidak diragukan lagi, mulai dari dunia teater, sastra dan lainnya. Pementasan teater dan pembacaan puisi, telah pula dilakukannya di berbagai tempat. Jalan yang dilaluinya dalam proses berkesenian sejak lama itu, tidak pula mulus tanpa hambatan dan rintangan. Dulu pernah membacakan puisi di bus-bus kota, dan juga ceruk kampung, bahkan juga pernah berurusan dengan pihak keamanan. Rabu malam, (3/8), bertempat di sebuah kafe DK Jazz & Coffee di Jalan Pembangunan, Aryo menggelar peluncuran buku novel pertamanya yang diberi judul Metanusantara. Sebuah novel yang merupakan hasil dari pemikirannya, yang dituangkan ke dalam sebuah karya fiksi dengan ketebalan 448 halaman. Dihadiri para seniman, pelaku seni, aktivitis lingkungan dan juga mahasiswa. Helat malam itu digelar dengan berbagai rangkaian acara. Ditengkahi rintik hujan malam itu, helat semula yang digelar di halaman depan kafe, terpaksa dipindahkan ke dalam ruangan yang telah disediakan. Namun demikian, rangkaian acara yang telah disusun tetap dapat dijalankan sampai selesai. Bahkan tampaknya, para hadirin yang datang, tidak menghiraukan tetes demi tetes hujan malam itu. Seolah-olah, hujan juga menjadi tamu yang turut mewarnai acara peluncuran novel karya Aryo.

SAGANGONLINE.COM

Suharyoto Sastro Suwignyo Ketua Umum Dewan Kesenian Riau (DKR), Kazzaini Ks yang turut hadir malam itu mengatakan, hadirnya buku novel karya Aryo di tangan pembaca tentu menambah lengkapnya karya-karya penulis Riau. Melalui pembacaan singkatnya terhadap karya novel Metanusantara dan juga dari hasil pembacaan penggal cerita oleh tamu undangan di acara peluncuran itu, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa novel ini berbicara pada tataran dan cakupan yang sangat luas. Semula diakuinya, Aryo tentulah akan menulis cerita yang tidak jauh dari latar belakang budayanya, namun kemudian berdasarkan pembacaan singkat, justru karya Aryo melebihi semua yang ditafsir sejak awal. Karya novel yang disebutnya bergenre absurd itu bicara lintas dimensi. “Cerita di dalamnya tentu menjadi kuat karena Aryo adalah juga seorang yang bergerak di bidang kebudayaan.

Di dalamnya juga terkandung ceritacerita pewayangan, peristiwa ditenggelamkannya puluhan desa di Kampar. Makanya, cerita di dalamnya menjadi kuat karena pemahaman penulis terhadap latar belakang budaya yang diketahui dan dikuasainya. Kehadiran novel ini, membuka dan menambah pengayaan baru sastra di Riau. Meskipun beberapa penulis kita, sudah melakukan itu dengan latar yang berbeda, “ ujar Kazzaini yang merupakan orang pertama yang membeli novel Metanusantara tersebut. Novel itu sendiri, diakui Aryo terinspirasi oleh banyaknya konflik di dunia dengan masa penulisan hanya selama 40 hari. Dia tidak keluar rumah, bertungkus-lumus menyelesaikan karyanya, menuangkan gagasan, memotret peristiwa demi peristiwa yang pernah terekam di kepalanya. Dan karya ini lahir didampingi sang istri, anak, serta dua orang muridnya.(Jefrizal)

| EDISI 178/TAHUN IV z 12 - 18 AGUSTUS 2016


HALAMAN 38

>> TEATER

Sijangkang: Bersimbah Informasi Purba dari Pementasan Untuk kesekiankalinya, Sijangkang dipentaskan. Kali ini di Taman Budaya Solo, Jawa Tengah. Apa tanggapan orang Jawa tentang kisah Sumatera ini?

PANGGUNG

gelap. Pembawa acara baru saja membacakan sinopsis cerita dan mengucap “selamat menyaksikan”. Hening dan gelap mengakap. Perlahan namun pasti bunyi calempong berdenting-denting yang sesekali ditingkahi suara gong. Sesaat kemudian, seorang biduan mulai beraksi. Melantunkan gumaman sebagai pembuka kisah. Kembali hening. Denting bunyi triangle mengiring sorot cahaya biru ke tengah-tengah panggung. Tampak sepasang penari dengan kostum serba putih bergerak lambat. Seperti membentuk stupa pada puncak candi. Gerak yang lambat diiringi bunyi triangle itu semakin menambah keheningan suasana. Hanya sesaat, sepasang penari lenyap dalam kegelapan. Cahaya terang mencurah di bagian paling depan panggung. Seseorang tampak berjalan tergesa-gesa. Hilirmudik. Lalu-lalang dan mengamati suasana disekitarnya diiringi bunyi cello dan sampelong. Hening. Seseorang yang memakai kostum ala biksu berwarna orangle mengambil nafas panjang. Ia mulai membuka kisah, diawali atas keresahan dan kegalauan hatinya yang tak kunjung selesai. Ia memperkenalkan diri. Menyebut namanya dengan Pandak Longan atau Jang Andak. Ia katakan sedang mencari seorang sahabat lamanya dan meminta tolong kepada semua orang (penonton) yang hadir malam itu. Jang Andak

RANGGIRIAUPOS.COM

bertambah kecewa sebab perjalanannya mengelilingi Asia Tenggara dan terakhir singgah di Swarnadwipa (Sumatera) juga tidak membuahi hasil. Sahabat yang dicarinya kemana-mana itu tak dikenali sama sekali. Sahabat Jang Andak itu bernama I-Tsing atau Yi-Jing. Seorang pengelana, pendeta Budha yang dipercaya sebagai orang yang mengungkap tabir tentang sejarah Sriwijaya yang berpusat di Pulau Sumatera. Karena tak mendapatkan jawaban, Jang Andak-pun beristirahat di sebuah

gundukan dan terlelap. Hanya beberapa detik saja, terdengar suara orang memanggil-manggil nama temannya. “Yahrus, ayolah. Candi Muaratakus sudah dekat. Kita harus segera mencapainya”. Dua pemuda, masuk ke tengah-tengah panggung. Mereka terlihat lelah sekali. Dua pemuda itu adalah dua sahabat bernama Yahrus dan Mair. Mereka sedang menelusuri sejarah nenek moyang mereka ke Onah Koto Sijangkang. Bukannya langsung bergegas mencapai tujuannya, kedua orang itu malah

| EDISI 178/TAHUN IV z 12 - 18 AGUSTUS 2016


HALAMAN 39

>> TEATER terlibat dalam selisih paham yang tak berujung. Perbedaan pendapat itu dimulai oleh Yahrus, seorang indigo yang mengaku menyaksikan tokoh-tokoh masa lalu hadir dihadapan mereka seperti sedang menonton bioskop. “Percayalah Mair aku melihat Puti Ombun, Puti Bungsu, Puti Hindu Dunia, Datu Matangkui, Datu Rajo Mulyo, Datu Majo Bosau, dan Datu Bandaro Putiah. Mereka berada di atas Pancalang dan kapal purba (Pancalang, red) itu berhenti di pucuk bukit”. Mair yang tidak bisa menyaksikan ucapan sahabatnya tentu saja ketakutan, dan sesekali marah karena baginya Yahrus mulai meracau atau bahkan sedang dimasuki Jembalang. Karena perdebatan tentang masalalu, Yahrus dengan versi penampakan gaib, dan Mair melalui bacaan-bacaan di buku-buku, membuat keduanya keletihan dan Mair terlelap di tepi jalan kampung yang sedang mereka tuju. Yahrus terus masuk kedua dalam (gaib) dan menyaksikan Puti Ombun dan Puti Bungsu. Cahaya di bagian depan, tempat Mair dan Yahrus beristirahat redup, berganti dengan cahaya biru menyorot sebuah singgasana di bagian tengah panggung, paling belakang. Di atas singgasana yang didominasi warna hitam dan putih itu, terlihat seseorang duduk. Anggun dan mempesona. Tak lama, seorang perempuan masuk ke tengah-tengah panggung dan memberi penghormatan kepada perempuan yang duduk di singgasana. Sebuah penghormatan yang tidak biasa, hormat kepada seorang ibu, Puti Ombun. Puti Ombun, dianggap dalam mitologi Kedatuan Mutakui atau lebih dikenal dengan sebutan Muaratakus, sebagai perempuan mulai lagi sakti. Seorang perempuan yang menjadi panutan sekaligus pemilik tanah atau negeri. Puti Ombun memanggil anaknya yang bernama Puti Bungsu untuk diberi petuah serta nasihat. Dalam karya kali ini, Fedli Azis, penulis naskah sekaligus sutradara menggunakan bahasa lama, petatah-petitih Mutakui. Bahasa tambo yang belum ditulis sama sekali.

“Anakku Puti Bungsu, nan mano Mutakui tu? Sipisak sipisau anyuik, sialang balantak bosi, duyan ditakuok rajo, buayo putioh daguok”. Kalimat penutup yang terasa magis dan menggetarkan itu menandai akhir dari adegan Puti Ombun yang bermonolog ria kepada anaknya Puti Bungsu. Yahrus tak berkedip sama sekali, sedang Mair mendengkur dan tak sadarkan diri. Ia benar-benar terlelap dalam mimpi tak berkesudahan. Saat kedua puti itu menghilang dalam kegelapan terdengar suara tawa beberapa orang lelaki. Bagian tengah panggung arena itu terang benderang. Tiga orang lelaki masuk dengan gembira dan langsung memperagakan gerakan-gerakan silat tuo ala Mutakui. Saat mereka asyik bermain gerak, masuk seseorang lelaki yang menggunakan kostum serba hitam. Di tangan kanannya terselip sebuah ruyung (tongkat komando). Lalu, keempat orang itu dikenal sebagai Datu Matangkui, Datu Bandaro Putioh, Datu Rajo Mulyo, dan Datu Majo Bosau terlibat pembicaraan serius. Masih menggunakan bahasa tambo Mutakui, yang tentu saja sulit dipahami audiens di Kota Solo, kecuali audiens asal Sumatera, terutama Riau. Adegan demi adegan berlangsung khidmat. Tak ada konflik sama sekali. Semua tokoh masa lalu menuturkan kehadiran manusia pertama di Pulau Sumatera, tepatnya di Onah Koto Sijangkang. Sedang tokoh-tokoh hari ini seperti Mair dan Yahrus serius menyaksikan adegan-adegan itu berlangsung. Sedang Jang Andak, si tokoh lintas zaman bersukacita sebab ia mendapatkan informasi yang jauh lebih purba ketimbang bertemu sahabatnya I-Tsing yang dipercaya belajar di Pulau Swarnabhumi (Sumatera) ini pada abad ke-7 masehi. Kisah yang berjudul “Sijangkang” (Negara yang Hilang) persembahan Lembaga Teater Selembayung dan Taman Budaya Riau ini menuturkan mitologi yang terbilang baru di telinga orang-orang beberapa abad terakhir ini. Meski kisah purba itu tetap lengket dalam ingatan kolektif para datukdatuk adat dan para siompu (puti) hingga hari ini, namun jauh dari kajian para

penyuka sejarah, budaya, adat, apalagi pakar berbagai disiplin ilmu, termasuk pakar sejarah. “Dalam karya ini, kami lebih mengandalkan nuansa, rasa, dan cerita. Kenapa? Karena ingin berbagi informasi tentang mitologi, jika tak kuasa disebut sejarah kehadapan publik yang lebih luas. Kami tak ingin informasi ini hanya jadi milik kalangan adat di Muaratakus sebab ini kekayaan Nusantara I (Asia Tenggara) dan II (Indonesia). Kisah ini untuk mengingatkan manusia-manusia, terutama pemimpin Republik Indonesia yang terlalu mudah melupakan masa lalunya,” ujar Fedli Azis usai pementasan, Sabtu (29/7) di Teater Arena Taman Solo. Salah seorang seniman Kota Solo, Masturah, menjelaskan, pementasan dari hasil riset yang mendalam, terutama tentang sejarah atau mitologi, hari ini jarang sekali ditampilkan grup-grup teater di Indonesia. “Saya kira ini pertunjukan yang menarik. Teater Selembayung menghidupkan realis masa lampau dengan baik dalam keheningan yang menyenangkan,” ulasnya. Sementara itu, Kepala UPT Museum dan Taman Budaya Riau Sri Mekka menyambut gembira dan mengaku banyak dapat pelajaran dari karya itu. “Kalau mau dapat pelajaran berharga, rugi jika tidak menonton karya Sijangkang persembahan Teater Selembayung ini,” ujarnya meyakinkan. Di akhir pertunjukan, Fedli Azis mengilustrasikan bahwa kisah “Sijangkang” bersumber dari Ongku Imi (salah satu ahli waris Kedatuan Mutakui), Syahru Ramadhan dan Amirullah (pengurus Yayasan Matankari) yang konsen menggali tentang Muaratakus. Sebuah yayasan milik penguasa Andiko 44 Ninik Datuk Rajo Dubalai. Di samping melakukan riset, dan bertemu para datuk-datuk adat di Muaratakus, Fedli juga mendiskusikan karyanya dengan para para praktisi tari seperti Cak Yayak, seni rupa Yudi YS, kostum dan make up Sunardi, musik Fabri Hengki, dan naskah drama Rina NE. “Saya gembira, aktor-aktor, penari, pemusik, dan lainnya tampil santai dan hasilnya maksimal,” kata Fedli. (Jefrizal)

| EDISI 178/TAHUN IV z 12 - 18 AGUSTUS 2016


HALAMAN 40

>> SENGGANG

Masihkah Anda Bangga Menjadi Penyair? KETIKA pertanyaan semacam itu diajukan kepada para penyair hari ini, saya menduga, hampir semua penyair akan menjawab: masih bangga. Asumsinya, terlebih karena sejak semula, begitu para penyair mulai memasuki dunia puisi, ia secara sadar dan percaya bahwa dunia puisi dapat membangun eksistensi dirinya.

TAPI

Dengan penerbit musiman, atau penerbit , apa sesungguhnya yang membuat besar. Ia merasa bangga bisa turut serta penyair bangga? Kalau dilihat aspek dalam sebuah antologi bersama, meski tak ekonomi, secara pragmatis puisi tidak mengjarang harus membayar. hasilkan. Dilihat aspek sosial, sebetulnya Ia merasa bangga juga ketika puisinya masyarakat tidak kagum-kagum amat pada memenangkan sebuah lomba—dengan para penyair dibanding dengan profesi lain, hadiah besar, atau hanya sertifikat. Bahkan, bahkan dengan genre sastra yang lain. Para kecenderungan mutakhir, untuk sebuah calon mertua, masih berpikir duabelas kali lomba yang mensyaratkan biaya tertentu kekalau hendak “menyerahkan” anaknya kepapada pesertanya. Bangga meletakkan sertida penyair. fikat menang lomba itu di dinding rumahLalu apa? Dalam analisis sederhana saya, nya. beberapa faktor berikut ini agaknya dapat Para penyair akan bangga ketika ia menunjukkan kapan seorang penyair meramengetahui bahwa puisi-puisinya dibaca sa bangga. Misalnya, ia bangga ketika puisoleh publik, misalnya melalui sebuah diskuinya dimuat di media massa —soal honor MARHALIM ZAINI si puisi, atau oleh sebuah telaah di media masih tentatif. Di media cetak, maupun onmassa. Ia akan bertambah bangga diberi kata pengantar line. Media lama, atau baru. Ia bangga, nama dan fotonya dalam buku puisinya oleh para kritikus. Bangga diberi testiterpampang. Ia bangga puisinya tersebar, entah dibaca atau moni oleh para sahabatnya. Merasa bangga pula bila puistidak oleh publik. inya dikaji oleh para mahasiswa. Merasa bangga ketika ia diundang dalam sebuah perIa pun akan bangga ketika ia temukan buku puisinya ayaan sastra (lokal, nasional, apalagi internasional)—baik terselip di rak-rak sebuah toko buku—dengan harga standar dengan dibiayai panitia atau dengan biaya sendiri. Bangga atau obral. Ia juga bangga bisa memberikan buku puisinya bisa bertemu dengan para penyair lain dalam iven tersebut, itu kepada para sastrawan senior atau kritikus. Ia akan bangmembicarakan puisi atau tidak membicarakannya sama ga jika buku puisinya itu ada di rak-rak perpustakan sekolah, sekali. Bangga bisa baca puisi di iven itu. Bangga bisa menkampus, dan umum. dengarkan tepuk tangan para penonton. Dan pada kesempatan lain, penyair akan bangga menIa bangga ketika dapat tampil membacakan puisinya di jadikan buku puisinya sebagai mahar pernikahan— depan publik—baik terbatas, apalagi ramai. Ia merasa bangmeskipun pihak istri tidak (sepenuhnya) merasa bangga. ga, ketika ia tampil di panggung dan disaksikan oleh kekasihMerasa bangga puisinya tentang cinta dan perkawinan tertnya, atau calon mertuanya, atau para pejabat di daerahnya, era dalam surat udangan, berdampingan dengan kutipan atau hanya disaksikan oleh para penyair yang lain. Ia pun ayat suci tentang rumahtangga yang sakinah. akan bangga pembacaan puisinya tersiar di internet. Di antara berbagai jenis kebanggaan itu, adakah yang Ia pun bangga, ketika buku puisinya terbit—baik secara lebih membanggakan bagi seorang penyair, dibanding puistunggal maupun kolektif, 10 eksemplar atau ribuan ekseminya yang kelak dapat hidup lebih panjang dari usianya?*** plar, biaya sendiri atau patungan. Pakai ISBN atau tidak.

| EDISI 178/TAHUN IV z 12 - 18 AGUSTUS 2016


HALAMAN 41

>> RESENSI BUKU

Podium Jusuf Kalla Buku yang berisi pidatopidato Jusuf Kalla ini memperlihatkan “siapa” dia sebenarnya.

MUHAMMAD

Jusuf Kalla, nama yang tidak asing lagi di telinga kita. Setelah sebelumnya putra Bugis ini menjadi wakil presiden di era kabinet Indonesia Bersatu jilid satu mendampingi presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), pada 2014 lalu kembali ia mendapatkan mandat rakyat juga sebagai wakil presiden mendampingi Joko Widodo. Sebagaimana lazimnya para pejabat tinggi negara yang menyampaikan pidato dan arahannya di berbagai forum pertemuan atau peresmian, maka demikian jugalah di antara agenda yang dilakukan JK (sapaan akrabnya) di sela-sela kesibukan lainnya. Pengalamannya yang telah lama malang-melintang di dunia usaha dan birokrasi membuatnya tidak terlalu kaku dalam menyampaikan ide, gagasan dan pemikiran di berbagai forum tersebut. Buku yang berjudul Satu Digit ini merekam itu semua. Namun untuk kerunutan tema dan bahasannya maka editor Husain Abdullah secara umum membaginya menjadi tiga bagian; Ekonomi dan Pembangunan, Politik dan Hukum, dan Sosial Kemasyarakatan. Kumpulan pidato JK yang berjumlah 74 judul ini adalah rentang tahun 2014-2015, atau merupakan 2 tahun awal pemerintahan kabinet Kerja Jokowi-JK. “Tahun pertama pemerintahan periode 2014-2019 ini boleh disebut sebagai masa-masa perencanaan dan pelaksanaan program-program kerakyatan,” demikian tulisnya dalam sambutan buku ini Gambaran tentang JK yang terkenal dengan kecepatan cara berpikirnya

dalam mencarikan jalan keluar dari setiap persoalan yang dihadapi bangsa ini terlihat dengan gamblang dalam setiap pidato dan arahannya di dalam buku ini. “Tidak usah berpikir panjang. Coba tunjukkan proyek listrik yang rugi? Tidak ada. Karena itu kita atur seperti itu. Lambat memang, tapi sekarang kita atur dengan sistem yang lebih mudah dengan prioritas utama perluasan supaya jangan ada lagi masalah perizinan, masalah tanah, masalah lingkungan. Itu penting,” ujarnya dalam pidato yang disampaikannya pada pembukaan pameran dan konferensi Indonesia Infrastructure week 2014 di JCC. (hlm 18). Lihat lagi pidatonya pada penga-

nugerahan gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Syah Kuala Banda Aceh pada November 2015 yang lalu. Ia berbicara tentang perdamaian yang harus diletakkan di atas segalanya, termasuk ongkos besar yang harus dikeluarkan. “Menciptakan damai adalah prioritas utama dan kewajiban kita semua, tidak peduli betapa sulitnya persoalan, betapa besarnya tantangan, dan betapa besarnya biaya yang harus dikeluarkan. Ini semua layak diperjuangakan karena damai itu indah dan damai itu kebutuhan dan sifat dasar manusia.” (hlm 199). Tapi walaupun tegas dan cepat dalam bertindak, sisi keriangan dan humor tetap saja melekat pada JK dalam banyak kesempatan pidatonya yang tentu saja mengundang tawa. Suatu waktu dalam sebuah pertemuan dengan para pengusaha di Amerika, dia ditanya tentang tingkat pendidikan di Indonesia, “Saya bilang, pendidikan di Indonesia, alumni SD saja bisa jadi presiden di Amerika, apalagi kalau tamat universitas di Indonesia, tentu lebih hebat lagi. Obama cuma tamat SD bisa jadi presiden di sini. Tidak ada alumni Amerika yang jadi presiden di Indonesia.” (hlm 367). Di samping sebagai kumpulan pidato yang menyatukan gagasan-gagasan JK, buku ini juga diperuntukkan bagi ulang tahunnya ke-74 pada Mei 2016 lalu. Selamat membaca.***

| EDISI 178/TAHUN IV z 12 - 18 AGUSTUS 2016

Wamdi Jihadi, bergiat di Gerakan Riau membaca (GRM).


HALAMAN 42

>> A R T I S

KIMBERLY RYDER

Kuliah di Negara sang Ayah Untuk menambah wawasan dan kemampuan akting, Kimberly Ryder akan mengambil kuliah S-2 di Inggris. Mengapa harus di sana?

INGGRIS

akan menjadi tujuan Kimberly Ryder. Syuting film baru? Tidak. Artis jelita yang film terbarunya, Winter in Tokyo, baru dirilis ini, akan melanjutkan kuliah. Tidak main-main, dia akan kuliah S-2 di negeri ayahnya itu. Menarik. Jika sebagian artis seolah tak peduli pendidikan dan mengejar karir, maka Kimberly malah sebaliknya dengan berniat untuk kuliah S-2. Banyak mahasiswa Indonesia harus tinggal jauh dari orang tua ketika kuliah ke luar negeri. Namun karena Kimberly merupakan salah satu artis Indo yang memiliki garis keturunan Inggris, Makassar, Minang, hal itu pun mempermudah langkahnya kuliah. “Tinggal sama papa sih, jadi ada papa (Nigel Ryder, red) di sana (Inggris, red). Jadi papa yang nolong, jadi agak cheating, di sini mama (Irvine, red) yang tolong, di sana papa,” ujar Kimberly Ryder di XXI Blok M Square, Jakarta Selatan, seperti dilansir kapanlagi.com, Senin (8/8/2016) lalu. Kimberly sebelumnya mengungkap bahwa tujuannya bukan mengejar karir. Menjalani pendidikan ke jenjang lebih tinggi bisa menjadi cara untuknya bisa lebih baik lagi dalam menjalani hidup. “Aku bukan pengen jadi seleb atau artis, itu nggak penting buat aku. Semoga aktingnya bisa diakui. Mungkin aku masih kurang, akannya mau sekolah lagi. Belajar lagi biar bisa lebih fokus sama aktingnya, karakternya,” tu-

INTERNET

turnya. Jika banyak artis hanya menjalani hari demi hari di lokasi syuting untuk mendapatkan uang, Kimberly memiliki tujuan berbeda. Baginya yang paling penting adalah bisa menyalurkan bakat. “Passion yang lebih, di sini kan banyak yang mikirin uang, keartisannya, tapi kalau di sana sih lebih ke art, seni-

mannya sendiri. Lebih dapat aja passion dalam berakting,” tandasnya. Artis yang dianggap sebagai the next Luna Maya ini berharap dengan kuliah lagi, selain bertambah kemampuan aktingnya, juga untuk menambah isi otak. Namun, dia belum menjelaskan akan mengambil kuliah apa di Inggris nantinya. (hbk/kpl/berbagai sumber)

| EDISI | EDISI178/TAHUN 174/TAHUNIV IVzz1216- 18 - 23AGUSTUS JUNI 2016 2016


HALAMAN 43

>> F I L M

YOUNG ONES

Intervensi Memori; Teringat Genosida ‘65 Oleh HALIM BAHRIZ “Aku tak pernah melihat tanah ini ketika masih subur. Ayahku pernah. Dia bekerja sebelum kekeringan melanda. Dia sering membicarakannya. Dia sering bercerita tentang gandum yang subur, dan ... harga diri. Dia selalu percaya pada tanah itu. Meskipun perebutan air telah memisahkan negara, kota, dan tetangga. Banyak orang-orang yang pergi. Tapi Ayah punya alasan untuk tinggal.” Deret monolog itu adalah kesedihan yang tetap basah di hadapan kampung halaman Jerome yang gersang; kayu kerontang, semak yang pudar dan lapar, batu-batu, angin dan debu—semua menjelaskan bahwa masalalu dan apa yang dipercaya Sang Ayah telah berpindah kepadanya. Jerome mewarisi gelagat hasrat purba, atau sisi lain yang sesungguhnya alami dari manusia. Sejenis haus, orgasme, kekerabatan, ketaksetiaan, kesetiaan, dan hal setipe lainnya. Tubuh Jerome mengemban sebuah kewajaran balas dendam. Adegan dimulai dengan dua lelaki yang kepergok hendak mencuri air. Salah seorang berdalih ingin kencing belaka saat temannya ambruk sebab dadanya tertembus peluru. Tak lama, ia menyusul; setelah kencing yang tak direncanakannya mengucur di kain celana. Percakapan tak mengubah adegan pembunuhan itu jadi diskusi. Ernest Holm, Ayah Jerome, menembak keduanya. Sepasang tokoh yang muncul selama 1 menit 82 detik untuk sepasang maut yang murah, tanpa motif pencurian yang turut diceritakan. Tentu tak adil. Tetapi begitulah film dibuat. Ernest, tetaplah tergambar sebagai sosok yang pantas menyandang gelar protagonis pada sepanjang fragmen perta-

INTERNET

| EDISI 178/TAHUN IV z 12 - 18 AGUSTUS 2016


HALAMAN 44

>> F I L M

INTERNET

ma Young Ones (2014). Di sebuah scene, Ernest menembak mati keledai yang telah remuk kakinya. “Mobil bisnis” itu tiba-tiba terjungkal; botol-botol bergelimpangan, lantas ringan saja sebutir pelor memindah maut pada lehernya. Jerome, yang terkesan datar saat menyaksikan lelaki mampus terkencing-kencing, terduduk dan tampak shock. Pembunuhan terjadi dengan mudah ketika alam, atau situasi sosial, seolah memberikan restunya; dan tak lagi bisa menodai protagonisme sang tokoh utama. Sebagaimana kepemilikan —pula rasa bersalah— yang selalu mampu membangkitkan sadomasokisme dalam pertalian amok dan kehilangan. Satu-satunya anak lelaki di keluarga Holm itu terisak. Tetapi kepada apakah tangisnya tertuju, tidaklah pasti; untuk keledai yang dijerumuskannya pada moncong senapan Ernest, atau sebab kegagalan menjadi lelaki dalam definisi ayahnya. Jerome tinggal bersama saudara perempuannya; Mary —yang Ernest kurung di rumah dan kerap dipakai mata penonton untuk menyempitkan dystopia menjadi kelumpuhan feminis-

tik dalam kegagahan patriarki. Tips yang agaknya sudah kuno —dan rapuh—u ntuk membaca kekerasan. Meski Ibu mereka dijadikan pesakitan permanen di rumah sakit, tetapi pada scene lain, juga hadir sosok Anna, yang tampil sebagai perempuan yang jauh lebih mahir mengakali operasi para pelintas perbatasan ketimbang Jerome. Dalam film ini, dominasi gender cuma situasi. Bukan problem yang hendak dibidik. Suatu ketika, di sebuah gelaran lelang, Ernest memenangi robot-gerobak milik Sam Lever, ayah Flem, untuk mengganti kerja keledai yang telah dibunuhnya. Flem amat menginginkan mesin itu untuk menjalankan bisnis yang sama: menyuplai minuman bagi pekerja proyek irigasi. Bisnis yang dimanfaatkan Ernest untuk menekan Calep (pimpinan proyek), agar ia mau mengubah arah aliran ke ladangnya. Flem terobsesi menguasai tanah yang hilang itu. Mary mencintai Flem; dan Ernest menentang cinta mereka. Suatu pagi, robot milik Ernest menghilang dari garasi. Ia yakin, Flemlah pencurinya. Kemarahan Ernest

mengeras saat tahu, kekasih Mary itu telah mengacaukan misinya dan membuat salah paham; ketika diam-diam ia menelusuri keberadaan mesin itu di lokasi proyek, sebegam genggam berdebam pada bibir Ernest. Segera dicarinya wajah Flemming dengan moncong senapan. Ia papah Flem dengan ancaman maut dari balik punggung, tangan dan kakinya dijerat; untuk menemui Calep dan menjelaskan duduk perkara. Si robot-gerobak mengikuti mereka. Di tengah perjalanan, Flem membunuh Ernest dengan selemparan batu. Tak sengaja. Tetapi juga tidak menyesal. Flemming menikahi Mary selepas peristiwa yang rahasia tersebut. Kematian Ernest membuat Jerome terpukul dan suka melamun. Sang kakak ipar barunya menasihati si lelaki kecil yang batal menjadi penerus keluarga Holm itu, “Rasa bersalah adalah cara orang malas memahami kekacauan.” ujarnya. Dengan enteng. Rekayasa dibuat ; dan Jerome melampiaskan kemarahannya pada robot-gerobak. Flem mengikat jasad Ernest dan mesin itu menyeretnya sampai lokasi proyek. Cerita bahwa telah

| EDISI 178/TAHUN IV z 12 - 18 AGUSTUS 2016


HALAMAN 45

>> F I L M terjadi trouble membuat si keledai-baja dipersalahkan. Berakhirnya perseteruan antara Calep dan Ernest mempercepat kembalinya air —tentu, berkat kemahiran akal bulus Flem; ladangladang keluarga Holm yang diwarisi Flem segera basah, gandum segera tumbuh, dan “otoritas formal” kembali hadir. Petugas bank tiba-tiba datang; hendak mengambil-alih lahan yang telah hijau. Ernest meninggalkan hutang yang membuat tanahnya wajar dirampas. Flem, dengan akalnya yang cekatan segera berniat menjual bayi temannya —tanpa menyadari bahwa dirinya telah mencongkel pandora untuk membongkar kejahatannya sendiri. Kesalahan Flem (atau bagian yang janggal dari film ini), kenapa ia membawa serta robot-gerobak itu ke lokasi pardagangan bayi. Dalam adegan penuh peluru, setelah dada Robbie (ayah bayi tersebut yang merasa tertipu dan marah) tertusuk pisau dari genggaman tangan Flem, mesin-keledai itu turut tertembak dan mengalami kerusakan sistem yang aneh; ia mencari ke lokasi pabrik tempatnya dilahirkan. Dari sanalah, Jerome kelak bertemu Anna —sosok yang pernah dijodohkan Ernest—d an kemudian menyaksikan pembunuhan yang menimpa ayahnya melalui memori si robot yang sudah diperbaiki. Ketika ia putar kenangan yang tidak pernah dimilikinya, Jerome menangis. Dan cuma menangis. Tetapi Jerome, seperti nasihat kakak iparnya,

bukan seorang pemalas; di kemudian hari ia membuktikannya pada Flemming. Calon ayah dari keponakannya itu ia bunuh. Persis seperti yang telah menimpa Ernest. “Dia akan membencimu dan kau tak akan menyadarinya.” ujar Flem, “Ini dunia yang luas. Pemikiranmu terlalu sempit. Yang tertimpa pada ayahmu hanyalah kecelakaan. Dan Robbie, dia kelewat bodoh. Aku merasa kasihan kepadanya.... Jangan ada lagi yang disalahkan. Kau akan jadi yang pertama. Jangan lagi ada yang menyalahi. Kau orang baik. Kau...” lalu selemparan batu memastikan kematian Flemming. Perlahan, Young Ones menyusut menuju ending yang pahit. Young Ones yang dalam edisi Inggrisnya berjudul Bad Land: Road To Fury meski diproduksi lebih lampau, baru saya tonton belakangan. Idenya mengingatkan saya pada Mad Max: Fury Road (2015). Keduanya mirip dalam sejumlah hal; impresi-artistik, kekerasan, kekerabatan—dan tentu, upaya penyadaran ekologis. Ketika hidup memilih mementingkan air ketimbang bensin atau listrik, dengan sendirinya, mata air menjadi biang-kerok konflik kepentingan. Tetapi, kedua film tersebut cukup berbeda cara dalam mengolah ide dasarnya. Bila Bad Land minimalis dari segi artistik, tak riuh dan cenderung menyukai gerak plot yang lambat, maka Mad Max hadir dengan “rasa Amerika”-nya yang kuat; kepemilikan jadi gairah yang be-

gitu dominan, dan konflik jadi selubung obsesif untuk kelahiran “Sang Hero”. Artistiknya yang membius dan keberhasilan editing menemukan tone fotografis yang pas, mengukuhkan bangunan imaginasi-dystopia Mad Max. “Misi ekologis”-nya terus menguat hingga adegan pemungkas; tak malah diam-diam kuyup dalam semacam melodrama seperti yang menggenangi Bad Land. Tetapi sebab yang “melo” tersebutlah film ini saya tulis. Perasaanku terlempar pada cerita lisan dari seorang kawan asal Bali: suami bibinya, terbunuh dalam carut-marut genosida 1965. Lalu ia menikah lagi; dan memendam bahasa sebagai sebuah kebisuan lain, “Jangan-jangan, lelaki yang telah membunuh suamiku adalah orang yang telah menikahiku.” Semirip “amok-sadomasokis” yang mesti ditanggung Jerome. Kembali, aku membayangkan bagaimana jika durasi untuk kebisuan itu 32 tahun? Hidup satu atap dengan seorang pembunuh ayah kita, dan kita harus patuh, bagaimana rasanya? Begitulah takdir bekerja; hidup tak jarang mendidik seseorang menjadi buas. Peristiwa semacam pembantaian massal 1965, memungkinkan yang terasa fiksi, tampil dalam kenyataan yang kelewat meyakinkan. “Memori” beserta segala dendam yang terkandung di dalamnya seringkali mewariskan perasaan tak lumrah; dan tubuh selalu misterius dalam kinerja menghasilkan

INTERNET

| EDISI 178/TAHUN IV z 12 - 18 AGUSTUS 2016


HALAMAN 46

>> F I L M

INTERNET

perasaan-perasaan. Seperti halnya kinerja akal menghasilkan penaklukanpenaklukan. Akal menghasilkan politik, dan perasaan bisa mengubahnya untuk memenuhi hasrat-hasrat purba. Tidak ada kejahatan di dalamnya. Kecuali, sebentuk kewajaran yang sesungguhnya muwujud dari bagaimana tubuh dan ruang bersirkulasi dalam “kosmiksintetik” (boleh dibaca: keterbentukan siklus sosial dari dampak-dampak keputusan kuasa politik). Sebab itu, semua dapat tempat, semua dicatat, dan semua boleh bersuara. Bahkan kejahatan. Terkadang, “insiden sosiologis” (atau mutasi-moral) cumalah turunan dari kerja para pemegang kuasa yang tak meng- indah-kah prinsip keadilan. Ya, J-a-h-a-t! Apakah Jerome tampak jahat? Tidak. Bukankah ia menyimpan konfirmasi “logika-DNA” dari semacam terminologi dosa asal? Ia cuma tertimpa sial. Meski kemudian, ia tidak menjadi religius dan memilih tetap manusiawi dalam pengertian yang kuno; dalam perjuangan meraih impas, sebab hukum tidak bekerja dan keadilan tidak bisa ditunggu. Kepentingan dan hasrat kepemilikan memang lihai melukai apa yang kita sebut dengan kerelaan atau keikhlasan. Bahkan mampu mengubah bencana menjadi momen-oportunis. Seperti yang diujarkan Calep, “Hujan hanya akan menghilangkan bisnisku.” Bagi orang seperti Calep, keserakahan adalah hidup itu sendiri. Ia yang tak takluk dan senantiasa bergairah, “Sepertinya tantangan setiap waktu membingungkan pilihan orang baik. [..] bisa membuat orang jadi jahat. Tangkap

seseorang, hajar untuk dapat ide.” Tetapi, di sanalah pergulatan untuk “jadi yang pertama” itu berada. Dan Jerome tidak menginginkannya. Ia menutup diri dan membuat kotak pandoranya. Pilihan yang juga ditempuh Soeharto. Mungkin, seorang baik selalu mendomiasi. Sebab kejahatan pun, bila telah memperoleh babtis mayoritas, bakal menjelma kebaikan. Tetapi, kita tidak pernah mampu memprediksi secara absolut ; bagaimana perasaan menguasai “subjek”, bagaimana dendam dan tubuh berpilin, setangguh apa ketahanan moralitas bersama menyuling hasrat-hasrat purba. Kenyataan tak pernah habis kejutan, bukan? Memang rumit berada dalam desakan hasrat-hasrat purba macam dendam, orgasme, lapar—semua teralami; dan jauh lebih manjur dipercaya tubuh. Untuk membawanya menuju medan “kebudayaan” atau katakanlah “kemanusiaan yang adil dan beradab” bukan permainan logika yang tumbuh dengan gampang dalam sebentuk matematika. Itu tak akan cukup. Tak pernah cukup. Tidaklah tersedia rumus pasti untuk memiliki kerelaan. Rantai dendam akan terus-menerus terangkai tanpa keterbukaan. Jerome mungkin tak mempercayainya. Atau tak ingin mempercayainya. Tetapi rahasia—atau aib—seperti yang lumrah terjadi dalam kehidupan seharihari, seringkali bocor secara ajaib. Meski Jerome telah menghapus memori keledai-baja, mustahil baginya menghapus memori itu dari dirinya sendiri. Mungkin, bayi yang kelak lahir dari rahim Mary memanglah perempuan,

tetapi hal itu tak membatalkan potensinya menjadi seorang pembunuh di kemudian hari. Betapa pun, “Bad Land” juga merupakan sumbangsih dari “Bad Man”. Satu-satunya jalan, mungkin, menghabiskan perkara dalam keterbukaan; yang harus terbunuh biarlah terbunuh, yang harus mati biarlah mati —dan kalau pun yang hidup akan membunuh, setidaknya, biarlah ia melakukan itu sebab alasannya sendiri. Bukan dari semacam warisan dendam untuk kredit kelegaan yang mungkin tak sia-sia, tetapi konyol sekaligus tragis. Meskipun tanpa jalan membunuh, dendam yang terpelihara, selalu menunggu momen pembalasan dan dengan perasaan wajar memanifestasikan kebencian dalam sekian varian turunan ketampakan—yang bisa jadi, tak lagi terlacak sebab asalinya. Mary dan Jerome harus memotong rantai itu; agar kenyataan yang telah hijau, seiring air yang telah kembali — yang disebut film ini dalam kalimat berikut— tidak mendapat nodanya lagi: “Bahwa bagian dari daratan ini, meskipun kecil, bisa bermakna lebih dari simbol”. Sayang, mereka cumalah sepasang saudara dalam sebentuk fiksi, dalam durasi yang terbatas; sebuah sinema yang meskipun berakhir dengan sisa tanda tanya, tetapi segalanya sudah nampak beres—tentu, berkat jasa akal bulus, pula kebohongan yang digelapkan.***

| EDISI 178/TAHUN IV z 12 - 18 AGUSTUS 2016

Halim Bahriz adalah seorang penyair, esais, dan pecinta film. Tinggal di Lumajang, Jawa Timur.


HALAMAN 47

>> OLAHRAGA

Ramos dan Cerita Empat Gol yang Menghasilkan Trofi Dalam empat final terakhir, Sergio Ramos, selalu mencetak gol dan mempersembahkan trofi untuk Real Madrid.

KAPTEN Real Madrid, Sergio Ramos, menjadi sosok krusial dalam setiap gelar yang diraih Real Madrid beberapa tahun berlakangan ini. Sebelum perebutan Piala Super Eropa dinihari tadi, dia sudah mencetak gol dalam tiga laga final. Yakni saat merebut Liga Champions 2014 melawan Atletico Madrid, merebut Piala Toyota (Piala Dunia Antarklub) lawan San Lorenzo 2014, dan final Liga Champions 2016 melawan Atletico Madrid. Di Liga Champions 2014 melawan Atletico, saat ditangani Carlo Ancelotti, Ramos menjadi aktor utama kebangkitan Madrid. Setelah ketinggalan 0-1 dari gol Diego Godin menit ke-16, Dewi Fortuna seolah menjauh dari Madrid karena sepanjang pertandingan, semua peluang emas yang didapat Cristiano Ronaldo, Gareth Bale, dan pemain lainnya, gagal menjadi gol. Namun di menit ke-92 saat pertandingan beberapa detik lagi selesai, sundulan Ramos menjebol jala Thibaut Curtois dan memaksa pertandingan dilanjutkan dengan perpanjangan waktu. Di perpanjangan waktu, Bale, Marcelo, dan Ronaldo mencetak

INTERNET

gol untuk kemenangan 4-1 yang mengantar Madrid meraih La Decima, gelar kesepuluh Liga Champions/Piala Champions untuk Madrid. Di final Piala Dunia Antarklub 2014, Madrid mengalahkan San Lorenzo 2-0. Ramos menyumbang satu gol lewat sundulan menit ke-35, sedangkan satu gol lainnya dicetak oleh Gareth Bale menit ke-50. Di final Liga Champions 2016, Madrid melawan Atletico Madrid. Satu

gol Ramos yang meneruskan tendangan bebas Toni Kroos dan satu gol balasan dari Yannick Carrasco membuat laga berkesudahan 1-1 di waktu normal dan berlanjut ke extra time, bahkan adu penalti. Madrid menang adu penalti 53. Ramos selalu mencetak gol dalam empat final terakhir bersama Madrid, termasuk melawan Sevilla dinihari tadi. Di empat final itu, Madrid juga selalu menang dan finis sebagai juara. Yang

| EDISI 178/TAHUN IV z 12 - 18 AGUSTUS 2016


HALAMAN 48

>> OLAHRAGA

INTERNET

paling dramatis adalah golnya ke jala Atletico (2014) dan Sevilla dinihari tadi, karena terjadi ketika lawan tinggal menggengam gelar karena pertandingan tinggal tersisa beberapa detik lagi. Menurut sayap muda Madrid yang mengirim umpan kepada Ramos, Lucas Vazquez, Madrid bisa menang dinihari tadi karena para pemain mereka tak pernah menyerah sepanjang pertandingan. Salah satu yang pantang menyerah adalah Sergio Ramos. “Ramos adalah pemain pertama yang tidak akan pernah menyerah. Dia selalu ada pada momen-momen penting pertandingan. Memiliki dia di tim kami sangat brilian. Kami memiliki kedalaman yang bagus dan juga sisi sayap yang hebat untuk memanfaatkan tendangan sudut,� terang Vazquez kepada UEFA. Apresiasi tinggi juga diberikan pelatih Zinedine Zidane. Menurut legenda hidup Madrid ini, Ramos adalah pemain penting yang mampu memberikan trofi secara kontinyu bagi Madrid. “Ramos adalah kapten kami, dia adalah pemain penting dan selalu ada untuk mempersembahkan trofi bagi

INTERNET

| EDISI 178/TAHUN IV z 12 - 18 AGUSTUS 2016


HALAMAN 49

>> OLAHRAGA

INTERNET

kami. Saya tak memberikan instruksi khusus kepadanya dalam laga tadi (dinihari tadi, red),” ucap Zidane seperti dikutip UEFA.com. Zidane menambahkan bahwa Ramos memang selalu mampu memberikan perbedaan bagi timnya. Zidane merasa kagum karena Ramos selalu berada di waktu dan tempat yang tepat dalam pertandingan final. “Pemain seperti dia selalu bisa memberikan perbedaan. Kita semua sudah melihatnya sebelumnya. Dia sudah berkembang sebagai pemain. Dalam final kali ini dia bisa berada pada waktu dan tempat yang tepat,” jelas pelatih yang semasa menjadi pemain sudah merasakan hampir semua gelar baik bersama klub maupun timnas Prancis ini. Zidane berharap, dengan kesuksesan ini, para pemain Madrid menjadikannya sebagai modal untuk mengarungi kompetisi yang padat musim ini. Selain akan turun di La Liga Spanyol, Copa Del Rey, dan Liga Champions, Madrid juga akan bertarung di Piala Toyota (Piala Dunia Antarklub) sebagai

INTERNET

wakil Eropa sebagai juara Liga Champions 2016. Hal ini membutuhkan energi yang besar dan memerlukan skuad yang baik sepanjang musim. “Ke depan, tantangan lebih berat lagi,” ujar Zidane. (hbk/uefa/espn/ dailymail)

| EDISI 178/TAHUN IV z 12 - 18 AGUSTUS 2016


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.